kinerja supply chain management wemvi risyana · kepada kedua orang tuaku bapa jami’at dan ibuku...
TRANSCRIPT
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)
DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI
WEMVI RISYANA
A14105621
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
WEMVI RISYANA, Kinerja Supply Chain Management Ayam Nenek (Grand Parent Stock), Studi Kasus di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Di Bawah Bimbingan Ibu EKA INTAN KUMALA PUTRI.
Konsumsi daging dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini berhubungan dengan kesadaran masyarakat yang menyadari akan semakin penting mengkonsumsi daging, sehingga menjadi peluang untuk perusahaan peternakan dalam memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan daging. PT Galur Prima Cobbindo sebagai perusahaan peternakan penghasil bibit induk DOC grand parent stock, sangat mempengaruhi terhadap kualitas mutu untuk perusahaan pembibit parent stock dalam menghasilkan ayam komersial untuk dikonsumsi dagingnya oleh masyarakat. Perusahaan terus meningkatkan efisiensi dalam mata rantai kegiatan bisnisnya. Penelitian yang dilakukan di PT Galur Prima Cobbindo bertujuan untuk menganalisis mekanisme di PT Galur Prima Cobbindo dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari pemasoknya dengan menggunakan alternatif supply chain management (SCM), yang kedua bertujuan untuk menganalis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit GPS dari perusahaan peternakan ini hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS), dan tujuan ketiga adalah untuk mengkaji manfaat dan kendala yang dihadapi perusahaan apabila menggunakan SCM sebagai alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam meningkatkan daya saing perusahaan dengan menggunakan alternatif supply chain management. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif serta metode critical path method dalam menganalisis aktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini diantaranya adalah berdasarkan analisis procurentment yang meliputi aspek mutu, aspek harga dan aspek waktu, bagi PT Galur Prima Cobbindo dalam melakukan pengendalian mutunya. Penyeleksian genetik merupakan salah satu bentuk pengendalian mutu oleh perusahaan. Tipe ayam yang dibudidayakan yaitu Cobb 500 jenis grand parent stock. Tujuan dari penyeleksian genetik yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan ayam jenis parent stock yang berkualitas baik. Ayam parent stock yang berkualitas baik tersebut dihasilkan dari male line dan female line pilihan yang sudah diseleksi. Male line (jalur jantan) terdiri dari ayam jantan (male line male) dan ayam betina (male line female). Jalur ini khusus untuk memproduksi ayam jantan parent stock. Ayam betina yang dihasilkan dari jalur ini dianggap by product. Female line (jalur betina) terdiri dari ayam jantan (female line male) dan ayam betina (female line female). Penyeleksian berikutnya adalah dengan penyeleksian melalui anatomi dan fisiologi. Keberhasilan pada unit penetasan (hatchery) ditentukan oleh persentase daya tetas (hatchability) atau persentase jumlah telur yang menetas dari total telur yang ditetaskan (setting), rata-rata jumlah telur yang dihasilkan PT Galur Prima Cobbindo perhari adalah 6055 telur, dengan jumlah telur yang berhasil ditetaskan
1
sebanyak 5005 telur perhari dan jumlah telur yang gagal tetas sebanyak 1050 telur sehingga keberhasilan unit penetasan 82,7%. Hatchability banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebabkan oleh breeding farm dan faktor yang disebabkan oleh hatchery.
Hasil analisis harga menunjukan bahwa terdapat selisih harga antara harga pembelian aktual dengan harga analisis yang dilakukan dengan aplikasi supply chain management. Harga beli GPS adalah sebesar 22 USD atau ± Rp.220.000,- ,dan harga jual output berupa ayam parent stock (PS) yaitu sebesar Rp. 27.000,- per ekor. Dengan aplikasi supply chain management terdapat biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh perusahaan salah satunya komponen yang berhubungan dengan pengadaan, yaitu biaya telepon dan administrasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kesepakatan atau kontrak kerja sama dengan supplier pada awal periode, sehingga biaya yang terjadi akibat biaya interaksi dapat dihilangkan. Harga aktual untuk bahan baku bibit DOC GPS untuk bulan Januari 2007 adalah sebesar Rp.202.300 per ekor sedangkan harga SCM adalah sebesar R.202.143 per ekor, sedangkan untuk harga aktual bahan baku pakan untuk bulan Januari adalah sebesar Rp.2.250/kg sedangkan harga SCM adalah sebesar Rp.2.184/kg. Rata-rata selisih harga pembelian bahan baku setelah adanya implementasi procurenment supply chain cost untuk bahan baku bibit DOC GPS adalah sebesar Rp.157 per ekor sedangkan untuk bahan baku pakan adalah sebesar R.66/kg. Perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya pembelian bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp.13.188.000. dan penghematan pembelian biaya pakan sebesar Rp.13.200.264.Sehinggga total penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku bibit DOC GPS dan pembelian bahan baku pakan yaitu sebesar Rp 26.388.264.
Analisis jaringan kerja atau critical path method dengan proses supply chain management, dalam aktivitas perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku hingga menghasilkan outputnya. Perusahaan mempunyai kapasitas mesin penetasan sebanyak 20.000 ekor. Perusahaan dapat menghasilkan output sebanyak 6055 telur perhari dan jumlah telur yang berhasil ditetaskan sebanyak 5005 telur perhari atau mencapai 181.650 per bulan. Total waktu optimis paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghasilkan outputnya berupa ayam bibit DOC PS adalah sebesar 7301,32 jam dan total waktu optimis saat paling lambat sebesar 7309,32. Sedangkan untuk total waktu realistis paling cepat adalah sebesar 7341,40 jam dan total waktu realistis paling lambat sebesar 7343,40 jam. Total waktu pesimis saat paling cepat sebesar 7388,25 jam dan total waktu pesimis saat paling lambat sebesar 7390,25 jam.
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)
DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
Wemvi Risyana
A14105621
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM
NENEK (GRAND PARENT STOCK) DI PT GALUR PRIMA
COBBINDO SUKABUMI
Oleh : WEMVI RISYANA
NRP : A14105621
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si NIP. 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI YANG
BERJUDUL “KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI
AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK)” DI PT GALUR PRIMA
COBBINDO SUKABUMI ADALAH BENAR MERUPAKAN KARYA
SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN DI
PERGURUAN TINGGI MANAPUN.
Bogor, November
2008
Wemvi Risyana
RIWAYAT PENULIS
Wemvi Risyana dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 di Sukabumi. Putra
dari pasangan Bapak Jami’at dan Ibu Aat Mulyati. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan selama enam tahun di Sekolah
Dasar Negeri III Kalapanunggal. Kemudian melanjutkan sekolah lanjutan tingkat
pertama di SLTPN I Kalapanunggal selama tiga tahun. Kemudian menyelesaikan
sekolah lanjutan tingkat atas selama tiga tahun di SMUN I Cicurug. Setelah lulus,
penulis diterima di Program Diploma III Teknisi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Pendidikan ini ditempuh penulis selama 3 tahun dan
lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis saat ini sedang bekerja di Hotel Salak The Heritage Bogor sebagai
Staff Operasional.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah. SWT, atas segala rahmat
dan hidayahnya telah memberikan kesabaran dan kekuatan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Kinerja Supply Chain Management
Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Stock) Di PT Galur Prima Cobbindo
Sukabumi” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Sarjana pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ruang lingkup skripsi terdiri dari manajemen pengadaan bahan
(procurement), manajemen pengendalian harga, manajemen pengendalian mutu
dan jumlah, serta jaringan kerja Supply Chain Management.
Penulis sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, tentunya
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Penulis
berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan wawasan baru mengenai
supply chain management dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Bogor, November 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS. Selaku dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu didalam kesibukan beliau yang sangat tinggi
untuk memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran
dalam pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, Ms. Sebagai Dosen penguji utama yang telah
memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Narni Farmayanti, Msc. Selaku dosen penguji wakil dari departemen
yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Gandhi selaku manager Hatchery dan Umum, seluruh staff dan
karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan dalam penelitian ini.
5. Kepada kedua orang tuaku Bapa Jami’at dan Ibuku ibu Aat Mulyati, yang
telah memberikan moril dan motivasi selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
6. Kepada istriku Nurul Andelisa dan anakku Saskiya Azarin, yang telah
memberikan Doa dan spirit kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kepada kakak dan adikku Jemi Anandeska dan Resti Widiyanti, yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
8. Kepada Mertuaku Bp. Ir. Aminuddin. MM dan Ibu Rohmania, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Teman-temanku Zacky, Akbar, Eko, Igor, dan semua teman-teman ektensi
angkatan-13 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
Kami menyadari akan segala keterbatasan sehingga skripsi ini tidak luput
dari kekurangan. Dan seperti pepatah mengatakan ”Tiada Gading yang tak retak”
maka dengan segala kerendahan hati bahwa skripsi ini masih kurang dari
sempurna.
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN...........................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1.2. Perumusan Masalah ................................................................1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................1.5. Ruang lingkup Penelitian ...............................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditas Ayam Broiler ...............................................................2.1.1. Sejarah Ayam Broiler.........................................................2.1.2. Ayam Bibit.........................................................................2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler ...........2.1.4. Faktor-Faktor Produksi.......................................................
2.1.4.1. Bibit Ayam .............................................................2.1.4.2. Pakan Ayam ...........................................................2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin.........................................2.1.4.4. Tenaga Kerja ..........................................................2.1.4.5. Perkandangan .........................................................
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................2.2.1. Ayam Broiler ................................................................2.2.2. Supply Chain Management.................................................
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..........................................................3.1.1. Aktivitas Perusahaan ..........................................................3.1.2. Konsep Supply Chain Management ................................
3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement).............................3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu ................................3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga ................................3.1.2.4. Proses Pengendalian Waktu ................................3.1.2.5. Konsep Critical Path Method................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
i iv vi viii ix x 1 4 6 6 6 7 7 7 8 9 9 10 13 13 14 16 16 17
20 20 21 24 25 27 30 31 33
1
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................4.2. Jenis dan Sumber Data................................................................4.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................................
4.4.1. Analisis Mekanisme Pengadaan dan Pemasokan.................4.4.2. Analisis Mekanisme Pengendalian Mutu ............................4.4.3. Analisis Pengendalian Harga ……………………... 4.4.3. Analisis Jaringan Kerja (Critical Path Method) ..................
BAB V. GAMBARAN UMUM PT GALUR PRIMA COBBINDO
5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ...........................................................5.2. Visi dan Misi Perusahaan...............................................................5.3. Lokasi Perusahaan .........................................................................5.4. Struktur Organisasi Perusahaan .....................................................5.5. Produk PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................
BAB VI. MEKANISME SCM PT GALUR PRIMS COBBINDO
6.1. Perusahaan Supplier PT Galur Prima Cobbindo .............................6.1.1.Cobb Amerika................................................................6.1.2. PT Cargill Indonesia...........................................................
6.2. Perusahaan Konsumen PT Galur Prima Cobbindo..........................
BAB VII. ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
7.1. Analisis Procurement Ayam Nenek atau Grand Parent Stock................................................................................................
7.1.1. Analisis Mutu Ayam Nenek (Grand Parent Stock) .............7.1.1.1. Tahap Seleksi Persilangan Genetika........................7.1.1.2. Penyeleksian Melalui Anatomi dan Fisiologi ..........7.1.1.3. Penyeleksian Melalui Manajemen Penetasan ..........
7.1.2. Analisis Harga................................................................7.1.3. Analisis Deskripsi Jumlah ..................................................
7.2. Analisis Critical Path Method........................................................7.2.1. Analisis Waktu Optimis .....................................................7.2.2. Analisis Waktu Realistis.....................................................7.2.3. Analisis Waktu Pesimis ......................................................
7.3. Manfaat dan Kendala Supply Chain Management .......................... BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan....................................................................................8.2. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
37 37 38 38 38 39 40 40 45 45 46 46 48 50 50 50 51 56 57 57 60 61 62 65 68 74 78 80 82 85 86 87
2
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16
Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) ....................................................................................... Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan........................................................................................ Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter....................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer......................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower...................................................... Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management .............. Jumlah Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Hubungan Berat Telur Yang Ditetaskan Dengan Berat DOC ………. Contoh Performa Ayam Broiler Breeder (Grand Parent Stock)........................ Data Pasokan Ayam by product oleh PT Galur Prima Cobbindo Kepada PT Sido Agung Maret 2007-Maret 2008 ............................................. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku bibit DOC GPS.......................... Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku Pakan................................ Hubungan Jaringan Kerja Supply Chain Management Grand Parent Stock di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi..................................................
Waktu Penyelesaian Setiap Aktivitas Proses Produksi PT Galur Prima Cobbindo, Sukabumi ................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Optimis.................................................................................................
1 8 11 12 12
19
47 47 54 58 60 64 65 70 73 75
3
Tabel 17 Tabel 18
Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Realistis................................................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Pesimis.................................................................................................
79 81
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.
Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler............................
Rangkain Supply Chain Management Pada Perusahaan Manufaktur................. Siklus Pengadaan Bahan (Procurenment) ........................................................ Deming Chain Reaction .................................................................................. Ilustrasi Waktu Pelaksanaan Kegiatan Proyek .................................................. Kerangka Operasional Penelitian ................................................................ Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat Beberapa Kegiatan ...................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Pa- Ling Lambat diluar Satu Kegiatan.................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat keluar dari Beberapa Kegiatan .................................... Skema Alur Supply Chain Grand Parent Stock PT Galur Prima Cobbindo …………………………………….................................... Mekanisme Produksi Supply Chain Aktivitas Perusahaan ………..... Penyeleksian Genetik PT Galur Prima Cobbindo. Sukabumi ............................ Rata-rata Pasokan Ayam Sebar atau Parent Stock Periode Tahun 2007 ..................................................................................................... Alur Jaringan Kerja SCM PT Galur Prima Cobbindo ………….........
3 23 25 27 32 36 42 43 43 53 55 59 67 71
5
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
Struktur Organisasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................ Denah Lokasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi................................
Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Bahan Baku DOC PT Galur Prima Cobbindo............ Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Pakan PT Galur Prima Cobbindo ............................ Nama Perusahaan Konsumen Tetap PT Galur Prima Cobbindo........................ Standar Performa Produksi Mingguan Ayam Cobb 500 Breeder GPS .............................................................................................. Data Jumlah Populasi Kandang PT Galur Prima cobbindo.......... Kuisioner Penelitian..................................................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis ................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis. .................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Pesimistis.................................. Perkiraan Keuntungan PT Galur Prima Cobbindo ...................... Data Jumlah Populasi Ayam di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Bulan Maret 2008 .......................................................
90 91 92 92 94 95 97 98 99
100
101
102
103
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian yang mengemban misi untuk menyediakan pangan asal ternak yang
bergizi dan berdaya saing tinggi. Di Indonesia, perkembangan perusahaan
pembibitan (breeding farm) sangat signifikan dan telah menyebar hampir ke
seluruh wilayah. Jenis pembibitan ayam yang ada di Indonesia adalah pembibitan
ayam bibit nenek (grand parent stock atau GPS) dan ayam bibit induk (parent
stock atau PS).
Peluang membuka usaha peternakan bibit ayam nenek (grand parent
stock) di Indonesia cukup menjanjikan, karena perusahaan peternakan yang ada di
Indonesia saat ini masih sedikit. PT Galur Prima Cobbindo merupakan salah satu
perusahaan peternakan pembibit ayam nenek (grand parent stock) terbesar yang
ada di Indonesia. Perkembangan usaha pembibitan terus meningkat karena
permintaan bibit ayam broiler komersial (DOC) setiap tahun semakin tinggi,
sejalan dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan penduduk terhadap
daging ayam.
Jumlah populasi induk ayam broiler terus mengalami peningkatan dari
tahun ketahun. Data populasi terakhir ayam induk yang diperoleh, dari tahun 2003
hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan, data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) di Indonesia pada Bulan September 2003 – Desember 2004.
GPS Female D-Line (ekor) Parent Stock (PS)
Bulan Belum Produksi (<25 mg)
Produksi (25 mg – apkir)
Jumlah Belum Produksi (<25 mg)
Produksi (25 mg – apkir)
Jumlah
Sept 2003 142.619 216.650 359.269 3.493.365 2.856.746 9.350.111 Des 2003 138.960 242.173 381.133 3.926.206 5.166.978 9.030.184 Mar 2004 94.356 198.408 292.764 4.376.586 5.650.437 10.027.023 Jun 2004 104.355 208.964 313.133 4.123.041 5.491.630 9.614.671 Sept 2004 128.799 168.277 297.176 4.319.410 6.060.054 10.379.469 Des 2004 172.635 116.750 289.385 3.710.979 5.800.824 9.511.803
Sumber : Poultry Indonesia (2005)
2
Pemenuhan kebutuhan ayam broiler di Indonesia, tidak terlepas dari peran
serta pemerintah dan perusahaan peternakan, diantaranya, perusahaan peternakan
dalam bidang pengadaan bibit dasar (Foundation Stock), yaitu perusahaan
peternakan yang menghasilkan bibit ayam, hasil dari suatu proses pemuliaan
dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah, untuk menghasilkan bibit
induk; perusahaan pengadaan bibit Induk (Breeding Stock) yaitu perusahaan
peternakan yang menghasilkan bibit dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai
silsilah, untuk menghasilkan bibit sebar; dan perusahaan pengadaan bibit sebar
atau bibit niaga (Commercial Stock), yaitu bibit dengan spesifikasi tertentu untuk
digunakan dalam proses produksi.
Secara khusus untuk beberapa spesies tertentu seperti unggas, klasifikasi
bibit terdiri atas: bibit galur murni atau pure line (PL), merupakan bibit dengan
spesifikasi tertentu yang menghasilkan bibit ayam nenek atau grand parent Stock
(GPS); bibit ayam nenek (GPS), merupakan ayam dengan spesifikasi tertentu
untuk menghasilkan bibit induk ayam sebar atau parent stock (PS); ayam parent
stock (PS), merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit
ayam broiler komersial atau final stock (FS); Final stock (FS) adalah bibit dengan
spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan dimanfaatkan dagingnya.
Pengawasan peredaran benih dan bibit merupakan kegiatan penilaian dan
pemantauan terhadap benih dan bibit ayam ras atau broiler yang diperdagangkan
yang meliputi jenis, jumlah dan mutu, kelancaran peredaran, serta keseimbangan
penawaran dan permintaan. Kegiatan ini bertujuan, untuk mendapatkan bahan
perbaikan dalam perumusan kebijakan dalam pelaksanaan peredaran bibit, agar
mekanisme pasar berkembang. Tiga komponen konsep farm ayam ras broiler,
dapat dilihat pada Gambar 1.
Selain ayam DOC Parent Stock (PS) sebagai produk utama dari PT Galur
Prima Cobbindo, perusahaan juga menjual ayam by product dan telur yang gagal
tetas serta, telur yang tidak lolos seleksi untuk ditetaskan didalam hatchery. Upaya
peningkatan produksi peternakan harus di sertai dengan sistem alternatif
pemasaran yang baik dan efisien. Supply chain management merupakan salah satu
metode alternatifnya, untuk menjamin kontinuitas produksi dari para peternak dan
perusahaan peternakan kepada perusahaan.
3
Gambar 1. Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler.
Menurut Watanabe (2001), selama dekade 1980-an dan 1990-an,
lingkungan perusahaan global mengalami perubahan yang sangat drastis sehingga
perusahaan generasi tua sering kehilangan bisnis dalam menghadapi tantangan
keras untuk bertumbuh. Hal ini tidak dapat dihindari, apabila dilihat dari sektor
peternakan, diantaranya sebagai berikut:
1. Persaingan semakin sengit
Walaupun jumlah perusahaan peternakan khususnya pembibit ayam nenek
broiler belum begitu banyak, tetapi terjadi suatu persaingan. Biasanya usaha yang
dilakukan oleh perusahaan perternakan pembibitan ayam nenek (GPS)
berhubungan dengan harga produksi yaitu DOC dan kualitas dan kuantitas mutu
produknya antar perusahaan.
2. Tuntutan konsumen.
Konsumen sekarang ini menjadi semakin rumit dan semakin menuntut.
Mereka menuntut harga murah, mutu tinggi untuk setiap produk yang ditawarkan,
dan penyerahan tepat waktu yang sesuai dengan selera mereka.
3. Daur hidup produk.
Daur hidup produk yang diharapkan oleh perusahaan, khususnya
perusahaan peternakan ayam parent stock yang juga sebagai konsumennnya,
adalah daur hidup produk yang sangat pendek seiring dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.
Daging ayam dan telur konsumsi
Usaha Pembuatan
Pakan
Usaha Pembibitan
Usaha Pemeliharaan ayam
4
4. Tuntutan stockholders
Pihak stockholder menuntut pengembalian yang tinggi dalam investasi dan
perusahaan yang ROI-nya cukup tinggi tidak dapat memperoleh modal yang
cukup untuk investasi di masa depan.
5. Teknologi informasi
Supply chain management dalam perusahaan peternakan pembibit ayam
nenek atau grand parent stock (GPS), sangat dipengaruhi oleh kemajuan-
kemajuan dalam bidang teknologi yang terjadi begitu cepat.
Tidak dapat dipungkiri, perusahaan dalam menghadapi persaingan yang
semakin tinggi berusaha untuk mencari alternatif untuk mengatasi hal tersebut.
Salah satunya dengan menerapkan metode perencanaan dan pengendalian operasi
yang baik. Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk
menuntun suatu organisasi dan perusahaan sebagai supply chain, kearah yang
diinginkan. Alternatif SCM dicoba diterapkan pada PT Galur Prima Cobbindo,
dengan diikuti metode critical path method (CPM) sebagai alat untuk menentukan
lintasan kritis aktivitas perusahaan, juga aspek pengendalian tersebut berfungsi
sebagai kinerja pengukuran terbaik untuk mengukur keberhasilan supply chain.
1.2. Perumusan Masalah
PT Galur Prima Cobbindo, merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang breeding peternakan. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan
peternakan pembibitan ayam nenek atau grand parent stock (GPS) yang terletak
di Kabupaten Sukabumi.
Sebelum tahun 1998 PT Galur Prima Cobbindo menjadi perusahaan
terbesar kedua di Indonesia, hingga dapat melakukan ekspor ke luar negeri.
Setelah terjadi krisis moneter dan isu flu burung, konsumen luar negeri
menghentikan impornya karena mereka menganggap bahwa perusahaan
peternakan di Indonesia belum bebas dari flu burung. Akhirnya perusahaan
mengalihkan pendistribusiannya dan lebih memfokuskan kegiatan supply
outputnya ke dalam negeri.
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya, terkadang mengalami kendala
maupun masalah, diantaranya ketidaktepatan waktu dalam penerimaan pasokan
5
bahan baku sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi, kurangnya
sumberdaya lokal yang menguasai pengetahuan luas dalam penanganan dan
pemeliharaan ayam nenek atau grand parent stock, dan metode aktivitas kegiatan
penjadwalan perusahaan yang belum efektif. Salah satu alternatif yang diterapkan
pada perusahaan ini, yaitu konsep metode supply chain management yang
bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kuantitas mutu dan
meminimalkan biaya produksi perusahaan.
Rantai penyaluran komoditas ayam bibit dari PT Galur Prima Cobbindo ke
konsumen, akhirnya dapat dilihat melalui konsep pendekatan supply chain
management. Konsep supply chain management menyediakan suatu pendekatan
untuk mengatur atau manage aliran produk dan informasi dari keseluruhan
aktivitas agribisnis untuk pemenuhan keinginan konsumen dalam hal waktu,
kualitas, kuantitas serta harga. Rantai penyaluran melibatkan semua pihak yang
menangani komoditas dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, serta
terlibat dalam perpindahan fisik yang sesungguhnya dan perpindahan hak milik.
Konsep SCM (Supply Chain Management) merupakan konsep atau
mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai
supply melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Konsep
SCM ini sering diterapkan oleh ritel-ritel modern seperti supermarket, dimana
konsep ini digunakan untuk membantu dalam pengaturan dan pengkoordinasian
aktivitas pemasokan beragam produk, baik segar maupun olahan yang dijual oleh
supermarket agar mengetahui persediaan barangnya.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, menarik untuk dikaji mengenai:
1. Bagaimana mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin
ketersediaan bahan dari pemasoknya?
2. Bagaimana pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek atau
grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga ketingkat
konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS)?
3. Bagaimana manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur
Prima Cobbindo?
6
1.3. Tujuan Penelitian
Melihat perumusan permasalahan maka, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin
ketersediaan bahan dari pemasoknya.
2. Menganalisis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek
atau grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga
ketingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock (PS).
3. Mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur
Prima Cobbindo.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai
informasi bagi perusahaan dan khususnya untuk anggota rantai pendistribusian,
hingga ke konsumen perusahaan ini. Serta manfaat lainnya untuk memperdalam
dan mengembangkan ilmu dari konsep SCM ini agar menambah wawasan baik
untuk peneliti maupun pembacanya. Manfaat lain yang diharapkan adalah sebagai
salah satu pertimbangan bagi pihak manajemen PT Galur Prima Cobbindo dalam
meningkatkan daya saing, melalui perbaikan manajemen penyediaan dan
pendistribusiannya, serta dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Melalui aktivitas-aktivitas SCM, organisasi dapat mempelajari dan
memperbaiki profitabilitas secara drastis dengan memfokuskan pada operasi lintas
perusahaan dalam satu kesatuan supply chain, dari pada hanya berusaha sendiri
dalam organisasi tunggal. Berdasarkan hal tersebut konsep Supply Chain
Management di coba diterapkan pada komoditi ayam bibit pada ayam nenek
broiler (GPS) di PT Galur Prima Cobbindo, yang berada di Kabupaten Sukabumi.
Propinsi Jawa Barat. Kajian ini juga lebih difokuskan pada SCM pada aliran
pasokan bahan baku, hingga pendistribusian ayam bibit nenek (GPS) yang ada
pada perusahaan tersebut, kepada perusahaan-perusahaan pembibit ayam sebar
atau parent stock (PS) sebagai konsumen akhirnya.
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditas Ayam Broiler
2.1.1. Sejarah Singkat Ayam Ras Brolier
Periode 1940-an masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar.
Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan
ayam liar di Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam
kampung, sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan nama ayam negeri,
(Fadilah et al, 2006).
Tahun 1950-an pemerintah Republik Indonesia merencanakan program
yang disebut Rencana Kesejahteraan Indonesia (RKI) atau dikenal juga dengan
nama “plan kasimo” yaitu program pembangunan bidang peternakan yang pada
saat itu dinilai masih sangat ketinggalan. Pada periode ini sejarah dimulainya
pengembangan ayam ras di Indonesia.
Tahun 1990-an, peternakan ayam broiler mulai meningkat. Ayam ini
diusahakan untuk diambil dagingnya. Ayam petelur dwiguna atau yang lebih
dikenal dengan ayam petelur cokelat juga mulai meningkat jumlahnya. Disinilah
masyarakat mulai menyadari bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai
ayam petelur yang handal dan pedaging yang enak.
Awal tahun 2000 seiring dengan pencabutan Keppres No.50 tahun 1981,
mengenai pembatasan skala usaha peternakan ayam, kondisi perekonomian
Indonesia secara bertahap mulai meningkat. Begitu pula halnya dengan bisnis
peternakan ayam di Indonesia. Peternakan tidak lagi hanya diusahakan pada skala
usaha tani tetapi berubah menjadi skala perusahaan peternakan.
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap peternakan ayam ras,
salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah dengan dikeluarkannya Keputusan
Presiden No. 50 tahun 1998 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras yang
menggantikan Keputusan Presiden No.22 tahun 1990.
2.1.2. Ayam Bibit
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan ternak
yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil dalam
8
menyediakan pangan asal ternak yang berdaya saing tinggi. Untuk mendapatkan
bibit ternak yang bermutu diperlukan penemuan bibit ternak unggul yang
dilakukan melalui pemuliaan serta proses sertifikasi.
Kegiatan pembibitan ternak meliputi pemuliaan, pembudidayaan,
perkembangbiakan, pengawasan penyakit, penyebaran, peredaran, pengawasan
mutu, pelestarian sumberdaya ternak, pengendalian lingkungan, serta
pengembangan usaha pembibitan yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah
maupun swasta.
Departemen Pertanian (2004) menerangkan bahwa maksud dan tujuan
pembibitan nasional adalah, untuk pedoman pembibitan ternak nasional,
dimaksudkan sebagai acuan pembibitan ternak dalam mendorong tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perbibitan ternak nasional. Bagi perusahaan untuk
mendapatkan penyediaan bibit ternak yang memenuhi persyaratan teknis,
ekonomis dan sosial, serta pengembangan sistem dan perusahaan pembibitan
ternak sebagai komponen agribisnis peternakan secara keseluruhan dan
pemanfaatan sumber daya genetik ternak secara lestari juga pengembangan daerah
atau kawasan sebagai sumber bibit ternak.
Menurut Fadilah et al, (2006), beberapa negara yang menjadi produsen
ayam broiler breeder di antaranya adalah negara Amerika Serikat, Prancis,
Jerman, dan Belanda. Sementara itu, beberapa negara di Asia yang mampu
menjadi produsen ayam bibit broiler di antaranya Thailand, Cina, Fhilipina, dan
Jepang.
Tabel 2. Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan.
Asal Negara Strain
Amerika Serikat Cobb, Arbor, Arces, Avian
Prancis Isa Vedette, Shaver
Inggris Ross
Belanda Hybro, Hubbard
2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler
Direktoral Jenderal Peternakan (1986) menerangkan bahwa usaha
peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat
9
menanamkan modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok
masyarakat. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.
362/Kpts/TN.120/5/1990, perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang
dijalankan secara teratur-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak
(ternak bibit atau ternak potong), telur, susu serta suatu usaha yang mengelola
suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan, untuk
tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan, untuk tiap jenis ternak
pada peternakan rakyat.
Pulungan (1985), mengemukakan bahwa tujuan umum suatu peternakan
adalah mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan lain-lain bahan yang
berasal dari hewan atau ternak. Sementara itu, peternakan ayam ras di definisikan
sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak
termasuk pembibitan (Kepres No.22 tahun 1990).
(Direktorat Jenderal Peternakan,1990), menerangkan, usaha ternak ayam
pembibitan broiler ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran, yaitu (1) tingkat
kematian serendah mungkin (2) kesehatan ternak yang baik (3) berat timbangan
setiap ekor setinggi mungkin, dan (4) daya alih makanan baik (hemat).
2.1.4. Faktor-Faktor Produksi
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
dalam produksi ayam broiler adalah day old chick (DOC), pakan, obat-obatan,
tenaga kerja, dan kandang dan hatchery sebagai alat mesin penetasan.
2.1.4.1 Pembibitan
Pembibitan adalah suatu sistem yang meliputi pemuliaan, perbanyakan,
pembudidayaan, peredaran, pengawasan penyakit, pengawasan mutu,
pengembangan usaha dan kelembagaan. Pembibitan juga merupakan kegiatan
budidaya untuk menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk
diperjual belikan (Departemen pertanian, 2004).
Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa pedoman untuk memilih DOC antara
lain, ayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit
10
bawaan, ukuran atau bobot ayam yaitu untuk bobot normal DOC sekitar 35-40
gram, anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta
tampak tegar, DOC juga tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok,
mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat, dan tidak ada lekatan
tinja di duburnya.
Cahyono (1996), menambahkan dengan menyeleksi anak ayam maka
beberapa keuntungan dapat diperoleh selama dalam pemeliharaan selanjutnya,
yakni:
a) produksi yang dicapai dapat optimal karena tingkat mortalitas pada ternak
ayam rendah.
b) memudahkan dalam pengelolaan, karena anak ayam yang dipelihara
mempunyai tingkat keragaman yang tinggi, baik dalam hal kesehatan, ukuran
besar, dan jenisnya.
c) keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, dan.
d) dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.
Menurut Fadilah et al (2006), saat ini lebih dari 300 jenis ayam murni dan
varietas, termasuk ayam broiler pembibit (broiler breeder stock) yang telah
terseleksi dan ditingkatkan keunggulan potensi genetiknya, telah tersebar
diseluruh dunia. Beberapa potensi genetik yang telah ditingkatkan sebagai berikut.
1. Ukuran tubuh besar.
2. Proporsi daging karkas tinggi,
3. Kerangka tulang kuat.
4. Cepat tumbuh.
5. Kulit berwarna putih atau kuning bersih.
6. Memiliki konversi pakan yang baik.
7. Tahan terhadap penyakit.
2.1.4.2. Pakan Ayam
Menurut Rasyaf (2004), pakan atau ransum merupakan kumpulan bahan
makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan
tertentu. Pakan tersebut memiliki nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai
kandungan gizi bahan makanan yang digunakan.
11
Pakan broiler ayam di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua macam
sesuai masa pemeliharannya, yaitu pakan untuk ayam broiler masa awal, dan
pakan untuk ayam broiler masa akhir (pakan finisher). Kedua pakan ini memiliki
kandungan gizi yang berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang
dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari empat minggu diberi pakan masa
awal, sedangkan bila ayam berumur empat minggu akhir diberi pakan masa akhir.
Terdapat tiga macam bentuk fisik pakan, yaitu bentuk tepung komplit,
bentuk butiran (pellet), dan bentuk pecah (crumble). Pakan bentuk komplit dapat
digunakan untuk semua umur, mulai anak ayam broiler umur sehari hingga ayam
broiler siap dijual. Harganya pun tidak terlalu mahal. Pellet atau pakan bentuk
butiran hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan
ukuran garis tengah 3,2 mm. Pakan bentuk butiran pecah atau biasa disebut
crumble ini banyak digunakan untuk ayam broiler masa starter (Rasyaf, 2004).
Secara garis besar, nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari karbohidrat,
lemak, mineral, vitamin, dan air. Energi sering dikelompokan sebagai bagian dari
zat makanan karena dihasilkan dari proses metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein tubuh (Fadilah et al, 2006).
Pengadaan pakan ayam oleh PT Galur Prima Cobbindo dipasok dari PT.
Cargill Indonesia. Produk pakan dari PT Cargill Indonesia terdiri dari tiga jenis
produk, yang pertama adalah Broiler Breeder Starter, bentuk produk tersebut
berupa butiran, pakan komplit tersebut diberikan pada induk ayam pedaging masa
pertumbuhan awal (starter) umur 0 – 7 minggu. Pakan ini mengandung
virginiamycin dan colistin sebagai pemacu pertumbuhan.
Tabel 3. Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter
Kandungan nutrisi Persentase (%) Kadar Air Maksimun 13,0 Protein Kasar Minimum 19,0 Lemak Kasar Minimum 5,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,9 – 1,1 Phospor 0,7 – 0,9 Virginiamycin 5 – 15 ppm Colistin 2 – 20 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
12
Produk pakan yang kedua yang di-supply oleh PT. Cargill Indonesia ke PT
Galur Prima Cobbindo adalah jenis Broiler Breeder Layer, yang berbentuk
butiran, pakan komplit ini diberikan pada induk ayam periode bertelur umur 22 –
64 minggu. Mengandung Zinc Bacitracin sebagai pemacu produksi telur dan
meningkatkan efisiensi pakan. Kandungan pakan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer.
Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 11,0 Protein Kasar Minimum 18,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 13,5 Calcium 3,2 – 3,3 Phospor 0,7 – 0,9 Zinc Bacitracin 4 – 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
Jenis produk pakan yang ketiga adalah Broiler Breeder Grower Male,
pakan ini juga berbentuk butiran, pakan komplit ini untuk diberikan pada induk
ayam Line Male masa pertumbuhan akhir (finisher) umur 21 hari sampai
selection. Mengandung Zin Bacitracin sebagai pemacu pertumbuhan. Kandungan
pakan ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower
Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 12,0 Protein Kasar Minimum 20,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,95 – 1,1 Phospor 0,7 – 0,9 Zinc Bacitracin 4 – 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
13
2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin
Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud di sini adalah obat-obatan yang
digunakan unutk pengobatan ternak yang terserang penyakit. Vaksin digunakan
untuk pencegahan penyakit yang berasal dari virus, serta antibiotika, dan vitamin,
serta dapat mendukung pertumbuhan ayam sehingga dapat tumbuh secara optimal
(Rasyaf,2004).
Menurut Cahyono (2004), pemberian vaksin, vitamin, dan obat-obat
antibiotik harus dilakukan secara teratur. Hal ini sangat penting untuk mencegah
terjangkitnya penyakit pada ternak ayam, terutama terhadap penyakit tetelo
(penyakit ND) yang sangat membahayakan ternak, dan penyakit gumboro. Lebih
lanjut dikatakan juga cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes
mata, tetes hidung, injeksi atau suntik, atau dengan metode spray (penyemprotan
halus). Jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut:
(1) umur ayam 3-4 hari diberikan vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberi
1 dosis, yakni 1 ml.
(2) umur ayam 10 hari diberikan vaksin gumboro dengan dosis sesuai dengan
anjuran.
(3) umur ayam 21 hari vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberikan 1 dosis
(1 ml), dan.
(4) umur ayam 42 hari vaksin ND strain K (Komarov)
2.1.4.4. Tenaga Kerja
Rasyaf (1996) menyatakan bahwa peternakan ayam nenek ras pedaging
sebenarnya lahan padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan ayam ras
pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat
ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal
beberapa jenis tenaga, antara lain: tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, tenaga
kerja harian lepas, dan kontrak. Selanjutnya dikatakan juga bahwa tenaga kerja
pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat
otomatis) maka untuk 2000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu orang
pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian pakan dan air minum
secara otomatis) maka untuk 6000 ekor cukup satu orang pria dewasa sebagai
14
tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di
kandang. Di samping itu, perlu tenaga kerja bantu umum untuk vaksinasi,
pengaturan pakan, dan kegiatan lainnya.
(Soeharto, 1995), Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas
tenaga kerja lapangan dapat dikelompokan menjadi:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
2. Supervisi, perencanaan, dan koordinasi.
3. Komposisi kelompok kerja.
4. Kerja lembur.
5. Ukuran besar proyek.
6. Kurva pengalaman (learning curve).
7. Pekerja langsung versus subkontraktor, dan.
8. Kepadatan tenaga kerja.
2.1.4.5. Perkandangan
Pembuatan kandang itu dapat ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi
ekonomis, segi teknis, estetis (keindahan), bentuk, kesehatan maupun yang lain-
lain. Tetapi yang terpenting didalam membangun kandang itu, semuanya tidak
terlepas dari tujuannya, bahwa fungsi kandang adalah:
• Melindungi dari bahaya luar
• Pelindung panas, dingin, dan hujan.
Prinsip pokok didalam pembuatan kandang broiler adalah harus terbuka.
Sistem kandang yang umum diterapkan dan memberikan hasil baik adalah sistem
kandang berhamburan (litter system), pilihan lain yang bisa diterapkan dengan
menggunakan sistem baterai. Menurut hasil penelitian sampai saat ini sistem litter
berhamburan memberikan hasil lebih baik, yaitu dalam berat timbangan dan
kualitas ternak. Sistem berlantai kawat/ kisi, timbangan berat yang dicapai tidak
sebaik dengan sistem litter pada umur yang sama. Ayam yang dipelihara dengan
memakai kandang berlantai kawat/ baterai ini kualitas ternaknya kurang baik
karena sering terjadi pembengkakan tulang dada.
Persyaratan umum yang perlu diperhatikan di dalam perkandangan ini
adalah:
15
1) Pemeliharaan tempat untuk mendirikan kandang/ lokasi.
2) Konstruksi/ bentuk kandang itu sendiri.
Sedangkan tempat untuk mendirikan kandang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Lebih tinggi dari tempat sekitarnya supaya udara dapat bergerak dengan
bebas dan supaya air tanah tidak mengumpul pada lantai kandang.
2) Tempat tersebut harus bebas dari bangunan dan tanaman-tanaman rendah
seperti semak belukar supaya aliran udara tidak terhambat.
Udara segar atau baru di dalam kandang sangat diperlukan untuk
kebutuhan pokok ayam, yaitu untuk:
1) Tersedianya udara baru yang banyak mengandung zat asam (oksigen) yang
sangat diperlukan oleh semua mahluk hidup.
2) Mengusir gas-gas sisa/ pembuangan seperti gas asam arang (CO2), amoniak
dan sebagainya.
3) Menjaga kelembaban suhu udara yang rendah, yaitu dengan terbawanya uap
air dari kotoran dan sisa pembuangan lainnya keluar kandang.
Menurut Fadilah et al (2006), Kendala utama usaha beternak broiler
komersial atau breeder di daerah iklim tropis adalah temperatur lingkungan relatif
tinggi, terutama di daerah dataran rendah dan ketika musim kemarau. Temperatur
di daerah tropis 22-39o C dengan rata-rata temperatur setiap tahun 26,5o C.
Permasalah tersebut bisa diatasi dengan cara menambah beberapa peralatan di
dalam kandang sebagai berikut:
a. Memasang insulasi di atap kandang (roof insulation).
Insulasi adalah setiap bahan yang dapat mengurangi kecepatan
perpindahan panas dari satu area ke area lain. Fungsi dari insulasi adalah
mengurangi pemanasan langsung ke kandang selama musim kemarau,
mengurangi tingkat penambahan panas pada musim kemarau, dan mengurangi
pengumpulan kelembapan di dinding dan permukaan pendingin karena dinding
dan permukaan pendingin tersebut relatif hangat.
b. Memasang kipas angin (blower fan)
Kipas angin sering digunakan pada kandang terbuka, terutama di kandang
yang menggunakan system postal (litter). Jenis kipas angin yang digunakan
16
adalah kipas angin pendorong (blower fan) dengan ukuran 24˝, 36˝, dan 42˝.
Kipas angin biasanya diletakan di bawah atau di atas dengan ketinggian 0,5-1,2
meter dari lantai.
Tujuan pemakaian kipas angin adalah membantu mempercepat
perpindahan udara didalam kandang, sehingga udara yang panas dan gas buang
yang beracun (CO2, amonia, dan CO) di dalam kandang dapat dibuang keluar
kandang.
c. Membuat hujan buatan (roof springklers).
Istilah hujan buatan digunakan untuk kandang yang menggunakan nosel
dan mengeluarkan air secara terus-menerus di atas atap kandang (roof
springklers), sehingga atap kandang selalu basah dan dingin pada saat panas.
d. Memasang kipas kabut di dalam kandang (fooger fan).
Cara kerja kipas kabut hampir sama dengan cara kerja kipas angin (blower
fan). Perbedaannya terletak pada penggunaan nosel. Nosel pada kipas kabut
mengeluarkan kabut air di sekitar kipas, sehingga kabut tersebut terdorong angin.
Adanya kabut partikel air yang diembuskan kipas menyebabkan udara panas di
dalam kandang secara otomatis akan menurun.
2.2. Penelitian terdahulu
Sekarang ini perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, sedang
berusaha keras agar bagaimana perusahaan yang dikelola tersebut tetap berjalan
dengan baik sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan harus berpikir keras, agar perusahaan peternakan ini menjadi
salah satu bidang usaha unggulan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Salah satu konsep yang perlu dicoba untuk perusahaan peternakan agar
maju dan dapat bersaing, adalah dengan menerapkan konsep supply chain
managemet.
2.2.1. Ayam Broiler
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai komoditas ayam broiler
membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik
produk berupa ayam broiler dan pemasarannya.
17
Ibiniyah (2002) meneliti tentang tataniaga ayam broiler yang
menggunakan sistem tataniaga yaitu dengan mencari nilai elastisitas transmisi
harga dari peternak kepada pengumpul. Hasil penelitian dari Silviana adalah
tataniaga ayam broiler di PT. NA terdiri dari tiga saluran, yang pertama peternak
plasma ke inti, ke pedagang pengumpul, dan ke pedagang pengecer, yang kedua
peternak plasma ke pedagang pengumpul kemudian ke pengecer dan yang ketiga
dari peternak plasma ke pedagang pengecer. Bentuk dari PT. NA adalah
oligopsoni, yaitu inti dan pedagang pengumpul mempunyai kekuatan untuk
mengontrol fungsi dan kegiatan tataniaga ayam broiler. Tataniaga yang paling
efisien adalah saluran tataniaga dari peternak plasma langsung ke pedagang
pengecer, hal ini disebabkan oleh nilai elastisitas transmisi harga dari peternak ke
pengecer lebih besar dari pada nilai elastisitas transmisi harga peternak ke
pengumpul.
2.2.2. Supply Chain Management
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai konsep supply chain
management membantu penulis dalam melakukan penelitian pada perusahaan
yang berbeda dan alat analisis yang beberapa diataranya memiliki perbedaan.
Aini (2005) meneliti tentang sistem supply sayuran pada supplier dengan
menggunakan pendekatan analisis deskriptif mengenai hubungan kelembagaan
dan analisis marjin tataniaga. Hasil penelitian yang dilakukan Aini menjelaskan
bahwa alokasi penggunaan biaya terbesar dalam pengadaan barang (procurement)
dan distribusi adalah pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan
tunai serta biaya transportasi. Untuk melakukan efisiensi biaya, perusahaan
melakukan penghematan di sektor lain seperti biaya pemesanan (ordering cost)
yang berkurang serta beralih pada media elektronik, selain itu perusahaan
berusaha meningkatkan pendapatan penjualan karena akan mengurangi biaya
tetap perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan
adalah meminimalisasi persentase jumlah barang yang kembali dari pasar (retur).
Studi tentang supply chain management lainnya juga dilakukan oleh
Noviyanti (2005). Peneliti melakukan studi tentang efisiensi supply chain produk
benih padi yang dilakukan di PT Sang Hyang Sri Persero. Metode yang digunakan
18
pada penelitian ini adalah analytical hierarky proses (AHP). Hasil dari penelitian
tersebut yaitu untuk mengefisienkan supply chain management dengan cara
dilakukan kerjasama pada perusahaan hilir (down stream) dengan memperhatikan
ukuran-ukuran pelaksanaan (performance metric) pada elemen yang kritikal.
Elemen yang kritikal diantaranya adalah proses pelaksanaan, dengan demikian
maka aliran-aliran informasi baik input maupun output harus terstuktur.
Ardiansyah (2005), mengemukakan dalam penelitiannya mengenai
manajeman penyediaan barang (procurenmet) bagian hulu produk susu
pasteurisasi, bahwa manajemen rantai penyediaan bagian hulu produk susu
meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi bagian hulu.
Jaringan sistem organisasi yang terlibat mencakup pihak Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) yaitu organisasi bagian hulu (upstream) dan Industri
Pengolahan Susu (IPS) serta distributor sebagai sistem organisasi bagian hilir
(downstream). Penelitian ini mendeskripsikan penyediaan susu segar yang
dimulai dari peternak sebagai mitra koperasi dan aktivitas penanganan susu segar
yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang dijual ke IPS.
Penelitian ini bermaksud melakukan identifikasi dan analisis supply chain
management pada perusahaan pembibitan ayam nenek (grand parent stock) yaitu
di PT Galur Prima Cobbindo yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Penelitian ini mengkaji sejauh mana kegiatan supply chain managemet dapat
dilakukan pada perusahaan ini yang meliputi kegiatan penyediaan bahan baku,
seperti pengadaan DOC, pakan, obat dan vaksin, juga penjualan produk dengan
memperhatikan mutu produk, harga, waktu proses pengiriman dan sebagainya,
serta menganalisis jaringan kerja (critical path method) yang ada pada perusahaan
PT Galur Prima Cobbindo.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah topik yang dibahas pada
penelitian ini mengenai supply chain management. Dimana perusahaan
melakukan integrasi rantai supply dalam mendapatkan bahan baku. Pada
perusahaan ini, untuk DOC dan pakan serta kualitas produk yang dihasilkan, dan
menganalisis mengenai penentuan harga, serta proses pendistribusian produk PT
Galur Prima Cobbindo berupa ayam sebar (PS) kepada perusahaan breeder parent
stock, sekaligus sebagai konsumen dari PT Galur Prima Cobbindo melalui mutu,
19
harga yang sesuai, serta penyaluran produk yang tepat waktu sesuai pesanan yang
ditentukan .
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah objek yang diteliti, karena
selama ini penelitian tentang komoditi ayam nenek broiler (grand parent stock)
belum ada, dan metode analisis yang digunakan juga masih jarang, serta terdapat
banyak perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti melakukan analisisnya
hampir ke seluruh jaringan supply chain yang terkait dengan PT Galur Prima
Cobbindo di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management
Peneliti Topik Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Silvina Ibniyah 2002
Kajian Tehahadap Efisiensi Saluran Tataniaga Ayam Broiler
Data dan Instrumentasi Analisis Efisiensi Tataniaga yaitu Elastisitas Transmisi Harga dan Analisis Biaya dan Marjin Tataniaga
Mengetahui saluran tataniaga ayam broiler di PT. NA. Pemasaran produk terdiri dari pemasaran melalui inti dan menjual sendiri. Perusahaan berbentuk oligopsoni dan mengetahui tentang tataniaga yang paling efisien.
Aini 2005
Analisis Sistem Pasokan Sayur
Analisis Deskriptif dan Analisis Margin Pemasaran
Alokasi biaya terbesar dalam pengadaan barang dan distribusi adalah pengadaan bahan baku yang dilakukan secara kredit maupun secara tunai serta biaya transportasi. Total margin, dari tiga jenis sayur berada diatas 50 persen artinya konsumen mengeluarkan 90 persen biaya tambahan dari tiga harga jual petani.
Ardiansyah 2005
Manajemen supply chain bagian hulu susu pasteurisasi
Analisis Deskriptif Manajemen rantai penyediaan barang bagian hulu meliputi siklus yang berjalan dalam sistem jaringan organisasi.
Noviyanti 2005
Analisis Efisiensi SCM
Proses Hierarky
Analytic (PHA) Efisiensi supply chain dapai dicapai melalui kerjasama dengan perusahan bagian hulu dan hilir dengan lebih terstruktur.
20
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Aktivitas Perusahaan
Pada saat ini perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan agribisnis
berusaha agar mampu memenuhi tutuntutan permintaan dari konsumen.
Perusahaan atau indrustri berusaha agar dapat menghasilkan suatu produk atau
jasa dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik,
dengan demikian peningkatan suatu laba perusahaan akan meningkat, seiring
dengan meningkatnya permintaan kepuasan konsumen akan suatu produk yang
ditawarkan. Hal ini, tidak terlepas dari strategi suatu perusahaan didalam
melakukan pemasaran produknya serta berhubungan dengan kualitas kinerja
perusahaan didalam melakukan aktivitas perusahaannya.
Aktivitas pengadaan bahan oleh PT Galur Prima Cobbindo diantaranya
seperti, pengadaan bibit ayam nenek, pengadaan pakan, dan sebagainya,
merupakan aktivitas suatu perusahaan yang melibatkan organisasi lain di bagian
hulu (upstream supply chain management). Sedangkan proses produksi
merupakan aktivitas internal perusahaan atau (internal supply chain management)
dalam mengubah bahan berupa ayam DOC GPS tersebut, menjadi ayam GPS
produksi dalam menghasilkan bibit ayam sebar (parent stock). Aktivitas bagian
hilir (down stream supply chain management) yaitu berhubungan dengan proses
distribusi produk seperti pendistribusian DOC ayam sebar (parent stock) sampai
di tangan perusahaan breeder ayam sebar (parent stock). Semua kegiatan tersebut
merupakan rangkaian aktivitas supply chain management pada perusahaan
pembibitan ayam nenek atau grand parent stock broiler (Usman,2007).
Indrajit dan Djoko Pranoto (2002), menyatakan bahwa rantai pasokan
(Supply Chain) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaaan atau
penyaluran barang tersebut.
21
Pertambahan umur pada ternak, termasuk pembibitan ayam GPS (grand
parent stock) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas ternak. Pola produksi ternak ayam GPS mengikuti suatu kurva
produksi tertentu, yaitu saat produksi pertama rendah lalu semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur ternak, kemudian mencapai produksi
maksimum hingga akhirnya mulai menurun pada kondisi terendah.
Ketika terjadinya suatu persaingan didalam suatu perusahaan, baik itu
karena adanya jumlah pesaing baru, persaingan harga produk, persaingan kualitas
produk, persaingan pelayanan terhadap konsumen dan sebagainya, semua itu
menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Namun demikian,
tetap diakui bahwa ada masalah manakala perusahaan tersebut berhubungan
dengan perusahaan lain. Masalah yang muncul karena adanya penyekatan ketika
diterapkannya konsep supply chain management. Kegiatan perencanaan produksi,
distribusi, transportasi dilihat sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.
Ketika konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan suatu
produk secara tepat tempat, tepat waktu. Perusahaan agribisnis yang antisipatif
akan hal tersebut akan mendapatkan pelanggan sedangkan perusahaan agribisnis
yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggannya. Supply chain management
menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara
perusahaan-perusahaan yang berbeda.
3.1.2. Konsep Supply Chain Management
Definisi supply chain management merupakan serangkaian pendekatan
yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang
(warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk
dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat dan waktu yang tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi-Levi et
al, 1999 dalam Indrajit dan Richardus, 2002). Selain itu, supply chain
management merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka
memperoleh bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses barang setengah
jadi dan kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem
distribusi (Heizer dan Rander, 2004 dalam Siagan,2005). Definisi lain dari Supply
22
cahain management adalah perencanaan, desain dan pengendalian terhadap aliran
informasi dan materi yang terdapat pada supply chain dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan cara yang efisien saat ini dan untuk masa yang akan
datang (Schroder,2000 dalam Rangkuti, 2004). Jadi secara umum supply chain
management didefinisikan sebagai pendekatan sistem secara total untuk
mengelola seluruh aliran informasi, materi dan jasa mulai dari bahan baku yang
dipasok melalui pabrik, gudang sampai ke pelanggan (Chase, 1998 dalam
Rangkuti,2004).
Menurut Render dan Heizer (2001), Supply Chain Management adalah
mencakup keseluruhan interaksi antara supplier, perusahaan manufaktur,
distributor dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi,
informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta transfer bahan baku antara
pihak-pihak yang terlibat. Purnomo (2006), supply chain management merupakan
sekumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengefisensikan integrasi
pemasok-pabikan-gudang-distributor-pengecer dalam memproduksi dan distribusi
pada kuantitas yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk
meminimalisasi seluruh biaya dan memenuhi kebutuhan tingkat konsumen.
Supply chain management menurut (Render dan Barry, 2001), merupakan
kegiatan pengolahan dalam memperoleh bahan mentah, barang dalam proses atau
barang setengah jadi dan, barang jadi yang kemudian barang tersebut dikirim
kepada konsumen melalui sistem distribusi. Pemikiran yang mendasari SCM
adalah pemfokusan pada pengurangan kebiasaan dan maksimisasi nilai pada rantai
pasokannya. Pengelolaan dalam rangka memperoleh bahan pakan dan pengadaan
DOC bibit termasuk didalalamnya aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan
bahan baku dari supplier. Perusahaan sebagai konsumen bahan baku mempunyai
spesifikasi terhadap bahan baku yang dibelinya, spesifikasi tersebut berdasarkan
pertimbangan untuk tetap mempertahankan mutu dan harga produk yang
dihasilkan untuk mempertahankan kepuasan konsumen.
Perusahaan didalam menerapkan konsep SCM ini, sering menghadapi
masalah baik itu dari logistik, waktu dan masalah-masalah lain yang sering
dihadapi. Sehingga perusahaan harus berpikir bagaimana agar perusahaan tersebut
dapat mempertahankan eksistensi dan peningkatan efisiensi baik dari segi biaya,
23
peningkatan laba dan peningkatan kualitas dan kuantitas dari produk yang
dipasarkan di dalam era persaingan saat ini. Hambatan- hambatan lain yang sering
terjadi didalam pendistribusi barang oleh perusahaan, misalnya terjadinya
kemacetan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya keterlambatan didalam
penyampaian produk kepada konsumen sehingga merupakan salah satu aktivitas
yang tidak memberikan nilai terhadap produk yang dikirimkan.
Perusahaan-perusahaan lokal kadang menjadi pesaing utama dalam
perusahaan. Perusahaan lokal biasanya berusaha bersaing dengan harga, mereka
biasanya berusaha menjual produk dan harga murah, walaupun secara kualitas
mereka tidak terlalu memperhatikan masalah mutu suatu produk. Perusahaan
harus siaga didalam mengadapi masalah tersebut, maka konsep SCM ini memiliki
peran yang sangat penting dalam mendukung kinerja suatu perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Diantaranya dengan peningkatan mutu dan
pelayanan yang baik kepada distibutor maupun penjualan langsung kepada
konsumen.
Berikut Gambar 2 merupakan contoh rangkaian supply chain management
pada perusahaan manufaktur menurut Chopra dan Meindl (2001).
Gambar 2. Rangkaian Supply Chain Management pada Perusahaan Manufaktur Sumber : Chopra dan Meindl, 2001.
Supply chain management terdiri atas tiga elemen yang saling terikat satu
sama lain, yaitu:
1. Struktur jaringan supply chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya.
2. Proses bisnis supply chain
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer
24
3. Komponen manajemen supply chain.
Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun
sepanjang supply chain.
Pelaksanaan supply chain management meliputi pengenalan anggota
supp]y chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan
dengan tiap anggota inti dan, jenis penggabungan apa yang perlu diterapkan pada
setiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan
dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan
akhir.
3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement)
Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan salah satu bagian dari jaringan
kerja supply chain management yang memerlukan penanganan khusus sehingga
diperoleh bahan baku yang bermutu baik, harga murah, jumlah sesuai kebutuhan,
dan pengiriman produk dengan waktu tepat dan terjadwal. Harga pembelian bahan
baku merupakan salah satu faktor penting yang akan berpengaruh terhadap input
produksi perusahaan didalam pengadaan bahan baku.PT Galur Prima Cobbindo
mengimpor bibit ayamnya dari luar negeri yaitu dari Amerika Serikat, sedangkan
pengadaan bahan baku pakan didatangkan dari PT Cargill Indonesia. Heizer dan
Render (2001), mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pembelian adalah
suatu kegiatan pemerolehan bahan baku atau jasa sehingga memperoleh peluang
yang besar untuk pengurangan biaya dan peningkatan mutu margin kontribusi.
Siklus pengadaan bahan baku terjadi pada bagian produksi dengan
supplier yang mencakup seluruh proses yang dibutuhkan untuk memenuhi
ketersediaan bahan baku dalam proses produksinya.
25
Gambar 3. Siklus Pengadaan Bahan Sumber: (Chopra dan Meindl, 2001)
Pada Gambar 3 dapat dilihat, bahwa pemesanan bahan baku yang
dilakukan oleh perusahaan adalah berdasarkan jadwal produksi dan kebutuhan
perusahaan akan bahan baku tersebut. Kemudian perusahaan mengirimkan
informasi pembelian kepada supplier untuk mengatur penjadwalan pengiriman
bahan baku yang dipesan hingga akhirnya bahan baku dapat diterima oleh
perusaahaan.
3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu
Suatu produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam berbagai kondisi
produksi sehingga keragaman mutu sangat mungkin terjadi. Keragaman mutu
pada komoditi hasil peternakan misalnya tergantung dari faktor kesehatan ternak,
makanan ternak, dan lingkungan ternak. Sifat mutu yang dinamis memerlukan
pendefinisian yang jelas mengenai karakteristik bahan baku agar dapat memenuhi
standar kebutuhan. Pendefinisian ini selanjutnya diimplementasikan dalam suatu
ukuran batas mutu yang akan memberikan kepuasan bagi semua pihak. Produk
atau bahan baku yang memiliki mutu di bawah garis batas mutu yang telah
ditetapkan disebut produk lewat mutu (off grade product). Bahan baku atau
produk yang sesuai dengan batas mutu disebut mutu minimal. Sedangkan untuk
mutu bahan baku yang berada di atas batas mutu akan terbagi pada kelas-kelas
mutu (grade).
Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barang
yang bermutu baik bagi seseorang, belum tentu bermutu menurut orang lain.
Sehingga perusahaan mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh
Pesanan Berdasarkan Jadwal Produksi atau Kebutuhan Perusahan
Penerimaan Bahan Baku di perusahaan
Penanganan dan Pengiriman Bahan Baku
Penjadwalan Pengadaan dari Supplier
26
kalangan yang berkepentingan. PT Galur Prima Cobbindo dalam memberikan
batasan stadar kualitas mutunya menggunakan ISO 9000.
Penentuan mutu akan dipengaruhi oleh unsur kriteria mutu. Segala sesuatu
yang ada pada komoditas, akan langsung mempengaruhi nilai pemuas atau nilai
manfaat pada komoditas tersebut. Secara umum mutu dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori, yaitu: sifat mutu, parameter mutu, dan faktor mutu. Sifat mutu yaitu
sifat-sifat yang yang langsung dapat diamati, dianalisa, atau diukur dari bahan
baku atau produk. Sifat ini dapat diukur dengan dilihat secara langsung. Parameter
mutu adalah besaran yang mencirikan beberapa sifat umum mutu bibit, yang
diturunkan dari beberapa pengukuran sifat fisik. Faktor mutu adalah hal yang
tidak dapat diukur atau diamati secara langsung dari suatu komoditi atau bahan
tetapi mempunyai pengaruh langsung terhadap mutu.
Tidak semua unsur mutu dapat digunakan untuk mencirikan mutu bahan
baku atau produk dalam praktek pengendalian mutu. Praktek dalam pengendalian
mutu hubungannya dengan standarisasi dan pengkelasan mutu, hanya beberapa
unsur mutu yang digunakan. Unsur mutu dalam perusahaan pembibitan ini
membutuhkan tingkat ketelitian dan perhatian yang cukup besar oleh perusahaan,
tujuannya agar meningkatkan kualitas mutu produk perusahaan pembibitan
tersebut.
Kepentingan peningkatan mutu dalam suatu organisasi atau perusahaan
akan berdampak pada banyak hal, tidak hanya terhadap mutu produk yang akan
dihasilkan tetapi juga pada keseluruhan performa perusahaan itu sendiri. Konsep
ini terangkai sebagai suatu mata rantai yang digagas oleh Deming dikutip oleh
Rampersad (2001), dalam Gambar 4.
Ternyata tuntutan peningkatan mutu atau kualitas tidak hanya diharapkan
oleh konsumen, tetapi perusahaan sebagai penghasil produk juga merasakan
dampaknya. Jika pengendalian mutu dilakukan secara baik dalam suatu
perusahaan, maka perusahaan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi waktu,
kuantitas bahan, dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk.
27
Gambar 4. Deming Chain Reaction Sumber: Rampersad, (2001)
Proses pengendalian dan peningkatan mutu oleh perusahaan diantaranya
dengan menerapkan proses sanitasi sebelum masuk perusahaan baik itu terhadap
karyawan maupun tamu yang akan masuk kedalam perusahaan tersebut,
penyeleksian genetik, penyeleksian produk dan sebagainya. Kemudian yang
berhubungan dengan teknologi yang digunakan dalam kegiatan perusahaan,
diataranya untuk impor DOC (day old chick) dari Amerika dengan menggunakan
kapal yang dilengkapi pengaturan suhu, sehingga ayam tersebut merasa nyaman
dan tidak stress, serta fasilitas lain perusahaan memadai, diantaranya dengan
menggunakan mobil pengangkut ayam bibit, yang dilengkapi dengan pengatur
suhu, dengan demikian kualitas produk tersebut dapat terus terjaga.
3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga
Dalam proses pengadaan bahan baku ada beberapa komponen biaya yang
diperhitungkan sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya input
bahan baku. Komponen biaya yang diperhitungkan dalam proses pengadaan
Peningkatan Mutu/ Kualitas
Pengurangan biaya atas pengerjaan ulang, kesalahan yang lebih sedikit, keterlambatan dan penundaan yang lebih kecil dan penggunaan waktu dan
bahan yang efisien
Peningkatan Produktivitas
Meningkatkan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih rendah (kompetitif)
Bertahan di Persaingan Bisnis
Penyediaan lapangan kerja yang stabil dan membuka kesempatan kerja baru
28
bahan baku tersebut adalah biaya inspeksi, biaya bongkar muat, biaya telepon dan
biaya administrasi.
Hermanto (1992), salah satu tujuan dari pokok akuntansi biaya adalah
untuk penentuan harga pokok produk dan rugi laba periodik. Mulyadi (1992),
mengemukakan bahwa dalam suatu perusahaan yang berproduksi secara massa,
informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu yang
bermanfaat bagi manajemen untuk: (a) menentukan harga jual produk, (b)
memantau realisasi biaya produksi, (c) menghitung laba atau rugi periodik (d)
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Hermanto (1992) mengemukakan dalam proses penentuan harga pokok
atau perhitungan biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut costing. Proses
itu sendiri harus dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap, sebagai
berikut:
a) Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (1992) biaya dapat digolongkan menurut : (1) objek
keluaran, (2) fungsi pokok dalam perusahaan, (3) hubungan dengan sesuatu yang
dibiayai, (4) perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan.
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dikelompokan
menjadi tiga kelompok yaitu: (1) biaya produksi, (2) biaya pemasaran, (3) dan
biaya administrasi umum.
Komponen-komponen biaya produksi serta unsur biaya yang perlu
diperhitungkan dalam masing-masing komponen biaya tersebut, diataranya.
1. Biaya Bahan
Biaya Bahan dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku dan bahan
penolong. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dibutuhkan
untuk proses pertumbuhan bibit ayam nenek broiler (grand parent stock) tersebut
sehingga dengan mudah dilihat produk jadinya yaitu berupa ayam sebar (parent
stock) yang dijual kepada konsumen. Bahan baku diantaranya, bibit atau DOC
ayam nenek, bibit tersebut di impor langsung dari Amerika, bibit yang di impor
dari Amerika tersebut dikenal dengan nama great grand parent stock (GGPS).
Pakan merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi,
29
pasokan pakan tersebut diperoleh dari PT. Cargill Indonesia, perusahaan ini
menjadi pemasok kuat untuk perusahaan PT. Galur Prima, karena perusahaan
pembibitan ini hanya dipasok pakan dari satu perusahaan saja, maka ini menjadi
pertimbangan bagi perusahaan terhadap harga, apakah akan lebih menguntungkan
atau menjadikan masalah bagi perusahaan.
2. Biaya Tenaga Kerja
Salah satu elemen biaya produksi yang penting adalah biaya atau
pengorbanan yang terjadi dalam hubungannya dengan penggunaan jasa tenaga
kerja atau karyawan. Jasa tenaga kerja atau karyawan, baik berupa kegiatan fisik
maupun mental diperlukan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi produk
akhir, dengan atau tanpa bantuan mesin-mesin produksi. Untuk jasa tenaga kerja
tersebut perusahaan harus membayar sejumlah biaya yang disebut dengan biaya
tenaga kerja. Sumber daya manusia berupa tenaga kerja yang dipergunakan pada
perusahaan ini, hampir semuanya mempergunakan tenaga kerja lokal, hal ini bisa
menjadi keuntungan juga bisa menjadi masalah untuk perusahaan, karena
terbentur kemampuan kualitas tenaga kerja lokal yang belum maksimal.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead pada perusahaan PT Galur Prima Cobbindo ini merupakan
elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, terdiri dari
berbagai macam biaya dan semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung
kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk
merealisasikan pendapatan. Biaya tersebut salah satunya adalah biaya upah
langsung, dan biaya dasar jam kerja mesin.
b) Pengumpulan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (1991), pada dasarnya kegiatan memproduksi suatu
produk dibagi menjadi dua macam yaitu memproduksi atas dasar pesanan dan
memproduksi secara masa atau berkelanjutan. Perusahaan menjual produknya
berupa bibit atau DOC ayam sebar, ayam tersebut berasal dari hasil penetasan
ayam nenek pada perusahaan peternakan ayam sebar tersebut berdasarkan atas
pesanan dari pihak luar.
30
Biaya infeksi dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan
pengujian mutu bahan baku sebelum diterima oleh perusahaan. Komponen biaya
ini sifatnya mutlak diperhitungkan oleh perusahaan karena menyangkut
implementasi manajemen mutu total pada seluruh tahapan yang terlibat dalam
proses menghasilkan produk yang siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya
bongkar muat merupakan salah satu komponen biaya yang mempengaruhi harga
input bahan baku baik itu DOC ataupun pakan ayam itu sendiri terhadap
peningkatan biaya input bahan baku.
Biaya telepon merupakan salah satu komponen biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan, diantaranya dalam proses pemesanan bahan baku, koordianasi
dengan kantor pusat, dan interaksi dengan perusahaan lain yang berfungsi sebagai
konsumen. Sedangkan biaya administrasi pembelian merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk proses surat-menyurat yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
proses pengadaan bahan baku.
3.1.2.4. Pengendalian Waktu
Pada sistem SCM sangat perlu diperhatikan mengenai masalah efisiensi
waktu. Analisis waktu merupakan segala tingkah laku perusahaan yang bertujuan
untuk mempelajari pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek. Setiap kegiatan
dapat diterapkan skala prioritasnya dengan analisis waktu, sehingga apabila terjadi
perubahan waktu pelaksanaan kegiatan segera dapat diperkirakan sebab akibatnya
sehingga keputusan dapat segera diambil (Ali, 1995). Penetapan skala prioritas
atas kegiatan dalam suatu proyek, dilakukan analisis jaringan kerja terlebih
dahulu, bertujuan untuk membatu perusahaan dalam mengidentifikasi kegiatan
yang bersifat kritis dan tidak kritis dalam suatu proyek.
Manajemen waktu yang efektif adalah mampu menjawab permintaan
produk dari konsumen pada saat yang tepat (just in time). Proses pengerjaan
produk pesanan dari distributor dituntut secepat mungkin dengan perencanaan
sesuai dengan keperluan. Data yang telah ditabulasikan selanjutnya disiapkan
sesuai dengan keperluan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan
dengan menggunakan Microsof Excel. Untuk data yang bersipat kualitatif yang
31
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan selanjutnya diolah dan
kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.
3.1.2.5. Konsep Critical Path Method
Menurut Sutomo (1997), critical path method adalah sebuah alat
managemen yang memungkinkan untuk lebih luas dan lengkap dalam
perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Pada prinsipnya suatu proyek
merupakan kumpulan dari banyak aktivitas yang saling bergantungan.
Perencanaan sebuah kegiatan secara umum didefinisikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan-kegiatan, yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan
serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. Biasanya yang
dimaksudkan dengan tujuan tertentu merupakan sebuah ujung akhir, baik
dipandang logika maupun waktu. Untuk pengawasan suatu proyek, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Rencana, yang harus berdasar pada pengertian yang teliti dan tepat pada
waktu, untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan serta logika ketergantungan satu sama lain.
2. Waktu, baik yang mengenai masing-masing kegiatan maupun yang mengenai
proyek keseluruhan.
3. Sumber Daya, diantaranya sumberdaya manusia, equipment, dan material
yang diperlukan.
4. Biaya, mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tersebut.
Menurut Johannes Supranto (1988), Critical Path Method merupakan
suatu teknik yang berguna untuk menyusun perencanaan, penjadwalan, dan
pengawasan atau pengontrolan proyek. CPM pada dasarnya merupakan metode
berorientasikan waktu, yang artinya bahwa metode tersebut akan berakhir dengan
penjadwalan waktu (a time schedule). CPM juga dinamakan teknik penjadwalan
proyek (project schedulling technique) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan.
Perkiraan waktu untuk aktivitas perusahaan ditentukan dengan diagram
jaringan kerja (Network) yang dinyatakan dengan anak gambar panah, dimulai
dari anak panah yang menunjukan kegiatan (activity) awal perusahaan hingga
32
menunjukan kegiatan akhir perusahaan. Waktu kegiatan pelaksanaan setiap event
dalam jaringan kerja supply chain management diperhitungkan berdasarkan waktu
optimistis, realistis, waktu pesimis dan waktu rata-rata. Ilustrasi waktu dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
X1
T1
X2
T2
Gambar 5. Ilustrasi Waktu Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Menurut Levin (2000), critical path method merupakan suatu metode yang
digunakan untuk melakukan perencanaan dan pengawasan proyek yang sering
dipakai dalam berbagai sistem yang memiliki suatu jaringan kerja. CPM lebih
mementingkan konsep biaya dalam proses perencanaan dan pengawasan. Dalam
CPM ada dua waktu dan perkiraan biaya yang ditunjukan untuk tiap aktivitas
dalam jaringan kerja: yakni yang normal dan yang perpendekan. Perkiraan waktu
perpendekan adalah waktu yang dibutuhkan bila tidak ada biaya guna mengurangi
waktu proyek. Biaya perpendekan adalah biaya memacu pekerjaaan agar lebih
cepat selesai.
Iqbal (2004), mengemukakan bahwa critical path method adalah jalur
waktu terlama yang diperlukan dan merupakan waktu tersingkat untuk
menyelesaikan proyek. Kegiatan-kegiatan yang dilewati jalur kritis ini disebut
kegiatan kritis. Keterlambatan penyesuaian salah satu kegiatan pada jalur ini akan
mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek.
i SPCi SPLi
j2 SPCj2 SPLj2
j1 SPCj1 SPLj1
33
Lama suatu kegiatan dimulai saat awal kegiatan mulai dikerjakan sampai
dengan saat akhir dikerjakan. Ada dua faktor penentu lamanya suatu kegiatan,
yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor-faktor teknis tersebut adalah volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja, ruangan jam kerja perhari kerja, dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor non teknis adalah banyaknya hari kerja perminggu,
banyaknya hari libur, banyaknya keadaan yang tidak memungkinkan
menyelenggarakan pekerjaan, dan sebagainya (Ali, 1995).
3.2. Kerangka Berpikir Operasional
Pertumbuhan di sektor agribisnis di Indonesia saat ini terus
memperlihatkan suatu peningkatan. Hal itu tidak terlepas dari peningkatan jumlah
kebutuhan oleh masyarakat akan komoditas agribisnis tersebut. Sehingga
menuntut perusahaan dan industri-industri yang ada agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Peningkatan jumlah permintaan akan sektor agribisnis ini merupakan suatu
indikator sebagai peluang dan sekaligus sebagai ancaman untuk perusahaan dalam
negeri. Dimana perusahaan dalam negeri harus bersaing dengan perusahaan luar
negeri didalam memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia saat ini yang semakin
tinggi. Salah satu strategi yang perlu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam
negeri dalam mengembangkan usahanya serta dalam bersaing dengan perusahaan
luar negeri, yaitu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas mutu produk dan
perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah. Strategi lainnya adalah dengan
melakukan kerja sama baik itu dengan perusahaan lokal maupun perusahaan luar
negeri yang bergerak dalam bidang sejenis, strategi maupun sistem tersebut juga
dapat diterapkan dalam sektor agribinis yaitu bidang peternakan, contohnya pada
perusahaan PT Galur Prima Cobbindo yang melakukan kerja sama dengan
perusahaan asing yaitu Cobbbindo yang berasal dari Amerika.
Perusahaan-perusahaan yang ada selalu berusaha untuk menghasilkan
suatu produk atau jasa dengan kualitas yang bermutu tinggi, harga yang lebih
murah dan dapat memberikan pelayanan yang cepat, untuk mecapai tujuan-tujuan
tersebut setiap perusahaan perlu berusaha meningkatkan kualitas kinerjannya dan
34
terus-menerus melakukan perubahan dalam strategi bisnisnya sesuai dengan
tuntutan permintaan konsumen maupun perkembangan perusahaan.
Analisis kinerja supply chain management (SCM) dicoba dilakukan pada
perusahaan peternakan ini, tujuannya adalah yang pertama untuk melihat sejauh
mana tingkat efisiensi perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi pada
seluruh jaringan supply yang terlibat, yang kedua dengan menggunakan analisis
kinerja SCM diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kualitas serta kuantitas
produk perusahaan tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor produksi
perusahaan mulai pengadaan bahan baku sampai pendistirbusian sautu produk.
Analisis pengendalian mutu bahan baku dilakukan berdasarkan suatu
kerangka pengendalian mutu bahan baku sebelum masuk keperusahaan. Ukuran
pengendalian mutu dilakukan secara kuantitatif berdasarkan supply bahan baku
seperti pakan dan DOC. Standar mutu merupakan salah satu bagian dalam
melakukan evaluasi terhadap pasokan bahan baku dari supplier. Standarisasi mutu
bahan baku pada PT Galur Prima Cobbindo dilakukan pada bibit DOC ayam
nenek broiler (GPS), sehingga menjadi salah satu bagian penting yang perlu
diperhatikan dalam pengadaan bahan baku, dan untuk melakukan proses analisis
mutu. Bahan baku yang dikirim dari supplier, dengan adanya standarisasi mutu
bahan baku dapat meningkatkan performance mutu produk yang dihasilkan.
Semua aktivitas tersebut dilakukan oleh PT Galur Prima Cobbindo untuk
memperoleh bahan baku yang memiliki nilai mutu yang baik.
Harga dan biaya pengadaan bahan baku pada proses pembelian,
merupakan komponen penting yang perlu diperhitungkan dalam menentukan
harga pokok bahan baku. Penghematan biaya pengadaan bahan baku akan
berpengaruh terhadap harga pokok bahan baku yang ditransfer oleh perusahaan
pada bagian produksi. Efisiensi pengadaan supply chain bahan baku merupakan
konsep baru yang bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya yang muncul pada
waktu pengadaan bahan baku. Biaya yang dikeluarkan pada saat pengadaan bahan
baku akan menjadi beban perusahaan, hal tersebut menjadi penentu harga output
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Analisis waktu mempelajari tingkah laku perusahaan selama kegiatan
pelaksanaan suatu aktivitas. Setiap kegiatan dapat ditetapkan skala prioritasnya
35
dengan melakukan analisis waktu, sehingga apabila terjadi perubahan waktu
pelaksanaan kegiatan dapat ditanggulangi dan tidak mengganggu kegiatan
perusahaan lainnya. Langkah pertama sebelum melakukan analisis waktu adalah
melakukan indetifikasi kejadian-kejadian (event) yang terlibat dalam suatu
kegiatan, menentukan waktu pelaksanaan, melakukan analisis waktu (critical
network), dan kemudian melakukan analisis sumberdaya. Alat evaluasi yang
digunakan adalah critical path method, atau analisis waktu yang menggambarkan
suatu proyek atau aktivitas pada seluruh model jaringan kerja.
Pendistribusian yang dilakukan oleh PT Galur Prima Cobbindo yaitu
dengan langsung ke perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan
ayam sebar yang sekaligus sebagai konsumen akhir. Rantai chain management
kemudian akan dilakukan analisis apakah kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut telah menguntungkan perusahaan atau sebaliknya akan
mengakibatkan penurunan penerimaan keuntungan perusahaan. Selain itu
penetasan merupakan bagian dari pendistribusian produk, dengan berdasarkan
pesanan saja. Tujuan yang diharapkan perusahaan adalah untuk meningkatkan
efisiensi distribusi. Produk sampingan perusahaan yang dijual kepada konsumen
oleh perusahaan yaitu ayam by product, kotoran ternak dan telur yang gagal tetas.
36
Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian Permasalahan yang dihadapi Perusahaan
Lingkup Penelitian
Pemasok
Analisis Supply Chain Management
PT Galur Prima Cobbindo (GPS)
Analisis Jumlah
Analsis Pengadaan dan Pemasokan
Analisis Pengendalian Mutu
Analisis pengendalian harga
Analisis Waktu
Network Analysis
Analisis lintasan kritis
Penjadwalan Waktu Produksi
Ayam Pedaging broiler
Distribusi
Perusahaan Peternakan (PS)
1. Ketidaktepatan waktu dalam penerimaan input dan pendistribusian output
2. Keterbatasan wawasan SDM lokal 3. Metode penjadwalan kurang efektif
1. Efisiensi Distribusi 2. Efisiensi Biaya 3. Kepuasan Konsumen, dll.
37
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan mengenai “Kinerja Supply Chain Management”
pada komoditi ayam nenek broiler atau grand parent stock dilakukan di PT Galur
Prima Cobbindo yang terletak di Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan perusahaan peternakan tersebut merupakan salah satu
perusahaan peternakan terbesar yang ada di Kabupaten Sukabumi dan menjadi
sentral perusahaan pembibitan ayam nenek di Sukabumi. Penelitian ini
dilaksanakan dari Bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung
dengan pihak-pihak yang berkompeten di PT Galur Prima Cobbindo, data juga
banyak diperoleh dari manajer umum, manajer ini hampir memegang semua tugas
mulai dari melakukan pengawasan kegiatan perusahaan, membuat penjadwalan
dan lain-lain. Data yang diambil akan dibatasi dan tidak dijelaskan secara rinci
karena ada sebagian data rahasia perusahaan yang tidak dapat dipublikasikan
secara umum, sehingga data yang diambil lebih difokuskan pada kegiatan
aktivitas perusahaan, mulai dari pengadaan bahan baku, penyaluran dan
pendistribusian produk output perusahaan dan, mutu serta kualitas produk
perusahaan tersebut secara global. Data primer meliputi data harga beli, harga jual
dan biaya-biaya yang dikeluarkan serta besarnya keuntungan yang diperoleh, baik
itu apabila dijual langsung perusahaan I atau perusahaan II serta mengenai
perbedaan harga dari pemasok.
Data sekunder diperoleh dari berbagai studi kepustakaan diantaranya,
Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistika, Dinas Peternakan Tingkat II,
Internet, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
38
4.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Wawancara langsung (interview), yaitu tanya jawab antara peneliti dengan
pihak-pihak yang penting di PT Galur Prima Cobbindo antara lain pimpinan
organisasi, dan staf yang berkompeten. Serta untuk membandingkan data,
maka peneliti melakukan tanya jawab dengan pihak departemen lainnya,
seperti salah satunya yaitu satpam perusahaan yang menjaga pintu gerbang
perusahaan. Jumlah sample yang dilakukan berjumlah 30 orang yang
mewakili masing-masing departemen. Sedangkan untuk perusahaan supplier
dan perusahaan konsumen parent stock dilakukan dengan manajer terkait,
masing-masing satu orang.
2. Pengamatan (Observation), yaitu pemahaman, penghayatan dan penyimpulan
terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada objek penelitian, yang
berhubungan dengan PT Galur Prima Cobbindo.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan
data secara deskriptif dilakukan untuk menggambarkan keadaan umum
perusahaan dan mendeskripsikan mekanisme sistem pasokan dan penyaluran
output produk perusahaan tersebut. Pengolahan secara kuantitatif dilakukan untuk
menganalisa biaya pengadaan dan distribusi, persentase marjin dari beberapa
produk serta imbangan penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan. Data-data
tersebut kemudian ditabulasikan secara manual dengan menggunakan kalkulator
dan microsoft excell.
4.4.1. Analisis Mekanisme Pengadaan dan Pemasokan
Analisis mekanisme pengadaan dan pemasokan dilakukan secara
deskriptif. Mekanisme pengadaan dan pemasokan yang dilakukan perusahaan
untuk menjamin kesesuaian kualitas, kuantitas dan harga didukung oleh
pengadaan bahan baku dan pemasok produk ke pelanggan. Mekanisme pengadaan
bahan baku berkaitan dengan pemasok yang memposisikan perusahaan sebagai
39
pembeli dan mekanisme pemasokan yang memposisikan perusahaan sebagai
penjual.
4.4.2. Analisis Mekanisme Pengendalian Mutu
Analisis supply chain management dari upstream perusahaan didalam
pengendalian mutu berupa analisis pengadaan bahan baku, seperti pakan dan bibit.
Analisis yang digunakan analisis deskriptif procurement meliputi deskripsi empat
aspek penting yaitu mutu, harga, jumlah, dan waktu. Ke empat faktor ini
merupakan bagian dari pengendali supply chain management dalam menghasilkan
produk berupa hasil penetasan dari ayam nenek broiler (grand parent stock) yaitu
ayam sebar (parent stock) yang mempunyai kualitas yang tinggi dan dengan harga
yang mampu bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan
lain.
Analisis pengendalian mutu lain yang dilakukan perusahaan antara lain
penyeleksian genetik, hasil output diperoleh dari persilangan induk ayam grand
parent stock berupa ayam parent stock yang diinginkan atau dipilih oleh
perusahaan, yang mempunyai kualitas mutu yang baik. Sehingga dalam
mendapatkan bibit terbaik dari seleksi yang dilakukan maka ayam yang tidak lulus
seleksi dipisahkan dan disebut ayam sampingan (by product).
Analisis mutu lain yang dilakukan dengan melakukan penyeleksian
melalui anatomi dan fisiologi. Penyeleksian ini dilakukan oleh perusahaan dengan
tujuan agar mendapatkan kualitas ayam parent stock yang sehat, baik dari segi
anatomi maupun fisiologinya. Karena akan mempengaruhi kepada kualitas
pertumbuhannya dan saat masa produktivitasnya.
Analisis pengendalian mutu lainya yaitu penyeleksian melalui manajemen
penetasan. Tahap pengendalian mutu ini termasuk penting karena akan
mempengaruhi daya tetas telur, sehingga telur-telur tersebut dapat menghasilkan
kualitas ayam DOC parent stock yang diinginkan perusahaan. Kualitas telur yang
akan ditetaskan dan didistribusikan, diantaranya ukuran telur harus sesuai dengan
standar ketentuan dari mesin penetas (hatchery), dimana ukuran telur tidak terlalu
besar maupun terlalu kecil dan mengalami serangkaian pengujian lainnya,
40
pengendalian mutu lainya diataranya berat ayam parent stock yang akan
didistribusikan minimal 3,8 gr dan mata, sayap serta kaki normal.
4.4.3. Metode Analisis Harga
Metode analisis harga sangat berkaitan erat dengan faktor biaya dan
jadwal. Pengendalian biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya pembelian, biaya
kantor, biaya pemeliharaan dan lainnya. Dalam melaksanakan aktivitasnya,
perusahaan, perlu memprioritaskan tentang pengeluran yang digunakan, hal ini
untuk mengurangi beban biaya yang didapatkan oleh perusahaan.
Biaya yang tidak terlalu memiliki atau mempengaruhi nilai tambah dapat
dihilangkan maupun disusutkan, yang berhubungan dengan pengadaan bahan
baku. Sehingga dapat mengurangi biaya pembelian bahan baku. Maka hubungan
yang akan terjadi adalah terdapat selisih antara harga beli aktual dan harga beli
dengan konsep SCM. Supply chain management bertujuan untuk melakukan
efisiensi distribusi pada perusahaan.
Biaya telepon dan biaya administrasi yang telah disusutkan, kemudian
dimasukan kedalam biaya pengadaan bahan baku, sehingga akan mengurangi
biaya pembelian bahan baku, dan akan didapatkan total biaya pembelian bahan
baku SCM yang baru.
4.4.4. Analisis Jaringan Kerja (Critical Path Method)
Model jaringan kerja bertujuan untuk menganalisis aktivitas kritis dari
suatu kegiatan atau proyek. Pendekatan jaringan kerja proses supply chain
management merupakan pendekatan analisis sistem, ini berarti bahwa langkah-
langkah analisis sistem perlu dilakukan dalam analisis jaringan kerja. Langkah-
langkah dari analisis sistem tersebut terdiri dari:
1. Penentuan ruang lingkup
Pada tahapan ini mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan
atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang
merupakan aktivitas perusahaan. Kemudian menentukan batasan dari
proyek/kegiatan, aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam ruang lingkup
wewenang pengelolaan proyek, hubungan-hubungan dengan luar proyek yang
dapat dipengaruhi atau dikelola juga oleh pimpinan proyek, serta kondisi
41
lingkungan yang tidak dapat dipengaruhi, tetapi bersifat menentukan terhadap
operasi proyek.
2. Project Breakdown
Pada tahap ini, bagian dari sistem perlu diuraikan dalam satuan-satuan sub sistem
yang wujudnya berupa kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
proyek tersebut. Seberapa jauh tingkat detail dari uraian proyek itu mempunyai
hubungan erat dengan tahap berikutnya yaitu penaksiran atau penentuan waktu
pelaksanaan dari masing-masing aktivitas proyek.
3. Penentuan/ penaksiran waktu pelaksanaan aktivitas proyek
Setiap aktivitas proyek ditentukan waktu pelaksanaannya, berdasarkan
pengalaman, observasi, dan analisis.
4. Analisis waktu dari setiap kegiatan dalam proyek
Tahap ini memerlukan perhitungan-perhitungan waktu setiap kegiatan proyek,
penentuan dari kelonggaran yang dimiliki dari setai kegiatan. Salah satu hasil
penting dari setiap tahap ini yaitu penentuan lintasan kritis yang sekaligus
merupakan penentuan pelaksanaan proyek.
5. Optimasi
Tahap ini memerlukan analisis sumberdaya (tenaga kerja) biaya dari pelaksanaan
proyek, sehingga perlu diadakan evaluasi dari alternatif yang tersedia dengan
pelaksanaan jumlah tenaga kerja yang optimal.
Meurut Levin et al (1993), Untuk menentukan lintasan/jalur kritis suatu
proyek dilihat dari waktu terlama dari suatu lintasan proyek dan sifat kritis dari
suatu kegiatan. Formulasi sifat kritis kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
SPCi = SPCj
SPCj = SPLj
SPCi + T = SPCj
SPLi + T = SPLj
Dimana :
T = Waktu kegiatan
SPCi = Saat paling cepat peristiwa awal
SPCj = Saat paling cepat peristiwa akhir
42
SPLi = Saat paling lambat peristiwa awal
SPLj = Saat paling lambat peristiwa akhir
Perhitungan awal dan akhir kegiatan
Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan yang menuju ke satu peristiwa
selesainya kegiatan-kegiatan tersebut, maka saat paling cepat peristiwa tersebut
adalah waktu paling cepat dari waktu kegiatan perusahaan.
1. Sebuah kegiatan menuju suatu kegiatan perusahaan
SPCi = SPCi + T
Dimana :
i = Peristiwa awal kegiatan y
j = Peristiwa akhir kegiatan y
2. Beberapa kegiatan menuju sebuah peristiwa
SPjn = (SPCin + Tn) maksimum
Dimana :
jn = Peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan Xn
in = Peristiwa kegiatan Xn
SPCjn = Saat paling cepat peristiwa awal dari kegiatan Xn
SPCin = Saat paling cepat peristiwa akhir bersama dari kegiatan Xn
Skema penentuan saat penentuan paling cepat dan paling lambat beberapa
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 7.
X1
T1
X2
T2
Gambar 7. Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat Beberapa Kegiatan.
i1 SPCi1 SPLi1
i2 SPCi2 SPLi2
j SPCj SPLj
43
Langkah selanjutnya adalah menentukan saat paling lambat setiap
kegiatan. Formula untuk menentukan saat paling lambat suatu peristiwa adalah
sebagai berikut :
1. Sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
SPLi = SPLj – T
Dimana :
i = Peristiwa awal kegiatan x
j = Peristiwa akhir kegiatan x
X
T
Gambar 8. Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat diluar Satu Kegiatan.
2. Beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
SPLin = (SPLjn – Tn) minimum
Dimana :
SPLjn = Saat paling lambat peristiwa awal dari kegiatan xn
SPLin = Saat paling lambat peristiwa akhir dari kegiatan xn
Gambar 9. Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat keluar dari Beberapa Kegiatan.
i SPCi SPLi
j2 SPCj2 SPLj2
j1 SPCj1 SPLj1
j SPCj SPLj
i SPCi SPLi
44
Penentuan waktu tenggang kegiatan
Tenggang kegiatan (activitiy float) merupakan jangka waktu ukuran batas
toleransi keterlambatan setiap kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui
karakteristik pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan
terhadap pola kebutuhan sumber daya.
Ada tiga tenggang waktu kegiatan, yaitu Total Float (TF), Free Float
(FF), dan Independent Float (IF). Rumus yang digunakan untuk perhitungan
tenggang waktu adalah sebagai berikut:
TF = SPLj – T – SPCi
FF = SPCj – T – SPCi
IF = SPCj – T – SPLi
Dimana :
TF = Total Float
FF = Free Float
IF = Independent Float
SPLi = Saat paling lambat peristiwa awal
SPLj = Saat paling lambat peristiwa akhir
SPCi = Saat paling cepat peristiwa awal
SPCj = Saat paling cepat peristiwa akhir
Penetuan kegiatan waktu tenggang (activity float) yaitu ketika aktivitas
perusahaan tersebut berada pada jalur kritis suatu jaringan kerja. Suatu kegiatan
yang termasuk kedalam jalur kritis, merupakan aktivitas kegiatan perusahaan yang
tidak memiliki waktu tenggang agar suatu aktivitas kegiatan dapat diundur
pelaksanaannya. Karena apabila aktivitas kegiatan perusahaan yang berada
didalam jalur kritis tersebut mengalami keterlambatan, maka akan mempengaruhi
aktivitas perusahaan berikutnya.
45
BAB V. GAMBARAN UMUM PT GALUR PRIMA COBBINDO
5.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1992 dengan nama PT Subur Grup.
Perusahaan ini berkembang pesat, ketika sebelum terjadi krisis moneter
perusahaan ini merupakan perusahaan peternakan kedua terbesar di Indonesia.
Pendistribusian produk perusahaan ini selain di Indonesia, yaitu diekspor ke luar
negeri seperti ke negara Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei Darusalam hingga
ke Bangladesh. Ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, PT
Subur Grup yang memiliki divisi-divisi operasional, seperti divisi pembibitan
ayam broiler, pembibitan induk ayam, ayam petelur dan lain-lain ini, membentuk
perusahaan-perusahaan sendiri.
Pada tahun 1998 salah satu sub perusahaan yang bergerak di bidang
breeding dari PT Subur Grup, membentuk perusahaan peternakan sendiri dengan
nama PT Galur Prima Cobbindo. Dalam melakukan kegiatan aktivitasnya,
perusahaan ini melakukan mitra kerja dengan perusahaan Amerika dalam
pengadaan input bahan baku, berupa bibit induk DOC yaitu jenis Cobb 500. PT
Galur Prima Cobbindo ini bergerak dalam pembibitan ayam nenek broiler (grand
parent stock).
5.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT Galur Prima Cobbindo yaitu menjadi perusahaan breeding bibit
ayam nenek (grand parent stock) yang terbaik dan terbesar di Indonesia, dengan
senantiasa mengutamakan kepuasan konsumen, serta menjunjung tinggi
kepercayaan konsumen dan mitra kerja perusahaan. Sedangkan misi perusahaan
yaitu menjadi perusahaan yang mempunyai kualitas mutu terbaik dan peduli, baik
itu kepada konsumen maupun terhadap lingkungan sekitar, dan dilakukan secara
optimal sebagai wujud pertanggung jawaban kepada konsumen dan mitra kerja
perusahaan.
46
5.3. Lokasi Perusahaan
Kantor pusat PT Galur Prima Cobbindo terletak di jalan Trocadereo No.
102, Koplek Ruko Palais de Europe Karawaci, Kabupaten Tanggerang 15811. PT
Galur Prima Cobbindo ini terletak di Jalan Raya Kalapanunggal, Desa Makasari,
Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabuni, Jawa Barat. Perusahaan ini,
jauh dari pemukiman penduduk dan pusat kota, karena peraturan pemerintah
mengenai ketentuan mendirikan peternakan ayam yang harus jauh dari
pemukiman penduduk, hal ini untuk mencegah bau serta sanitasi pada perusahaan.
Walaupun kondisi tersebut sedikit berpengaruh terhadap supply bahan baku
maupun pengiriman hasil produksinya.
Letak geografis PT Galur Prima Cobbindo berada pada ketinggian 570
meter di atas permukaan laut, dengan suhu tempat rata-rata sekitar 20-32 0C, luas
lahan sebesar ± 20 Ha, dan lokasi nya terdapat diantara dua pebukitan. Perbatasan
perusahaan sebelah Selatan dengan Desa Citiis, di bagian Utara dan bagian Timur
masih masuk kedalam Desa Makasari, pada bagian Barat berbatasan dengan Desa
Gunung Endut.
Jumlah kandang perusahaan sebanyak 14 kandang dengan kapasitas total
57.025 ekor parent, dan dilengkapi dengan sarana penetasan yang mampu
menetaskan maksimum 20.000 ekor parent. Parent dapat menetaskan 70.000
telur/ minggu, penunjang sarana lain berupa transportasi untuk mengangkut DOC
sebanyak 4 unit kendaraan colt diesel yang dilengkapi dengan pemanas suhu, agar
mengurangi resiko kematian DOC. Kapasitas listrik perusahaan ini 350 kpa
(tegangan menengah) dan juga perusahaan ini mempunyai dua sumur bor artesis.
5.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Susunan organisasi PT Galur Prima Cobbindo terdiri dari manager farm
yang dibantu oleh bagian keuangan dan administrasi. Dalam melakukan aktivitas
perusahaan, manager farm memberikan tugasnya kepada hatcheri dan umum.
Untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan dibentuk struktur organisasi.
Struktur organisasi pada PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi dapat dilihat pada
Lampiran 1.
47
Sampai akhir bulan Februari tahun 2008 perusahaan memiliki 150 orang
karyawan yang ditempatkan dalam kegiatan produksi, distribusi, dan pemasaran
serta bagian administrasi dan umum. Tingkat pendidikan karyawan beraneka
ragam mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menegah
umum, dan sarjana. Jumlah karyawan untuk masing-masing bagian dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Tahun 2008.
Bagian Jumlah (orang)
Manager Farm 1 Keuangan dan Administrasi 4 Hatcheri & Umum 1 Supervisor Kandang dan Hatcheri 2 Koordiansi Kandang dan Vaksinator 2 Pekerja Kandang 24 Bagian Seleksi Telur 2 Operator Hatcheri 13 Sexer & Vaksinator 4 Maintenance 6 Kebun 3 Sopir 9 Satpam 15 Kantin & Tukang Cuci 7 Jumlah Tenaga Kerja Lepas 57 Jumlah 150 Sumber : PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi (2008).
Persentase tingkat pendidikan karyawan PT Galur Prima Cobbindo adalah sebagai berikut: Tabel 8. Tingkat Pendidikan Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi.
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Sekolah Dasar 17 11,33 Sekolah Menengah Pertama 51 34 Sekolah Menengah Atas 78 52 Perguruan Tinggi 4 2,67
Total 150 100 Sumber : PT Galur Prima Cobbindo (2008).
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya mengalami kendala dalam
wawasan dan pengetahuan karyawan tentang cara memelihara ayam grand parent
stock. Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan karyawan yang masih
48
cukup kurang, untuk tingkat sekolah dasar tingkat persentase pendidikan
karyawan mencapai 11,33%, tingkat persentase pendidikan sekolah menengah
pertama mencapai 34 %, dan tingkat persentase pendidikan sekolah menengah
umum sebesar 52 %, sedangkan untuk tingkat persentase pendidikan karyawan
dari perguruan tinggi, hanya sebesar 2,67 %. Sehingga perusahaan perlu
meningkatkan kualitas SDM tenaga kerjanya, salah satunya dengan melakukan
pelatihan terhadap karyawan-karyawannya.
Peranan pokok SDM dalam perusahaan peternakan adalah bertanggung
jawab dalam kelancaran usaha meliputi produksi, administrasi, dan keamanan
lingkungan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya manusia
merupakan salah satu sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan usaha
peternakan ayam. Cara kerja di peternakan ayam sangat berbeda dengan cara kerja
di industri. Pada perusahaan peternakan ayam ini, karyawan tidak terikat dengan
waktu kerja karena yang dipelihara merupakan benda hidup, sehingga harus selalu
siaga jika sewaktu-waktu ada masalah. Karena itu, di unit usaha peternakan ayam
ada wadah yang mengorganisir semua anggota kerja, untuk mencapai
keseimbangan, serta untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
5.5. Produk PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi.
Perusahaan peternakan PT Galur Prima Cobbindo ini lebih memfokuskan
produksi outputnya hanya didalam negeri saja. Karena konsumen dari luar negeri
tidak melakukan permintaan dan pemesanan lagi dari perusahaan ini sejak tahun
1998, dengan berbagai macam alasan, salah satunya karena konsumen luar negeri
menganggap perusahaan peternakan di Indonesia masih belum terbebas dari virus
flu burung serta kondisi ekonomi dalam negeri yang tidak stabil.
Perusahaan dalam menyalurkan produknya utamanya berupa bibit DOC
(day old chick) bibit ayam sebar (parent stock), melakukan penjualannya langsung
kepada perusahaan-perusahaan peternakan pembibitan ayam parent stock dengan
sistem berdasarkan pesanan. Selain itu, perusahaan menjual produk sampingan
lain kepada masyarakat, diataranya ayam by product, telur gagal masuk mesin
penetasan karena ukuran telurnya terlalu kecil maupun terlalu besar, pupuk yang
dijual ke petani setempat, ayam afkir dan sebagainya.
49
Pada saat ini PT Galur Prima Cobbindo melakukan penjualan outputnya,
dengan memfokuskan pemenuhan permintaan perusahaan dalam negeri saja.
Konsumen tetap pada perusahaan ini yaitu perusahaan peternakan yang
memelihara ayam sebar (parent stock), diantaranya perusahaan breeder parent
stock yang terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Harga
parent stock yang dijual sebesar Rp 27.000,00,- per ekor.
50
BAB VI. MEKANISME SCM PT GALUR PRIMA COBBINDO
6.1. Perusahaan Supplier PT Galur Prima Cobbindo
6.1.1. Cobbindo Amerika
Anggota supply chain meliputi semua perusahaan dan organisasi yang
berhubungan dengan perusahaan utama baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point of
consumption.
Dalam menjalankan aktivitasnya, PT Galur Prima Cobbindo dalam
pengadaan bahan baku seperti DOC, pakan, vaksin dan lainnya serta yang
berhubungan langsung dengan aktivitas perusahaan, tidak terlepas dari peran
supplier dan konsumennya yaitu berupa perusahaan pembibit parent stock.
Supplier bahan baku seperti bibit ayam induk DOC (day old chick) grand
parent stock, diimpor langsung dari Amerika Serikat yaitu perusahaan Cobbindo
dengan alamat Minneapolis, MN 55440. Jenis bibit DOC yang di impor, berupa
ayam nenek (Great Parent Stock) tipe Cobb 500 yang berumur sekitar 12 minggu.
Perusahaan dalam melakukan pengadaan baku melakukan pesanan kepada
supplier setiap satu bulan sekali. Untuk harga beli DOC bibit induk ayam nenek
adalah sebesar 22 USD atau sekitar Rp.202.400,- per ekor.
Kendala dalam mekanisme supply chainnya PT Galur Prima Cobbindo
adalah dalam pengadaan bahan baku DOC perusahaan terlalu tergantung terhadap
supplier ini, karena perusahaan Cobb Amerika merupakan supplier utama
perusahaan ini dalam pengadaan bahan baku bibit DOC ayam nenek (grand
parent stock). Sehingga apabila terjadi keterlambatan maka akan mempengaruhi
aktivitas perusahaan lainnya dalam menghasilkan outputnya. Walaupun saat ini
jarang terjadi keterlambatan tetapi perusahaan harus mencari solusi dan
mengantisipasi apabila nanti terjadi keterlambatan dalam pendistibusian
outputnya.
6.1.2. PT Cargill Indonesia
Dalam aktivitas pengadaan pakan perusahaan melakukan kerjasama
dengan PT Cargill Indonesia. Supply pakan dilakukan oleh PT Cargill Indonesia
51
setiap satu bulan sekali. PT Cargil Indonesia berlokasi di Plaza Bapindo Tower
Citi Bank Lantai 23, Jalan Jendral Sudirman, Kav 54-55, Jakarta 12190.
PT Cargill Indonesia selain memproduksi pakan, juga memproduksi bibit
DOC broiler komersial. Salah satu konsumen tetapnya dari PT Cargill Indonesia
adalah PT Galur Prima Cobbindo. Setiap bulan PT Cargill Indonesia
mendistribusikan pakan ke PT Galur Prima Cobbindo sebesar 7000 kg, dengan
harga per kg adalah sebesar Rp 2.300,-.
Untuk bahan penolong seperti tempat pakan, biasanya perusahaan
mendatangkannya dari supplier ini. Tempat pakan dan minum yang dipergunakan
berupa automatic drinker dan automatic feeder. Untuk automatic feeder ukuran
lima kg perusahaan mempergunakannya untuk ayam produksi, sedangkan untuk
automatic feeder ukuran tujuh kg perusahaan mempergunakannya untuk ayam
jantan.
Bentuk pakan yang didatangkan biasanya berupa tepung (mash) diberikan
pada ayam hingga berumur dua minggu, butiran atau remah (crumble), dan
butiran panjang (pellet), dan biasanya diberikan pada ayam setelah berumur empat
minggu keatas.
Dalam melakukan kerja sama dengan PT Galur Prima Cobbindo, selain
pakan PT Cargil Indonesia juga melakukan kerja sama dalam pengadaan vaksin
dan obat-obatan. Untuk vaksin, biasanya perusahaan memesan vaksin marek’s,
Intermediet, fowl fox, ND lasota, Fungsinya untuk anti body bagi ayam bibit yang
baru menetas dari hatchery, jenis vaksin lain yaitu IBH 120 live, koksi, ND lasota,
IBD live, BD killed, ND-IB live, ND killed, IBD, ILT live, Fowl cholera live dan
lain-lain.
6.2. Perusahaan Konsumen dari PT Galur Prima Cobbindo
Pola supply chain PT Galur Prima Cobbindo dalam melakukan
pendistribusiannya, yaitu membangun mitra usaha dengan perusahaan pembibit
ayam parent stock. Pada pola kemitraan yang dilakukan oleh PT Galur Prima
Cobbindo, perusahaan hanya bermitra sebatas dalam pengadaan bibit DOC parent
stock saja, selebihnya perusahaan pembibit yang menyediakannya.
52
PT Sielga Perkasa merupakan perusahaan pemelihara ayam parent stock
yang memproduksi bibit DOC breeder komersial, DOC breeder komersial
merupakan ayam yang dipelihara untuk dikembangkan dan diambil dagingnya
atau yang lebih dikenal dengan ayam pedaging. PT Sielga Perkasa memproduksi
ayam DOC broiler, per bulan sebanyak ± 100.000 ekor, dengan harga bibit DOC
perekor sebesar Rp.3000 hingga Rp 5000 perekor. PT Sielga Perkasa melakukan
mitra dengan PT Galur Prima Cobbindo dalam hal pengadaan bahan bakunya,
yaitu berupa ayam parent stock.
PT Sielga Perkasa merupakan perusahaan breeder parent stock yang
paling terdekat dengan PT Galur Prima Cobbindo. Lokasi PT Sielga Perkasa
terletak di JL. Pelabuhan No. 385, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Harga beli
DOC yang diperoleh dari PT Galur Prima Cobbindo sebesar Rp. 27.000 per ekor.
Per bulan PT Sielga Perkasa memesan bibit DOC PS pada PT Galur Prima
Cobbindo sebanyak 35.000 ekor.
Perusahaan lain yang merupakan konsumen dari PT Galur Prima
Cobbindo seperti PT Anwar Sierad, PT Charoen Pokphand, PT Wonokoyo Farm,
dan lain-lain. Konsumen dari PT Galur Prima Cobbindo dapat dilihat pada
Lampiran 5.
PT Galur Prima Cobbindo selain memproduksi ayam sebar atau parent
stock, juga menjual produk sampingan lain berupa pupuk, ayam by product, telur
yang tidak lulus seleksi dan lainnya. Perusahaan biasanya menjual pupuk tersebut
kepada para petani sekitar. Setiap minggu perusahaan menjual sisa limbah
kotorannya berupa pupuk sebanyak 300 sampai 700 ball perminggu, dengan harga
perball pupuk sebesar Rp 3000,- per ball. Biasanya para petani langsung datang
kepada perusahaan dengan membawanya sendiri, baik menggunakan kendaraan
pribadi berupa truk atau menyewa alat transportasi lainnya.
Sedangkan untuk ayam by product, perusahaan menjualnya ke PT Sido
Agung, harga jual ayam by product ini hampir sama dengan harga bibit DOC
ayam komersial, antara Rp 3000 sampai Rp 4500 perekor. Sedangkan untuk telur
yang gagal seleksi untuk ditetaskan, karena ukurannya terlalu besar maupun
bobotnya yang kurang memenuhi standar, biasanya perusahaan menjualnya
kepada masyarakat sekitar dengan harga Rp 7.000 per kg.
53
Aliran rantai perusahaan, mulai dari supplier hingga kepada konsumen,
baik produk utama maupun sampingan saling berhubungan dalam aktivitas PT
Galur Prima Cobbindo. Mekanisme supply chain PT Galur Prima Cobbindo
dalam pengadaan bahan baku dan bahan penolong dapat dilihat pada Gambar 10..
Gambar 10. Skema Alur Supply Chain Grand Parent Stock PT Galur Prima Cobbindo.
6.3. Mekanisme Produksi Supply Chain Aktivitas Perusahaan.
Aktivitas transportasi bahan baku seperti transportasi pengadaan ayam
DOC grand parent stock, transportasi pengadaan pakan, transportasi pengadaan
pakan dan pengadaan obat dan vaksin merupakan salah satu aktivitas penting
perusahaan dalam melakukan aktivitas produksinya. Aktivitas ini mempengaruhi
aktivitas perusahaan selanjutnya, apabila terjadi keterlambatan supply bahan baku
akibat keterlambatan transportasi yang kurang baik, maka siklus produksi dan
aktivitas lain perusahaan yang berhubungan terhadap aktivitas produksi akan
mengalami keterlambatan.
Aktivitas berikutnya adalah kegiatan bongkar muat. Aktivitas tersebut
diantaranya melakukan pemindahaan dari kendaraan pengangkut ke kandang blok
A1. Untuk pakan, perusahaan melakukan pemindahaan ke gudang dan untuk obat
dan vaksin perusahaan meyimpannya di tempat obat dan vaksin. Pemeriksaan
ulang bahan baku berupa DOC GPS dilakukan setelah aktivitas bongkar muat.
Untuk pakan, obat dan vaksin dilakukan ditempat terpisah, selanjutnya perusahaan
Perusahaan pengadaan BB
PT Galur Prima Cobbindo
Konsumen Ayam Sebar
Konsumen Produk Sampingan
54
melakukan pencatatan untuk DOC yang baru masuk, aktivitas tersebut yaitu
aktivitas penerimaan bahan baku.
Aktivitas selanjutnya adalah proses growing dan laying. Pada aktivitas ini
perusahaan mempunyai kegiatan yang membutuhkan perhatian lebih teliti,
aktivitas ini terdiri dari pemberian pakan dan pengontrolan berat badan untuk bibit
DOC, pengontrolan pemberian air minum, program pencahayaan (lighting
program). Kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu pencatatan laporan
(recording), konsumsi pakan, konsumsi air minum, sampel penimbangan dan
perhitungan tingkat keseragaman, serta kegiatan lainya berupa vaksinasi, tes
darah, dan program pengobatan.
Tahap selanjutnya pengambilan, penangan dan pengiriman telur ke
hatchery. Aktivitas penanganan telur tetas (hatching eggs) yaitu setelah telur
tersebut dikumpulkan secepat mungkin dilakukan fumigasi di ruang fumigasi
sebelum dikirim ke hatchery, Ruang fumigasi berfungsi untuk memfumigasi telur
tetas yang siap di setting atau yang akan disimpan di dalam ruang penyimpanan
telur (eggs holding atau cooling room). Fumigasi dilakukan dengan menggunakan
campuran formalin dan kalsium permanganat (PK). Perbandingan 40ml formalin
dan 20 gram PK untuk setiap 2,83ml dan proses fumigasi berlangsung selama 15-
20 menit. Kegiatan-kegiatan yang terkontrol dengan baik akan mempengaruhi
berat DOC yang dihasilkan. Aktivitas kegiatan perusahaan dapat dilihat pada
Gambar 9.
Tabel 9. Hubungan Berat Telur yang ditetaskan dengan Berat DOC.
Berat telur (gram per butir) Berat DOC (gram per DOC) 52,0 33,8 54,3 35,3 56,7 36,9 59,1 38,4 61,4 39,9 63,8 41,5 66,2 43,0
Sumber: Nort & Bell, Commercial Chicken Production Manual, New York, 1990.
55
Transportasi pengadaan bahan baku
Bongkar muat
Pemeriksaan bahan baku
Penerimaan bahan baku
Proses growing
Proses pengambilan, penanganan, dan pengiriman telur ke hatchery
Setting telur tetas
Proses penyimpanan telur
Proses pull chick
Proses seleksi dan grading
Proses sexing dan vaksin
Proses pemotongan jari belakang
Proses distibusi
Proses pengepakan
Gambar 11. Mekanisme Produksi Supply Chain Aktivitas Perusahaan
13-18 Minggu
DOC (10 hari)
27-61 Minggu Proses laying
56
BAB VII. ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
7.1. Analisis Procurement Ayam Nenek atau Grand Parent Stock
Kerangka analisis procurement bahan baku ayam nenek (grand parent
stock) meliputi aspek mutu, aspek jumlah, aspek harga dan aspek waktu. Analisis
ini sangat penting dilakukan, karena bertujuan untuk melakukan evaluasi secara
kontinue dan berkala kepada supplier sebagai pemasok untuk perusahaan ini, agar
didalam melakukan proses pengadaan bahan berjalan secara efektif serta efisien.
Salah satu tujuan dari supply chain management pada PT Galur Prima Cobbindo
adalah untuk memperoleh bahan baku dengan mutu yang baik, jumlah dan waktu
yang tepat serta harga yang bersaing, tujuannya untuk meningkatkan efisiensi
proses pengadaan bahan baku sehingga dapat menekan harga pokok produk untuk
dijual kepada perusahaan petenakan bibit ayam sebar atau parent stock sekaligus
sebagai konsumen akhir sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
PT Galur Prima Cobbindo melakukan pengadaan bahan baku, berupa
induk bibit DOC (day old chick) dan bahan baku lain seperti pakan, vaksin dan
lain-lain. Aspek mutu dilakukan dan dianalisis untuk mengukur mutu bahan baku
supplier. Untuk bahan baku PT Galur Prima Cobbindo di supply dari perusahaan
Amerika yaitu perusahaan Cobbindo, jenis bibit DOC yang dipilih oleh
perusahaan ini yaitu Cobb 500, karena jenis ayam ini mempunyai ukuran tubuh
besar, proporsi daging karkas tinggi, kerangka tulang kuat, cepat tumbuh dan
lebih tahan terhadap penyakit, sedangkan untuk pakan, vaksin dan obat-obat
dipasok dari PT Cargill Indonesia.
Aspek harga pada PT Galur Prima Cobbindo salah satunya berhubungan
dengan biaya. Komponen biaya berpengaruh terhadap harga pokok produk,
sehingga semakin rendah biaya pengadaan bahan baku maka perusahaan dapat
menekan biaya persatuan produk. Sedangkan untuk aspek jumlah berhubungan
dengan jumlah permintaan produk dari perusahaan breeding parent stock (PS)
sekaligus sebagai konsumen akhir perusahaan ini, selain itu untuk menganalisis
didalam menentukan kelayakan supplier dalam pengadaan bahan baku.
Hasil dari analisis procurement ayam nenek atau grand parent stock,
merupakan langkah awal dalam mengevaluasi supplier sebagai pemasok bahan
57
baku perusahaan ini didalam meningkatkan kemampuan proses pengadaan bahan
baku perusahaan yang efektif dan efisien. Perusahaan saat ini belum menerapkan
konsep supply chain management, sehingga diharapkan dengan konsep ini dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
7.1.1. Analisis Mutu Ayam Nenek (Grand Parent Stock)
Perkembangan teknik pembibitan sejalan dengan perbaikan mutu genetik
yang dilakukan oleh para ahli genetik. Catatan individu ayam merupakan dasar
untuk membentuk strain ayam yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Contohnya, strain ayam yang menghasilkan produksi telur dan tingkat efisien
pakan yang tinggi. Perubahan pada pembibitan ayam broiler (pedaging) dilakukan
dengan cara memuliabiakan secara teratur terhadap ayam bibit (breed) yang
berbeda, setiap jenis memiliki keunggulan sifat yang berbeda seperti pertumbuhan
cepat, produksi telur tinggi, efisiensi pakan tinggi, dan tahan terhadap penyakit.
Sifat yang unggul ini akan digabungkan menjadi satu dalam satu galur melalui
program seleksi dalam breed dan menyilangkannya.
Perusahaan untuk mendapatkan kualitas mutu yang baik, melakukan
penyeleksian terhadap input serta output DOC yang dihasilkan, secara tepat dan
teliti. Tahap-tahap penyeleksian melalui persilangan genetik oleh perusahaan,
menyeleksi anatomi dan fisiologi ayam grand parent stock, periode pertumbuhan,
periode bertelur, manajemen penetasan. Tahapan-tahapan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan produk output berupa parent stock yang bermutu tinggi sehingga
konsumen akan merasa terjamin akan kualitas mutu yang ditawarkan dan loyal
terhadap perusahaan.
7.1.1.1. Tahap Seleksi Persilangan Genetika
PT Galur Prima Cobbindo melakukan penyeleksian genetik dalam
menghasilkan produk outputnya. Tujuannya agar mendapatkan kualitas mutu yang
baik dengan biaya yang tidak terlalu besar, sehingga konsumen tetap loyal
terhadap perusahaan sehingga akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan
perusahaan akan meningkat. Perusahaan memilih jenis ayam ini karena memiliki
keunggulan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis ayam lainnya, seperti jenis
58
Cobb dan Hybro PN, keunggulan ayam nenek (grand parent stock) dapat dilihat
pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Contoh Performa Ayam Broiler Breeder (Grand Parent Stock).
Ayam Breeder Keterangan Cobb Cobb 500 Hybro PN
Umur apkir Minggu 60 65 65 Umur (5-10) % Produksi Minggu 24 24 23 Total telur/ induk betina (hen housed) Butir 158 174 182,7 Telur tetas/ induk betina (min 50 gram)
Butir 149 164 171,2
Daya tetas tertinggi % 90 90 88 Daya tetas rata-rata % 84 84 80,9 DOC / induk Ekor 128 140 138,5 Pakan selama produksi Kg 42 45 49,8 Persen daya hidup % 90-92 90-92 90-92 Berat induk 24 minggu Kg 2,84 2,84 2,71 Berat induk saat appkir Kg 3,56 3,58 3,72
Sumber : Diolah dari Cobb 500 Breeder Management Guide, 2003 dan Hybro PN Technical Information on PN Breeders
Pemilihan bibit DOC ayam nenek (GPS) jenis Cobb 500 oleh PT Galur
Prima Cobbindo, karena jenis ayam ini memiliki keunggulan tersendiri
dibandingan jenis ayam nenek (GPS) lainnya. Keunggulan yang dimiliki ayam
nenek tersebut diantaranya umur apkir ayam hingga mencapai umur 65 minggu,
daya tetas tinggi hingga 90%, induk dapat menetaskan telur sekitar 140 ekor
selama satu siklus produksi, dan lain-lain.
Perusahaan melakukan penyeleksian genetik untuk mendapatkan jalur
ayam jantan dan betina yang terseleksi yang mempunyai kualitas baik. Male line
(jalur jantan) terdiri dari ayam jantan (male line male) dan ayam betina (male line
female). Jalur ini khusus untuk memproduksi ayam jantan parent stock. Ayam
betina yang dihasilkan dari jalur ini di anggap by product. Female line (jalur
betina) terdiri dari ayam jantan (female line male) dan ayam betina (female line
female). Jalur ini khusus untuk memproduksi ayam betina parent stock. Waktu
yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan sexing adalah 4-5 jam
Tipe ayam yang dihasilkan (breeder) diperoleh dari ayam induk yang telah
terseleksi dan umumnya telah memiliki merk dagang tersendiri. Secara garis
besar, skema pembibitan (breeding) pada perusahaan supplier pemasok bibit DOC
dan perusahaan PT Galur Prima Cobbindo sebagai perusahaan penghasil ayam
59
sebar (parent stock) hingga ke perusahaan pemelihara ayam komersial, dapat
dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 12. Penyeleksian Genetik PT Galur Prima Cobbindo. Sukabumi.
Ayam jantan yang dihasilkan dari jalur female line dianggap produk ayam
sampingan atau by product atau tidak dilakukan pemeliharaan, karena by product
ini tidak mempunyai kualitas genetik yang baik untuk dipelihara dan dijadikan
sebagai induk. ayam by product dijual oleh perusahaan kepada PT Sido Agung,
perusahaan ini hanya memelihara ayam by product ini untuk dibesarkan dan
diambil dagingnya saja, jumlah DOC by product yang di jual PT Galur Prima
Cobbindo kepada PT Sido Agung untuk bulan Maret 2008 sebesar 13.650 ekor.
Data mengenai jumlah pasokan ayam by product yang di lakukan oleh PT Galur
Prima Cobbindo kepada PT Sido Agung dapat di lihat pada Tabel 11.
Pada Tabel 11 dapat dilihat, bahwa pengendalian ayam by product atau
ayam yang tidak untuk dibudidayakan sebagai bibit cenderung stabil dari bulan
Maret 2007 hingga bulan Maret 2008. Perusahaan melakukan penyeleksian output
diantaranya pemisahan ayam produksi dan ayam by product, tujuannya untuk
Great Grand Parent
B ♂
B ♀
C ♂
C ♀
D ♂
D ♀
Grand Parent Stock
A ♂
B ♀
A ♂ A ♀
C ♂
D ♀
Female line Male
line
AB ♂
CD ♀
Parents Stock
Commercial
ABCD ♂
ABCD ♀
Pure Lines
60
mempertahankan kualitas mutu dari perusahaaan ini sendiri dan supaya dapat
mempertahankan kepercayaan dari konsumen yaitu perusahaan pemelihara ayam
parent stock.
Tabel 11. Data Pasokan Ayam by product oleh PT Galur Prima Cobbindo kepada PT Sido Agung Maret 2007-Maret 2008.
No Keterangan Jumlah (ekor)
1 Maret 2007 13.710 2 April 2007 13.500 3 Mei 2007 13.710 4 Juni 2007 13.620 5 Juli 2007 13.710 6 Agustus 2007 13.800 7 September 2007 13.500 8 Oktober 2007 13.680 9 November 2007 13.530 10 Desember 2007 13.740 11 Januari 2008 13.680 12 Februari 2008 13.200 13 Maret 2008 13.650
Sumber : PT Galur Prima Cobbindo Mei 2008*.
7.1.1.2. Penyeleksian Melalui Anatomi dan Fisiologi
Salah satu cara perusahaan dalam menjaga kualitas mutunya sebelum
mendistribusikan produk outputnya berupa ayam sebar atau parent stock
diataranya melakukan penyeleksian anatomi dan fisiologi ayam baik ayam GPS
(grand parent stock) sebagai input yang dipelihara maupun output dari perusahaan
ini yaitu ayam PS (parent stock). Salah satu cara penyeleksian yang dilakukan,
dengan melihat rangka ayam nenek yang dipilih, dimana ayam GPS tersebut harus
mempunyai tulang kepala yang baik, tulang sayap, tulang kaki dan tulang
belakang yang kuat. Tujuan perusahaan melihat dari rangka ayam tersebut karena
berfungsi menjaga bentuk tubuh, menyangga daging, melindungi organ vital, dan
sebagai alat gerak ayam itu sendiri. sehingga kualitas mutu outputnya bisa
terjamin, biasanya jumlah ayam yang tidak lolos dari penyeleksian ini relative
kecil ± 0,1 % dan ayam yang tidak lolos bisanya dijual kepada masyarakat sekitar
untuk dipelihara dan di ambil dagingnya saja..
61
Ayam jantan yang dipelihara oleh PT Galur Prima Cobbindo dipelihara
dalam satu kandang dan dipelihara pada kandang D1 dan D2, Peta kandang dapat
dilihat pada Lampiran. Walaupun di tempatkan dalam satu kandang tetapi
dilakukan skat, dan dipelihara secara terpisah didalam kandang sendiri karena
agar tidak mengganggu pertumbuhan otot kaki, terutama sistem persendiannya.
Pakan yang diberikan adalah pakan khusus pejantan dengan kandungan protein
yang lebih tinggi dari ayam betina, tujuannya agar pembentukan kerangka tubuh
(frame size) berjalan dengan baik. Jumlah biaya pakan per hari yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk ayam jantan per ekor adalah sebesar Rp 100.000.
sedangkan jumlah ayam jantan sebanyak 5730 ekor.
7.1.1.3. Penyeksian Melalui Manajemen Penetasan.
Keberhasilan usaha pembibitan ayam (breeding) ditentukan oleh
keberhasilan dalam memanage breeding farm dan hatchery. Tujuan dari
penyeleksian melalui manajemen penetasan untuk menghasilkan DOC
berkualitas. Day old chick (DOC) yang berkualitas berawal dari telur tetas yang
dihasilkan dari breeding farm yang dikelola dengan standar manajemen
pemeliharaan yang baik, bebas dari penyakit, serta penanganan telur tetas yang
sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
Keberhasilan pada unit penetasan (hatchery) ditentukan oleh persentase
daya tetas (hatchability) atau persentase jumlah telur yang menetas dari total telur
yang ditetaskan (setting). Jumlah telur yang dihasilkan perhari sebanyak 6055
telur, dengan jumlah telur yang berhasil ditetaskan sebanyak 5005 telur perhari
dan jumlah telur yang gagal tetas sebanyak 1050 telur sehingga keberhasilan unit
penetasan 82,7%. Hatchability banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
disebabkan oleh breeding farm dan faktor yang disebabkan oleh hatchery.
Hatchery yang di gunakan oleh PT Galur Prima Cobbindo merupakan
hatchery yang berukuran sedang yang memiliki kapasitas mesin yang bisa
menampung maksimum sebanyak 20.000 telur. Dengan hatchery yang dimiliki
oleh PT Galur Prima Cobbindo yang mempunyai kapasitas maksimum 20.000
butir telur tersebut, perusahaan kurang efektif dalam pemanfaatan efektifitas
mesin tersebut, karena perusahaan rata-rata mempergunakan mesin tersebut
62
sebanyak 10.000 telur. Alternatif yang bisa dilakukan perusahaan, dengan
menambah jumlah ayam dan kandang dengan lahan yang tersedia sehingga telur
yang dihasilkan akan meningkat, dengan begitu salah satu permasalahan karena
keterlambatan pengiriman kepada konsumen akibat dari keterlambatan dalam
penetasan dapat di minimumkan dan akan meningkatkan profit dari perusahaan.
Salah satu tujuan supply chain manajement dalam meningkatkan loyalitas
konsumen diantaranya meningkatkan pelayanan, yang berhubungan dengan
masalah mutu dengan suppliernya, dalam pengadaan bahan baku baik DOC
maupun pakan, dan lainnya. Dalam aktivitas penerimaan bahan baku berupa DOC
ayam GPS, PT Galur Prima Cobbindo melakukan hubungan dengan Cobb
Amerika dan kerja sama dengan PT Cargill Indonesia dalam pengadaan bahan
baku. Dalam kerja sama tersebut terdapat kesepakatan atau perjanjian, yaitu
apabila barang yang diterima mengalami kerusakan (kematian atau cacat) lebih
dari 4 %, maka Cobb Amerika sebagai perusahaan pemasok akan mengganti
kerusakan tersebut tetapi bila jumlah kerusakan yang diterima kurang dari 4 %
maka PT Galur Prima Cobbindo sebagai konsumen tidak mendapat ganti rugi atas
kerusakan tersebut. Selama periode tahun 2007, perusahaan belum mendapatkan
bahan baku dari supplier dalam keadaan rusak sehingga kerja sama perusahaan
dalam pengadaan bahan baku masih berjalan dengan baik.
7.1.2. Analisis Harga
Mekanisme penetapan harga jual produk output berupa ayam parent stock,
berdasarkan total biaya produksi dengan jumlah output atau produk yang
dihasilkan. Semakin tinggi harga bahan baku atau biaya lainnya yang
berhubungan dengan aktivitas perusahaan, maka mengakibatkan total biaya
produksi akan menjadi naik, sehingga harga jual menjadi naik. Untuk periode
2007 perusahaan menjual outputnya ke konsumen-konsumen yang berada di
Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan harga Rp 27.000.
Untuk periode Desember 2007 perusahaan menjual ayam parent stock
sebanyak 136.500 ekor, dan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah
sebesar Rp.1.582.477.450 sehingga harga jual ayam parent stock tersebut sebesar
Rp.11.593,2 sedangkan perusahaan menjual ayam parent stock sebesar Rp.27.000
63
per ekor, sehingga perkiraan keuntungan kotor perusahaan ± Rp.15.406,8 per
ekor.
Harga bahan baku dalam aktivitas procurement merupakan salah satu
komponen penting karena akan berpengaruh terhadap harga pokok produk. Harga
pokok bahan baku pada umumnya dipengaruhi oleh komponen biaya pengadaan
seperti biaya material, biaya bongkar muat, biaya administrasi dan biaya telepon.
Komponen dari biaya-biaya tersebut dibebankan kepada harga pokok bahan baku
sehingga dapat meningkatkan harga pokok unit bahan baku.
Salah satu tujuan atau hasil dari hasil proses SCM ini yaitu pengiriman
tepat waktu dan benar serta membuat kontak hubungan secara efisien (Miranda,
2006). Tidak terlepas dari biaya, komponen-komponen biaya tersebut pada
dasarnya masih bisa ditekan dengan menghilangkan komponen biaya yang tidak
memberikan nilai tambah pada bahan baku (non value added cost) misalnya biaya
telepon dan biaya administrasi. Berdasarkan konsep supply chain management,
biaya pengadaan bahan baku pada dasarnya hanya akan menambah harga pokok
input. Biaya telepon dapat dihilangkan dengan cara tidak melakukan pemesanan
bahan baku pada setiap bulan tetapi dilakukan pada awal kontrak kerja sama. Pada
awal kontrak kerja sama dengan supplier PT Galur Prima Cobbindo membuat
ketentuan tentang sistem pasokan bahan baku seperti DOC dan pakan.
Diantaranya dengan menentukan jumlah pasokan bahan baku untuk periode satu
bulan atau bahkan satu tahun, kemudian menentukan aspek mutu bahan baku yang
menjadi standar penerimaan di PT Galur Prima Cobbindo, serta menentukan harga
baku tetap sehingga dapat menurangi fluktuasi harga pembelian bahan baku.
Dengan adanya perjanjian jumlah, harga dan mutu bahan baku serta waktu
pasokan susu segar pada awal kontrak, perusahaan dapat mengurangi biaya
interaksi dengan supplier sehingga komponen biaya-biaya pemesanan dapat
dihilangkan. Namun demikian ada sejumlah biaya yang tidak dapat dihilangkan
dalam proses pengadaan bahan baku diataranya adalah biaya inspeksi dan biaya
bongkar muat. Biaya inspeksi diperlukan karena berhubungan dengan
implementasi manajemen mutu untuk mengasilkan output berupa DOC ayam
parent stock yang mempunyai kualitas baik. Begitu juga dengan biaya
pemindahan bahan baku dari truk pakan ke gudang, atau mobil pengangkut ke
64
kandang yang ada dilokasi perusahaan, semua itu tidak mungkin dihilangkan
karena berkaitan dengan sarana transportasi yang digunakan.
Analisis procurement supply chain cost dilakukan pada pembelian bahan
baku yaitu bibit DOC GPS dan pakan ternak, hasil analisis tersebut menunjukan
bahwa nilai pembelian aktual bahan baku lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
pembelian dengan implementasi procurement supply chain cost. Harga aktual
untuk bahan baku bibit DOC GPS untuk bulan Januari 2007 adalah sebesar
Rp.202.300 per ekor sedangkan harga SCM adalah sebesar Rp.202.143 per ekor,
untuk harga aktual bahan baku pakan untuk bulan Januari sebesar Rp.2.250/kg
sedangkan berdasarkan harga SCM adalah sebesar Rp.2.184/kg. Rata-rata selisih
harga pembelian bahan baku setelah adanya implementasi procurement supply
chain cost untuk bahan baku bibit DOC GPS adalah sebesar Rp.157 per ekor, dan
untuk bahan baku pakan adalah sebesar Rp.66 per kg. Dengan melihat analisis
tersebut harga pembelian bahan baku aktual jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan harga berdasarkan implementasi procurement supply cost, hal tersebut
secara langsung akan berpengaruh terhadap biaya input dalam proses produksi
output pada perusahaan ini.
Tabel 12. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku bibit DOC GPS Periode Bulan Januari hingga Desember 2007.
Jumlah (kg) Harga (Rp/ekor) Total (Rp)
Bulan Aktual SCM Aktual SCM Aktual SCM
Januari 7000 7000 202300 202143 1416100000 1415001000 February 7000 7000 202300 202143 1416100000 1415001000 Maret 7000 7000 205700 205543 1439900000 1438801000 April 7000 7000 204820 204663 1433740000 1432641000 Mei 7000 7000 203720 203563 1426040000 1424941000 Juni 7000 7000 201300 201143 1409100000 1408001000 Juli 7000 7000 201740 201583 1412180000 1411081000 Agustus 7000 7000 202180 202023 1415260000 1414161000 September 7000 7000 202290 202133 1416030000 1414931000 Oktober 7000 7000 203940 203783 1427580000 1426481000 November 7000 7000 205040 204883 1435280000 1434181000 Desember 7000 7000 202400 202243 1416800000 1415701000 Total 17064110000 17050922000 Harga Pembelian 13188000
65
Perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya
pembelian bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp.13.188.000.00,- penghematan
lain yang harus dilakukan perusahaan yaitu pada pembelian bahan baku pakan.
Berikut Tabel analisis harga pembelian bahan baku pakan.
Tabel 13. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku Pakan Periode Bulan Januari hingga Desember 2008.
Jumlah (kg) Harga (Rp/Kg) Total (Rp)
Bulan Aktual SCM Aktual SCM Aktual SCM
Januari 16667 16667 2250 2184 37500750 36400728
February 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
Maret 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
April 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
Mei 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
Juni 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
Juli 16667 16667 2200 2134 36667400 35567378
Agustus 16667 16667 2250 2184 37500750 36400728
September 16667 16667 2250 2184 37500750 36400728
Oktober 16667 16667 2250 2184 37500750 36400728
November 16667 16667 2300 2234 38334100 37234078
Desember 16667 16667 2300 2234 38334100 37234078
Total 446675600 433475336
Harga Pembelian 13200264
Sedangkan untuk pembelian biaya pakan, perusahaan dalam satu tahun
dapat melakukan penghematan sebesar Rp.13.200.264.00,-. Sehinggga total
penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan
pembelian bahan baku bibit DOC GPS dan pembelian bahan baku pakan yaitu
sebesar Rp.26.388.264.00,-. Analisis penghematan yang dilakukan oleh
perusahaan ini menjadi tolak ukur kinerja manajemen procurement bahan baku
perusahaan, sehingga dapat menekan harga input bahan baku yaitu bibit DOC
GPS dan pakan pada tingkat level harga yang lebih rendah.
7.1.3. Analisis Deskripsi Jumlah
Salah satu tujuan atau hasil yang diharapkan dari proses supply chain
management diantaranya adalah mengatur hubungan supplier. Sehingga quick
response dan perbaikan berkesinambungan dapat berjalan lancar, pesanan tepat
66
waktu dan benar, serta minimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to
avaible) tidak terlepas dari peran perusahaan didalam mengatur jumlah input
maupun output yang ada pada perusahaan.
PT Galur Prima Cobbindo sebagai perusahaan farm breeding grand parent
stock tidak terlepas hubungannya dengan jumlah pasokan bahan baku yang
diterima dari supplier. Bibit DOC GPS merupakan salah satu bahan baku yang
harus disiapkan oleh perusahaan, bibit DOC yang dipilih oleh perusahaan berumur
sekitar 12 minggu keatas. Sedangkan untuk kapasitas kandang bibit DOC GPS
yang baru diterima oleh perusahaan kapasitas kandangnya berjumlah 8000 ekor.
Pasokan bahan baku yang diterima oleh perusahaan ini untuk periode
tahun 2007 tergolong stabil atau konstan tetapi waktu pengiriman bahan baku
tersebut terkadang mengalami keterlambatan. Setiap bulan perusahaan menerima
pasokan tetap dari PT Cobbindo sebanyak 7000 ekor, dan kapasitas maksimum
sebayak 8000 ekor per kandang, sehingga ada kapasitas kandang yang tidak
terpakai sebanyak 1000 ekor. Kebijakan perusahaan tidak menggunakan kapasitas
kandang sepenuhnya atau dibawah kapasitas maksimum adalah untuk menekan
tingkat mortalitas input, sehingga biaya akibat kematian dapat ditekan ketingkat
yang lebih rendah. Sementara itu, untuk bahan baku pakan yang diperoleh dari PT
Cargill Indonesia juga tergolong tetap, dimana setiap bulan supplier mengirim
pakan sebanyak 16.667 kg, untuk bahan baku pakan tersebut, langsung
menyimpannya di gudang, dengan kapasitas gudang sebanyak 17.000 kg.
Untuk Jumlah distribusi pasokan output yang dilakukan oleh perusahaan
GPC kepada 42 perusahaan parent stock yang ada di Indonesia, pada periode
tahun 2007 mengalami peningkatan permintaan, hal ini tidak terlepas dari
perbaikan sistem perusahaan, diantaranya dalam melakukan pengetatan sanitasi
diataranya, keluar masuknya tamu, karyawan maupun kendaraan operasional yang
memasuki perusahaan. Untuk bulan Januari jumlah pasokan distribusi output
yang dilakukan oleh perusahaan sebanyak 136.250 ekor, Februari 135.850 ekor,
Maret 135.950 ekor, April 131.950 ekor, Mei sebanyak 133.950 ekor, Juni
134.750 ekor, Juli 135.500 ekor, Agustus 136.000 ekor, September 136.050 ekor,
Oktober 136.620 ekor, November 136.470 ekor, serta untuk bulan Desember
sebanyak 136.500 ekor.
67
Parent Stock
129000
130000
131000
132000
133000
134000
135000
136000
137000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Parent Stock
Gambar 13. Rata-rata Pasokan Ayam Sebar atau Parent Stock Periode Tahun 2007.
Dari data tersebut dapat dilihat pada bulan April perusahaan mengalami
penurunan distibusi sebanyak 4000 ekor, dari data bulan sebelumnya yaitu
sebanyak 135.950 ekor menjadi 131.950, hal ini akibat dari sedang maraknya isu
virus flu burung, akibatnya mempengaruhi demand perusahaan akan output yang
dijual berupa ayam bibit sebar atau parent stock. Tetapi pada bulan berikutnya
permintaan akan jumlah output kembali meningkat, peningkatan ini dilakukan
dengan meyakinkan konsumen bahwa kualitas dari ayam bibit PS tersebut aman
dari virus flu burung tersebut, dan juga perusahaan melakukan standarisasi jumlah
output dengan adanya ISO 9000 yang dilakukan oleh perusahaan.
Pada bulan berikutnya permintaan akan ayam sebar semakin meningkat,
hal ini terlihat pada bulan Mei, Juni dan seterusnya yang mengalami peningkatan
sedikit demi sedikit, dan pada Oktober perusahaan mengalami peningkatan yang
cukup tinggi mencapai 136.620 ekor, hal ini akibat mendekati hari raya besar,
sehingga mempengaruhi permintaan bibit ayam yang semakin besar. Tetapi
apabila perusahaan menggunakan sistem supply chain management, tujuannya
untuk mengirimkan pesanan tepat setiap bulan, maka perusahaan akan mampu
memanage dan memasok pasokan dengan tepat setiap bulan. Sehingga alternatif
yang bisa dilakukan oleh perusahaan diataranya melakukan kerja sama atau
perjanjian mengenai jumlah output yang dipesan, sehingga adanya pengaruh
faktor-faktor lain, tidak akan mempengaruhi jumlah output yang akan dilakukan
oleh perusahaan.
68
7.2. Analisis Critical Path Method
Penelitian ini berfokus pada analisis jaringan kerja pada waktu proses
supply chain management dalam menghasilkan produk, yaitu berupa bibit ayam
DOC parent stock. Perusahaan mempunyai kapasitas mesin penetasan sebanyak
20.000 ekor. Perusahaan setiap harinya mampu menghasilkan telur sebanyak 6055
telur, dengan jumlah telur yang berhasil ditetaskan sebanyak 5005 telur perhari
dan mencapai 181.650 per bulan. Untuk membandingkan waktu yang dibutuhkan
dalam aktivitas supply chain management ayam grand parent stock, dalam
menghasilkan bibit ayam DOC parent stock digunakan konsep model jaringan
kerja atau critical path method dengan membandingkan waktu optimis, waktu
realistis, waktu pesimis, serta melakukan identifikasi jalur kritis aktivitas
perusahaan.
Waktu optimistis merupakan waktu untuk masing-masing kegiatan dalam
pelaksanaan waktu tercepat yang dilakukan oleh perusahaan, dengan asumsi
bahwa sarana dan prasarana dalam keadaan baik. Waktu realistis adalah waktu
real suatu aktivitas kegiatan atau waktu biasa dilaksanakan sesuai dengan standar
kegiatan tersebut berlangsung. Sedangkan waktu pesimis merupakan waktu
terlama yang dibutuhkan oleh perusahaan, dalam melaksanakan suatu aktivitas
supply chain management.
Analisis waktu yang dilakukan pada penelitian ini, lebih ditekankan pada
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas rantai supply chain
management perusahaan dalam menghasilkan produk dan mendistribusikannya.
Waktu kegiatan tersebut dimulai dari aktivitas pengadaan bahan baku dalam
pengadaan bibit DOC grand parent stock (GPS), pengadaan pakan, serta
pengadaan obat dan vaksin. Aktivitas berikutnya merupakan aktivitas kegiatan
produksi, proses kegiatan produksi hingga aktivitas distribusi perusahaan. Semua
aktivitas saling berhubungan dan menjadi rangkaian aktivitas dalam supply chain
management.
Kegiatan dianggap kritis apabila dalam suatu rangkaian aktivitas terjadi
suatu masalah, sehingga terjadi perubahan jadwal pada kegiatan selanjutnya atau
pengikutnya. Jalur kritis memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan,
dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian
69
aktivitas tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai
dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir aktivitas kegiatan
perusahaan, sehingga apabila pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila
pelaksanaannya terlambat, maka akan menyebabkan keterlambatan aktivitas
kegiatan perusahaan berikutnya.
Masing-masing aktivitas kegiatan perusahaan saling mempengaruhi.
Kegiatan awal perusahaan dimulai dengan kegiatan trasportasi bahan baku, dalam
pengadaan bahan baku perusahaan biasanya melakukan pemesanan terlebih
dahulu. Pemesanan dilakukan sebelum empat hari supplier tersebut melakukan
pasokannya. Bahan baku bibit DOC GPS biasanya sampai di Indonesia, pada pagi
hari, atau masih shubuh, biasanya sekitar pukul 01.00 WIB hingga pukul 05.00
WIB. Terkadang karena masalah teknis dalam perjalanan pengadaan bibit DOC
tersebut mengalami keterlambatan, bahkan pernah hingga pukul 18.00.
Waktu yang dilakukan perusahaan dalam aktivitas transportasi pengadaan
bahan baku ayam DOC GPS tersebut adalah 2,5 hari atau sekitar 54 jam.
Sedangkan untuk transportasi pengadaan bahan baku pakan mencapai 06.00 jam,
dan transportasi obat dan vaksin juga mencapai waktu 06.00 jam. Untuk
transportasi obat dan vaksin biasanya perusahaan melakukan pengadaan barang
tersebut, berbarengan dengan pengadaan obat dan vaksin, karena supplier untuk
kedua bahan tersebut sama yaitu dari PT Cargill Indonesia.
Setelah aktivitas transportasi pengadaan baku tersebut dilakukan, aktivitas
perusahaan berikutnya adalah bongkar muat bahan baku tersebut. Jalur kerja
terbentuk karena ada aktivitas perusahaan sebelumnya yang dilakukan, sehingga
bila aktivitas transportasi pengadaan bahan mengalami keterlambatan maka waktu
pelaksanaan bongkar muat juga akan mengalami pengunduran waktu. Aktivitas
kegiatan awal perusahaan yang mengalami keterlambatan akan mengakibatkan
aktivitas-aktivitas berkutnya terhambat, dan dapat mengakibatkan seluruh
kegiatan aktivitas produksi mengalami keterlambatan.
70
Tabel 14. Hubungan Jaringan Kerja Supply Chain Management Grand Parent Stock di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi
Kegiatan
No Kegiatan Simbol Awal Berikutnya
1 Transportasi DOC GPS TD - BMV 2 Transportasi Pakan TP - BMP 3 Transportasi Obat dan Vaksin TV - BMV 4 Bongkar Muat DOC Ke Kandang BMK TD PPK 5 Bongkar Muat Pakan BMP TP PMP 6 Bongkar Muat Obat dan Vaksin BMV TV PMV 7 Pemeriksaan DOC GPS PPK BMK PBB 8 Pemeriksaan Pakan PMP BMP PBB 9 Pemeriksaan Obat dan Vaksin PMV BMV PBB 10 Penerimaan Bahan Baku PBB PPK,PMP,PMV PGR 11 Proses Growing PGR PBB PT 12 Proses Laying PT PGR PMT 13 Pengambilan telur di kandang PMT PT PTT 14 Penanganan Telur Tetas PTT PMT TTH
15 Pengiriman Telur Tetas Ke Hatchery TTH PTT TTP
16 Pemeriksaan dan Penyeleksian Telur Tetas TTP TTH STT
17 Setting Telur Tetas STT TTP PTR 18 Penyimpanan Telur PTR STT PPC 19 Proses Pull Chick PPC PTR PSG 20 Proses Seleksi dan Grading PSG PPC PSD 21 Proses Sexing DOC PSD PSG PVM 22 Pemberian Vaksin Marex's PVM PSD PJB
23 Pemotongan Jari Belakang DOC PS PJB PVM PG
24 Pengepakan (Packing) PG PJB DTR 25 Distibusi DTR PG -
Seperti terlihat pada tabel, aktivitas awal perusahaan akan diikuti aktivitas
perusahaan berikutnya. Kegiatan aktivitas penerimaan bahan baku (PBB) terjadi
setelah setelah aktivitas seluruh pengadaan bahan mulai dari transportasi bibit
DOC GPS, transportasi pakan, transportasi obat dan vaksin, hingga pemeriksaan
bahan tersebut yang dilakukan perusahaan terselesaikan.
Setelah aktivitas kegiatan perusahaan untuk penerimaan bahan baku
tersebut dilakukan, aktivitas perusahaan berikutnya saling mengikuti. Aktivitas
tersebut adalah proses growing (PGR), kemudian dilanjutkan proses laying (PT),
aktivitas selanjutanya pengambilan telur dari kandang (PMT), dan aktivitas-
71
aktivitas selanjutnya yang mengikuti, hingga aktivitas perusahaan dalam
melakukan pendistribusian produknya (DTR).
Setelah mengkaji dan mengidentifikasi lingkup kegiatan aktivitas
perusahaan, kemudian menguraikan dan memecahkannya menjadi kegiatan-
kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komopen aktivitas perusahaan
dalam menghasilkan produksinya. Maka terbentuklah alur jaringan kerja supply
chain management pada PT Galur Prima Cobbindo ini.
Gambar 14. Alur Jaringan Kerja Supply Chain Management PT Galur Prima Cobbindo.
Pada Gambar 14 terdapat alur kegiatan aktivitas yang saling mengikuti.
Dimana nomor 1 tersebut merupakan kegiatan pertama yang dilakukan
perusahaan dalam kegiatan proses produksinya. Untuk kegiatan nomor 1 yaitu
kegiatan transportasi bahan baku bibit DOC grand parent stock, diikuti oleh
kegiatan berikutnya nomor 4 yaitu bongkar muat DOC GPS.
Nomor tersebut menunjukkan kegiatan aktivitas yang dilakukan, nomor 4
terjadi karena ada nomor 1, nomor 5 terjadi karena ada nomor 2, nomor 6 terjadi
karena ada nomor 3, dan seterusnya hingga nomor 25, yaitu aktivitas kegiatan
perusahaan dalam melakukan pendistribusian produknya berupa parent stock.
Kegiatan aktivitas tersebut saling mempengaruhi, sehingga apabila aktivitas
sebelumnya mengalami keterlambatan maka akan mempengaruhi aktivitas
perusahaan selanjutnya.
Terdapat hurup D, pada Gambar 14. D menunjukan dummy pada alur kerja
perusahaan. Dummy pada gambar menujukan adanya hubungan ketergantungan
atara dua pristiwa, dummy digambarkan dengan garis terputus, dan tidak
memerlukan waktu untuk menggambarkan aktivitas perusahaan tersebut.
0
1
2
3
4
6
5
7
8
9
10
D
11
12
13
14
15
16
17
18
19 20 21
22 23 24 25
72
Langkah berikutnya mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float
pada jaringan kerja. Jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari rangkaian
kegiatan dalam lingkup aktivitas perusahaan, yang bila terlambat akan
menyebabkan keterlambatan seluruh aktivitas perusahaan. Kegiatan aktivitas
perusahaan yang dianggap kritis, digambarkan dengan tanda panah yang dicetak
tebal. Aktivitas yang dianggap kritis, tidak memiliki nilai total float, “float”
merupakan tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang nonkritis dari aktivitas
perusahaan.
Jalur kritis aktivitas perusahaan perusahaan, terdapat pada nomor 10,11,
hingga nomor 25 pada alur kerja perusahaan. Sehingga pada nomor 10 yaitu
penerimaan bahan baku, perusahaan tidak boleh terjadi keterlambatan dalam
aktivitas tersebut dan aktivitas ini tidak mempunyai nilai total float. Aktivitas
selanjutnya juga merupakan jalur kritis, yang menuntut perusahaan agar
memberikan pengawasan lebih pada aktivitas tersebut.
Waktu penyelesaian setiap aktivitas produksi perusahaan, mempunyai
waktu kegiatan optimis, waktu kegiatan realistis, dan waktu kegiatas pesimis.
Waktu aktivitas perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Pada transportasi bahan baku bibit DOC grand parent stock, waktu
realistis aktivitas kegiatan tersebut adalah sebesar 54,00 jam, apabila tidak terjadi
gangguan dalam perjalanan sehingga tidak mengakibatkan adanya keterlambatan,
maka perusahaan dapat menekan waktu transportasi bibit DOC GPS tersebut,
waktu kegiatan tersebut disebut waktu optimistis. Waktu optimistis kegiatan
transportasi bibit DOC GPS tersebut sebesar 48,00 jam. Tapi, apabila terjadi
sesuatu gangguan dalam perjalanan sehingga waktu aktivitas transportasi
pengadaan bahan baku bibit DOC GPS tersebut mengalami keterlambatan dari
waktu biasanya maka disebut waktu pesimis, untuk waktu pesimis aktivitas
perusahaan dalam trasportasi pengadaan bahan baku DOC GPS adalah sebesar
60,00 jam.
Waktu realistis aktivitas perusahaan dalam transportasi pakan adalah
sebesar 6,00 jam, sama seperti pada aktivitas perusahaan sebelumnya apabila
tidak ada gangguan dalam perjalanan sehingga tidak terjadi keterlambatan maka
waktu optimis dapat diperoleh perusahaan. Waktu optimis pada aktivitas
73
transportasi pakan sebesar 5,60 jam dan untuk waktu pesimis transportasi pakan
adalah sebesar 10,00 jam.
Aktivitas kegiatan lain perusahaan juga memiliki waktu realistis, waktu
optimis dan, waktu pesimis yang beragam. Waktu realistis untuk transportasi obat
dan vaksin adalah sebesar 6,00 jam, waktu optimis kegiatan sebesar 5,50 dan
waktu pesimis transportasi pakan adalah sebesar 10,00. Waktu kegiatan aktivitas
perusahaan hampir sama dengan aktivitas transportasi pakan karena untuk
transportasi pengadaan pakan dan transportasi pakan berlangsung bersamaan
dimana melakukan pengadaan dari PT Cargill Indonesia.
Tabel 15. Waktu Penyelesaian Setiap Aktivitas Proses Produksi PT Galur Prima Cobbindo, Sukabumi.
Optimis Realistis Pesimis
No Kegiatan (jam) (jam) (jam)
1 TD 48,00 54,00 60,00 2 TP 5,60 6,00 10,00 3 TV 5,50 6,00 10,00 4 BMK 3,50 4,00 5,00 5 BMP 2,25 3,00 3,70 6 BMV 2,25 3,00 4,00 7 PPK 1,10 2,00 2,50 8 PMP 1,10 2,00 2,50 9 PMV 1,10 2,00 2,50 10 PBB 1,40 1,50 1,70 11 PGR 2016,00 2023,50 2031,20 12 PT 4704,00 4719,00 4734,40 13 PMT 5,00 5,30 7,00 14 PTT 1,50 2,00 3,00 15 TTH 0,10 0,10 0,15 16 TTP 2,00 2,50 3,00 17 STT 0,15 0,20 0,30 18 PTR 495,00 500,00 508,00 19 PPC 2,00 2,50 3,00 20 PSG 0,37 0,40 0,50 21 PSD 4,00 4,30 5,00 22 PVM 2,50 3,00 3,50 23 PJB 2,70 3,00 3,50 24 PG 3,00 4,00 4,50 25 DTR 9,00 10,00 12,00
Sumber: PT Galur Prima Cobbindo, 2008.
74
Waktu realistis untuk bongkar muat bibit DOC GPS adalah sebesar 4,00
jam. Perusahaan dapat menekan waktu apabila pekerja yang melakukan bongkar
muat melakukan pekerjaannya dengan cepat dan tidak membuang waktu dalam
melakukan pekerjaannya maka diperoleh waktu optimis kegiatan tersebut, untuk
waktu optimis kegiatan bongkar muat DOC tersebut adalah sebesar 3,50 jam.
Sedangkan waktu pesimis bongkar muat DOC tersebut sebesar 5,00 jam, waktu
pesimis ini terjadi akibat pekerja bongkar muat DOC melakukan pekerjaannya
dengan lambat.
Waktu realistis, waktu optimistis, dan waktu pesimis terjadi juga pada
aktivitas kegiatan perusahaan lainnya baik bongkar muat pakan, bongkar muat
obat dan vaksin, pemeriksaan bibit DOC GPS, pemeriksaan pakan, pemeriksaan
obat dan vaksin hingga aktivitas kegiatan dalam pengepakan (packing) dan
pendistribusian produk berupa ayam bibit DOC parent stock, untuk waktu realistis
pendistribusian produk waktu realistis kegiatan tersebut adalah sebesar 10,00 jam,
untuk waktu optimis sebesar 9,00 jam dan waktu pesimis kegiatan tersebut
sebesar 12,00 jam. Jadi, untuk waktu optimis, realistis dan pesimis terjadi
perbedaan waktu penyelesaian aktivitas.
7.2.1. Analisis Waktu Optimis
Waktu optimis merupakan waktu yang tercepat pelaksanaan kegiatan.
Pada lampiran gambar model jaringan kerja, dapat diketahui semua kegiatan pada
jaringan supply chain management yang terlibat dalam proses produksi PT Galur
Prima Cobbindo, juga mengetahui saat paling cepat suatu kegiatan, saat paling
lambat jaringan kerja, serta waktu mulai dan berakhirnya suatu kegiatan dalam
jaringan kerja supply chain management yang terlibat. Hubungan antara jaringan
kerja dapat dilihat dari suatu lintasan yang terbentuk mulai dari transportasi DOC
grand parent stock (GPS), transportasi pakan, transportasi obat dan vaksin,
bongkar muat DOC GPS, bongkar muat pakan, bongkar muat obat-obatan dan
vaksin, pemeriksaan DOC GPS, pemeriksaan pakan, pemeriksaan obat dan
vaksin, penerimaan bahan baku, dummy 1 dan 2, proses growing, laying,
pengambilan telur di kandang, penanganan telur tetas, pengiriman telur ke
hatchery, pemeriksaan dan peyeleksian telur tetas, setting telur tetas,
75
penyimpanan telur, proses pull chick, proses seleksi dan grading, proses sexing
DOC, pemberian vaksin marek’s, pemotongan jari belakang, pengepakan
(packing), dan distribusi.
Waktu yang dibutuhkan dalam jaringan kerja supply chain management
produksi PT Galur Prima Cobbindo dalam breeding ayam nenek atau grand
parent stock dalam menghasilkan ayam parent stock adalah sebesar 7301,32 jam,
sedangkan total waktu optimis paling lambat kegiatan perusahaan dalam
menghasilkan outputnya berupa ayam parent stock sebesar 7309,32 jam.
Tabel 16. Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Optimis.
SPCi SPLi SPCj SPLj
No Kegiatan Jam Jam Jam Jam
Total
Float
1 TD 0,00 0,00 48,00 56,00 8,00 2 TP 0,00 0,00 5,60 5,90 0,30 3 TV 0,00 0,00 5,50 5,80 0,30 4 BMK 48,00 56,00 51,50 59,50 8,00 5 BMP 5,60 5,90 7,85 8,15 0,30 6 BMV 5,50 5,80 7,75 8,05 0,30 7 PPK 51,50 59,50 52,60 60,60 8,00 8 PMP 7,85 8,15 8,95 9,25 0,30 9 PMV 7,75 8,05 8,85 9,15 0,30 10 PBB 52,60 60,60 54,00 62,00 0,00 11 PGR 54,00 62,00 2070,00 2078,00 0,00 12 PT 2070,00 2078,00 6774,00 6782,00 0,00 13 PMT 6774,00 6782,00 6779,00 6787,00 0,00 14 PTT 6779,00 6787,00 6780,50 6788,50 0,00 15 TTH 6780,50 6788,50 6780,60 6788,60 0,00 16 TTP 6780,60 6788,60 6782,60 6790,60 0,00 17 STT 6782,60 6790,60 6782,75 6790,75 0,00 18 PTR 6782,75 6790,75 7277,75 7285,75 0,00 19 PPC 7277,75 7285,75 7279,75 7287,75 0,00 20 PSG 7279,75 7287,75 7280,12 7288,12 0,00 21 PSD 7280,12 7288,12 7284,12 7292,12 0,00 22 PVM 7284,12 7292,12 7286,62 7294,62 0,00 23 PJB 7286,62 7294,62 7289,32 7297,32 0,00 24 PG 7289,32 7297,32 7292,32 7300,32 0,00 25 DTR 7292,32 7300,32 7301,32 7309,32 0,00
Sumber: PT Galur Prima Cobbindo, 2008.
Pada jaringan kerja supply chain management ini terdapat lintasan kritis
suatu kegiatan. Lintasan kritis yaitu lintasan yang tidak boleh terjadi
76
keterlambatan dalam pelaksanaanya karena akan menghambat aktivitas
berikutnya, sehingga akan mengakibatkan terganggunya keterlambatan dalam
menghasilkan dan mendistribusikan produk sampai kepada konsumen atau
distributor, sehingga perusahaan harus selalu memonitoring setiap kegiatan yang
dianggap kritis.
SPCi merupakan saat paling cepat kegiatan awal, untuk transportasi bahan
baku bibit DOC GPS (TD) memiliki nilai 0,00, terjadi karena kegiatan tersebut
merupakan kegiatan awal perusahaan sehingga memiliki nilai waktu nol. SPCj
merupakan saat paling cepat kegiatan akhir suatu aktivitas. Nilai waktu SPCj
sebesar 48,00 jam, nilai waktu tersebut terbentuk karena sudah ada nilai waktu
pelaksanaan pada aktivitas tersebut.
SPCj = SPCi + T
SPCj = 0,00 + 48,00
SPCj = 48,00 jam
Nilai waktu SPCi untuk transportasi pakan (TP) sebesar 0,00 jam dan
SPCj TP sebesar 5,60 jam, dan SPCi Transportasi obat dan vaksin (TV) adalah
sebesar 0,00 jam dan SCPj (TV) sebesar 5,50 jam. Nilai-nilai waktu SPCi dan
SPCj untuk masing-masing aktivitas kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
Nilai waktu optimis memiliki waktu paling lambat kegiatan awal (SPLi)
dan saat paling lambat kegiatan akhir (SPLj). Untuk SPLi transportasi pengadaan
bahan baku bibit DOC GPS (TD) sebesar 0,00 jam, karena belum ada nilai waktu
awal kegiatan tersebut terjadi. Untuk nilai waktu SPLj TD adalah sebesar 56,00
jam, nilai waktu tersebut terjadi karena ada nilai waktu paling lambat kegiatan
awal.
Saat paling cepat peristiwa akhir waktu optimis kegiatan perusahaan pada
trasportasi bibit DOC GPS adalah sebesar 48,00 jam, sedangkan saat paling
lambat peristiwa akhir kegiatan pada transportasi bibit DOC GPS tersebut adalah
sebesar 56,00 jam. Saat paling cepat peristiwa akhir waktu optimis kegiatan
perusahaan dan saat paling lambat peristiwa akhir waktu optimis.
77
SPLj = SPLi + T
SPLj = 0,00 + 56,00
SPLj = 56,00 jam
Pada Tabel terdapat nilai total float untuk masing-masing kegiatan.
Kegiatan yang mempunyai total float bernilai bukan nol, artinya kegiatan tersebut
mempunyai waktu tunggu jika kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat.
Pada kegiatan transportasi bibit DOC GPS (TD) memiliki nilai total float 8,00,
artinya bahwa kegiatan tersebut dapat diundur selama 8,00 jam untuk dapat
diselesaikan pada waktu paling lambat. Begitu juga dengan kegiatan transportasi
pakan (TP) dan transportasi obat dan vaksin (TV) yang mempunyai nilai float
sebesar 0,30, artinya kegiatan tersebut dapat diundur pelaksanaanya selama 0,30
jam untuk dapat diselesaikan pada waktu yang paling lambat.
Total float (TF) suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir,
waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir, di kurangi waktu awal
kegiatan tersebut. Atau dengan rumus berikut.
TF(TD) = SPLj(TD) – T(TD) – SPCi(TD)
TF(TD) = 56,00 – 48,00 – 0,00
TF(TD) = 8,00 jam
Dummy 1 dan dummy 2 terjadi, ketika kegiatan pemeriksaan pakan (TP),
pemeriksaan obat dan vaksin (TV) menuju kegiatan aktivitas penerimaan bahan
baku (PBB). Terjadi dummy untuk menujukan adanya hubungan antara pristiwa
dalam transportasi pengadaan bibit DOC grand parent stock, dengan transportasi
pakan dan transportasi pengadaan obat dan vaksin.
Manfaat yang diharapkan dari hasil analisis waktu optimis tersebut, agar
perusahaan dapat memperkirakan waktu masing-masing aktivitas kegiatan
perusahaan tersebut, dengan mengerjakan masing-masing aktivitas kegiatan
perusahaan secara efektif dan efisien sehingga tidak terjadi lagi keterlambatan
dalam melakukan pengiriman output kepada konsumen atau perusahaan
pemelihara bibit ayam sebar (PS).
78
7.2.2. Analisis Waktu Realistis
Hasil analisis jaringan kerja supply chain management dengan waktu
realistis adalah waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas kegiatan perusahaan, lebih
lama bila dibandingan dengan waktu optimis. Waktu realistis merupakan waktu
ideal suatu kegiatan dilaksanakan.
Aktivitas kegiatan perusahaan dengan menggunakan waktu realistis, sama
seperti pada waktu optimis. Dimana, kegiatan sebelumnya akan mempengaruhi
kegiatan berikutnya sehingga apabila kegiatan awal mengalami keterlambatan,
maka aktivitas perusahaan berikutnya akan terlambat. Aktivitas awal kegiatan
produksi perusahaan dimulai pada transportasi pengadaan bahan, yaitu pengadaan
bibit DOC GPS (TD), transportasi pengadaan pakan (TP), dan transportasi
pengadaan obat dan vaksin (TV).
Waktu realistis dalam pengadaan bahan baku DOC GPS (TD) adalah
sebesar 54,00 jam atau 2,25 hari. Aktivitas TD ini dilakukan mulai dari
pemberangkatan dari Amerika, ke Bandara, hingga dibawa ke perusahaan.
Perusahaan dalam melakukan aktivitas pengadaan bahan TD, TP, dab TV,
biasanya dilakukan pada pagi hari, sekitar jam 0.00 – 5.00 WIB. Aktivitas
pengadaan bahan ini, diikuti dengan aktivitas bongkar muat. Waktu saat paling
cepat kegiatan akhir (SPCj) untuk transportasi muat pengadaan bibit DOC GPS
(TD) adalah sebesar 54,00 jam, dan saat paling lambat kegiatan akhir (SPLj) TD
adalah sebesar 56,00 jam. Pada Tabel 17 dapat dilihat saat paling lambat, saat
paling lambat, dan saat berakhirnya proses suply chain management grand parent
stock.
Berdasarkan hasil analisis jaringan kerja dengan waktu realistis, total
waktu paling cepat yang dibutuhkan dalam jaringan kerja supply chain
management yang dimulai dari transportasi DOC, transportasi pakan dan obat
serta vaksin, proses produksi, hingga proses distribusi ayam sebar atau parent
stock oleh PT Galur Prima Cobbindo sebesar 7341,30 jam, sedangkan total waktu
paling lambat kegiatan tersebut boleh terjadi adalah sebesar 7343,30. Untuk
lintasan kritis masih sama dengan jaringan kerja sebelumnya, yaitu mulai dari
penerimaan bahan baku, proses growing, proses laying, hingga proses distribusi,
dan jaringan kerja ini memiliki nilai waktu mulai dan berakhirnya suatu kegiatan.
79
Tabel 17. Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Realistis.
SPCi SPLi SPCj SPLj No Kegiatan
Jam Jam Jam Jam
Total
Float
1 TD 0,00 0,00 54,00 56,00 2,00 2 TP 0,00 0,00 6,00 6,60 0,60 3 TV 0,00 0,00 6,00 6,84 0,84 4 BMK 54,00 56,00 58,00 60,00 2,00 5 BMP 6,00 6,00 9,00 9,60 0,60 6 BMV 6,00 6,84 9,00 9,84 0,84 7 PPK 58,00 60,00 60,00 62,00 2,00 8 PMP 9,00 9,00 11,00 11,60 0,60 9 PMV 9,00 9,84 11,00 11,34 0,34 10 PBB 60,00 62,00 61,50 63,50 0,00 11 PGR 61,50 63,50 2085,00 2087,00 0,00 12 PT 2085,00 2087,00 6804,00 6806,00 0,00 13 PMT 6804,00 6806,00 6809,30 6811,30 0,00 14 PTT 6809,30 6811,30 6811,30 6813,30 0,00 15 TTH 6811,30 6813,30 6811,40 6813,40 0,00 16 TTP 6811,40 6813,40 6813,90 6815,90 0,00 17 STT 6813,90 6815,90 6814,10 6816,10 0,00 18 PTR 6814,10 6816,10 7314,10 7316,10 0,00 19 PPC 7314,10 7316,10 7316,60 7318,60 0,00 20 PSG 7316,60 7318,60 7317,00 7319,00 0,00 21 PSD 7317,00 7319,00 7321,30 7323,30 0,00 22 PVM 7321,30 7323,30 7324,30 7326,30 0,00 23 PJB 7324,30 7326,30 7327,30 7329,30 0,00 24 PG 7327,30 7329,30 7331,30 7333,30 0,00 25 DTR 7331,30 7333,30 7341,30 7343,30 0,00
Sumber: PT Galur Prima Cobbindo, 2008.
Aktivitas perusahaan pada trasportasi bibit DOC GPS, bongkar muat bibit
DOC GPS, dan pemeriksaan bibit DOC GPS memiliki nilai float 2,00, artinya
aktivitas kegiatan perusahaan tersebut dapat diundur sebesar 2,00 jam sehingga
dapat diselesaikan pada waktu paling lambat aktivitas kegiatan tersebut. Aktivitas
kegiatan perusahaan ini, juga terdapat dummy yang menggambarkan adanya
hubungan antar aktivitas kegiatan awal, dengan aktivitas kegiatan berikutnya.
Dummy ini terbentuk pada aktivitas kegiatan perusahaan dalam aktivitas
pemeriksaan pakan (PMP), dan pemeriksaan obat dan vaksin (PMV), menuju
aktivitas perusahaan penerimaan bahan baku (PBB).
80
Jaringan kerja yang tidak termasuk kedalam lintasan kerja kritis adalah
proses transportasi obat-obatan dan vaksin, bongkar muat obat dan vaksin, dengan
nilai total float yaitu 0,60 artinya kegiatan tersebut dapat diundur sebesar 0,60 jam
untuk dapat diselesaikan pada waktu paling lambat aktivitas kegiatan tersebut
diantaranya adalah transportasi pengadaan pakan, bongkar muat pakan dan,
pemeriksaan pakan. Sedangkan untuk transportasi pengadaan obat dan vaksin,
bongkar muat vaksin dan, pemeriksaan obat dan vaksin aktivitas kegiatan
perusahaan tersebut memiliki nilai total float 0,84 artinya kegiatan tersebut dapat
diundur sebesar 0,84 jam untuk dapat diselesaikan pada waktu paling lambat.
Kegiatan lain yang mempunyai nilai total float 0,00 adalah penerimaan bahan
baku, proses growing, proses laying, hingga aktivitas kegiatan perusahaan dalam
pendistribusian produk, maka kegiatan tersebut tidak dapat diundur pelaksanaanya
untuk diselesaikan pada saat paling lambat.
7.2.3. Analisis Waktu Pesimis
Analisis waktu pesimis merupakan analisis waktu yang paling lama untuk
setiap kegiatan perusahaan dalam menghasilkan produksinya. Analisis jaringan
kerja supply chain management dengan menggunakan waktu pesimis dapat dilihat
pada Lampiran. Apabila suatu aktivitas kegiatan perusahaan mengalami waktu
pesimis, perusahaan perlu melakukan evaluasi, dan melakukan pengawasan
terhadap masing-masing aktivitas.
Waktu pesimis terjadi karena adanya suatu hambatan atau keterlambatan dalam
melakukan suatu aktivitas. Seperti pada waktu jalur kerja sebelumnya, pada waktu
pesimis juga terdapat jaringan kerja kritis dan non kritis. Pada waktu pesimis yang
bukan merupakan lintasan kritis dimulai dari transportasi pengadaan bibit DOC,
transportasi pakan, penerimaan bahan baku dan lintasan jalur kritis adalah proses
growing, proses laying, hingga proses pengepakan atau packing dan distribusi.
Total waktu paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan
produksinya adalah sebesar 7388,25 jam sedangkan Total waktu paling lambat
kegiatan tersebut boleh terjadi sebesar 7390,25 jam, nilai waktu ini merupakan
waktu paling lama yang dibutuhkan perusahaan dalam memenuhi permintaan
pesanan konsumennya.
81
Tabel 18. Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Pesimis.
SPCi SPLi SPCj SPLj No Kegiatan
Jam Jam Jam Jam
Total
Float
1 TD 0,00 0,00 60,00 62,00 2,00 2 TP 0,00 0,00 10,00 10,12 0,12 3 TV 0,00 0,00 10,00 10,44 0,44 4 BMK 60,00 62,00 65,00 67,00 2,00 5 BMP 10,00 10,12 13,70 13,82 0,12 6 BMV 10,00 10,44 14,00 14,44 0,44 7 PPK 65,00 67,00 67,50 69,50 2,00 8 PMP 13,70 13,82 16,20 16,32 0,12 9 PMV 14,00 14,44 16,50 16,85 0,44 10 PBB 67,50 69,50 69,20 71,20 0,00 11 PGR 69,20 71,20 2100,40 2102,40 0,00 12 PT 2100,40 2102,40 6834,80 6836,80 0,00 13 PMT 6834,80 6836,80 6841,80 6843,80 0,00 14 PTT 6841,80 6843,80 6844,80 6846,80 0,00 15 TTH 6844,80 6846,80 6844,95 6846,95 0,00 16 TTP 6844,95 6846,95 6847,95 6849,95 0,00 17 STT 6847,95 6849,95 6848,25 6850,25 0,00 18 PTR 6848,25 6850,25 7356,25 6858,25 0,00 19 PPC 7356,25 6858,25 7359,25 7361,25 0,00 20 PSG 7359,25 7361,25 7359,75 7361,75 0,00 21 PSD 7359,75 7361,75 7364,75 7366,75 0,00 22 PVM 7364,75 7366,75 7368,25 7370,25 0,00 23 PJB 7368,25 7370,25 7371,75 7373,75 0,00 24 PG 7371,75 7373,75 7376,25 7378,25 0,00 25 DTR 7376,25 7378,25 7388,25 7390,25 0,00
Sumber: PT Galur Prima Cobbindo, 2008.
Perusahaan dalam hal ini, perlu melakukan perhatian khusus terhadap
kegiatan-kegiatan yang dianggap memiliki lintasan kritis dan mempunyai nilai
total float nol, karena untuk menghindari resiko keterlambatan waktu produksi
sehingga menghambat waktu pendistribusian. Saat paling cepat kegiatan akhir
(SPCj) perusahaan pada transportasi pengadaan bahan baku bibit DOC GPS (TD)
adalah sebesar 60,00 jam, dan waktu pesimis saat paling lambat kegiatan akhir
(SPLj) pengadaan bibit DOC GPS (TD) adalah sebesar 62,00 jam. Sehingga total
float untuk aktivitas pengadaan bibit DOC GPS (TD) tersebut adalah sebesar 2,00
jam.
Berdasarkan data, untuk aktivitas perusahaan seperti transportasi bibit
DOC GPS (TD), bongkar muat bibit DOC GPS (BMK) dan, pemeriksaan bibit
82
DOC GPS (PPK) memiliki total nilai float sebesar 2,00, artinya aktivitas kegiatan
perusahaan tersebut dapat diundur pelaksanaanya sebesar 2,00 jam. Sedangkan
untuk aktivitas kegiatan perusahaan pada transportasi pengadaan pakan, bongkar
muat pakan dan, pemeriksaan pakan memiliki nilai total float sebesar 0,12 artinya
aktivitas kegiatan perusahaan tersebut dapat diundur pelaksanaanya selama 0,12
jam.
Pada aktivitas perusahaan lainnya seperti transportasi obat-obatan dan
vaksin, bongkar muat obat dan vaksin dan pemeriksaan obat dan vaksin memiliki
nilai total float sebesar 0,44 artinya kegiatan tersebut dapat diundur
pelaksanaannya selama 0,44 jam. Sedangkan aktivitas perusahaan seperti
penerimaan bahan baku, proses growing hingga aktivitas kegiatan perusahaan
dalam melakukan pendistribusian output memiliki nilai total float 0,00 artinya
kegiatan tersebut tidak dapat diundur waktu pelaksanaannya karena akan sangat
bepengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam memenuhi permintaan
konsumennya. Sama seperti jalur kerja sebelumnya, terdapat dummy pada
pemeriksaan pakan (PMP), dan pemeriksaan obat dan vaksin (PMV) menuju
penerimaan bahan baku (PBB).
Tujuan dari critical path method pada analisis jaringan kerja dengan waktu
pesimis. Agar perusahaan lebih melakukan pengawasan lebih pada semua
aktivitas kegiatas perusahaan yang dilakukan, baik jalur kerja kritis, maupun non
kritis. Karena, apabila suatu aktivitas kegiatan termasuk dalam waktu pesimis,
maka terdapat kegiatan perusahaan yang tidak efektif atau tidak maksimal. Serta
dengan critical path method ini memudahkan perusahaan dapat memperkirakan
waktu penyelesaian maksimum untuk masing-masing kegiatan perusahaan, mulai
saat paling awal kegiatan awal kegiatan, hingga kegiatan akhir suatu aktivitas
kegiatan.
7.3. Manfaat dan Kendala Penerapan Supply Chain Management
Melalui serangkaian analisis yang dilakukan pada PT Galur Prima
Cobbindo, maka perusahaan dalam melakukan hubungan dengan konsumen atau
perusahaan parent stock, dengan SCM perusahaan mendapatkan tujuan atau hasil
dari proses SCM yang dilakukan:
83
- Mengembangkan team dalam perusahaan PT Galur Prima Cobbindo yang
berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan
jasa yang menguntungkan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun
pelanggan secara strategik
- Membuat kontak hubungan yang efisien dan dapat meng-update permintaan
pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
- Mengembangkan sistem produks fleksibel yang tanggap secara cepat pada
perubahan kondisi pasar
- Mengatur hubungan antara supplier, perusahaan sendiri dan pelanggan atau
konsumen sehingga respon cepat dan perbaikan berkesinambungan dapat
berjalan lancar.
- Pengiriman pesanan oleh PT Galur Prima Cobbindo dapat tepat waktu dan
benar hingga 100%.
Untuk manfaat lain yang diharapkan melalui penerapan SCM yang
dilakukan yaitu agar perusahaan dapat meminimisasi biaya, dengan
menghilangkan biaya biaya yang tidak terlalu penting, seperti pada analisis yang
dilakukan dimana perusahaan dapat menghilangkan biaya telepon dan
administrasi dengan membuat kesepakatan pada awal periode. Perusahaan dapat
melakukan penghematan biaya pembelian bahan baku dalam setahun sebesar
Rp.26.388.264.00,-.
Kendala yang sering dihadapi dalam penerapan supply chain management
pada perusahaan, dimana untuk mendapatkan hasil dari aplikasi SCM yang
diharapkan maksimal, harus mengetahui semua tujuan antar divisi dalam proses
mangement, diantaranya engineering memberikan spesifikasi yang mendifinisikan
kebutuhannya, logistik menyediakan informasi kebutuhan pelayanan pelanggan,
produksi menyediakan strategi produksi, purchasing menyediakan strategi
sourching, dan keuangan serta akuntansi memberikan laporan profitabilitas
pelanggan. Kebutuhan-kebutuhan customer service harus digunakan sebagai
masukan produksi, sourching dan strategi logistik.
Jika mekanisme koordinasi yang pantas tidak ditempatkan melalui
berbagai fungsi, proses tersebut akan menjadi tidak efektif atau tidak efisien.
Dengan berfokus pada proses, PT Galur Prima Cobbindo diharapkan semua
84
fungsi yang menyentuh produk atau menyediakan informasi harus bekerja sama.
Disamping itu, kendala terakhir dalam penerapan SCM, adalah SDM karyawan
lokal yang belum memadai, sehingga untuk mendapatkan kualitas mutu yang baik
maka perlu mendapatkan kualitas karyawan yang baik juga, diantaranya dengan
memberikan pelatihan-pelatihan kepada karyawan.
85
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Perusahaan dalam melakukan pengadaan bahan baku sudah baik, serta
sudah memperhatikan mutu dan jumlah melalui serangkaian tahapan-
tahapan seleksi dan adanya kesepakatan dalam penerimaan bahan. Dalam
mekanisme SCM pengadaan bahan, untuk bibit DOC GPS dipasok oleh
satu supplier yaitu Cobb Amerika, dan untuk pakan, obat dan vaksin di
pasok oleh PT Cargill Cobbindo. Perusahaan melakukan pemesanan
sebulan sekali pada supplier dalam pengadaan bahan.
2. Bibit DOC GPS didatangkan dari perusahaan Cobb Amerika dengan harga
beli sebesar 22 USD, kemudian dipelihara dan dikembangkan untuk
menghasilkan produk berupa ayam parent stock yang mempunyai kualitas
mutu baik. Output didistribusikan ke perusahaan pembibit parent stock,
dengan harga jual tetap yaitu sebesar Rp 27.000 per ekor. Perusahaan
parent stock merupakan perusahaan peternakan yang menghasilkan ayam
broiler komersial atau ayam pedaging untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Perusahaan dengan menggunakan konsep supply chain management
mengenai cost, dapat menghemat biaya pembelian bahan baku pada
pengadaan bibit DOC grand parent stock dan pengadaan pakan sebesar
Rp.26.388.264.00 per tahun, sehingga dapat menekan harga pembelian
bahan baku. Untuk aktivitas perusahaan seperti transportasi bahan baku,
bongkar muat bahan baku dan pemeriksaan bahan baku, memiliki nilai
total float atau waktu tenggang. Dengan konsep jaringan kerja CPM,
perusahaan dapat memperkirakan waktu penyelesaian aktivitas masing-
masing kegiatan, sehingga keterlambatan dalam melakukan
pendistribusian produknya tidak terjadi lagi. Tidak adanya kesepakatan
perjanjian dalam pengadaan bahan dari supplier, diantaranya tidak adanya
kompensasi dari supplier akibat keterlambatan pasokan bahan, menjadikan
kendala dalam penerapan konsep SCM ini.
86
8.2. Saran
Supaya perusahaan melakukan kerja sama dalam pengadaan bahan pada
awal kegiatan peroduksi, sehingga dapat menekan biaya non value added cost.
Serta perusahaan perlu melakukan pengawasan dalam melakukan setiap aktivitas
kegiatan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk
peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai supply chain
management, agar lebih meneliti lebih lengkap terutama supply chain
pendistribusian produk dan hubungan kerja terhadap konsumen utama baik ritel
maupun perusahaan, hingga konsumen akhir. Serta peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneliti aspek lain yang akan dihasilkan terhadap supply chain
mangement yang diterapkan terhadap perusahaan maupun komoditi yang akan
diteliti.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aini. 2005. Analisis Sistem Pasokan Sayuran Ke Ritel Modern. Skripsi.
Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ali, Haedar T. 1995. Prinsip-prinsip Network Planning. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia. Ardiansyah. 2005. Manajemen Rantai Pasokan Penyedian Barang (Supply Chain
Management) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
ASOHI. 2001. Setengah Abad Ayam Ras di Indonesia. Asosiasi Obat Hewan
Indonesia. Jakarta. Cahyono. B. 1996. Beternak Ayam Ras Pedaging. Solo: CV Aneka Solo. Chopra, S.P. and Meindl. 2001. Supply Chain Management: Strategi, Planning,
and Operation. Prentice Hall, Inc. Upper Sadle River, New Jersey. Direktoral Jenderal Peternakan. 1984. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Ayam
Pedaging. Direktoral Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. Jakarta.
.1986. Pedoman Pembinaan Pelaksanaan PIR Perunggasan. Jakarta:
Departemen Pertanian. Fadilah, Roni, et al. 2006. Sukses Beternak Ayam Broiler. Bogor: Agromedia
Pustaka. Indrajit, R.E. dan R. Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain: Cara
Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Bogor: Grasindo. Iqbal, Hasan. M. 2004. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan.
Ghalia Indonesia. Hermanto. 1992. Akutansi Biaya, untuk Perhitungan Harga Pokok Produk (Sistem
Biaya Historis). Yogyakarta: Penerbit BPFE. Ibniyah, S. 2000. Kajian Terhadap Efisiensi Saluran Tata Niaga Ayam Broiler
pada PT. NURSANTO AGHENG. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pulungan, Ismail. 1985. Perencanaan Pengembangan Peternakan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
88
Levi, Simchi., et.al. 2003. Designing & Managing the Supply Chain. North
Amerika: McGraw-Hill Company. Levin, Richard I. 1987. Statistics For Management, 4 th ed. Englewood Cliffs.
NJ: Prentice-Hall. Levin., et al. 1987. Quantitative Approaches to Management. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Levin. 2000. Perencanaan Pengendalian dengan PERT dan CPM. Jakarta: Balai
Aksara. Miranda, dan W.T. Amin. 2006. Manajemen Logistik dan Supply Chain
Management. Jakarta: Havarindo. Mulyadi. 1992. Akutansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta:
STIE YKPN. North, M.O. and Bell, D.D.1990. Commercial Chicken Production Manual, 4th
Edition. New York: Van Nortrand Reinhold. North O. 1972. Commercial Chiken Production Manual. 3rd Ed. The AVI
Publishing Company Inc. Connecticut. Noviati, M. 2005. Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT.
SANG HYANG SRI (PERSERO). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rampersad. H.K. 2001. Total Quality Management. Berlin: Springger-Verlag. Rangkuti, Freddy. 2004. Flexible Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Swadaya. Render, B.J. Heizer. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Opersi. Pearson Education
Asia. Jakarta: Salemba Empat. Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga. Soetomo, K. 1977. Network Planning. Jilid I, II, III. Jakarta: Badan Penerbit
Pekerjaan Umum. Tweed, S. 2002. “Cobb Hatchery Management Guide”. Arkasas: Siloam Springs. Watanabe, Ryoichi.2001. Supply Chain Management Konsep dan Teknologi.
Waseda University. Jepang.
89
90
Manager Farm
Keuangan
Administrasi
Produksi
SPV.Kandang
Koord.Kandang
Vaksinator
Kandang A
Kandang C
Kandang E
Kandang G
Seleksi Telur
Kandang B
Kandang D
Kandang F
Kandang H
Hatcheri dan Umum
SPV. Hatcheri
Operator HTC
Maintenance
Kebun
Sopir
Satpam
Umum
Lampiran 1. Struktur Organisasi Farm GPS PT. Galur Prima Cobbindo
91
Lampiran 2 Denah Lokasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi
92
1390000000
1400000000
1410000000
1420000000
1430000000
1440000000
1450000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Aktual
SCM
Lampiran 3. Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM dalam
Pengadaan Bahan Baku DOC GPS PT. Galur Prima Cobbindo
34000000
34500000
35000000
35500000
36000000
36500000
37000000
37500000
38000000
38500000
39000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Aktual
SCM
Lampiran 4. Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM dalam
Pengadaan Bahan Baku Pakan PT. Galur Prima Cobbindo.
93
Lampiran 5. Nama Perusahaan Konsumen Tetap PT Galur Prima Cobbindo
No. Nama Perusahaan Alamat
1 PT Anwar Sierad Sentra Mulya 15th floor, Jl.H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan
2 PT Cipendawa F.E. Jl. Raya Narogong Km 14, Ds. Cikiwul, Bantar Gebang, Bekasi
3 PT Charoen Pokphand Ancol Barat, Jl. Ancol VIII/1 Jakarta
4 PT Cibadak Indah Sari Farm Jl. Pasar Pagi No.55, Jakarta
5 PT Kerta Mulya Sejahtera Jl. Pasar Pagi No.48, Jakarta
6 PT Multi Breeder Adirama Indonesia Graha Praba Samanta, Jl. Daan Mogot Km 12 No.9, Jakarta
7 PT Peternakan Ayam Manggis Jl. Pintu Kecil No.38 Lt 2, Jakarta
8 CV Missouri Jl. Malabar No.53-55, Bandung
9 PT Wonokoyo Farm Jl. Kusuma Bangsa 79, Surabaya
10 PT Missouri Jl. Malabar No.53, Bandung
11 PT Galiaran Agung Jaya Abadi/PIA Jl. Pangeran Antasari No. 85, Banjarmasin
12 PT Shinta Maju Abadi Jl. Sulaiman 25, Slipi, Jakarta Barat 11480
13 PT Expravet Nasuba Jl. Rumah Potong Hewan No.44, Medan
14 PT Serpong Unggas Jaya Jl. Ruko Sektor 1.1 Blok RE I/8, BSD Tangerang
15 CV Selabintana Jl. Gudang No.29, Sukabumi
16 PT Sastra Breeding Indonesia Jl. Prof. H.M. Yamin SH No. 350A, Medan
17 PT Metro Inti Purnama Jl Raya Bekasi Km.28, Bekasi
18 PT Silga Perkasa Jl. Pelabuhan No. 385, Sukabumi
19 PT Intan Jaya Abadi Jl. Tipar No.104A, Sukabumi
20 CV Nu Yan Jl. Arief Rahman Hakim No. 48B, Sukabumi
21 CV Penta Jl. Pajajaran Indah II No.12, Bogor
22 PT Dasa Astha Utama Jl. Hayam Wuruk 2, Jakarta
23 PT Bibit Unggul Prima Sejati Rukan Green Garden Blok Z4/5, Jakarta
24 PT Leong Ayam Satu Primadona Jl. Fatmawati No.15, Komp. Golden Plaza Blok G No.20-22, Jakarta
25 PT Sumber Satwa Pertiwi Jl. Wolter Monginsidi 35-36, Pontianak
26 PT Karya Lolouren Jl. Kolongan Atas, Kec. Sonder, Manado
27 PT Prima Patriot Bersatu Jl. Raya Gedongan Sidoarjo, Surabaya
28 PT Asia Afrika Jl. Siliwangi No.125, Bogor
29 PT Randu Agung Jl Dharmahusada Indah Barat V/AA
94
Lampiran 6. Standar Performa Produksi Mingguan Ayam Cobb 500 Breeder GPS Umur (minggu)
Produksi Harian (15%)
Total Telur Kumulatif per HH
Telur Tetas (%)
Kumulatif Telur Tetas Per HH
Daya Tetas (%)
Kumulatif DOC Menetas per HH
24 5 0,35 40 0,14 73
25 15 1,40 80 0,98 76,5 1
26 40 4,17 85 3,34 80 2
27 57 8,12 88 6,81 82 5
28 72 13,08 94 11,18 84 9
29 77 18,37 96 16,15 85 13
30 80 23,86 97 21,41 86 17
31 81 29,39 98 26,78 87 22
32 81 34,91 98 32,19 88 27
33 80 40,36 98 37,53 89 32
34 79 45,72 98 42,79 89,5 36
35 78 51,00 98 47,96 90 41
36 77 56,22 98 53,07 90 46
37 76 61,35 98 58,10 90,5 50
38 75 66,41 98 63,06 91 55
39 74 71,38 98 67,94 90,5 59
40 73 76,28 98 72,74 90 63
41 72 81,11 98 77,47 89,5 68
42 71 85,85 98 82,12 89 72
43 70 90,52 98 86,69 88,5 76
44 69 95,12 98 91,20 88 80
45 68 99,63 98 95,62 87,5 84
46 67 104,08 98 99,97 87 87
47 66 108,44 98 104,25 86,5 91
48 65 112,74 98 108,46 86 95
49 64 116,96 97 112,60 85,5 98
50 63 121,10 97 116,66 85 102
51 62 125,17 97 120,61 84,5 105
52 61 129,17 97 124,49 84 108
95
Umur (minggu)
Produksi Harian (15%)
Total Telur Kumulatif per HH
Telur Tetas (%)
Kumulatif Telur Tetas Per HH
Daya Tetas (%)
Kumulatif DOC Menetas per HH
53 60 133,09 97 128,30 83,5 111
54 59 136,94 97 132,03 83 115
55 58 140,72 97 135,69 82,5 118
56 57 144,42 97 139,28 82 121
57 56 148,06 97 142,81 81,5 123
58 55 151,62 97 146,26 81 126
59 54 155,11 97 149,65 80,5 129
60 53 158,53 97 152,96 80 132
61 52 161,87 97 156,21 79,5 134
62 51 165,14 97 159,38 79 137
63 50 168,35 97 162,49 78,5 139
64 49 171,49 97 165,53 78 141
65 48 174,55 97 168,50 77,5 144
96
Lampiran 7. Data Jumlah Populasi Kandang PT Galur Prima Cobbindo
No Nama Kandang Umur Keterangan Jumlah Jumlah
By Product
Kapasitas Maks
1 Blok A 1 12 sampai 16 minggu 7000 8000
2 Blok A2 17 sampai 21 minggu 6950 8000
3 Blok B2 22 sampai 26 minggu 6912 8000
4 Blok B1 27 sampai 31 minggu 6853 8000
5 Blok C1 32 sampai 36 minggu 6836 8000
6 Blok C2 37 sampai 41 minggu 6840 8000
7 Blok D1 42 sampai 46 minggu 6832 8000
8 Blok D2 47 sampai 51 minggu 6845 8000
9 Blok E1 52 sampai 56 minggu 6749 8000
10 Blok E2 57 sampai 61 minggu 3428 8000
11 Blok F1 Jantan 2868 4000
12 Blok F2 Jantan 2862 4000
13 Blok G DOC output 91124 6877 120000
14 Blok H DOC output 90526 6773 120000
Total 57025 181650 13650
Sumber: PT Galur Prima Cobbindo, Maret 2008*
97
KUISIONER PENELITIAN
• Identitas Responden (diisi dan lingkari huruf yang dipilih) 1. Nama : ....................................................., L / P
2. Jabatan :......................................................
A. Bahan Baku:
3. Berapakah rata-rata jumlah bibit DOC yang di supply per siklus produksi:.....
Bulan Supplier Jumlah DOC GPS Harga
Jan’07......
Des’07......
4. Berapakah rata-rata jumlah Pakan yang di supply per bulan:.........
Bulan Supplier Jumlah Pakan Harga
Jan’07......
Des’07......
5. Berapa jumlah telur yang dihasilkan per hari/ per minggu dan perbulan:……..
6. Berapakah jumlah telur:
a. Menetas :……………..
b. Tidak Menetas : ...................
c. Abnormal :……………..
7. Berapakah Jumlah pakan yang diberikan dan berapa biayanya perekor:…….
8. Berapa kali pemberian pakan diberikan perhari:……
9. Berapa kali pemberian Vaksin dilakukan dan jenis vaksin apa:.....
10. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengadaan bahan baku dan bahan
penolong hingga sampai di perusahaan:........
11. Bagaimana alur prosedur dari mulai pengadaan bahan baku:......
12. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan yang dilakukan
perusahaan:....
13. Bagaimana mekanisme pembelian bahan baku dan pembayarannya:.......
14. Bagaimana koordinasi informasi antar bagian produksi dan persediaan:....
15. Bagaimana sistem pengangkutan dari supplier hingga perusahaan:......
16. Bagaimana prosedur penerimaan bahan baku:……
17. Berapa penyusutan yang terjadi dalam pengadaan baku:......
Universitas/ Institut : Institut Pertanian Bogor Nama/ NRP : Wemvi Risyana/A14105621 PS/Fakultas : Extensi MAB/ Pertanian Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MSi Hari/Tanggal :
Lampiran 8.
98
18. Bagaimana apabila terjadi kerusakan dalam pengadaan bahan baku:....
B. Produksi
19. Bagaimana alur kegiatan produksi:.......
20. Berapa lama kegiatan masing-masing produksi dilakukan:......
21. Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi:.......
22. Berapa lama waktu tengggang masing-masing kegiatan produksi untuk
dilakukan:......
23. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan:...
24. Bagaimana standar kualitas produk yang diterapkan oleh perusahaan:.......
25. Adakah produk sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan:....
26. Apa saja produk tersebut dan berapa jumlahnya....
C. Distribusi
27. Berapa Jumlah Distribusi output perusahaan perbulan:.....
Bulan Jumlah Distibusi (ekor) Nama Perusahaan
Jan’ 07
Des’ 07
28. Kesulitan yang dihadapi pada waktu pendistribusian output:.....
29. Waktu yang dibutuhkan untuk pendistribusian kepada masing-masing
pelanggan:........
30. Berapa harga jual produk utama perusahaan dan produk sampingan perusahaan:....
31. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga jual produk:.........
D. Data PT Galur Prima Cobbindo
32. Status tanah perusahaan:...
a. milik sendiri
b. sewa
c. lainnya
33. Jumlah Karyawan dan tingkat pendidikan:...
34. Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusaahaan perbulan:.........(sebutkan)
35. Adakah kerja sama yang dilakukan oleh perusahaan:.....
36. Apakah manfaat yang didapat dari kerja sama atau kesepakatan tersebut:....
37. Apa kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam kerja sama tersebut:...
a. Faktor Internal:...............................................................(sebutkan)
b. Faktor eksternal:.............................................................(sebutkan)
iv
0
0,00
0,00
1
48,00
56,00
2
5,60
5,90
3
5,50
5,80
4
51,50
59,50
5
7,85
8,15
6
7,75
8,05
7
52,60
60,60
8
8,95
9,25
9
8,85
9,15
10
54,00
62,00
11
2070,00
2078,00
12
6774,00
6782,00
13
6779,00
6787,00
14
6780,50
6788,50
15
6780,60
6788,60
16
6782,60
6790,60
17
6782,75
6790,75
19
7279,75
7287,75
18
7277,75
7285,75
20
7280,12
7288,12
21
7284,12
7292,12
22
7286,62
7294,62
23
7289,32
7297,32
24
7292,12
7300,32
25
7301,12
7309,32
DM 1
DM 2
Lampiran 9. Gambar Model CPM Supply Chain Management PT Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis
Ket : Angka dalam Lingkaran Bagian Atas Saat Paling Cepat (SPC) Angka dalam Lingkaran Bagian Bawah Saat Paling Lambat (SPL) : Alur Kegiatan Nomor dalam Lingkaran Nomor Suatu Kegiatan Tanda Panah yang dicetak Tebal Kegiatan Kritis
v
0
0,00
0,00
1
54,00
56,00
2
6,00
6,60
3
6,00
6,84
4
58,00
60,00
5
9,00
9,60
6
9,00
9,84
7
60,00
62,00
8
11,00
11,60
9
11,00
11,34
10
61,50
63,50
11
2085,00
2087,00
12
6804,00
6806,00
13
6809,30
6786,70
14
6811,30
6813,30
15
6811,40
6813,40
16
6813,90
6815,90
17
6814,10
6816,10
19
7316,60
7318,60
18
7314,10
7316,10
20
7317,00
7319,00
21
7321,30
7323,30
22
7324,30
7326,30
23
7327,30
7329,30
24
7331,30
7333,30
25
7341,30
7343,30
DM 1
DM 2
Ket : Angka dalam Lingkaran Bagian Atas Saat Paling Cepat (SPC) Angka dalam Lingkaran Bagian Bawah Saat Paling Lambat (SPL)
: Alur Kegiatan Nomor dalam Lingkaran Nomor Suatu Kegiatan Tanda Panah yang dicetak Tebal Kegiatan Kritis
Lampiran 10. Gambar Model CPM Supply Chain Management PT Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Realistis
vi
0
0,00
0,00
1
60,00
62,00
2
10,00
10,12
3
10,00
10,44
4
65,00
67,00
5
13,70
13,82
6
14,00
14,44
7
67,50
69,50
8
16,20
16,32
9
16,50
16,85
10
69,20
71,90
11
2100,40
2102,40
12
6834,80
6836,80
13
6841,80
6843,80
14
6844,80
6846,80
15
6844,95
6846,95
16
6847,95
6849,95
17
6848,25
6850,25
19
7359,25
7361,25
18
7356,25
7358,25
20
7359,75
7361,75
21
7364,75
7366,75
22
7368,25
7370,25
23
7371,75
7373,75
24
7376,25
7378,25
25
7388,25
7390,25
DM 1
DM 2
Lampiran 11. Gambar Model CPM Supply Chain Management PT Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Pesimistis
Ket : Angka dalam Lingkaran Bagian Atas Saat Paling Cepat (SPC) Angka dalam Lingkaran Bagian Bawah Saat Paling Lambat (SPL)
: Alur Kegiatan Nomor dalam Lingkaran Nomor Suatu Kegiatan Tanda Panah yang dicetak Tebal Kegiatan Kritis
iv
Lampiran 12. Perkiraan Keuntungan PT Galur Prima Cobbindo Bulan Maret 2008.
Uraian Jumlah Harga Jumlah (Rp)
B. Variabel
Biaya Bahan Baku
DOC 7000 202400 1416800000
Pakan 16667 2300 38334100
BOP
Listrik 8500000 8500000 8500000
Telepon 2560000 2560000 2560000
Lain-lain 22283350 22283350 22283350
Biaya tetap
Biaya Tenaga Kerja
92000000
B.Tidak Terduga 2000000
Total 1582477450
Jumlah Output 136.500 27.000 3685500000
Laba Kotor 2103022550
v
Lampiran 13. Data Jumlah Populasi Ayam di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Bulan Maret 2008.
No Kandang Umur Kapasitas Maksimum Keterangan Jumlah Jumlah By Product
1 Blok A 1 12 sampai 16 8000 minggu 7000
2 Blok A2 17 sampai 21 8000 minggu 6950
3 Blok B2 22 sampai 26 8000 minggu 6912
4 Blok B1 27 sampai 31 8000 minggu 6853
5 Blok C1 32 sampai 36 8000 minggu 6836
6 Blok C2 37 sampai 41 8000 minggu 6840
7 Blok D1 42 sampai 46 8000 minggu 6832
8 Blok D2 47 sampai 51 8000 minggu 6845
9 Blok E1 52 sampai 56 8000 minggu 6749
10 Blok E2 57 sampai 61 8000 minggu 3428
11 Blok F1 4000 Jantan 2868
12 Blok F2 4000 Jantan 2862
13 Blok G 120000 DOC output 91124 6877
14 Blok H 120000 DOC output 90526 6773
Total 57025 181650 13650
Sumber : PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Bulan Maret 2008