komposisi sorgum

8
Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 133 S orgum ( Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat M.P. Sirappa PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM DI INDONESIA SEBAGAI KOMODITAS ALTERNATIF UNTUK PANGAN, PAKAN, DAN INDUSTRI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5, Kotak Pos 1234, Makassar 90243 (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal. Prospek penggunaan biji sorgum yang terbesar adalah untuk pakan, yang mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia- Australia dan diperkirakan masih terjadi kekurangan sekitar 6,72 juta ton (Gowda dan Stenhouse 1993; Rao 1993 dalam Sumarno dan Karsono 1996). Kondisi ini memberi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sorgum. Menurut Beti et al. (1990), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Horti- kultura (1996) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (1996), sorgum merupakan komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial karena kandungan kar- bohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100 g bahan. Namun, masalah utama peng- gunaan biji sorgum sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kandungan tanin yang cukup tinggi, mencapai 0,403,60% (Rooney dan Sullines 1977). Sorgum juga merupakan tanaman penghasil pakan ABSTRAK Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakan komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh beras yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan). Kata kunci: Sorgum, pangan, pakan ternak, industri, Indonesia ABSTRACT Prospect of sorghum development in Indonesian as alternative commodity for food, feed, and industrial uses Sorghum (Sorghum bicolor) is a cereal which has a potential to be developed in Indonesia because it has wide adaptation, especially in marginal land. Sorghum can be used as an alternative commodity for food, feed, and industry. Its grains have high nutrition equivalent to corn, however, its high tanin content has limited its usage. Husking of sorghum is also difficult, therefore, husking technology need to be improved such as by using rice polisher combined with emery stone. Several major problems for developing sorghum are low comparative and competitive advantage values, difficulties in postharvest handling, and low application of sorghum farming in farmers level. To overcome these problems, a holictic management of sorghum production system are required, i.e.: 1) region (sorghum areas), 2) economic (comparative and competitive advantages of sorghum than other cereals), 3) social (behavior and perception of farmers to sorghum), and 4) industry (benefit and value of sorghum as raw material for food and feed industry). Keywords: Sorghum, foods, feeds, industry, Indonesia

Upload: luckyanto-adi

Post on 25-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 133

    S orgum (Sorghum bicolor L.)merupakan salah satu jenis tanamanserealia yang mempunyai potensi besaruntuk dikembangkan di Indonesiakarena mempunyai daerah adaptasi yangluas. Tanaman sorgum toleran terhadapkekeringan dan genangan air, dapatberproduksi pada lahan marginal, sertarelatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit. Biji sorgum dapat digunakansebagai bahan pangan serta bahan bakuindustri pakan dan pangan sepertiindustri gula, monosodium glutamat

    M.P. Sirappa

    PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM DI INDONESIASEBAGAI KOMODITAS ALTERNATIF UNTUK

    PANGAN, PAKAN, DAN INDUSTRI

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5,Kotak Pos 1234, Makassar 90243

    (MSG), asam amino, dan industri minuman.Dengan kata lain, sorgum merupakankomoditas pengembang untuk diversifikasiindustri secara vertikal.

    Prospek penggunaan biji sorgumyang terbesar adalah untuk pakan, yangmencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia-Australia dan diperkirakan masih terjadikekurangan sekitar 6,72 juta ton (Gowdadan Stenhouse 1993; Rao 1993 dalamSumarno dan Karsono 1996). Kondisi inimemberi peluang bagi Indonesia untukmengekspor sorgum.

    Menurut Beti et al. (1990), DirektoratJenderal Tanaman Pangan dan Horti-kultura (1996) dan Direktorat JenderalPerkebunan (1996), sorgum merupakankomoditas sumber karbohidrat yangcukup potensial karena kandungan kar-bohidratnya cukup tinggi, sekitar 73 g/100g bahan. Namun, masalah utama peng-gunaan biji sorgum sebagai bahan panganmaupun pakan adalah kandungan taninyang cukup tinggi, mencapai 0,403,60%(Rooney dan Sullines 1977). Sorgum jugamerupakan tanaman penghasil pakan

    ABSTRAK

    Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesiakarena mempunyai adaptasi lingkungan yang cukup luas, khususnya pada lahan marginal. Sorgum merupakankomoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung,namun kandungan tanin yang tinggi menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Selain itu, biji sorgum sulitdikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan antara lain dengan menggunakan penyosoh berasyang dilengkapi dengan silinder gurinda batu. Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulankomparatif dan kompetitif sorgum yang rendah, penanganan pascapanen yang masih sulit, dan usaha tani sorgumdi tingkat petani belum intensif. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan sistem produksi sorgumsecara menyeluruh (holistik) yang mencakup empat dimensi, yaitu: 1) wilayah, (areal tanam), 2) ekonomi (nilaikeunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial, (sikap dan persepsi produsenterhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan bakuindustri makanan dan pakan).

    Kata kunci: Sorgum, pangan, pakan ternak, industri, Indonesia

    ABSTRACT

    Prospect of sorghum development in Indonesian as alternative commodity for food, feed, and industrial uses

    Sorghum (Sorghum bicolor) is a cereal which has a potential to be developed in Indonesia because it has wideadaptation, especially in marginal land. Sorghum can be used as an alternative commodity for food, feed, andindustry. Its grains have high nutrition equivalent to corn, however, its high tanin content has limited its usage.Husking of sorghum is also difficult, therefore, husking technology need to be improved such as by using ricepolisher combined with emery stone. Several major problems for developing sorghum are low comparative andcompetitive advantage values, difficulties in postharvest handling, and low application of sorghum farming infarmers level. To overcome these problems, a holictic management of sorghum production system are required,i.e.: 1) region (sorghum areas), 2) economic (comparative and competitive advantages of sorghum than othercereals), 3) social (behavior and perception of farmers to sorghum), and 4) industry (benefit and value of sorghumas raw material for food and feed industry).

    Keywords: Sorghum, foods, feeds, industry, Indonesia

  • 134 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

    hijauan sekitar 1520 t/ha/tahun (Anonim1996), dan pada kondisi optimum dapatmencapai 3045 t/ha/tahun (Wardhani1996).

    Di negara-negara miskin di daerahberiklim kering, umumnya sorgum di-usahakan sebagai tanaman pangan.Namun, di negara-negara maju yangpersediaan bahan pangannya berlimpah,sorgum ditanam sebagai bahan pakankarena kandungan gizinya cukup tinggi(setara dengan jagung) serta sebagaibahan baku industri.

    Untuk mengembangkan sorgumdiperlukan keterkaitan antara pemerintah,petani produsen, dan pabrik pakan ternak.Dengan adanya keterkaitan tersebut,produksi sorgum dapat ditampung olehindustri pakan sehingga terdapat jaminanpasar bagi petani.

    Tujuan dari penulisan ini adalah: 1)memberikan informasi mengenai prospekpengembangan sorgum sebagai komodi-tas alternatif untuk pangan, pakan, danbahan industri, dan 2) mengetahuimasalah/tantangan pengembangan sor-gum serta pemecahannya.

    POTENSI LAHAN DANPRODUKSI SORGUM

    Areal yang berpotensi untuk pengem-bangan sorgum di Indonesia sangat luas,meliputi daerah beriklim kering ataumusim hujannya pendek serta tanah yangkurang subur. Daerah penghasil sorgumdengan pola pengusahaan tradisionaladalah Jawa Tengah (Purwodadi, Pati,Demak, Wonogiri), Daerah IstimewaYogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo),Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro,Tuban, Probolinggo), dan sebagian NusaTenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

    Di lahan tegal dan sawah tadahhujan, sorgum ditanam sebagai tanamansisipan atau tumpang sari dengan padigogo, kedelai, kacang tanah atau tem-bakau, sehingga luas tanaman sorgumyang sesungguhnya agak sulit diukur.Demikian juga di lahan sawah, sorgumsering ditanam secara monokultur padamusim kemarau, namun sejak awal tahun1980-an tanaman ini terdesak oleh tanam-an lain, seperti jagung, kedelai, tebu,semangka, dan mentimun.

    Rata-rata luas tanam dan produktivi-tas sorgum pada beberapa daerah sentraproduksi sorgum di Indonesia cukupbervariasi (Tabel 1). Variasi tersebut

    disebabkan oleh perbedaan agroekologiserta teknologi budi daya yang diterap-kan oleh petani, terutama varietas danpupuk. Pengusahaan sorgum terbesar diIndonesia terdapat di Jawa Tengah,disusul oleh Jawa Timur, DI Yogyakarta,serta NTB dan NTT.

    Rata-rata produktivitas sorgumtertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu3,60 t/ha, bahkan secara individu dapatmencapai 7 t/ha (Sumarno dan Karsono1996). Produktivitas yang tinggi ini dapatdicapai dengan menerapkan teknologibudi daya secara optimal, antara lainpenggunaan varietas hibrida, pemupukansecara optimal, dan pengairan. Sebaliknyadi beberapa negara produsen sorgum,rata-rata produktivitas sorgum masih dibawah 1 t/ha, yang disebabkan olehpengaruh iklim yang kering, penggunaanvarietas lokal yang hasilnya rendah,pemupukan minimal, dan penanamansecara tumpang sari.

    Menurut Beti et al. (1990), luas arealsorgum dunia sekitar 50 juta hektar setiap

    tahun dengan total produksi 68,40 jutaton dan rata-rata produktivitas 1,30 t/ha(Tabel 2). Negara penghasil sorgumutama adalah India, Cina, Nigeria, danAmerika Serikat, sedangkan Indonesiatermasuk negara yang masih ketinggalan,baik dalam penelitian, produksi, pengem-bangan, penggunaan, maupun eksporsorgum.

    Meskipun dalam jumlah yang ter-batas, produksi sorgum Indonesia telahdiekspor ke Singapura, Hongkong,Taiwan, Malaysia, dan Jepang untukdigunakan sebagai bahan baku pakanserta industri makanan dan minuman.Ekspor sorgum selama Pelita V mencapai1.092.400 kg dengan nilai US$ 116.211,sedangkan impor sorgum mencapai 4.615kg atau US$ 3.988, sehingga masih terjadinet ekspor 1.087.785 kg atau perolehannilai devisa US$ 112.233 (Tabel 3). Gowdadan Stenhouse (1993) dan Rao (1993)dalam Sumarno dan Karsono (1996)menyatakan bahwa proyeksi penyediaansorgum untuk wilayah Asia-Australia

    Tabel 1. Rata-rata luas tanam dan produktivitas sorgum di beberapa daerahsentra sorgum di Indonesia*.

    Tempat/tahun Luas tanam Produksi Produktivitas(ha) (t) (t/ha)

    Jawa Tengah (19731983)1 15.309 17.350 1,13Jawa Timur (19841988)2 5.963 10.522 1,76DI Yogyakarta (19741980)3 1.813 670 0,37Nusa Tenggara Barat (1993/94)4 30 54 1,80Nusa Tenggara Timur (1993/94)4 26 39 1,50

    *Data diolah (pembulatan).Sumber: 1Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah TK I Jawa

    Tengah dalam Beti et al. (1990).2Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah TK I JawaTimur dalam Beti et al. (1990).

    3Dinas Pertanian Tanaman Pangan DI Yogyakarta dalam Beti et al. (1990).4Direktorat Jenderal Perkebunan (1996).

    Tabel 2. Negara produsen utama sorgum dunia.

    NegaraLuas panen Produksi Produktivitas

    (000 ha) (000 t) (t/ha)

    India 15.781 11.583 0,73Cina 8.570 11.175 1,30Nigeria 6.000 3.720 0,62Amerika Serikat 5.477 19.975 3,65Sudan 2.854 2.198 0,77Argentina 2.253 6.394 2,84Meksiko 1.422 4.141 2,91Thailand 886 618 0,70Indonesia 18 13 0,72

    Jumlah 43.261 59.817 1,38

    Sumber: Beti et al. (1990).

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 135

    pada tahun 2000 mengalami defisit sekitar6.716.000 ton.

    Hingga kini, perkembangan produksisorgum nasional belum masuk dalamstatistik pertanian, yang menunjukkanbahwa komoditas tersebut belum men-dapat prioritas untuk dikembangkan.Namun ditinjau dari daerah pengusahaanyang cukup luas, rata-rata produktivitasyang lebih tinggi dibanding negaraprodusen utama sorgum, serta adanyadefisit permintaan sorgum di beberapanegara, sorgum mempunyai prospek yangcukup cerah di Indonesia.

    PROSPEK SORGUMSEBAGAI BAHAN PANGAN,PAKAN, DAN INDUSTRI

    Penggunaan sorgum sangat beragam,tetapi secara garis besar dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu sebagaibahan pangan, bahan pakan, dan bahanindustri (Sumarno dan Karsono 1996).

    Sorgum sebagai Bahan Pangan

    Sorgum mempunyai potensi cukup besarsebagai bahan pangan, namun pemanfa-atannya belum berkembang karenapengupasan biji sorgum cukup sulitdilaksanakan. Di Indonesia, biji sorgumdigunakan sebagai bahan makanansubstitusi beras, namun karena kandung-an taninnya cukup tinggi (0,403,60%),hasil olahannya kurang enak. MenurutSudaryono (1996), masalah ini telah dapatdiatasi dengan memperbaiki teknologipengolahan. Kulit biji dan lapisan testadikikis dengan menggunakan mesinpenyosoh beras merek Satake Grain

    Tabel 3. Ekspor-impor sorgum Indonesia selama Pelita V (19891993).

    TahunEkspor Impor

    Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)

    1989 454.500 48.269 1990 225 1.4301991 1992 319.900 42.646 43 641993 318.000 25.296 4.347 2.494

    Jumlah 1.092.400 116.211 4.615 3.988

    Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1996).

    Testing Mill atau Satake Polisher RiceMachine yang dilengkapi dengan silindergurinda batu dengan permukaan yangkasar.

    Kandungan nutrisi sorgum jugacukup tinggi dibanding bahan pangan

    lainnya, sehingga cukup potensial sebagaibahan pangan substitusi beras (Tabel 4).Begitu pula kandungan asam aminonyatidak kalah dengan bahan makananlainnya (Tabel 5).

    Beberapa jenis makanan dari sorgumberdasarkan cara pengolahannya yaitu(Vogel dan Graham 1979; Reddy et al.1995): Makanan sejenis roti tanpa ragi, misal-

    nya chapati, tortila. Makanan sejenis roti dengan ragi,

    misalnya injera, kisia, dosai. Makanan bentuk bubur kental, misalnya

    to, tuwu, ugali, bagobe, sankati. Makanan bentuk bubur cair, misalnya

    ogi, ugi, ambili, edi. Makanan camilan, misalnya pop

    sorgum, tape sorgum, emping sorgum. Sorgum rebus, misalnya: urap sorgum,

    som.

    Tabel 4. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahanpangan lainnya.

    Bahan Kalori Protein Lemak Karbo- Air Serat Ca P Fepangan (kal) (g) (g) hidrat (g) (%) (%) (mg) (mg) (mg)

    Sorgum 332 11 3,30 73 11,20 2,30 28 287 4,40Beras 360 7 0,70 79 9,80 1 6 147 0,80Jagung 361 9 4,50 72 13,50 2,70 9 380 4,60Kentang 8 3 2 0,10 19 11 56 0,70Ubi kayu 157 1,20 0,30 35 63 33 40 0,70Ubi jalar 123 1,80 0,70 28 30 49 0,70Terigu 365 8,90 1,30 77 16 106 1,20

    Sumber: Beti et al. (1990).

    Tabel 5. Kandungan asam amino esensial sorgum dan bahan makananlainnya (mg/g protein).

    Asam aminoSorgum

    Jagung Beras Terigu Kedelai KacangLokal Hibrida tanah

    Lisin 21 21 30 37 34 64 35Treonin 29 27 41 33 31 38 26Histidin 23 21 26 25 25 24Leusin 139 147 146 72 89 78 64Isoleusin 44 45 42 43 49 45 34Valin 53 57 57 58 53 55 42Fenilalanin 58 54 58 49 62 49 49Asam aspartat 71 71 92 91 63 117 114Asam glutamat 227 222 229 222 378 187 183Prolin 73 87 96 42 126 39 44Alanin 90 95 92 48 44 43 39Arginin 35 32 49 79 56 72 111Glisin 31 29 47 37 51 42 56Serin 35 33 56 33 36 51 48Tirosin 46 42 52 25 39 31 39

    Sumber: Beti et al. (1990).

  • 136 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

    Makanan yang dikukus, misalnyacouscous, wowoto, juadah-sorgum.

    Sorgum sebagai Pakan Ternak

    Penggunaan biji sorgum dalam ransumpakan ternak bersifat suplemen (sub-stitusi) terhadap jagung, karena nilainutrisinya tidak berbeda dengan jagung(Tabel 6). Namun karena kandungan taninyang cukup tinggi (0,403,60%), bijisorgum hanya digunakan dalam jumlahterbatas karena dapat mempengaruhifungsi asam amino dan protein (Rooneydan Sullines 1977). Menurut Scott et al.(1976) dalam Koentjoko (1996), kan-dungan tanin dalam ransum di atas 0,50%dapat menekan pertumbuhan ayam, danapabila mencapai 2% akan menyebabkankematian (Rayudu et al. 1970).

    Biji sorgum dapat diberikan langsungberupa biji atau diolah terlebih dulu dandicampur dengan bahan-bahan laindengan komposisi sebagai berikut: bijisorgum 5560%, bungkil kedelai/kacangtanah 20%, tepung ikan 2,5020%, danvitamin-mineral 28% (Beti et al. 1990).Penggunaan sorgum 3060% dalamransum tidak berpengaruh terhadapperforma ayam. Menurut Beti et al. (1990)dan ICRISAT (1994) dalam Reddy et al.(1995), sorgum dapat mengganti seluruhjagung dalam ransum pakan ayam, itik,kambing, babi, dan sapi tanpa menimbul-kan efek samping. Penggunaan biji sorgumdalam ransum dengan berbagai rasio tidakmempengaruhi produksi telur dan bobotayam (Tabel 7).

    Limbah sorgum (daun dan batangsegar) dapat dimanfaatkan sebagaihijauan pakan ternak. Potensi daunsorgum manis sekitar 1416% dari bobotsegar batang atau sekitar 3 t daun segar/ha dari total produksi 20 t/ha. Soebarinotodan Hermanto (1996) melaporkan bahwasetiap hektar tanaman sorgum dapatmenghasilkan jerami 2,62 + 0,53 t bahankering. Konsumsi rata-rata setiap ekor sapiadalah 15 kg daun segar/hari (DirektoratJenderal Perkebunan 1996). Daun sorgumtidak dapat diberikan secara langsungkepada ternak, tetapi harus dilayukandahulu sekitar 23 jam.

    Nutrisi daun sorgum setara denganrumput gajah dan pucuk tebu. Komposisikimia dari limbah sorgum dibandingkandengan limbah pertanian lainnya disajikanpada Tabel 8. Data komposisi kimia padatabel tersebut tidak cukup untuk menilai

    kualitas limbah untuk pakan ternak, tetapiperlu didukung oleh nilai daya cerna dankomponen serat dari limbah tersebutseperti yang disajikan dalam Tabel 9.Berdasarkan data tersebut terlihat bahwanutrisi jerami sorgum tidak kalah di-banding jerami jagung dan pucuk tebu.

    Sorgum sebagai Bahan Industri

    Biji sorgum mengandung 6571% patiyang dapat dihidrolisis menjadi gulasederhana. Menurut Somani dan Pan-

    drangi (1993) dalam Sumarno danKarsono (1996), biji sorgum dapat dibuatgula atau glukosa cair atau sirup fruktosasesuai dengan kandungan gula pada biji.Proses pengolahan gula dari biji sorgumdapat dilihat pada Gambar 1.

    Gula sederhana yang diperoleh daribiji sorgum selanjutnya dapat difermen-tasi untuk menghasilkan alkohol. MenurutSomani dan Pandrangi (1993) dalamSumarno dan Karsono (1996), setiap tonbiji sorgum dapat menghasilkan 384 lalkohol. Alkohol umumnya dibuat daribiji sorgum yang berkualitas rendah atauberjamur. Alkohol dapat juga dibuat dari

    Tabel 7. Produksi telur dan bobot ayam broiler pada berbagai rasio bijisorgum dalam ransum.

    Ransum (%)Produksi telur (%) Bobot ayam (g)

    Sorgum Jagung

    0 45 96 0 60 1.1190 100 83 1.03515 SP 30 95 15 SK 30 96 15 SP 45 1.18315 SK 45 1.10845 SP 0 95 45 SK 0 95 45 SP 15 1.15345 SK 15 1.24350 ICSV 112 50 83 1.01050 ICSV 145 50 80 1.029100 ICSV 112 0 82 1.032100 ICSV 145 0 81 926Ransum petani (komersial) 78 1.026

    SP = sorgum putih; SK = sorgum kuning.Sumber: ICRISAT 1994 dalam Reddy et al. (1995).

    Tabel 6. Kandungan nutrisi biji sorgum dan bahan lainnya sebagai pakanternak.

    Komponen nutrisi Sorgum Jagung Ubi kayu

    Kadar air (%) 12 11 12Protein (%) 9,50 9 3Serat kasar (%) 2,30 2,50 4Ekstrak ethor (%) 2,50 4 0,69Abu (%) 2,30 2,20 0,50Karbohidrat (%) 68 71 75Pati (%) 72 76 79Energi metabolis

    Unggas (kal/kg) 3.250 3.385 3.750Sapi (MJ/kg) 13,40 14,20 14,50

    Kalsium (%) 0,11 0,02 0,25Fosfor (%) 0,24 0,25 0,35Metionin + sistin (%) 0,35 0,33 0,03Lisin (%) 0,22 0,27 0,16

    Sumber: Wright (1993).

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 137

    dapat digunakan sebagai penggantidalam industri pati jagung karena adanyabeberapa persamaan, namun ekstraksipati sorgum masih menjadi masalah. Peng-ikatan pati pada sorgum berkisar antara3538%, sedangkan pada jagung 815%(Caransa dan Bakker 1987).

    Produk industri penting dari bijisorgum adalah bir. Selama dekade terakhir,biji sorgum dapat menggantikan barleydalam pembuatan bir (Canalis dan Sierra1976 dalam Reddy et al. 1995). Sifat kimiabiji sorgum yang sangat penting dalampembuatan bir adalah aktivitas diastatik,alfa-amino nitrogen, dan total nitrogenyang dapat larut. Namun, konsentrasiamilopektin yang tinggi dalam patisorgum menyebabkan pati sangat sulitdihidrolisis (Twagirumukiza 1983 dalamReddy et al. 1995). Gorinstein et al. (1980)dalam Reddy et al. (1995) menyatakanbahwa aktivitas diastatik yang tinggi dapatmeningkatkan fraksi albumin-globulinprotein, di mana albumin dan alfa-aminoprotein digunakan untuk faktor rasa,stabilitas busa, dan kepekaan dingin daribir.

    PELUANG DAN TANTANGANPENGEMBANGAN SORGUM

    Dalam upaya memenuhi kebutuhanpangan, pakan, dan bahan industri yangterus meningkat, serta untuk meningkat-kan pendapatan petani di daerah beriklimkering, pengembangan sorgum merupakansalah satu alternatif yang dapat dipilih.Di daerah-daerah yang sering mengalamikekeringan atau mendapat genanganbanjir, tanaman sorgum masih dapatdiusahakan. Oleh karena itu, terdapatpeluang yang cukup besar untuk me-ningkatkan produksi sorgum melaluiperluasan areal tanam.

    Pengembangan sorgum juga ber-peran dalam meningkatkan ekspor non-migas, mengingat pemanfaatan sorgumdi luar negeri cukup beragam. MenurutDirektorat Bina Usaha Tani dan Peng-olahan Hasil Tanaman Pangan, volumeekspor sorgum Indonesia ke Singapura,Hongkong, Taiwan, dan Malaysia men-capai 1.092,40 ton atau senilai US$116.211. Demikian juga di Thailand, padatahun 1979 ekspor sorgum dapat me-nyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26miliar) dari volume ekspor 170.000 ton keJepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, danTimur Tengah (Detachet 1979 dalam Beti

    nira sorgum yang terdapat dalam batang.Komposisi nira sorgum manis ditunjukkanpada Tabel 10.

    Kualitas nira sorgum manis setaradengan nira tebu, kecuali kandunganamilum dan asam akonitat yang relatiftinggi. Kandungan amilum yang tinggitersebut merupakan salah satu masalahdalam proses kristalisasi nira sorgumsehingga gula yang dihasilkan berbentukcair. Untuk mengatasi masalah tersebut,Pusat Penelitian Perkebunan Gula In-donesia (P3GI) telah merekayasa alatAmylum Separator yang mampu

    menurunkan kandungan amilum sampai50% dari kadar awal.

    Biji sorgum juga dapat dibuat pati(starch) yang berwarna putih. Pati sorgumdigunakan dalam berbagai industri, sepertiperekat, bahan pengental, dan aditif padaindustri tekstil, sedangkan hasil sampingdari pembuatan pati dapat digunakansebagai makanan ternak. Pati merupakanbahan utama pada berbagai sistem peng-olahan pangan, antara lain sebagai sum-ber energi utama, serta berperan sebagaipenentu struktur, tekstur, konsistensi, danpenampakan bahan pangan. Sorgum

    Tabel 8. Komposisi nutrisi limbah sorgum dan bahan lainnya sebagai pakanternak (% bahan kering).

    Limbah Protein kasar Lemak Serat kasar Abu BETN

    Daun1Sorgum 7,82 2,60 28,94 11,43 40,57Rumput gajah 6 1,08 34,25 11,79 46,84Pucuk tebu 5,33 0,90 35,48 9,69 48,60Ubi kayu 20,40 6 22,80 9,90 40,90

    Jerami2Sorgum 4,40 1,60 32,30 8,90 52,80Padi 4,50 1,50 28,80 20 45,20Jagung 7,40 1,50 27,80 10,80 53,10Kacang tanah 11,10 1,80 29,90 18,70 38,20Kedelai 10,60 2,80 36,30 7,60 42,80Ubi jalar 11,30 2,50 24,90 14,50 46,80

    BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen.Sumber: 1Direktorat Jenderal Perkebunan (1996); 2Poespodihardjo (1983).

    Tabel 9. Nilai daya cerna in vitro dan in vivo serta fraksi serat limbah sorgumdan limbah pertanian lainnya.

    KomponenJerami Daun Pucuk

    Sorgum Jagung Kacang tanah ubi kayu tebu

    Bobot kering (%) 39,80 39,80 29,30 23,50 37,40Fraksi serat

    dinding sel (%) 81,80 79,50 69,40 62,40 86,50Acid detergent

    Serat (%) 76 73,50 62 58,50 81,50Hemiselulosa (%) 5,80 6 7,40 3,40 5Lignin (%) 16 12,80 6,80 14,20 9,20Silika (%) 4,40 20,40 1,90 1,60 4,60

    Daya cerna in vitroBKTIV (%) 39,40 32,70 67,30 54,30 39,40BOTIV (%) 39,20 30,70 59,00 48,70 36,30

    Daya cerna in vivoTNT (%) 33 36,60 67,20 54,30 39,40Protein tercerna (%) 1 0,60 3,90 1,50ET (kkal/kg) 1.766 902 2.992 1.917

    BKTIV = bahan kering tercerna in vitro; TNT = total nutrien tercerna.BOTIV = bahan organik tercerna in vitro; ET = energi tercerna.Sumber: Hartadi et al. (1981) dalam Tangendjaja dan Gunawan (1988).

  • 138 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

    sorgum dengan mesin penyosoh berasyang dilengkapi dengan silinder gurindabatu. Demikian juga jerami sorgum cukuppotensial sebagai pakan ternak, namunkandungan serat, lignin dan silika yangtinggi serta kadar nitrogen yang rendahmerupakan kendala pemanfaatan jeramisorgum untuk pakan. Masalah tersebutdapat diatasi dengan meningkatkankualitas jerami sorgum melalui suplemenurea atau amoniasi urea (Soebarinoto danHermanto 1996).

    Menurut Beti et al. (1990) danSudaryono (1996), tantangan pengem-bangan sorgum meliputi aspek teknologibudi daya dan pascapanen serta jaminanpasar dan permintaan. Walaupun tek-nologi budi daya sorgum spesifik lokasibelum tersedia, teknologi budi dayasorgum hampir sama dengan jagung,sehingga tantangan yang paling men-dasar adalah penyediaan teknologipascapanen baik primer maupun sekunderserta jaminan pasar dan permintaan.

    Secara umum, masalah utama dalampengembangan sorgum adalah sebagaiberikut (Anonim 1996; Sudaryono 1996):1) Nilai keunggulan komparatif dan

    kompetitif ekonomi sorgum relatifrendah dibandingkan komoditasserealia lain.

    2) Pascapanen sorgum (peralatan danpengolahan) pada skala rumah tanggamasih sulit dilakukan.

    3) Pangsa pasar sorgum belum kondusif,baik di tingkat regional maupunnasional.

    4) Penyebaran informasi serta pembinaanusaha tani sorgum di tingkat petanibelum intensif.

    5) Biji sorgum mudah rusak selamapenyimpanan.

    6) Ketersediaan varietas yang disenangipetani masih kurang.

    7) Penyediaan benih belum memenuhilima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu,dan tempat).

    DUKUNGAN TEKNOLOGIDAN KEBIJAKANOPERASIONAL

    Untuk menciptakan sistem agribisnis danagroindustri sorgum, ketersediaan tek-nologi mutlak diperlukan, yang meliputiteknologi budi daya serta pascapanen/pengolahan (Anonim 1996). Teknologibudi daya sorgum meliputi: 1) varietas

    et al. 1990; Direktorat Jenderal TanamanPangan dan Hortikultura 1996). Dengandemikian terdapat peluang untukmeningkatkan ekspor sorgum ke luarnegeri.

    Tantangan dalam pengembangansorgum adalah harga sorgum di tingkatpetani yang rendah terutama pada saatpanen serta kesulitan dalam pengupasanbiji. Nilai sorgum yang rendah dapatdiatasi apabila sorgum dapat diangkatmenjadi salah satu komoditas strategis

    dalam pengembangan sistem agribisnisdan agroindustri. Sementara itu kesulitanpengupasan biji sorgum diatasi denganpengadaan mesin penyosoh beras tipeSatake Polisher Rice Machine.Penyosohan dengan alat ini dapatmenghasilkan beras sorgum yang bersihdan tidak pahit.

    Masalah penggunaan sorgumsebagai bahan pakan adalah kandungantanin yang cukup tinggi. Namun masalahini dapat diatasi dengan menyosoh beras

    Biji sorgum

    Mesin penyosohTepung

    AirBubur

    80oC, pH 6,506,80Gelatinasi

    Alfa amilase, 0,50 kg/t sorgum kering 95100oC, 1 jam

    Pencairan60oC, pH 4, 60 jam

    Amiloglukanase, 0,60 l/t sorgum keringSakarafikasi

    Pengepresan/penyaringan Pakan ternak

    Pemutihan

    Pertukaran kation dan anion

    Isomerase

    Evaporasi Glukosa cair Kristal

    Sirup fruktosa Dekstrosa monohidrat

    Gambar 1. Proses pembuatan gula dari biji sorgum (Somani dan Pandrangi 1993dalam Sumarno dan Karsono 1996).

    Tabel 10. Perbandingan komposisi nira sorgum manis dan nira tebu.

    Komposisi Nira sorgum Nira tebu

    Brix (%) 13,60 18,40 12 19Sukrosa (%) 10 14,40 9 17Gula reduksi (%) 0,75 1,35 0,48 1,52Gula total (%) 11 16 10 18Amilum (ppm) 209 1.764 1,50 95Asam akonitat (%) 0,56 0,25Abu (%) 1,28 1,57 0,40 0,70

    Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (1996).

  • Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 139

    unggul berdaya hasil tinggi, tahankekeringan, genangan, dan ratun, rasamanis dengan rendemen gula tinggi dankadar amilum rendah, 2) teknologi budidaya spesifik lokasi, 3) perlindungantanaman secara terpadu, serta 4) peng-aturan saat tanam/pergiliran tanaman.Teknologi tersebut diperoleh melaluipenelitian yang meliputi a) penelitianteknologi budi daya sorgum spesifiklokasi, b) penelitian terapan, dan c)penelitian terpadu dan terapan di lahanpetani (on-farm research).

    Program pengembangan sorgummencakup: 1) evaluasi teknologi danpenyusunan paket teknologi, 2) penyebar-an varietas unggul, 3) pengembanganinteraksi antara peneliti, penyuluh,instansi terkait, dan petani dalam prosesalih teknologi, dan 4) pemantauan ber-sama antara peneliti, penyuluh, instansiterkait, pengambil kebijakan, dan petanipada penelitian di lahan petani. Dalampengembangan sorgum untuk industridiperlukan keterkaitan antara kebijakanpemerintah, petani produsen, dan industrimulai dari penelitian (perakitan teknologi),pengembangan (alih teknologi), produksi(penyediaan sarana produksi), pelaksana-an agribisnis/agroindustri (pengumpulan,penyimpanan, pemasaran, dan peng-olahan), dan penggunaan hasil (industrimakanan dan minuman, industri pakan,

    industri gula dan maltose, dan ekspor).Contoh model keterkaitan institusi dalampengembangan sorgum untuk industripakan disajikan pada Gambar 2. Se-lanjutnya menurut Sudaryono (1996),pengembangan sorgum perlu mem-perhatikan empat hal yaitu: 1) wilayah/tipologi lahan, (areal tanaman sorgum), 2)sosial (sikap dan persepsi produsenterhadap sorgum sebagai bagian dariusaha taninya), 3) ekonomi (nilai ke-unggulan komparatif dan kompetitifsorgum terhadap komoditas lain), dan 4)industri (nilai manfaat sorgum sebagaibahan baku industri).

    KESIMPULAN

    Sorgum merupakan salah satu tanamanserealia yang cukup potensial untukdikembangkan di Indonesia karenamempunyai daya adaptasi lingkunganyang cukup luas. Biji sorgum dapat diolahmenjadi berbagai jenis makanan, sebagaibahan pakan ternak, dan sebagai bahanbaku industri.

    Biji sorgum mempunyai nilai gizisetara dengan jagung, namun kandungantaninnya tinggi dan biji sulit dikupas.Perbaikan teknologi pengolahan denganmenggunakan penyosoh beras merek

    Gambar 2. Model keterkaitan institusional pengembangan sorgum untuk industripakan (Beti et al. 1990).

    Kebijakan pemerintahdalam industri pakan

    Program produksi Program pemanfaatansorgum sorgum

    (Departemen Pertanian) (Departemen Perindustrian)

    Daerah pengembangan Peraturan penggunaansorgum sorgum

    dalam industri pakan

    Kelembagaan

    Industri pakan ternakpemasaran sorgum

    Peternak,

    pakan murah

    Satake Grain Testing Mill yangdilengkapi dengan silinder gurinda batudapat mengatasi masalah tersebut.

    Masalah utama pengembangansorgum adalah nilai keunggulan kom-paratif dan kompetitif sorgum yangrelatif rendah, penerapan teknologipascapanen yang masih sulit, biji mudahrusak dalam penyimpanan, dan usahatani sorgum di tingkat petani belumintensif. Untuk mengatasi masalahtersebut diperlukan pengelolaan sistemproduksi sorgum secara menyeluruh(holistik) melalui empat dimensi, yaitu:1) wilayah (areal tanam sorgum), 2)ekonomi (nilai keunggulan komparatifdan kompetitif sorgum terhadap komo-ditas lain), 3) sosial (sikap dan persepsiprodusen terhadap sorgum sebagai bagiandari usaha taninya), dan 4) industri (nilaimanfaat sorgum sebagai bahan bakuindustri makanan dan pakan ternak).

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 1996. Rumusan Simposium ProduksiTanaman Sorgum untuk PengembanganAgroindustri. Risalah Simposium ProspekTanaman Sorgum untuk PengembanganAgroindustri, 1718 Januari 1995. EdisiKhusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996, 6hlm.

    Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990.Sorgum. Monografi No. 5. Balai PenelitianTanaman Pangan, Malang. 25 hlm.

    Caransa, A. and W.G.M. Bakker. 1987. ModernProcess for the Production of SorghumStarch. Starch/Strake 39(11): 381385.

    Poespodihardjo, S. (Ed.). 1983. InventarisasiLimbah Pertanian (Inventory of Agricul-tural Wastes). Direktorat Bina ProduksiPeternakan/Fakultas Peternakan, UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan danHortikultura. 1996. Prospek sorgum sebagaibahan pangan dan industri pangan. RisalahSimposium Prospek Tanaman Sorgum untukPengembangan Agroindustri, 1718 Januari1995. Edisi Khusus Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 25.

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgummanis komoditi harapan di propinsi kawasantimur Indonesia. Risalah Simposium ProspekTanaman Sorgum untuk PengembanganAgroindustri, 1718 Januari 1995. EdisiKhusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 612.

    Koentjoko. 1996. Sorgum untuk makanan ternakunggas. Risalah Simposium Prospek Tanam-

  • 140 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

    an Sorgum untuk Pengembangan Agro-industri, 1718 Januari 1995. Edisi KhususBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian No. 4-1996: 213216.

    Reddy, B.V.S., J.W. Stenhouse, and H.F.W.Rattunde. 1995. Sorghum Grain QualityImprovement for Food, Feed and IndustrialUses. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanam-an Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1995: 3952.

    Rayudu, G.V.N., R. Cadirvel, P. Vohra, and F.H.Kratzer. 1970. Toxicity of tannic acid andits metabolits of chickens. Poultry Sci. 49.

    Rooney, L.W. and R.D. Sullines. 1977. TheStructure of Sorghum and Its Relation toProcessing and Nutritional Value. CerealQuality Laboratory, Texas University, USA.p. 91109.

    Soebarinoto dan Hermanto. 1996. Potensi jeramisorgum sebagai pakan ternak ruminansia.Risalah Simposium Prospek Tanaman Sor-

    gum untuk Pengembangan Agroindustri, 1718 Januari 1995. Edisi Khusus BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian No. 4-1996: 217221.

    Sudaryono. 1996. Prospek sorgum di Indonesia:Potensi, peluang dan tantangan pengem-bangan agribisnis. Risalah SimposiumProspek Tanaman Sorgum untuk Pengem-bangan Agroindustri, 1718 Januari 1995.Edisi Khusus Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 2538.

    Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembanganproduksi sorgum di dunia dan penggunaan-nya. Risalah Simposium Prospek TanamanSorgum untuk Pengembangan Agroindustri,1718 Januari 1995. Edisi Khusus BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian No. 4-1996: 1324.

    Tangendjaja, B. dan Gunawan. 1988. Jagung danlimbahnya untuk makanan ternak. DalamJagung. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor. hlm. 349378.

    Vogel, S. and M. Graham. 1979. Sorghum andMillet: Food Production and Use. Int. Dev.Res. Cent. Pub. IDRC, Canada.

    Wardhani, N.K. 1996. Sorghum vulgare suda-nense sebagai alternatif penyediaan hijauanpakan. Risalah Simposium Prospek TanamanSorgum untuk Pengembangan Agroindustri,1718 Januari 1995. Edisi Khusus BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian No. 4-1996: 327332.

    Wright, A.F. 1993. Animal Feeds: Combiningthe Best of Both Worlds. World Agriculture.Sterling Pub. Group PLC, Hongkong.