koleksi local content provinsi dki jakarta di suku...
TRANSCRIPT
KOLEKSI LOCAL CONTENT PROVINSI DKI JAKARTA DI
SUKU DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Perpustakaan (S.IP)
oleh:
NOVI ANGGRAENI
NIM: 1113025100041
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 1438 H/ 2017
i
ABSTRAK
Novi Anggraeni (1113025100041). Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat
di bawah bimbingan Pungki Purnomo, MLIS. Program Studi Ilmu
Perpustakaan Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta, 2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pentingnya koleksi local
content dan metode pengembangan koleksi local content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, kajian pustaka, dan
observasi. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 (empat) orang, yang
pertama yaitu AR; yang kedua yaitu RW; yang ketiga yaitu SS; dan yang keempat
yaitu TW. Informan yang dipilih merupakan pustakawan, kepala perpustakaan dan
kepala Suku Dinas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa koleksi local content
dianggap amat penting karena merupakan literatur mengenai sejarah suatu daerah
dan mencerminkan identitas suatu komunitas wilayah tersebut. Pentingnya koleksi
local content Provinsi DKI Jakarta dibuktikan dengan adanya beberapa koleksi
seperti foto, peraturan dan buku. Cara memperoleh koleksi local content di
Sudinpusip Jakarta Barat ialah dengan melakukan pembelian dan
hadiah/sumbangan. Pengadaan pembelian koleksi local content menyatu dengan
koleksi umum yaitu dengan menggunakan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah). Pengadaan sumbangan didapatkan dari masyarakat, komunitas dan
instansi (baik pemerintahan maupun perusahaan). Sumbangan bisa dalam bentuk
fisik dan uang yaitu dana CSR (corporate social responsibility).
Kata Kunci: koleksi, local content, kearifan lokal
ii
ABSTRACT
Novi Anggraeni (1113025100041). Collection of Local Content DKI Jakarta
Province in Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Adiministrasi
Jakarta Barat under the guidance of Pungki Purnomo, MLIS. Library
Science Program Faculty of Adab and Humanities of Jakarta Islamic State
University, in 2017
The purpose of this study is to determine how important the collection of local
content and development methods of local content collections DKI Jakarta
Province in Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat. This is a descriptive study with qualitative approach. Techniques of data
collection using interviews, literature review, and observation. Informants in this
study are as many as 4 (four) people, the first is AR; the second is RW; the third is
SS; and the fourth is TW. The selected informants were librarians, head libraries
and heads of Suku Dinas. The results of this study indicate that the collection of
local content is considered very important because it is a literature on the history of
an area and reflects the identity of a community of the region. The importance of
the collection of local content DKI Jakarta Province is evidenced by the existence
of several collections such as photos, regulations and books. How to get a collection
of local content in Sudinpusip West Jakarta is to make purchases and
gifts/donations. Procurement of local content collection blends with the general
collection that is by using APBD (Regional Revenue Budget). Procurement of
donations is obtained from communities, communities and agencies (both
government and companies). Donations can be in physical form and money is CSR
(corporate social responsibility).
Keywords: collection, local content, local wisdom
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang Maha
pengasih dan Maha pemurah atas segala karunia-Nya yang begitu besar kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Koleksi Local
Content Provinsi DKI Jakarta di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan
kepada Nabi besar Muhamad SAW, serta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi ujian kesarjanaan
strata 1 (S1) Ilmu Perpustakaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya tugas ini tentu tak lepas dari dukungan yang
diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan,
sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan dan pemikiran kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan pengarahan serta masukan atas penelitian penulis.
5. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan, terima kasih atas ilmu dan
pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di
iv
6. bangku kuliah, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat khususnya bagi
penulis.
7. Ibu Dr. Tri Wihyuning Diah, M.Si., selaku Kepala Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah
memberikan izin serta memberikan dukungan kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian.
8. Ibu Siti Sarah, S.Sos., selaku kepala seksi perpustakaan yang telah
meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu penyususnan
skripsi ini.
9. Bapak Drs. Abdul Rachman dan Ibu Rani Widyahany S.Hum selaku
pustakawan yang telah meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam
membantu penyususnan skripsi ini.
10. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Fajeri dan Ibunda Mujiasih serta kakak
penulis yaitu Fiqih Wulandari terima kasih atas kasih sayang, doa yang tidak
pernah terputus, serta dukungan dan perhatian kepada penulis.
11. Sahabat penulis yaitu Ageng Cahyo Wibisono, Tia Mutiawati, Hilda Safitri,
Putri Wulandari, Fathiyatul Rizkiyah, Fitri Vebiyanti, Siti Sulanjari,
Najema Farhani, Riska Meidiana, Gadis Shella Mutia, Mega Apriani, Mutia
Marisdah Nihda (KEJERS), dan Siti Nurkomara terima kasih banyak telah
memberikan motivasi dan berbagi cerita indah selama beberapa tahun ini.
12. Terimakasih kepada teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Jakarta
2013 dan terutama IP B yang selalu memberikan semangat kepada penulis
agar dapat menyelesaikan skripsi serta teman-teman KKN Maju Jaya 2016
terutama Diana Oktavia Safitri.
v
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan semoga
Allah SWT membalas amal kebaikan dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya,
Amin ya Robbal’allamin...
Jakarta, 7 September 2017
Novi Anggraeni
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 5
D. Definisi Istilah ............................................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum ................................................................................... 8
B. Definisi koleksi ......................................................................................... 13
C. Koleksi Local Content ............................................................................... 15
D. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...................................................................................... 23
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 23
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 25
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 27
E. Lokasi dan Waktu penelitian ..................................................................... 28
F. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat .......................................................................................................... 30
1. Sejarah Singkat ................................................................................... 30
viii
2. Struktur Organisasi ............................................................................. 31
3. Visi dan Misi Perpustakaan ................................................................ 32
4. Tujuan................................................................................................. 33
5. Layanan perpustakaan ........................................................................ 33
6. Sumber Daya Manusia Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat ................................................................. 34
7. Koleksi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat ....................................................................................... 34
8. Anggaran ............................................................................................ 36
9. Sarana dan Prasarana .......................................................................... 36
B. Hasil Penelitian ............................................................................................. 37
1. Pentingnya Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat 37
2. Metode Pengembangan Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta
di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat ................................................................................................... 52
C. Pembahasan ............................................................................................... 61
1. Pentingnya Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat
........................................................................................................... .61
2. Metode Pengembangan Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta
di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat ................................................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
B. Saran .......................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian ................................................................................. 29
Tabel 4.1: Waktu pelayanan perpustakaan............................................................ 34
Tabel 4.2: Data buku koleksi bahan pustaka ......................................................... 35
Tabel 4.3: Penempatan Koleksi............................................................................. 36
Tabel 4.4: Informan atau Narasumber .................................................................. 37
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Foto Tari Topeng.............................................................................. 62
Gambar 4.2: Foto gambang kromong ................................................................... 63
Gambar 4.3: Koleksi buku tercetak ....................................................................... 63
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 2 Surat Pergantian Judul
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Jawaban Penelitian
Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Rekap Data Buku Induk Koleksi Bahan Pustaka
Lampiran 7 Pedoman Wawancara
Lampiran 8 Transkrip Wawancara
Lampiran 9 Foto dengan Informan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan ialah lembaga yang bergerak dibidang jasa, perpustakaan
bukan hanya memiliki fungsi dan peran di bidang pendidikan tetapi juga
sebagai pelestari bahan pustaka yang merupakan hasil dari budaya bangsa.
Berdasarkan keputusan presiden, Perpustakaan Nasional RI memiliki
peran ganda. Salah satu perannya ialah sebagai salah satu sarana pelestari hasil
budaya bangsa. Peran ini di maksudkan bahan pustaka yang memiliki fungsi
sebagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dapat
dimanfaatkan masyarakat agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Tugas pokok dari
Perpustakaan Nasional yaitu untuk membantu presiden dalam
menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan perpustakaan dalam rangka
pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya serta pelayanan informasi ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.1
Perpustakaan daerah merupakan satuan organisasi di lingkungan
perpustakaan Nasional RI yang berada di daerah, yaitu berlokasi di Ibu kota
daerah tingkat I/Provinsi. Dengan demikian perpustakaan daerah merupakan
perpanjangan tangan perpustakaan nasional RI yang mempunyai tugas dan
1Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Universitas Terbuka,
1999), p. 17.
2
fungsi seperti perpustakaan nasional RI tetapi lebih terarah atau terfokus
dengan cakupan suatu daerah. Hal ini menunjukan bahwa perpustakaan
daerah/kota memiliki peran yang sama sebagai salah satu sarana pelestari
bahan pustaka yang merupakan hasil budaya bangsa.2
Koleksi perpustakaan umum ialah koleksi yang bersifat umum, artinya
koleksinya mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan
lapisan masyarakat.3 Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan masyarakat
adalah tentang koleksi local content suatu daerah. Local content berhubungan
dengan local knowledge (pengetahuan lokal), tradisional knowledge
(pengetahuan tradisional), local wisdom (kearifan lokal), atau indigenous
knowledge (pengetahuan asli). Local content merupakan pengetahuan lokal dan
unik yang ada dan di kembangkan di area geografis tertentu.4
Local Content merupakan pengetahuan kebudayaan yang dimiliki
kelompok masyarakat tertentu yaitu berupa pengetahuan tradisional yang
dipahami oleh masyarakat untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya.5
Perpustakaan yang memiliki peran pelestari bahan pustaka harusnya sadar dan
paham tentang pentingnya koleksi local content sebagai sumber referensi dan
informasi bagi masyarakat penggunanya.
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat
berada dibawah naungan dari DPAD Provinsi DKI Jakarta merupakan
2Hernandono, p. 18. 3Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2006), p. 84. 4M. Solihin Arianto, ‘Diseminasi Digital Local Content Pengetahuan Islam Local: Membangun
Keunggulan Perpustakaan di Lingkungan PTKIN’, HUMANIKA, I (2016), 217–240 (p. 221). 5I Nyoman Sedana and Ninis Agustini Damayanti, ‘Preservasi Berbasis Kearifan Lokal (Studi
Kasus Mengenai Preservasi Preventif dan Kuratif Manuskrip Lontar Sebagai Warisan Budaya di
Kabupaten Klungkung Bali)’, Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, I (2013), 91–105 (p. 94).
3
perpanjangan tangan dari perpustakaan nasional yang memiliki peran, tugas
dan fungsi dalam melestarikan bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa.
Pelestarian hasil budaya dibuktikan dengan keberadaan koleksi dalam bentuk
karya cetak dan rekam mengenai DKI Jakarta yang ditempatkan pada Suku
Dinas dan Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Koleksi local content mengenai Jakarta akan sangat berharga dan sebagai
sumber referensi untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan penelitian dan
pengembangan pendidikan, kebudayaan, sumber daya alam dan lingkungan,
sosial, politik, bisnis, ekonomi, pariwisata, dan berbagai aspek yang lain.
Dalam konteks tentang local content, tercantum dalam firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang berbunyi:
ن ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكر ن يا أيها الناس إنا خلقناكم م م م
ليم خبير أتقاكم إن الل الل
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.”(QS. Al-Hujurat: 13).6
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia makhluk berbudaya. Dengan daya
cipta, rasa dan karsa. Manusia hidup dalam ruang budaya agar saling kenal
mengenal saling menghargai eksistensi masing-masing. Baik berupa eksistensi
kelompok yang berbeda secara etnis, ras, bahasa, bahkan agama harus disadari
dan diterima. Meski kaum muslimin memegang erat identitas bersama tetapi
6Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Cordoba: Terjemahan Perkata (Bandung: Cordoba, 2013),
p. 516.
4
pada umumnya juga memegang erat identitas seperti kesukuan atau etnis.7
Agama dianut bukan hanya kita kepada Tuhan tetapi juga bagaimana hidup
bersama masyarakat. Ketika di hubungkan dengan al-Qur’an dalam surat al-
hujurat ayat 13 bahwa Islam adalah rahmat untuk alam. Dimana manusia hidup
bersama di dalam alam. Hal ini dimaksudkan bahwa manusia diciptakan
berbeda-beda baik secara fisik, cara pandang, dan latar belakang.8
Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Jakarta Barat belum melakukan kegiatan pelestarian hasil budaya
dan belum adanya koleksi local content mengenai Jakarta Barat. Dalam hal ini
koleksi local content yang dimaksud ialah local content provinsi DKI Jakarta
yang berada di Sudinpusip Jakarta Barat, sehingga penulis ingin mengetahui
bagaimana perspektif pustakawan mengenai pentingnya koleksi local content
sebagai pelestarian hasil budaya provinsi DKI Jakarta. Maka penulis memilih
judul “Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai penulis perlu
memfokuskan penulisan ini agar tidak melebar bahkan menyimpang dari
apa yang diteliti, sehingga maksud yang diinginkan dapat disampaikan
7Jajang A Rohmana, ‘Memahami Al-Qur’an dengan Kearifan Lokal: Nuansa Budaya Sunda
dalam Tafsir Al-Quran Berbahasa Sunda’, Journal of Qur’an and Hadith Studies, III (2014), 79–99
(p. 80).
8Vilya lakstian, ‘Kearifan Lokal Berbasis Agama Sebagai Sumber Perekat Rakyat Oleh Vilya
Lakstian - Kompasiana.com’ <http://www.kompasiana.com/vilyalakstian/kearifan-lokal-berbasis-
agama-sebagai-sumber-perekat-rakyat> [accessed 5 September 2017].
5
dengan baik kepada para pembaca. Penulis akan memfokuskan pada
“Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
a. Seberapa Pentingnya Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat?
b. Bagaimana Metode Pengembangan Koleksi Local Content Provinsi
DKI Jakarta di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa pentingnya koleksi local content Provinsi DKI
Jakarta di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat.
2. Mengetahui metode pengembangan koleksi local content Provinsi DKI
Jakarta di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
1. Dapat memberikan masukan kepada pihak Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat khususnya terkait koleksi
Local Content.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian di bidang
ilmu perpustakaan.
3. Sebagai referensi dan pedoman bagi penelitian selanjutnya.
D. Definisi Istilah
1. Koleksi adalah kumpulan gambar, benda bersejarah, lukisan dan
sebagainya yang sering dikaitkan dengan minat atau hobi maupun objek
penelitian.
2. Local Content adalah muatan lokal atau isi lokal yang mengandung arti
materi atau informasi lokal yang berkaitan dengan sebuah geografis.
3. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang berfungsi untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya
untuk masyarakat umum.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memberikan gambaran dalam penyusunan
skripsi ini, penulis akan menguraikan secara sistematis yang terbagi kedalam
lima bab yang digambarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, definisi
istilah, dan sistematika penulisan.
7
Bab II Tinjauan Literatur
Pada bab ini berisi landasan teoritis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan koleksi local content.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini membahas mengenai metode penulisan yang
digunakan yaitu, jenis pendekatan penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik
pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini membahas gambaran umum mengenai profil
objek penelitian, visi misi, struktur organisasi serta hasil
penulisan dan pembahasan.
Bab V Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil penelitian
yang dikemukakan oleh penulis, dan penulis memberikan
saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan
pemikiran penulis.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum
1. Pengertian perpustakaan umum
Perpustakaan berasal dari kata ‘pustaka’ yang berarti kitab, sedangkan
arti perpustakaan ialah tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk
pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Koleksi tersebut
disimpan dan dipergunakan untuk dibaca, dipelajari dan dibicarakan.
Berdasarkan undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan,
menyebutkan pengertian “perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak atau karya rekam secara profesional dengan sistem
yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi para pemustaka”.
Perpustakaan adalah sebuah lembaga tempat menyediakan sumber
informasi yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka
bedasarkan koleksinya. Perpustakaan umum didirikan dan didukung oleh
masyarakat baik itu lokal, regional maupun nasional. Pelayanan perpustakaan
umum ditujukan untuk semua lapisan masyarakat karena masyarakat
penggunanya terlepas dari ras, usia, agama, gender, bahasa, kecacatan,
ekonomi, status ketenagakerjaan dan tingkat pendidikan.9
9Joacim Hansson and others, ‘Public Library and Information Service and Democratic
Development: An Outline For a Comparative Research Programme Between Sweden and
Indonesia’, Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, I (2003), 1–6 (p. 1).
9
Perpustakaan umum kota/kabupaten adalah perpustakaan yang
kegiatannya diselenggarakan oleh pemerintah daerah, kabupaten atau
kotamadya yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan
perpustakaan di wilayah kabupaten atau kotamadya serta melaksanakan
layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan
usia, agama, status sosial ekonomi dan gender.10
Perpustakaan umum kota/kabupaten tersedia bangunan atau area virtual
atau kedua-duanya yang dilengkapi dengan koleksi perpustakaan dapat
berupa buku, periodical, koran, manuskrip, film, kaset, CD, maupun
pangkalan data (database). Perpustakaan berada dalam berbagai ukuran dan
jumlah koleksi. Terdapat dua unsur utama pada perpustakaan yaitu ruangan
dan koleksi.11
Perpustakaan umum menyediakan sumber informasi yang sesuai bagi
masyarakat penggunanya guna memenuhi kebutuhan informasi.
Perpustakaan umum ialah sebagai institusi yang bebas dan terbuka serta turut
mendidik masyarakat dan memberi pengaruh budaya masyarakat.
2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum memiliki tugas pokok, yaitu menyediakan,
mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka,
menyediakan sarana pemanfaatannya serta melayani masyarakat pengguna
10Perpustakaan Nasional RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP) (Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI, 2011), p. 18. 11Rochani Nani Rahayu and Yuniar, ‘Profil Perpustakaan Umum di Jawa’, Jurnal Pustakawan
Indonesia, XII, 21–28 (p. 22).
10
yang membutuhkan informasi dan bacaan. Berikut ialah tugas pokok
perpustakaan umum:
a. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat
untuk melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.
b. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat
menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca
sedini mungkin.
c. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai
dengan kebutuhan dalam meningkatkan pengetahuan untuk
menunjang pendidikan formal, non formal dan informal.
d. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk
dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.12
Dalam menjalankan tugasnya, perpustakaan umum memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan
bacaan.
b. Penyedia bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui
pembelian, langganan, tukar menukar, dan lain-lain.
c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka.
d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
e. Pendayagunaan koleksi.
12Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), p. 18.
11
f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang
langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon, faxmil
dan lain-lain.
g. Pemasyarakatan perpustakaan.
h. Pengkajian dan pengembangan dan semua aspek kepustakawanan
i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, tokoh-
tokoh masyarakat dan mitra kerja lainnya.
j. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan bersama koleksi dan sarana prasarana.
k. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.13
3. Tujuan perpustakaan umum
Tujuan Perpustakaan umum adalah untuk memenuhi kebutuhan
informasi pendidikan rekreasi edukasi masyarakat dan pelestarian
budaya bangsa di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat dapat
dengan mudah mengetahui dan mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan. Selain itu tujuan utama dari perpustakaan umum ialah agar
warga memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya. Menurut manifesto perpustakaan umum,
UNESCO menyatakaan bahwa perpustakaan umum mempunyai empat
tujuan utama, yaitu:
13Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2000), p. 6.
12
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka
yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang
lebih baik.
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi
masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi
mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
c. Membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya, sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat
dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering
disebut dengan fungsi pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat
disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan
seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dapat dilakukan oleh
perpustakaan umum, karena perpustakaan umum merupakan satu-
satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum.
d. Bertidak selaku agen kultural artinya perpustakaan umum
merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat
sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi
budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan
pameran budaya, ceramah, pemutaran film dan penyediaan
informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.14
14Milawati, ‘Improvement Strategies of Library Usage at the Public Libraries (A Case Study At
Bantul Public Library Yogyakarta)’, Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, VII (2011), 12–22
(p. 13).
13
4. Jenis Koleksi Perpustakaan Umum
Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan (SNP), perpustakaan
umum kabupaten/kota memiliki berbagai macam jenis koleksi
diantaranya ialah:
a. Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, dewasa,
koleksi referensi remaja/dewasa, koleksi khusus, surat kabar,
majalah, dan koleksi non cetak.
b. Jenis koleksi perpustakaan mengakomodasikan semua kebutuhan
masyarakat, termasuk kebutuhan penyandang cacat.
c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi
muatan lokal.
d. Koleksi perpustakaan terdiri dari berbagai disiplin ilmu sesuai
kebutuhan masyarakat.
e. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan
daerah.15
B. Definisi koleksi
1. Pengertian koleksi
Koleksi perpustakaan merupakan salah satu ciri yang membedakan
antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Koleksi suatu
perpustakaan merupakan faktor utama sekaligus kriteria dalam penilaian
kualitas layanan perpustakaan. Koleksi perpustakaan adalah semua bahan
15Perpustakaan Nasional RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP), p. 3.
14
pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada
masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.16
Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis,
karya cetak, dan/atau karya rekam dalam bentuk berbagai media yang
mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah dan dilayankan.17
Koleksi adalah kumpulan (gambar, benda bersejarah, lukisan, dan
sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobi objek, koleksi juga
dapat disebut kumpulan yang berhubungan dengan studi penelitian.18
Koleksi bagi perpustakaan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk terselenggaranya layanan perpustakaan yang baik.19 Maka dari
itu koleksi perpustakaan merupakan salah satu daya tarik bagi kelompok
masyarakat yang menggunakan perpustakaan.
2. Koleksi perpustakaan umum
Koleksi perpustakaan umum bersifat umum, mencakup semua ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan seluruh lapisan masyarakat. Dengan
demikian bahwa koleksi perpustakaan selalu dikaitkan dengan tugas dan
fungsi yang harus dilaksanakan demi terwujudnya visi dan misi perpustakaan
yang bersangkutan.
16Haryanto, ‘Preservasi Koleksi Grey Literature dalam Kesiagaan Menghadapi Bencana di
Perpustakaan.’, LIBRARIA, IV (2015), 45–67 (p. 47). 17Perpustakaan Nasional RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, 2009,
p. 2. 18Departemen Pendidikan Nasional, ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), p. 714. 19Tatik Ilmiyah and Sri Ati, ‘Pengaruh Pemanfaatan Koleksi Local Content Terhadap Kegiatan
Penelitian Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi/Tugas Akhir di Perpustakaan Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang’, Jurnal Ilmu Perpustakaan, II (2013), 1–9 (p. 1).
15
Koleksi perpustakaan umum mengutamakan layanan umum seperti
penyebaran peraturan pemerintah, brosur loka wisata, peta jalan dalam kota
dan lain sebagainya. Koleksi perpustakaan umum mencakup semua disiplin
ilmu dan dimaksudkan untuk dipakai oleh semua lapisan masyarakat,
sehingga penekanannya terletak pada variasi jenis koleksi.20
C. Koleksi Local Content
Koleksi Local Content atau yang biasa dikenal dengan koleksi muatan
lokal adalah koleksi buku, karya ilmiah, peta, cetakan, ilustrasi dan materi
lainnya yang berkaitan dengan lokasi khusus. Muatan lokal merupakan buku
dan cantuman tertulis lainnya yang berkaitan dengan sebuah kawasan
geografis yang diterbitkan oleh sebuah badan korporasi ataupun perorangan,
baik tersedia di toko buku ataupun merupakan literatur kelabu (Grey
Literature).21 Grey literature adalah semua jenis penerbitan yang tidak
dilakukan melalui jalur penerbitan dan bisnis penjualan buku. Grey literature
sangat membantu masyarakat, para pembaca atau para peneliti dalam melihat
fakta-fakta dan data-data dari topik tersebut.22
Menurut Liauw, literatur kelabu (grey literature) ialah bahan-bahan
perpustakaan yang tidak di publikasikan secara komersial melalui jalur
publikasi atau penerbitan. Koleksi lokal didefinisikan sebagai bahan-bahan
20NS, p. 113. 21Sulistyo-Basuki, ‘Local Content: Perubahan Paradigma di Bidang Informasi di Universitas
Petra’ (presented at the Seminar Lokakarya Nasional, Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2001),
pp. 1–11 (p. 1). 22Pungki Purnomo, ‘Pengembangan Koleksi Kearifan Lokal (Local Content) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Peluang dan Tantangan’, XII (2013), 41–50 (p. 43).
16
perpustakaan yang berhubungan dengan lokasi atau tempat dari perpustakaan
di mana koleksi tersebut disimpan.23
Koleksi local content atau koleksi muatan lokal merupakan koleksi yang
tidak dapat dilakukan penyiangan, karena koleksi ini merupakan warisan
budaya, kekayaan masyarakat, barang inventaris, karenanya jika melakukan
penyiangan tanpa aturan yang tepat akan mendapatkan pelanggaran hukum.24
Perpustakaan yang memiliki koleksi local content akan mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan layanan perpustakaan apalagi jika mereka
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan koleksi local content.
Perpustakaan harus menjadi sarana yang baik untuk meningkatkan penciptaan
konten lokal.25
Koleksi local content ialah seluruh informasi dalam berbagai bentuk dan
media yang berisi tentang pengetahuan, keyakinan, pemahaman, adat
kebiasaan etika dan perilaku manusia didalam komunitas masyarakat.
Koleksi local content ialah koleksi yang terdiri atas hasil budaya, pendidikan,
ekonomi, politik yang dihasilkan dari suatu komunitas masyarakat.
1. Jenis koleksi Local Content
Koleksi local content adalah segala sesuatu mengenai
pengetahuan/informasi asli yang dihasilkan oleh suatu institusi/lembaga,
perusahaan atau daerah sampai dengan negara. Local Content pada suatu
daerah dapat berubah berbagai informasi mengenai kebudayaan, sejarah,
23Liauw Toong Tjiek, ‘Open Access: Menyuburkan Plagiarisme’, Visi Pustaka, XI (2009), 19–
22 (p. 19). 24Zulfikar Zen, ‘Cacah Ulang, Penyiangan dan Preservasi’, Jurnal Ilmu Informasi,
Perpustakaan, Dan Kearsipan, XII (2013), 8–14 (p. 12). 25Chimezie Patrick Uzuegbu, ‘The Role of University Libraries in Enhancing Local Content
Availibility in the Nigerian Community’, Library Philosophy and Practice (E-Journal), 2012.
17
pariwisata, perekonomian dan sebagainya yang menjadikan ciri dari
suatu daerah.26 Jenis-jenis koleksi local content ialah sebagai berikut:
a) Laporan (baik dari sektor publik maupun swasta) yang berisi
informasi ilmiah, teknis, ekonomi, dan sosial.
b) Koleksi terjemahan (selain yang dipublikasikan secara komersial).
c) Artikel yang tercetak di jurnal tertentu (misalnya Jurnal komunitas
non komersial atau jurnal tingkat lokal).
d) Koleksi tentang peraturan pemerintah dan dokumen resmi
(diterbitkan dalam jumlah terbatas oleh badan pemerintah). 27
e) Koleksi pengenalan budaya masyarakat.
f) Peta wilayah administrasi setempat.
g) Kumpulan informasi mengenai pariwisata di daerah setempat.
h) Miniatur lokasi administrasi suatu wilayah.
i) Foto-foto bersejarah.
j) Musik lokal (CD, DVD, maupun teks asli atau manuskrip musik). 28
2. Pengembangan koleksi local content
Dalam pengembangan koleksi perlu adanya kebijakan tertulis yang
dibuat oleh perpustakaan. Kebijakan pengembangan koleksi didesain
khusus untuk digunakan sebagai alat perencanaan dan sebagai sarana
untuk mengomunikasikan tujuan dan kebijakan pengembangan koleksi
26Ubudiyah Setiawati, ‘Pengembangan Local Content: (Pengalaman di Perpustakaan
UNIKOM)’ <http://elib.unikom.ac.id> [accessed 3 May 2017]. 27Lise Hesselager, ‘Fringe or Grey Literature in the National Library: On “Papyrolatry” and the
Growing Similarity between the Materials in Libraries and Archives’, The American Archivist,
XLVII (1984), 255–70 (p. 265). 28Siren Steen, ‘Special Colections in The Collections in The Bergen Public Library’, Fontes Artis
Musicae, LVII (2010), 275–279 (p. 276).
18
perpustakaan. Kebijakan ini mencerminkan kenyataan bahwa semua
perpustakaan, betapapun besarnya dan apapun jenisnya, tidak mungkin
mengumpulkan rekaman informasi dalam semua bidang ilmu karena
berbagai kendala, seperti kurangnya dana, staf dan ruang. Menghadapi
kendala ini, perpustakaan dapat meningkatkan efektivitasnya dengan
menetapkan tujuan-tujuan pengembangan koleksi dan prioritas-prioritas,
serta kebijakan dan prosedur yang sesuai untuk implementasinya.29
Untuk melalukan pengembangan koleksi, perpustakaan dituntut
untuk dapat mengetahui dan menganalisis kebutuhan pengguna.
Kebutuhan pengguna perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu: pertama kebutuhan yang tidak diaktifkan atau dirasakan
(unactiviveneed). Kebutuhan jenis ini merupakan bentuk kebutuhan yang
paling sulit dievaluasi namun tidak begitu saja diabaikan. Kebutuhan
semacam ini dapat diketahui melaui wawancara mendalam dengan orang
yang bersangkutan. Kedua kebutuhan yang tidak
diekspresikan/dinyatakan (expressed need), yaitu kebutuhan seseorang
akan informasi atau dokumen yang terpenuhi secara langsung oleh
perpustakaan.30
Kegiatan pengembangan koleksi local content sangat diperlukan dan
tertuang dalam suatu kebijakan. Koleksi local content memiliki suatu
kekhasan dan keunikan tersendiri dari koleksi lainnya sehingga
diperlukan suatu pengembangan agar koleksi tersedia kelengkapannya,
29 Syihabuddin Qalyubi, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (Yogyakarta: Jurusan
Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), p. 99. 30Barry Totterdell and Jean Bird, The Effective Library: Report of the Hilling Don Project on
Library Effectiveness. (London: the Library Association, 1976), p. 16.
19
mencukupi kebutuhan pemustaka dan sebagai pelestarian hasil budaya
juga pelestari sumber informasi untuk para generasi mendatang. Adanya
kebijakan mengenai pengembangan koleksi local content agar tujuan dari
keberadaannya lebih terarah dan jelas seperti pengelolaan dan
pengumpulannya.
3. Pengadaan Koleksi Local Content
Pengadaan koleksi local content di suatu perpustakaan adalah
langkah awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber
informasi. Koleksi local content atau koleksi lokal biasanya diterbitkan
oleh organisasi non pemerintah, pemerintah, organisasi antar pemerintah,
konsultan, perusahaan swasta, dan perorangan.31 Meskipun begitu,
pengadaan atau cara memperoleh koleksi local content di perpustakaan
dapat di lakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah:
1. Pembelian. Pembelian dapat dilakukan melalui toko buku, agen buku
(vendor) dan penerbit baik dalam negeri maupun luar negeri.
2. Tukar-menukar. Pengadaan dilakukan dengan cara tukar-menukar
antar perpustakaan hal ini juga dapat membangun kerjasama antar
perpustakaan.
3. Hadiah atau sumbangan. Pengadaan dengan cara hadiah atau
sumbangan biasanya terlebih dahulu melalui tahap seleksi apakah
koleksi tersebut sudah sesuai dengan subjek dan tujuan perpustakaan.
Cara ini dapat dilakukan oleh siapa saja baik perorangan atau instansi
pemerintahan.
31Richard T Corlett, ‘Trouble with the Gray Literature’, Biotropica, XLIII (2011), 3–5 (p. 3).
20
4. Deposit. Koleksi deposit bukan hanya di tujukan untuk perpustakaan
nasional saja melainkan pemerintah setempat mewajibkan terbitannya
untuk disimpan dan disajikan untuk masyarakat umum.32
4. Layanan Koleksi Local Content
Layanan koleksi local content adalah layanan perpustakaan yang
mengumpulkan, menyimpan dan melestarikan terbitan suatu daerah dan
tentang daerah tersebut untuk dimanfaatkan oleh pengguna.33 Layanan
yang ada di perpustakaan mengenai koleksi local content atau koleksi
lokal biasanya menjadi bagian khusus dari suatu perpustakaan. Layanan
koleksi ini juga memiliki ciri khas tersendiri mulai dari ruangannya,
layanannya serta nama dari koleksi itu. Cara pengadaan dan
pelayanannya pun berbeda dari jenis koleksi lainnya. Layanan koleksi
local content meliputi:
1. Koleksi. Tersedianya koleksi mengenai local content yang dapat di
akses pengguna.
2. Staf perpustakaan. Pustakawan yang memiliki keahlian dan kompeten
untuk melayani dan membantu pemustaka dalam pencarian informasi
pada layanan koleksi local content.
3. Fasilitas. Berupa wujud fisik dan peralatan yang dipergunakan. 34
32Zafirah Esti Agrestin, ‘Pengelolaan Koleksi Local Content (Muatan Lokal): Studi Kasus
Koleksi Khusus Jakarta di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta’ (Universitas
Indonesia, 2011), p. 19. 33Arianti Permata Sari, ‘Layanan Pusat Deposit Bahan Pustaka dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi (Studi Deskriptif Tentang Kebutuhan Informasi Melalui Kepuasan Pengguna dan Kualitas
Pelayanan Pada Layanan Perpustakaan Nasional RI)’, Libri-Net, II (2013), 1–18 (p. 1). 34Iwin Ardyawin, Rohanda, and Tati Sumiati, ‘Persepsi Pemustaka Mengenai Layanan Deposit
di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat’, eJurnal Mahasiswa Universitas
Padjajaran, I (2012), 1–10 (p. 7).
21
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan penelitian penulis
dengan tema Koleksi local content adalah sebagai berikut:
1. Pungki Purnomo (2013) Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Ilmu perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Dengan judul
penelitian “Pengembangan Koleksi Kearifan Lokal (Local Content) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Peluang dan Tantangan”. Tujuan penelitian
ini adalah agar perpustakaan perguruan tinggi lebih intens lagi untuk
menerapkan metode deposit dan melakukan beberapa kerjasama
kemitraan dengan fakultas dan unit-unit lainnya. Tugas perguruan tinggi
terdiri atas tiga hal atau yang populer dengan Tri Dharma perguruan
tinggi. Tri Dharma perguruan tinggi meliputi pelaksanaan pengajaran dan
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain tiga hal itu
perguruan tinggi memiliki tugas untuk melakukan konservasi terhadap
semua perkembangan dinamika ilmu pengetahuan terlebih lagi khususnya
karya kearifan lokal dari para civitas akademika. Dalam hal inilah maka
perpustakaan perguruan tinggi dituntut untuk mengambil perannya.
2. Zafirah Esti Agrestin. (2011). Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Dengan judul
penelitian “Pengelolaan Koleksi Local Content (Muatan Lokal): Studi
Kasus Koleksi Khusus Jakarta di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menjelaskan kegiatan pengelolaan koleksi khusus Jakarta yang
merupakan koleksi local content (muatan lokal) di Badan Perpustakaan
22
dan Arsip Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan analisis dokumen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
keberadaan ruangan koleksi khusus Jakarta ini sebagai icon BPAD
Provinsi DKI Jakarta. Dengan keberadaan koleksi Jakarta sebagai icon ini
dapat menjadi kebanggaan atau kelebihan yang bermanfaat untuk
masyarakat untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan daerah
setempat dan keberadaan BPAD selanjutnya, serta secara tidak langsung
dapat memelihara dan melestarikan khazanah budaya daerah lokal yaitu
Jakarta. Tujuan diupayakannya koleksi khusus Jakarta yaitu melestarikan
nilai informasi dan khazanah budaya lokal yang merupakan hasil cipta,
rasa, karsa serta karya intelektual daerah yang terkandung dalam koleksi
tersebut. Proses pengembangan koleksi khusus Jakarta dilakukan dengan
mengisi koleksi yang informasinya dapat disebarluaskan kepada
masyarakat luas dan tidak ada peraturan yang mengikat baik oleh
pemerintah seperti yang tercantum baik dalam peraturan perundang-
undang maupun perorangan bahwa koleksi dilarang untuk disebarluaskan
sehingga tidak ada sanksi atau tuntutan jika menyediakan koleksi tersebut
di perpustakaan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan
dan kegunaan. Penelitian yang dilakukan juga harus bersifat sistematis, yaitu
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan dan memberi penjelasan mengenai keadaan yang terjadi di
lapangan. Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat dan atau organisasi tertentu. Tujuan penelitian
yang hendak dicapai dalam penelitian deskriptif adalah untuk mendapatkan
informasi lebih mendalam mengenai subjek yang akan diteliti.35 Metode
penelitian kualitatif disebut juga sebagai metode artistik karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut sebagai metode
interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan intepretasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan.36
35Pupu Saeful Rahmat, ‘Penelitian Kualitatif’, EQUILIBRUM, V (2009), 1–8 (p. 3). 36Naila Hayati, ‘Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian (Metode Kuantitatif dan Metode
Kualitatif)’, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, IV, 345–57 (p. 347).
24
Penelitian kualitatif memiliki sebutan pemahaman, maksudnya ialah
penelitian ini mempertanyakan makna suatu fenomena sosial budaya secara
mendalam dan tuntas. Penelitian kualitatif juga mengkaji perilaku manusia,
kebudayaan, dan interaksi antar manusia. Istilah penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya.37
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif yakni berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori,
pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dari suatu
data yang mengandung makna.38 Pendekatan kualitatif menekankan pada
makna dan pemahaman dari dalam penalaran, dalam konteks tertentu, lebih
banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kualitatif lebih mementingkan pada proses dibandingkan hasil
akhir.39
A. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data-data
diperoleh. Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa melalui
perantara atau data yang langsung dari sumbernya. Kata-kata dan
37Anantawikrama Tungga Atmadja, ‘Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif dalam
Ranah Ilmu Akuntansi’, Jurnal Akuntansi Profesi, III (2013), 122–41 (p. 130). 38Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), p. 86. 39Mohammad Mulyadi, ‘Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya’, Jurnal Studi Komunikasi dan Media, XV (2011), 127–38 (p. 134).
25
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan data
utama. Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian, yaitu
melakukan wawancara dengan pustakawan/staf perpustakaan di Suku
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya.40 Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, seperti literatur yang membahas
mengenai koleksi local content.
B. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan merupakan alat
pengumpul data utama yang benar-benar mengetahui permasalahan yang
akan diteliti.41 Dalam penelitian kualitatif sampel tidak disebut dengan
responden, tetapi disebut sebagai narasumber, informan, partisipan, teman,
atau guru dalam penelitian. Informan yang digunakan dalam penelitian ini
yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami
tentang objek yang diteliti.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh peneliti untuk
mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subyek maupun obyek
40Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Alfabeta, 2012), p. 50. 41Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya), p. 132.
26
penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian penulis
menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur atau kepustakaan
Studi literatur atau kepustakaan adalah seseorang peneliti yang
mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan
yang ada dalam kepustakaan.42 Studi kepustakaan dilakukan guna
menemukan teori pendukung serta melihat informasi yang dihasilkan dan
berkaitan dengan topik penelitian. Sumber informasi yang digunakan
adalah buku-buku, makalah hasil seminar, terbitan berkala yang
berkaitan dengan penelitian serta artikel-artikel.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk teknik pengumpulan data yang
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
bila responden yang diamati tidak terlalu besar.43 Dengan dilakukannya
observasi peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang
diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai
pengertian subyek dan obyek yang diteliti. 44
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang
42Ardyawin, Rohanda, and Tati Sumiati, p. 8. 43Sugiyono, p. 145. 44Ainu Rofiq Djaelani, ‘Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif’, Majalah Ilmiah
Pawiyatan, XX (2013), 83–92 (p. 84).
27
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.45 Wawancara yang dilakukan
ialah wawancara mendalam dengan informan kunci (key informant) dan
subyek penelitian pada umumnya. Informan kunci adalah orang-orang
yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang komunitasnya
yang dapat memberikan data yang berharga.46 Wawancara dilakukan
kepada informan kunci yaitu pustakawan/staf perpustakaan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian yang telah
dirumuskan penulis.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kualitatif, pada umumnya dilakukan dengan
mengolah data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh sehingga mendapatkan
sebuah informasi yang matang.
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah selesai di lapangan, analisis data lebih di fokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.47 Analisis
data tersebut meliputi kegiatan:
45J Meleong, p. 186. 46Lukas S. Musianto, ‘Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam
Metode Penelitian’, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, IV.2 (2002), 123–136 (p. 134). 47J Meleong, p. 246.
28
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan kajian pustaka
dicatat secara teliti dan rinci, mengelompokan dan memfokuskan pada hal
penting, dengan demikian data yang diperoleh dapat memberikan gambaran
yang jelas.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks
yang naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif, penulis
buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk memberikan gambaran
yang jelas mengenai data yang didapat.
E. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat yang beralamat di Jl. Tanjung Duren Barat No. 36
kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta.
Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2017 dan melakukan wawancara
pada bulan Juli 2017.
F. Jadwal Penelitian
Setelah penulis menentukan tempat penelitian, selanjutnya penulis
melakukan observasi awal dan permintaan izin untuk melakukan penelitian.
29
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2017
Jan Feb Mar Ap Mei Juni Jul Agu Sep
1. Penyusunan
Proposal
2. Pengajuan
proposal
3. Bimbingan
Skripsi
4. Penelitian
5. Penyusunan
Skripsi
6. Pengajuan
Sidang
7. Sidang
Skripsi
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat
1. Sejarah Singkat
Sejak tahun 1950 kegiatan Perpustakaan Pemerintahan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sudah dimulai dan masih dalam bentuk
“Kotapradja Djakarta Raja”. Pada tahun 1961 ditingkatkan statusnya
menjadi Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan nama
“Perpustakaan Balaikota”. Pada tahun 1978 menjadi satu lembaga
perpustakaan umum yang menangani jenis-jenis Perpustakaan Umum
dilingkungan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Tahun 1993 dibentuk
perpustakaan umum pemerintahan daerah (Pemda) DKI Jakarta dengan
Perda No.8 tahun 1993. Tahun 2001 berdasarkan Perda No.3 tahun 2001
dan SK Gubernur No. 109 tahun 2001 dibentuk Kantor Perpustakaan
Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Pada tahun 2017 Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat berganti nama menjadi Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat (Sudinpusip
Jakarta Barat). Pergantian nama ini berdasarkan keputusan gubernur
dikarenakan KPAK Jakarta Barat tidak melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan sehingga Kantor perpustakaan dan Kearsipan ini turun
tingkatan menjadi Sudin (Suku Dinas). Saat ini Suku Dinas Perpustakaan
31
dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat dikepalai oleh Dr. Tri
Wahyuning Diah, M.si.
2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1: Struktur Organisasi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Administrasi Jakarta Barat
Pegawai Sudinpusip Jakarta Barat
Kepala Sudin : Dr. Tri wahyuning Diah, M.Si
Kasubbag Tata Usaha : Yudi Widoyoko, S.E
Staff Tata Usaha : 1. Marojahan Sinaga
2. Syarifuddin
3. Ahmad Sofian
4. Nasrullah
5. Tri Yulian Kristalyanto
Kepala Seksi Perpustakaan : Siti Sarah, S. Sos
Staff Seksi Perpustakaan : 1. Diki Lukman Hakim M.Hum
2. Suryati
32
3. Sri Mulyati
4. Sugiarto
5. Sitha Arashi Hawiah
6. Ridwan
7. Imam Musada
8. Muhammad Rohid
9. Imansyah
10. Mamat Suparma
Kelompok Pustakawan : 1. Drs. Abdul Rachman
2. Rani Widyahany S.Hum
Kepala Seksi Kearsipanan : Drs. Umar Suwardi
Staff Kearsipanan : 1. Drs. Gustomi
2. Mardiati
3. Juaedin Rudi
3. Visi dan Misi Perpustakaan
1) Visi
“Terwujudnya Pelayanan Prima dalam bidang Perpustakaan dan
Kearsipan”
2) Misi
a) Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan Perpustakaan dan
Kearsipan yang baik dengan menerapkan kaidah “Good
Governance”.
33
b) Mengembangkan sarana dan prasarana Perpustakaan dan Kearsipan
bertaraf nasional dan/atau internasional.
c) Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan dan Kearsipan dalam
kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa dan
bernegara.
4. Tujuan
Tujuan berdirinya Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat adalah sebagai pusat pembelajaran bagi
masyarakat dengan sasarannya yaitu meningkatkan mutu sumber daya
masyarakat Jakarta sekitarnya pada umumnya dan masyarakat Jakarta
Barat pada khususnya.
5. Layanan perpustakaan
Sistem pelayanan di Suku Dinas dan kearsipanan Kota Administrasi
Jakarta Barat menerapkan sistem layanan terbuka (open access), sistem ini
memungkinkan pengunjung (pemustaka) mengakses bahan pustaka atau
koleksi yang ada di perpustakaan secara langsung. Berikut ini ialah jenis-
jenis layanan yang ada di Sudinpusip Jakarta Barat.
a) Layanan Sirkulasi.
b) Layanan Referensi/rujukan
c) Layanan Internet dan Komputer
d) Layanan Permainan Anak
e) Layanan Perpustakaan Keliling
f) Layanan Paket
34
Tabel: 4.1 waktu pelayanan perpustakaan
Senin s/d
Kamis
Buka
Jam : 09.00 – 19.00 WIB
Jum’at Buka
Istirahat
Jam : 09.00 – 11.30 WIB
Jam : 11.30 – 13.30 WIB
Jam : 13.30 – 16.00 WIB
Sabtu &
Minggu
Buka
Jam : 09.00 – 19.00 WIB
Hari Libur
Nasional
6. Sumber Daya Manusia Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Administrasi Jakarta Barat
Pustakawan di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat berjumlah 2 orang, Tenaga profesional
pustakawan lulusan pendidikan Ilmu Perpustakaan yaitu Rani Widyahany,
S.Hum dan Drs. Abdul Rachman tenaga profesional pustakawan yang
telah mengikuti pelatihan ilmu perpustakaan yang bersertifikat.
7. Koleksi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat
Koleksi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat diupayakan secara lengkap dan mendalam agar dapat
menunjang tujuan dan program lembaga ini di bidang pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berikut ragam Koleksi
yang selayaknya tersedia di perpustakaan:
a) Koleksi Umum Remaja dan Dewasa (buku teks)
b) Koleksi Anak
c) Koleksi Referens (rujukan)
d) Koleksi Serial
e) Koleksi Digital
35
f) Koleksi Multimedia
Tabel: 4.2 Data buku koleksi bahan pustaka
No. Uraian Judul Eksemplar
1. Koleksi tahun 1985-2015 8766 22646
2. Layanan Paket 24010 40961
3. Donasi sumbangan
masyarakat s/d september
2016
3618 7.651
4. Donasi sumbangan
masyarakat s/d Mei 2017
6822 8.967
5. Donasi sumbangan
Dispusip / Asia
Foundation 2017
102 3.206
JUMLAH 43.318 83.431
a) Susunan Koleksi
Koleksi (buku) Suku Dinas perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat disusun secara berkelas (classified Order)
berdasarkan disiplin ilmu masing-masing atau berdasarkan subjek.
Koleksi (buku) umum remaja dan dewasa disusun berdasarkan klasifikasi
DDC (Dewey Decimal Classification). Sedangkan Koleksi (buku) anak
disusun berdasarkan warna dan memakai sistem pengklasifikasian DDC
kecuali pada koleksi reseferensi dan koleksi fiksi yang hanya
menggunakan label warna.
36
Tabel: 4.3 Penempatan Koleksi
Jenis Koleksi Penempatan
Koleksi Anak Ruang Perpustakaan Lt.1
Koleksi Umum Remaja dan
Dewasa
Ruang Perpustakaan Lt.2
Koleksi Serial Ruang Perpustakaan Lt.2
Koleksi Non Cetak (Multimedia) Ruang Perpustakaan Lt.2
Koleksi Referensi (rujukan) Ruang Perpustakaan Lt.2
8. Anggaran
Berikut adalah alur mendapatkan anggaran untuk Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat:
9. Sarana dan Prasarana
Gedung Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat dirancang terdiri dari 5 (lima) lantai. Berikut keterangan
mengenai setiap lantai gedungnya:
a) Lantai 1 (satu), pada lantai ini terdapat meja sirkulasi dan layanan
untuk anak.
37
b) Lantai 2 (dua), lantai ini merupakan ruangan koleksi untuk layanan
remaja dan dewasa, koleksi referensi dan ruang multimedia.
c) Lantai 3 (tiga), merupakan ruangan Kepala Sudin, Kasubag, Staf dan
ruangan pengolahan bahan koleksi.
d) Lantai 4 (empat), pada lantai ini terdapat ruangan penyimpanan
Kearsipan dan ruang pengolahan arsip.
e) Lantai 5 (lima), lantai teratas adalah gudang.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang ditampilkan merupakan hasil reduksi. Pengumpulan
data diperoleh melalui wawancara. Berikut ini ialah informan atau narasumber
dari hasil penelitian ini:
Tabel 4.4 Informan atau Narasumber
No Nama Jabatan
1. Drs. Abdul Rachman Pustakawan Madya
2. Rany Widyahany, S.Hum Pustakawan
3. Siti Sarah, S.Sos Kepala Seksi Perpustakaan
4. Dra. Tri Wahyuningdiah, M.Si Kepala Suku Dinas
Adapun hasil yang diperoleh penulis dalam melakukan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pentingnya Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat
Berkaitan dengan penelitian, peneliti mewawancarai empat orang
informan diantaranya ialah Abdul Rachman, Rany Widyahany, Siti Sarah,
38
dan Tri Wahyuning Diah. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa
aspek yang digali oleh peneliti diantaranya ialah pengertian koleksi local
content, kebijakan resmi koleksi local content, tujuan koleksi local content,
jenis koleksi local content, unit khusus pengelolaan koleksi local content, dan
ruangan khusus koleksi local content.
a. Pengertian Koleksi Local Content
Koleksi local content merupakan seluruh informasi dari berbagai
bentuk dan media yang berisi tentang pengetahuan, keyakinan,
pemahaman, kebiasaan, adat kebiasaan etika dan perilaku manusia yang
ada di dalam komunitas masyarakat. Koleksi local content terdiri atas hasil
budaya, pendidikan, ekonomi, dan politik yang dihasilkan dari suatu
komunitas masyarakat. Di Sudinpusip Jakarta Barat koleksi local content
merupakan koleksi yang dianggap penting, berikut ini penulis menanyakan
mengenai pengertian koleksi local content:
Di Sudinpusip Jakarta Barat koleksi local content ialah segala sesuatu
yang berkaitan mengenai local content dari suatu wilayah. Koleksi local
content akan merepresentasikan, menggambarkan tentang komunitas di
suatu wilayah yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Jadi setiap local
content di suatu tempat akan berbeda dengan tempat lainnya. Sebagaimana
telah dikatakan oleh informan RW (Rani Widyahany).
“Koleksi kearifan lokal tuh segala sesuatu yang terkait mengenai kearifan
lokal dari wilayah itu, maksudnya budaya, identitas komunitas wilayah itu
kan yang merepresentasikan, menggambarkan tentang komunitas, sebuah
komunitas itu tidak dimiliki di tempat lain… sama sekali berbeda satu
tempat dengan tempat yang lain…” (RW)48
48Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany, 2017, p. 1.
39
Koleksi local content akan timbul jika para penulis lokal memiliki
inisiatif dalam menghasilkan karya mengenai sejarah dan kebudayaan
yang ada di wilayah tersebut. Seperti yang dikatakan oleh informan AR
(Abdul Rachman)
“Koleksi kearifan lokal… adalah Koleksi yang timbul atas inisiatif…
penulis-penulis lokal khususnya mengenai sejarah dan kebudayaannya di
wilayah tersebut.” (AR)49
Koleksi local content adalah koleksi khusus yang ada di suatu
wilayah lokal dan dalam penciptanyaannya berasal dari partisipasi para
penulis. Hal ini juga senada dengan apa yang dikatakan oleh informan SS
dan TW sebagai berikut:
”… koleksi kearifan lokal kan kekhususan kita kan kebetulan ada di DKI
Jakarta yah…” (SS)50
“Jadi itu kan koleksi yang terkait dengan buku-buku kan gituh kan, itu
adalah koleksi yang harus kita punyai gitu kan. Di situ juga kan ikut serta
dari para penulis lokal…. Jadi koleksi itu tuh koleksi kebetawian atau
koleksi khusus, yang ada di wilayah lokal yaitu Jakarta…” (TW)51
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa koleksi local
content adalah segala bentuk informasi yang menggambarkan suatu
komunitas masyarakat yang merupakan kekhususan yang ada di suatu
wilayah serta adanya inisiatif dan partisipasi dari para penulis untuk
menghasilkan sebuah karya local content.
b. Pentingnya dan bukti adanya koleksi Local Content
Koleksi local content suatu hal yang penting dan mengandung sejarah
mengenai suatu daerah. Dengan adanya local content dapat mengetahui
49Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman, 2017, p. 1. 50Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah, 2017, p. 1. 51Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah, 2017, p. 1.
40
bagaimana berkembangnya sejarah di suatu daerah setempat. Koleksi local
content merupakan salahsatu pelestarian hasil budaya, koleksi local
content ada agar koleksi tersebut dapat diketahui oleh banyak orang. Maka
dari itu perpustakaan memiliki peran dalam melestarikan hasil budaya
bangsa.
Bedasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa koleksi local
content amat penting karena merupakan literatur mengenai sejarah suatu
daerah serta koleksi local content dikembangkan agar dapat diketahui oleh
para generasi mendatang, dengan adanya koleksi local content mengenai
suatu wilayah maka akan mencerminkan identitas suatu komunitas
wilayah tersebut dan akan menjadi ciri khas dari perpustakaan suatu
wilayah. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai seberapa penting
koleksi local content, seperti yang dikatakan oleh informan AR, RW dan
TW sebagai berikut:
“…koleksi kearifan lokal amat penting sekali karena… merupakan
literatur yah, atau sejarah yah yang membuktikan bahwa daerah tersebut
memang ada sejarahnya… untuk diketahui para generasi yang akan
datang.” (AR)52
“… penting karena merupakan identitas suatu wilayah, suatu komunitas
dan suatu masyarakat.” (RW)53
“… penting banget karena merupakan ciri khas dari suatu daerah itu
sendiri...” (TW)54
Berdasarkan Perda Provinsi DKI No. 6 Tahun 2006 Koleksi local
content ialah termasuk kedalam koleksi deposit, sehingga jika diterapkan
di perpustakaan wilayah kota itu sangat penting karena akan bertambahnya
52‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 1. 53‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 1. 54‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah’, p. 1.
41
koleksi perpustakaan, mengurangi anggaran APBD, menambah
kekhasanahan informasi, pengadaannya tidak ditentukan karena berasal
dari deposit para penerbit dan penulis. Hal tersebut yang penulis tanyakan
mengenai seberapa penting koleksi local content, sebagaimana yang telah
dikatakan oleh informan SS sebagai berikut:
“…penting…untuk menambah koleksi kedua mengurangi dari sisi
penganggaran APBD… untuk menambah kekahasanahan informasi
menambah informasi yang tadinya kita tidak punya menjadi punya…
Ketiga kalo APBD kan ada tahun-tahunnya harus nunggu dulu nah kalo
itu kan tidak karena itu kewajiban setiap penerbit setiap pengarang buku,
wajib menyerahkan karya nya ke pemerintah DKI… kalo kearifan lokal itu
ada sudah diatur sama Perda …” (SS)55
Koleksi local content di sudinpusip Jakarta Barat memang belum
dikumpulkan secara khusus, namun terdapat beberapa koleksi mengenai
kejakartaan seperti foto, peraturan dan buku. Hal tersebut yang penulis
tanyakan mengenai bukti bahwa koleksi local content dianggap penting,
sebagaimana yang dikatakan oleh informan AR dan RW:
“Koleksi di Jakarta barat memang belum di kumpulkan secara khusus
tidak seperti di badan, namun demikian kekhususan itu ada di Dinas
(Badan)...” (AR)
“kita nyimpen beberapa kaya peraturan gubernur, foto-foto, peraturan
walikota yah ada sih beberapa tapi ngga semua…” (RW)56
Belum adanya koleksi local content yang menjadi ciri khas di
Sudinpusip Jakarta Barat ini, pengumpulan koleksi ini masih menjadi
pekerjaan perpustakaan untuk kedepannya. Hal tersebut yang penulis
tanyakan mengenai bukti bahwa koleksi local content dianggap penting,
senada dengan apa yang dikatakan oleh informan TW dan SS.
55‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 1. 56‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 2.
42
“…buku-buku tentang Jakarta sih ada…kelemahannya juga ngga ada tuh
koleksi tentang khusus Jakarta barat. Itu jadi PR tuh…”(TW)57
“…ini menjadi PR nya kita semua khusus untuk mengumpulkan menjadi
apah bahan informasi yang menjadi sangat penting…” (SS)58
c. Kebijakan resmi koleksi local content
Belum ada kebijakan resmi mengenai koleksi local content baik lisan
maupun tertulis dari kepala seksi perpustakaan ataupun kepala Sudin,
namun dalam pelaksanaannya terdapat pada undang-undang dan perda
provinsi No. 6 tahun 2006 tentang karya cetak dan karya rekam. Hal
tersebut yang penulis tanyakan mengenai kebijakan resmi koleksi local
content, senada dengan informan RW, AR, dan TW:
“Kita memang menganggap penting tapi kita ngga punya peraturan, kalo
Dinas memang punya karena mengelola koleksi kearifan lokal. Kalau
untuk khusus Jakarta barat kita ngga punya tetapi berhubungan dengan
Jakarta kita mengikuti UU. No. 4 Tahun 1990 sama peraturan daerah
yaitu perda No. 6 Tahun 2006 soal karya cetak karya rekam dan semuanya
itu sih tingkat provinsi yah.” (RW)59
“…sekarang sih ngga ada, sehingga pada saat ini kebijakan koleksi
kearifan lokal memang tergantung dari kebijakan pimpinan…” (AR)60
“…mungkin sampai sekarang ini kita belum ada…”(TW)61
Belum adanya kebijakan atau peraturan mengenai koleksi local
content di Sudinpusip Jakarta Barat dikarenakan peraturan seperti itu
hanya bisa dibuat dan ditandatangani oleh Dinas perpustakaan provinsi.
Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai kebijakan resmi koleksi
local content, sebagaimana yang dikatakan oleh informan SS:
“…kita belum buat karena…induknya kan ada di Dinas…memang harus
Dinas yang mengurus. Karena untuk mengeluarkan regulasi… untuk
57‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 2. 58‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 3. 59‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 2. 60‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 1. 61‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 2.
43
menandatangani itu kan eselon II nah di wilayah ini kan itu eselon III….”
(SS)
d. Tujuan Koleksi Local Content
Koleksi local content memiliki tujuan sebagai identitas atau ciri khas
dari suatu komunitas masyarakat, sumber informasi bagi masyarakat,
sebagai pelestari sumber informasi, serta bahan referensi bagi para
generasi mendatang. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai tujuan
koleksi local content, senada dengan informan RW, TW, AR, dan SS
sebagai berikut:
“Tujuannya itu yah identitas masyarakat… koleksi kearifan lokal itu perlu
yah agar masyarakat dapat mengetahuinya…” (RW)62
“…jadi yah sebagai ciri khas suatu wilayah…Biar anak cucu kita juga
bisa tahu koleksi tentang ini...” (TW)63
“Tujuan… agar koleksi itu…di ketahui para generasi berikutnya…koleksi
tersebut perlu dilestarikan atau harus diingat bagi para pendahulunya,
sebagai bahan referens bagi para generasi penerus...” (AR)64
“…sebagai…sumber informasi…” (SS)65
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya
koleksi local content ialah sebagai identitas (ciri khas) dari masyarakat,
sumber informasi, pelestarian serta bahan referensi bagi para generasi
mendatang.
62‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 3. 63‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah’, p. 3. 64‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 2. 65‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 4.
44
f. Jenis koleksi Local Content
Koleksi local content memang belum terkhusus di wilayah kota
tidak terkecuali di Sudinpusip Jakarta Barat namun terdapat beberapa
koleksi mengenai local content secara umum yaitu mengenai Jakarta. Pada
Sudipsusip Jakarta Barat terdapat koleksi berupa peraturan gubernur, foto
gambang kromong dan foto kegiatan yang ada di sudinpusip Jakarta Barat
dan koleksi buku tercetak yang tersusun berdasarkan kelas yang
salahsatunya ialah buku pantun. Hal tersebut yang penulis tanyakan
mengenai jenis koleksi local content, senada seperti pemaparan informan
RW, AR, TW, dan SS berikut ini:
“…peraturan gubernur atau dari dinas, foto-foto, foto gambang kromong,
ada foto kegiatan hari anak membaca (HANJABA) kita bentuk menjadi
album atau CD…mengenai kegiatan perpustakaan…foto gubernur sih ada
tapi gubernur yang lama cuma ngga kita pajang…” (RW)
“Memang koleksi kearifan lokal tidak terkoleksi khusus tersendiri namun
demikian tersusun berdasarkan kelas yaitu pada kelas budaya, misalnya
tergabung pada koleksi lainnya yang bernilai budaya dan sejarah.” (AR)
“…Buku pantun, pantun betawi gitu kan pantun anak anak…” (TW)
“…sekarang…itu ada semua di bawah…” (SS)
Koleksi local content bukan hanya berupa buku maupun koleksi
tercetak tetapi koleksi local content itu terdiri dari foto, miniatur, peta,
peraturan pemerintahan dll. Di Sudinpusip Jakarta Barat memang tidak
mengelompokan atau mengkhususkan koleksi local content baik itu foto
pejabat pemerintahan atau miniatur sehingga koleksi yang ada ialah berupa
buku tercetak dan foto mengenai kesenian Jakarta. Hal tersebut yang
penulis tanyakan mengenai koleksi local content selain koleksi tercetak,
45
senada dengan yang dikatakan oleh informan AR, RW, SS, dan TW
sebagai berikut:
“Foto-foto dari para pejabat setempat memang tidak dikhususkan…untuk
seni dan budaya itu terdapat dalam koleksi buku…di perpustakaan
memang tidak dikhususkan.” (AR)66
“Kalo foto-foto itu pasti ada cuma kalo khusus di Jakarta Barat ngga ada
yah, kaya koleksi yang ada di bawah itu ada foto gambang kromong.”
(RW)67
“…Tadinya ada, tapi saya ga berani bilang kalo itu ada” (SS)68
“…sekarang nih saya ga melihat yah kaya koleksi-koleksi seperti itu”
(TW)69
g. Unit khusus Pengelolaan koleksi Local Content
Unit khusus pengelolaan koleksi local content berfungsi untuk
mengelola koleksi, mulai dalam pengadaan, sistem pengkalsifikasian,
menata (shelving) koleksi. Penyiangan (weeding) serta pelestarian koleksi.
Pada Sudinpusip Jakarta barat tidak adanya unit khusus dalam pengelolaan
koleksi local content, tidak adanya unit khusus memang belum adanya
pengkhususan pada koleksi local content serta tidak adanya seksi yang
mengelola koleksi tersebut. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai
unit khusus pengelolaan koleksi local content, berikut pemaparan dari
keempat informan yang senada mengatakan tidak adanya unit khusus:
“Unit khusus memang itu sudah diatur oleh provinsi, namun demikian
sekarang tidak ada lagi yang merawat atau mengkoleksi, menata koleksi
kearifan lokal tersebut.” (AR)70
66 ‘Wawancara Pribadi Dengan Abdul Rachman’, p. 2. 67 ‘Wawancara Pribadi Dengan Rany Widyahany’, p. 3. 68 ‘Wawancara Pribadi Dengan Siti Sarah’, p. 6. 69‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 3. 70‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 2.
46
“Engga kita ngga punya Karena di sini kita cuma 2 seksi yaitu
perpustakaan dan kearsipan…” (RW)71
“Ngga ada, kan tadi saya dari awal udah bilang bahwa kearifan lokal kita
belum…” (SS)72
“Engga ada sih kalo khusus, yah paling masih kepala seksi perpustakaan
kalo di sini yah…” (TW)73
Terdapat berbagai faktor tidak adanya unit khusus koleksi local
content di perpustakaan terutama di perpustakaan wilayah kota yaitu
seperti yang ada di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Barat. Faktor-faktor yang menghambat tidak adanya
unit khusus di Sudinpusip Jakarta Barat ialah karena sudah dikelola dan
terpusat di DPAD Provinsi DKI Jakarta, kurangnya SDM, tidak adanya
ruangan khusus koleksi local content, belum fokus dalam pengkhususan
koleksi local content, tidak adanya seksi khusus di bidang koleksi local
content, perubahan nomenklatur yang mempersempit kepala seksi
sehingga membuat semakin banyaknya pekerjaan yang harus di lakukan.
Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai faktor tidak adanya unit
khusus, berikut ini senada dengan pemaparan dari informan AR, RW, SS
dan TW:
“…karena koleksi tersebut sudah dikelola dinas dan sudah ada di dinas
bukan di wilayah kota. Karena ngga ada koleksi kearifan lokal wilayah
Jakarta barat, Jakarta timur….” (AR)74
“Ngga ada unit khusus karena udah terpusat di provinsi karena dari
pengadaannya ngga bisa khusus, kurangnya SDM, banyak yang pensiun
jadi kekurangan pegawai, ngga ada ruangan kaya pojok kearifan
lokal…ngga di fokusin…fokusnya kaya ke perpustakaan-perpustakaan di
71‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 3. 72‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 6. 73‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah’, p. 3. 74‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 3.
47
bawah naungan kita kan kaya RPTRA-RPTRA, TBM, perpustakaan rumah
susun sama perpustakaan keliling.” (RW)75
“…belum ada…kepala seksi khususnya…yang menangani…kearifan lokal
ini adanya di Dinas di wilayah emang kita belum, bukan belum punya ada
tapi belum optimal.” (SS)76
“Yah ngga ada…tapi sekarang ini kalo DKI Jakarta juga kita akan
mengurangi nomenklatur dari pada pejabat, kaya misal di sini Kassi bisa
akan berubah lagi menjadi K2, jadi kan menciut...” (TW)77
Tidak adanya unit khusus dalam pengelolaan koleksi local content,
hal ini akan membuat para pencari informasi seperti masyarakat wilayah
kota Jakarta Barat, peneliti, wartawan dll akan membuat mereka merasa
kesulitan dalam mengakses informasi tentang Jakarta Barat secara khusus.
Perpustakaan berfungsi untuk melayani masyarakat dalam pencarian
informasi dan akses secara terbuka.
Pada Sudinpusip Jakarta Barat, petugas perpustakaan akan berusaha
melayani pemustaka dalam melakukan pencarian yang dibutuhkan.
Petugas perpustakaan bisa membantu pemustaka melalui opac
perpustakaan atau langsung mendatangi rak perpustakaan. Tetapi jika
informasi atau koleksi tersebut memang tidak ada di Sudinpusip Jakarta
Barat petugas perpustakaan akan mengarahkan dan merujuk pemustaka
untuk datang ke DPAD Provinsi Jakarta. Petugas perpustakaan akan
merujuk ke DPAD karena memang di sana sudah terdapat koleksi khusus
Jakarta. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai cara memperoleh
informasi tentang koleksi local content Jakarta dan khususnya Jakarta
75‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 3. 76‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 6. 77‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 3.
48
barat. Seperti yang diungkapkan informan AR, RW dan SS sebagai
berikut:
“Yah kami merujuk ke sana ke provinsi…petugas Jakarta Barat akan
merujuk ke provinsi karena banyak koleksi seni dan budaya Jakarta ada
di sana.” (AR)78
“Biasanya sih kalo itu berupa buku kita bisa menggunakan bantuan opac
yah kalo non buku yah kita minta bantuan petugas yaitu petugas
layanan…kalo di sini ngga ada yah kita rujuk ke perpustakaan kuningan
yaitu DPAD Provinsi DKI Jakarta.” (RW)79
“…kita arahin ke Dinas kan…Itu ada semua di kuningan…lantai 8.”
(SS)80
Selain merujuk pemustaka untuk datang langsung ke DPAD Provinsi
DKI Jakarta, petugas perpustakaan dapat memberitahu bahwa terdapat
aplikasi dari kominfo yang akan memudahkan masyarakat dalam mencari
informasi yang berhubungan dengan Jakarta, aplikasi ini bisa diakses
secara bebas dan terbuka bagi masyarakat. Hal tersebut yang penulis
tanyakan mengenai cara memperoleh informasi tentang koleksi local
content Jakarta dan khususnya Jakarta barat, sebagaimana yang dikatakan
oleh informan TW:
“…kita kan publikasinya kan melalui kominfo trus ada kita buat aplikasi-
aplikasi nya sendiri kan ada di Dinas gitu kan sekarang kan kita mainnya
kan udah gadget gituh kan…” (TW)81
Berdasarkan hasil pemaparan dapat disimpulkan bahwa Sudinpusip
Jakarta barat khususnya petugas perpustakaan akan mengarahkan dan
merujuk pemustaka untuk mendatangi langsung DPAD Provinsi Jakarta
yang berada di kuningan.
78‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 3. 79‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 4. 80‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 7. 81‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 5.
49
Jika memang di DPAD tidak ada atau informasi yang dibutuhkan
mengenai kekhususan Jakarta barat seperti ingin mengetahui sejarah
walikota atau maskot Jakarta Barat petugas akan merujuk ke tempat
adanya informasi tersebut bisa dengan mengarahkan langsung ke kantor
walikota atau alamat adanya sumber informasi itu berasal. Hal tersebut
yang penulis tanyakan mengenai cara memperoleh informasi tentang
koleksi local content khususnya Jakarta barat, sebagaimana yang telah
dikatakan oleh informan SS dan AR sebagai berikut:
“…walikota menceritakan ada bagiannya di bagian umum umpama
walikota Jakarta Barat ada berapa kecamatan ada berapa kelurahan dia
menceritakan ada berapa RW…orang sana lah yang jauh lebih
mengetahui…” (SS)82
“…ingin memperdalam tentang kearifan lokal wilayah kota misalnya
tentang budaya dan pengembangan ikan hias/ikan cupang maka oleh
petugas tersebut diminta merujuk ke wilayah setempat yaitu di daerah slipi
petamburan yang banyak menghasilkan ikan hias.” (AR)83
h. Ruangan khusus dalam penyimpanan koleksi Local Content
Salah satu sarana pendukung dalam pengembangan koleksi local
content ialah ruangan untuk menyimpan dan menempatkan koleksi local
content. Ruangan koleksi khusus local content akan membuat salah satu
icon dari perpustakaan dan menambah daya tarik bagi pemustaka. Di
Sudinpusip Jakarta tidak memiliki ruangan khusus dalam menyimpan dan
menempatkan (men display) koleksi local content. Hal tersebut yang
penulis tanyakan mengenai ruangan khusus dalam penyimpanan koleksi
local content, sebagaimana yang di sampaikan oleh informan AR, RW, SS,
dan TW sebagai berikut:
82‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 7. 83‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 4.
50
“Untuk penyimpanan khusus untuk kearifan lokal khusus Jakarta barat
tidak ada, memang tidak dikhususkan….” (AR)84
“…ngga ada ruangan khusus kaya di taruh di ruangan yang lebih dingin
itu ngga ada dan ngga ada perlakuan khusus juga…” (RW)85
“ngga ada” (SS)86
“…ngga ada…” (TW)87
Tidak terdapatnya ruangan khusus koleksi local content akan
membuat koleksi tersebut terpencar-pencar dan tercampur dengan koleksi
lainnya. Hal ini akan membuat koleksi mengenai local content akan sulit
ditemukan oleh para pemustaka. Di Sudinpusip Jakarta Barat koleksi local
content diperlakukan sama dengan koleksi lainnya sehingga dalam
menempatkan dan mengelompokan koleksi tersebut berdasarkan kelas.
Tidak terdapatnya ruangan khusus karena koleksi mengenai local content
wilayah Jakarta dan khususnya Jakarta Barat jumlahnya sedikit, sehingga
jika di kelompokan menjadi satu ruangan koleksi tersebut tidak akan terisi
penuh dalam satu rak. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai
dicampurnya koleksi local content dengan koleksi lainnya, seperti yang
dikatakan oleh informan RW:
“…dicampur, jadi koleksi referensi, koleksi anak dari segi koleksi buku
kita perlakukan sama seperti buku umum biasa… koleksinya tidak
banyak karena dari segi tempat juga dalam 1 rak koleksi itu juga ngga
akan penuh, makanya di satukan ajah kaya koleksi lainnya” (RW)88
Koleksi local content tersusun berdasarkan kelas yaitu pada budaya
dan sejarah. Selain tersusun berdasarkan kelas, koleksi local content juga
84‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 6. 85‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 4. 86‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 8. 87‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 4. 88‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 4.
51
termasuk kedalam koleksi referensi. Koleksi yang tergolong dalam koleksi
referensi ialah koleksi-koleksi yang diberikan dari pihak institusi maupun
komunitas. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai dicampurnya
koleksi local content dengan koleksi lainnya, seperti yang diungkapkan
oleh informan AR, SS, dan TW sebagai berikut:
“…perpustakaan Jakarta Barat belum ada ruangan khusus yang memuat
koleksi tersebut sehingga untuk mempermudah koleksi maka diolah
berdasarkan kelas” (AR)89
“…arena tadi kan itu kita tidak menciptakan adanya di bawah itu kan
referensi…ada di referensi… maka informasi seperti itu kita taronya di
ruangan referensi…kearifan lokal itu ada di situ…ada institusi atau
komunitas yang menyerahkan koleksi…kita taronya di situ…ada
aturannya ada di bawah itu ada cuman ga lengkap…” (SS)90
“…Yah paling ada koleksi yang adanya di referensi atau di kelas-kelas
budaya, sejarah gituh yah.”(TW)91
Dengan demikian penulis menarik kesimpulan bahwa koleksi local
content di Sudinpusip Jakarta Barat pada saat ini memang masih dicampur
dengan koleksi lainnya. Koleksi local content bercampur dengan koleksi
lainnya berdasarkan kelas dan hasil perolehan koleksi tersebut. Koleksi
yang bersubjek budaya dan sejarah maka akan disusun dan dikelompokan
berdasarkan kelas budaya dan sejarah. Sedangkan koleksi local content
yang diperoleh dari suatu instansi dan komunitas akan tergolong dalam
koleksi referensi. Penggolongan koleksi ini dikarenakan Sudinpusip
Jakarta Barat belum memiliki ruangan khusus yang memuat koleksi
tersebut sehingga untuk mempermudah koleksi maka diolah berdasarkan
kelas dan cara perolehan.
89‘Wawancara Pribadi Dengan Abdul Rachman’, p. 4. 90‘Wawancara Pribadi Dengan Siti Sarah’, p. 8. 91‘Wawancara Pribadi Dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 5.
52
2. Metode Pengembangan Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat
Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa aspek yang digali oleh
peneliti diantaranya ialah cara pengadaan koleksi local content, anggaran
khusus koleksi local content, faktor yang meghambat dalam pengembangan
koleksi local content, dan perbaikan/peningkatan dalam pengembangan
koleksi local content.
a. Cara pengadaan koleksi local content
Pengadaan koleksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
pembelian, cara tukar menukar, hadiah atau dengan cara menerbitkan
sendiri. Pada Sudinpusip Jakartta Barat cara pengadaan koleksi local
content ialah dengan pembelian, sumbangan/hibah dan tukar menukar
informasi. Pengadaan dengan cara pembelian menggunakan dana dari
APBD, sedangkan untuk sumbangan/hibah didapatkan dari sumbangan
masyarakat, komunitas dan instansi. Sumbangan/hibah tidak hanya
memberikan bentuk fisik (tercetak) saja seperti buku tercetak melainkan
juga dalam bentuk uang yaitu dengan menggunakan dana CSR (corporate
social responsibility) yaitu dana dari suatu instansi atau perusahaan yang
berkontribusi untuk kesejahteraan bagi individu, komunitas dan
masyarakat. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai cara pengadaan
koleksi local content, telah di sampaikan oleh informan dari hasil
wawancara:
“….Proses pengadaannya di wilayah kota yaitu satu, pengadaan dari
biaya APBD yang kedua sumbangan/ hibah dari masyarakat khusus untuk
koleksi kearifan lokal para petugas selalu berhubungan dengan para
53
penerbit dan orang-orang yang menulis buku-buku tentang kearifan lokal
dan juga menelusuri ke toko-toko buku yang cukup besar seperti gramedia
dan toko-toko buku lokal.” (AR)92
“Pembelian dan sumbangan. Pembelian itu sumber dananya dari APBD…
kalo sumbangan itu ada dari masyarakat atau dari instansi setempat yah...
Sumbangan masyarakat itu ada komunitas atau masyarakat itu sendiri
yang ingin menggalang dana untuk donasi buku. Nah kalo itu kan
bentuknya fisik yah, ada lagi sumbangan masyarakat yang dari dana CSR
bentuknya tuh uang…” (RW)93
“Kan caranya itu pertama tukar informasi, kedua dengan dapat hadiah
ketiga itu dengan beli. Yah ketiga itu yang kearifan lokal biasanya
komunitas yang memberikan…” (SS)94
“….caranya itu ada membeli sama sumbangan, membeli itu dari APBD.”
(TW)95
Dalam pengadaan koleksi perlunya suatu bukti transaksi dari kedua
belah pihak. Pembuktian ini tertuang dalam surat serah terima barang,
surat serah terima barang adalah suatu bukti dan dokumentasi dari suatu
kejadian. Surat serah terima barang berisikan informasi adanya
penyerahan dan penerimaan antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Dengan adanya surat ini pihak perpustakaan dan pihak lainnya (penerbit,
masyarakat/komunitas, instansi) mempunyai dokumen atau bukti telah
terjadinya transaksi.
Pada Sudinpusip Jakarta Barat memiliki bukti dalam pengadaan
koleksi berupa faktur, berita acara, serah terima barang. Adanya bukti ini
sebagai dokumentasi dan memudahkan dalam pendataan buku yang baru
masuk. Seluruh kegiatan pengadaan harus terdapat bukti ini terutama
pembelian dari dana APBD, yang mana perpustakaan memiliki
92‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 5. 93‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 4. 94‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 8. 95‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 5.
54
kewajiban untuk membuat laporan pertanggungjawaban dari dana
tersebut. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai serah terima
barang dalam pengadaan koleksi local content, berikut hasil dari
wawancara dengan informan AR, RW, SS, dan TW:
“…prosedur pembelian buku…dilakukan dengan berita acara atau
perjanjian antara pihak yang membeli kepada pihak-pihak penjual
(penerbit/toko buku)” (AR)96
“Ada faktur, berita acara pengadaan barang.” (RW)97
“…semua pengeluaran yang dari APBD harus ada tanda terima
barang…ada berita acara…pengeluaran dari APBD itu harus ada berita
acara dan serah terima barang.” (SS)98
“…berarti beli berarti ada berita acaranya kan. Ada tanda terima
barangnya.” (TW)99
Pengadaan koleksi diperoleh bukan hanya dari hasil pembelian
melainkan juga dari hasil sumbangan/hadiah baik berupa perorangan/
individu maupun kelompok. Pada sudinpusip Jakarta Barat pengadaan
dengan cara sumbangan dilakukan dengan dibuat serah terima sebagai
bukti. Pengadaan dari hasil sumbangan bisa dengan cara meminta
langsung atau pihak instansi memberikan langsung kepada perpustakaan.
Perpustakaan dapat meminta langsung ke instansi pemerintahan
dengan melalui surat terlebih dahulu, surat tersebut berisi permohonan
dan juga daftar buku yang akan diminta. Instansi pemerintahan seperti
DPAD, walikota dan SKPD-SKPD yang ada di wilayah Jakarta
khususnya Jakarta Barat bisa langsung memberikan koleksinya yang
96‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 5. 97‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 5. 98‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 9. 99‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 6.
55
akan disumbangkan, koleksi tersebut berupa undang-undang dan
peraturan. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai prosedur
pengadaan dengan cara hadiah/sumbangan, berikut ini hasil wawancara
dengan informan AR, RW, SS, dan TW:
“…untuk sumbangan buku dari para pejabat pemerintahan, prosedur
pelaksanaannya di lakukan dengan dibuat tanda serah terima dari
berbagai pihak. Tergantung dari pihak mereka juga yah bisa dengan
surat atau mengasih begitu ajah… Buku hasil terbitan kantor/dinas yang
berada di Provinsi DKI Jakarta misalnya buku-buku kegiatan SKPD-
SKPD itu mereka memberikan.” (AR)100
“Ada beberapa kita meminta ke departemen atau instansi. Kita
memintanya itu berupa surat beserta list buku yang diminta nanti mereka
akan menghubungi kita lalu kita yang akan mengambilnya langsung
istilahnya jemput buku gituh.” (RW)101
“Biasanya kan ada kaya donatur…kalo dengan cara jemput…kita yang
menjemput kita yang bersurat kita yang ngambil…tapi banyak juga yang
nganterin kesini...undang-undang biasanya di anterin pake tanda terima
itu gituh sih, biasanya ada surat jalannya. Biasanya ada yang nganterin
atau…aturannya ini bersurat dulu…” (SS)102
“Biasanya dikasih…dari walikota…dari pusat, dari wilayah…” (TW)103
b. Anggaran Khusus pengadaan koleksi local content
Pengadaan dengan cara pembelian memerlukan anggaran, anggaran
yang dikuhuskan untuk koleksi local content akan mendukung dalam
pengembangan koleksi local content. Pada Sudinpusip Jakarta Barat
pengadaan koleksi local content tidak dikhususkan tetapi pengadaannya
menyatu dengan koleksi lainnya. Hal tersebut yang penulis tanyakan
mengenai anggaran khusus pengadaan koleksi local content,
sebagaimana yang dikatakan oleh informan AR, RW, SS, dan TW:
100‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 5. 101‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 5. 102‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 9. 103‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 6.
56
“…pengadaan koleksi buku kearifan lokal memang tidak di khususkan
namun…pengadaannya menyatu dengan koleksi buku lain.” (AR)104
“…anggaran khusus kita ngga ada yah…” (RW)105
“Engga ada…” (SS)106
“Engga ada anggaran khusus yah…” (TW)107
Tidak adanya anggaran khusus memang pihak perpustakaan belum
mengkhususkan pada pengembangan koleksi local content. Terdapat
beberapa hal yang membuat tidak adanya anggaran khusus koleksi local
content diantaranya ialah jumlah koleksi sedikit dan sulit ditemukan,
tidak adanya nomenklatur dalam pengadaan khusus koleksi local
content, tidak adanya terbitan terbaru mengenai koleksi local content,
pembelian koleksi harus sesuai dengan kisaran harga, koleksi harus
diminati dan sesuai dengan keinginan masyarakat serta tidak adanya
daftar koleksi local content di katalog penerbit. Hal tersebut yang penulis
tanyakan mengenai tidak terdapatnya anggaran khusus dalam pengadaan
koleksi local content, sebagaimana yang dikatakan oleh informan:
“Karena koleksi kearifan lokal itu hanya 5% belum tentu ada, jadi sedikit
yah.” (AR)108
“Karena nomenklaturnya ngga ada dan memang ngga ada, kalo
misalnya kita mau ngadain buku tentang kearifan lokal…apakah buku-
buku kearifan lokal itu ada dan banyak judulnya… dari segi
penerbitannya itu sedikit kan makanya kita satukan ajah ke pengadaan
buku umum.” (RW)109
“…Kita ambil pertama itu cetakannya kedua itu harganya kita kan
dalam mengajukan anggaran buat membeli buku kan harga serendah-
104‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 6. 105‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 6. 106‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 10. 107‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 6. 108‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 6. 109‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 6.
57
rendahnya 40.000-80.0000 kalo harganya termasuk dalam angka itu yah
bisa kita beli, kedua disukai oleh masyarakat ngga diminati oleh
masyarakat ngga… ada ngga pertanyaan dari masyarakat mana
kearifan lokal ini… kita harus ikutin keinginan masyarakat.” (SS)110
“…nah di katalog penerbit itu belum tentu ada buku tentang kearifan
lokal. Pembelian juga di sesuaikan berdasarkan range harga dan tahun
penerbitannya harus yang terbaru gituh.” (TW)111
c. Faktor yang menghambat dalam pengembangan koleksi local content
Pengembangan koleksi local content tidak selalu berjalan mulus,
adanya faktor-faktor yang menghambat dalam pengembangan koleksi local
content di suatu perpustakaan. Pada Sudinpusip Jakarta Barat terdapat
beberapa hambat yang di hadapi perpustakaan dalam pengadaan koleksi
local content diantaranya ialah koleksinya sewaktu-waktu (tidak menentu)
dan penerbitannya tidak selalu tersedia.
Faktor lain yang menghambat ialah tidak adanya kesadaran dari petugas
perpustakaan dan masyarakat tentang koleksi local content, tidak adanya
kerjasama dengan DPAD dan masyarakat yang mencari koleksi local
content akan langsung mendatangi DPAD. Kendala dari segi pengadaan
ialah masih tergabung dengan dana APBD sehingga harus menyesuaikan
SOP nya. Koleksi local content juga memiliki kelemahan yang sangat sulit
ditemukan khususnya koleksi mengenai Jakarta Barat serta tidak adanya
nomenklatur bahwa perpustakaan wilayah kota harus memiliki koleksi local
content. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai faktor yang
menghambat dalam pengembangan koleksi local content, sebagaimana
yang telah dikatakan oleh informan AR, RW, SS, dan TW sebagai berikut:
110‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 10. 111‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuning Diah’, p. 6.
58
“…hambatan yang di alami dalam pengadaan buku koleksi kearifan lokal,
hambatannya yaitu…anggaran yang sudah tersedia bukunya sulit untuk di
temukan…koleksi kearifan lokal suka tenggelam suka ada…” (AR)112
“Karena ngga semua dari kita aware sama koleksi local content, dari segi
petugasnya dan dari segi masyarakat…pengadaan buku berdasarkan
permintaan masyarakat nah kalo masyarakat nya ajah ngga butuh, dari segi
kebijakan karena disini cabang dari pusat…ngga ada kerjasama gitu sama
DPAD terkait koleksi kearifan lokal. Sebenernya kalo emang orang udah
pada tahu kalo di kuningan sudah mengelola local content yah pasti
masyarakat tidak akan mencari kesini lagi yah pasti langsung ke kuningan
ajah karena udah ada disana” (RW)113
“…koleksi itu…tidak termasuk kedalam kategori koleksi yang kita
beli…kita beli pertama tahun terbitannya harus terbaru…cetakannya,
kedua harganya harus masuk ketiga sebelum kita mengajukan itu di katalog
itu harus di publish di internet…kalo APBD aturannya udah ada…harus
ngikutin harga katalog…” (SS)114
“…tindak lanjut ada SK gubernur, walikota…ngga ada nomenklatur bahwa
wilayah kota harus ada koleksi kearifan lokal…” (TW)115
d. Perbaikan/peningkatan dalam pengembangan koleksi local content
Upaya perbaikan atau peningkatan yang dilakukan perpustakaan agar
kegiatan pengembangan koleksi local content dapat berjalan. Pada
Sudinpusip Jakarta Barat menginginkan upaya perbaikan atau peningkatan
agar pengembangan koleksi local content bisa berjalan. Upaya
perbaikan/peningakatan yang ingin dilakukan perpustakaan ialah harus
dimilikinya ruangan khusus, adanya petugas khusus dalam pengadaan
koleksi local content, perlunya memperkuat landasan dasar dalam
memfokuskan koleksi local content ialah seperti adanya kebijakan,
anggaran, kesadaran dari pengelola perpustakaan dan masyarakat.
112‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 6. 113‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 6. 114‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 10. 115‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah’, p. 7.
59
Setelah itu semua terlaksana, perpustakaan akan mengadakan
ruangan khusus seperti pojok local content, promosi koleksi local content,
menerapkan literasi kepada masyarakat dalam mengakses koleksi local
content, dan alih media koleksi. Selain adanya landasan dasar tersebut
perlunya didukung dengan penerbitan buku local content yang terbaru (up
to date). Bukan hanya landasan namun sarana dan prasarana harus
menunjang pemfokusan koleksi local content. Perputakaan akan
mendukung penciptaan koleksi local content dengan dibuatnya seminar
yang membahas koleksi local content dan kegiatan lainnya agar para
budayawan, para penulis, para penerbit dapat menghasilkan suatu karya
baru yang akan terus ada. Membahas koleksi local content dengan
perpustakaan yang berada di lima wilayah kota di Jakarta agar dapat
terealisasi bersama, perlunya UPT (unit khusus) dan sejenisnya dalam
membantu pengelolaan koleksi local content, peraturan mengenai koleksi
local content sebagai koleksi deposit yang wajib diserahkan ke pihak
perpustakaan. Hal tersebut yang penulis tanyakan mengenai
perbaikan/peningkatan dalam pengembangan koleksi local content,
sebagaimana yang dikatakan oleh infoman:
“…harus ada ruangan khusus…ada petugas khusus yang memantau
terbitan koleksi kearifan lokal di toko buku nasional maupun
lokal…anggaran harus selalu tersedia.” (AR)116
“…bikin survey kecil-kecilan dulu yang ada di semua perpustakaan di
bawah Sudinpusip Jakarta barat. Kalo masyarakat tahu koleksi kearifan
lokal dan mereka butuh itu akan menjadi dasar yang kuat. Setelah itu
pengadaan dan menyiapkan ruangan kaya pojok kearifan lokal. Setelah itu
kita promosiin majang-majang foto-foto dan kita membimbing masyarakat
untuk cara penggunaan koleksi tersebut kita akan alih media dan kita
116‘Wawancara Pribadi dengan Abdul Rachman’, p. 6.
60
upload ke website kita…jadi yang utama tuh kebijakan, anggaran,
kesadaran dari seluruh pengelola perpustakaan akan pentingnya koleksi
kearifan lokal serta adanya kebutuhan dari masyarakat sebagai landasan
untuk memperkuat dalam mengembangkan koleksi kearifan lokal.” (RW)117
“…orang yang mau cetak orang yang mau buat kearifan lokal itu harus
buat buku terbaru... yang kedua harga...ketiga regulasinya…kalo buku
kearifan lokal itu kan kaya dari peraturan tata tertib persyaratan kalo
mengurus IMB seperti apa biasanya pemerintah kota yang menerbitkan itu
yang mengeluarkan SKPD yang bersangkutan…umpama Dinas kehuatanan
dan kelautan dia kan punya produk… meskinya di bagiin di perpustakaan…
(SS)118
“…buat suatu tempat lah yah yang mau kita tonjolin… sarana
prasarananya yg belum memadai… Pertama itu yah terus ngumpulin
budayawan-budayawan, para penulis, para penerbit untuk membahas
koleksi kearifan lokal. Mungkin kita juga perlu membahas ini dan duduk
bareng juga bersama lima wilayah kota. Kita juga perlu UPT atau apalah
agar pekerjaan-pekerjaan kearifan lokal lebih mudah….bagi para penulis
lokal diharapkan bisa memberikan koleksi terbitannya untuk di serahkan ke
perpustakaan…” (TW)119
Dapat disimpulkan bahwa perbaikan-perbaikan yang harus
dilakukan ialah hal yang paling utama harus adanya kesadaran dari
perpustakaan dan masyarakat, terutama bagi masyarakat di wilayah kota
Jakarta barat. Dengan adanya kesadaran masyarakat ketersediaan koleksi
akan dapat terwujud. Perlunya nomenklatur bahwa koleksi local content
juga harus tersedia di perpustakaan wilayah kota. Perbaikan lainnya ialah
perlunya mengumpulkan budayawan, penulis, komunitas dan penerbit
untuk dapat menghasilkan suatu karya mengenai local content yang terbaru.
Setelah ini semua dapat terwujud barulah perpustakaan menyiapkan sarana
dan prasarana, unit, promosi dan lain-lain agar dapat mendukung adanya
ketersediaan koleksi yang dapat diakses oleh masyarakat.
117‘Wawancara Pribadi dengan Rany Widyahany’, p. 6. 118‘Wawancara Pribadi dengan Siti Sarah’, p. 11. 119‘Wawancara Pribadi dengan Tri Wahyuningdiah’, p. 7.
61
C. Pembahasan
Penelitian ini berdasarkan dua perumusan masalah, yaitu tentang
pentingnya koleksi local content dan metode pengembangan koleksi local
content Provinsi DKI Jakarta di Sudinpusip Jakarta Barat. Kedua perumusan
tersebut akan dibahas secara lebih jelas pada paragraf di bawah ini.
1. Pentingnya Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di Suku Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat
a. Koleksi local content
Koleksi local content merupakan seluruh informasi dari berbagai
bentuk dan media yang berisi tentang pengetahuan, keyakinan,
pemahaman, kebiasaan, adat kebiasaan etika dan perilaku manusia yang
ada di dalam komunitas masyarakat. Koleksi local content terdiri atas hasil
budaya, pendidikan, ekonomi, politik yang dihasilkan dari suatu
komunitas masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara koleksi local content
adalah segala bentuk informasi yang menggambarkan suatu komunitas
masyarakat yang merupakan kekhususan yang ada di suatu wilayah serta
adanya inisiatif dan partisipasi dari para penulis untuk menghasilkan
sebuah karya local content.
b. Pentingnya dan bukti adanya koleksi local content
Koleksi local content merupakan salahsatu pelestarian hasil budaya,
koleksi local content ada agar koleksi tersebut dapat diketahui oleh banyak
orang. Maka dari itu perpustakaan memiliki peran dalam melestarikan
hasil budaya bangsa. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
bahwa koleksi local content amat penting karena merupakan literatur
mengenai sejarah suatu daerah serta koleksi local content dikembangkan
62
agar dapat diketahui oleh para generasi mendatang. Selain sebagai
literatur, koleksi local content suatu wilayah akan mencerminkan identitas
suatu komunitas wilayah tersebut dan termasuk kedalam koleksi deposit
yang tertera pada perda No. 6 tahun 2006.
Pentingnya koleksi local content harus dibuktikan dengan adanya
suatu indikasi atau bukti bahwa di dalam perpustakaan terdapat koleksi
local content baik itu koleksi Jakarta maupun Jakarta Barat. Adanya
koleksi ini telah menunjukan bahwa koleksi local content memang
dianggap penting. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa
koleksi local content memang belum dikumpulkan secara khusus, namun
terdapat beberapa koleksi mengenai kejakartaan seperti foto, peraturan dan
buku. Berikut ini ialah bukti yang ditemukan berdasarkan observasi secara
langsung:
Gambar 4.1 Foto Tari Topeng
63
Gambar 4.2 Foto gambang kromong
Gambar 4.3 Koleksi buku tercetak
c. Kebijakan resmi koleksi local content
Dalam menyelenggarakan dan mengembangkan koleksi local content
perlu adanya kebijakan tertulis yang dibuat oleh perpustakaan. Kebijakan
tertulis ini sebagaimana telah diterapkan oleh DPAD Provinsi DKI Jakarta
dan tertuang dalam undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan. Pernyataan ini ialah bahwa “Pemerintah Provinsi dan
pemerintah Kabupaten/kota berkewajiban menyelenggarakan dan
mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasarkan kekhasan
daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kebudayaan daerah
digunakan agar dapat menyelenggarakan dan mengembangkan di
wilayahnya”. Sedangkan peraturan yang dibuat oleh Provinsi DKI Jakarta
64
tetuang pada Perda No. 6 Tahun 2006 tentang karya cetak dan karya
rekam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa Sudinpusip
Jakarta Barat belum memiliki kebijakan resmi mengenai koleksi local
content baik lisan maupun tertulis dari kepala seksi perpustakaan ataupun
kepala Sudin, namun dalam pelaksanaannya terdapat pada Perda No. 6
tahun 2006 tentang karya cetak dan karya rekam. Tidak adanya kebijakan
tersebut di Sudinpusip Jakarta Barat dikarenakan wewenang dalam
pembuatan dan penandatanganan hanya bisa dilakukan oleh pejabat dari
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta.
d. Tujuan Koleksi Local Content
Koleksi local content memiliki tujuan sebagai fungsi informasi dan
pelestarian. Dengan adanya koleksi local content perpustakaan umum
daerah sebagai pusat informasi bagi masyarakat lokal yang dapat
memberikan informasi bagi masyarakat lokal. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan bahwa tujuan dari adanya local content ialah
sebagai identitas (ciri khas) dari masyarakat, sumber informasi, pelestarian
hasil budaya serta bahan referensi bagi para generasi mendatang.
e. Jenis koleksi Local Content
Koleksi local content merupakan koleksi yang mengandung
informasi lokal suatu daerah. Koleksi local content tersedia dengan
berbagai bentuk dan media diantaranya ialah koleksi cetak, audiovisual,
foto, peraturan-peraturan, miniatur, peta dll. Berdasarkan hasil wawancara
65
dengan informan bahwa koleksi local content memang belum terkhusus di
Sudinpusip Jakarta Barat maupun di lima wilayah yang ada di Provinsi
DKI Jakarta, namun terdapat beberapa koleksi mengenai local content
secara umum yaitu mengenai Jakarta. Diantaranya ialah:
1. Koleksi tercetak seperti buku
2. Peraturan gubernur
3. Foto-foto, diantaranya ialah foto gambang kromong dan foto kegiatan
yang ada di Sudinpusip Jakarta Barat.
Di Sudinpusip Jakarta Barat tidak mengelompokan atau
mengkhususkan sehingga koleksi yang ada ialah berupa buku tercetak dan
foto mengenai kesenian Jakarta.
f. Unit khusus Pengelolaan koleksi Local Content
Unit khusus pengelolaan koleksi local content berfungsi untuk
mengelola koleksi local content, mulai dalam pengadaan, sistem
pengkalsifikasian, menata koleksi (shelving). Penyiangan (weeding) serta
pelestarian koleksi. Pada sudinpusip Jakarta barat tidak adanya unit khusus
dalam pengelolaan koleksi local content, tidak adanya unit khusus
memang belum adanya pengkhususan pada koleksi local content serta
tidak adanya seksi yang mengelola koleksi tersebut.
1. Faktor-faktor penyebab tidak adanya unit khusus
Terdapat berbagai faktor tidak adanya unit khusus koleksi local
content di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi
Jakarta Barat. Diantaranya ialah:
66
a) Koleksi local content sudah di kelola dan terpusat di DPAD
Provinsi DKI Jakarta
b) Kurangnya SDM
c) Tidak adanya ruangan khusus koleksi local content
d) Perpustakaan belum fokus dalam pengkhususan koleksi local
content
e) Tidak terdapat seksi khusus di bidang koleksi local content
f) Penyempitan tugas dan fungsi pada struktur organisasi.
Tidak adanya unit khusus dalam pengelolaan koleksi local
content, tidak membuat perpustakaan meninggalkan perannya dalam
melayani masyarakat pengguna dalam melakukan pencarian
informasi terkait local content. Berikut ini ialah upaya Sudinpusip
Jakarta Barat dalam melayani pengguna dalam pencarian informasi
mengenai koleksi local content baik Jakarta maupun Jakarta Barat,
diantaranya ialah:
a) Petugas perpustakaan membantu pemustaka melalui opac
perpustakaan atau langsung mendatangi rak perpustakaan.
b) Petugas perpustakaan akan mengarahkan dan merujuk pemustaka
untuk datang ke DPAD Provinsi Jakarta.
c) Petugas akan merujuk ke tempat adanya informasi tersebut bisa
dengan mengarahkan langsung ke kantor walikota atau alamat
adanya sumber informasi itu berasal.
67
g. Ruangan khusus dalam penyimpanan Local Content
Salah satu sarana pendukung dalam pengembangan koleksi local
content ialah ruangan untuk menyimpan dan menempatkan koleksi local
content. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa
Sudinpusip Jakarta Barat tidak memiliki ruangan khusus dalam
menyimpan dan menempatkan (men display) koleksi local content.
Koleksi local content di Sudinpusip Jakarta Barat pada saat ini masih
dicampur dengan koleksi lainnya. Koleksi local content bercampur dengan
koleksi lainnya berdasarkan kelas dan hasil perolehan koleksi tersebut.
Koleksi yang bersubjek budaya dan sejarah maka akan disusun dan
dikelompokan berdasarkan kelas budaya dan sejarah. Sedangkan koleksi
local content yang diperoleh dari suatu instansi dan komunitas akan
tergolong dalam koleksi referensi. Penggolongan koleksi ini dikarenakan
Sudinpusip Jakarta Barat belum memiliki ruangan khusus yang memuat
koleksi tersebut sehingga untuk mempermudah koleksi maka diolah
berdasarkan kelas dan cara perolehan.
Terdapat beberapa faktor yang membuat koleksi local content
dicampur dengan koleksi lainnya:
a) koleksi mengenai local content wilayah Jakarta dan khususnya Jakarta
Barat jumlahnya sedikit
b) Jika koleksi local content yang ada di Sudinpusip Jakarta Barat
dikelompokan menjadi satu ruangan koleksi tersebut tidak akan terisi
penuh dalam satu rak.
68
2. Metode Pengembangan Koleksi Local Content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta
Barat
a. Cara pengadaan koleksi local content
Pengadaan koleksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain pembelian, cara tukar menukar, hadiah atau dengan cara
menerbitkan sendiri. Berikut ini ialah cara perolehan koleksi local
content di Sudinpusip Jakarta Barat:
a) Pembelian.
Pengadaan dengan cara pembelian menggunakan dana yang
diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Pembelian bisa dilakukan melalui katalog penerbit atau
pustakawan mendatangi langsung ke toko buku.
b) Hadiah/Sumbangan.
Pengadaan dengan cara hadiah/sumbangan didapatkan dari
sumbangan masyarakat, komunitas dan instansi. Sumbangan yang
diberikan bisa berupa fisik yaitu koleksi tercetak dan berupa uang
yaitu melaui dana CSR (corporate social responsibility). Dana ini
diberikan dari instansi. Instansi yang ingin menyumbang bisa
langsung memberikan ke perpustakaan atau perpustakaan dapat
memohon sumbangan koleksi bisa melalui surat permohonan.
Surat ini akan di tujukan ke instansi mana yang akan dimintai buku.
Dalam surat tersebut berisi suatu permohonan dan daftar buku apa
saja yang akan diminta. Surat permohonan ini bisa diajukan ke
69
instansi pemerintahan seperti DPAD, walikota dan SKPD-SKPD
yang ada di wilayah Jakarta khususnya Jakarta Barat.
Koleksi yang didapat dari instansi pemerintahan biasanya
berupa undang-undang dan peraturan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dalam pengadaan sumbangan pihak perpustakaan bisa
berperan aktiv dalam mengembangkan koleksi dari hasil perolehan
koleksi sumbangan.
Dalam pengadaan koleksi perlunya suatu bukti transaksi dari kedua
belah pihak. Pembuktian ini tertuang dalam surat serah terima barang,
surat serah terima barang adalah suatu bukti dan dokumentasi dari suatu
kejadian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa
Sudinpusip Jakarta Barat memiliki bukti dalam pengadaan koleksi.
Bukti tersebut ialah berupa faktur, berita acara dan serah terima barang.
Adanya bukti ini sebagai dokumentasi dan memudahkan dalam
pendataan buku yang baru masuk. Seluruh kegiatan pengadaan harus
terdapat bukti ini terutama pembelian dari dana APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah), yang mana perpustakaan memiliki
kewajiban untuk membuat laporan pertanggungjawaban dari dana
tersebut.
b. Anggaran Khusus pengadaan koleksi local content
Pengadaan dengan cara pembelian memerlukan anggaran,
anggaran yang dikuhuskan untuk koleksi local content akan
mendukung dalam pengembangan koleksi local content. Berdasarkan
hasil wawancara dengan informan bahwa pengadaan koleksi local
70
content di Sudinpusip Jakarta Barat tidak dikhususkan tetapi
pengadaannya menyatu dengan koleksi lainnya.
Tidak adanya anggaran khusus memang pihak perpustakaan belum
mengkhususkan koleksi local content. Terdapat beberapa hal yang
membuat tidak adanya anggaran khusus koleksi local content,
diantaranya ialah:
a) Jumlah koleksi sedikit dan sulit ditemukan
b) Tidak adanya nomenklatur dalam pengadaan khusus koleksi local
content
c) Tidak adanya terbitan terbaru mengenai koleksi local content
d) Pembelian koleksi mengenai local content harus sesuai dengan
range harga dana APBD
e) Koleksi harus sesuai dan diminati dengan keinginan masyarakat
f) Tidak adanya koleksi local content di katalog penerbit.
c. Faktor yang menghambat dalam pengembangan koleksi local content
Pengembangan koleksi local content tidak selalu berjalan mulus,
adanya faktor-faktor yang menghambat dalam pengembangan koleksi
local content di suatu perpustakaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan terdapat beberapa hambat yang di hadapi perpustakaan
dalam pengembangan koleksi local content. Berikut ini ialah faktor-
faktor yang menghambat, diantaranya ialah:
a) Kendala dari segi pengadaan, diantaranya ialah: koleksi local
content sangat sulit ditemukan khususnya koleksi mengenai Jakarta
Barat, penerbitannya tidak selalu tersedia atau tidak menentu,
71
pengadaan dengan cara pembelian masih tergabung dengan dana
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) sehingga harus
menyesuaikan SOP (Standart Operating Procedure).
b) Tidak adanya kesadaran dari petugas perpustakaan dan masyarakat
tentang koleksi local content
c) Tidak adanya kerjasama dengan DPAD Provinsi DKI Jakarta
d) Masyarakat yang mencari koleksi local content akan langsung
mendatangi DPAD Provinsi DKI Jakarta.
e) Tidak adanya nomenklatur bahwa perpustakaan wilayah kota harus
memiliki koleksi local content.
d. Perbaikan/peningkatan dalam pengembangan koleksi local content
Upaya perbaikan atau peningkatan yang dilakukan perpustakaan
agar kegiatan pengembangan koleksi local content dapat berjalan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa Sudinpusip
Jakarta Barat menginginkan upaya perbaikan atau peningkatan agar
pengembangan koleksi local content bisa berjalan. Berikut ini ialah
upaya perbaikan/peningakatan yang ingin dilakukan perpustakaan,
diantaranya yaitu:
a) Memiliki ruangan khusus untuk penempatan koleksi local content
b) Terdapat petugas khusus dalam pengadaan koleksi local content
c) Perlunya kebijakan untuk memperkuat landasan dasar dalam
memfokuskan koleksi local content
d) Tersedianya anggaran khusus koleksi local content
72
e) Adanya kesadaran dari pengelola perpustakaan dan masyarakat
mengenai pentingnya koleksi local content
Selain hal-hal teknis diatas, Sudinpusip Jakarta Barat akan
mendukung penciptaan koleksi local content dengan dibuatnya seminar
yang membahas koleksi local content dan kegiatan lainnya agar para
budayawan, para penulis, para penerbit dapat menghasilkan suatu karya
baru yang akan terus ada. Membahas koleksi local content dengan
perpustakaan yang berada di lima wilayah kota di Jakarta agar dapat
terealisasi bersama, perlunya UPT (unit khusus) dalam membantu
pengelolaan koleksi local content, peraturan mengenai koleksi local
content sebagai koleksi deposit yang wajib diserahkan ke pihak
perpustakaan.
Setelah itu semua terlaksana, perpustakaan akan mengadakan
ruangan khusus seperti pojok local content, promosi koleksi local
content, menerapkan literasi kepada masyarakat dalam mengakses
koleksi local content, dan alih media koleksi. Selain adanya landasan
dasar tersebut perlunya didukung dengan penerbitan buku local content
yang terbaru (up to date). Bukan hanya landasan namun sarana dan
prasarana harus menunjang pemfokusan koleksi local content.
Dapat disimpulkan bahwa perbaikan-perbaikan yang harus
dilakukan ialah hal yang paling utama harus adanya kesadaran dari
perpustakaan dan masyarakat, terutama bagi masyarakat di wilayah kota
Jakarta barat. Dengan adanya kesadaran masyarakat ketersediaan koleksi
akan dapat terwujud. Perlunya nomenklatur bahwa koleksi local content
73
juga harus tersedia di perpustakaan wilayah kota. Perbaikan lainnya ialah
perlunya mengumpulkan budayawan, penulis, komunitas dan penerbit
untuk dapat menghasilkan suatu karya mengenai local content yang
terbaru. Setelah ini semua dapat terwujud barulah perpustakaan
menyiapkan sarana dan prasarana, unit khusus dan promosi.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data
dan pembahasan dalam penelitian ini terkait koleksi local content Provinsi DKI
Jakarta di Sudinpusip Jakarta Barat dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Koleksi local content dianggap amat penting karena merupakan literatur
mengenai sejarah suatu daerah dan mencerminkan identitas suatu komunitas
wilayah tersebut. Pentingnya koleksi local content dibuktikan dengan
adanya beberapa koleksi mengenai Jakarta seperti foto, peraturan dan buku.
2. Cara memperoleh koleksi local content di Sudinpusip Jakarta Barat ialah
dengan melakukan pembelian dan hadiah/sumbangan. Pengadaan
pembelian koleksi local content menyatu dengan koleksi umum yaitu
dengan menggunakan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Pengadaan sumbangan didapatkan dari masyarakat, komunitas dan instansi
(baik pemerintahan maupun perusahaan). Sumbangan bisa dalam bentuk
fisik dan uang yaitu dana CSR (corporate social responsibility).
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah disebutkan di atas, penulis
memberikan beberapa saran kepada Sudinpusip Jakarta Barat agar koleksi
local content dapat dikembangkan, adapun saran dari penulis sebagai berikut:
1. Sebaiknya pendapat mengenai pentingnya koleksi local content dibuktikan
dengan penyelenggaraan dan pengembangan koleksi local content.
Sudinpusip Jakarta Barat berkewajiban menyelenggarakan dan
75
mengembangkan kekhasan daerah yang mana hal ini tertuang pada UU No.
43 Tahun 2007.
2. Sebaiknya metode pengembangan koleksi local content dikhususkan yaitu
dengan anggaran khusus yang tidak menyatu dengan APBD.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ardyawin, Iwin, Rohanda, and Tati Sumiati, ‘Persepsi Pemustaka Mengenai
Layanan Deposit di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi
Jawa Barat’, eJurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran, I (2012), 1–10
Arianto, M. Solihin, ‘Diseminasi Digital Local Content Pengetahuan Islam Local:
Membangun Keunggulan Perpustakaan di Lingkungan PTKIN’,
HUMANIKA, I (2016), 217–240
Atmadja, Anantawikrama Tungga, ‘Pergulatan Metodologi dan Penelitian
Kualitatif dalam Ranah Ilmu Akuntansi’, Jurnal Akuntansi Profesi, III
(2013), 122–141
Barry Totterdell, and Jean Bird, The Effective Library: Report of the Hilling Don
Project on Library Effectiveness. (London: the Library Association, 1976)
Corlett, Richard T, ‘Trouble with the Gray Literature’, Biotropica, XLIII (2011),
3–5
Departemen Pendidikan Nasional, ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Djaelani, Ainu Rofiq, ‘Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif’,
Majalah Ilmiah Pawiyatan, XX (2013), 83–92
Esti Agrestin, Zafirah, ‘Pengelolaan Koleksi Local Content (Muatan Lokal): Studi
Kasus Koleksi Khusus Jakarta di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi DKI Jakarta’ (Universitas Indonesia, 2011)
Hansson, Joacim, Angela Zetterlund, Bo Jarneving, and Djuni Prihatin, ‘Public
Library and Information Service and Democratic Development: An Outline
For A Comparative Research Programme Between Sweden and Indonesia’,
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, I (2003), 1–6
Haryanto, ‘Preservasi Koleksi Grey Literature dalam Kesiagaan Menghadapi
Bencana di Perpustakaan.’, LIBRARIA, IV (2015), 45–67
Hayati, Naila, ‘Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian (Metode Kuantitatif
dan Metode Kualitatif)’, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, IV, 345–357
Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999)
Hesselager, Lise, ‘Fringe or Grey Literature in the National Library: On
“Papyrolatry” and the Growing Similarity between the Materials in
Libraries and Archives’, The American Archivist, XLVII (1984), 255–270
77
Ilmiyah, Tatik, and Sri Ati, ‘Pengaruh Pemanfaatan Koleksi Local Content
Terhadap Kegiatan Penelitian Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan
Skripsi/Tugas Akhir di Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro Semarang’, Jurnal Ilmu Perpustakaan, II (2013), 1–9
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999)
J Meleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya)
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Cordoba: Terjemahan Perkata (Bandung:
Cordoba, 2013)
Lakstian, Vilya, ‘Kearifan Lokal Berbasis Agama Sebagai Sumber Perekat Rakyat
Oleh Vilya Lakstian - Kompasiana.com’ <http://www.kompasiana.com/
vilyalakstian/kearifan-lokal-berbasis-agama-sebagai-sumber-perekat-
rakyat> [accessed 5 September 2017]
Milawati, ‘Improvement Strategies of Library Usage at the Public Libraries (A Case
Study At Bantul Public Library Yogyakarta)’, Berkala Ilmu Perpustakaan
dan Informasi, VII (2011), 12–22
Mulyadi, Mohammad, ‘Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya’, Jurnal Studi Komunikasi dan Media, XV (2011),
127–138
Nani Rahayu, Rochani, and Yuniar, ‘Profil Perpustakaan Umum di Jawa’, Jurnal
Pustakawan Indonesia, XII, 21–28
NS, Sutarno, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2006)
Patrick Uzuegbu, Chimezie, ‘The Role of University Libraries in Enhancing Local
Content Availibility in the Nigerian Community’, Library Philosophy and
Practice (E-Journal), 2012
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000)
———, Standar Nasional Perpustakaan (SNP) (Jakarta: Perpustakaan Nasional
RI, 2011)
Purnomo, Pungki, ‘Pengembangan Koleksi Kearifan Lokal (Local Content) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Peluang dan Tantangan’, XII (2013), 41–50
Qalyubi, Syihabuddin, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
(Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga, 2003)
RI, Perpustakaan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007, 2009
78
Rohmana, Jajang A, ‘Memahami Al-Qur’an dengan Kearifan Lokal: Nuansa
Budaya Sunda dalam Tafsir Al-Qur'an Berbahasa Sunda’, Journal of
Qur’an and Hadith Studies, III (2014), 79–99
S. Musianto, Lukas, ‘Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif dalam Metode Penelitian’, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,
IV (2002), 123–36
Saeful Rahmat, Pupu, ‘Penelitian Kualitatif’, EQUILIBRUM, V (2009), 1–8
Sari, Arianti Permata, ‘Layanan Pusat Deposit Bahan Pustaka dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi (Studi Deskriptif Tentang Kebutuhan Informasi
Melalui Kepuasan Pengguna dan Kualitas Pelayanan Pada Layanan
Perpustakaan Nasional RI)’, Libri-Net, II (2013), 1–18
Sedana, I Nyoman, and Ninis Agustini Damayanti, ‘Preservasi Berbasis Kearifan
Lokal (Studi Kasus Mengenai Preservasi Preventif dan Kuratif Manuskrip
Lontar Sebagai Warisan Budaya di Kabupaten Klungkung Bali)’, Jurnal
Kajian Informasi dan Perpustakaan, I (2013), 91–105
Setiawati, Ubudiyah, ‘Pengembangan Local Content: (Pengalaman di Perpustakaan
UNIKOM)’ <http://elib.unikom.ac.id> [accessed 3 May 2017]
Steen, Siren, ‘Special Colections in The Collections in The Bergen Public Library’,
Fontes Artis Musicae, LVII (2010), 275–79
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Alfabeta, 2012)
Sulistyo-Basuki ‘Local Content: Perubahan Paradigma di Bidang Informasi di
Universitas Petra’ (presented at the Seminar Lokakarya Nasional, Surabaya:
Universitas Kristen Petra, 2001), pp. 1–11
Tjiek, Liauw Toong, ‘Open Access: Menyuburkan Plagiarisme’, Visi Pustaka, XI
(2009), 19–22
Yusuf, Taslimah, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996)
Zen, Zulfikar, ‘Cacah Ulang, Penyiangan dan Preservasi’, Jurnal Ilmu Informasi,
Perpustakaan, dan Kearsipan, XII (2013), 8–14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 2
Surat Pergantian Judul
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
Lampiran 4
Surat Jawaban Izin Penelitian
Lampiran 5
Surat Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 6
Rekap Data Buku Induk Koleksi Bahan Pustaka
Lampiran 7
Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
1. Sejauhmana pentingnya koleksi kearifan lokal
a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa itu koleksi kearifan lokal?
b. Apakah koleksi kearifan lokal merupakan koleksi yang dianggap penting?
c. Mengapa koleksi kearifan lokal dianggap penting?
d. Adakah kebijakan resmi terkait dengan koleksi kearifan lokal?
e. Apakah tujuan dari keberadaannya koleksi kearifan lokal?
f. Terdapat jenis koleksi kearifan lokal apa saja yang ada di Suku Dinas
Perpustakaan
g. Apakah terdapat unit khusus (SDM) yang mengelola koleksi kearifan
lokal?
h. Apakah terdapat ruangan khusus dalam penyimpana kearifan lokal?
2. Metode pengembangangan koleksi kearifan lokal
a. Melalui cara apa saja koleksi kearifan lokal diperoleh?
b. Bagaimana proses dan prosedur pengadaan:
c. Adakah anggaran khusus untuk pengadaan koleksi kearifan lokal?
d. Faktor apa saja yang mengahambat (kendala) yang dihadapi dalam
pengembangan koleksi kearifan lokal?
e. Menurut Bapak/Ibu kira-kira apa yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki
agar pengembangan koleksi kearifan lokal lebih baik?
1
Lampiran 8
Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara
Informan : Drs. H. Abdul Rachman
Jabatan : Pustakawan Madya
Hari/tanggal : Senin, 10 Juli 2017
Tempat : Ruang Pengolahan
Waktu : 11.50 WIB
P : Menurut bapak apa sih koleksi kearifan lokal itu?
AR : Koleksi kearifan lokal yah yang saya tahu adalah Koleksi yang timbul
atas inisiatif para penulis-penulis lokal khususnya mengenai sejarah dan
kebudayaannya di wilayah tersebut.
P : Koleksi kearifan lokal di anggap penting ngga sih pak?
AR : Oh sebetulnya koleksi kearifan lokal amat penting sekali karena itu
merupakan literatur yah, atau sejarah yah yang membuktikan bahwa
daerah tersebut memang ada sejarahnya. Sehingga pada generasi penerus
juga harus mengetahui perkembangannya, karena pada saat ini itu sudah
di lupakan.Padahal koleksi kearifan lokal itu dikembangkan untuk
diketahui para generasi yang akan datang.
P : Ada ngga sih bukti koleksi kearifan lokal dianggap penting di Sudinpusip
Jakarta barat?
AR : Koleksi di Jakarta barat memang belum di kumpulkan secara khusus tidak
seperti di badan, namun demikian kekhususan itu ada di dinas (badan).
Koleksi di sana banyak yang bernilai seni dan sejarah
P : Kebijakan khusus terkait kearifan lokal ada ngga pak?
2
AR : Kebijakan khusus dari setiap pimpinan itu tentang koleksi kearifan lokal,
seperti yang sekarang ini ga ada kebijakan cuma dulu doang pak
hermawan. Kalo sekarang sih ga ada, sehingga pada saat ini kebijakan
koleksi kearifan lokal memang tergantung dari kebijakan pimpinan. Kalo
untuk pimpinan pada saat ini terlihat belum ada, namun demikian
pimpinan-pimpinan sebelumnya artinya yang dulu memang menginginkan
bahwa koleksi kearifan lokal itu perlu dilestarikan sehingga para generasi
yang akan datang dapat mempelajarinya dan mengetahui.
P : Tujuan dari koleksi kearifan lokal itu apa pak?
AR : Tujuan yang utama ialah agar koleksi itu untuk di ketahui para generasi
berikutnya yang kedua, bahwa koleksi tersebut perlu dilestarikan atau
harus diingat bagi para pendahulunya sebagai bahan referens bagi para
generasi penerus dalam menulis yang benilai sejarah.
P : Jenis-jenis koleksi kearifan lokal di sini
AR : Memang koleksi kearifan lokal tidak terkoleksi khusus tersendiri namun
demikian tersusun berdasarkan kelas yaitu pada kelas budaya, misalnya
tergabung pada koleksi lainnya yang bernilai budaya dan sejarah.
P : Koleksi itu kan ga cuma buku kan yah pak, ada ga sih di sini tuh foto-foto,
miniatur, foto pahlawan, Jakarta tempo dulu, gubernur/walikota?
AR : Foto-foto dari para pejabat setempat memang tidak di khususkan namun
demikian foto foto tersebut memang ada yang di pajang di dinding-dinding
perpustakaan dan untuk seni dan budaya itu terdapat dalam koleksi buku
yang sudah tertera. Di perpustakaan memang tidak di khususkan.
P : Bapak pernah melihat foto-foto ga sih pak yang terkait mengenai Jakarta
AR : Memang ada beberapa mengenai Jakarta kita pernah membeli peta tentang
Jakarta atau pemimpin-pemimpin Jakarta.
3
P : Unit khusus atau SDM yang mengelola mengenai koleksi kearifan lokal
ada ngga pak?
AR : Unit khusus memang itu sudah diatur oleh provinsi, namun demikian
sekarang tidak ada lagi yang merawat atau mengkoleksi, menata koleksi
kearifan lokal tersebut.
P : Kenapa sih bisa ngga ada, faktor apa ajah sih pak yang ngebuat ngga ada?
AR : Jadi kenapa koleksi kearifan lokal tidak di kelola di wilayah kota, karena
koleksi tersebut sudah di kelola dinas dan sudah ada di dinas bukan di
wilayah kota. Karena gada koleksi kearifan lokal wilayah Jakarta barat,
Jakarta timur. Saya juga belum pernah denger itu.
P : Saya pernah denger pak, kalo Jakarta barat itu terkenalnya sama ikan
cupang dan maskotnya Jakarta barat itu yah ikan cupang pak.
AR : Oh iya memang benar boleh lah yah maskotnya ikan cupang, yah
sebetulnya yang terkenal tanaman hias. Kan emang ngga di Jakarta barat
ajah yah banyak daerah-daerah lain juga. Selain ikan hias Jakarta Barat
juga di kenal sama tanaman hiasnya yah.
P : Emang di sini kan ngga ada koleksi khusus Jakarta Barat gituh yah pak,
jadi bagaimana kalo para peneliti, wartawan atau masyarakat yang ingin
mengakses tentang informasi yang berkaitan dengan Jakarta barat?
AR : Yah kami merujuk ke sana ke provinsi, gini ajah kalo untuk menerima para
peneliti untuk mengadakan tentang budaya maka petugas Jakarta Barat
akan merujuk ke provinsi karena banyak koleksi seni dan budaya Jakarta
ada di sana.
P : Kalo kaya peneliti tuh ingin meneliti tentang khusus Jakarta Barat kaya
misalnya yang ikan cupang tadi terus kaya wisatanya yang ada di Jakarta
Barat itu gimana pak?
4
AR : Namun demikian ingin memperdalam tentang kearifan lokal wilayah kota
misalnya tentang budaya dan pengembangan ikan hias/ ikan cupang maka
oleh petugas tersebut di minta merujuk ke wilayah setempat yaitu di daerah
slipi petamburan yang banyak menghasilkan ikan hias.
P : Ruangan khusus dalam penyimpanannya pak, ada ga?
AR : Untuk penyimpanan khusus untuk kearifan lokal khusus Jakarta barat tidak
ada, memang tidak di khusus kan. Koleksi tersebut terpencar-pencar baik
itu seni dan budaya walaupun itu merupakan satu kesatuan di rak.
P : Kenapa bisa koleksinya itu di campur pak?
AR : Koleksi lokal pada saat ini memang masih di campur dengan koleksi
budaya dan sejarah karena perpustakaan Jakarta Barat belum ada ruangan
khusus yang memuat koleksi tersebut sehingga untuk mempermudah
koleksi maka diolah berdasarkan kelas.
P : Kalo pengadaan atau cara memperoleh koleksi kearifan lokal di
Sudinpusip Jakarta Barat bagaimana pak?
AR : Yang utama kita menginventarisasi para penerbit yang menerbitkan
koleksi kearifan lokal dan yang kedua para petugas atau pengelola
perpustakaan juga selalu ingin melihat keluar atau di toko-toko buku lokal
seperti senen dan juga kwitang.
P : Oh jadi langsung mendatangi gituh yah pak?
AR : Nah iyah jadi kami langsung mendatangi ke toko-toko buku nasional
maupun lokal yang ada di Jakarta (kwitang dan senen).
P : Kalo proses pengadaannya pak?
AR : Proses pengadaannya di wilayah kota yaitu satu, pengadaan dari biaya
APBD yang kedua sumbangan/ hibah dari masyarakat khusus untuk
koleksi kearifan lokal para petugas selalu berhubungan dengan para
5
penerbit dan orang-orang yang menulis buku-buku tentag kearifan lokal
dan juga menelusuri ke toko-toko buku yang cukup besar seperti gramedia
dan toko- toko buku lokal.
P : Kalo kaya membeli itu tuh ada serah terimanya atau berita acara nya gituh
ga sih pak?
AR : Ehmmm iyah prosedur pembelian buku yah di lakukan dengan berita acara
atau perjanjian antara pihak yang membeli kepada pihak-pihak penjual
(penerbit/toko buku)
P : Kalo sumbangan itu dari gubernur atau instansi itu tuh kita minta proposal
untuk koleksi terbitan mereka atau gimana pak?
AR : Khusus untuk sumbangan buku dari para pejabat pemerintahan, prosedur
pelaksanaannya di lakukan dengan dibuat tanda serah terima dari berbagai
pihak. Tergantung dari pihak mereka juga yah bisa dengan surat atau
mengasih begitu ajah. Namun demikian ada beberapa Negara yang
memberikan buku kepada Sudinpusip Jakarta barat itu dari Swiss itu di
peruntukan koleksi tersebut untuk RPTRA. Ada 200 judul.
P : Bisa gasih pak kita minta ke instansi-instansi?
AR : Buku hasil terbitan kantor/dinas yang berada di Provinsi DKI Jakarta
misalnya buku-buku kegiatan SKPD-SKPD itu mereka memberikan.
P : Anggaran khusus kearifan lokal ada ngga pak?
AR : Memang gimana yah katakan khusus untuk anggaran pembelian atau
pengadaan koleksi buku kearifan lokal memang tidak di khususkan namun
demikian pengadaan nya menyatu dengan koleksi buku lain.
P : Kenapa ga di pisah atau digabung dengan koleksi lainnya?
AR : Karena koleksi kearifan lokal itu hanya 5% belum tentu ada, jadi sedikit
yah
6
P : Faktor yang menghambat dalam pengembangan koleksi kearifan lokal apa
ajah pak?
AR : Banyak hambatan yang di alami dalam pengadaan buku koleksi kearifan
lokal, hambatannya yaitu satu, pertama anggaran yang sudah tersedia
bukunya sulit untuk di temukan. Anggaran yang kita siapkan secara
fantastis tapi buku tersebut tidak ada. Memang koleksi kearifan lokal suka
tenggelam suka ada. Jadi pada saat ini perpustakaan di wilayah kota selalu
siap dalam mengahadapi hasil terbitan kearifan lokal kalaupun itu memang
ada
P : Kenapa hal yang kedua tadi bisa menghambat pak?
AR : Kedua hambatan tersebut yang selalu di alami di sini koleksi tersebut
terbitnya bersifat insidentil (sewaktu-waktu) jadi perpustakaan tidak
mengetahui kapan koleksi tersebut akan terbit oleh karena itu perpustakaan
selalu siap apabila koleksi tersebut terbit dan akan di beli
P : Menurut bapak apa yang perlu di perbaiki dan di tingkatkan dalam
pengembangan koleksi kearifan lokal di Sudinpusip Jakarta Barat?
AR : Kalau sudin perpustakaan dan kearsipan mau mengoleksi mau
mengkhususkan kearifan lokal yah yang pertama satu harus ada ruangan
khusus, dan dua ada petugas khusus yang memantau terbitan koleksi
kearifan lokal di toko buku nasional maupun lokal. ehmm ketiga anggaran
harus selalu tersedia.
1
Transkrip Wawancara
Informan : Rani Widyahany S.Hum
Jabatan : Pustakawan Pertama
Hari/tanggal : Kamis, 6 Juli 2017
Tempat : Kasubid Tata Usaha
Waktu : 14.00 WIB
P : Apakah Ibu mengetahui apa itu koleksi kearifan lokal?
RW : Koleksi kearifan lokal tuh segala sesuatu yang terkait mengenai kearifan
lokal dari wilayah itu, maksudnya budaya, identitas komunitas wilayah itu
kan yang merepresentasikan, menggambarkan tentang komunitas, sebuah
komunitas itu tidak dimiliki di tempat lain. Maksudnya itu, sama sekali
berbeda satu tempat dengan tempat yang lain contohnya ialah surat kabar
yang terbit di tempat itu saja seperti koran khusus Jakarta terus kalo yang
di Universitas itu contohnya skripsinya.
P : Apakah koleksi kearifan lokal merupakan koleksi yang dianggap penting?
RW : Iya penting karena itu merupakan identitas dari suatu tempat itu, karena itu
pasti identik banget sama komunitasnya dan nga ada di tempat lain, yah
penting karena merupakan identitas suatu wilayah, suatu komunitas dan
suatu masyarakat.
P : Apakah pendapat penting itu berdasarkan pendapat pribadi atau mewakili
perpustakaan?
RW : Iya itu pendapat pribadi sih, menurut saya local content itu penting karena
merupakan identitas masyarakat dan harus bisa merepresentasikan suatu
masyarakat. Misalnya kita harus bisa melestarikan budaya itu sendiri
seperti di betawi itu khasnya tanjidor, ondel-ondel, dodol. Kalo di
perpustakaan yah penting juga namanya kita di masyarakat ingin cari
referensi, jadi perpustakaan umum harus bisa mengelola mendayagunakan
local content di komunitasnya di masyarakatnya. Jika masyarakat ingin
2
memperdalam yah larinya ke perpustakaan kan. Karena koleksi kearifan
lokal menjadi sumber pelestarian. Karena kalo kita ke perpustakaan lain
yah pasti hanya menyimpan koleksi mengenai wilayah itu sendiri.
P : Apa bukti atau indikasi bahwa koleksi kearifan lokal itu dianggap penting,
jadi contohnya ada koleksi apa saja mengenai kearifan lokal di Sudinpusip
Jakarta Barat?
RW : kita nyimpen beberapa kaya peraturan gubernur, foto-foto, peraturan
walikota yah ada sih beberapa tapi ngga semua. Tapi ngga setiap terbitan
tentang kearifan lokal kita punya.
P : Ada ngga sih kebijakan resmi terkait dengan koleksi kearifan lokal?
RW : Kita memang menganggap penting tapi kita ngga punya peraturan, kalo
Dinas memang punya karena mengelola koleksi kearifan lokal. Kalau
untuk khusus Jakarta barat kita ngga punya tetapi berhubungan dengan
Jakarta kita mengikuti UU. No. 4 Tahun 1990 sama peraturan daerah yaitu
perda No. 6 Tahun 2006 soal karya cetak karya rekam dan semuanya itu
sih tingkat provinsi yah.
P : Kalo yang perda bentuknya tertulis kan yah, tapi kalo disini engga yah bu?
RW : Kalo disni sih belum ada, emang peraturan dari walikota itu engga. Karena
kita ngga punya jadi kita ngga mengumpulkan tapi kalo sumbangan yah
kita terima. Kalo mengumpulkan ngga terlalu ngotot mengumpulkan sih,
karena dari SKPD yang ada disini yang berkaitan dengan ke jakartaan itu
bakal dilarikannya di provinsi yang berlokasi di kuningan. Kaya dinas
pariwisata yang terdekat di Jakarta itu akan memberikan koleksi
terbitannya ke DPAD kalo disini yah engga.
P : Tujuan dari keberadaannya koleksi kearifan lokal?
RW : Tujuannya itu yah identitas masyarakat, kaya di sini tuh terkenalnya ikan
hias yah yaitu ikan cupang. Jadi harusnya koleksi kearifan lokal itu perlu
3
yah agar masyarakat dapat mengetahuinya juga. Buku-buku tentang cara
mengembangbiakan ikan cupang gituh kan.
P : Terdapat jenis koleksi kearifan lokal apa saja yang ada di Suku Dinas
Perpustakaan?
RW : Ada beberapa peraturan gubernur atau dari dinas, foto-foto, foto gambang
kromong, ada foto kegiatan hari anak membaca (HANJABA) kita bentuk
menjadi album atau CD jadi kaya mengenai kegiatan perpustakaan, sama
foto gubernur sih ada tapi gubernur yang lama cuma ngga kita pajang, tapi
foto walikota itu ngga ada yah, itu adanya di RPTRA.
P : Kalo koleksi kaya foto-foto tempo dulu, ondel-ondel, pejuang atau
pahlawan yang berasal dari Jakarta, miniatur, rumah adat, koleksi-koleksi
terkait Jakarta barat maupun Jakarta itu ada ngga?
RW : Kalo foto-foto itu pasti ada cuma kalo khusus di Jakarta barat ngga ada
yah, kaya koleksi yang ada di bawah itu ada foto gambang kromong.
P : Apakah terdapat unit khusus (SDM) yang mengelola koleksi kearifan
lokal?
RW : Engga kita ngga punya Karena di sini kita cuma 2 seksi yaitu perpustakaan
dan kearsipan. Perpustakaan dibagi menjadi pengolahan dan layanan jadi
ngga ada tuh seksi koleksi kearifan lokal. Tapi kalo kaya pengadaan
koleksi itu kita pasti beli yah koleksi yang berbau Jakarta kaya cara
berbelanja di Jakarta, kuliner Jakarta barat, resep-resep masakan Jakarta.
P : Faktor yang menyebabkan ngga ada nya unit khusus itu apa ajah?
RW : Ngga ada unit khusus karena udah terpusat di provinsi karena dari
pengadaannya ngga bisa khusus, kurangnya SDM, banyak yang pensiun
jadi kekurangan pegawai, ngga ada ruangan kaya pojok kearifan lokal itu
belum ada kaya ngga di fokusin ajah sih kita tuh fokusnya kaya ke
perpustakaan-perpustakaan di bawah naungan kita kan kaya RPTRA-
RPTRA, TBM, perpustakaan rumah susun sama perpustakaan keliling.
4
P : Kalau ngga ada unit khusus bagaimana orang lain seperti wartawan,
peneliti atau masyarakat yang ingin mencari koleksi atau informasi Jakarta
Barat?
RW : Biasanya sih kalo itu berupa buku kita bisa menggunakan bantuan opac
yah kalo non buku yah kita minta bantuan petugas yaitu petugas layanan.
Ngga ada petugas khusus sih kalo di sini ngga ada yah kita rujuk ke
perpustakaan kuningan yaitu DPAD Provinsi DKI Jakarta.
P : Ada ruangan khusus dalam penyimpanan kearifan lokal ngga?
RW : Engga ada di sini ngga ada ruangan khusus gitu
P : Kalo ngga ada ruangan khusus berarti koleksinya di campur yah bu?
RW : Iya di campur, jadi koleksi referensi, koleksi anak dari segi koleksi buku
kita perlakukan sama seperti buku umum biasa. Jadi ngga ada ruangan
khusus kaya di taruh di ruangan yang lebih dingin itu ngga ada dan ngga
ada perlakuan khusus juga. Tidak ada kebijakan dan koleksinya tidak
banyak karena dari segi tempat juga dalam 1 rak koleksi itu juga ngga akan
penuh, makanya di satukan ajah kaya koleksi lainnya.
P : Melalui cara apa saja koleksi kearifan lokal diperoleh?
RW : Pembelian dan sumbangan. Pembelian itu sumber dananya dari APBD jadi
terserah yah kita mau beli buku atau mau beli atlas itu terserah kita dari
pihak perpustakaannya. Kalo sumbangan itu ada dari masyarakat atau dari
instansi setempat yah. Kaya misalnya dinas tata air menerbitkan panduan
pengelolaan tata air di Jakarta barat dia nyumbang buku ke kita kan, nah
itu kita olah juga itu kan bentuknya sumbangan. Sumbangan masyarakat
itu ada komunitas atau masyarakat itu sendiri yang ingin menggalang dana
untuk donasi buku. Jadi kita itu punya kegiatan bulan donasi buku kegiatan
itu akan kita promosiin akan kita buat poster tuh di depan yaitu bulan
donasi buku dan kita buat kotak bulan donasi buku untuk di taruh buku-
buku sumbangan dari masyarakat. Terus juga kita sampaikan secara lisan
yaitu dari mulut ke mulut dari mulai komunitas di bawah naungan kita
5
kaya komunitas abang none buku, RPTRA dan lainnya dan itu bakal
nyebar ke masyarakat dan masyarakat sukarela untuk menggalang donasi
buku nanti kita jemput buku itu lalu kita olah dan nanti bakal kita sebar
lagi ke RPTRA. Nah kalo itu kan bentuknya fisik yah, ada lagi sumbangan
masyarakat yang dari dana CSR bentuknya tuh uang jadi CSR memberikan
sejumlah uang nanti kita yang akan langsung membeli.
P : Bagaimana proses dan prosedur pengadaan?
RW : Adanya proses seleksi, administrasi, dokumen lelalang surat perintah kerja,
rapat dari tim pengadaan. Dengan cara pembelian kita memilih sejumlah
buku atau menyeleksi berdasarkan katalog nah kalo di katalog itu terdapat
koleksi buku yang berkaitan dengan kearifan lokal pasti itu kita beli.
Pembelian ini akan di seuaikan dengan budget yang kita punya juga.
P : Jika membeli, apakah ada berita acara, tanda terima dan bukti lainnya?
RW : Ada faktur, berita acara pengadaan barang.
P : Melalui cara hadiah/sumbangan apakah pihak perpustakaan meminta suatu
instansi/lembaga lainnya untuk mendapatkan koleksi?
RW : Ada beberapa kita meminta ke departemen atau instansi. Kita memintanya
itu berupa surat beserta list buku yang diminta nanti mereka akan
menghubungi kita lalu kita yang akan mengambilnya langsung istilahnya
jemput buku gituh.
P : Ada ngga anggaran khusus untuk pengadaan koleksi kearifan lokal?
RW : Kalo anggaran khusus kita ngga ada yah sama kaya pengadaan umum biasa
dari APBD atau dari sumbangan CSR.
P : Kenapa ngga ada anggaran khusus?
RW : Karena nomenklaturnya ngga ada dan memang ngga ada, kalo misalnya
kita mau ngadain buku tentang kearifan lokal, dari segi rupiah nyampe
ngga sih 40 juta itu apakah buku-buku kearifan lokal itu ada dan banyak
6
judulnya, kalo kita mau menghabiskan dana itu berarti kalo harus banyakin
ajah dari segi eksemplarnya ajah apa itu akan berguna. Kalo misalnya kaya
gituh dari segi penerbitannya itu sedikit kan makanya kita satukan ajah ke
pengadaan buku umum.
P : Faktor apa saja yang menghambat (kendala) yang dihadapi dalam
pengembangan koleksi kearifan lokal?
RW : Karena ngga semua dari kita aware sama koleksi local content, dari segi
petugasnya dan dari segi masyarakat. Kan pengadaan buku berdasarkan
permintaan masyarakat nah kalo masyarakat nya ajah ngga butuh, dari segi
kebijakan karena disini cabang dari pusat cuma ngga semua koleksi yang
ada di sana tuh sudah di alih mediakan gitu. Kita juga ngga ada kerjasama
gitu sama DPAD terkait koleksi kearifan lokal. Sebenernya kalo emang
orang udah pada tahu kalo di kuningan sudah mengelola local content yah
pasti masyarakat tidak akan mencari kesini lagi yah pasti langsung ke
kuningan ajah karena udah ada disana.
P : Menurut Bapak/Ibu kira-kira apa yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki
agar pengembangan koleksi kearifan lokal lebih baik?
RW : Kalo emang mau fokus harus meningkatkan koleksinya dulu, tempat buat
display, alih meja setiap kita turun langsung ke masyarakat kita juga harus
tau masyarakat itu perlu ngga koleksi local content kalo masyarakatnya
udah perlu udah sadar dan udah butuh banget dan pasti dia akan ngajuin
setiap ada formulir kebutuhan masyarakat atau formulir pengadaan buku.
Jadi kita bikin survey kecil-kecilan dulu yang ada di semua perpustakaan
di bawah Sudinpusip Jakarta barat. Kalo masyarakat tahu koleksi kearifan
lokal dan mereka butuh itu akan menjadi dasar yang kuat. Setelah itu
pengadaan dan menyiapkan ruangan kaya pojok kearifan lokal. Setelah itu
kita promosiin majang-majang foto-foto dan kita membimbing masyarakat
untuk cara penggunaan koleksi tersebut kita akan alih media dan kita
upload ke website kita atau gimana. Jadi yang utama tuh kebijakan,
anggaran, kesadaran dari seluruh pengelola perpustakaan akan pentingnya
7
koleksi kearifan lokal serta adanya kebutuhan dari masyarakat sebagai
landasan untuk memperkuat dalam mengembangkan koleksi kearifan
lokal.
1
Transkrip Wawancara
Informan : Siti Sarah, S. Sos
Jabatan : Kepala Seksi Perpustakaan
Hari/tanggal : Rabu, 12 Juli 2017
Tempat : Ruang Kasi Perpustakaan
Waktu : 14.30 WIB
P : Apakah ibu mengetahui koleksi kearifan lokal itu apa?
SS : Kalo yang saya tahu tentang kearifan lokal kan ada undang-undangnya
ada PERDA nya, yang saya tahu koleksi kearifan lokal kan kekhususan
kita kan kebetulan ada di DKI Jakarta yah. Kalo di wilayah itu kita tidak
mengelola kearifan lokal yang ada itu di provinsi ada aturannya dan ada
PERDA nya untuk mengumpulkan karya cetak, karya rekam yang hasil
karya-karya orang-orang yang ada di Jakarta sesuai dengan PERDA No.
6 tahun 2006 terkait dengan pengelolaan karya cetak dan karya rekam.
Itu kan hasil kearifan lokal bahwa itu di kelola di Dinas nah itu ada di
kuningan, nah itu wilayah saya melihat itu emang belum ada dan belum
dapat yang sebanyak di provinsi yang ada itu memang paling banyak di
provinsi yah kan memang aturannya seperti itu. Di sana di provinsi itu
dapat sebanyak 2 eksemplar setiap hasil karya orang-orang yang ada di
DKI ini di serahkan di perpustakaan provinsi DKI Jakarta nah itu rata
rata sih yang tercetak dan terekam. Nah apa semacam itu kearifan lokal?
Kalo yang lain emang kita kan mengikuti apa yang ada di regulasi dan
memang Dinas yang mengelola seperti itu tuh.
P : Menurut ibu tuh seberapa penting sih koleksi kearifan lokal itu?
SS : Oh penting, penting loh karena kita kan punya potensi, kalau dilihat
potensi kita yang ada di DKI Jakarta ini potensi banget pertama untuk
menambah koleksi kedua mengurangi dari sisi penganggaran APBD
dengan adanya koleksi-koleksi itu ada yang tidak kita bisa beli ada yang
hanya tidak diperjual belikan tapi dapat disitu, untuk menambah
2
kekahasanahan informasi menambah informasi yang tadinya kita tidak
punya menjadi punya, mengurangi pengeluaran APBD. Ketiga kalo
APBD kan ada tahun-tahunnya harus nunggu dulu nah kalo itu kan tidak
karena itu kewajiban setiap penerbit setiap pengarang buku, wajib
menyerahkan karya nya ke pemerintah DKI. Nah pemerintah
diuntungkan. Saya melihat itu penting banget kalo di wilayah ada seperti
itu bisa di garap seperti itu, tapi adanya di provinsi. Nih kita ini kan gini
kalo kearifan lokal itu ada sudah diatur sama Perda itu sama aturan gitu,
nah itu kan sudah mengikat itu setiap komunitas mengeluarkan produk
apapun entah tercetak maupun bukan tercetak harus ada regulasi nya
yang mengatur. Yang baru ada sekarang yang tercetak, yang terekam,
koran, majalah segala macem tuh. Kalo emang menjadi seharusnya sih
termasuk contoh eee suatu komunitas mengeluarkan kaya di Jakarta
Barat ini kan itu ada tempat pengelolaan eee apa yahh kalo Jakarta Barat
ini terkenal dengan taman apa sih ini di taman sih kalo di Jakarta Barat
ini. Saya belum pernah dapet dan belum kesana caranya mengelola taman
itu yang bagus itu seperti apa sih. Kan terkenal itu taman di Jakarta Barat
ini, mengelola taman segala macem seperti apa. Kalo itu cara mengelola
taman dengan baik dan bagaimana cara menghasilkan buah dengan bagus
dan berproduksi itu itu kita belum dapat nah itu kan termasuk kearifan
lokal yaitu cara mengelola apa tuh apa sih minuman bukan bir pletok yah
itu mah kan memang ada tapi ada kekhususan di Jakarta Barat itu ada.
Jakarta Barat itu tidak di miliki Jakarta utara nah itu kan ada
kekhususannya gitu itu memang kita kearah sana. Tapi di provinsi udah
dalam udah ada karena itu ada regulasinya.
P : Tadi kan menurut ibu penting yah, nah di sini tuh ada ngga sih bu kaya
bukti atau koleksi kearifan lokal di sini tu ada apa ajah.
SS : Pentingnya itu gini, ada di bawah nah yang ada di sini itu rata-rata hasil
pembelian hasil pengadaan memang kearifan lokal ini menjadi PR nya
kita mulai ke depan bahwa itu ga di kelola dengan baik nah umpama nanti
ke depan ini komunitas itu tidak, kan kita harus menjemput bola dimana
3
komunitas itu kan menghasilkan produk biasanya cara memproduksi apa
tulisan segala macem nah kita memang harus menjemput bola. Nah ini
menjadi PR nya kita semua khusus untuk mengumpulkan menjadi apah
bahan informasi yang menjadi sangat penting. Kan bahan informasi ini
sangat susah emang dan mungkin yang tercetak nah sekarang ini ada
kecendrungan kalo anak zaman sekarang itu kan tinggal liat di gadget liat
di google pencet apa langsung keluar apa nah kita pengin itu yang
tercetak meskipun itu di tulis dengan sangat sederhana. Nah itu juga kan
menjadi apa bagian dari literasi ke depannya itu kita akan, saya sih sudah
waktu satu tahun kemarin udah sempat memikirkan bahwa di Jakarta
Barat nih apa yah yang istimewa, karena kan memang perpustakaan lima
wilayah ibu kota kan punya nah kalo kita punya seperti itu ajah akhirnya
gada yang istimewa kita harus punya informasi yang kita olah dan akan
di butuhkan sepanjang hayat nah itu lah yang dinamakan fungsi
perpustakaan. Nah itu lah fungsi perpustakaan sepanjang hayat. Kan itu
PR nya kita semua.
P : Kalo kaya kebijakan resmi tentang koleksi kearifan lokal itu sendiri ada
ngga sih bu?
SS : Ehmmm kalo itu kita belum buat karena kan di wilayah itu kan punya
induk nah induknya kan ada di Dinas, nah kalo Dinas itu kan turunannya
wilayah kota nah memang harus Dinas yang mengurus. Karena untuk
mengeluarkan regulasi itu harus yang bisa mempunyai tangan
mempunyai kekuatan, bukan ga punya kekuatan hukum karna kan kita
ada aturannya gitu untuk menandatangani itu kan eselon II nah di wilayah
ini kan itu eselon III. Jadi untuk mengeluarkan mengusungkan bahwa
kearifan lokal ini ada di ke 5 wilayah kota, misalnya nah umpama Jakarta
Barat keunggulannya apa nih yang mau di angkat jangan semua issu
jangan semua permasalahan perlu di angkat gituh. Pertama Jakarta Barat
kalo mau di angkat kebetulan kan kita dekat dengan daerah bandara
internasional gitu mungkin transportasinya gitu jadi kita fokus satu
permasalahan. Jakarta timur misalnya apa gitu jadi kelima wilayah ini
4
fokus dengan satu permasalahan itu masing-masing kita mengangkat issu
nah issu apa yang paling penting nah kita memang harus dorong seperti
itu yah mudah mudahan ke depan kita akan mendorong Dinas untuk
mengeluarkan kebijakan paling engga itu lah yang bisa kita pake untuk
di wilayah kota. Oh utara udah masalah kelautan nah udah tentang
kelautannya ajah gitu nah kearifan lokal nya kealutan itu umpama kalo
ada pertanyaan jadi ada spesifikasi ada kekhususannya gitu kita akan
mendorong kesitu
P : Kalo tujuan dari koleksi kearifan lokal itu sendiri gimana bu?
SS : Nah jadi kan gini itu tadi udah saya bilang, kan gini ehhh kita kan fungsi
perpustakaan seperti apa pertama kita kan sebagai pemberi sumber
informasi kalo ada yang menanyakan informasi ini oh bisa di tanyakan
di perpustakaan. Kearifan lokal ini bisa muncul bisa kita kumpulkan
bahan-bahannya kalo ada aturan atau kita ujug-ujug pasti orang ngga
akan percayalah seumpama ehhmmm buat apaan itu nah biasanya hasil-
hasil seperti itu kalo tidak ada. Kita kalo mau bikin mau ngumpulin
tulisan seperti apa kan harus ada ininya dulu harus ada perintahnya dulu
seumpama ada perintah atau ada keinginan kita untuk mengetahui apa sih
potensi apa sih yang mau kita kembangkan di Jakarta Barat ini nah harus
ada dari situ dulu, yah memang sih harus muncul dari kita dulu bukan
dari atas dari bawah gituh dari kita apa yah oh ini nih yang bisa kita garap
di wilayah nih kita mengajukan kita bersurat kita mengajukan tolong di
buat regulasinya di buat laporannya kita pengin bikin kearifan lokal
tentang ini di Jakarta Barat nah itu menjadi sangat penting karena itu tadi
tujuan adanya perpustakaan kan pendidikan sepanjang hayat. Nah kalo
dikaitkan itu tadi itu kan ngga akan hilang kalo kita udah punya anak
cucu kita kedepan pasti akan lihat oh dulu hasil garapan dulu tahun segini
nih seperti ini tahun ke depan kan kita tidak lagi ngomongin nulis pake
kertas mungkin ngga lagi dengan sekarang dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi nah tapi dengan tulisan tangan hasil
5
penelitian hasil cetakan udah pasti kita butuhkan itu sejarah akan
berbicara itu lah fungsi dan peran perpustakaan.
P : Jenis koleksi yang ada di Sudinpusip Jakarta Barat itu apa aja sih bu
tentang kearifan lokal?
SS : Nah tadi kan udah di bicarakan masalah kearifan lokal kita kan sekarang
kan masih punya cita-cita nah kalo cita-cita jangan semua issu kita angkat
gitu, misalnya dari 9 golongan 9 klasifikasi yah jangan kita ikutin gitu
yang terkait wilayah Barat ajah apa transportasinya, apa kerajinan
tangannya yang mau kita angkat nah itu yang mau kita angkat. Kalo
semua mau kita ini biar kita bagi 5 wilayah kota dan untuk itu harus
duduk bareng. 5 wilayah kota kan ada Jakarta Barat ada Jakarta selatan
nah umpama Barat mengangkat issu masalah apa nanti kan lama lama
kita jadi punya semua di 5 kota wilayah di 9 di klasifikasi yang ada. Nah
sekarang yang kita miliki sekarang dan itu ada semua di bawah kan kita
bagian dari perpustakaan umum itu semua harus ada.
P : Koleksi itu kan ngga cuma buku yah bu, iya kaya misalnya ada foto
tentang Jakarta tempo dulu, atau kaya lebih kekhusus gitu kan walikota.
Nah walikota Jakarta Barat apakah ada foto atau apa gitu?
SS : Di Jakarta Barat ini saya jujur ehh ini tadi kembali lagi namanya koleksi
itu kan ada yang berupa buku ada yang berupa cetakan ada foto ada
gambar ada lukisan ada lukisan baru ada lukisan sekarang gitu kita
emang udah terpengaruh dengan dunia ilmu teknologi dan informasi.
Akhirnya berkembang oh itu ngga penting ada pas kita lihat di youtube
ini ketemu. Kita, saya punya program ke depannya ini mudah-mudahan
saya masih ada di sini koleksi foto itu kan kita punya cuma kadang kan
kebijakan ini kan ada yang ga pengen di tempel ada yang pengen di ini
akhirnya di taro. Kantor ini kan udah di bangun kantor baru itu 5-6 tahun
yang lalu tadinya waktu punya yang lama itu lengkap koleksi foto,
namanya Jakarta tempo dulu ada, nah sekarang saya gatau deh orang-
orang kemarin itu di taro dimana. Nah sebenernya sejarah itu yang
6
tadinya harmoni seperti apa yang tadinya tanah abang seperti apa ini kita
punya. Gambar-gambar itu kan bagian dari koleksi nah itu hilang semua
pas pergantian. Nah ada yang bagus dan tidak bagus kalo kita pergantian
penjabat itu kan ada yang suka dan yang tidak suka kalo di tempel
macem-macem gitu itulah kekurangan pertama. Kedua saya melihat
mungkin kalo perlu di kasih ini juga katakan, tempatkanlah seseorang itu
sesuai dengan bakat dan kemampuan ilmu yang dia miliki kalo dia di
tempatkan suatu di tugaskan di eee di tugasi orang ga sesuai ilmu yang
dia miliki itu tadi. Nah saya melihat itu saya kan dulu pernah di sini itu
waktu kantor ini belum seperti ini gitu lengkap tapi pas saya balik lagi
kesini waduh hilang semua ini koleksi-koleksi terutama bukan yang
bukunya bukan yang tercetaknya yah itu koleksi foto. Tadinya ada, tapi
saya ga berani bilang kalo itu ada.
P : Berarti kalo kaya foto-foto itu tadinya ada?
SS : Tapi sekarang foto-foto itu di provinsi ada
P : Kalo kaya miniatur atau apa gitu bu?
SS : Tidak ada
P : Kalo unit khusus atau SDM koleksi kearifan lokal di sini
SS : Ngga ada, kan tadi saya dari awal udah bilang bahwa kearifan lokal kita
belum nah untuk itu ngga harus ada orang khusus kalo yang ngolah buku
ada di belakang ada. Ngolah buku, buku cetak buku ajah koleksi tercetak
ajah.
P : Faktor-faktornya apa bu, kenapa bisa ngga ada unit khusus?
SS : Di struktur organisasi, kita kan bicara tentang struktur organisasi kalo
kita ujug-ujug tau taunya ada di situ bahwa ada kearifan lokal itu harus
ada bagiannya itu mungkin bagian dari yang harus di kerjakan, tapi
belum ada umpama kepala seksi khususnya umpama yang menangani
7
khususnya orangnya nah kearifan lokal ini adanya di Dinas di wilayah
emang kita belum, bukan belum punya ada tapi belum optimal.
P : Oh berarti kan tadi ngga ada yah bu, ngga ada unit khusus kalo misalnya
kaya peneliti, wartawan mau mencari informasi tentang Jakarta atau
khusus Jakarta Barat?
SS : Engga, gini kita arahin ke Dinas kan perpustakaan perannya seperti apa
sih kalo ga ada disini yah kita bisa arahin ke Dinas, yang ga benar itu kita
tidak bisa memberikan informasi di Dinas. Itu ada semua di kuningan itu
ada semua koleksi dari kapan itu ada semua nyarinya di kuningan lantai
8.
P : Kalo kaya tentang lebih kekhususannya Jakarta Baratnya bu, kaya
misalnya ingin mengetahui tuh walikota Jakarta Barat dari awal sampai
sekarang gitu?
SS : Kan gini ehh kan kita di perpustakaan ada 2 orang tua kebetulan
perpustakaan ini tidak menginduk ke walikota kita, kita menginduknya
ke Dinas yang memberikan anggaran itu di Dinas, nah kita tuh PA
perpustakaan nya pengguna anggarannya ini itu ada di Dinas Kepala
Dinas bukan PA nya di walikota. Tapi walikota bisa memerintahkan kita
secara administrasinya kita ada di walikota administrasinya Jakarta Barat
tapi secara operasionalnya ada di Dinas nah untuk itu memang kita tidak
me apah kedaerahaannya kan ada di walikota menceritakan ada
bagiannya di bagian umum umpama walikota Jakarta Barat ada berapa
kecamatan ada berapa kelurahan dia menceritakan ada berapa RW nanti
ada di walikota gitu walaupun secara lisan saya bisa ajah menjawab
masalah administrasi nya di walikota untuk administrasi pasti orang sana
lah yang jauh lebih mengetahui meskipun saya sendiri bisa menjawab.
P : Kalo ruangan khusus tentang koleksi kearifan lokal ada ga?
SS : ngga ada
8
P : Berarti itu di campur dengan koleksi lain yah bu, kenapa bisa di campur
gituh bu?
SS : Iyah, ya arena tadi kan itu kita tidak menciptakan adanya di bawah itu
kan referensi nah sebenernya ini kan bukan tidak ada, ada di referensi
umpama nih ada dari UKM mengeluarkan produk apah dengan buku apa
maka informasi seperti itu kita taronya di ruangan referensi itu, tujuannya
dibaca umpama kalo ada orang meneliti, hanya bisa di lihat tidak bisa di
bawa pulang hanya boleh baca di situ buku buku khusus nah ada itu di
lantai 2. Nah sebenarnya kearifan lokal itu ada di situ. Nah kalo pas ada
institusi atau komunitas yang menyerahkan koleksi nah kita taronya di
situ nah ada aturannya ada di bawah itu ada cuman ga lengkap. Saya kalo
bicara kalo ga lengkap kaya ga pede gituh ngomongnya.
P : Metode kaya pengembangan koleksi yah bu, jadi kaya pengadaan koleksi
kearifan lokal tuh caranya apa ajah bu?
SS : Kan caranya itu pertama tukar informasi, kedua dengan dapat hadiah
ketiga itu dengan beli. Yah ketiga itu yang kearifan lokal biasanya
komunitas yang memberikan karena dia kan ada kepentingan di situ
umpama dia memproduksi sesuatu nah barangnya itu gimana dia bisa di
ketahui orang banyak kalo tidak di taro di tempat-tempat yang strategis.
Contohkan kita bagian dari layanan publik itu biasanya dia sendiri yang
menyerahkan kalo kita harus punya yah kita beli dengan cara beli yang
paling gampang
P : Kalo yang membeli itu apa ada berita acara tanda terima?
SS : Ada, semua pengeluaran yang dari APBD harus ada tanda terima barang
kedua itu ada berita acara. Semau-mau berapapun nilainya itu kalo ada
pengeluaran dari APBD itu harus ada berita acara dan serah terima
barang.
P : Kalo dari hadiah/sumbangan itu kan bisa dari Dinas atau dari komunitas
itu kita kaya kirim proposal atau mereka yang ngasih langsung?
9
SS : Iyah bisa, Engga kan gini biasanya kan ada kaya donatur kan kita tau ada
donatur di situ kan ada informasi kalo dengan cara jemput bola kita yang
menjemput kita yang bersurat kita yang ngambil kita yang bawa kesini
kita olah dan segala macem tapi banyak juga yang nganterin kesini. Ada
yang nganterin yah tergantung manusia nya tuh kan kadang-kadang kalo
ada banyak buku numpuk banget di rumahnya buat apah dia naro maka
akan di serahkan ke perpustakaan dan masih banyak cara. Kita pengen
contoh kaya waktu berapa bulan yang lalu kita butuh Qur’an nah Qur’an
itu tadinya untuk kita disini nah ga lama ada peresmian masjid hasyim
asyari di Daan mogot kita butuhkan itu Qur’an kita bersurat kesana kita
bersurat ke MUI Jakarta Barat. Di MUI di jawab bahwa ini tidak ada di
MUI Jakarta Barat melainkan di MUI tingkat provinsi akhirnya kita
kesini kita ambil Qur’an nya dari bukunya itu kita sumbangin lagi ke
masjid. Jadi tidak harus di taruh di sini dari orang kita serahin lagi ke
orang untuk pemanfaatannya gituh.
P : Kalo kita minta bersurat itu biasanya ke instansi mana aja bu?
SS : Kan instansi biasanya yang mengeluarkan, itu kan ketauan contoh yang
mengeluarkan produk contoh UKM kedua eehh ini kementrian agama
seperti itu. Nah kalo undang-undang biasanya di anterin pake tanda
terima itu gituh sih, biasanya ada surat jalannya.
P : Kalo dari Dinas?
SS : Biasanya ada yang nganterin atau ada yang bilang oh aturannya ini
bersurat dulu, yah kita ikutin ajah gituh, kalo koleksi seperti itu gimana
kepentingan kita kalo kepentingan kita benar-benar mendesak harus
punya dan segala macem kita pake surat kesana paling kita jemput gitu.
P : Kalo anggaran khusus untuk pengadaan koleksi kearifan lokal bu?
SS : Engga ada, kalo koleksi umum masih ada kalo kearifan lokal ngga ada.
Kalo kearifan lokal ini kan ngga tau yang namanya beli buku itu kita kan
10
harus lihat di katalog nah kan di katalognya ngga ada. Nah aturan nya
yang sekarang kita kalo mau beli buku kan yang harus ada di katalog.
P : Kenapa sih bu ngga ada anggaran khusus?
SS : Bukan ngga ada, kita kan mau beli buku kan itu usulan tahun kemarin
bukan tahun ini bukan tahun ini baru ngajuin duitnya beli buku tahun ini
usulan tahun 2016 nah kita harus liat di internet kalo di publish di internet
data-data buku yang kita butuhkan itu ada kita beli. selama itu, ini kan
aturannya kalo beli buku pertama harus tahun 2015 atau 2016 kalo buku-
buku kearifan lokal tahun 2010 atau 2012 yah ngga terpilih sama kita
karena tidak sesuai dengan SOP yang kita mau, kalau kearifan lokal itu
cetakannya tahun 2015 atau 2014 paling sedikit. Kita ambil pertama itu
cetakannya kedua itu harganya kita kan dalam mengajukan anggaran
buat membeli buku kan harga serendah-rendahnya 40.000-80.0000 kalo
harganya termasuk dalam angka itu yah bisa kita beli, kedua di sukai
oleh masyarakat ga di minati oleh masyarakat ngga kalau tidak diminati
walau itu bukunya baru tidak kita beli. Ada ga pertanyaan dari
masyarakat mana kearifan lokal ini. Kalau tidak diminati masyarakat kita
ngga beli kita harus ikutin keinginan masyarakat.
P : Kendalanya bu yang menghambat atau yang dihadapi dalam
pengembangan koleksi kearifan lokal?
SS : Kalau karena kearifan lokal kita harus punya kalau kita harus
menggugurkan kita harus punya koleksi itu, yah tidak termasuk kedalam
kategori koleksi yang kita beli. Yang kita beli pertama tahun terbitannya
harus terbaru pertama itu cetakannya, kedua harganya harus masuk
ketiga sebelum kita mengajukan itu di katalog itu harus di publish di
internet itu bukan kendala kecuali kita beli buku ketengan. Umpama nih
kalo saya datang ke Dinas apa ada buku tentang kearifan lokal kita beli
di situ ga pake APBD kalo APBD aturannya udah ada, aturan mainnya
udah ada oh harus ngikutin harga katalog nah kalo nilainya seumpama
100.000 kita ngga akan beli karena di plafon anggarannya nilai
11
serendahnya 40 dan setingginya 80 nah itu juga menjadi kendala buat
kita yang tadinya ingin beli buku jadi ngga jadi beli buku paling yah saya
ngeluarin yah dari kocek sendiri itu solusinya seperti itu.
P : Menurut ibu apa sih yang perlu di tingkatkan atau di perbaiki agar
pengembangan koleksi kearifan lokal lebih baik atau bisa berjalan?
SS : Pertama gini orang yang mau cetak orang yang mau buat kearifan lokal
itu harus buat buku terbaru karena yang kita fokus itu kan pasti
masyarakat kan kalo tahunnya jebot ih buat apa itu yang pertama itu
tahun. Yang kedua harga, karena tau sendiri sekarang kaki kanan kaki
kiri itu udah ada di penjara begitu orang menggiurkan dalam pengadaan
pembelian buku. Ketiga regulasinya, nah sekarang emang dalam
aturannya ada PP nya bahwa pengiriman buku udah gratis katanya, tapi
kan itu kata presiden tapi nyatanya di lapangan seperti itu masih tetap
pengiriman buku segala macam yah selanjutnya produk apa yang mau di
ini contoh kearifan lokal tuh apa ajah gitu, contoh kearifan lokal itu apa
ajah sih jenisnya kearifan lokal nah itu jenisnya apa ajah oh itu termasuk
jenis kearifan lokal satu dua tiga empat sampai 50. Nah kita contreng oh
ini masuk kedalam kearifan lokal. Kalo buku kearifan lokal itu kan kaya
dari peraturan tata tertib persyaratan kalo mengurus IMB seperti apa
biasanya pemerintah kota yang menerbitkan itu yang mengeluarkan
SKPD yang bersangkutan contoh kaya Dinas perumahan contoh mau
gurus tanah mau ngurus IMB itu berapa lama itu dia akan mengeluarkan
produk itu dan mengeluarkan buku satu buku satu semacam kita bilang
booklet ini kalo saya bilang kaya ga dianggap apa apa. Umpama Dinas
kehuatanan dan kelautan dia kan punya produk punya buku nah dia tidak
jual itu kita yang jemput nah itu adanya di bawah nah itu kita tidak
mengolah. Karena kebiasaan kita dalam mengeluarkan produk kan
fungsinya ini kan untuk bahan sosialisasi gimana orang mau tau kalo di
taruh di situ ajah umpama di cetak seratus di taro ajah meskinya di bagiin
di perpustakaan di taro gitu misalnya 50 nah seperti itu kita akan jemput
bola karena ini fungsi melestarikan bahan pustaka.
12
P : Berarti yang pertama yang harus di perbaiki regulasinya yah bu
SS : Heem regulasinya nah ini apah apa yah kedisiplinan, kalo mengeluarkan
sesuatu kan kita tau kalo kita mempunyai tugas pokok contoh kaya Dinas
Pemakaman tugas pokok nya tuh seperti apa sih tapi gimana caranya kan
mereka mengeluarkan buku nah harusnya tuh buku-bukunya di kasih-
kasihin kan ke kita di bagiin ajah gitu contoh kalo ngurusin warisan
berapa nah itu kan kearifan lokal gituh seperti itulah yang belum kita
garap nah dengan saya adanya adek ini insya Allah kedepan nanti pas
adek kesini udah ada udah keliatan.
1
Transkrip Wawancara
Informan : Dr. Tri Wahyuningdiah, M.Si.
Jabatan : Kepala Sudinpusip Jakarta Barat
Hari/tanggal : Rabu, 12 Juli 2017
Tempat : Ruang Kepala Sudin
Waktu : 15.30 WIB
P : Apakah ibu mengetahui koleksi kearifan lokal?
TW : Jadi itu kan koleksi yang terkait dengan buku-buku kan gituh kan, itu
adalah koleksi yang harus kita punyai gitu kan. Di situ juga kan ikut serta
dari para penulis lokal. Saya juga di bidang ini kan belum ini kan yah.
Biasanya ada asosiasi para penulis dan kerjasama dari para penerbit. Jadi
koleksi itu tuh koleksi kebetawian atau koleksi khusus, yang ada di
wilayah lokal yaitu Jakarta. Biasanya koleksi itu tuh bisa di promosikan
hingga merambah ke luar yah tergantung dari pada keaktivan dari kita yah.
Biasanya koleksi kearifan lokal itu di bawah asosiasi iyahkan asoasiasi
para penulis para penerbit. Koleksi kearifan lokal itu oh kaya pantun-
pantun betawi gituh yah, jadi kearifan lokal itu bukan hanya cerita-cerita
ajah yah kan.
P : Seberapa penting sih koleksi kearifan lokal itu bu?
TW : Wah itu sebetulnya bukan merasa seberapa penting yah itu semuanya serba
penting yah karena kita kan dasarnya dari sana kan, karena merupakan ciri
khas dari pada suatu wilayah. Karena sesuatu itu yang menarik yang bisa
di promosikan kemudian membawa dari pada nama dari lingkungannya
kemudian dari budayanya setempat. Jadi penting banget karena merupakan
ciri khas dari suatu daerah itu sendiri. Itu penting banget harusnya yah ada
di sini, yah boleh juga nih yah koleksi kearifan lokal sebagai masukan buat
saya. Memang harus ada suatu tempat juga kan untuk menonjolkan agar
2
masyarakat tahu. Sejauh ini kan ok banget yah. Ada suatu kumpulnya
budaya betawi gitu yah kaya di situ babakan.
P : Di sini tuh ada ngga sih bu kaya bukti atau koleksi kearifan lokal di sini tu
ada apa ajah.
TW : Kalo buku-buku tentang Jakarta sih ada yah di bawah itu, memang harus
ada yah suatu tempat juga kan untuk menonjolkan agar masyarakat tahu.
Harusnya tuh ada tuh buku buku yang kita banggakan tuh ada tuh. Kaya
gitu tuh ciri khas kita tuh apah. Oh kaitannya dengan pariwisata harusnya
ada ciri khas kita tuh apa di perpustakaan. Ciri khas kita yang bisa jual tuh
apa, di Jakarta Barat nih apa yah yang istimewa, karena kan kelemahannya
juga gada tuh koleksi tentang khusus Jakarta barat. Itu jadi PR tuh mba.
Harusnya kita punya juga yah di suatu tempat. Menilai juga kan yah
pergantian suatu pejabat gituh ngga di lanjutkan lagi programnya. Kaya
nanti bisa tuh ketemu oleh para budayawan perlu ada seminar tuh mba bu
sarah tuh. Kita buat seminar tentang kearifan lokal iyahh tuh bisa kita
undang mahasiswa iya terutama media yah kemudian kominfo, pariwisata
terus suatu komunitas tentang budaya komunitas kebudayaan ada kan kaya
komunitas betawi itu kan punya ininya kan. Nah itu kita undang saya juga
pernah kan ngomong kaya gitu. Cuma kan gitu yah anggaran ngga ada
masa kita mau ngundang pake aqua doang. Nah terus kita mau bantuan,
bantuan kemana. Jadi yah paling dari kita ke kita. Tetap kita pikirkan apa
sih yang mau kita tonjolin. Udah deh abis ini kita mau bikin deh. Kaya
Jakarta tuh apa sih yah paling juga kan ondel-ondel.
P : Kalo kebijakan bu, kebijakan terkait koleksi kearifan lokal itu bu?
TW : Nah itu dia, eeeh yah mungkin sampai sekarang ini kita belum ada, taruhlah
satu perintah lah yah untuk kearah sana. Nah tandanya kan kita belum jadi
padanan perpustakaan yang baru. Tandanya sih belum ada seharusnya sih
jadi suatu PR buat kita dan kalo kemarin sih coba deh di himpun gimana
caranya kan agar perpustakaan kita ini harus hidup untuk buat anak cucu
kita kan. Berkaitan dengan seni budaya seni budaya gitu kan yah kebijakan
itu sih belum ada ehh ih sudah ada cuma kan termasuk dalam taraf
3
persiapan dan pengumpulan bahan bahan gitu kan walaupun memang
selalu gubernur atau siapapun gitu kan bahwa di sini kebanggaan dari kota
yang kita tempati itu apah.
P : Kalo tujuan koleksi kearifan lokal bu?
TW : Kan udah jawab tadi pertama haha, jadi yah sebagai ciri khas suatu wilayah
dan untuk mengetahui potensi apa sih yang ada di Jakarta Barat ini. Biar
anak cucu kita juga bisa tahu koleksi tentang ini gitu.
P : Kalo jenis-jenis koleksi kearifan lokal itu apa?
TW : Tadi saya bilang apa, masih campur aduk sih di sini. Buku pantun, pantun
betawi gitu kan pantun anak anak. Harusnya pustakawan harus aktiv yah
yah iya harus aktiv trus Bu Rani tuh harus aktiv ga melulu, dia tuh harus
menciptakan. Seperti kita kan ada hutan kota tuh tanaman-tanaman
produktif seperti budaya selatan. Nah kalo di barat tuh gatau apa kaya
hutan kota ada taman kota ada hutan kota paling bedanya yah lebih gede
doang. Itu PR tuh mba.
P : Koleksi itu kan ngga cuma buku yah, iya kaya misalnya ada foto tentang
Jakarta tempo dulu, foto Jakarta atau khusus Jakarta Barat apakah ada bu?
TW : ini kan baru akan dibuat yah, baru di rencanakan yah nanti kedepannya lah.
Kalo dulu saya gatau yah, tapi kalo sekarang nih saya ga melihat yah kaya
koleksi-koleksi seperti itu. Kalo di Dinas ada yah.
P : Kalo unit khusus atau SDM yang mengelola kearifan lokal itu ada ngga
bu?
TW : Ngga ada sih kalo khusus, yah paling masih kepala seksi perpustakaan kalo
di sini yah, mungkin nanti kita akan minta bantuan yah temen-temen kita
atau nanti PJLP yah ikatan pustakawan, paling ngga kita harus
bergandengan tangan terus lah yah sama lurah sama camat juga. Karena
paradigma perpustakaan oh tempat buat ngadem gituh kan. Ngga ada
ketertarikannya kalo mba kan dari jurusan ilmu perpustakaan. Cuma
4
kerjasama sama instansi terkait tuh yah agak sulit kan yah cuma kadang-
kadang tidak berpotensi, untungnya kita-kita ini orangnya pada ini hatinya
kuat tekanan batinnya kuat. Coba ajah kalo kita rapat rapat kita di ikut
sertakannya kan kadang-kadang absennya paling belakang gitu ga di
nomer satukan ini Oh harusnya kita harus maju. PR kita lagi nih.
P : Berarti memang ngga ada yah bu unit khusus di sini tuh tentang kearifan
lokal?
TW : Yah ngga ada, cuma kita masih serabutan bu sarah masih nanganin semua
nya gitu kan cuma nanti kedepannya memang harus ada entah UPT atau
apa. Tapi sekarang ini kalo DKI Jakarta juga kita akan mengurangi
nomenklatur dari pada pejabat, kaya misal di sini Kassi bisa akan berubah
lagi menjadi K2, jadi kan menciut nah orang kan belum tentu mampu.
Kaya saya gituh mampu ngga bisa ngga menangani 15 kasus gituh kan.
Yah kan kalo ada yang membantu lagi bu sarah kan kaya UPT atau apa
kan bagus akan lebih membantu lagi akan lebih mudah. Tindak lanjut dari
dinas kota yah harus kita bentuk gitu sih.
P : Faktor-faktor kenapa bisa ngga ada unit khusus bu?
TW : Yah gituh gini, perpustakaan ini kan kalo di lihat dari kasat mata kan
banyak yang tidak tertarik kan yah tertariknya kalo udah tahu kalau udah
paham kalo udah masuk kedalam oh iya ini manfaatnya. Kalo saya lihat
dari tupoksinya dari pimpinan pimpinan kaya saya kan. Kalo di dinas kan
di tangani oleh bu kadinnya kan yah kan dari pariwisata nah dia udah mulai
nih ini ini. trus akhirnya kabid kabid trus ke kasudin. Ini mau di bawa
kemana nih kaya kearifan lokal apa sih nih namanya yah kaya suatu
kegiatan lah yah yang harus bisa hidup jadi memang belom ada yang
menangani malah yang ada mau kita kurangin. Banyak kan pekerjaan-
pekerjaan tentang kearifan lokal gitu ternya banyak loh yah pekerjaan kita
tuh ngga sedikit
5
P : Kalo kaya kearifan lokal tuh masyarakat, peneliti atau wartawan yang ingin
mengetahui tentang Jakarta atau khususnya tentang Jakarta barat di
Sudinpusip Jakarta Barat itu gimana bu?
TW : Oh kita kan Publikasinya kan melalui kominfo trus ada kita buat aplikasi-
aplikasi nya sendiri kan ada di Dinas gitu kan sekarang kan kita mainnya
kan udah gadget gituh kan. Kaya kita RPTRA udah bagus kan kegiatannya
udah 2 Sudin kan ruangan nya juga bagus kan besar yah.
P : Orang lain ingin mengetahui informasi tentang Jakarta atau Jakarta barat
itu gimana bu?
TW : Kaya di Dinas yah Pak Iwan tuh, kita kan tuh punya buku laporan yah kalo
Dinas kita juga penginnya gitu, kita juga penginnya gituh harusnya ada
sih.
P : Ruangan khusus itu kan ngga ada yah bu tentang koleksi kearifan lokal,
berarti koleksinya di campur yah bu?
TW : Itu tempat pengolahan buku-buku. Ngga kan, jadi belum rapih itu belum
kelar kaitan dengan klasifikasinya kaya tentang buku-buku sekolah, buku
SD, kegamaan. Kedepan kita akan buat karena itu juga teguran dari Kadis
semuanya blom tuh 5 wilayah juga belum. Yah paling ada koleksi yang
adanya di referensi atau di kelas kelas budaya, sejarah gituh yah.
P : Kalo cara pengadaan itu caranya pake apa ajah bu?
TW : Pengadaan kita lelang dulu kan harus dari pihak terkait supaya kita ngga
salah kalo kita ujug-ujug pengadaan kalo ngga ada duitnya kan percuma
juga. Saya bawa enjoy yah saya gitu kan bahasanya olahan itu harus lebih
bagus gitu kan. Caranya itu ada membeli sama sumbangan, membeli itu
dari APBD.
P : Kalo membeli koleksi kearifan lokal gitu ada berita acaranya gitu gasih
bu?
6
TW : Mungkin kalo misalnya kaya buku tentang makanan-makanan khas betawi
kalo kaya bukan terbitan dari walikota kan itu berarti beli berarti ada berita
acaranya kan. Ada tanda terima barangnya.
P : Kalo terbitan dari walikota kaya peraturan-peraturan gitu kita ngajuin atau
di kasih bu biasanya?
TW : Biasanya di kasih sih dari walikota itu.
P : Kalo pengadaan sumbangan, biasanya sumbangan dari mana saja bu?
TW : Dari bank DKI, dari pusat, dari wilayah ada di PT apa gituh sumbangan
buku banyak kaya dari masyarakat greenvile kadang nawarin sekalian
bersihin kamarnya ohh banyak banget tuh buku-buku yah kadang kadang
gitu yah kaya gitu. Udah gausah banyak banyak buat bahan aku dehh.
P : Kalo anggaran khusus untuk pengadaan koleksi kearifan lokal bu?
TW : Engga ada anggaran khusus yah, yah anggaran yang dari APBD itu.
P : Kenapa sih bu ngga ada anggaran khususnya?
TW : Kan kalo kita mau beli buku, anggaran tahun ini yah buat pengadaan tahun
ini juga. Ngga gitu yah anggaran tahun 2016 yah anggaran untuk
pengadaan tahun 2017 gituh yah. Karena kalo dari anggaran APBD itu kita
harus sesuain sama katalog penerbit yah, nah di katalog penerbit itu belum
tentu ada buku tentang kearifan lokal. Pembelian juga di sesuaikan
berdasarkan range harga dan tahun penerbitannya harus yang terbaru
gituh.
P : Menurut ibu apa sih yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar koleksi
kearifan lokal bisa ada dan berkembang?
TW : Yah itu kan, ini baru mau dilaksanakan ke depannya kaya kita ngumpulin
komunitas, trus bertemu dengan budayawan-budayawan. Sama buat suatu
tempat lah yah yang mau kita tonjolin yang bisa kita jual lah katakanlah.
7
P : Kalo kendala yang di hadapi bu dalam pengembangan koleksi kearifan
lokal?
TW : Harus ada tindak lanjut ada SK gubernur, walikota. Jadi kan itu adanya di
Dinas yah di wilayah tuh ngga ada, ngga ada nomenklatur bahwa wilayah
kota harus ada koleksi kearifan lokal dan lima wilayah itu juga ngga ada
yah.
P : Yang harus di perbaiki agar pengembangan koleksi kearifan lokal lebih
baik atau bisa berjalan apa bu?
TW : Yah sarana prasarananya yg belum memadai kayanya kelihatannya bagus
yah gedungnya gede yah padahal sih engga yah banyak yang harus kita
perbaiki. Pertama itu yah terus ngumpulin budayawan-budayawan, para
penulis, para penerbit untuk membahas koleksi kearifan lokal. Karena itu
yah kelemahannya itu ngga ada dan sulit sekali untuk menemukan koleksi
tentang budaya Jakarta khususnya Jakarta Barat. Mungkin kita juga perlu
membahas ini dan duduk bareng juga bersama lima wilayah kota. Kita juga
perlu UPT atau apalah agar pekerjaan-pekerjaan kearifan lokal lebih
mudah. Dan juga bagi para penulis lokal diharapkan bisa memberikan
koleksi terbitannya untuk di serahkan ke perpustakaan agar bisa tersebar
informasi didalamnya. Seperti itu ajah sih.
Lampiran 9
Foto dengan Informan
Ibu Tri Wahyudingdyah Ibu Rany Widyahany
Ibu Siti Sarah
Bapak Rachman Abdul Rachman
BIODATA PENULIS
NOVI ANGGRAENI. Lahir di Jakarta, 25 November 1995.
Anak kedua dari dua bersaudara, Ayahanda Fajeri dan Ibunda
Mujiasih. Memiliki kakak perempuan yang bernama Fiqih
Wulandari. Saat ini, penulis bertempat tinggal di Jalan
Bungur I No. 103 RT 003/06 Kel. Periuk Jaya Kec. Periuk,
Kota Tangerang. Riwayat pendidikan bawah dan menengah
ditempuh di Kota Tangerang: SDN Periuk Jaya Permai (2007), SMPN 15 Tangerang
(2010), SMA Syekh-Yusuf Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (2013), kemudian
melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan
(2017), dan menulis skripsi berjudul “Koleksi Lokal Content Provinsi DKI Jakarta di
Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Barat”. Semasa
kuliah penulis pernah aktif pada organisasi kemahasiswaan intra kampus yakni Senat
Mahasiswa (SEMA) Fakultas Adab dan Humaniora (2015-2016). Kemudian penulis
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi Jakarta Barat (2016), dan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Sukatani, Cisoka Kabupaten Tangerang (2016).