kohesivitas kelompok
DESCRIPTION
Menjelaskan Kohesivitas Kelompok, teori yang mendasari, proses terbentuknya kelompok, dan ciri ciri kelompok yang kohesif. disusun untuk memenuhi Tugas Dinamika Kelompok, Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.TRANSCRIPT
Kohesivitas
Definisi
a. definisi secara harfiah
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kohesif berarti melekat satu dengan yang lain
b. definisi menurut para ahli
- Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuktetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
- George & jones (2002) Kohesivitas adalah anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain.
- Meshane & Glinow, Kohesivitas merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok di mana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok.
- Greenberg (2005), Kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok.
- Robbins (2001), Kohesivitas adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.
- Gibson (2003), Kohesivitas adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain.
- Certo, s (2003), Kohesivitas adalah memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok.
- Forsyth (1999), Kohesivitas adalah Kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan didalamnya terdapat semangat yang tinggi.
Kesimpulan: Rasa kekompakan dan kebersamaan yang membuat anggota kelompok ingin selalu berada
dalam kelompok tersebut. Berada dalam kelompok tersebut, anggota secara sukarela bahkan
antusias untuk melakukan aktivitas dan tanggung jawabnya.
Peran Kohesivitas dalam kelompok
a. Kohesivitas sebagai daya ikat
Kohesivitas sebagai daya ikat berarti kekuatan yang dilakukan oleh seluruh anggota kelompok
agar dapat menjaga keutuhan kelompoknya dan menyelesaikan masalah atau rintangan secara
bersama-sama. Kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas tinggi maka antar anggota
kelompoknya akan merasa memiliki keterikatan satu sama lain biasanya terlihat dari tingginya
tingkat kebersamaan.
b. Kohesivitas sebagai kesatuan kelompok
Kohesivitas sebagai kesatuan kelompok berarti setiap anggota kelompok merasa aman, nyaman
dan berada di kelompok yang tepat. Selain itu, satu anggota dengan anggota yang lain dalam
kelompok ini merasa seperti dalam satu keluarga, mereka memiliki satu misi dan visi yang sama.
Contohnya, di Walt Disney, mereka yakin bahwa mereka adalah anggota animasi terbaik di
dunia dan percaya bahwa mereka akan mencapai tujuannya.
c. Kohesivitas sebagai atraksi
Kohesivitas sebagai atraksi dapat dibagi menjadi dua level. Pertama, level individual, yaitu
ketertarikan antara satu anggota dengan anggota lainnya, dan kedua pada level kelompok yaitu
ketertarikan individu tersebut tehadap kelompok itu sendiri. Akan tetapi ada beberapa ahli teori
yang berpendapat bahwa, atraksi yang dapat digolongkan sebagai kohesivitas kelompok adalah
atraksi pada tingkat kelompok. Seperti misalkan, seorang pemain bola yang tertarik terhadap
kemampuan, kehebatan kekompakan suatu tim, akan berusaha keras demi tim, dan merasa
senang dan bangga dalam tim tersebut.
d. Kohesivitas sebagai kerjasama kelompok
Kohesivitas adalah kemauan anggota untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Sebuah
kelompok dapat dibilang memiliki kosehivitas yang tinggi jika mereka mengejar tujuan
kelompoknya dengan intensitas yang tinggi. Sebagai contoh kelompok militer dengan basis
untuk menyelesaikan misi tertentu memiliki tingkat kohesivitas yang tinggi.
e. Kohesivitas sebagai multidimensional
Kohesivitas adalah sebuah konstruksi yang memiliki dimensi yang tinggi, sehingga tidak ada satu
jenis kohesivitas umum. Kohesivitas pada kelompok bisa terjadi karena berbagai kemungkinan
misalnya semua anggota dari suatu kelompok adalah teman yang baik, atau memiliki rasa
keterikatan yang kuat terhadap kelompok yang bersangkutan.
Faktor faktor yang membangun kohesivitas
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untukmemuaskan kebutuhan personalnya
4. Albert Myers (dalam Ahmadi, 2002) berdasarkan eksperimen yang dilakukan terhadap sejumlah regu tembak yang dipertandingkan, menyimpulkan bahwa ancaman dapat menimbulkan dan meningkatkan kohesivitas.
McDougall (dalam Sarwono, 2005)
menyimpulkan bahwa kohesivitas kelompok dapat tumbuh jika ada faktor-faktor yang menimbulkannya, yaitu:
5. Kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota.
6. Adanya tradisi, kebiasaan, dan adat.
7. Ada organisasi dalam kelompok.
Kesadaran diri kelompok, yaitu setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya.
8. Pengetahuan tentang kelompok.
9. Keterikatan kepada kelompok
Faktor faktor yang menurunkan kohesivitas
• Ketidaksepakatan kelompok yaitu dimana di dalam para anggota kelompok tidak memiliki ketidaksepakatan di dalam memberikan suatu pendapat yang akan menimbulkan menurunnya kohesivitas suatu kelompok.
• Jumlah anggota yang besar dapat menimbulkan menurunnya kohesivitas kelompok dikarenakan banyaknya pendapat-pendapat dari para anggota kelompok yang sulit untuk disepakati menjadi satu tujuan bersama.
• Pengalaman tidak menyenangkan salah satu anggota kelompok memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yang berupa suatu konflik antar anggota kelompok yang menyebabkan menurunnya kohesivitas di suatu kelompok.
• Dominasi oleh salah satu anggota yaitu dalam kelompok ada salah satu anggota yang terlalu mendominasi yang menyebabkan iri di antara anggota kelompok yang dapat menimbulkan
perpecahan di dalam kelompok.
• Kompetisi antar anggota kelompok yaitu pada anggota kelompok terjadi kompetisi yang bertujuan untuk menunjukan siapa yang paling hebat di dalam kelompok yang dapat menimbulkan konflik juga di dalam kelompok.
Mengukur Kohesivitas dalam kelompok
Dengan menggunakan observasi
Observasi ini dapat dilakukan untuk melihat ketegangan kerja dalam kelompok atau kelancaran dan
keakraban diantara anggotanya. Selain itu dengan mengobservasi, dapat menggolongkan kelompok
berdasarkan kesamaan mereka sehingga diharapkan kerja mereka menjadi efektif misalnya
kelompok yang ramah dikelompokkan dengan kelompok yang ramah begitu juga dengan kelompok
yang serius dikelompokkan dengan kelompok yang serius.
Pendekatan self reporting
Self-reporting adalah individu yang berada dalam suatu kelompok melaporkan tingkat kohesivitas
yang ada di kelompoknya, dapat dilakukan dengan cara:
a. The Group Environment Scale (GES)
Mengukur kohesivitas dengan pertanyaan iya dan tidak. Beberapa contoh pertanyaannya
seperti “Apakah ada rasa kesatuan dan kohesivitas dalam kelompok ini?”
b. The Group Attitude Scale (GAS)
Mengukur kohesivitas dengan mengukur kohesivitas dengan menanyakan keinginan untuk
diidentifikasikan dan diterima sebagai anggota kelompok dengan menanyakan, “Seberapa
keinginan untuk tinggal dan merasa menjadi bagian dari kelompok ini?”
c. The Group Environment Questionnaire (GEQ)
Mengukur kohesivitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua pertanyaan yaitu
pertanyaan yang fokus pada penggabungan kelompok misalnya, “Apakah kamu merasa
bahwa kelompokmu bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh untuk mencapai suatu
tujuan?”. Serta pertanyaan yang berfokus pada daya tarik kelompok tersebut misalnya
dengan bertanya, ”Apa yang kamu sukai dari kelompokmu?”.
d. The Perceived Cohesion Scale (PCS)
Mengukur kohesivitas dengan cara meminta anggota dari suatu kelompok untuk memberi
tanggapan secara langsung mengenai perasaan mereka terhadap kelompoknya dan
antusiasme yang ia miliki terhadap kelompoknya. Seperti pertanyaan, “Dari skala 1-10,
seberapa senang anda dengan kegiatan dalam kelompok anda?”.
Konsekuensi dari kohesivitas
a. Member Satisfaction and Adjustment
Kelompok yang kohesif biasanya kepuasan anggotanya lebih tingga daripada dalam kelompok ang
non-kohesif. Selain itu kelompok yang kohesif dapat membuat lingkungan kerja jauh lebih sehat,
setidaknya dalam psychological level karena setiap anggota kelompok kohesif saling merespon satu
sama lain secara positif dibandingkan dengan anggota kelompok yang non-kohesif, setiap
anggotanya dapat melaporkan kecemasan dan ketegangan yang rendah di dalam kelompok.
b. Group Dynamics and Influence
Ketika kohesifvitas meningkat, dinamika-internal dalam kelompok pun juga meningkat. Setiap orang
yang berada dalam kelompok yang kohesif lebih siap menerima tujuan, keputusan dan norma
kelompok itu sendiri. Selain itu juga, setiap anggota memiliki tekanan untuk menyesuaikan diri lebih
besar dalam kelompok yang kohesif dan pertahanan seseorang pada tekanan ini melemah.
c. Group Performance
Kohesivitas yang tinggi tidak dapat menentukan produktivitas yang tinggi pula namun harus
didukung oleh adanya norma. Dengan adanya norma maka produktivitas dan kohesivitas akan
berelasi secara positif. Semakin kecil kelompok maka tingkat kohesivitas akan semakin tinggi. Selain
itu, diharapkan kelompok membuat suatu tujuan yang realistis sehingga kohesivitas semakin tinggi.
Contohnya, pegawai yang bekerja di sebuah perusahaan dengan aturan dan norma yang cukup
kemudian disertai kesetiaan dan keloyalan dari pegawai tersebut akan memberikan produktivitas
baik.