kista ovary
DESCRIPTION
kista ovaryTRANSCRIPT
1. Definisi
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dannon neoplastik.
(Wiknjosastro, 2005)
Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,sehingga mempunyai
dampak kewanitaan dalam pengatur prosesmenstruasi. Ovarium terletak antara rahim dan
dinding panggul, dandigantung ke rahim oleh ligamentum ovari propium dan ke dindingpanggul
oleh ligamentum infudibulo-pelvikum.Fungsinya sebagai tempatfolikel, menghasilkan dan
mensekresi estrogen dan progesteron. Fungsiovarium dapat terganggu oleh penyakit akut dan
kronis. Salah satupenyakit yang dapat terjadi adalah kista ovarium. (Tambayong, 2002)
Ovarektomi adalah tindakan operatif untuk dilakukanpengangkatan ovarium.
(Wiknjosastro, 2005)
Jadi, dapat disimpulkan ovarektomi dextra atas indikasi kistaovarium adalah suatu keadaan
dimana pasien dilakukan operasipengangkatan ovarium bagian kanan karena adanya neoplasma
jinak
2. Epidemiologi
K i s t a o v a r i u m f u n g s i o n a l d i t e m u k a n p a d a s e t i a p u s i a d a n
t e r b a n y a k d i temukan pada w an i ta da lam masa reproduks i dan ja rang pada
w an i ta yang telah menopause
Di Amerika Serikat kista ovarium ditemukan pada hampir seluruh wanita
p r e m e n o p a u s e d e n g a n s o n o g r a m t r a n s v a g i n a l d a n p a d a
1 4 , 8 % w a n i t a postmenopause. Sebagian besar kista ini jinak.
Kista teratoma atau dermoid ditemukam pada lebih dari 10% dari seluruhneop lasma
ovar ium. I ns idens kars inoma ovar ium d iperk i rakan 15 kasus per 100.000
wanita per tahun.
Set iap tahun di Amerika Ser ikat , kars inoma ovarium didiagnosa
pada22.000 wanita, dan menimbulkan kematian pada 16.000 wanita.
T u m o r o v a r i u m y a n g c e n d e r u n g g a n a s s e b a g i a n b e s a r a d a l a h
k i s t a a d e n o k a r s i n o m a e p i t e l o v a r i u m , p a l i n g s e r i n g m e n g e n a i
w a n i t a E r o p a d a n Amerika Utara, sedangkan wanita dar i Asia dan Afr ika
lebih jarang. 20%-nya adalah tumor malignan potensi rendah, tumor sel garminosa pada
kurang dari5% dan kurang lebih 2% tumor sel granulosa
3. Klasifikasi
Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya, kista
terbagi dua, yaitu nonneoplastikdanneoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya
akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus
dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya:
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul
perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi
ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan
atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika
multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan
umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermalberdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini
seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti
rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi
sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran
klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding
kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.
Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastik terdiri dari:
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkanmembesar menjadi kista. Bisa
didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 – 1,5 cm.Kista folikel ini
bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa
lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada
lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab
itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat
mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang.
Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista
folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans.
Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteumpersistens), perdarahan
yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna
merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteumyang berasal dari
sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti
oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian
bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di
dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi,
gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista
korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas
dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan
ovarium.
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut,
ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar
ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasisel-sel teka. Sel-sel granulosa
dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia.
Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada
permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan
besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada
pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah
permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan
isinya cairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim
yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini
sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.
Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya
bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga
kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut
melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini
sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan
tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut
kanker jinak.
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul
ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom SteinLeventhal dan kiranya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap
gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia
endometrii sering ditemukan.
4. Patofisiologi
(terlampir)
5. Etiologi dan factor resiko
Faktor risiko pembentukan kista ovarium meliputi :
1. Pengobatan infertilitas: Pasien dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat
mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium.
2. Tamoxifen : Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan ini.
3. Kehamilan: Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua, ketika
kadar hCG puncak.
4. Hypothyroidism : Karena kesamaan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone (TSH)
dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang ovarium dan kista pertumbuhan.
5. Gonadotropin ibu: Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan perkembangan
janin dan neonatal kista ovarium.
6. Rokok: Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, resiko dari merokok
mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun (BMI).
7. Ligasi tuba: Kista fungsional telah dikaitkan dengan sterilisasi tubal ligation
Menurut Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005 faktor resiko Krista ovarium meliputi:
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya :
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alkohol
Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
Sering stress
Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen ,polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker
6. manifestasi klinis
Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista
yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan
pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis
kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang
serius. Gejala-gejalanya antara lain:perut terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada
dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap
atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual,
ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista
dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri
tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera
(Moore, 2001)
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memilikigejala. Namun kadang – kadang
kista dapat menyebabkan beberapamasalah seperti :
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama hubungan seksual
3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuhlainnya sudah terkena.
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasiatau diare, obstruksi
usus dan asietas.
Kista ovarium biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak sengaja terdeteksi melalui USG saat
pemeriksaan rutin kandungan. Namun, beberapa orang dapat mengalami gejala ini:
kram perut bawah atau nyeri panggul yang timbul tenggelam dan tiba-tiba menusuk
siklus haid tidak teratur
perut bawah sering terasa penuh atau tertekan
Nyeri haid yang luar biasa, bahkan terasa hingga ke pinggang belakang
Nyeri panggul setelah olahraga intensif atau senggama
Sakit atau tekanan yang menyertai saat berkemih atau BAB
Mual dan muntah
Rasa nyeri atau keluarnya flek darah dari vagina (Faisal Yatim, 2005)
7. pemeriksaan diagnostic
Laboratorium
T i d a k a d a t e s l a b o r a t o r i u m d i a g n o s t i k u n t u k k i s t a
o v a r i u m . C a n c e r antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovariumnormal dan karsinoma ovarium.
L e v e l s e r u m k u r a n g d a r i 3 5 U / m l a d a l a h k a d a r C A 1 2 5
d i t e m u k a n meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang
CA125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
Ultasonografi
mentukan le tak dan batas tumor k i s t i k a tau so l id , ca i ran da lam
rongga perut yang bebas dan tidak.
USG ada lah a la t d iagnost ik imag ing yang utama untuk k i s ta
ovar ium. K i s t a s i m p l e k s b e n t u k n y a u n i l o k u l a r , d i n d i n g n y a t i p i s ,
s a t u c a v i t a s y a n g d ida lamnya t idak terdapat in terna l echo . B iasanya jen i s
k i s ta seper t i in i t idakg a n a s , d a n m e r u p a k a n k i s t a
f u n g s i o a l , k i s t a l u t e a l a t a u m u n g k l n
j u g a kistadenoma serosa atau kista inklusi. Kista kompleks multilokular,
dindingnyam e n e b a l t e r d a p a t p a p u l k e d a l a m l u m e n . K i s t a s e p e r t i
i n i b i a s a n y a m a l i g n a a t a u m u n g k i n j u g a k i s t a n e o p l a s m a
b e n i g n a . U S G s u l i t m e m b e d a k a n k i s t a ovar ium dengan h idrosa l f ing ,
paraovar ian dan k i s ta tuba . USG endovag ina l d a p a t m e m b e r i k a n
p e m e r i k s a a n m o r f o l o g i y a n g j e l a s d a r i s t ruktur
pe lv i s . P e m e r i k s a a n a i n i t i d a k m e m e r l u k a n k a n d u n g
k e m i h y a n g p e n u h . U S G transabdomina l leb ih ba ik dar i endovag ina l
untuk mengeva luas i massa yang b e s a r d a n o r g a n
i n t r a b d o m e n l a i n , s e p e r t i g i n j a l , h a t i d a n
a s c i t e s . I n i memerlukan kandung kemih yang penuh
MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapatmember ikan
gambaran massa g ineko log ik yang leb ih ba ik . M R I in i b iasanya tidak diperlukan
CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurangbaik bila dibanding
dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untukmengidentifikasiorgan intraabdomen dan
retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.
Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila teijadi kehamilan.
Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebabasites. Perlu diingatkan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemaricavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk (Wiknjosastro, 2005).
8. Penatalaksanaan
Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga.
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan
manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada
abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi
seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005)