kompetensi pendamping pembangunan desarepository.unp.ac.id/625/1/setiawati.pdf · ... pemerintah...

20

Upload: lekiet

Post on 25-Aug-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KOMPETENSI PENDAMPINGPEMBANGUNAN DESA

Padang, 6 Oktober 2016

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

DITERBITKAN OLEH

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI PADANG

Sanksi Pelanggaran Pasal 72:Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masingpaling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikitRp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara palinglama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan ataubarang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

KOMPETENSI PENDAMPINGPEMBANGUNAN DESA

PROSIDING SEMINAR NASIONALPENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Padang, 6 Oktober 2016

DITERBITKAN OLEHJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016

Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Prosiding Seminar NasionalPendidikan Luar Sekolah 2016Kompetensi Pendamping Pembangunan Desa

Penulis, Jamaris, dkk.Editor, Syafruddin WahidPadang, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (2016)x & 257 hlm; 15,5 x 23 cm

Copyright@2016by Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri PadangPadang, Sumatera Barat

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa IndonesiaOleh Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri PadangCetakan pertama, Oktober 2016

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri PadangJl. Prof. Dr. Hamka, Kampus UNP Air Tawar,Air Tawar Barat, Padang Utara, PadangSumatera Barat

ISBN 978-602-60486-0-8

Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku initanpa izin tertulis dari Penerbit.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkanrahmat dan hidayah-Nya, sehingga prosiding hasil Seminar Nasional Pendidikan LuarSekolah 2016 dapat terselesaikan.

Target pemberdayaan masyarakat desa merupakan tanggung jawab bersamaantara seluruh komponen bangsa, baik pemerintah ataupun masyarakat desa. Terkaititu, pemerintah melalui Kementerian Desa PDT mengonsep adanya tenagapendamping desa. Pendampingan Desa merupakan dimaksudkan untuk memfasilitasidan mendampingi masyarakat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan,pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitasipendampingan masyarakat desa dilakukan melalui berbagai pelatihan dan beragamkegiatan pengembangan kapasitas yang dikelola secara mandiri oleh masyarakatsebagai bagian dari proses belajar masyarakat (community learning proccess).

Para tenaga pendamping profesional bertugas untuk mensosialisasikanmaksud dan tujuan UU tentang Desa dan mendampingi masyarakat dalam peningkatandaya tawar untuk mengakses sumberdaya lokal yang dibutuhkan demi kepentinganpembangunan. Pendampingan dilakukan sebagai proses penguatan (empoweringsociety) sebagai masyarakat yang memiliki pemerintahannya sendiri (self governingcommunity), dan bukan berbasis pada mobilisasi partisipasi masyarakat yang lebihbersifat top down.

Demi upaya mewujudkan desa sebagai self governing community, paratenaga profesional Pendamping Desa diarahkan untuk memfasilitasi dan mendampingimasyarakat untuk mampu mengorganisir dan mengkonsolidasikan seluruh potensiyang selanjutnya akan direkrut, dilatih dan dibentuk menjadi kader-kader desa.

Prosiding ini disusun sebagai tindak lanjut kegiatan seminar yang telahdilaksanakan pada Oktober 2016.Seminar diikuti oleh peserta baik peneliti, dosen,praktisi maupun pemerhati pendidikan. Partisipasi aktif dari semua stakeholderdiharapkan dapat memberikan kontribusi nyata pada sinergi kinerja di bidangpendidikan luar sekolah. Semua makalah yang dimuat dalam prosiding ini telahmelalui peer review.

Materi prosiding dikelompokkan mendasarkan bidang kajian.Pengelompokkan mendasarkan bidang ini mungkin tidak dapat dilakukan secara tepatkarena keterkaitan antar bidang ilmu dalam beberapa makalah, namun redaksimengelompokkan mendasarkan dominasi kandungannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telahberpartisipasi pada kegiatan seminar dan penyusunan prodising ini. Semoga makalahini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pembangunan pendidikan luar sekolah diIndonesia.

Padang, Oktober 2016Redaksi

vii

DAFTAR ISI

PENYIAPAN SARJANA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHSEBAGAI TENAGA PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA

1. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN KOMPETENSIPENDAMPING PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA olehJamaris (Guru Besar Pendidikan Luar Sekolah Universitas NegeriPadang) ……………………………............................................... 1

2. SARJANA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DANPEMBANGUNAN NAGARI oleh Syafruddin Wahid (DosenJurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Padang) .............................................................. 17

3. PERAN STRATEGIS SARJANA PENDIDIKAN LUARSEKOLAH DALAM MENDUKUNG PROGRAMPEMBANGUNAN DESA oleh Ismaniar (Dosen JurusanPendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Padang) ................................................................................. 42

4. PENGEMBANGAN PROGRAM KULIAH KERJA NYATAUNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA olehAlim Harun Pamungkas (Dosen Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang) …………... 51

PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA BERBASISPROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

5. PENGUATAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAMPEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA oleh Syur’aini(Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Padang) ……………………………………... 63

6. PELATIHAN BERBASIS KEWIRAUSAHAANMASYARAKAT DALAM MENINGKATKANKOMPETENSI PENDAMPING PEMBERDAYAANMASYARAKAT DESA oleh Dayat Hidayat (Dosen ProgramStudi Pendidikan Luar Sekolah FKIP Universitas SingaperbangsaKarawang) ………………………………………………………… 73

7. PROGRAM PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL 88

viii

BERORIENTASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN olehWirdatul Aini (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Padang) …………………….

8. PERAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYAPENYIAPAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUKPROGRAM PENDAMPINGAN DESA oleh Muhaimin(Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Sekolah ProgramPascasarjana Universitas Negeri Malang) .………………………... 97

9. PENDIDIKAN NONFORMAL DALAM PEMBANGUNANMASYARAKAT PEDESAAN oleh Iswandi (Dosen STKIPYPM Bangko Jambi) …..………………………………………….. 105

10. PENYULUHAN DAN PEMBERDAYAAN PETANIMASYARAKAT DESA oleh Elfi Rahmi (Dosen FakultasPertanian Universitas Andalas) ………………………………….. 116

PRESPEKTIF PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA

11. MEMAHAMI MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEMSOSIAL oleh Setiawati (Dosen Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang) …………... 125

12. SURAU DAN UPAYA MEWUJUDKAN SELF GOVERNINGCOMMUNITY DI SUMATERA BARAToleh MHD. Natsir(Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Padang) ...………………………… 135

13. PROCESSING WASTE INTO ORGANIC FERTILIZERFOR THE GROUP OF FARMERS IN BLOOMING SAIYOKENEGARIAN TANJUNG BALIT THE DISTRICT XKOTO DISTRICT SOLOK oleh Siti Farida F & Mas’ula(Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Padang) ……..……………………. 144

PERAN PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DAN

ix

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

14. PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL AGENPERUBAHAN SEBAGAI FASILITATOR DALAMPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KASUS DESAPALEM KAB. KEDIRI DAN DUSUN BAJULMATI KAB.MALANG) oleh Zulkarnain (Jurusan Pendidikan Luar SekolahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang) ...………… 150

15. PERANAN PENDAMPING DESA DALAM MEMBENTUKMASYARAKAT SADAR BENCANA SEBAGAI SALAHSATU MITIGASI BENCANA oleh Vevi Sunarti (Dosen JurusanPendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Padang) …..………………………………………………... 166

16. PERAN PENDAMPING DESA DALAM RELOKASIKORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG oleh Mahfuzi Irwan(Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta) ……………………. 183

17. PENDAMPING DESA SEBAGAI PENGGERAKPEMBERDAYAAN BERWAWASAN LINGKUNGANDALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNANBERKELANJUTAN oleh Marta Dwi Ningrum (MahasiswaJurusan Pendidikan Luar Sekolah Program PascasarjanaUniversitas Negeri Yogyakarta) …………………………………... 198

KOMPETENSI TENAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKATDESA

18. URGENSI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PAMONGBELAJAR DALAM PELAYANAN PROGRAMPENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI BAGIANUPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA olehTasril Bartin (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Padang) …………………… 210

19. PEMUDA SEBAGAI FASILITATOR PENDAMPING DESAoleh Syamsuddin (Mahasiswa Pascasarjana Program StudiPendidikan Nonfomal Konsentrasi Pemberdayaan MasyarakatUniversitas Negeri Yogyakarta) ………………………………… 225

KONSEP PEMBELAJARAN

x

20. PERAN GURU PROFESIONAL DALAM PROSESPEMBELAJARAN oleh Darnis Arief (Dosen Jurusan PendidikanGuru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriPadang) ……………………………………………………………. 238

125 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

MEMAHAMI MASYARAKAT SEBAGAISUATU SISTEM SOSIAL

SetiawatiDosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

AbstractTo increase society participation in development is a

very important thing and will be decisive for the success ofdevelopment itself. Because of this thing to raise awarenessof the importance of a development program conducted forthe society, and will also the fosters a feeling on the results ofthe construction carried out.

In building framework empowering the villagesociety, the implementation of Law No. 6 2014 about thevillage had to be escorted by professional facilitators taskedto facilitate and assist the society as an innovative creativeguided by the Village Law (6/2014) on the implementation ofthe village government, the implementation of villagedevelopment, village society development, society empower-ment village. Rural societies are facilitated to learn to be ableto manage the development activities independently.

One aspect that can be taken to realize the thingsabove are: the need for a deep understanding of the society asa social system, because of the companion village can deter-mine strategic steps in performing their duties in accordancewith local conditions. This article will be discuss about thesociety as a social system and its relevance in the process ofpublic participation.

Key Words: Society, Social System.

A. PENDAHULUANBerbicara tentang masyarakat, tentunya bagi kita bukan hal

yang baru dan asing, kerena semua kita adalah anggota masyarakat, hi-dup di dalam masyarakat dan setiap hari dan setiap saat kita berkumpulsaling dan berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Apakahmakna masyarakat sesederhana itu? Jawabannya adalah tidak, kalau

PROSIDING| 126

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

begitu apa itu masyarakat?, bagaimana masyarakat tersebut terbentukdan berproses. Hal ini sangat penting diketahui, terutama bagi tenagaprofesional pendamping desa, karena keberhasilan dan kelancaran tu-gas mereka sangat ditentukan oleh sejauh mana pemahaman merekaterhadap masyarakat itu sendiri.

Sebuah pengalaman nyata yang dihadapi oleh sekolompok timgabungan dari beberapa lulusan Universitas di Padang, dimana merekadiminta untuk menangani secara bersama suatu proyek air bersih disalah satu daerah tertinggal di Sumatera Barat. Tim tersebut diberiwaktu 6 bulan untuk menyelesaikannya, dan diharapkan semua masya-rakat memahami dan menyadari pentingnya penyediaan air bersih ter-sebut. Selain itu program ini merupakan prasyarat untuk diangkat seba-gai pegawai tetap pada suatu instansi pemerintahan. Setelah beberapabulan berlalu, secara fisik pembangunan air bersih tersebut sudah mu-lai nampak keberhasilannya, namun keikut sertaan masyarakat dalamprogram itu sangat kurang, sehingga hampir semua kegiatan dilakukandengan cara memberi upah kepada pekerja-pekerja. Kehadiran masya-rakat pada kegiatan proyek tersebut boleh dikatakan tidak ada kecualihanya perangkat desa secara bergantian. Setelah waktu penyelesaianprogram berakhir dan dilakukan penilaian secara menyeluruh denganberbagai alat dan sumber termasuk juga melalui wawancara denganmasyarakat, dinyatakan proyek tersebut tidak berhasil sesuai denganyang diharapkan.

Berdasarkan pengalamam sebagaimana dijelaskan di atas, di-duga disebabkan oleh ketidak mampuan tim untuk menumbuhkan ke-butuhan masyarakat terhadap program yang dilaksanakan. Selain itu,pemahaman tim terhadap masyarakat sebagai suatu sistem sosial jugadirasa masih rendah. Dengan mempedomani apa yang dikemukakanoleh Djohary Windows dalam pengklasifikasikan bagaimana masyara-kat memandang kebutuhannya, dimana dapat disimpulkan bahwa:masyarakat dalam memahami suatu perubahan yang dilakukan dapatdilihat melalui empat jendela, dimana setiap jendela memiliki cara danpendekatan yang berbeda pula.

Jendela pertama: “I am oke, you oke, pada kategori ini,masyarakat sudah memahami dengan jelas dan trans-paran tentang apa,mengapa dan untuk apa suatu program dilaksana-kan. Disini petugaspembangunan masyarakat dengan mudah dapat menjalankanprogramnya dan akan mendapat dukungan yang tinggi di dalammasyarakat.

127 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

Bagaimana dengan jendela yang kedua yaitu: ”I am oke, youare not oke”, disini yang mengetahui tentang pentingnya programtersebut hanya para petugas pembangunan, sedang masyara-kat tidakmemahami sama sekali. Pada kategori ini para petugas tidak bisalangsung memulai pekerjaan program yang akan dilakukan, tetapiperlu pemberian motivasi, menumbuhkan kebutuhan masyarakat akanprogram yang dilaksanakan.

Demikian pula dengan jendela ke tiga dan ke empat yaitu: “Iam not oke, you are oke” dan “I am not oke, you are not oke”. Untukkategori jendela ketiga dan ke empat ini, pekerjaan yang utama yangperlu dilaksanakan adalah: memberikan motivasi, mengidentifikasi ke-butuhan, menumbuhkan kebutuhan, dan melibatkan tokoh-tokoh ma-syarakat dalam setiap kegiatan, baik formal maupun secara informal.

Pada artikel ini akan dibahas secara singkat tentang masyara-kat sebagai suatu sistem sosial, yang meliputi: konsep tentang masya-rakat, masyarakat sebagai stuktur sosial, masyarakat sebagai suatuproses sosial dan hubungan antara keduanya dalam pembangunanmasyarakat.

B. PEMBAHASAN1. Masyarakat menurut pendapat para ahli

Untuk memahami lebih jauh tentang masyarakat, sebaiknyakita pahami beberapa definisi menurut pendapat para ahli sosiologi.a. Emile Durkheim. Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif indi-

vidu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.b. Karl Marx. Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita kete-

gangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya perten-tangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secaraekonomis.

c. Max Weber. Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang padapokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominanpada warganya.

d. Koentjaraningrat. Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadattertentu.

e. Mayor Polak. Masyarakat adalah wadah segenap antar hubungansosial yang terdiri dari banyak sekali kolektivitas serta kelompok,dan tiap-tiap kelompok terdiri lagi atas kelompok-kelompok yanglebih kecil (subkelompok).

PROSIDING| 128

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

f. Roucek dan Warren. Masyarakat adalah sekelompok manusia yangmemiliki rasa dan kesadaran bersama, di mana mereka berdiam(bertempat tinggal) dalam daerah yang sama yang sebagian besaratau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat istiadat sertaaktivitas yang sama pula.

g. Paul B. Horton. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yangsecara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yangmendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang samadan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Padabagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatuorganisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yanglainnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulanbahwa masyarakat dapat dibedakan dalam pengertian natural dankultural. Masyarakat dalam pengertian natural adalah community yangditandai oleh adanya persamaan tempat tinggal. Masyarakat dalampengertian kultural adalah society yang keberadaannya tidak terikatoleh the same geographic area, melainkan hasil dinamika kebudayaandan peradaban manusia.

Sehubungan dengan itu Soerjono Soekanto dan juga beberapapara ahli sosiologilainnya menyimpulkan bahwa ciri-ciri suatu masya-rakat pada umumnya adalah sebagai berikut: (1) manusia yang hidupbersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang; (2) bercampuratau bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusiaakan menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersa-ma itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang me-ngatur hubungan antarmanusia; (3) sadar bahwa mereka merupakansatu-kesatuan; dan (4) merupakan suatu sistem hidup bersama, dimanasistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena merekamerasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Dari beberapa pengertian dan penjelasan tentang masyarakat,seperti yang sudah dikemukakan terdahulu, maka dapat diketahuibahwa masyarakat itu bukanlah kumpulan orang-orang yangmenduduki suatu daerah tertentu, tetapi adalah suatu sistem yangterbentukdari stuktur dan proses sosial, dimana keduanya merupakansuatu kesatuan dalam kelangsuangan hidup masyarakat.

129 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

2. Masyarakat sebagai Suatu SistemApabila kita mengikuti pengertian masyarakat, baik secara na-

tural maupun kultural, maka akan tampak bahwa keberadaan keduamasyarakat itu merupakan satu-kesatuan. Dengan demikian, kita akantahu bahwa unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat yang masing-masing saling bergantung merupakan satu-kesatuan fungsi. Adanyamekanisme yang saling bergantung, saling fungsional, saling mendu-kung antara berbagai unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainitulah yang kita sebut sebagai sistem.

Sistem adalah bagian-bagian yang saling berhubungan antarasatu dengan yang lainnya, sehingga dapat berfungsi melakukan suatukerja untuk tujuan tertentu. Sistem sosial itu sendiri adalah suatu sis-tem yang terdiri dari elemen-elemen sosial. Elemen tersebut terdiri atastindakan-tindakan sosial yang dilakukan individu-individu yang berin-teraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sistem sosial terdapat indivi-du-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga tercipta hu-bungan-hubungan sosial. Keseluruhan hubungan sosial tersebut mem-bentuk struktur sosial dalam kelompok maupun masyarakat yangakhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut.

Masyarakat sebagai suatu sistem sosial selalu mengalami dina-mika yang mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada peru-bahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain akanmenerima konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif maupun yangnegatif. Oleh karena itu, para ahli sosiologi melihat masyarakat atauperubahan masyarakat selalu dalam kerangka sistemik, artinya peru-bahan yang terjadi di salah satu aspek akan memengaruhi faktor-faktorlain secara menyeluruh dan berjenjang.Sebagai suatu sistem, individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat saling berhubungan atauberinteraksi satu sama lain, dengan melakukan kerja sama guna me-menuhi kebutuhan hidup masing-masing.Sebagai sebagai suatu sistemsosial, masyarakat dapat dipandang dari dua unsur pokok, yaitu struk-tur dan proses sosial.

3. Masyarakat sebagai Suatu Struktur SosialStruktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terda-

pat di dalam satuan sosial, ditambah nilai-nilai dan norma-norma yangmengatur interaksi antarstatus dan antarperan sosial. Di dalam struktursosial terdapat unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidahsosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapi-

PROSIDING| 130

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

san-lapisan sosial. Bagaimana sebetulnya unsur-unsur sosial itu terben-tuk, berkembang, dan dipelajari oleh individu dalam masyarakat?Melalui proses-proses sosial semua itu dapat dilakukan. Proses sosialitu sendiri merupakan hubungan timbal balik antara bidang-bidangkehidupan dalam masyarakat dengan memahami dan mematuhi norma-norma yang berlaku.

Perlu disadari bawa untuk setiap masyarakat tidak memilkistruktur sosial yang sama, perbedaan ini terjadi biasanya dipengaruhioleh banyak hal, misalnya tingkat perkembangan masyarakatnya, ting-kat pendidikan, perkembangan kebudayaan dan kemajuan masyarakatitu sendiri dan lain sebagainya. Perbedaan ini misalnya: kelompok-kolompok sosial yang ada pada masyarakat, perbedaan tentang nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat, lembaga-lembaga sosial yangada di dalam masyarakat dan sebagainya.

4. Masyarakat sebagai Proses SosialInti dari kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Tanpa ada-

nya interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan sosial (masyarakat),karena adanya interaksi sosial, terbentuklah kehidupan bersama. Dariadanya kehidupan bersama itulah timbul proses interaksi sosial yangberkaitan erat dengan terjadinya proses sosial.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang jugadapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupa-kan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosialmerupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkuthubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompokmanusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadianatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidakmenyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antarakelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Inter-aksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentinganperorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya ber-langsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belahpihak. Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusiamengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama seka-li tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubu-ngan termaksud.

131 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

Adapun syarat-syarat terjadinya interaksi sosial menurut ahlisosiologi dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, adanya kontaksosial (social contact), kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga ben-tuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung (faceto face) maupun tidak langsung atau sekunder. Yakni kontak sosialyang dilakukan melaui perantara, seperti melalui telepon, orang lain,surat kabar, dan lain-lain. Kontak sosial yang bersifat positif mengarahpada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah padasuatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatuinteraksi sosial.

Kedua, adanya komunikasi sosial, yaitu seseorang memberiarti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disam-paikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberireaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatukelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompoklain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk me-nentukan reaksi apa yang dilakukannya.

Dilihat dari keadaan yang ditimbulkan oleh interaksi sosial ter-sebut, menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan kedalam dua bentuk, yaitu:a. Interaksi-interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang

mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabu-ngan), seperti: (1) kerjasama yaitu, suatu usaha bersama antaraorang perorangan atau kelompok atau kelompok dengan masyara-kat, untuk mencapai tujuan bersama; (2) akomodasi adalah suatuproses penyesuaian social dalam interaksi antara pribadi dan ke-lompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan; dan (3)asimilasi yaitu proses sosial yang timbul bila ada kelompokmasyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, sa-ling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehinggalambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujud-nya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran;(4) akultrasi, proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompokmasyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkandengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa,sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima

PROSIDING| 132

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hi-langnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepa-da bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti: (1) per-saingan, suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelom-pok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secarakompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pi-hak lawannya; (2) kontravensi yaitu bentuk proses sosial yang ber-ada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujudkontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyimaupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap per-orangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan go-longan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencianakan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik; (3)konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok ma-syarakat tertentu, akibat perbedaan paham dan kepentingan yangsangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gapatau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara me-reka yang bertikai tersebut.

5. Hubungan antara Struktur Sosial dengan Proses SosialSebagaimana dikemukakan terdahulu bahhwa interaksi sosial

merupakan suatu proses yang dapat memberikan pola interaksi ter-sendiri dalam kehidupan masyarakat. Pola interkasi sosial tersebut me-rupakan bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu denganindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompokyang bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu. Adapun pola inter-aksi tersebut memilki ciri-ciri sebagai berikut: (1) didasarkan atas ke-dudukan sosial (status) dan peranannya; (2) merupakan suatu kegiatanyang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasildari kegiatan tadi; (3) mengandung dinamika, artinya dalam proses in-teraksi sosial terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baikyang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran; dan (4) tidakmengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosialdapat terjadi kapan dan dimana pun, dan dapat berakibat positif ataunegatif terhadap kehidupan masyarakat.

Dari pola-pola tersebut, berdasarkan bentuknya, interaksi sosialdapat diklasifikasikan menjadi tiga pola, yaitu: (1) pola interaksiindividu dengan individu, dalam mekanismenya, interaksi ini dipenga-

133 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

ruhi oleh pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya bebe-rapa fenomena, seperti: jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, in-tensitas dan frekuensi interaksi; (2) pola ini merupakan bentuk hu-bungan antara individu dengan individu sebagai anggota suatu kelom-pok yang menggambarkan mekanisme kegiatan kelompoknya, dimanasetiap perilaku didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tata carayang ditentukan kelompoknya, dan segala akibat dari hubungan meru-pakan tanggung jawab bersama; (3) pola interaksi kelompok dengankelompok, hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan polayang tampak. Pola interaksi antar kelompok dapat terjadi karena aspeketnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jeniskelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya.

C. SIMPULANBerdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa untuk meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakatdalam pembangunan perlu sekali pemahaman mendalam dan menda-sar terhadap masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Hal ini sangatlahpenting karena akan terkait dengan langkah-langkah apa yang akandilakukan, bagaimana cara dan proses pelaksanaannya serta bagaimanakiat-kiat yang perlu dilakukan dalam memggerakkan masyarakat untukdapat berpartisipasi dalam pembangunan.

Sehubungan dengan fokus kerja pendamping desa yang tujuanutamanya adalah: mewujudkan desa sebagai self governing community,maka dalam hal ini pendampingan desa diarahkan pada proses ka-derisasi masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat desa adalah ba-gian dari proses transformasi sosial yang digerakkan oleh kader-kaderdesa yaitu warga desa yang dengan kebebasannya memilih untuk seca-ra sukarela terlibat menjadi penggerak pembangunan dan pemberda-yaan masyarakat di desanya, karena kader desa adalah orang kunciyang mengorganisir dan memimpin gerak masyarakat desa menujupencapaian cita-cita. Kader desa hadir sebagai para penggerak pem-bangunan desa, tokoh-tokoh masyarakat, pengelola organisasi kema-syarakatan yang ada di desa.

Untuk mewujudkan kader-kader desa yang bersedia membantupembangunan di desanya, maka kepada pendamping desa perlu kiat-kiat khusus, karena itulah bagi mereka perlu pemahaman yang menda-lam tentang seluk beluk masyarakat sebagai suatu sistem sosial dimanamereka bertugas.

PROSIDING| 134

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

DAFTAR RUJUKANAbdullah, 2011, Sosiologi, Jakarta: Rajawali Press.Ahmadi, Abu, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.Gunawan, Ary, 2010, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.Koencaraningrat, 1992, Kebudayaan Mentalitas Dan Pengembangan, Jakarta:

GramediaRifa’i, Muhammad, 2011, Sosiologi Pendidikan, Jokjakarta: AR- Ruzz Media.Soekanto Soerjono, 2002, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali PressRifa’i, Muhammad, 2011, Sosiologi Pendidikan, Jokjakarta: AR- Ruzz Media.http://shigmapustaka.blogspot.com/2011/03/sosiologi-sma-masyarakat-sebagai-sistem.html diakses 10 oktober 2016