kolektibilitas kredit

27
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KOLEKTIBILITAS KREDIT PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI PULAU JAWA DAN LUAR PULAU JAWA DESEMBER 2002 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006. HARLEN BUTAR-BUTAR ARIS BUDI SETYAWAN Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma [email protected] [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kolektibilitas kredit BPD di Indonesia, menguji perbedaan nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa, serta untuk mengetahui dampak perbedaan tingkat kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif bagi pembangunan di daerah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan statistik non parametrik metode Mann Whitney U untuk menguji perbedaan antara 2 sampel independen, yaitu BPD pulau Jawa dengan BPD luar pulau Jawa. Dengan mengambil sampel 5 BPD pulau Jawa dan 5 BPD luar Jawa, dengan kriteria data lengkap dan nilai kolektibilitas kredit terbesar. Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara umum BPD di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa mempunyai kualitas aktiva produktif diatas 82%, yang berarti bahwa bank dalam kondisi sehat, dan hanya beberapa

Upload: voanh

Post on 18-Jan-2017

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kolektibilitas Kredit

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KOLEKTIBILITAS KREDIT

PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI PULAU JAWA DAN LUAR

PULAU JAWA DESEMBER 2002 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006.

HARLEN BUTAR-BUTAR

ARIS BUDI SETYAWAN

Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kolektibilitas kredit

BPD di Indonesia, menguji perbedaan nilai kolektibilitas kredit dan

kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar

pulau Jawa, serta untuk mengetahui dampak perbedaan tingkat

kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif bagi pembangunan di

daerah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan statistik non parametrik metode Mann Whitney

U untuk menguji perbedaan antara 2 sampel independen, yaitu BPD

pulau Jawa dengan BPD luar pulau Jawa. Dengan mengambil sampel 5

BPD pulau Jawa dan 5 BPD luar Jawa, dengan kriteria data lengkap

dan nilai kolektibilitas kredit terbesar. Hasil penelitian yang diperoleh

adalah secara umum BPD di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa

mempunyai kualitas aktiva produktif diatas 82%, yang berarti bahwa

bank dalam kondisi sehat, dan hanya beberapa bank seperti BPD

Sumatera Selatan, BPD Kalimantan Tengah, BPD Sumatera Barat dan

Sulawesi Tengah (luar Jawa), serta BPD DKI (Jawa) yang masuk dalam

kategori cukup sehat. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney U

tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai kolektibilitas kredit maupun

kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar

pulau Jawa. Hal ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan

Page 2: Kolektibilitas Kredit

sebelumnya, dikarenakan objek dan variabel penelitiannya berbeda.

Kata Kunci : kolektibilitas kredit, kualitas aktiva produktif

PENDAHULUAN

Mengingat pentingnya peranan kredit perbankan dalam mengendalikan

moneter dan kegiatan perekonomian, maka berbagai kebijaksanaan telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menciptakan suatu sistem perkreditan yang

sehat. Kebijaksanaan tersebut antara lain meliputi kebijaksanaan mengenai tingkat

bunga, sektor-sektor ekonomi yang perlu didorong untuk diberikan kredit dan

kebijaksanaan yang lebih menekankan pada prinsip kehati-hatian.

Memperhatikan peranan lembaga perbankan yang demikian strategis

dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, maka terhadap lembaga

perbankan perlu senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif agar

mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan

yang semakin bersifat global, serta mampu melindungi secara baik dana yang

dititipkan masyarakat kepadanya juga mampu menyalurkan dana masyarakat

tersebut ke bidang-bidang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dengan

demikian dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan

yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam

arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi

hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang sangat

penting yang harus diperhatikan oleh bank.

Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus

diusahakan oleh manjemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan

kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kesehatannya.

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada

tingkat kolektibilitas kreditnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif

sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya

adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur

2

Page 3: Kolektibilitas Kredit

baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan

(Syahyunan, 2002).

Berdasarkan jumlah kredit yang diberikan tersebut, terdapat perbedaan

yang sangat besar antara BPD di pulau Jawa dan luar Jawa, dimana besarnya rata-

rata kredit yang disalurkan adalah Rp. 19,616 triliun untuk BPD pulau Jawa dan

Rp. 16,471 triliun untuk BPD di luar Jawa. Jumlah kredit yang disalurkan tersebut

sangat tidak proporsional mengingat jumlah BPD di pulau Jawa hanya ada 5

(lima) bank, sedangkan BPD di luar pulau Jawa terdiri dari 21 (dua puluh satu)

bank (BI, 2007).

Adanya perbedaan tersebut tentunya dapat menyebabkan tidak meratanya

pembangunan di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa, yang mungkin dapat

menganggu pembangunan itu sendiri, khususnya di luar pulau Jawa.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kolektibilitas kredit BPD di Indonesia.

2. Untuk menguji perbedaan nilai kolektibilitas kredit BPD di pulau Jawa dengan

BPD di luar pulau Jawa.

3. Untuk menguji perbedaan kualitas aktiva produktif BPD pulau Jawa dengan

BPD di luar pulau Jawa.

4. Untuk mengetahui dampak yang mungkin timbul dengan adanya perbedaan

tingkat kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif antara BPD di pulau

Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa.

TINJAUAN PUSTAKA

Penggolongan Kolektibilitas Kredit

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh bank untuk melihat

kemampuan debitur dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran

pokok dan bungan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama

dalam perjanjian kredit serta ditinjau dari prospek usaha, kondisi keuangan dan

kemampuan membayar kredit yang diberikan, maka seluruh kredit yang telah

3

Page 4: Kolektibilitas Kredit

diberikan dapat digolongkan manjadi 5 (lima) golongan, yaitu: lancar, dalam

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet (Syahyunan, 2002).

Untuk dapat kredit dikatakan lancar, dalam perhatian khusus, kurang

lancar, diragukan dan macet maka masing-masing debitur harus memenuhi 3

(tiga) aspek yang terdiri dari: (SK DIR BI No. 31/147/KEP/DIR, 1998):

1. Prospek Usaha

2. Kondisi Keuangan

3. Kemampuan membayar

Terdapat kredit yang telah diberikan kepada para debitur, maka untuk

mengetahui tingkat kesehatan kredit tersebut telah dikeluarkan SK DIR BI No.

31/147/KEP/DIR, tanggal 12 November 1998 sebagai pedoman untuk menilai

tingkat kolektibilitas kredit (Syahyunan, 2002) , sebagai berikut:

NKK = (25%xDPK)+(50%xKL)+(75%xD)+(100%xM) x 100% ...... (2.1)

Total Kredit Yang Diberikan

Keterangan :

DPK = Dalam Perhatian Khusus

KL = Kurang Lancar

D = Diragukan

M = Macet

Ketentuan Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bank berkinerja baik

mencatat kredit macet maksimal 5% (mengacu pada angka yang dipersyaratkan

BI pada Non Performance Loan).

Nilai kolektibilitas kredit kita gunakan sebagai dasar perhitungan kualitas

aktiva produktif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KAP = 15,5 – NKK x 1 .............................................................. (2.2)

0,15

4

Page 5: Kolektibilitas Kredit

Kriteria kesehatan bank dapat dikelompokkan dalam 4 (empat)

kelompok yaitu :

Tabel 1. Kriteria Kesehatan BankNO NILAI KAP PREDIKAT1 82 < KAP < 103,33 Sehat2 66 < KAP < 81 Cukup Sehat3 51 < KAP < 65 Kurang Sehat4 Nilai KAP < 50 Tidak Sehat

Sumber : SK Direksi BI No. 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998

Beberapa penelitian yang mengkaji tentang perbandingan bank

diantaranya adalah Lestari dan Sugiharto (2007) yang melakukan analisis

perbedaan kinerja keuangan antara bank devisa dengan bank non devisa periode

tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan bank adalah ROA, ROE dan LDR. Hasil yang diperoleh adalah

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank devisa

dengan bank non devisa pada periode tersebut. Samosir (2003) mengidentifikasi

kinerja Bank Mandiri sebelum dan sesudah merger, serta membandingkan

efisiensi bank tersebut dengan bank BUMN lainnya. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum

dengan sesudah merger yang mengarah pada perkembangan negatif dimana

kinerja Bank Mandiri menjadi tidak sehat. Efisiensi Bank Mandiri menduduki

posisi keempat apabila dilihat dari efisiensi relatif diantara bank-bank pemerintah.

Penelitian yang mengkaji masalah kondisi kesehatan bank adalah

Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang melakukan prediksi terhadap kondisi

kesehatan 24 bank periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2002. Alat analisis

yang digunakan adalah CAMEL, dimana salah satu variabelnya adalah aktiva

produktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio aktiva

produktif suatu bank, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin

kecil. Syahril dan Saptarini (2006) yang membahas tentang masalah kredit macet

dan kecukupan modal dengan hasil penelitian kredit macet berpengaruh signifikan

terhadap pengembalian modal, serta kredit macet dan kecukupan modal

berpengaruh signifikan terhadap pengembalian modalnya. Kredit macet

5

Page 6: Kolektibilitas Kredit

menentukan tingkat kolektibilitas kredit yang dapat mempengaruhi kesehatan

bank.

Sedangkan penelitian yang mengkaji tentang perbandingan tingkat

kesehatan bank adalah Muhyar dan Hermana (2005) yang melakukan

perbandingan terhadap dana pihak ketiga Bank Pembangunan Daerah dengan

menggunakan data laporan keuangan periode tahun 2001 sampai dengan 2004.

Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 BPD yang berbentuk PT dan 2 BPD non

PT. Hasil yang diperoleh adalah dana pihak ketiga antara BPD yang berbentuk PT

dengan BPD yang berbentuk non PT berbeda signifikan. Salah satu faktor penentu

tingkat kesehatan bank adalah nilai kolektibilitas kredit.

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini

lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penaksiran

kuantitatif yang kuat. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis

statistik non parametrik untuk menguji hipotesis komparatif 2 (dua) kelompok

yang berkaitan dimana objek yang sama diamati pada dua kondisi yang berbeda

untuk mengetahui perbandingan kualitas aktiva produktif antara Bank

Pembangunan Daerah di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah Nilai Kolektibilitas Kredit dan

Kualitas Aktiva Bersih dengan menggunakan pos kredit yang diberikan dalam

laporan keuangan bank, baik untuk kategori kredit lancar, dalam perhatian khusus,

kurang lancar, diragukan maupun dalam kategori kredit macet.

Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis deskriptif yang digunakan untuk menampilkan data secara grafik

maupun tabel.

6

Page 7: Kolektibilitas Kredit

2. Uji beda dengan menggunakan pendekatan statistik non parametrik metode

Mann-Whitney U untuk menguji perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit

dan kualitas aktiva produktif BPD di pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.

Alasan penggunaan metode ini karena datanya berskala ordinal, sampelnya

terdiri atas 2 (dua) sampel independen dan datanya relatif kecil.

Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan untuk menganalisis

pengujian nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif adalah sebagai

berikut :

H01 : Tidak terdapat perbedaan nilai kolektibilitas kredit antara BPD di

pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.

H02 : Tidak terdapat perbedaaan kualitas aktiva produktif antara BPD

di pulau Jawa dengan di luar pulau Jawa.

PEMBAHASAN

Bank Pembangunan Daerah di Indonesia terdiri atas 26 buah bank yang

meliputi 5 bank di pulau Jawa dan 21 bank di luar pulau Jawa. Laporan keuangan

per 31 Desember Bank Pembangunan Daerah di seluruh Indonesia dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Aktiva Produktif BPD seluruh Indonesia per 31 Desember

Sumber : Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (2007)

Dari tabel 2 tersebut terlihat bahwa semua pos rekening keuangan

mengalami kenaikan. Khusus untuk kredit yang disalurkan, sampai dengan Mei

7

Page 8: Kolektibilitas Kredit

2007 jumlahnya sangat melonjak tajam dari Rp. 55,979 triliun pada 31 Desember

2006 menjadi Rp. 61,645 triliun pada 31 Mei 2007. Kenaikan jumlah ini

disebabkan karena adanya kredit sindikasi antar BPD, yang tentunya diikuti

dengan sharing resiko.

Sedangkan untuk masing-masing BPD, jumlah rata-rata kredit

pertahunnya (dari Desember 2002 sampai dengan Desember 2006) adalah sebagai

berikut (tabel 3 dan 4) :

Tabel 3. Rata-rata Kredit pertahun BPD Luar Pulau Jawa (dalam jutaan rupiah)

NO NAMA BANK KREDIT1 PT. BPD Aceh 1.194,462 2 PT. BPD Bali 2.173,718 3 PT. BPD Bengkulu 191,478 4 PT. BPD Jambi 229,503 5 PT. BPD Kalbar 470,373 6 BPD Kalimantan Timur 1.443,944 7 BPD Kalsel 526,601 8 PT. Bank Kalteng 298,241 9 PT. Bank Lampung 429,544

10 PT. BPD Maluku 243,783 11 PT. BPD NTB 743,990 12 PT. BPD NTT 439,467 13 PT. BPD Papua 810,873 14 PT. BPD Riau 1.238,916 15 PT. BPD Sul Tengah 75,121 16 PT. BPD Sulawesi Utara 572,617 17 PT. BPD Sulsel 774,497 18 PT. BPD Sulteng 104,678 19 PT. BPD Sumatera Barat 2.018,381 20 PT. BPD Sumsel 1.308,313 21 PT. BPD Sumut 1.183,143

   Jumlah : 16.471,643 Sumber : Bank Indonesia, 2007(diolah)

Pada tabel 3 tersebut terlihat bahwa jumlah rata-rata kredit yang diberikan

untuk BPD di luar pulau Jawa adalah Rp. 16,471 triliun, sedangkan untuk BPD di

pulau Jawa (lihat tabel 4) sebesar Rp. 19,616 triliun. Tingginya perbedaan kredit

yang diberikan antara BPD di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa sebesar Rp.

3,145 triliun menunjukkan adanya ketidakseimbangan penyaluran kredit antara

pulau Jawa dengan luar pulau Jawa, apalagi dengan melihat perbandingan jumlah

8

Page 9: Kolektibilitas Kredit

bank, dimana BPD di pulau Jawa sebanyak 5 bank sedangkan BPD di luar pulau

Jawa sebanyak 21 bank. Hal ini perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah,

sehingga upaya untuk mewujudkan keseimbangan penyaluran kredit antara pulau

Jawa dan luar pulau Jawa dapat tercapai.

Tabel 4. Rata-rata Kredit pertahun BPD Pulau Jawa (dalam jutaan rupiah)

NO NAMA BANK KREDIT

1 BPD Yogyakarta 816,000

2 PT. Bank DKI 2.853,297

3 PT. BPD Jawa Barat 8.422,160

4 PT. PD Jawa Tengah 3.983,591

5 PT. BPD Jawa Timur 3.541,929

   Jumlah : 19.616,978

Sumber : Bank Indonesia, 2007(diolah)

Berdasarkan pada besarnya proporsi kredit yang diberikan tersebut, maka

dilakukan perbandingan antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau

Jawa dengan mengambil jumlah sampel 5 BPD untuk masing-masing wilayah

dengan kriteria yang memiliki kualitas aktiva produktif (KAP) terbesar dan

memiliki kelengkapan data.

Ketentuan Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bank kinerjanya baik

mencatat kredit macet maksimal 5%, mengacu pada angka yang dipersyaratkan BI

dalam Non Performance Loan (NPL). Nilai kolektibilitas kredit untuk PT. BPD

Nusa Tenggara Timur adalah sebesar 0,23% berarti bahwa jumlah kredit yang

bermasalah adalah sebesar 0,23% dari total kredit yang disalurkan menyatakan

kinerja bank baik karena jauh di bawah ketentuan BI sebesar 5%. Sedangkan

untuk nilai kolektibilitas kredit PT. BPD Kalimantan Barat adalah sebesar 0,99%

dari total kredit yang disalurkan. Jumlah tersebut masih jauh dibawah ketentuan

BI sebesar 5% yang menyatakan kinerja bank baik.

Kriteria kualitas aktiva produktif pada kelompok interval nilai 82 < KAP <

103,33 adalah kategori sehat (SK Direksi BI no. 30/267/KEP/DIR tanggal 27

Februari 1998). Kualitas aktiva produktif untuk PT. BPD Nusa Tenggara Timur

sebesar 101,81 dan PT. BPD Kalimantan Barat sebesar 96,74 merupakan angka

9

Page 10: Kolektibilitas Kredit

indeks yang masuk dalam kategori sehat artinya bahwa bank tersebut dapat

memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, dapat berkembang secara wajar

dan bermanfaat bagi perekonomian Indonesia.

Tabel 5. NKK dan KAP Rata-rata BPD di Luar Pulau JawaNO. NAMA BANK NKK

RATA-RATAKAP

RATA-RATAA. KONDISI SEHAT1 PT. BPD NTT 0,34 101,07

2 PT. BPD Kalbar 0,63 99,12

3 PT. BPD Jambi 0,94 97,07

4 PT. Bank Lampung 1,13 95,80

5 PT. BPD Sulsel 1,50 93,35

6 PT. BPD Sulawesi Utara 1,51 93,26

7 PT. BPD NTB 1,77 91,50

8 PT. BPD Papua 2,09 89,37

9 BPD Kalsel 2,26 88,24

10 PT. BPD Bali 2,52 86,51

11 PT. BPD Bengkulu 2,56 86,29

12 BPD Kalimantan Timur 2,59 86,06

13 PT. BPD Aceh 2,91 83,94

14 PT. BPD Sumut 3,06 82,93

15 PT. BPD Maluku 3,08 82,81

16 PT. BPD Riau 3,09 82,73

B. KONDISI CUKUP SEHAT1 PT. BPD Sulteng 3,21 81,93

2 PT. BPD Sumsel 3,61 79,27

3 PT. Bank Kalteng 3,68 78,81

4 PT. BPD Sumatera Barat 4,53 73,17

C. KONDISI TIDAK SEHAT1 PT. BPD Sul Tengah 8,68 45,47

Rata-rata nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva produktifnya dapat

dilihat pada tabel 5 dan 6. Tabel tersebut, menunjukkan terdapat 16 BPD di luar

pulau Jawa yang mempunyai kualitas aktiva produktif di atas nilai 82 atau dalam

kondisi sehat, 4 BPD dengan kualitas aktiva produktif antara 66 sampai dengan 81

atau dalam kondisi cukup sehat dan 1 BPD dengan kualitas aktiva produktif

kurang dari 50 atau dalam kondisi kurang sehat. Sedangkan untuk pulau Jawa,

10

Page 11: Kolektibilitas Kredit

terdapat 4 BPD yang mempunyai kualitas aktiva produktif di atas 82 atau dalam

kondisi sehat dan 1 BPD dengan kualitas aktiva produktif antara 66 sampai

dengan 81 atau dalam kondisi cukup sehat.

Tabel 6. NKK dan KAP Rata-rata BPD di Pulau JawaNO. NAMA BANK NKK

RATA-RATAKAP

RATA-RATAA. KONDISI SEHAT1 PT. BPD Jawa Barat 0,39 100,71 2 PT. BPD Jawa Timur 0,68 98,79 3 PT. BPD Jawa Tengah 0,85 97,67 4 BPD Yogyakarta 1,26 94,93 B. KONDISI CUKUP SEHAT5 PT.Bank DKI 5,46 66,91

Nilai kolektibilitas kredit untuk BPD di luar pulau Jawa dan pulau Jawa

menunjukkan hanya terdapat 1 BPD untuk masing-masing wilayah yang

mempunyai nilai kolektibilitas kredit di atas 5% yaitu BPD Sulawesi Tengah

dengan NKK sebesar 8,68 untuk luar pulau Jawa, dan BPD DKI dengan NKK

sebesar 5,46 untuk pulau Jawa yang menunjukkan besarnya kredit macet melebihi

ketentuan yang dipersyaratkan BI.

Secara deskriptif, kualitas aktiva produktif Bank BPD di pulau Jawa dan

Luar Pulau Jawa dapat kita lihat dalam tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

5 ,39 5,465 1,51 2,525 66,91 100,715 86,51 93,265

NKKJAWANKKLUARKAPJAWAKAPLUARValid N (listwise)

N Minimum Maximum

Dalam tabel 7 tersebut terlihat bahwa nilai minimum NKK rata-rata untuk

BPD pulau Jawa adalah 0,39 sedangkan untuk BPD luar pulau Jawa adalah 1,51.

Nilai maksimum NKK rata-rata untuk BPD pulau Jawa adalah 5,46, sedangkan

untuk luar pulau Jawa 2,52. Nilai minimum KAP rata-rata untuk BPD pulau Jawa

adalah 66,91 untuk luar pulau Jawa 86,51, sedangkan nilai maksimum KAP rata-

rata untuk BPD pulau Jawa adalah 100,71, untuk luar pulau Jawa adalah 93,26.

11

Page 12: Kolektibilitas Kredit

Nilai Kolektibilitas Kredit dan Kualitas Aktiva Produktif

Perbedaan nilai koletibilitas kredit dan kualitas aktiva produktif antara

BPD di pulau Jawa dan BPD luar Jawa dapat kita lihat dalam gambar 1, 2 dan 3

berikut ini.

Gambar 1 Perbandingan Aktiva Produktif BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa

Pada gambar 1 terlihat bahwa perkembangan aktiva produktif untuk BPD

pulau Jawa terjadi perbedaan yang sangat mencolok, apalagi untuk tahun 2006

dimana aktiva produktif untuk BPD pulau Jawa hampir mencapai angka Rp. 30

triliun, sedangkan untuk BPD luar pulau Jawa kurang dari Rp. 10 triliun.

Gambar 2. Perbandingan NKK BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa

Nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dari tahun 2002 sampai dengan

tahun 2006 mengalami kenaikan yang signifikan, dimana pada tahun 2002 masih

berada di bawah kisaran 2%, pada tahun 2006 menjadi di atas 3% yang berarti

terjadi kenaikan kredit bermasalah. Berbeda dengan BPD luar Jawa yang hampir

dikatakan stabil antara 1% sampai dengan 2%. Nilai kolektibilitas kredit BPD di

pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa masih berada di bawah ketentuan BI

sebesar 5%.

12

Page 13: Kolektibilitas Kredit

Gambar 3. Perbandingan KAP BPD pulau Jawa dan luar pulau Jawa

Kualitas aktiva produktif antara BPD pulau Jawa dengan BPD luar pulau

Jawa dapat dikatakan hampir seimbang, yaitu mendekati angka indeks di atas 82,

kecuali pada tahun 2006 dimana untuk BPD luar pulau Jawa terjadi penurunan di

bawah indeks 82. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah kredit bermasalahnya.

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kualitas aktiva produktif BPD di pulau Jawa

dengan BPD di luar pulau Jawa masuk dalam kategori sehat dengan nilai di atas

82 (SK Direksi BI no. 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998).

Perbedaan Nilai Kolektibilitas Kredit dan Kualitas Aktiva Produktif BPD

Pulau Jawa dengan Luar Pulau Jawa

Hasil uji beda untuk nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dengan

luar pulau Jawa disajikan dalam tabel 8 berikut ini

Tabel 8. Uji Beda Nilai kolektibilitas Kredit

Test Statisticsb

5,00020,000-1,567

,117

,151a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

NKK

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: WILAYAHb.

Dari tabel 8 tersebut dapat dilihat nilai signifikansinya adalah 0,117 >

tingkat signifikansinya sebesar 0,05, dan nilai Mann-Whitney U hitungnya sebesar

5 > 0,075. Artinya bahwa H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain tidak

terdapat perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit BPD di pulau Jawa dengan

13

Page 14: Kolektibilitas Kredit

BPD di luar pulau Jawa. Penyebab dari kondisi ini adalah terjadinya fluktuasi

nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa dan BPD luar pulau Jawa, dimana nilai

kolektibilitas kredit untuk BPD pulau Jawa dari tahun 2002 sampai dengan tahun

2006 mengalami penurunan, sedangkan untuk luar pulau Jawa mengalami

kenaikan. Nilai rata-rata sebagai akibat fluktuasi tersebut dapat dikatakan sama.

Begitu juga dengan kualitas aktiva produktifnya, apabila kita lihat tabel 9

tersebut nilai signifikansi 0,117 > tingkat signifikansinya sebesar 0,05 dan nilai

Mann-Whitney U hitungnya sebesar 5 > 0,075 . Artinya bahwa H0 diterima dan HA

ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan antara kualitas aktiva

produktif BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa.

Tabel 9. Uji Beda Kualitas Aktiva Produktif

Test Statisticsb

5,00020,000-1,567

,117

,151a

Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

KAP

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: WILAYAHb.

Hasil perhitungan uji beda nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva

produktif terlihat sama, dikarenakan perhitungan kualitas aktiva produktifnya

didasarkan pada nilai kolektibilitas kreditnya. Kondisi ini dapat kita lihat dari

kategori kesehatannya, dimana baik BPD pulau Jawa maupun BPD luar pulau

Jawa masuk dalam kategori sehat.

Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian yang serius dari pemerintah untuk

menyikapi hasil penelitian ini, dimana BPD pulau Jawa yang secara kuantitatif

mempunyai nominal jauh lebih tinggi dari BPD luar pulau Jawa, menghasilkan

kinerja yang tidak berbeda. Penyebab utama dari permasalahan ini adalah semakin

tingginya jumlah kredit bermasalah BPD pulau Jawa.

Kaitan dengan Penelitian Sejenis

14

Page 15: Kolektibilitas Kredit

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Muhyar dan Hermana (2005). Perbedaan ini dimungkinkan karena objek dan

variabel penelitiannya berbeda. Penelitian Muhyar dan Hernama (2005)

menggunakan objek Bank Pembangunan Daerah yang berbentuk PT dengan non

PT, dan dengan menggunakan variabel penelitian yang berupa dana pihak ketiga.

Objek penelitian yang didasari oleh perbedaan bentuk badan hukum, yaitu

PT dengan non PT, seperti yang dilakukan oleh Muhyar dan Hernama (2005)

tersebut memang mempunyai karakteristik yang berbeda, dimana BPD yang

berbentuk PT mempunyai pos-pos rekening yang lebih bagus dibandingkan

dengan BPD yang berbentuk non PT. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian

tersebut yang menunjukkan bahwa baik giro, tabungan dan depositonya jumlah

nominalnya berbeda signifikian. Begitu juga dengan kinerjanya yang diukur

dengan RDP (rasio deposit terhadap pinjaman) dan RAP (rasio aset terhadap

pinjaman) yang berbeda signifikan.

Sedangkan objek penelitian yang didasari oleh perbedaan wilayah,

mempunyai karakteristik yang sama, meskipun secara kuantitas menunjukkan

BPD pulau Jawa mempunyai nominal lebih tinggi dibandingkan dengan BPD luar

pulau Jawa.

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melihat uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum BPD di Indonesia mempunyai tingkat kolektibilitas kredit baik,

karena perbandingan nilai kolektibilitas kredit BPD pulau Jawa berada di

bawah ketentuan Bank Indonesia, yang menyatakan bank kinerjanya baik

apabila kredit macet maksimal 5% dari total kredit yang disalurkan, mengacu

pada angka yang dipersyaratkan BI dalam Non Performance Loan (NPL).

2. Hasil uji beda nilai kolektibilitas kredit antara BPD di pulau Jawa dengan BPD

di luar pulau Jawa tidak menunjukkan adanya perbedaan. Hasil diatas

dimungkinkan terjadi akibat fluktuasi nilai kolektibilitas kredit yang tidak

15

Page 16: Kolektibilitas Kredit

terlalu besar antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa periode

tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

3. Seperti halnya NKK, hasil uji beda kualitas aktiva produktif antara BPD di

pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa tidak menunjukkan adanya

perbedaan. Kondisi kesehatan BPD di pulau Jawa maupun BPD di luar pulau

Jawa masuk dalam kategori sehat.

4. Tidak adanya perbedaan antara nilai kolektibilitas kredit dan kualitas aktiva

produktif antara BPD di pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa, hal ini

menjadi modal utama untuk meningkatkan kinerja kolektibilitas, khususnya

BPD di luar pulau Jawa. Karena dapat menjadi salah satu penentu keberhasilan

pemerataan pembangunan di daerah.

SARAN

Saran-saran yang dapat penulis berikan dengan hasil analisis dan

pembahasan pada penelitian ini adalah:

1. Pemerintah perlu mengantisipasi dampak yang mungkin timbul dari

ketidakseimbangan jumlah dan efektifitas kredit yang disalurkan antara BPD di

pulau Jawa dengan BPD di luar pulau Jawa. Salah satu dampak yang mungkin

ditimbulkan adalah adanya perbedaan iklim usaha pada kedua wilayah tersebut.

2. Periode waktu penelitian yang pendek dan jumlah sampel data yang relatif

kecil, dapat menyebabkan obyektifitas penelitian semakin kecil. Sehingga

untuk penelitian-penelitian lanjut, diharapkan dapat memperluas lingkup

penelitian guna pencapaian tujuan penelitian itu sendiri. Di samping itu, perlu

juga diperhatikan objek dan variabel penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica., dan Herdiningtyas, Winny., 2005. Analisis Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, Nopember 2005.

Kasmir, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

16

Page 17: Kolektibilitas Kredit

Muhyar, Nurhopipah., dan Hermana, Budi., 2005. Perbandingan Dana Pihak

Ketiga Bank Pembangunan Daerah yang Berbadan Hukum PT dan bukan

PT pada periode 2001 sampai dengan 2004. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Universitas Gunadarma, 2005.

Muljono, Teguh Pudjo., 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial.

Yogyakarta : BPFE UGM.

Samosir, Agunan P., 2003. Analisis Kinerja bank Mandiri setelah Merger dan

sebagai Bank Rekapitalisasi. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No.

1, Maret 2003.

Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Syahyunan, 2002. Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat

Ukur Kesehatan Bank. USU.

Syahril dan Saptarini, Trini., 2006. Analisis Pengaruh Pinjaman Macet (PM) dan

Rasio Kecukupan Modal (RKM) terhadap Pengembalian Ekuitas (PE)

Bank Syariah Kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk. Majalah Ekonomi

dan Komputer Universitas Gunadarma, 2006.

_________ , 1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/267/KEP/DIR.

Bank Indonesia, 27 Februari 1998.

_________ , 1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 31/147/KEP/DIR.

Bank Indonesia, 12 Nopember 1998.

_________ , 1998. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tentang

Perbankan, 10 November 1998

17