kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

Upload: adityonugroho

Post on 07-Jul-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    1/12

    Edisi 166 | Tahun Ke-15 | November 2013

    e-mail: [email protected], sites: http://lpmhimmahuii.org

    1

    FE dan FH Bakal Pindah?

    Ahmad Taufik B. | KOBARkobari

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    2/122 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    FE dan FH Bakal Pindah?“Dalam rentang sepuluh tahun, terhitung sejak 2013, semua fakultas sudah harus bersatu di

    atas“, ujar Endro Kumoro.

    Oleh: Fikrinisa’a Fakhrun H.

    Ketetapan Dewan Pengurus BadanWakaf No. II/TAP/DP/1996 menyatakan,

    tempat perkuliahan yang masih ter-

    sebar di beberapa lokasi perlu segera

    dikumpulkan menjadi satu, sehingga

    kegiatan belajar-mengajar menjadi

    efektif dan esien. Untuk itu, kebija-kan pembangunan sik UII yang di-

    konsentrasikan di Kampus Terpadu di-

    lanjutkan, meskipun isu pemindahanFakultas Hukum (FH) dan Fakultas

    Ekonomi (FE) ke Kampus Terpadu masih

    memunculkan pro-kontra hingga kini.Sekretaris Pengurus Yayasan Badan

    Wakaf UII Endro Kumoro tegas menyata-

    kan bahwa dalam rentang sepuluh tahun,

    terhitung sejak 2013, semua fakultas

    sudah harus bersatu di atas. Saat ini,mereka sudah menyiapkan timeline 

    dan master plan untuk mencapai target

    tersebut. Buku Rencana Induk Kampus

    Terpadu yang berisi kebijakan, fasilitas,

    rancangan audiovisual, serta persiapan

    lain terkait penyatuan semua fakultaspun telah disusun. Endro mengaku,

    rencana tersebut belum terealisasi hing-

    ga kini karena masih menunggu kepastian

    data akurat, seperti perluasan tanah

    di Kampus Terpadu yang sedang dalam

    proses penggarapan.

    Di sisi lain, rektorat sebagai pihak

    eksekutor belum mengetahui lebih jauhperihal pemindahan tersebut. “Kalaupun

    ada pemindahan, kami menginginkan

    agar mahasiswa menjalaninya dengan

    hati nurani dan kemauan sendiri, bukan

    karena terpaksa,” tutur Bachnas. Wakil

    Rektor III tersebut menghimbau kepa-da pihak terkait untuk memikirkan pe-

    nambahan area parkir dan kejelasan

    pengelolaan master plan-nya. Bachnas

    menganggap master plan hanya sebagai

    bentuk himbauan saja. “Sampai saat

    ini kenapa kok sukar untuk bersatu ka-rena sebagian mau, sebagian tidak.

    Dipaksakan juga tidak bisa karena ke-

    manusiaan tadi pertimbangannya,” ung-

    kapnya.

    Menanggapi rencana pemindahan ini,Wakil Dekan Fakultas Hukum, Saifudin

    pun angkat bicara. “Yang penting harus

    dilakukan kajian dulu seperti yang

    saat ini sedang dilakukan oleh Pusat

    Studi Hukum (PSH),” ujarnya. Namun

    kemungkinan besar akan pindah karenamelihat kondisi Fakultas Hukum saat ini

    yang overload . Saifudin mengaku, pihak

    FH belum seia-sekata untuk pindah ke

    Kampus Terpadu karena tidak mudah bagi

    mereka untuk meninggalkan jejak nilai

    perjuangan di fakultas yang berlokasi di

    Jalan Taman Siswa tersebut.Lain halnya dengan Saifudin, Marbun,

    Dosen Hukum Administrasi Negara, se-

    tuju dengan pemindahan ini. “Tahun

    1990 itu sudah kita wacanakan, sudahkita putuskan untuk naik ke atas. Bah-

    kan, sudah dibuatkan perumahan untukdosen di dekat Kampus Terpadu itu.

    Jadi, tidak ada alasan bagi dosen yang

    lain untuk menyatakan tidak pindah ke

    utara,” tegasnya. Begitu juga dengan

    Masnur Marzuki. “Kalau terpisah begini,bagaimanapun suka tidak suka kita seperti

    terdiskoneksi dengan universitas,” kata

    dosen yang mengajar Hukum Tata Negara

    ini.

    Menurut Direktur PSH UII, Sri Hastuti

    Puspitasari, hasil  polling yang mereka

    lakukan menunjukkan sebagian besardosen setuju untuk pindah ke Kampus

    Terpadu, mengingat kondisi di FH yang

    tidak memadai lagi untuk perkembangan

    jumlah mahasiswa ke depannya.

    Cik Di Tiro, Kobar 

    Rencana sentralisasi Kampus FE dan FH ke Kampus Terpadu masih menuai perdebatan. Bagi sebagian kalangan,

    akses yang cukup jauh dari pusat kota menjadi alasan penolakan. Idealnya memang ketika sebuah universitasmemiliki banyak fakultas, sentralisasi kampus akan meningkatkan efektivitas dan esiensi kegiatan perkuliahan.

    Namun, kondisi lingkungan dan sosial masyarakat harus menjadi pertimbangan mutlak. Tidak ada masyarakat yang

    merasa tergusur akibat perluasan lahan. Tidak ada kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan. Juga perlunya jalan

    tengah untuk menjembatani pihak yang masih belum setuju dengan sentralisasi kampus. Terpenting, universitas

    harusnya memberikan solusi atas segala permasalahan akibat sentralisasi kampus.

    Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Marta Dwi K. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P.Redaktur Pelaksana: Raras Indah F. Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: Metri Niken L. Staf Redaksi: Yuyun NoviaS., Laras Haqkohati, Alvina Anggarkasih, Kholid Anwar, Zahrina Andini, Fikrinisa’a Fakhrun H., M. Nashihun Ulwan. Fotograf: Naul

    Mualimin, Ayoni Sulthon, Ahmad Hana, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, AlfaNur S., Desi Rahmawaty, Nur Jamilah. Rancang Grafs: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Tauk B.,Deby Hermawan. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P. PSDM: Bayu Putra P.,

    Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S., M. Alfan Pratama. Diterbitkan oleh LembagaPers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi:  Jln. Cik di Tiro No. 1 Yogyakarta. Telp (0274) 3055069,085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: [email protected], http://lpmhimmahuii.org.

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    3/12

    3KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Reportase bersama:Arga Ramadhan A.

    Gedung Fakultas Ekonomi UII direncanakan pindahke Kampus Terpadu. Badan Wakaf merencanakanpemindahan Fakultas Ekonomi dan Hukum harusrampung dalam kurun waktu sepuluh tahun.

    Revangga Twin T. | KOBARkobari

    Terkait rencana pemindahan FE ke

    Kampus Terpadu, Dekan Fakultas Ekono-

    mi, Hadri Kusuma, mengatakan bahwasaat ini fakultas yang terletak di Ringroad

    Utara Condongcatur, Depok, Sleman

    tersebut belum akan pindah ke Kampus

    Terpadu sebelum fasilitas disediakan di

    utara. “Kalau sudah memenuhi syaratpasti sudah pindah. Yang menjadi masalahadalah banyaknya mahasiswa FE yang

    hampir seperempat dari mahasiswa UII

    sendiri. Ditambah banyak mahasiswanya

    yang menggunakan mobil,” ungkapnya.

    Tetapi ia tidak mempermasalahkan FE

    pindah ke Kampus Terpadu jika memanginfrastrukturnya sudah memadai. Ia me-

    ngaku sangat menyayangkan rencana

    pemindahan ini, mengingat biaya pera-

    watan gedung FE sekarang yang tidak

    sedikit di samping letaknya yang sudahstrategis.

    Ilya Fadjar Maharika selaku Sekre-

    taris dan Perencana Tata Ruang dan Arsi-

    tektur Tim Master Plan mengungkapkan

    ada dua aspek dari pemusatan kampus

    ini. Pemusatan tersebut dinilai positifkarena akan menciptakan koherensi

    komunikasi antarbagian yang lebih baik.

    Namun, menjadi pertimbangan tersendiri

    mengingat Kampus Terpadu merupakan

    daerah resapan air. “Dengan jumlah

    mahasiswa yang kurang lebih 20.000,itu akan cukup sesak. Tetapi itu masih

    bisa dikelola. Namun, lebih dari itu daya

    dukung lingkungannya juga akan menjadiberat,” ungkap Ilya. Menurutnya,

    pemindahan ini harus didesain dari segala

    aspek, seperti manajemen transportasi,

    ruang terbuka, gedung parkir yang harus

    diperbaiki lagi, dan ada transaksi untukpembatasan penggunaan motor dan

    mobil. Terkait nasib FE dan FH saat ini, ia

    mengatakan bahwa dua tempat itu tetap

    dimanfaatkan sebagai jaringan backupKampus Terpadu.

    Mahasiswa Hukum angkatan 2011,

    Mada Pudiatama, berpendapat mengenai

    hal ini. “Terserah mau pindah atau tidak,

    yang penting ada kepastian agar fasilitasdan sarana-prasarana segera tercukupi,”ungkapnya. Ia berharap, mahasiswa

    mendapat timbal balik atau fasilitas

    yang sesuai dengan uang yang sudah di-

    bayarkan. Ia mengungkapkan, dilihat dari

    infrastruktur sekarang ini, kemungkinan

    dana yang tersimpan masih banyak.Lain halnya di FH, mahasiswa FE

    angkatan 2012, Sirojul Khad, kurang

    berkenan dengan adanya pemindahan

    fakultas ini. Alasannya, selain nyaman

    di lingkungan FE, letak geogras kampusterpadu juga dinilai jauh. “Tapi, kalau

    memang harus pindah, mau tidak mau

    harus setuju,” tambahnya.

    Imman Nurrahma berkata lain.

    “Bagus kok kalau pindah. Soalnya di atas

    itu fasilitas lebih lengkap. Kalau mauorganisasi atau rapat nggak  usah  jauh-

    jauh ke atas lagi. Kan, kita sendiri yang

    repot kalau jauh dari Kampus Terpadu,”

    papar mahasiswa FE angkatan 2012 ini.q

    IKLAN

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    4/124 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Galuh Ayu P. | KOBARkobari

    UII

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    5/12

    5KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Utang SaxophoneMenjadi Warisan

    “Ini kan atas nama lembaga. Jadi,untuk tanggungannya bukan saja menjadi tanggung jawab panitia. Ini adalah estafet utang lembaga,” tutur Bachnas.

    Oleh: Desi Rahmawaty

    Kampus Terpadu, Kobar 

    “Saxophone” sebagai salah satu

    kegiatan yang diselenggarakan oleh

    Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas

    Islam Indonesia (LEM UII) periode 2012-2013 masih menyisakan masalah.

    Walaupun sudah mengalami pergantian

    kepengurusan, Saxophone masih mening-

    galkan pekerjaan rumah bagi kepengu-

    rusan LEM U yang baru.Kendala dana menjadi permasalahan

    pelik kegiatan yang berlangsung pada

    tanggal 20 April 2013 tersebut. Kekura-

    ngan dana membuat panitia harus men-

    cari alternatif lain untuk menutupi kebu-tuhan kegiatan. Peminjaman uang senilai

    Rp 90.000.000,00 dari Rektorat akhirnya

    menjadi alternatif yang dipilih.

    “Iya, mereka meminjam uang dengannominal tersebut dengan alasan kegiatan

    yang sudah dipersiapkan mengalamimasalah,” tutur Bachnas, Wakil Rektor

    III. Dirinya menjelaskan bahwa dua hari

    sebelum kegiatan, ia mendapat informasi

    bahwa sponsor utama mengundurkan diri,

    padahal gedung sudah di Down Payment 

    (DP). Tiket pun sudah terjual dan bintangtamu sudah dibayar sebagian. “Untuk

    itu saya memfasilitasi mereka ke Wakil

    Rektor II,” tegasnya. Kemudian, dari

    situ terjadi surat-menyurat antara Wakil

    Rektor II dan panitia untuk mencairkanuang pinjaman ini.

    Selain memiliki utang pada rektorat,

    panitia juga masih memiliki tunggakan

    Rp 26.000.000,00 pada pembayaran

    gedung Grand Pasifc Hall  (GPH) yang

    digunakan sebagai tempat acara. Sisapembayaran yang belum dilunasi sebesar

    Rp 26.000.000,00. Menurut keputusan

    bersama dengan pihak GPH, pelunasan

    akan dilakukan seminggu setelah kegiatan

    berlangsung.

    Tanggal 19 Mei 2013, bertempat diFakultas Ekonomi, panitia Saxophone

    melakukan Laporan Pertanggungjawaban(LPJ) kepada Dewan Permusyawaratan

    Mahasiswa (DPM U) dengan laporan

    akhir dana Saxophone mengalami desit

    sebesar Rp 90.000.000,00 pada Rektorat.

    Sebelumnya, menurut Bachnas,

    panitia sempat mengajukan nominaluntuk meminjam uang sebesar Rp

    180.000.000,00. Namun, hal itu ditolak

    karena dirasa sangat besar dan akan

    kesulitan untuk melunasinya. “Untuk itu

    saya menawarkan untuk meminjamkansetengahnya,” ujarnya.

    Zulyadaen pun angkat bicara. “Kami

    belum tahu nominal itu tergolong

    hutang atau tidak,” ujar Ketua Steering

    Committee  Saxophone tersebut. Dirinyamenegaskan, di sisi lain uang tersebut

    diambil dari uang mahasiswa. Jadi, terasa

    berat jika itu tergolong utang mahasiswa.

    Setelah acara berjalan, Bachnas mulaimenanyakan kapan uang itu akan dibayar.

    Namun, panitia juga sedang mencarisolusi untuk melunasi peminjaman uang

    tersebut dengan terus berkonsultasi

    dengan Wakil Rektor III tersebut. “Ini

    kan  atas nama lembaga. Jadi, untuk

    tanggungannya bukan saja menjadi

    tanggung jawab panitia. Ini adalahestafet hutang lembaga,” tutur Bacnhas.

    Mencari kejelasan tentang hal ini, Tim

    KOBARkobari menghubungi Ketua Dewan

    Permusyawaratan Mahasiwa Universitas

    (DPM U) Mico Yuhansyah, Ketua LembagaEksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U)

    Shadily Rumalutur periode 2012-2013,

    serta Ketua Organizing Committee 

    Saxophone, Vesel Kemal Fanthony untuk

    memberikan keterangan. Namun, mereka

    belum bisa memberikan kesempatanuntuk diwawancarai sampai berita ini

    diterbitkan.

    Hal ini membuat informasi simpang-

    siur. Mulai dari penahanan ijazah,

    penambahan jumlah penagihan nominal

    SPP, sampai patungan ratusan ribu daripanitia sendiri.

    Zulyadaen membantah isu tersebut.“Jika belum bisa dilunasi, saya yang

    paling bertanggung jawab, dan mengenai

    isu penahanan ijazah, pasti ijazah saya

    yang ditahan,” tegasnya.

    Di sisi lain, Bachnas menjelaskan

    bahwa belum ada sanksi yang tegas,bahkan batas pengembalian pun belum

    ditentukan. “Ada beberapa solusi yang

    ditawarkan. Sempat bahwa akan ditagih

    melalui uang angsuran mahasiswa,

    namun tidak jadi. Saya tidak setujujika peminjaman uang ini dikaitkan

    dengan pembayaran SPP. Tidak apa-

    apa jika ada patungan, namun jangan

    dikaitkan dengan tagihan mahasiswa,”

    imbuhnya. Sampai sekarang, Bachnasmasih memberikan kewenangan kepada

    panitia untuk menawarkan solusi sebagai

    alternatif pengembalian uang.

    Rencana MediasiDewan Permusyawaratan Universitas

    (DPM U) periode 2013-2014 menjadikan

    penyelesaian hutang Saxophone menjadi

    salah satu agenda kerja mereka.

    Ditemui di Kantor DPM U pada tanggal 4

    November 2013, Fuad selaku ketua DPM

    U menjelaskan beberapa rencana yangtelah dirumuskan dan akan direalisasikan

    dalam jangka waktu terdekat.

    Diantaranya melakukan panggilan kepada

    panitia SC untuk mendiskusikan persoalan

    ini serta meminta Rektorat untukmelakukan mediasi antara DPM U dan LEM

    U periode 2012-2013 dengan DPM U dan

    LEM U periode 2013-2014 agar terjadi

    komunikasi sehingga menghasilkan solusi

    atas perkara ini. “Sebelum melakukan

    tindakan lebih lanjut, kami perlu terlebihdahulu mengetahui kejelasan mengenai

    hutang ini seperti apa. Untuk itu kami

    akan sesegera mungkin memanggil

    panitia untuk menjelasakan persoalan

    ini,” tegas Fuad.q 

    Reportasebersama: Galuh Ayu P.

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    6/126 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Asyharuddin Wahyu Y. | KOBARkobariBunga Kantil

    Petilasan Ayoni Sulthon | KOBARkobari

    Nafiul Mualimin | KOBARkobari Kuncen

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    7/12

    7KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Saban malam Satu Suro, ribuan peziarah mendatangi Pantai

    Parangkusumo untuk menyambut datangnya tahun baru Islam.Suasana yang tak berbeda dengan tahun ini.

    Para peziarah berbondong-bondong menyesaki Cepuri, Batu

    Cinta, yang konon merupakan tempat bertemunya PanembahanSenopati dan Ratu Kidul.

    Berbekal sesaji yang sudah didoakan oleh juru kunci,

    peziarah memanjatkan doa. Para peziarah menyakini, jikamereka berdoa di Batu Cinta ini maka doanya akan dikabulkan.

    Tidak hanya sampai situ, terkadang peziarah sampai rela

    berebut bunga kantil yang bertaburan di atas Batu Cinta

    dengan peziarah lain.

    Selain ritual, pada malam Satu Suro pemerintah akanmemberikan perhatian lebih. Salah satunya dengan menghelat

    pergelaran wayang kulit Ki Manteb Sudarsono di sekitar

    Parangkusumo.

    Narasi oleh: Nafiul Mualimin

    Ziarah Asyharuddin Wahyu Y. | KOBARkobari

     Turut MemeriahkanM. Rahmat Akbar W. | KOBARkobari

    Satu Suro,Parangkusumo,dan Budayanya

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    8/128 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Jogja (Tidak) Berhati Nyaman

    Hampir genap lima tahun menetap di Yogyakarta, membuat

    saya menegaskan diri untuk menyematkan Yogyakarta adalah

    sebuah provinsi kecil dengan julukan “Nusantara Kecil”. Bukan

    tanpa alasan saya berkata demikian. Di daerah inilah suasanamultikulturalisme tercermin dengan jelas. Ragam budaya

    nusantara adalah hasil ekspansi pendatang yang dominan

    berasal dari kalangan mahasiswa. Uniknya, gempuran dari

    keberagaman budaya yang mengitari Yogyakarta tidak dengan

    mudah mengintervensi budaya lokal secara keseluruhan.

    Keraton Yogyakarta yang menjadi representasi budayaJawa, turut andil membentuk suasana seperti ini. Semuanya

    berkolaborasi dengan baik, tanpa ada sekat kesukuan atau

    agama dalam masyarakat.

    Atas dasar itu, keharmonisan ini kemudian menjadi slogan

    “Jogja Berhati Nyaman” bagi para pendatang baru. Namunapakah slogan ini masih tetap relevan untuk disematkan?

    Ketika masyarakat Yogyakarta sudah sering dijejali dengan

    aksi premanisme. Parahnya ini terjadi di sebuah kota yang

    sedang didominasi dengan doktrin slogan yang saya tuliskan

    sebelumnya. Kemudian menjadi preseden buruk untuk merusak

    suasana multikultur di Yogyakarta. Serangkaian aksi kekerasanyang kerap kali terjadi, semakin memperkuat antitesis untuk

    mengartikan kembali Yogyakarta dalam konteks sesungguhnya.

    Protes Sipil: Simbol Ketidaknyamanan dalam BingkaiYogyakarta

    Masih ingatkah dengan tokoh Irshad Manji? Salah seorang

    muslim yang menemukan Islam di negara Kanada beserta pe-

    mikiran reformasi islam dalam dirinya. Kedatangannya ke

    Indonesia, terutama di kota Yogyakarta mengejutkan berbagai

    pihak. Tidak membuang kesempatan, Universitas Gadjah Mada

    pun menariknya untuk membedah pemikirannya dalam bedahbuku yang berjudul Allah, Liberty, and Love. Tidak sampai acara

    berlangsung, agenda ini dibatalkan karena dikabarkan ada

    beberapa kelompok yang akan mengancam keberlangsungan

    acara tersebut. Melalui maklumat langsung dari rektor yang

    kala itu dipimpin oleh Soejarwadi, acara tersebut dibatalkan

    sepihak.Tidak sampai di sini, kekecewaan ini coba diredam dengan

    melakukan diskusi lanjutan dengan topik yang sama di Lembaga

    Kajian islam dan Sosial. LKiS merupakan sebuah lembaga yang

    konsentrasi melakukan kajian islam progresif, konon lembaga ini

    merupakan bentukan sekumpulan mahasiswa Universitas IslamNegeri (UIN) Sunan Kalijiaga yang gelisah dalam implementasi

    islam dalam tataran sosial.

    Beda tempat rupanya tidak menjamin kebebasan berdiskusi.

    Irshad Manji, pengurus LKiS, beserta peserta diskusi menjadi

    sasaran teror dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang merasa

    kecolongan dengan kedatangan Irsyad Manji dengan pemikiranversi Islamnya yang kompromi dengan hubungan sesama jenis.

    Oleh: Bethriq Kindy Arrazy*

    Tidak mengherankan bila kemudian kantor LKiS dirusak

    secara sik dan keberadaan ruang publik dalam pergulatan

    pemikiran. Inilah yang kemudian menyulut berbagai elemen

    masyarakat yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, ulama,pemuda dari sekumpulan organisasi membentuk Gerakan

    Rakyat Yogyakarta Anti kekerasan yang kemudian disebut

    dengan Gerayak (penulis sempat membuat laporan tentang

    ini). Aliansi ini mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan

    secara langsung oleh MMI.

    Kasus terbaru pada akhir Oktober 2013, terjadipembubaran paksa pertemuan oleh keluarga eks tapol

    1965 di Wisma Shanti Dharma, Godean, Sleman. Peristiwa

    pembubaran paksa ini dilakukan oleh sekumpulan orang yang

    mengatasnamakan diri Front Anti Komunis Indonesia (FAKI),

    mengakibatkan beberapa diantaranya mengalami luka-luka. Parahnya kelompok ini melakukan pembatasan akses

    pembelaan hukum. Bahkan di spanduk yang terpampang di

    depan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta tertampang

    tulisan “PKI dilarang masuk”. Secara tidak langsung apa yang

    sudah dilakukan oleh FAKI adalah justikasi merendahkan

    martabat manusia.Puncaknya, 7 November 2013 sekumpulan masyarakat

    mengatasnamakan diri Masyarakat Antikekerasan Yogyakarta

    (Makaryo) melakukan unjuk rasa di depan keraton Yogyakarta.Makaryo merupakan aliansi dari organisasi mahasiswa,

    masyarakat, dan akademisi yang sebelumnya melakukankonsolidasi di LKiS dengan tema gerakan “Jogja Darurat

    Kekerasan”. Makaryo sendiri menghimpun sejak tahun 1996

    sampai sekarang sudah terjadi 18 kasus kekerasan yang

    tidak kunjung selesai. Dalam tuntutannya, Makaryo meminta

    penegak hukum dan pejabat publik bersikap tegas, meminta

    Polri dan Polda DIY menangkap tersangka, meminta KeratonYogyakarta untuk turut aktif mengawal dan mencegah

    kejadian kekerasan untuk tidak terjadi kembali.

    Gerayak dan Makaryo adalah representasi simbol

    ketidaknyamanan sipil. Mengingat bertambahnya kasus ke-

    kerasan di Yogyakarta yang semakin tidak terkendali. Selain

    itu, negara sering absen dalam proses penegakan hukumyang tidak berjalan optimal. Dari sekian kasus yang terjadi,

    seringkali terjadi tumpang tindih penanganan kasus yang

    tidak fokus dan serius. Sehingga hampir sebagian kasus-kasus

    tersebut terlantar hingga puluhan tahun lebih. Ironis.

    Negara Diam dalam Perintah KonstitusiDalam contoh kecil konteks permasalahan yang sudah

    terpaparkan, negara seakan sengaja menihilkan diri dalam

    penanganan konik horizontal, membuat masyarakat

    kehilangan jaminan keamanan, keadilan, dan kesejahteraan.

    Beberapa pihak pun kemudian merasa ditekan oleh kelompoklainnya, dalam wilayah keberagaman, berpendapat, dan

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    9/12

    9KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    *)Mahasiswa Teknik Informatika 2009/Pemimpin Redaksi LPM HIMMAH UII 2011-2013

    ekonomi. Terjadi arogansi kelompok yang merasa besar atau

    mayoritas, sehingga kelompok minoritas (bisa secara jumlah

    atau kondisi sosial-ekonomi) tidak diberikan ruang untuk hidup

    dalam posisi setara.

    Arogansi ini, mengombang-ambingkan kelompok minoritas

    dalam ketimpangan di ruang hidup bersama. Mereka hanyadiberikan kesempatan hidup bersama, namun tidak dijamin

    keleluasaannya mengakses hak-hak hidup yang fundamental

    yakni keamanan, kesejahteraan, dan keadilan. Masih saja si

    kaya memaksakan kehendak kepada si miskin, serta mereka

    yang berbeda keyakinan dan pendapat, harus dilenyapkan ataudipaksa menurut keinginan kelompok dominan. Dominasi ini

    terus berjalan konsisten.

    Sungguh begitu malang nasib kaum minoritas di negeri

    ini. Namun, apakah benar, negara sama sekali tidak hadir?

    Tidak. Negara hadir, tetapi hanya dalam batas aturan-aturan

    tertulis yang bunyinya cukup indah didengar. Aturan tertulis

    tersebut, bahkan mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945

    dan dasar negara Pancasila. Akan tetapi, di tataran praksis

    negara bak macan ompong, dan mau ditekan oleh kelompok

    dominan. Negara seakan tidak mempedulikan rakyat yang

    menghendaki hidup secara toleransi dalam ruang demokrasi.

    Bila ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan negaramengalami kemiskinan integritas di mata rakyatnya sendiri.

    Lantas, sampai kapan menunggu ketegasan negara?

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    10/1210 KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

    Kaliurang, Marching Band (MB) UIIadalah salah satu Lembaga Khusus di

    Universitas Islam Indonesia. MB UII ma-

    sih hidup dan memiliki anggota yang ti-

    dak sedikit hingga saat ini. MB UII akan

    mengikuti kejuaraan Grand Prix Marching

    Band di Istora Senayan, Jakarta. March-ing Band UII juga telah mempersiapkan

    penampilan ini melalui latihan sejak awal

    tahun 2013 untuk berlaga di Jakarta pada

    tanggal 27-30 Desember 2013.Pada kejuaraan Grand Prix tersebut

    Marching Band UII akan tampil sekitar 11-12 menit dengan menyajikan suatu paket

    pagelaran. Paket pagelaran atau tema

    yang akan dibawakan bertajuk “Proud

    To Sheila On 7”. Tema ini dipilih sebagai

    apresiasi MB UII atas karya-karya bandasal Yogyakarta ini yang telah melegenda

    di Indonesia.

    Dalam paket “Proud To Sheila On 7”

    ini Marching Band UII akan menampilkan

    3 Movement atau lagu yang berisi aran-

    semen dari lagu-lagu Sheila On 7 yang

    hits dan tidak asing bagi khalayak umum.Seperti lagu “Melompat Lebih Tinggi”,

    “Shepia”, dan medley  dari lagu “Pria Ke-

    sepian”, “Saat Lanjut Usia”, dan “Pejan-

    tan Tangguh” akan dibawakan MB UII saat

    Marching Band UII Menuju Grand Prix

    Marching Band XXIX 2013

    kejuaraan nanti.

    Dengan pemilihan tema tersebut di-

    harapkan penonton mudah menerimagenre musik dan terhibur. Pada Novem-

    ber ini setidaknya 3/5 bagian dari kes-eluruhan paket pagelaran telah disele-

    saikan. Dalam waktu satu bulan ke depan

    “Kami menerima hak jawab jika ada pihak-pihak tertentu yang keberatan dengan

    pemberitaan KOBARkobari“

      Kuliah KosongSeringkali ketika kuliah kosong, dosen

    tidak datang tanpa pemberitahuan sebe-

    lumnya. (Muhamadin Ardiansyah-Jurusan

    Teknik Sipil 2013)

    diharapkan MB UII telah siap secara ke-

    seluruhan untuk menghadapi kejuaraan

    Grand Prix Marching Band. (Humas MBUII).

      Kuliah KosongKalau ada jam kosong tidak ada pem-

    beritahuan sebelumnya, paling hanya di

    jejaring sosial facebook. Tapi tidak semua

    mahasiswa selalu aktif di facebook, jadi

    terkadang tidak tahu ada jam kosong

    atau penggantinya. (Diah Yekti-JurusanIlmu Kimia 2011)

    Kebersihan FasilitasPerlu Lebih Diperhatikan

    Ketika kami masuk ke bangunan, kami

    rasakan ada aroma yang menyengat.

    Kadang kami berpikir itu berasal dari got.

    Tapi kalau diperhatikan mungkin bau tak

    sedap ini dikarenakan toilet yang terle-

    tak di muka gedung K.H. Wachid Hasyimitu yang lumayan mengganggu kenya-

    manan, karena bangunan yang semesti-

    nya tercium aroma harum tiba-tiba saja

    menye-ngat sesuatu yang aneh. (Nurul

    Hamidah- Jurusan Pendidikan Agama Is-

    lam 2013)

    dok. MB UII

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    11/12

    11KOBARKOBARI EDISI 166 // XV // November 2013

  • 8/19/2019 kobarkobari-edisi-166-fe-dan-fh-bakal-pindah.pdf

    12/12

    kosong,ada ide ?

    “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

    wa sallam melaknat laki-laki yang

    menyerupai wanita dan wanita

    yang menyerupai laki-laki.”

    (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834)

    IKLAN LAYANAN MASYARAKAT INIDIPERSEMBAHKAN OLEH LPM HIMMAH UII