klasifikasi uveitis anteriorlohk

Upload: agung-surya-kencana

Post on 29-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jk,

TRANSCRIPT

KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIORBerdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa dan non granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli anterior.Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa

Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan uveitis anterior akut, yaitu:1. Traumatic Anterior UveitisTrauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat truma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity dan tekanan intraocular mungkin terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat darah pada anterior chamber. 92.Idiopathic Anterior UveitisIstilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak diketahui apakah merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakan sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan.93.HLA-B27 Associated UveitisHLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme pencetus untuk Uveitis Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan ankylosing spondylitis, sindrom Reiter, Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis Anterior yang berulang. 94.Behcets Diseases/syndromeSebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau jepang. Terdapat trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada mulut dan genital. Penyakit behcet yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah sangat langka. 95.Lens Associated Anterior UveitisAda beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamber dan penyebab yang disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic andhopthalmitis dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).96.Masquerade syndromeMerupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia, retinoblastoma, dan malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis Anterior.9Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis Uveitis Anterior kronik adalah :1. Juvenile Rheumatoid ArthritisAnterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian. Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior. 92. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior UveitisPenyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.93. Fuchs Heterochromatic IridocyclitisMerupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis Anterior.9

Uveitis non-granulomatosa. Umumnya tidak ditemukan organisme patogen dan berespon baik terhadap terapi kortikosteroid, sehingga jenis ini diduga merupakan semacam fenomena hipersensitivitas.1,2 Uveitis non-granulomatosa ini terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yakni iris dan badan siliar.1,2 Menurut patologinya, ditemukan reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah banyak dan sedikit sel mononuklear.1,2 Pada kasus berat dapat sampai ditemukan bekuan fibrin besar atau hipopion di dalam kamera okuli anterior.1,2 Penyebab uveitis non-granulomatosa akut yakni trauma, diare kronis, penyakit Reiter, herpes simpleks, Sindroma Bechet, Sindroma Posner Schlosman, pascabedah, adenovirus, parotitis, influenza, dan chlamydia.3 Sedangkan penyebab uveitis non-granulomatosa kronis ialah artritis reumatoid dan iridosiklitis heterokromik Fuchs.3 Gejala dan tanda berupa onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, reaksi vaskular lebih hebat dari reaksi seluler sehingga injeksinya hebat (banyak pembuluh darah), fotofobia, penglihatan kabur, badan kaca tak banyak kekeruhan.1,2 Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil tidak teratur. Terapinya diberikan analgetika sistemik secukupnya untuk rasa sakit dan kaca mata gelap untuk fotofobia.1,2 Pupil harus tetap dilebarkan dengan atropin, yaitu mula-mula diberikan setiap 2 jam satu tetes, sampai pupil lebar dan tetap lebar, kemudian cukup 3 kali sehari. Pemberian sulfas atropin ini dapat menyebabkan glaukoma sehingga perlu pengukuran tekanan intraokuler secara teratur. Pada anak-anak sebaiknya diberikan dalam bentuk salep karena obat tetes akan cepat keluar saat anak menangis. Jika sudah reda, dapat diberikan cyclopentolate untuk mencegah spasme dan terbentuknya sinekia posterior. Tetes steroid lokal biasanya cukup efektif untuk kerja anti radangnya, secara; tetes mata : siang hari diberikan setiap jam satu tetes, salep mata : diberikan pada pagi dan malam hari, suntikan subkonjungtival : 2 kali seminggu 0,3-0,5 cc , sejauh mungkin dari forniks (arah pukul 12) untuk menghindarkan gangguan kosmetik. Pada kasus berat dapat diberikan steroid sistemik, yaitu : diberikan 6-8 tablet sekaligus pada pagi hari, sebaiknya sebelum pukul 8, dimana kadar streoid dalam darah paling rendah. Perjalanan penyakit dan prognosisnya, dengan pengobatan, serangan uveitis non-granulomatosa umumnya berlangsung beberapa hari sampai minggu.1 Sering kambuh.Uveitis granulomatosa. Umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab, misalnya Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii. Meskipun demikian, patogen ini jarang ditemukan sehingga diagnosis etiologik jarang ditegakkan. Dapat mengenai sembarang bagian traktus uvealis namun paling sering pada uvea posterior, yakni koroidea. Secara histologis, ditemukan kelompok nodular sel-sel epitelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang tersebut sebagian besar terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Untuk menegakkan diagnosis etiologi sering kali harus menggunakan pemeriksaan laboratoris atau histologis. Penyebabnya ialah sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, histoplasmosis, dan toksoplasmosis. Gejala dan tanda biasanya onset tidak kentara. Penglihatan berangsur kabur dan mata merah secara difus di daerah sirkumkornea, reaksi seluler lebih hebat dari reaksi vaskular. Sakitnya minimal dan fotofobia tidak seberat pada non-granulomatosa. Pupil sering mengecil dan terdapat kekeruhan pada badan kaca.Tampak kemerahan (flare) dan sel-sel di kamera okuli anterior, dan nodul-nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih di tepian iris, disebut juga nodul Koeppe. 1,2

Terapinya diberikan regimen sesuai organisme penyebab.1,2 Jika segmen anterior terkena, pelebaran pupil harus dilakukan dengan pemberian sulfas atropin.Perjalanan penyakit dan prognosis uveitis granulomatosa berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan nyata walau dengan pengobatan terbaik.1,2