kista-endometriosis.doc

46

Upload: hanny-vie-nona

Post on 26-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

obgyn

TRANSCRIPT

Page 1: Kista-Endometriosis.doc
Page 2: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

BAB I

PENDAHULUAN

Endometriosis merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang

cukup penting. Penyakit ini merupakan kelainan organ reproduksi wanita yang sering di

alami wanita di usia reproduksi. Penyakit ini dapat menyebabkan keluhan nyeri haid, nyeri

saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas. Endometriosis terjadi pada 3 – 10%

pada wanita usia reproduksi (15 – 44 tahun) dan mengenai 40-60% wanita dengan

dismenorhea dan 25-35% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari

wanita yang menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang

menjadi endometriosis. Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%.

Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-

40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat

pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar

30%.1,2

Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung atau flek-

flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna

bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan endometriosis dapat tumbuh di

permukaan rongga pelvis, peritoneum, dan organ-organ di rongga pelvis, yang kesemuanya

dapat berkembang membentuk nodul-nodul. Endometriosis bisa tumbuh di permukaan

ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang

disebut sebagai kista endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena

terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran

kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat

mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat

jaringan parut yang ditimbulkannya.3

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 1

RSUD ACEH TAMIANG

Page 3: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif tidak

memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum

terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat dievaluasi saat

ini dengan mempergunakan laparoskopi.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 2

RSUD ACEH TAMIANG

Page 4: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih

berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma,

terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus.3 Bila jaringan endometrium terdapat di

dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis.

Penyakit ini berkembang dari lesi yang kecil dan sedikit pada organ pelvis yang normal

kemudian menjadi massa keras infiltrat dan kista endometriosis ovarium (endometrioma).

Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan endometrium.

Ukuran kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista mengalami ruptur, isi dari kista

akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.3 Menurut urutan yang tersering endometrium

ditemukan di tempat-tempat sebagai berikut : ovarium; peritoneum dan ligamentum

sakrouterina, kavum dauglasi, dinding belakang uterus, tuba falopii, plika vesikouterina,

ligamentum rotundum dan sigmoid; septum rektovaginal; kanalis inguinalis; apendiks;

umbilicus; serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum; parut laparotomi,

kelenjar limfe dan walaupun jarang dapat ditemukan di lengan, paha, pleura dan

perikardium. 3

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 3

RSUD ACEH TAMIANG

Page 5: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

2.2 Epidemiologi

Endometriosis diperkirakan terjadi sebanyak 3 – 10% pada wanita usia reproduktif

(15 -44 tahun), 25-35% pada wanita subfertil, 10% pada operasi histerektomi, 16-31% pada

laparoskopi, dan 53% terjadi pada wanita dengan nyeri pelvis berat yang memerlukan

evaluasi pembedahan.5

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 4

RSUD ACEH TAMIANG

Page 6: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

2.3 Etiologi

Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut:

1. Teori retrograde menstruasi

Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori implantasi

jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori ini didasari atas 3 asumsi:

1. Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii

2. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga peritoneum

3. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel ke peritoneum

dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.5,6

Teori diatas berdasarkan penemuan:

1. Penelitian terkini dengan memakai laparoskopi saat pasien sedang haid, ditemukan

darah haid berbalik dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita dengan tuba falopii

paten.

2. Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik tersebut diambil dari cairan peritoneum

dan dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan dapat melekat serta menembus

permukaan mesotelial dari peritoneum.

3. Endometriosis lebih sering timbul pada wanita dengan sumbatan kelainan mulerian

daripada perempuan dengan malformasi yang tidak menyumbat saluran keluar dari

darah haid.

4. Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan permulaan menars, siklus haid

yang pendek atau menoragia.5,6

2. Teori metaplasia soelomik

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 5

RSUD ACEH TAMIANG

Page 7: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini menyatakan

bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial

yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan

metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan

rangsangan induksi lainnya. Teori ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan

pada laki-laki, sebelum pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah

menstruasi, serta yang terdapat di tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga

toraks, saluran kencing dan saluran pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor

lain juga berperan seperti transpor vaskular dan limfatik dari sel endometrium.5,6

3. Teori transplantasi langsung

Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-hati

seperti saat seksio sesaria, operasi bedah lain, atau perbaikan episiotomi, dapat

mengakibatkan timbulnya jaringan endometriosis pada bekas parut operasi dan pada

perineum bekas perbaikan episiotomi tersebut.4

4. Teori genetik dan imun

Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua wanita yang mengalami

haid menderita endometriosis, kenapa pada wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain

tidak, dan juga tidak dapat menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang

genetik dan fungsi imun wanita dengan endometriosis dan lingkungannya dapat menjawab

pertanyaan diatas.5,6

Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu dan anak

dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik.

Matriks metaloproteinase (MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks

ekstraseluler dan membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium

baru yang dirangsang oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada awal siklus haid dan

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 6

RSUD ACEH TAMIANG

Page 8: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

biasanya ditekan oleh progesteron selama fase sekresi. Tampilan abnormal dari MMP

dikaitkan dengan penyakit-penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita

endometriosis, MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa resisten (kebal) terhadap

penekanan progesteron. Tampilan MMP yang menetap didalam sel-sel endometrium yang

terkelupas dapat mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap endometrium yang berbalik

arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum dan selanjutnya terjadi

proliferasi sel.5,6

Pada penderita endometriosis terdapat gangguan respon imun yang menyebabkan

pembuangan debris pada darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag merupakan

bahan kunci untuk respon imun alami, bagian sistem imun yang tidak antigen-spesifik dan

tidak mencakup memori imunologik. Makrofag mempertahankan tuan rumah melalui

pengenalan, fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme yang jahat dan juga bertindak

sebagai pemakan, membantu untuk membersihkan sel apoptosis dan sel-sel debris.

Makrofag mensekresi berbagai macam sitokin, faktor pertumbuhan, enzim dan

prostaglandin dan membantu fungsi-fungsi faktor diatas disamping merangsang

pertumbuhan dan proliferasi tipe sel yang lain. Makrofag terdapat dalam cairan peritoneum

normal dan jumlah serta aktifitasnya meningkat pada wanita dengan endometriosis. Pada

penderita endometriosis, makrofag yang terdapat di peritoneum dan monosit yang beredar

teraktivasi sehingga penyakitnya berkembang melalui sekresi faktor pertumbuhan dan

sitokin yang merangsang proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi

pemakannya. Natural killer juga merupakan komponen lain yang penting dalam proses

terjadinya endometriosis, aktifitas sitotoksik menurun dan lebih jelas terlihat pada wanita

dengan stadium endometriosis yang lanjut.5,6

5. Faktor endokrin

Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada estrogen (estrogen-

dependent disorder). Penyimpangan sintesa dan metabolisme estrogen telah diimplikasikan

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 7

RSUD ACEH TAMIANG

Page 9: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

daam patogenesa endometriosis. Aromatase, suatu enzim yang merubah androgen,

androstenedion dan testosteron menjadi estron dan estradiol. Aromatase ini ditemukan

dalam banyak sel manusia seperti sel granulosa ovarium, sinsisiotrofoblas di plasenta, sel

lemak dan fibroblas kulit.5,6

Kista endometriosis dan susukan endometriosis diluar ovarium menampilkan kadar

aromatase yang tinggi sehingga dihasilkan estrogen yang tinggi pula. Dengan kata lain,

wanita dengan endometriosis mempunyai kelainan genetik dan membantu perkembangan

produksi estrogen endometrium lokal. Disamping itu, estrogen juga dapat merangsang

aktifitas siklooksigenase tipe-2 lokal (COX-2) yang membuat prostaglandin (PG)E2, suatu

perangsang poten terhadap aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis,

sehingga produksi estrogen berlangsung terus secara lokal. 5,6

Gambar 2. Sintesis estrogen pada susukan endometriosis

Estron dan estradiol saling dirubah oleh kerja 17β-hidroksisteroid dehidrogenase

(17βHSD), yang terdiri dari 2 tipe: tipe-1 merubah estron menjadi estradiol (bentuk estrogen

yang lebih poten) dan tipe-2 merubah estradiol menjadi estron. Dalam endometrium eutopik

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 8

RSUD ACEH TAMIANG

Page 10: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

normal, progesteron merangsang aktifitas tipe-2 dalam kelenjar epitelium, enzim tipe-2 ini

sangat banyak ditemukan pada kelenjar endometrium fase sekresi. Dalam jaringan

endometriotik, tipe-1 ditemukan secara normal, tetapi tipe-2 secara bersamaan tidak

ditemukan. Progesteron tidak merangsang aktiftas tipe-2 dalam susukan endometriotik

karena tampilan reseptor progesteron juga abnormal. Reseptor progesteron terdiri dari 2 tipe:

PR-A dan PR-B, keduanya ini ditemukan pada endometrium eutopik normal, sedangkan

pada jaringan endometriotik hanya PR-A saja yang ditemukan.5,6

2.4 Klasifikasi

Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan endometriosis

dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah sistem American Fertility

Society (AFS) yang telah direvisi (Tabel 1). Klasifikasi ini menjelaskan tentang lokasi dan

kedalaman penyakit berikut jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor.

Berikut adalah skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:6

- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)

- Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)

- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)

- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)

Martin pada tahun 2006 mengusulkan sistem kalsifikasi stadium untuk mengetahui

tingkat kepercayaan dari tindakan laparaskopi diagnostik terhadap endometriosis. Tingkat

kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan:6

Tingkat 1: Mungkin endometriosis – Vesikel peritoneal, polip merah, polip kuning,

hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi

Tingkat 2: Diduga endometriosis – Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan coklat.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 9

RSUD ACEH TAMIANG

Page 11: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Tingkat 3: Pasti endometriosis – Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar belakang

jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan area mottle merah dan gelap dengan

latar belakang putih.

Tingkat 4: Endometriosis – Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan pertama.

2.5 Histo dan Patogenesis

Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak dianut adalah teori dari

Sampson. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali

(regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah

haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup

ini kemudian `dapat mengadakan implantasi di pelvis. Teori lain dikemukakan oleh Robert

Meyer bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom

yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan

metaplasia dari sel-sel epitel itu sehingga terbentuk jaringan endometrium.3

Teori hormonal bermula dari kenyataan bahwa kehamilan dapat menyembuhkan

endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.

Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH dan E2. Pendapat yang sudah lama

dianut ini mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar

estrogen dalam tubuh. Pendapat ini mulai diragukan karena pada tahun 1989 Baziad dan

Jacoeb menemukan kadar E2 yang cukup tinggi pada kasus-kasus endometriosis. Jacoeb

pada tahun 1990 pun menemukan kadar E2 serum pada setiap kelompok derajat

endometriosis hampir semuanya tinggi. Keadaan ini juga tidak bergantung pada beratnya

derajat endometriosis. Kalau memang dianggap perkembangan endometriosis bergantung

pada kadar estrogen dalam tubuh, seharusnya terdapat hubungan bermakna antara beratnya

derajat endometriosis dengan kadar E2 di lain pihak, apabila kadar E2 dalam tubuh maka

senyawa ini akan diubah kembali menjadi androgen melalui proses aromatisasi. Akibatnya,

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 10

RSUD ACEH TAMIANG

Page 12: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

kadar testosterone pun akan meninggi. Tetapi kenyataannya pada penelitian ini, kadar T

tidak berubah secara bermakna menurut beratnya penyakit. 6

Sedangkan teori terakhir, endometriosis dikaitkan dengan aktivitas imun. Teori

imunologis menerangkan bahwa secara embriologis, sel epitel yang membungkus

peritoneum parietal dan permukaan ovarium memiliki asal yang sama, oleh karena itu sel-sel

endometriosis akan sejenis dengan mesotel. Telah diketahui bahwa CA-125 merupakan

suatu antigen permukaan sel yang semula diduga khas untuk ovarium. Karena endometriosis

merupakan proses proliferasi sel yang bersifat destruktif, maka lesi ini tentu akan

meningkatkan kadar CA-125. Banyak yang berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu

penyakit autoimun karena memiliki kriteria yang cenderung lebih banyak pada wanita,

bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan dan menunjukkan

aktivitas sel B-poliklonal.6

2.6 Patologi

Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat

ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil

sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit

karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan

ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat

mengalir dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista

dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.3

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis yakni

kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit,

pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel

radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan

endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 11

RSUD ACEH TAMIANG

Page 13: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian

besar sarang endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan

sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.3

Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila

kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi sarang

endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis

dengan hormon untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu

(pseudopregnancy).3

2.7 Faktor Resiko

Faktor resiko termasuk usia, peningkatan jumlah lemak tubuh perifer, dan gangguan

haid (polimenore, menoragi, dan berkurangnya paritas), kebiasaan merokok, olah raga, dan

penggunaan kontrasepsi oral dapat berifat protektif. Belum ada bukti yang menunjukkan

bahwa mengendalikan faktor resiko dapat mencegah munculnya endometriosis. Faktor

genetik berperan 6- 9 kali lebih banyak dengan riwayat keluarga terdekat menderita

endometriosis. 2,7

2.8 Gejala Klinis

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:3

Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid

(dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui tetapi mungkin ada hubungannya

dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum

dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 12

RSUD ACEH TAMIANG

Page 14: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

sudah luas sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat.

Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare. Dismenore primer terjadi

selama tahun-tahun awal mestruasi, dan semakin meningkat dengan usia saat

melahirkan anak, dan biasanya hal ini tidak berhubungan dengan endometriosis.

Dismenore sekunder terjadi lebih lambat dan akan semakin meningkat dengan

pertambahan usia. Hal ini bisa menjadi tanda peringatan akan terjadinya endometriosis,

walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.

Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya

endometriosis di kavum Douglasi.

Nyeri waktu defekasi, terjadi karena adanya endometriosis pada dinding rekstosigmoid.

Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.

Poli dan hipermenorea, dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium

sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.

Infertilitas, hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena fibrosis dan

perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita dengan endometriosis

menderita infertilitas.

2.9 Diagnosis

Tidak ada pemeiksaan yang sederhana untuk mendiagnosis endometriosis. Dalam

kenyataannya, satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti endometriosis adalah dengan

melakukan laparoskopi dan melakukan biopsi jaringan. Pemeriksaan ini merupakan standar

emas dalam mendiagnosis endometriosis. Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya

gejala nyeri di daerah pelvis dan adanya penemuan-penemuan yang bermakna selama

pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu jari

lagi di dalam rectum) akan teraba nodul (jaringan endometrium) di belakang uterus dan di

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 13

RSUD ACEH TAMIANG

Page 15: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

sepanjang ligamentum yang menyerang dinding pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak

teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.

2.10 Penatalaksanaan

Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan. Pengobatan

endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan/atau memperbaiki fertilitas.

Endometriosis dan subfertilitas

o Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan transportasi

ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan subfertilitas.

Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam menyebabkan

subfertilitas dengan cara berinterferensi dengan motilitas tuba, follikulogenesis,

dan fungsi korpus luteum. Aromatase dipercaya dapat meningkatkan kadar

prostaglandin E melalui peningkatan ekspresi COX-2. Endometriosis juga dapat

menyebabkan subfertilitas melalui peningkatan jumlah sperma yang terikat ke

epitel ampulla sehingga mempengaruhi interaksi sperm-endosalpingeal.

o Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang tidak

terbukti meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang sampai berat

harus dioperasi.

o Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi intrauterin,

superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian case-contol, rata-rata

kehamilan dengan injeksi sperma intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh

kehadiran endometriosis. Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan peningkatan

kejadian kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi endometriosis

tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Terapi interval

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 14

RSUD ACEH TAMIANG

Page 16: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

o Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan pemberian

profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi berkesinambungan, analog GnRH,

medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang

asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen.

o Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga dapat

meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.

Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada

penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat

mengurangi angka kejadian abortus.

Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan analog

GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan

durasinya.

o Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan

memperpanjang efek progestin.

o Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium.

Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.

Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama

The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam

mengurangi nyeri akibat endometriosis.

o Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek

dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala

nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 15

RSUD ACEH TAMIANG

Page 17: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone (FSH)

and luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus luteum.

Tabel berikut di bawah ini adalah ringkasan manajemen terapi endometriosis:

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 16

RSUD ACEH TAMIANG

Page 18: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Terapi Bedah

Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi

reproduksi berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi dikurangi

tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium diangkat secara

keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah

hal-hal yang menajdi pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.5

Pembedahan konservatif

o Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan perlengketan

perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala nyeri dan

mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah metode pilihan

untuk mengobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan

dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah

19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser efektif

dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista endometriosis dapat diterapi

dengan drainase atau kistektomi. Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan

nyeri lebih baik daripada tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH

mengurangi ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala

nyeri.

o Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka kehamilan

pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis.

o Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral. Bundel

saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III, dan bagian

distalnya diligasi.

o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk mengurangi

gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 17

RSUD ACEH TAMIANG

Page 19: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

o Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal adjuvant

postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada berefek pada

fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan medroksiprogesteron berguna untuk hal

ini.

Pembedahan semikonservatif

o Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak dengan

lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan merasa

terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang dimaksud adalah

histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis pelvis. Kista

endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang

berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan

histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali

lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan wanita yang

dilakukan histerektomi dan ooforektomi.

o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga memiliki

efek dalam mereduksi gejala.

Pembedahan radikal

o Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari

endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan

mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam

rongga pelvis.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 18

RSUD ACEH TAMIANG

Page 20: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

o Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian yang

mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan

reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.

Gambar 4. Algoritma Penatalaksanaan Endometriosis

2.11 Diagnosis Banding

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 19

RSUD ACEH TAMIANG

Page 21: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Adenomiosis uteri, radang pelvik, dengan tumor adneksa dapat menimbulkan

kesukaran dalam diagnosis. Pada kelainan di luar endometriosis jarang terdapat perubahan-

perubahan berupa benjolan kecil di kavum Douglasi dan ligamentum sakrouterina.

Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis dapat pula ditemukan.

Endometriosis ovarii dapat menimbulkan kesukaran diagnosis dengan kista ovarium.

Sedangkan endometriosis yang berasal dari rektosigmoid perlu dibedakan dari karsinoma.3

2.12 Prognosis

Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan dengan

histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi endometriosis setelah

dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari

endometriosis efektif dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli

mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian

rekurensi dari gejala-gejala endometriosis. 9

Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat

berat ringannya penyakit. Pasien dengan endometriasis sedang memiliki peluang untuk

hamil sebanyak 60%, sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat

keberhasilannya hanya 35%.9  

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 20

RSUD ACEH TAMIANG

Page 22: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

KESIMPULAN

Endometriosis adalah terdapatnya kelenjar seperti endometrium dan stroma diluar

uterus. Menurut urutan yang tersering endometriosis ditemukan adalah di ovarium.

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang

meningkat. Terdapat beberapa teori yang dianggap menjadi etiologi endometriosis yaitu

Metaplasia coelom, Transplantasi sel endometrium yang terlepas, Menstruasi retrograde,

Defek Immunogenetik. Diagnose ditegakkan dari anamneses, pemeriksaan fisik, dan

laparoskopi biopsy. Penanganan endometriosis terdiri dari terapi hormonal, pembedahan.

Prinsip pertama pengobatan hormonal adalah menciptakan lingkungan hormone rendah

estrogen dan asiklik.

BAB III

STATUS PASIEN

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 21

RSUD ACEH TAMIANG

Page 23: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. FH

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : IRT

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Alamat : Dsn. Bakti, desa Kota Lintang bawah, Kuala Simpang

Tanggal masuk RS : 5 Januari 2015 jam 13.30 WIB

No. RM : 16.17.92

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Nyeri pada perut bagian bawah

Telaah:

Hal ini dialami sejak 1 tahun ini, nyeri perut timbul pada saat haid, akhir-akhir ini

nyeri semakin memberat dan tidak berkurang walaupun makan obat anti nyeri. Benjolan (+)

di perut sejak ± 6 bulan yang lalu. Riwayat nyeri waktu berhubungan (+). BAB dan BAK

(+) normal.

Riwayat Haid:

Menarche usia 14 tahun.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 22

RSUD ACEH TAMIANG

Page 24: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Haid terakhir: 25-12-2014

Siklus haid teratur 28 hari, lama 4-6 hari, ganti duk 4-5 x/ hari nyeri haid (+)

Perdarahan di luar siklus haid tidak ada.

Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus:

P3A0H3

Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:

Memakai KB suntik selama 3 bulan.

Sejak 3 tahun yang lalu, pasien tidak ada menggunakan kontrasepsi.

Riwayat Penyakit Dahulu:

DM (-), hipertensi (-), asma (-),

Riwayat tumor di tempat lain (-).

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign

Keadaan umum : Baik Suhu : 36,5°C

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 23

RSUD ACEH TAMIANG

Page 25: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Kesadaran : Composmentis Nafas : 20 x/menit

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Leher : KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, JVP

tidak meningkat.

Thorak

Cor: I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis tidak kuat angkat.

P : Batas Jantung kesan tidak melebar.

A : BJ I-II interval normal, regular, bising (-)

Pulmo: I : Pengembangan dada kanan = kiri

P : Fremitus raba kanan = kiri

P : Sonor/ sonor

A : SDV (+/+), Suara tambahan (-/-).

Abdomen I : Dinding perut // dinding dada

P : soepel, nyeri tekan (-), TFU teraba 1 jari di bawah pusat, teraba

massa di daerah suprapubik sebesar telur bebek, konsistensi kistik,

berbatas tegas

P : undulasi (-), pekak di daerah massa

A : Peristaltik (+) normal.

Ekstremitas : Oedem (-/-)

IV. STATUS GINEKOLOGIS

Inspeksi → abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda peradangan,

bekas operasi (-).

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 24

RSUD ACEH TAMIANG

Page 26: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Palpasi → teraba massa ukuran + 8 x 8 cm, berbatas tegas, padat kenyal, terfiksir,

permukaan rata, nyeri tekan (-), terletak di regio hipogastrium.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium darah (5 Januari 2015):

Eritrosit : 3,44 jt/ mm3

Hb : 9,0 gr%

Leukosit : 9.000/ mm3

Trombosit : 208.000/ mm3

Hematokrit : 30%

BT : 3’

CT : 8’

Glukosa AD : 70 mg/dl

b. EKG

Kesan: normal

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 25

RSUD ACEH TAMIANG

Page 27: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

c. Ultrasonografi (USG) Abdomen (6 Januari 2015)

Kesan: Kista ovarium

DD/: Kista endometriosis

VI.DIAGNOSIS PRE OPERATIF

Kista Ovarium

VII. PENATALAKSANAAN

Rencana Laparatomi

Observasi TTV

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Transamin /8 jam

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 26

RSUD ACEH TAMIANG

Page 28: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Asam Mefenamat 3x 1

VIII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

IX. LAPORAN OPERASI

Pada tanggal 9 Januari 2015 pukul 19.00 WIB dilakukan laparatomi pada pasien ini.

Berikut ini adalah laporan operasinya:

Diagnosis pre-operatif: Kista ovarium

Diagnosis post-operatif: Kista coklat bilateral + Adenomyosis + adhesive utero kista

intestinal

Jaringan yang dieksisi/insisi : Kista ovarium sinistra

Macam operasi: Laparatomi SOS (Salphingo-Ooforektomi Dextra) + Kistektomi sinistra

Terapi post op:

-IVFD RL : D5% = 2 : 1

-Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr

-Inj. Ketorolac 3 x 1amp

-Inj. Transamin 3 x 1amp

-Cek Hb post op

X. FOLLOW UP

10 Januari 2015

S/ nyeri di tempat bekas operasi (+), mual muntah (-)

O/ TD : 130/80 mmHg, Nadi : 84x/menit, nafas : 28x/menit, suhu : 36,5 °C

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 27

RSUD ACEH TAMIANG

Page 29: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Laboratorium darah rutin (tanggal 10 Januari 2015):

Eritrosit : 2,73 jt /mm3

Hb : 7,6 gr/dl

Leukosit : 4.000/mm3

Trombosit : 68.000/mm3

Hematokrit : 23,6 %

A/ Post Salphingo-Ooforektomi Dextra + Kistektomi Sinistra hari I

P/

Bed rest

IVFD RL : D5% = 2 : 1 20

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr

Inj. Ketorolac 3 x 1amp

Inj. Transamin 3 x 1amp

11 Januari 2015

S/ nyeri di tempat bekas operasi (+), mual muntah (-)

O/ TD : 110/60 mmHg, Nadi : 84x/menit, nafas : 20 x/menit, suhu : 37 °C

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Laboratorium darah rutin (tanggal 11 Januari 2015):

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 28

RSUD ACEH TAMIANG

Page 30: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Eritrosit : 3,29 jt /mm3

Hb : 9,4 gr/dl

Leukosit : 8.700/mm3

Trombosit : 62.000/mm3

Hematokrit : 28,8 %

A/ Post Salphingo-Ooforektomi Dextra + Kistektomi Sinistra hari II

P/

Bed rest

IVFD RL : D5% = 2 : 1

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr

Inj. Ketorolac 3 x 1amp

Inj. Transamin 3 x 1amp

12 Januari 2015

S/ nyeri di tempat bekas operasi (-)

O/ TD : 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, nafas : 20 x/menit, suhu : 37 °C

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Laboratorium darah rutin (tanggal 11 Januari 2015):

Eritrosit : 3,29 jt /mm3

Hb : 9,4 gr/dl

Leukosit : 8.700/mm3

Trombosit : 62.000/mm3

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 29

RSUD ACEH TAMIANG

Page 31: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

Hematokrit : 28,8 %

A/ Post Salphingo-Ooforektomi Dextra + Kistektomi Sinistra hari III

P/

Bed rest

IVFD aff

Drain aff

Cefadroxil 2 x 1

Asam Mefenamat 3 x 1

Transamin 3 x 1

13 Januari 2015

S/ nyeri di tempat bekas operasi (-)

O/ TD : 110/70 mmHg, Nadi : 85 x/menit, nafas : 24 x/menit, suhu : 37 °C

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

A/ Post Salphingo-Ooforektomi Dextra + Kistektomi Sinistra hari IV

P/

PBJ

Cefadroxil 2 x 1

Asam Mefenamat 3 x 1

Sulfas Ferosus 2 x 1

DAFTAR PUSTAKA

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 30

RSUD ACEH TAMIANG

Page 32: Kista-Endometriosis.doc

KISTA ENDOMETRIOSIS 2015

1. Brandon J. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, London:

Lippincott Williams & Wikins, 2002.p 40-58

2. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of

endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf

3. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology and

aetiology. http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?

resID=258981&tabID=290&catID=11472

4. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2002. p.314-36

5. Wellbery C. Diagnosis and Treatment of Endometriosis 1999;

http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml

6. Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3rd ed. London:

Informa Healthcare, 2007. p.2-3, 36

7. Martin DC. Endometriosis staging. http://www.memfert.com/endostage.htm l

Endometriosis Research Foundation. Diagnosing endometriosis,.

http://www.endometriosis.org/endometriosis.html

8. Kapoor D, Davila. Endometriosis: Treatment & Medication. http//www.emedicine.com

9. Sud S, Tulandi T. Endometriosis

http://www.obgyn.net/medical.asp?page=/english/pubs/features/mcgill-student-

projects/ endometriosis .

KKS ILMU OBSTETRI & GYNEKOLOGI 31

RSUD ACEH TAMIANG