kimor
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. Tiap-tiap hydrogen dalam hidrokarbon
potensil digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Senyawa terflkuorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorocarbon, cukup menarik karena kestabilannya pada
suhu tinggi. Alkil halida juga terjadi di alam, meskipun lebih banyak terjadi dalam
organisme air laut daripada organisme air tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3, CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah unsure pokok alga
Hawai Aspagonsi taxiformis. Bahkan ada senyawa alkil halida yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas biologis yang menarik.
Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan triklorosikloheksana yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum, berpotensi seperti DDT
dalam aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk. Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif t
inggi dan hanya kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh itu halogen dapat membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik
yang stabil. Ikatan antara gugus metil dengan fluor, klor, brom, dan ioda terbentuk oleh tumpang tindih orbital sp3 dari karbon dengan orbital sp3 dari fluor, klor, brom, dan
fluorida ke metil iodida. Hal ini mencerminkan prinsip umum bahwa tumpang tindih orbital-orbital lebih efisien antara orbital-orbital yang
mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya menurun dengan meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama.
Perlu pula dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban
muatan posisif partial (d+) dan halogen muatan negatif partial (d).
2
B. Rumusan Masalah
Menjelaskan tentang pengertian alkil halida
Menjelaskan kegunaan dan manfaat alkil halida dalam kehidupan sehari –
hari
bagaimana sifat fisik dan kima senyawa halogen dengan metode
fluoresein dan garam halida.
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian alkil halida.
2. Dapat mengetahui kegunaan alkil halida.
3. Dapat mengetahui tata nama alkil halida.
4. Dapat mengetahui reaksi-reaksi alkil halida.
5. Dapat mengetahui pembuatan alkil halida.
6. Dapat mengenal sifat – sifat fisik alkil halida.
7. Dapat memberikan dan menjelaskan contoh alkil halida.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya
diganti dengan halogen. Tiap-tiap hydrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua
hidrogennya dapat diganti. Senyawa terflkuorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorocarbon, cukup menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi.
B. Tata Nama
Halida sederhana umumnya dinamai sebagai turunan hydrogen halida.
Sistem IUPAC menamai halida sebagai halo turunan hidrokarbon. Dalam nama umum awalan n-, sek-, (s-), dan ter- (t-) secara berturut-turut
menunjukkan normal, sekunder, dan tersier. .
Tata Nama dengan Cara Trivial
Untuk Halida sederhan disebutkan dahulu nama R, kemudian diikuti halidanya
Contoh:
CH3-CH2-Br = Etil bromida CH3F = Metil flourida
CH3CH2Cl = Etil klorida CH3
CH3CCH3 = t-Butil bromida
Br
Br
= Siklobutil bromida
4
Tata Nama dengan Cara IUPAC
Diawali dengan nama halogen, kemudian nama alkana.
Dengan sistem IUPAC, penamaan semua senyawa yang hanya mengandung fungsi univalensi dapat dinyatakan dengan awalan fungsi itu sendiri diikuti
dengan nama hidrokarbon induk; prinsip penomoran sekecil mungkin harus dipatuhi.
H3C CH3
H3C CH CH3
CH3CH2CCH2CHCH2CH2CCH3
Cl
(7-Bromo-2-kloro-5-isopropil-2,7-demetilnonana)
Sering terjadi dalam penamaan umum, hidrokarbon dipandang sebagai gugus
CH2Cl2 ICH2CH2CH2CH2I
( Metilen klorida) ( 1,4-Diiodobutana) .
Istilah geminal (gem-) (latin geminus, kembar) dan vicinal (vic-) (latin
vicinus, tetangga) kadang digunakan untuk memperlihatkan posisi relatif subst itutein geminal untuk posisi 1,1 dan vicinal untuk posisi1,2.
CH3CHBr BrCH2CH2Br
(gem-Dibromoetana) ( vic-Dibromoetana)
5
Contoh;
Rumusbangun Nama IUPAC Namabiasa
CH3Cl Klorometana Metilklorida
CH3CH2Cl Kloroetana EtilKlorida
CH3CH2CH2Cl 1-kloropropana n-propilklorida
CH3CHCH3
Cl
2-kloropropana Isopropilklorida
C. Isomer
Isomer adalah senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul
sama, tetapi susunan atom-atomnya berbeda. Ada beberapa macam isomer, seperti isomer posisi, isomer struktur, isomer fungsional, dan isomer cistrans. Haloalkana memiliki isomer posisi dan isomer struktural.
Haloalakana mempunyai isomer tempatmaupun isomer
kerangka.Misalkan: C3H6Cl memiliki isomer sebanyak 4 yaitu :
CHCl2CH2CH3 1,1-Dikloropropana
CH3CCl2CH3 2,2-Dikloropropana
CH2ClCHClCH3 1,2-Dikloropropana
CH2ClCH2CH2Cl 1,3-Dikloropropana
6
D. Sifat –Sifat Fisik
Titik didihnya lebih tinggi dari pada alkana dengan jumlah atom C
sama, karena Bmnya lebih tinggi
Titik didihnya semakin tinggi dengan bertambah berat atom halogen
Titik didihnya bertamabah dengan dengan bertambahnya atom C
E. Kondisi
Tidak larut dalam air, karena tidak mampu melakukan ikatan hidrogen
dengan air. Senyawa ini larut dalam senyawa organik dengan polaritas rendah seperti benzen, eter dan CHCl3
Rapatan (densitas) alkil halida cair lebih tinggi dari pada senyawa
organik lain seperti air.
Contoh: CH3Cl lebih berat dari pada air ( tenggelem ke dasar wadah)
Nama Senyawa Rumus Tl ( oC) Td ( oC) Kerapatan ( cair )
Metil flourida CH3F -142 -79 0,877
Metil klorida CH3Cl -97 -23,7 0,920
Metil iodida CH3I -64 42,3 2,279
Etil klorida CH3CH2Cl -139 13,1 0,910
Etil bromida CH3CH2Br -119 38,4 1,430
n-Propil klorida CH3CH2CH2Cl -123 46,4 0,890
Isopropil klorida (CH3)2CHCl -117 36,5 0,860
n-Butil klorida CH3(CH2)3Br -112 101,6 1,275
Isobutil bromida (CH3)2CHCH2Br -120 91,3 1,250
sec-Butil bromida CH3CH2CHBrCH3 -112 68 1,259
t-Butil bromida (CH3)3CBr -20 73,3 1,222
n-Oktadekil bromida CH3(CH2)17Br 34 170/0,5
7
F. Klasifikasi Alkil halida primer ( 1oC ) = RCH2X mempunyai satu gugugs fungsi
alkil terikat pada ujung C Contoh :
Alkil halida sekunder ( 2oC ) = R2CHX mempunyai dua gugus alkil terikat pada ujung C
Contoh :
Alkil halida tersier ( 3oC ) = R3CX mempunyai tiga gugus alkil terikat pada ujung C
Contoh :
G. Reaksi Alkil Halida
Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam
sintesis. Mereka dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa
lain, dan dapat diperoleh melalui banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu reaksi
substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi, halogen ( X ) diganti dengan beberapa gugus lain ( Z ).
8
Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung
pada pereaksi yang digunakan.
1) Substitusi Nukleofilik
Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom
karbon hibrida-sp yangmengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut
gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas
yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal
ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua
persamaan umum yang dapat dituliskan:
9
Contoh lainnya:
2) Me
ka
Substitusi Nukleofilik
Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi subst itusi
nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 dan SN
1 . Bagian SN
menunjukkan substitusi nukleofilik, sedangakan arti 1 dan 2 akan di jelaskan kemudian.
Mekanisme SN1 Mekanisme SN1 adalah proses dua tahap. Pada tahap pertama,
ikatan antara karbon dengan gugus pergi.
Lambat
C X C+ + X -
(Substrat) ion karbonium Gugus pergi
Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan
terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk.
Reaksi SN 1 adalah reaksi ion. Mekanismenya kompleks karma
adanya antaraksi antara molekul pelarut, molekul RX, dan ion-ion antara
yang terbentuk Reaksi SN1 suatu alkil halida tersier adalah reaksi
bertahap (stepwise reaction). Tahapertama berupa pematahan alkil halida
menjadi sepasang ion: ion halida dan suatu karbokation, suatu ion dalam
mana atom karbon mengemban suatu muatan positif.
Karena reaksi SN 1melibatkan ionisasi, reaksi-reaksi ini dibantu oleh
pelarut polar, seperti H2 C yang dapat menstabilkar, ion dengan cara
solvasi (solvation.
10
Reaksi SN1
Karena rintangan sterik, t-butil bromida dan alkil halida tersier lain
tidak bereaksi secara SN2 Namun, bila t-butil bromida
direaksikan dengan suatu nukleofii yang berupa base
yang sangat lemah (seperti H2 0 atau CH3 CH?, OH),terbentuk produk
substitusi, bersama-sama dengan produk eliminasi. Karena
H2oatau CH3 CH2 OH juga digunakan sebagai pelarut tipe reaksi
substitusi ini kadang-kadang disebut reaksi solvolisis (solvent dan -
lysis, nur- penguraian oleh pelarut).
Ternyata alkil halida tersier mengalami substitusi dengan suatu
mekanisme yangyang disebut reaksi sN 1 (substitusi, nukieofilik,
unimolekular). Hasil eksperimen diperoleh dalam reaksi SN1 cukup
berbeda dari hasii dalam reaksi SN 2. Secara khas, jikaenantiomer murni
(dari) suatu alkil halida yang mengandung karbon C—X yang
kiral mengalami suatu reaksi SN1, make akan diveroleh produk
substitusi rasemik(bukan *produk inversi seperti yang diperoleh dalam
reaksi SN 2)
Reaksi SN2
Reaksi bromoetana dengan ion hidroksida yang menghasilkan
etanol dan ion bromida adalah suatu reaksi SN2 yang khas (SN2 berarti
"substitusi, nukleofilik, bimolekular. Bolch dikatakan metil halida dan
alkil halida primer apa saja, bereaksi SN2 dengan nukleofil yang agak
kuat: Metil halida dan alkil halida primer bereaksi dengan nukleofilik
lemah, seperti H2 0, tetapi reaksi-reaksi ini terlalu lambat sehingga tak
bermanfaat. Alkil halida sekunder dapat bereaksi SN2; tetapi alkil halida
tersier tidak.
Mekanisme Reaksi
Pemerian terinci mengenai bagaimana reaksi berlangsung disebut
mekanisme reaksi. Agar bereaksi pertama-tama molekul-molekul itu
harus saling bertabrakan. Kebanyakan tabrakan antara molekul itu
tidak mengakibatkan suatu reaksi; molekul-molekul itu hanyalah
terpental kembali. Agar bereaksi, molekul-molekul yang bertabrakan
itu harus: mengandung cukup energi potensial agar terjadi pematahan
11
ikatan. Juga sikap (orientasi molekul-molekul itu, satu terhadap yang
lain
Stereokimia Reaksi SN2
Dalam reaksi SN2 antara bromoetana dan ion hidroksida, oksigen
(dari) ion hidroksida menabrak bagian belakang karbon ujung dan
menggantikan ion bromide
H. Pembuatan
Dari Alkohol
Reaksi berlangsung: Melewatkan gas halida kering ke alkohol
Memanaskan alkohol dengan asam pekat NaBr dan H2SO4 dengan adanya alkohol
HCl (paling tidak reaktif)
Halogenasi
12
Adisi hidrogen halida dari alkena
Adisi halogen dari alkena dan alkuna
I. Penggunaan Alkil Halida
Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi etanol,
disimpan dalam botol coklat, diisi sampai penuh).
Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk lemak,
alat pemadam kebakaran (Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.
Karbon tetraklorida merupakan zat cair yang tidak berwarna dengan
massa jenis lebih besar dari air. Uap CCl4 tidak terbakar sehingga
sering digunakan sebagai pemadam kebakaran. Selain itu, juga
digunakan sebagai pelarut untuk lemak dan minyak.
Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin lemari es,
alat “air conditioner”, sebagai propellant (penyebar) kosmetik,
insektisida.
Sebagai pelaru non polar. Banyak senyawa halo alkana yang
digunakan sebagai pelarut nonpolar CCl4, CHCl3, C2H3Cl3. Pelarut ini
bersifat racun sehingga jangan sampai terhirup.
Tetraklorokarbon (CCl4). Karbon tetraklorida merupakan zat cair yang
tidak berwarna dengan massa jenis lebih besar dari air. Uap CCl4
tidak terbakar sehingga sering digunakan sebagai pemadam
kebakaran. Selain itu, juga digunakan sebagai pelarut untuk lemak
dan minyak.
DDT (dikloro difenil trikloro metana) ini digunakan sebagai
insektisida. Akan tetapi zat ini sukar sekali terurai, sehingga masih
ada dalam sayuran dan hewan ternak yang memakan rumput yang di
semprotkan DDT. Akibatnya dapat menimbulkan keracunan.
Sebagai pelaru non polar. Banyak senyawa halo alkana yang
digunakan sebagai pelarut nonpolar CCl4, CHCl3, C2H3Cl3. Pelarut ini
bersifat racun sehingga jangan sampai terhirup.
13
BAB III
Kesimpulan
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen dan satu atom
halogen, dapat di bagi dalam tiga kategori : alkil halida ,aril halida dan halida
vinilik. Halo alakana mempunyai isomer tempat maupun isomer kerangka.
Alkena atau dalam kimia organik adalah hidrokarbon tak jenuh dengan
sebuah ikatan rangkap dua antara atom karbon. Alkena asiklik yang paling
sederhana, yang membentuk satu ikatan rangkap dan tidak berikatan dengan
gugus fungsional manapun, maka akan membentuk suatu kelompok
hidrokarbon dengan rumus umum CnH2n.
Beberapa alkil halida yang bisa dimanfaatkanantara lain:
Kloroform (CHCl3),, Tetraklorokarbon (CCl4) ,Freon,
DDT (dikloro difenil trikloro metana)
14
Daftar Pustaka :
http://sulpahmiami.blogspot.com/2012/06/makalah-kimia-organik.html
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1711/Alkil
_halida.pdf?sequence=1
www.chem-is-try.org