kompetisi pemikiran kritis mahasiswa 2008

51
KOMPETISI PEMIKIRAN KRITIS MAHASISWA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK BAGI KELANGSUNGAN PERTANIAN DI INDONESIA Diusulkan oleh : NIA RAHMAWATI 2307100022 WINDA HAYU PRATIWI 2307100118 AYYU FITYATIN LUTHFI HASYIM 2307100147 Bidang Kesejahteraan Rakyat

Upload: winda-hayu-pratiwi

Post on 24-Jun-2015

233 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

KOMPETISI PEMIKIRAN KRITIS MAHASISWA

EFEKTIFITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK BAGI KELANGSUNGAN

PERTANIAN DI INDONESIA

Diusulkan oleh :

NIA RAHMAWATI 2307100022

WINDA HAYU PRATIWI 2307100118

AYYU FITYATIN LUTHFI HASYIM 2307100147

Bidang Kesejahteraan Rakyat

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2008

Page 2: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK BAGI KELANGSUNGAN

PERTANIAN DI INDONESIA

Disusun dalam rangka :

Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa (KPKM) 2008

Di susun oleh :

NIA RAHMAWATI 2307100022

WINDA HAYU PRATIWI 2307100118

AYYU FITYATIN L. H. 2307100147

Surabaya, 21 Maret 2008

Mengetahui,

Pembantu Rektor III Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Suasmoro Prof. Drs. Nur Iriawan, M. Ikom, PhD

NIP. 130 633 398 NIP. 131 732 011

Page 3: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

KATA PENGANTAR

Kebutuhan petani akan pupuk ibarat kebutuhan manusia akan makanan. Namun

pemakaian pupuk yang berlebihan juga tidak dianjurkan, karena hal tersebut justru akan

berdampak buruk bagi tanaman itu sendiri.

Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional, Pemerintah memberikan

subsidi pupuk kepada para petani dengan pemotongan harga, hal tersebut dilakukan agar

harga pupuk dapat dijangkau oleh para petani. Namun, selalu ada masalah terkait denagn

ketersediaan pupuk. Setiap tahun bahkan ada kelangkaan pupuk, pemalsuan pupuk pun

juga merebak. Disisi lain, sektor pertanian di Indonesia juga tidak mengalami kemajuan

yang berarti. Padahal terkait pupuk, sudah ada kebijakan pemerintah yang mengaturnya,

namun masih saja terjadi ketidakberesan terkait pendistribusiaan pupuk dan keberadaan

pupuk itu sendiri. Oleh karena itu, kami mengangkat permasalahan ini sebagai karya

tulis dengan judul “Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk bagi Kelangsungan

Pertanian di Indonesia”.

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas terselesaikannya karya tulis ini. Terdapat

berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.Oleh karena itu,penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Suasmoro selaku Pembantu Rektor III ITS

2. Bapak Prof. Drs. Nur Iriawan, M. Ikom, PhD selaku Dosen Pembimbing

3. Orang tua dan Wali Mahasiswa yang telah memberi dukungan

4. Seluruh keluarga besar ITS yang telah mendukung

5. Serta berbagai pihak yang tidakdapat disebutkan satu per satu

Dalam penulisan karya tulis ini, kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat

kami harapkan.

Surabaya, 21 Maret 2008

Penulis

Page 4: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

RINGKASAN

Pupuk adalah bahan yang sangat penting kegunaannya dalam upaya

peningkatan hasil pertanian karena pupuk merupakan bahan yang berperan dalam

penyediaan unsure hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak

langsung. Meskipun pupuk mengandung unsure hara yang diperlukan oleh

tanaman, namun pemakaian pupuk yang berlebihan juga tidak dianjurkan karena

hal tersebut justru akan berdampak buruk bagi tanaman itu sendiri dan juga

keadaan tanah.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional, Pemerintah

memberikan subsidi pupuk kepada para petani dengan pemotongan harga, hal

tersebut dilakukan agar harga pupuk dapat dijangkau oleh para petani.

Pemerintah bekerja sama dengan lima perusahaan pupuk di Indonesia. Pemerintah

memberikan subsidi gas kepada kelima pabrik tersebut dan kemudian pabrik-

pabrik tersebut menjual pupuk dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET)

yang ditetapkan pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.

76/Permentan/OT.140/12/2007, penyaluran pupuk bersubsidi mencakup azas 6

tepat, yaitu : tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan harga. Pendistribusian

pupuk bersubsidi dengan sistem rayonisasi, dimana Pemerintah (Departemen

Pertanian) telah menetapkan jumlah kebutuhan pupuk disetiap provinsi.

Dengan semua peraturan yang telah dibuat dimulai dari penyediaan pupuk,

pendistribusian pupuk, hingga kerjasama antara pabrik pupuk-Pemerintah

seharusnya tidak terdapat lagi masalah berkaitan dengan ketersediaan pupuk

dikalangan petani. Namun anehnya, masalah-masalah selalu muncul tiap tahunnya

salah satunya adalah kelangkaan pupuk.

Beberapa hal yang menyebabkan subsidi pupuk ini menjadi tidak efektif

adalah tidak difungsikannya RDKK dengan baik. Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK) merupakan dasar penentuan dari keperluan pupuk di tingkat

petani. Adanya RDKK adalah kunci apakah pupuk di tingkat petani akan

terpenuhi atau tidak. Dengan adanya RDKK berarti secara langsung pemerintah

tau seberapa banyak pupuk yang dibutuhkan petani. Adanya kelangkaan pupuk

Page 5: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

yang terus berkelanjutan (hampir tiap tahun) menimbulkan pertanyaan besar.

“Apakah sistem pemutaran RDKK yang tidak merata menyebabkan Pemerintah

kurang dalam memberikan subsidi pupuk?”

Selanjutnya adalah peran penyuluh yang kian mengabur, banyak petani

yang hanya tau kalau semakin banyak pupuk yang digunakan maka tanaman yang

digunakan akan semakin subur. Pengetahuan yang sedikit dikalangan petani

sehingga perlu adanya penyuluh untuk mengarahkan jumlah kebutuhan pupuk

petani, penggunaan yang tepat dan sebagainya. Kalau penyuluh sudah tidak ada,

siapa yang akan mengontrol perkembangan tanaman para petani? Yang ketiga

adalah tidak terpenuhinya azas enam tepat yaitu teat waktu, jumlah, jenis, tempat,

mutu, dan harga. Masalah kelangkaan pupuk sudah menumbangkan eksistensi

dari azas enam tepat tersebut yaitu tepat waktu. Lalu bagaimana dengan kelima

azas yang lain?

Sistem pengawasan yang lemah juga menjadikan kebijakan ini kurang

efektif. Penimbunan pupuk, pemalsuan pupuk, dan masalah yang lainnya

membuktikan bahwa suatu keputusan yang bagus ternyata pelaksanaannya jauh

dari sempurna. Keinginan yang tidak sejalan antara pemerintah pusat (Mentan)

dengan pemerintah daerah kerap kali terjadi. Selain itu pola distribusi pupuk

bersubsidi yang panjang membuat system penyaluran menjadi tidak efektif dan

lama, penyelewengan pun bisa timbul di sini. Masalah selanjutnya adalah

Realokasi pupuk yang rumit, saat petani membutuhkan pupuk maka saat itu juga

kebutuhan pupuk harus terpenuhi. Dengan system realokasi yang seperti itu bias

jadi tenaman petani terlanjur mati akibat menunggu pupuk yang tak kunjung

datang. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk di

Indonesia masih terkesan hanya sebatas keputusan tertulis yang tidak diimbangi

dengan penerapannya. Upaya yang dapat dilakuakn untuk mengatasi masalah-

masalah yang ditimbulkan dari kebijakan subsidi pupuk diantaranya adalah

pembenahan system pengawasan sampai ditingkat paling bawah, mempersingkat

sistem distribusi, menambah penyuluh ditingkat petani, menindak tegas para

spekulan yang terbukti melakukan penyelewengan pupuk bersubsidi,

menggalalakkan pembuatan pupuk organic di kalangan petani.

Page 6: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Untuk itu rekomendasi yang ditawarkan terkait masalah peningkatan

efektifitas kebijakan subsidi pupuk diantaranya:

1. Pemerintah pusat dan daerah hendaknya lebih mengketatkan pengawasan

distribusi pupuk hingga ke tingkat petani.

2. Pemerintah pusat hendaknya menghimbau kepada pemerintah daerah

untuk lebih meningkatkan jumlah dan peran penyuluh pertanian khususnya

di tingkat pedesaan.

3. Memperpendek sistem distribusi pupuk bersubsidi.

4. Memberikan sanksi yang berat kepada para pelaku penyelewengan pupuk

bersubsidi.

5. Menggalakkan pembuatan pupuk organic di kalangan petani.

Page 7: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk adalah bahan kimia yang berperan dalam penyediaan unsur hara

bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Peran pupuk sangat

penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Kebutuhan petani akan pupuk

ibarat kebutuhan manusia akan makanan. Namun pemakaian pupuk yang

berlebihan juga tidak dianjurkan, karena hal tersebut justru akan berdampak buruk

bagi tanaman itu sendiri.

Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional, Pemerintah

memberikan subsidi pupuk kepada para petani dengan pemotongan harga, hal

tersebut dilakukan agar harga pupuk dapat dijangkau oleh para petani.

Pemerintah bekerja sama dengan 5 perusahaan pupuk di Indonesia. Pemerintah

memberikan subsidi gas kepada kelima pabrik tersebut dan kemudian pabrik-

pabrik tersebut menjual pupuk dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET)

yang ditetapkan pemerintah.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.

76/Permentan/OT.140/12/2007, penyaluran pupuk bersubsidi mencakup azas 6

tepat, yaitu : tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan harga. Pendistribusian

pupuk bersubsidi dengan sistem rayonisasi, dimana Pemerintah (Departemen

Pertanian) telah menetapkan jumlah kebutuhan pupuk disetiap provinsi.

Dengan semua peraturan yang telah dibuat dimulai dari penyediaan pupuk,

pendistribusian pupuk, hingga kerjasama antara pabrik pupuk-Pemerintah

seharusnya tidak terdapat lagi masalah berkaitan dengan ketersediaan pupuk

dikalangan petani. Namun anehnya, masalah kelangkaan pupuk justru muncul

untuk setiap tahunnya. Selain kelangkaan, masih banyak masalah lain berkaitan

dengan pupuk, seperti : pupuk palsu, penggunaan pupuk yang terlalu berlebihan

dikalangan petani, harga pupuk yang melambung tinggi dan tidak sesuai HET,

penyelewengan pupuk bersubsidi dan sebagainya.

Page 8: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Dari semua masalah yang ditimbulkan berkaitan dengan masalah pupuk

bersubsidi, sebenarnya petanilah yang paling merugi. Apalagi pertanian di

Indonesia akhir-akhir ini juga tidak mengalami kemajuan yang cukup berarti,

meski banyak faktor yang mempengaruhi, namun masalah ketersediaan pupuk

termasuk dalam faktor yang cukup berpengaruh.

Disisi lain, kelangkaan pupuk yang selama ini terjadi juga tidak bisa

langsung bisa ditangani oleh pihak pabrik, mengingat dalam penyediaan pupuk

bersubsidi, pabrik mendapat pasokan gas dari pemerintah. Sesuai dengan Pepres

No. 77/2005 tentang penetapan pupuk bersubsidi sebagai barang pengawasan,

apabila Produsen (Pabrik Pupuk) memproduksi pupuk melebihi ketentuan akan

dianggap melakukan penyelewengan.

Penerapan relokasi pupuk bersubsidi dari daerah yang belum membutuhkan

pupuk ke daerah yang membutuhkan pupuk pun sangat beresiko antara lain

kenaikan harga pupuk karena biaya distribusi yang tak kecil, serta

penyelewengan. Pasalnya, harga pupuk bersubsidi murah dan apabila dijual diluar

Indonesia bisa mendapat keuntungan yang besar. Kalau hal tersebut dibiarkan,

petani benar-benar akan merugi, sudah miskin maka akan bertambah miskin

dengan adanya kebijakan yang tidak memihak mereka.

Dari berbagai kasus diatas, dapat dianalisis penyebab inefektifitas

kebijakan subsidi pupuk oleh pemerintah. Demikian pula dilakuakn kajian untuk

menanggulangi terus menurunnya produktifitas komoditas sektor pertanian.

Kajian tersebut kemudian dirangkum dalam karya tulis dengan judul

“EFEKTIFITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK BAGI KELANGSUNGAN

PERTANIAN DI INDONESIA”. Melalui penulisan ini, diharapkan dapat

ditemukan bentuk pelaksanaan kebijakan yang paling sesuai untuk meningkatkan

sektor pertanian di Indonesia serta dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan

menjadi solusi atas permasalahan pelaksanaan subsidi pupuk di Indonesia.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penulisan karya tulis ini antara lain :

Page 9: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

1. Bagaimanakah pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk di Indonesia?

2. Bagaimanakah meningkatkan efektifitas kebijakan subsidi pupuk dalam

mengatasi permasalahan pertanian di Indonesia?

1. 3. Batasan Masalah

Penulisan ini hanya dibatasi pada masalah efektifitas pelaksanaan

kebijakan subsidi pupuk di Indonesia dan usaha untuk meningkatkan efektifitas

kebijakan subsidi pupuk dalam mengatasi masalah pertanian di Indonesia.

1. 4. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan penulisan karya tulis ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui permasalahan pelaksanan kebijakan subsidi pupuk di

Indonesia.

2. Mengetahui usaha peningkatan efektifitas kebijakan subsidi pupuk dalam

mengatasi permasalahan pertanian di Indonesia.

1. 5. Manfaat Penulisan

a. Kontribusi Teoritis

Menambah pengetahuan tentang permasalahan dalam pelaksanaan

kebijakan subsidi pupuk di Indonesia, dan usaha apa saja yang bisa dilakukan

untuk meningkatkan efektifitas kebijakan subsidi pupuk dalam mengatasi

permasalahan pertanian di Indonesia, serta sebagai referensi untuk penelitian

dimasa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

Membantu pemerintah dalam upaya evaluasi kebijakan subsidi pupuk di

Indonesia sehingga sektor pertanian di Indonesia mengalami kemajuan dan

menguntungkan semua pihak, baik pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan,

maupun pihak petani dan produsen selaku pelaksana kebijakan.

Page 10: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

c. Kontribusi Kebijakan

Membantu pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam

memaksimalkan pelaksanaan kebijakan mengenai subsidi pupuk di Indonesia.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat ditemukan solusi untuk mengurangi

tingkat penyelewengan distribusi pupuk setip tahunnya sebagai upaya peningkatan

produksi pertanian.

Page 11: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Pupuk

2. 1. 1 Definisi Pupuk

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan

penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil budidaya tanaman ( Peraturan

Pemerintah RI No. 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman).

2. 1. 2 Definisi Pupuk Bersubsidi

Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya

ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di tingkat

pengecer resmi atau kelompok tani (Peraturan Menteri Pertanian No.

76/Permentan/OT.140/12/2007)

2. 2. Dasar Hukum Kebijakan Subsidi Pupuk

2. 2. 1 Peraturan Mengenai Pupuk Bersubsidi

Kebijakan yang berkaitan dengan pupuk bersubsidi selalu diganti dengan

sedikit revisi. Namun pada intinya tetap sama, yakni berisi tentang pengaturan

subsidi pupuk di daerah-daerah, HET, jenis pupuk dan sebagainya. Berikut ini

pasal-pasal yang mengatur subsidi pupuk :

Tabel 2.1 Pasal-pasal yang berkaitan dengan subsidi pupuk

Sumber Peraturan

Bab dan Pasal

Penjelasan

Permentan No. 76/Permentan/OT.140/12/2007

Bab 2 pasal 2

Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang.

Bab 3 pasal 3

1. Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan mempertimbangkan alokasi anggaran subsidi pupuk tahun 2008.

2. Kebutuhan pupuk bersubsidi dirinci menurut provinsi, jenis dan jumlah.

3. Kebutuhan pupuk bersubsidi dirinci lebih lanjut menurut kabupaten/kota, jenis, jumlah dan sebaran bulanan yang disahkan dengan keputusan Gubernur.

Page 12: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Sumber Peraturan

Bab dan Pasal

Penjelasan

Permentan No. 76/Permentan/OT.140/12/2007

Bab 3 pasal 3

4. Kebutuhan pupuk bersubsidi dirinci lebih lanjut menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan yang disahkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

5. Kebutuhan pupuk bersubsidi dirinci diajukan oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang berdasarkan RDKK yang disetujui oleh petugas teknis, penyuluh atau Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat.

Bab 3 pasal 4

1. Kekurangan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi di suatu wilayah tertentu akan dipenuhi melalui realokasi antar wilayah.2. Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati/Walikota.

3. Realokasi antar kabupaten/kota dalam wilayah provinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur.

4. Realokasi antar provinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Bab 4 pasal 11

Produsen berkewajiban melakukan monitoring dan pengawasan terhadap penyediaan, penyaluran dan harga pupuk bersubsididi wilayah tanggung jawabnya.

Bab 4 pasal 12

Komisi pengawasan pupuk dan pestisida di provinsi dan kaupaten/kota melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan, dan harga pupuk bersubsidi di wilayahnya.

UU No. 8 tentang pupuk anorganik Th. 2001

Bab 2 Pasal 2

Pupuk an-organik yang diproduksi di dalam negeri dan pupuk an-organik yang diimpor wajib memenuhi standar mutu dan terjamin efektifitasnya

Bab 3 pasal 15

Perorangan atau badan hukum dilarang mengedarkan pupuk an-organik yang tidak sesuai dengan keterangan yang terdapat pada label dan atau pupuk an-organik yang sudah rusak

Bab 4 pasal 17

Pemerintah menyelenggarakan penyuluhan penggunaan pupuk an-organik budidaya tanaman dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas.

Bab 5 Pasal 22

Dalam melaksanakan pengawasan masing-masing Bupati/Walikota dapat menunjuk petugas pengawas pupuk.

Page 13: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Sumber Peraturan

Bab dan Pasal

Penjelasan

UU No. 8 tentang pupuk anorganik Tahun 2001

Bab 5 pasal 23

Petugas pengawas pupuk berwenang :

1. melakukan pemeriksaan terhadap proses produksi pupuk an-organik2. melakukan pemeriksaan terhadap sarana, tempat penyimpanan, pupuk dan cara pengemasannya3. megambil contoh pupuk an-organik guna pengujian mutu

4. memeriksa dokumen dan laporan

5. melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan pengadaan dan atau peredaran pupuk an-organik.

2. 2. 2 Perhitungan Sederhana tentang Mekanisme Subsidi Harga Gas

Dalam Pengadaan pupuk bersubsidi, pemerintah memberikan subsidi gas

kepada produsen (Pabrik pupuk) dan konsekuensinya produsen harus menjual

pupuk bersubsidi tersebut sesuai dengan harga yang tidak melampaui HET (Harga

Eceran Tertinggi). Produsen pupuk tetap membayar gas dengan harga sesuai

kontrak, sedangkan selisihnya dibiayai APBN (Sunarsip, 2006).

2. 2. 3 Prinsip Penyediaan Pupuk Bersubsidi

Penyediaan pupuk di tingkat petani perlu terus diusahakan agar memenuhi

azas 6 (enam) tepat yaitu : Tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan harga.

Beberepa jenis pupuk yang disubsidikan untuk tahun 2008 ini adalah: Urea, SP-

36, NPK, ZA (Deptan, 2007).

2. 2. 4 Distribusi Pupuk Bersubsidi

Distribusi pupuk bersubsidi dimulai dari Lini I (Lokasi gudang pupuk di

wilayah pabrik dari masing-masing produsen), kemudian ke Lini II (Lokasi

gudang produsen di wilayah Ibukota provinsi), setelah itu ke lini III (Lokasi

gudang produsen dan / tau distributor di wilayah kabupaten/kota yang ditetapkan

produsen), kemudian ke Lini IV (Lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan

Page 14: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

dan atau desa yang ditetapkan distributor), setelah dari pengecer barulah pupuk

sampai ke tangan petani (Deptan, 2007).

2. 2. 5 Pengawasan

Sesuai dengan Buku Petunjuk Pengawasan Pupuk Bersubsidi yang

dikeluarkan Deptan (2007), Obyek pengawasan pupuk meliputi :

1. Jumlah dan jenis pupuk yang diproduksi atau diimpor, diedarkan dan

digunakan petani.

2. Mutu pupuk (meliputi kondisi fisik pupuk (bentuk, warna, bau), masa

kadaluarsa (untuk pupuk mikroba), kemasan, wadah pembungkus pupuk dan

kandungan hara pupuk)

3. Harga pupuk subsidi

4. Legalitas pupuk

Sedangkan petugas pengawas meliputi: Petugas Pengawas Pusat, Timgkat

Provinsi dan Tingkat kota.

2. 3. Fakta di Lapangan

2. 3. 1. Kelangkaan

Beberapa kelangkaan pupuk masih saja terjadi meski sudah

diberlakukannya subsidi pupuk, sebagaimana termuat dalam berbagai harian di

bawah ini:

1. Kelangkaan pupuk masih dirasakan para petani di Kabupaten Kerinci, Jambi.

Mereka kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi jenis SP-36, NPK, dan ZA.

Bahkan pupuk jenis NPK tidak beredar lagi di Kabupaten Kerinci (Suara

Pembaruan, 2005).

2. Sejumlah pupuk di Bondowoso, Jatim, Selasa (13/12/06) mengatakan

terjadinya kelangkaan pupuk jenis urea dikarenakan berkurangnya pasokan

(Subandriyo, 2007).

3. Petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kesulitan memperoleh pupuk.

Kesulitan mendapatkan pupuk mulai dirasakan petani sejak awal bulan hingga

menjelang musim tanam yang jatuh pada mei ini. Menurut petani, jenis pupuk

Page 15: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

tertentu, seperti urea, sulit diperoleh dikawasan Tegal dan sekitarnya

(Metronews, 2007).

4. Memasuki musim tanam pada tahun 2007, semua kabupaten/kota di Jateng

mengalami kelangkaan pupuk SP-36 dan ZA, kelangkaan pupuk SP-36 dan

ZA kali ini merupakan dampak dari kurangnya alokasi kedua jenis pupuk

bersubsidi tersebut. Tahun 2007 ini alokasi pupuk SP-36 dan ZA diseluruh

kabupaten/kota se-Jateng hanya mencapai 25% dari rencana kebutuhan yang

diajukan masing-masing daerah (Subandriyo, 2007).

5. Berbagai jenis pupuk bersubsidi langka di pasaran Soppeng, Sulawesi Selatan

dalam beberapa tahun terakhir. Kelangkaan itu disebabkan jatah pupuk yang

diterima Soppeng berkurang. Kelangkaan terjadi untuk pupuk jenis Urea dan

ZA (www.fajar.co.id, 2008).

6. Petani di beberapa daerah di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang,

Provinsi Banten kembali dipusingkan oleh kelangkaan pupuk bersubsidi jenis

urea, SP-36, KCl dan NPK (Utomo W, 2008).

1. 2. 3. 2. Penyelewengan

A. Pemalsuan Pupuk

Fakta-fakta pemalsuan pupuk antara lain:

1. Sebanyak 7,3 ton pupuk ZA disita kepolisian Resor Malang karena dalam

setiap kemasan pupuk tersebut didapatkan adanya campuran garam dapur.

Sementara yang terlanjur beredar ke masyarakat sebanyak 56 ton

(www.kompas.com, 2006).

2. Memasuki musim tanam 2007, pupuk palsu jenis SP-36, ditemukan beredar

luas di wilayah Lombok Tengah, kandungan Phosphat yang ada dalam pupuk

tersebut dibawah standar (www.balipost.co.id, 2007).

3. Di Kabupaten Serang, terdapat pupuk palsu seperti jenis KCl dan SP-36 yang

ternyata hanya berisi kapur (www.kapanlagi.com, 2008).

4. Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, ditemukan banyaknya pestisida dan

pupuk palsu yang beredar di pasaran. Pupuk palsu yang ditemukan bermerek

Champion, SP BG, Agrosupermix, pupuk Pak Tani dan Pacul

(www.dgip.go.id, 2008).

Page 16: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

5. Banyak pupuk palsu jenis SP-36 dan Phonska ditemukan di beberapa daerah

di Kabupaten Lebak (www.media-indonesia.com, 2008).

B. Penyelundupan

Fakta-fakta penyelundupan pupuk antara lain:

1. Kantor Wilayah (Kanwil) IV Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

Jakarta menggagalkan penyelundupan tiga container pupuk urea bersubsidi

dengan tujuan Johor, Malaysia (DJBC, 2006).

2. Aparat Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta kembali

membongkar kasus penyelundupan pupuk urea bersubsidi. Apabila

dibandingkan total volume pupuk bersubsidi tahun 2007 sebanyak 6,7 juta ton,

penyelundupan 220 ton bukanlah perkara besar. Akan tetapi siapa yang bisa

dengan mudah meyakini bahwa benar-benar hanya 220 ton urea yang akan

diselundupkan. Boleh jadi volume besar lainnya sudah diselundupkan lebih

awal (kompas, 2007).

C. Harga yang tak sesuai HET

Harga pupuk urea adalah sebesar Rp. 60.000,-/zak, namun di tiga

kecamatan di Kota Sumenep, yakni kecamatan Rubaru, Batu Putih dan Dasuk,

harga pupuk secara berurutan untuk tiap-tiap daerah tersebut adalah sebesar Rp

67.000,-/zak, Rp 65.000,-/zak dan Rp 70.000,-/zak

(www.tabloid_info.sumenep.go.id, 2007).

2. 4. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik

atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman. Misal Kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Kompos atau pupuk

kandang sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru sebatas

menggunakan apa adanya, belum sampai pada usaha untuk meningkatkan kualitas

dari kompos dan pupuk kandang tersebut. (Moses, S, 2008)

Page 17: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

BAB III

PEMBAHASAN

3. 1. Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Pupuk di Indonesia

3. 1.1. Tidak difungsikannya RDKK dengan baik

Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) merupakan dasar

penentuan dari keperluan pupuk di tingkat petani. Seperti yang terdapat dalam

Permentan Bab 3 Pasal 3 bahwa Kebutuhan pupuk bersubsidi dirinci diajukan oleh

petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang berdasarkan RDKK yang

disetujui oleh petugas teknis, penyuluh atau Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat.

Adanya RDKK adalah kunci apakah pupuk di tingkat petani akan terpenuhi atau

tidak. Dengan adanya RDKK berarti secara langsung pemerintah tau seberapa

banyak pupuk yang dibutuhkan petani. Adanya kelangkaan pupuk yang terus

berkelanjutan (hampir tiap tahun) menimbulkan pertanyaan besar. Apakah petani

salah prediksi dalam menentukan jumlah kebutuhan pupuknya sendiri? Atau

mungkin system pemutaran RDKK yang tidak merata menyebabkan pemerintah

kurang dalam memberikan subsidi pupuk?

Logikanya, Petani tak mungkin salah prediksi terhadap pupuk yang

dibutuhkannya, berlebihan dalam menentukan jumlah pupuk masih mungkin, tapi

kalau kurangtentu tak masuk akal, petani tentu saja tak ingin panennya gagal

hanya karena tanamannya kekurangan pupuk. Namun, Apabila pemutaran RDKK

bahkan tak sampai ke tangan petani, maka kasus kelangkaan akan terus berlanjut.

Kalau RDKK saja tak sampai kepada petani, bagaimana mungkin pemerintah bisa

tahu jumlah kebutuhan pupuk petani?

3. 1. 2. Peran Penyuluh yang kian mengabur

Petani pernah disalahkan akibat adanya kelangkaan pupuk. Pasalnya,

petanilah yang menggunakan pupuk secara berlebihan sehingga jumlah pupuk

menjadi berkurang. Bagaimana mungkin petani dapat disalahkan, banyak petani

yang hanya tau kalau semakin banyak pupuk yang digunakan maka tanaman akan

Page 18: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

semakin subur. Hal inipun kembali ke RDKK, terkait pengetahuan yang sedikit di

kalangan petani, perlu adanya penyuluh untuk mengarahkan jumlah kebutuhan

pupuk petani, penggunaan yang tepat dan sebagainya. Dalam Permentan memang

disebutkan bahwa : Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran

pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan

mempertimbangkan alokasi anggaran subsidi pupuk tahun 2008. Tapi, siapa yang

bisa menjamin kalau seluruh petani akan tau tentang peraturan tersebut tanpa ada

penyuluh?

Sebenarnya dengan adanya penyuluh akan lebih mempererat hubungan

pemerintah dan petani, tentu saja apabila penyuluh berfungsi dengan baik.

Sebenarnya sejak zaman Orde Lama penyuluh sudah ada, namun entah mengapa

sekarang perannya sudah mulai kabur. Penyuluh bukan Kepala Desa, bukan

Camat, ataupun Walikota, meski ketiga-tiganya sebenarnya juga adalah orang-

orang yang berpengaruh pada pendistribusian pupuk hingga ke petani. Petani

membutuhakn penyuluh dalam bidang pertanian melebihi kebutuhannya akan

Kepala Desa, Camat hingga Walikota. Kalau penyuluh sudah tidak ada, siapa

yang akan mengontrol perkembangan tanaman para petani? Siapa yang akan

bertanggung jawab saat petani memupuk tanamannya terlalu berlebihan yang

menyebabkan kelangkaan pupuk? Bukankah dalam UU No. 8 tentang pupuk

anorganik telah disebutkan bahwa Pemerintah menyelenggarakan penyuluhan

penggunaan pupuk an-organik budidaya tanaman dengan memperhatikan prinsip

efisiensi dan efektifitas? Bagaimana penerapan UU tersebut selama ini?

3. 1. 3. Tidak Terpenuhinya Azas 6 (enam) tepat

Dalam buku petunjuk penggunaan pupuk disebutkan bahwa penggunaan

pupuk harus memenuhi azas 6 tepat, yakni: Tepat waktu, jumlah, jenis, tempat,

mutu dan harga. Dimulai dari masalah waktu yang juga terkait jumlah dan tempat,

sudah terbukti bahwa terdapat kelangkaan pupuk yang menunjukkan bahwa azas 6

tepat ada beberapa yang tidak terpenuhi. Mengenai harga juga demikian, ada

harga pupuk yang melebihi HET. Jumlah jenis pupuk tertentu yang sering

mengalami kelangkaan juga sering terjadi tiap tahunnya.

Page 19: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

3. 1. 4. Lemahnya Pengawasan

Dampak dari pengumuman Deptan mengenai rencana kenaikan HET

pupuk pada awal Januari 2007, padahal belum diputuskan DPR mengandung

risiko besar. Pasalnya, itu masih dalam tahap rencana, belum mendapat kekuatan

hukum tetap. Keterbukaan tersebut juga bisa dimanfaatkan para spekulan untuk

menimbun pupuk sejak dini. Jika hal ini terjadi, bukan tidak mungkin itu akan

memicu terjadinya kelangkaan serta meroketnya harga pupuk di pasaran.

Pengumuman kenaikan HET pupuk yang dilakukan Mentan terlalu dini karena

strategi subsidi yang disiapkan pemerintah juga belum beres. Strategi tersebut

masih dalam batas rekaan pemerintah yang belum mendapat persetujuan dari

DPR.

Selain itu pemalsuan pupuk kerap kali terjadi. Padahal sudah disebutkan

dengan jelas dalam UU No. 8 bab 3 pasal 15 bahwa Perorangan atau badan

hukum dilarang mengedarkan pupuk an-organik yang tidak sesuai dengan

keterangan yang terdapat pada label dan atau pupuk an-organik yang sudah rusak.

Dan anehnya lagi, pemalsuan pupuk selalu diketahui setelah beredar bebas

dipasaran, yang lebih parah adalah sudah dipakai konsumen. Bukankah sebelum

dipasarkan seharusnya sudah ada pengawasan terkait mutu pupuk?

Bahkan disebutkan dalam Buku Petunjuk Pengawasan Pupuk Bersubsidi yang

dikeluarkan Deptan (2006), Obyek pengawasan pupuk meliputi: jumlah dan jenis pupuk,

Mutu pupuk (meliputi kondisi fisik pupuk (bentuk, warna, bau), masa kadaluarsa (untuk

pupuk mikroba), kemasan, wadah pembungkus pupuk dan kandungan hara pupuk), harga

pupuk subsidi dan legalitas pupuk ditambah lagi dengan UU No 8 tentang pupuk

anorganik 8 Bab 5 pasal 23 yang menyebutkan bahwa wewenang pengawas

meliputi:

1. melakukan pemeriksaan terhadap proses produksi pupuk an-organik

2. melakukan pemeriksaan terhadap sarana, tempat penyimpanan, pupuk dan cara

pengemasannya

3. megambil contoh pupuk an-organik guna pengujian mutu

4. memeriksa dokumen dan laporan

Page 20: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

5. melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan pengadaan

dan atau peredaran pupuk an-organik.

Lantas, kenapa masih bisa ditemukan ZA bercampur garam dapur, atau

KCl dan SP-36 yang ternyata hanya berisi kapur? Dimana orang-orang yang

seharusnya mengawasi distribusi pupuk?

Padahal, penggunaan pupuk palsu sangat merugikan petani karena kadar

zat yang tidak sesuai. Pengawas adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas

pendistribusian pupuk, keaslian pupuk dan semua hal yang terkait masalah

penyaluran pupuk. Seharusnya sebelum pupuk beredar di pasaran, ada badan

resmi yang secara langsung mengecek semua pupuk yang akan beredar dipasaran,

sehingga kasus pemalsuan pupuk yang berlanjut kepada pemakaian pupuk pun

bisa dihindarkan. Dan, tak kalah penting adalah peran penyuluh, dengan adanya

penyuluh petani bisa lebih jelas mendapat informasi mana pupuk yang asli dan

mana pupuk yang palsu.

Selain itu, terkait dengan pupuk bersubsidi, terdapatnya agen-agen tak

resmi yang menjual pupuk perlu dipertanyakan. Bagaimana pengaturannya hingga

muncul agen tak resmi? Padahal agen tak resmi berpotensi menimbulkan banyak

masalah diantaranya adalah penjualan pupuk dengan harga yang tak lumrah serta

tidak tepat sasaran. Bukankah sudah jelas dalam Permentan bahwa Pupuk

bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang.

Kalau pupuk bersubsidi sudah jatuh ke tangan agen yang salah, siapa yang dapat

menjamin pupuk akan sampai pada petani?

3. 1. 5. Keinginan yang tidak sejalan antara Pemerintah Pusat (Mentan) dengan

Pemerintah Daerah

Dalam Permentan disebutkan bahwa kebutuhan pupuk bersubsidi

ditentukan oleh pemerintah pusat yang kemudian turun ke pemerintah daerah dan

diatur oleh daerah sendiri. Dalam hal ini, pemerintah pusat telah menetapkan

berapa banyak jumlah pupuk yang diberikan kepada Pemerintah daerah, dan

masalah pendistribusiannya dilakuakn mandiri oleh masing-masing daerah.

Semua akan baik-baik saja saat adanya satu tujuan antara pemerintah pusat

Page 21: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

dengan pemerintah daerah. Namun, bila ternyata tujuannya berbeda tentu akan

menimbulkan dampak yang berbeda. Dalam hal ini, pemerintah pusat selaku

pemegang kekuasan penuh harus mampu menyatukan visi dengan pemerintah

daerah, agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Percuma pemerintah pusat

menggebu-gebu ingin memuluskan kebijakannya sementara pemerintah daerah

yang bersinggungan langsung dengan petani tidak terlalu mengindahkan anjuran

pemerintah pusat.

3. 1. 6. Distribusi yang Panjang

Kalau digambarkan secara sederhana, penyaluran pupuk bersubsidi adalah

sebagai berikut:

Gambar. 3. 1. Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi

Keterangan :

Lini I : Lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik dari masing-masing produsen

Lini II : Lokasi gudang produsen di wilayah Ibukota provinsi

Lini III: Lokasi gudang produsen dan / tau distributor di wilayah kabupaten/kota

yang ditetapkan produsen

Lini IV: Lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan dan atau desa yang

ditetapkan distributor.

Dari gambar di atas, terdapat jalan yang panjang hingga sampainya pupuk

dikalangan petani. Keberadaan Lini yang terlalu banyak membuat sistem

penyaluran menjadi tidak efektif dan lama, penyelewengan pun bisa timbul disini.

Selain itu, biaya juga akan semakin bertambah banyak karena adanya banyak Lini.

Kalau pemotongan Lini lebih mempermudah distribusi, seharusnya hal tersebut

dilakukan agar dampak yang ditimbulkan seperti kelangkaan pupuk dapat

dihilangkan.

Pengecer petaniLini IVLini IIILini IILini I

Page 22: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Sebagai contoh kasus kelangkaan pupuk di Jawa Timur pada tahun 2006.

Pupuk (urea) bersubsidi di sejumlah daerah di Jawa Timur pernah menghilang di

pasaran sebelum musim tanam 2006. Meski waktu itu musim tanam tahun 2006

belum serentak, tanda-tanda sulitnya ditemui pupuk berharga murah di pasaran

dewasa ini bukan tidak mungkin akan terjadi seperti tahun 2006, yakni

menghilangnya semua jenis pupuk bersubsidi di pasaran.

Pelajaran ini tidak boleh terulang pada tahun 2008. Sebab, hilangnya

pupuk di tahun 2006 tersebut sebagai pembenar di kalangan petani bahwa raibnya

pupuk adalah penyakit menahun yang sulit sembuh. “Tradisi” itu tampaknya

bukan dikarenakan konsekuensi dari hukum ekonomi, melainkan sebuah sistim

untuk tetap menempatkan petani sebagai kaum miskin yang termaginalkan.

Secara umum, substansi kebijakan tersebut berpihak kepada petani agar

dalam memproduksi pangan nasional secara nyaman. Pola pengawasan dalam

pengadaan dan penyaluran pupuk, misalnya tidak sekedar memakai pola

berjenjang dan berlapis. Selain dilakukan oleh aparatur pemerintah dari tingkat

bawah hingga pusat, produsen juga diberi kewenangan untuk melakukan

pengawasan internal dan eksternal. Disamping itu, pemerintah menerjunkan

satuan-satuan tenaga pendamping masyarakat guna menjamin petani untuk bisa

menebus pupuk sesuai HET.

Nyaris tidak ada celah bagi distributor dan pengecer memainkan pupuk

bersubsidi, seperti dugaan yang terjadi pada carut marutnya pengadaan dan

distribusi pupuk bersubsidi pada tahun 2005. Dalam regulasi kedua, kekacauan

sistem penjualan di lini 3 dan 4 yang dituding banyak pihak sebagai tempat paling

rawan dalam kasus raibnya pupuk di pasaran telah dibenahi sedemikian rupa.

Selain terikat dalam kontrak kerja dan sistem pembelian tertutup ,

distributor dan pengecer diwajibkan membuat laporan mengenai jumlah maupun

alur penjualan pupuk. Karena itu kedua peraturan menteri ini benar-benar

menghalau adanya praktik penjualan lintas pengecer, agen tidak resmi dan aksi

borong yang dilakukan petani pemodal.

Tetapi menjadi aneh kalau sekarang telah terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi di

pasaran. Adakah kesalahan dalam kedua regulasi tersebut?

Page 23: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Terlalu gegabah bila menyalahkan peraturan pemerintah . Kalaupun para

petani di kabupaten Bojonegoro dan sejumlah petani di daerah lain di Jawa Timur

maupun di propinsi lainnya sulit mendapatkan pupuk berharga subsidi, hal itu

dikarenakan regulasi yang dibuat pemerintah tidak mempunyai jati diri. Untuk

siapa kebijakan tersebut dibuat? benarkah kedua peraturan menteri tersebut untuk

melindungi petani?

Pertama, regulasi tersebut dibuat masih dalam bingkai lama, yakni model

birokrasi panjang. Birokrat yang membuat draf peraturan tampaknya masih

terilhami oleh peran aparatur negara sebagai penguasa yang mengendalikan hajat

hidup rakyat, bukan perilaku birokrat sebagai abdi bangsa yang melayani rakyat.

Karena panjang dan berlikunya birokrasi pada alur distribusi pupuk

bersubsidi, maka implementasinya menjadi bias dan mengandung celah-celah

kelemahan. Misal, dalam pembentukan kelompok tani yang mengharuskan

mendapat persetujuan/rekomendasi pejabat dinas di pemerintah kabupaten/kota.

Celah inilah yang dimanfaatkan secara baik oleh pihak-pihak tertentu dalam

membelokkan distribusi pupuk bersubsidi yang menjadi hak petani.

Kedua, pemberian wewenang ekonomi demikian luas pada produsen.

Pabrikan tidak hanya diwajibkan memproduksi pupuk dengan harga tebus HET,

tetapi juga wajib dalam mengamankan alur distribusi hingga lini 4. Dua tugas

berat ini masih dibebani lagi oleh pemerintah dalam regulasinya tersebut bahwa

produsen wajib melakukan pengawasan dalam pengadaan dan penyaluran pupuk

juga hingga lini 4.

Memang, BUMN penghasil pupuk memiliki fungsi sosial dalam melayani

kepentingan negara disamping dituntut margin. Persoalannya, sudah demikian

hebatkah BUMN kita. Selain bertindak dalam menjalankan fungsi ekonomi juga

sebagai polisi. Pengawasan tidak hanya dilakukan oleh produsen di lini distribusi,

melainkan pula harus mengetahui si pengecer yang ditunjuk distributor.

Produsen jelas tidak akan maksimal dalam menjalankan tugas dan

wewenang yang demikian luas itu. Jika demikian potretnya, apa yang bisa

diharapkan dari regulasi tersebut bila kenyataannya di lapangan telah terjadi

kelangkaan pupuk bersubsidi atau kalaupun ada harga tebusnya jauh diatas HET.

Page 24: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

3. 1. 7. Realokasi pupuk yang rumit

Dalam Permentan disebutkan bahwa apabila terjadi kekurangan alokasi

kebutuhan pupuk bersubsidi di suatu wilayah tertentu akan dipenuhi melalui

realokasi antar wilayah. Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota

ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati/Walikota, Realokasi antar kabupaten/kota

dalam wilayah provinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur. Realokasi antar

provinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Sepertinya realokasi sangatlah mudah. Tapi, pada dasarnya, realokasi itu panjang

dan rumit. Bisa dibayangkan saat petani membutuhkan pupuk, maka saat itu juga

kebutuhan pupuk harus terpenuhi. Dengan system realokasi yang seperti itu, bisa

jadi tanaman petani terlanjur mati akibat menunggu pupuk tak kunjung datang

akibat adanya sistem birokrasi yang rumit dan panjang. Mungkin saja, petani bisa

memesan lebih awal untuk realokasi, sehingga tidak perlu menunggu lama pupuk

yang dating. Tapi masalahnya, terkadang persediaan pupuk juga tidak bisa

diprediksi. Hari ini ada, seminggu kemudian sudah lenyap entah kemana.

Realokasi tidak efektif, yang lebih baik adalah menyediakan sejumlah pupuk yang

cukup pada setiap daerah, tentu saja hal tersebut didukung oleh lancarnya

pemutaran RDKK dikalangan petani serta keseriusan pemerintah dalam

menangani masalah pertanian.

3. 2. Usaha Peningkatan Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk dalam

Mengatasi Permaslahan Pertanian di Indonesia

Subsidi pupuk yang ada sekarang melibatkan banyak pihak, yakni

Departemen Pertanian selaku pemrakarsa kebijakan pupuk bersubsidi,

Departemen Perdagangan selaku pengatur pengadaan dan pendistribusiannya,

serta Departemen Keuangan. Dalam upaya tercapainya tujuan pemberian subdidi

pupuk kepada petani, mutlak diperlukan koordinasi antar instansi terkait. Hal

Page 25: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

tersebut tidak mudah, mengingat masing-masing departemen memiliki

kepentingan yang berbeda-beda.

Beberapa usaha yang perlu ditempuh oleh pemerintah diantaranya:

1. Pembenahan sistem pengawasan sampai di tingkat paling bawah. Perlu

diadakan kroscek dari pengawas pusat berkaitan dengan pelaporan masalah

pupuk. Selain itu, perlu dibentuknya badan khusus yang menangani masalah

penyaringan pupuk sebelum diedarkan ke pasar sehingga pemalsuan pupuk bisa

diminimalkan.

2. Sistem distribusi dari Lini I ke Lini IV dirasa sangat panjang dan melelahkan,

dan tentunya semakin menambah biaya operasional dari distribusi pupuk.

Alangkah baiknya kalau sistem distribusinya diperpendek sehingga lebih cepat

tersalurkan ke tingkat petani. Selain itu, perlu adanya distribusi tertutup, yaitu

dalam distribusi tersebut pengecer mengetahui nama-nama petani yang

seharusnya menerima pupuk bersubsidi. Dengan demikian, pupuk bersubsidi bisa

tepat sasaran.

3. Menambah penyuluh di tingkat petani. Penyuluhan itu mutlak dilakukan agar

produktivitas petani meningkat. Penyuluhan sangat penting karena dengan adanya

penyuluhan, keinginan dan informasi dari pemerintah kepada petani dapat

tersalurkan. Dengan demikian, apa yang diinginkan pemerintah tersampaikan dan

apa yang dikehendaki petani terhadap pemerintah terkait masalah pertanian bisa

didengar oleh pemerintah. Dengan demikian, tak ada saling curiga dan

menyalahkan, yang lebih penting petani bisa merasakan bahwa mereka dekat dan

mendapat perhatian dari pemerintah.

4. Tindak tegas para spekulan yang terbukti melakukan masalah penyelewengan

pupuk bersubsidi. Tindakan tegas bisa berupa pem-black list-an spekulan tersebut

dalam jajaran agen/distributor pupuk, sehingga tidak ada ruang bagi para pelaku

penyelewengan yang lain.

5. Penggalakan pembuatan pupuk organik di kalangan petani. Limbah sehabis

panen bisa dimanfaatkan untuk pupuk, inilah yang belum dilirik oleh pemerintah.

Kalau Masyarakat dididik untuk bisa membuat pupuk organik sendiri, tentunya

mereka akan menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri. Selama ini, kompos

Page 26: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

atau pupuk kandang sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru

sebatas menggunakan apa adanya, belum sampai pada usaha untuk meningkatkan

kualitas dari kompos dan pupuk kandang tersebut.

Page 27: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

BAB IVPENUTUP

4.1. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah :

1. Pelaksanaan kebijakan perberasan di Indonesia dengan ditetapkannya HPP

(Harga Pembelian Pemerintah) gabah maupun beras dinilai tidak efektif

untuk mendukung kesejahteraan pertanian di Indonesia. Hal tersebut

terbukti dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang cenderung menurun.

Kenaikan HPP tidak menjamin secara langsung kesejahteraan petani

karena panjangnya distribusi gabah dan beras yang mengakibatkan HPP

tidak langsung jatuh ke tangan petani.

2. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan ketidakefektifan penetapan

HPP oleh pemerintah kerena beberapa hal:

a. Jumlah petani dengan lahan sempit yang merupakan

mayoritas petani padi di Indonesia hanya dapat menjual

hasil panennya pada tengkulak sehingga berakibat tidak

diterimanya HPP yang sewajarnya di tingkat petani.

b. Penetapan HPP yang tidak tepat waktu mengakibatkan

keberadaan HPP tidak begitu bermakna.

c. Rendahnya nilai tawar petani terhadap komoditas hasil

pertanian.

3. Upaya untuk meningkatkan efektifitas kebijakan perberasan Nasional

adalah sebagai berikut:

Difungsikannya kembali peran KUD (Koperasi Unit Desa) sebagai

distributor yang menghubungkan petani dengan Bulog.

Memberikan pinjaman usaha tani kepada petani gurem yang rata-

rata tanahnya sangat kecil.

Penggalakan pembentukan kelompok tani untuk mengokohkan

nilai tawar petani tehadap komoditas hasil pertanian.

Page 28: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

Menaikkan HPP dan GKP pada saat panen raya agar HPP

dinikmati petani sehingga sistem distribusi menjadi lancar.

Mengaktifkan lumbung desa sebagai penyedia pangan saat musim

paceklik tiba.

Pemerintah juga perlu menjamin adanya ketersediaan benih dan

pupuk dengan harga terjangkau.

Memfasilitasi petani dengan berbagai fasilitas teknologi pasca

panen kepada petani, termasuk teknologi pengeringan dan

penggilingan padi.

Meningkatkan peran Bulog sebagai pengaman harga dasar

pembelian gabah.

Restrukturisasi lembaga pertanian baik pusat maupun daerah.

Membatasi konversi lahan untuk melindungi kepentingan semua

pihak.

Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan cara

mengefektifkan kembali program intensifikasi dan ekstensifikasi

pertanian

4. 2. Rekomendasi

Berdasarkan karya tulis ini, terdapat beberapa hal yang sebaiknya

dilakukan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah melakukan perbaikan terhadap sistem distribusi

perberasan dengan memotong panjanganya distribusi beras dan

gabah.

2. Pemerintah memberikan pinjaman usaha tani kepada petani gurem

yang rata-rata tanahnya sangat kecil.

3. Pemerintah menggalakan pembentukan kelompok tani untuk

mengokohkan nilai tawar petani tehadap komoditas hasil pertanian.

4. Pemerintah menaikkan HPP dan GKP pada saat panen raya agar

HPP dinikmati petani sehingga sistem distribusi menjadi lancar.

Page 29: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

5. Pemerintah juga perlu menjamin adanya ketersediaan benih dan

pupuk dengan harga terjangkau.

6. Pemerintah memfasilitasi petani dengan berbagai fasilitas

teknologi pasca panen kepada petani, termasuk teknologi

pengeringan dan penggilingan padi.

7. Pemerintah meningkatkan peran Bulog sebagai pengaman harga

dasar pembelian gabah.

8. Pemerintah melakuakn restrukturisasi lembaga pertanian baik pusat

maupun daerah.

Page 30: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya

Tanaman).

2. Peraturan Menteri Pertanian No. 76/Permentan/OT.140/12/2007

3. Sunarsip. 2006. Regulasi Yang Justru Menghambat. www.republika.co.id.

Diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

4. Deptan. 2007. Buku Petunjuk Pengawasan Pupuk Bersubsidi. Jakarta:

Deptan.

5. Suara Pembaruan. 2005. Permintaan Pupuk Melonjak.

www.suarapembaharuan .com. Diakses pada tanggal 2 Februari 2008.

6. Subandriyo, Toto. 2007. Kelangkaan Pupuk Lagi. www.suara

merdeka.com. Diakses pada tanggal 2 Februari 2008.

7. Metronews. 2007. Petani di Tegal Kesulitan Memperoleh Pupuk .

www.metrotvnews.com. Diakses pada tanggal 2 Februari 2008.

8. www.fajar.co.id . 2008. Pupuk Bersubsidi Langka . Diakses pada tanggal 2

Februari 2008.

9. Utomo, W. 2008. Kemana Pupuk Mengalir?. Jurnalnasional.com. Diakses

pada tanggal 2 Februari 2008.

10. www.kompas.com . 2006. Ditemukan, Pupuk ZA Bercampur Garam.

Diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

11. www.balipost.co.id . 2007. Pupuk Palsu Beredar di Loteng  . Diakses pada

tanggal 7 Februari 2008.

12. www.kapanlagi.com . 2008. Menpan: Pupuk Palsu Masih Marak di

Pasaran . Diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

13. www.dgip.go.id . 2008. Pupuk Palsu Berbagai Merek Beredar . Diakses

pada tanggal 9 Februari 2008

14. www.media-indonesia.com . 2008. Pupuk SP36 dan Ponska Palsu Diduga

Beredar di Lebak. Diakses pada tanggal 11 Februari 2008.

15. DJBC . 2006. Digagalkan, Penyelundupan 66.000 Kg Pupuk Bersubsidi .

www.customs.go.id. Diakses pada tanggal 15 Februari 2008.

Page 31: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

16. kompas edisi Sabtu, 22 Desember 2007 . 2007. BC Mulai Periksa PPJK

dan Eksportir .

17. www.tabloid_info.sumenep.go.id. 2007. Pupuk Urea Langka Harga

Eceran Mahal . Diakses pada tanggal 7 Februari 2008.

18. Moses, S.2008. Teknik Pembuatan Pupuk Organik “Bhokasi” .

www.biotama.com. Diakses tanggal 22 Maret 2008.

Page 32: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADINama Nia RahmawatiTempat dan tanggal lahir

Malang, 23 November 1988

Alamat JL. Lempung Perdana 3B/24 SbyNo HP 081357245663Jurusan Teknik KimiaSemester 2 (Dua)

PENDIDIKAN1995 - 2001 SDN Tandes Kidul 1 Sby2001- 2004 SMP Negeri 3 Sby2004 - 2007 SMA Negeri 5 Sby2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

PRESTASI Juara Harapan II ACI Praja 2004

Page 33: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADINama Winda Hayu PratiwiTempat dan tanggal lahir

Gresik, 9 Desember 1989

Alamat Jl. Pendidikan 01 KetapangLor Uj.Pangkah, GresikNo HP 085232508076Jurusan Teknik KimiaSemester 2 (Dua)

PENDIDIKAN1995 - 2001 SDN Ketapang Lor2001- 2004 SMP Negeri 1 Sidayu2004 - 2007 SMA Negeri 1 Gresik2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

Page 34: Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2008

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADINama Ayyu Fityatin L. HTempat dan tanggal lahir

Ngawi, 21 April 1987

Alamat Dsn. Nguluh Rt. 01 Rw. 15 Ds. Babadan Pangkur NGAWI

No HP 085233576988Jurusan Teknik KimiaSemester 2 (Dua)

PENDIDIKAN1994- 2000 MIN Babadan 2000 - 2003 SLTP Ma’arif-1 Ponorogo2003 - 2006 SMU Negeri 2 Madiun2007- Sekarang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT Hitam Putih Televisi dan Dampaknya bagi Remaja. Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam

Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor

PRESTASI Juara III Lomba Menulis Cerpen Islami FOKSI Fak. Perikanan

UNIBRAW Juara I Lomba Menulis Cerpen Islami dalam Kegiatan Muslimah Day

JMMI ITS