kinerja tk-ptkib tahun 2008

133
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT KINERJA TIM KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH DAN KELUARGANYA DARI MALAYSIA (TK-PTKIB) (Keppres No. 106 Tahun 2004) TAHUN 2008 Jakarta, Desember 2008

Upload: parjoko-md

Post on 14-Jun-2015

939 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Implementasi Keppres No. 106 Tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB)

TRANSCRIPT

Page 1: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

KINERJATIM KOORDINASI PEMULANGAN

TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH DAN

KELUARGANYA DARI MALAYSIA (TK-PTKIB)

(Keppres No. 106 Tahun 2004)

TAHUN 2008

Jakarta, Desember 2008

Page 2: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI

KINERJA

TIM KOORDINASI PEMULANGAN

TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH

DAN KELUARGANYA DARI MALAYSIA

(TK-PTKIB)

TAHUN 2008

Jakarta, Desember 2008

Page 3: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

ii

Tim Penyusun:

Dra. Maswita Djaja, MSc (Penanggung Jawab)

Ir. Parjoko, MAppSc (Editor)

Ir. Tri Rahayu, MM, Dr. Ir. Moon Cahyani (Penulis, Pengolahan Data)

Puji Astusi, SSos, Rini Rahmawati, Endang Susilowati, Budi Rahayu, SE (Administrasi, Pengolah Kata)

Dengan kontribusi

dari seluruh Anggota Satgas TK-PTKIB

Page 4: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

iii

PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden No. 106 Tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB), Pemerintah bertindak responsif mengantisipasi perkembangan kebijakan pemerintah Malaysia dalam mendeportasi pendatang asing tanpa ijin (PATI) kembali pulang ke negara asalnya termasuk ke Indonesia yang jumlahnya paling besar.

Dalam rangka Pemilu tahun 2008, Malaysia melakukan penangkapan besar-besaran terhadap PATI untuk menjaga stabilitas keamanan dalam negerinya. Sebagian besar PATI adalah tenaga kerja Indonesia yang sudah bekerja lama di perkebunan kelapa sawit, pekerja restoran, pembantu rumah tangga dan jenis pekerjaan non formal lainnya. Jumlahnya diperkirakan mencapai 80.000 orang yang akan dideportasi ke tanah air melalui daerah entry point terdekat.

Satgas Pemulangan TKIB di daerah perbatasan seperti Medan, Tanjung Pinang, Entikong dan Nunukan, dengan didukung oleh Satgas PTKIB daerah transit, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya telah siap menerima TKI Bermasalah dan keluarganya dari Malaysia. Laporan Kinerja Satgas TK-PTKIB Tahun 2008 ini disusun sebagai pertanggung jawaban dan bahan evaluasi untuk peningkatan pelayanan di tahun 2009, yang diperkirakan akan lebih banyak jumlahnya karena adanya krisis keuangan global yang sangat mungkin berdampak pada pemutusan hubungan kerja TKI di luar negeri.

Semoga Allah SWT menerima amal kegiatan ini dan berkenan memberikan kekuatan dan petunjukNya kepada kita semua dalam mengemban tugas pemulangan TKIB selanjutnya.

Jakarta, Desember 2008

Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak,

Dra. Maswita Djaja, MSc

Page 5: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL/GAMBAR iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1 B. Tugas dan Fungsi 2 C. Landasan Kerja 3 D. Ruang Lingkup 5

II. RENCANA STRATEGIS

A. Visi dan Misi 6 B. Tujuan dan Sasaran 6 C. Strategi 7 D. Kebijakan 9 E. Program 9

III. KINERJA TAHUN 2008

A. Koordinasi Penganggaran 12 B. Penajaman Rencana Kerja 14 C. Koordinasi Kebijakan Pemulangan TKIB 15 D. Petunjuk Pelaksanaan Pemulangan TKIB 24 E. Koordinasi Pemulangan TKIB 26 F. Koordinasi Pemantauan dan Evaluasi 62 G. Evaluasi dan Rekomendasi 108

IV. PENUTUP 111

LAMPIRAN

1. Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB).

2. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2008 tentang Tim Koordinasi Formulasi Kebijakan Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia.

3. Keputusan Deputi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Rakyat No. 04/KEP/DEP.VI/KESRA/I/2008 tentang Sekretariat Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB).

Page 6: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

v

DAFTAR TABEL/GAMBAR

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Pemulangan TKIB

dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008 12

Tabel 2. Realisasi Penggunaan Anggaran Pemulangan TKIB

dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008 13

Tabel 3. Kedatangan TKIB dan Keluarganya di

Tanjungpinang, Januari-September 2008 70

Tabel 4. Pemulangan TKIB asal Jawa Tengah Tahun 2006

dan 2007 82

Tabel 5. Pemulangan TKIB melalui Pelabuhan

Tanjungperak, Tahun 2004-2008 85

Tabel 6. Penempatan TKI Provinsi NTB ke Luar Negeri,

Tahun 2000-2008 87

Tabel 7. Data Keluar-Masuk WNI ke Sabah, Tahun 2006

dan 2007 98

Tabel 8. Data Pengiriman TKI melalui Nunukan ke Sabah,

Dibanding dengan Demand Letter/Job Order,

Tahun 2006 dan 2007 98

--------------------------------

Gambar 1. Rakor Tim Koordinasi Pemulangan TKI

Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-

PTKIB) 16

Gambar 2. Batasan TKI, Calon TKI, Pekerja Migran dan Calon

Pekerja Migran 22

Gambar 3. Bagan Alur Penanganan dan Pemulangan TKI

Bermasalah/Pekerja Migran Bermasalah Sosial 25

Gambar 4. Koordinasi Ketua TK-PTKIB dengan Duta Besar RI

untuk Malaysia 31

Gambar 5. Rakor Satgas TK-PTKIB mengantisipasi deportasi

TKIB dan keluarganya dari Malaysia 32

Gambar 6. Rakor Satgas TK-PTKIB dengan BNP2TKI dan

Satuan Pelayanan Kepulangan TKI 33

Gambar 7. Pemulangan TKI Bermasalah (TKIB)/ Pekerja

Migran Bermasalah Sosial (PMBS) Tahun 2004-

2008 62

Gambar 8. Peninjauan Satgas TK-PTKIB di Tanjungpinang,

Kepulauan Riau 68

Page 7: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

vi

Halaman

Gambar 9. Pos LSM Gerakan Anti Trafficking (GAT) di Teluk

Mata Ikan Batam, tempat berlabuhnya perahu

pengangkut pekerja migran ilegal dari Malaysia 71

Gambar 10. Koordinasi Satgas PTKIB Tanjung Balai Karimun 72

Gambar 11. Koordinasi Satgas PTKIB Nunukan serta

peninjauan Polmas dan pembangunan pondok

pesantren di Sebatik, Nunukan 76

Gambar 12. Universitas Borneo Tarakan, terbuka bagi

pendidikan lanjutan anak TKI 77

Gambar 13. Shelter Kedutaan Besar RI di Kualalumpur,

Malaysia 92

Gambar 14. Pelayanan dokumen WNI di Negeri Sarawak,

Malaysia Timur 93

Gambar 15. Negeri Sabah, Malaysia Timur 96

Gambar 16. Temu wicara Menakertrans Eman Suparno dengan

Cik Guru dan WNI di Sabah 97

Gambar 17. Sekolah Anak TKI Swadaya TKI/WNI di Keningau,

Sabah 99

Gambar 18. Koordinasi penanganan TKIB dan Keluarganya di

Perwakilan RI Tawau 103

Gambar 19. Koordinasi dengan OWWA dan NGO Filipina 105

Page 8: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghadapi Pemilu pada bulan April 2008, Pemerintah

Malaysia melakukan penangkapan besar-besaran terhadap

Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI) dengan alasan untuk menjaga

stabilitas keamanan dalam negerinya. Sebagian besar dari PATI

yang ada adalah tenaga kerja Indonesia yang sudah lama bekerja

di perkebunan kelapa sawit, pekerja restoran, pembantu rumah

tangga dan jenis pekerjaan non formal lainnya. Diperkirakan akan

ada 80.000 orang TKI Bermasalah dan Keluarganya yang akan

dideportasi oleh Pemerintah Malaysia. TKI Bermasalah dan

keluarganya yang merupakan bagian dari PATI telah menjadi isu

memprihatinkan yang harus ditangani oleh Pemerintah RI sebagai

bagian dari tanggung jawab untuk melindungi warga negaranya.

Keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri, keinginan

untuk melawat ke luar negeri, dan kemudahan masuk ke negeri

berpenduduk 28 juta jiwa itu, telah mendorong banyak WNI

untuk bermigrasi ke Malaysia, mengadu untung mencari peluang

kerja mengisi berbagai jenis pekerjaan kasar, non formal yang

sudah tidak diminati oleh warga tempatan yang berpendidikan

relatif lebih baik. Berbagai upaya dilakukan WNI untuk dapat

bekerja di Malaysia, baik melalui cara legal prosedural mengikuti

ketentuan yang ada, maupun melalui cara ilegal non-prosedural,

menggunakan berbagai cara di luar ketentuan yang berlaku,

misalnya dengan menggunakan visa kunjungan, atau bahkan

masuk tanpa paspor dan atau visa. Keberangkatan secara ilegal

sangat dimungkinkan karena secara geografis Malaysia dan

Indonesia berbatasan langsung, sehingga banyak jalan dan

pelabuhan tradisional yang dapat dilalui untuk menyeberang ke

Malaysia.

Selain itu, sering pula terjadi TKI yang legal formal

prosedural, setelah jangka waktu tertentu karena berbagai sebab

keberadaannya di Malaysia lalu menjadi ilegal. Mereka ini di

Malaysia disebut PATI (Pendatang Asing Tanpa Izin) yang sangat

lemah posisinya di depan hukum Malaysia sehingga sangat rawan

terhadap eksploitasi, pelecehan dan kekerasan. Kasus-kasus upah

yang sangat rendah bahkan tidak dibayarkan, menjadi korban

Page 9: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 2

pelecehan bahkan pemerkosaan sampai dengan jeratan dakwaan

melakukan tindak kriminal, banyak terjadi dan menimpa tenaga

kerja Indonesia sehingga menjadi TKI Bermasalah.

Pemulangan PATI di Malaysia baik melalui program amnesti

maupun deportasi telah berlangsung sejak tahun 2004, dan

masih terus berlangsung sampai sekarang, dalam jumlah yang

tidak dapat diprediksi. Berbagai pemerhati masalah pekerja

migran menyatakan bahwa sebagian besar masalah TKIB karena

faktor ketidaksempurnaan penyiapan dan penempatan tenaga

kerja yang banyak terjadi di dalam negeri. Sementara di

Malaysia, berbagai kebijakan federal banyak yang lemah

implementasinya di tingkat lapangan yang terindikasikan oleh

lemahnya penindakan kepada perusahaan dan atau majikan yang

mempekerjakan tenaga asing ilegal di negeri itu.

Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 tentang Tim

Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari

Malaysia (TK-PTKIB) memberikan mandat kepada Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat hanya untuk

mengkoordinasikan penanganan dan pemulangan TKI Bermasalah

dan Keluarganya dari Malaysia, tidak termasuk pemulangan TKI

Bermasalah dari negara lain. Terkait dengan rekrutmen dan

penempatan TKI, menjadi kewenangan dan tugas Departemen

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Badan Nasional Penempatan

dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) yang dibentuk melalui Peraturan

Presiden No. 81 Tahun 2006. Kementerian dan lembaga tersebut

berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian.

Laporan Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008 ini menyampaikan

hasil kerja TK-PTKIB dalam mengimplementasikan Keppres No.

106 Tahun 2004, yang sehari-hari dilaksanakan oleh Satuan

Tugas TK-PTKIB, dan didukung oleh Satgas Pemulangan TKIB

(PTKIB) yang berada di 11 daerah entry point di Indonesia.

B. Tugas dan Fungsi

Sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 106

Tahun 2004, tugas TK-PTKIB adalah untuk menyusun dan

mengkoordinasikan kebijakan dan program pemulangan TKIB ke

Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan peraturan per-

undang-undangan yang berlaku dan HAM. Dalam melaksanakan

Page 10: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 3

tugas, TK-PTKIB melakukan langkah-langkah yang diperlukan

untuk:

1. Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Pemerintah

Malaysia atas dasar prinsip tanggung jawab bersama.

2. Melakukan pendataan sebelum keberangkatan dan

pemulangan.

3. Melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan.

4. Melakukan pengecekan dan pengurusan hak-hak gaji/upah/

penghasilan lain, harta benda, piutang serta hak-hak

melekat lainnya.

5. Memfasilitasi pemberian dokumen perjalanan/Surat Per-

jalanan Laksana Paspor (SPLP).

6. Mengatur pengangkutan sesuai dengan jadwal dan lokasi

tujuan pemulangan/daerah asal.

7. Melaksanakan pengawalan, penjagaan, pengamanan dan

perlindungan selama perjalanan sampai ke tempat asal.

8. Memberikan pelayanan kebutuhan dasar sejak dari

penampungan, selama perjalanan sampai ke tempat asal.

9. Mempersiapkan kembali menjadi Tenaga Kerja Indonesia

yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, TK-PTKIB melalui

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

No.27/KEP/MENKO/KESRA/XI/2004, membentuk Satuan Tugas

TKPTKIB yang terdiri dari pejabat-pejabat teknis sektor terkait. Di

Pusat, TK-PTKIB menggalang kerjasama dengan badan-badan

dan lembaga internasional, sedang di tingkat daerah, TK-PTKIB

bekerja-sama dengan Gubernur dan Bupati/Walikota daerah

entry dan exit point serta daerah asal TKIB, dan/atau dengan

pihak lain yang dipandang perlu.

C. Landasan Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, TK-PTKIB mengacu kepada:

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut.

2. Undang-undang No. 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial.

3. Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

4. Undang-undang No.10 Tahun 1992 tentang Kependudukan dan Keluarga Sejahtera.

Page 11: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 4

5. Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

6. Undang-undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

7. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

8. Undang-undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

9. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

10. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

11. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

12. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan.

13. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

14. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

15. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

16. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

17. Undang-undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

18. Undang-undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).

19. Undang-undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civic and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik).

20. Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

21. Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

22. Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indinesia (BNP2TKI).

23. Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB).

Page 12: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 5

24. Instruksi Presiden RI No. 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

25. Akta Imigrasi Malaysia dan Instrumen HAM Internasional.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup tugas TK-PTKIB meliputi:

1. Koordinasi dengan Pemerintah Malaysia membahas masalah

pemulangan TKIB dan penempatan kembali TKI sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Koordinasi Satgas TK-PTKIB dengan instansi sektoral Pusat

dan Daerah serta pihak lain yang dipandang perlu,

membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pemulangan

TKIB serta upaya mempersiapkan kembali menjadi TKI yang

berkualitas dan memenuhi persyaratan.

3. Koordinasi dengan instansi sektoral pusat dan Daerah serta

pihak lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas

sewaktu-waktu dari Pimpinan.

4. Pengendalian dan tindak lanjut penyelesaian masalah

pemulangan TKIB dan penempatan TKI sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui

kegiatan monitoring dan evaluasi, analisis dan penyampaian

rekomendasi tindak lanjut kepada Pimpinan, serta

penyampaian informasi kepada publik.

Page 13: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 6

II. RENCANA STRATEGIS

A. Visi dan Misi

Visi TK-PTKIB adalah “Terwujudnya koordinasi lintas sektor

Pusat, Daerah dan di Malaysia agar terselenggara pemulangan

TKIB dengan selamat dan bermartabat serta terbina menjadi TKI

yang berkualitas dan memenuhi persyaratan”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka sejalan dengan tugas

dan fungsinya, misi TK-PTKIB adalah:

1. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Malaysia agar terselenggara pemulangan TKIB dengan selamat dan bermartabat.

2. Peningkatan koordinasi, keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pelayanan kepada TKIB dan TKI, antar instansi sektoral Pusat dan Daerah, dengan Perwakilan RI di Malaysia dan dengan pihak-pihak lain yang diperlukan.

3. Peningkatan mekanisme kerjasama dalam memfasilitasi pelayanan dan pemberian bantuan dalam pemulangan TKIB sejak di Malaysia sampai ke daerah asalnya di Indonesia, dan dalam memfasilitasi pengiriman kembali TKI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Peningkatan pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan pelayanan dan pemberian bantuan dalam pemulangan TKIB sejak di Malaysia sampai ke daerah asalnya di Indonesia.

B. Tujuan dan Sasaran

Sejalan dengan arahan Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004, maka TK-PTKIB menetapkan tujuan yaitu:

1. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi penyiapan dan perumusan kebijakan, program dan kegiatan pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

2. Mewujudkan dan melaksanakan sistem/mekanisme dalam memfasilitasi pemangku kepentingan (stake-holder) terkait dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Page 14: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 7

3. Meningkatkan akuntabilitas kebijakan, program dan kegiatan

pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas

dan memenuhi persyaratan.

4. Mewujudkan dan melaksanakan sistem pemantauan, analisis

dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan pemulangan

TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan

memenuhi persyaratan, yang efektif dan berhasilguna.

Adapun sasaran yang akan dicapai, adalah:

1. Terwujudnya kebijakan, program dan kegiatan pemulangan

TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan

memenuhi persyaratan yang tidak tumpang tindih, manusiawi

dan menghormati HAM.

2. Terlaksananya mekanisme untuk memfasilitasi stake-holder

terkait dalam pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi

TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

3. Meningkatnya akuntabilitas kebijakan, program dan kegiatan

pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas

dan memenuhi persyaratan.

4. Terwujudnya rekomendasi peningkatan kebijakan, program

dan kegiatan pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi

TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

5. Terwujudnya sistem informasi dan networking pemulangan

TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan

memenuhi persyaratan, yang menyeluruh dan dapat

dipercaya (reliable).

Sasaran tersebut akan dicapai, disesuaikan dengan

ketersediaan sumberdaya yang ada dan kondisi lingkungan

strategis yang berkembang.

C. Strategi

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas,

berbagai faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi

dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Demokratisasi, yang tercermin dari kehendak masyarakat

untuk ikut mengawasi dan mengontrol pelaksanaan kebijakan,

program dan kegiatan pemulangan TKIB dan pembinaannya

menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Page 15: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 8

2. Desentralisasi, yang diwujudkan dengan memberikan ruang

gerak yang memadai bagi daerah sesuai dengan kemampuan

sumberdaya yang dimilikinya, untuk ikut berpartisipasi dalam

menyelesaikan masalah nasional berkaitan dengan

pemulangan TKIB dan pembinaannya menjadi TKI berkualitas

dan memenuhi persyaratan.

3. Globalisasi, yang mempengaruhi hubungan antar negara baik

bilateral, multilateral maupun regional.

4. Akuntabilitas, yang menghendaki adanya transparansi yang

berkaitan dengan pelayanan dan pemberian bantuan

Pemerintah RI dalam pemulangan TKIB dan pembinaannya

menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan pula kesiapan

sumberdaya yang ada, maka strategi yang akan ditempuh dalam

rangka pencapaian tujuan dan sasaran adalah:

1. Memfasilitasi dan menjembatani instansi sektoral Pusat dan

Daerah serta pihak lain yang diperlukan, dalam

penyelenggaraan pemulangan TKIB dan pembinaannya

menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman TKIB dan calon

TKI tentang cara bermigrasi yang baik dan aman serta

terhadap kebijakan deportasi Pemerintah Malaysia terhadap

PATI di Malaysia.

3. Pemampuan aparatur baik Pusat, Daerah dan di Perwakilan RI

di Malaysia serta pihak lain yang diperlukan, dalam pemberian

layanan dan bantuan dalam pemulangan TKIB dan

pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan memenuhi

persyaratan.

4. Meningkatkan dan pengembangan kemitraan dan jejaring

kerja baik antar instansi sektoral Pusat dan Daerah serta

pihak lain yang diperlukan.

5. Memfasilitasi pengembangan Polmas di daerah perbatasan

guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pengawasan dan pengendalian

Page 16: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 9

D. Kebijakan

Strategi tersebut di atas dituangkan dalam bentuk kebijakan

operasional TK-PTKIB sebagai berikut:

1. Koordinasi dalam rangka memfasilitasi dan menjembatani

instansi sektoral Pusat dan Daerah serta pihak lain yang

diperlukan, dilakukan dengan memprioritaskan pada institusi/

lembaga yang terkait langsung di lapangan.

2. Koordinasi peningkatan pengetahuan dan pemahaman TKIB

dan calon TKI tentang cara bermigrasi yang baik dan aman

serta terhadap kebijakan deportasi Pemerintah Malaysia

terhadap PATI di Malaysia dilakukan dengan proaktif

melibatkan aparat Perwakilan RI di Malaysia dan komunitas

penduduk Indonesia yang ada di Malaysia, bekerja sama

dengan institusi/lembaga tempatan yang peduli.

3. Koordinasi pemampuan aparatur baik Pusat, Daerah dan di

Perwakilan RI di Malaysia serta pihak lain yang diperlukan,

dilakukan melalui pembina teknis instansi sektoral masing-

masing.

4. Koordinasi peningkatan dan pengembangan kemitraan dan

jejaring kerja dilaksanakan dengan memanfaatkan kemajuan

sistem informasi dan kemudahan komunikasi serta keter-

sediaan fasilitas jaringan internet dan mengupayakan adanya

pertukaran data dan informasi secara teratur.

5. Koordinasi pengembangan Polmas di daerah perbatasan

dilakukan dengan memfasilitasi peningkatan peran

masyarakat dengan petugas.

E. Program

Berdasarkan asas prioritas dan kesiapan sumber daya yang

diperlukan, maka disusun program pemulangan TKIB dan

pembinaannya menjadi TKI berkualitas dan memenuhi

persyaratan, sebagai berikut:

1. Tahun Anggaran 2007

a. Koordinasi Pemerintah RI dan Malaysia serta Pertemuan

Tingkat Menteri untuk membahas proses pemulangan TKIB

secara bermartabat dan selamat sampai ke daerah asalnya

di Indonesia.

Page 17: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 10

b. Sosialisasi kebijakan razia Pendatang Asing Tanpa Ijin

(PATI) di Malaysia oleh pasukan RELA dan deportasi TKIB

dari Malaysia.

c. Koordinasi pemulangan TKIB di daerah exit point di

Malaysia, dan di daerah entry point, transit dan daerah asal

TKIB di Indonesia.

d. Koordinasi penyusunan anggaran pemulangan TKIB dari

Malaysia.

e. Koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral, antar

Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta dan kelembagaan

masyarakat, dalam pembinaan dan pemberdayaan TKIB

menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

f. Koordinasi monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

pemulangan TKIB dari Malaysia.

g. Pelaksanaan tugas sewaktu-waktu dari Pimpinan.

2. Tahun Anggaran 2008

a. Koordinasi Pemerintah RI dan Malaysia serta Pertemuan

Tingkat Menteri untuk membahas penyelesaian masalah

TKIB di dalam dan di luar negeri.

b. Sosialisasi kebijakan razia Pendatang Asing Tanpa Ijin

(PATI) di Malaysia oleh pasukan RELA dan deportasi TKIB

dari Malaysia.

c. Sosialisasi cara bermigrasi yang baik dan aman kepada

TKIB serta calon TKI dan pencari kerja di dalam negeri.

d. Sosialisasi alternatif kesempatan kerja di perdesaan

melalui berbagai program pemerintah seperti PNPM

Mandiri, UMKM, Kredit Perkasa, dan lain-lain.

e. Koordinasi pemulangan TKIB di daerah exit point di

Malaysia, dan di daerah entry point, daerah transit dan

daerah asal TKIB di Indonesia.

f. Koordinasi penyusunan anggaran pemulangan TKIB dari

Malaysia.

g. Koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral, antar Pemda

Pusat dan Daerah, swasta dan kelembagaan masyarakat,

dalam pembinaan dan pemberdayaan TKIB menjadi TKI

yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Page 18: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 11

h. Koordinasi penyempurnaan pedoman, juklak, juknis dan

standar operasional prosedur tentang penanganan TKIB

dengan adanya Perpres No. 81 Tahun 2006 tentang

BNP2TKI dan Inpres No. 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI.

i. Koordinasi monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

pemulangan TKIB dari Malaysia.

j. Pelaksanaan tugas sewaktu-waktu dari Pimpinan.

2. Tahun Anggaran 2009

a. Koordinasi Pemerintah RI dan Malaysia serta Pertemuan

Tingkat Menteri untuk membahas penyelesaian masalah

TKIB di dalam dan di luar negeri.

b. Sosialisasi kebijakan razia Pendatang Asing Tanpa Ijin

(PATI) di Malaysia oleh pasukan RELA dan deportasi TKIB

dari Malaysia.

c. Sosialisasi cara bermigrasi yang baik dan aman kepada

TKIB serta calon TKI dan pencari kerja di dalam negeri.

d. Sosialisasi alternatif kesempatan kerja di pedesaan melalui

berbagai program pemerintah seperti PNPM Mandiri,

UMKM, Kredit Perkasa, dan lain-lain.

e. Koordinasi pemulangan TKIB di daerah exit point di

Malaysia, dan di daerah entry point, transit dan daerah asal

TKIB di Indonesia.

f. Koordinasi penyusunan anggaran pemulangan TKIB dari

Malaysia.

g. Koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral, antar Pemda

Pusat dan Daerah, swasta dan kelembagaan masyarakat,

dalam pembinaan dan pemberdayaan TKIB menjadi TKI

yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

h. Koordinasi implementasi dan evaluasi juklak/juknis dan

standar operasional prosedur tentang penanganan TKIB

yang telah disempurnakan.

i. Koordinasi monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

pemulangan TKIB dari Malaysia.

j. Pelaksanaan tugas sewaktu-waktu dari Pimpinan.

Page 19: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 12

III. KINERJA TAHUN 2008

Pelaksanaan program dan kegiatan Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB) Tahun 2008, adalah sebagai berikut:

A. Koordinasi Penganggaran

Koordinasi penganggaran adalah mandat dari Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2008 tentang Tim Koordinasi For-mulasi Kebijakan Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK FKP-TKIB), sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi Tingkat Menteri TK-PTKIB tanggal 21 Februari 2008.

Usulan kebutuhan biaya pemulangan TKIB dan Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) Tahun 2008, yang diharapkan dapat dialokasikan dari APBN-P Tahun 2008, sebesar Rp 14,25 milyar rinciannya sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Pemulangan TKIB dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008.

Page 20: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 13

Kebutuhan biaya ini telah dilaporkan melalui surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (selaku Ketua TK FKP-TKIB) Nomor B.671/KMK/SES/IV/ 2008 tanggal 15 April 2008 kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Setelah melalui penajaman, kebutuhan anggaran sebesar Rp 13,3 milyar diajukan ke Menteri Keuangan melalui surat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor B.136/MENKO/KESRA/VII/2008 tanggal 29 Juli 2008.

Dari hasil pembahasan di Departemen Keuangan cq. Ditjen Anggaran yang dilakukan pada tanggal 6 September 2008, disepakati alokasi anggaran pemulangan TKIB sebesar Rp 11,34 milyar, dan sesuai dengan peruntukannya dialokasikan melalui Satuan Kerja terkait. Untuk Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, anggaran dialokasikan pada kegiatan Pemulangan TKI Bermasalah (TKIB) dari Malaysia Tahun 2008, pada DIPA No.0006.10/069-030/-/2008, Revisi ke-X tanggal 12 Nopember 2008.

Realisasi penggunaan anggaran sampai dengan akhir tahun

2008, sebesar 35,89% dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 2. Realisasi Penggunaan Anggaran Pemulangan TKIB dan PMI-BS APBN-P Tahun 2008.

Page 21: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 14

Rendahnya serapan anggaran dikarenakan turunnya DIPA yang sudah mendekati akhir tahun 2008, sehingga Departemen Sosial secara administratif tidak dapat memanfaatkan anggaran tersebut, padahal secara operasional mempunyai utang kepada pihak ketiga. Utang biaya permakanan dan transportasi sejak pertengahan sampai dengan akhir bulan Desember 2008 yang tidak dapat dibayarkan dari anggaran tambahan, dijadikan beban utang untuk tahun 2009. Hal yang sama juga dialami oleh Departemen Kesehatan sehingga serapan anggaran layanan kesehatan hanya mencapai 16,39%. Sisa anggaran yang tidak terpakai, oleh Departemen Sosial dan Departemen Kesehatan dikembalikan ke Kas Negara.

B. Penajaman Rencana Kerja

Secara organisatoris, tidak ada perubahan yang berarti dalam susunan keanggotaan Satgas TK-PTKIB, sementara untuk Sekretariat Satgas TK-PTKIB, kembali dikukuhkan melalui Keputusan Deputi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Rakyat No. 04/KEP/DEP.VI/KESRA/I/2008 tentang Sekretariat Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB).

Rencana Kerja menurut Rencana Strategis TK-PTKIB tahun 2008 adalah:

a. Koordinasi Pemerintah RI dan Malaysia serta Pertemuan Tingkat Menteri untuk membahas penyelesaian masalah TKIB di dalam dan di luar negeri.

b. Sosialisasi kebijakan razia Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) di Malaysia oleh pasukan RELA dan deportasi TKIB dari Malaysia.

c. Sosialisasi cara bermigrasi yang baik dan aman kepada TKIB serta calon TKI dan pencari kerja di dalam negeri.

d. Sosialisasi alternatif kesempatan kerja di perdesaan melalui berbagai program pemerintah seperti PNPM Mandiri, UMKM, Kredit Perkasa, dan lain-lain.

e. Koordinasi pemulangan TKIB di daerah exit point di Malaysia, dan di daerah entry point, daerah transit dan daerah asal TKIB di Indonesia.

f. Koordinasi penyusunan anggaran pemulangan TKIB dari Malaysia.

g. Koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral, antar Pemda Pusat dan Daerah, swasta dan kelembagaan masyarakat, dalam pembinaan dan pemberdayaan TKIB menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

h. Koordinasi penyempurnaan pedoman, juklak, juknis dan standar operasional prosedur tentang penanganan TKIB dengan adanya Perpres No. 81 Tahun 2006 tentang BNP2TKI dan Inpres No. 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI.

i. Koordinasi monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemulangan TKIB dari Malaysia.

j. Pelaksanaan tugas sewaktu-waktu dari Pimpinan.

Page 22: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 15

Keterbatasan alokasi anggaran tahun 2008, mengharuskan sebagian program dan atau kegiatan harus dikurangi dan atau dititipkan ke kementerian/lembaga, sebagai berikut:

a. Koordinasi Pemerintah RI dan Malaysia serta Pertemuan Tingkat Menteri untuk membahas penyelesaian masalah TKIB di dalam dan di luar negeri (Rencana Senior Official Meeting di Malaysia ditiadakan).

b. Sosialisasi kebijakan razia Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) di Malaysia oleh pasukan RELA dan deportasi TKIB dari Malaysia (diserahkan kepada Perwakilan RI melalui Program Pelayanan Warga/Citizen Services).

c. Sosialisasi cara bermigrasi yang baik dan aman kepada TKIB serta calon TKI dan pencari kerja di dalam negeri.

d. Sosialisasi alternatif kesempatan kerja di perdesaan melalui berbagai program pemerintah seperti PNPM Mandiri, UMKM, Kredit Perkasa, dan lain-lain (dititipkan kepada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan).

e. Koordinasi pemulangan TKIB di daerah exit point di Malaysia, dan di daerah entry point, daerah transit dan daerah asal TKIB di Indonesia.

f. Koordinasi penyusunan anggaran pemulangan TKIB dari Malaysia.

g. Koordinasi pelaksanaan kegiatan sektoral, antar Pemda Pusat dan Daerah, swasta dan kelembagaan masyarakat, dalam pembinaan dan pemberdayaan TKIB menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

h. Koordinasi penyempurnaan pedoman, juklak, juknis dan standar operasional prosedur tentang penanganan TKIB dengan adanya Perpres No. 81 Tahun 2006 tentang BNP2TKI dan Inpres No. 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI.

i. Koordinasi monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemulangan TKIB dari Malaysia.

j. Pelaksanaan tugas sewaktu-waktu dari Pimpinan.

C. Koordinasi Kebijakan Pemulangan TKIB

Koordinasi yang dilaksanakan berkaitan dengan kebijakan

operasional dalam rangka implementasi Keppres No. 106 Tahun

2004, ditujukan untuk mengantisipasi kebijakan Pemerintah

Malaysia yang diberitakan akan mengadakan razia besar-besaran

kepada PATI yang banyak di antaranya berasal dari Indonesia.

1. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perlindungan

kepada tenaga kerja Indonesia bermasalah dan keluarganya

yang dipulangkan oleh Pemerintah Malaysia dengan

kecenderungan yang semakin meningkat akhir-akhir ini,

Menteri Koordinator Bidang Kesra selaku Ketua TK-PTKIB,

menyelenggarakan rapat koordinasi tingkat Menteri pada

tanggal 21 Februari 2008 di Kementerian Koordinator Bidang

Kesra, dihadiri oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Kepala Badan Nasional

Page 23: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 16

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) serta pejabat yang mewakili Instansi anggota TK-

PTKIB.

Gambar 1. Rakor Tim Koordinasi Pemulangan TKI

Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia

(TK-PTKIB)

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat membuka rapat koordinasi dan menyampaikan berbagai hal berkaitan dengan TKI Bermasalah (TKIB) di Malaysia, yang sebagian besar permasalahannya terjadi di dalam negeri. Akibat dari permasalahan tersebut, sejak tahun 2004 banyak TKIB dipulangkan atau dideportasi dari Malaysia, dan diperkirakan tahun 2008 sebanyak 80.000 TKIB akan dipulangkan dari Malaysia.

Pemusatan pemulangan TKIB dari Johor Bahru, Malaysia telah menyebabkan meningkatnya beban kerja Satuan Tugas di Tanjung Pinang, juga di daerah perbatasan lainnya seperti di Entikong, Kalimantan Barat dan Nunukan, Kalimantan Timur, serta di Tanjung Priok sebagai daerah transit pemulangan TKIB ke daerah asalnya.

Page 24: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 17

Dengan dibentuknya BNP2TKI dan adanya Inpres No. 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI, perlu dirumuskan kembali pembagian tugas penanganan TKI Bermasalah termasuk peran Pemerintah Daerah.

Kepada TKIB dan calon tenaga kerja perlu diinformasikan adanya alternatif kesempatan kerja di pedesaan melalui PNPM Mandiri, transmigrasi, dan pembangunan perkebunan, sehingga bagi yang tidak memenuhi persyaratan tidak perlu memaksakan diri bekerja di luar negeri.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyampaikan bahwa permasalahan Calon TKI dan TKI terjadi baik di dalam maupun di luar negeri, yang menyebabkan terjadinya TKI bermasalah. Depnakertrans sebagai regulator dan BNP2TKI sebagai operator, bertugas menangani TKI ”formal-prosedural” ke luar negeri. Dalam rangka perlindungan TKI di luar negeri, dilakukan melalui kerjasama bilateral, multilateral, asuransi dan penempatan atase ketenagakerjaan di 5 negara. Sehubungan dengan Inpres No. 6 Tahun 2006, reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI dilakukan antara lain dengan penyederhanaan prosedur, keringanan biaya administrasi, kerjasama pemulangan TKI (”formal-prosedural”) yang Bermasalah, dan TKI Purna.

Menteri Sosial menyampaikan bahwa pekerja migran

Indonesia (PMI) yang ke luar negeri, karena berbagai hal

menjadi PM Bermasalah Sosial (PMI-BS). Dalam hubungan

itu, Depsos memberikan perlindungan sosial (transportasi,

permakanan), dan penguatan jaringan kerja dan bantuan

sosial Usaha Ekonomi Produktif (UEP) untuk PMI-BS. Depsos

memerlukan dukungan dalam rangka operasional Satgas

dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada PMI-

BS. Karena sulit diprediksi, penganggaran sering tidak

mencukupi khususnya untuk mendukung operasional Satgas

di daerah debarkasi.

Menteri Kesehatan menyampaikan bahwa TKI yang berada di

luar negeri dan menjadi TKIB tidak termasuk dalam sasaran

Askeskin. Akan tetapi bagi TKIB yang telah kembali ke

daerah asal dan telah dinyatakan sebagai penduduk

setempat serta termasuk dalam kategori miskin, menjadi

tanggung jawab Pemda. Menteri Kesehatan juga melalporkan

adanya RS Rujukan yang ada di 20 RS di 12 provinsi, yang

Page 25: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 18

dapat dipergunakan oleh TKIB. Menteri Kesehatan

mengusulkan agar ada dana perlindungan TKIB yang

disiapkan secara tersendiri.

Kepala BNP2TKI menyampaikan berbagai sumber masalah rekruitmen TKI yang menyebabkan timbulnya TKI Non-prosedural, TKI gagal berangkat, TKI tertipu, TKI ilegal/TKI bermasalah, TKI sakit dan tidak berkualitas. Sebagai operator, kebijakan operasional BNP2TKI antara lain adalah: penguatan embarkasi dan debarkasi dengan pembentukan Pelayanan Satu Atap, bursa kerja, perbaikan Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN), penerbitan kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN), dan penguatan kelembagaan kesehatan.

Permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi di luar negeri, telah menyebabkan tumbuhnya TKI ilegal, overstay, TKIB, trafficking in persons (TIP) dan deportasi. Dalam hubungan ini, kebijakan operasional BNP2TKI, antara lain: penguatan Citizen Services, pemutihan TKI Deportasi dan penempatan kembali, penghapusan biaya pembuatan paspor dan denda (PP No. 75 Tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Hukum dan HAM), dan pendirian lembaga monitoring dan evaluasi di luar negeri. BNP2TKI berpendapat perlu adanya sinkronisasi kelembagaan dalam penanganan TKIB (pencegahan, penempatan dan pemberdayaan).

Departemen Luar Negeri menyampaikan bahwa telah merintis pembentukan Citizen Service antara lain di Singapura. Mengenai Citizen Services ini, Duta Besar RI di Singapura menjelaskan berbagai upaya untuk memberikan perlindungan kepada TKI, antara lain dengan membentuk hotline, forum untuk pelatihan, kursus (bahasa, keterampilan), dialog, siaran radio di Batam dengan acara ”Anda Tidak Sendiri”, dan penampungan di Kedubes RI Singapura. KBRI juga memberikan bantuan hukum untuk memperoleh hak-hak TKI dari majikan, asuransi, termasuk menghindarkan TKIB dari ancaman hukuman mati.

Departemen Pendidikan Nasional menyampaikan bahwa 30 ribu anak TKI di Sabah, Malaysia Timur yang berada di pedalaman perkebunan, tidak memiliki dokumen sehingga tidak bisa bersekolah di Malaysia. Anak-anak TKIB tersebut mendapat pendidikan dari LSM Humana dan LSM dari Flores di Keningau, Sabah. Sementara Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan bantuan buku perpustakaan dan buku bacaan. Saat ini Departemen Pendidikan Nasional

Page 26: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 19

bekerjasama dengan Perwakilan RI di Kota Kinabalu, sedang dalam proses mendirikan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) untuk memberikan akses pendidikan Wajar 9 Tahun kepada anak-anak TKI, yang direncanakan dibuka tahun 2008/2009. Depdiknas juga memberikan subsidi kepada anak TKI dari Sabah yang mengikuti pendidikan di Kabupaten Nunukan (berasrama) untuk 1.376 orang (2007), dan bantuan untuk pesantren Hidayatullah, Sekolah Gabriel. Dirintis pula pendidikan kesetaraan – pangkalan belajar sebagai pusat tutor anak-anak TKI.

Pada akhir rapat koordinasi, Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat menyampaikan arahan sebagai tindak

lanjut rapat koordinasi sebagai berikut:

1) Permasalahan calon TKI dan TKI terjadi di dalam dan di luar negeri, yang menyebabkan terjadinya TKI Bermasalah, dan jumlahnya sangat besar di Malaysia. Mereka dideportasi ke Indonesia dalam jumlah yang besar dan berlangsung setiap tahun. Pemerintah perlu menjabarkan lebih lanjut Kepppres No. 106 Tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan TKIB, dan Inpres No. 106 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI dalam langkah-langkah nyata yang terpadu sehingga TKIB dapat dikurangi dan selanjutnya dihilangkan.

Untuk itu akan dibentuk Tim Kecil Eselon I yang akan

membahas lebih lanjut permasalahan TKIB secara lebih

mendalam termasuk dari segi penganggarannya.

2) Untuk pembagian tugas lintas sektor sehubungan dengan

ditetapkannya Perpres No. 81 Tahun 2006 tentang

BNP2TKI, perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan

Penanganan TKIB yang terpadu dan komprehensif sejak

dari luar negeri ke daerah asalnya, dan pemberdayaan-

nya menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi

persyaratan.

3) Operasional Satgas PTKIB Pusat dan Daerah untuk tahun

2008 akan diupayakan dari APBNP melalui Koordinasi

Menko Kesra, sedang untuk tahun 2009 dan selanjutnya

akan ditampung dalam DIPA Departemen Sosial, serta

didampingi dana APBD Daerah.

4) Menteri Kesehatan menyatakan bahwa TKIB tidak dapat

menggunakan fasilitas Askeskin sehingga perlu dicarikan

sumber pendanaan lainnya untuk mendukung pelayanan

Page 27: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 20

kesehatan kepada TKIB di daerah entry point dan selama

di perjalanan ke daerah asalnya, termasuk kepada TKIB

yang meninggal dunia.

5) Menteri Pendidikan bekerjasama dengan Pemerintah

Malaysia terus mengembangkan Sekolah Indonesia di

Kota Kinabalu, dan dengan Pemda Nunukan

mengembangkan berbagai fasilitas dan pelayanan

pendidikan bagi anak-anak TKI di Sabah Malaysia.

6) Departemen Luar Negeri perlu meningkatkan dan

memperluas Citizen Service di seluruh Perwakilan RI di

Malaysia (Penang, Kuala Lumpur, Johor Bahru, Kuching,

Kota Kinabalu, dan lain-lain). Untuk memberikan

pelayanan sosial kepada TKIB, Atase Sosial

dipertimbangkan untuk ditempatkan di Perwakilan RI di

Malaysia.

7) Kepolisian Negara RI perlu mengembangkan Polmas bekerjasama dengan Babinsa dan LSM untuk mengawasi pelabuhan tradisional dan jalan-jalan tikus di daerah perbatasan.

8) Peningkatan kesempatan kerja di dalam negeri melalui PNPM Mandiri, transmigrasi dan pembangunan daerah-daerah sepanjang perbatasan.

2. Pada tanggal 6 Maret 2008 dibentuk Tim Koordinasi Formu-lasi Kebijakan Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK FKP-TKIB) melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 09/KEP/ MENKO/KESRA/III/2008, dengan tugas yang harus diselesaikan dalam waktu 30 hari, yaitu:

1) mengkoordinasikan penyusunan anggaran operasional

Satuan Tugas Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia

Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia untuk tahun

anggaran 2008 dan 2009;

2) mengkoordinasikan formulasi pembagian tugas

Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan

Keluarganya dari Malaysia antara Tim Koordinasi

Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan

Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB) yang dibentuk

melalui Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 2004

dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang dibentuk melalui

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006;

Page 28: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 21

3) melaporkan hasil koordinasi dan rekomendasi kepada

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan

Kepala BNP2TKI.

Tim Koordinasi Formulasi Kebijakan Pemulangan TKI

Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK FKP-TKIB)

telah menyelesaikan tugasnya dan mengirim laporannya

melalui Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat (selaku Ketua TK FKP-TKIB) Nomor

B.671/KMK/SES/IV/2008 tanggal 15 April 2008 kepada

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, sebagai

berikut:

1) TK FKP-TKIB memperkirakan jumlah TKI Bermasalah dan

Keluarganya yang akan dipulangkan dari Malaysia pada

tahun 2008 sejumlah 40.000 orang. Dari perkiraan

jumlah tersebut, telah ada anggaran perlindungan sosial

pekerja migran di Departemen Sosial tahun 2008 untuk

37.500 orang, namun masih ada sisa utang tahun 2007

untuk 8.800 orang, sehingga tahun 2008 masih

kekurangan biaya perlindungan sosial pekerja migran

sebanyak 11.300 orang.

Ditambah dengan kebutuhan anggaran untuk: (a)

koordinasi lintas sektor dan Perwakilan RI di Malaysia (b)

pengamanan kesehatan pemulangan TKIB (c) penguatan

operasional 11 Satgas Daerah (d) operasional Citizen

Service di Penang, Kuching dan Tawau, Malaysia, serta

(e) operasional Polmas (Perpolisan Masyarakat) untuk

pengawasan pelabuhan tradisionil di perbatasan (Tanjung

Pinang, Entikong, Nunukan), secara keseluruhan

diperlukan tambahan biaya sebesar Rp 14,25 milyar.

2) Untuk Tahun Anggaran 2009: (a) koordinasi lintas sektor

dan Perwakilan RI di Malaysia ditampung Kementerian

Koordinator Bidang Kesra, (b) biaya perlindungan sosial

pekerja migran untuk 49.000 orang ditampung

Departemen Sosial (c) penguatan operasional Satgas

Daerah ditampung Departemen Dalam Negeri, (d)

pengamanan kesehatan TKIB ditampung Departemen

Kesehatan, (e) biaya operasional Citizen Services di

Malaysia ditampung Departemen Luar Negeri, dan (f)

biaya operasional Polmas di daerah perbatasan

ditampung Mabes POLRI.

Page 29: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 22

3) Perihal formulasi pembagian tugas, diawali dengan

mempelajari pengertian tentang TKI, TKI Bermasalah

(TKIB), Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Pekerja

Migran Bermasalah Sosial (PMI-BS) yang ada di dalam

peraturan perundang-undangan.

Dari kajian tersebut, diperoleh pengertian yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

• TKI menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri (PPTKLN), adalah setiap

WNI yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam

hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima

upah.

(Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka “Calon TKI”

adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

sebagi pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan

terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan).

Gambar 2. Batasan TKI, Calon TKI, Pekerja

Migran dan Calon Pekerja Migran.

• Pekerja migran (Indonesia) menurut Depsos adalah orang

yang berpindah ke daerah lain, baik di dalam maupun ke luar

negeri (legal maupun ilegal), untuk bekerja dalam jangka waktu

tertentu.

• TKI Bermasalah menurut Pasal 73 UU No. 39 Tahun 2004

tentang PPTKLN, adalah TKI yang mengalami: (a) pemutusan

hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir (b)

terjadi perang, bencana alam, atau wabah penyakit di negara

TKI

LN

DN

Calon-TKI

Page 30: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 23

tujuan (c) mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak

bisa menjalankan pekerjaannya lagi (d) meninggal dunia di

negara tujuan, (e) dideportasi oleh pemerintah setempat.

• Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PM-BS) menurut Depsos

adalah pekerja migran internal dan lintas negara yang mengalami

masalah sosial tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran,

pengusiran (deportasi), ketidak-mampuan menyesuaikan diri di

tempat kerja baru atau negara tempatnya bekerja, sehingga

mengakibatkan terganggunya fungsi sosial.

• Berdasarkan pengertian tersebut di atas, definisi TKIB menurut

Keppres No. 106 Tahun 2004 tentang TK-PTKIB yaitu ”tenaga

kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia yang tidak memiliki izin

kerja dan/atau dokumen-dokumen yang sah untuk bekerja di

Malaysia dan/atau yang bekerja tidak sesuai dengan izin kerja

yang dimiliki”, cenderung lebih tepat disebut sebagai PMI-BS

karena kriteria TKI menurut UU No. 39 Tahun 2004, haruslah

yang mempunyai hubungan kerja (kontrak).

• Mengacu kepada tugas pokok BNP2TKI, Depsos dan Perwakilan RI

di Luar Negeri, maka pembagian tugas pemulangan TKIB dan

PM(I)-BS sejak dari luar negeri dan di dalam negeri, disepakati

sebagai berikut:

� Penanganan TKI, Calon TKI dan TKIB menurut pengertian UU

No. 39 Tahun 2004 tentang PPTKLN, menjadi tugas BNP2TKI,

bekerjasama dengan sektor terkait dan Pemerintah Daerah.

� Penanganan PM(I), Calon PM(I) dan PM(I)-BS, menjadi tugas

Depsos, bekerjasama dengan sektor terkait dan Pemerintah

Daerah.

� Penanganan WNI (TKI, TKIB, dan PM(I), PM(I)-BS) di luar

negeri menjadi tugas Departemen Luar Negeri melalui

Perwakilan RI setempat, bekerjasama dengan BNP2TKI,

Depsos, sektor terkait dan Pemerintah Daerah.

• Mengingat bahwa pemulangan TKIB dan PMI-BS selama ini tetap

berlangsung, maka untuk jangka pendek kesepakatan pembagian

tugas akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri Bersama,

atau dalam bentuk lainnya (Peraturan Menko Kesra dan Menko

Perekonomian), sehingga perangkat daerah dapat segera

menindaklanjutinya di lapangan.

• Selanjutnya mengingat bahwa pemulangan TKIB dan PMI-BS

belum cukup diatur dalam peraturan perundang-undangan, Tim

Koordinasi sepakat untuk menyempurnakan Keppres No. 106

Tahun 2004 menjadi Peraturan Presiden yang lebih komprehensif.

Page 31: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 24

4) Tindak lanjut:

a. Mendukung Biro Perencanaan dan KLN Kementerian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam

pengajuan dan pembahasan anggaran pemulangan

TKIB dan PMI-BS untuk APBNP Tahun 2008.

b. Mengkoordinasikan alokasi anggaran pemulangan

TKIB dan PMI-BS Tahun 2009 ke dalam DIPA masing-

masing sektor dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

tugas, fungsi dan urusan masing-masing.

c. Memformulasikan kesepakatan pembagian tugas

lintas sektor, BNP2TKI, Perwakilan RI dan

Pemerintah Daerah dalam ketetapan hukum yang

mengikat, agar dapat segera dilaksanakan di tingkat

lapangan.

d. Mengkoordinasikan penyempurnaan Keppres No. 106

Tahun 2004 tentang TK-PTKIB menjadi Peraturan

Presiden yang komprehensif.

D. Petunjuk Pelaksanaan Pemulangan TKIB

Dengan adanya perubahan kelembagaan di Pusat dan

Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan

rekomendasi dari TK FK-PTKIB (2008), maka Petunjuk

Pelaksanaan Pemulangan TKIB yang pernah dikeluarkan Satgas

TK-PTKIB Tahun 2004 perlu untuk disempurnakan.

Dalam Revisi Juklak, disepakati pengertian tentang TKI, TKI

Bermasalah, Pekerja Migran (PM) dan Pekerja Migran Bermasalah

Sosial (PMBS), dan pembagian tugas antar kementerian/lembaga

dan pemerintah daerah yang terkait dengan penanganan dan

pemulangan TKIB dan PMBS. Kemudian mengingat TKIB tidak

dapat lagi masuk dalam skema Jankesmas (d/h Askeskin), hak-

haknya untuk memperoleh layanan kesehatan diatur melalui

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan jika diperlukan dapat

dirujuk ke RS Rujukan atas biaya Departemen Kesehatan.

Selain itu diatur pula pelaksanaan pemutihan TKIB/PMBS di

Malaysia Timur yang bekerja di ladang-ladang kelapa sawit yang

dapat memperbaharui dokumennya tanpa harus pulang ke

Indonesia dan setelah diselesaikan hubungan kerjanya dengan

Page 32: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 25

perusahaan. Diatur pula langkah-langkah penanganan dan

pemulangan TKIB dan PMBS dari Malaysia sampai ke daerah

asalnya di Indonesia, serta penempatannya kembali menjadi TKI

berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Revisi Juklak juga mengatur prosedur penempatan kembali

TKIB menjadi TKI yang memenuhi persyaratan dari sisi

administrasi kependudukan sebagaimana diatur dalam Undang-

undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Revisi Juklak juga memperbaharui kontak person di

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, yang dilengkapi

dengan nomor telpon, fax, dan Handphone (HP) untuk

mempermudah komunikasi dalam penyelesaian berbagai masalah

yang mungkin timbul dalam penanganan dan pemulangan TKIB/

PMBS dari Malaysia.

Revisi Juklak dilengkapi dengan Petunjuk Teknis dari masing-

masing kementerian/lembaga sesuai dengan peran dan tanggung

jawabnya dalam penanganan dan pemulangan TKIB dan

keluarganya dari Malaysia.

Secara diagramatis, penanganan dan pemulangan TKIB/

PMBS dari Malaysia dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Bagan Alur Penanganan dan Pemulangan TKI

Bermasalah/Pekerja Migran Bermasalah Sosial.

Desa/KelurahanKab/KotaProvinsiEntry PointMalaysia

TKIB

TKI

Pemutihan

Deportasi Pemulangan Pemulangan

Penempatan

Kembali

Diklat Reintegrasi,

Pemberdayaan

Non-WNIRe-deportasi

Pemulangan

Pemulangan

Pemulangan

Page 33: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 26

Sampai dengan akhir tahun 2008, Draft Revisi Juklak sudah mendekati 80% selesai namun belum tuntas karena masih menunggu berbagai petunjuk teknis seperti dari administrasi kependudukan, layanan kesehatan (di luar Jankesmas), prosedur pengurusan untuk memperoleh kewarganegaraan RI bagi TKIB yang paspornya kedaluwarsa, serta pembebasan biayanya yang memerlukan persetujuan dari Menteri Keuangan.

E. Koordinasi Pemulangan TKIB

Walaupun Revisi Juklak belum ditetapkan, namun berbagai perubahan dan perkembangan prosedur penanganan dan pemulangan TKIB/PMBS beserta keluarganya dari Malaysia, telah diinformasikan ke Satgas PTKIB Daerah dan sekaligus sebagai upaya uji coba petunjuk pelaksanaan yang baru.

Rapat koordinasi yang berkaitan dengan penanganan dan pemulangan TKIB/PMBS antara lain adalah:

1. Dalam rangka implementasi hasil dan rekomendasi Tim Koordinasi Formulasi Kebijakan Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK FKP-TKIB) yang dibentuk melalui SK Menko Kesra No. 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2008, diselenggarakan rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Kesra pada tanggal 30 Juni 2008, dihadiri oleh Ketua dan Anggota Satgas TK-PTKIB serta Direktur Pemberdayaan BNP2TKI.

Deputi VI Menko Kesra selaku Ketua Tim Koordinasi Pelaksanaan dan Pemantauan Satgas TK-PTKIB melaporkan hasil-hasil dan rekomendasi TK FKP-TKIB berkaitan dengan: (i) penyusunan anggaran operasional Satgas Pemulangan TKIB tahun anggaran 2008 (APBNP) dan 2009; (ii) formulasi pembagian tugas Pemulangan TKI Bermasalah antara TK-PTKIB (Keppres No. 106 Tahun 2004) dan BNP2TKI (Perpres No. 81 Tahun 2006; (iii) melaporkan hasilnya kepada Menko Kesra dan Kepala BNP2TKI

Sehubungan hal tersebut, Satgas TK-PTKIB yang dibentuk melalui SK Menko Kesra No.27/KEP/MENKO/KESRA/XI/2004 perlu direorganisasi dengan mengganti Ditjen PPTKLN Depnakertrans dengan Ditjen Bina Penta Depnakertrans, dan memasukkan BNP2TKI ke dalam keanggotaan Satgas.

Hal ini perlu segera dilakukan untuk mengantisipasi rencana Pemerintah Malaysia untuk memulangkan secara besar-besaran Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) di negaranya yang banyak berasal dari Indonesia.

Page 34: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 27

Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Ketenagakerjaan dan

Anggota Satgas TK-PTKIB menanggapi dan membahas hasil

dan rekomendasi dari TK FKP-TKIB tersebut, yang pada

akhirnya menyepakati bahwa yang berkaitan dengan TKI

sebagaimana menurut pengertian UU No. 39 Tahun 2004

tentang PPTKLN, dari sejak hulu sampai dengan hilirnya

menjadi tanggung jawab BNP2TKI. Sementara bagi pekerja

migran yang tidak memenuhi persyaratan sebagai TKI,

menjadi tanggung jawab Departemen Sosial. Bagi WNI yang

bermasalah di luar negeri termasuk TKI atau pekerja migran,

menjadi tanggung jawab Perwakilan RI setempat.

Direktur Pemberdayaan, BNP2TKI, selanjutnya menjelaskan

bahwa sebagai pengganti Terminal III di Bandara Soekarno-

Hatta, telah dibangun Gedung Pendataan Kepulangan TKI

(GPK-TKI) di Selapajang, Banten, yang sehari-hari

dilaksanakan oleh Satuan Pelayanan Kepulangan TKI (SPK-

TKI) yang dibentuk melalui Peraturan Kepala BNP2TKI No.

PER.01/KA/SU/I/2008 tanggal 23 Januari 2008, diketuai oleh

H. Rahman dari POLRI dan beranggotakan 145 orang. SPK-

TKI didukung oleh Tim Koordinasi yang diketuai Direktur

Pengamanan BNP2TKI dan beranggotakan Dephub, Depkeu,

Deputi III KNPP, Mabes POLRI, Polres Bandara Soekarno-

Hatta (Soetta), Polresta Tangerang, Kantor Imigrasi Bandara

Soetta, PT. Angkasa Pura II Bandara Soetta, Kantor Bea

Cukai Bandara Soetta, dan Kantor Administrasi Bandara

Soetta. Di GPK-TKI juga ada LSM Lembaga Bantuan Hukum.

Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan

Bencana, Ditjen PUM, Depdagri menyampaikan bahwa

reorganisasi Satgas TK-PTKIB perlu segera dilakukan dan

segera menyusun Tata Kerja sebagaimana diatur dalam

Pasal 10 Keppres No. 106 Tahun 2004 tentang TK-PTKIB.

Selanjutnya perlu segera disosialisasikan dalam rangka

mengkoordinir Satgas Pemulangan TKIB di Daerah yang

perlu juga direorganisasi dengan memasukkan BP3TKI dalam

Satgas Daerah. Selanjutnya dilaporkan bahwa untuk Tahun

2009, telah diusulkan dana dekonsentrasi dari Depdagri

untuk operasional Satgas PTKIB Daerah.

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, menyampaikan bahwa berita dari koran Malaysia mengenai rencana pemulangan besar-besaran PATI asal Indonesia perlu ditanggapi dengan bijaksana, karena telah beberapa kali Pemerintah Malaysia

Page 35: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 28

menyuarakan hal tersebut namun tidak jadi dilaksanakan. Walaupun demikian perlu terus diikuti pemberitaannya agar Pemerintah RI melalui Satgas TK-PTKIB dapat melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya.

Rencana tindak lanjut:

a. Mengukuhkan kesepakatan pembagian tugas tentang penanganan TKI yang dari hulu sampai dengan hilir oleh BNP2TKI dengan didukung oleh lintas sektor, serta penanganan “PM-BS” oleh Depsos didukung oleh lintas sektor.

b. GPK-TKI yang menjadi tanggung jawab BNP2TKI, hendaknya menjamin pemulangan TKI sampai ke desa asalnya dengan selamat dan bermartabat. Untuk itu, BNP2TKI perlu mensosialisasikan kepada lintas sektor perihal pelayanan yang diberikan kepada TKI.

c. Formulasi reorganisasi Satgas TK-PTKIB dengan adanya BNP2TKI dan Ditjen Bina Penta, Depnakertrans, beserta tata kerja penanganan pemulangan TKIB dan PM-BS serta keluarganya, akan difasilitasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesra.

d. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesra akan segera berkoordinasi dengan Kepala BNP2TKI beserta jajarannya, mengenai penanganan TKI.

e. Kebutuhan dana APBN-P tahun 2008 untuk pemulangan TKI dan PM Bermasalah, diharapkan dapat difasilitasi oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesra.

f. Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Deplu akan berkoordinasi dengan Perwakilan RI di Malaysia mengenai rencana deportasi besar-besaran oleh Pemerintah Malaysia terhadap PATI di negaranya yang banyak berasal dari Indonesia.

2. Dalam rangka peningkatan penempatan dan perlindungan TKI termasuk TKI yang bermasalah, Kementerian Koordinator Bidang Kesra pada tanggal 9 Juli 2008 menyelenggarakan rapat koordinasi dengan BNP2TKI, yang dihadiri oleh Sekretaris Menko Kesra, Kepala BNP2TKI, Sekretaris Utama BNP2TKI, Deputi VI Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak, Staf Ahli Menko Kesra Bidang Ketenagakerjaan dan TKI, Deputi Penempatan BNP2TKI, Direktur Advokasi BNP2TKI, Direktur Pemberdayaan BNP2TKI, Kepala Biro Umum Setmenko Kesra, dan Asisten Deputi Kesempatan Kerja Perempuan dan Ekonomi Keluarga Kemenko Kesra.

Page 36: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 29

Penempatan TKI ke luar negeri merupakan salah satu solusi

yang efektif dalam rangka mengurangi pengangguran dan

kemiskinan, karena penempatan satu orang TKI akan

berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi 4-5 orang

anggota keluarganya. Selain itu, remitan yang dikirimkan

telah secara nyata meningkatkan devisa negara. Menurut

Kepala BNP2TKI, pada tahun 2008 tercatat ada sekitar 4,3

juta TKI legal dan 2 juta TKI ilegal yang tersebar di berbagai

negara. Sampai dengan bulan April 2008, remitansi dari TKI

telah mencapai US$ 2,23 milyar.

Sesuai dengan tugas, fungsi dan sumber daya yang ada,

BNP2TKI membatasi hanya menangani TKI legal, sementara

pekerja migran di luar definisi TKI diharapkan tetap ditangani

Menko Kesra melalui koordinasi Keppres No. 106 Tahun

2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan TKI Bermasalah

dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB). Keterkaitan

BNP2TKI dengan TK-PTKIB terutama dalam hal penempatan

kembali TKI Bermasalah menjadi TKI yang berkualitas dan

memenuhi persyaratan sebagaimana telah dirintis oleh

BNP2TKI bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau.

BNP2TKI tahun 2007 telah berhasil menempatkan 696.746 orang TKI dan berupaya menempatkan 1 juta orang TKI pada tahun 2008. Namun anggaran BNP2TKI tahun 2008 hanya sebesar Rp 240 milyar, termasuk untuk membiayai Satuan Pendataan Kepulangan TKI (SPK-TKI) di Gedung Pendataan Kepulangan TKI (GPK-TKI) di Selapajang, Banten.

Penempatan TKI yang disalurkan tanpa melalui Perusahaan

Pengerah TKI Swasta (PPTKIS, d/h PJTKI) seperti pelaut,

nelayan dan pekerja di kapal penangkap ikan tuna, perlu

diatur agar dapat diberikan perlindungan dengan sebaik-

baiknya. Saat ini konsep Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi mengenai hal tersebut, sedang dalam proses

penyusunan.

Terkait dengan masalah ketenagakerjaan dengan jumlah

penganggur sebanyak 9,43 juta orang (BPS, Februari 2008),

BNP2TKI mentargetkan penempatan satu juta penganggur

menjadi TKI di luar negeri. Selebihnya diharapkan menjadi

tugas Depnakertrans bekerjasama dengan sektor lainnya

untuk mengupayakan kesempatan kerja dan berusaha di

dalam negeri, dengan memanfaatkan program

Page 37: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 30

pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri, Kredit Usaha

Rakyat (KUR), transmigrasi, perkebunan, dan lain-lain.

Depnakertrans juga diharapkan meningkatkan pengawasan

implementasi norma-norma ketenagakerjaan baik di dalam

negeri maupun di luar negeri.

Rencana tindak lanjut:

a. Mendukung BNP2TKI dalam upaya melegalkan TKI

Bermasalah menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi

persyaratan.

b. Meningkatkan efektivitas pemanfaatan biaya pembinaan

sebesar US$ 15 per TKI yang merupakan Pendapatan

Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagaimana diatur dalam

UU No. 20 Tahun 1997, sebesar-besarnya bagi upaya

pendidikan dan pelatihan, riset, penegakan hukum dan

pembinaan lingkungan bagi TKI dan keluarganya.

c. Meningkatkan anggaran BNP2TKI sehingga mampu

menempatkan dan melindungan TKI dengan sebaik-

baiknya, berdasarkan pada “placement by mapping”,

dengan memetakan potensi calon TKI dan situasi pasar

kerja di luar negeri.

d. Mengkaji dan mengupayakan Satuan Pendataan

Kepulangan TKI (SPK-TKI) di Gedung Pendataan

Kepulangan TKI (GPK-TKI) Selapajang, Banten, menjadi

Unit Pelaksana Teknis (UPT) BNP2TKI setingkat Eselon II,

demikian pula untuk Balai Pelayanan Penempatan dan

Perlindungan TKI (BP3TKI) di daerah.

e. Mengkoordinasikan dengan Ditjen Imigrasi, Departemen Hukum dan HAM mengenai dasar hukum bagi pengetatan pengiriman TKI menggunakan visa kunjungan.

f. Merintis diadakannya acara dalam rangka memperingati Hari Buruh/Pekerja Internasional tanggal 18 Desember sebagai wahana memberikan award kepada TKI dan pelaku penempatan dan perlindungan TKI yang berhasil/berjasa (di Istana Negara), dan wahana silahturahmi pemerintah dengan buruh/pekerja migran sebagai Pahlawan Devisa (Istora Senayan).

g. Untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan pendataan kepulangan TKI, akan dilaksanakan kunjungan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesra dan BNP2TKI ke GPK-TKI Selapajang, Bandara Soekarno-Hatta, Banten.

Page 38: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 31

3. Sebagai tindak lanjut pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan Duta Besar RI untuk Malaysia di Kualalumpur dan Acting Konjen RI di Kota Kinabalu, Sabah, pada tanggal 12 Agustus 2008 di Jakarta, Deputi VI Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak pada tanggal 22 Agustus 2008 mengadakan rapat koordinasi terbatas dengan Ditjen Imigrasi, Depkumham dan Ditjen Protokol dan Konsuler, Departemen Luar Negeri.

Gambar 4. Koordinasi Ketua TK-PTKIB dengan Duta

Besar RI untuk Malaysia.

Deputi VI Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak menyampaikan hasil pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan Perwakilan RI untuk Malaysia tanggal 12 Agustus 2008 yang lalu, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan paspor, surat perjalanan laksana paspor (SPLP), dan kebutuhan tambahan petugas untuk membantu di Perwakilan RI di Sabah.

Ditjen Imigrasi menyampaikan kesediaan stok paspor dan

SPLP serta tenaga keimigrasian untuk membantu Perwakilan

RI di Sabah, yang sudah siap untuk dikirim dan

diberangkatkan sewaktu-waktu diperlukan. Mengantisipasi

pemulangan TKIB secara besar-besaran dari Sabah, Ditjen

Imigrasi telah menyiapkan Kantor Imigrasi Nunukan dan

Tarakan untuk menerima pemulangan TKIB dan akan

membantu mereka yang ingin bekerja kembali ke Malaysia,

bekerja sama dengan Satgas PTKIB dan BP3TKI setempat.

Dengan demikian, mereka masuk ke Sabah sebagai TKI

resmi. Dalam rangka itu, Kanwil Imigrasi Kalimantan Timur,

Page 39: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 32

pada hari Minggu tanggal 24 Agustus 2008 akan

mengadakan rapat koordinasi dengan Perwakilan RI untuk

Sabah di Tawau. Hasil pertemuan diminta agar segera

dikirimkan ke Pusat pada kesempatan pertama.

Gambar 5. Rakor Satgas TK-PTKIB mengantisipasi

deportasi TKIB dan keluarganya dari

Malaysia.

Sebagaimana pemulangan TKIB tahun 2004-2005 yang

akhirnya pemutihannya dilakukan di Perwakilan RI di

Malaysia, perlu dinegosiasikan dengan Pemerintah Sabah

agar pemutihan seluruh TKIB di Sabah dapat dilakukan di

ladang dan kilang kepala sawit, atau di Perwakilan RI, tanpa

harus ada yang dideportasi. Hal ini menguntungkan kedua

belah pihak dan juga bagi TKIB dan keluarganya.

Acting Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu menyatakan

bahwa razia Pemeritah Sabah lebih ditujukan ke pendatang

asing tanpa ijin (PATI) asal Filipina, sementara untuk PATI

asal Indonesia ditawarkan untuk mendapat amnesti. Hal ini

diberikan untuk menjaga agar kebun dan kilang kelapa sawit

di Sabah tidak merugi karena ketiadaan tenaga kerja

terampil asal Indonesia. Bahkan Pemerintah Sabah

membolehkan TKIB tetap tinggal di Sabah, asalkan

dokumennya dilengkapi.

Sehubungan dengan itu, Pemerintah RI harus memanfaatkan

hal ini dengan memberikan pelayanan dokumen dengan cara

jemput bola ke perkebunan dan kilang di Sabah. Pengiriman

paspor dan SPLP harus segera dilakukan ke Perwakilan RI di

Page 40: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 33

Kota Kinabalu, Tawau dan Kuching, agar TKIB segera

memiliki dokumen yang diperlukan.

4. Dalam rangka memantau pelayanan dan perlindungan kepulangan Pahlawan Devisa dari luar negeri, Sekretaris dan Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak Kementerian Koordinator Bidang Kesra, Staf Ahli Bidang Ketenagakerjaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Staf Ahli Menteri Negara Pember-dayaan Perempuan, dan Sekretariat Wakil Presiden, pada hari Selasa 19 Agustus 2008 mengadakan peninjauan dan pertemuan dengan Kepala BNP2TKI dan jajarannya serta Satuan Pelayanan Kepulangan TKI Bandara Soekarno-Hatta di Selapajang, Banten.

Gambar 6. Rakor Satgas TK-PTKIB dengan BNP2TKI

dan Satuan Pelayanan Kepulangan TKI.

Secara umum, pelayanan dan perlindungan TKI sudah ada

peningkatan, baik di Terminal II-D Bandara Soekarno-Hatta

(counter imigrasi khusus, petugas pendamping, layanan tiket

sambungan, komuter bus gratis ke GPK-TKI), maupun di

Gedung Pelayanan Kepulangan TKI (GPK-TKI) di Selapanjang

Tangerang (fasilitas gedung ber-AC, klinik, kantin murah,

ruang tunggu, penginapan, transportasi darat, sistem

komputerisasi, perbankan, asuransi, security, dan lain-lain).

Namun masih ada yang perlu ditingkatkan seperti misalnya

Petugas Penjemput yang masih kurang peka dalam

menangani TKI Perempuan yang bermasalah (hamil,

dideportasi, trauma, sakit, dan masalah lainnya), serta letak

GPK-TKI yang walau masih dalam areal Bandara namun

sangat jauh dari Terminal II-D.

Pelayanan dan perlindungan kepulangan TKI di Bandara Soekarno-Hatta ini perlu disosialisasikan ke Perwakilan RI di luar negeri dan juga ke masyarakat dalam negeri sehingga

Page 41: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 34

mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam bidang pengawasan publik agar kinerja GPK-TKI semakin meningkat. Publikasi tentang pelayanan dan perlindungan TKI hendaknya tidak saja dalam rangka meng-counter berita-berita negatif yang tidak benar, tetapi juga secara aktif menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang hal-hal positif yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada TKI.

Satuan Pelayanan TKI GPK-TKI Selapanjang, sejauh ini masih menggunakan anggaran BNP2TKI. Sehubungan dengan itu, perlu ditingkatkan menjadi unit struktural setingkat Eselon II, sehingga mempunyai kemandirian sumber daya yang akan mendukung peningkatan pelayanan dan perlindungan kepulangan TKI sejak turun dari pesawat sampai ke daerah asalnya.

Berdasarkan laporan dari Jasindo, dari Rp 42 milyar klaim asuransi, sebesar 80%-nya tidak diterima oleh TKI yang bersangkutan, tetapi oleh PPTKIS yang mengirim dan menyetorkan premi TKI tersebut pada awal keberangkatan penempatannya. Hal ini dapat terjadi karena klaim asuransi dilakukan PPTKIS melalui sutrat kuasa dari TKI yang bersangkutan. Dengan menempatkan counter asuransi di GPK-TKI, TKI dengan dibantu petugas dapat mengajukan klaim asuransi tanpa melalui PPTKIS. Namun layanan ini mendapat reaksi tidak menyenangkan dari PPTKIS.

Praktek-praktek pembayaran premi asuransi TKI yang lebih murah dengan resiko pertanggungan yang lebih murah pula, perlu dihindari dengan meningkatkan sosialisasi tentang manfaat asuransi bagi TKI. Demikian pula praktek-praktek penjualan sertifikat kesehatan yang meloloskan kondisi kesehatan calon TKI yang tidak memenuhi syarat, harus terus diberantas dengan meningkatkan pengawasan yang ketat bagi lembaga-lembaga pemeriksa kesehatan calon TKI.

Perihal penanganan TKI Mandiri yang dideportasi Pemerintah AS menggunakan pesawat khusus ke Bandara Soekarno-Hatta, akan dibantu penanganannya oleh GPK-TKI, berkoordinasi dengan Satgas TK-PTKIB khususnya dari Depsos, Deplu dan Kepolisian.

Kekurangan pegawai di BNP2TKI (perlu 300 orang) dan GPK-TKI (perlu 100 orang), diupayakan akan dipenuhi dari eks pegawai Departemen Keuangan yang akan dirasionalisasi. Hal ini akan dikoordinasikan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara.

Page 42: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 35

5. Dalam rangka persiapan mengantisipasi rencana Pemerintah

Malaysia untuk memulangkan TKI Bermasalah dan

Keluarganya dari Malaysia terutama dari Sabah, pada

tanggal 25 Agustus 2008 di Jakarta, Satgas TK-PTKIB

mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri seluruh anggota

Satgas TK-PTKIB dan BNP2TKI.

Deputi VI Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak menyampaikan hasil

pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

dengan Perwakilan RI untuk Malaysia tanggal 12 Agustus

2008, serta hasil rapat koordinasi terbatas dengan Ditjen

Imigrasi Depkumham dan Dit. Perlindungan WNI dan BHI

Deplu pada tanggal 25 Agustus 2008, yang pada intinya

Menko Kesra mengharapkan agar pemulangan TKIB dan

keluarganya dari Malaysia terutama dari Sabah, dapat

dilaksanakan dengan selamat dan bermartabat. Peluang

adanya amnesti dari Pemerintah Malaysia, agar direspons

oleh Satgas TK-PTKIB dengan baik dengan melaksanakan

pemutihan di Malaysia dan juga pelayanan di daerah entry

point di Indonesia bagi yang dideportasi.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Deplu, menyampaikan

bahwa atas usaha dari Menteri Luar Negeri RI yang telah

menemui Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri

Malaysia, Operasi Nyah kepada Pendatang Asing Tanpa Ijin

(PATI) di Malaysia terutama di Sabah, lebih ditujukan kepada

PATI bukan dari Indonesia. Bagi PATI asal Indonesia yang

memang berperan penting dalam operasional perkebunan

dan kilang kelapa sawit di Sabah, akan diberikan amnesti

jika ada jaminan dari majikan, sementara yang tidak ada

jaminan dan tidak mempunyai dokumen akan dideportasi.

Menteri Luar Negeri mengharapkan kepada Pemerintah

Malaysia agar bertindak bijaksana dalam masalah ini.

Dalam hubungan itu, pihak Deplu menyampaikan agar

Satgas TK-PTKIB dapat memanfaatkan peluang amnesti

tersebut dengan memberikan pelayanan jemput bola,

memberikan dokumen yang diperlukan kepada TKIB dan

Keluarganya di Malaysia Timur (Sabah dan Sarawak).

Diperkirakan di Malaysia ada 1,2 juta orang WNI karena berdasarkan pendataan pada waktu Pemilu 2004 yang lalu diketahui ada 4 juta WNI di negara tersebut. Sehubungan dengan itu, untuk keperluan pemutihan dan pemulangan

Page 43: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 36

TKIB dan keluarganya dari Malaysia Timur, diperkirakan untuk Perwakilan RI di Kuching, Kota Kinabalu dan Tawau, masing-masing memerlukan 50.000 paspor 24 Halaman, dan kurang lebih 50.000 Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP). Dimohon agar paspor dan SPLP tersebut dapat dikirimkan melalui Tim Interdep dari Satgas TK-PTKIB pada kesempatan pertama, agar TKIB dan keluarganya tidak kehilangkan momentum amnesti dari Pemerintah Malaysia tersebut.

Direktur Dokumen Perjalanan, Visa dan Pelayanan Keimigrasian, Ditjen Imigrasi menyampaikan hasil koordinasi dengan Kepala Divisi Imigrasi Kalimantan Timur, bahwa untuk mengantisipasi pemulangan TKIB dan keluarganya dari Sabah, telah disiapkan Kantor Imigrasi Nunukan dan Tarakan. Kepala Divisi Imigrasi Kaltim juga telah berkoordinasi dengan Perwakilan RI Sabah pada hari Minggu tanggal 24 Agustus 2008, namun belum diperoleh laporannya.

Sehubungan dengan peluang amnesti dari Pemerintah Malaysia, selain dokumen juga diperlukan petugas tambahan di lapangan (Sabah), yang juga sudah disiapkan oleh Ditjen Imigrasi. Bagi TKIB dan keluarganya di Sabah yang masih memiliki paspor namun sudah tidak berlaku, diperlukan adanya endorsement dari yang berwenang agar paspor tersebut dapat diberlakukan kembali. Ditjen Imigrasi masih menunggu surat dari Perwakilan RI atau Deplu mengenai kebutuhan paspor, SPLP dan tambahan tenaga tersebut. Mengenai kebutuhan tambahan petugas lapangan ini, pihak Deplu melalui Sekretariat Jenderal juga telah menyiapkannya.

Kedeputian Bidang Perlindungan BNP2TKI menyampaikan bahwa BNP2TKI melalui BP3TKI Nunukan sudah melakukan persiapan untuk memfasilitasi penempatan kembali TKIB sesuai dengan persyaratan, yaitu bagi mereka yang ingin kembali bekerja di Malaysia.

Direktorat Samapta, Babinkan Mabes POLRI menyampaikan bahwa dalam hal pengamanan, untuk lingkup kecil diserahkan kepada Wilayah seperti kalau dipelabuhan oleh KP3. Sementara untuk pengamanan bagi jumlah yang lebih besar, perlu back-up dari Kepolisian Daerah (Polda) setempat. Mabes POLRI akan segera menerbitkan TR (Telegram Rahasia) ke Polda-polda mengenai pengamanan pemulangan TKIB dan keluarganya.

Page 44: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 37

Departemen Kesehatan menyampaikan bahwa sesuai dengan

petunjuk Menteri Kesehatan, layanan Jankesmas tidak bisa

dipergunakan untuk TKIB dan keluarganya karena sistem

Jankesmas ditujukan bagi kuota penduduk miskin yang

sudah terdaftar dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Namun

bagi TKIB dan keluarganya, akan mendapatkan layanan

kesehatan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan/Bandara

(KKP), dan jika diperlukan dapat dirujuk kepada RS Rujukan

setempat. Untuk keperluan jaminan RS, kepada TKIB dan

keluarganya dapat diberikan Surat Keterangan Tidak Mampu

(SKTM) dari Pemerintah Daerah setempat (melalui SKPD

yang ditunjuk). Departemen Kesehatan akan mengirim surat

ke KKP Tanjungpinang, Kepulauan Riau; Entikong,

Kalimantan Barat, serta Tarakan dan Nunukan Kalimantan

Timur mengenai hal ini.

Sekretariat Wakil Presiden sangat mendukung upaya pemberian layanan kesehatan kepada TKIB dan keluarganya sebagaimana yang disampaikan oleh Departemen Kesehatan. Jadi walaupun tidak masuk dalam kuota Jankesmas di daerah setempat, namun sebagai WNI, TKIB dan keluarganya harus dapat memperoleh haknya untuk memperoleh layanan kesehatan dari Negara.

Asisten Deputi Ketenagakerjaan Perempuan KNPP

menyampaikan perlunya disiapkan kebutuhan spesifik

perempuan dan anak TKIB, dan telah merekomendasikan

kepada Depsos untuk menyediakan kebutuhan tersebut.

Sehubungan dengan ini, Departemen Kesehatan meminta

agar Departemen Sosial segera mengajukan surat

permohonan ke Ditjen Yankesmas, Depkes untuk

memperoleh alokasi makanan bayi yang dapat dipergunakan

bagi anak-anak TKIB.

Dit. Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja

Migran, Departemen Sosial menyampaikan kesiapan untuk

memberikan pelayanan permakanan dan transportasi kepada

TKIB dan keluarganya, yaitu dari daerah debarkasi ke

ibukota provinsi daerah asal. Sementara dari ibukota provinsi

ke desa asalnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah

setempat. Depsos menyampaikan terima kasih atas tawaran

dari Departemen Kesehatan, sementara untuk kebutuhan

lainnya akan diupayakan dari dana APBN-P tahun 2008 yang

telah diajukan.

Page 45: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 38

Ditjen Pemerintah Umum (PUM) Depdagri menyampaikan

akan segera mengirimkan surat kepada Pemerintah Daerah

debarkasi dan di daerah asal TKIB, agar siap menerima dan

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada TKIB

dan keluarganya, dengan pembagian tugas sebagaimana

disampaikan oleh Depsos. Untuk pemulangan TKIB dari

Sabah, daerah asal mereka sebagian besar dari Provinsi NTB

dan NTT.

Ditjen Adminduk Depdagri menyampaikan bahwa sebaiknya

memang Pemerintah RI memanfaatkan amnesti melalui

pemutihan yang dilakukan di Sabah, Malaysia, karena

berdasarkan Sistem Administrasi Kependudukan yang

diaplikasikan sekarang, agak sulit untuk dapat mengeluarkan

“KTP Putih” sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Pemda

Nunukan. Namun rapat menghendaki agar Ditjen Adminduk

dapat mengupayakan adanya “dispensasi” untuk memberi

kemudahan bagi TKIB yang ingin kembali bekerja ke

Malaysia.

Deputi VI Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak sebagai pimpinan rapat

kemudian menyimpulkan, bahwa:

a. Satgas TK-PTKIB Nasional telah siap memberikan pelayanan kepada TKIB amnesti dan siap menerima deportasi TKIB dan keluarganya dari Malaysia terutama dari Sabah.

b. Pemerintah RI akan memprioritaskan upaya pemutihan TKIB amnesti dan keluarganya di Sabah, Malaysia, dan untuk itu diperlukan paspor, SPLP dan petugas lapangan tambahan, yang sudah dipersiapkan oleh Ditjen Imigrasi, Depkumham, dan Deplu.

c. Jankesmas tidak dapat dipergunakan oleh TKIB dan keluarganya, namun bagi mereka yang memerlukan layanan kesehatan akan difasilitasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan untuk yang memerlukan rujukan, kepada Rumah Sakit akan diberikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Pemda setempat melalui SKPD yang ditunjuk, untuk jaminan RS bagi TKIB dan keluarganya.

d. Sesuai dengan bidang tugasnya, Mabes POLRI akan segera mengeluarkan TR (Telegram Rahasia) ke Polda untuk pengamanan pemulangan TKIB dan keluarganya;

Page 46: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 39

Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUM) akan mengirim surat kepada Pemda terkait untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada TKIB dan keluarganya; dan Departemen Kesehatan akan mengirim surat ke KKP Tanjungpinang, Kepulauan Riau; Entikong, Kalimantan Barat; serta Tarakan dan Nunukan Kalimantan Timur untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal kepada TKIB dan keluarganya.

e. Ditjen Adminduk Depdagri diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan dan memberikan petunjuk kepada Pemda daerah entry-point, agar kepada TKIB yang ingin kembali bekerja di Malaysia saat sekarang, dapat diberikan perlakuan khusus namun tidak bertentangan dengan sistem adminduk yang ada dan peraturan perundangan-undangan.

f. Untuk pengiriman paspor dan SPLP ke tiga Perwakilan RI di Malaysia Timur (Kuching, Serawak; Kota Kinabalu dan Tawau, Sabah), akan dibentuk Tim Interdep, dengan menggunakan biaya perjalanan dari masing-masing instansi.

Rencana Tindak Lanjut:

a. Mengirim surat ke kementerian/lembaga anggota Satgas

TK-PTKIB untuk menugaskan Stafnya dalam Tim

Interdep pengiriman paspor dan SPLP ke Malaysia Timur.

b. Menetapkan waktu pengiriman paspor, SPLP dan petugas

lapangan tambahan, berdasarkan informasi mutakhir dari

Perwakilan RI di Sabah dan Serawak, dan atau dari

Departemen Luar Negeri.

6. Dalam rangka mengintegrasikan pemulangan TKI

Bermasalah, Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

Bermasalah Sosial melalui Bandara Soekarno-Hatta, Banten,

pada tanggal 3 September 2008 di Jakarta, Satgas TK-PTKIB

mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh

International Organization for Migration (IOM) Indonesia,

Satuan Pelayanan Kepulangan TKI Selapanjang, Banten, dan

BNP2TKI.

Asisten Deputi Kesempatan Kerja Perempuan dan Ekonomi

Keluarga Kemenko Kesra mewakili Satgas TK-PTKIB

menyampaikan Laporan Sekretaris Kemenko Kesra selaku

Ketua Tim Koordinasi Formulasi Kebijakan Pemulangan TKIB

Page 47: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 40

tentang pembagian tugas pemulangan TKI, TKIB, Pekerja

Migran Bermasalah Sosial (PM-BS) termasuk di dalamnya

Korban Tidak Kekerasan, yang disepakati sebagai berikut:

(a) Penanganan TKI, Calon TKI dan TKIB (menurut

pengertian UU No. 39 Tahun 2004 tentang PPTKLN), menjadi

tugas BNP2TKI, bekerjasama dengan sektor terkait dan

Pemerintah Daerah. (b) Penanganan PM, Calon PM dan PM-

BS, menjadi tugas Depsos, bekerjasama dengan sektor

terkait dan Pemerintah Daerah (c) Penanganan WNI (TKI,

TKIB, dan PM, PM-BS) di luar negeri menjadi tugas

Departemen Luar Negeri melalui Perwakilan RI setempat,

bekerjasama dengan BNP2TKI, Depsos, sektor terkait dan

Pemerintah Daerah.

Mengenai pemulangan Korban Tindak Kekerasan (korban

trafficking) melalui Bandara Soekarno-Hatta, karena sudah

ada Satuan Pelayanan Kepulangan TKI (SPK-TKI) dan

Gedung Pendataan Kepulangan TKI (GPK-TKI), diharapkan

dapat dilayani secara terpadu, dan jika diperlukan diperkuat

petugas dari Depsos dan instansi lainnya.

IOM Indonesia menyampaikan bahwa sejak bulan November

2007, hanya dapat membantu recovery medis korban

trafficking dan tidak bisa lagi membantu sejak dari

pemulangan sampai dengan reintegrasinya ke masyarakat.

IOM mengharapkan agar mekanisme yang sudah pernah

dijalankan dapat diadopsi oleh instansi Pemerintah RI sesuai

dengan tugasnya masing-masing. Pengiriman korban

trafficking yang datang melalui Bandara Soekarno-Hatta,

Cengkareng, Banten yang selama ini telah berkoordinasi

dengan IOM, perlu disesuaikan pembagian tugasnya dengan

Instansi yang berwenang menanganinya.

Kepala SPK-TKI yang bertugas di Gedung Pendataan

Kepulangan TKI (GPK-TKI) Selapanjang menyampaikan

bahwa sesuai pengarahan Kepala BNP2TKI, kepada TKI

Bermasalah termasuk korban tindak kekerasan (trafficking)

tetap mendapat pelayanan dari SPK-TKI, dan jika korban

perlu dirujuk ke RS POLRI Kramatjati atau ke Rumah

Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) atau Rumah

Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Depsos di Bambu Apus,

Jakarta, diberikan pelayanan transportasi gratis. Korban

selanjutnya akan mendapat dukungan pelayanan dari IOM

dan atau dari Depsos.

Page 48: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 41

Untuk memberikan pelayanan kepada korban tindak kekerasan di Terminal II-D Bandara Soekarno-Hatta dan di GPK-TKI, kepada Depsos diharapkan dapat menempatkan petugas/pekerja sosial di tempat tersebut, berkoordinasi dengan SPK-TKI.

Departemen Sosial menginformasikan bahwa pelayanan kepada korban tindak kekerasan (KTK) yang masih anak-anak (di bawah 18 tahun) dapat diterima di RPSA, sedang untuk yang dewasa di RPTC (keduanya di Bambu Apus) dan setelah pulih kemudian dipulangkan ke daerah asalnya dengan ketentuan standar Depsos (bukan menggunakan pesawat terbang). Depsos akan mengupayakan agar biaya transportasi KTK dan PM-BS dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bambu Apus dapat ditanggung oleh anggaran Depsos. Untuk itu, diperlukan adanya Surat dari Satgas TK-PTKIB yang menyatakan bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu entry point pemulangan korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

Departemen Luar Negeri melaporkan bahwa untuk memulangkan korban tindak kekerasan (trafficking) dari luar negeri yang dahulunya didanai IOM, sekarang sudah ada dalam anggaran Deplu. Mengenai penggunaan istilah TKI Bermasalah (UU No. 39 tahun 2004) yang menjadi tanggung jawab BNP2TKI serta Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PM-BS) dan Korban Tindak Kekerasan (KTK) yang menjadi tanggung jawab Depsos, akan diinformasikan ke Perwakilan RI agar dalam manifes sudah jelas dikategorikan yang dipulangkan TKIB atau PMI-BS/KTK.

Departemen Kesehatan menginformasikan keberadaan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Bandara Soekarno-Hatta yang dapat diajak bekerja-sama oleh SPK-TKI dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada TKIB, KTK dan PM-BS yang pulang melalui Bandara Soekarno-Hatta, mendukung operasional Klinik yang ada di GPK-TKI. Kerjasama ini akan segera ditindaklanjuti oleh SPK-TKI.

Sebagai kesimpulan dan tindak lanjut mekanisme pemulangan TKIB, KTK, dan PM-BS melalui Bandara Soekarno-Hatta disepakati sebagai berikut:

a. Pemulangan TKIB, KTK dan PMI-BS melalui Bandara Soekarno-Hatta, ditangani melalui satu pintu GPK-TKI oleh SPK-TKI BNP2TKI yang diperkuat petugas/pekerja sosial dari Depsos, dan bekerjasama dengan KKP setempat. Untuk tahun 2008, SPK-TKI diharapkan dapat

Page 49: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 42

membantu transportasi KTK/PM-BS ke RPTC dan RPSA Depsos Bambu Apus, Jakarta. Untuk selanjutnya, Depsos diharapkan dapat membiayai tranportasi KTK dan PM-BS dari Bandara Soekarno-Hatta ke RPTC dan RPSA Bambu Apus.

b. Dalam rangka mendukung transportasi KTK/PM-BS dari Bandara Soekarno-Hatta ke RPTC dan RPSA Bambu Apus, diperlukan Surat dari Satgas TK-PTKIB yang menyatakan bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu entry point debarkasi pemulangan KTK/PM-BS.

c. Dalam rangka memperkuat SPK-TKI dengan petugas/ pekerja sosial untuk membantu melayani KTK dan PM-BS yang pulang melalui Bandara Soekarno-Hatta, Depsos akan segera membuat surat mengenai hal ini kepada SPK-TKI.

d. SPK-TKI akan segera menindaklanjuti kerjasama pelayanan kesehatan dengan KKP Bandara Soekarno-Hatta.

e. Deplu akan menginformasikan kepada Perwakilan RI di luar negeri, agar dalam pemulangan WNI Bermasalah (TKIB, KTK, PM-BS) dari sejak awal sudah ada pengkategorian yang jelas untuk membantu penanganannya di dalam negeri.

7. Dalam rangka mengintegrasikan pemulangan TKI Bermasalah, Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Bermasalah Sosial melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 4 September 2008 di Ruang Penerimaan Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Satgas TK-PTKIB mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh Satgas/Pos Koordinasi Pemulangan Pekerja Migran Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia ke Daerah Asal melalui Debarkasi Pelabuhan Tanjung Priok (SK Dirjen Banjamsos No. 12/BS.08.04/I/ 2008 tanggal 8 Januari 2008), Suku Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota Jakarta Utara, dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) DKI Jakarta.

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak menyampaikan berita dari Departemen Luar Negeri bahwa Malaysia mulai bulan Agustus 2008 kembali akan merazia dan memulangkan Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) asal Indonesia khususnya di Sabah, Malaysia. Tanjung Priok yang selama ini telah

Page 50: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 43

menerima pemulangan pekerja migran bermasalah (PM-BS) dan keluarganya terutama dari Semenanjung Malaysia yang dideportasi ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, diperkirakan beban tugasnya akan meningkat sehingga perlu dilakukan koordinasi persiapan agar dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya.

Administrasi Pelabuhan Tanjung Priok menyampaikan bahwa sebagai penanggung jawab pelabuhan memandang pemulangan TKIB sebagai proyek kemanusiaan sehingga diupayakan untuk dapat membantu TKIB semaksimal mungkin, yaitu melalui pelayanan kesehatan (KKP), pengamanan (KP3 dan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak), serta permakanan dan transportasi ke daerah asal (Depsos). Namun bersamaan dengan momentum hari raya Iedulfitri 1429H, pemulangan TKIB dari Malaysia saat ini dikawatirkan melebihi daya tampung dan fasilitas kesehatan yang ada.

Dilaporkan bahwa AC perlu direnovasi dan ditambah, demikian pula persediaan obat-obatan, dan rujukan bagi TKIB yang sakit hendaknya tidak hanya ke RS Koja saja tetapi juga bisa ke RS lainnya di Jakarta. Agar penanganan TKIB yang sakit dapat dipersiapkan dengan baik, diperlukan data tentang TKIB yang sakit sejak dari pelabuhan pemberangkatan (Tanjung Pinang, dan lainnya). Selanjutnya untuk menghindari kesimpangsiuran mengenai data PM-BS, disarankan adanya satu pintu yang berfungsi sebagai Media Center serta untuk pelaporan.

Supervisor Pelabuhan Tanjung Priok, menyampaikan bahwa kepada TKIB telah diberikan jalur khusus yang tidak sama dengan penumpang umum. Namun dengan banyaknya TKIB yang mengambil kesempatan untuk mandi, telah menyebabkan kebutuhan air menjadi melonjak padahal di Tanjung Priok air memerlukan biaya yang mahal. Selama ini disinyalir bahwa jumlah TKIB yang datang tidak sesuai dengan yang diberangkatkan, sehingga diusulkan agar manifes dari Satgas PTKIB Tanjungpinang dapat ditembuskan ke Satgas/Posko Pemulangan PMBS Tanjung Priok, karena dikawatirkan masih ada tekong-tekong yang beroperasi membujuk PM-BS untuk kembali bekerja ke Malaysia dengan cara di luar prosedur.

Yayasan Peduli Buruh Migran menyampaikan dukungannya

dalam memberikan layanan kesehatan kepada PM-BS

dengan memberikan pendampingan dan memfasilitasi

Page 51: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 44

rujukan PM-BS yang sakit ke RS selain RS Koja, seperti ke

RS St Carolus untuk PM-BS yang ternyata ada yang terkena

HIV/AIDs. Dilaporkan bahwa perlu adanya surat

rekomendasi dari Satgas TK-PTKIB (Depkes) agar RS Koja

dapat memberikan layanan kesehatan kepada PM-BS dengan

lebih baik, termasuk kepada PM-BS yang melahirkan tetapi

tidak mampu menunjukkan surat nikah (akibat pelecehan

seksual). Satgas TK-PTKIB juga diharapkan dapat

mengalokasikan dana bagi pemakaman PM-BS yang

meninggal dunia.

Direktur Trantib dan Limas, Ditjen PUM Depdagri

menyampaikan bahwa sebagai jendela Pemerintahan Pusat

maka perlu ada keseimbangan antara Unit Pelayanan TKIB di

Bandara Soekarno-Hatta dengan di Pelabuhan Tanjung Priok,

dan mengusulkan adanya peningkatan pelayanan kepada

TKIB yang pulang melalui pelabuhan Tanjung Priok. Untuk

itu perlu adanya penguatan kelembagaan Satgas/Posko

Tanjung Priok melalui SK dari Kemenko Kesra dengan

melibatkan kementerian/lembaga terkait, Pemerintah Prov.

DKI Jakarta dan LSM, yang selanjutnya dapat dijadikan

prototype bagi Satgas Daerah lainnya. Diinformasikan, untuk

tahun 2009, Depdagri telah mengalokasikan anggaran untuk

operasional 11 Satgas PTKIB di daerah entry point di

Indonesia.

Depsos melaporkan bahwa selalu ada selisih antara jumlah

TKIB menurut manifes dan realisasi sehingga diperlukan

sistem pendataan yang akurat. Pedoman Penanganan KTK

dan PM dari Depsos sudah ada namun masih perlu

dijabarkan dalam petunjuk teknis yang mengatur pendataan

sejak di daerah debarkasi (Satgas), pemberian nama tiket

yang sesuai dengan nama TKIB di PT. PELNI, serah terima

kepada nakhoda kapal (pada waktu naik), serah terima

kepada PT. PELNI (pada waktu turun), dan serah terima

pada Satgas Tanjung Priok. Data dari Perwakilan RI

hendaknya juga disesuaikan dengan yang dikirimkan melalui

kapal dan bukan data kumulatif, sehingga memudahkan

dalam pengontrolan.

Serikat Buruh Migran Indonesia melaporkan masih adanya

keterlibatan PPTKIS nakal yang berupaya untuk me-recycle

PM-BS, yang berarti akan mengulang kembali permasalahan

yang terjadi sekarang. Juklak dan juknis penanganan PM-BS

Page 52: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 45

di Tanjung Priok perlu segera diwujudkan dan disosialisasi-

kan ke daerah entry point debarkasi lainnya untuk

memperoleh hubungan kerja yang saling menunjang.

Suku Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota Jakarta Utara menyampaikan dukungannya kepada Satgas/Posko Pemulangan PM-BS Tanjung Priok, walaupun PM-BS yang berasal dari Jakarta Utara relatif sangat kecil.

BP3TKI DKI Jakarta, menyatakan bersedia bekerjasama dengan Satgas/ Posko Pemulangan PM-BS Tanjung Priok dan akan membantu memfasilitasi PM-BS yang dulunya adalah TKI untuk memperoleh hak-haknya, dan akan menindak-lanjuti hal-hal yang berkaitan dengan PPTKIS yang nakal.

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) KP3 Tanjung

Priok melaporkan kegiatan yang dilakukan dalam membantu

dan mendata kasus-kasus kekerasan yang menimpa PM-BS

untuk dapat menjerat pelakunya. PM-BS pada umumnya

sebagai akibat kesalahan dokumen, atau karena ulah PPTKIS

atau sponsor yang nakal. Untuk melakukan wawancara

dengan PM-BS sebagaimana seharusnya, UPPA memerlukan

ruangan khusus di tempat penerimaan TKIB Tanjung Priok.

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak selanjutnya

menyampaikan kesimpulan dan tindak lanjut sebagai

berikut:

a. Kelembagaan Satgas/Posko Pemulangan PM-BS di Tanjung Priok sebagai pintu gerbang nasional, perlu diperkuat dengan legalitas yang lebih tinggi.

b. Juklak/Juknis Pemulangan TKIB serta PM-BS dan Keluarganya melalui Pelabuhan Tanjung Priok perlu segera diterbitkan dengan legalitas yang tepat dan disosialiasikan ke berbagai pihak yang terkait.

c. Pemulangan TKIB serta PM-BS dan Keluarganya melalui Pelabuhan Tanjung Priok perlu melibatkan BNP2TKI, BP3TKI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

d. Departemen Sosial perlu meningkatkan alokasi dana untuk pengurusan PM-BS yang meninggal dunia.

e. Satgas TK-PTKIB up. Depkes segera mengeluarkan petunjuk rujukan bagi PM-BS ke RS Koja dan RS Rujukan lainnya serta mensosialisasikan dan mengadvokasikan-nya ke RS yang bersangkutan.

Page 53: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 46

f. PT. PELNI diharapkan dapat memilah PM-BS dari

penumpang umum sejak dari ticketing, selama di kapal

dan sewaktu serah terima kepada Satgas/Posko

Pemulangan PM-BS Tanjung Priok.

g. Satgas TK-PTKIB dan Satgas/Posko Pemulangan PM-BS

Tanjung Priok perlu berkoordinasi dengan Satgas PTKIB

Tanjung Pinang, Kepulauan Riau untuk meningkatkan

sensitivitas/kepekaan serta kesamaan dalam penanganan

PM-BS selama proses pemulangan.

h. Depdagri melalui alokasi dana Operasional Satgas PTKIB Daerah dalam DIPA Tahun 2009, diharapkan lebih meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam penyaluran dana dekonstrasi dan pembinaan Satgas PTKIB di daerahnya.

8. Dalam rangka persiapan pemantauan kesiapan Perwakilan RI

di Malaysia Timur mengantisipasi Operasi Bersepadu

Pemerintah Malaysia, pada tanggal 5 September 2008 di

Jakarta, Satgas TK-PTKIB mengadakan rapat koordinasi

terbatas yang dihadiri oleh Departemen Luar Negeri, Ditjen

Imigrasi, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan,

Departemen Sosial, BNP2TKI, dan Mabes POLRI.

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak menyampaikan bahwa

sebagai tindak lanjut Rakor Satgas TK-PTKIB tanggal 25

Agustus 2008, Ditjen Protokol dan Konsuler telah

mengirimkan Surat No. 501/PK/VIII/2008/65 tanggal 27

Agustus 2008 perihal Pemutihan/Pemberian Dokumen bagi

TKI di Wilayah Sabah dan Sarawak, Malaysia, yang

memerlukan 150.000 paspor untuk Perwakilan RI di Kuching,

Kota Kinabalu dan Tawau. Untuk itu, Tim Interdep Satgas

TK-PTKIB diharapkan dapat segera berangkat dengan

membawa paspor yang diperlukan. Dalam hubungan ini,

Menko Kesra mengarahkan agar Tim yang berangkat tidak

terlalu besar, dan agar diupayakan untuk dapat mengunjungi

lokasi atau perusahaan yang ada TKIB dan keluarganya. Tim

juga diharapkan dapat secara terpadu mencakup masalah

pendidikan anak-anak TKI di Malaysia.

Ditjen Imigrasi menyampaikan bahwa untuk 150.000 paspor

yang diperlukan, berat paspor secara keseluruhan

diperkirakan 5,1 ton, sehingga memerlukan kiat tersendiri

dalam pengirimannya ke Sarawak dan Sabah, Malaysia.

Page 54: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 47

Berdasarkan kebijakan yang baru, kepada anak-anak tetap

diberikan paspor tersendiri (tunggal) karena paspor keluarga

sudah tidak diberlakukan. Untuk petugas wawancara dalam

pengurusan paspor, Ditjen Imigrasi sudah siap dengan

tenaga dari Kantor Imigrasi di Kalimantan Barat dan

Kalimantan Timur.

Departemen Luar Negeri menyampaikan bahwa untuk

mengirim 5,1 ton paspor, jika menggunakan diplomatic bag

selain memerlukan waktu lama juga harus melalui tender,

sementara paspor dibutuhkan dengan segera. Ketersediaan

biaya pengiriman paspor akan dicheck di Biro Administrasi

Perwakilan Deplu, termasuk ketersediaan dana untuk biaya

operasional Perwakilan RI di Malaysia Timur dalam

memberikan layanan pemutihan dokumen TKIB dengan

sistem jemput bola.

Depsos, KNPP, BNP2TKI dan peserta lainnya menyarankan

penggunaan kapal PELNI untuk mengirim paspor ke

Pontianak dan Nunukan, selanjutnya diteruskan ke

Perwakilan RI Kuching, Tawau dan Kota Kinabalu.

Penggunaan pesawat Hercules juga dimungkinkan namun

ada konsekuensi biaya avtur PP, parkir pesawat di Malaysia,

uang saku crew, dan logistik.

Sebagai kesimpulan dan tindak lanjut Tim Interdep Satgas

TK-PTKIB disepakati sebagai berikut:

a. Segera dikirimkan surat dari Kemenko Kesra kepada

Kementerian/Lembaga terkait, agar mengajukan nama-

nama calon anggota Tim Interdep Satgas TK-PTKIB dan

yang terkait dengan pendidikan anak-anak TKI di

Malaysia. Biaya perjalanan dan akomodasi ditanggung

oleh masing-masing Instansi.

b. Departemen Luar Negeri diharapkan dapat segera

menginformasikan mengenai ketersediaan dana

pengiriman paspor, dan dana operasional pemutihan

dokumen oleh Perwakilan RI di Malaysia Timur.

c. Satgas TK-PTKIB segera mencari informasi mengenai

prosedur dan biaya pengiriman dokumen negara melalui

kapal PT. PELNI ke Pontianak dan Nunukan, dan kemung-

kinan menggunakan pesawat Hercules dari TNI AU.

Page 55: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 48

d. Tim Interdep dijadwalkan berangkat pada minggu ketiga

bulan September 2008. Secara Tim, Kemenko Kesra

akan mengirim surat ke Sekretariat Negara, namun

pengurusan dokumen selanjutnya dilakukan oleh masing-

masing Instansi.

9. Dalam rangka evaluasi hasil pemantauan kesiapan

Perwakilan RI di Malaysia Timur mengantisipasi Operasi

Bersepadu Pemerintah Malaysia, pada tanggal 25 September

2008 di Jakarta, Satgas TK-PTKIB mengadakan rapat

koordinasi yang dihadiri oleh Sekretariat Wakil Presiden,

Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri,

Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan,

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen

Sosial, Ditjen Imigrasi, Kementerian Negara Pemberdayaan

Perempuan, Departemen Perhubungan, Asdep Menko Kesra

Urusan Pendidikan Formal, Babinkam Mabes POLRI, dan

Mabes TNI.

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Anak menyampaikan hasil

pemantauan ke Perwakilan RI di Kota Kinabalu, yang akan

melaksanakan pemutihan/pemberian dokumen kepada

Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) asal Indonesia dan

keluarganya dalam 3 skema: (a) Skema Legalisasi TKI (b)

Skema Dependent, isteri dan anak, dan (c) Skema Operasi.

Perwakilan RI Kota Kinabalu memerlukan dukungan petugas,

paspor/SPLP, sarana dan prasarana agar dapat

melaksanakan pelayanan kepada TKIB dan keluarganya

secara ”jemput bola” ke ladang dan kilang sawit di Sabah.

Kebutuhan tersebut telah diajukan melalui Berita Fax KJRI

Kota Kinabalu Nomor BB-103/KOTA KINABALU/VIII/2008

tanggal 25 Agustus 2008 perihal Rapat Koordinasi

Penanganan Pemutihan/Pemulangan di Sabah. Diperlukan

adanya kebijakan Pemerintah RI berkaitan dengan

kewenangan Perwakilan RI Kota Kinabalu untuk memberikan

paspor kepada TKIB dan keluarganya (dependent)

khususnya kepada mereka yang tidak mempunyai data

pendukung sama sekali. Sosialisasi mengenai pelayanan

jemput bola ini perlu dilakukan karena sudah ada tawaran di

ladang/kilang bahwa ada yang sanggup menguruskan

dokumen TKB dan keluarganya dengan biaya RM 200,- per

dokumen.

Page 56: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 49

Kesiapan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SI-KK)

dilaporkan belum selesai revonasinya, diharapkan siap bulan

Oktober 2008. SI-KK dengan bangunan sementara ini

mempunyai 6 kelas dengan kapasitas 26 siswa per kelas

(156 siswa), padahal sudah ada 271 anak-anak yang

mendaftar. Informasi dari Perwakilan RI Kota Kinabalu,

Menteri Pendidikan Nasional akan mengirimkan Guru PNS ke

SI-KK yang akan difungsikan sebagai Pusat Pendidikan, yang

memayungi pendidikan non-formal di ladang-ladang

perusahaan, dan terintegrasi dengan pendirian sekolah

berasrama di perbatasan (Nunukan).

Berdasarkan kunjungan ke kilang Papan Java Corporated

Sdn. Bhd dan ladang sawit Desa Okidville Sdn. Bhd,

dilaporkan bahwa perusahaan ada menyediakan fasilitas

tempat penitipan anak (TPA) bagi pekerjanya, dan

menyatakan mau menyediakan tempat untuk 250 orang

yang tidak sekolah, dengan guru-guru dari Indonesia, asal

ada ijin dari Pemerintah Malaysia. Mengenai gaji guru

tersebut dapat dinegosiasikan antara perusahaan dan

Pemerintah RI.

Asdep Menko Kesra Urusan Kesempatan Kerja Perempuan

dan Ekonomi Keluarga menyampaikan hasil pemantauan ke

Perwakilan RI di Tawau, Sabah, yang memaparkan bahwa

isu TKIB tidak hanya terkait dengan masalah ketenaga-

kerjaan dan keimigrasian, tetapi juga isu sosial, ekonomi,

keamanan dan politik. Dengan demikian, penyelesaian

masalah TKIB dan Keluarganya di Malaysia harus dilakukan

secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai

hal tersebut. Prosedur penempatan dan perlindungan TKI,

validitas data keimigrasian, keberadaan dependen TKI di

Malaysia, upah TKI yang rendah dan biaya hidup yang

meningkat, hubungan kerja melalui mandor atau sub-

kontraktor yang rawan kekerasan, dan inkonsistensi quota

pekerja asing, perlu diselesaikan secara menyeluruh.

Sebagaimana Perwakilan RI Kota Kinabalu, Perwakilan RI

Tawau juga memerlukan berbagai dukungan agar dapat

melaksanakan kebijakan pelayanan jemput bola ke ladang-

ladang/kilang tempat TKIB dipekerjakan. Usulan kebutuhan

petugas, sarana dan prasarana telah termasuk dalam Berita

Fax KJRI Kota Kinabalu Nomor BB-103/KOTA KINABALU/

VIII/2008 tanggal 25 Agustus 2008.

Page 57: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 50

Asdep Menko Kesra Urusan Pendidikan Formal

menyampaikan hasil diskusi dengan Forum Komunikasi Guru

Tidak Tetap di Sabah (FGTTS) tentang konsep pendidikan

anak-anak TKI di Sabah, melalui pendirian Sekolah

Indonesia Kota Kinabalu (SI-KK) yang berfungsi sebagai

Pusat Pendidikan yang memayungi pendidikan non-formal

melalui sekolah filial multigrade TK sampai dengan SD di

ladang-ladang dengan Guru-guru Indonesia. Bagi anak-anak

TKI yang ingin melanjutkan, dirujuk ke Ponpes Hidayatullah

atau Sekolah Gabriel Manik di Nunukan. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah jumlah anak sebanyak 6-9 orang per

keluarga TKIB yang tinggal di ladang/kilang, perlu mendapat

masukan agar Keluarga Berencana dapat dilaksanakan

dengan baik.

Dilaporkan pula koordinasi pemulangan TKIB dan

Keluarganya ke Nunukan, yang Satgasnya telah siap

menerima deportant TKIB dan keluarganya, dan siap

membantu jika ada yang ingin kembali bekerja di Malaysia.

Kebijakan Pemda Nunukan mengenai KTP Putih akan

diperkuat dengan Perda, dan agar pelayanan kepada TKIB

dan keluarganya dapat lebih baik, diperlukan petunjuk

pelaksanaan/teknis dari Satgas TK-PTKIB Pusat tentang

prosedur dan pembagian tugas sektoral dalam penanganan

TKIB dan keluarganya. Jikalau terjadi limpahan pemulangan

deportant TKIB dan keluarganya yang melebihi kapasitas

penampungan Nunukan, Pemerintah Kota Tarakan telah

menyatakan sanggup membantu. Untuk itu diperlukan

koordinasi yang baik antara Perwakilan RI Tawau, Satgas

Nunukan dan Pemerintah Kota Tarakan.

Asdep Meneg PP Urusan Tenaga Kerja Perempuan

menyampaikan hasil pemantauan ke Perwakilan RI di

Kuching, yang memaparkan bahwa tidak ada dorongan

Pemerintah Negeri Sabah kepada perusahaan/majikan untuk

mendaftarkan pekerjanya yang masuk kategori PATI ke

Imigresen agar memperoleh ijin kerja/tinggal. Permintaan

Sime Darby Plantations Sdn. Bhd untuk memutihkan 2.700

pekerjanya, merupakan upaya proaktif KJRI Kuching dengan

perusahaan yang bersangkutan. Dilaporkan bahwa

pemutihan baru mencapai 1.340 orang dan akan terus

dilanjutkan. Mengingat banyaknya PATI asal Indonesia di

Page 58: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 51

Sarawak, disarankan agar Pemerintah RI dapat melakukan

pendekatan G-to-G kepada Pemerintah Negeri Sarawak agar

perusahaan/majikan yang lain mau bertindak seperti Sime

Darby Plantations.

Koordinasi pemulangan TKIB dan keluarganya ke Kalimantan

Timur melalui Entikong dan Pontianak, telah dilaksanakan

dengan Satgas PTKIB Pontianak (dibentuk dengan SK

Gubenur tanggal 7 April 2008) dengan Poskonya di Entikong.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada TKIB dan

keluarganya, disarankan agar dapat dibentuk Satgas yang

lebih teknis dan permanen di Entikong dengan fasilitas yang

memadai (BLK, penampungan) dan keanggotaan yang

diperluas melibatkan Pemerintah Kabupaten Sanggau dan

Kecamatan Entikong termasuk LSM setempat. Satgas

Kalimantan Barat memerlukan adanya Prosedur Tetap

pemulangan TKIB dari Pusat.

Anggota Tim dari Babinkam Mabes Polri menambahkan bahwa Satgas Daerah belum bekerja dengan optimal bahkan ditengarai oknum tertentu melakukan pelanggaran. Perangkat daerah di Entikong diketahui bermain dengan mengeluarkan KTP ”Putih” untuk memasukkan kembali TKIB ke Malaysia, dan juga telah diketahui adanya rekomendasi ”aspal” yang dikeluarkan oleh BLK. Lebih lanjut disarankan agar kontrol dari Satgas Pusat dapat dilakukan dengan lebih intensif dan teratur.

Anggota Tim dari Ditjen Imigrasi menambahkan agar pemutihan bagi orang yang menurut wawancara kemungkinan berasal dari Indonesia akan tetapi tidak didukung oleh dokumen apapun, perlu disikapi dengan bijaksana dengan dasar pemikiran memberikan perlindungan kepada warga negara RI. Perlindungan juga harus diberikan di entry point khususnya kepada mereka yang menderita sakit. Untuk pemutihan ini disarankan diberlakukan dalam jangka waktu tertentu.

Ditjen PUM Departemen Dalam Negeri menyampaikan agar Deplu mengupayakan adanya payung hukum di Sarawak sebagaimana di Sabah yang mendorong perusahaan/ majikan mendaftarkan tenaga kerjanya ke Imigresen untuk mendapatkan ijin kerja/tinggal.

Ditjen PUM juga sependapat perlunya dikeluarkan petunjuk Pusat bagaimana sikap Pemerintah RI dalam memberikan paspor kepada seseorang yang diduga kuat orang Indonesia

Page 59: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 52

tetapi tidak bisa menunjukkan dokumen/ identitas apapun untuk pembuktiannya. Dalam hubungan ini, sangat penting dilakukan sosialisasi kepada PATI asal Indonesia perihal pentingnya memiliki dokumen/identitas diri bagi mereka.

Kepada Satgas Pusat disarankan untuk mengeluarkan Protab/Juklak/Juknis prosedur pemulangan TKI bermasalah dan keluarganya dari Malaysia, agar Satgas Daerah dapat operasional dengan efektif. Dalam rangka itu, Entikong diusulkan agar menjadi Satgas tersendiri dengan melibatkan berbagai unsur yang terkait di daerah yang bersangkutan.

Agar pelayanan kesehatan kepada TKIB dan keluarganya dapat berlangsung dengan lebih baik, diusulkan agar Dirjen Yanmedik Depkes dapat menerbitkan petunjuk ke RS Daerah dengan tembusan ke Satgas Daerah setempat.

Ditjen PNFI Depdiknas menyampaikan bahwa menurut PP No. 48 Tahun 2005, penyelesaian guru honor diharapkan tuntas tahun 2009. Mulai tahun 2010, formasi baru sudah mensyaratkan guru harus pendidikan S-1 atau D-4 dengan sertifikat sebagai pendidik. Berkaitan dengan permohonan Guru Tidak Tetap yang ditempatkan di Sabah yang ingin diangkat menjadi PNS, masih dalam pertimbangan Depdiknas untuk diadopsi. Sejauh ini, Diknas terlah mengirimkan surat ke Bupati yang merekomendasikan pengangkatan 51 orang GTTS yang sudah pulang karena habis masa kontraknya. Sejumlah 49 orang mantan GTTS sedang dalam proses pengangkatan di kabupaten.

Mengenai persiapan SI-KK dilaporkan bahwa Kepala Sekolah yang sudah PNS akan dikirim terlebih dahulu, sedang guru-guru kelas sedang dalam proses penyaringan dari 40 orang PNS yang mandaftar. Pengiriman guru dan buku diharapkan dapat dalam satu paket, namun diperlukan adanya surat dari Kemenko Kesra kepada Ditjen PNFI Depdiknas karena biaya pengiriman tidak ada. Pendidikan Non-Formal di ladang-ladang sawit Sabah akan diteruskan namun dengan guru-guru PNS, dan akan menginduk ke SI-KK. Depdiknas sudah menyediakan dana untuk pengadaan tanah di Kota Kinabalu untuk SI-KK. Sebagai rangkaian dalam memfasilitasi pendidikan anak-anak TKIB, pembangunan sekolah berasrama di Nunukan diharapkan pada bulan Januari 2009 sudah dapat dilakukan peletakan batu pertamanya. Keberadaan Borneo Univesity di Tarakan yang akan segera menjadi PT Negeri, merupakan jalur terusan dari pendidikan anak-anak TKIB di Sabah.

Page 60: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 53

Dit. Perlindungan WNI dan BHI Deplu menyampaikan bahwa

pengiriman 150.000 paspor yang sudah berada di Deplu,

sedang menunggu pencairan biaya pengiriman yang akan

diambilkan dari dana perlindungan WNI di Deplu. Berbagai

hal yang disarankan untuk Deplu seperti upaya pendekatan

ke Pemerintah Negeri Sarawak tentang payung hukum untuk

pemutihan di Sarawak, serta petunjuk penerbitan paspor

bagi PATI asal Indonesia yang sama sekali tak berdokumen,

dan batas waktu pemutihan dokumen, akan ditindaklanjuti

oleh Deplu.

Kepala Biro KUKM Setwapres menyampaikan agar

penampungan di Perwakilan RI di luar negeri dilengkapi

dengan paket-paket untuk ibu-ibu hamil. Sementara untuk di

ladang-ladang sawit, banyak diperlukan buku-buku untuk

bacaan anak-anak TKIB. Menanggapi hal ini, Depdiknas

menyampaikan bahwa buku-buku di Ditjen PNFI lebih

banyak buku-buku untuk keterampilan (vocasional). Selain

pengiriman guiru-guru PNS ke ladang sawit di Sabah,

Depdiknas juga memikirkan pengiriman tutor keaksaraan

fungsional (calistung), Paket A dan Taman Bacaan

Masyarakat yang berbasis di Nunukan ke Sabah.

Dit. Penempatan TK Luar Negeri Depnakertrans menyampai-

kan bahwa menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang

PPTKILN, yang dimaksudkan dengan TKI adalah mereka

yang bekerja di perusahaan dan yang bekerja pada

pengguna perseorangan, sementara yang pekerjaannya

sebagai penggarap tanah, jasa dan lain sebagainya, tidak

masuk dalam kategori tenaga kerja. Pemutihan bagi tenaga

kerja seperti ini, sulit dilakukan karena tidak ada yang

menjamin. Bagi TKI formal yang bekerja di perusahaan

memang tidak ada masalah, tetapi bagi TKI pengguna

perseorangan pemutihan harus melalui PJTKI/Agen atau

pulang dulu ke Indonesia. Diperlukan adanya petunjuk/SOP

dari Pusat agar pemutihan TKI dengan berbagai kriteria

tersebut dapat berjalan dengan baik.

Mengenai pelayanan kesehatan untuk TKIB dan keluarganya

yang kini tidak dapat lagi mengakses Jankesmas, disarankan

agar Depkes membuat surat yang memberi petunjuk

pelaksanaan layanan kesehatan kepada TKIB dan

Page 61: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 54

keluarganya, ke RS Rujukan yang berada di daerah entry

point, dengan tembusan ke Dinas Kesehatan setempat dan

Satgas Pusat dan Daerah.

Dit. Bansos KTK PM Depsos menyampaikan usulan Satgas

Nunukan yang menginginkan adanya dana contingency bagi

operasional mendukung pemulangan TKIB dan keluarganya

yang dalam kenyataannya selalu terjadi setiap tahun, dan

memberatkan Pemerintah Daerah. Untuk keperluan

administrasi, selama ini Depsos mendasarkan jumlah Satgas

berdasarkan radiogram Mendagri yang menyatakan ada 11

Satgas Daerah. Untuk itu, Tarakan yang diharapkan menjadi

back up jika terjadi limpahan jumlah TKIB dari Nunukan,

perlu secara administratif ditetapkan sebagai Satgas Daerah.

Ditjen PUM Depdagri menyampaikan bahwa tanggal 15

September 2008, Mendagri telah mengirim radiogram ke 10

provinsi terkait dengan rencana pelaksanaan Operasi

Bersepadu Pemerintah Malaysia. Depdagri setuju tentang

perlu adanya Protab dari masing-masing K/L yang kemudian

dikompilasi oleh Satgas TK-PTKIB secara terpadu. Pada

bulan Oktober 2008, Depdagri berencana akan mengundang

rakor Satgas Daerah, diharapkan masing-masing K/L dapat

menyampaikan hal-hal penting yang diperlukan oleh Satgas

Daerah. Ditjen PUM berpendapat bahwa masalah TKIB dan

Keluarganya adalah masalah nasional sehingga sudah

sepantasnya jika didukung oleh dana Pusat (APBN).

Ditjen Adminduk Depdagri menambahkan bahwa berdasar-

kan rapat Depdagri dengan Pemda Nunukan, KTP Putih akan

diakhiri. Namun tetap perlu dicarikan payung hukum sebagai

dasar pemberian dokumen kepada TKIB dan keluarganya

yang tidak mempunyai dokumen pendukung apapun.

Menurut UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk,

dimungkinkan adanya Surat Keterangan Pindah Luar Negeri

yang mungkin dapat diaplikasikan sebagai pengganti KTP

untuk menerbitkan paspor. Hal ini perlu dibahas lebih lanjut

oleh berbagai pihak yang terkait.

Sebagai kesimpulan dan tindak lanjut Satgas TK-PTKIB,

disampaikan oleh Pimpinan rapat koordinasi sebagai berikut:

a. Paspor sejumlah 150.000 buku dan Perdim 14, akan

dikirim Departemen Luar Negeri paling lambat

pertengahan bulan Oktober 2008.

Page 62: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 55

b. Satgas Pemulangan TKIB nasional dan daerah perlu

berbenah diri, antara lain dengan menyusun Protab dari

Juklak yang sudah ada. Penyusunannya akan

dilaksanakan oleh Tim Kecil yang akan dibentuk dan

bekerja sesudah Lebaran tanggal 1-2 Oktober 2008.

Kementerian/ lembaga diharapkan menyampaikan Juknis

masing-masing sektor sebagai bahan penyusunan

Prosedur Tetap (Protab) Satgas TK-PTKIB.

c. Kemenko Kesra diharapkan dapat mengkoordinasikan

Depdagri (Ditjen PUM dan Adminduk), Ditjen Imigrasi,

Depnakertrans, BNP2TKI, dan lain-lain) dalam

penyusunan payung hukum tentang dasar pemberian

paspor kepada TKIB dan keluarganya yang

undocumented.

d. Diperlukan adanya Juknis tentang susunan dan

penetapan Satgas Daerah serta dukungan dana Pusat

(APBN) untuk Satgas.

e. Satgas TK-PTKIB perlu memberikan supervisi ke Satgas

Daerah dan menindak langsung (khususnya oleh

Kepolisian) aparat yang bersalah.

f. Depdiknas mengkoordinasikan pendidikan anak-anak TKI

di Malaysia dengan skema pendidikan di perbatasan,

mengirim guru PNS ke Sabah, advokasi untuk

perusahaan/majikan untuk mendirikan sekolah-sekolah

dengan guru PNS Indonesia, mengirim buku-buku dan

Taman Belajar Masyarakat di Sabah, serta program tutor

kunjung.

g. Pengadaan lahan untuk SI-KK agar segera dituntaskan

oleh Perwakilan RI di Kota Kinabalu, Sabah.

h. Satgas TK-PTKIB diharapkan terlibat dan berpartisipasi

dalam pertemuan Depdagri dengan Satgas PTKIB

Daerah.

i. Diharapkan adanya perbaikan sistem rekrutment dan

penempatan TKI di wilayah dalam negeri yang ditengarai

merupakan bagian terbesar yang menyebabkan

terjadinya permasalahan TKI di luar negeri.

j. Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pendidikan,

Agama dan Aparatur Negara akan menindaklanjuti

masalah pendidikan anak-anak TKI di Malaysia.

Page 63: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 56

10. Sebagai tindak lanjut rapat koordinasi Satgas TK-PTKIB tanggal 25 September 2008 yang mengevaluasi kesiapan Perwakilan RI di Malaysia Timur mengantisipasi Operasi Bersepadu Pemerintah Malaysia, pada tanggal 17 Oktober 2008 di Jakarta, Satgas TK-PTKIB mengadakan rapat koordinasi lanjutan yang dihadiri oleh Departemen Luar Negeri (Dit. Perlindungan WNI dan BHI), Departemen Dalam Negeri (Ditjen PUM dan Ditjen Adminduk), Departemen Kesehatan (Ditjen Yanmedik), Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Ditjen Binapenta), Departemen Sosial (Ditjen Banjamsos), Depkumham (Ditjen Imigrasi), Departemen Perhubungan (Ditjen Hubdar), dan Babinkam Mabes POLRI.

Asdep Menko Kesra Urusan Kesempatan Kerja Perempuan

dan Ekonomi Keluarga menyampaikan Resume dan Tindak

Lanjut Rapat Koordinasi Satgas TK-PTKIB tanggal 25

September 2008, dan memandu rapat untuk membahas

tindak lanjut persetujuan Departemen Keuangan melalui

Surat Dirjen Anggaran No. S-3006/A6/2008 tanggal 26

September 2008 tentang Penyampaian SP-SAPSK Kegiatan

Pemulangan TKI Bermasalah dan Keluarga Tahun 2008, dan

penyempurnaan juklak/juknis penanganan TKIB yang

diharapkan dapat disampaikan nanti pada rapat koordinasi

dengan Satgas PTKIB Daerah yang akan diselenggarakan

oleh Depdagri pada hari Kamis tanggal 23 Oktober 2008 di

Jakarta. Deplu, Depkumham (Imigrasi), Depdagri, Depsos,

Depkes, dan Babinkam Mabes Polri diharapkan sudah dapat

menyampaikan juknis mengenai pencairan anggaran dan

pelaksanaan kegiatan pemutihan TKIB (Deplu dan Ditjen

Imigrasi), operasional Satgas dan legalitas kependudukan

(Depdagri), permakanan dan transportasi TKIB (Depsos),

layanan kesehatan dan rujukan (Depkes), serta pengamanan

dan Polmas di daerah perbatasan (Babinkam).

Berkaitan dengan APBNP Tahun 2008, Kemenko Kesra

melaporkan bahwa sambil menunggu penerbitan DIPA yang

diperkirakan selesai 2 minggu lagi, telah bekerjasama

dengan Biro Umum Setmenko Kesra untuk meminjam

anggaran guna mendukung kegiatan TKIB bulan Oktober dan

November 2008. Jika DIPA sudah terbit, pinjaman akan

segera dikembalikan.

Babinkam Mabes Polri melaporkan telah dikeluarkan SP

Kaplri No.Pol.: Sprin/1529/IX/2008 tanggal 25 September

2008 tentang Organisasi dan Personil Pengamanan

Page 64: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 57

Pemulangan TKI Bermasalah Tahun 2008. Saat ini Babinkam

sedang dalam proses penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) Direktur Samapta, yang diharapkan Senin tanggal 20

Oktober 2008 sudah selesai, untuk kemudian diajukan

mendukung proses penerbitan DIPA.

Ditjen PUM Depdagri melaporkan sedang dalam proses

memenuhi persyaratan untuk penerbitan DIPA dan telah

berkoordinasi dengan Kemenko Kesra mengenai model

pencairan dana bagi Satgas Daerah tahun 2007, yang

mungkin dapat diaplikasikan tahun 2008 mengingat waktu

pelaksanaannya efektif hanya 2 bulan. Ditjen PUM akan

segera berkonsultasi dengan Biro Keuangan Depdagri

mengenai hal ini.

Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes juga sedang dalam

proses penerbitan DIPA dan penyusunan Juknis pencairan

dana bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan RS

Rujukan. Saat ini sedang disusun Surat Direktur Yanmed

yang menunjuk RS Rujukan di Jakarta, Pontianak, Tarakan,

Nunukan, Samarinda, dan Tanjungpinang. Diusulkan kepada

Depkes, agar RS Rujukan diarahkan pada daerah entry point

yang banyak menerima pemulangan TKIB seperti Medan dan

Surabaya, kiranya dapat dimasukkan dalam penetapan RS

Rujukan Pemulangan TKIB.

Ditjen Banjamsos Depsos, juga sedang dalam proses

penerbitan DIPA dan penyusunan juknis pencairan dana bagi

permakanan dan transportasi TKIB dan keluarganya.

Dilaporkan bahwa saat ini dari 11 satgas entry point baru

ada 4 yang telah mempunyai MoU dengan Depsos. Untuk 7

Satgas yang lain sesuai dengan ketetapan Depdagri, akan

dibuatkan MoU-nya. Sementara bagi daerah di luar

ketetapan Depdagri seperti Tarakan, Makassar, Bali, dan

Kupang, kiranya perlu didukung dengan surat dari Depdagri.

Berkaitan dengan Juklak/Juknis yang diperlukan oleh

Perwakilan RI di Malaysia dan Satgas Daerah dalam

menangani pemutihan TKIB dan keluarganya di Malaysia,

pemulangan TKIB dan keluarganya sampai ke tempat

asalnya, serta penempatan kembali TKIB menjadi TKI yang

berkualitas dan memenuhi persyaratan, Kemenko Kesra

mengharapkan agar pada rapat koordinasi Depdagri dengan

Satgas Daerah tanggal 23 Oktober 2008 di Jakarta, masing-

masing sektor sudah dapat menyampaikan arahan dan

Page 65: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 58

petunjuknya. Setelah rapat koordinasi tersebut, juklak/juknis

sektoral akan dihimpun ke dalam Juklak/Juknis Satgas TK-

PTKIB secara keseluruhan.

Dit. Perlindungan WNI dan BHI Deplu melaporkan bahwa

pengiriman paspor ke Malaysia Timur akan dilaksanakan

tanggal 20 Oktober 2008 dengan dikawal petugas

diplomatik, dan diharapkan tanggal 23 Oktober 2008 telah

sampai ke tujuan. Mengenai permintaan petunjuk dari Pusat

berkenaan dengan orang yang menurut wawancara ada

indikasi sebagai WNI tetapi tidak mempunyai dokumen

pendukung apapun, Deplu mengharapkan agar Ditjen

Imigrasi yang berwenang yang memberikan petunjuk. Deplu

juga sedang dalam proses berkoordinasi dengan Perwakilan

RI di Malaysia mengenai perkembangan data berkaitan

dengan proses pemutihan, dan rencana deportasi yang akan

dilakukan oleh Pemerintah Malaysia. Hal ini sangat

diperlukan oleh Satgas TK-PTKIB Pusat untuk melakukan

langkah-langkah persiapan yang diperlukan.

Ditjen Imigrasi menyampaikan bahwa proses pemutihan

yang banyak didasarkan dari hasil wawancara dengan orang

yang diduga WNI, memerlukan petugas Imigrasi yang telah

terlatih. Di Perwakilan RI Kuching dan Tawau sudah

ditempatkan petugas Imigrasi, diharapkan juga ada di

Perwakilan RI Kota Kinabalu, untuk membantu memberikan

advokasi kepada petugas lapangan yang akan bertugas

menjemput bola melakukan pemutihan ke ladang/kilang

sawit di Malaysia. Ditjen Imigrasi bersama dengan Deplu

akan mengeluarkan petunjuk atau payung hukum mengenai

hal ini dan diarahkan pemutihan ada batas waktunya.

Dit. Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Ditjen Binapenta

Depnakertrans menyampaikan bahwa bagi TKIB yang

bekerja di perusahaan dan mendapat jaminan dari

perusahaan/majikannya, dapat melakukan pemutihan di

Malaysia. Namun bagi TKIB yang bekerja pada perorangan

seperti PRT, walaupun ada jaminan dari majikannya,

pemutihan harus dilakukan melalui PJTKI yang

mengirimkannya di Indonesia. Sementara bagi TKIB yang

bekerja mandiri dan tidak ada majikan yang menjaminnya,

berarti harus pulang ke Indonesia dan mengurus

penempatannya kembali ke Malaysia dengan mengikuti

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 66: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 59

Ditjen Adminduk Depdagri melaporkan hasil pertemuan

Ditjen Adminduk, BNP2TKI dan Ditjen Imigrasi tentang

pemberian legalitas kependudukan kepada TKIB yang pulang

ke Indonesia. Dilaporkan bahwa kepada TKIB yang pulang

dengan membawa SPLP, akan diberikan legalitas

kependudukan berupa Surat Keterangan Datang dari Luar

Negeri (SKDLN). Apabila yang bersangkutan ingin kembali

bekerja ke luar negeri, kepadanya dapat diberikan Surat

Keterangan Pindah ke Luar Negeri (SKPLN), dan dengan

rekomendasi dari Diskenakertrans/BP3TKI setempat, kepada

pemegang SKPLN dapat diberikan paspor.

Babinkam Mabes Polri telah memberikan petunjuk

pengamanan pemulangan TKIB dan keluarganya ke Polda

terkait, dan akan mengembangkan model Polmas untuk

mengawasi pelabuhan tradisionil dan jalan tikus tempat

keluar-masuknya TKI ilegal di daerah perbatasan.

Ditjen Hubda, Dephub menyampaikan bahwa Dephub

membatasi diri lebih pada mengawasi kelaikan sarana

angkutan yang dipergunakan dalam pemulangan TKIB.

Untuk operasional transportasi sebagaimana yang

berlangsung selama ini, diharapakan dapat terus dikoordinir

oleh Depsos.

Sebagai kesimpulan dan tindak lanjut Satgas TK-PTKIB,

disampaikan oleh Pimpinan rapat koordinasi sebagai berikut:

a. Kementerian/lembaga yang memperoleh alokasi APBNP Tahun 2008, diharapkan berkonsultasi dengan Bagian Keuangan masing-masing agar anggaran yang ada dapat tersalurkan dalam sisa waktu yang ada (2-3 bulan).

b. Kementerian/lembaga diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang penarikan anggaran APBNP Tahun 2008, dan juknis pelaksanaan kegiatan dalam rangka pemutihan dan pemulangan TKIB, serta penempatan kembali TKIB menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan, pada rapat koordinasi Depdagri dengan Satgas Daerah hari Kamis tanggal 23 Oktober 2008 di Jakarta.

c. Depdagri diharapkan mengundang Staf Teknis Kemen-terian/lembaga anggota Satgas TK-PTKIB dalam rapat koordinasi Depdagri dengan Satgas Daerah hari Kamis tanggal 23 Oktober 2008 di Jakarta, untuk membahas secara intensif berbagai hal yang berkaitan dengan

Page 67: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 60

pelaksanaan dan teknis pemutihan TKIB, pemulangan TKIB, serta penempatan kembali TKIB menjadi TKI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

d. Kemenko Kesra akan memfasilitasi kompilasi Juklak/ Juknis sektoral menjadi Juklak/Juknis Satgas TK-PTKIB secara keseluruhan.

11. Rapat koordinasi Satgas TK-PTKIB tingkat Pusat dan Satgas Daerah, serta Pemerintah Provinsi Asal TKIB (selektif) dilaksanakan tanggal 16 Desember 2008 di Kementerian Koordinator Bidang Kesra dalam rangka evaluasi pelaksanaan program pemutihan dan pemulangan TKIB dari Malaysia tahun 2008. Beberapa kesepakatan dan rencana tindak lanjut yang dihasilkan antara lain:

a. Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 tetap

diberlakukan sampai ditetapkannya kebijakan baru

mengenai penanganan TKIB dan Keluarganya dari

Malaysia, dan sebagaimana tertuang dalam Keppres

tersebut maka tujuan dari Keppres adalah untuk

meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada TKIB

sehingga dapat dipulangkan dengan selamat dan

bermartabat.

b. Perlu segera diterbitkan Petunjuk Pelaksanaan

Pemulangan TKIB yang disertai dengan Petunjuk Teknis

dari Kementerian/Lembaga terkait (Deplu, Ditjen

Imigrasi, Depdagri, Ditjen Adminduk, Depsos, Depkes,

Mabes Polri, BNP2TKI dan lain-lain). Juklak dan juknis

perlu segera di sosialisasikan dan didesiminasikan agar

semua pihak yang terkait dalam pelayanan pemulangan

TKIB dari Malaysia memahami dan dapat bersinergi

dalam menjalankan tugasnya.

c. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi periodik

terhadap efektivitas Satgas Daerah dalam kegiatan

pemulangan TKIB dari Malaysia. Hasil monitoring dan

evaluasi tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan

pembenahan oleh Depdagri baik dalam hal organisasi,

tugas dan fungsi maupun penganggarannya.

d. Penganggaran yang terkait dengan operasional

pemutihan dan pemulangan TKIB tahun 2009, akan

diupayakan untuk mendapat dispensasi dari Departemen

Keuangan agar anggaran yang belum terserap di akhir

tahun 2008 dapat dibayarkan melalui anggaran

Page 68: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 61

Kementerian/Lembaga pada tahun 2009, mengingat

fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa pemulangan

dapat terjadi sewaktu-waktu termasuk pada hari-hari

terakhir batas penyerapan anggaran.

e. Berbagai kegiatan Kementerian/Lembaga yang belum

teralokasikan dalam Anggaran Tahun 2009, seperti

Operasional Polmas, penanganan Kesehatan TKIB, dan

lainnya) akan diupayakan melalui APBN-P tahun 2009.

Untuk mengantisipasi pemulangan TKIB sebagai kejadian

yang bersifat darurat, perlu disiapkan adanya dana

tanggap darurat.

f. Khusus untuk Satgas Tanjung Priok, harus segera

dibentuk Satgas di tingkat Pemda (DKI Jakarta), namun

sebelum adanya SK Gubernur, maka penanganan

pemulangan TKIB di Tanjung Priok dibawah koordinasi

Departemen Sosial (sesuai dengan SK Menteri Sosial).

Legalitas dan kejelasan status Satgas Tanjung Priok

menjadi prioritas kegiatan, mengingat posisi Tanjung

Priok yang sangat strategis sebagai ”jendela” nasional.

g. Dengan adanya BNP2TKI, maka kegiatan koordinasi

pemulangan TKIB dari Malaysia yang dilakukan oleh

Kemenko Kesra atas dasar Keppres No. 106 Tahun 2004

merupakan program/kegiatan yang bersifat ad hoc

(sementara), yang berarti jika BNP2TKI telah siap untuk

menangani pemulangan TKIB maka kegiatan pemulangan

TKIB akan diserahterimakan sebagai bagian dari tugas

BNP2TKI.

h. Untuk menuntaskan masalah TKIB (khususnya dari

Malaysia), maka ke depan perlu dilakukan upaya

pencegahan terjadinya TKIB, antara lain dengan kegiatan

sosialisasi mengenai prosedur menjadi TKI yang benar

dan aman, peningkatan sistem pengawasan dan

pencegahan TKI ilegal yang melibatkan masyarakat dan

aparat khususnya di daerah perbatasan.

i. Kerjasama BNP2TKI dengan Pemerintah Kota Tanjung

Pinang, Propinsi Kepulauan Riau untuk penempatan

kembali TKIB menjadi TKI yang berkualitas dan

memenuhi persyaratan perlu dikembangkan ke daerah

entry point lainnya.

Page 69: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 62

Berdasarkan data Departemen Sosial dan dari Satgas PTKIB

Daerah, sepanjang tahun 2008 jumlah TKIB/PMBS yang

dipulangkan oleh Satgas PTKIB Daerah di seluruh Indonesia dan

dilaporkan ke Pusat sebanyak 42.133 orang.

Gambar 7. Pemulangan TKI Bermasalah (TKIB)/

Pekerja Migran Bermasalah Sosial

(PMBS) Tahun 2004-2008.

Jumlah tersebut belum termasuk TKIB/PMBS yang pulang ke

tanah air di luar yang dideportasi atau yang tidak tercatat karena

pulang ke Indonesia melalui pelabuhan dan lorong-lorong

tradisionil yang banyak terdapat di daerah perbatasan Sumatera

Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

F. Koordinasi Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pemulangan TKIB

dari Malaysia dilaksanakan secara terpadu lintas sektor maupun

secara sendiri-sendiri ke daerah entry point dan provinsi asal

TKIB Indonesia, serta ke negara tujuan yaitu Malaysia dan juga

ke Filipina terkait dengan penanganan masalah PATI asal Filipina

di Sabah, Malaysia. Laporan pemantauan dan evaluasi ke

beberapa daerah, sebagian sudah disampaikan dalam rapat-rapat

koordinasi yang diselenggarakan.

Tahun 2004-2008

2004 2005 2006 2007 2008

356,256

170,585

30,604 36,315 42,133

0

100,000

200,000

300,000

400,000

Page 70: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 63

1. Medan, Belawan, Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara dengan 25 kabupaten dan 8 kota,

dan terbagi menjadi 325 kecamatan, berpenduduk 11.4 juta

(2007) yang berarti kepadatan penduduknya hanya 165

jiwa/km2. Sejumlah 5,1 juta angkatan kerja yang ada

terserap terutama di usaha mikro kecil (99,80%) dan hanya

0,20% yang bekerja di usaha besar. Sebagian besar

pendidikan pekerja adalah SD (48,96%), SLTP (23%), SLTA

(24,08%) dan hanya 3,95% lulusan perguruan tinggi.

Para pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan di

dalam negeri pergi mengadu nasib ke luar negeri, khususnya

Malaysia yang merupakan negara terdekat dari Sumatera

Utara. Selain sebagai daerah asal tenaga kerja, Provinsi

Sumatera Utara juga berfungsi sebagai daerah transit,

daerah perekrutan dan daerah embarkasi TKI ilegal yang

berasal dari seluruh Indonesia, berangkat melalui pelabuhan

Belawan dengan tujuan ke Malaysia. Banyak di antaranya

yang juga pulang melalui Provinsi Sumatera Utara. Tahun

2002, sejumlah 23.648 orang pulang melalui Belawan, tahun

2003 menurun menjadi 13.003 orang, dan tahun 2004

menjadi 12,906 orang, yang terdiri dari TKI ilegal dan legal.

Tahun 2007, jumlah TKI yang pulang hanya 97 orang (hanya

5 orang laki-laki), dan tahun 2008 (sampai dengan Oktober)

sejumlah 88 orang (hanya 1 orang laki-laki). Untuk TKIB

atau yang ilegal atau tidak berdokumen, kepulangannya

tidak tercatat, karena keterbatasan SDM di Pos Pengendalian

Kepulangan TKI (POSDAL), dan memang tidak ada

penugasan untuk itu.

Koordinasi antar Dinas terkait memang tidak berjalan

dengan baik karena selama tiga tahun terakhir ini tidak

dibentuk Satgas Penanganan TKIB dari Malaysia. Berdasar-

kan SK Gubernur Sumatera Utara No. 560/298/Tahun 2007

tentang Pembentukan Tim Pengendalian Pemberangkatan

dan Pemulangan TKI di Pelabuhan Belawan dan Bandara

Polonia Medan yang diperbaharui dengan SK Gubernur No.

560.05/1436-K/tahun 2008, Tim Koordinasi yang diketuai

Asisten III dan terdiri dari Kepala Dinas terkait, Petugas

POSDAL di Belawan dan Polonia, dan Satgas Penertiban dan

Penindakan, hanya menitik beratkan pada penanganan TKI

legal sesuai dengan UU No. 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (PPTKLN).

Page 71: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 64

Tim tersebut yang didukung APBN (BNP2TKI), bertugas

mengkoordinir unsur terkait untuk kelancaran pelaksanaan

tugas operasional pelayanan pemberangkatan dan

pemulangan TKI serta penanganan sanksi hukum terhadap

pelanggaran yang ditemukan di POSDAL. Dimulai sejak

dibentuknya BNP2TKI tahun 2006 dan BP3TKI dibawah

koordinasi Tim tersebut, maka pendataan TKI sepenuhnya

ditangani BP3TKI sehingga Disnakertrans tidak bertanggung

jawab lagi, terlebih karena hal tersebut juga tidak didukung

oleh adanya pos pendanaan yang mencukupi.

Dengan koordinasi seperti itu, kepulangan TKIB menjadi

tidak terpantau. Walaupun demikian, Posdal Belawan

meyakini bahwa kepulangan TKI ilegal/TKIB dari Malaysia

jumlahnya jauh lebih besar dari yang legal, terindikasi dari

semakin sedikitnya jumlah kapal yang membawa kepulangan

TKI legal yang merapat di Belawan. Jika sebelumnya 2 kali

sehari dengan jumlah penumpang 150 orang per kapal,

sekarang yang rutin tinggal satu kapal sehari dengan

penumpang rata-rata hanya 50 orang per kapal, dan pada

hari tertentu (hari besar dan hari libur) merapat dua kapal

tetapi dengan jumlah penumpang yang sangat sedikit.

Diperkirakan kepulangan TKIB dari Malaysia ke Sumatera

Utara menumpang kapal-kapal tidak resmi, dan sering

terjadi kecelakaan yang bahkan menyebabkan terjadinya

korban jiwa. Pemulangan jenazah korban dan penanganan

TKIB lainnya sangat memberatkan POSDAL karena dukungan

biaya dari BNP2TKI yang terbatas alokasinya hanya untuk

TKI resmi legal prosedural sesuai UU No. 39 Tahun 2004,

tidak mencukupi selain karena banyaknya jumlah TKIB,

mereka sering membutuhkan layanan kesehatan dan

bantuan pemulangan ke daerah asalnya.

Sudah tiga tahun terakhir POSDAL Belawan tidak menerima

dana operasional sehingga menyulitkan kerja POSDAL

karena sering terjadi TKIB yang pulang bukan penduduk

Sumatera Utara tapi dari Jawa, Aceh, NTB atau provinsi

lainnya di Indonesia Timur. Tidak jarang mereka dalam

keadaan sakit atau stres, dan pada umumnya adalah

perempuan. Untuk menghadapi kondisi seperti ini POSDAL

sering meminta bantuan kepada Kepolisian atau Biro

Pemberdayaan Perempuan untuk membantu menangani.

Page 72: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 65

Untuk biaya transportasi seringkali petugas harus merogoh

kantung sendiri atau patungan untuk pemulangan TKIB ke

daerah asalnya. Banyak pula korban yang harus pulang ke

daerah asalnya di luar wilayah Sumatera Utara, tidak dapat

menunjukkan surat dari Konjen RI. Hal tersebut menyulitkan

pemulangan karena tanpa adanya bukti tersebut, Dinas

Sosial hanya dapat memulangkan sesuai dengan prosedur

pekerja migran dengan biaya Rp 150,000,- dan karena

perjalanannya antar provinsi, memerlukan waktu lama dan

melelahkan padahal mereka sudah tidak memiliki apa-apa.

Dana permakanan dan kesehatan bagi TKIB yang

memerlukan perawatan, sering kali Dinas terkait tidak

bersedia membantu.

Sangat diperlukan adanya Satgas Pemulangan TKIB

sebagaimana diarahkan Surat Edaran Mendagri tanggal 24

Oktober 2004. Satgas PTKIB ini, dengan sumber pendanaan

yang berbeda, dapat secara sinergi bekerjasama dengan Tim

Pengendalian Pemberangkatan dan Pemulangan TKI di

Pelabuhan Belawan dan Bandara Polonia Medan yang ada.

Untuk itu diperlukan adanya Petunjuk Pelaksanaan yang

jelas mengatur pembagian tugas lintas sektoral di daerah.

2. Pekanbaru, Dumai, Provinsi Riau

Provinsi Riau secara geogafis letaknya berdekatan dengan

negara tetangga Singapura dan Malaysia, sehingga banyak

pencari kerja yang berangkat mencari kerja ke negeri

tersebut melalui dua pelabuhan embarkasi di Provinsi Riau,

yaitu Pelabuhan Sungai Duku di Pekanbaru dan Pelabuhan

Dumai di Kota Dumai.

Pemulangan TKIB dari Malaysia juga melalui Provinsi Riau,

terutama pada tahun 2004 dan 2005 ketika banyak TKIB

melalui program amnesti kembali pulang melalui Dumai dan

Pekanbaru. Dalam rangka itu, dibentuk Satgas PTKIB di

Pekanbaru dan Dumai, namun karena ternyata banyak di

antara TKIB tersebut merupakan penduduk yang bukan

berasal dari Riau, sementara dukungan APBN sangat

terbatas dan tersendat, Satgas PTKIB menjatakan keberatan

kepulangan TKIB melalui Dumai. Namun tidak dapat

dibendung terjadinya kepulangan TKIB melalui Dumai dan

Pekanbaru.

Page 73: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 66

Tahun 2005, terdapat 75 orang TKIB yang berasal dari

Sumatera, Jawa, NTB dan NTT yang pulang melalui Riau;

tahun 2006 sejumlah 34 orang TKIB yang berasal dari

Sumatera dan Jawa, dan tahun 2007 sejumlah 18 orang

TKIB yang berasal dari Sumatera dan Jawa Barat.

Pemerintah Provinsi Riau menyarankan agar diaktifkan

kembali Satgas PTKIB melalui pengaturan keanggotaan

sesuai dengan perkembangan yang ada. Namun untuk

operasional Satgas PTKIB, perlu didukung dengan APBN

sehingga Satgas Daerah dapat bekerja dengan optimal.

Bantuan permakanan perlu ditingkatkan dan penampungan

dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana yang dapat

dipergunakan untuk upaya pemberdayaan TKIB selama

berada di penampungan.

3. Tanjungpinang, Batam, Tanjungbalai Karimun,

Provinsi Kepulauan Riau

Tanjungpinang adalah pelabuhan terdekat ke Johor Bahru Malaysia yang sejak tahun 2008 dijadikan sebagai sentra penampungan Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) asal Indonesia yang tadinya tinggal di wilayah Semenanjung Malaysia, dan terkena razia Pemerintah Malaysia. Sebelum dideportasi ke Indonesia, TKIB ditampung di detention center atau dalam penjara di Johor Bahru.

Untuk menerima para deportan Indonesia dari Malaysia, Pemerintah Kota Tanjungpinang membentuk Satgas dan Pos Koordinasi (Posko) PTKIB melalui Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial Kota Tanjung Pinang Nomor. 20a Tahun 2008. Satgas ini beranggotakan 30 orang yang terdiri dari Koordinator Lapangan dan 29 anggota dari pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial (7 orang), KP3 Pelabuhan Tanjung Pinang (3 orang), Kantor Kesehatan Pelabuhan (4 orang), Satpol PP Tanjung Pinang (4 orang), Dinas Perhubungan Tanjung Pinang (4 orang), Intel Polres Tanjung Pinang (3 orang), Pimpinan Puskesmas Sei-Jang, Pimpinan Puskesmas Batu X dan Pimpinan Puskesmas Pancur, dengan tugas:

a. mendata kedatangan para TKI Bermasalah yang dideportasi

dari Negara Malaysia ke Kota Tanjung Pinang.

b. memberi pelayanan mulai dari kedatangan, di penampungan

sementara dan pemulangan TKI Bermasalah (TKIB) tersebut

ke daerah asal secara terpadu, terkoordinasi sesuai Tupoksi

Dinas/Instansi masing-masing.

Page 74: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 67

c. mengkoordinir ketertiban, keamanan dan kelancaran pada

saat kedatangan/pemulangan di pelabuhan Tanjung Pinang

dan Kijang serta selama berada di dalam penampungan

sementara.

d. mempersiapkan angkutan untuk menuju ke tempat

penampungan sementara bagi TKI Bermasalah yang

dideportasi maupun saat pemulangan ke daerah asalnya.

e. memantau dan melayani kesehatan TKI Bermasalah, baik di

Pelabuhan maupun di tempat penampungan sementara.

f. mengatur ketertiban dan keamanan lokasi daerah pelabuhan

dan penampungan sementara dari gangguan pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab.

g. melindungi, mencegah, dan menanggulangi agar tidak terjadi

efek sosial lainnya yang ditimbulkan akibat keberadaan TKI

Bermasalah dari Malaysia selama berada di tempat

Penampungan Sementara.

h. melakukan koordinasi dengan Satgas TKI Bermasalah

debarkasi Kota lainnya untuk penanganan pemulangan TKI

Bermasalah ke daerah tujuan.

i. mencegah pengambilan TKI Bermasalah oleh pihak yang tidak

berkepentingan, calo/tekong atau pihak-pihak yang mengaku

keluarganya.

j. untuk pengananan pemulangan TKI-B dan Keluarganya dari

Malaysia maka Satgas dapat menunjuk staf Sekretaris dan

petugas jaga berdasarkan masukan dari Dinas/Instansi terkait

serta mengatur jadwalnya.

Berdasarkan observasi Satgas PTKIB Tanjungpinang, terjadinya TKIB dapat disebabkan oleh beberapa hal yang secara umum adalah: (1) migran yang memasuki negara tanpa paspor atau tidak melalui pos pengawasan imigrasi; (2) migran yang masuk secara legal, tetapi melebihi waktu tinggal visanya (3) migran yang masuk secara legal tetapi menyalahgunakan visanya, seperti misalnya bekerja dengan menggunakan visa wisata.

Permasalahan pokok yang menyebabkan TKI kemudian menjadi TKIB antara lain adalah: dokumen jati diri asli tapi palsu; pungutan liar; sertifikat pelatihan, uji kesehatan, uji kompetensi yang dipalsukan; asuransi tidak dibayarkan sesuai ketentuan dan tidak langsung kepada TKI tetapi melalui PPTKIS; proses penampungan di luar ketentuan dan tidak manusiawi; penempatan yang tidak terkoordinasi dan tidak termonitor; majikan yang tidak memenuhi perjanjian kerja/tidak membayar gaji; penganiayaan, pelecehan seksual; bekerja ilegal/overstay; saat pemulangan menjadi

Page 75: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 68

korban pemerasan/pemerkosaan/pembunuhan; kurang optimalnya manajemen pelayanan pemberangkatan dan pemulangan di embarkasi dan debarkasi.

Gambar 8. Peninjauan Satgas TK-PTKIB di

Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Berkaitan dengan masalah TKIB dan operasional penanganan dan pemulangan TKIB, ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Adanya standar ganda dari pihak Malaysia, dan pihak Malaysia memanfaatkan kondisi ketidakberdayaan Indonesia dan cenderung merendahkan martabat bangsa Indonesia.

b. Jumlah petugas di pelabuhan terbatas, utamanya di pelabuhan dan shelter penampungan, sementara kedatangan TKIB terjadi hampir setiap minggu sehingga pelayanan yang diberikan kurang maksimal.

c. Menaikkan TKIB ke kapal seharusnya disertai dengan Berita Acara, sementara Satgas tidak ada kerjasama dengan pihak PELNI karena kerjasama yang ada adalah pihak PELNI dengan Departemen Sosial.

d. Sering ditemui data TKI yang tidak benar dari daerah pengirim, sehingga menyulitkan Satgas PTKIB untuk menindaklanjuti.

e. Pengamanan di kapal yang kurang maksimal, sehingga sering ditemui TKIB yang turun di jalan. Dan salah satu penyebabnya adalah sulitnya membedakan antara penumpang reguler dengan TKIB, kondisi ini juga menyebabkan selisih antara data yang ada di manifes dengan realitas TKIB yang datang.

Page 76: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 69

f. Kurangnya koordinasi antara Satgas Tanjung Pinang sebagai daerah debarkasi dengan daerah embarkasi, sehingga terkesan saling menyalahkan satu sama lain.

g. Belum adanya petunjuk teknis (Juknis) dan petunjuk pelaksanaan dari masing-masing sektor, kondisi ini menjadikan masing-masing berjalan sesuai dengan tupoksinya meskipun sudah diatur dalam fungsi dan tugas Satgas. Misalnya Juknis dan Juklak di bidang kesehatan belum ada petunjuk dan blanko pelaporan dari pusat, meskipun dalam pelaksanaannya memanfaatkan fasilitas kesehatan di pelabuhan, Puskesmas, dan RS Daerah Tanjung Pinang dan Rumah Sakit Rujukan di Batam maupun Pekanbaru.

h. Terbatasnya biaya operasional dalam rangka penanganan TKIB di masing-masing instansi terkait, kondisi ini berpengaruh terhadap kinerja petugas di lapangan.

i. Adanya kecenderungan perekrutan oleh calo/tekong di kapal, hal ini yang perlu diwaspadai dan diantisipasi.

j. Recycling yang masih terkendala adanya aturan-aturan, utamanya adalah Undang-undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang terkait dengan Surat Pindah ke Luar Negeri.

k. Tidak ada penanggungjawab kesehatan di kapal.

Selama tahun 2008 (Januari–September), TKIB dan keluarganya yang dipulangkan dari Johor Bahru Malaysia dan yang masuk ke Tanjungpinang, berjumlah 27.437 orang. Berdasarkan surat dari Perwakilan RI di Johor Bahru, telah diberangkatkan sebanyak 29.162 orang TKI deportan, namun sejumlah 1.889 orang batal diberangkatkan sehingga yang masuk ke Tanjungpinang sebanyak 27.273 orang. Di luar itu, terdapat 164 orang TKIB non deportan dari Malaysia yang masuk ke Tanjungpinang.

Dari jumlah kedatangan TKIB di Tanjungpinang tersebut, seluruhnya telah dipulangkan ke daerah asalnya menggunakan kapal Pelni ke daerah tujuan masing-masing, terbanyak ke Tanjungpriok (11.907), Tanjungperak (8.105), Dumai (3,784), Batam (1.582), Tanjungpinang (1.408), Tanjungbalai Karimun (300), dan sisanya ke Buton, Bengkalis, Selat Panjang, Kuala Tungkal, Tanjung Samak dengan besaran rata-rata kurang dari 100 orang.

Page 77: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 70

Tabel 3. Kedatangan TKIB dan Keluarganya di Tanjungpinang, Januari-September 2008.

TKIB Malaysia TKIB Tanjungpinang Jumlah

Bulan Laki-

laki

Perem-

puan Jumlah

Laki-

laki

Perem-

puan Jumlah

Laki-

laki

Perem-

puan Jumlah

Januari 2.028 798 2.826 23 1 24 2.051 799 2.850

Pebruari 1.739 663 2.402 25 1 26 1.764 664 2.428

Maret 1.393 535 1.928 4 4 8 1.397 539 1.936

April 2.417 845 3.262 23 9 32 2.440 854 3.294

Mei 2.368 843 3.211 7 14 21 2.375 857 3.232

Juni 1.961 1.005 2.966 - 4 4 1.961 1.009 2.970

Juli 2.096 732 2.828 2 18 18 2.098 748 2.846

Agustus 2.842 1.061 3.903 8 22 22 2.850 1.075 3.925

September 2.714 1.233 3.947 - 9 9 2.714 1.242 3.956

Jumlah 19.558 7.715 27.273 92 72 164 19.650 7.787 27.437

Sumber: Satgas PTKIB Kota Tanjungpinang, 2008

Untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka pemberian perlindungan kepada WNI/TKI Bermasalah dan keluarganya, diperlukan penguatan kerja Satgas PTKIB, baik dari Pemerintah Kota Tanjung Pinang maupun Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui pembentukan Satgas PTKIB tingkat provinsi. Provinsi Kepulauan Riau adalah provinsi yang baru terbentuk sehingga Satgas PTKIB tingkat provinsi belum ada sementara Satgas PTKIB Kota Tanjungpinang sudah lebih dahulu terbentuk.

Keberadaan shelter/rumah singgah yang ada pada Biro Pemberdayaan Perempuan Provinsi Kepulauan Riau di Kota Tanjung Pinang yang digunakan untuk korban perdagangan orang, kiranya dapat dimanfaatkan untuk penampungan sementara TKIB dan keluarganya.

Sementara untuk pengawalan TKIB yang diangkut melalui transportasi kapal dari pelabuhan Tanjungpinang menuju pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, diperlukan adanya Satgas Pusat yang diserahkan di Bawah Kendali Operasi (BKO)-kan Satgas PTKB Tanjungpinang. Untuk itu diharapkan, agar segera disusun Juklak dan Juknis oleh Satgas TK-PTKIB guna memudahkan koordinasi dan mekanisme operasional serta dukungan anggaran di tingkat lapangan. Juklak/Juknis perlu disosialisasikan secara intensif oleh instansi terkait, agar dapat meminimalisasi terjadinya TKI Bermasalah.

Page 78: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 71

Pemerintah Kota Batam dari sejak tahun 2004 telah berpartisipasi dalam penanganan dan pemulangan TKIB melalui debarkasi Batam yang datang melalui 2 titik entry point, yaitu Pelabuhan Ferry International Batam Center dan Nongsa Batam. Namun sejak pendeportasian TKIB diarahkan ke Tanjungpinang, Batam lebih banyak menerima pemulangan korban perdagangan orang dari Malaysia, yang modus operandinya disamarkan melalui pengiriman tenaga kerja.

Untuk menampung korban, Pemerintah Kota Batam membangun shelter di Sekupang, yang setiap bulannya selalu terisi, selain menerima dari Perwakilan RI Johor Bahru, juga menampung korban karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan tindak kriminal lainnya di Batam.

Salah satu masalah yang terjadi di Batam adalah keluar masuknya pekerja migran ilegal melalui pelabuhan tradisionil yang banyak terdapat di Batam dan pulau-pulau lainnya di Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 9. Pos LSM Gerakan Anti Trafficking (GAT)

di Teluk Mata Ikan Batam, tempat

berlabuhnya perahu pengangkut pekerja

migran ilegal dari Malaysia.

Gerakan Anti Trafficking (GAT) Batam adalah salah satu LSM yang selama dua tahun terakhir telah memberikan pendampingan kepada para pekerja migran yang kembali secara non prosedural melalui Teluk Mata Ikan di Batam, yaitu salah satu tempat berlabuhnya perahu pengangkut pekerja migran ilegal dari Malaysia. GAT Batam mengharapkan agar dapat bekerjasama secara lebih erat dengan Pemerintah Batam, Pemerintah Provinsi Kepulauan

Page 79: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 72

Riau, dan Pemerintah Pusat agar penanganan pelabuhan tradisionil seperti Teluk Mata Ikan dan beberapa pelabuhan tradisionil lainnya, dapat lebih efektif mencegah terjadinya penyelundupan manusia yang berpotensi terjadinya penyelundupan senjata, narkoba dan pelaku terorisme. GAT Batam telah menjalin kerjasama dengan Polresta Barelang Batam, yang sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi model Polmas di daerah perbatasan.

Kabupaten Karimun yang terletak di antara Batam,

Singapura dan Malaysia, dapat ditempuh dari temapt-tempat

tersebut hanya dalam waktu kurang dari satu jam melalui

jalan laut. Untuk penerimaan dan pemulangan TKI

Bermasalah dari Malaysia, Kabupaten Karimun telah

membentuk Satgas PTKIB, dengan pembagian tugas:

1) Dinas Tenaga Kerja menampung TKI bermasalah dan memberikan pelatihan keterampilan di tempat penampungan (Shelter)

2) Dinas Sosial memberikan bantuan makanan selama berada di penampungan.

3) Dinas Perhubungan memberikan bantuan angkutan bagi TKI yang akan pulang ke daerah asal.

4) Dinas Kesehatan memberikan bantuan kesehatan bagi TKI yang memiliki kesehatan kurang baik atau penyakit lainnya.

5) Pemda setempat membantu menyediakan sarana dan prasarana dan mengkordinir masing-masing Dinas.

Gambar 10. Koordinasi Satgas PTKIB Tanjung

Balai Karimun.

Page 80: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 73

Pada tahun 2008, Satgas PTKIB Karimun telah membantu

penanganan dan pemulangan 288 orang TKIB. Akan tetapi

pemulangan tersebut hanya berlangsung selama bulan

Januari-Agustus, sementara pada bulan September-

Desember 2008 tidak ada pemulangan TKIB melalui Tanjung

Balai Karimun. Pada masa itu, tidak ada komunikasi antar

Satgas PTKIB yang ada di Tanjung Pinang, Batam dan Riau

sehingga tidak ada pemulangan TKIB melalui Karimun.

Diperlukan adanya koordinasi melalui Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau agar ketiga Satgas PTKIB yang ada di

Provinsi Kepulauan Riau dapat saling mendukung dalam

memberikan layanan kepada TKIB dan keluarganya yang

memerlukan.

4. Provinsi Lampung

Propinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang juga banyak warganya yang bekerja di luar negeri khususnya Malaysia, namun pendataannya tidak tercatat degan baik, hanya berdasarkan laporan dari beberapa Cabang PPTKIS yang berada di Lampung dan mau melaporkan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat.

Calon TKI biasanya direkrut oleh calo langsung dari desa tempat tinggalnya, dan diproses melalui PPTKIS dengan dokumen menyesuaikan menurut keberadaan PPTKIS.

Calon TKI asal Lampung sewaktu berangkat jarang atau bahkan tidak melapor, tetapi bila mendapat masalah di luar negeri atau dideportasi barulah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi direpotkan, yang diistilahkan: ”pergi secara diam-diam bila ada masalah teriak-teriak minta bantuan”. Apalagi bila ada pemulangan jenazah, Dinas harus menjadi penanggung jawab untuk mengantarkan jenazah ke desa asalnya bersama dengan polisi, dan beberapa kali harus menghadapi kemarahan keluarga.

Sejak dibentuknya BNP2TKI dan BP3TKI di Lampung, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak bertanggung jawab dengan pengiriman TKI keluar Negeri, dan PPTKIS yang mengirim TKI diwajibkan melaporkan ke Dinas setempat. Untuk mengetahui permasalahan dan pendataan TKI yang pergi dan pulang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lampung juga tidak memiliki anggaran, sehingga data hanya sepihak berdasarkan laporan saja.

Page 81: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 74

BP3TKI untuk wilayah Lampung saat ini belum berdiri sendiri

masih berada di Palembang Sumatera Selatan, jadi calon TKI

yang akan ke Malaysia biasanya melalui Palembang, tetapi

ada juga yang lewat Tangerang atau Batam, dan ini

termasuk dalam melengkapi dokumen yang diperlukan.

5. Pontianak, Entikong, Provinsi Kalimantan Barat

Satgas Penanganan TKIB yang seharusnya berada di

Entikong sebagai entry point, karena lokasinya baik ke

Sanggau maupun ke Pontianak sama jauhnya, maka

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memutuskan Satgas

PTKIB berada di Provinsi saja agar mudah pelaksanaan

koordinasinya, dan membentuk Tim Satgas dan Tim

Koordinasi Penanganan TKIB dengan SK Gubernur Nomor

289 dan Nomor 178 tahun 2008.

Ketua Satgas PTKIB adalah Assisten Dua Sekda Provinsi

Kalimantan Barat, dengan anggota Dinas terkait yang

menangani TKIB seperti Disnakertrans, Dinsos, Dinkes,

Dishub, Kumham, BP3TKI dan Biro terkait di Pemeintah

Provinsi Kalimantan Barat.

Anggota Satgas yang berada di Entikong hanya BP3TKI, Polri

dan Imigrasi, namun bukan berarti penanganan dan

pemulangan TKI tidak dilakukan dengan baik, pemulangan

selalu didahului dengan surat dari Konjen RI ke Satgas di

Pontianak sehingga jajaran Satgas akan menyiapkan diri

dalam penanganan berikutnya. Dinas Sosial dalam

penanganan TKIB di perbatasan bekerjasama dengan LSM

Antar Bangsa binaan Depsos dan berkoordinasi dengan LSM

di Pontianak yang akan menerima TKIB sesuai dengan kasus

masing-masing.

Seperti kasus yang terjadi pada PRT yang dianiaya majikan

di Miri dan mengakibatkan cacat tetap (tidak bisa berjalan)

dan ditinggal di RS Miri, korban bernama Myt, asal dari Jawa

Tengah, usia 19 tahun. Korban setelah diambil Konjen RI

dari Rumah Sakit kemudian dipulangkan dan diterima oleh

LSM Antar Bangsa di Entikong, dan selama di Pontianak

sambil menunggu jadwal kapal dititipkan ke LSM Hanura dan

oleh Dinas Sosial kemudian diantar ke Pelabuhan dan

dipulangkan ke daerah asal melalui Tanjung Priok, Jakarta.

Kondidi pasien harus dibantu untuk naik dan turun kapal

termasuk untuk ke kamar mandi mandi, sehingga tidak

Page 82: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 75

mungkin di klas ekonomi karena perlu perawatan selama

dalam perjalanan. Hal tersebut tidak dibenarkan oleh POLRI

karena seharusnya Dinas Sosial juga berada disana.

Bersamaan dengan kepulangan Myt terdapat 4 orang TKIB yang dipulangkan ke NTB semuanya laki-laki. Menurut keterangan, mereka berombongan di Kuching dan oleh Konjen RI diserahkan ke perwakilan Satgas di perbatasan Entikong. Namun dari sekian banyak orang, hanya mereka berempat yang pulang keluar dari Pontianak lainnya punya saudara di Entikong dan sekitarnya. Mereka dititipkan ke kendaraan angkutan dan melapor sendiri di Dinas Sosial untuk mendapatkan bantuan pemulangan ke daerah asalnya.

Kendala yang dihadapi Satgas PTKIB saat ini adalah pembiayaan TKI yang sakit, karena Dinas Kesehatan tidak ada dana untuk itu terutama bagi TKI yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Tidak ditempatkannya Satgas di Entikong karena sarana gedung tidak ada, saat ini penampungan TKI menggunakan gedung BLK yang semula mempunyai fungsi untuk pembekalan akhir sebelum pemberangkatan/masuk ke Malaysia.

Pihak keamanan/Polri sudah mengetahui adanya PPTKIS yang nakal termasuk calo yang sering melakukan daur ulang TKI di Entikong/Kalimantan Barat dan sekitarnya, namun hal tersebut sulit untuk memberantasnya, karena keberadaan TKI memberikan keuntungan banyak pihak. Diharapkan PPTKIS yang menempatkan TKI juga sedapat mungkin memantau selama bekerja dan menjemputnya waktu selesai kontrak. Hal tersebut menjadi tanggung jawab Disnakertrans dan BP3TKI untuk menanganinya bersama dengan Polri.

6. Nunukan, Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur

Satgas PTKIB Nunukan dibentuk melalui Keputusan Bupati

Nunukan No. 591 Tahun 2008 tanggal 6 Juli 2008 tentang

Pembentukan Satuan Tugas Penanggulangan Tenaga Kerja

Indonesia dan Warga Negara Indonesia Bermasalah di

Kabupaten Nunukan (Satgas PTKI/WNIB).

Pemulangan TKIB dari Tawau, Malaysia ke Nunukan bisa

lebih cepat (satu jam) karena melewati jalur tradisionil (jalur

internasional harus memutari Pulau Sebatik) sebagai hasil

lobby dengan Badan Kebangsaan Malaysia.

Tempat penampungan Nunukan (BP3TKI, Rusunawa, barak,

dan lain-lain) mencapai kapasitas 10.000 orang, yang

Page 83: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 76

diperkirakan mampu menampung deportan WNI yang

dipulangkan, asal tidak seluruh TKIB dipulangkan secara

sekaligus.

Kebijakan KTP “Putih” yang selama ini diberlakukan

Pemeritah Kabupaten Nunukan dimaksudkan untuk

menghindari penumpukan deportan WNI di Nunukan, dan

rencananya akan diperkuat dalam bentuk Peraturan Daerah

(Perda) sehingga memiliki kekuatan hukum yang pasti.

Untuk operasional Satgas PTKIB, diperlukan dana darurat dari Pusat, karena reimbursement prosesnya terlalu lama. Sementara dana operasional Satgas yang sudah turun, mohon dapat segera dicairkan.

Dalam rangka meningkatkan pengawasan lalu lintas kelautan, Pangkalan AL di Nunukan memerlukan adanya kapal patroli yang kuat.

Dilaporkan bahwa di Nunukan ada perkebunan kelapa sawit,

dan banyak TKIB yang minta dipekerjakan di kebun tersebut,

tetapi banyak yang tidak kerasan dan ingin kembali kerja di

Malaysia.

Gambar 11. Koordinasi Satgas PTKIB Nunukan

serta peninjauan Polmas dan

pembangunan pondok pesantren di

Sebatik, Nunukan.

Diperoleh informasi dari Nunukan bahwa dari 160 WNI/TKIB

yang dideportasi tanggal 19 September 2008 ke Nunukan,

tidak seorangpun yang masuk ke penampungan Satgas,

karena sudah ditampung oleh saudaranya. Dilaporkan

berdasarkan pengalaman sebelumnya, bahwa hanya

Page 84: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 77

WNI/TKIB yang menderita sakit, yang mau masuk ke

penampungan untuk mendapatkan layanan kesehatan dari

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)/Satgas.

KKP/Dinas Kesehatan memerlukan tambahan peralatan kesehatan, dan petunjuk pemberian layanan kesehatan kepada TKIB karena tidak bisa menggunakan Jankesmas.

Polres setempat mendukung TR Babinkam Mabes Polri dan menunggu petunjuk selanjutnya tentang Polmas di perbatasan.

Pemerintah Kota Tarakan telah mempersiapkan diri meng-antisipasi seandainya terjadi overload pemulangan TKIB di Nunukan. Tahun 2005, Tarakan pernah masuk sebagai Satgas PTKIB, tetapi kemudian non-aktif karena tidak ada lagi TKIB yg dipulangkan melalui Tarakan.

Gambar 12. Universitas Borneo Tarakan, terbuka

bagi pendidikan lanjutan anak TKI.

Pemerintah Kota Tarakan menyatakan siap membantu TKIB yang pulang melalui Tarakan, ada atau tidak ada standby loan/dana dari Pusat. Tarakan menyatakan sebagai Standby Satgas, mengantisipasi jikalau ada limpahan dari Nunukan dalam hal terjadi overload.

Kebijakan Walikota Tarakan tidak mengijinkan ada PJTKI (Cabang), jika mau mendirikan harus sebagai Pusat. Dalam hubungan ini, Walikota Tarakan mengusulkan perlunya kebijakan Pemerintah Pusat agar di perbatasan PJTKI-nya harus berstatus “Pusat”, karena sebagai cabang sering melempar tanggungjawab.

Page 85: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 78

Perlu approach dan kerjasama dengan Pemerintah Sabah,

dalam hal terjadi penumpukan jumlah deportasi TKIB,

sebagian hendaknya dialihkan deportasinya ke Tarakan.

Perlu dibangun koordinasi dan komunikasi antara Perwakilan

RI Tawau, Satgas Nunukan dan Pemkot (Satgas) Tarakan.

7. Pare-Pare, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Perubahan kelembagaan di lingkungan Kota Pare-Pare

berpengaruh terhadap kinerja Satgas PTKIB, mengingat

bahwa selama ini Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan

Kesejahteraan Sosial terwadahi dalam satu dinas. Sekarang

kembali dipisah menjadi Dinas Sosial, dan Dinas Tenaga

Kerja dan Kependudukan. Kondisi ini menjadikan

penanganan dan pemulangan TKIB dari Malaysia menjadi

tidak optimal. Tahun 2009 direncanakan akan ada

restrukturisasi Satgas PTKIB di Pare-Pare dengan Dinas

Tenaga Kerja dan Kependudukan menjadi leading sektor.

Rata-rata jumlah TKIB yang datang dari Nunukan Propinsi

Kalimantan Timur ke Pelabuhan Pare-Pare kurang lebih 10 –

20 orang per hari. Oleh karena sifatnya ilegal, maka bukan

dianggap sebagai TKI tetapi sebagai penduduk sehingga

menjadi tanggung jawab Dinas Sosial. Hal ini yang sering

menjadi tarik menarik antar instansi, dan mempertanyakan

siapa yang bertanggung-jawab. Sementara yang terkait

dengan TKI yang bersifat legal, menjadi tanggung jawab

Dinas Tenaga Kerja.

Di masing-masing sektor di lingkungan lembaga/instansi Kota Pare-Pare memiliki ketentuan masing-masing, sementara penanganan TKI sudah mendesak. Misalnya masalah angkutan untuk pemulangan oleh Dinas Perhubungan, seringkali persyaratannya berbelit-belit sehingga sering mengalami penundaan bahkan anggota Satgas PTKIB harus mengeluarkan dana pribadi; Kurangnya dukungan dari pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan, sehingga ketika TKIB dikembalikan ke daerah asal pihak daerah asal seolah-olah lepas tangan.

Pemerintah Kota Pare-Pare berasumsi bahwa tidak ada

penduduk Kota Pare-Pare yang menjadi TKI, tetapi

mendapatkan masalah ketika TKI dipulangkan dari Malaysia.

Di samping itu, untuk memulangkan TKI Bermasalah dan

Keluarganya ke daerah asalnya di Provinsi Sulawesi Selatan,

Page 86: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 79

jaraknya relatif jauh sementara dana yang tersedia terbatas

karena untuk pemulangan antar kabupaten tidak

mendapatkan dana dari Pusat.

Kesulitan lainnya yang dialami Satgas PTKIB adalah tidak

adanya Surat Pengantar, baik dari Konsul maupun dari

Pemerintah Kabupatan Nunukan/Satgas Nunukan.

Kurangnya koordinasi antara Satgas Kota Pare-Pare dengan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, kondisi ini menjadikan

tidak kondusifnya penanganan Pemulangan TKI Bermasalah

dan Keluarganya dari Malaysia karena sering terjadi salah

pengertian.

Diperkirakan sekitar 20 ribu orang menuju Nunukan dari

Pelabuhan Pare-Pare menggunakan Kapal Awu, Tidar, dan

Que Soya. Jumlah ini tidak dapat terdeteksi, apakah mereka

penumpang reguler atau TKI Bermasalah.

Belum adanya petunjuk teknis (Juknis) dan petunjuk pelaksanaan dari masing-masing sektor, kondisi ini menjadikan masing-masing dinas/lembaga sangat kaku berjalan sesuai dengan tupoksinya meskipun pembagian tugas sudah diatur dalam Satgas. Misalnya Juknis dan Juklak di bidang kesehatan belum ada petunjuk dan blanko pelaporan dari pusat, meskipun dalam pelaksanaannya memanfaatkan fasilitas kesehatan di pelabuhan, Puskesmas, dan RS Daerah Andi Mapasau di Kota Pare-Pare.

Terbatasnya biaya operasional dalam rangka penanganan TKIB di masing-masing instansi terkait, kondisi ini berpengaruh terhadap kinerja petugas di lapangan.

Provinsi Sulawesi Selatan adalah daerah asal TKI yang bekerja ke Malaysia, terutama yang berasal dari Kabupaten Bulukumba, Banteang, Gowa, Sinjai, Bone, Soppeng, Enrekang dan Tanah Toraja. Untuk tujuan Arab Saudi, TKI banyak berasal dari Kabupaten Maros dan Pinrang, sedang untuk tujuan Korea dan Eropa banyak berasal dari Kabupaten Makassar.

Tahun 2002 Gubernur Sulawesi Selatan telah pernah membentuk Satgas PTKIB dan keputusan Gubernur tersebut masih dipergunakan sebagai acuan. Saat ini BP3TKI merupakan lembaga yang bertugas menangani TKIB, sementara Disnakertrans mempunyai tugas mengkoor-dinasikan. Akan tetapi biaya pemulangan TKIB dari provinsi ke daerah asal dirasakan sangat terbatas. Sampai dengan

Page 87: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 80

November 2008, sebanyak 15 orang TKIB telah dipulangkan ke daerah asalnya di Provinsi Sulawesi Selatan, selain penanganan tiga kasus tentang TKI yaitu yang meninggal dunia (1 orang), mendapat kecelakaan kerja (3 orang) dan deportasi (2 orang).

Pada umumnya, TKIB asal Sulawesi Selatan yang bekerja di Sabah Malaysia dipulangkan melalui Nunukan, akan tetapi sebagian besar di antaranya kembali masuk ke Malaysia dengan berbagai cara, sehingga hanya beberapa orang saja yang kembali pulang ke daerah asalnya di Provinsi Sulawesi Selatan.

Selain dengan mengirimkan tenaga kerja Sulawesi Selatan ke luar negeri dan ke daerah lain, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga membuka kesempatan kerja di daerah melalui program Tenaga Kerja Mandiri Terdidik (TKMT), Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP), dan Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Selain itu juga memberikan bantuan permodalan secara bergulir kepada peserta program Grameen Bank, dan mempersiapkan TKI Purna menjadi wirausaha yang mandiri dan terampil di daerah asalnya.

8. Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat adalah daerah asal TKIB. Provinsi yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota, pada tahun 2008 berpenduduk 42,1 juta jiwa, dengan 49,6% di antaranya adalah perempuan. Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD mencapai 63,2%, SLTP 15,9%, SLTA 16,0% dan sebesar 4,8% berijazah perguruan tinggi.

Jumlah penganggur di Jawa Barat menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tercatat 1,1 juta orang yang terdiri dari 67,2% laki-laki dan 32,8% perempuan. Sebagian besar penganggur berpendidikan SD (38,5%), SLTP (21,6%), SLTA (33,4%), dan 6,45% perguruan tinggi. Salah satu program pengurangan penganguran adalah meningkatkan kesempatan kerja antar kerja antar negara (AKAN).

Keterbatasan lapangan kerja di Jawa Barat dan berbagai faktor pendorong lainnya, membuat para pencari kerja berupaya memperoleh pekerjaan di luar negeri. Kabupaten Cianjur merupakan daerah yang banyak mengekspor TKI (Tenaga Kerja Indonesia), terutama TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke luar negeri, namun keberangkatannya banyak yang tidak diketahui Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi Kependudukan dan Catatan Sipil, Kabupaten Cianjur.

Page 88: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 81

Hal ini disebabkan para sponsor pencari tenaga kerja TKI/TKW yang turun sampai ke desa-desa, langsung membawanya ke Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia yang ada di Jakarta, tanpa melapor ke Dinas Sosial Tenaga Kerja Transmigrasi Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. Akibatnya, data jumlah TKI/TKW asal Kabupaten Cianjur, tidak bisa diketahui secara pasti. Para calon TKI/TKW tersebut seluruh persyaratannya ditangani langsung oleh PPTKIS yang bersangkutan, dan setelah lulus termasuk kondisi kesehatannya, langsung diberangkatkan ke luar negeri.

Pemulangan TKI Bermasalah asal Jawa Barat dari Malaysia

tidak secara langsung tetapi melalui daerah entry point, ke

pelabuhan transit Tanjungpriok di Jakarta, dan selanjutnya

dipulangkan menggunakan angkutan PN. DAMRI atau

angkutan lain ke daerah asalnya.

Untuk menanggulangi masalah TKIB ini, Pemerintah Provinsi

Jawa Barat akan meningkatkan koordinasi dan kerjasama

dengan daerah entry point dan daerah transit, sementara

dari sisi supply tenaga kerja akan meningkatkan pendidikan

dan keterampilan calon TKI/TKW agar mengerti hak-haknya

dan dapat melindungi diri selama bekerja di luar negeri.

Pemulangan TKIB juga harus sesuai dengan prosedur dan

mekanisme yang ada, termasuk peran Pemerintah Provinsi

Jawa Barat sebagai daerah pengirim TKI, perlu difungsikan

semaksimal mungkin.

Forum Komunikasi Tripartit TKI yang telah dibentuk awal Mei

tahun 2007 yang terdiri dari unsur perorangan atau wakil

pemerintah, pelaksana penempatan TKI (asosiasi dan

perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia swasta),

lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi, perlu

diaktifkan dalam menangani permasalahan TKI yang

kompleks.

Selain itu juga diperlukan adanya penegakan hukum yang

tegas bagi PPTKIS yang melanggar ketentuan dan

menelantarkan TKI. Pemerintah perlu menyusun daftar

hitam agen PPTKIS yang melanggar hukum, dan

melaksanakannya tanpa kompromi, sehingga yang

bersangkutan tidak bisa bermain petak umpet dan

melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap TKI/TKW

yang dikirimkannya.

Page 89: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 82

Diperlukan koordinasi bilateral dengan negara tujuan untuk

menaikkan tingkat kesejahteraan dan perlindungan kepada

TKI/TKW selama bekerja di negara tersebut. Perlindungan

juga diberikan saat TKI/TKW sudah berada kembali di tanah

air, karena masih sering terdengar pemerasan dan tindak

kekerasan lainnya yang dialami para TKW ketika mereka tiba

di Indonesia dan selama dalam perjalanan kembali ke daerah

asalnya.

9. Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 35 kabupaten/kota, berpenduduk 32,63 juta jiwa (2008), dengan jumlah penduduk usia kerja 24,41 juta jiwa, terdiri dari angkatan kerja 16,69 juta jiwa dan bukan angkatan kerja 7,72 juta jiwa. Dari 16,69 juta angkatan kerja, yang bekerja 15,46 juta jiwa, dan pengangguran 1,23 juta jiwa (7,35%). Pengangguran tahun 2008 menurun jika dibanding tahun 2007 yang berjumlah 1,36 juta (7,7%). Karena keterbatasan lapangan kerja di berbagai sektor yang ada, mendorong para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan di luar daerah maupun ke luar negeri.

Satgas PTKIB Jawa Tengah telah dibentuk dan mendapat dukungan APBD walaupun dalam jumlah terbatas. Sebagian besar TKIB Jawa Tengah yang dipulangkan, lebih menyukai turun di Pelabuhan Tanjungpriok Jakarta dan meneruskan perjalanan dengan kendaraan darat ke daerah asalnya di bagian barat Jawa Tengah. Kondisi ini yang menyebabkan sulitnya pemantauan dan pendataan Satgas PTKIB Jawa Tengah terhadap pemulangan TKIB asal Jawa Tengah.

Pemulangan TKIB selama tahun 2007 berjumlah 578 orang, menurun jika dibandingkan tahun 2006 yang mencapai jumlah 967 orang.

Tabel 4. Pemulangan TKIB asal Jawa Tengah Tahun 2006 dan 2007.

No. Kabupaten/Kota 2006 2007 Jumlah

1. Cilacap 78 104 182

2. Banyumas 25 32 57

3. Purbalingga 5 4 9

4. Banjarnegara 4 4 8

Page 90: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 83

No. Kabupaten/Kota 2006 2007 Jumlah

5. Kebumen 27 27 54

6. Purworejo 6 7 13

7. Wonosobo 20 11 31

8. Magelang 34 14 48

9. Boyolali 14 5 19

10. Klaten 14 5 19

11. Sukoharjo 6 1 7

12. Wonogiri 7 4 11

13. Karanganyar 15 4 19

14. Sragen 22 11 33

15. Grobogan 40 24 64

16. Blora 27 8 35

17. Rembang 26 18 44

18. Pati 301 107 408

19. Kudus 43 23 66

20. Jepara 16 9 25

21. Demak 35 16 51

22. Semarang 31 20 51

23. Temanggung 36 22 58

24. Kendal 67 44 111

25. Batang 35 24 59

26. Pekalongan 4 2 6

27. Pemalang 3 1 4

28. Tegal 4 2 6

29. Brebes 6 8 14

30. Magelang 0 0 0

31. Surakarta 0 0 0

32. Salatiga 10 16 26

33. Semarang 6 1 7

34. Pekalongan 0 0 0

35. Tegal 0 0 0

Jumlah 967 578 1.545

Sumber: Satgas PTKIB Jawa Tengah, 2008

Page 91: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 84

Berdasarkan data yang ada, alasan pendeportasian TKIB asal Jawa Tengah, sebagian besar karena menggunakan visa wisata/kunjungan (18,96%), berangkat melalui tekong Tanjungpinang (12,5%), overstay atau visa mati (6,15%), lari dari majikan (5,5%), terkena razia RELA (2,9%), pindah majikan (2,33%), dokumen tidak lengkap (0,5%), dokumen hilang (0,4%), dan paspor kosong/palsu (0,26%).

10. Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur berpenduduk 37,8 juta jiwa yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Dari jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) sekitar 12,0 juta orang, sejumlah 0,6 juta orang berstatus penganggur terbuka. Mereka banyak mencari kerja ke luar negeri termasuk ke Malaysia.

Penanganan dan pemulangan TKI Bermasalah di Jawa Timur menjadi tanggung jawab Satgas Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) dari Malaysia yang dibentuk oleh Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur melalui Surat Keputusan No. 560/183/112.05/2007 tanggal 12 Juni 2007. Satgas TKIB Jawa Timur terdiri dari Ketua (Kadisnaker Provinsi Jawa Timur), Wakil Ketua (Kasubdin Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Mandiri), Sekretaris (Kepala Balai Pelayanan Penempatan TKI Jawa Timur), dan Anggota (Kepolisian, Imigrasi, Pelindo, Kepala Pelabuhan Tanjung-perak, Kepala RSJ Menur dan Perum DAMRI).

TKI Deportasi setibanya di Tanjungperak Surabaya dicatat identitas dan nama daerah asalnya, kemudian diberikan akomodasi, konsumsi dan transportasi pemulangan ke daerah asalnya. Bagi TKIB yang sakit akan dilakukan pemeriksaan dan perawatan medis. Khusus untuk TKI Deportasi asal Jawa Timur diberikan bantuan transport sebesar Rp 35.000,-/orang, sementara TKIB yang berasal dari provinsi lain difasilitasi pemulangannya.

Dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, sejumlah 30 kabupaten di antaranya menjadi daerah pengirim TKI ke Malaysia, yang pada umumnya merupakan daerah miskin. Dari 30 kabupaten tersebut, 10 kabupaten terbesar yang menjadi kantong TKI berdasarkan data deportasi tahun 2008 adalah: (1) Kab. Sampang: 1.249 orang, (2) Kab. Pamekasan: 1.137 orang, (3) Kab. Sumenep: 902 orang, (4) Kab. Jember: 651 orang, (5) Kab. Bangkalan: 591 orang, (6) Kab. Banyuwangi: 495 orang, (7) Kab. Lumajang: 481 orang, (8) Kab Tulung Agung: 413 orang, (9) Kab. Tuban:

Page 92: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 85

281 orang, dan (10) Kab. Lamongan: 270 orang, kesemuanya dari Malaysia.

Adapun jumlah pemulangan TKI sejak tahun 2004 sampai

dengan 2008 sebagai berikut:

Tabel 5. Pemulangan TKIB melalui Pelabuhan Tanjungperak, Tahun 2004-2008.

TKI Bermasalah (Orang)

No. Tahun Jawa Timur

Luar Jawa Timur

Jumlah

1. 2004 8.874 4.033 12.907

2. 2005 2.148 247 2.395

3. 2006 7.093 190 7.233

4. 2007 11.369 21 11.390

5. 2008 *) 5.712 - 5.712

*) Juli 2008 Sumber: Satgas PTKIB Prov. Jawa Timur, 2008.

11. Provinsi Bali

Provinsi Bali yang terdiri dari 9 kabupaten/kota, ber-penduduk 3,9 juta jiwa (2008), dengan jumlah angkatan kerja (usia 15 tahun ke atas) 2,09 juta, dan pengangguran sebanyak 95.512 orang. Masalah ketenagakerjaan di Provinsi Bali terutama terkait dengan kesempatan kerja yang belum mampu menyerap angkatan kerja, jumlah pengangguran yang tinggi, kualitas angkatan kerja relatif rendah, dan program pelatihan yang belum mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya penguasaan berbahasa asing calon tenaga kerja, kurangnya minat pada pekerjaan informal, dan rendahnya jiwa wirausaha.

Walaupun dalam satu tahun terakhir terjadi peningkatan penyerapan lapangan kerja hampir di semua lapangan usaha (kecuali sektor industri dan lembaga keuangan), namun jumlah pengangguran masih cukup tinggi, terlebih jika diperhitungkan jumlah setengah pengangguran yang mencapai 621.600 orang, yang sepertiga di antaranya merupakan pengangguran terpaksa.

Page 93: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 86

Berbagai upaya mengatasi pengangguran dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali seperti mengirim tenaga kerja ke luar negeri terutama bagi yang terampil dan terlatih. Tercatat ada 2.156 putra Bali yang kini bekerja di luar negeri antara lain Amerika, Belanda, Jerman, Arab Saudi, Turki, Dubai, Spanyol, Jerman, Jepang, Brunei dan Singapura. Mereka bekerja di sektor pariwisata, yakni hotel dan restoran serta kapal pesiar. Generasi muda Bali, baik pria maupun wanita, dengan menguasai berbagai jenis keterampilan dan didukung kemampuan berbahasa asing, mampu merebut peluang pasar kerja di luar negeri.

Di Bali terdapat dua dari sekitar 406 perusahaan penempatan TKI swasta (PPTKIS) yang khusus mengirimkan TKI dengan keterampilan bidang kepariwisataan menengah ke atas, yang selama ini hampir tak pernah bermasalah di tempat kerja mereka di luar negeri.

TKI asal Bali yang bekerja di luar negeri sebagian besar meraih kesuksesan, dan mampu mengirim sebagian penghasilannya ke keluarga masing-masing di Bali. Dari 2.156 TKI asal Bali yang bekerja di luar negeri, diperkirakan telah menyumbang devisa sedikitnya Rp 172,5 miliar per tahun.

Walaupun untuk bekerja di luar memerlukan investasi sebesar Rp 20 juta untuk biaya tiket pesawat udara pergi-pulang, penempatan TKI ke luar negeri terus meningkat. Pada tahun 1996 awal, Bali hanya mengirim TKI ke luar negeri tidak lebih dari 200 orang, namun pasca tragedi bom Bali 12 Oktober 2002, meningkat menjadi 2.204 orang tahun 2002, dan menjadi 2.900 orang tahun 2005, dan sekarang tercatat 2.156 orang masih bekerja di luar negeri.

Pengiriman tenaga kerja terampil menengah ke atas dari Provinsi Bali yang terus meningkat, diharapkan tidak meninggalkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya TKI Bermasalah asal Bali, terkait dengan banyaknya kasus penipuan oleh calo tenaga kerja yang tidak bertanggung jawab.

12. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Provinsi NTB yang terdiri dari 9 kabupaten/kota, ber-penduduk 4,37 juta (2008). Jumlah angkatan kerja 2,03 juta, dengan 1,96 juta di antaranya bekerja, dan yang berstatus sebagai penganggur 124 ribu jiwa (6,13%). Dari sisi pendidikan, angkatan kerja (termasuk yang sudah

Page 94: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 87

bekerja) rata-rata didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar, yang mengakibatkan rendahnya tingkat kompetensi dan daya saing.

Walaupun demikian, Provinsi NTB dikenal sebagai daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri terutama ke negara tujuan Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Kuwait, Abu Dhabi, Yordania dan sebagian kecil lainnya ke Singapura, Hongkong, Korea dan Taiwan. Di Provinsi NTB, terdapat 4 Kabupaten yang menjadi kantong asal TKI yaitu Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, dan Lombok Barat.

Di Malaysia, TKI asal NTB pada umumnya bekerja di sektor informal (pekerja rumah tangga) dan di lapangan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan tinggi seperti bekerja di kebun-kebun kelapa sawit di Malaysia. Namun ada juga TKI asal NTB yang bekerja di bidang konstruksi, industri, dan sebagai sopir.

Tabel 6. Penempatan TKI Provinsi NTB ke Luar Negeri, Tahun 2000-2008.

Tahun Jumlah Tahun Jumlah

2000 24.255 2005 42.067

2001 32.089 2006 43.936

2002 39.454 2007 43.134

2003 31.591 2008 *) 32.832

2004 23.954 Total 313.312

*) Agustus 2008 Sumber: Dinakertrans Provinsi NTB, 2008

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri telah membantu mengurangi pengangguran dan mampu menghasilkan devisa bagi daerah melalui transfer uang yang dikirim ke NTB dalam jumlah yang cukup besar mencapai sekitar Rp 400 milyar setahun. Secara bertahap, Pemerintah Provinsi NTB bertekad akan meningkatkan pengiriman tenaga kerja formal ke luar negeri, melalui peningkatan rekrutmen, pengiriman, penempatan dan pemantauan para tenaga kerja di luar negeri, serta meningkatkan perlindungan kepada TKI yang bermasalah termasuk yang dideportasi dari Malaysia melalui Tanjungpinang Kepulauan Riau maupun yang lewat Nunukan, Kalimantan Timur.

Page 95: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 88

Terjadinya TKI Bermasalah asal NTB pada umumnya karena pemberangkatannya tidak dilengkapi dengan surat-surat karena melalui calo, dan hingga kini masih banyak terjadi walaupun Pemerintah NTB telah memberikan penyuluhan agar berangkat melalui jalur resmi.

Jumlah TKI bermasalah dari Provinsi NTB selama tiga tahun terakhir mencapai 11.616 orang terdiri atas 11.028 laki-laki dan 588 perempuan, dan cenderung meningkat. Pada umumnya mereka berasal dari Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat, sedangkan dari kabupaten lain jumlahnya relatif sedikit.

Saat tiba di pelabuhan Lembar, Mataram, para TKI bermasalah dibawa ke Kantor Dinas Tenaga Kerja Provinsi NTB untuk didata dan kemudian dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Bagi TKI yang berasal dari Lombok mendapat uang transportasi Rp 30.000 per orang, sedangkan yang dari Pulau Sumbawa Rp 100.000 per orang.

Langkah-langkah Pemerintah Provinsi NTB untuk mengurangi TKI Bermasalah dan meningkatkan penempatan TKI secara formal dan prosedural, serta dalam rangka pemberdayaan TKI Purna, adalah sebagai berikut:

a. Pra Penempatan

1) Pembenahan PPTKIS. 2) Meningkatkan sosialisasi program Penempatan

Tenaga Kerja ke Luar Negeri. 3) Meneliti persyaratan dan akurasi data perorangan

calon TKI agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan TKI dikemudian hari.

4) Mengintensifkan penyelenggaraan orientasi pra pemberangkatan dengan pengenalan budaya dan sistem kerja negara tujuan.

b. Masa Penempatan

1) Memfasilitasi pengiriman uang ke daerah asal oleh lembaga perbankan, hal ini untuk memberikan kemudahan bagi TKI dan keluarganya.

2) Pemberian bantuan/advokasi hukum dan jaminan sosial.

c. Pasca Penempatan

Pengembangan kewirausahaan TKI Purna, dalam bentuk:

1) Pengembangan usaha produktif di perdesaan, 2) Padat karya/pemberian pekerjaan temporer dengan

terapan teknologi tepat guna, budidaya hasil laut, dan sebagainya.

Page 96: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 89

13. Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Data ketenagakerjaan tahun 2007 menunjukkan bahwa

jumlah angkatan kerja Provinsi NTT sebanyak 2,15 juta

orang, meningkat dari tahun 2006 sebanyak 2,0 juta orang.

Dari jumlah angkatan kerja ini, jumlah pencari kerja pada

tahun 2007 sebanyak 77.306 orang, terdiri dari laki-laki

sebanyak 42.306 orang dan perempuan 34.905 orang.

Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan

sebanyak 45.762 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak

24.549 orang dan perempuan sebanyak 21.213 orang.

Jumlah pengangguran terbuka sebanyak 117.821 orang,

yang berarti ada 195.127 orang yang memerlukan

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan.

Angkatan kerja di NTT masih didominasi tamatan sekolah dasar (SD) yang mencapai 73,18% dari total angkatan kerja, sedang yang tamatan perguruan tinggi hanya 3,09%. Menyangkut tingkat pendidikan angkatan kerja di wilayah perkotaan dan pedesaan, kondisinya lebih baik di wilayah perkotaan, karena yang berpendidikan SLTA mencapai 41,34%, diploma ke atas mencapai 20,46%, SLTP mencapai 15,87 % dan SD ke bawah hanya 22,35%. Sementara di wilayah pedesaan, sangat memprihatinkan karena didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah yang mencapai 81,31%, SLTP hanya 10,89 %, SLTA 6,73% dan diploma ke atas hanya 1,07%.

Angkatan kerja yang bekerja di wilayah perkotaan, sebagian besar di sektor jasa yang mencapai 38,40%, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran 25,94%, sektor angkutan dan komunikasi 9,98%, dan sektor industri pengolahan 8,48%. Penduduk yang bekerja di wilayah pedesaan, sebagian besar di sektor pertanian (82,31%) disusul industri pengolahan 6,71%, perdagangan, hotel dan restoran 4% serta jasa-jasa 3,66%.

Selain bekerja di daerahnya, tenaga kerja NTT banyak yang mencari kerja di luar negeri, dan merupakan salah satu provinsi pengirim tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dalam jumlah yang besar. Pada tahun 2006, TKI asal NTT sebanyak 7.155 orang yang terdiri dari laki-laki 537 orang dan perempuan 6.081 orang. Sebagian besar (92,5%) mereka bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga, dan sisanya sebagai pekerja perkebunan (ladang) di negara Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan dan Brunei.

Page 97: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 90

Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak selaras dengan bertambahnya kesempatan kerja, menyebabkan meningkatnya jumlah TKI asal NTT yang mencari kerja ke luar negeri. Namun dengan tingkat pendidikan yang tidak memadai, telah berdampak pada kecenderungan peningkatan masalah di bidang ketenagakerjaan dan HAM antara lain: (1) Tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga dengan pembantu rumah tangga sebagai korban (2.) Rendahnya tingkat pendapatan tenaga kerja (3) Tingginya angka TKI NTT sebagai TKI illegal (4) Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang menyelenggarakan pengiriman TKI asal Prov. NTT ke luar negeri belum profesional sehingga mendorong terjadinya hal-hal yang merugikan calon TKI maupun keluarganya yang mengarah pada masalah perdagangan orang (Human Trafficking), (5) Lemahnya kesadaran aparat pemerintah dalam menyikapi masalah-masalah pengiriman TKI asal NTT ke luar negeri, seperti masalah manipulasi umur calon TKI, alamat tempat tinggal, dan lain sebagainya (6) Tingginya angka kekerasan bagi TKI asal NTT, yang terjadi mulai dari proses rekruitmen sampai pada penempatan TKI di luar negeri (7) Lemahnya perlindungan hukum dan HAM bagi calon TKI dan TKI baik oleh pemerintah Indonesia maupun oleh pemerintah negara tempat TKI bekerja.

Pemulangan TKI Bermasalah ke Provinsi NTT tidak terpantau sepenuhnya oleh Dinas Tenaga Kerja dan atau Dinas Sosial karena banyak TKIB yang turun di pulau-pulau (Flores) sebelum sampai ke Kupang sehingga tidak tercatat oleh dinas yang bersangkutan. Selain itu, pembentukan Satgas Pemulangan TKIB masih dalam proses legalisasi sehingga operasional anggota Satgas belum terkoordinir dengan baik.

Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan berbagai upaya, di samping melaksanakan pembinaan kepada angkatan kerja yang akan bekerja ke luar negeri melalui peningkatan diklat dan peningkatan kualitas lembaga pelatihan ketenaga-kerjaan, juga berupaya membuka kesempatan kerja di pedesaan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dan program pembangunan lainnya. Mengenai penanganan TKIB, diupayakan agar segera dibentuk Satgas untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota terutama di daerah yang menjadi daerah sumber TKI.

Page 98: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 91

14. Perwakilan RI Kuala Lumpur, Malaysia

Pemerintah terus berupaya memberikan perlindungan

terhadap WNI (termasuk TKI) yang berada di luar negeri,

yang diwujudkan antara lain dengan membentuk Direktorat

Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia, Direktorat

Jenderal Protokol dan Konsuler, Departemen Luar Negeri.

Pada tingkat Perwakilan RI di luar negeri, KBRI Kuala

Lumpur, Malaysia membentuk Satuan Tugas Perlindungan

Pelayanan Warga Negara Indonesia (Satgas PPWNI) melalui

Surat Keputusan Duta Besar RI No. 088 Tahun 2007.

Selama tahun 2007, KBRI Kualalumpur telah melakukan perlindungan kepada WNI Bermasalah, sebagai berikut:

• Sebanyak 763 orang TKW meminta perlindungan KBRI Kuala Lumpur.

• Sebanyak 973 kasus (termasuk kasus lama) yang menimpa TKI/TKW dapat diselesaikan dan telah dipulangkan.

• Jumlah TKW dipenampungan sebanyak 171 orang termasuk 10 bayi.

• Jumlah uang TKI/TKW yang dapat diselamatkan sebesar Rp 3,4 milyar.

Tahun 2008:

• Sebanyak 714 orang TKW dan 30 balita meminta perlindungan KBRI Kuala Lumpur.

• Sebanyak 595 kasus (termasuk kasus lama) yang menimpa TKI/TKW dapat diselesaikan dan telah dipulangkan.

• Di penampungan KBRI terdapat 62 orang TKW dan 1 bayi, menunggu penyelesaian kasus.

• Jumlah uang TKI/TKW yang dapat diselamatkan sebesar Rp 3,5 milyar

Untuk membantu WNI/TKI yang sedang menghadapi

masalah atau sedang dalam proses penyelesaian masalah,

KBRI Kualalumpur menyediakan fasilitas penampungan di

shelter KBRI. Shelter tersebut telah direnovasi dan

dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai, dengan

daya tampung 70 orang. Namun dengan meningkatnya

jumlah WNI/TKI baik yang terlantar maupun yang sedang

mengalami masalah dengan pihak lain, menyebabkan shelter

sering kali harus diisi melebihi daya tampungnya.

Page 99: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 92

Gambar 13. Shelter Kedutaan Besar RI di

Kualalumpur, Malaysia.

15. Perwakilan RI di Kuching, Malaysia

Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kuching mencakup 11 daerah

bahagian dan berbatasan langsung dengan Provinsi

Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan luas wilayah

124,449,5 km2 hampir sama dengan luas P. Jawa.

Jumlah TKI saat ini yang terdaftar (legal) ada 200.000 orang

dan diperkirakan TKI ilegal sedikitnya dalam jumklah yang

sama, jadi diperkirakan ada 400.000 orang TKI di Serawak,

namun data tersebut berubah-ubah setiap tahunnya. Jumlah

TKI mencapai 95% dari total tenaga kerja asing dengan

segala permasalahannya. Mereka berasal dari suku Bugis

(Sulawesi Selatan) 60%, Timor (NTT) 20 %, Lombok (NTB)

10%, dan suku lainnya 5%.

Berdasarkan pantauan Konjen RI, TKI bekerja tersebar di 343 perusahaan kelapa sawit, kayu, dan konstruksi, sedangkan PRT berada di perkotaan namun sulit dipantau. TKI ilegal yang ada di Serawak pada umumnya masuk sebagai TKI legal, namun karena permasalahan dengan majikan dan kenyataan tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya, mereka melarikan diri untuk pindah majikan, tetapi ada juga yang kena bujuk rayu dari calo dengan iming-iming gaji lebih tinggi.

Jumlah tenaga kerja yang ada di Serawak belum mencukupi kebutuhan sejalan dengan perkembangan perkebunan yang ada, yang menimbulkan adanya praktek calo tenaga kerja yang sering meminjam tenaga kerja dari kebun lain. Para

Page 100: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 93

TKI tersebut lalu dipengaruhi untuk pindah kerja, padahal paspor ditahan oleh majikan pertama dengan kontrak 2-3 tahun, sehingga mereka menjadi ilegal. Karena kebutuhan, para majikan juga menerima para TKI ilegal demi kelangsungan usahanya, tetapi hal tersebut tidak disadari oleh TKI bahwa mereka menjadi tidak terlindungi secara hukum dan sulit dipantau keberadaannya oleh Konjen RI. TKI ilegal seperti ini banyak terdapat dan tersebar di negara bagian Serawak, Malaysia Timur.

Jumlah TKI bermasalah yang ditampung di shelter KJRI Kuching sebagian besar adalah perempuan. Pada tahun 2006 berjumlah 277 orang terdiri dari 241 perempuan dan 36 laki-laki; tahun 2007 sampai bulan September ada 228 orang, yang terdiri dari 199 perempuan dan 29 laki-laki.

Jumlah TKI yang dideportasi tahun 2005 ada 979 orang, tahun 2006 meningkat menjadi 1.824 orang, tahun 2007 mencapai 2.493 orang, dan tahun 2008 sampai dengan awal September sudah mencapai 1.865 orang. Dengan adanya Operasi Bersepadu oleh Pemerintah Malaysia, diperkirakan jumlah ini akan meningkat. Pemulangan TKI deportasi sejak diberlakukannya kebijakan tersebut setiap minggu meningkat rata-rata 100 orang.

Gambar 14. Pelayanan dokumen WNI di Negeri

Sarawak, Malaysia Timur.

Untuk itulah dalam rangka melindungi WNI di Sarawak, Konjen RI mengadakan pendekatan ke perusahaan yang mempekerjakan TKI untuk mengadakan pengajuan perlin-dungan bagi TKI ilegal. Hal tersebut akan menguntungkan

Page 101: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 94

kedua belah pihak baik TKI maupun perusahaan itu sendiri. Berdasarkan informasi dari perusahaan Sime Darby, kerugian yang timbul akibat TKI yang lari mencapai 30% setiap tahunnya. Sementara bagi TKI, perlindungan hak TKI juga akan meningkat dengan kepemilikan paspor dan dokumen keimigrasian lainnya.

Pengajuan perlindungan bagi TKI yang tidak memiliki dokumen disebut ”regulasi” yang artinya menyesuaikan atau mengikuti peraturan/ketentuan yang berlaku (pemutihan) dengan persyaratan sebagai berikut:

• adanya surat permohonan dari perusahaan.

• ada kontrak kerja antara TKI dengan perusahaan yg dilegalisir oleh Konjen RI.

• ada surat pernyataan dari perusahaan untuk membebas-kan biaya terkait dengan proses pemutihan yang dibebankan kepada TKI.

• ada surat kelulusan dari jabatan buruh.

• adanya surat kelulusan dari jabatan imigressen.

Pemerintah Negara Bahagian Serawak sampai saat ini belum

memberikan jawaban atas regulasi pemutihan ini, berbeda

dengan Sabah, Pemerintahnya sudah menyetujui

diadakannya pemutihan paspor bagi TKI. Hal tersebut

menyulitkan Konjen RI Kuching karena harus menghubungi

sendiri perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan TKI.

Sampai saat ini baru perusahaan Sime Dirby yang

menyetujui diadakannya pemutihan paspor, dengan jumlah

TKI ilegal mencapai 2.700 orang yang tersebar di 3 lokasi

yang terletak di Bintulu, Sarawak. Dalam kegiatan

pemutihan, perusahaan membantu pendataan TKIB dan

dalam pelaksanaan pemutihan.

Biaya pemutihan hanya 22 Ringgit Malaysia per orang, dan

dalam diskusi antara perusahaan dan TKI yang disaksikan

oleh Konjen RI dan Tim Interdep diperoleh kesepakatan: (a)

paspor sebagai dokumen awal, karena dengan paspor ini

anak TKI juga akan memperoleh paspor sekolah sehingga

anak tersebut dapat bersekolah di sekolah kebangsaan,

namun konsekuensinya TKI berkewajiban memiliki

tabungan; (b) Pendataan ini juga akan dikirim ke Jakarta

sebagai data base, jadi diingatkan kepada TKI bila ada yang

lari sulit untuk diterbitkan paspornya lagi atau dengan kata

lain tidak bisa menjadi TKI legal karena sudah melakukan

Page 102: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 95

kesalahan/melanggar peraturan perjanjian 2 negara; (c)

Perusahaan/majikan dan TKI akan bekerja sama karena

keduanya saling membutuhkan, untuk itu diminta agar TKI

meningkatkan semangat kerjanya, karena bila perusahaan

maju para TKI juga akan menerima upah yang lebih baik dan

bila selesai masa kontrak akan diberikan bonus untuk pulang

kampong sebesar 250 ringgit.

Dalam upaya perlindungan bagi WNI, Konjen RI juga

menyebar luaskan sticker tentang sistem pengaduan 24 jam,

yang telah dibuka selama satu bulan ini. Dengan sistem ini,

beberapa kasus sudah ditindak lanjuti antara lain kejahatan

(perampokan) yang mendiskreditkan seolah dilakukan oleh

WNI, kasus ditinggalnya bayi di RS Miri, dan juga penyiksaan

PRT di Kuching.

Untuk penanganan deportasi, pihak Konjen RI merasakan lemahnya Satgas PTKIB di perbatasan dan mengkhawatirkan keselamatan TKI deportan yang diserahkan oleh Konjen RI untuk proses pemulangan. Hal tersebut karena hanya pihak Imigrasi dan Polri yang berjaga diperbatasan, dan mereka juga tidak dilengkapi dengan sarana penampungan yang memadai.

Faktor terbesar tingginya TKI ilegal adalah rendahnya pengetahuan dan pendidikan TKI sehingga mudah ditipu dan dieksploitasi, yang tergambarkan oleh data bahwa TKI yang bekerja di Serawak 31,7% tidak pernah sekolah, 60,9% tamatan SD, 6,2% SMP dan 1,2% lulusan SMA. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di Indonesia belum maksimal.

16. Perwakilan RI di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia

Masalah ketenagakerjaan di Sabah yang melibatkan banyak

tenaga kerja Indonesia, tidak berdiri sendiri tetapi juga

dipengaruhi oleh isu keimigrasian, sosial, ekonomi,

keamanan dan politik, dan telah berlangsung sejak lama.

Dengan luas wilayah 73.610 Km², Sabah merupakan negara

bagian terbesar kedua di Malaysia, dengan jumlah penduduk

hanya 2.997.000 Jiwa, yang terdiri dari Warga Negara

Malaysia: 2.248.100 jiwa (75%); dan Warga Negara Bukan

Malaysia: 748.900 jiwa (25%). Dengan demikian, kepadatan

penduduk Sabah hanya 41 jiwa per Km². Mereka tinggal di

lima wilayah, yakni: (1) Pantai Barat, (2) Kudat, (3)

Page 103: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 96

Sandakan, (4) Tawau, dan (5) Bagian Pedalaman, dalam 30

daerah administrasi. Penduduk Malaysia terdiri dari: Suku

Kadazan Dusun (23,7%), Suku Bajau (17,9%), Suku Melayu

(15,3%), Suku Murut (4,4%), Bumiputera lainnya (19,5%),

Suku China (12,8%), dan lain-lain (6,4%).

Gambar 15. Negeri Sabah, Malaysia Timur.

Negeri Sabah berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur

dengan garis perbatasan sepanjang ± 560 Km, atau

sepanjang 800 Km dengan wilayah Indonesia di Pulau

Kalimantan. Sabah merupakan daerah yang kaya dengan

sumber alam seperti hutan, bahan galian, fauna, flora dan

biota laut. Lebih kurang 60 persen lahan terdiri dari hutan,

dan 30 persen merupakan lahan pertanian. Hasil hutan dan

pertanian merupakan penyumbang utama pada pendapatan

Negeri Sabah, di samping hasil dari pertambangan dan jasa.

Ekonomi Negeri Sabah bergantung kepada ekspor komoditi

utamanya seperti minyak kelapa sawit, kakao, getah, minyak

bumi, kayu balak dan kayu lapis. Sektor pengeksporan

membentuk 70 persen dari jumlah pengeluaran. Pada masa

kini, negeri Sabah merupakan penghasil utama minyak

kelapa sawit dan kakao di seluruh Malaysia. Selain

perkayuan dan pertanian, sektor perkilangan dan pariwisata

juga menjadi bagian penting bagi ekonomi negeri Sabah.

Sektor pertanian sebagai tulang punggung utama ekonomi

Sabah, telah melibatkan hampir 70% penduduk negeri

Sabah. Mereka menetap di daerah pertanian, dan terlibat

secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan

Page 104: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 97

pertanian. Dari 2,1 juta hektar tanah yang cocok untuk

pertanian, baru 1,25 juta hektar yang telah dibuka untuk

kebun kelapa sawit, merupakan yang terluas di Malaysia.

Pengelolaan sektor ini sebagian besar mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA) dengan 99% di antaranya adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). WN Malaysia dan WN asing lain di sektor ini umumnya bekerja di kantor (kerani) dan petugas keamanan. Dengan asumsi jika setiap 5 hektar ladang sawit dikelola oleh seorang pekerja, maka untuk 1,25 juta hektar diperlukan 240.000 orang pekerja. Jika 99% adalah TKI, maka terdapat 237.600 orang TKI yang bekerja di sektor ini. Akan tetapi TKI yang memiliki ijin kerja di sektor ini tidak lebih dari 131.000 orang, yang berarti sektor perkebunan kepala sawit diperkirakan mempekerjakan lebih dari 100.000 orang TKI illegal, yang secara siginifikan telah menyumbang pada ekonomi Sabah.

TKI ilegal sebagai masalah ketenagakerjaan, diduga sebagai dampak dari: (1) Prosedur Penempatan TKI yang belum sesuai dengan ketentuan; (2) Persaingan negatif antar pelaku penempatan di Indonesia; (3) Sabah/Malaysia memanfaatkan peluang; (4) MoU RI-Malaysia yang belum mengakomodir/sesuai dengan kondisi di lapangan yang telah berjalan lama.

Gambar 16. Temu wicara Menakertrans Eman Suparno

dengan Cik Guru dan WNI di Sabah.

Sebagai isu keimigrasian, TKI ilegal merupakan dampak dari: (1) Adanya perubahan identitas yang di “fasilitasi” oleh semua pihak terkait; (2) Kerancuan paspor khusus untuk TKI (24 halaman) atau 48 hal (untuk umum); (3) Aplikasi sistim

Page 105: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 98

biometrik yang masih belum optimal; (4) Kerancuan kewenangan dalam penyaringan TKI legal-memenuhi syarat, antara lembaga penerbit paspor dan lembaga pemberi ijin berangkat TKI; (5) Pemberlakuan masa paspor (3 dan 5 tahun).

Tabel 7. Data Keluar-Masuk WNI ke Sabah, Tahun 2006 dan 2007.

Tahun Masuk Keluar Selisih %

2006 300.281 142.688 156.593 52

2007 455.047 272.301 182.746 40

Sumber: Perwakilan RI Tawau, 2008.

Tabel 8. Data Pengiriman TKI melalui Nunukan ke Sabah, Dibanding dengan Demand Letter/Job Order, Tahun 2006 dan 2007.

Tahun

Persetujuan Demand Letter/Job Order

Pengiriman melalui

Nunukan Selisih %

2006 15.480 66.487 51.007 76

2007 22.366 72.627 50.261 69

Sumber: Perwakilan RI Tawau, 2008.

TKI ilegal juga merupakan masalah sosial, karena: (1) Walaupun ada ketentuan bahwa selama masa kontrak TKI tidak boleh membawa keluarga dan menikah, namun faktanya ada ribuan atau bahkan puluhan ribu dependent (anak dan istri) TKI di Sabah, yang tidak mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan. (2) Berbagai peristiwa hukum yang terjadi (menikah, lahir, kematian dan lain-lain), tidak ada dokumennya.

Diperkirakan ada 30.000 anak TKI (dependent) yang secara faktual ada dan melekat pada orang tuanya, dan mereka tidak memiliki akses kesehatan dan pendidikan. Menurut Cik Guru yang ditempatkan Pemerintah RI di Sabah tahun 2006, jumlah anak TKI diperkirakan mencapai 72.000 anak. Pemerintah RI sejak tahun 2006 bekerjasama dengan LSM Humana, baru dapat memberikan pengajaran kepada 7.500 anak di 77 Pusat Bimbingan Belajar di ladang-ladang kelapa sawit.

Page 106: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 99

Gambar 17. Sekolah Anak TKI Swadaya TKI/

WNI di Keningau, Sabah.

Selanjutnya sebagai isu ekonomi, TKI ilegal menerima dampak karena: (1) tidak adanya standar upah minimal di Malaysia-Sabah, (2) sistem pengupahan yang diserahkan pada mekanisme pasar (permintaan dan penawaran), yang menyebabkan upah TKI di Sabah relatif rendah dibanding Semenanjung maupun Serawak, sementara beban TKI terus meningkat.

Standar upah TKI di ladang sawit yang pernah diusulkan untuk dinaikkan menjadi RM 12 per hari, pada kenyataan-nya, sampai dengan saat ini untuk pekerjaan yang masuk kategori general worker besarnya hanya sekitar RM 8-9 per hari, yang berarti tidak pernah ada perubahan dari sejak tahun 1980-an. Dengan adanya kenaikan levy sebesar 100 persen sejak tahun 2005, kenaikan cost structure yang harus dibayar oleh TKI baik melalui proses di Nunukan/Indonesia maupun di Sabah/Malaysia, dan kenaikan cost of living (biaya hidup) di Sabah karena biaya impor barang/produk dari luar termasuk dari Semenanjung, menyababkan beban TKI menjadi meningkat. Tekanan biaya hidup ini merupakan salah satu pendorong TKI lebih suka ilegal karena tidak harus membayar levy.

TKI ilegal juga merupakan isu keamanan, karena: (1)

Rentan kasus TKI pindah majikan, melarikan diri, masuk

skema outsourcing yang sering mengakibatkan

ketidakpuasan dan akhirnya menjadi illegal dan terjebak

berbagai macam masalah; (2) Skema penggunaan

“mandor”, sub-kontraktor, atau kontraktor yang sering

menjadi masalah, mulai dari pengurangan perhitungan

Page 107: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 100

perolehan/capaian hasil kerja, jumlah gaji, sampai dengan

kekerasan fisik oleh mandor dan tukang pukulnya

(umumnya: “jeruk makan jeruk”), sehingga TKI/WNI

menjadi terlibat tindak pidana.

Sebagai isu politik, TKI ilegal merupakan dampak dari: (1)

tidak konsistennya ketetapan Pemerintah Sabah tentang

rasio perbandingan pekerja asing–pekerja tempatan (quota)

yang selalu berubah terkesan ”dipermainkan” (jual-beli,

pinjam-meminjam quota), sehingga dijadikan objek

pembicaraan berbagai pihak, termasuk partai oposisi; (2) Isu

pertambahan “cepat” penduduk Sabah yang terus diangkat

ke permukaan sebagai akibat maraknya WNA yang

mendapatkan IC setempat (palsu); (3) Tekanan politik yang

mencoba menyelesaikan masalah PATI (akibat berbagai

permasalahan) hanya dengan melalui cara keimigrasian yaitu

mengatasi masalah dokumen TKI ilegal. Hal ini diwujudkan

oleh Pemerintah Malaysia melalui Operasi Nyah, Operasi

Tegas dan kini Operasi Bersepadu, yang diutamakan untuk

Negeri Sabah.

Operasi Bersepadu Pemerintah Malaysia yang ditujukan

untuk PATI yang ada di Sabah, dimulai tanggal 7 Agustus

2008, dari Pantai Barat menuju Pantai Timur Sabah. Operasi

ini ditujukan terutama kepada WNA tanpa dokumen dan

tanpa majikan, dalam bentuk penangkapan, panahanan

sementara dan kemudian dideportasi. Bagi PATI yang

memperoleh jaminan dari majikan, mereka akan didaftarkan

oleh perusahaan ke Imigresen, untuk selanjutnya diberikan

ijin kerja atau ijin tinggal selama 1 tahun. PATI yang

bersangkutan kemudian diberi kesempatan untuk

memperbarui dokumennya tanpa harus meninggalkan Sabah

(Pemutihan). Mereka selanjutnya dipekerjakan kembali.

Pihak Imigresen Malaysia memberi kesempatan kepada

perusahaan/majikan untuk mendaftarkan tenaga kerjanya

sampai dengan 31 Oktober 2008.

Berdasarkan informasi per 18 September 2008, di Pantai

Barat Sabah sudah ada 50.000 TKA yang didaftarkan, dan

di-”duga” sebanyak 38.570 (77%) orang di antaranya

adalah TKI. Untuk Pantai Timur Sabah, diperkirakan akan

lebih banyak lagi.

Page 108: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 101

Respon yang dilakukan oleh Perwakilan RI adalah:

1) Bagi PATI asal Indonesia yang ditangkap dan dideportasi,

diberikan perlakuan/treatment yang baik, diverifikasi

apakah benar merupakan WNI, selanjutnya diberikan

dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perwakilan RI memberikan pengawalan kepada deportan

WNI, yang dipulangkan Pemerintah Malaysia ke Nunukan

sebagai daerah entry point terdekat di wilayah Indonesia.

2) Bagi PATI asal Indonesia yang memperoleh jaminan dari

perusahaan/majikan, daftar PATI dari perusahaan/

majikan yang telah disetujui Imigresen akan diverifikasi

oleh Perwakilan RI Sabah, sesuai dengan ketentuan

keimigrasian yang berlaku, termasuk kepada keluarga

TKIB yang bersangkutan. Bagi WNI/TKI yang memiliki

dokumen pendukung sesuai ketentuan keimigrasian,

dapat diberikan dokumen/paspor, namun bagi yang tidak

memenuhi, merupakan subyek di luar kewenangan

Perwakilan RI, kecuali ada ketentuan khusus dari instansi

berwenang di Indonesia.

3) Bagi PATI yang telah diverifikasi benar dari Indonesia,

kemudian diambil datanya tanpa rekam data biometerik

secara digital, tetapi melalui Formulir Perdim 14. Formulir

data selanjutnya dientrykan ke komputer di Perwakilan

RI, foto TKI discan untuk digabung dalam data base, dan

selanjutnya diprint menggunakan printer khusus untuk

model paspor yang terbaru. Paspor kemudian dikirimkan

ke ladang atau diambil oleh yang bersangkutan.

4) Kota Kinabalu akan melaksanakan pemutihan/ pemberian

dokumen kepada PATI asal Indonesia dan keluarganya

dalam 3 skema: (a) Skema legalisasi TKI (b) Skema

dependen, istri dan anak (c) Skema operasi.

5) Dalam pelaksanaan pemutihan Perwakilan RI di Kota

Kinabalu memerlukan dukungan petugas, paspor/SPLP,

sarana dan prasarana agar dapat melaksanakan

pelayanan kepada TKIB dan keluarganya secara ”jemput

bola” ke ladang dan kilang sawit di Sabah, kebutuhan

tersebut telah diajukan melalui Berita Fax KJRI no. BB-

103/KK/VIII/2008 tanggal 25 Agustus 2008 perihal hasil

rapat penanganan Pemutihan/pemulangan di sabah.

Page 109: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 102

Disamping itu juga diperlukan adanya kebijakan

Pemerintah RI berkaitan dengan kewenangan Perwakilan

RI Kota Kinabalu untuk memberikan paspor kepada TKIB

dan keluarganya (dependent) khususnya kepada mereka

yang tidak mempunyai data pendukung sama sekali.

6) Kesiapan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SI-KK)

dilaporkan belum selesai direnovasi, diharapkan siap

bulan Oktober 2008. SI-KK dengan bangunan sementara

mempunyai 6 kelas dengan kapasitas 26 siswa perkelas

atau total 256 siswa, padahal sudah ada 271 anak yang

mendaftar. Informasi dari perwakilan RI, Depdiknas akan

mengirim guru PNS ke SI-KK yang akan difungsikan

sebagai Pusat Pendidikan, yang memayungi pendidikan

non formal di ladang-ladang perusahaan, dan terintegrasi

dengan pendirian sekolah berasrama di perbatasan

(Nunukan).

17. Perwakilan RI di Tawau, Sabah, Malaysia

Kesiapan Perwakilan RI Tawau mengantisipasi Operasi

Bersepadu Pemerintah Malaysia, baik bagi PATI asal

Indonesia yang dideportasi maupun yang diputihkan, dapat

dilaporkan sebagai berikut:

• Kurang tenaga pewawancara (PNS berpengalaman).

• Kendaraan dan biaya operasional ke lapangan.

• Kurangnya tenaga data entry, tenaga teknis dan

pengamanan.

• Printer dengan kapasitas printing 5 menit untuk 1 paspor,

hanya ada satu unit.

• Kebutuhan computer-supplies.

• Kebutuhan sarana dan prasarana.

Secara tertulis, kebutuhan Perwakilan RI di Sabah (Kota

Kinabalu dan Tawau) telah diajukan melalui Berita Fax

Perwakilan RI Kota Kinabalu Nomor BB-103/KOTA KINA-

BALU/VIII/2008 tanggal 25 Agustus 2008 perihal rapat

Koordinasi Penanganan Pemutihan/Pemulangan di Sabah.

Page 110: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 103

Gambar 18. Koordinasi penanganan TKIB dan

Keluarganya di Perwakilan RI Tawau.

Perihal pendidikan anak-anak TKI ilegal di Sabah, Malaysia, Tim Interdep berkesempatan untuk membahas hal ini dengan Forum Komunikasi Guru Tidak Tetap di Sabah, Malaysia (FGTTS), dan mendiskusikan konsep pendidikan anak-anak Indonesia di Sabah sebagai berikut:

• Dengan adanya berita bahwa Pemerintah Malaysia akan mengijinkan pemutihan PATI asal Indonesia termasuk isteri dan anak-anaknya, maka keberadaan isteri dan anak-anak TKI di Sabah akan menjadi legal, namun belum ada jaminan akan mendapat akses ke pendidikan.

• Untuk memberikan hak-hak kepada anak Indonesia termasuk hak untuk memperoleh pendidikan, maka model pendidikan non-formal, sistem multi-grade sejak TK sampai dengan SD, dapat diaplikasikan di ladang-ladang sawit di Sabah karena banyak perusahaan/ladang yang bersedia memberikan fasilitas kelas/sekolah, dana dan bahkan memberikan gaji kepada guru-guru (Indonesia).

• Sementara ini, guru-guru Indonesia dititipkan kepada Yayasan Humana yang telah mendapat ijin operasi dari Pemerintah Malaysia. Namun dalam pelaksanaannya, banyak mengalami hambatan baik manajerial maupun finansial. FGTTS mengusulkan agar Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SI-KK) dapat segera diresmikan, sehingga dapat berfungsi sebagai Pusat Pendidikan Indonesia di Sabah, dan selanjutnya membentuk Sekolah-Filial di ladang-ladang dengan sistem multigrade non-formal, dengan kurikulum Indonesia, serta mengadakan ujian dan memberikan ijazah yang berlaku untuk meneruskan pendidikan di Indonesia.

Page 111: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 104

• Untuk anak-anak usia SLTP, difasilitasi untuk dapat

meneruskan pendidikan di sekolah berasrama di

perbatasan (Nunukan, Krayan, Lumbis), dengan

mengambil model sekolah keagamaan (Ponpes, Sekolah

Kristen), karena para orang tua di Sabah lebih tenang jika

anaknya bersekolah di sekolah keagamaan.

• Mengingat bahwa Guru Indonesia Tidak Tetap di Sabah

telah berjasa merintis model-model pendidikan multigrade

non-formal di ladang-ladang terpencil di Sabah, serta

akan adanya kebutuhan dalam jumlah besar guru-guru

Indonesia di Sabah jika konsep ini disetujui Pemerintah

RI, maka adalah wajar jika mereka difasilitasi untuk dapat

menjadi PNS dengan standar gaji Indonesia, dengan

tambahan pendapatan dari honor perusahaan/ladang

yang bersangkutan.

18. Perwakilan RI di Manila, Filipina

Kunjungan kerja ke Filipina, selain bertemu dengan

Perwakilan RI di Manila, juga dengan Pemerintah Filipina

(OWWA, Overseas Workers Welfare Administration yang

merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja), serta

dengan LSM MFA (organisasi pekerja luar negeri) dan CMA

(Center for Migrant Advocacy).

Kebijakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri di Filipina

berdasarkan kepada Labor Code of 1974 yang isinya

menekankan pentingnya seleksi yang hati-hati terhadap

tenaga kerja luar negeri Filipina untuk menjaga nama baik

bangsa Filipina di luar negeri (The aim of Labor Code of 1974

is ”to ensure the careful selection of Filipino workers for the

overseas labor market to protect the good name of the

Philippines abroad”).

Pekerja Migran (Luar Negeri) merupakan aset penting,

bahkan dianggap sebagai tulang punggung (”back bone”)

bagi negara Filipina karena remittance pada tahun 2007

mencapai 14,4 milyar dolar Amerika atau sekitar 10% dari

PDB. Dan remittance tersebut meningkat dari tahun ke tahun

seperti untuk tahun 2008, dari bulan Januari sampai dengan

bulan September, jumlah remittance telah mencapai 12,8

milyar dolar dan diperkirakan akan mencapai 15 milyar dolar

pada bulan Desember. Jumlah pekerja luar negeri pun

cenderung meningkat dan data menunjukkan bahwa pada

Page 112: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 105

tahun 2008 ini jumlah tenaga kerja Filipina meningkat

25,9% jika dibandingkan pada selang waktu yang sama pada

tahun 2007.

Gambar 19. Koordinasi dengan OWWA dan NGO Filipina.

Isu pekerja luar negeri adalah isu sosial politik yang sangat

penting dan sensitif bagi Pemerintah dan masyarakat

Filipina, oleh karena itu perlakuan yang baik dan

penghargaan bagi pekerja luar negeri sangat diperhatikan

baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.

Instansi/institusi yang berperan dalam menangani perekrutan, pengiriman dan penempatan tenaga kerja Filipina ke luar negeri adalah POEA (Philippine Overseas Employment Authority), sedangkan untuk perlindungan dilakukan oleh 2 institusi yaitu Departemen Luar Negeri (DFA) dan Overseas Workers Welfare Administration (OWWA). POEA dan OWWA berada di bawah koordinasi Departemen Tenaga Kerja Filipina (Department of Labor and Employment atau DOLE). POEA adalah badan yang berwenang untuk memberikan izin usaha (license) bagi perusahaan/agen tenaga kerja, sedangkan OWWA bersama-sama Departemen Luar Negeri/Department of Foreign Affairs (DFA) Filipina menangani hal yang berkait dengan perlindungan.

DFA memberikan perlindungan melalui welfare assistance

(seperti memberi tempat penampungan sementara,

pengurusan repatriasi) dan legal asisstance (seperti

penyelesaian kasus tenaga kerja di luar negeri).

Page 113: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 106

Meskipun perlindungan tenaga kerja luar negeri Filipina telah

dilakukan dengan sangat optimal, kasus tenaga kerja

bermasalah di luar negeri masih ditemukan, khususnya di

Malaysia. Namun, Pemerintah Filipina mengambil sikap tegas

yaitu tidak akan memberi perlindungan bagi mereka yang

berangkat dengan cara ilegal, tidak melalui prosedur yang

telah ditetapkan.

Sikap ini dikritik oleh beberapa LSM, namun sikap tegas

Pemerintah berdampak positif terhadap pencegahan

timbulnya tenaga kerja luar negeri ilegal. Khusus di wilayah

Filipina Selatan (pulau Mindanao) yang secara historis terkait

dengan Sabah yang merupakan bagian dari Kesultanan Sulu,

dan secara geografis letaknya sangat dekat dengan Sabah,

Malaysia serta cukup banyak terjadi kasus tenaga kerja

ilegal, POEA dan OWWA mencoba melakukan penanganan

dengan sosialisasi dan desiminasi tentang perlunya

mengikuti prosedur penempatan tenaga kerja yang resmi.

Selain itu, beberapa LSM juga mengadvokasi pemerintah

untuk membuka lapangan kerja bagi penduduk asli pulau

tersebut, karena sebenarnya potensi sumber daya alam

pulau tersebut sangat besar.

Bagi Pemerintah Indonesia, adanya tenaga kerja ilegal asal

Filipina di Sabah, Malaysia yang mengaku sebagai orang

Indonesia, menjadi beban tambahan Pemerintah Indonesia,

baik dalam pelaksanaan kegiatan pemutihan maupun

kegiatan penanganan pemulangan TKIB dari Malaysia.

Karena Pemerintah Fiilipina tetap tegas untuk menolak

menangani tenaga kerja Filipina yang ilegal, maka menjadi

tugas Perwakilan RI di Malaysia untuk melakukan seleksi

yang ketat dan hati-hati dalam proses pemutihan atau

pemulangan agar tenaga kerja luar negeri Filipina yang

ilegal, tidak menjadi beban dan tanggung jawab Pemerintah

Indonesia. Dalam kaitan ini, Perwakilan RI di Malaysia

menerapkan sistem wawancara dan keharusan adanya saksi

bagi tenaga kerja ilegal yang tak memiliki dokumen identitas

diri dan mengaku sebagai warga negara Indonesia.

Terkait dengan TKI Bermasalah di luar negeri, di Filipina

khususnya di Manila tidak ada TKI Bermasalah karena pada

umumnya mereka bekerja sebagai tenaga ahli, dan sebagai

staf Kedutaan. Sebagian lainnya adalah pelajar atau

Page 114: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 107

rohaniawan. Kasus yang sering ditangani oleh Perwakilan RI

di Filipina adalah ABK (Anak Buah Kapal) yang pada

umumnya bekerja di kapal milik negara lain (Taiwan) namun

kemudian dijatuhi hukuman karena melakukan illegal fishing

di perairan Filipina. Kasus seperti ini juga ditemukan di

Republik Palau yang menjadi wilayah akreditasi Perwakilan

RI di Filipina. Perwakilan mengharapkan adanya bantuan

dari Pemerintah Pusat untuk menangani masalah ABK

Bermasalah ini.

Pada saat ini Pemerintah Filipina mendapat kritikan dari

berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat mengenai

kebijakannya untuk tetap mengirim tenaga kerja ke luar

negeri. Alasan yang dikemukakan adalah adanya kerugian

non materi yang dirasakan oleh para tenaga kerja luar

negeri dan keluarganya. Selain itu, dengan tingginya

pengiriman tenaga kerja ke luar negeri terutama dengan

level pendidikan yang tinggi, maka rakyat Filipina

kekurangan SDM yang mampu melakukan pelayanan yang

berkualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti di

bidang kesehatan dan pendidikan. LSM dan beberapa tokoh

masyarakat juga meminta agar Pemerintah secara bertahap

mengurangi pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dan

menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. Selain itu,

adanya krisis global yang mengakibatkan pemutusan kontrak

terhadap pekerja luar negeri di beberapa negara tujuan,

telah diantisipasi Pemerintah Filipina dengan menyiapkan

contingency plan, yaitu dengan melaksanakan program

pelatihan untuk membuka lapangan kerja.

Lembaga Swadaya Masyarakat Center for Migrant Advocacy

(CMA) yang berkantor di Quezon City menekankan kepada

kegiatan advokasi terkait dengan hak-hak para tenaga kerja

luar negeri dan keluarganya. LSM ini berupaya untuk

meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan politik keluarga

pekerja migran (luar negeri) di manapun mereka berada

melalui advokasi kebijakan, diseminasi informasi, penguatan

jejaring, peningkatan kapasitas dan bantuan/pendampingan

langsung. CMA juga melakukan riset, kajian dan analisa

terhadap beberapa isu penting terkait dengan pekerja

migran, dan mendesiminasikan informasi penting tersebut

kepada pemangku kepentingan lainnya.

Page 115: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 108

Beberapa program lain yang dilaksanakan CMA adalah

membangun jejaring kerja dengan berbagai pemangku

kepentingan di tingkat nasional maupun internasional, dan

bantuan langsung (direct asisstance) kepada pekerja migran

bermasalah. Salah satu program bantuan yang telah dan

terus dikembangkan adalah membekali pekerja migran

dengan telpon selular yang tersambung langsung kepada

organisasi pekerja migran melalui hot line (nomor tertentu)

untuk antisipasi jika pekerja migran mengalami bahaya

(pelecehan atau kekerasan).

G. Evaluasi dan Rekomendasi

1. Pelaksanaan Program sebagaimana tertuang dalam Rencana

Strategis TK-PTKIB tidak dapat direalisasikan karena

keterbatasan anggaran tahun 2008, sehingga beberapa

kegiatan harus ditiadakan dan atau dititipkan kepada

kementerian/lembaga dan sektor lain.

2. Selama tahun 2008, telah diberikan pelayanan kepada

42.133 orang TKIB dan keluarganya yang dipulangkan dari

Malaysia. Data pemulangan TKIB ini tidak termasuk mereka

yang pulang melalui jalur pelabuhan dan lorong-lorong

tradisionil yang banyak terdapat di perbatasan RI-Malaysia.

3. Walaupun penajaman program pemulangan TKIB telah

dilakukan, namun karena anggaran APBN-P Tahun 2008

turunnya sudah diakhir tahun anggaran, menyebabkan

penyerapan anggaran hanya 35,89%, akan tetapi di lain

pihak masih menyisakan utang Departemen Sosial kepada

pihak ketiga, yang dijadikan beban anggaran tahun 2009.

Karena alasan yang sama, serapan anggaran Departemen

Kesehatan hanya mencapai 16,39%. Sisa anggaran

dikembalikan ke Kas Negara.

4. Operasional Satgas PTKIB Daerah yang memberikan layanan

selama 12 bulan penuh kepada TKIB yang merupakan

masalah nasional, hanya dapat diakomodir selama 4 bulan

dalam APBN-P Tahun 2008. Hal ini memerlukan perhatian

TK-PTKIB Pusat agar dapat mengupayakan anggaran

operasional Satgas PTKIB Daerah selama satu tahun.

Page 116: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 109

5. Dengan dibentuknya BNP2TKI (Perpres No. 81 Tahun 2006),

perlu diatur kembali pembagian tugas kementerian/lembaga

dalam bidang ketenagakerjaan. Namun sebelum ada

ketentuan resmi yang mengatur hal tersebut, Keppres No.

106 Tahun 2004 tetap diberlakukan sebagaimana mestinya,

namun dengan melibatkan BNP2TKI dan jajarannya dalam

penyelenggaraannya.

6. Petunjuk pelaksanaan berkaitan dengan penanganan dan

pemulangan TKIB dan keluarganya dari Malaysia, perlu

disempurnakan dengan perkembangan yang terjadi,

menyesuaikan dengan perubahan kelembagaan dalam

kepemerintahan RI, serta perkembangan kebijakan

Pemerintah Malaysia. Termasuk di dalamnya adalah proses

pemutihan TKIB di Malaysia, yang belum menggunakan

pengaman biometrik yang belum dapat diterapkan di

lapangan. Hal ini kiranya dapat difasilitasi untuk pengadaan

perangkat keras, perangkat lunak dan operasinalisasinya.

Demikian pula bagi TKIB dan keluarganya yang tidak dapat

mengakses Jankesmas, perlu dukungan program dan

anggaran untuk layanan kesehatan dan rujukan bagi yang

memerlukan.

7. Peningkatan pelayanan dokumen bagi TKIB dan keluarganya

di Sabah dan Sarawak, Malaysia, berkoodinasi dengan

Pemerintah Kerajaan setempat, agar TKIB dan keluarganya

dapat segera menjadi TKI yang legal dan memenuhi

persyaratan ketenagakerjaan.

8. Perlu dikembangkan pola pengawasan keluar masuknya WNI

di daerah perbatasan untuk mencegah terjadinya pengiriman

TKI ilegal non-prosedural ke Malaysia yang mungkin juga

dimanfaatkan untuk tindak pidana perdagangan orang dan

terorisme. Perlu dukungan program dan anggaran kepada

Babinkam Mabes Polri yang sedang mengembangkan

Perpolisian Masyarakat (Polmas) untuk mengawasi

pelabuhan dan lorong-lorong tradisonil tempat keluar

masuknya TKI ilegal, yang secara bertahap akan

dikembangkan di sepanjang daerah perbatasan.

9. Perlu segera dibentuk Satgas PTKIB di Provinsi DKI Jakarta

mengingat posisinya sebagai representasi Pemerintah Pusat,

demikian pula Satgas PTKIB Provinsi Kepulauan Riau sebagai

wilayah yang terdekat bagi pemulangan TKIB dari

Semenanjung Malaysia.

Page 117: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 110

10. Perlu peningkatan kualitas dan kuantitas shelter untuk

pemulihan TKIB khususnya di daerah entry point yang

banyak menerima pemulangan TKIB seperti Tanjungpinang,

Entikong, dan Nunukan.

11. Gedung Pendataan Kepulangan TKI (GPK-TKI) yang diawaki

oleh Satuan Pelayanan Kepulangan TKI (SPK-TKI) BNP2TKI

belum didukung dengan biaya operasional yang memadai

sehingga masih harus banyak melibatkan pihak swasta yang

berorientasi profit sehingga sering mempengaruhi kualitas

pelayanan. SPK-TKI diusulkan menjadi UPT setingkat Eselon

II di bawah BNP2TKI sehingga lebih jelas tanggung jawabnya

dan lebih luas ruang geraknya.

12. Peningkatan kesempatan kerja di dalam negeri melalui

program transmigrasi, perkebunan, dan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dan program

pemberdayaan masyarakat lainnya.

13. Pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja baik dari

Depdiknas melalui diklat life skill, melalui Balai Latihan Kerja

(BLK) Depnakertans dan Balai Latihan Kerja Luar Negeri

(BLKLN) PPTKIS, masih sangat terbatas, belum menjangkau

calon tenaga kerja di pedesaan. Perlu dukungan pogram dan

anggaran untuk meningkatkan partisipasi swasta dan

kelembagaan masyarakat dalam diklat ketenagakerjaan.

14. Meningkatkan kerjasama dengan kelembagaan masyarakat,

pihak swasta dan lembaga pemerintah pusat dan daerah

dalam sosialisasi dan advokasi cara-cara bermigrasi yang

aman dalam mencari kerja di luar negeri.

Page 118: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Satgas TK-PTKIB Pusat 111

IV. PENUTUP

Demikian laporan kinerja TK-PTKIB Tahun 2008 disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagaimana diarahkan dalam Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 2004 yaitu agar pemulangan TKIB dari Malaysia dapat dilaksanakan secara bermartabat dan dengan menjunjung tinggi HAM, dan selanjutnya dibina dan diberdayakan agar menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Selain sebagai laporan pelaksanaan Program Kerja TK-PTKIB Tahun 2008, juga dimaksudkan sebagai bahan evaluasi agar tindak lanjut penanganan dan pemulangan TKIB dan keluarganya dari Malaysia di masa yang akan datang dapat semakin ditingkatkan.

Kepada seluruh unsur TK-PTKIB dan unit teknis yang tergabung dalam Satgas/Posko TK-PTKIB Pusat dan Daerah yang telah bekerja ekstra keras dalam memberikan pelayanan terbaik dalam pemulangan TKIB dan penempatannya kembali menjadi TKI berkualitas dan memenuhi persyaratan, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya, dengan harapan agar tahun 2009 kinerja Satgas TK-PTKIB dapat lebih ditingkatkan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan menerima amal ibadah kinerja Satgas TK-PTKIB dan memberikan kekuatan dan petunjuk-Nya dalam penugasan selanjutnya.

Jakarta, Desember 2008

Satgas TK-PTKIB.

Page 119: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2004

TENTANG TIM KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA

BERMASALAH DAN KELUARGANYA DARI MALAYSIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, salah satu

tujuan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia;

b. bahwa perkembangan kebijakan Pemerintah Malaysia tentang pemulangan Tenaga Kerja Indonesia bermasalah dan keluarganya sangat berpengaruh terhadap keberadaan tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di Malaysia beserta keluargnya;

c. bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini dan pada waktu mendatang masih berada pada tingkat pertumbuhan angkatan kerja baru yang cukup tinggi dan terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia di dalam negeri;

d. bahwa proses pemulangan tenaga kerja Indonesia bermasalah dan keluargnya dari Malaysia perlu mendapat perhatian khusus, ditangani secara koordinatif dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabatnya sebagai manusia, hak-hak pekerja dan keluarganya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah hokum internasional;

e. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu membentuk Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia bermasalah dan Keluargnya dari Malaysia dengan Keputusan Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Pasal 27 ayat (2) pasal 28 G ayat (1) Pasal 28 I ayat (4)

Undang-undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3882);

Page 120: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG TIM KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH DAN KELUARGNYA DARI MALAYSIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah adalah Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia yang tidak memiliki izin kerja dan/atau dokumen-dokumen yang sah untuk bekerja di Malaysia dan/atau yang bekerja tidak sesuai dengan izin kerja yang dimiliki.

BAB II PEMBENTUKAN DAN TUGAS

Pasal 2

(1) Membentuk Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluargnya dari Malaysia yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut dengan TK-PTKIB, sebagai wadah koordinasi baik di tingkat Pusat, di Perwakilan Republik Indonesia di Malaysia, maupun di tingkat Daerah.

(2) TK-PTKIB berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 3 (1) TK-PTKIB mempunyai tugas menyusun dan mengkoordinasikan kebijakan

dan program pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia ke Indonesia.

(2) Pelaksanaan tugas TK-PTKIB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hak asasi manusia.

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas, TK-PTKIB mengambil langkah-lanngkah yang diperlukan untuk: a. melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Pemerintah Malaysia atas dasar

prinsip tanggung jawab bersama; b. melaksanakan pendataan sebelum keberangkatan/pemulangan; c. melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan; d. melakukan pengecekan dan pengurusan hak-hak gaji/upah/penghasilan lain,

harta benda, piutang serta hak-hak melekat lainnya; e. pemberian dokumen Perjalanan Laksana Paspor (SPLP);

Page 121: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

f. mengatur pengangkutan sesuai dengan jadwal dan lokasi tujuan pemulangan/daerah asal;

g. melaksanakan pengawalan, penjagaan, pengamanan dan perlindungan selama perjalanan sampai ke tempat asal;

h. pemberian pelayanan kebutuhan dasar sejak dari penampungan, selama perjalanan sampai ke tempat asal;

i. mempersiapkan kembali menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang berkualitas dan memenuhi persyaratan.

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugasnya, TK-PTKIB bekerja sama dengan Gubernur dan Bupati/Walikota asal Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan/atau pihak-pihak lain yang dipandang perlu

Pasal 6 Dalam melaksanakan tugas, TK-PTKIB mendapat pengarahan dari Tim Pengarah yang terdiri dari : a. Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; b. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian; c. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanaan.

BAB III ORGANISASI

Bagian Pertama Keanggotaan

Pasal 7

Susunan keanggotaan TK-PTKIB terdiri dari : 1. Ketua : Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2. Wakil Ketua I : Menteri Luar Negeri 3. Wakil Ketua II : Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 4. Anggota :

a. Menteri Dalam Negeri b. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia c. Menteri Sosial d. Menteri Kesehatan e. Menteri Perhubungan f. Menteri Keuangan g. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan h. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara i. Panglima Tentara Nasional Indonesia j. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia k. Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia

Page 122: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

l. Para Konsul Jenderal Republik Indonesia di Malaysia 5. Sekretaris : Sekretaris Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat. 6. Wakil Sekretaris I : Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Departemen

Luar Negeri. 7. Wakil Sekretaris II : Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga

Kerja Luar Negeri, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Bagian Kedua Kesekretariatan

Pasal 8

(1) Dalam Melaksanakan tugasnya, TK-PTKIB dibantu oleh sekretariat. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh sekretaris

TKPTKIB. (3) Keanggotaan Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diangkat

oleh ketua TK-PTKIB.

Bagian Ketiga Satuan Tugas

Pasal 9

(1) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas, TK-PTKIB membentuk satuan tugas.

(2) Keanggotaan satuan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pejabat Instansi Pemerintah terkait.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja satuan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Ketua TKPTKIB.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 10 Ketentuan mengenai tata kerja TK-PTKIB diatur lebih lanjut oleh Ketua TK-PTKIB.

Pasal 11

TK-PTKIB melaporkan hasil pelaksanaan tugas TK-PTKIB kepada Presiden.

BAB V PEMBIAYAAN

Pasal 12

Page 123: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas TK-PTKIB dan pelaksanaan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluargnya dari Malaysia ke Indonesia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 18 Oktober 2004 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Page 124: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 125: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 126: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 127: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 128: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 129: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 130: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 131: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 132: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008
Page 133: Kinerja TK-PTKIB Tahun 2008