kimia lingkungan

Upload: wahyuddin-shabir-wa-dzakir

Post on 07-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KIMIA LINGKUNGAN

TRANSCRIPT

Percobaan 2STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

I. Tujuan Praktikum1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.2. Memperoleh dan menetapkan informasi mengenai kadar asaam cuka perdaagangan.

II) TeoriAnalisis volumetric yang diterapkan pada analisis contoh yang mengandung asam menggunakan larutan basa kuat yaitu NaOH 0,1 M. Melihat betapa maraknya asam cukaa yang diperdgangkan dengan kadar yang berbeda-beda, membuat praktikum ini penting utk dilakukan. Sebagaimana yang disebutkan pada tujuan dilakukannya praktikum ini.Pada praktikun ini dilakukan proses titrasi atau volumetri yaaitu pengukuran yang dilakukan berdasarkan volume larutan. Suatu larutaan yang konsentraasinya diketahui secara tepat dinamakan larutan standar, dan proses pengukuran konsentrasi larutan ini dinamakan standarisasi.Menurut Sukmariah, (1990:123) ada dua cara menstandarkan larutan, yaitu:1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume terteentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distaandarkan dengan larutan standar primer disebut standar sekunder.Menurut Rivai, Harrizul (1994:49) larutan pereaksi biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti, disebut pentiter atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan pentiter ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah1. Reaksinya harus berlangsung secara cepat.2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia atau fisik.4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.Pada percobaan kali ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstaandarisasi larutan basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis larutan yang mengandung asam.Menurut Yunisa (2001:121) Dinamakan suatu larutan apabila didalamnya terdapat zat terlarut dan zat pelarut. Untuk menyatakan pekat atau encernya suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan, seperti: Kemolaran (M) : jumlah mol zat terlarut dalaam tiap liter larutan.M=mol/liter Kemolalan (m) : jumlah mol zat terlarut dalaam tiap 1000 gr pelarut.M=1000/pelarutxgr/Mr Normalitas (N) ; satuan N hanya digunakan pada reaksi asam basa dan reaksi redoks. Untuk asam dan basa kperlu diperhatikaan H+ atau OH-nya.Grek=mol x jumlah H+ atau OH-Jika telah memahamihubungan mol dengan grek, maka kenormalan adalah jumlah grek zat terlarut dalam tiap liter larutan.N=grek/liter Fraksi mol (X) : perbandingan jumlah mol satu zat dalam larutan terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan.X=mol suatu zat/mol seluruh zat Persentase (%) : jumlah zat terlarut dalam setiap 100 gr larutan.%=gr zat terlarut/gr larutan x 100%Konsep asam basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan oleh sekelompok senyawa dalam larutannya dalaam air. Berdasarkan sifat-sifatnya, asam merupakan senyawa yang mempunyai rasa asam dan dalam air akan menghasilkan H+ sedangkan basa adalah senyawa yang mempunyai rasaa pahit dan dalam air menghasilkaan ion OH-.Berdasarkan pengertian [H+] dan [OH-] dapat diperoleh skala pH yang merupakan logaritma negative [H+] atau secara matematika ditulis pH=-log[H+].Menurut absorbi (1995:67) pada titrasi asam basa, perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas. Oleh karena itu, penentuan titik akhir titrasi dipakai indicator. Karena zaat ini memperlihatkan perubahan warna pH tertentu. Namun tidak semua indicator berubah warnanya pada pH yang sama. Perubahan warna indicator bergantung pada [H+] dalam larutan, maka indicator asam basa digunakan untuk memperkirakaan keasaman atau keasaaan suatau larutan. Salah satu indicator yang serin digunakan adalah fenolftalein (pp). pada larutan asam pp tidak berwarna, sedangkan pada larutan basa berwarna pink. Sekarang, penentuan pH dapat dilakukan tanpa menggunakan indicator, melainkan dengan mengginakan pH meter.Saat terjadinya perubahan warna indicator dalam proses titrasi disebut titik akhir titrasi. Pada saat titik akhir titrasi tercapai, titrasi harus dihentikan. Biasanya titik akhir titrasi tidak tepat sama dengan titik kesetaraan, makin kecil perbedaan titik akhir titrasi dengan titik kesetaraan, maka makin kecil kesalahan titrasi.

III) Prosedur Kerja3.1 Alat dan Bahan Alat :1. Labu ukur 100 ml: 1 buah2. Buret 50 ml: 2 buah3. Erlenmeyer 100 mL: 3 buah4. Erlenmeyer 150 mL: 2 buah5. Pipet ukur 10 mL: 1 buah6. Klem dan Standar 7. Batang pengadung: 1 buah8. Gelas ukur 100 mL: 1 buah9. Gelas ukur 50 mL : 1 buah10. Kaca arloji : 1 buah11. Pipet tetes: 5 buah12. Spatula : 1 buah

Bahan :1. Asam Oksalat2. Larutan NaOH3. Asam cuka perdagangan4. Indikator pp

3.2 Skema Kerjaa. Penentuan Molaritas NaOH

1,26 gr H2C2O4

ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur

Larutan H2C2O4 diencerkan hingga 100 ml

100 ml larutan H2C2O4 encer

dimasukkan ke dalam enlenmeyer ditambah indicator pp 2 tetes dititrasi dengan NaOH

Hasil pengamatan diulangi 3 kali

b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan

10 ml CH3COOH

diambil dengan pipet ukurdimasukkan ke dalam labu ukurdiencerkan hingga 100 ml

Larutan encer CH3COOH

10 ml larutan encer CH3COOH

Dimasukkan ke dalam enlenmeyer 125 mlDitambah 2 tetes indicator ppDititrasi dengan larutan NaOH standar

Hasil pengamatan Diulang 3 kali

IV) Hasil dan Pembahasan4.1 Hasil

Pengamatan 1Titrasi ITitrasi IIVrata-rata

V NaOH10 ml10 ml10 ml

V H2C2O4.2H2O5 ml5 ml5 ml

Pengamatan 2Merk asam cuka yang dipakai :Cuka makan cap nagaTitrasi ITitrasi II

Skala awal buret50 ml50 ml

Skala akhir buret18,2 ml18,3 ml

Vol. NaOH (mL)31,8 ml31,7 ml

Volume rata-rata NaOH yang digunakan : 31,75 ml

Perhitungan:

a. Standarisasi larutan NaOH1) Penentuan konsentrasi Larutan asam oksalat (H2C2O4)Massa H2C2O4= 1,26Volume larutan H2C2O4 = 5 mlBerat molekul H2C2O4= 90,03 g/mol

2) Penentuan konsentrasi NaOHVolume NaOH saat titrasi= 10 mlVolume rata-rata H2C2O4 saat titrasi = 5 mlVH2C2O4.MH2C2O4 = VNaOH.MNaOH 5 ml.2,78 M = 10 ml.MNaOH MNaOH = 1,39 M

b. Penetapan kadar CH3COOH Volume CH3COOH yang dititrasi= 10 mlVolume rata-rata NaOH= 31,75 mlVCH3COOH.MCH3COOH = MNaOH.VnaOH 10 ml.MCH3COOH = 0,1M.31,75 mlMCH3COOH = 0,3175 M

c. Persentase kadar CH3COOHBerat molekul CH3COOH = 60,05 g/mol

=19,06%4.2 PembahasanPada praktikum ini membahas tentang penentuan molaritas NaOH 0,1 M dan penetapan kadar asam cuka perdagangan. Standarisasi merupakan suatu teknik untuk menentukan molaritas (konsetrasi) larutan yang sebenarnya, secara teliti.Analisis kuantitatif merupakan analisis yang memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel. Pada percobaan ini menggunakan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar CH3COOH perdagangan. Pada percobaan ini digunakan asam cuka merk cuka makan cap naga. Pada analisis ini menggunakan larutan standarnya adalah NaOH 0,1 M. Karena NaOH merupakan larutan standar sekunder, maka sebelum digunakan terlebih dahulu NaOH distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan suatu standar primer.Pada percobaan ini dilakukan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar asam cuka komersial. Analisis yg digunakan adalah analisis titimetri dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M sebagai larutan standarnya.Untuk menentukan konsentrasi dari larutan NaOH, maka dilakukaan titrasi antara NaOH dengan asam oksalat 1,26 gram sebagai titran. Asam oksalat diencerkan hingga 100 ml kemudian dimasukkaan dalam buret. Titrasi ini dilakukan dengan menambahkan 2 tetes fenolftalein ke dalam larutan NaOH. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein. Saat fenolftalein dimasukkan dalam larutan NaOH akan terjadi perubahan warna yaitu warna pink. Fenolftalein dalam larutan basa berwarna pink dan larutan NaOH merupakan larutan basa. Titrasi NaOH baru dihentikan setelah terjadi perubahan warna NaOH untuk pertama kalinya menjadi warna bening. Perubahan tersebut menunjukkan telah tercapainya titik ekuivalen yaitu dimana saat larutan standar tepat bereaksi dengan larutan yang dititrasi. Titrasi ini dilakukan sampai 2 kali, pada titrasi pertama diperoleh volume asam oksalat 5 ml dan pada titrasi kedua juga didapat 5 ml. dan volume rata-rata asam oksalat yang diperoleh adalah 5 ml. Dengan tercapainya titik ekuivalen pada proses titrasi maka besarnya konsentrasi NaOH yang diperoleh ialah 1,39 M.Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui konsentrasinya, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini, menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas. Pada penentuan konsentrasi asam asetat terjadi reaksi antara asam lemah dan basa kuat (NaOH). Reaksi yang terjadi adalah:CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pertama sekali kita mengencerkan asam cuka perdagangan. Kita mengambil 10 ml larutan asam yang sudah diencerkan lalu ditambahkan 2 tetes indicator PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH, dan pentitrasian harus segera dihentikan ketika terjadi perubahan warna dari bening menjadi berwarna pink dan catat volume NaOH yang digunakan. Pentitrasian ini dilakukan 2 kali juga, dan volume rata-rata NaOH yang digunakan adalah 31,75 ml sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar 0,3175 M.Berat molekul dariasam asetat ialah 60,05 g/mol. Maka didapatkan persentase kadarnya sebesar 19,06 %.

V. Kesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: Pada percobaan ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu analisis yang memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel. Pada titrasi pertama warna pink berubah menjadi bening karena yang dititrasi adalah NaOH sebagai basa kuat, dan pada titrasi kedua warna bening menjadi warna pink karena yang dititrasi adalah asam cuka perdagangan yang merupakan asam lemah. Konsentrasi Larutan asam oksalat (H2C2O4) yang didapatkan adalah Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi NaOH sebesar 1,39 M. Kadar asam cuka perdagangan didapatkan sebesar 19,06 %.

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini banyak melakukan titrasi, dengan demikian akan lebih baik jika titrasi dilakukan lebih dari 2 kali. Dengan demikian semakin banyak data yang diperoleh, dan praktikan semakin mahir dan terampil dalam melakukan titrasi, dan hasil yang diperoleh akan semakin efisien. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena terbatasnya waktu. Untuk itu praktikan harus benar-benar serius dalam melakukan percobaan ini.

DAFTAR PUSTAKAAbsorbi. 1995. Ikhtisar Kimia. Cv Pionir Jaya, Bandung.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1987. Garis Besar Program Pengajaran Kimia Edisi 1987. Cv Monir, Bandung.Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia, Jakarta.Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Yunisa, Ade. 2011. Kupas Tuntas Kimia. Victory Inti Cipta, Bandung.LAMPIRAN

Pertanyaan Prapraktikum1. Apa yang dimaksud dengan molaritas, titrasi, dan larutan standar?2. Bagaimana cara menghitung molaritas larutan?3. Apa tujuan dilakukannya titrasi dan penggunaan larutan standar dalam titrasi?

Jawaban:1. Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhakan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya secara pasti.2. 3. Titrasi bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui konsentrasinya agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya.Larutan standar berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutaan baku.

Evaluasi :

1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!

Jawaban:1. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya secara pasti.2. Larutan primer adalah larutan yang pembuatannya dilakukan secara langsung dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandarkan dengan larutan standar primeer.3. Bisa saja indicator pp digunakan dalam titrasi basa kuat dan asam kuat, tetapi dalam titrasi bahan tersebut jarang digunakan karena titrasi yang diperoleh kurang akurat.