kolektibilitas kredit
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KOLEKTIBILITAS KREDIT
PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI PULAU JAWA DAN LUAR
PULAU JAWA DESEMBER 2002 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006.
HARLEN BUTAR-BUTAR
ARIS BUDI SETYAWAN
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kolektibilitas kredit
BPD di Indonesia, menguji perbedaan nilai kolektibilitas kredit dan
kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar
pulau Jawa, serta untuk mengetahui dampak perbedaan tingkat
kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif bagi pembangunan di
daerah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan statistik non parametrik metode Mann Whitney
U untuk menguji perbedaan antara 2 sampel independen, yaitu BPD
pulau Jawa dengan BPD luar pulau Jawa. Dengan mengambil sampel 5
BPD pulau Jawa dan 5 BPD luar Jawa, dengan kriteria data lengkap
dan nilai kolektibilitas kredit terbesar. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah secara umum BPD di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa
mempunyai kualitas aktiva produktif diatas 82%, yang berarti bahwa
bank dalam kondisi sehat, dan hanya beberapa bank seperti BPD
Sumatera Selatan, BPD Kalimantan Tengah, BPD Sumatera Barat dan
Sulawesi Tengah (luar Jawa), serta BPD DKI (Jawa) yang masuk dalam
kategori cukup sehat. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney U
tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai kolektibilitas kredit maupun
kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar
pulau Jawa. Hal ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, dikarenakan objek dan variabel penelitiannya berbeda.
Kata Kunci : kolektibilitas kredit, kualitas aktiva produktif
PENDAHULUAN
Mengingat pentingnya peranan kredit perbankan dalam mengendalikan
moneter dan kegiatan perekonomian, maka berbagai kebijaksanaan telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menciptakan suatu sistem perkreditan yang
sehat. Kebijaksanaan tersebut antara lain meliputi kebijaksanaan mengenai tingkat
bunga, sektor-sektor ekonomi yang perlu didorong untuk diberikan kredit dan
kebijaksanaan yang lebih menekankan pada prinsip kehati-hatian.
Memperhatikan peranan lembaga perbankan yang demikian strategis
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, maka terhadap lembaga
perbankan perlu senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif agar
mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan
yang semakin bersifat global, serta mampu melindungi secara baik dana yang
dititipkan masyarakat kepadanya juga mampu menyalurkan dana masyarakat
tersebut ke bidang-bidang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dengan
demikian dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan
yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam
arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus
diusahakan oleh manjemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan
kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatannya.
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada
tingkat kolektibilitas kreditnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif
sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya
adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur
2
baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan
(Syahyunan, 2002).
Berdasarkan jumlah kredit yang diberikan tersebut, terdapat perbedaan
yang sangat besar antara BPD di pulau Jawa dan luar Jawa, dimana besarnya rata-
rata kredit yang disalurkan adalah Rp. 19,616 triliun untuk BPD pulau Jawa dan
Rp. 16,471 triliun untuk BPD di luar Jawa. Jumlah kredit yang disalurkan tersebut
sangat tidak proporsional mengingat jumlah BPD di pulau Jawa hanya ada 5
(lima) bank, sedangkan BPD di luar pulau Jawa terdiri dari 21 (dua puluh satu)
bank (BI, 2007).
Adanya perbedaan tersebut tentunya dapat menyebabkan tidak meratanya
pembangunan di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa, yang mungkin dapat
menganggu pembangunan itu sendiri, khususnya di luar pulau Jawa.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat kolektibilitas kredit BPD di Indonesia.
2. Untuk menguji perbedaan nilai kolektibilitas kredit BPD di pulau Jawa dengan
BPD di luar pulau Jawa.
3. Untuk menguji perbedaan kualitas aktiva produktif BPD pulau Jawa dengan
BPD di luar pulau Jawa.
4. Untuk mengetahui dampak yang mungkin timbul dengan adanya perbedaan
tingkat kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau
Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa.
TINJAUAN PUSTAKA
Penggolongan Kolektibilitas Kredit
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh bank untuk melihat
kemampuan debitur dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran
pokok dan bungan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama
dalam perjanjian kredit serta ditinjau dari prospek usaha, kondisi keuangan dan
kemampuan membayar kredit yang diberikan, maka seluruh kredit yang telah
3
diberikan dapat digolongkan manjadi 5 (lima) golongan, yaitu: lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet (Syahyunan, 2002).
Untuk dapat kredit dikatakan lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan dan macet maka masing-masing debitur harus memenuhi 3
(tiga) aspek yang terdiri dari: (SK DIR BI No. 31/147/KEP/DIR, 1998):
1. Prospek Usaha
2. Kondisi Keuangan
3. Kemampuan membayar
Terdapat kredit yang telah diberikan kepada para debitur, maka untuk
mengetahui tingkat kesehatan kredit tersebut telah dikeluarkan SK DIR BI No.
31/147/KEP/DIR, tanggal 12 November 1998 sebagai pedoman untuk menilai
tingkat kolektibilitas kredit (Syahyunan, 2002) , sebagai berikut:
NKK = (25%xDPK)+(50%xKL)+(75%xD)+(100%xM) x 100% ...... (2.1)
Total Kredit Yang Diberikan
Keterangan :
DPK = Dalam Perhatian Khusus
KL = Kurang Lancar
D = Diragukan
M = Macet
Ketentuan Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bank berkinerja baik
mencatat kredit macet maksimal 5% (mengacu pada angka yang dipersyaratkan
BI pada Non Performance Loan).
Nilai kolektibilitas kredit kita gunakan sebagai dasar perhitungan kualitas
aktiva produktif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KAP = 15,5 – NKK x 1 .............................................................. (2.2)
0,15
4
Kriteria kesehatan bank dapat dikelompokkan dalam 4 (empat)
kelompok yaitu :
Tabel 1. Kriteria Kesehatan BankNO NILAI KAP PREDIKAT1 82 < KAP < 103,33 Sehat2 66 < KAP < 81 Cukup Sehat3 51 < KAP < 65 Kurang Sehat4 Nilai KAP < 50 Tidak Sehat
Sumber : SK Direksi BI No. 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang perbandingan bank
diantaranya adalah Lestari dan Sugiharto (2007) yang melakukan analisis
perbedaan kinerja keuangan antara bank devisa dengan bank non devisa periode
tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan bank adalah ROA, ROE dan LDR. Hasil yang diperoleh adalah
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank devisa
dengan bank non devisa pada periode tersebut. Samosir (2003) mengidentifikasi
kinerja Bank Mandiri sebelum dan sesudah merger, serta membandingkan
efisiensi bank tersebut dengan bank BUMN lainnya. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum
dengan sesudah merger yang mengarah pada perkembangan negatif dimana
kinerja Bank Mandiri menjadi tidak sehat. Efisiensi Bank Mandiri menduduki
posisi keempat apabila dilihat dari efisiensi relatif diantara bank-bank pemerintah.
Penelitian yang mengkaji masalah kondisi kesehatan bank adalah
Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang melakukan prediksi terhadap kondisi
kesehatan 24 bank periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2002. Alat analisis
yang digunakan adalah CAMEL, dimana salah satu variabelnya adalah aktiva
produktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio aktiva
produktif suatu bank, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Syahril dan Saptarini (2006) yang membahas tentang masalah kredit macet
dan kecukupan modal dengan hasil penelitian kredit macet berpengaruh signifikan
terhadap pengembalian modal, serta kredit macet dan kecukupan modal
berpengaruh signifikan terhadap pengembalian modalnya. Kredit macet
5
menentukan tingkat kolektibilitas kredit yang dapat mempengaruhi kesehatan
bank.
Sedangkan penelitian yang mengkaji tentang perbandingan tingkat
kesehatan bank adalah Muhyar dan Hermana (2005) yang melakukan
perbandingan terhadap dana pihak ketiga Bank Pembangunan Daerah dengan
menggunakan data laporan keuangan periode tahun 2001 sampai dengan 2004.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 BPD yang berbentuk PT dan 2 BPD non
PT. Hasil yang diperoleh adalah dana pihak ketiga antara BPD yang berbentuk PT
dengan BPD yang berbentuk non PT berbeda signifikan. Salah satu faktor penentu
tingkat kesehatan bank adalah nilai kolektibilitas kredit.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini
lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penaksiran
kuantitatif yang kuat. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis
statistik non parametrik untuk menguji hipotesis komparatif 2 (dua) kelompok
yang berkaitan dimana objek yang sama diamati pada dua kondisi yang berbeda
untuk mengetahui perbandingan kualitas aktiva produktif antara Bank
Pembangunan Daerah di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah Nilai Kolektibilitas Kredit dan
Kualitas Aktiva Bersih dengan menggunakan pos kredit yang diberikan dalam
laporan keuangan bank, baik untuk kategori kredit lancar, dalam perhatian khusus,
kurang lancar, diragukan maupun dalam kategori kredit macet.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis deskriptif yang digunakan untuk menampilkan data secara grafik
maupun tabel.
6
2. Uji beda dengan menggunakan pendekatan statistik non parametrik metode
Mann-Whitney U untuk menguji perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit
dan kualitas aktiva produktif BPD di pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.
Alasan penggunaan metode ini karena datanya berskala ordinal, sampelnya
terdiri atas 2 (dua) sampel independen dan datanya relatif kecil.
Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan untuk menganalisis
pengujian nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif adalah sebagai
berikut :
H01 : Tidak terdapat perbedaan nilai kolektibilitas kredit antara BPD di
pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.
H02 : Tidak terdapat perbedaaan kualitas aktiva produktif antara BPD
di pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.
PEMBAHASAN
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia terdiri atas 26 buah bank yang
meliputi 5 bank di pulau Jawa dan 21 bank di luar pulau Jawa. Laporan keuangan
per 31 Desember Bank Pembangunan Daerah di seluruh Indonesia dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Aktiva Produktif BPD seluruh Indonesia per 31 Desember
Sumber : Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (2007)
Dari tabel 2 tersebut terlihat bahwa semua pos rekening keuangan
mengalami kenaikan. Khusus untuk kredit yang disalurkan, sampai dengan Mei
7
2007 jumlahnya sangat melonjak tajam dari Rp. 55,979 triliun pada 31 Desember
2006 menjadi Rp. 61,645 triliun pada 31 Mei 2007. Kenaikan jumlah ini
disebabkan karena adanya kredit sindikasi antar BPD, yang tentunya diikuti
dengan sharing resiko.
Sedangkan untuk masing-masing BPD, jumlah rata-rata kredit
pertahunnya (dari Desember 2002 sampai dengan Desember 2006) adalah sebagai
berikut (tabel 3 dan 4) :
Tabel 3. Rata-rata Kredit pertahun BPD Luar Pulau Jawa (dalam jutaan rupiah)
NO NAMA BANK KREDIT1 PT. BPD Aceh 1.194,462 2 PT. BPD Bali 2.173,718 3 PT. BPD Bengkulu 191,478 4 PT. BPD Jambi 229,503 5 PT. BPD Kalbar 470,373 6 BPD Kalimantan Timur 1.443,944 7 BPD Kalsel 526,601 8 PT. Bank Kalteng 298,241 9 PT. Bank Lampung 429,544
10 PT. BPD Maluku 243,783 11 PT. BPD NTB 743,990 12 PT. BPD NTT 439,467 13 PT. BPD Papua 810,873 14 PT. BPD Riau 1.238,916 15 PT. BPD Sul Tengah 75,121 16 PT. BPD Sulawesi Utara 572,617 17 PT. BPD Sulsel 774,497 18 PT. BPD Sulteng 104,678 19 PT. BPD Sumatera Barat 2.018,381 20 PT. BPD Sumsel 1.308,313 21 PT. BPD Sumut 1.183,143
Jumlah : 16.471,643 Sumber : Bank Indonesia, 2007(diolah)
Pada tabel 3 tersebut terlihat bahwa jumlah rata-rata kredit yang diberikan
untuk BPD di luar pulau Jawa adalah Rp. 16,471 triliun, sedangkan untuk BPD di
pulau Jawa (lihat tabel 4) sebesar Rp. 19,616 triliun. Tingginya perbedaan kredit
yang diberikan antara BPD di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa sebesar Rp.
3,145 triliun menunjukkan adanya ketidakseimbangan penyaluran kredit antara
pulau Jawa dengan luar pulau Jawa, apalagi dengan melihat perbandingan jumlah
8
bank, dimana BPD di pulau Jawa sebanyak 5 bank sedangkan BPD di luar pulau
Jawa sebanyak 21 bank. Hal ini perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah,
sehingga upaya untuk mewujudkan keseimbangan penyaluran kredit antara pulau
Jawa dan luar pulau Jawa dapat tercapai.
Tabel 4. Rata-rata Kredit pertahun BPD Pulau Jawa (dalam jutaan rupiah)
NO NAMA BANK KREDIT
1 BPD Yogyakarta 816,000
2 PT. Bank DKI 2.853,297
3 PT. BPD Jawa Barat 8.422,160
4 PT. PD Jawa Tengah 3.983,591
5 PT. BPD Jawa Timur 3.541,929
Jumlah : 19.616,978
Sumber : Bank Indonesia, 2007(diolah)
Berdasarkan pada besarnya proporsi kredit yang diberikan tersebut, maka
dilakukan perbandingan antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau
Jawa dengan mengambil jumlah sampel 5 BPD untuk masing-masing wilayah
dengan kriteria yang memiliki kualitas aktiva produktif (KAP) terbesar dan
memiliki kelengkapan data.
Ketentuan Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bank kinerjanya baik
mencatat kredit macet maksimal 5%, mengacu pada angka yang dipersyaratkan BI
dalam Non Performance Loan (NPL). Nilai kolektibilitas kredit untuk PT. BPD
Nusa Tenggara Timur adalah sebesar 0,23% berarti bahwa jumlah kredit yang
bermasalah adalah sebesar 0,23% dari total kredit yang disalurkan menyatakan
kinerja bank baik karena jauh di bawah ketentuan BI sebesar 5%. Sedangkan
untuk nilai kolektibilitas kredit PT. BPD Kalimantan Barat adalah sebesar 0,99%
dari total kredit yang disalurkan. Jumlah tersebut masih jauh dibawah ketentuan
BI sebesar 5% yang menyatakan kinerja bank baik.
Kriteria kualitas aktiva produktif pada kelompok interval nilai 82 < KAP <
103,33 adalah kategori sehat (SK Direksi BI no. 30/267/KEP/DIR tanggal 27
Februari 1998). Kualitas aktiva produktif untuk PT. BPD Nusa Tenggara Timur
sebesar 101,81 dan PT. BPD Kalimantan Barat sebesar 96,74 merupakan angka
9
indeks yang masuk dalam kategori sehat artinya bahwa bank tersebut dapat
memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, dapat berkembang secara wajar
dan bermanfaat bagi perekonomian Indonesia.
Tabel 5. NKK dan KAP Rata-rata BPD di Luar Pulau JawaNO. NAMA BANK NKK
RATA-RATAKAP
RATA-RATAA. KONDISI SEHAT1 PT. BPD NTT 0,34 101,07
2 PT. BPD Kalbar 0,63 99,12
3 PT. BPD Jambi 0,94 97,07
4 PT. Bank Lampung 1,13 95,80
5 PT. BPD Sulsel 1,50 93,35
6 PT. BPD Sulawesi Utara 1,51 93,26
7 PT. BPD NTB 1,77 91,50
8 PT. BPD Papua 2,09 89,37
9 BPD Kalsel 2,26 88,24
10 PT. BPD Bali 2,52 86,51
11 PT. BPD Bengkulu 2,56 86,29
12 BPD Kalimantan Timur 2,59 86,06
13 PT. BPD Aceh 2,91 83,94
14 PT. BPD Sumut 3,06 82,93
15 PT. BPD Maluku 3,08 82,81
16 PT. BPD Riau 3,09 82,73
B. KONDISI CUKUP SEHAT1 PT. BPD Sulteng 3,21 81,93
2 PT. BPD Sumsel 3,61 79,27
3 PT. Bank Kalteng 3,68 78,81
4 PT. BPD Sumatera Barat 4,53 73,17
C. KONDISI TIDAK SEHAT1 PT. BPD Sul Tengah 8,68 45,47
Rata-rata nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktifnya dapat
dilihat pada tabel 5 dan 6. Tabel tersebut, menunjukkan terdapat 16 BPD di luar
pulau Jawa yang mempunyai kualitas aktiva produktif di atas nilai 82 atau dalam
kondisi sehat, 4 BPD dengan kualitas aktiva produktif antara 66 sampai dengan 81
atau dalam kondisi cukup sehat dan 1 BPD dengan kualitas aktiva produktif
kurang dari 50 atau dalam kondisi kurang sehat. Sedangkan untuk pulau Jawa,
10
terdapat 4 BPD yang mempunyai kualitas aktiva produktif di atas 82 atau dalam
kondisi sehat dan 1 BPD dengan kualitas aktiva produktif antara 66 sampai
dengan 81 atau dalam kondisi cukup sehat.
Tabel 6. NKK dan KAP Rata-rata BPD di Pulau JawaNO. NAMA BANK NKK
RATA-RATAKAP
RATA-RATAA. KONDISI SEHAT1 PT. BPD Jawa Barat 0,39 100,71 2 PT. BPD Jawa Timur 0,68 98,79 3 PT. BPD Jawa Tengah 0,85 97,67 4 BPD Yogyakarta 1,26 94,93 B. KONDISI CUKUP SEHAT5 PT.Bank DKI 5,46 66,91
Nilai kolektibilitas kredit untuk BPD di luar pulau Jawa dan pulau Jawa
menunjukkan hanya terdapat 1 BPD untuk masing-masing wilayah yang
mempunyai nilai kolektibilitas kredit di atas 5% yaitu BPD Sulawesi Tengah
dengan NKK sebesar 8,68 untuk luar pulau Jawa, dan BPD DKI dengan NKK
sebesar 5,46 untuk pulau Jawa yang menunjukkan besarnya kredit macet melebihi
ketentuan yang dipersyaratkan BI.
Secara deskriptif, kualitas aktiva produktif Bank BPD di pulau Jawa dan
Luar Pulau Jawa dapat kita lihat dalam tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
5 ,39 5,465 1,51 2,525 66,91 100,715 86,51 93,265
NKKJAWANKKLUARKAPJAWAKAPLUARValid N (listwise)
N Minimum Maximum
Dalam tabel 7 tersebut terlihat bahwa nilai minimum NKK rata-rata untuk
BPD pulau Jawa adalah 0,39 sedangkan untuk BPD luar pulau Jawa adalah 1,51.
Nilai maksimum NKK rata-rata untuk BPD pulau Jawa adalah 5,46, sedangkan
untuk luar pulau Jawa 2,52. Nilai minimum KAP rata-rata untuk BPD pulau Jawa
adalah 66,91 untuk luar pulau Jawa 86,51, sedangkan nilai maksimum KAP rata-
rata untuk BPD pulau Jawa adalah 100,71, untuk luar pulau Jawa adalah 93,26.
11
Nilai Kolektibilitas Kredit dan Kualitas Aktiva Produktif
Perbedaan nilai koletibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif antara
BPD di pulau Jawa dan BPD luar Jawa dapat kita lihat dalam gambar 1, 2 dan 3
berikut ini.
Gambar 1 Perbandingan Aktiva Produktif BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa
Pada gambar 1 terlihat bahwa perkembangan aktiva produktif untuk BPD
pulau Jawa terjadi perbedaan yang sangat mencolok, apalagi untuk tahun 2006
dimana aktiva produktif untuk BPD pulau Jawa hampir mencapai angka Rp. 30
triliun, sedangkan untuk BPD luar pulau Jawa kurang dari Rp. 10 triliun.
Gambar 2. Perbandingan NKK BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa
Nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2006 mengalami kenaikan yang signifikan, dimana pada tahun 2002 masih
berada di bawah kisaran 2%, pada tahun 2006 menjadi di atas 3% yang berarti
terjadi kenaikan kredit bermasalah. Berbeda dengan BPD luar Jawa yang hampir
dikatakan stabil antara 1% sampai dengan 2%. Nilai kolektibilitas kredit BPD di
pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa masih berada di bawah ketentuan BI
sebesar 5%.
12
Gambar 3. Perbandingan KAP BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa
Kualitas aktiva produktif antara BPD pulau Jawa dengan BPD luar pulau
Jawa dapat dikatakan hampir seimbang, yaitu mendekati angka indeks di atas 82,
kecuali pada tahun 2006 dimana untuk BPD luar pulau Jawa terjadi penurunan di
bawah indeks 82. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah kredit bermasalahnya.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kualitas aktiva produktif BPD di pulau Jawa
dengan BPD di luar pulau Jawa masuk dalam kategori sehat dengan nilai di atas
82 (SK Direksi BI no. 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998).
Perbedaan Nilai Kolektibilitas Kredit dan Kualitas Aktiva Produktif BPD
Pulau Jawa dengan Luar Pulau Jawa
Hasil uji beda untuk nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dengan
luar pulau Jawa disajikan dalam tabel 8 berikut ini
Tabel 8. Uji Beda Nilai kolektibilitas Kredit
Test Statisticsb
5,00020,000-1,567
,117
,151a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
NKK
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: WILAYAHb.
Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat nilai signifikansinya adalah 0,117 >
tingkat signifikansinya sebesar 0,05, dan nilai Mann-Whitney U hitungnya sebesar
5 > 0,075. Artinya bahwa H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain tidak
terdapat perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit BPD di pulau Jawa dengan
13
BPD di luar pulau Jawa. Penyebab dari kondisi ini adalah terjadinya fluktuasi
nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dan BPD luar pulau Jawa, dimana nilai
kolektibilitas kredit untuk BPD pulau Jawa dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2006 mengalami penurunan, sedangkan untuk luar pulau Jawa mengalami
kenaikan. Nilai rata-rata sebagai akibat fluktuasi tersebut dapat dikatakan sama.
Begitu juga dengan kualitas aktiva produktifnya, apabila kita lihat tabel 9
tersebut nilai signifikansi 0,117 > tingkat signifikansinya sebesar 0,05 dan nilai
Mann-Whitney U hitungnya sebesar 5 > 0,075 . Artinya bahwa H0 diterima dan HA
ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan antara kualitas aktiva
produktif BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa.
Tabel 9. Uji Beda Kualitas Aktiva Produktif
Test Statisticsb
5,00020,000-1,567
,117
,151a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
KAP
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: WILAYAHb.
Hasil perhitungan uji beda nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva
produktif terlihat sama, dikarenakan perhitungan kualitas aktiva produktifnya
didasarkan pada nilai kolektibilitas kreditnya. Kondisi ini dapat kita lihat dari
kategori kesehatannya, dimana baik BPD pulau Jawa maupun BPD luar pulau
Jawa masuk dalam kategori sehat.
Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian yang serius dari pemerintah untuk
menyikapi hasil penelitian ini, dimana BPD pulau Jawa yang secara kuantitatif
mempunyai nominal jauh lebih tinggi dari BPD luar pulau Jawa, menghasilkan
kinerja yang tidak berbeda. Penyebab utama dari permasalahan ini adalah semakin
tingginya jumlah kredit bermasalah BPD pulau Jawa.
Kaitan dengan Penelitian Sejenis
14
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhyar dan Hermana (2005). Perbedaan ini dimungkinkan karena objek dan
variabel penelitiannya berbeda. Penelitian Muhyar dan Hernama (2005)
menggunakan objek Bank Pembangunan Daerah yang berbentuk PT dengan non
PT, dan dengan menggunakan variabel penelitian yang berupa dana pihak ketiga.
Objek penelitian yang didasari oleh perbedaan bentuk badan hukum, yaitu
PT dengan non PT, seperti yang dilakukan oleh Muhyar dan Hernama (2005)
tersebut memang mempunyai karakteristik yang berbeda, dimana BPD yang
berbentuk PT mempunyai pos-pos rekening yang lebih bagus dibandingkan
dengan BPD yang berbentuk non PT. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
tersebut yang menunjukkan bahwa baik giro, tabungan dan depositonya jumlah
nominalnya berbeda signifikian. Begitu juga dengan kinerjanya yang diukur
dengan RDP (rasio deposit terhadap pinjaman) dan RAP (rasio aset terhadap
pinjaman) yang berbeda signifikan.
Sedangkan objek penelitian yang didasari oleh perbedaan wilayah,
mempunyai karakteristik yang sama, meskipun secara kuantitas menunjukkan
BPD pulau Jawa mempunyai nominal lebih tinggi dibandingkan dengan BPD luar
pulau Jawa.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melihat uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum BPD di Indonesia mempunyai tingkat kolektibilitas kredit baik,
karena perbandingan nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa berada di
bawah ketentuan Bank Indonesia, yang menyatakan bank kinerjanya baik
apabila kredit macet maksimal 5% dari total kredit yang disalurkan, mengacu
pada angka yang dipersyaratkan BI dalam Non Performance Loan (NPL).
2. Hasil uji beda nilai kolektibilitas kredit antara BPD di pulau Jawa dengan BPD
di luar pulau Jawa tidak menunjukkan adanya perbedaan. Hasil diatas
dimungkinkan terjadi akibat fluktuasi nilai kolektibilitas kredit yang tidak
15
terlalu besar antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa periode
tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.
3. Seperti halnya NKK, hasil uji beda kualitas aktiva produktif antara BPD di
pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa tidak menunjukkan adanya
perbedaan. Kondisi kesehatan BPD di pulau Jawa maupun BPD di luar pulau
Jawa masuk dalam kategori sehat.
4. Tidak adanya perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva
produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa, hal ini
menjadi modal utama untuk meningkatkan kinerja kolektibilitas, khususnya
BPD di luar pulau Jawa. Karena dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan
pemerataan pembangunan di daerah.
SARAN
Saran-saran yang dapat penulis berikan dengan hasil analisis dan
pembahasan pada penelitian ini adalah:
1. Pemerintah perlu mengantisipasi dampak yang mungkin timbul dari
ketidakseimbangan jumlah dan efektifitas kredit yang disalurkan antara BPD di
pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa. Salah satu dampak yang mungkin
ditimbulkan adalah adanya perbedaan iklim usaha pada kedua wilayah tersebut.
2. Periode waktu penelitian yang pendek dan jumlah sampel data yang relatif
kecil, dapat menyebabkan obyektifitas penelitian semakin kecil. Sehingga
untuk penelitian-penelitian lanjut, diharapkan dapat memperluas lingkup
penelitian guna pencapaian tujuan penelitian itu sendiri. Di samping itu, perlu
juga diperhatikan objek dan variabel penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica., dan Herdiningtyas, Winny., 2005. Analisis Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, Nopember 2005.
Kasmir, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
16
Muhyar, Nurhopipah., dan Hermana, Budi., 2005. Perbandingan Dana Pihak
Ketiga Bank Pembangunan Daerah yang Berbadan Hukum PT dan bukan
PT pada periode 2001 sampai dengan 2004. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Gunadarma, 2005.
Muljono, Teguh Pudjo., 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial.
Yogyakarta : BPFE UGM.
Samosir, Agunan P., 2003. Analisis Kinerja bank Mandiri setelah Merger dan
sebagai Bank Rekapitalisasi. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No.
1, Maret 2003.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Syahyunan, 2002. Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat
Ukur Kesehatan Bank. USU.
Syahril dan Saptarini, Trini., 2006. Analisis Pengaruh Pinjaman Macet (PM) dan
Rasio Kecukupan Modal (RKM) terhadap Pengembalian Ekuitas (PE)
Bank Syariah Kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk. Majalah Ekonomi
dan Komputer Universitas Gunadarma, 2006.
_________ , 1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/267/KEP/DIR.
Bank Indonesia, 27 Februari 1998.
_________ , 1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 31/147/KEP/DIR.
Bank Indonesia, 12 Nopember 1998.
_________ , 1998. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tentang
Perbankan, 10 November 1998
17