kognitivisme

31
TEORI KOGNITIVISME Oleh : I Putu Budiana, I Nyoman Wiguna Adi Putra, I Dewa Gede Purwa Diastra, Gusti Putu Mahaatmawiradharma Abstrak Kognitivisme merupakan suatu bentuk teori yang sering di sebut sebagai model kognitif atau perseptual. Di dalam model ini tingkah laku seseorang di tentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Dal hal ini belajar di pandang sebagai perubahan persepsi maupun pemahanan, yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini menganggap inti dari belajar adalah pengertian terhadap bahan ajar (insight learning). Memahami apa yang di pelajari adalah hal utama dalam belajar menurut kognitivisme. Menurut Galloway (1976) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses belajar merupakan pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang terbentuk secara personal berdasarkan pada pengalamannya. Ada dua teori umum tentang kognitivisme yaitu teori yang 1

Upload: dewa-kompyang-diastra

Post on 04-Jul-2015

927 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOGNITIVISME

TEORI KOGNITIVISME

Oleh :

I Putu Budiana, I Nyoman Wiguna Adi Putra, I Dewa Gede Purwa Diastra,

Gusti Putu Mahaatmawiradharma

Abstrak

Kognitivisme merupakan suatu bentuk teori yang sering di sebut sebagai

model kognitif atau perseptual. Di dalam model ini tingkah laku seseorang di

tentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan

dengan tujuan-tujuannya. Dal hal ini belajar di pandang sebagai perubahan persepsi

maupun pemahanan, yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini

menganggap inti dari belajar adalah pengertian terhadap bahan ajar (insight learning).

Memahami apa yang di pelajari adalah hal utama dalam belajar menurut

kognitivisme. Menurut Galloway (1976) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain.

Proses belajar merupakan pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikan

dengan struktur kognitif yang terbentuk secara personal berdasarkan pada

pengalamannya. Ada dua teori umum tentang kognitivisme yaitu teori yang di ajukan

oleh piaget dan vygotsky, dimana teori piaget menekankan pada skemata

perkembangan intelektual berdasarkan umur sedangkan vygotsky menekankan pada

perkembangan intelektual dari segi historis dan dari segi sign sistemnya atau sistem

isyarat.

PENDAHULUAN

Dalam proses belajar dan pembelajaran diperlukan adanya suatu teori belajar.

Teori belajar menyatakan hukum-hukum atau prinsip-prinsip umum yang melukiskan

kondisi terjadinya belajar. Teori belajar menerangkan tentang apa yang terjadi selama

1

Page 2: KOGNITIVISME

siswa belajar. Saat ini terdapat banyak jenis teori belajar yang digunakan dalam

proses belajar dan pembelajaran tersebut. Seperti Behaviorisme, Kognitivisme, Teori

Belajar Sosial, Teori Belajar dari Gagne. Dari semua teori tersebut memiliki letak

penekanan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Kini yang menjadi masalah adalah

teori manakah yang paling baik dan relevan untuk digunakan. Hal ini dapat dibijaki

dengan cara menyesuaikan antara teori belajar yang akan digunakan dengan karakter

siswa yang dihadapi. Namun kita harus berhati-hati dalam pemilihan teori belajar

tersebut agar tidak terjadi ketidaksesuaian yang nantinya justru dapat menyebabkan

kegagalan dalam proses belajar dan pembelajaran itu sendiri. Salah satu solusi yang

dapat ditempuh yakni memilih teori belajar kognitivisme. Teori ini menekankan pada

gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks

seluruh situasi tersebut. Di dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh

persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-

tujuannya. Teori belajar kognitivisme meliputi Teori Perkembangan dari Piaget,

Teori Vygotsky.

Adapun rumusan masalahnya meliputi bagaimana peranan teori belajar

kognitivisme itu dalam proses belajar dan pembelajaran, bagaimana keefektifannya

dalam mencapai kesuksesan dalam belajar dan pembelajaran, serta bagaimana

perbedaan antara Teori Perkembangan dari Piaget dengan Teori Vygotsky.

Tujuan diterapkannya teori belajar kognitivisme adalah untuk mencapai

kesuksesan dalam proses belajar dan pembelajaran, baik bagi guru maupun siswa.

Sehingga tercapai suatu pembelajaran yang aktif dan interaktif.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh antara lain, bagi guru: dapat

menerapkan teori belajar yang sesuai dengan karakter siswa, sehingga tujuan

pembelajaran lebih cepat tercapai, bagi siswa: dapat menerima pelajaran dan mampu

mengembangkannya dengan baik, karena teori belajar yang digunakan sesuai.

2

Page 3: KOGNITIVISME

PEMBAHASAN

Pengertian Kognitivisme

Kognitivisme merupakan suatu bentuk teori yang sering disebut sebagai

model kognitif atau perseptual. Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang

berarti pengertian, mengerti. Dalam arti luasnya cognition (kognisi) berarti

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam

perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai

salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua

bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,

pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,

membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa

didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana

tingkah laku itu terjadi. Berikut ini deskripsi beberapa teori belajar yang didasarkan

pada kognitivisme dan yang sering digunakan dalam pembelajaran.

1.  Teori Perkembangan Piaget

Jean Piaget (1896-1980), ahli biologi dan psikologi. Piaget merupakan salah

satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri

pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan

Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar

bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi

dengan lingkungannya. Dalam hal ini  peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku

sebagai pemberi informasi.

3

Page 4: KOGNITIVISME

Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas),

yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami,

dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata

ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu

dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa

memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.

Scheme berhubungan dengan :

Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.

Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation.

(pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku

yang dapat diamati)

Jika schemas/skema/pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-

hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan

ekuilibrium (equilibrium), namun ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak

bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium

(disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak menyenangkan.

Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang

anak yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cicak besar,

karena ia baru memiliki konsep cicak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki

konsep cicak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya,

konsep cicaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi

pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam

kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang

menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda

cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun

singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir

sama.

4

Page 5: KOGNITIVISME

Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi

dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu

dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola

penalaran dan tingkat intelegensi anak itu.

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,

1.  Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas

2. Isi ; disebut  juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu

menghadapi sesuatu masalah.

3.  Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang

mencapai kemajuan intelektul.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu:

Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses

fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.

Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.   

Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru

dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1.   Asimilasi

Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata

yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu

untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.

5

Page 6: KOGNITIVISME

2.   Akomodasi

Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah

terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap

stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara

asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi

persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi.

Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan  yang

dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.

Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana

terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual.

Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari

adanya equilibrium – disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya

equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang

lebih tinggi.

1.1 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN

Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap

perkembangan anak, yaitu :

1. Kematangan

2. Pengalaman fisik / lingkungan

3. Transmisi social

4. Equilibrium

Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang

dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun

6

Page 7: KOGNITIVISME

berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di

Swiss.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap

perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :

a. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;

b. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;

c. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11/12 tahun ;

d.tahap Operasi Formal : 12 tahun keatas.

Sebaran umur pada setiap tahap tersebut adalah rata-rata (sekitar) dan

mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini

berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.

a. Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik

(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)

Pada mulanya pengalaman itu  bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu

objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai

berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghilang dari

pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari

objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai

terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur

kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia  mulai mampu untuk melambungkan

objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara

kendaraan, suara binatang,  dll.

7

Page 8: KOGNITIVISME

Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema

dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks.

Pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang

tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.

b.  Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.

Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan

kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak

benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer,

1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman

konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang

kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak

masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan

(conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu,

cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua

aspek atau lebih secara bersamaan.

Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan

kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam

lingkungannya saja.

c. Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)

Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah

Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis

dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami

konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu

memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek

8

Page 9: KOGNITIVISME

Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran

logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional

konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini

masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan

warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan

untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi

pertanyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang

paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan

karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-

lambang.

Kesimpulan pada tahap ini adalah: Anak telah dapat mengetahui symbol-

simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak

berwujud).

d. Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)

Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara

kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan

menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-

benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan

dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur

kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide,

astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk

melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-

hubungan, memahami konsep promosi.

9

Page 10: KOGNITIVISME

Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :

Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian

klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian

ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai

teman “Pak Tinggi”. Lebih  lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang

korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam

batang korek api.

Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip?  Dalam memecahkan

masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.

Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk

melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun

serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127)

Kesimpulan pada tahap ini adalah: Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah

mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument

(karena itu disebut operasional formal).

Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika

orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan

penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya

system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.

 

1.2.  IMPLIKASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN DI KELAS

Pengaplikasiannya di dalam belajar: perkembangan kognitif bergantung pada

akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat

belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat

10

Page 11: KOGNITIVISME

menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini individu akan

mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan

mempermudah pertumbuhan kognitif.

Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan

di kelas:

1. Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding

dengan orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak,

bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.

2. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini

adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru

tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas

khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan

menyelesaikan masalah sendiri.

3. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya

ketika anak-anak mencoba  memecahkan masalah, penalaran merekalah yang

lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar

tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya

menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi

pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat

untuk menanggulanginya.

4. Guru  dapat  menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran

materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.   

Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak

mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang

mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang.

Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian

perkembangan masing-masing mempunyai struktur psikologi khusus yang

11

Page 12: KOGNITIVISME

menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah

sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1)

memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar

kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga

sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai

dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh

perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan

tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman

yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan

keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa

pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan

sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi

akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget

mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan

yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh

karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang

terdiri dari individu - individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa

daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling

berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari

untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara

langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

2.  Teori Perkembangan Vygostky

Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Lev Vygotsky (1896-1934),

seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak

ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang

makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.

12

Page 13: KOGNITIVISME

Se-zaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an

dan 1930-an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-

an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vygotsky adalah

pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif

terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi

Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya

sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.

Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya

pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara

aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan

sosial pebelajaran.

2.1.     KONSEP SOSIOKULTURAL

Banyak developmentalis yang bekerja di bidang kebudayaan dan

pembangunan menemukan dirinya sepaham dengan Vygotsky, yang berfokus pada

konteks pembangunan sosial budaya. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret

perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan

sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan

mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran

menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan

alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang

dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang

tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam

perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai

ilmuwan kecil yang kesepian.

Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan

individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan

anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-

13

Page 14: KOGNITIVISME

anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk

memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak

memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan

masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat

kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu

diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama

pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara

berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang

dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain

dalam kebudayaannya.

Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional

maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional,

sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas

kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer, dan melek

huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan

sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu

pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut vygotsky

(1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui

interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan

hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung

dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial

yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental

anak-anak menjadi matang.

2.2.     PERKEMBANGAN BAHASA

Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya,

misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya

merupakan urutan respons (Skinner,1957) atau sebuah imitasi (Bandura, 1977).

14

Page 15: KOGNITIVISME

Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak

mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya.

Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial” (social

vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita

memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh

keterampilan bahasa yang baik (Adamson,1992; Schegloff,1989). Dewasa ini,

kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks

sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan

dalam beberapa kasus tanpa penguatan yang jelas ( Rice,1993). Dengan demikian

aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa tampaknya tidaklah banyak.

Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak

dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Suatu peran lingkungan yang

membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut

motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan

frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-

kalimat yang sederhana.

Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di dalam

tahap perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua dan orang lain pada

dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu ( Conti-Ramsden & Snow, 1991; Maratsos,

1991). Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja sangat dipengaruhi

oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini

jauh lebih penting dibandingkan dengan apa yang diperkirakan di masa lalu ( Von

Tetzchner & Siegel, 1989).

Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif

daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap

perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap

perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari

interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah

15

Page 16: KOGNITIVISME

komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak

mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu

memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan

bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari

menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret,

percakapan batiniah tidak terdengar lagi.

2.3.     ZONE PERKEMBANGAN PROKSIMAL

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa

konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh

lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah

mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan

dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa  anak-anak mampu

melakukan sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaiman

anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif

belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara

aktual development dan potensial development pada anak. Aktual development

ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang

dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang

anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang

dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah

antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang

anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak

dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman

sebaya.

16

Page 17: KOGNITIVISME

Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan

dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di

sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk

memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih

terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang

lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap,

siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan

dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini

adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulasi).

2.4.      KONSEP SCAFFOLDING

Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli

psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang

digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan

proksimalnya.

Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan

oleh Smith et al. (1998).

1.   Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting

bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripad peran yang diusulkan

Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis diganti sepenuhnya.

Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak tetap dilibatkan dalam

pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-

anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona

perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama

melalui  ZPD.

2.   Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya

juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan

17

Page 18: KOGNITIVISME

pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja

kelompok secara kooperatif ( cooperative groupwork) tampaknya mempercepat

perkembangan anak.

3.   Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi

oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya

yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al. (1990) menjelaskan keberhasilan

pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori Vygotsky. Satu anak

bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri

baru saja melewati tahap itu sehingga bis adengan mudah melihat kesulitan-

kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.

Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam

berbagai cara. Dari perspektif pengikut Vygotsky-Bruner, perintah-perintah di layar

komputer merupakan scaffolding ( Crook, 1994). Ketika anak menggunakan

perangkat lunak (software) pendidikan, komputer memberikan bantuan atau petunjuk

secara detail seperti yang diisyaratkan sesuai dengan kedudukan anak yang sedang

dalam ZPD. Tak pelak lagi, beberapa anak di kelas lebih terampil dalam

menggunakan komputer sehingga bisa berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer, guru bisa dengan bebas

mencurahkan perhatinnya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan

menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.

Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung

pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh

pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode

pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk

mendesign kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.

18

Page 19: KOGNITIVISME

PENUTUP

Simpulan

Kognitivisme merupakan suatu bentuk teori yang sering disebut sebagai

model kognitif atau perseptual. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku

seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Teori Piaget adalah teori yang berpendapat bahwa anak membangun sendiri

pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan

Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar

bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi

dengan lingkungannya. Dalam hal ini  peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku

sebagai pemberi informasi.

Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran

sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek

“internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial

pebelajaran.

Saran

Di dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus memilih teori yang

sesuai dengan karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik. Dengan

itu antara guru dengan siswa akan terbentuk suatu hubungan yang jauh lebih aktif dan

interaktif.

19

Page 20: KOGNITIVISME

DAFTAR RUJUKAN

Gerson Ratumanan, Tanwey.2002.Belajar Dan Pembelajara.Surabaya:Unesa

Univercity

20