kombinasi ed 56 juni 2014

24
Edisi ke-56 Juni 2014 kombinasi.net

Upload: combine-resource-institution

Post on 02-Apr-2016

243 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Upaya penghisapan sumber daya alam melalui penambangan yang merusak lingkungan terus dilakukan. Upaya ini selalu dibarengi penyebaran informasi sepihak dari perusahaan bahwa semuanya aman, sesuai hukum dan akan membawa kesejahteraan bagi komunitas setempat. Inilah ujian bagi komunitas tersebut. Saat mereka memiliki informasi yang berbeda tentang dampak penghisapan tersebut, mereka mesti bertarung untuk menyebarkannya pada publik. Tentu bukan pertarungan yang seimbang dan ideal, mengingat perusahaan korporasi dengan dana tak terbatas akan menggunakan banyak cara termasuk membentuk opini melalui media arus utama yang lebih massif. Namun saat membaca edisi ini, kita tahu bahwa komunitas di Rembang, di Kulonprogo, di Sidoarjo dan mungkin di banyak tempat lain memiliki cara untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Mereka pantang menyerah menyebarkan informasi sesungguhnya kepada publik, bahkan bila perlu dengan melakukan aksi. Menjadi tugas kita membantu mereka dengan cara yang kita bisa

TRANSCRIPT

Page 1: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Edisi ke-56 Juni 2014 kombinasi.net

Page 2: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20142� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013

D a r i r E d a K s i

Pemimpin Redaksi

Imung Yuniardi

Redaktur Pelaksana

Yuliyanti

Kontributor

Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia

Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,

Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri

Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,

Yeti Chotimah

Ilustrasi

Dani Yuniarto

Tata Letak

MS Lubis

Alamat Redaksi

Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.

183 Pelemsewu, Panggungharjo,

Sewon, Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia 55188

Telp/Fax: 0274-411123

Email: [email protected]

Website: http://kombinasi.net

KOMBINASI diterbitkan oleh

COMBINE Resource Institution

(CRI) atas dukungan Ford

Foundation.

COMBINE Resource Institution

adalah lembaga yang

mendukung pengembangan

jaringan informasi berbasis

komunitas. Komunitas

menggali, mengolah, dan

mengkomunikasikan informasi

demi penguatan masyarakat

sipil di Indonesia.

Bila ingin lebih banyak meli­hat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda di­bandingkan aksi Olga Syah­

putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok ke­senian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Ju­nior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerin­tah melalui revisi UU Penyiaran.

Terpaan informasi yang dikendali­kan media arus utama memang sede­mikian dahsyat sehingga kerap mem­buat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di de­pan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrol­an kita dipenuhi oleh kehebohan so­sok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Pada­hal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di se­luruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.

Entah hal­hal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyara­kat cuma bisa terlongong­longong me­lihat pemerintah dan penguasa mo­dal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.

Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daf­tar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi ten­tang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang De­partemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagai­mana jaringan televisi nasional bera­mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al re­vi­e­w UU Penyiaran pada Mahkamah Kons­titusi yang berujung pada pengemba­lian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.

Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang be­lum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewa­jiban televisi berjaringan. Dan itu tan­pa sanksi sama sekali. Padahal klau­sul itulah salah satu yang menjadi pra­syarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.

Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum di­lakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demo­kratisasi penyiaran masih minim. Ki­ta bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masya­rakat. Agar kita tak mudah dibuat lu­pa, dan menjadi tak berdaya.

ilu

sTr

as

i: d

an

i Yu

nia

rTo

� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013

D a r i r E d a K s i

Pemimpin Redaksi

Imung Yuniardi

Redaktur Pelaksana

Yuliyanti

Kontributor

Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia

Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,

Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri

Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,

Yeti Chotimah

Ilustrasi

Dani Yuniarto

Tata Letak

MS Lubis

Alamat Redaksi

Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.

183 Pelemsewu, Panggungharjo,

Sewon, Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia 55188

Telp/Fax: 0274-411123

Email: [email protected]

Website: http://kombinasi.net

KOMBINASI diterbitkan oleh

COMBINE Resource Institution

(CRI) atas dukungan Ford

Foundation.

COMBINE Resource Institution

adalah lembaga yang

mendukung pengembangan

jaringan informasi berbasis

komunitas. Komunitas

menggali, mengolah, dan

mengkomunikasikan informasi

demi penguatan masyarakat

sipil di Indonesia.

Bila ingin lebih banyak meli­hat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda di­bandingkan aksi Olga Syah­

putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok ke­senian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Ju­nior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerin­tah melalui revisi UU Penyiaran.

Terpaan informasi yang dikendali­kan media arus utama memang sede­mikian dahsyat sehingga kerap mem­buat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di de­pan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrol­an kita dipenuhi oleh kehebohan so­sok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Pada­hal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di se­luruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.

Entah hal­hal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyara­kat cuma bisa terlongong­longong me­lihat pemerintah dan penguasa mo­dal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.

Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daf­tar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi ten­tang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang De­partemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagai­mana jaringan televisi nasional bera­mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al re­vi­e­w UU Penyiaran pada Mahkamah Kons­titusi yang berujung pada pengemba­lian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.

Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang be­lum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewa­jiban televisi berjaringan. Dan itu tan­pa sanksi sama sekali. Padahal klau­sul itulah salah satu yang menjadi pra­syarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.

Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum di­lakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demo­kratisasi penyiaran masih minim. Ki­ta bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masya­rakat. Agar kita tak mudah dibuat lu­pa, dan menjadi tak berdaya.

ilu

sTr

as

i: d

an

i Yu

nia

rTo

D a r i r E d a K s i

Pemimpin RedaksiImung YuniardiRedaktur PelaksanaIdha SaraswatiKontributorMing Ming Lukiarti, Ferdy S Putra, Maryani, Fatchur Rahman, M AfandiIlustrasiDani YuniartoSampulDani YuniartoTata LetakMS Lubis

Alamat RedaksiJalan KH Ali Maksum RT 06 No. 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia 55188Telp/Fax: 0274-411123Email: [email protected]: http://kombinasi.net

Kombinasi adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan oleh Combine Resource Institution atas dukungan dari Ford Foundation.

Combine Resorce Institution adalah lembaga yang mendukung pengembangan jaringan informasi berbasis komunitas.

Redaksi Majalah Kombinasi menerima opini, resensi, maupun tulisan berbasis peliputan seputar tema media komuni-tas. Panjang tulisan sekitar 6.000 karakter (with spaces), dengan men-can tum kan foto untuk tulisan non opini, dan dikirim ke [email protected]. Redaksi berhak memilih dan menyun ting tulisan yang masuk ke maja lah Kombinasi. Penulis yang karya nya dimuat akan mendapat honor sepantasnya.

Secara garis besar, film Holly­wood berjudul Promise Land mengisahkan upaya se bu ah per usahaan gas alam mem bu­

juk warga di sebuah de sa kecil di Ame­rika Serikat agar meng ijinkan eks plo­itasi gas di la han mereka. Masyarakat di desa itu digambarkan be gitu mis­kin dan mi nim akses informasi. Aki­bat nya se ba gi an di an ta ra nya setuju un tuk menandatangani kontrak ka re­na iming­iming uang yang besar, ser­ta yang pa ling pen ting, janji per usa­ha an bahwa pro ses eks ploitasi akan berjalan aman dan ti dak menggang­gu ke hi dup an ma sya rakat.

Ternyata di kemudian hari muncul informasi yang bertolak bela kang. Pro­ses eksploitasi yang akan dilakukan itu ternyata dampaknya sa ngat ber­ba haya, tidak saja un tuk ter nak tapi bah kan untuk ma nu sia. Informasi ini disebarkan ke ko mu ni tas melalui pam­flet se hing ga men do rong warga un­tuk men dis kusikan nya, dan ujungnya kemudian adalah war ga menolak ren­cana perusahaan gas tersebut.

Di Indonesia, nun jauh dari Hol ly­wood, situasinya kurang lebih seper­ti itu. Upaya penghisapan sumber da­ya alam melalui penambangan yang

me ru sak lingkungan terus dilakukan. Upa ya ini selalu dibarengi pe nye bar­an informasi sepihak dari per usa ha­an bahwa semuanya aman, se suai hu­kum dan akan membawa ke se jah te­ra an bagi komunitas setem pat.

Inilah ujian bagi komunitas terse­but. Saat mereka memiliki informasi yang berbeda tentang dampak peng­hi sap an tersebut, me re ka mes ti ber­ta rung untuk me nye barkan nya pada publik. Tentu bu kan per ta rung an yang seimbang dan ideal, meng ingat per­usa haan kor po rasi dengan da na tidak terbatas akan meng gu na kan ba nyak cara termasuk mem ben tuk opi ni le wat media arus utama yang le bih massif.

Akan tetapi, ketika membaca edisi ini, kita ta hu bahwa komunitas di Rem­bang, di Kulonprogo, di Sido arjo dan mung kin di banyak tem pat lain me­mi liki ca ra guna mem per ta han kan ke­dau lat an wilayahnya. Mereka pan tang me nye rah menyebarkan infor ma si se­sung guh nya pada publik, bah kan bila perlu dengan melakukan ak si. Men­ja di tugas kita membantu mere ka de­ngan cara yang kita bisa, ter masuk ikut menyebarkan infor masi da ri mereka agar publik tak ha nya di su guhi infor­masi ciptaan korporasi.

ilu

str

as

i: v

iEn

na

-wv.

co

m

� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013

D a r i r E d a K s i

Pemimpin Redaksi

Imung Yuniardi

Redaktur Pelaksana

Yuliyanti

Kontributor

Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia

Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,

Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri

Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,

Yeti Chotimah

Ilustrasi

Dani Yuniarto

Tata Letak

MS Lubis

Alamat Redaksi

Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.

183 Pelemsewu, Panggungharjo,

Sewon, Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia 55188

Telp/Fax: 0274-411123

Email: [email protected]

Website: http://kombinasi.net

KOMBINASI diterbitkan oleh

COMBINE Resource Institution

(CRI) atas dukungan Ford

Foundation.

COMBINE Resource Institution

adalah lembaga yang

mendukung pengembangan

jaringan informasi berbasis

komunitas. Komunitas

menggali, mengolah, dan

mengkomunikasikan informasi

demi penguatan masyarakat

sipil di Indonesia.

Bila ingin lebih banyak meli­hat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda di­bandingkan aksi Olga Syah­

putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok ke­senian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Ju­nior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerin­tah melalui revisi UU Penyiaran.

Terpaan informasi yang dikendali­kan media arus utama memang sede­mikian dahsyat sehingga kerap mem­buat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di de­pan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrol­an kita dipenuhi oleh kehebohan so­sok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Pada­hal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di se­luruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.

Entah hal­hal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyara­kat cuma bisa terlongong­longong me­lihat pemerintah dan penguasa mo­dal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.

Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daf­tar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi ten­tang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang De­partemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagai­mana jaringan televisi nasional bera­mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al re­vi­e­w UU Penyiaran pada Mahkamah Kons­titusi yang berujung pada pengemba­lian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.

Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang be­lum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewa­jiban televisi berjaringan. Dan itu tan­pa sanksi sama sekali. Padahal klau­sul itulah salah satu yang menjadi pra­syarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.

Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum di­lakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demo­kratisasi penyiaran masih minim. Ki­ta bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masya­rakat. Agar kita tak mudah dibuat lu­pa, dan menjadi tak berdaya.

ilu

sTr

as

i: d

an

i Yu

nia

rTo

Page 3: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 3

I n f o s E K i l a s

KIM Malaysia dan Brunai Darussalam Kunjungi KIM VII Koto Talago

limaPuluH Kota

Pada Minggu (25/5), tiga Ke­lompok Informasi Masyara­kat (KIM) dari Malaysia dan Brunai Darussalam me ngun­

jungi KIM VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Li ma pu luh Kota, Sumatera Barat. KIM ter se but adalah KIM Selangor, KIM Ne ge ri Sembilan, dan KIM Per se ku tu an Tanah Melayu.

Mereka datang didampingi Direk­tur Layanan Luar Negeri Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Ke­pala Dinas Perhubungan Kominfo Ka­bupaten Limapuluh Kota. Salah sa tu KIM yang dikunjungi ialah Ke lom pok Senior Ganepo UP3HP Padang Kan­di, Nagari VII Koto Talago, yang me­ru pakan binaan KIM VII Koto Talago. Sesampainya di lokasi acara, delegasi KIM negara Malaysia dan Brunai Da­russalam disambut dengan Tari Pa­sam bahan oleh anak nagari VII Koto Ta lago.

Dalam sambutannya, Wali Nagari VII Koto Ta lago Jon Hen dri menutur­kan, keberadaan KIM VII Koto Talago

diawali lewat kegiat an Prog ram Pem­berdayaan Petani me la lui Tek no logi In formasi Pertanian (P3TIP) yang di­mulai pada 2008. Ke ti ka prog ram ter­se but ber akhir pa da 2012, kelompok peser ta program tersebut te tap eksis me la ku kan kegiat an di bi dang pem­ber da yaan Sum ber Daya Manusia me­lalui pe man faatan teknolo gi infor ma­si per ta ni an. Inilah awal mula ber di­ri nya KIM VII Koto Talago.

Sampai saat ini KIM VII Koto Ta la­go terus melakukan kegiatan seper ti pelatihan pengenalan serta apli ka si me dia internet sebagai media pema­saran, toko online, dan work shop UM­KM untuk pelaku usaha. Pelatihan ini merupakan kerjasama an ta ra Pe me­rin tah Nagari VII Koto Ta la go, KIM VII Koto Talago, dan tim pengab di an ma­syarakat dari Uni ver si tas Ne ge ri Pa­dang (UNP).

Adapun untuk sosialisasi program PNPM, tim sosialisasi KIM VII Koto Ta lago bekerja sama dengan Radio Ko­munitas Taratak FM. Acara kun jung­

an ini juga diliput serta di si ar kan se­ca ra langsung oleh Radio Komunitas Taratak FM. KIM VII Koto Talago be­ker ja sama dengan pemerintah setem­pat dan SMKN 2 Guguak ju ga sudah memiliki media online www. 7kotota lago.limapuluhkota.org.

Heri Niz war, Ketua KIM VII Koto Ta­lago, dalam presentasinya menje las­kan, KIM ini bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan dan kese­jah teraan masyarakat, serta menjadi mitra kerja pemerintah da lam me nye­barluaskan informasi pem ba ngunan kepada masyarakat sesuai de ngan si­tuasi dan ke bu tuh an ma sya ra kat. KIM juga menjadi jembatan in for masi da­ri pemerintah ke pada ma sya ra kat dan sebaliknya.

Salah satu delegasi KIM Sela ngor, Malaysia, mengaku amat se nang dan berterima kasih atas sambutan yang diberikan. Pihaknya juga kagum ter­ha dap produk­produk yang di ha sil­kan mitra binaan KIM VII Ko to Ta la­go. www.suarakomunitas.net

su

ar

aK

om

un

ita

s.n

Et

Page 4: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20144

I n f o s E K i l a s

Rencana pembangunan pab­rik semen baru di Kabu paten Rembang oleh PT Se men In­donesia akan direa li sa si kan

pada 2014 ini. Hanya saja, pele takan batu pertama sebagai penanda di mu­lainya bangunan pabrik yang dijad wal­kan dilakukan pada medio Ju ni di pas­ti kan molor dari rencana awal. Demi­kian kata staf Biro Hu mas Se men In­donesia Faiq Ni ya zi, Ming gu (8/6).

“Pembangunan pabrik akan dila ku­kan tahun ini. Memang untuk ren ca­

Media Harus Berimbang Beritakan Capres-Cawapres

Semen Indonesia Siap Diskusi dengan Kelompok Penolak

na peletakan batu pertama yang ka mi jadwalkan pada Juni ini, mun dur da­ri rencana awal,” terang nya.

Sementara itu, tentang munculnya penolakan dari se bagian ele men ma­sya ra kat terkait dengan ren cana pem­ba ngun an pabrik, pihaknya mengaku telah berupaya meng ajak mereka ber­diskusi, ter uta ma yang terkait de ngan alasan keberatan mereka yang menye­but ka wasan rencana pab rik terletak pada kawasan karst Pe gu nung an Ken­deng Utara yang di lin dungi.

“Belum lama ini, perusahaan telah mengundang kelompok warga yang menentang rencana pendirian pabrik semen untuk diskusi bersama de ngan mendatangkan para ahli karst dari be­berapa universitas di Yog yakarta. Ta­pi mereka urung datang dengan ala­san mereka menghendaki da tang da­lam jumlah besar bukan ha nya per wa­kilan,” katanya.

Faiq juga menegaskan bahwa ren­cana pem bangunan pabrik semen di Rem bang tak menabrak regulasi. Hal itu bisa dilihan dengan terbitnya Ke­pu tus an Menteri ESDM No. 2641K/ 40/MEM/2014 Tentang Pe ne tap an Ka­wasan Bentang Alam Karst Su ko li lo.

“Kementerian Energi dan Sumber Da ya Mineral (ESDM) telah menerbit­kan serta memberlakukan keputusan Menteri ESDM Nomor 2641K/40/ME M/2014. Peraturan ter se but men jadi dasar perlindungan kawasan karst Pe­gunungan Kendeng Utara yang mem­bentang dari Kabupaten Grobogan, Blora, dan Pati. Sedangkan Rembang tidak termasuk dalam ke pu tus an ter­sebut sehingga tidak per lu lagi diper­debatkan,” tegasnya.

Meskipun demikian Manajemen PT Se men Indonesia membuka diri bagi pihak­pihak yang kontra untuk disku­si dalam koridor ilmiah. “Kita siap un­tuk berdiskusi dengan kawan­ka wan yang tidak setuju sepanjang di ser tai dengan agumentasi ilmiah,” pung kas­nya. www.suarakomunitas.net

rEmbang

lomboK utara

foto

-fo

to: s

ua

ra

Ko

mu

nit

as

.nE

t

BEBERAPA media televisi nasional, online, dan media cetak hampir setiap saat menyuguhkan berita terkait pemilihan calon presiden beserta wakilnya. Tetapi ka­dang­kadang berita yang disuguhkan membuat pemi­lih tambah bingung karena tidak berimbang. Demi ki­an ungkap Jaelani dalam Forum Warga III yang digelar Radia Komunitas Primadona, Sabtu (7/6) malam.

Sebuah stasiun televisi, lanjut Jaelani, pernah me­nam pilkan hasil survei kedua pasangan capres­ca wa­pres. Namun, survei tersebut dinilai sebagai hasil re­ka yasa karena sering memojokkan salah satu pa sang­

an capres. “Hasil survei yang ditampilkan oleh sa tu te­levisi nasional saya rasa hanya buatan be la ka,” ujar Jae­lani. Seharusnya, lanjut Jaelani, berita yang di sampai­kan media adalah berita yang tepat, aku rat dan terper­caya, bukan opini yang tidak jelas sum ber nya.

Sementara Taufiq dari Kecamatan Sembalun Kabu­paten Lombok Timur menilai, visi­misi kedua pasang­an capres­cawapres sudah cukup baik. Hanya saja, ma­sing­masing pendukung perlu menyampaikan isi dan misi itu dengan bahasa yang santun sehingga ti dak sa­ling menyalahkan. www.suarakomunitas.net

Page 5: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 5

KELoMPoK petani kopi di Kabupa­ten Bantaeg, Sulawesi Selatan, men­da pat kunjungan dari Ford Found a­tion. Kunjungan tersebut me rupakan bentuk evaluasi Project Bawakara eng Coffee tahap I yang dilakukan oleh Ya­yasan Pensa Agro Man di ri (Ya pen sa) yang didanai Ford Foun da tion.

Kunjungan itu dimulai dari kebun pembibitan yang berlokasi di Dusun Panjang Utara, dilanjutkan ke Sekre­tariat Kelompok Tani Baji Ati 2 untuk melihat cara pengolahan kopi arabi­ka, mulai dari penggilingan buah ge­lon dongan hingga masuk dalam me­sin Pulper untuk menjadi Kopi Gabah yang disebut dengan pulping.

Lalu rombongan menuju Sanggar Tani yang berada di Kebun Percontoh­an Dusun Bawa', kemudian ke sek re­tariat Kelompok Tani Baji Am pe. Haji

TIDAK hanya Pulau Dewata yang memiliki air suci, masyarakat Du­sun Petung, Desa Kepuharjo, Cang­kringan, Sleman, DI Yog ya karta ju­ga memiliki air suci. War ga se ki­tar menyebutnya dengan na ma Ka­li Batur, kali yang berasal da ri se­buah mata air yang sampai ki ni ti ­dak pernah habis.

Ketika ada pernikahan ataupun sunatan, warga yang punya hajat selalu mengambil air di mata air Kali Batur yang digunakan untuk masak dan mandi. Hal ini dilan­dasi kepercayaan bahwa air dari Kali Batur memberikan berkah.

Setiap bulan Ruwah dalam pe­nanggalan jawa, warga sekitar me­miliki tradisi Dandan Kali. Tradisi ini sudah ada sejak za man nenek moyang, dan terus dilakukan se ca­ra turun temurun hingga saat ini. Dandan kali ada lah sebuah tradi­si untuk mem ber sih kan mata air, yang diakhiri kenduri de ngan me­nyembelih seekor kam bing.

Meski kondisi Kali Batur tidak seperti dulu akibat Erupsi Merapi, warga masih melestarikan tradisi ini, yang tahun ini berlang sung pa­da Sabtu (8/6) dan Ming gu (9/6). Pada hari ter akhir, war ga meng­ungkapkan syu kur atas rah mat Tu­han beru pa air yang tidak pernah ha bis de ngan me nyem belih kam­bing. Untuk kenduri, warga biasa­nya memba wa am beng, yakni nasi yang ditem patkan di wadah besi, leng kap dengan lauk, jajan pasar, dan buah yang di bung kus ules atau kain. www.suarakomunitas.net

Lestarikan Tradisi Dandan Kali

Ibu Pekka Berkarya dengan Sampah

Petani Kopi Butuh Pelatihan Budidaya

buton

bantaEng

slEman

SAMPAH tak selamanya menjijikkan. Hal ini dibuktikan Ibu PEKKA Ke­lompok Kuncup Mekar Desa Wajahjaya, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yang membuat kerajian tangan be­rupa tas keranjang dari bahan bekas.

Proses pembuatan satu tas keranjang itu membutuhkan waktu dua minggu. Bahan dasarnya menggunakan gelas bekas minuman siap saji dan tali tambang kecil berwarna biru sebagai penyatunya, serta pipa elas tis bening berukuran kecil sebagai pegangannya. Tas keranjang ini mampu memuat beban hingga lima kilogram.

“Yang penting mau melakukannya, sampah pun bisa menjadi karya yang bagus dan memiliki kegunaan. Tetapi kami belum memasarkanya karena masih membutuhkan bahan lain agar terlihat lebih cantik lagi,” tutur Yuliatin ketua kelompok tersebut. www.suarakomunitas.net

Jumali, Ketua Kelompok Tani Bum des Labbo, mengaku amat ber syu kur de­ngan adanya Yapensa dan Ford Foun­da tion di Desa Labbo. Ia ber ha rap ke depan Yapensa bisa mem be ri kan pe­la tihan budidaya, karena Dinas Per­kebunan se tem pat ti dak lagi me nye­diakan tenaga pe nyu luh un tuk bu di­da ya kopi.

Selain itu, ia berharap subsidi un­tuk petani, misalnya berbentuk pupuk. Harapan senada diungkapkan se jum­lah petani yang men da pat kesem pat­an untuk bicara. Se la in itu, pe ta ni ju­ga berharap ada ban tu an ak ses ja lan ke kebun kopi yang jarak nya ja uh.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Ya­pen sa Hermansyah Gafur menjelas­kan bah wa ke depan Ya pensa su dah me ren ca na kan ada nya perubah an po­la da ri per te mu an kelom pok yang ada pada tahap I men jadi kegiatan seko­lah lapang. Se dang kan Pimpinan Ford Foun dation menjelaskan bahwa ban­tuan akan disesuaikan ke bu tuhan dan kemampuan, karena ada hal yang bi­sa dibantu dan ada yang ti dak. Ford Foundation, misal nya, tak bisa mem­buat jalan karena itu tugas Pe merin­tah Dae rah yang bi sa dilaku kan lewat PNPM. www.suarakomunitas.net

Page 6: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20146

U t a m a

senin (16/6) pagi, media sosial (med­sos) riuh oleh informasi menge nai ben trok antara ibu­ibu dengan apa­rat keamanan di sela acara bertema

'Doa Persiapan Pembangunan Pabrik Se men di Rembang'. Informasi yang beredar sim­pang siur. Berbagai akun di medsos meng­amini bahwa bentrokan tersebut be nar ter­jadi. Namun tidak demikian di me dia massa arus utama. Ka bar itu se per ti luput dari per­hatian para jur na lis yang ha dir di acara itu.

Fakta tentang bentrokan tersebut nyaris tidak ada di media massa pada hari kejadian. Kabar itu hanya tersebar di medsos yang me­nampilkan foto­foto keja di an di lapang an se­bagai bukti. Bahkan Gu ber nur Ja wa Te ngah Gan jar Pranowo pun tak ta hu apa yang se­benarnya terjadi. Da lam cuit nya di Twitter pada 16 Ju ni 2014, Gan jar me nga ta kan, “Ra­tusan SMS ke saya so al se men Rem bang. Ada yg me nga ta kan ter ja di ben trok. Ada yg bi­lang tdk. Ada yg bs ksh in fo la pang an?”

Sesampainya di lokasi, terlihat dua tenda yang tampaknya dipasang seadanya. Tenda itu didirikan Senin malam oleh warga seba­gai respons lanjutan terhasap acara yang di­gelar siang sebelumnya. Namanya tenda per­juangan. Tenda beratap terpal biru itu di tem­pati 80­100 warga, mayoritas pe rem pu an, yang menolak pendirian pabrik se men.

Mereka memutuskan untuk menduduki area tersebut dan mendirikan tenda daru­rat hingga alat berat tambang ditarik kelu ar dari lokasi. Dengan kata lain, mereka akan berada di tenda tersebut hingga batas wak­tu yang tidak ditentukan.

Membantah

Terkait dengan informasi bentrokan anta­ra aparat dengan warga yang beredar di med­sos, pihak keamanan membantah. Di sejum­

Selasa (17/6) pagi, jalan menuju desa itu begitu sunyi. Tak banyak aktivitas warga yang tampak. Pada rentang jarak sekitar empat kilometer dari jalan utama, hanya tiga sampai empat kerumunan petani yang tampak tengah beristirahat di tepi jalan tak beraspal. Mata kami sesekali mawas terhadap ge-rak-gerik orang berseragam, atau yang tidak berseragam, namun terlihat asing. Kemawasan kami bu-kan tanpa alasan mengingat tempat yang akan kami datangi adalah lokasi konflik antara war ga Keca-matan Gunem, Rembang, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia yang pecah sehari sebe lum nya. Aparat keamanan tampak berjaga memantau siapa saja yang masuk ke area tersebut.

lah media, polisi dan sejumlah pejabat dae­rah menyatakan tak ada bentrokan de ngan ibu­ibu. Kepala Kepolisian Resort (Kapol res) Rembang AKBP M Kurniawan, se per ti di ku­tip humas.polri.go.id, menolak bah wa te lah terjadi bentrokan antara pihak ke po li si an de­ngan ibu­ibu.

Hal senada diungkapkan salah satu ang­gota DPRD Rembang, A'ang Maskur. Selama mengikuti prosesi acara doa bersama ter se­but, ia mengaku tidak melihat adanya keri­but an, terlebih bentrokan.

Kami pun mencoba mengecek kesim pang­siur an tersebut ke sejumlah pihak. Kepala ke aman an sipil PT Semen Indonesia proyek Rem bang Sutikno, berpendapat serupa. “Ti ­dak ada bentrokan, hanya ibu­ibu kami ping­girkan karena menghalangi jalan ma suk ta­mu undangan,” ujarnya.

Di pihak lain, warga mengakui ada tindak­an represif aparat terhadap aksi damai ibu­ibu yang menolak pembangunan pabrik se­men di daerahnya. Yani (25), salah satu war­ga Desa Timbrangan, Kecamatan Gu nem me­ngatakan bahwa ketika aksi da mai berlang­sung, beberapa polisi memeganginya agar ti­dak menerobos ba ris an aparat yang sedang mengawal ke da tang an tamu undang an.

Selain Yani, beberapa rekannya pun men­dapatkan perlakuan serupa. Ibu Mur ti ni, mi­salnya. Setelah bertahan dengan ber ba ring di tengah jalan, tiba­tiba tubuhnya diangkat oleh beberapa polisi yang kemudian me lem­parkannya ke semak­semak. Aki bat nya Mur­tini jatuh pingsan dan segera di to long oleh rekan­rekan lainnya.

Tak hanya kaum perempuan yang mem­peroleh perlakuan kasar aparat. Kaum pria yang ikut mengawal aksi mendapatkan per­la ku an serupa, khususnya mereka yang ber­pe ran sebagai dokumentator aksi. Sedikitnya

Tenda Perjuangan Menolak Pabrik Semen

Oleh FeRDHI S PUTRA, M AFAnDI, dan FATCHUR RAHMAn

Page 7: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 7

empat warga yang memegang ka me ra pe re­kam ditangkap aparat dan di in te ro ga si. Su­silo, salah seorang warga yang di tangkap me­ngatakan bahwa saat sedang me re kam ak­si aparat, ia diringkus dan lang sung di bawa ke mobil patroli. Saat coba me ne rus kan pe­rekaman dari dalam mobil, se orang po lisi me ngancamnya. “Matikan, mas, atau kame­ra nya saya banting!”

Jumlah warga yang ditahan polisi ketika kejadian adalah tujuh orang, yang terdiri da­ri enam laki­laki dan satu perempuan. Me­re ka ditahan tanpa alasan yang jelas, kecua­li dituduh sebagai provokator, dan tidak me­miliki kartu pers.

Klarifikasi SulitSetelah berhasil mengumpulkan informa­

si dari warga, kami beranjak ke bebe rapa institusi guna meminta klarifikasi ten tang apa yang terjadi di area sekitar ta pak pab­rik semen di Kecamatan Bulu, Rembang. Be­berapa di antaranya adalah Pe rum Perhuta­ni, PT Semen Gresik proyek Rem bang, Pelak­sana Tugas Bupati Rembang, Bap pe da, Dinas ESDM wilayah Rembang, Ba dan Ling kung­

an Hidup (BLH) wilayah Rem bang dan Pol­res Rembang.

Tujuan pertama adalah Perhutani. Lem­baga pemerintah ini dipilih karena dianggap bertanggungjawab dalam perluasan area pab­rik semen di daerah tersebut. Per hu tani dan PT Semen Indonesia telah menyepakati tu­kar guling hutan untuk dijadikan areal tam­bang seluas 57 Hektar. Itu ke mu di an menja­di pintu masuk bagi PT Se men Indo ne sia un­tuk membuka per tam bang an di Bulu.

Pihak Perhutani Mantingan yang diwakili Ismartoyo dari bagian Humas mengatakan bahwa tukar guling hutan tersebut bukanlah kebijakan mereka, melainkan kebijakan Ke­menterian Kehutanan.

Penelusuran berlanjut ke Kantor PT Se­men Gresik proyek Rembang. Sebagai infor­masi, sebelum berganti nama menjadi PT Se­men Indonesia pada 2012, perusahaan ter­sebut bernama PT Semen Gresik. Sementa ra Semen Indonesia Group adalah Ba dan Usaha Milik Negara (BUMN) yang me na ungi be be­rapa perusahaan semen besar se per ti PT Se­men Gresik, PT Semen Tonasa, PT Se men Pa­dang dan Thang Long Cement (Vietnam).

Ibu-ibu membawa

poster berisi penolak-

an terhadap pabrik

semen di Rembang.

Ko

mb

ina

si

Page 8: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20148

U t a m a

Di kantor tersebut, tak ada satu pun per­wakilan yang mau memberikan penjelasan. Pihak perwakilan malah mengimbau kami untuk mendatangi kantor pusatnya di Gre­sik, Jawa Timur. Hal serupa terjadi di lokasi­lokasi berikutnya: Kantor Bupati, Bappeda, Dinas ESDM dan BLH. Tapi tak satu pun ber­sedia memberikan klarifkasi soal ben trok, maupun memberikan data dan fak ta terkait keberadaan pabrik semen di Rem bang.

Begitu juga ketika kami mendatangi Pol­res Rembang. Wakapolres Rembang yang ber hasil ditemui tidak berani memberikan kla rfikasi dengan alasan tidak ingin me lang­kahi Kapolres yang pada saat itu sedang ti­dak berada di kantor.

Sikap UlamaBeberapa ulama juga bersikap atas pen­

dirian pabrik semen di Rembang. KH Ubai­dil lah Achmad, misalnya. Dia adalah to koh ula ma yang selama ini cukup intens berko­mu ni kasi dengan warga perihal kon flik pab­rik semen. Di hari ketika warga meng alami represi, ulama yang akrab dipanggil Gus Uba­id ini adalah orang yang melobi apa rat agar mau memberi ruang pada warga untuk men­dirikan tenda protes di de kat ta pak pabrik.

Mengenai keberadaan pabrik semen, Gus Ubaid secara terang­terangan menolak. Ia khawatir pendirian pabrik semen akan meng­ubah kultur keagamaan atau spiritual ma­sya ra kat. “Sebab, tiap industri masuk desa selalu dibarengi dengan adanya ko mer si a li­sasi yang berdampak buruk pada perubahan gaya hidup dan pergaulan ma sya ra kat. Apa­lagi industri yang datang ka te gori high ca pi­tal (bermodal be sar),” katanya.

Namun dalam sebuah konferensi pers 27 Juni 2014, Gus Ubaid menyatakan mundur da ri aktivitas pendampingan warga. Alasan­nya, warga sudah tak mengindahkan tra disi norma kemasyarakatan dan agama yang di­tetapkannya, misalnya dengan te tap ber ta­han menggelar demo di tenda men je lang da­tangnya Ramadhan. Selain itu, Gus Ubaid ju­ga menengarai penolakan warga un tuk pu­lang dipicu adanya pihak lain yang ber ma in di belakangnya.

Di pihak lain, Ming Ming Lukiarti, pegiat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Ken­deng (JMPPK) Rembang, membantah hal itu. “Tidak ada intervensi dari aktivis yang di­mak sudkan (...) Pergerakan ini ada lah per­ge rak an masyarakat yang ha rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu kan per­

gerakan elit yang hanya me mas rah kan se ga­la urusan kepada aktivis,” te rang nya.

Selain Gus Ubaid, ulama yang juga me nya­takan diri berpihak pada perjuangan war­ga adalah KH Yahya Cholil Staquf, Peng asuh Pondok Pesantren Rudlatul Tholibien Rem­bang. Gus Yahya menyatakan dengan te gas keberpihakannya kepada warga. Alas annya cukup berbeda dengan Gus Ubaid yang le bih memperhatikan faktor kultural. Gus Yahya menekankan bahwa perjuangan warga me­lawan pendirian pabrik semen tidak se ma­ta­mata urusan ekonomi, tetapi juga ke les­ta rian alam dan pemanfaatan sumber da ya alam yang melimpah di Rembang.

Salah satu alasan warga dan aliansi ma­sya rakat Rembang menolak pabrik semen ada lah karena di areal proyek tersebut terda­pat banyak sumber mata air berupa su ngai bawah tanah, dan gua karst yang me ru pa kan pilar keseimbangan ekosistem di Rembang dan Pegunungan Kendeng. Apa bila semua itu hancur, ekosistem pun akan terganggu. Im­basnya tidak hanya terdampak pada keru­sak an lingkungan, melainkan ju ga pada ben­ca na yang lebih besar, yakni kemanusiaan—akibat kekeringan dan paceklik.

SolidaritasHingga berita ini ditulis, sudah lebih dari

tiga pekan warga melakukan aksi pen du duk­an. Berbagai bentuk solidaritas pun dilaku­kan oleh individu maupun kelompok di ber­bagai daerah—Jakarta, Yogyakarta, Sema rang, Bandung, Surabaya, Palembang, Ma lang, Ma­kassar, Ternate, Karawang, Lam pung, bahkan Australia dan Hong Kong—yang pe duli ter­hadap perjuangan warga.

Sejumlah tokoh baik lokal maupun na si o­nal juga menyambangi mereka un tuk seka­dar memberi semangat, atau meng im bau me­reka untuk menghentikan aksinya. Ibu­ibu itu bergeming. Mereka bersikukuh bertahan di tenda perjuangan. Mereka meng aku tak akan mundur meski ula ma menyuruh mere­ka kem bali ke rumah. Me re ka tak akan me­nye rah meski kepolisian meng an cam de ngan penjara, pun tidak mau ber kom pro mi keti ka gubernur meminta me re ka me la ku kan ak si dengan cara yang le bih 'elegan'.

Namun, masih ada yang mampu membu­at me reka mau menghentikan aksinya dan kem bali ke rumah, menjalani kehidupan se­per ti sedia kala: berhentinya operasi pendi­rian pabrik semen dan ditarik keluarnya alat­alat berat dari kampung mereka.

Pergerakan ini ada lah per ge rak-an masyarakat yang ha rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu kan per gerakan elit yang hanya me-mas rah kan se ga-la urusan pada aktivis.

Page 9: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 9

Perbukitan batu gamping di Gunung Watuputih terletak di tenggara Ka­bupaten Rembang. Gunung ini ma­suk wilayah Kecamatan Sale dan Ke­

camatan Gunem di Rembang, serta sebagian kecil termasuk wilayah Kabupaten Blora.

Menurut hasil penelitian oleh Dinas ES­DM Provinsi Jawa Tengah dan Direktorat Jen­de ral Geologi dan Sumber Daya Mineral pa­da 1998, perbukitan Gunung Watuputih me­ru pa kan bentang alam karst yang terbentuk pada zaman pliosen. Secara hidrogeologis, pada tempat tertentu akan terben tuk salur­an bawah permukaan yang me mung kin kan terbentuknya mata air berdebit besar.

Hasil survei lapangan Semarang Ca ver As­sociation dan Jaringan Masya ra kat Peduli Pe­gunungan Kendeng Rem bang ditemukan 49 goa dan 109 sum ber mata air alami.

Tidak banyak yang tahu ada banyak fakta di balik gerakan penolakan pendirian pabrik semen di Rembang. Maklum, sebagian besar isi berita di media arus utama hanya mengulas sisi permukaan yang tampak, yaitu aksi masyarakat melawan rencana pemerintah dan pengusaha. Padahal di balik itu, banyak fenomena sosial masyarakat dan kajian geologi yang penting diketahui khalayak.

Ancaman Tambang SemenNamun, penelitian tersebut seolah men­

ja di dokumen bisu tak berarti lantaran ren­ca na pendirian serta penambangan pabrik se men di Rembang terus berjalan bahkan di­du kung Pemkab Rembang. Perusahaan ter­se but antara lain PT Semen Indonesia, PT Gu­nung Mas Mineral, dan kemudian akan me­nyu sul Bo sowa.

Padahal secara hukum, setidaknya ada ti­ga regulasi yang menegaskan cekungan air tanah Watuputih adalah kawasan lin dung. Mu lai dari Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011, Perda Provinsi Jateng No. 6 Tahun 2010 yang semuanya tentang Tata Ru­ang Wilayah, hingga Keputusan Pre si den Re­pub lik Indonesia No. 26 Tahun 2011.

Aksi perusahaan­perusahaan semen yang terus melanjutkan proses pendirian pabrik

Tambang Semen Ancam Karst Gunung Watuputih Rembang

Oleh MInG MInG LUKIARTI

Bentuk Protes warga

atas keberadaan

tambang Semen Indo-

nesia di Rembang.

foto

-fo

to: d

oK

um

En

min

g m

ing

lu

Kia

rti

Page 10: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201410

U t a m a

jelas mengancam kerusakan ekologi. Selain membabat lahan hutan, penambangan kawa­san karst akan merusak sumber mata air. Se­la in dimanfaatkan oleh petani, sum ber ma­ta air di Gunung Watuputih juga dimanfaat­kan PDAM Rembang untuk melayani ma sya­ra kat Rembang dan Lasem.

Masyarakat di sekitar yang mayoritas pe­tani merasa resah. Bukan hanya kebutuhan air yang terancam, tapi sebagian lahan per­tanian produktif pun bakal hilang lantaran pabrik semen membutuhkan lahan yang sa­ngat luas. Pada ujungnya, semua hal ini akan melemahkan ketahanan pangan dae rah dan nasional.

Menurut Ketua Program Studi Teknik Geo­logi ITB Budi Bramantyo, kawasan karst me­nyimpan air tanah dengan sangat ba ik, se­la in menjadi habitat fauna penjaga ke se im­bangan ekologi. Karena itu, kawasan karst, terutama yang di dekat area pertanian dan permukiman penduduk mutlak perlu di lin­dungi (Kompas, 13/5/2014).

Di samping secara ekologi dan ekonomi, an cam an yang tak kalah mengerikan adalah ten tang meluasnya penyebaran virus HIV/AIDS. Sekarang di Rembang angka tertinggi penderita HIV/AIDS terdapat di Ke ca matan Sale yang merupakan kawasan per tambang­an. Di sana kerap terjadi protes warga ka re­na menjamurnya kafe dan warung re mang­remang yang diduga sebagai awal mu la pe­nye baran virus HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Rembang da ri tahun 2004­2013 mencapai angka 149 ka sus, 80 di antaranya berakhir dengan meninggal nya penderita.

Penolakan Warga Warga Rembang baik yang dekat maupun

jauh dengan calon lokasi tambang dan tapak pabrik sejak awal telah mela ku kan penolak­an. Beberapa saat ter akhir ge rakan ini ju ga di­dukung sejumlah pe san tren.

Gerakan masyarakat ini antara lain beru­pa kegiatan belajar bersama dan menguat­kan jaringan. Mereka selalu berswadaya un­tuk menghidupi gerakan. Mi sal nya de ngan iuran sesuai kemampuan, membentuk ke­lom pok yang menawarkan jasa te na ga untuk mendirikan rumah, memproduksi perak­per­nik terkait ge rak an yang ke mudian dijual dan keuntungannya ma suk ke kas kelompok.

Faktanya di lapangan belum semua lahan dibebaskan, masih banyak warga yang me­no lak menjual untuk dijadikan lo ka si pabrik atau pertambangan. Sebagian be sar warga yang telah menjual pun se betul nya ti dak me­miliki informasi akurat dan leng kap, misal­nya ada yang dijanjikan tanahnya dibeli un­tuk ditanami pohon jarak. Ini membuktikan minimnya sosialisasi yang tran s pa ran pada seluruh masyarakat ten tang rencana terse­but. Tapi tetap saja in ti mi dasi sering di alami oleh warga yang me no lak, ba ik ber asal dari perangkat desa, apa rat mau pun orang yang mengaku dari per usa ha an se men.

Dampak bagi Perekonomian Warga Dalam berbagai kesempatan, pemerintah

baik daerah maupun pusat selalu menyata­kan penambangan dan pendirian pabrik se­men akan meningkatkan perekonomian da­e rah melalui peningkatan PAD. Tapi se mua itu belum tentu benar. Data BPS Rembang menyebutkan catatan pertumbuhan ekono­mi tahun 2011 di Rembang adalah 4,4%. Sum­bangan sektor pertanian adalah 44,75%, sek­tor perdagangan 17,38% dan paling kecil ada­lah sektor pertambangan sebesar 1,6 7%.

Bayangkan saja jika sektor pertanian ma­ti, maka separuh PAD akan hilang. Da ri po­tensi yang ada, pemerintah justru ha rusnya fokus memajukan pertanian. Pe nam bang an hanya akan menimbulkan ke ru sak an alam, apalagi jika dilakukan di kawasan lindung. Umur ekonomis perusahaan tam bang amat terbatas, beda dengan umur eko no mis la han produktif pertanian yang tak ter ba tas.

Ming Ming Lukiarti

Aktivis Lingkungan, Koordinator

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan

Kendeng (JMPPK) Rembang

Salah satu sungai

bawah tanah di dalam

goa di Gu nung Watu-

putih, Kabu pa ten

Rem bang.

Page 11: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 11

Sekitar enam bulan terakhir, Purwaningsih (55) sudah bisa berdiri dan berjalan kaki tanpa bantuan orang lain. Ini adalah perkembangan yang baik, mengingat sebelumnya selama tak kurang dari tiga tahun ia hanya bisa tergolek di ranjang sambil merintih kesakitan.

Purwaningsih adalah korban ledakan gas metan di rumahnya sendiri yang berada di seberang tang gul lumpur Lapindo, tepatnya di De sa Si ring Ba­

rat, Porong, Kabupaten Si do ar jo, Ja wa Timur. Waktu itu tahun 2010. Ge lem bung gas me­tan yang gampang ter ba kar ber mun cul an di are al sekitar tanggul lum pur La pino. En tah dari mana, pada 7 Sep tem ber menje lang ma­lam, api tiba­tiba mun cul di ru mah nya dan menjalar dengan ce pat.

Purwaningsih yang sedang berada di da­lam rumah tidak kuasa menghindar. Api pun menyambar tubuhnya. Anaknya juga mende­ri ta luka bakar meski tidak separah diri nya. Rumahnya turut terbakar. Sejak hari itu, ia dan keluarganya harus pindah rumah. Me­re ka kemudian menempati rumah pe ning­gal an keluarga yang lokasinya tak ter lalu ja­uh dari rumah yang terbakar. Di da lam ru­

mah itu, Purwaningsih hanya bisa ter ba ring. Semua aktivitas dari ma kan sampai buang air dilakukan di atas tem pat tidur.

Hampir seluruh kulit tubuhnya melepuh se hingga dokter memvonisnya akan cacat se­umur hidup. Ia harus melalui prosedur ope­rasi berkali­kali untuk mengatasi luka ba kar­nya. Daging di perutnya diambil un tuk me­nam bal daging di tangan dan kaki. Se dang­kan suami dan anaknya harus pon tang­pan­ting mencari biaya.

Hingga akhirnya pada hari itu, Jumat 29 Mei 2014 pagi, Purwaningsih sudah bisa du­duk manis dalam warung yang ber ada di ba­wah tanggul lumpur Lapindo. Wa jah nya tam­pak segar. “Saya sangat bersyukur sudah bi­sa jalan lagi, pelan­pelan, meskipun ka lau un­tuk berdiri masih sangat sakit,” ujar nya.

Pagi itu, Purwaningsih menjadi satu dari ribuan warga yang muncul di tanggul un tuk mem peringati delapan tahun tragedi benca­na Lumpur Lapindo. Warga yang menjadi kor­ban maupun warga yang tinggal di seki tar tanggul lumpur memang senantiasa mem­per ingati bencana itu setiap tahun. Bencana yang telah membuat mereka kehilangan ru­mah, harta benda, kampung, tetangga, juga ma kam leluhur mereka.

Gemuruh Ingatan Lumpur Lapindo

Oleh IDHA SARASWATI

Foto: karya instalasi

berjudul “survivor”

karya Dadang Cristan-

to, Jumat (29/5),

yang dipasang di atas

lumpur Lapindo guna

memperingati 8 tahun

Lumpur Lapindo.

Kombinasi

Page 12: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201412

U t a m a

Puncak peringatan selalu diadakan pada 29 Mei, karena pada tanggal itulah untuk per­tama kalinya, delapan tahun silam, lum pur panas menyembur dari su mur gas mi lik PT Lapindo Brantas. Sejak saat itu, lum pur pa­nas terus menyembur hingga me ne lan ru­mah­rumah di 16 desa yang ada di Kecama­tan Porong, Jabon serta Tang gul angin. Total ada tak kurang dari 1.600 rumah tenggelam dan rusak. Seba nyak 25.000 jiwa mengungsi karena kehi lang an tanah dan ba ngun an (Ra­dar Sido arjo).

Di luar kerusakan bangunan, semburan lum pur juga berdampak pada menurunnya ku alitas air tanah sehingga tak layak di kon­sumsi. Warga yang masih bertahan di se ki tar tanggul juga harus menghirup bau gas yang keluar bersama lumpur.

Peringatan dilakukan warga untuk meng­ingat bencana ini dan dampaknya, sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi se ru­pa tak terulang. Apalagi sampai hari ini ma­sih ada sekitar 3.000 berkas tanah dan ba­ngun an milik warga yang belum me ne rima pelunasan ganti rugi dari PT Minarak La pin­do Jaya. Mereka dibiarkan hidup ter ka tung­katung selama delapan tahun.

Pagi itu pun mereka hadir untuk menun­tut agar pembayaran ganti rugi bagi korban segera dilunasi. Jika Lapindo tidak sanggup me lunasi, mereka meminta komitmen nega­ra untuk mengeluarkan dana talangan gu na

melunasi ganti rugi, sehingga nasib kor ban tak perlu terkatung­katung lebih la ma lagi.

Acara peringatan itu juga ditandai de ngan penandatanganan kontrak politik mengenai pe nyelesaian ganti rugi bagi korban lumpur oleh salah seorang calon presiden. Di tahun politik, tragedi yang merugikan puluhan ri­bu orang ini memang menjadi sa lah satu isu penting yang berulangkali di se but dalam hi­ruk pikuk jelang pemilihan presiden. Apa la­gi sosok yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya tragedi ini ada lah ketua umum partai politik besar yang sempat men ca lon­kan diri menjadi pre si den.

Ingatan dalam PuisiNamun di luar acara peringatan yang sa­

rat nuansa politik, ada hal­hal lain yang dila­kukan tanpa mempedulikan po li tik. Sejak be­berapa bulan menjelang peringatan, Korban Lumpur Menggugat (KLM) ber sa ma Ur ban Poor Consortium (UPC) telah merencana kan penerbitan buku puisi un tuk me nam pung ingatan tentang Lumpur La pin do.

Koordinator KLM Muhammad Nur Hida­yat mengatakan, semburan lumpur Lapindo pada 29 Mei 2006 selalu diperingati warga korban lumpur setiap tahun. Dalam se tiap peringatan korban lumpur selalu meneriak­kan tuntutan pelunasan ganti rugi, pemulih­an lingkungan, serta tanggung jawab pi hak Lapindo untuk membereskan semua per so­

Antologi puisi (foto atas) dan penampilan anak-anak korban lumpur di panggung Malam Budaya (foto bawah) dalam mem-peringati 8 tahun tra-gedi Lapindo.

foto

-fo

to: i

sti

mE

wa

Page 13: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 13

al an yang muncul akibat pemboran yang te­lah ia lakukan.

Isi tuntutuan warga nyaris sama selama delapan tahun, karena persoalan yang me­reka hadapi tak kunjung diselesaikan baik oleh Lapindo maupun pemerintah. Dan kini saat berbagai tuntutan belum dipenuhi, La­pindo malah berencana membuka sumur gas baru di Tanggulangin yang jaraknya tak le bih dari 2 kilo meter dari pusat semburan.

oleh karena itu, lanjut Muhammad, mo­men delapan tahun lumpur lapindo digu na­kan untuk menjaring keprihatinan berbagai kalangan melalui puisi. Kumpulan puisi ini diharapkan bisa menjaga akal sehat atas tra­gedi kemanusiaan tersebut.

Buku puisi itu disusun dengan mengun­dang para penyair dari berbagai wilayah yang ingin bersolidaritas. Ternyata sambutannya baik. Para penyair dari berbagai daerah mu­lai dari Sidoarjo, Denpasar, hing ga Australia berpartisipasi dengan me ngi rim kan puisi­nya. Mereka berempati melalui puisi.

Raudal Tanjung Banua, penyair yang me­nye leksi dan mengedit puisi­puisi tersebut kemudian mengumpulkannya dalam sebuah buku antologi puisi yang diberi judul “Ge­mu ruh Ingatan”. “Total ada 88 puisi dari 72 pe nyair. Karya­karya yang masuk tetap me­la lui proses seleksi,” jelasnya.

Menurut Raudal, bencana semburan lum­pur telah melenyapkan banyak hal. Maka se­mua yang dibuat sengsara dan mende rita la­yak dikenang, dan peristiwa yang menghan­cur kan segalanya tersebut harus dicatat da­lam ingatan kolektif, personal maupun me­mo ri sejarah. Puisi menjadi salah satu me dia yang bisa digunakan untuk itu.

Sejumlah penyair yang puisinya masuk da­lam buku tersebut lantas membacakannya di atas panggung Malam Budaya Peringatan 8 Tahun Lumpur Lapindo yang digelar di atas tanggul lumpur pada Kamis (28/5) ma lam. Acara tersebut dihadiri ratusan warga kor­ban lumpur, termasuk mereka yang sudah pin dah ke wilayah lain yang jauh dari area tang gul. “Saya sudah pindah ke rumah baru da ri tahun kemarin, ya sejak dilunasi oleh BP LS saya serta tetangga lainnya langsung men ca ri rumah baru,” ujar Salam, salah sa tu korban lumpur.

Salam masuk ke dalam kelompok korban lum pur yang ditangani oleh Badan Pe nang­gulang an Lumpur Sidoarjo (BPLS). Pemba­yar an ganti rugi oleh BPLS menggunakan da­na dari anggaran belanja dan pendapatan ne­

ga ra (APBN) sehingga lebih cepat selesai. Si­tuasi Salam ini berbeda dengan nasib ribu­an warga yang harus berhadapan dengan PT MLJ. Meski rumahnya sudah ditelan lumpur, selama delapan tahun mereka tak kun jung mendapatkan pelunasan ganti rugi.

Sejumlah anak yang menjadi korban lum­pur juga membacakan puisi buatan mere ka sen diri di atas panggung. Selain itu, pang­gung budaya juga diisi dengan berbagai aca­ra. Musisi rock Roy Jecovox (eks vokalis Boo­me rang), misalnya, menyempatkan hadir un­tuk menyanyikan sejumlah lagu untuk me­nya ta kan dukungannya bagi korban lum pur. Begitu juga dengan pemain ludruk terkenal di Jawa Timur, Cak Kartolo, dan ang gota Slan­ker Fans Club (SFC) Surabaya yang ikut tam­pil di atas panggung.

Di samping mengingat dengan puisi, se­jum lah perupa juga membuat karya untuk memper ingati delapan tahun lumpur Lapin­do. Da dang Cristanto menghadirkan in sta la­si pa tung ber judul “survivor” yang dipasang di da nau lumpur. Patung­patung de ngan ta­ngan te nga dah itu membawa ber ba gai pe­ra botan da pur mulai dari kompor gas, ki pas angin, peng go rengan, hingga panci dan ma­in an anak­anak. Proses pembuatan pa tung itu me li bat kan warga, begitu juga de ngan pe­ma sang annya.

Kelompok seni Taring Padi dari Yogyakar­ta bersama warga juga menciptakan karya in sta lasi berupa tangan­tangan kardus yang muncul dari danau lumpur. Mereka ju ga mem­buat ogoh­ogoh raksasa. Dengan begi tu, aca­ra peringatan tersebut telah me li bat kan se­ni sastra, musik, dan seni rupa se ka li gus.

Karya­karya tersebut mendapat sambut­an hangat dari para pengunjung tanggul lum­pur. Mereka mengambil foto berlatar karya­karya tersebut. Tidak sedikit yang kemudian mengunggah foto­foto tersebut ke me dia so­sial seperti facebook dan twitter, sehingga pesan tentang peringatan delapan ta hun lum­pur Lapindo semakin meluas.

Warga yang jadi korban lumpur pun tak mau ketinggalan. Mereka aktif mendokumen­tasikan proses pemasangan karya dan meng­unggah foto­foto tersebut di me dia so si al.

Bersama­sama, warga serta mereka yang bersimpati pada korban lumpur Lapindo ber­upaya untuk terus merawat ingatan tentang bencana yang telah terjadi. Sedangkan ba­gi Purwaningsih, kenangan akan tragedi itu abadi di keloid tebal yang membungkus ta­ngan dan kakinya.

Ogoh-ogoh di atas danau lumpur Lapindo kar ya

Taring Padi.

Peringatan dilakukan

warga untuk meng ingat

bencana ini dan dampaknya,

sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi serupa

tak terulang

Page 14: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201414

U t a m a

ada sekitar 30 orang di ruangan yang berlokasi tak jauh dari bibir Pantai Parangkusumo, Bantul, Se lasa (27/ 5) pagi itu. Mereka ber asal da ri be­

ragam tempat, antara lain Ku lon pro go, Ban­tul, Sleman, Blora, Jepara, In dramayu, dan Ja­karta. Pun latar belakang me re ka. Keba nyak­an adalah petani, atau masyara kat de sa yang masih akrab dengan kegiat an meng olah ta­nah. Selain itu ada bu ruh, mahasis wa, pe da­gang kecil, dan sebagainya. Mereka da tang untuk mengikuti Ke las Bel ajar FK MA.

FKMA atau Forum Komunikasi Masya ra­kat Agraris merupakan wadah komunikasi ba gi komunitas­komunitas yang kini ham­pir, sedang, atau telah menjadi kor ban eks­pan si kapital korporasi maupun ne ga ra. Fo­rum ini dideklarasikan pada 22 Desember 2011 di Yogyakarta. Selama hampir tiga ta­hun berproses, anggota FKMA sudah men­ca pai 13 komunitas dari 12 kabupaten di Pu­lau Jawa dan Sumatera. Dalam rentang wak­tu itu pula, FKMA sudah mengadakan kong­res sebanyak dua kali, yakni pada 2011 dan 2013. Pascakongres ke dua, ko mu ni tas­ko­mu ni tas yang tergabung bersepakat un tuk mengadakan pertemuan lanjutan. Me li hat ke­butuhan dan misi FKMA ke depan, ma ka di­se pakati bahwa agenda selanjutnya ada lah sekolah atau kelas belajar.

Mengapa Kelas Belajar Setahun lebih sejak kongres ke dua dige­

lar, rencana kelas belajar kian dimatangkan. Berawal dari obrolan santai para anggota dan relawan FKMA, rencana untuk mengadakan sekolah tani terus digodok. Sekolah tani, atau disebut juga kelas belajar, tidak semata­ma­ta diperuntukkan bagi para pe ta ni, me la in­kan bagi seluruh komunitas yang ter ga bung dalam FKMA; yakni pe ta ni, nelayan, pe da­gang kecil ataupun ma sya ra kat yang selama ini ditindas oleh per usa ha an dan ne ga ra. Su­

Fajar belum lama meninggi, namun ruangan kecil itu sudah penuh sesak oleh orang-orang. Pemandangan itu tak seperti biasanya, karena memang ruangan itu hanya bagian kecil dari bangunan serupa penginapan 'sesaat' yang terletak di pesisir selatan Yogyakarta.

dah menjadi rahasia umum bahwa perusa­haan dan negara kerap ber tin dak sewe nang­wenang terhadap rak yat kecil, dan se ba lik­nya selalu membela ke lom pok ber du it.

Semula, sekolah ini diagendakan sebagai sekolah anak tani, yakni sekolah yang di tu­jukan bagi generasi muda di komunitas­ko­mu nitas yang tergabung dalam FKMA. Me­nga pa anak tani menjadi sasarannya? Kare­na jika melihat jauh ke depan, konflik saat ini mungkin akan jadi konflik berkepanjang an yang tidak terselesaikan hanya pa da satu ge­nerasi saja. Ini dikarenakan korporasi ham­pir pasti tidak akan me ning gal kan la han po­tensial sampai sum ber daya alam yang di­kan dungnya di keruk ha bis. Ma ka, para ge ne­rasi muda, yang di ang gap sebagai pene rus perjuangan, per lu me ma hami sega la se luk beluk konflik yang ter ja di di dae rah nya.

Selain itu, gagasan ini juga berangkat dari kegelisahan umum terhadap semakin berku­rangnya generasi muda yang bercita­cita men­jadi petani. Padahal, petani, nelayan dan pa­ra peda gang yang memproduksi bahan pa­ngan se ca ra langsung, adalah tulang pung­gung ke lang sungan per adab an ma nu sia.

Berangkat dari gagasan itulah, upaya re­a lisasi agenda kelas belajar dilakukan. Lang­kah awal yang dilakukan adalah menggalang dana untuk keberlangsungan kelas bel ajar. Hal ini dilakukan mengingat FKMA adalah wadah otonom, sehingga swadaya da na men­jadi keniscayaan.

Pada 27­29 Maret 2014, individu­individu yang tergabung dalam Relawan FKMA meng­adakan fundraising (penggalangan da na) di Jakarta, yakni di galeri milik pema tung Do­lo rosa Sinaga, markas KontraS dan Kantor Change.org. Agenda serupa juga dilakukan di Yogyakarta pada 12 April 2014 di kawasan Nol Kilometer. Berbekal dana yang ter kum­pul dari penggalangan itu, akhirnya pada 27­29 Mei 2014 ke las belajar FKMA digelar.

Kelas Belajar Agraria FKMA: Perkuat Gagasan, Pertahankan Lingkungan

Oleh FeRDHI S PUTRA

Page 15: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 15

MP3eI: Benang Merah Konflik Agraria Indonesia Kontemporer

Kelas yang digelar selama tiga hari terse­but disusun agar para peserta bisa memetik pelajaran dari komunitas lainnya. Da lam ke­giatan ini, dibangun semangat bel ajar yang sifatnya horisontal. Setiap ko mu ni tas yang dipercaya untuk membagi peng alam an nya mendapat ruang untuk bercerita ten tang apa pun yang mereka alami, baik ke ber ha sil an maupun kegagalan.

Tema besar kelas belajar ini adalah ten­tang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pem bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sebuah skema besar pembangunan yang da­lam praktiknya akan menghancurkan ling­kung an dan manusia serta ruang hidup nya. Hendro Sangkoyo, pendiri Sekolah De mo kra­tik Ekonomi, menjadi pemateri sesi ini.

Dalam pemaparannya, pria yang kerap di­sapa Yoyok ini menjelaskan relasi antara kon­flik­konflik agraria dengan agenda MP3EI. Ia menjelaskan bahwa konflik yang tengah dihadapi komunitas­komunitas ta ni tak lain adalah dampak dari progres implementasi agenda tersebut. Selama ini isu kon flik ber­usaha dilokalisasi oleh pe ngu a sa, se hing ga

terlihat seolah­olah tidak per nah ada kait an antara konflik petani di Ku lon pro go de ngan perusahaan tambang pa sir besi, misal nya, dengan konflik petani Ba tang, Jateng de ngan PLTU (Pembangkit Lis trik Tenaga Uap).

Dampak dari isolasi konflik ini membuat konflik di daerah­daerah tersebut hanya ter­li hat sebagai riak­riak kecil dari se ge lin tir orang yang menolak digusur. Pa da hal kon­flik itu adalah sebuah skema be sar eksploi ta­si sumber daya alam—dan pe ram pasan ta­nah­tanah warga—berkedok pem ba ngun an.

Hingga hari terakhir, rasa kebersamaan antarkomunitas semakin menguat. Ratusan orang dari beberapa daerah konflik, seperti Kulonprogo dan Bantul, datang berbondong­bondong untuk mengikuti penutupan kelas belajar yang disertai dengan gelaran ritual larung di Pantai Selatan. Para peserta kelas belajar silih berganti melakukan orasi untuk menyemangati warga yang datang. Mereka berbagi cerita tentang apa yang me re ka da­patkan di kelas belajar. Pekikan so li da ri tas terus berseru sebelum akhirnya gu nungan larung diarak menuju tepi pantai, yang me­nandai akhir dari rangkaian kelas bel a jar ag­raria FKMA.

foto-foto: Kombinasi

Foto-foto: suasana

diskusi Forum Komuni-

kasi Masyarakat Ag ra-

ris di Pantai Parang ku-

sumo, Yogyakarta.

Page 16: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201416

P o r t a l

Fenomena kampanye hitam je­lang Pilpres ini dirasa sangat meresahkan, sehingga tema itu dibahas pada dis kusi pub­

lik “Media Sosial untuk Pil pres yang Ber ku a li tas dan Ber adab”, Jum at (6/6) di kantor KPUD Da e rah Is ti me wa Yog­yakarta. Acara ini di ha diri oleh per wa­kilan KPUD DIY, perwakilan tim suk­ses dari ke dua calon pasang an pre si­den, jur na lis, pegiat media ko mu ni tas, dan pe mer hati me dia.

Budi Hermanto dari Masyarakat Pe­duli Media (MPM) selaku mo de rator diskusi menyebutkan, jelang Pil pres me dia sosial berubah menjadi media yang membodohi. Tidak ada lagi dia­log yang mencerahkan. Be gitu ber be­da pendapat, caci maki akan dengan mudah muncul di me dia so si al. Tidak sedikit orang yang akhir nya memu­tus kan hubungan per te man an gara­ga ra temannya me ma jang status ber­bau pilpres di me dia sosial. “Ini aneh ka rena toh sa lah satu dari pa sang an itu nanti akan ja di pre si den ki ta, dan kita harus me ne ri ma itu,” ujar nya.

Di samping itu, banyak akun ano­nim yang bermunculan dan diguna­kan untuk menyerang pasangan la wan dengan isu­isu sensitif macam agama, suku dan ras. Kondisi ini dikhawa tir­kan bakal menjauhkan Pil pres 2014 dari pemilu yang ber in te gri tas.

Diskusi dimulai dengan membahas definisi kampanye hitam. Kesimpul­an nya, sebuah informasi ter ka it tokoh politik/partai politik disebut sebagai kampanye hitam jika dise bar kan tan­pa disertai verifikasi atau pun sumber data yang bisa di per tang gung ja wab­

Meskipun Komisi Pemilihan Umum atau KPU belum memulai jadwal kampanye pemilihan presiden 2014, tim sukses dari kedua kubu kandidat presiden dan wakil presiden sudah bergerilya di dunia maya sejak jauh-jauh hari. Tak hanya menginformasikan keunggulan pasangan yang didukungnya, keburukan dan kejelekan lawan juga disebar ke media sosial kerapkali tanpa disertai verifikasi dan sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan. Inilah era kampanye hitam di media sosial.

Oleh IDHA SARASWATI

kan dari pihak yang se dang dibicara­kan. Prinsip ini mirip ca ra kerja jur­na lis yang ha rus memberitakan sesu­atu secara ber im bang atau cover both side. “Tak hanya di me dia sosial, me­dia umum pun kerap me la ku kan kam­pa nye hitam karena ti dak meng kon­firmasi pihak yang ber sang kut an,” ka­ta Faried Bambang Sis wan to ro, komi­sioner KPUD DIY.

Media sosial menjadi arena baru dalam kampanye pemilihan umum ta­hun ini. Kondisi ini berbeda dengan pemilu sebelumnya ketika me dia so­sial belum semarak sa at ini. Pa paran tentang profil ca pres bisa di tu lis pan­jang di blog mau pun web site, un tuk kemudian di se bar lu as kan me la lui me­dia sosial.

Dari total jumlah pemilih sebanyak 185 juta jiwa, 30 persen di antaranya adalah pemilih pemula dengan usia antara 17­30 tahun. Bagi generasi ini, internet menjadi salah satu sum ber in­formasi utama. Maka tidak heran ji ka media sosial dan media berbasis in­ter net lainnya menjadi lahan em puk untuk berkampanye.

Celah regulasi yang terkait kampa­nye dan internet membuat siapa pun dapat menggunggah beragam infor­ma si tentang pemilu di internet. Ba­dan Pengawasan Pemilihan Umum (Ba­was lu), Komisi Penyiaran In do nesia (KPI), hingga Kementerian Ko mu ni­ka si dan Informasi (Ke men ko min fo) tak punya wewenang menye ret akun anonim mem per tang gung ja wabkan informasi yang di se bar kan.

Di sisi lain, tidak semua pengguna internet dan media sosial bisa kritis

sa at membaca aneka informasi yang disajikan di internet. Tak sedikit orang yang percaya begitu saja pa da infor­ma si yang tersaji karena mereka tak mempunyai metode untuk menya ring mana informasi yang dapat diper ca­ya dan mana yang tidak.

Literasi Media

Melihat kondisi tersebut, sejumlah peserta diskusi menyampaikan pen­tingnya literasi media berbasis inter­net bagi warga. Literasi media menja­di jalan keluar alternatif untuk meng­atasi dampak kampanye hitam pada warga, setelah jalur regulasi tak mem­berikan celah.

Literasi media sangat penting di la­kukan agar warga bisa memilah ma­na informasi yang benar, serta mana in formasi yang ternyata hanyalah isu untuk menjatuhkan maupun mena ik­kan citra seseorang. Dengan be gi tu, mereka dapat mengumpulkan infor­ma si yang benar tentang para kandi­dat yang sedang bertarung. In for ma­si itu menjadi referensi pen ting yang menggiring mereka dalam me ne tap­kan pilihan.

Dasar­dasar jurnalistik sebetulnya bisa dipakai untuk memilah informa­si. Prinsip cover both side dapat di gu­na kan untuk melihat apakah se bu ah informasi layak dipercaya atau ti dak. Apabula sebuah media me nye bar kan in formasi salah satu kan didat tanpa menyebut sumber yang jelas, media ter se but ti dak dapat di per caya.

Suatu sumber bisa disebut jelas ji­ka datanya bisa diverifikasi. Krite ria tentang sumber menjadi penting, se­

Kampanye Hitam di Media Sosial

Page 17: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 17

bab tak sedikit media yang mengaku sedang melaporkan hasil investigasi tetapi ternyata investigasi itu dibuat dengan merekayasa sumber dan na­ra sumer.

Mengenali pemilik media juga bi­sa menjadi salah satu cara untuk me­milah informasi. Di Indonesia, terpu­satnya kepemilikan media di tangan para petinggi partai politik memang sudah lama menjadi sorotan. Media yang memakai frekuensi milik pub lik rentan disalahgunakan untuk ke pen­tingan partai dan kelompok ter ten tu sehingga merugikan publik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan MPP untuk Dewan Pers ter hadap tiga stasiun televisi dan dua me dia cetak, disimpulkan bahwa di tingkat jurnalis dan pemimpin redak­si, profesionalisme dan in de pen den­si masih terjaga. Kode etik jurnalistik, termasuk prinsip cover both side ma­sih dipegang. Akan tetapi, pa ra pe mi­lik me dia ternyata kerap me la ku kan in ter vensi. Akibatnya, ruang re daksi me dia pada masa kampanye ber ubah men jadi ruang tim sukses.

Sinam dari Jaringan Radio Ko mu ni­tas Indonesia (JRKI) menga takan, ke­

pemilikan media massa mainstream semacam itu perlu diatur de ngan te­gas karena informasi yang disajikan media mainstream mem pe ngaruhi media sosial. Sebagian besar infor ma­si yang tersebar di media so sial ber­asal dari media maistream. Untuk itu, salah satu solusi yang bi sa di la ku kan adalah memperkuat lem ba ga pe nyi­ar an publik.

Terkait dengan itu, Budi mengata­kan bahwa dalam catatan MPM seti­dak nya ada dua stasiun televisi swas­ta nasional yang me nye barkan infor­masi tidak berimbang ter kait Capres. “Dua televisi nasional itu akan kami laporkan ke Dewan Pers,” ujarnya.

Usulan lainnya adalah dengan me­nyebarkan kampanye tandingan gu­na menghadang kampanye hitam. KPU bersama lembaga terkait sebenarnya bisa mendesakkan agenda kampanye damai di media dengan mengajak ke­dua tim pendukung. Salah satu peser­ta diskusi bahkan mengusulkan per­lunya semacam kam pa nye pu tih, yang dapat dilakukan an ta ra lain de ngan mengajak para peng gu na media sosi­al untuk lebih kri tis memilah dan me­nyebarkan in for masi.

orang­orang dengan jumlah peng­ikut banyak di twitter, atau jamak di­se but sebagai selebtwit, bisa dirang­kul agar ikut serta menye barkan ajak­an kampanye putih tersebut. Ca ra ini dipandang cukup relevan meng ingat dari 100 juta pengguna in ter net di In­donesia, sekitar 40 juta di an ta ra nya adalah pengguna twit ter.

Cara ini juga perlu dilakukan meng­ingat demi kebutuhan kampanye, di media sosial bermunculan akun­akun anonim yang digunakan untuk meng­kam panyekan keunggulan se orang ca­lon sembari menyebarkan kampanye hitam untuk lawan. Budi me nye but bahwa sekarang ada sekitar 130.000 akun twitter anonim. Partai po li tik be­rani memberikan bayaran be sar ke­pa da aktivis media sosial un tuk me­la kukan kampanye.

Faried Bambang Siswantoro menu­turkan, ada banyak hal terkait kampa­nye yang berada di luar KPU, ter le bih KPU di daerah. Pa da pil pres 2014 ini, KPUD hanya bisa se ba tas mengajak para tim sukses ke dua pasangan un­tuk ber kumpul me nye pa kati dekla ra­si kam panye damai meng ikuti agen da KPU pu sat.

JaK

Pr

o.id

Page 18: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201418

M E d i a

Hal itu terungkap dalam dis­kusi bertema “Jurnalisme Se hat dalam Penanggu lang­an Bencana Erupsi Me rapi”

yang diprakarsai Ba dan Pengkajian dan Penerapan Teknolo gi Geo logi (BP­PTKG) dan Jalin Merapi, Selasa (10/6) di Kantor BPP TKG Yog ya kar ta. Disku­si yang di bu ka Kepala BPP T KG Suban­driyo itu meng ha dirkan Je nar to, pe­nyi ar Ra dio Ko muni tas Lin tas Mera­pi FM dan Ah mad Arif, jur na lis Ha ri­an Kompas se ba gai na ra sum ber.

Dalam diskusi yang diikuti oleh jur­nalis media arus utama, media ko mu­nitas, serta admin media so sial ini, Su­bandriyo menuturkan bah wa sela ma ini pihaknya cukup ke wa lahan ketika menghadapi munculnya bera gam in­for masi terkait kondisi Gu nung Me­ra pi. Banyak berita yang ternyata tak sesuai fak ta se hing ga membuat ma­sya rakat bi ngung. oleh karena itu jur­nalisme se hat sangat dibutuhkan.

Bagi Subandriyo, jurnalisme sehat adalah jurnalisme yang menghasilkan informasi menyehatkan bagi psikolo­gi masyarakat. Artinya, informasi itu

tidak membingungkan, dan bisa men­dorong masyarakat untuk ber si kap te nang namun tetap siaga dan an ti si­pa tif dalam merespons ben ca na. “Se­hingga masyarakat dapat merespons aktivitas gunung Merapi se ca ra lebih efektif dan terukur tanpa ada kepanik­an, meskipun badan pe me rin tah tak bisa menjamin ma sya ra kat un tuk ti­dak panik,” ujarnya.

Terkait dengan aktivitas kegunung­apian, lanjut dia, perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan aktivitas gunung api adalah hal biasa. Interpre­tasi tidak tunggal karena setiap ahli mempunyai pendapat yang ber beda. Perbedaan interpretasi ini menjadi ba­han berita yang menarik bagi me dia. Namun jika tidak hati­ha ti, infor masi mengenai perbedaan pen da pat di ka­langan ahli gunung api bisa mem bu­at masyarakat kebi ngung an.

oleh karena itu, ke depan ia berha­rap informasi yang berkaitan dengan peringatan dini status Merapi berasal dari satu sumber. Adapun sum ber in­formasi resmi terkait aktivitas gu nung api di Indonesia ada di Badan Geo logi

Kementerian Energi dan Sum ber Da­ya Mineral, dan BPPTKG un tuk in for­masi lokal terkait Merapi.

Gagap Bencana Ahmad Arif berpendapat, salah sa­

tu ma salah paling serius dalam peli­put an bencana di Indonesia adalah mi­nim nya pengetahuan jurnalis ten tang bencana. Banyak media arus uta ma yang tak punya standar pro se dur ope­rasional dalam meliput ben ca na.

Arif mencontohkan adanya jur na­lis televisi yang tidak dapat mem be­da kan antara awan panas dengan abu vul kanik. Selain itu, banyak lembaga media yang menggunakan lokasi ben­cana sebagai tempat magang bagi war­ta wan baru, sehingga akhirnya sa lah dalam memberitakan bencana.

Padahal jurnalis juga menjadi ke­lompok rentan dalam bencana. Ke ti­ka meliput tsunami Aceh, ada jurna­lis foto yang kehilangan keluarganya ke tika sedang meliput bencana yang se mu la dikiranya hanya banjir be sar. Sebagai jurnalis, ia memang men da­pat kepuasan batin lantaran berhasil

Jurnalisme Sehat untuk Penanggulangan BencanaTahap-tahap penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan media yang menyebarkan informasi terkait bencana kepada masyarakat. Namun informasi mengenai penanggulangan bencana ha-nya akan berguna bagi warga jika media menerapkan jurnalisme sehat.

Oleh FATCHUR RAHMAn

satuHaraPan.com

Page 19: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 19

meng aba di kan momen bencana. Na­mun ia tidak menyadari bahaya yang meng ancam nyawanya saat bertugas.

Bencana juga menjadi komoditi, ti­dak hanya bagi media massa, tapi ju­ga media sosial. Kesedihan ma sya ra­kat dieksploitasi. Prak tik itu se makin marak ter uta ma di me dia yang sarat ke pen ting an po li tik pemiliknya.

Kini ada kecenderungan me dia di Indonesia dimiliki pengu asa tunggal atau pemegang saham mayo ritas. Ka­rena itu, ada prak tik­prak tik tang gung jawab sosial per usa ha an (CSR) terse­lubung saat me dia menyalurkan ban­tuan. Ben ca na didra ma ti sasi lantaran pihak media terlibat da lam pe ngum­pulan ser ta penyaluran ban tuan.

Media massa pun tak selalu meng­awal proses pemulihan pascabenca­na yang sebenarnya vital. Se la in itu, ada bias desentralisasi da lam pembe­ritaan, seperti ketika ben cana di Men­ta wai ber lang sung ham pir bersama­an dengan Me ra pi. Li put an me dia yang terfokus pada Me ra pi membuat ben­cana Mentawai ham pir ter lu pakan.

Situasi pascabencana juga berpo­tensi jadi bencana ba ru. Sembi lan bu­lan usai erupsi Sina bung menjadi pun­cak kri sis bagi war ga penyintas. Pu­sat Vulka nologi dan Mitigasi Benca na Geologi sudah mem per si la kan warga untuk pulang, ta pi warga tak be ra ni. Selain itu, se la lu ada po tensi kon flik dan kejahat an korupsi pas caben cana yang se ba ik nya dika wal media.

Arif menambahkan, seharusnya li­putan bencana diawali dengan mem­pelajari informasi dari bencana sebe­lumnya. Ada tiga tahap yang harus di­lakukan. Pertama meliput pra benca­na untuk mendorong kesiapsiagaan, kedua meliput tahap tanggap darurat sewaktu terjadi ben ca na, dan ketiga mengawal proses re kon struksi dan re­habilitasi pas ca ben cana untuk men­cegah munculnya ben ca na baru.

Dia lantas membandingkan media di Indonesia dengan media di Jepang da lam memberitakan tahap tanggap darurat bencana. Jepang mempunyai lem baga penyiaran publik NHK yang me mang diwajibkan oleh undang­un­dang untuk menyampaikan in for ma­si tanggap darurat.

Pendokumentasian terbaik tentang tsunami dilakukan oleh me dia di Je­pang karena sebelum tsunami da tang, stasiun televisi di sana sudah si ap me­nyorot gelombang yang da tang. Se­dangkan berita pertama ten tang tsu­nami Aceh baru muncul 12 jam pas­cakejadian, itu pun tidak akurat.

Di Jepang, hampir tak ada jeda da­lam pemberitaan bencana. Media Je­pang berhubungan langsung de ngan institusi pemantau bencana dan lem­baga ber we nang. Di Indonesia, jur na­lis terpaksa mengandalkan te bengan untuk mencapai lo ka si ben cana di pe­losok. Aki bat nya, antara lain, pe nyam­paian in for ma si bencana di Ke pu lau­an Men ta wai terlambat satu hari.

Di samping itu, media­media di Je­pang cenderung memberi infor masi yang bisa mengangkat semangat un­tuk bang kit. “Substansi pem be ritaan­nya di de sain untuk mendorong kor­ban tetap bersemangat,” ka ta Arif.

AlternatifKegagapan media arus utama da­

lam meliput bencana itu meng ha dir­kan tantangan sekaligus peluang ba­gi media­media alternatif, utamanya me dia komunitas. Untuk itu, ke mam­pu an media komunitas dalam meng­ha dirkan informasi akurat ter ka it ben­cana di wilayahnya perlu di per kuat se­hingga warga punya sum ber infor ma­si alternatif yang bisa di per caya.

Terlebih lagi pada kondisi bencana, ba nyak media arus utama yang lum­puh karena ikut terkena bencana. Ra­dio dan media sosial semacam twit­ter yang lebih tahan bencana menja­di media yang efektif. Ketika terjadi tsu nami, media sosial di Jepang juga me miliki peran besar. Banyak korban yang terselamatkan berkat informasi yang beredar di twitter.

Penggunaan radio dan media sosi­al juga sudah lama dipraktikkan di Me­rapi. Salah satu contoh keberhasilan penggunaan radio dan media sosial un tuk meliput bencana di se putar ka­wasan Merapi dilakukan oleh Ra dio Komunitas Lintas Merapi FM.

Jenarto mengungkapkan, pada awal kip rah nya menyediakan informasi se­pu tar Merapi bagi warga, Lintas Me­

ra pi FM kerap dicap sebagai provoka­tor dan pembangkang oleh pe merin­tah. Cap itu justru muncul ke ti ka pa­ra pe giatnya berupaya me nyam pai kan in formasi yang benar bagi war ga.

Contohnya terjadi men jelang erup­si Merapi 2006. Sewaktu Merapi ber­sta tus “waspada”, pe merintah setem­pat me me rin tahkan warga me ngung­si. Pe giat Lintas Merapi FM yang su­dah bel ajar bahwa evakuasi mestinya ba ru dila ku kan ketika sta tus “awas” pun me no lak pe rintah itu, se hing ga di­cap se ba gai pem bang kang.

Namun, radio komunitas itu terus konsisten pada upayanya sehingga ja­di rujukan penting bagi warga. Pada erupsi Merapi 2010, Lintas Me rapi FM dapat menunjukkan bahwa ra dio ko­munitas bisa berperan baik di ra nah onair maupun offair.

Menurut Jenarto, media arus utama ter utama televisi masih sering salah da lam memahami istilah­istilah ke­ben ca naan sehingga memberi infor­masi yang membingungkan bagi war­ga. Guna mengatasi hal itu, Lintas Me­rapi FM pernah sampai ha rus men­da tangkan petugas BP P T KG guna me­luruskan informasi dan mem berikan penjelasan lang sung ke pada warga.

Terkait fenomena media sosial, Je­narto mengatakan saat ini ma kin ba­nyak komunitas yang meng gu na kan media sosial untuk menye bar kan in­formasi tentang Merapi. Na mun, ba­nyak di antaranya yang menyebarkan opini ketimbang fakta.

Kondisi tersebut membuat pegiat Lin tas Merapi FM khawatir. “Mun cul­nya komunitas­komunitas itu mem­buat masyarakat terkotak­ko tak, se­hingga nanti jika terjadi le tus an, ma­syarakat bingung harus ber gan tung pada in formasi siapa,” ung kapnya.

Melihat kondisi tersebut, para pe­giat radio komunitas pun aktif men­da tangi warga untuk mengajak mere­ka lebih kritis atas informasi di te le­visi dan me dia la in. “Ka mi bukannya anti TV, te tapi ingin mem be ri pe ma­haman ten tang pem be ri taan yang ti­dak be nar, ba gai ma na meng an ti sipa­si an cam an, me ne nang kan warga, ser­ta me re dam ke pa nik an jika ben ca na Me ra pi ter ja di lagi,” te rang nya.

Page 20: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201420

R a d i o

Seperti diungkapkan Frida Br. Bangun, relawan pemantau la­har hujan Gunung Sinabung di Jembatan Titi kam bing Pa­

yung, Kabupaten Karo, ketika ditemui awal Mei silam. Menurut dia, Erupsi Sinabung pada 2010 tak di awali de­ngan tanda­tanda pe ning katan ak ti­vi tas sehingga tidak ada per ingatan di ni dari pihak manapun. Akibatnya, ketika terjadi erupsi in for ma si yang di terima warga sim pang si ur. Banyak war ga yang berlari ke ta kut an sehing­ga terpisah dari ke lu ar ga nya.

Sebelum kembali erupsi pada ta­hun 2010, Gunung Sinabung telah ber­isti rahat selama tak kurang dari 400 ta hun. Melihat kondisi gunung yang aman, permukiman penduduk te rus ber kem bang di sekitar gunung ter se­but. Maka ketika Sinabung erupsi pa­da 7 September 2010, tak kurang da­ri 25.000 penduduk yang tinggal di se­ki tar gunung harus dievakuasi.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pa­da tanggal 17 September 2013, Sina­bung kem bali bergejolak. Aktivitas­nya te rus me ningkat hingga akhirnya terjadi erupsi de ngan mengeluarkan awan pa nas dan abu vulkanik. Akibat pe ningkat an ak tivitas tersebut, war­ga desa yang berada di radius 5 kilo­meter me ter da ri puncak Sinabung di­ung si kan.

Menghadapi ancaman erupsi yang memaksa mereka meninggalkan ru­mah, warga sangat membutuhkan in­for masi akurat terkait kondisi benca­na. Guna menjawab kebutuhan itu, di­

Berdasarkan pengalaman di berbagai daerah rawan bencana, beredarnya informasi tidak akurat yang disertai dengan isu-isu negatif terkait bencana kerap membuat warga bingung dan ketakutan. Oleh karena itu informasi yang akurat merupakan kebutuhan utama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana, termasuk bagi warga di daerah sekitar Gunung Sinabung, Provinsi Sumatera Utara.

Oleh MARYAnI

per lukan sebuah media yang meng hu­bungkan masyarakat ter dam pak, pe­merintah, organisasi ke ma nu sia an dan para relawan.

Melihat kondisi tersebut, Combine Resource Institution bekerjasama de­ngan Jaringan Radio Komunitas Indo­nesia (JRKI), Radio Komunitas Lintas Merapi FM Klaten, dan Radio FMYY Jepang mendirikan radio darurat un­tuk membantu penguatan sis tem ko­munikasi serta informasi untuk me­ngu rangi risiko bencana. Radio yang meng udara di frekuensi 107,8 FM itu di be ri nama Sora Sinabung.

Sora Sinabung didirikan agar ma­syarakat dapat mengakses informasi yang lebih akurat terkait situasi ben­cana erupsi Gunung Sinabung. Selain menyiarkan berbagai informasi ter­ba ru terkait kondisi Sinabung, radio ini juga kerap menggelar program bin­cang­bincang dengan para pihak yang berkepentingan, memutar iklan la yan­an masyarakat, dan musik. Ra dio da­rurat ini beroperasi singkat, yak ni pa­da Maret hingga April 2014.

Sistem Peringatan DiniInformasi ternyata tidak hanya di­

butuhkan saat erupsi tengah berlang­sung. Pascaerupsi, masih ada ben ca­na sekunder yang mengancam. Se la­in itu, informasi juga dibutuhkan ba ­gi warga yang sedang berupaya me­mu lihkan kehidupannya.

Bencana sekunder yang dapat ter­jadi di Gunung Sinabung adalah ban­jir lahar hujan. Sewaktu terjadi erup­

si, banyak material vulkanik yang ter­ta han di kawasan puncak gunung se­hing ga menumpuk dan menjadi se­di men. Menurut perkiraan Pos Peng­amat an Gunung Api (PGA) Gunung Si ­na bung, material yang menumpuk su­dah mencapai hampir 30 juta me ter kubik.

“Sudah kelewat banyak tumpukan yang ada di lereng gunung. Kami kha­watir material tersebut terbawa me­la lui aliran sungai dan mengancam de­sa yang dilalui sungai Labuborus ini,” ungkap Hikmat Surbakti, Kepala Tek­nis Seksi Informasi, Media Center Ka­bu paten Karo.

Untuk mengurangi risiko bencana lahar hujan, perlu dikembangkan sis­tem peringatan dini. Combine kemba­li bekerjasama dengan Radio FMYY, Pemerintah Kabupaten Ka ro, dan ma­syarakat sekitar guna mem ba ngun sis­tem peringatan dini berbasis ma sya­rakat. Dikatakan berbasis masyarakat karena sebagian besar pe la kunya ada­lah masyarakat, re la wan pe man tau, Pos Pengamatan Gu nung Api (PGA), dan Badan Pe nang gu lang an Bencana Daerah (BPBD).

Untuk mendukung suksesnya sis­tem peringatan itu, perlu ada media yang menyampaikan informasi per­ingat an dini kepada masyarakat di se­ki tar Sinabung, khususnya yang ting­gal di bantaran sungai. Radio komu­nitas (rakom) kembali menjadi ja wab­an nya.

Tapi mengapa harus rakom? Ber­da sarkan hasil wawancara dengan se­

Mengurangi Risiko Bencana dengan Radio Komunitas

Page 21: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 21

jum lah warga, keberadaan radio da­ru rat Sora Sinabung ter nya ta dirasa­kan berguna bagi war ga sehingga me­re ka kerap men de ngar kan ra dio ter­sebut. Melalui radio, in for masi yang disampaikan dapat langsung sam pai ke warga. Mereka ju ga sering da tang langsung ke stu dio un tuk menanya kan langsung in for masi yang sebelumnya telah di si ar kan.

Rakom untuk mendukung sistem per ingatan dini tersebut didiri kan di Desa Batukarang dan Desa Per te gu­hen. Didirikan pada 14­20 April, ra­kom di Desa Perteguhen diberi nama Ke ke lengan FM, sedangkan rakom di De sa Batukarang disebut Dia Erme­di a te FM.

Dua desa tersebut dipilih sebagai lokasi radio karena berada di radius aman bencana erupsi Sinabung. Pan­caran siaran radio Perteguhen dapat menjangkau sisi ti mur, se latan, sam­pai barat daya Gu nung Sina bung, an­tara lain Desa Pin tube si, Je ra ya, Bera­sitepu, Suka Meriah, Si ga rang­garang, dan desa­de sa la in nya yang terletak dalam zo na ba ha ya. Se dang kan Radio Ba tu ka rang sanggup men jang kau de ­sa­desa di sekitar Ba tu ka rang se per­ti Perbaji, Mar din ding, Tiganderket, Tanjung me rawa, Jan di me riah, dan de­sa­desa la innya.

Selain membangun peralatan tek­nis pendukung siaran, warga juga di­latih untuk menjadi penyiar radio. Ke depan, rakom tersebut diharapkan bi­sa berperan dalam menyampaikan in­for masi yang berasal dari hasil pan­tau an relawan di lapangan mau pun da­ri Pos PGA, BPBD dan lem ba ga yang berkompeten, menyosialisasikan pe­nge tahuan kebencanaan serta risiko bencana gunung berapi, dan me nyam­paikan kondisi terkini gu nung api.

Agar informasi yang disampaikan kedua radio tersebut bisa menjang­kau warga, pendirian stasiun peman­car rakom Perteguhen dan Ba tuka rang kemudian diimbangi de ngan pemba­gian radio penerima ke ma sya ra kat

Foto: Pendirian antena Kekelengan

FM di Desa Perteguhen, Kabupaten

Karo, Sumatera Utara.

Ko

mb

ina

si

Page 22: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201422

Pe mi lihan radio sebagai media

pe nyam paian informasi tentang ak tivi tas Gu-nung Sinabung dinilai sa ngat tepat karena in-for masi bisa langsung diterima oleh warga.

R a d i o

di desa­desa sekitar, khu sus nya yang tinggal di bantaran Su ngai Lauborus dan zona bahaya. De ngan demikian, ma syarakat dapat men de ngar kan si­ar an dua rakom itu di ma na pun dan ka pan pun.

Dukungan WargaPendirian rakom di kedua desa itu

mendapat sambutan positif dari pe­merintah desa maupun dari masya ra­kat. Dukungan kepala desa di wu jud­kan dengan menyediakan ruang an di kantor kepala desa.

Selain dukungan positif dari pihak Pemerintah Desa, masyarakat juga tu­rut terlibat langsung dalam pendiri­an nya. Hendrik Junanta Ba ngun, pe­nge lola Kekelengen FM, mence ri takan masyarakat se ki tar turut mem ban tu pendirian rakom. Mereka ikut mendi­rikan antena, setting alat, dan bel ajar mengoperasikan alat. Hal serupa ju­ga terjadi di Dia Ermediate FM.

Pengurus rakom ditentukan mela­lui diskusi warga. Meski begitu, ti dak mudah mengajak para remaja un tuk terlibat dalam aktivitas penyi ar an di Kekelengan FM. Kondisi di Dia Er me­

diate FM lebih baik ka re na pe nge lola dan penyiarnya me li bat kan warga da­ri beragam usia.

Informasi yang disampaikan kepa­da pendengar dua radio terse but me­li puti aktivitas gunung, kemungkinan adanya lahar hujan, dan ke si ap siaga­an. Informasi tersebut diperoleh dari relawan pemantau, ke pa la desa, mau­pun dari Pos PGA dan BPBD.

Antusiasme masyarakat yang ter­jang kau oleh pancaran siaran kedua radio ini dapat dikatakan ting gi. Dari delapan warga yang di wa wan carai, se­luruhnya mengaku senantiasa men­dengar kan kedua radio tersebut kare­na in for masi yang disampaikan radio tak didapatkan dari media lain. Pen­de ngar nya tidak terbatas pada warga yang mendapat bantuan radio pene­ri ma, tapi juga warga lain. Ada yang

membeli radio baru, namun ada ju ga yang men dengarkan siarannya lewat pon sel. “Saya membawa radio ke la­dang, jadi kalau ada per ingat an ba ha­ya saya langsung bisa de ngar,” kata Pi­nalti Sitepu, warga Pin tu be si.

Di samping mendengarkan siaran­nya, warga juga aktif merespons in for­masi yang disajikan. Dalam satu kali siaran, Kekelengen FM bisa meneri ma setidaknya 30 pesan pendek (SMS) un­tuk menanyakan informasi yang di si­arkan maupun sekadar un tuk ki rim sa­lam ke pendengar radio la in nya.

Sedangkan pada Dia Ermediate FM, pesan pendek yang masuk dalam sa tu kali siaran mencapai 150. Selain itu, ada saja warga yang datang meng an­tar makanan ke studio untuk penyiar yang bertugas malam hari. Antusias­me warga untuk belajar si ar an di stu­dio juga tinggi. Mereka ikut bel ajar dan siaran didampingi oleh pe nyiar.

Tingginya antusiasme dan ha rap­an masyarakat harus diimbangi de­ngan rencana keberlanjutan rakom ke depan. Arsatma Ba ngun, salah seorang pengelola Dia Erme diate FM, meng­aku akan terus melan jut kan dan men­cari inovasi demi keber lan jut an ra kom tersebut. Bebera pa gambaran prog­ram acara ke depan su dah disu sun, misalnya dengan mem bu at talk show tentang kebenca naan, per ta ni an, ke­ro hanian, dan kese nian.

Sebelum ada rakom, warga meng­akses informasi dari televisi. Namun setelah didirikan rakom untuk men­dukung sistem peringatan dini guna me ngurangi resiko bencana, antusi as­me warga ternyata sangat tinggi. Pe­mi lihan radio sebagai media dalam me nyam paikan informasi mengenai ak ti vi tas Gunung Sinabung dinilai sa­ngat tepat lantaran melalui radio in­for masi bisa langsung diterima oleh warga.

Supaya tujuan didirikannya rakom itu bisa tercapai, dukungan dari pe­merintah daerah terutama BPBD dan Pos PGA sangat diperlukan. Komuni­kasi antara rakom, Pos PGA dan BPBD harus terjalin dengan baik agar fung­sinya dalam mendukung sis tem per­ingatan dini bencana dapat berjalan mak si mal.

Foto: Pemasangan peralatan radio

Kekelengan FM di Desa Perteguhen,

Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Ko

mb

ina

si

Page 23: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Tertarik Menulis di Majalah Kombinasi?

Redaksi Majalah Kombinasi menerima tulisan berupa opini, feature hasil liputan, dan resensi (buku dan film dokumenter) dengan tema-tema yang berhubungan dengan komunitas maupun media komunitas.

Ketentuan tulisan

Ditulis menggunakan bahasa Indonesia dengan mengikuti kaidah penulisan yang benar.

Ditulis dengan font times new roman, ukuran 12, panjang tulisan sekitar 6.000 karakter (with spaces).

Untuk tulisan feature dan resensi, harap sertakan foto dengan resolusi standard (minimal 1.000 x 800 pixel).

Mencantumkan nama terang penulis dan aktivitas penulis Mencantumkan nomor rekening penulis. Redaksi berhak menyeleksi tulisan yang sesuai dengan

Majalah Kombinasi. Untuk tulisan yang terpilih, redaksi berhak mengedit tulisan

tanpa mengubah maksud tulisan. Penulis yang tulisan diterbitkan akan mendapatkan honor

sepantasnya.

Tulisan bisa dikirim ke redaksi Majalah Kombinasi di Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.183, Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia (kode pos 55188) atau melalui surat eletronik di [email protected]

Majalah Kombinasi (Komunitas Membangun Jaringan Informasi) adalah majalah yang diterbitkan Combine Resource Institution (CRI) sebagai media untuk menyebarkan gagasan, inspirasi, dan pengetahuan tentang media komunitas. Majalah ini diterbitkan sebagai salah satu upaya Combine untuk membantu pelaku media komunitas dalam mengembangkan medianya, baik dalam hal teknis pengelolaan, keredaksian, maupun isu.

Page 24: Kombinasi Ed 56 juni 2014

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Segenap keLuarga BeSar CoMBine reSourCe inStitution

MenguCapkan

Selamat idul fitri 1435 h