kisi-kisi arbitrase

6
Debat itu kemampuan argumen kita berdasarkan UU yang sesuai adalah yang menang. Pengertian arbitrase internasional di UU No.30/1999 dengan di konvensi newyork berbeda,bagaimana apabila ICC bersidang di indonesia dan menjatuhkan putusan di indonesia apakah itu dianggap sebagai arbitrase domestic atau internasional.Hal ini penting karena terkait pendaftaran di indonesia apa di jakarta pusat atau pengadilan negeri. Jawab berdasarkan UU 30 tahun 1999 mengenai klasifikasi arbitrase internasional dapat diselesaikan melalui undang- undang lain seperti konvensi new york bahwa melihatnya sprti ICC di indonesia itu termasuk internasional Menurut Huala Adolf Wanprestasi dan perubahan kebijakan Konvensi New York 1958 diratifikasi dg kepres tahun 1981 , Konvensi washington ICSID 1968 UNCITRAL Model Law diratifikasi dengan UU Bahwa pada dasarnya adanya perjanjian arbitrase atau klausula arbitrase PN Jakarta Pusat sebagai recognized and enforcement of the award Melakukan Penolakan Pelaksanaan Putusan arbitrase internasional,syarat” penolakan ada di UU 30 tahun 1999 atau konvensi New york 1958 dan UNCITRAL Membaca buku Prof Hikmahanto tentang arbitrase Lex arbitri tidak dapat dijadikan dasar sebagai tempat pengadilan untuk membatalkan,yang bisa dijadikan dasar adalah tempat negara putusannya dijatuhkan.sprti kasus karaha Bodas Company Di dalam konvensi newyork 1958 tidak ada proses pembatalan tetapi pengakuan dan penolakan putusan arbitrase internasional Pada prinsipnya orang itu mempunyai kultur melanggar:antara lain:

Upload: lentho123

Post on 04-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

just arbitration in discussion class

TRANSCRIPT

Debat itu kemampuan argumen kita berdasarkan UU yang sesuai adalah yang menang.Pengertian arbitrase internasional di UU No.30/1999 dengan di konvensi newyork berbeda,bagaimana apabila ICC bersidang di indonesia dan menjatuhkan putusan di indonesia apakah itu dianggap sebagai arbitrase domestic atau internasional.Hal ini penting karena terkait pendaftaran di indonesia apa di jakarta pusat atau pengadilan negeri.Jawab berdasarkan UU 30 tahun 1999 mengenai klasifikasi arbitrase internasional dapat diselesaikan melalui undang-undang lain seperti konvensi new york bahwa melihatnya sprti ICC di indonesia itu termasuk internasionalMenurut Huala AdolfWanprestasi dan perubahan kebijakanKonvensi New York 1958 diratifikasi dg kepres tahun 1981 , Konvensi washington ICSID 1968 UNCITRAL Model Law diratifikasi dengan UU Bahwa pada dasarnya adanya perjanjian arbitrase atau klausula arbitrasePN Jakarta Pusat sebagai recognized and enforcement of the award

Melakukan Penolakan Pelaksanaan Putusan arbitrase internasional,syarat penolakan ada di UU 30 tahun 1999 atau konvensi New york 1958 dan UNCITRALMembaca buku Prof Hikmahanto tentang arbitraseLex arbitri tidak dapat dijadikan dasar sebagai tempat pengadilan untuk membatalkan,yang bisa dijadikan dasar adalah tempat negara putusannya dijatuhkan.sprti kasus karaha Bodas CompanyDi dalam konvensi newyork 1958 tidak ada proses pembatalan tetapi pengakuan dan penolakan putusan arbitrase internasionalPada prinsipnya orang itu mempunyai kultur melanggar:antara lain:Asas Resiprositas,artinya hrs mempunyai ikut konvensi internasional,atau ada perjanjian bilateral dengan indonesia.Penolakan karena : berdasarkan Pasal 5 konvensi new york 1958Ketertiban Umum, tidak boleh diselesaikan lewat forum arbitrase,bukan termasuk hukum dagang,pihaknya incapacity,tidak memperoleh kesempatan yang wajar untuk pembelaan(tidak diberitahu persidangannya,atau tidak diberitahu tentang penunjukan arbiter),putusan yang dijatuhkan menyimpang dari pokok sengketa(putusan melampui apa yang diminta ultra petitum),hukum acara/proses persidangan/pengangkatan arbiter tidak sesuai apa yang diperjanjikan atau tidak sesuai hukum nasional tempat putusan dijatuhkan,Putusan dikesampingkan oleh pengadilan di negara putusan itu diajukan.Perpres tentang ratifikasi Konvensi new york di buka Perpres 34 Tahun 1981Dan UU tentang ratifikasi konvensi washington juga dibukaHanya tentang hukum perdagangan hukum dagang dipertegas di dalam Pasal 66 UU No.30 Tahun 1999Menurut UU 30 Tahun 1999 alasan penolakan krn : tidak ikut konvensi negara yang memutus tersebut,bukan sengketa dagang,bertentangan dengan kepentingan umumDefinisi ketertiban umum ada di Perma 1/1990Tidak semua ketentuan di dalam konvensi new york 1958 dimasukkan ke dalam UU No.30 tahun 1999 karena sudah diratifikasi di dalam perpresMenurut Konvensi New York Permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional harus didaftarkan ke PN Jakarta Pusat kemudian apabila terdapat penolakan setelah diperiksa berdasarkan ketentuan UU 30 Tahun 1999 dimana terdapat ketentuan Pasal 5 Konvensi New York 1958 Pasal 2.Jadi bukan permohonan pembatalan oleh pihak yang kalah yang diperiksa dan diterima permohonannya karena tidak diatur hal tersebutSedangkan permohonan pembatalan oleh pihak yang kalah dilakukan di tempat negara proses arbitrase putusannya dijatuhkan biasanya lewat pengadilan setempat.Berdasarkan Pasal 70 UU Arbitrase unsur permohonan pembatalan antara lin : seperti PK: tipu muslihat,dokumen yang menentukan (Novum),dokumen palsu.Terhadap pembatalan putusan arbitrase domestic diajukan permohonan ke pengadilan negeri 30 setelah pendaftaran kemudian setelah diterima permohonan 30 hari harus diputusBanding ke MA 30 + harus diputusPasal 66 UU No.30 tahun 1999:Asas Resiprositas (negara pemutus hrs terikat perjanjian bilateral/multilateral recognized and enforcement),hukum dagangPasal 5 konvensi New York 1958 memuat 7 alasan penolakan pelaksanaan suatu keputusan arbitrase, yaitu:1. Bahwa para pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut ternyata menurut hukum nasionalnya tidak mampu atau menurut hukum yang mengatur perjanjian tersebut atau menurut hukum negara di mana keputusan tersebut dibuat apabila tidak ada petunjuk hukum mana yang berlaku.2. Pihak terhdap mana keputusan diminta tidak diberikan pemberitahuan yang sepatutnya tentang penunjukan arbitrator atau persidangan arbitrase atau tidak dapat mengajukan kasusnya.3. Keputusan yang dikeluarkan tidak menyangkut hal-hal yang diserahkan untuk diputuskan oleh arbitrase, atau keputusan tersebut mengandung hal-hal yang berada di luar dari hal-hal yang seharusnya diputuskan, atau4. Komposisi wewenang arbitrase atau prosedur arbitrase tidak sesuai dengan persetujuan para pihak, atau, tidak sesuai dengan hukum nasional tempat arbitrase berlangsung, atau5. Keputusan tersebut belum mengikat terhadap para pihak atau dikesampingkan atau ditangguhkan oleh pejabat yang berwenang di negara di mana keputusan dibuat.Pasal 3 Peraturan MA No.1 Tahun 1990 memuat tentang syarat-syarat untuk dapat dilaksanakannya suatu Putusan Arbitrase Asing :1. Putusan itu dijatuhkan oleh suatu Badan Arbitrase ataupun Arbiter perorangan di suatu negara yang dengan negara Indonesia ataupun bersama-sama dengan negara Indonesia terikat dalam suatu konvensi Internasional perihal pengakuan serta Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.2.Putusan-putusan arbitrase asing di atas hanyalah terbatas pada putusan-putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup Hukum Dagang.3. Putusan-putusan Arbitrase Asing di atas hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan-putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum.4.Suatu Putusan Arbitrase Asing dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh Exequatur dari Mahkamah Agung RI.Syarat pembatalan ada di UU arbitrase Pasal 70: tipu muslihat,dokumen disembunyikan,ada pemalsuan dokumen.Prinsipnya begini selama itu diadakan di indonesia maka itu putusan di indonesia dianggap sebagai arbitrase domestic,krn yang dianggap itu adalah negara tempat putusan dijatuhkan bukan negara yang hukumnya digunakan.Pengadilan dan negara diberikan hak oleh Konvensi New York yang telah diratfikasi konvensi washington di mana indonesia ikut masuk menjadi ICSID,uncitral model LawPerbedaan Civil Law dan Common Law bahwa,klo common law apabila tidak diatur disuatu perjanjian maka tidak diatur,sedangkan common law apabila tidak diatur bisa diliat di UU yg lain yang mengatur.Common Law ada preseden atau yurisprudence sedangkan indonesia civil law tidak ada preseden menggunakan putusan yang sama.Jadi bisa kemungkinan kasus yang sama beda keputusan hakim.Pembatalan biasanya oleh pihak yang kalah di pengadilan tempat putusan di buatPembatalan syaratnya: tipu muslihat,dokumen palsu,ditemukan dokumen yang bersifat menentukan.Putusan penolakan dpt diajukan kasasi ke Mahkamah Agung,sedangkan banding hanya dapat untuk pembatalanApakah UU berlaku surut,itu terjadi pada perkara karaha bodas.UU MinerbaKarena kita sistem hukumnya common law apabila suatu kontrak itu melanggar sebab yang halal seperti yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUHP dari suatu UU di suatu negara maka akan dapat dibatalkan.Itu yang sering terjadi sengketa penanaman modal asing.Maka diperlukan suatu kontrak perjanjian yang bagus bisa mengunci.Itu maksudnya penyebab sengketanya. Hal inilah yang menjadi celah tuk terjadinya sengketa karena kita diharuskan tuk ikut tunduk pada perjanjian internasional dimana kita seharusnya civil law.Di UU Minerba yang baru ada ketentuan peralihan yang memberi batas waktu tuk peralihan. Sengketa penanaman modal asing sering mengalami hal karena ini ketidak pastian hukum yang menyebabkan indonesia sebagai negara yang kurang friendly tuk investasi asing.Ada dua pendapat sebenarnya sesuai pidato prof hikmahanto kita butuh investor apa tidak.Karena kultur kita yang cenderung tuk breach kontrak atau tuk beritikad tidak baik sehingga ada kemungkinan perselisihan isi perjanjian tuk menghindari suatu prestasi/kewajiban sehingga tidak memenuhi perjanjian atau memenuhi tidak sesuai perjanjian atau memenuhi tapi telat(faktor dari dalam suatu persengketaan perjanjian),kemudian faktor dari luar seperti ketidak pastian hukum yang sering terjadi dalam sengketa FDI,seperti kasus new month pada saat tidak boleh mengekspor/ membawa keluar raw material karena pemerintah membuat kebijakan bukan hanya tuk new Month tetapi untuk semua perusahaan pertambangan tapi akhirnya tidak jadi.ICSID oleh bank dunia dimana salah satu pihaknya negara.Tuk kasus yang karena force majeur seharusnya PLN atau pertamina menang tpi krn tdk bs membuktikan dan arbiter bukan dipilih dengan tepat jadi tidak bs membuktikan keadaan force majeurnya.Seharusnya perjanjian itu berdasarkan itikad baik maka pnyelesaiannya secara itikad baikSbenarnya resiko bisnis ,sbenarnya tujuan tuk menyelesaikan di arbitrase itu kan selain rahasia terjamin jg krn para pihak ingin masih tetap berhubungan bisnis dengan baik bukan seperti di pengaadilan yang kesannya kayak perang.Perjanjian itu intinya kesepakatan para pihak jadi itikad baik para pihak tuk melaksanakan apa yang ada di dalam isi perjanjian sangat penting.Jadi terkait juga dengan proses penyelesaian sengketa dan pelaksanaan putusan dari klausula arbitrase.Hukum Internasional,Hukum Perdata/Perjanjian,Hukum Perdata Internasional.Hukum Konvensi New York 1958 ,ICSID,UNCITRAL Model Law memberi kewenangan Negara tuk menolak dan membatalkan suatu putusan arbitrase domestic maupun asing.