komposisi dan kelimpahan larva invertebrata planktonik ... · filum platyhelminthes 14 kelas...

46
Komposisi dan Kelimpahan Larva Invertebrata Planktonik pada Tiga Desain Terumbu Buatan di Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur. SIDANG TUGAS AKHIR (SB-09 1351) Oleh : Nur Ika Fahlusi 1506 100 022 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Dian Saptarini, M.Sc 2. Aunurohim, S.Si., DEA Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Upload: voliem

Post on 22-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Komposisi dan Kelimpahan Larva Invertebrata Planktonik pada Tiga Desain

Terumbu Buatan di Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur.

SIDANG TUGAS AKHIR (SB-09 1351)

Oleh :

Nur Ika Fahlusi

1506 100 022

Dosen Pembimbing :

1. Dra. Dian Saptarini, M.Sc

2. Aunurohim, S.Si., DEA

Program Studi Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2010

Latar Belakang

Terumbu Karang

keanekaragaman hayati yang

tinggi � rentan terhadap

gangguan dan ancaman

teknik merehabilitasi �

teknik terumbu buatan

(artificial reef) (Ilyas,

2008)Larva invertebrata planktonik

substrat dan lingkungannya

sesuai Membentuk komunitas baru

pengaruh

turbulensi

Rumusan Masalah :

bagaimana komposisi ataukelimpahan larva

invertebrata planktonik terkait dengan turbulensi massa air yang terdapat di

tiga desain terumbu buatan

Manfaat :

1. mengetahui keanekaragaman larva invertebrata plantonik yang

berpotensi menggunakan terumbu buatan sebagai habitatnya

2. memberikan rekomendasi desain terumbu buatan yang disukai larva

invertebrata planktonik yang diasumsikan akan meningkatakan

keanekaragaman hayati dan produktivitas perairan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Pengambilan sampel dilakukan

di Perairan Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur dan analisis sampel dilakukan di

Laboratorium Ekologi Program Studi Biologi FMIPA ITS Surabaya.

Metodologi

Gambar Peta lokasi pengambilan sampel di pantai Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur.

No. Desain Terumbu Buatan Posisi Geografis

Latitude Longitude

1 Bentuk kubah reefball (AR.1) 7° 41’ 31.6” S 133° 49’ 38.0” E

2 Bentuk kubus tersusun secara piramid (AR.2) 7° 41’ 39.8” S 133° 49’ 25.3” E

3 Bentuk kubus dengan posisi tersebar (AR.3) 7° 41’ 40.5” S 133° 49’ 26.6” E

4. Tanpa Terumbu Buatan (A.R.0) 7° 41’37.4” S 133° 49’34.8” E

Tabel Posisi geografis pengambilan sampel

(AR.1) (AR.2) (AR.3)

Cara Kerja

Meliputi : Fisik dan

hidro-oseanografi

Suhu � termometer

raksa “PYREX”

Salinitas � hand salino-

refractometer “ATAGO ®”

Kecerahan �Secchi disc

Arus � ADCP (Acoustic

Doppeler Current Profiler)

Lokasi

Parameter

Lingkungan

Pengambilan

Sampel

Pengamatan

Sampel

Analisa Data

Cara Kerja

Zooplankton

disampling menggunakan

NORPAC (mesh size 150 µm)

ditarik secara horisontal pada

kedalaman 4-5 m menggunakan

teknik penyelaman SCUBA (Self

Contained Underwater Breathing

Apparatus)

diawetkan dalam formalin 5%

(Nishida et al, 2007)

dianalisis di Laboratorium Ekologi

Program Studi Biologi FMIPA ITS

Surabaya

Zooplankton

diamati menggunakan mikroskop

stereo “Olympus SZ51” dan majemuk

(compound) “Olympus CX2” � disortir

diwarnai menggunakan rose bengal

Diidentifikasi hingga kelas atau ordo

dengan buku acuan

Atlas of marine invertebrate larva

(Young et al, 2002), dan Identification

Manual For Southeast Asian Coastal

Zooplankton (Nishida et al, 2007)

Zooplankton

diamati menggunakan mikroskop

stereo “Olympus SZ51” dan majemuk

(compound) “Olympus CX2” � disortir

diwarnai menggunakan eosin

Diidentifikasi hingga kelas atau ordo

dengan buku acuan

Atlas of marine invertebrate larva

(Young et al, 2002), dan Identification

Manual For Southeast Asian Coastal

Zooplankton (Nishida et al, 2007)

Larva Invertebrata Planktonik

Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif

Rancangan Penelitian dan Analisa Data

1. Tabel Pengukuran Parameter Lingkungan

2. Tabel Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton di Tiga Desain

Terumbu dan Tanpa Terumbu

3. Tabel Komposisi dan Kelimpahan Larva Invertebrata

Planktonik di Tiga Desain Terumbu dan Tanpa Terumbu

Rumus Perhitungan

Turbulens (I) :

• Dimana :

• I = Intensitas Turbulens

• u = Kecepatan arus (Velocity)

• ū = Rata-rata total kecepatan gerak (Velocity)

(Munson,2003).

Kelimpahan Individu

N = n/V

Volume air yang tersaring

V = π x r2 x d

• Dimana:

• N = Kelimpahan plankton per satu liter air (individu/liter)

• n = Jumlah individu spesies i

• V = Volume air yang disaring (liter)

• π x r2 = Luas mulut jaring (cm2)

• d = Jarak antara mulut jaring dan permukaan air laut (cm)

(Ferianita, 2007).

Hasil dan Pembahasan

Tabel Parameter Fisik dan Hidro-Oseanografi Lingkungan di

Keempat Lokasi

No. Parameter Satuan Desain Terumbu Buatan Tanpa Terumbu

(AR.0)(AR.1) (AR.2) (AR.3)

1. Suhu ºC 31 31 31 31

2. Salinitas ‰ 31 31 31 31

3. Kecerahan Meter 4 4 4 4

4. Intensitas Turbulensi - 0.72889 0.48174 0.5476 0

• Kolmogorov (Wiggert, 2008) menyatakan bahwa intensitas

turbulensi yang dapat terjadi di lingkungan perairan berkisar

antara 0.3 hingga 10.0 � Lebih lanjut, Hukum Rouse

menyebutkan bahwa intensitas turbulensi lebih dari 0.475

merupakan batas minimum turbulen yang berpengaruh positif

terhadap distribusi larva invertebrata planktonik dalam hal

pergerakan berenang dan tenggelam.

• Berdasarkan hal tersebut, intensitas turbulen dapat dianggap

tidak berbeda (<1.0) sehingga tidak memberikan pengaruh yang

relatif berbeda terhadap komposisi dan kelimpahan jenis larva

invertebrata planktonik di lokasi penelitian.

Tabel Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton di Tiga

Desain Terumbu dan Tanpa Terumbu

No. Taksa LarvaAR.1 AR.2 AR.3 AR.0

Ni Di ni Di ni Di ni Di

1 Filum Phoronida 0 0 0 0 1 0.11 0 0Filum Echinodermata

2 Kelas Echinoidea 25 1.41 13 1.69 9 0.99 0 03 Kelas Holothuroidea 0 0 1 0.13 0 0 17 0.684 Kelas Crinoidea 1 0.06 0 0 0 0 0 0

Filum Cnidaria5 Ordo Semaeostomeae 0 0 2 0.26 1 0.11 0 06 Famili Campanulariidae 27 1.53 14 1.82 1 0.11 19 0.76

7 Famili Carybdeidae 12 0.68 0 0 0 0 7 0.28Filum Ctenophora

8 Famili Pleurobranchiidae 0 0 0 0 0 0 1 0.04Filum Crustacea

9 Crustacea (fase cypris) 8 0.45 1 0.13 0 0 0 010 Crustacea (fase nauplius) 14 0.79 3 0.39 0 0 1 0.0411 Ordo Amphipoda 57 3.22 14 1.82 1 0.11 25 1.0012 Subordo Brachyura 9 0.51 0 0 6 0.66 25 1.0013 Subordo Anomura 0 0 0 0 0 0 1 0.0414 Ordo Mysidacea 0 0 0 0 0 0 9 0.3615 Genus Lucifer 3 0.17 1 0.13 13 1.43 17 0.6816 Ordo Calanoida 540 30.53 222 28.91 614 67.32 423 16.85

17 Ordo Harpacticoida 65 3.67 32 4.17 55 6.03 78 3.1118 Ordo Cyclopoida 27 1.53 21 2.73 17 1.86 34 1.3519 Ordo Monstrilloida 84 4.75 47 6.12 31 3.40 42 1.6720 Kelas Ostracoda 177 10.01 164 21.32 94 10.31 873 34.77

Filum Platyhelminthes21 Kelas Trematoda 0 0 4 0.52 0 0 5 0.20

Filum Nemathelminthes22 Kelas Nematoda 0 0 7 0.91 1 0.11 0 0

Filum Annelida23 Kelas Polychaeta 39 2.20 5 0.65 6 0.66 68 2.7124 Filum Porifera 4 0.23 7 0.91 1 0.11 0 0

Filum Mollusca25 Kelas Bivalvia (fase veliger) 540 30.53 116 15.10 11 1.21 628 25.01

26 Kelas Gastropoda (fase veliger) 48 2.71 16 2.08 5 0.55 73 2.91

27 Famili Sepiidae 0 0 0 0 0 0 1 0.04Filum Chaetognatha

28 Genus Sagitta 35 1.98 28 3.65 16 1.75 77 3.07Filum Chordata

29 Ordo Salpida 0 0 0 0 0 0 1 0.0430 Kelas Appendicularia 54 3.05 50 6.51 29 3.18 86 3.42

Total individu zooplankton 1769 100 768 100 912 100 2511 100Total taksa zooplankton 20 21 19 23Total individu LIP 784 100 203 100 43 100 869 100

Jumlah taksa LIP 12 13 11 13

• Secara umum larva invertebrata planktonik yang mendominasi

• Larva invertebrata planktonik sangat mungkin ditemukan

disekitar terumbu buatan � kondisi alami, suksesi pada substrat

buatan akan didominasi oleh larva invertebrata bentik

(meroplankton), yang pada tahap awal hidupnya berupa larva

planktonik

Tabel Komposisi dan Kelimpahan Jenis Larva Invertebrata

Planktonik di Tiga Desain Terumbu dan Tanpa Terumbu

No. Taksa LarvaAR.1 AR.2 AR.3 AR.0

ni Di ni Di ni Di Ni Di

1 Filum Phoronida 0 0 0 0 1 2.33 0 0

Filum Echinodermata

2 Kelas Echinoidea(fase echinopluteus) 25 3.19 13 6.40 9 20.93 0 0

34

KelasHolothuroideaKelas Crinoidea

01

00.13

10

0.490

00

00

170

1.960

Filum Cnidaria

5 Ordo Semaeostomeae 0 0 2 0.99 1 2.33 0 0

6 Famili Campanulariidae 27 3.44 14 6.90 1 2.33 19 2.19

7 Famili Carybdeidae 12 1.53 0 0 0 0 7 0.81Filum Cnetophora

8 Famili Pleurobranchiidae 0 0 0 0 0 0 1 0.12

Filum Arthropoda

9 Kelas Crustacea (fase cypris) 8 1.02 1 0.49 0 0 0 0

10 Kelas Crustacea (fase nauplius) 14 1.79 3 1.48 0 0 1 0.12

11 Subkelas Amphipoda 57 7.27 14 6.90 1 2.33 25 2.88

1213

Subordo Brachyura (fase zoea)Subordo Anomura

90

1.150

00

00

60

13.950

251

2.880.04

Filum Platyhelminthes

14 Kelas Trematoda 0 0 4 1.97 0 0 5 0.58

Filum Nemathelminthes

15 Kelas Nematoda 0 0 7 3.45 1 2.33 0 0

Filum Annelida

16 Kelas Polychaeta 39 4.97 5 2.46 6 13.95 68 7.83

17 Filum Porifera 4 0.51 7 3.45 1 2.33 0 0

Filum Mollusca

18 Kelas Bivalvia (fase veliger) 540 68.88 116 57.14 11 25.58 628 72.27

1920

Kelas Gastropoda (fase veliger)Famili Sepiidae

480

6.120

160

7.880

50

11.630

731

8.400.04

Total individu 784 100 203 100 43 100 871 100

Total taksa 12 13 11 13

Grafik Komposisi Larva Invertebrata Planktonik berdasarkan

Tingkat Taksa

Filum

Kelas

Subkelas

Ordo

Subordo

Famili

Komposisi Larva Invertebrata Planktonik berdasarkan Tingkat Taksa Taksa

AR.1 AR.2 AR.3 AR.0

Dilihat dari tingkatan taksa, dapat dikatakan bahwa komposisi larva invertebrata planktonik yang paling kompleks terdapat di

desain terumbu buatan bentuk kubus berongga tersusun tersebar (AR.3) diikuti di desain terumbu buatan bentuk kubus

berongga tersusun piramid (AR.2), desain terumbu buatan bentuk reefball (AR.1), dan lokasi tanpa terumbu (AR.0).

•• Larva invertebrata Larva invertebrata �� daur hidupnya daur hidupnya �� meroplankton dan meroplankton dan

holoplanktonholoplankton

–– Sebagian besar larva invertebrata planktonik yang ditemukan Sebagian besar larva invertebrata planktonik yang ditemukan

adalah larva dari makroinvertebrata bentik atau adalah larva dari makroinvertebrata bentik atau

meroplanktonn meroplanktonn ��larva Echinoidea, Crinoidea, larva Echinoidea, Crinoidea,

Holothuroidea, Brachyura, Gastropoda, Bivalvia, Amphipoda, Holothuroidea, Brachyura, Gastropoda, Bivalvia, Amphipoda,

Porifera, Termatoda, Nematoda, Crustacea, Phoronida dan Porifera, Termatoda, Nematoda, Crustacea, Phoronida dan

PolychaetaPolychaeta

–– Beberapa taksaBeberapa taksa--taksa lainnya bersifat planktonik atau taksa lainnya bersifat planktonik atau

holoplankton holoplankton �� larva Campanulariidae, Coronatae, larva Campanulariidae, Coronatae,

Carybdeidae dan PleurobranchiidaeCarybdeidae dan Pleurobranchiidae

•• Berdasarkan perbandingan antara meroplankton dan Berdasarkan perbandingan antara meroplankton dan

holoplankton, maka meroplankton merupakan fase yang holoplankton, maka meroplankton merupakan fase yang

mendominasi pada keempat lokasi.mendominasi pada keempat lokasi.

• Biota bentik yang diketahui merupakan pioneer dalam suksesi

terumbu baru pada substrat buatan diantaranya adalah

Mollusca, Crustacea dan Polychaeta (Antoniadou et al., 2010),

Tunicata, Bryozoa, Hydrozoa dan Anthozoa (Perol-Finkel &

Benayahu, 2005), Holothuria (Smith & Rule, 2002) serta Porifera.

� larva invertebrata meroplankton yang ditemukan di keempat

lokasi antara lain Mollusca, Crustacea, Polychaeta, Holothuria

Porifera dan Echinodermata.

• Akan tetapi, pada saat pengambilan sampel diketahui bahwa

desain terumbu buatan bentuk reefball (AR.1) didiami oleh lebih

banyak biota bentik dibandingkan dengan terumbu buatan

lainnya yaitu desain terumbu buatan bentuk kubus berongga

tersusun piramid (AR.2) dan desain terumbu buatan bentuk

kubus berongga tersusun tersebar (AR.3).

• Secara keseluruhan, larva bivalvia memiliki nilai predominansi

yang relatif tinggi di semua titik sampling. Larva tersebut

merupakan salah satu jenis biota biofouling yang pada tahap

dewasa menyusun komunitas bentik pada terumbu buatan

(Perol-Finkel & Benayahu 2005; Antoniadou et al. 2010).

• Pengamatan visual pada saat pengambilan sampel

menunjukkan bahwa semua terumbu buatan (terutama

terumbu model kubah reefball) telah tertutupi oleh berbagai

jenis bivalvia biofouling dari famili Ostreidae, Chlamydae dan

Limidae

• Hasil perbandingan komposisi menunjukan bahwa komposisi larva

invertebrata planktonik pada desain reefball (AR.1) sejumlah 12 taksa,

desain kubus tersusun secara piramid (AR.2) sejumlah 13 taksa, desain

kubus dengan posisi tersebar (AR.3) sejumlah 11 taksa, dan lokasi tanpa

terumbu buatan (AR.0) sejumlah 11 taksa.

• Hasil perbandingan kelimpahan menunjukan bahwa kelimpahan larva

invertebrata planktonik pada desain reefball (AR.1) sejumlah 748 individu/

m3, desain kubus tersusun secara piramid (AR.2) sejumlah 203 individu/

m3, desain kubus dengan posisi tersebar (AR.3) sejumlah 43 individu/ m3,

dan lokasi tanpa terumbu buatan (AR.0) sejumlah 871 individu/ m3.

• Berdasarkan hasil pengamatan, pada penelitian ini intensitas turbulensi

pada keempat lokasi tidak mempengaruhi komposisi atau kelimpahan dari

larva invertebrata planktonik.

• Berdasarkan hasil pengamatan, tipe desain terumbu buatan yang lebih

disukai larva invertebrata planktonik ialah desain kubus dengan posisi

tersebar (AR.3) berdasarkan kompleksitas taksa penyusun komposisinya.

Kesimpulan

• Kurangnya kemampuan identifikasi taksa larva invertebrata

planktonik pada tingkat taksa yang lebih rendah dan setara

sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya

menggunakan referensi yang lebih banyak dan lengkap.

• Pada penelitian selanjutkan, diharapkan dapat

mengidentifikasi spesies yang ada di karang buatan sehingga

dapat membandingkan serta membahas spesies yang ada di

terumbu buatan dengan larva yang ada di sekitar terumbu

buatan.

Saran

1 2

copepoda

larva veliger

gastropoda

amphipoda

Pteropoda

gelatinous

zooplankton

Appendicularia

larva Cirripedia

nauplius

Ophiopluteus

Polychaeta

Ostracoda

monstrilloida

nematoda

Gambar Beberapa contoh larva invertebrata

Gambar Berbagai macam bentuk dan jenis terumbu buatan

(Marwadi, 2002)

Gambar Jaring makanan (food web) pada Komunitas Terumbu Karang (Coral reef)

(Castro, 2005).

Faktor yang Mempengaruhi Ikan dan

Macroinvertebrates

Berasal dari aktivitas manusia (langsung dan tidak langsung) :

• Over-fishing dan destructive fishing

• Pencemaran, terutama dari peningkatan sedimentasi � menutupi jaringan karang &

nutrients (dr runoff) � menunjang pertumbuhan alga � mematikan karang

• Kerusakan fisik, dari aktivitas wisata yang merusak terumbu, jangkar yang dijatuhkan

di atas terumbu dan kapal2 yang menabrak karang

• Perubahan kondisi habitat pesisir, a.l. penebangan mangrove, konversi lahan dll

• Harvesting live aquarium fish and coral

Digunakan untuk bahan makanan, obat tradisional dan for food, traditional medicine,

dan aquaria. Penggunaan ini memiliki nilai ekonomi tinggi ttp menyebabkan aktivitas2

eksploitasinya sangat intensif dan biasanya cara yang digunakan tidak lagi ramah

lingkungan.

Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :

• Arus Ekman: dipengaruhi oleh angin � arus yang ditimbulkan oleh angin

mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman.

• Arus termohaline : dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi � Perubahan

densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2

massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah

permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya.

• Wind Driven Current : dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi

pada lapisan permukaan

• Arus pasut : dipengaruhi oleh pasut � Arus yang disebabkan oleh gaya

tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa

• Arus Geostropik : dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya

coriolis � Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini

akan membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai

akibat dari perputaran bumi pada porosnya.

• Substrat Efek pada Produksi Primer Artificial Reef (hal.119)

- Karakteristik fisik utama dari substrat, mempengaruhi penyelesaian

menjatuhkan spesies: tekstur permukaan, lereng, outline (bentuk

permukaan), warna, dan cahaya refleksi (Relini 1974).

- Miring permukaan dan tekstur permukaan yang optimal ganggang

dapat meningkatkan kolonisasi oleh adhesi spora dan membantu

mengurangi akumulasi sedimen, yang merupakan faktor pembatas

penting untuk kolonisasi ganggang situs dengan rezim yang tinggi

sedimentasi (Ohgai et al. 1995; Falace dan Bressan 1997).

- Dengan demikian, struktur bentuk dianggap sangat penting. Karang

dengan miring atau hampir vertikal seperti piramida sisi dianggap

paling efektif untuk ganggang karena menyediakan berbagai

derajat cahaya, suhu, dan kimia lain / kondisi fisik yang dapat

dieksploitasi (Bombace 1977, 1981; Akeda et al. 1995).

Desain Kubah Reefball (AR.1)• Intensitas turbulensi yang dihasilkan sebesar 0.72889

• Desain kubah reefball yang berongga dapat menghasilkan pusaran

arus koheren dengan aliran ke atas dan menyediakan tempat

pemijahan serta asuhan untuk beberapa ikan sehingga pergerakan

pergerakan vertikal (transportasi) melalui kolom air lebih mudah

terjadi (Armono, 1999 dalam Akbar, 2005).

Desain Kubus tersusun secara

Piramid (AR.2)• Intensitas turbulensi yang dihasilkan sebesar 0.48174

• Desain ini dapat menghasilkan pusaran arus dengan aliran ke atas

dan penempatannya yang menjulang ke atas memberikan

kemampuan untuk menerima penetrasi cahaya yang sempurna.

Desain Kubus dengan posisi

Tersebar (AR.3)• Intensitas turbulensi yang dihasilkan sebesar 0,5476

• Desain ini meskipun peletakannya tersebar, dapat pula

menghasilkan pusaran arus dengan aliran ke atas