kleptomania

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kleptomania merupakan gangguan kebiasaan dan impuls yang tidak terkendalikan (impulse control disorder). Kleptomania diartikan sebagai bentuk gangguan impuls yang tidak dapat dikendalikan oleh individu untuk memiliki barang-barang yang dilihatnya dengan cara mencuri. Gangguan ini dilakukan secara berulang (kompulsi) dengan berbagai alasan yang tidak rasional untuk memiliki benda-benda tersebut. 1 Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh kegagalan menahan dorongan yang timbul untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang, ketika dorongan untuk mencuri itu muncul, ia akan merasa tidak nyaman, gelisah dan dorongan tersebut akan semakin kuat, setelah perilaku tersebut tersalurkan, individu tersebut akan merasakan kepuasaan. Pada saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan terhadap kebiasaan tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak dapat menghentikan kebiasaan buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu kembali, ia akan kembali mencuri. 2 Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh berbagai permasalahan dan fase masa anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu cara untuk mengembalikan masa tersebut. Secara pasti sebab-sebab kemunculan kleptomania masih dalam perdebatan, namun

Upload: rachmadina-basyarial-basyaruddin

Post on 04-Jul-2015

831 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kleptomania

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kleptomania merupakan gangguan kebiasaan dan impuls yang tidak terkendalikan

(impulse control disorder). Kleptomania diartikan sebagai bentuk gangguan impuls yang

tidak dapat dikendalikan oleh individu untuk memiliki barang-barang yang dilihatnya dengan

cara mencuri. Gangguan ini dilakukan secara berulang (kompulsi) dengan berbagai alasan

yang tidak rasional untuk memiliki benda-benda tersebut.1

Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh kegagalan menahan

dorongan yang timbul untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan

uang, ketika dorongan untuk mencuri itu muncul, ia akan merasa tidak nyaman, gelisah dan

dorongan tersebut akan semakin kuat, setelah perilaku tersebut tersalurkan, individu tersebut

akan merasakan kepuasaan. Pada saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan

terhadap kebiasaan tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak dapat menghentikan

kebiasaan buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu kembali, ia akan kembali

mencuri.2

Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh

berbagai permasalahan dan fase masa anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya,

akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu cara untuk mengembalikan masa tersebut.

Secara pasti sebab-sebab kemunculan kleptomania masih dalam perdebatan, namun

diperkirakan ketidakseimbangan zat kimia serotonin di dalam otak diduga menjadi penyebab

bentuk abnormalitas ini.1,2

Meskipun tidak ada data epidemiologi yang dilaporkan, tampaknya kleptomania lebih

banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio laki-laki-perempuan

adalah 1:3. Prevalensi kleptomania diperkirakan sekitar 0,6 persen, dimana 3,8-24 persen

ditangkap karena mencuri di toko. DSM–IV menyebutkan bahwa kleptomania muncul

kurang dari 5% dari kasus pencurian toko yang teridentifikasi.3

Sebuah studi terkini pada pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan

gangguan jiwa multipel (n=240) ditemukan bahwa 7,8% (n=16) terdapat gejala konsisten

dengan diagnosis kleptomania, dan 9,3% (n=19) mempunyai diagnosis kleptomania seumur

hidup. Dalam studi pada 102 remaja yang dirawat karena berbagai macam gangguan jiwa

ditemukan bahwa 8,8% (n=9) menderita kleptomania. Karena angka kejadian pada remaja

dan dewasa hampir sama, menunjukkan bahwa jika kleptomania tidak ditanganin maka akan

Page 2: Kleptomania

menjadi kronis. Hasil temuan ini sesuai dengan studi selanjutnya. Suatu studi dimana

diperiksa 107 pasien dengan depresi ditemukan 3,7% nya menderita klepromania. Dalam

studi pada pasien dengan ketergangtungan alkohol, dilaporkan 3,8% ditemukan gejala

kleptomania yang konsisten.4

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai definisi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis dan

penatalaksaan pasien dengan kleptomania.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami tentang definisi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis dan penatalaksaan

pasien dengan kleptomania.

2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah dalam bidang kedokteran

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu

Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Riau-Rumah Sakit Jiwa Tampan

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu

kepada beberapa literatur.

Page 3: Kleptomania

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kleptomania pertama sekali dijelaskan pada tahun 1816 oleh Andre Matthey seorang

psikiater dari Swiss, pada saat itu disebut dengan “klopemanie” yang yang dijelaskan sebagai

suatu tindakan mencuri kompulsif barang tidak berharga dan tidak dibutuhkan. Pada 1838,

Marc dan Esquirol, dalam menggambarkan sebuah kasus, membuat istilah “kleptomania”.

Esquirol melaporkan bahwa individu dengan gangguan ini sering mencoba untuk

menghindari perilaku mencuri. Pada akhir 1800an, beberapa penulis menghubungkan

kleptomania dengan intoksikasi suasana dari penemuan terbaru pusat perbelanjaan di

perkotaan. Pada abad ke 19 dan awal abad 20, diskusi tentang kleptomania menjadi

perdebatan terus menerus dalam bidang kedokteran. Psikoanalis menginterpretasikan gejala-

gejala kleptomania sebagai refleksi dari pertahanan ego bawah sadar terhadap kecemasan,

naluri yang terlarang, konflik yang tidak diselesaikan, atau dorongan seksual.2

Ciri penting dari kleptomania adalah kegagalan rekuren untuk menahan impuls untuk

mencuri benda-benda yang tidak diperlukan untuk pemakaian pribadi atau yang memiliki arti

ekonomi. Benda-benda yang diambil seringkali dibuang, dikembalikan secara rahasia, atau

disimpan bahkan disembunyikan.1,2

Seperti gangguan pengendalian impuls lainnya, kleptomania ditandai oleh ketegangan

yang memuncak sebelum tindakan, diikuti oleh pemuasan dan peredaan ketegangan dengan

atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau depresi selama tindakan. Biasanya mecuri pada

kleptomania adalah tidak direncanakan dan tidak melibatkan orang lain.1,2,3

Kebanyakan orang dengan kleptomania tidak mencuri untuk kebutuhan pribadi dan

seirngkali mempunyai uang yang cukup untuk membeli barang barang yang mereka beli.

Lebih lanjut mereka menyadari bahwa itu merupakan perilaku kriminal. Beberapa orang

dapat mengidentifikasi pemicu spesifik terhadap dorongan untuk mencuri. Sebagai tambahan,

peningkatan ketegangan dan tekanan untuk mencuri diikuti dengan kepuasan atau kelegaan

segera, mereka juga sering mengalami perasaan bersalah dan malu.5

Pada dasarnya pencurian bisa terdapat dalam episode tertentu atau lebih kronis. Selain

itu juga ada periode remisi yang lama antar episode pencurian. Banyak penderita kleptomania

membuat strategi tersendiri dalam usahanya untuk menahan diri dari perilaku tersebut.

Mereka biasanya menghindari pusat perbelanjaan, mereka hanya pergi berbelanja jika ada

Page 4: Kleptomania

yang menemani atau bahkan berhenti pergi berbelanja sama sekali. Mereka juga bisa

menjauhkan diri secara sosial sebagai usaha untuk mengurangi kesempatan dalam mencuri.5

2.2 Etiologi

Etiologi kleptomania pada dasarnya belum diketahui, beberapa penelitian psikoanalisa

menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh berbagai permasalahan dan fase masa

anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan

salah satu cara untuk mengembalikan masa tersebut.1

Walaupun etiologi kleptomania masih belum jelas namun ada beberapa hipotesis yang

menyatakan adanya disfungsi serotogenik pada korteks prefrontal ventromedial yang

mendasari kegagalan pengendalian impuls pada individu kleptomania. Pada suatu studi yang

meneliti individu kleptomania dilaporkan bahwa jumlah dari 5-HT transporter pada individu

kleptomania adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan individu yang normal.2

Faktor Psikososial

Gejala kleptomania cenderung muncul pada saat adanya stress berat, seperti

kehilangan, perpisahan, dan berakhirnya sebuah hubungan yang penting. Beberapa

psikoanalis menekankan munculnya impuls yang agresif pada kleptomania, penulis lainnya

menemukan adanya aspek dari libido.3

Penulis psikoanalisis memfokuskan pada pencurian yang dilakukan oleh anak-anak

dan remaja. Anna freud menemukan bahwa pencurian pertama dari dompet ibu

mengindikasikan semua pencurian berasal dari hubungan ibu dan anak. Karl Abraham

menulis adanya perasaan anak yang diabaikan, disakiti, dan tidak diinginkan. Sebuah teori

membuat tujuh kategori mencurian pada anak-anak yang dilakukan secara kronis, yaitu :3

1. Sebagai cara memulihkan hubungan ibu dan anak yang hilang.

2. Sebagai suatu tindakan yang agresif.

3. Sebagai suatu pertahanan melawan rasa takut dilukai.

4. Sebagai cara mencari hukuman.

5. Sebagai cara memulihkan atau menambah harga diri.

6. Berhubungan dengan dan sebagai reaksi terhadap rahasia keluarga.

7. Sebagai rangsangan dan pengganti untuk tindakan seksual.

Faktor Biologis

Penyakit pada otak dan retardasi mental telah dihubungkan dengan kleptomania,

dimana juga berhubungan dengan gangguan kontrol impuls lainnya. Tanda-tanda neurologis

fokal, atrophy cortical, dan pembesaran ventrikel lateral ditemukan pada beberapa pasien

Page 5: Kleptomania

kleptomania. Telah ditemukan juga teori mengenai gangguan pada metabolisme monoamin,

khususnya serotonin.3

Meskipun patogenesis neurobiologi bisa dibilang indikator paling valid dari gangguan

terkait, hanya ada sejumlah kecil penelitian tentang kemungkinan neurobiologi kleptomania.

Dalam sebuah penelitian pengangkutan platelet serotonin, disfungsi yang sama terlihat pada

subjek dengan kleptomania dibandingkan individu dengan gangguan obsesif-kompulsif.6

Sebuah laporan kasus menemukan bahwa kerusakan jaras orbitofrontal-subkortikal

dapat mengakibatkan kleptomania. Laporan kasus lain menemukan kleptomania berasal dari

trauma kepala dan defisit perfusi pada lobus temporal kiri. Selain itu, penelitian baru-baru ini

memeriksa mikrostruktur materi putih lobus frontal yang menemukan bahwa penderita

kleptomania integritas materi putih di daerah frontal inferiornya telah menurun signifikan dan

karena itu berakibat gangguan konektivitas pada traktus dari limbik ke daerah thalamus dan

prefrontal.6

Selain itu, respon terhadap intervensi farmakologi juga dapat menginformasikan

kepada kami tentang kemungkinan yang mendasari mekanisme biologi dari kleptomania.

Semula ada saran yang kleptomani, seperti gangguan obsesif kompulsif, mungkin

menunjukkan respon khusus terhadap serotonin reuptake inhibitor (SRIS). Data dari laporan

kasus, Namun, telah dapat disimpulkan, dengan beberapa kasus menunjukkan kleptomani

yang merespon obat serotonergik dan lain-lain tidak mendukung hipotesis.6

Alasan kekurangan kemungkinan obsesif model spektrum kompulsif seperti berkaitan

dengan kleptomani mungkin karena heterogenitas kleptomania. Mungkin hanya beberapa

orang dengan kleptomani berbagi fitur umum dengan gangguan obsesif kompulsif.

Konseptualisasi semua individu dengan kleptomani sebagai kesamaan bisa terlalu luas. Selain

itu, akan ada subtipe kleptomani yang lebih seperti gangguan obsesif kompulsif, sedangkan

subtipe kleptomani lain memiliki lebih banyak umum dengan gangguan adiksi atau suasana

hati.6

Faktor Genetik dan Keluarga

Dalam sebuah penelitian, 7% dari keluarga pasien generasi pertama mempunyai

gangguan obsesive kompulsif. Selain itu juga ditemukan adanya mood yang meningkat pada

anggota keluarga pasien kleptomania.3

Hubungan antara kleptomania dengan gangguan obsesif-kompulsif bisa juga

diperlihatkan dengan meenunujukkan bahwa gangguan obsesif-kompulsif biasanya

berhubungan dengan penderita kleptomania. Penelitian tentang riwayat keluarga kleptomania

sangat terbatas. Dua penelitian tanpa kontrol menemukan bahwa 7% sampai 25% anggota

Page 6: Kleptomania

keluarga penderita kleptomania bisa menderita gangguan obsesif kompulsif. Hanya pada

penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol, tidak ditemukan perbedaan yang berarti

pada rasio gangguan obsesif–kompulsif antara keluarga generasi pertama dari penderita

kleptomania dibandingkan kontrol.6

2.3 Gambaran Klinis

Ciri penting dari kleptomania terdiri dari dorongan atau impus yang rekuren, intrusif

dan tidak dapat ditahan untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan. Pasien

kleptomania mungkin juga mengalami depresi atau kecemasan. Pasien kleptomania tidak

selalu mempertimbangkan kemungkinan penangkapan mereka, kendatipun penahanan yang

berulang menyebabkan penderitaan dan rasa malu. Pasien kleptomania mungkin merasa

bersalah dan cemas setelah mencuri namun hal ini tidak dapat menghentikannya. Sebagian

besar pasien kleptomania mencuri dari toko, tetapi mereka juga dapat mencuri dari anggota

keluarga atau teman mereka sendiri.1,2,3,4

Individu dengan kleptomania menyebutkan bahwa barang curian biasanya dengan

nilai yang kecil dan mudah didapat. Setelah mencuri barang tersebut, penderita kemudian

akan membuang, menimbun, mengembalikan secara sembunyi-sembunyi, atau

menghadiahkannnya kepada orang lain. Penderita mungkin bisa menghindar saat tertangkap,

tetapi tantangan biasanya biasanya tidak sepenuhnya dalam jumlah. Meskipun perasaan

senang, kepuasan atau pembebasan pengalaman dialami pada waktu mencuri, penderita akan

mengalami perasaan bersalah, depresi atau penyesalan segera.6

Rata-rata onset usia perilaku mencuri adalah selama masa remaja, meskipun ada

laporan baru bahwa onset usia perilaku mencuri terjadi paling cepat saat usia 4 tahun dan

paling lambat pada usia 77 tahun. Usia yang penting untuk evaluasi adalah paling lambat

pada usia 30 tahun. Wanita biasanya memperlihatkan evaluasi pada usia yang lebih muda

daripada pria. Panjangnya masa antara onset dan waktu evaluasi memperkuat rasa bersalah,

malu dan kerahasiaan yang terlibat dalam gangguan ini.6

Mayoritas luas individu dengan kleptomania mencuri di toko. Dalam sebuah

penelitian, 68,2% individu dilaporkan bahwa nilai barang curian meningkat diatas durasi

gangguan dengan toleransi. Sebagian besar individu dengan kleptomania selalu tidak berhasil

dalam menghentikan perilakunya. Ketidakmampuan menghentikan perilakunya membawa

penderita pada perasaan malu dan rasa bersalah. Banyak penderita kleptomania (64-87%)

kadang-kadang telah mengerti akibat dari perilaku mencuri mereka, dengan presentase sedikit

(15-23%) masuk penjara.6

Page 7: Kleptomania

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, para peneliti menyarankan bahwa salah satu cara

untuk memahami gangguan kontrol impuls seperti kleptomania, merupakan bagian dari

spektrum obsesif-kompulsif. Konsep ini didasarkan pada apa yang kemudian dikenal tentang

karakteristik klinis dari gangguan, transmisi keluarga dan respons baik farmakologi dan

pengobatan intervensi psikososial. Selama 5 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis

dalam penelitian tentang kleptomania. Hasil penelitian ini adalah lebih rinci pemahaman

kleptomania dan gambaran kompleks dihubungkan dengan gangguan obsesif-kompulsif.

Selain itu, model lain untuk memahami kleptomani telah disarankan dan penelitian

menunjukkan bahwa diagnosa perilaku kleptomania mungkin jauh lebih heterogen dari

pikiran awal.6

2.4 Diagnosis

Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders, edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-TR), yaitu :3

1. Kegagalan berulang dalam menahan impuls untuk mencuri benda-benda yang

tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau untuk nilai ekonominya.

2. Meningkatnya perasaan ketegangan segera sebelum melakukan pencurian.

3. Rasa senang, puas, atau redanya rasa ketegangan pada saat bersamaan melakukan

pencurian.

4. Mencuri tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam,

dan bukan sebagai respon suatu waham atau halusinasi.

5. Mencuri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan konduksi, episode

manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan PPDGJ-III, yaitu :7

1. Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera

sesudah melakukan tindakan pencurian

2. Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak setiap

kesempatan yang ada digunakan.

3. Pencurian basanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersama-sama dengan

pembantunya.

4. Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada waktu diantara

episode pencurian tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatan

tersebut.

Page 8: Kleptomania

2.5 Diagnosis Banding

Perbedaan utama antara kleptomania dengan bentuk mencuri lainnya adalah untuk

suatu diagnosis kleptomania, mencuri harus selalu mengikuti kegagalan untuk menahan

impuls dan harus merupakan tindakan yang tersendiri, dan benda-benda yang dicuri tidak

dipergunakan dan tidak memiliki arti ekonomi. Pada mencuri tanpa gangguan jiwa biasanya

tindakan itu direncanakan dan benda yang dicuri biasanya untuk digunakan atau memiliki

nilai ekonomi.1

Episode pencurian kadang-kadang terjadi pada masa gangguan psikotik, seperti pada

episode manik akut, depresi berat dengan gejala psikotik, atau skizoprenia. Pencurian

psikotik merupakan hasil dari peningkatan atau penurunan patologis dari mood atau perintah

dari halusinasi atau delusi. Pencurian pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial

merupakan suatu yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan percaya diri, dengan beberapa

tingkat persiapan dan perencanaan, biasanya dilakukan dengan orang lain. Pencurian

antisosial biasanya melibatkan perilaku yang membahayakan atau kekerasan, khususnya

menghindari penangkapan. Rasa bersalah dan penyesalan jarang sekali muncul, atau pasien

selalu berbohong. Intoksikasi akut obat dan alkohol bisa memicu pencurian pada individu

dengan gangguan jiwa lainnya atau tanpa psikopatologi yang berat. Pasien dengan Alzheimer

atau penyakit organik demensia lainnya bisa saja meninggalkan toko tanpa membayar, yang

lebih mengarah pada kelalaian daripada pencurian.3

2.6 Penatalaksanaan

Kebanyakan pasien menolak untuk mendapatkan bantuan sampai mereka terlibat

dalam proses hukum. Tidak ada terapi yang paling efektif dalam penyembuhan gangguan ini,

walaupun demikian beberapa terapi dapat diberikan. Terapi yang dapat diberikan adalah

secara farmakologis dan psikoterapi.1,2

A. Psikofarmaka

Ada beberapa obat yang dilaporkan berhasil dan dapat digunakan pada penderita

kleptomania, yaitu :

a) Antidepressant

Karena kleptomania pada awalnya merupakan suatu bentuk gangguan obsesif

kompulsif, pendekatan farmakologis pertama adalah penggunaan Selective Serotonin

Reuptake inhibitors (SSRIs). Beberapa laporan kasus menunjukkan SSRIs mempunyai

beberapa kamanjuran dalam pengobatan kleptomania.6

Page 9: Kleptomania

Fluoxentine, fluvotamine, dan proxetine telah digunakan sebagai monoterapi dalam

pengobatan kleptomania. Pemilihan penggunaan SSRIs pada pengobatan kleptomania karena

diyakini bahwa pada penderita kleptomania terjadi disfungsi serotogenik. Respon

penggunaan SSRIs pada pasien kleptomania berupa penurunan keinginan mencuri, perilaku

mencuri, dan peningkatan fungsi social serta fungsi pekerjaan.6

Beberapa SSRIs telah dilaporkan keberhasilannya pada beberapa kasus : fluoxentine

pada 2 dari 10 pasien, dengan remisi 3 dan 11 bulan (McElroy et al. 1991) dan pada 4 pasien

mengalami remisi 7, 12, 18, dan 20 bulan (Lepkifker et al. 1999); fluvotamine, dengan remisi

selama 9 bulan (Chong and Low 1996); dan paroxetine, dengan remisi selama 3 bulan

(Krause 1999; Lepkifker et al. 1999).2

b) Mood stabilizers

Obat ini memberikan ketenangan bila terjadi perubahan mood berupa dorongan

dorongan kuat untuk mencuri timbul secara mendadak.

c) Naltrexone

Merupakan opioid antagonis competitif kerja lama, khususnya pada reseptor mu, dan

juga reseptor kappa dan lamba. Pasien yang mendapatkan naltrexone sering melaporkan

berkurangnya keinginan yang mendesak untuk mencuri. Keinginan mencuri yang mendesak

tidak mungkin hilang tetapi berkurang sehingga pasien dapat menolak/menekan keinginan

tersebut dengan lebih mudah. Naltrexone digunakan dalam studi pengobatan pertama

kleptomani dan menunjukkan penurunan yang signifikan dalam intensitas dorongan untuk

mencuri dan perilaku mencuri.2,6

Dannon et al melaporkan dua pasien kleptomania yang memberi respon terhadap

naltrexone. Pasien merupakan pasien yang tidak dirawat inap, satu pasien diberikan

50mg/hari, yang lainnya 100mg/hari. Dalam satu sampai tiga minggu, kedua pasien ini

melaporkan adanya pengurangan gejala kleptomania, khususnya pengurangan dorongan

untuk mencuri. Laporan kasus lainnya pada remaja dengan kleptomania menunjukkan bahwa

naltrexone 50mg/hari efektif untuk mengurangi dorongan untuk mencuri. Dosis rata-rata

untuk naltrexone yang efektif adalah 148mg/hari.6

B. Psikoterapi

Terapi yang digunakan dalam penyembuhan kleptomania adalah Cognitive-

Behavioral Therapy (CBT). Pada CBT individu diharapkan dapat mengindentifikasi perilaku

yang salah, pikiran negatif dan mengubah pikiran dan perilaku tersebut secara lebih sehat.

Pada Cognitive-Behavioral Therapy diberikan beberapa perlakuan seperti covert

Page 10: Kleptomania

sensitization, dimana individu diminta untuk membangkitkan hal-hal yang tidak

mengenakkan saat akan mencuri misalnya pasien di intruksikan untuk membayangkan jika

diri nya mencuri dan membayangkan efek negatifnya seperti tertangkap atau perasaan mual

dan sesak nafas. Aversion therapy merupakan sesi dimana individu berusaha mengatur

pernafasan secara tepat, menahan nafas untuk beberapa saat ketika rasa tidak nyaman muncul

yang akan melawan dorongan-dorongan untuk mencuri tersebut untuk kembali muncul.

Systematic desensitization, membantu pasien untuk mencapai keadaan relaksasi melalui

relaksasi otot dan memerintahkan pasien untuk membayangkan tindakan selain episode

mencuri, juga menyarankan bahwa pasien lebih baik mengontrol dorongan untuk mencuri

dengan mengontrol kecemasan.7

Penatalaksanaan yang mengkombinasikan CBT dengan obat telah menunjukkan

keuntungan pada pasien dalam suatu laporan kasus. Seorang pasien pria 43 tahun dengan

cedera tumpul pada regio fronto temporal kepala yang menyebabkan timbulnya gejala mirip

kleptomania diterapi dengan citalopram dan CBT dan dilaporkan adanya pengurangan dari

seluruh gejala kleptomania. Seorang pasien wanita 77 tahun dengan onset kleptomania yang

lambat (usia 73 tahun) dilaporkan berhentinya semua pencurian yang dilakukan setelah terapi

dengan pemberian kombinasi CBT, sertraline 50mg/hari, terapi menasehati diri sendiri, dan

membuat larangan sendiri dalam berbelanja.7

2.8 Prognosis

Kleptomania dapat mulai muncul pada masa anak-anak, walaupun kebanyakan anak-

anak dan remaja yang mencuri tidak akan menjadi kleptomania pada saat dewasa. Onset

gangguan ini sering muncul pada masa remaja akhir. Wanita lebih sering mencari

pertolongan psikiatri daripada pria. Pria lebih sering dimasukkan ke penjara. Pria cenderung

memeperlihatkan gangguan ini pada usia 50 tahun dan wanita usia 35 tahun.3

Perjalanan penyakit ini bisa bertambah dan berkurang tapi cenderung menjadi kronis.

Angka kesembuhan spontan tidak diketahui. Pada pasien dengan penyakit yang serius

biasanya sering tertangkap dan ditahan. Kebanyakan pasien biasanya secara sadar

mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku mereka. Prgonosis dengan pengobatan bisa

baik, tapi sedikit pasien yang datang secara sadar untuk mencari pertolongan.3

Page 11: Kleptomania

BAB III

KESIMPULAN

1. Ciri penting dari kleptomania terdiri dari dorongan atau impus yang rekuren, intrusif

dan tidak dapat ditahan untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan.

2. Pasien kleptomania mungkin merasa bersalah dan cemas setelah mencuri namun hal

ini tidak dapat menghentikannya.

3. Diagnosis kleptomania ditegakkan berdasarkan PPDGJ-III atau DSM IV.

4. Pencurian pada kleptomania harus dibedakan dengan pencurian lain seperti pencurian

pada gangguan psikotik, gangguan kepribadian antisosial, atau pada pasien

Alzheimer.

5. Kebanyakan pasien menolak untuk mendapatkan bantuan sampai mereka terlibat

dalam proses hukum. Psikofarmaka yang dapat digunakan adalah antidepresan SSRIs,

mood stabilizer, dan naltrexone, sedangkan psikoterapi yang digunakan adalah

Cognitive-Behavioral Therapy (CBT).