komponen konseptual dan jenis-jenis teori komunikasi web viewatau diwujudkan dalam media alternatif....

146
TRANSFORMASI, INFORMASI, DAN KOMUNIKASI A. TEORI-TEORI MEDIA Pembahasan ini dimaksudkan sebagai suatu pengenalan teori media dalam perspektif budaya. Pengetahuan ini pada hakikatnya berupaya memberikan basis untuk konsep perspektif teoritis untuk kajian budaya atas media. Perlu disadari bahwa pendekatan dalam perspektif budaya atas media jauh tertinggal dibanding dengan pendekatan pragmatis sosial. Untuk itu secara khusus eksplorasi konseptual ini dilakukan dengan tujuan melengkapi materi ajar dalam kajian media. Upaya ini dapat dipandang sebagai dorongan bagi mahasiswa yang menekuni kajian media atau Ilmu Komunikasi. Lebih luas tentunya, boleh pula dipandang sebagai upaya untuk mengajak memperbincangkan media dalam perpektif budaya, setidaknya untuk menyeimbangkan kecenderungan pragmatis yang selama ini mengggerakkan kajian media. Kajian akademik atas media perlu dikembangkan dalam perspektif budaya/kultural, sebagai upaya untuk pengembangan tradisi kultural dalam kajian atas media. Dengan begitu kegiatan akademik dengan perspektif budaya membawa konsekuensi dalam cara pandang terhadap media, yaitu hubungan media dengan masyarakat politik dan ekonomi dalam konteks makna budaya/simbolik (cultures and media), dan 1

Upload: trandat

Post on 30-Jan-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

TRANSFORMASI, INFORMASI, DAN

KOMUNIKASI

A. TEORI-TEORI MEDIA

Pembahasan ini dimaksudkan sebagai suatu pengenalan teori media dalam

perspektif budaya. Pengetahuan ini pada hakikatnya berupaya memberikan basis untuk

konsep perspektif teoritis untuk kajian budaya atas media. Perlu disadari bahwa

pendekatan dalam perspektif budaya atas media jauh tertinggal dibanding dengan

pendekatan pragmatis sosial. Untuk itu secara khusus eksplorasi konseptual ini

dilakukan dengan tujuan melengkapi materi ajar dalam kajian media.

Upaya ini dapat dipandang sebagai dorongan bagi mahasiswa yang menekuni

kajian media atau Ilmu Komunikasi. Lebih luas tentunya, boleh pula dipandang sebagai

upaya untuk mengajak memperbincangkan media dalam perpektif budaya, setidaknya

untuk menyeimbangkan kecenderungan pragmatis yang selama ini mengggerakkan

kajian media.

Kajian akademik atas media perlu dikembangkan dalam perspektif

budaya/kultural, sebagai upaya untuk pengembangan tradisi kultural dalam kajian atas

media. Dengan begitu kegiatan akademik dengan perspektif budaya membawa

konsekuensi dalam cara pandang terhadap media, yaitu hubungan media dengan

masyarakat politik dan ekonomi dalam konteks makna budaya/simbolik (cultures and

media), dan kultur media yang ada dalam masyarakat (media cultures). Dari sini dapat

disebutkan bahwa kajian media pada dasarnya punya 2 tujuan, pertama menjadikan

media sebagai sumber untuk mengkaji dimensi-dimensi realitas sosial suatu

masyarakat, dan kedua untuk mengenali kecenderungan nilai yang menjadi faktor

imperatif bagi suatu media.

Demikianlah, kajian media dalam perspektif budaya dapat difokuskan pada 2

sisi, pertama institusi media sebagai bagian dalam produksi praktik budaya dalam

ekonomi politik, dan kedua media sebagai teks budaya. Dari orientasi dan fokus

semacam ini kritisisme perlu diarahkan kepada transformasi sosial di Indonesia, dengan

memfokuskan perhatian pada budaya alternatif yang terkandung dalam media umum

1

Page 2: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

atau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah

terhadap proses yang berlangsung dari budaya alternatif pada media dalam menghadapi

setiap arus besar budaya, dengan tujuan untuk memahami apa yang menyebabkan

budaya alternatif dapat tumbuh atau sebaliknya tidak berdaya dalam arus besar.

Karakteristik fenomena komunikasi/media dapat ditelusuri dari masyarakat

yang menjadi ruang hidupnya. Secara konvensional masyarakat dapat dilihat dalam dua

dimensi, yaitu dalam kehidupan sosial dan kehidupan budaya. Karenanya dikenal

masyarakat ‘sosial’ (nyata, real) yang dilihat dari interaksi sosial dalam konteks

ekonomi dan politik. Sedang masyarakat ‘budaya’ dibedakan atas dua macam, bersifat

statis yaitu komunitas yang memperoleh warisan (heritage) makna (meaning) simbolik

untuk kehidupan komunitasnya, dan bersifat dinamis yaitu komunitas warga yang

memproduksi makna simbolik, baik revitalisasi makna lama maupun produksi makna

baru untuk kehidupan yang lebih baik.

Selain itu, dalam perkembangan teknologi komunikasi, realitas media

melahirkan bentuk kehidupan baru, dikenal melalui realitas virtual atau cyber. Dengan

demikian kompleksitas masyarakat perlu dilihat pada realitas masyarakat bersifat real

yang terbentuk atas interaksi manusia dalam proses obyektifikasi dan subyektifikasi,

realitas masyarakat yang menciptakan dan mengolah makna simbolik, dan realitas

masyarakat cyber (cyber society) yang terbentuk oleh penggunaan media berbasis

telekomunikasi dan informasi multimedia (tele-informatika).

Secara akademik, keberadaan media dan masyarakat perlu dilihat secara

bertimbal balik. Untuk itu biasa digunakan landasan konseptual, setidaknya ada 2

pandangan yaitu apakah media membentuk (moulder) atau mempengaruhi masyarakat,

ataukah sebaliknya sebagai cermin (mirror) atau dipengaruhi oleh realitas masyarakat.

Dalam bahasa sederhana, apakah media massa menjadi penyebab “rusak” atau

“beradab”nya masyarakat, ataukah media hanyalah mencerminkan wajah masyarakat?

Dua landasan ini menjadi titik tolak dari bangunan epistemogis dalam kajian media,

yang mencakup ranah pengetahuan mengenai hubungan antara masyarakat nyata (real)

dengan media, antara media dengan masyarakat cyber, dan antara masyarakat real

dengan masyarakat cyber. Dari interkoneksitas itu kemudian realitas media dilihat

konteksnya dengan masyarakat simbolik. Dengan kata lain, sejauh mana realitas media

merefleksikan makna simbolik yang berkonteks pada masyarakat real dan masyarakat

cyber secara bertimbal balik.

2

Page 3: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Pandangan pertama, bahwa media membentuk masyarakat bertolak dari

landasan dengan teori stimulus – respons dalam behaviorisme. Teori media dalam

landasan positivisme ini pun tidak bersifat mutlak, varian pengaruh media massa terdiri

atas 3 varian, pertama: menimbulkan peniruan langsung (copycat), kedua:

menyebabkan ketumpulan terhadap norma (desensitisation), dan ketiga: terbebas dari

tekanan psikis (catharsis) bagi khalayak media massa. Landasan konseptual semacam

ini banyak didukung oleh skolar penganut pragmatis sosial. Selain itu dikenal pula

kerangka konseptual tentang keberadaan media dengan landasan bersifat kultural,

melalui perspektif kritis yang melihat pengaruh media adalah dalam menyampaikan

dan memelihara dominasi ideologi borjuis, membentuk dan memelihara ideologi

dominan atau arus utama (mainstream) dalam masyarakat.

Pandangan kedua menempatkan media sebagai teks yang merepresentasikan

makna, baik makna yang berasal dari realitas empiris maupun yang diciptakan oleh

media. Dengan demikian realitas media dipandang sebagai bentukan makna yang

berasal dari masyarakat, baik karena bersifat imperatif dari faktor-faktor yang berasal

dari masyarakat, maupun berasal dari orientasi budaya pelaku media. Dari sini media

dilihat pada satu sisi sebagai instrumen dari kekuasaan (ekonomi dan/atau politik)

dengan memproduksi budaya dominan untuk pengendalian (dominasi dan hegemoni)

masyarakat, dan pada sisi lain dilihat sebagai institusi yang memiliki otonomi dan

independensi dalam memproduksi budaya dalam masyarakat.

Pandangan lain dengan determinasi teknologi, keberadaan media komunikasi

massa dilihat sebagai fenomena yang dibentuk oleh perkembangan masyarakat.

Teknologi mengubah konfigurasi masyarakat, mulai dari masyarakat agraris, industrial

sampai ke masyarakat informasi. Dalam perubahan tersebut teknologi komunikasi

berkembang sebagai upaya manusia untuk mengisi pola-pola hubungan dalam setiap

konfigurasi baru.

Perkembangan teknologi yang mempengaruhi kegiatan komunikasi,

pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat, pertama secara struktural, yaitu faktor

teknologi yang mengubah struktur masyarakat, untuk kemudian membawa implikasi

dalam perubahan struktur moda komunikasi. Kedua, perubahan moda komunikasi

secara budaya membawa implikasi pula pada perubahan cara-cara pemanfaatan

informasi dalam masyarakat. Dengan begitu determinasi teknologi dalam konteks

komunikasi dapat dilihat dalam urutan berpikir: dari perubahan struktur masyarakat,

struktur moda komunikasi dalam masyarakat, dan cara pemanfaatan informasi.

3

Page 4: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Selain itu ada pula pandangan dengan urutan sebaliknya: dari pemanfaatan

informasi, membawa perubahan masyarakat, dan untuk kemudian mempengaruhi

perkembangan teknologi. Pandangan ini menempatkan media massa dapat membentuk

masyarakat melalui realitas psikhis dan realitas empiris sehingga terdapat daya kreatif

person maupun kolektifitas. Dengan kapabilitas dan daya kreatif secara personal atau

kolektif dapat melahirkan (invention) dan memperkembangkan (innovation) teknologi

dalam masyarakat.

Perjalanan kajian media atau ilmu komunikasi telah bergerak jauh. Untuk itu

perlu dicatat, saat tahun 1983 para skolar komunikasi merasa perlu melakukan

retrospeksi atas keberadaan disiplin Ilmu Komunikasi (dalam Ferment in the Field,

Journal of Communication, Vol 33, no. 3/1983) guna menyikapi pernyataan Berelson

24 tahun sebelumnya, tentang lunturnya disiplin Ilmu Komunikasi ("The State of

Communication Research", Public Opinion Quarterly 23, 1959). Ilmu Komunikasi

sebelumnya menjadi tempat persinggahan sementara bagi sejumlah skolar dari disiplin

ilmu lain, seperti Ilmu Politik (Lasswell); matematik dan sosiologi (Lazarsfeld);

psikologi sosial (Lewin), dan sebagainya. Dengan begitu Ilmu Komunikasi dipandang

sebagai disiplin terbuka yang dimasuki oleh kalangan dari berbagai disiplin keilmuan

lain. (Rogers,1994)

Dalam citranya sebagai disiplin yang terbuka, dibandingkan dengan cabang-

cabang disiplin Ilmu Sosial lainnya, Ilmu Komunikasi boleh disebut memiliki obyek

kajian yang lebih jelas batasnya. Kajian dengan focus of interest yang dikonsentrasikan

pada subject matter media dan informasi dalam interaksi sosial, akan membedakannya

dengan kajian Natas interaksi sosial yang dilakukan dalam cabang lain disiplin Ilmu

Sosial. Penetapan obyek kajian dalam Ilmu Komunikasi tidak pernah menimbulkan

kontroversi, sehingga kajian dari tahun ke tahun dapat berkembang dengan

mempertajam perspektifnya.

Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi setidaknya para skolarnya tidak terlibat

dalam perdebatan epistemologis, apakah disiplin ini sebagai studi dengan pendekatan

empirisisme ataukah rasionalisme, kuantitatif ataukah kualitatif, studi sosial ataukah

studi budaya, dan semacamnya. Pendefinisian komunikasi sebagai proses transmisi

pesan dalam konteks interaksi sosial ataukah sebagai proses produksi makna simbolik

dalam konteks budaya, mendapat tempat yang sama dalam kajian Ilmu Komunikasi

(Fiske, 1990).

4

Page 5: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Secara sederhana kegiatan komunikasi dilihat sebagai instrumen dalam

hubungan sosial, yang diwujudkan dalam format verbal dan non-verbal, atau format

visual dan nonvisual. Masing-masing format ini membawa tuntutan teknis yang

berkonteks pada sifat bawaan (traits) media yang digunakan. Seperti halnya media

sosial dengan sifat bawaan yang bertumpu pada faktor fisik manusia, media massa

dengan landasan faktor perangkat teknologi mekanis dan elektronik, dan media

interaktif dengan tumpuan pada perangkat teknologi telekomunikasi dan komputer

multimedia. Masing-masing media hadir dengan sifat bawaannya, dan dari sini kaidah

dalam komunikasi akan disesuaikan dengan faktor fisik manusia, dan teknologi sebagai

perpanjangan fisik manusia. Dalam kajian pragmatis kemudian melahirkan asumsi atas

fenomena komunikasi dengan faktor bahasa yang menentukan dunia alam pikiran

(linguistic determinism) dan faktor teknologi (technological determinsm) yang

menentukan konfigurasi masyarakat.

Penetapan obyek kajian dalam Ilmu Komunikasi tidak pernah menimbulkan

kontroversi, sehingga kajian dari tahun ke tahun dapat berkembang dengan

mempertajam perspektifnya. Tetapi disini pula sumber masalahnya, apakah yang

dibicarakan adalah Ilmu Komunikasi (Communications Science), ataukah Studi Media

(Media Studies).

Sebagai suatu ilmu dengan sendirinya ada upaya untuk membangun ranah

keilmuan dengan teori dan metodologi, dengan mengembangkan model teoritis dan

konsep teoritis yang bersifat eksklusif. Sedang sebagai suatu studi dikembangkan

dengan berbagai perspektif, dengan konsekuensi kegiatan bersifat lintas disiplin (cross-

disciplinary) dan menembus batas-batas akademik (academic boundaries).

Dengan begitu berbeda dengan Ilmu Komunikasi pada tahap awal yang

dikerjakan oleh skolar dari disiplin lain dengan menggunakan logika metodologi dan

analogi teoritis dari disiplin keilmuannya, dengan menjadikan fenomena komunikasi/

media sebagai obyek kajian. Sebagai ilustrasi, Shannon seorang insinyur elektronik

memperkenalkan model teoritis untuk menjelaskan model teoritis komunikasi bersifat

linier dalam “the mathematical theory of communication”, atau Hovland seorang

psikolog memperkenalkan teori persuasi dengan “the message learning approach”

(Rogers, 1994).

Dalam riak kecil perkilahan mengenai Ilmu Komunikasi dan Studi Media,

dalam perkembangan bidang kajian ini setidaknya para skolarnya tidak terlibat dalam

perdebatan epistemologis, apakah disiplin ini sebagai studi dengan pendekatan

5

Page 6: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

empirisisme ataukah rasionalisme, kuantitatif ataukah kualitatif, studi sosial ataukah

studi budaya, dan semacamnya. Dalam kajian komunikasi/media pun dapat ditelusuri

genesisnya yang bersifat dikhotomis, pertama adalah dari akar Amerika Serikat yang

berbasis empirisisme dengan aliran pemikiran pragmatisme. Kedua, dari akar Eropa

yang dapat dirunut pada tradisi Yunani yang berbasis pada retorika (logika dan bahasa),

yang berlanjut dengan kajian sejarah dan budaya, dan paling belakangan dengan

perspektif kritis (termasuk ideologis) pada aliran pemikiran Birmingham di Inggris dan

Frankfurt di Jerman. Dari masing-masing orientasi akademik ini pengkaji komunikasi

mendefinisikan subyek kajiannya secara berbeda. Aliran pertama menyebut sebagai

penyampaian pesan (transmission of message) dalam konteks interaksi sosial, sedang

aliran kedua melihat fenomena komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna

(production and exchange of meaning) dalam konteks budaya (Fiske, 1990).

Keberadaan Ilmu Komunikasi/Studi Media tidak terlepas dari paradigma yang

muncul dalam Studi Sosial. Paradigma menjadi dasar dalam melihat suatu obyek,

mengingat bahwa obyek tersebut tidak berada dalam ruang hampa. Fenomena yang

menjadi obyek kajian berada dalam ruang sosial yang lebih besar. Untuk itu fenomena

komunikasi/media dijelaskan dengan grand theory dalam Ilmu Sosial, seperti

strukturalisme (fungsionalisme dan konflik sosial), simbolik-interaksionisme dan

kognitifbehaviorisme. (DeFleur & Ball-Rokeach, 1982)

Paradigma menjadi dasar dalam melihat suatu obyek, mengingat bahwa obyek

tersebut tidak berada dalam ruang hampa. Fenomena yang menjadi obyek kajian berada

dalam ruang sosial yang lebih besar. Untuk itu dijelaskan dengan grand theory dalam

Ilmu Sosial, seperti strukturalisme (fungsionalisme dan konflik sosial),

simbolikinteraksionisme dan kognitif-behaviorisme (DeFleur & Ball-Rokeach, 1982)

Paradigma membawa konsekuensi dalam pendekatan (approach) kajian,

karenanya dikenal pendekatan mikro dan makro dan paralel dengannya pendekatan

budaya dan struktural (Hall,1999; Herman, Chomsky,1988). Pendekatan mikro yang

menjadikan individu sebagai satuan kajian, dengan itu menampung kajian dengan

perspektif simbolikinteraksionisme dan kognitif-behaviorisme. Pendekatan makro

melihat masyarakat/kolektivitas sebagai satuan kajian, menampung perspektif

strukturalisme (Mosco,1996; Bagdikian, 2000). Pendekatan mikro menjadikan domain

nilai (value) dan psikologis individu sebagai satuan kajian, sehingga masyarakat

dipandang sebagai akumulasi dari domain individual tersebut. Sementara pendekatan

6

Page 7: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

makro melihat individu sebagai bagian institusi, dan masyarakat merupakan interaksi

dari berbagai institusi.

Jika diingat bahwa paradigma berkaitan dengan perspektif yang digunakan

dalam fenomena sosial umumnya, maka perkembangan paradigma dalam Ilmu

Komunikasi seiring dengan perkembangan dalam Ilmu Sosial. Perkembangan

sebenarnya bukan berarti munculnya paradigma baru, sebab tidak ada lahir yang dapat

berfungsi seperti grand theory yang diperkenalkan Durkheim, Marx, Weber dan

lainnya (Littlejohn, 1996). Pengembangan pada dasarnya adalah dengan memberikan

konteks baru atas paradigma lama. Dengan begitu analisis lebih tajam, dan konsep

teoritis dapat dikembangkan. Dengan kata lain, kajian-kajian yang dilakukan adalah

memperkaya model teoritis (misalnya diffusi, agenda setting, dan lainnya), atau

mempertajam konsep teoritis.

Perkembangan kajian dalam pendekatan makro, dengan perspektif ekonomi

politik (political economy), fenomena media massa dikaji untuk melihat keberadaannya

di tengah masyarakat dalam peran yang bersifat imperatif akibat kekuasaan negara dan

kekuatan modal. Begitu pula misalnya dikenal pendekatan hegemoni, untuk melihat

keberadaan media massa dalam berhadapan dengan kekuasaan dominan dalam struktur

sosial/global.

Sementara perkembangan dalam kajian mikro lebih banyak bersifat pengujian

konsep teoritis. Kajian semacam ini berfungsi sebagai penajaman dalam hal ketepatan

konsep dalam menghadapi fenomena empiris. Upaya untuk memperkembang-kan

paradigma sampai saat ini dilakukan oleh para skolar yang ingin mengkaji fenomena

komunikasi sebagai fenomena sosial, bukan semata-mata sebagai akumulasi

pengalaman empiris atau psikologis dari individu. Antara lain dengan mencari metode

yang dapat mengurangi kelemahan pendekatan makro yang bersifat hermeneutis, dan

memadukan dengan pendekatan mikro dengan observasi terhadap individu.

Demikianlah, keinginan yang tersirat dalam buku ini dimaksudkan sebagai

suatu eksplorasi untuk mempelajari media yang ditempatkan dalam perspektif

kebudayaan/kultural, sebagai upaya untuk pengembangan tradisi kultural dalam kajian

atas media. Kajian semacam ini diperlukan sebagai penyeimbang dengan

pengembangan Ilmu Komunikasi yang bertolak dengan pendekatan positivisme/

emprisisme (logico-empirical).

Dalam rentang masa yang panjang, orientasi kajian dalam Ilmu Komunikasi

bergerak di sekitar ini:

7

Page 8: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Audience studies are usually survey type research designed to measure the

amount of interest in various mass media content and the reasonss for it. With print

media audience studies usually in the form of “one-time” surveys while television

ratings most often use and adaption measured over a period of years. Studies of media

uses ann media credibility, reader interest surveys and broadcast “ratings” are example

of this type of research.

Message content and design immediately brings to mind the content analysis of

messages, but content analysis can often be used inN conjunction with other research

methods to great advantage. Experimental designs in a “laboratory” setting are often

used to determine the most effective version of a message to achieve a desired objective

with specific population. Research on the advantages of presenting one side of and

issue or redundancy, the usess of language and various methods of counter persuasion

are examples of message content annd design studies. So are “field” studies done by

advertising agencies and public realtions firms to determine the most effective form or

versions for their commercials and advertisements. Effect studies involve the planning

and evaluation of the effects of media campaigns as well as the choice of media used.

Studies involving the diffusion of innovations, the function and dysfunction of the

media, the agenda setting function of the media and the effects of vieweing television

violance are obvious examples. In the commercial world, advertisers are interested in

the most effective means of increasing sales, public relations practioners seek the best

ways to improve a corporate image, campaign managers need the means to get a

candidat elected, and statesmen want the best ways to win acceptance for a policy or a

program. Effect studies can utilize many research methods” experimental designs,

survey researach, content analysis, case studies, as wel as combinations of them.

Communicator analysis has traditionally been linked with “gatekeeper” studies

(case studies). Studies dealing with the effects of language on perception and

abstraction can also be classified as communicator analysis. The effects of source

credibility on acceptance of a message are also directly related to communicatio

stdudies. Research into the effects of media chains, conglomerate and crossownership

on the conten of the media are all examples of communicatior analysis. (Severein dan

Tankard, 1979: 271)

Berbagai varian kecenderungan kajian di atas lahir dari pendidikan Ilmu

Komunikasi dengan orientasi positivisme dengan pendekatan kuantitatif. Lebih jauh

lagi orientasi pragmatis yang menggerakkan setiap kajian tersebut menjadikan Ilmu

8

Page 9: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Komunikasi teredusir sebagai pengetahuan bersifat teknis (technicallities). Akibatnya

sekolah Ilmu Komunikasi dikesankan sebagai pendidikan bagi komunikator dalam

ruang politik dan ekonomi. Kajian media dengan perspektif budaya membawa

konsekuensi dalam cara pandang terhadap media, yaitu hubungan media dengan

masyarakat politik dan ekonomi dalam konteks makna budaya/simbolik (cultures and

media), dan kultur dari media yang ada dalam masyarakat (media cultures).

Untuk itu budaya/kultur diartikan sebagai praktik dan teks budaya dengan

makna simblik, sebagai proses produksi dan reproduksi secara kolektif penghayatan,

makna dan kesadaran, atau pemaknaan dari ruang ekonomi (dunia produksi) dan ruang

politik (dunia relasi sosial). Lebih jauh praktik dan teks budaya ditempatkan pada

konteks kemajemukan masyarakat dalam perspektif multi-kulturalisme. Untuk itu

terkandung dua permasalahan konseptual dalam konteks Indonesia. Pertama realitas

aktual berupa kemajemukan kebudayaan berdasarkan etnisitas/lokalitas, dan kedua

proses idealisasi pencitraan (imaging) berupa upaya membangun/membentuk kultur

nasional atau bangsa. Dengan begitu selalu terjadi proses sentrifugal dari kebudayaan

etnis/lokal ke pada kebudayaan nasional/bangsa, atau sebaliknya proses sentripetal pada

etnisitas/lokalitas yang menguat sehingga menjauh dari dinamika yang menuju

kebudayaan nasional/bangsa. Dalam tarik menarik lingkup entitas domestik yang

bersifat sentrifugal atau pun sentripetal ini, berlangsung pula dinamika dari proses

global yang menawarkan kebudayaan dengan cara hidup berbasis pada industri

kapitalisme dunia dalam kebudayaan massa/populer (popular culture).

Kedua, konsep kemajemukan masyarakat (pluralisme) dapat dilihat secara statis

sebagai adanya realitas perbedaan dari komunitas etnis/lokal. Ini mengasumsikan

bahwa interaksi antar komunitas etnis/lokal berlangsung dalam harmoni. Pada sisi lain

disadari bahwa dinamika masyarakat pada hakekatnya tidak dalam harmoni. Dari sini

berkembang perspektif konseptual multi-kulturalisme yang bertolak dari asumsi

tentang adanya kecenderungan dominasi/hegemoni dari kebudayaan mayoritas/lebih

kuat terhadap minoritas/lebih lemah.

Lebih jauh kajian budaya dapat dikembangkan sebagai upaya memahami cara-

cara produksi budaya yang diwujudkan dalam praktik dan teks budaya di dalam

pertarungan ideologi. Dari sini media di satu sisi dilihat sebagai produk budaya, dan di

sisi lain sebagai instrumen dalam memproduksi budaya dalam masyarakat. Untuk itu

kajian bersifat lintas disiplin, dengan menggunakan teori sosial serta analisis dan kritik

budaya, sebagai titik tolak untuk pengembangan kritisisme secara komprehensif atas

9

Page 10: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

kenyataan budaya dan sosial. Dengan menggunakan perspektif ideologis, keberadaan

media dilihat berada dalam dinamika di satu pihak adanya budaya arus utama

(mainstream), budaya dominan/hegemonis, budaya massa, budaya pusat (center), atau

label mayor, yang berhadapan di pihak lain dengan budaya alternatif/sub-budaya,

budaya tanding (counter), budaya oposisi, budaya pinggiran (periphery) atau label

indie dalam kerangka politik dan ekonomi.

Kajian media dalam perspektif budaya dapat difokuskan pada 2 sisi, pertama

institusi media sebagai bagian dalam produksi praktik budaya dalam ekonomi-politik,

dan kedua media sebagai teks budaya. Dari orientasi dan fokus semacam ini kritisisme

perlu diarahkan kepada transformasi sosial di Indonesia, dengan memfokuskan

perhatian pada budaya alternatif yang terkandung dalam media umum atau diwujudkan

dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses

yang berlangsung dari budaya alternatif pada media dalam menghadapi setiap arus

besar budaya, dengan tujuan untuk memahami apa yang menyebabkan budaya

alternatif dapat tumbuh atau sebaliknya tidak berdaya dalam arus besar.

Pada sisi lain kajian media dapat ditempatkan dalam kerangka perubahan besar

masyarakat. Dalam pandangan determinasi teknologi, transformasi sosial dengan

perubahan konfigurasi masyarakat berasal dari penemuan dan pengembang-luasan

teknologi. Perubahan besar dalam masyarakat membawa implikasi pada tuntutan pada

cara-cara bertindak dalam kehidupan sosial-ekonomi, untuk kemudian mengubah

konfigurasi masyarakat dalam sosial-politik. Baru dari sini kemudian lahir teknologi

sebagai jawaban atas tuntutan komunikasi, untuk berikutnya melahirkan moda

komunikasi dalam masyarakat.

Dengan begitu sumber dari dinamika bagi moda komunikasi adalah struktur

sosial (ekonomi dan politik) yang menjadi ruang baginya. Dalam pandangan ini ranah

teknologi komunikasi tidak bersifat otonom, tetapi dibentuk dan dipengaruhi oleh

struktur sosial.

Pada pihak lain, kedudukan manusia pada tataran struktur sosial membawa

konsekuensi dalam merespon lingkup kenyataan, baik struktur sosial maupun moda

komunikasi.

Struktur moda komunikasi akan memaksa manusia untuk menyesuaikan diri

dengan kompleksitas permasalahan komunikasi. Pada tahap dasar, setiap orang dipaksa

untuk melek media komunikasi (media literacy) yang berbasis pada teknologi sebagai

syarat untuk bisa menjadi konsumen informasi. Setiap moda komunikasi memiliki

10

Page 11: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

karakteristik yang berbeda, antara lain seperti perbedaan bentuk simbolik yang

digunakan menyebabkan masing-masing media membawa bias intelektual dan

emosional yang berbeda, atau perbedaan aksesibilitas dan kecepatan informasi akan

mengakibatkan perbedaan bias politik, atau perbedaan posisi dalam menghadapi media

komunikasi menyebabkan bias sosial yang berbeda pula.

Dari sini kiranya perlu dikembangkan sudut pandang lain dalam menghadapi

fenomena komunikasi. Pandangan konvensional yang berfokus pada proses

komunikasi, akan menjadi tumpul dalam memandang perubahan moda dan teknologi

komunikasi. Untuk itu fenomena komunikasi perlu didekati melalui dua sisi, yaitu basis

material dan basis sosial yang menjadikannya terwujud. Cara pandang ini akan melihat

basis material dari media pers cetak adalah kertas (termasuk tinta cetak), percetakan

dan jaringan transportasi (alat angkut dan jalan darat, air dan udara). Media penyiaran

berbasis material pada jaringan telekomunikasi yang terdiri atas gelombang

elektromagnetik, perangkat transmisi dan penerima. Sedang basis material media

interaktif adalah jaringan telekomunikasi dan komputer. Setiap basis material bagi

media komunikasi dijalankan dengan basis budaya berupa perangkat lunak (software)

yang spesifik.

Basis material dalam kegiatan media komunikasi perlu dibedakan antara

teknologi yang secara langsung digunakan untuk mewujudkan produk media dan

produk informasi, atau secara tidak langsung berupa teknologi yang memungkinkan

media dan informasi yang diproduksi sampai atau diambil oleh konsumen. Artinya

dengan basis material inilah moda komunikasi dapat diproduksi dan dapat sampai

kepada khalayak. Sedangkan basis sosial dari media komunikasi adalah seluruh aspek

yang memungkinkan media dan informasi diproduksi. Ini mencakup 2 aspek, pertama

bersifat tidak langsung berupa basis politik yang mendasari keberadaan institusional

media komunikasi, dan basis ekonomi dengan logika pasar yang menggerakkan

produksi dan distribusi moda komunikasi. Kedua, aspek bersifat langsung berupa basis

budaya seperti jurnalisme dan seni yang mendasari produksi media dan informasi.

Dalam kajian media, ranah teknologi komunikasi dapat dilihat melalui dimensi

politik dan ekonomi sebagai perspektif dari media komunikasi secara struktural.

Sedangkan permasalahan intrinsik teknologi komunikasi dapat difokuskan pada basis

material dan sosial yang secara langsung mendasari proses produksi media dan

informasi komunikasi. Dari sini dilihat basis budaya yaitu perangkat lunak yang

menggerakkan proses produksi media dan informasi komunikasi. Perangkat lunak ini

11

Page 12: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

dapat dibedakan dalam dua tahap, pertama berfungsi untuk menjalankan mesin-mesin

teknologi, dan kedua mendasari proses produksi media dan informasi komunikasi.

Dengan begitu keterlibatan seseorang dalam proses produksi media komunikasi pada

dasarnya adalah pada basis budaya yang dijalankan, apakah berupa perangkat lunak

pada mesin-mesin teknologi komunikasi, ataukah dalam proses produksi media dan

informasi. Kajian media dalam perspektif budaya ini merupakan upaya untuk

menjembatani jurang yang ada di antara kajian komunikasi dan kultur yang dipandang

terpisah, sementara kedua hal pada hakikatnya berkaitan dengan femonema yang sama.

Untuk itu

B. TEORI KOMUNIKASI

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.

Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang

dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat

dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan

gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan

kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa

nonverbal.

Sejarah komunikasi

Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan

kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk

reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif

yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang

terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.

Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk

menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi

sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak

memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal

sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik

otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".12

Page 13: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk

umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan

penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang

dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila

pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”,

topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi

digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan

teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan

komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang

mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen

sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi

pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam

komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri. Mencari teori

komunikasi ya Sejarah komunikasi.

Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan

kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk

reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif

yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang

terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan..

Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk

menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi

sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak

memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal

sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik

otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk

umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan

penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang

dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila

pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

13

Page 14: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”,

topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi

digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan

teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan

komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang

mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen

sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi

pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam

komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri. Mencari teori

komunikasi yang terbaik pun tidak akan berguna karena kong terbaik pun tidak akan

berguna karena komunikasi adalah kegiatan yang lebih dari satu aktivitas. Masing-

masing teori dipandang dari proses dan sudut pandang yang berbeda dimana secara

terpisah mereka mengacu dari sudut pandang mereka sendiri.

Komponen komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa

berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan

kepada pihak lain.

Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak

kepada pihak lain.

Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan.

dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang

mengalirkan getaran nada/suara.

Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari

pihak lain

Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan

yang disampaikannya.

Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi

itu akan dijalankan ("Protokol")

Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.

14

Page 15: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang

lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang

disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat

simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran

baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung

melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan

1. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan

isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan

itu sendiri.

2. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas

pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan

yang dimaksud oleh si pengirim.

Teknologi komunikasi

Dalam telekomunikasi, komunikasi radio dua-arah melewati Atlantik pertama

terjadi pada 25 Juli 1920. Dengan berkembangnya teknologi, protokol komunikasi juga

turut berkembang, contohnya, Thomas Edison telah menemukan bahwa "halo"

merupakan kata sambutan yang paling tidak berambiguasi melalui suara dari kejauhan;

kata sambutan lain seperti hail dapat mudah hilang atau terganggu dalam transmisi.

Batasan dalam komunikasi

Batasan dalam komunikasi termasuk:

1. Bahasa

2. Penundaan waktu

3. Politik

Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi

Sebagaimana telah disinggung dalam modul sebelumnya bahwa ilmu

komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, maka

15

Page 16: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

defenisi-defenisi mengenai komunikasi menjadi sangat beragam. Setiap defenisi

memiliki penekanan arti, cakupan dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.

Terdapat 126 defenisi komunikasi yang dapat dikumpulkan oleh Frank E.X.

Dance. semuanya setelah dirangkum dapat dikategorikan manjadi 15 komponen

konseptual. Yaitu:

1. Simbol/verbal/ujaran, komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara

verbal. (Hoben, 1954)

2. Pengertian/pemahaman, proses di mana kita memahami dan dipahami orang lain.

Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai

dengan situasi yang berlaku. (Anderson, 1959)

3. Interaksi/hubungan/proses sosial. Interaksi adalah perwujudan komunikasi. Tanpa

komunikasi tidak akan terjadi interaksi. (Mead, 1963)

4. Pengurangan rasa ketidakpastian. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-

kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego. (Burnland, 1964)

5. Proses, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian,

dll. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka dll.

6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran. Penggunaan kata komunikasi menunjuk pada

pengalihan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya menjadi

bermakna. Misal kata “pohon†mewakili objek pohon.�7. Menghubungkan/menggabungkan. Komunikasi adalah proses yang menghubungkan

satu bagian kehidupan dengan bagian lainnya.

8. Kebersamaan. Komunikasi adalah proses yang membuat sesuatu yang semula

dimiliki seseorang menjadi milik dua orang atau lebih.

9. Saluran/jalur/alat. Komunikasi adalah alat pengirim pesan. Misalnya telegraph,

telepon, radio, kurir, dll.

10. Replikasi memori. Komunikasi adalah proses mengarahkan perhatian dengan

menggugah ingatan.

11. Tanggapan Diskriminatif, komunikasi adalah tanggapan pilihan atau terarah pada

suatu stimulus.

12. Stimuli, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi

yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima.

16

Page 17: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

13. Tujuan/kesengajaan, komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja

dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak

penerima.

14. Waktu/situasi, komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu struktur keseluruhan

ituasi atau waktu sesuai pola yang diinginkan.

15. Kekuasaan/kekuatan, komunikasi adalah suatu mekanisme yang memimbulkan

kekuatan atau kekuasaan.

Kelima belas komponen konseptual tersebut di atas merupakan kerangka acuan

yang dapat dijadikan dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi.

Komponen-komponen tersebut baik secara tersendiri, secara gabungan atau secara

keseluruhan dapat dijadikan sebagai fokus perhatian dalam penelitian.

JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI

Menurut Littlejohn (1989) berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek

pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dua kelompok:

1. Teori-teori Umum (general theories), teori ini merupakan teori yang mengarah pada

bagaimana menjelaskan fenomena komunikasi (metode penjelasannya). Karenanya

teori ini memberi analisa piker suatu teori, terdiri dari:

2. Teori-teori fungsional dan struktural. Ciri dan pokok pikiran dari teori ini adalah:

Individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau sistem sosial dan individu bagian dari

struktur. Sehingga cara pandangnya dipengaruhi struktur yang berada di luar dirinya.

Pendekatan ini menekankan tentang sistem sebagai struktur yang berfungsi.

Karakteristik dari pendekatan ini adalah:

a. Mementingkan sinkroni (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada diacrony

(perubahan dalam kurun waktu tertentu). Misalnya dalam mengamati suatu

fenomena menggunakan dalil-dalil yang jelas dari suatu kaidah. Perubahan terjadi

melalui tahapan metodologis yang telah baku.

b. Cenderung memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak diinginkan

(unintended consequences) daripada hasil yang sesuai tujuan. Pendekatan ini

tidak mempercayai konsep subjektivitas dan kesadaran. Fokus mereka pada

faktor-faktor yang berada di luar kontrol kesadaran manusia.

17

Page 18: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

c. Memandang realitas sebagai sesuatu yang objektif dan independent. Oleh karena

itu, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode empiris yang cermat.

d. Memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran dan objek yanng disimbolkan

dalam komunikasi. Bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah

ada.

e. Menganut prinsip the correspondence theory of truth. Menurut teori ini bahasa

harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus merepresentasikan ssuatu

secara akurat.

3. Teori-teori Behavioral dan kognitif.

Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya

pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok pikirannya: „ Salah satu konsep

pemikirannya adalah model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses

informasi antara stimulus dan respon.

Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya

mengidentifikasi variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari

hubungan antar variabel.

Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari proses

berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentu

memegang peranan penting terhadap kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya

berada di luar kontrol individu. Contoh lain teori atau model yang termasuk dalam

kelompok teori ini adalah Model Psikologi Comstock tentang efek televisi terhadap

individu. Tujuan model ini adalah untuk memperhitungkan dan membantu

memperkirakan terjadinya efek terhadap tingkah laku orang perorang dalam suatu

kasus tertentu, dengan jalan menggabungkan penemuan-penemuan atau teori-teori

tentang kondisi umum dimana efek selama ini dapat ditemukan. Model ini dinamakan

model psikologi karena melibatkan masalah-masalah keadaan mental dan tingkah laku

orang perorangan.

Moel ini berpendapat , televisi hendaknya dianggap sederajat dengan setiap

pengalaman, tindakan atau observasi personal yang dapat menimbulkan konsekuensi

terhadap pemahaman (learning) maupun tindakan (acting). Jadi model ini mencakup

kasus dimana televisi tidak hanya mengajarkan tingkah laku yang dipelajari dari

sumber-sumber lain.

18

Page 19: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

4. Teori-teori Konvesional dan Interaksional.

Teori ini beranggapan bahwa agar komunikasi dapat berlangsung, individu-

individu yang berinteraksi menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-

lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri tetapi juga harus sepakat

dalam giliran berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana

harus menyapa dan sebagainya. Teori ini berkembang dari aliran interactionisme

simbolik yang menunjukan arti penting dari interaksi dan makna. Pokok pikiran teori

ini adalah: „ kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun,

memelihara, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini

bahasa dan simbol. Komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of

society). „ Struktur sosial dilihat sebagai produk dari interaksi. Interaksi dapat terjadi

melalui bahasa, sehingga bahasa menjadi pembentuk struktur sosial. Pengetahuan dapat

ditemukan melalui metode interpretasi. „ Struktur sosial merupakan produk interaksi,

karena bahasa dan simbol direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannnya.

Sehingga focus pengamatannya adalah pada bagaimana bahasa membentuk struktur

social, serta bagaimana bahasa direproduksi, dipelihara, serta diubah penggunaannya.

„ Makna dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dari konteks ke konteks. Sifat

objektif bahasa menjadi relatif dan temporer. Makna pada dasarnya merupakan

kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karena itu makna dapat

berubah dari waktu ke waktu, konteks ke konteks, serta dari kelompok social ke

kelompok lainnya. Dengan demikian sifat objektivitas dari makna adalah relative dan

temporer.

5. Teori-Teori Kritis dan Interpretif

Jenis teori ini berkembang dari tradisi sosiologi interpretift, yang dikembangkan

oleh Alfred Schulzt, Paul Ricour et al. sementara teori kritis berkembang dari

pemikiran Max Weber, Marxisme dan Frankfurt School.

Interpretif berarti pemahaman (verstechen) berusaha menjelaskan makna dari

suatu tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti, maka makna idak

dapat dengan mudah diungkap begitu saja. Interpretasi secara harfiah merupakan proses

aktif dan inventif. Teori interpretif umumnya menyadari bahwa makna dapat berarti

lebih dari apa yang dijelaskan oleh pelaku. Jadi interpretasi adalah suatu tindakan

kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna.

19

Page 20: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Implikasi social kritis pada dasarnya memiliki implikasi ekonomi dan politik,

tetapi banyak diantaranya yang berkaitan dengan komunikasi dan tatanan komunikasi

dalam masyarakat. Meskipun demikian teoritisi kritis biasanya enggan memisahkan

komunikasi dan elemen lainnya dari keseluruhan system. Jadi, suatu teori kritis

mengenai komunikasi perlu melibatkan kritik mengenai masyarakat secara

keseluruhan.

Pendekatan kelompok ini terutama sekali popular di Negara-negara

Eropa.Karakteristik umum yang mencirikan teori ini adalah: „ Penekanan terhadap

peran subjektifitas yang didasarkan pada pengalaman individual. „ Makna merupakan

konsep kunci dalam teori-teori ini.

Pengalaman dipandang sebagai meaning centered. „ Bahasa dipandang sebagai

kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia. Di samping karakteristik di atas

yang menunjukan kesamaan, terdapat juga perbedaan mendasar antara teori-teori

interpretif dan teori-teori kritis dalam pendekatannya. Pendekatan teori interpretif

cenderung menghndarkan sifat-sifat preskriptif dan keputusan-keputusan absolute

tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu

yang bersifat tentative dan relative. Sementara teori-teori kritis lazimnya cenderung

menggunakan keputusan-keputusan absolut, preskriptif dan juga politis sifatnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori interpretif ditujukan untuk memahami

pengalaman hidup manusia, atau untuk menginterpretasikan makna-makna teks.

Sedangkan teori kritis berkaitan dengan cara-cara di mana kondisi manusia mengalami

kendala dan berusaha menciptakan berbagai metode untuk memperbaiki kehidupan

manusia.

A. Jenis Teori-teori Kontekstual

Berdasarkan konteks dan tingkatan analisisnya, teori komunikasi dapat dibagi

menjadi lima :

1. intra personal communication, yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri

seseorang. Fokusnya adalah pada bagaimana jalannya proses pengolahan informasi

yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya. Umumnya membahas

mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang

ditangkap melalui pancainderanya.

20

Page 21: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

2. interpersonal communication, yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi

baik yang terjadi secara langsung (non-media) atau tidak langsung (media). Fokus

teori ini adalah pada bentukbentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan

karakteristik komunikator.

3. komunikasi kelompok. Fokus pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok

kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi, namun

pembahasannya berkaitan dengan dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas

penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan

keputusan.

4. komunikasi Organisasi. Mengarah pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi

dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-

bentuk komunikasi formal dan informal. Pembahasan teori ini menyangkut struktur

dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses

pengorganisasiannya serta budaya organisasi.

5. komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan pada

sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi melibatkan keempat teori

sebelumnya. Teori ini secara umum memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang

menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara

media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak

komunikasi massa terhadap individu.

Studi komunikasi dewasa ini telah banyak melahirkan berbagai macam teori

yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Ada banyak teori

tentang komunikasi. Berdasarkan kurun waktu dan pemahaman atas makna

komunikasi, teori komunikasi semakin hari berkembang seiring berkembangnya

teknologi informasi yang memakai komunikasi sebagai fokus kajiannya.

Teori komunikasi kontemporer yang merupakan perkembangan dari teori

komunikasi klasik melihat fenomena komunikasi tidak fragmatis. Artinya, komunikasi

dipandang sebagai sesuatu yang kompleks-tidak sesederhana yang dipahami dalam

teori komunikasi klasik.

Pendekatan dalam memahami komunikasi pun tidak hanya mengacu pada teori

semata, tetapi juga memperhitungkan mazhab dan model apa yang dipakai. Mazhab

yang dipakai antara lain mazhab proses dan semiotika. Namun, dalam paper ini saya

tidak membahas teori kontemporer yang dianggap ‘pahlwan revolusioner’, tetapi saya

mengajak anda untuk mengkaji lebih detail tentang salah satu teori komunikasi klasik

21

Page 22: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

yang dicetuskan oleh Shannon dan Weaver, yaitu teori matematis atau teori informasi

yang berkembang setelah perang dunia II . Teori yang termasuk ke dalam tradisi

sibernetik ini mengkaji bagaimana mengirim sejumlah informasi yang maksimum

melalui saluran yang ada.

Tentunya teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan jika dibandingkan dengan

teori-teori lainnya. Apakah teori ini masih relevan atau justru sudah tidak dapat

disentuh sama sekali. Namun, kita tidak bisa menafikkan kontribusi Shannon dan

Weaver dalam memberikan inspirasi ahli-ahli komunikasi berikutnya yang terus

mengembangkan teorinya seperti Gerbner, Newcomb, Westley dan MacLean, dan lain-

lain.

Teori Informasi

1. Konteks Sejarah

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori

komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini

merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949,

Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.

Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan

informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter

menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh

gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk

mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik

perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah

komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state

of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia

melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak

kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu

sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada

tindakan komunikasi.

Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang

Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri

adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat

22

Page 23: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk

diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana

menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat

efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel

telepon dan gelombang radio.

Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak

dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting

dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang

disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal

yang diterima dam proses transmisi.

Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi Teori

informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat

melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada

pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan

code untuk memudahkan efisiensi informasi.

Sinyal-Sinyal yang diterima (Model Komunikasi Shannon dan Weaver)

Jika dianalogikan dengan pesawat telepon, salurannya adalah kabel, sinyalnya

adalah arus listrik di dalamnya, dan transmitter dan penerimanya adalah pesawat

telepon. Dalam percakapan, mulut adalah transmitternya, sedangkan gelombang suara

yang ke luar melalui saluran udara adalah sinyalnya, dan telinga adalah penerimanya.

Shannon dan Weaver membuat model komunikasi yang dilihat sebagai proses

linear yang sangat sederhana. Karakteristik kesederhanaanya ini menonjol dengan jelas.

Mereka menyoroti masalah-masalah komunikasi (penyampaian pesan) berdasarkan

tingkat kecermatannya. Sebagaimana yang dipakai dalam teori komunikasi informasi

atau matematis, konsep tidak mengacu pada makna, akan tetapi hanya memfokuskan

titik perhatiannya pada banyaknya stimulus atau sinyal.

Konsep dasar dalam teori ini adalah entropi dan redundansi-konsep yang

dipinjam dari thermodynamics. Kedua konsep ini saling mempengaruhi dan bersifat

sebab akibat (kausatif). Di mana entropi akan sangat berpengaruh terhadap redundansi

yang timbul dalam proses komunikasi.

Entropi

23

Page 24: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Entropi adalah konsep keacakan, di mana terdapat suatu keadaan yang tidak

dapat dipastikan kemungkinannya. Entropi timbul jika prediktabilitas/kemungkinan

rendah (low predictable) dan informasi yang ada tinggi (high information). Sebagai

contoh ada pada penderita penyakit Aids. Pengidap Aids atau yang lebih sering disebut

OHIDA tidak dapat dipastikan usianya atau kapan ia akan dijemput maut. Ada yang

sampai delapan tahun, sepuluh tahun, bahkan sampai dua puluh tahun, masih bisa

menjalani hidup sebagaimana orang yang sehat. Hal ini dikarenakan ajal atau kematian

adalah sebuah sistem organisasi yang kemungkinannya sangat tidak dapat dipastikan.

Dengan kata lain, semakin besar entropi, semakin kecil kemungkinan-

kemungkinannya (prediktabilitas). Informasi adalah sebuah ukuran ketidakpastian, atau

entropi, dalam sebuah situasi. Semakin besar ketidakpastian, semakin besar informasi

yang tersedia dalam proses komunikasi. Ketika sebuah situasi atau keadaan secara

lengkap dapat dipastikan kemungkinannya atau dapat diprediksikan-highly predictable,

maka informasi tidak ada sama sekali. Kondisi inilah yang disebut dengan negentropy.

Redundansi

Konsep kedua yang merupakan kebalikan dari entropi adalah redundansi.

Redudansi adalah sesuatu yang bisa diramalkan atau diprediksikan (predictable).

Karena prediktabilitasnya tinggi (high predictable), maka informasi pun rendah (low

information). Fungsi dari redundan dalam komunikasi menurut Shannon dan Weaver

ada dua, yaitu yang berkaitan dengan masalah teknis dan yang berkaitan dengan

perluasan konsep redundan itu sendiri ke dalam dimensi sosial.

Fungsi redundansi apabila dikaitkan dengan masalah teknis, ia dapat membantu untuk

mengatasi masalah komunikasi praktis. Masalah ini berhubungan dengan akurasi dan

kesalahan, dengan saluran dan gangguan, dengan sifat pesan, atau dengan khalayak.

Kekurangan-kekurangan dari saluran (channel) yang mengalami gangguan

(noisy channel) juga dapat diatasi oleh bantuan redundansi. Misalnya ketika kita

berkomunikasi melalui pesawat telepon dan mengalami gangguan, mungkin sinyal

yang lemah, maka kita akan mengeja huruf dengan ejaan yang telah banyak diketahui

umum, seperti charlie untuk C, alpa untuk huruf A, dan seterusnya. Contoh lain,

apabila kita ingin mengiklankan produk kita kepada masyarakat konsumen baik melalui

media cetak (koran, majalah, atau tabloid) ataupun elektronik (radio dan televisi), maka

redundansi berperan pada penciptaan pesan (iklan) yang dapat menarik perhatian,

sangat simpel, sederhana, berulang-ulang dan mudah untuk diprediksikan (predictable).

24

Page 25: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Selain masalah gangguan, redundansi juga membantu mengatasi masalah dalam

pentransmisian pesan entropik dalam proses komunikasi. Pesan yang tidak diinginkan

atau tidak diharapkan, lebih baik disampaikan lebih dari satu kali, dengan berbagai cara

yang sekreatif mungkin.

Fungsi kreatif redundansi ini juga bila dikaitkan dengan khalayak, akan sangat

membantu sekali pada masalah jumlah dan gangguan pesan di dalamnya. Jika pesan

yang ingin disampaikan tertuju pada khalayak yang besar dan heterogen, maka pesan

tersebut harus memiliki tingkat redundansi yang tinggi, sehingga pesan yang

disampaikan akan berhasil dan mudah dicerna. Sebaliknya, jika khalayak berada pada

jumlah yang kecil, spesialis, dan homogen, maka pesan yang akan disampaikan akan

lebih entropik.

Contoh dari fungsi redundansi di atas misalnya pada pemaknaan seni populer

(popular art) yang lebih redundan dari pada seni bercita rasa tinggi (highbrow art). Hal

ini dikarenakan seni populer lebih mudah untuk dicerna dan dipahami oleh banyak

khalayak dari pada seni bercita rasa tinggi di mana khalayak yang mengerti hanya

beberapa golongan elit saja. Selain masalah di atas, konsep redundansi juga bisa

diperluas hubungannya dengan konvensi dan hubungan realitas sosial masyarakat.

Redundansi dan Konvensi

Konvensi adalah menyusun suatu pesan dengan pola-pola yang sama.

Pengertian sederhananya dapat dipahami sebagai bentuk baku yang telah umum

diterima sebagai pedoman. Sebagai contoh, dalam karya sastra lama ada yang disebut

dengan pantun. Pantun merupakan salah satu bentuk karya sastra lama (klasik) yang

memiliki karakteristik tersendiri. Cirinya antara lain berpola AB AB, artinya bunyi

huruf terakhir dari dua baris terakhir pasti sama dengan bunyi dua huruf terakhir dua

baris pertama. Contoh:

Jalan-jalan ke sawah Lunto

Keliling jalan Batu Sangkar

Tegaklah tikus berpidato

Kucing mendengar habis bertengkar

Pada contoh pantun di atas, kita setidaknya dapat meramalkan bahwa baris

ketiga dan keempat pasti memiliki bunyi yang sama dengan baris pertama dan kedua,

walaupun kita belum mengetahui isi dan maknanya. Hal ini dikarenakan pantun

menekankan pengulangan dan pola-pola yang bisa diramalkan. Sehingga ini bisa

25

Page 26: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

meningkatkan redundansi dan menurunkan entropi. Ketika berbicara masalah entropi

dan redundansi pada masalah karya seni , kita mengetahui bahwa karya seni bukan

merupakan hal yang statis dan kaku. Ia akan terus berubah dan bersifat dinamis seiring

perkembangan nilai dan corak hidup masyarakat. Karya seni ada kalanya akan bersifat

‘nakal’ atau ‘nyeleneh’ dan melanggar konvensi-konvensi yang ada, sehingga menjadi

entropik bagi khalayak yang ada di dekatnya. Namun, ia juga akan berusaha mengikis

imej itu secara perlahan dengan membangun sendiri konvensi-konvensi baru yang

awalnya hanya ada pada khalayak yang jumlahnya terbatas. Maka dengan sendirinya

karya seni tadi akan diterima dan dipelajari secara luas, sehingga dapat meningkatkan

redundansinya. Sebagai contoh, seni lukis tubuh (body paint) yang dahulu dianggap

tabu sekarang dianggap sebagai hal yang biasa dan mempunyai nilai seni.

Teori informasi yang dikemukakan Shannon dan Weaver ini banyak menuai

kritik . Salah satunya adalah ia tidak mnjelaskan konsep umpan balik (feedback) dalam

model teorinya. Padahal dalam konsep analogi pesawat telepon yang ia kemukakan,

konsep umpan balik sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan

komunikasi. Hal ini dikarenakan teori yang ia kaji hanya melihat komunikasi sebagai

fenomena linear satu arah.

Teori informasi (matematis) yang ia kaji hanya melihat komunikasi dari faktor

komunikator yang dominan. Padahal penerima sebagai komunikan pun adalah bagian

dari proses komunikasi yang akan terlibat jika konsep umpan balik ia masukkan. Selain

itu umpan balik juga justru bisa memberitahukan kegagalan dalam komunikasi. Sebagai

contoh, ketika seseorang menelpon dan yang ditelepon tidak melakukan reaksi apapun,

atau mungkin sinyal di udara lemah, maka reaksi diam penerima sebenarnya adalah

umpan balik bagi sumber atau penelpon. Selain konsep umpan balik yang tidak diusung

dalam teori informasi, sebenarnya, Shannon dan weaver juga tidak mengkaji detil

tentang peranan medium (media) dalam teorinya. Ia hanya terfokus pada fungsi saluran

atau transmitter. Padahal konsep medium tidak dapat dipisahkan dari konsep transmisi

yang ia usung sebelumnya.

Secara garis besar, jika dibandingkan dengan teori kontemporer, misalnya,

interaksionisme simbolik, model teori Shannon dan Weaver ini terlalu sederhana.

Padahal komunikasi terdiri dari banyak aspek seperti yang dikatakan Schramm sebagai

area studi Multidisipliner. Ia akan selalu berkaitan dengan ilmu sosial, psikologi,

kejiwaan, teknologi, bahkan perang.

26

Page 27: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Teori informasi

Teori informasi (Inggris: information theory) adalah disiplin ilmu dalam

bidang matematika terapan yang berkaitan dengan kuantisasi data sehingga data atau

informasi itu dapat disimpan dan dikirimkan tanpa kesalahan (error) melalui suatu

kanal komunikasi. Entropi informasi (information entropy) sering dipakai sebagai alat

untuk maksud ini, dan biasanya dinyatakan sebagai banyaknya bit rerata yang

diperlukan untuk penyimpanan dan pengiriman informasi tersebut. Sebagai contoh, jika

keadaan cuaca harian dinyatakan dengan entropi 3 bit, maka kita katakan bahwa cuaca

itu mempunyai rata-rata 3 bit tiap harinya.

Aplikasi dari topik dasar dalam teori informasi meliputi kompresi data tanpa

cacat (lossless data compression, pada file ZIP misalnya), kompresi data (lossy data

compression, pada file MP3, misalnya), dan pengkodean kanal (channel coding, pada

saluran DSL, ADSL dll). Biasanya teori informasi merupakan titik temu dari bidang–

bidang matematika, statistika, ilmu komputer, fisika, neurobiologi, dan teknik listrik

serta komputer. Implementasi dari teori ini berdampak langsung dengan misi ruang

angkasa, pemahaman mengenai lubang hitam dalam galaksi, dengan penelitian

linguistika dan persepsi manusia, dengan jaringan komputer, jaringan Internet serta

jaringan telepon genggam.

Fungsi entropi biner Bernoulli

Secara khusus, teori informasi adalah cabang dari matematika peluang dan statistik,

yang berkaitan dengan konsep informasi dan entropi informasi seperti telah dijelaskan

di atas. Claude E. Shannon (1916-2001) dikenal sebagai "bapak dari teori informasi".

Shannon mendefinisikan pengukuran dari entropi informasi sebagai:

27

Page 28: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Rumus ini jika diterapkan pada suatu sumber informasi, dapat menentukan kapasitas

dari saluran yang diperlukan untuk mengirim data yang diterjemahkan ke dalam digit

biner.

 Artikel bertopik matematika ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu

Wikipedia dengan mengembangkannya.

C. TRADISI-TRADISI DALAM ILMU KOMUNIKASI

Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas

komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal

tradisi-tradisi yang unik. Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert

Craig, telah memetakan tujuh (7) bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut

sebagai 7 tradisi dalam Griffin(2000:22-35) , yakni :

1. Tradisi Sosio-Psikologi (komunikasi merupakan pengaruh antarpribadi)

Tradisi ini mewakili perspektif objektif/scientific. Penganut tradisi ini percaya

bahwa kebenaran komunikasi bisa ditemukan melalui pengamatan yang teliti dan

sistematis. Tradisi ini mencari hubungan sebab-akibat yang dapat memprediksi

kapan sebuah perilaku komunikasi akan berhasil dan kapan akan gagal. Adapun

indikator keberhasilan dan kegagalan komunikasi terletak pada ada tidaknya

perubahan yang terjadi pada pelaku komunikasi. Semua itu dapat diketahui melalui

serangkaian eksperimen.

Salah satu tokoh tradisi ini adalah Carl I Hovland, seorang ahli psikologi yang

sekaligus peletak dasar-dasar penelitian eksperimen yang berkaitan dengan efek-efek

komunikasi. Penelitiannya berupaya:

a. Menjadi peletak dasar proposisi empirik yang berkaitan dengan hubungan antara

stimulus komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan opini.

b. Memberikan kerangka awal untuk membangun teori berikutnya.

Menurut Ilmuwan Yale ini dalam formula who says what to whom with what

effect, ada tiga variabel yang memiliki sifat persuasive, yakni:

a. Who—sumber pesan.

b. What—isi pesan.28

Page 29: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

c. Whom—karakteristik audiens.

Efek utama yang diukur adalah perubahan pendapat yang dinyatakan melalui

skala sikap yang diberikan sebelum dan pesan disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan. Jadi perhatian penting dalam tradisi ini antara lain perihal pernyataan,

pendapat(opini), sikap, persepsi, kognisi, interaksi dan efek (pengaruh).

2. Tradisi Cybernetic (komunikasi sebagai pemrosesan informasi)

Ide komunikasi sebagai pemrosesan informasi pertama kali dikemukakan oleh

ahli matematik, Claude Shannon. Karyanya, Mathematical Theory Communication

diterima secara luas sebagai salah satu benih yang keluar dari studi komunikasi. Teori

ini memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Karyanya berkembang selama

Perang Dunia kedua di Bell Telephone Laboratories di AS. Eksperimennya dilakukan

pada saluran kabel telepon dan gelombang radio bekerja dalam menyampaikan pesan.

Meski eksperimennya sangat berkaitan dengan masalah eksakta, tapi Warren Weaver

mengklaim bahwa teori tersebut bisa diterapkan secara luas terhadap semua pertanyaan

tentang komunikasi insani (human communication). Jadi dalam tradisi ini konsep-

konsep penting yang dikaji antara lain pengirim, penerima, informasi, umpan balik,

redudancy, dan sistem. Walaupun dalam tradisi ini seringkali mendapat kritik terutama

berkenaan dengan pandangan asumtif yang cenderung menyamakan antara manusia

dengan mesin dan menganggap bahwa suatu realitas atau gejala timbul karena

hubungan sebab akibat yang linier.

3. Tradisi Retorika (komunikasi sebagai ilmu bicara yang sarat seni) Ada enam

keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:

a. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.

b. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi

adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.

c. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba

mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang

jelas-jelas bersifat persuasive. Public speaking pada dasarnya merupakan

komunikasi satu arah.

d. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang

pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan

lantang menyuarakannya.

29

Page 30: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

e. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang

banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak.

Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.

f. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan

haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di

Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik.

4. Tradisi semiotic (komunikasi sebagai proses membagi makna melalui tanda)

Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Sebuah

tanda adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang lain. Contohnya asap menandai

adanya api. sebagai suatu hubungan antara lima istilah berikut ini:

Lebih lanjut Pawito(2007:23) menyatakan dalam tradisi lebih memusatkan pada

perhatian lambang-lambang dan simbol-simbol, dan memandang komunikasi sebagai

suatu jembatan antara dunia pribadi individu-individu dengan ruang di mana lambang-

lambang digunakan oleh individu-individu untuk membawa makna-makna tertentu

kepada khalayak. Sehingga dalam tradisi ini memungkinkan bahwa individu-individu

akan memaknai tanda-tanda secara beragam.

5. Tradisi Socio Kultural (Komunikasi sebagai penciptaan dan pembuatan realitas

sosial)

Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang

memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian besar dari kita beranggapan

bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. Pandangan kita tentang

realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan sejak lahir. Ahli bahasa

Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi

sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya

menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana

seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan

bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi

atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara

kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan.

Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan

gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di

antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan

30

Page 31: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh;

terhadap buah pisang, orang sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya

gedang. Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat

dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata

bahasa/ grammarnya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang

berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan ditulis dalam bhasa

Inggris “where can I Change some money?”

6. Tradisi Kritis (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak

adil).

Tiga asumsi dasar tradisi kritis:

a. Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuwan kritis

menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks.

b.Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang

seringkali tersembunyi

Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan

sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis.

Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi

menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan

focus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max

Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan

teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana

mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur

penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika. Teori kritis

menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam

masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian yang

sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan

suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi kerangka pesan dan

kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu kendala utama pada

ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan dalam masyarakat

menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang membuat kelas pekerja

menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan untuk keluar dari situasi

tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru

yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma dominan. Hal itulah yang

31

Page 32: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka kelompok Franfurt School di era

berikutnya. Habermas menaruh perhatian khusus pada dominasi kepentingan teknis

dalam masyarakat kapitalis kontemporer. Dalam masyarakat seperti itu, public dan

swasta terjalin sampai pada tingkat di mana sector public tidak mampu

mempertahankan diri terhadap penindasan kepentingan teknis swasta. Idealnya, public

dan swasta seimbang, dan sector public harus cukup kuat untuk memberikan suatu

iklim bagi kebebasan gagasan dan debat. Dari bahasan tersebut, jelaslah bahwa

Habermas menilai komunikasi sangat penting bagi pembebasan. Bahasa sendiri

merupakan hal pokok bagi kehidupan manusia, dan bahasa menjadi alat di mana

kepentingan pembebesan dapat dipenuhi. Karenanya, kompetensi komunikasi

diperlukan untuk partisipasi yang efektif dalam pengambilan keputusan.

7. Tradisi Fenomenologi (Komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain melalui

dialog)

Meski fenomenologi adalah sebuah filosofi yang mengagumkan, pada dasarnya

menunjukkan analisis terhadap kehidupan sehari-hari. Titik berat tradisi fenomenologi

adalah pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada

pengalaman subyektifnya. Bagi seorang fenomenologis, cerita kehidupan seseorang

lebih penting daripada axioma-axioma komunikasi. Seorang psikologis, Carl Rogers

percaya bahwa kesehatan kliennya akan pulih ketika komunikasinya menciptakan

lingkungan yang nyaman baginya untuk berbincang. Dia menggambarkan tiga kondisi

yang penting dan kondusif bagi perubahan suatu hubungan dan kepribadian, yakni:

a. Kecocokan/kesesuaian, adalah kecocokan antara perasaan dalam hati individu

dengan tampilan luar . Orang yang tidak memiliki kecocokan akan mencoba

mempengaruhi, bermain peranan, sembunyi di balik suatu tedeng aling-aling.

b. Hal positif yang tidak bersyarat, adalah sebuah sikap penerimaan yang bukan

merupakan kesatuan dalam penampilan.

c. Pemahaman empatik.

D. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

32

Page 33: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang

paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu

yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing).Teori-

teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang

kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni

liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben&Steward (1998:18-37) perkembangan

tersebut adalah sebagai berikut:

1. STUDI KOMUNIKASI AWAL

Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali

dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah,

komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5

SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang

berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah

berisi panduan komunikasi efektif. Dan juga tampak pada kitab perjajnjian lama (Bible)

ketika Tuhan bersabda :Let there be light:and there was light. Dan juga pada

masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan komunikasi oral.

2. RETORIKA DAN PIDATO

Ada beberapa tokoh dalam perkembangan studi awal komunikasi antara lain:

a. CORAX DAN TISIAS

Teori komunikasi pertama yang dikembangkan di Greece adalah oleh Corax

dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan

berbicara di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi.tisias meyakini bahwa

persuasi adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan Tisias

mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction, body, dan

kesimpulan.

b.PROTAGORAS

Dia mengembangkan tentang debat. Dia mengajarkan bagaimana seharusnya

mennajdi seorang pembicara yang baik.

c. GORGIAS DARI LEONTINI

Dia mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif,

penggunaan gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato.

33

Page 34: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

d.ISOCRATES

Dia mengajarkan bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni

liberal dan bagaimana menjadi seorang yang baik.

e. ARISTOTELES

Aristoteles dan gurunya Plato adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal

ini. Keduanya yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk

dipraktekkan dan sebagai area studi. Dia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu

orator atau speaker yang memberikan suatu argument untuk dipresentasikan dalam

suatu pidato untuk pendengar atau audience. Karya klasiknya adalah The Rhetoric,

yang berisi 3 buku yang menekankan pada the speaker, the audience dan speech. Dalam

bukunya yang pertama yang memfokuskan pada persuasi yang mengenalkan ethos

(sifat sumber), pathos ( emosi dari audience) dan logos ( sifat dari pesan yang

disampaikan sumber kepada audience). Buku kedua menekankan pada sifat audience

dan bagaimana pembicara dapat membangun emosi audience. Menurut dia faktor

demografi mempengaruhi audience (termasuk usia dan kelas sosial) dalam menerima

pesan.Dan buku ketiga menekankan pada gaya dan bagaimana suatu pesan

dikonstuksikan dan diterima.

f. AUGUSTINE

Dia mengapliksikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari Bible dan

tulisan religious lainnya. Dia menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi

komunikasi.

g. SIR FRANCIS BACON

Dia mengenalkan pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk

tujuan praktis.

h. PLATO

Dalam tulisannya Plato menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang

memberikan kontribusi untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini

mempelajari sifat kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat

mempengaruhi manusia dalam kehidupannya.

i. CICERO

Dia mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan

akademik dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang

melibatkan seluruh domain ilmu sosial.

34

Page 35: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

j. QUINTILIAN

Dia mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu

perlu dididik.

3. JURNALISME

Praktek jurnalistik dimulai pada tahun 3700 tahun lalu di Mesir, ketika laporan

peristiwa-peristiwa pada waktu dituliskan pada makam raja Mesir. Julius Caesar, dan

mempunyai laporan resmi mengenai berita-berita sehari-hari yang ditempatkan di

tempat-tempat public. Berita itu diperbanyak dan dijual. Pada awalnya surat kabar

merupakan campuran dari newsletter, balada, proklamasi, brosur politik, dan pamphlet

yang menggambarkan berbagai kejadian. Pertengahan 1600 an muncul surat kabar

modern. Surat kabar AS pertama ’Public Occurences Both Foreign and Domestic’

terbit tahun 1690 di Boston.

4. TAHUN 1900-AN-1930-AN PERKEMBANGAN PIDATO DAN

JURNALISME

Awal abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS:

a. Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910

mengadakan konferensi tahunan pertama.

b. Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public

Speaking(sekarang Speech Communication Association)

c. Tahun 1915 terbit jurnal ‘Quaterly Journal of Public Speaking’diikuti journal

Quaterly Journal of Speech.

5. TAHUN 1940-1N DAN 1950-1N PERTUMBUHAN INTERDISIPLIN

Sejumlah sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-

teori komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi.Contohnya

bidang antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu

berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas.peneliti peneliti mulsai

memberi perhatian pada persuasi, termasuk bagaiamana propaganda dilakukan,

bagaimana opini publik dibentuk dn bagaimana perkembangan media yang memberi

kontribusi pada usaha persuasive. Kurt Lewin dan koleganya memimipin penelitian

pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan riset awal pada

komunikasi massa. Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media massa dalam

35

Page 36: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

berbagai aktifitas social dan politik misalnya voting behaviour.Dalam bidang zoology

mengkaji mengenai komunikasi diantara binatang-binatang.Demikian juga bidang

linguistic , sematik umum, dan semiotic yang memfokuskan pada sifat bahasa dan

perannya dalam kehidupan manusia yang mendorong studi ilmu komunikasi. Dalm

retorika dan pidato pada akhir tahun 1940an dan 1950an mengkaji mengenai

interpretasi oral, suara,dan diksi, debat, theater,fisiologi pidato,dan patologi

pidato.Jurnalisme dan studi media massa memberi perhatian pada sifat dan efek media

massa dan komunikasi massa.

Sampai akhir tahun 1950an mulai terbentuk The National Society for the Study

of Communication (sekarang The International Communication Association)dengan

tujuan membuat satu kesatuan hubungan antara pidato, bahasa, dan

media.Perkembangan-perkembangan ini mempercepat pertumbuhan komunikasi

sebagai sebuah disiplin ilmu.

Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh antara lain Harold D Lasswell yang

mengkaji tentang propaganda politik pada tahun 1948. Satu tahun kemudian Claude

Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari

pengiriman/trnasmisi signal.hasilnya adalah menjadi dasar uytama model Shannon dan

Weaver. Wirburr Schramm juga mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya

bertujuan untuk menciptakan suatu kesamaan makna diantara sumber dan

penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik Elihu Katz dan Paul Lazarfeld

memperkenalkan two step flow model Mereka mengenalkan konsep opinion

leader(pemuka pendapat). Dan Bruce Westley dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan

bahwa proses komunikasi adalah dimulai dari penerimaaan pesan bukan dari

pengiriman pesan.Hal ini merupakan gabungan antara komunikasi interpersonal dan

komunikasi dalam media massa.

6. TAHUN 1960-AN INTEGRASI

Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari retorika dan pidato,

jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu social lainnya.kontribusi pada integrasi

ini ditandai dengan berbagai buku antara lain The Process of Communication(1960),

The Effect s of Mass Communication(1960), On Human Communication(1961),

Diffusion of Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963),

Understanding Media(1964), and Theories of Mass Communication(1966).

36

Page 37: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Komunikasi menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para

ahli sosiologis memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengetahuan

social. Para ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam

pemerintahan,opini public, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan

bidang komunikasi politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi,

managemen, kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan

komunikasi organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan

linguistic bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan

selama tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.

7. TAHUN 1970-AN DAN AWAL 1980-AN PERTUMBUHAN DAN

SPESIALISASI

Dalam periode ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan

spesialisasi bidang mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi

interpersonal menjadi bidang yang popular seperti mempelajari interaksi nonverbal,

ilmu informasi, teori informasi dam sistem informasi dan komunikasi merupakan topic

lainnya yang juga menarik. Dismaping itu pada tahun yang sama komunikasi

kelompok, organisasi, politik, internasional dan intercultural bermunculan sebagai area

studi.

8. AKHIR TAHUN 1980-AN DAN 1990 ABAD INFORMASI

Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara meningkat

telah memainkan peran penting di masyarakat kita. Informasi sebagai komoditas.

Media baru dan media penyatu. Pengaruh ekonomi dan pasar. Komunikasi sebagai

proses. Memperkuat hubungan antardisiplin:

a. Psikologi kognitif ( persepsi,interpretasi, penyimpanan dan penggunaan

informasi).

b. Kajian kritis dan budaya (pengaruh sejarah, social, dan budaya pada

penciptaan, transmisi, interpretasi, akibat dan penggunaan pesan)

c. Ekonomi (produksi dan konsumsi informasi sebagai sumberdaya ekonomi)

d. Ilmu komputer dan rekaya elektrik (penyimpanan, mendapatkan kembali,

manipulasi dan transmisi informasi

e. Ilmu informasi(klasifikasi, managemen dan penyimpanan infromasi)

f. Jurnalisme (sumber infromasi, isi, komunikasi public dan media massa)

37

Page 38: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

g. Sastra (penciptaan dan interpretasi pembaca pada materi teks)

h. Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan

pesan, produk dan layanan)

i. Filsafat( dimensi dari proses komunikasi individual dan media massa)

E. MOBILITAS PENDUDUK

1. Pengertian dan Bentuk Mobilitas Penduduk

Pertumbuhan penduduk di suatu negara dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

fertilitas, mortalitas dan moilitas penduduk. Peranan mobilitas penduduk terhadap laju

pertumbuhan penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainnya berbeda-beda.

Istilah mobiltas penduduk diartikan menjadi gerak penduduk seperti yang dinyatakan

oleh Mantra (1985:15): “Mobilitas penduduk yaitu semua gerak penduduk dalam waktu

tertentu dan batas wilayah administrasi tertentu seperti batas propinsi, kabupaten,

kecamatan dan sebagainya”. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1981:147), bahwa:

Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya. Tingkah laku manusia dalam bentuk perpindahan tadi, erat hubungannya dengan faktor-faktor geografi pada ruang yang bersangkutan. Faktor-faktor terseut meliputi faktor fisis dan non fisis. Bentuk permukaan bumi, elevasi, vegetasi, keadaan cuaca merupakan faktor fisis yang mempengaruhi gerak berpindah yang dilakukan manusia. Alat transportasi, kegiatan ekonomi, biaya trasportasi, kondisi jalan, dan kondisi sosial budaya setempat merupakan faktor non fisis yang mendorong manusia untuk beranjak dari tempat asalnya.

Dari kedua pendapat di atas jelas, bahwa mobilitas penduduk merupakan

pergerakan atau perpindahan secara horizontal dari satu wilayah ke wilayah lainnya

dengan faktor pendorong dan bentuk yang berbeda-beda. Ada yang didorong oleh

faktor fisis misalnya karena bencana alam, ada faktor non fisis misalnya ekonomi dan

pendidikan. Bentuknya ada yang bersifat sementara ada juga yang bersifat permanen

atau menetap. Sedangkan mobilitas vertikal mengandung pengertian perubahan status

atau kedudukan sesorang dalam masyarakat.

Perbedaan antara mobilitas penduduk yang bersifat sementara dengan mobilitas

penduduk yang bersifat permanen terletak pada ada atau tidaknya niatan untuk menetap

di tempat tujuan. Apabila sesorang yang pergi ke daerah lain tetapi sejak semula sudah

38

Page 39: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

bermaksud kembali ke daerah asal, maka perpindahan tersebut hanya bersifat

sementara. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Pardoko (1986:10) bahwa:

Migrasi adalah perpindahan tempat tinggal seseorang dari satu tempat ke tempat lain dan biasanya ada di luar batas administrasi, karena itu biasanya tinggal di tempat yang baru, maka migrasi itu disebut migrasi permanen. Istilah ini dipakai untuk membedakan perpindahan seseorang ke suatu tempat yang sifatnya sementara, dan pada suatu saat tertentu pulang untuk beberapa waktu ke tempat tinggal yang tetap. Migrasi ini disebut migrasi sirkuler dan bersifat non-permanen.

Sementara Daldjoeni (1981:121) mengemukakan ada tiga bentuk mobilitas

penduduk, yaitu sebagai berikut:

1. Mobilitas fisik (moilitas geografis), yaitu berpindahnya penduduk dari

suatu tempat ke tempat lain.

2. Mobilitas sosial, dimana mereka yang bersangkutan berganti statusatau

pekerjaan.

3. Mobilitas psikis, mereka yangbersangkutan mengalami perubahan sikap

yang disertai tentunya dengan goncangan jiwa.

Mobilitas penduduk secara permanen disebut juga migrasi, yaitu orang yang

berpindah mempunyai niat untuk menetap di daerah tujuan. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Rusli (1996:136) bahwa:

Seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari satu unit geografis lainnya. Unit geografis sering berarti administratif pemerintah baik berupa negara maupun bagian-bagian dari negara. Migrasi adalah salah satu bentuk gerak penduduk geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan.

Mobilitas penduduk non-permanen terjadi apabila seseorang pindah ke daerah

lain dengan tidak ada tujuan untuk menetap, tetapi kembali ke daerah asal dalam

jangka waktu tertentu. Penduduk desa banyak yang memilih pola mobilitas non-

permanen karena ada faktor-faktor lain yang dapat mengikat mereka untuk tetap tinggal

di desa seperti keluarga dan sumber pendapatan yang ada di daerah asal. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Mantra (1985:15) bahwa: “Faktor-faktor yang menyebabkan

mobilitas non-permanen lebih banyak dari mobilitas permanen”.

39

Page 40: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk

Pada dasarnya ada dua pengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang melakukan mobilitas, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Munir (1981:119-120) sebagai berikut:

Faktor-faktor pendorong yaitu:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas

barang-barang tertentu yang ahan bakunya makin susah diperoleh seperti

hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.

2. Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal akibat masuknya teknologi

yang menggunakan mesin-mesin.

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah

asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan di tempat asal.

5. Alasan pekerjaan dan perkawinan yang menyebabkan tidak bisa

mengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau

panjang atau adanya wabah penyakit.

Faktor-faktor penarik yaitu:

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya

iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

5. Tarikan dari orang yang diharapkan jadi tempat berlindung.

6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.

Dari pendapat di atas faktor pendorong cenderung berasal dari daerah asal,

sedangkan faktor penarik cenderung berasal dari daerah tujuan. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan daerah asal yang secara langsung maupun tidak langsung turut

menyebabkan gerak penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya, di antaranya

sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.

40

Page 41: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Faktor ekonomi, mobilitas penduduk di antaranya terjadi karena ketimpangan

pembangunan dan ketidakmerataan barbagai fasilitas sosial ekonomi antara satu

wilayah dengan wilayah lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Todaro yang

dikutip oleh Mantra (1985:18) bahwa “motif utama seseorang melakukan migrasi

adalah ekonomi”.

Faktor kekerabatan, keputusan individu dalam menentukan daerah tujuan

dipengaruhi oleh informasi yang diterima tentang daerah tujuan. Informasi tersebut

biasanya diperoleh dari sanak keluarga/teman yang sebelumnya telah melakukan

mobilitas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Suratman yang dikutip oleh Sunarto

(1985:91) bahwa “informasi tentang daerah tujuan yang diberikan oleh migran atau

famili yang sedang pulang, memegang peranan penting dalam melakukan migrasi ke

tanah seberang”. Berdasarkan pendapat tersebut ternyata faktor adanya teman/keluarga

di tempat tujuan merupakan faktor yang sangat kuat pengaruhnya bagi terjadinya

mobilitas penduduk terutama dari desa ke kota.

Faktor pendidikan, keterkaitan antara faktor pendidikan dengan migrasi secara

umum dikemukakan oleh Lee (1984:9) bahwa:

Volume migrasi di dalam suatu wilayah tertentu berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan dari keanekaragam dalam suatu wilayah itu. Keanekaragam dalam suatu wilayah merupakan daya tarik bagi penduduk dari berbagai jenis pendidikan dan tingkat pendidikan. Semakin maju tingkat pendidikan, semakin maju motivasi penduduk untuk pergi ke daerah lain.

Jadi menurut pendapat di atas seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan

mempunyai dorongan yang tinggi pula untuk melakukan pergerakan dari daerah asal ke

daerah tujuan, karena dengan bekal pendidikan yang tinggi seorang individu

mempunyai anggapan bahwa mereka akan mampu bersaing di tempat yang baru.

Faktor fasilitas transportasi, dorongan melakukan gerak penduduk bagi para

migran distimulir juga oleh adanya perbaikan sarana/prasarana transportasi yang

mengubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Abustam (1989:27) bahwa:

Peningkatan jalan desa dapat meningkatkan pendapatan desa, mendorong dan memperluas komersialisasi pertanian serta peningkatan produksi pertanian. Dengan demikian orang-orang desa akan semakin sering melakukan perjalanan ke kota dengan ongkos murah. Migrasi desa-kota menjadi meningkat, karena integrasi desa-kota semakin baik.Berdasarkan pendapat tersebut bahwa, semakin maju hubungan transportasi

antara daerah pedesaan dengan berbagai daerah tujuan, maka arus migrasi akan

semakin besar.41

Page 42: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Adapun daya tarik dari daerah tujuan yang menyebabkan terjadinya migrasi di

antaranya daya tarik yang bersifat ekonomi merupakan daya tarik utama bagi para

migran untuk datang ke kota. Hal ini sebagaimana dikemukakan Todaro seperti dikutip

oleh Sunarto (1985:43) bahwa:

Motif utama migrasi adalah motif ekonomi dua harapan bagi migran pergi ke kota adalah (1) ingin mendapatkan pekerjaan di kota, karena di kota menurutnya banyak jenis pekerjaan; (2) ingin mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima di desa.

Dari pendapat di atas motif ekonomi merupakan motif utama para migran

melakukan migrasi. Mereka beranggapan bahwa daerah tujuan atau kota banyak

memiliki kelebihan dibandingkan dengan daerah asal. Kelebihan tersebut tercermin dari

mudahnya mendapat pekerjaan dari berbagai jenis, tingkat upah yang lebih tinggi serta

lengkapnya fasilitas sosial-ekonomi di daerah tujuan.

3. Dampak Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk pada dasarnya menyangkut daerah asal dan daerah tujuan.

Karena itu dampaknyapun akan terjadi pada kedua daerah yang bersangkutan. Dampak

tersebut bisa bersifat positif atau malah sebaliknya bisa juga bersifat negatif.

1. Dampak Mobilitas Penduduk bagi Daerah Asal

Gambaran dampak mobilitas penduduk bagi daerah asal dapat dilihat dari

pendapat Abustam (1989:5) bahwa:

Dampak penduduk ke luar desa mengakibatkan pergeseran pola peranan anggota-anggota keluarga rumah tangga do desa asal, tercermin dari meningkatnya peranan ganda wanita dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga. Di dalam rumah tangga, peranan wanita bertujuan pada status posisinya sebagai ibu rumah tangga. Di luar rumah tangga peranan wanita bertujuan pada status posisi lain, mencari nafkah, melakukan pekerjaan produktif di bidang pertanian dan langsung menghasilkan pekerjaan.

Selain adanya perubahan pola perilaku pada masyarakat pedesaan, mobilitas

penduduk ini juga dapat meningkatkan pendapatan di daerah asal, seperti yang

dikemukakan oleh Abustam (1989:326) menjelaskan bahwa:

Pendatang sementara, terutama yang melakukan gerak sirkuler memberi sumbangan yang besar bagi peningkatan pendapatan rumah tangga di desa melalui kiriman dan bawaan uangnya dari kota karena tanggung jawab terhadap desanya khususnya tanggung jawab terhadap keluarga dan rumah tangganya.

42

Page 43: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Selanjutnya adanya mobilitas penduduk dari desa ke kota, sedikitnya dapat

meningkatkan pengetahuan mereka dibandingkan dengan penduduk yang tidak

melakukan mobilitas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Linner seperti dikutip

oleh Abustam (1989:345) bahwa:

Gerak penduduk ke luar desa, khususnya yang menuju daerah perkotaan atau urbanisasi dapat mengakibatkan berkurangnya buta huruf atau meningkatnya pendidikan baik agi migran itu sendiri maupun bagi komunitas atau masyarakat yang berada di daerah asal seagai akibat komunikasi dengan daerah luar.

Jadi berdasarkan pendapat di atas dengan adanya mobilitas penduduk dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat di daerah asal melalui proses komunikasi

secara langsung maupun tidak langsung dengan daerah luar. Dampak terhadap

pendidikan ini tercermin dari menurunnya angka buta huruf dan kesadaran

menyekolahkan anak-anaknya menjadi meningkat.

Kemudian pengaruh lain dari mobilitas penduduk antara lain terhadap sosial

budaya yaitu gaya hidup (life style), status dan peranan wanita, kehidupan sosial,

partisipasi politik dan seagainya merupakan dampak dari adanya mobilitas penduduk.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Abustam (1989:70) sebagai berikut:

Dampak gerak penduduk bagi rumah tangga dan komunitasnya di daerah asal antara lain menambah pendapatan rumah tangga, meningkatkan status sosial dan mutu hidup rumah tangga, mempercepat penerimaan ide-ide baru, berkurangnya tenaga kerja dan meningkatnya kemampuan membaca dan menulis, partisipasi ekonomi yang luas; pola perilaku dengan empati yang tinggi dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan sosial dan ekonomi pada masyarakat pedesaan.

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya mobilitas penduduk

ini salah satunya berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian, mengingat komoditas

yang dihasilkan kurang berarti agi mereka dan resiko investasi di sektor pertanian

kemungkinan gagal leih besar dibandingkan sektor non-pertanian, akibatnya ada

pergeseran orientasi kegiatan masyarakat desa, yang semula bersifat sosial dan

kekeluargaan bergeser menjadi lebih bersifat komersial, dimana segala sesuatu harus

diimbangi dengan materi.

1. Dampak Mobilitas Penduduk bagi Daerah Tujuan

Gejala mobilitas penduduk sering dipandang sebagai masalah terutama

mobilitas penduduk dari desa ke kota. Adanya kebijakan yang berusaha menahan arus

mobilitas penduduk terutama dari desa ke kota adalah wujud dari adanya kekhawatiran

terhadap dampak negatif dari mobilitas penduduk tersebut.

43

Page 44: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Pandangan negatif terhadap mobilitas penduduk, merujuk pada suatu masalah

yang ditimbulkan sebagai akibat mobilitas penduduk terutama dari desa ke kota itu

meliputi timbulnya unsur-unsur marginal (pedagang kaki lima, gubuk-gubuk liar,

gelandangan, dan lain-lain), pelanggaran hukum dan hak asasi manusia, kemacetan

lalu lintas, pengangguran, dan sebagainya. Namun kenyataannya urbanisasi juga

banyak membawa manfaat bagi kota atau daerah tujuan, hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Suharso (1972:27-28) bahwa:

Kalau kita renungkan sejenak dan meneliti siapa-siapa yang turut ambil bagian dalam proses uranisasi tersebut, dimana komponen terdiri erbagai ragam orang, dengan berbagai ragam pula keterampilan yang dimilikinya, maka kita akan cepat pula menarik kesimpulan bahwa urbanisasi dapat dipakai sebagai pertanda adanya angin pemangunan. Sebagai contoh orang-orang yang bedagang di pinggir jalan, sampai toko-toko mentereng, orang-orang seagai pemegang tampuk pimpinan baik sipil maupun militer, bukankah mereka juga sama merupakan pendatang. Dilihat dari sudut lain, pembangunan umpamanya, pembuatan jalan, saluran irigasi, pendirian gedung dan lain-lain, berapa banyakkah penduduk yang tidak termasuk golongan pendatang yang turut dalam proses pembangunan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, ternyata urbanisasi tidak selamanya menimbulkan

dampak negatif. Banyak pendatang akan menjadi pelaku pembangunan di kota yang

didatanginya. Aktivitas pembangunan fisik yang dilaksanakan di kota kebutuhan tenaga

kerjanya hampir sebagian besar berasal dari daerah pedesaan.

Dampak positif mobilitas penduduk bagi daerah tujuan atau kota juga

dikemukakan oleh Abustam (1989:374) bahwa:

Pengaruh migrasi terhadap kota yang bersifat positif tercermin antara lain dalam keberhasilan migran mengadakan penyesuaian dengan kehidupan kota. Partisipasi migrasi terhadap berbagai pengelompokan pekerjaan di kota pada sektor informal dan sektor formal serta adanya pengelompokan pekerjaan (Ocupational Clustering) merupakan sumbangan yang nyata terhadap pasokan tenaga kerja di kota.

Jadi jelaslah dampak mobilitas penduduk agi daerah tujuan tidak selamanya

menimbulkan dampak negatif tetapi ada juga sisi positifnya bagi kemajuan dan

perkembangan wilayah yang di datanginya. Peran mereka yang tidak terserap di dunia

kerja yang formal, mereka dapat menciptakan lapangan kerja sendiri lewat sektor

informal, dan terbukti sektor ini diakui mampu menggerakan roda perekonomian.

44

Page 45: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

F. Sekilas tentang Perubahan Sosial

Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan dan

peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif

merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta

karakteristik individu. Ketiga-tiganya selalu berhubungan antara satu sama lain

sehingga membentuk sebuah bangunan masyarakat yang dapat dilihat sebagai sebuah

realitas sosial. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak

masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang

berkembang pesat. Kemampuan akal budi sebagai instrument unggulan manusia telah

melahirkan beraneka ragam karya cipta melesat melampaui aspek-aspek material

dilingkungan luarnya.

Dengan demikian, senjata pamungkas tersebut rupanya berperan besar

menafsirkan realitas sosial yang selama ini dipandang sebagai kenyataan alamiah yang

steril dari kemungkinan intervensi kekuatan manusia.

Kiranya semenjak diakuinya kemampuan akal mengungkap kekuatan alam,

secara perlahan-lahan kalangan pemikir mulai melirik masyarakat sebagai obyek yang

mampu dipahami gejalagejalanya lalu dikendalikan dan disusun rekayasa sosial

berdasarkan pemahaman menyeluruh tentang kondisi obyektif masayarakat tersebut.

Lahirnya ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi manandai bahwa masyarakat

sebagai kenyataan kini dipahami seperti sebuah benda yang bisa “diutak-atik”. Begitu

pula tentang perubahan sosial, terlepas dari berbagai definisi perubahan sosial, pada

hakikatnya telah mampu mengungkap hukum-hukum dan antisipasi proses-proses

sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban manusia.

Apabila perubahan sosial dipahami sebagai suatu bentuk peradaban manusia

akibat adanya ekskalasi perubahan alam, biologis maupun kondisi fisik maka pada

dasarnya perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang terjadi sepanjang

hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok

terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan

kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.

Perubahan sosial sebagai “cetak biru” pemikiran, pada akhirnya akan memiliki

manfaat untuk memahami kehidupan manusia dalam kaitan dengan lingkungan

kebudayaannya. Kehidupan manusia adalah satuan sosial terkecil, dalam pola

belajarnya akan berhadapan dengan tiga sistem aktivitas. Menurut Peter Senge, 2000

45

Page 46: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

(dalam Salim, 2002) bahwa manusia akan menjumpai (1) ruang kelas dalam sekolah:

manusia akan belajar dalam lingkungan kelas sehingga melibatkan unsur guru, orang

tua dan murid. (2) Lingkungan sekolah: manusia akan belajar dalam lingkungan

sekolah sehingga melibatkan unsur kepala sekolah, kelompok pengajar, murid di kelas

lain dan pegawai administrasi. (3) lingkungan komunitas masyarakat: manusia akan

belajar dari lingkungan komunitasnya sehingga mencakup peran serta masyarakat,

kelompok-kelompok belajar sepanjang hidup, birokrasi yang mendukung, sumber

informasi yang luas dan beragam dll.

Dengan begitu kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari peran ketiga

lingkungan sistem aktivitas belajar dan mencermati dirinya, terbentuknya kesadaran,

pengalaman yang menggelitas dan keberanian untuk mulai menapak menggunakan

potensi yang dimilikinya. Analogi dengan pemikiran itu, apa yang dapat dinyatakan

dengan lengkap, perubahan sosial adalah suatu proses yang luas, lengkap yang

mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial tidak hanya dilihat

sebagai serpihan atau kepingan dari peristiwa sekelompok manusia tetapi fenomena itu

menjadi saksi adanya suatu proses perubahan empiris dari kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu daya serap perubahan sosial akan selalu merembes ke segala

segi kehidupan yang dihuni oleh manusia, khususnya dalam sektor pendidikan.

Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan

yang berlangsung. Intervensi kekuatan proses tersebut juga mencakup semua proses

pendidikan yang terjadi di berbagai sektor lain masyarakat. Baik dari tingkat basis

keluarga sampai interaksi antar pranata sosial. Sebagai bagian dari pranata sosial,

tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang

terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikan sebagai wadah pengembangan

kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut

menentukan perubahan sosial masyarakat ke depan. Karena perubahan sosial mengacu

pada kualitas masyarakat sementara kualitas masyarakat tergantung pada kualitas

pribadi-pribadi anggotanya maka tentunya lembaga pendidikan memainkan peranan

yang cukup signifikan menentukan sebuah perubahan sosial yang mengarah kemajuan.

Mengingat begitu eratnya keterkaitan perubahan social dengan pendidikan maka

pembahasan perubahan sosial menempati ruang tersendiri dalam analisa sosiologi

pendidikan. Sebagai bagian dari gejala sosial maka upaya untuk mengupas perubahan

sosial akan tetap merujuk pada ilmu induk yang menaunginya yakni sosiologi.

46

Page 47: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

1. Teori Perubahan Sosial

Berbicara mengenai perubahan sosial tidak lepas dari konteks filsafat barat,

yaitu suatu pandangan terhadap kemajuan manusia dalam masyarakat yang ditimbulkan

oleh kemajuan masyarakatnya. Ilmu pengetahuan yang berasal dari barat ditopang oleh

dua kelompok pemikiran utama yaitu filsafat yunani dan perilaku kehidupan ke-

kristenan yang sifatnya progresif dan perfeksionistis.

Dalam filsafat yunani intinya memiliki beberapa pemikiran yang sifatnya

konsisten menghubungkan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dimana

masyarakat yunani mengutamakan prinsip empiris yang menghubungkan perilaku

manusia dalam alam lingkungannya. Lingkungan alam sebagai obyek terdekat manusia

menjadi pusat rujukan kesadaran memahami dunia. Dengan melihat hukum

pertumbuhan dalam makhluk hidup maupun gejala-gejala luar, manusia Yunani

mengadopsi proses-proses alamiah tersebut diterjemahkan dalam kehidupannya.

Pertumbuhan memerlukan arah yang berujung pada kematangan atau

kesempurnaan. Dari sini manusia mengenal tentang konsep hasil sebagai buah dari

aktivitas usaha yang bertujuan. Selama itu pula, manusia yunani mulai mengenal

konsep waktu dengan merasakan bagaimana daun itu tumbuh yang memerlukan sinar

matahari. Pada akhirnya dipahami hasil dari pengamatan bahwa kehidupan biologi

memiliki pola pertumbuhan yang sifatnya umum. Proses yang berlangsung selama

pertumbuhan itu berlangsung juga berangkat dari tahapan-tahapan tertentu yang bias

dijadikan sebagai hukum perkembangan. Bagitulah kiranya uraian singkat mengenai

empirisme orang Yunani yang berhasil menarik paradigma masyarakat barat menjadi

kiblat pemikiran utama.

Pada konsep hidup kristiani, dinyatakan bahwa manusia sebagai individu

tumbuh melalui arah serta pola tertentu. Pertumbuhan manusia sebagai individu

mengarah pada kesempurnaan. Gagasan berubah secara gradual melalui tahap-tahap

tertentu.

Kedua sumber tersebut nampaknya memiliki kesamaan memicu pemikiran

rasionalisitik yang menghinggapi masyarakat eropa barat. Keyakinan utama yang

selama ini diterima dikalangan masyarakat menyatakan bahwa perubahan dalam

masyarakat terjadi dari masyarakat transisi menjadi masyarakat “maju” yaitu

masyarakat industrial-modern.

47

Page 48: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Selama ini pengkajian teori-teori sosial klasik ada tiga tokoh utama yang

membuat teori dasar tentang perubahan masyarakat, mereka adalah Karl Marx, Emile

Dhurkiem dan Max Weber. Kelompok teoritikus lain yang sejaman maupun penerus

mereka akan menjadi bagian dari tiga kekuatan gerbong pemikiran besar dari ketiga

tokoh pemikir tersebut.

a. Teori Perubahan Sosial : Menurut Teori Klasik

Teori sosiologi klasik muncul dari tiga tokoh (Karl Marx, Max Weber, dan

Emile Durkhiem). Tokoh-tokoh tersebut secara khusus menjadi peletak dasar dari

konstruksi teori yang nantinya menjadi induk perkembangan teori-teori sosiologi.

Dalam memahami perubahan sosial ketiga tokoh ini berusaha memahami fenomena

perubahan secara radikal terutama untuk masyarakat barat yang sedang beralih dari

struktur agraris ke struktur industri.

Meskipun pemikiran ketiga tokoh pendiri sosiologi tersebut menunjukkan kiblat

eropa baratnya, namun kalangan akademisi di Indonesia tetap menampilkan ketiga

tokoh tersebut dalam membicarakan beragam fenomena sosial.

Ketiga tokoh itu merupakan peletak dasar ilmu sosiologi, yang muncul di eropa

pada awal abad ke 19. Pemikiran mereka membawa khasanah berpikir ilmu-ilmu sosial,

khususnya sosiologi memasuki babakan baru sejarah manusia yang bernama

‘modernisasi’. Ketiga tokoh ilmu sosial itu melahirkan pemikiran hampir secara

bersama-sama, ketika terjadi proses industrialisasi pertama di Inggris, yaitu ketika

mesin-mesin industri mulai dimanfaatkan untuk menggantikan keberadaan tenaga

manusia.

Dalam kaitan dengan proses industrialisasi juga mulai dirasakan perubahan

pada pola hubungan antar individu manusia. Proses perubahan sosial yang meluas juga

mulai dirasakan sampai pada sendi-sendi kehidupan agraris masyarakat negara

berkembang. Negara-negara tersebut juga merasakan seperti yang pernah dialami oleh

kalangan negara maju seabad yang silam, dengan demikian pernik-pernik pemikiran

ketiga tokoh ilmu sosial itu masih memiliki kekuatan generalisasi terhadap kehidupan

masyarakat di negara berkembang.

1) Karl Marx (1818-1883)

Uraian tentang Marx ini sebagian besar disarikan dari buku Kapitalisme dan Teori

Sosial Modern yang ditulis oleh Anthony Giddens (1985). Pada dasarnya sumber

pemikiran dari filsafat Marx banyak terinspirasi dari Hegel dan Imanuel Kant. Dari

48

Page 49: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Kant, Marx berhutang mengenai prinsip bahwa hakikatnya manusia berangkat dari

kesempurnaan tetapi di dalam dunia dia masuk pada alam yang serba terbatas, kotor

dan tidak suci. Disini untuk mewujudkan kembali kebenaran dan kesucian manusia

menjadi tugasnya untuk memperjuangkan nilai-nilai hakiki manusia dalam tatanan

kehidupan. Sementara dari Hegel, Marx berhutang mengenai falsafah dialektika.

Bahwa hukum kebenaran selalu berangkat dari proses dialektis (saling bertentangan

untuk menyempurnakan). Sebuah tesis pernyataan kebenaran akan dipertentangkan

kelemahannya dengan antitesis. Proses pertentangan antara tesis dan antithesis pada

akhirnya akan menghasilkan kebenaran baru yang lebih relevan sebagai perpaduan

kedua kebenaran terdahulu. Sampai beberapa waktu berikutnya Marx masih

mengacu pada pemikiran Hegel yang selalu mengasumsikan tentang dua hal yang

kontradiktif kemudian dapat ditemukan sintesisnya sehingga berwujud dialektika.

Pemikiran tentang dialektika ini bernada evolusionis (menuju kesempurnaan),

demikian pula kehidupan dengan sendirinya selalu dibayangkan bergerak mencapai

kesempurnaan. Tetapi dalam perkembangannya Marx berubah, menurutnya Emanuel

Kant dan Hegel adalah orang yang idealis, terlalu menerawang, apa yang mereka

pikirkan justeru tidak nyata. Ide yang ditawarkan adalah pikiran itu sendiri, sehingga

gagal untuk bersenyawa dengan kenyataan-kenyataan empiris.

a) Tentang Materialisme

Bagi Marx kontradiksi harus pula terjadi di tingkat sejarah yang bertolak dari

materi (bukan dari pemikiran). Konsep Marx yang kemudian dikenal sebagai

Materialisme Historis, mengung kap bahwa perilaku manusia ditentukan oleh

kedudukan materinya bukan pada idea karena ide juga bagian dari materi pula.

b) Tentang Sistem Ekonomi

Dalam konsep Marx sistem ekonomi memiliki 4 unsur. Sebagaimana dikutip

Salim (2002) sistem tersebut meliputi: (1) system produksi, (2) sistem distribusi,

(3) sistem perdagangan dan (4) system konsumsi.

(1) Sistem produksi, berarti menyangkut seluruh proses produksi barang-barang

konsumsi. Di dalam sistem ini meliputi proses pembuatan bahan sampai

menjadi barang baru, lalu dilanjutkan reproduksi barang-barang tersebut

sehingga bias menghasilkan keuntungan.

(2) Sistem distribusi. Usaha untuk meneruskan dari tempat produksi menuju ke

wilayah konsumen.

49

Page 50: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

(3) Sistem perdagangan. Merupakan proses pertukaran barang yang telah

diproduksi.

(4) Sistem konsumsi. Semua unsur yang ikut terlibat dalam konsumsi suatu

barang hasil produksi.

Semua unsur-unsur diatas tercakup dalam suatu hubungan sosial berwujud

relasi sosial dari mode produksi. Mengingat Marx berpijak pada masyarakat

industri maka konsep sistem ekonominya terfokus membahas hubungan kerja

antara pemilik modal dan buruh. Intinya melalui relasi sosial dari model produksi

industri ternyata lebih banyak menguntungkan para pemilik modal sendiri. Buruh

selain harus bekerja keras dengan upah yang minim juga menggadaikan semua

potensi kemanusiaan termasuk jaminan untuk tetap hidup. Dalam hal ini perlu ada

upaya untuk menuntut keadilan sosial agar penindasan para pemilik modal tidak

berlarut-larut. Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah mode produksi yang

tadinya memihak kelas kapitalis menjadi mode produksi yang berbasis dari kaum

tertindas (para pekerja).

c) Tentang Surplus Value

Konsep ini lebih mengupas tentang keuntungan berlebih yang seharusnya menjadi

hak para buruh. Namun karena kekuasaan alat-alat produksi maka hak itu diambil

alih secara sepihak oleh pemilik modal. Sebagaimana diungkap oleh Salim

(2002), ada dua keuntungan yang diperoleh pengusaha yaitu:

(1) Keuntungan utama, yang diperoleh melalui sisa waktu lebih dari kerja buruh.

Namun dalam prosesnya buruh tidak pernah menerimanya sehingga tidak

merasa dirugikan. Sehingga keuntungan itu diraup oleh pengusaha dan secara

sepihak dianggap sebagai haknya yang sah.

(2) Keuntungan sekunder, yakni ukuran harga jual barang hasil produksi dengan

mengacu pada biaya produksi, tanpa memperhitungkan harga tenaga yang

dikeluarkan oleh buruh.

Dalam kondisi tersebut sebenarnya telah terjadi penghisapan secara terselubung,

yang dari masa ke masa senantiasa menyulitkan posisi buruh dalam menuntut

haknya.

d) Dinamika Perubahan Sosial Menurut Marx

Acuan konsep materialisme historis telah menegaskan bahwa sejarah perubahan

dan perkembangan manusia selalu berlandaskan pada kondisi sejarah kehidupan

material manusia. Dalam hal ini mode produksi, sebagai basis ekonomi dan

50

Page 51: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

infrastruktur masyarakat sangat mempengaruhi proses hubungan-hubungan sosial

yang terjadi. Uraian refleksi sejarah masyarakat menurut Marx berangkat dari

masyarakat primitif tanpa kelas. Lalu disusul masyarakat feodalis, dimana

kapitalisme dalam tahap awal sudah mulai nampak. Kemudian masyarakat akan

beranjak menuju masyarakat industrialis kapitalis, dimana sumber daya kekuatan

ekonomi telah dikuasai oleh para pemilik modal dan melangsungkan serangkaian

proses penghisapan yang merugikan kalangan pekerja. Pada akhirnya, asumsi

Marx menyatakan bahwa kapitalisme akan menemui kehancurannya sendiri, dan

segera masyarakat pekerja mampu mengambil alih perangkat-perangkat produksi.

Dalam tahap selanjutnya seluruh sumber daya yang ada menjadi milik bersama

dan masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat komunis. Dalam

masyarakat tersebut penggambaran Marx menekankan bahwa pola pikir

masyarakat sangat rasional dimana dalam struktur kehidupan sudah bertahtakan

ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi. Sumber daya material itu tidak merugikan

pihak-pihak tertentu karena struktur sosial sudah menghapus kelas sebagai sarang

diskriminasi dan ketidakadilan.

Dari paparan diatas, maka secara garis besar dapat ditangkap beberapa formulasi

penting menurut Marx mengenai dinamika perubahan sosial :

(1) Perubahan sosial berpusat pada kemajuan cara atau teknik produksi material sebagai

sumber perubahan sosial-budaya. Pengertian tersebut meliputi pula perkembangan

teknologi dan penemuan sumber daya baru yang berguna dalam aktivitas produksi.

Bagi Marx, teknologi tinggi tidak dapat menghadirkan kesejahteraan sebelum

semuanya dikuasai langsung oleh kaum pekerja. Justeru teknologi menjadi petaka

apabila masih bernaung dibawah kekuatan para pemilik modal.

(2) Dalam perubahan sosial selain kondisi material dan cara berproduksi, maka yang

patut diperhatikan adalah hubungan sosial beserta norma-norma kepemilikan yang

tersusun berkat keberadaan sumberdaya di tangan pemilik modal. Harapan yang

diinginkan bahwa tahap kehidupan komunal menjanjikan masyarakat manusiawi.

Dimana motif dan ambisi individual berganti menjadi solidaritas bersama yang

menempatkan pemerataan sebagai landasan berkehidupan.

(3) Asumsi dasar dari hukum sosial yang bisa ditangkap bahwa manusia menciptakan

sejarah materialnya sendiri, selama ini mereka berjuang menghadapi lingkungan

materialnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam

51

Page 52: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

proses pembentukannya. Kemampuan manusia untuk membentuk sejarah dibatasi

oleh keadaan lingkungan material dan sosial yang telah ada.

Dari ketiga formulasi tersebut bagi Marx, perubahan social hanya mungkin

terjadi karena konflik kepentingan materiil. Konflik sosial dan perubahan sosial

menjadi satu pengertian yang setara, karena perubahan sosial berasal dari adanya

konflik kepentingan material tersebut akan melahirkan perubahan sosial.

2) MaxWeber (1864-1920)

Paparan yang terurai dari penjelasan tentangWeber di bawah ini sebagian besar

diambil dari buku Teori Sosiologi Klasik dan Modern karangan Doyle Paul Johnson

(1986). Suatu sumbangsih pemikiran yang paling dikenal oleh public berkaitan dengan

Weber dalam sosiologi adalah telaah Weber yang cukup detail membahas kiprah akal

budi (rasio) yang dominan dalam masyarakat barat. Dalam masyarakat barat model

rasionalisme akan mewarnai semua aspek kehidupannya. Orang barat tampaknya hidup

operational-teknis sehingga perilakunya bisa diperbaiki secara terus menerus. Menurut

Weber, bentuk “rationale” meliputi “mean” (alat) yang menjadi sasaran utama dan

“ends” yang meliputi aspek kultural, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya

orang barat hidup dengan pola pikiran rasional yang ada pada perangkat alat yang

dimiliki dan kebudayaan yang mendukung kehidupannya. Orang rasional akan memilih

mana yang paling benar untuk mencapai tujuannya.

a) Tentang Rasionalitas

Dalam pemikiran Weber rasionalitas meliputi empat macam model yang hadir di

kalangan masyarakat. Rasionalitas ini dapat berdiri sendiri namun juga bisa integral

secara bersama menjadi acuan perilaku masyarakat. Sebagaimana dituangkan oleh

Doyle Paul Johnson (1986), rasionalitas menurut Weber meliputi:

(1) Rasionalitas tradisional: jenis nalar yang mengutamakan acuan perilaku

berdasarkan dari tradisi kehidupan masyarakat. Disetiap masyarakat seringkali

diketemukan aplikasi nilai yang merujuk dari nilai-nilai tradisi kehidupan. Hal

ini berdampak pada kokohnya norma hidup yang diyakini bersama. Contohnya:

Upacara perkawinan yang menjadi tradisi hamper semua kelompok etnis di

Indonesia.

(2) Rasionalitas berorientasi nilai: suatu kondisi kesadaran yang menghinggapi

masyarakat dimana nilai menjadi pedoman perilaku meski tidak aktual dalam

kehidupan sehari-hari. Jenis rasio ini biasanya banyak dipengaruhi oleh

52

Page 53: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

peresapan nilai keagamaan dan budaya yang benar-benar mendalam. Sebagai

contoh: orang bekerja keras-membanting tulang di kota besar, kemudian

setahun sekali tabungan uang habis untuk mudik kedaerah asal.

(3) Rasionalitas Afektif: jenis rasio yang bermuara dalam hubungan emosi yang

mendalam, dimana ada relasi hubungan khusus yang tidak bisa diterangkan

diluar lingkaran tersebut. Contohnya: hubungan suami-istri, ibu-anak dan lain

sebagainya.

(4) Rasionalitas Instrumental. Bentuk rasional menurut Weber yang paling tinggi

dengan unsur pertimbangan pilihan rasional sehubungan dengan tujuan dan alat

yang dipilihnya. Disetiap komunitas masyarakat, kelompok masyarakat, etnik

tertentu, ada banyak unsur rasionalitas yang dimiliki dari banyak segi

rasionalitas tersebut hanya ada satu unsure rasionalitas yang paling populer,

yang banyak diikuti oleh masyarakatnya. Sebagai contoh: rasionalitas ekonomi

sering menjadi pilihan utama di banyak masyarakat. Sepanjang sejarah

kehidupan rasionalitas ini bisa menggerakkan banyak perubahan sosial-

mengubah perilaku kehidupan orang-perorang secara kontekstual.

b) Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

Dua bentuk semangat ini merupakan hasil telaahan Weber mengamati bentuk

kemajuan awal kapitalisme di eropa barat yang mendapat dorongan dari ajaran

protestan secara bersamaan. Masyarakat barat yang dikenal mengunggulkan

rasionalitas instrumental (yakni rasionalisme yang paling tepat-guna/efisien serta

efektif demi mencapai tujuan) hadir bersama-sama dengan etika protestan. Weber

menekankan bahwa karakteristik ajaran protestan yang mendukung masyarakat

yakni, melihat kerja sebagai panggilan hidup. Bekerja tidak sekedar memenuhi

keperluan, tetapi tugas yang suci. Bekerja adalah juga pensucian sebagai kegiatan

agama yang menjamin kepastian akan keselamatan, orang yang tidak bekerja adalah

mengingkari sikap hidup agama dan melarikan diri dari agama. Dalam kerangka

pemikiran teologis seperti ini, maka ‘semangat kapitalisme’ yang bersandar pada

cita-cita ketekunan, hemat, berpenghitungan, rasional dan sanggup menahan diri

menemukan pasangannya. Dengan demikian terjalinlah hubungan antara etika

protestan dengan semangat kapitalisme, hal ini dimungkinkan oleh proses

rasionalisasi dunia, penghapusan usaha magis, yaitu suatu manipulasi kekuatan

supernatural, sebagai alat untuk mendapatkan keselamatan. Perkembangan

rasionalisme masyarakat sesuai dengan konsepsi Weber bergerak dari jenis-jenis

53

Page 54: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

rasional sesuai tahap-tahap tertentu. Pada awalnya, model rasionalitas bermula dari

masyarakat agraris lalu menuju masyarakat industri.

c) Tentang Birokrasi

Birokrasi merupakan agen perubahan sosial. Menurut Weber, birokrasi meliputi

birokrasi pemerintah maupun birokrasi yang dikelola oleh kaum swasta. Semua

produk asumsi mengenai birokrasi acuan Weber, yakni birokrasi merupakan produk

berpikir barat yang dibangun azas kemodernan sehingga sesuatu yang barat adalah

rasional. Konsepsi birokrasi adalah sistem kerja yang memberi wewenang untuk

menjalankan kekuasaan. Birokrasi berasal dari dua konsep kata (bureau + cracy).

Beareau adalah kantor yang menjadi alat dari manusia dalam hal ini adalah

seperangkat peran yang menghasilkan basis kekuasaan dengan berlandaskan pada

aturan-aturan yang baku. Cracy adalah kekuatan yang kemudian menghasilkan

kewibawaan. Birokrasi bagi Weber merupakan hasil dari tradisi rasional masyarakat

barat yang dicerminkan ke dalam aplikasi lembaga kerja manusia yang mengurusi

segala keperluan teknis untuk memudahkan pelayanan kepada publik atau

konsumen.

3) Emile Durkhiem (1858-1912)

Penjelasan konsepsi pemikiran Emile Durkhiem berikut ini diangkat dari dua

sumber sebelumnya, yakni Doyle Paul Johnson (1986) dalam judul Teori Sosiologi

Klasik dan Modern dan Anthony Giddens (1985) berjudul Kapitalisme dan Teori Sosial

Modern. Dari ketiga tokoh pendiri sosiologi maka sesungguhnya Durkhiem-lah yang

merintis konsepsi tentang keteraturan sosial. Hal tersebut berangkat dari kekhawatiran

Durkhiem melihat ketidakpastian dan kekacauan masyarakat barat pasca revolusi.

Akibat revolusi industri yang berlangsung di Inggris dan daratan Eropa,

mengakibatkan perubahan sosial yang sangat cepat dan meminta banyak korban. Emile

Durkhiem merisaukan keadaan itu terutama yang terjadi di Perancis. Perubahan yang

terlalu cepat dan radikal membawakan akibat dalam sekup sosial kecil maupun

ancaman tatanan sosial makro. Untuk mengatasi dampak perubahan yang sangat cepat

itu ia menawarkan kajian sosiologi peru bahan sosial yang merupakan hasil rekayasa

dan perubahan social yang stabil dengan tetap berafiliasi kepada status quo.

a) Pendekatan Sistem

Pembahasan ini sebenarnya berfungsi untuk mengantisipasi agar ketidakpastian

masyarakat tidak semakin parah. Masyarakat diibaratkan seperti organisme hidup,

54

Page 55: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

yang dapat dianalisa dengan penjelasan sebuah struktur yang saling berfungsi.

Dalam hal ini organisme hidup maksudnya makhluk hidup seperti juga manusia,

hewan dan tumbuh-tumbuhan memiliki organisme yang hidup dalam satu tatanan

sistem, masing-masing organ akan memiliki fungsi sendiri-sendiri dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Jika satu organ tidak berfungsi maka akan membuat organ

lain macet atau terganggu. Oleh karena itu asumsi-asumsi yang dibangun dalam

pendekatan sistem adalah:

(1) Suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagiannya secara totalitas yang

menggambarkan suatu sistem yang utuh.

(2) Masing-masing bagian memiliki fungsi yang saling mengisi untuk mendukung

eksistensi sistem.

(3) Terdapat sebuah hubungan antara subsistem secara terpadu dan kokoh.

4). Kekokohan hubungan antar unsur memberikan tingkat ketergantungan yang

sangat tinggi antar elemen.

Melihat penekananya pada hubungan yang saling mengisi dalam keterpaduan

sistemik, maka pendekatan sistem menganggap bahwa perubahan sosial merupakan

kondisi abnormal, karena disinyalir proses-perubahan merupakan cerminan dari

goyahnya keseimbangan unsur di dalam sistem sosial, oleh karena itu unsurunsur di

dalam sistem tersebut perlu mengupayakan kondisi seperti sedia kala agar aktivitas

unsur-unsur lain tidak terganggu. Sehingga di dalam pendekatan sistem menekankan

hal-hal:

(1) Equilibrium atau keseimbangan. Yaitu suatu keadaan dimana diutamakan

terjadinya keseimbangan kekuatan sehingga tidak terjadi perubahan sosial yang

mengarah pada penghancuran sistem yang ada.

(2) Faktor eksternal, yakni faktor-faktor di luar sistem yang diproyeksikan selalu

menjadi penyebab utama proses perubahan sosial.

(3) Konsensus, yaitu proses pencapaian kesepakatan sosial dari orang-orang atau

lembaga yang terlibat dalam konflik sosial.

b) Teori Perubahan Sosial

Durkhiem adalah penganut teori perubahan sosial bertahap, mengenal dua tahap

perkembangan masyarakat yang disebut dengan evolusionistic unilinear. Menurut

Durkhiem, dengan perspektif struktural fungsional, menyatakan bahwa struktur yang

pertama kali berubah adalah struktur penduduk. Perubahan ini akan menyeret

perubahan lain. Pada awalnya memang selalu bertolak dari kondisi yang seimbang.

55

Page 56: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Tetapi proses waktu yang berkembang menjadikan populasi jumlah penduduk

meningkat pesat. Terjadi perubahan penduduk, yaitu tingkat kepadatan penduduk,

menjadikan kondisi yang tidak seimbang. Konsep Emile Durkhiem mengenai

perubahan sosial bertolak dari konsepsi pembagian kerja, yang menyatakan bahwa

proses pembagian kerja berkembang karena lebih banyak individu dapat berinteraksi

satu sama lain. Hubungan aktif berasal dari “kepadatan dinamis atau moral”

masyarakat, menjadi dua sifat utama. Pertama kepadatan yang bersifat demografis,

yakni bersumber pada konsentrasi penduduk, terutama beriringan dengan

perkembangan kota. Kedua kepadatan yang bersifat teknis akibat meningkatnya alat-

alat komunikasi dan transportasi secara cepat. Dengan berkurangnya ruang yang

memisahkan segmen sosial, maka kepadatan masyarakat akan meningkat. Karena itu

faktor utama penyebab pertumbuhan pembagian kerja adalah meningkatnya

kepadatan (moral) masyarakat. Proses pembagian kerja itu memiliki mekanisme

tertentu, bagaimana peningkatan kepadatan moral pada umumnya meningkatkan

jumlah penduduk, menghasilkan peningkatan diferensiasi sosial atau pertumbuhan

pembagian kerja.

Bagi Durkhiem kepadatan penduduk yang maksimal mengakibatkan persaingan

dan kompetisi dikalangan penduduk menjadi sangat ketat. Hal itu memicu anggota

masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja baru yang menimbulkan spesialisasi

kerja. Hubungan yang tercipta pun akan semakin mengkerucut menjadi hubungan

yang mengarah kepada pekerjaan dalam suatu komunitas pekerjaan. Pada struktur

masyarakat yang digambarkan oleh Durkhiem, perwakilan orang dalam lembaga

legeslatif tidak lagi didasarkan pada latar belakang suku atau ras, melainkan dari

komunitaskomunitas pekerjaan. Ide-ide yang dominan berkembang akan

mencerminkan dinamika interaksi hubungan antar profesi atau seprofesi, oleh karena

itu kohesi sosial yang paling kuat terbentuk

dari ikatan pekerjaan.

b. Dialog Tiga Tokoh Klasik dalam Konsepsi Perubahan Sosial

Kajian teoritis dari perubahan sosial menurut tiga tokoh sosiologi klasik ini

sudah sangat dikenal di-Eropa sejak dua abad silam. Lalu kemudian berkembang

menjadi mainstream berpikir para ahli muda yang hidup setelah generasi mereka.

Terlihat jelas ketiga tokoh itu memiliki spesifikasi epistemologi yang berbeda secara

teoritik, sehingga melahirkan paradigma teoritik tersendiri.

56

Page 57: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Ketiga pemikir itu berkembang menjadi suatu acuan besar mana kala banyak

orang belajar tentang sosiologi, sejauh itu ketiganya banyak mewarnai cara-cara

berpikir, melahirkan asumsi-asumsi, dasar teoritik dan kemudian menjadikan

paradigma besar dalam sosiologi.

Menurut pengamatan ketiga tokoh peletak sosiologi itu memiliki pendapat yang

saling menyambung, atau bisa saja dikatakan saling melengkapi. Namun disisi lain

pemikiran mereka sebenarnya merupakan upaya saling mengkritisi satu sama lain.

Dalam hal ini Karl Marx bahkan berperan sebagai pengantar awal yang menjadi acuan

tindakan saling kritis dengan pemikiran Emile Durkhiem dan MaxWeber yang datang

kemudian.

Pandangan tentang dunia dan perubahan sosial dari ketiga pemikir sosiologi itu

dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Konsep perubahan sosial dapat muncul dari dua kubu yang saling mencari pengaruh,

yaitu kubu materialisme (dipelopori Marx dan Durkhiem) dan kubu idealisme

dipoelopori oleh Weber. Pemikiran Weber pada awalnya setuju dengan ide dasar

pemikiran Marx, namun ia tidak setuju menempatkan manusia sebagai robot, karena

individu memiliki tempat terhormat. Dalam proses perubahan sosial, Marx

menempatkan kesadaran individu, sejajar dengan kesadaran kelas, ideologi dan

budaya yang kemudian medium perantara antara struktur dan individu.

2) Weber dan Marx tampaknya setuju untuk menolak idealism Hegel, yang menyatakan

bahwa didunia ada yang mendominasi yakni semangat nasionalisme. Sementara

Durkhiem lebih terfokus mengamati semangat kelompok yang mengikat anggota

sehingga dapat dijadikan sebagai unit analisa. Kekuatan Durkhiem memang terletak

pada analisis tentang perilaku masyarakat dalam fakta sosial. Pada kesempatan ini

Weber, mengakui bahwa masyarakat memang merupakan unit analisa tetapi tidak

memiliki kekuatan determenistis diikat oleh spirit yang seragam. Masyarakat

memiliki dinamika sendiri-sendiri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Bagaimanapun masyarakat tetap merupakan unit yang kompleks dan dapat dianalisa

secara beragam. Pada Masyarakat modern (Weber dan Marx) memiliki kesamaan

pandangan, bahwa masyarakat itu diikat oleh spirit dalam struktur kapitalis.

Perubahan sosial adalah suatu fenomena yang sama, tapi ketiga tokoh tersebut

menjelaskan dengan perspektif dan teori yang berbeda. Bagi Marx, perubahan sosial

dipacu dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat terjadi

sangat cepat. Sebagai akibatnya mode produksi masyarakat mengalami perubahan

57

Page 58: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

sangat cepat dan mendasar. Menurut pandangan Weber, dinyatakan bahwa sebelum

terjadinya perubahan teknologi terlebih dahulu terjadi perubahan gagasan baru

dalam pola pemikiran masyarakat (dalam hal ini Weber memfokuskan Etika

Protestan sebagai pendorong berkembangnya semangat kapitalisme). Di setiap

masyarakat ada suatu sistem nilai yang hidup dan tumbuh secara khusus, yang

membedakan masyarakat satu dengan lainnya. Nilai yang merupakan gagasan

tersebut akhirnya menjadi kekuatan dominan dari suatu kelompok masyarakat, yang

membedakan keberadaanya dengan masyarakat lain. Sementara Emile Durkhiem

lebih bertolak kepada keteraturan masyarakat yang menjamin terciptanya

keseimbangan sosial. Bagi Durkhiem pendekatan individu sebagai reduksi perilaku

ekonomi, yang menurunkan manusia dalam teori pertukaran pasar dengan sendirinya

menempatkan individu tidak bermoral. Oleh karena itu, Durkhiem lebih tertarik

mengungkap fakta sosial sebagai pedoman individu. Dengan asumsi semacam itu

wajar jika Durkhiem menganggap perubahan sosial merupakan kondisi yang

abnormal. Karena secara internal dampaknya akan mengganggu kelancaran aktivitas

organ dalam sistem sosial.

2. Teori Modernisasi dan Teori Ketergantungan dalam Konsep Perubahan Sosial

Konstelasi hubungan dalam tataran dunia antar negara demi menjalankan motif

peningkatan kesejahteraan menimbulkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap

negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimiliki. Dalam hal ini, konsekuensi

logis yang melanda dunia terdapat dua belahan kelompok Negara yang memiliki fungsi

sesuai dengan potensi dan kemampuan mencetak sumber daya unggulan komparatif.

Secara garis besar dua kelompok negara itu yakni

a. Negara yang memperoleh hasil pertanian dan,

b. Negara yang memproduksi barang industri

Melihat masing-masing sumber daya yang sifatnya fungsional, maka jalinan

hubungan dagang antar kelompok negara tersebut menjadi sebuah kenyataan, secara

teoritis kedua bentuk hubungan akan mendatangkan keuntungan yang seimbang antar

kedua belah pihak.

Selang beberapa waktu selama jalinan hubungan berlangsung, nampak bahwa

negara-negara industri yang padat modal dan teknologi menjadi semakin kaya,

sedangkan negara pertanian justeru jauh tertinggal. Neraca perdangan yang terjalin

antar keduanya tempaknya menjadi timpang. Sebab pada kenyataannya negara yang

58

Page 59: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

bertugas memproduksi barang industri, lebih banyak mendapat keuntungan

dibandingkan negara yang memproduksi barang pertanian. Melihat kenyataan

demikian, dalam diri kita muncul serangkaian pertanyaan: apa yang menjadi penyebab

ketimpangan hubungan itu? Mengapa kemudian terjadi dua kelompok negara – yaitu

kelompok negara miskin yang biasanya merupakan negara pertanian dan kelompok

negara kaya yang merupakan negara industri?

Sebagai refleksi atas kenyataan demikian, menurut Budiman (1996) terdapat

dua kelompok teori yang muncul secara berkelanjutan:

Pertama: teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh

faktor-faktor yang terdapat didalam negeri-negara yang bersangkutan. Teori

kelompok pertama ini kemudian dikenal dengan Teori Modernisasi.

Kedua: Teori-teori yang lebih banyak mempersoalkan faktorfaktor eksternal sebagai

penyebab terjadinya kemiskinan di negara-negara tertentu. Kemiskinan lebih

banyak dilihat sebagai akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang

menyebabkan negara yang bersangkutan gagal melakukan pembangunannya.

Teori-teori ini masuk dalam kelompok teori struktural yang kemudian

melahirkan Teori Dependensia atau Teori Ketergantungan.

a. Teori Modernisasi

Pada hakikatnya daya pikir dari teori modernisasi lebih berorientasi pada

pembentukan mentalitas baru bagi manusia di negara-negara berkembang.

Dengan menempa kesadaran manusia agraris agar menerima pola pikir barat

yang cenderung “rasional instrumental” maka konsepsi modernisasi menjadi

komoditi di kalangan masyarakat yang menempatkan mentalitas sebagai

penyebab perubahan.

Karena modernisasi merupakan budaya yang berasal dari barat maka

modernisasi tidak lepas dari keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di

dalam masyarakat lalu konsepsi modernisasi berkembang menjadi asumsi yang

tidak usah dipertanyakan lagi kebenarannya.

Gambaran kematangan masyarakat menurut teori modernisasi, dilukiskan

sebagai sebuah model linear yang bergerak ke arah masyarakat industri.

Masyarakat industri dalam teori modernisasi dibangun dengan orientasi masa

depan yang lebih baik. Kematangan masyarakat menuju masyarakat industri,

memiliki bentuk transisi yang cukup panjang dan lama dalam bentuk orientasi

59

Page 60: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

sekarang. Dalam masyarakat transisi bentuk rasionalitas yang diharapkan belum

muncul sebagai potensi utama, sebab modernisasi baru direspons sebagai

‘kekaguman’ bentuk luar dari kebudayaan barat. Namun, sebagian besar

masyarakat di negara berkembang telah melihat bahwa tradisi yang dimilikinya

secara turun temurun merupakan sejumlah faktor yang menghambat kemajuan.

Tradisi ditempatkan sebagai lawan pola pikir modernisasi yang sangat rasional.

Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa modernisasi yang menggejala di Negara

berkembang tidak memperhatikan budaya lokal dan tercerabut dari ekologi

murni masyarakat asli, oleh karena itu bersifat ahistoris.

Dalam teori modernisasi, indikator tingkat kemodernan masyarakat

adalah pada nilai dan sikap hidup maupun system ekonomi yang menghidupinya.

Sementara untuk membedakan manusia modern dan manusia tradisional adalah

pada orientasi masa depannya. Tampaknya teori-teori modernisasi bertolak dari

landasan material yang kuat, suatu bentuk eksploitasi manusia dan alam

lingkungan yang berorientasi pada kelimpahan material.

b. Teori Dependensia atau Ketergantungan

Kemunculan teori dependensia merupakan perbaikan sekaligus antitesis

dari kegagalan teori pembangunan maupun modernisasi dalam menjalankan

tugasnya mengungkap jawaban kelemahan hubungan ekonomi dua kelompok

negara di dunia. Teori ini muncul di Amerika Latin, yang menjadi kekuatan

reaktif dari suatu kegagalan yang dilakukan teori modernisasi. Tradisi berpikir

yang sangat kental dari teori ini timbul akibat kejadian dalam varian ekonomi,

yaitu pada tahun 1960-an.

Dalam konsep berpikir teori ketergantungan, pembagian kerja secara

internasional mengakibatkan ketidakadilan dan keterbelakangan bagi negara-

negara pertanian. Dari sini pertanyaan yang muncul adalah mengapa teori

pembagian kerja internasional harus diterapkan jika ternyata tidak

menguntungkan semua negara ?

Teori modernisasi menjawab masalah tersebut dengan menuding

kesalahan pada negara-negara tersebut dalam melakukan modernisasi dirinya.

Hubungan internasional dalam kontak dagang justru membantu negara-negara

tersebut, melalui pemberian modal, pendidikan dan transfer teknologi. Akan

tetapi teori dependensi menolak jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi.

60

Page 61: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Teori yang bersifat struktural ini berpendapat bahwa kemiskinan yang

dialami negara dunia ketiga (negara pertanian) akibat dari struktur perekonomian

dunia yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan penghisapan

terhadap yang lemah. Surplus yang seharusnya dinikmati negara dunia ketiga

justeru mengalir deras kepada negara-negara industri maju.

Perkembangan teori ketergantungan selanjutnya sangat terkait dengan,

upaya memahami lingkar hubungan makro antar berbagai negara dalam proses

pembangunan masyarakatnya. Analisa teori ketergantungan cukup futuristik

untuk membahas masalah globalisasi yang mencakup organisasi perdagangan

nasional (World Trade Organization) yang mengatur produksi perusahaan-

perusahaan Multy National Corporation (MNC). Bahwa sebenarnya telah terjalin

hubungan yang tidak adil antara Negara berkembang dengan negara maju.

Meskipun kelihatannya Negara maju memberi suntikan dana dalam bentuk utang

kepada Negara berkembang, tetapi sebetulnya telah mencekik mereka perlahan-

lahan dengan membikin tata hubungan ekonomi internasional yang eksploitatif.

Sekelumit uraian dari teori-teori perubahan sosial menurut kacamata sosiologi

diatas hanyalah menunjukkan ilustrasi keragaman analisa sosiologi dalam rentangan

perkembangan produksi teorinya. Masih terdapat turunan teori yang lain lagi, antara

lain: teori sistim dunia dan teori-teori kritis lainnya. Tentu saja kemunculan setiap teori

selalu dilatarbelakangi oleh situasi dominan dibelakangnya. Sebuah teori merupakan

perwujudan dari harapan warga masyarakat pendukungnya. Dari sini teori sosiologi

klasik sesungguhnya lebih berfungsi sebagai pembuka gerbang nalar manusia untuk

mengungkap masyarakat tatkala akal budi yang tercermin dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi tumbuh berkembang menjadi mindset peradaban dunia. Teori-teori

berikutnya lebih membedah kasus-kasus kelemahan seputar perkembangan gerbong

“kuasa nalar” atas dunia. Hingga di penghujung abad ini teori dasar tersebut tengah

mengalami perdebatan serius. Apalagi perbaikan teoritik yang menyusulnya mulai

mendorong potensi masyarakat dunia ketiga untuk tampil dalam panggung sejarah.

Dalam hal ini tentunya pendidikan sebagai bagian dari masyarakat tidak bias

dipisahkan dari arah perubahan yang menggejala. Dinamika orientasi pendidikan selalu

berjalan beriringan dengan konteks wilayah sosial-politik yang menaunginya. Sehingga

pada praktik pendidikan terjadi perbedaan yang menajam antar negara. Negara maju

dengan segala keberhasilan peradabannya tentunya sudah menghantarkan orientasi

61

Page 62: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

pendidikan yang menjadi satelit acuan penting bagi aktivitas pendidikan di Negara

berkembang. Sementara itu demi mengejar ketertinggalan, negara berkembang

mencoba menyesuaikan perpaduan hokum perkembangan masyarakat (masih seputar

modernisasi) dengan penerapan sistim pendidikannya.

3. Perubahan Sosial dan Pendidikan

Sejalan dengan penjelasan perubahan sosial di atas maka sebenarnya di

manakah letak posisi pendidikan. Dalam hal ini kita mengingat penuturan Eisentandt

dalam Faisal dan Yasik (1985) institusionalisasi merupakan proses penting untuk

membantu berlangsungnya transformasi potensi-potensi umum perubahan sehingga

menjadi kenyataan sejarah. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang

berupaya menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat.

Melihat perkembangan masyarakat yang sering dilanda perubahan secara tiba-

tiba, maka kemungkinan terjadinya dampak negatif yang akan menggejala ke dalam

kehidupan masyarakat tidak dapat dihindari kehadirannya. Gejala ketimpangan budaya

atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan

masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi menjaga dan mengarahkan

perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat menangkap potensi kebutuhan

masyarakat.

Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur

dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara

erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Dikatakan pula olehnya bahwa

cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-

institusi masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain

sebagainya merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah.

Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai,

pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan

masyarakat dalam menghadapi perubahan.

Karl Manheim dalam Faisal dan Yasik (1985) memfokuskan pandangannya

untuk melihat aktivitas sekolah dalam melaksanakan proses pengajaran kepada para

peserta didik. Secara jeli Manheim mengisyaratkan adanya semacam penyimpangan, di

mana para siswa seolah-olah terobsesi pada angka prestasi, padahal tujuan pendidikan

bukan itu.

62

Page 63: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Pembahasan dan analisis mengenai perubahan sosial dan perubahan pendidikan

tidak pernah terlepas dari konsep modernisasi. Sebagai sebuah proses masyarakat

dunia, modernisasi merupakan gejala universal yang dapat dijadikan sebagai kerangka

acuan guna memahami konteks sosial dan pendidikan. Dari sinilah dapat ditarik ruang

interpretasi mengenai perspektif perubahan sosial dan perubahan pendidikan.

Kata atau istilah modernisasi mempunyai banyak definisi. Meskipun bagitu,

namun tetap ada satu kepastian bahwa pengembangan aplikasi teknologi manusia

menjadi muara kelahiran modernisasi. Produk modernisasi sebagaimana terlihat pada

masyarakat modern, ditandai oleh kehidupan industrialistis, dengan struktur pekerjaan

serta ruang sosial yang kompleks, termasuk di dalamnya munculnya diferensiasi sosial

yang semakin tajam.

Dalam menjelaskan tingkat modernisasi suatu masyarakat selain berpatokan

pada kekuatan-kekuatan materiil baik itu ruang lingkup ekonomi maupun aplikasi

teknologinya, ada banyak ahli lain yang mengedepankan pada atribut strukturalnya.

Semisal Parson, Einsantand, Smelser, Buckley dan Marsh. Sebagaimana dituangkan

dalam Faisal dan Yasik (1985) pendapat mereka lebih condong menempatkan

diferensiasi sosial sebagai titik tolak analisisnya.

Menurut mereka paling tidak ada dua alasan, kenapa titik pangkal diferensiasi

sosial begitu pentingnya untuk memahami modernisasi.

a) Diferensiasi merupakan suatu keniscayaan yang pasti dilalui oleh sistem

sosial dalam mengadaptasikan diri terhadap perubahan-perubahan di

lingkungannya, dan

b) Kemampuan untuk melakukan diferensiasi merupakan sebuah indikator

positif mengenai kemampuan suatu sistem dalam menyesuaikan diri sesuai

dengan proses-proses perubahan yang terjadi.

Suatu cara untuk menggambarkan hubungan perubahan dunia pendidikan

dengan tumbuh kembangnya modernisasi, kiranya perlu berangkat dari konsep

deferensiasi. Dengan berkembangnya diferensiasi sosial, secara perlahan-lahan akan

mengubah fungsi dan sistem pendidikan agar berjalan sejalur dengan kecen derungan

sosial tersebut. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya spesialisasi peran serta

merebaknya organisasi di dalam sistem pendidikan, sehingga secara internal

menumbuhkan diferensiasi struktural dalam tubuh pendidikan.

Proses yang mempengaruhi tubuh pendidikan ini dapat digambarkan dalam

pengamatan komparatif antara masyarakat modern dengan masyarakat primitif. Pada

63

Page 64: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

masyarakat tradisional proses pendidikan menyatu dengan fungsi-fungsi lain yang

kesemuanya diperankan oleh institusi keluarga. Sedangkan pada masyarakat modern

proses pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh institusi di luar keluarga.

Meskipun terdapat perbedaan karakter pendidikan yang cukup tajam dalam

kedua tipe masyarakat tersebut. Namun pada dasarnya masih tersimpan kemiripan

fungsi pendidikan antarkedua tipologi masyarakat tersebut. Baik pendidikan pada

masyarakat tradisional maupun masyarakat modern, keduanya sama-sama bertanggung

jawab untuk mentransmisikan sekaligus mentransformasikan perangkat-perangkat nilai

budaya pada generasi penerusnya. Dengan demikian, keduanya sama-sama menopang

proses sosialisasi dan menyiapkan seseorang untuk peran-peran baru. Letak

perbedaannya, tanpa banyak perubahan di dalam fungsi pendidikan menjadi semakin

besar dan kompleks. Menurut Faisal dan Yasik (1985) alur perkembangan diferensiasi

pendidikan dapat diterangkan dalam beberapa poin sebagai berikut.

a) Pendidikan pada masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan. Dalam

kehidupan masyarakatnya mengembangkan pendidikan secara informal yang

berfungsi untuk memberikan bekal keterampilan-keterampilan mata

pencaharian dan memperkenalkan pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai

serta norma masyarakat setempat. Pada tingkatan ini, peran sebagai siswa

dan guru secara murni ditentukan oleh ukuran-ukuran askriptif. Anak-anak

menjadi siswa dilatarbelakangi oleh factor usia mereka, sementara guru

disimbolkan sebagai representasi orang tua yang memiliki derajat karisma

serta kewibawaan untuk mendidik kaum-kaum muda. Spesifikasi peran para

guru itu, juga ditentukan oleh jenis kelamin (yang wanita mengajarkan

memasak sementara para laki-laki mengajarkan berburu).

b) Pada tingkatan yang lebih maju, sebagaian proses sosialisasi teridentifikasi

keluar dari batas keluarga, diserahkan kepada semua pemuda di masyarakat

tentu saja dengan bimbingan para orang tua yang berpengalaman atau

berkeahlian. Kurikulum pendidikan bukan semata-mata kumpulan dari

latihan memperoleh ketrampilan-ketrampilan namun juga ditekankan soal-

soal metafisik dan budi pekerti. Mengenai siapa yang berperan sebagai guru,

tampaknya sudah mulai mempertimbangkan bakat dan pengalaman

“berguru” yang pernah diperoleh. Dalam hubungan ini, sang guru bukanlah

orang yang memiliki “spesialisasi khusus” seperti halnya spesialisasi-

spesialisasi sekarang ini, namun para “siswa” bisa belajar banyak mengenai

64

Page 65: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

nilai-nilai kehidupan sebab guru dipandang sebagai sumber segala macam

pengetahuan.

c) Dengan berkembangnya diferensiasi di masyarakat itu sendiri, maka

meningkat pula upaya seleksi sosial. Beberapa keluarga atau kelompok

meningkat menjadi semakin kuat dalam segi kekuasaan maupun kekuatan

ekonominya dibandingkan warga masyarakat yang lain. Mereka yang telah

menempati posisi kuat itu, secara formal membatasi akses mengenyam

pendidikan bagi seluruh warga masyarakat. Pertimbangan utama dalam

menentukan siapa-siapa yang menjadi “siswa”, terletak pada latar belakang

kelas atau kterurunan seseorang. Sedangkan seleksi para “guru”, di samping

disyaratkan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, juga

diperhitungkan faktor kecerdasan dan bakatnya. Dari segi kurikulum sudah

diperhitungkan kebutuhan-kebutuhan perkembangan zaman dengan

memfokuskan perhatian pendidikan pada budi pekerti, hukum, teologi,

kesenian serta bahasa. Guru masih berperan sebagai figur yang menguasai

segala hal daripada sebagai spesialis dari suatu cabang pelajaran tertentu.

d) Pada tingkatan berikutnya hubungan antara pendidikan dengan masyarakat

menjadi kian rumit dan semakin kompleks. Sejalan dengan arus

industrialisasi dan kecenderungan diferensiasi sosial, maka spesialisasi

peranan menjadi cirri istimewa masyarakat pada tingkatan keempat ini. Di

sini pendidikan sudah berjenjang-jenjang begitu rupa, dan kualifikasi para

pengajar sudah tersebar ke dalam bidang keahlian yang beragam pula. Dalam

hubungan ini, sekolah mendapa beban-beban baru, yaitu sebagai pusat

pengajaran bagi masyarakat luas, sebagai media seleksi sosial serta berperan

pula sebagai lapangan pekerjaan.

Pesatnya arus diferensiasi serta spesialisasi selama dekade-dekade terakhir

memicu beberapa perubahan dalam tubuh formasi pendidikan. Hal itu terjadi sebagai

akibat dari mendesaknya permintaan masyarakat akan tersedianya tenaga-tenaga

spesialis yang akan menopang bergulirnya roda kehidupan masyarakat yang tengah

bertumpu pada kekuatan industri produk massal.

Dalam perkembangan ini, sistem pendidikan beranjak pesat menjadi institusi

yang mempunyai “kedudukan penting” terutama dalam menopang perubahan sosial

ekonomi (baik perubahan yang direncanakan maupun tidak), lalu pendidikan

berkembang menjadi “jembatan” prestise dan status, selain juga tampil sebagai faktor

65

Page 66: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

utama mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal, baik intra maupun

antargenerasi.

4. Gelombang Kekuatan yang Mengubah Masyarakat Manusia

Sesudah kita melihat bagaimana dan apa perubahan sosial, maka uraian

selanjutnya akan membicarakan berbagai kekuatan sosial yang mengubah dunia yang

mengglobal dewasa ini. Dari berbagai kekuatan yang mengubah kehidupan bersama

umat manusia dewasa ini, terdapat tiga kekuatan yang besar, yaitu (1) demokratisasi,

(2) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan

informasi, dan (3) globalisasi.

Ketiga kekuatan besar yang sedang mengubah kehidupan umat manusia dewasa

ini selanjutnya akan dilihat pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan sosial dalam

masyarakat kita. Perubahan-perubahan tersebut sangat berkaitan dengan kekuatan-

kekuatan global yang tengah melanda masyarakat kita.

Pertama ialah masyarakat kita sedang berubah dari masyarakat yang relative

masih tertutup menuju suatu masyarakat terbuka. Proses demokratisasi yang sedang

melanda seluruh dunia termasuk di Indonesia, telah membongkar kehidupan tradisional

masyarakat kita. Selanjutnya, masyarakat kita sesudah melampai masa krisis yang

terjadi pada penghujung abad 20, akan dituntut melahirkan bentuk nasionalisme baru

yang berhadapan dengan munculnya rasa kesukuan atau tribalisme. Keadaan

masyarakat Indonesia yang pluralistik dalam suku dan budayanya merupakan tantangan

baru terhadap kehidupan nasional.

Kekuatan-kekuatan yang dibicarakan tersebut di atas tentunya akan

mempengaruhi proses pendidikan manusia Indonesia yang menuntut kemampuan untuk

berpartisipasi aktif dalam membina masyarakat baru.

a. Kekuatan Demokratisasi

Saat ini gelombang demokratisasi sedang melanda dunia. Semenjak

beberapa waktu lalu dimana-mana telah terjadi penghancuran dinasti

pemerintah otoriter oleh rakyat beriringan dengan tumbuhnya pemerintah yang

demokratis. Meskipun bukannya tanpa hambatan namun dewasa ini menurut

Huntington (1995) gelombang demokratisasi telah mencapai tahap ketiga.

Menurut pengamatannya gelombang demokratisasi yang pertama berakar dari

revolusi Perancis dan revolusi Amerika yang memperjuangkan hak-hak rakyat

untuk mengatur dirinya sendiri.

66

Page 67: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Gelombang kedua terutama terjadi setelah perang dunia kedua dengan

lahirnya nagara-negara baru di Afrika dan Asia dari daerah-daerah bekas

penjajahan. Gelombang ketiga ditandai oleh pemerintah diktator di Eropa

Selatan seperti Portugal telah terjadi penumbangan pemerintahan diktator pada

tahun 1974, diikuti oleh pendemokrasian negara-negara Eropa Selatan lainnya

seperti Yunani dan Spanyol. Sejak tahun 1980 proses demokratisasi mulai

menelan dunia komunis seperti Polandia. Rontoknya Negara-negara komunis

pada penghujung tahun 80-an ditandai oleh rontoknya tembok Berlin yang

memisahkan Berlin Barat yang demokratis dan Berlin Timur yang komunis.

Rontoknya pemerintahan diktator komunis mencapai klimaksnya dengan

bubarnya negara Uni Sovyet. Sampai permulaan abad 21 ini proses

demokratisasi terus berlangsung.

Sampai di sini kita lihat pengertian demokrasi berhubungan dengan

sistem pemerintahan, yaitu pemerintah oleh rakyat melalui para wakilnya di

dalam suatu dewan atau majelis. Demokrasi itu sendiri bukan merupakan suatu

nama benda tetapi lebih merupakan suatu proses yaitu proses demokratisasi.

Perwujudan asas-asas demokrasi terus berkembang sampai dewasa ini. Ada

negara yang telah mapan pelaksanaan demokrasi ada yang baru berada pada

tingkat konsolidasi, ada pula yang baru pada tahap transisi dari pemerintahan

yang diktator ke arah pemerintahan yang demokratis.

Dewasa ini pengertian demokrasi tidak dibatasi kepada pengertian

politik tetapi juga menyangkut hal-hal dalam bidang sosial, ekonomi, hukum,

HAM. Jadi demokrasi telah merupakan suatu sikap dan cara hidup, baik di

dalam lingkungan terbatas maupun di dalam lingkungan bernegara. Kini kita

berbicara mengenai demokrasi sosial, demokrasi ekonomi, penghormatan

terhadap hak asasi manusia, kedudukan hukum yang sama dari setiap warga

negara. Prinsip demokrasi adalah menghargai akan martabat manusia dengan

hak-hak asasinya.

1) Perkembangan Demokrasi

Pada dasarnya demokrasi muncul bersamaan dengan perkembangan

negara kebangsaan (nation-state). Seperti yang telah dijelaskan, munculnya

negara kebangsaan sejalan dengan penolakan manusia terhadap penindasan

pemerintahan absolut dari monarki absolut. Lahirnya negara-negara kebangsaan

pada abad 19 bersamaan pula dengan lahirnya industri modern di Eropa yang

67

Page 68: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

dipicu oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Kemajuan hak-hak rakyat biasa mulai

muncul sehingga mengubah cara hidup manusia. Kehidupan perkotaan mulai

marak, hak-hak buruh mulai dimunculkan sehingga tidak jarang terjadi

keributan-keributan sosial yang menuntut perbaikan. Hak asasi manusia mulai

ditonjolkan karena manusia mulai melihat terjadinya ketimpangan-ketimpangan

sebagai ekses kapitalisme. Masalah ekonomi semakin menonjol dan

perkembangan demokrasi banyak dihubungkan dengan perkembangan ekonomi.

Perkembangan ekonomi yang tinggi akan melahirkan kebutuhan untuk

memperoleh pendidikan bagi rakyat banyak terutama di dalam era

industrialisasi. Tenaga kerja manusia diganti dengan mesin dan untuk itu

diperlukan ilmu pengetahuan dan pelatihan bagaimana cara memegang mesin-

mesin tersebut.

Sejalan dengan meningkatnya mutu sumber daya manusia karena

pendidikan, lahirlah kelas baru di dalam masyarakat yang disebut kelas

menengah. Meluas dan meningkatnya pendidikan bagi rakyat dibarengi dengan

lahirnya kelas menengah yang besar dan kuat, melahirkan budaya baru. Budaya

baru tersebut didukung oleh warga negara yang semakin berpendidikan,

semakin bertanggung jawab dan menguasai berbagai jenis kompetensi yang

diperlukan di dalam masyarakat modern. Semua perubahan ini merupakan

pendukung dari proses demokratisasi.

Perkembangan pemerintahan yang demokratis ternyata mengenal

berbagai tipe atau jenis. Menurut Haynes (2000) ada tiga jenis pemerintahan

yang demokratis, yaitu (1) demokrasi formal, (2) demokrasi permukaan

(fasade), dan ( 3) demokrasi substantif.

Demokrasi formal ditandai dengan adanya pemilihan umum yang bebas

dan adil serta kompetitif. Ide pokoknya ialah adanya pilihan yang bebas.

Banyak negara yang masih muda berada di dalam jenis ini. Secara formal

negara-negara itu melaksanakan pemilihan umum namun di dalam praktiknya

negara-negara tersebut tergolong negara diktator. Demokrasi-permukaan

(fasade) dapat kita lihat di dalam bentuk pemerintahan yang kelihatan pada

permukaannya sebagai pemerintahan yang demokratis, tetapi sebenarnya masih

jauh dari prinsip-prinsip demokrasi. Pada hakikatnya pemerintah yang demikian

hanya berbaju demokrasi, tetapi tetap membatasi hak-hak warga negara,

misalnya batasan di dalam mengeluarkan pendapat, pembatasan untuk

68

Page 69: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

berkumpul dan berserikat, memberangus pers yang tidak sejalan dengan

pemerintah.

Mungkin saja negara mempunyai perwakilan dari rakyat tetapi sistem

pemerintahannya adalah sistem feodal. Pemerintah mempunyai hak mutlak di

dalam mengatur negaranya meskipun rakyatnya diberi peluang untuk memilih

wakil-wakilnya melalui pemilihan umum. Bentuk yang terakhir ialah demokrasi

substantif. Di dalam pemerintahan yang demokrasi subtantif ialah bukan hanya

dikenal demokrasi formal melalui pelaksanaan pemilihan umum yang bebas dan

adil serta kompetitif, tetapi juga prinsip-prinsip demokrasi dilaksanakan di

dalam seluruh bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Demokrasi telah

menjadi cara dan gaya hidup dari setiap anggotanya.

2) Demokratisasi dan Pendidikan

a) Revolusi Industri

Seperti yang telah diuraikan, revolusi industri telah mengubah banyak

aspek kehidupan. Dengan adanya perkembangan industri maka struktur

produksi dan konsumsi berubah total, dari ekonomi yang tertutup menjadi

ekonomi yang terbuka. Begitu pula struktur permodalan, berubah dengan

lahirnya kapitalisme.

Dari perkembangan industri muncullah suatu kelas baru, yaitu kaum

buruh yang semakin lama semakin kuat dan menuntut hakhaknya. Tidak

mengherankan apabila di dalam revolusi industry melahirkan pemikiran-

pemikiran perubahan sosial yang baru, seperti komunisme dan sosialisme.

Sejalan dengan itu pula berkembang kota-kota besar sebagai pusat industri.

Terjadilah dorongan ke kota-kota atau urbanisasi yang melahirkan banyak

permasalahan sosial. Sejalan dengan itu pula nilai-nilai masyarakat yang

tradisional dihancurkan oleh lahirnya nilai-nilai baru.

Perubahan nilai tersebut mengubah bentuk-bentuk kehidupan manusia

termasuk kehidupan keluarga. Keluarga sebagai dasar kehidupan sosial

mulai tergoyah dan lebur, serta dikuasai oleh nilai-nilai komersial.

Sejalan dengan proses industrialisasi dengan nilai-nilai sosialnya yang

baru, maka lahirlah apa yang disebut kelas menengah. Apabila sebelumnya

di dalam masyarakat terdapat golongan elit atau feodal yang berkuasa

disertai dengan penguasaan modal, dan dibawahnya lapisan besar

masyarakat yang miskin dan tertindas, maka dengan revolusi industri telah

69

Page 70: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

lahir kelas baru di dalam masyarakat, yaitu kelas menengah. Kelas

menengah ini semakin lama semakin besar, berpengaruh dan terkenal

dengan nilainilainya yang progresif dan anti establisment. Kelas menegah

ini merupakan kelompok masyarakat yang dinamis, yang berkembang

kemampuan intelektualnya dan tidak jarang dari mereka menjadi pembela

golongan rakyat banyak. Nilai-nilai kelas menengah mendorong lahirnya

suatu masyarakat yang sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Mereka

itulah warga negara yang meminta partisipasinya lebih diakui di dalam

berbagai aspek kehidupan. Mereka aktif di dalam mewujudkan hak-hak

politiknya, partisipasinya di dalam kegiatan ekonomi dan sejalan dengan itu

lahirnya bisnis pekerjaan baru yang belum dikenal sebelumnya. Kelas

menengah ini menempati pos-pos yang sangat strategis di dalam dinamika

perubahan sosial. Di dalam partisipasinya dalam perubahan sosial mereka

menempati dan mengubah stratifikasi sosial yang ada.

Dari manakah kelas menengah itu memperoleh visi yang baru sehingga

menjadi pelopor dari perubahan sosial? Sejalan dengan revolusi industri

serta makin sadarnya warga Negara untuk berpartisipasi di dalam semua

aspek kehidupan, telah didorong oleh suatu program untuk meningkatkan

taraf kecerdasan rakyatnya. Sejalan dengan itu, program wajib belajar mulai

muncul di negara-negara industri pertengahan abad 19. Program wajib

belajar mulai diperkenalkan bukan hanya di belahan bumi Eropa, tetapi juga

di Amerika Utara dan Jepang. Partisipasi masyarakat untuk memperoleh

pelajaran melahirkan programprogram wajib belajar sebagai perwujudan

dari hak asasi manusia.

Bagaimana peranan pendidikan pada abad 21, dalam era globalisasi?

Memang pendidikan telah dilihat sebagai suatu sarana untuk mempercepat

proses dekolonisasi dan meningkatkan mutu kehidupan dari rakyat terjajah.

Oleh sebab itu, di dalam salah satu program PBB sejak dilahirkan ialah

meningkatkan dan mempercepat program pendidikan di negara-negara

bekas jajahan. Badan PBB, UNESCO mempunyai tugas antara lain untuk

meningkatkan dan menyebarluaskan pendidikan untuk semua orang. Semua

manusia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Hanya melalui

pendidikan dapat diwujudkan suatu masyarakat demokratis dan terbuka

sehingga kemiskinan, ketidakadilan, kriminalitas, dapat diwujudkan untuk

70

Page 71: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

orang banyak. Pemerintahan yang demokratis tetapi mengabaikan

pendidikan bagi rakyatnya merupakan suatu penipuan dan kejahatan

kemanusiaan.

b) Proses Demokratisasi dalam Era Informasi

Di dalam masyarakat demokratis diperlukan warga Negara yang cerdas,

artinya yang dapat mengambil bagian secara intelegen di dalam kehidupan

politik. Warga negara tersebut harus dapat memilih sesuai dengan

pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan cepat. Pengambilan keputusan

yang cepat dan tepat di dalam pemilihan umum atau di dalam mengambil

keputusankeputusan politik banyak dibantu oleh penemuan-penemuan di

dalam bidang teknologi khususnya teknologi informasi. Kemajuan teknologi

informasi yang pada saat ini telah memasuki era internet dan semakin lama

semakin canggih, akan sangat membantu di dalam proses pertimbangan dan

pengambilan keputusan baik oleh para pemilih maupun bagi pemerintah.

Kita lihat betapa peranan televisi dan internet di dalam proses pemilihan

presiden di Amerika Serikat. Tanpa televisi dan internet proses pemilihan

dan keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemilih serta calon dalam

pemilu akan sangat lamban.

Proses demokratisasi akan memasuki babak baru dalam era digital.

Gerakan sosio-politik baru yang bersifat internasional memiliki nilai-nilai

atau ide antara lain untuk menyamakan keterampilan dan sumber

teleteknologi. Masalah ini memang merupakan masalah internasional. Di

dalam pertemuan-pertemuan internasional telah disadari akan adanya

perbedaan di dalam nagara-negara industri dan negara-negara berkembang.

Digital divide akan lebih memperlebar jurang pemisah antara negara maju

dengan negara berkembang. Kini terdapat usaha-usaha internasional untuk

menjembatani digital divide ini.

Selain daripada itu, gerakan sosio-politik baru menganjurkan kepada

pemanfaatan teleteknologi untuk meningkatkan martabat manusia, misalnya

di dalam perluasan informasi mengenai hak asasi manusia. Demikian pula

dengan adanya penggunaan teknologi akan lebih membuka kehidupan

masyarakat dengan pengenalan berbagai jenis alternatif. Selanjutnya,

dengan teleteknologi dapat ditingkatkan kewajiban-kewajiban antarnegara

masalah identitas dan pengembangan generasi muda, generasi masa depan.

71

Page 72: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Selain gerakan sosio-politik baru, juga terdapat kampanye dan strategi

sosio-politik baru yang meliputi upaya untuk meningkatkan pelayanan

universal dalam pemanfaatan telekomonikasi, meningkatkan kemampuan

melek komputer dan memasyarakatkan teknologi digital, termasuk di dalam

bidang politik. Era demokrasi masa depan akan banyak dipengaruhi oleh era

digital yang mempercepat komunikasi, penyebaran informasi, dialog

antarkelompok, antarbangsa dan antarumat manusia. Masyarakat global

akan sangat dibantu oleh kemajuan di dalam bidang teknologi informasi

yang sangat pesat perkembangannya.

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bagaimanakah dengan keadaan kehidupan masyarakat dan negara

dewasa ini? Ternyata sumber kemakmuran dan kekuatan bukan lagi terletak

pada luas wilayah dan sumber daya alamnya yang melimpah tetapi telah

berpindah pada penguasaan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Inilah peradaban baru umat manusia. Terdapat tiga kekuatan yang dominan

yaitu (1) ilmu pengetahuan, (2) teknologi sebagai penerapan ilmu

pengetahuan, dan (3) informasi. Ketiga kekuatan ini tidak berhubungan lagi

secara langsung dengan nasionalitas. Ilmu pengetahuan tidak perlu

menyebarangi tapal batas suatu Negara dan oleh sebab itu tidak lagi

memerlukan paspor dan visa.

Demikian pula informasi berembus ke mana-mana tanpa batas dan tidak

ada yang dapat menghentikan atau menghambatnya. Teknologi informasi

telah mengubah kebudayaan negara menuju kebudayaan global karena

sekat-sekat yang mengisolasikan kehidupan berbagai masyarakat dan negara

telah dihapuskan. Futuris Alvin Toffler dalam Anshori (2000) mengatakan

bahwa ada tiga gelombang peradaban hingga saat ini, yaitu.

1) Gelombang peradaban teknologi pertanian (8000 SM – 1500 M)

2) Gelombang peradaban teknologi industri (1500 – 1970 M)

3) Gelombang peradaban informasi (1970 – sekarang).

Masing-masing gelombang tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang

digunakan pada era tersebut. Di dalam peradaban pertanian teknologi

terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi

kehidupan dasar manusia. Revolusi industri yang dimulai dengan kemajuan

ilmu pengetahuan pada masa renaisans dalam kebudayaan Eropa, telah

72

Page 73: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

melahirkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di dalam perkembangan

industry modern. Mesin-mesin industri seperti mesin uap, mesin pemintal

dalam industri garmen, tambang-tambang muncul sesudah masa Aufklarung.

Kemajuan industri yang pesat tersebut, di samping meningkatkan taraf

hidup rakyat khususnya dalam kebudayaan Eropa, juga telah melahirkan

ekses-ekses, seperti imperalisme dan kolonialisme dalam rangka untuk

memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil industri. Demikian pula

perkembangan industry telah melahirkan berbagai masalah sosial seperti

masalah perburuhan, masalah urbanisasi dan bahkan menimbulkan gesekan

antaragama dan ilmu pengetahuan.

Pada masa gelombang teknologi informasi yang telah melahirkan

kemudahan-kemudahan dalam berkomunikasi, telah melahirkan suatu

masyarakat dunia yang disebut global village. Perubahan-perubahan

mendasar tersebut kini semakin lama semakin memudahkan kehidupan

manusia di dalam berkomunikasi dalam berbagai bidang. Alisyahbana

(2000) mengemukakan ada lima era industry baru yang akan datang, yaitu.

1) Era industri rekreasi (sampai 2015). Di dalam era ini akan lahir dengan

pesatnya berbagai jenis rekreasi dan industri hiburan (entertainment).

Industri rekreasi ini lahir bersamaan dengan semakin meningkatnya tingkat

kemakmuran rakyat. Semakin besar pendapatan rakyat semakin banyak

waktunya yang terluang untuk berekreasi bersama-sama dengan keluarga.

Kebudayaan Disneyland yang lahir di Los Angeles kini telah merebak

ke seluruh dunia di dalam bentuk-bentuk yang sejenis. Demikian pula telah

lahir industri perhotelan, pusat-pusat rekreasi baik yang modern maupun

yang sederhana dengan kegiatan-kegiatan penunjang lainnya seperti

transportasi yang cepat, perusahaan-perusahaan tour dalam berbagai jenis

kian berkembang dengan sangat pesar. Begitu pula perkembangan yang

pesat dari industri pariwisata telah menimbulkan kebutuhan untuk

penguasaan bahasa, khususnya bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi

dunia.

2) Era bioteknologi. Kemajuan penelitian-penelitian di segala bidang

bioteknologi sangat mengagumkan meskipun menimbulkan banyak

persoalan. Kita dewasa ini mengenal penelitian-penelitian biotek yang

antara lain menghasilkan produkproduk pertanian hasil rekayasa. Dalam

73

Page 74: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

bidang ilmu genetika kini sedang digalakkan penelitian mengenai genom

manusia.

Dalam bidang peternakan kita mengenal kegiatan-kegiatan cloning pada

binatang. Era bioteknologi ini sangat menjanjikan di dalam upaya

menghadapi ledakan penduduk dan persediaan pangan bagi umat manusia

yang terbatas. Untuk menghadapi ekses-ekses dari rekayasa genetik, telah

digalakkan penelitian-penelitian mengenai bioetika yaitu etika tentang

rekayasa bioteknologi. Era bioteknologi yang sedang berkembang pesat ini

diperkirakan akan terus marak sampai sekitar tahun 2100.

3) Era mega-material. Di dalam era ini misalnya, dikenal mengenai research

nano-technology dan quantum physics. Perkembangan nanoteknologi sangat

menjanjikan di dalam kualitas hidup manusia. Seperti diketahui sistem

metric yang dikemukakan oleh Gabriel Mouton seorang pakar dari Lyons

tahun 1670 dan kemudian diterima oleh pemerintah Perancis pada tahun

1795. Sistem metric ini merupakan suatu sistem desimal untuk ukuran

panjang dan berat. Ukuran nano adalah sepermilyar dari meter (10-9).

Bahkan teknologi nano ini mungkin akan terus dikembangkan menjadi pico

teknologi (10-12 atau sepertriliun). Ukuran yang sangat kecil ini tentunya

akan mengubah berbagai produk elektronik yang semakin kecil sehingga

sangat memudahkan bagi pemakainya. Demikian pula di dalam bidang-

bidang teknik yang lain nano teknologi ini akan terus dikembangkan baik

dalam bidang kedokteran, pangan, teknologi, pokoknya semua bidang

kehidupan. Diperkirakan nano teknologi ini akan berkembang dengan

sangat pesatnya.

4) Era atom baru (fusi, laser). Era ini diperkirakan akan sangat berkembang

pada tahun 2100 – 2500.

5) Era angkasa luar baru. Diperkirakan sebelum tahun 3000 penjelajahan

angkasa luar dari manusia telah dapat menjadi kenyataan. Pada masa itu

pesawat angkasa luar telah merupakan alat transportasi umum.

Demikianlah gambaran kasar mengenai perubahan yang sangat

mendasar yang belum dapat kita gambarkan pada saat ini bentuk kehidupan

manusia menjelang 3000.

74

Page 75: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

d. Globalisasi

Globalisasi adalah proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya

kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik,

menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam

kehidupan sosial proses global telah menciptakan egalitarianisme. Di bidang

budaya memicu munculnya internalisasi kultural, di bidang ekonomi

menciptakan saling ketergantungan dalam proses produksi dan pemasaran,

dan di bidang politik menciptakan liberalisasi.

Hal-hal nyata yang terlihat dalam era global adalah meningkatnya

integrasi ekonomi antar negara-negara di dunia, baik antarnegara maju,

berkembang, dan keduanya. Globalisasi dengan demikian diwarnai oleh

ekspansi pasar dalam bentuk konkret menjelma dalam berbagai

penyelenggaraan pasar-pasar bersama regional seperti AFTA, NAFTA,

APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi hubungan dagang serta formasi

wilayah pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa, Amerika, Australia, dll.

Proses per luasan pasar di seluruh wilayah penjuru dunia tersebut

merupakan sebuah rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum pernah

terbayangkan sebelumnya, dengan menggunakan berbagai instrument

seperti ilmu pengetahuan, teknologi, institusi sosial, politik dan kebudayaan.

Para pakar dari sudut penglihatannya masing–masing melihat adanya

berbagai kecenderungan gelombang globalisasi. Alatas (2000) melihat

empat perubahan mendasar yang dapat terjadi, yaitu.

1) Adanya suatu gelombang perubahan di dalam konstelasi politik global.

Apabila sebelumnya politik global bersifat bipolar seperti misalnya Barat

versus Timur, negara–negara industry maju versus negara–negara

berkembang, negara–Negara demokrasi versus negara–negara totaliter dan

sebagainya. Di dalam gelombang globalisasi konstelasi politik mengarah

kepada multipoler. Perdagangan misalnya tidak lagi bersifat hubungan

antara dua negara tetapi dengan berbagai negara.

2) Saling menguatnya hubungan antarnegara yang berarti semakin kuatnya

saling ketergantungan. Keterkaitan antara negara dalam bidang politik,

keamanan, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, dan hak–hak asasi manusia.

Keterkaitan tersebut mempunyai dampak baik positif maupun negatif.

75

Page 76: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

3) Globalisasi menonjolkan pemain–pemain baru di dalam kehidupan

masyarakat, yaitu aktor–aktor nonpemerintah. Apabila sebelumnya para

aktor terutama didominasi oleh pemerintah maka dalam era globalisasi

muncullah aktor–aktor seperti ornop–ornop, atau disebut juga lembaga

swadaya masyarakat (LSM). Muncullah para aktor baru yang merasa sebagai

salah satu stakeholder di dalam masyarakat, akan mengubah peran

pemerintah di dalam fungsinya yang mengatur masyarakat. Daerah publik

(public sphare) akan semakin meluas. Artinya pemerintah harus membuka

diri dan lebih transparan untuk mendengar suara–suara dari masyarakat dan

bukan hanya mendengar suara pemerintah sendiri. Masyarakat yang

demikian menuju kepada masyarakat sipil atau masyarakat madani.

Pengakuan terhadap hak–hak asasi manusia merupakan syarat dari suatu

masyarakat sipil (masyarakat madani).

4) Lahirnya berbagai isu baru di dalam agenda hubungan–hubungan

internasional. Isu–isu baru tersebut antara lain hak asasi manusia, intervensi

kemanusiaan, perkembangan demokrasi atau demokratisasi, dan keinginan

untuk mengatur suatu tata cara atau sistem pengelolaan global, misalnya di

dalam lingkungan dunia yang berkenaan dengan paru–paru dunia.

Demikian pula rasa suatu kebutuhan akan adanya global governence

yang mengatur tata cara dan kesepakatan didalam hidup yang mengglobal.

Termasuk dalam kategori ini misalnya masalah terorisme internasional yang

terkait dengan tragedi Black Tuesday 11 September 2001 yang merontokkan

gedung World Trade Center di New York, dan Pentagon di Washington D.C.

Gelombang globalisasi bukan hanya mengubah tatanan kehidupan

global, tetapi juga mengubah tatanan kehidupan pada tingkat mikro. Dalam

hal ini kita berbicara mengenai pengaruh arus globalisasi di dalam ikatan

kehidupan sosial. Seperti telah diuraikan, globalisasi dapat mengandung

unsur-unsur positif, tetapi juga yang dapat bersifat negatif. Salah satu

dampak negative dari proses globalisasi ialah kemungkinan terjadinya

disintegrasi sosial. Beberapa gejala transisi sosial akibat globalisasi antara

lain ialah hilangnya tradisi. Bentuk-bentuk budaya global telah memasuki

kehidupan sosial pada tingkatan mikro, sehingga dikhawatirkan nilai-nilai

tradisi lokal dan nilai-nilai moral yang hidup di dalam masyarakat semakin

lama semakin menghilang. Hal ini disebabkan pula karena masih rendahnya

76

Page 77: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

pendidikan, terutama dinegara-negara berkembang. Dengan masih rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat, kemampuan selektif dan adaptasi terhadap

perubahan-perubahan global mudah dipengaruhi sehingga tradisi lokal

terancam punah. Lebih daripada itu, dengan hilangnya nilai-nilai tradisi

sebagai pengikat kehidupan bersama mulai melonggar. Salah satu dampak

dari globalisasi ialah meningkatnya kriminalitas kerah putih bahkan ada yang

mengatakan bahwa masyarakat modern telah menderita penyakit kleptokrasi.

Bentuk-bentuk kleptokrasi ini misalnya terlihat di dalam semakin

meningkatnya gejala-gejala korupsi di banyak negara berkembang.

Menghadapi gejala-gejala disintegrasi sosial, Irwan Abdullah dalam

Buchori (2001) menawarkan berbagai langkah untuk memperkuat

masyarakat dengan konsep kapital sosial. Yang dimaksud dengan kapital

sosial ialah suatu sistem nilai yang hidup dan dipelihara serta dihormati

untuk dilaksanakan di terhadap hilangnya kapital sosial tersebut.

Dari berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa suatu gejala proses

perubahan sosial yang mahadahsyat, yang belum pernah dialami umat

manusia sebelumnya. Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang

dibicarakan oleh setiap orang sampai diskusi ilmiah dalam lingkungan

akademik.

3. Pendidikan sebagai Dasar PengembanganMasyarakat Baru

Dewasa ini boleh dikatakan pendidikan telah diadopsi oleh semua

negara, baik negara berkembang maupun negara maju, dijadikan sebagai

pondasi untuk menghadapi perubahan-perubahan besar di dalam kehidupan

masyarakat dalam millennium ketiga. Hal ini dapat terbayang di dalam investasi

pendidikan dari negara-negara tersebut. Pendidikan telah dijadikan prioritas

utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi

membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-

perubahan global dan menghadapi masyarakat digital. Di dalam kampanye

pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2000 baru-baru ini, pendidikan telah

menempati kedudukan yang sangat penting dan dijadikan landasan

pembangunan masyarakatnya. Demikian pula bagi negara-negara berkembang

seperti negara-negara ASEAN boleh dikatakan semua Negara memberikan

prioritas utama kepada pengembangan pendidikan yang tercermin di dalam

alokasi dana pemerintah.

77

Page 78: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Sejalan dengan arah baru mengenai pendidikan di dalam pengembangan

suatu masyarakat, maka ilmu pendidikan juga mempunyai orientasi baru.

a. Arah Baru Pedagogik

Di dalam perkembangannya, pedagogik terbatas kepada masalah-

masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan anak, proses belajar dan

pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan, manajemen pendidikan

dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini, pedagogik ternyata

tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi. Telah kita

lihat, betapa perubahan pola-pola kehidupan masyarakat manusia dewasa ini

yang semakin terbuka. Kehidupan politik yang semakin didominasi oleh

gerakan demokratisasi. Hak-hak asasi manusia semakin menonjol di dalam

setiap pemerintahan dan di dalam organisasi-organisasi dunia. Semuanya

mengakui betapa besar peranan pendidikan di dalam membangun masyarakat

dunia baru. Indonesia telah mulai menunjukkan gejala-gejala yang positif

memprioritaskan pendidikan di dalam proses pembangunan masyarakat

Indonesia baru di dalam APBN dan APBD yang akan datang.

Perubahan-perubahan sosial tersebut di atas telah membawa kepada

suatu keperluan untuk memberikan orientasi baru terhadap pedagogik.

Pedagogik bukan sekadar mencermati perkembangan anak sejak lahir sampai

dewasa, atau mengenai proses pendidikan orang dewasa, atau menyimak

mengenai proses belajar dan pembelajaran, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu

menempatkan perkembangan dan kehidupan manusia di dalam tetanan

kehidupan global. Dengan demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada

ilmu mendidik dalam arti sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan,

tetapi juga membahas mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan

hidup yang mengglobal bagi umat manusia.

Dengan demikian, pedagogic merupakan bagian dari perubahan politik,

bagian dari perubahan sosial dan juga bagian dari perubahan ekonomi, bukan

hanya perubahan ekonomi bagi negara-negara maju, tetapi juga ekonomi yang

dihadapi oleh kebanyakan negara berkembang yakni pemberantasan

kemiskinan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila investasi di dalam

pendidikan dan pelatihan merupakan agenda paling urgen di dunia dewasa ini.

Masalah-masalah pemberdayaan, partisipasi masyarakat, perencanaan dari

bawah, perbaikan gizi, pengembangan civil society, pengembangan sikap

78

Page 79: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

toleransi antarbangsa, antaragama, antara lapisan kehidupan sosial ekonomi,

antaretnis, multicultural education, merupakan topik-topik hangat di dalam

pedagogik arah baru.

b. Pendidikan, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan

Pedagogik orientasi baru tersebut di atas, menunjukkan keterkaitan yang

erat antara pedagogik dengan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan politik.

Demikian selanjutnya, pedagogik tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan di

mana pendidikan itu merupakan bagian dari padanya. Kebudayaan merupakan

sarana, bahkan jiwa dari kohesi sosial dari suatu masyarakat. Tanpa kohesi

sosial tidak mungkin lahirnya proses pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan

dan kebudayaan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Mengisolasikan

pendidikan dari kebudayaan berarti melihat proses pendidikan di dalam ruang

hampa. Pakar-pakar ekonomi juga pakar-pakar kebudayaan dan politik melihat

betapa pendidikan merupakan aspek yang sangat strategis di dalam menyiapkan

suatu tata kehidupan manusia yang baru.

Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di dalam

menata suatu masyarakat baru. Masyarakat baru yang berdasarkan paradigma

baru, akan dapat dipersiapkan melalui proses pendidikan. Tidak berlebihan

kiranya apabila pendidikan dewasa ini, seluruh dunia dianggap sebagai pondasi

dari membangun masyarakat dunia baru.

G. TRANSFORMASI INFORMASI DALAM KOMUNIKASI MASSA

Perkembangan teknologi komunikasi massa dalam bentuk media massa

khususnya media televisi telah membuat dunia semakin kecil. Tren perubahan gaya

hidup masyarakat tidak hanya membawa pengaruh globalisasi melainkan juga

polarisasi-polarisasi baru yang mendorong dilakukannya restrukturisasi dan

refungsionalisasi berbagai bidang kehidupan. Kemajuan teknologi komunikasi telah

memungkinkan terjadinya globalisasi informasi. Oleh karena itu, kita dituntut untuk

siap menghadapi banjirnya informasi dalam segala bidang. Informasi melalui medium

televise dan internet yang mengalir melintasi batas-batas Negara tampaknya tidak dapat

terbendung oleh jarak, ruang dan waktu.

79

Page 80: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Melihat fungsinya yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikan

kesadaran bahwa hendaknya kita dapat memanfaatkannya secara tepat. Ini berarti

bahwa muatan-muatan pesan media televisi harus dapat mendukung keinginan seluruh

masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial baik secar politik,

ekonomi dan budaya.

Dukungan masyarakat berangkat dari satu kesadaran. Kesadaran itu berawal

dari sejauh mana aspek komunikasi massa dapat berjalan tanpa paksaan. Komunikasi

massa pada hakikatnya ialah suatu transformasi sosial yang luas, yang menyangkut

persoalan manusia dalam bidang pendidikan, penerangan, perubahan sikap dan nilai-

nilai serta masalah peninjauan kembali masalah hubungan antar manusia, adat istiadat,

kebiasaan dan lain-lain yang menyangkut tingkah laku sosial.

Hubungan antar bangsa sudah sedemikian eratnya sehingga overlapping budaya

dapat ikut dengan sendirinya dalam budaya asli suatu bangsa. Budaya negeri kita ini

jika kita lihat secara mendalam, masih mengalami masa peralihan. Ini terjadi karena

persentuhan dengan budaya luar yang semakin terbuka. Seharusnya, dalam membangun

Indonesia untuk masa mendatang, kita sama sekali tidak boleh meninggalkan esensi

warisan budaya bangsa. Jika hal tersebut diabaikan, maka kehidupan masyarakat kita

akan tercabut dari akar budayanya dan hanyut dalam arus budaya lain yang tidak kita

kenal.

Saat ini dunia berada dalam era informasi. Wujud informasi dan komunikasi

massa memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai-nilai lainnya. Terdapat beberapa wujud

system komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi. Pertama, jaringan

pengolahan data yang memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan

tombol-tombol komputer dirumah masing-masing. Kedua, bank informasi dan

penelusuran data, yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang

diperlukan serta memperoleh copy cetakannya dalam sekejap. Ketiga, sistem teleks,

yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan. Seperti berita, cuaca,

gerhana, informasi finansial, iklan terklasifikasi, catalog segala macam produk dan

sebagainya, lewat layar televisi di rumah masing - masing. Keempat, sistem faksimili,

yang memungkinkan pengirimam dokumen secara elektronik. Kelima, jaringan

komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan

informasi melalui komputer.

Serangan teroris terhadap kota Mumbai, India, akhir bulan lalu,

mengungkapkan betapa kehadiran teknologi komunikasi informasi mampu

80

Page 81: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

menghadirkan pola baru taktik dan strategi baru yang disebut sebagai urban terrorism,

melakukan serangan frontal selama hampir 3 x 24 jam serta memperkenalkan apa yang

disebut sebagai shock and awe warefare.

Terungkap bahwa ada sekitar 10 orang menebar ketakutan dan meneror kota

Mumbai memperkenalkan terorisme kosmopolitan yang tidak mewakili prejudisme dan

diskriminasi fundamentalisme kepercayaan yang selama ini dikembangkan sebagai

sebuah gabungan taktis dan strategi mengemas perangkat teknologi komunikasi

informasi dengan foot-soldiers dan seasoned operatives yang terlatih.

Berbagai perangkat teknologi, mulai dari ponsel, teleponi satelit, perangkat

global positioning system (GPS), hingga perangkat ponsel push e-mail Blackberry,

dikemas dalam serangan frontal yang dikendalikan oleh operator teroris dari jarak jauh

yang memanfaatkan siaran langsung teve, peta digital resolusi tinggi, serta penggunaan

hi-tech lainnya.

Jenis terorisme perkotaan gaya baru ini menyebabkan 180-an orang tidak

bersalah menjadi korban akibat kebrutalan dan kegilaan para pelaku serta 300 orang

lainnya luka-luka dan traumatik karena terjebak di dalam sebuah metode serangan yang

dirancang dengan perspektif kegilaan yang mengerikan.

Pendekatan simfoni

Serangan terorisme ala Mumbai pada tanggal 27 November lalu menyisakan

pesan yang sangat keras dan kuat bagi siapa saja di dunia, ada sekelompok kecil orang

bisa mengubah sebuah kota megalopolis dengan penduduk sekitar 15 juta orang

menjadi sebuah medan pertempuran setidaknya selama satu hari penuh. Pertanyaannya

adalah berapa cepat sebenarnya kemampuan pasukan keamanan untuk menangani

situasi seperti ini bila terjadi di berbagai kota besar dunia di mana negara mana saja.

Kita mencatat bahwa serangan ala Mumbai merupakan sebuah pendekatan

simfoni dalam arti melibatkan berbagai jenis operasi yang ”dimasak” menjadi sesuatu

yang menakutkan. Dan, kehadiran berbagai perangkat teknologi komunikasi informasi

di tengah pertumbuhan jejaring sosial yang luas, digitalisasi yang menyenangkan, dan

memudahkan kehidupan ternyata mampu untuk sekaligus juga menghadirkan

kecemasan.

Secara awam kita memerhatikan perlunya transformasi secara cepat, tepat, dan

fundamental terhadap pasukan khusus yang memang dirancang untuk berhadap-

hadapan melindungi kepentingan rakyat kebanyakan untuk memberikan rasa aman dan 81

Page 82: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

nyaman, menangani terorisme yang terus berkembang mencari bentuk-bentuk yang

tidak terpikirkan sebelumnya.

Transformasi ini membutuhkan pengetahuan, dalam arti berbagai pasukan

khusus yang tersedia mampu menggunakan cara-cara teknis yang tersedia dalam

arsenal masing-masing untuk melihat, menjejaki, ataupun mencari apa musuh terorisme

ini sebenarnya.

Transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi

memproyeksikan keharusan kecepatan strategis bagi pasukan khusus untuk digelar

dalam situasi ataupun dimensi apa pun secepat-cepatnya. Bahkan, transformasi pasukan

khusus ini juga harus mampu secara akurat untuk memiliki kemampuan pemukul

teroris dengan keahlian surgical strike untuk mengeliminasi terorisme secara cepat.

Artinya, transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi harus

mampu mengambil keputusan secepat-cepatnya dan menyerang terorisme sebagai

bentuk nyata perlindungan terhadap masyarakat secara nyata. Para pemikir strategis

dunia pun sudah memprediksikan bahwa kehadiran dan kecepatan teknologi

komunikasi informasi telah mengubah perilaku pasukan khusus untuk mulai bergerak

dari batas kecepatan suara menuju batas kecepatan waktu untuk menghadirkan rasa

aman dan nyaman di tengah-tengah kita.

Bola salju

Secara psikologis, ketika kita semua mengetahui dan menyadari bahwa pasukan

khusus antiteror memiliki keahlian dan kemampuan untuk menggunakan dan

mengembangkan kecanggihan kemajuan teknologi komunikasi informasi, kita akan

merasa aman dan percaya tidak ada gangguan kemasyarakatan yang tidak bisa diatasi.

Rasa aman dan nyaman dengan kecanggihan dan keahlian pemanfaatan

teknologi komunikasi informasi secara tidak langsung berdampak bola salju yang

mampu untuk mendorong investasi, masuknya modal asing, dan kepercayaan lainnya

untuk menggerakkan perekonomian dan perdagangan suatu negara.

Serangan urban terrorism di Mumbai sangat mengandalkan penggunaan

teknologi informasi untuk mencapai konklusi serangan secara maksimal. Di masa

depan, penggunaan teknologi komunikasi informasi oleh kelompok teroris menjadi

sangat intensif karena semua peralatan tersedia di pasar bebas dan merupakan

peralatan-peralatan teknologi yang juga kita gunakan sehari-hari.

82

Page 83: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Transformasi Komunikasi Dunia “Saya baru mengenal si dia beberapa bulan yang lalu. Kata kenal juga sebenarnya

tak pantas untuk dikatakan, karena sampai detik ini saya dan dia belum pernah

bertatap muka langsung, hanya lewat foto. Unik juga perkenal dengan bantuan

mesin “ym” ini. Beberapa teman saya malah dapat pasangan hidup melalui ym-an

ini. Hmmm menarik juga ya, mungkin saya juga bisa dapat jodoh melalui media

ini , he he he ....

Saya mengenal si dia dari FS teman, awalnya sih iseng-iseng saja. Setelah

tuker-tukeran alamat email kita lanjut ke tuker-tukeran alamat ym biar lebih asyik

ngobrol-nya. Akhirnya setelah dapat alamat ym-nya saya dan dia janjian untuk

ngobrol via ym. Lumayan juga waktu yang kita pilih, sekitar jam 22.00 sampai

24.00 WIB. Karena penasaran ingin mengenal lebih jauh akhirnya saya sudah

online lebih awal sekitar jam 20.00 WIB, sampai akhirnya dalam waktu yang cukup

lama kami sudah tuker-tukeran nomor handphone, ketemuan di negaranya (Kuala

Lumpur, Malaysia) dan happy ending dengan menikah.......... saat ini saya sudah

dikaruniai oleh Tuhan (sementara) 2 orang anak yang lucu-lucu dan cerdas-

cerdas .....”

Potongan cerita diatas sebenarnya banyak terjadi dewasa ini, saat ini pergeseran

komunikasi luar biasa, ntah kita sebut mengalami kemajuan atau tidak yang jelas

saat ini dengan hanya duduk di depan komputer yang tentunya sudah terkoneksikan

dengan jaringan internet kita bisa say hello, bercakap-cakap, diskusi sampai

mengumpat dan menghina dengan banyak orang di seluruh Indonesia. Dan kalau

kita bisa sedikit menguasai bahasa inggris kita juga bisa bangun komunikasi dengan

orang diluar Indonesia.

Mungkin kalau orang yang “awam” teknologi akan melihat bahwa kawan-

kawan kita yang sering online ini tak punya kerjaan, aneh dan tak bisa bersosialisasi

dengan orang lain. Justru, mereka itu punya teman-teman sendiri di dunia maya,

mereka juga bisa mendapatkan uang masuk dari hobi baru mereka itu. Banyak

fasilitas di dunia maya yang bisa dijadikan sebagai sumber keuangan pribadi, bisa

dengan jualan online atau ikut jejaring iklan lainnya. Belum lagi bisnis hitam

seperti mencuri uang orang via internet, merusak website orang lain atau bisa juga

menyebar virus baru agar mereka bisa menjual anti virusnya dengan mudah seperti

penjual kacang goreng.

83

Page 84: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Hampir sama dengan dunia nyata, dunia maya juga ada pengamannya, ada

undang-undang yang membatasi kebebasan mereka, ada pimpinannya dan mereka

juga memiliki organisasi baik lokal, nasional sampai internasional. Jadi, bisa

disimpulkan bahwa saat ini manusia telah mengalami transformasi komunikasi dari

komunikasi tradisional ke komunikasi modern. Memang masih banyak

kelemahannya, tapi minimal yang selama ini kita yang tidak bisa berkomunikasi

dengan orang diluar kota, atau negeri kita karena tak punya jaringan di sana, saat ini

kita sudah bisa dengan bebas mau kemana dan kepada siapa kita berkomunikasi.

Bahkan seperti penggalan tulisan diatas kita juga bisa mencari pasangan hidup

melalui jaringan komunikasi modern ini, banyak yang sudah membuktikannya.

Apakah saya salah satunya? Kita liat saja nanti 3-4 tahun lagi ......

G. PENUTUP

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni

perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-

nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh

satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah

dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah

menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.

Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi

peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja

khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna

globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak

tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv

internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki

masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji

melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak

kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang

betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali

dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.

Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap

keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari 84

Page 85: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain

dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh

banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin

lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola

masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang

berasal dari berbagai belahan bumi.

Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian

tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan

dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis

Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual

masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat

proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka

kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial.

Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.

Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.

Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif

terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi

sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih

beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati

berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan

mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di

Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada

pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu

bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan

merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. 

Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya

di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk

merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.

Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional,

melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di

Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu

saja dengan merebaknya globalisasi.

85

Page 86: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah

mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan

mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan

kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang

dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.  Kenyataan di atas menunjukkan

kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak

yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi

bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah

terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu

beradaptasi dengan teknologi mutakhir  yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang

kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati

masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara

langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu

menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya

minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan

Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti

wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali

dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di

aula Kertarajasa, Museum Nasional.

86

Page 87: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

DAFTAR PUSTAKA

Abustam, M.I. (1989). Gerak Penduduk dan Perubahan Sosial. Jakarta: UI Press.

Daldjoeni, N. (1981). Masalah Penduduk dalam Fakta dan Angka. Bandung: Alumni.

Dance, Frank. "The 'concept' of communication. Journal of Communication, 20, 201-

210 (1970).

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. (1992). Spektrum Komunikasi. Bandung: Penerbit Mandar

Maju

Fiske, John. (1999). Introduction To Communication Studies. 2nd Edition. London:

Guernsey Press Co Ltd

Griffin, Em.(ed) 2003. A First Look at Communication Theory, 5 th edition, : New

York McGraw Hill

Griffin, EM. (2003). A First Look at Communication Theory, 5th Edition. USA:

McGraw-Hill

Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. USA: Wadsworth

Group

Lee, E.S. (1984). Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi

Kependudukan UGM.

Mantra, I.B. (1985). Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Miller, Katherine. (2002). Communication Theories: Perspectives, Processes, and

Contexts. USA: McGraw Hill

Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Munir, R. (1981). Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Pardoko. (1987). Mobilitas, Migrasi, dan Urbanisasi. Bandung: Angkasa.

Pawito, 2007,Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: ,LKIS.

Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 1998, Communication and Human

Behaviour,USA:Alyn and Bacon

Rusli, S. (1982). Suatu Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.

Suharso. (1972). Urbanisasi di Indonesia. Prisma No. 7. Jakarta: LP3ES.

Sukanto, Suryono dan Taneko, Soleman B. (1985) “Pengantar Konsep dan Teori

Sosiologis”. Lampung : Universitas Lampung.

87

Page 88: Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi Web viewatau diwujudkan dalam media alternatif. Dengan kata lain, sudut pandang kajian adalah terhadap proses yang berlangsung

Sumaatmadja, N. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan.

Bandung: Alumni.

Sunarto, H.S. (1985). Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi 1971-1980.

Yogyakarta: Dua Dimensi.

Susanto, Astrid. S. (1977). Komunikasi Kontemporer. Jakarta: Penerbit Binacipta

Susanto, Astrid S. (1983) “Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial”. Jakarta : Bina

Cipta.

Witzany, Guenther. "The Logos of the Bios 2. Bio-communication. Umweb, Helsinki

(2007).

88