pencemaran udara kimia lingkungan
TRANSCRIPT
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN
PENCEMARAN UDARA AKIBAT
KARBON MONOKSIDA (CO)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Linda Juli Astuti 1006806444
Nina Muhamad Kadri 1006806526
Nurul Amalina 1006806564
Putri Ayuningtyas 1006806583
Renny Handayani 1006806614
Riri Yuana 1006806620
DEPARTEMEN FARMASI PROGRAM S1 EKSTENSI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2011
PENCEMARAN UDARA
AKIBAT CARBON MONOKSIDA (CO)
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok
di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting
dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara
optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang
sangat memprihatinkan. Udara merupakan media lingkungan yang
merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang
serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia
2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah
satu dari sepuluh program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll
disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan
dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan
kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan
terjadinya penularan penyakit.
Menurut Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations
Environmental Program pada tahun 1992, Indonesia berada di urutan ketiga
negara terpolusi di dunia setelah Mexico dan Bangkok (UNEP, 2007). Hal ini
menunjukkan bahwa kota – kota di Indonesia mengindikasikan pencemaran
udara yang cukup tinggi.
A. PENCEMARAN UDARA
1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia
secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Tabel 1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Tabel 2. Perbandingan Tingkat Konsentrasi antara Udara Bersih
dan Udara Tercemar
2. Klasifikasi Pencemaran Udara
Menurut Warner (1981) pencemaran udara berdasarkan
sumbernya, dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Polutan primer, terbentuk langsung dari emisi yang terdiri dari
partikulat berukuran < 10 mikron (PM 10), Sulfur dioksida (SO2),
Nitrogen dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO) dan Timbal.
b. Polutan sekunder, merupakan bentuk lanjut dari pencemar primer
yang telah mengalami reaksi kimia di lapisan atmosfer yang lebih
rendah. Yang termasuk kepada kategori pencemar sekunder adalah
ozon yang dikenal sebagai oksidan fotokimia, garam sulfat, nitrat
dan sebagainya.
Sementara Peavy (1985) menyatkan bahwa bahan pencemar
udara dapat dibagi menjadi polutan alami, campuran kimia, dan
partikel. Sementara polutan partikel dapat digolongkan sebagai
partikulat seperti debu, asap dan gas (polutan gas organik dan
inorganik).
Dari pengelompokan tersebut, sumber-sumber emisi zat
pencemar udara secara diagramatis disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Klasifikasi Sumber Emisi
(Sumber : Colls, 2002)
3. Jenis-Jenis Bahan Pencemar
a. Karbon monoksida (CO)
b. Nitrogen dioksida (NO2)
c. Sulfur Dioksida (SO2)
d. CFC
e. Karbon dioksida (CO2)
f. Ozon (O3)
g. Benda Partikulat (PM)
h. Timah (Pb)
i. HydroCarbon (HC)
4. Penyebab Utama Pencemaran Udara
Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar,
diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya
kendaraan bermotor. Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997
terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa :
a. Sepeda motor 207 %
b. Mobil penumpang 177 %
c. Mobil barang 176 %
d. Bus 138 %
5. Dampak Pencemaran Udara
a. Penipisan Ozon
b. Pemanasan Global ( Global Warming )
c. Penyakit pernapasan, misalnya: jantung, paru-paru dan
tenggorokan
d. Terganggunya fungsi reproduksi
e. Stres dan penurunan tingkat produktivitas
f. Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak
g. Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and
Method of Measurement telah menetapkan beberapa tingkat
konsentrasi pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya
terhadap kesehatan/lingkungan sebagai berikut:
a. Tingkat I : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui
akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi pada
panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan,
pembatasan penglihatan dan akibat lain pada lingkungan (adverse
level).
c. Tingkat III : Konsentrasi di mana mungkin timbul hambatan pada
fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang mungkin dapat
menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur (serious
level).
d. Tingkat IV : Konsentrasi di mana mungkin terjadi penyakit akut
atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency
level).
Gambar 2. Pengaruh Pencemaran Udara Bagi Kesehatan
6. Peraturan Pencemaran Udara di Indonesia
Dari segi ketentuan atau peraturan, peraturan di indonesia tidak
kalah dengan peraturan di amerika. Karena undang undang
ingkungan di indonesia sangat bagus. Bedanya pada aplikasi
peraturannya saja, negara maju lebih responsif daripada di Indonesia.
Peraturan yang ada di Indonesia merupakan peraturan yang
berkiblat pada Eropa karena masa lalu Indonesia yang pernah dijajah
oleh Belanda. Sistem yang dianut oleh Indonesia adalah sisil law,
dimana hukum- hukumnya dibukukan ke dalam Undang – Undang.
Indonesia telah meratifikasi hukum yang ada. Meratifikasi adalah
memasukkan ketentuan asing, biasanya berupa konvensi atau traktat
(perjanjian). Caranya adalah dengan membuat UU mengenai ratifikasi
ketentuan – ketentuan tersebut. Peraturan yang ada di Indonesia yang
mengatur tentang pencemaran udara diantaranya yaitu (Tamin, 2004) :
1 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
2 PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
3 KepMen KLH No.45/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran
Udara
4 Kep Kepala Bappedal No.107/1997 tentang Perhitungan dan
Pelaporan Informasi PSI
5 KepMen KLH No.KEP/MENLH/1995 tentang Emisi Sumber Tidak
Bergerak
6 Kep Kepala Bappedal No. 205/1997 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak
7 KepMen KLH No.129/2003 tentang Standar Emisi untuk Kegiatan
Minyak dan Gas
8 KepMen KLH No.35/93 tentang Standar Emisi untuk Kendaraan
Bermotor
9 KepMen KLH No.141/2003 tentang Standar Emisi untuk Tipe Baru
dan Produksi Masa Kini Kendaraan Bermotor
10 KepMen KLH No.252/2004 tentang Keterbukaan Informasi baik
Sumber Tidak Bergerak dan Sumber Bergerak
11 KepMen KLH No. 50/96 tentang Standar Tingkat Kebauan
7. Pemantauan Kualitas Udara
Secara garis besar ada empat tujuan utama yaitu :
Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu
daerah dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan mengenai
kualitas udara yang berlaku dan baku.
Untuk menyediakan pengumpulan data (data base) yang diperlukan
dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan pertimbangan
perencanaan, seperti pengembangan kota dan tata guna lahan,
perencanaan transportasi, evaluasi penerapan strategi
pengendalian pencemaran yang telah dilakukan, validasi
pengembangan model difusi dan dispersi pencemaran udara.
Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang
ada di daerah pengendalian pencemaran udara tertentu.
Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian
darurat untuk mencegah timbulnya episode pencemaran udara.
Gambar 3. Alat dan Skema Kerja Pemantauan Kualitas Udara
B. CARBON MONOKSIDA
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan
beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas
karbon monoksida antara lain:
Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa
karbon lainnya:
2 C + O 2 → 2 CO
Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses
industri yang terjadi dalam tanur:
CO2 + C → 2 CO
Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi:
2 CO2 → 2 CO + O 2
Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke
atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari
kegiatan manusia.
1. Sifat Fisika dan Kimia
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa
karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran
sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau,
tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat
racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat
dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
2. Sumber dan Distribusi
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara
alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia,
Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,
oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai
listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama
yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi,
Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per
tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang
menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari
sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari
industri dan pembakaran sampah domestik.
Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari
CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain
itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat
memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku
dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa
penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan
sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi
tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO
yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari.
Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi
jalan dan bangunan disekitarnya.
Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam
bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah yang
terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk
tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam
darah. Oleh karena itu kadar CO didalam lingkungan, cenderung
dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan. Data CO
yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang
hari (moving 8 hour average concentration) adalah lebih baik
dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali
pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari.
Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons
tubuh manusia tyerhadap keracunan CO dari udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor)
terutama berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan
bakar fosil dan tungku masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan
tempat alat tersebut bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun
umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih
kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok.
Beberapa Individu juga dapat terpajan oleh CO karena
lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh
CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil,
petugas industri logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia
dan pemadam kebakaran. Pemajanan Co dari lingkungan kerja seperti
yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di
bengkel kendaraan bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3
dan didalam darah para pekerja bengkel tersebut bisa mengandung
HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas
yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar
4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari
bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang
melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di
Amerika Utara menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat bukan
perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung
HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri
dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya yang normal.
Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar
0,1+1% dari total HbCO dalam darah.
Karbon monoksida dapat terjadi di berbagai lingkungan,
baik secara alamiah dan buatan (artifisial). Konsentrasi gas karbon
monoksida berikut dalam ppm dapat ditemui dari:
Tabel 3. Konsentrasi Gas Karbon Monoksida
KONSENTRASI TEMPAT/SUMBER
0,1 ppm Kadar alami di atmosfer
0,5 – 5 ppm Kadar rata-rata di rumah
5 – 15 ppm Kadar dekat kompor gas rumah
100 – 200 ppm Daerah pusat kota (Seperti Meksiko)
5.000 ppm Cerobong asap rumah dari
pembakaran kayu
7.000 ppm Gas knalpot mobil yang tidak
diencerkan
30.000 ppm Asap rokok yang tidak diencerkan
3. Dampak Terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel
darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200
kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2).
Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat
serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu,
metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu
dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO
sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada
otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap
aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm
apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing
Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)
dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia
ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu
ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan
asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari
20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm
selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok
menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok
jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat
membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok
dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb
dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok
berat mudah terkena serangan jantung.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan
100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada
tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai
2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka akan
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang
ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau,
berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke
udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan
phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin
darah membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb
membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala
keracunan sesak nafas dan penderita pucat. Reaksi CO dapat
menggantikan O2 dalam haemoglobin dengan reaksi :
O2Hb + CO –> OHb + O2
Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan,
fungsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru
menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu tinggal CO
dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO2
dalam atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon.
Mikroorganisme tanah merupakan bahan yang dapat menghilangkan
CO dari atmosfer.
Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO
sebesar 120 ppm dapat dihilangkan selaIna 3 jam dengan cara
mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971), dengan demikian
mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari
lingkungan, sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan
Aspergillus.
Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan
gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam
darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang
menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan
sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari
masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah
dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya
kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi
pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan
membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat
terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10%
dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar
CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini
terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa
terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan
berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat
penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang
pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran
hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan
pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak
proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap
pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6%
menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi
agak berbeda.
Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para
bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan
menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang
tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan
denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan
kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak didapatkan data
tentang pengaruh pemajanan CO kadar rendah terhadap sistim
kardiovaskular.
Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO
kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit
tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar HbCO sampai
15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon
monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas
bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh
tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah
menderita sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat
penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan
wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada
saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien
yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar
HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan janin yang
dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous)
dengan kadar yang lebih tinggi, pajanan tambahan dari luar dapat
mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang
menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini
menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat
badan lebih rendah dari normal. Masih ada dua aspek lain dari
pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama,
tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi terhadap
pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan
akut pada kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih
lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang
dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah
kenyataan bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-
halogen yaitu metilen khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan
meningkatnya kadar HbCO karena ada metobolisme di dalam tubuh
setelah absorpsi terjadi. Karena senyawa diatas termasuk kelompok
pelarut (Sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk
menggantikan karbon tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan
lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah
Terhadap Kesehatan Manusia
KONSENTRASI
CO DALAM
DARAH
GEJALA - GEJALA
Kurang dari 20%
20%
30%
30% – 40%
40% - 50%
60% - 70%
70% - 89%
Tidak ada gejala
Nafas menjadi sesak
Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan
sedikit meningkat
Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya
ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan
Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces
dan urin
Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian
karena kegagalan pernafasan
Tabel 4. Efek paparan Gas Karbon Monoksida
4. Gejala – gejala Keracunan Gas CO
Umumnya rute keterpajanan gas karbon monoksida adalah
melalui jalan pernapasan atau rute terhirup atau inhalasi (inhalation
route). Gas ini dikelompokkan sebagai bahan kimia asfiksia
(asphyxiate). Ia mengakibatkan racun dengan cara meracuni
homoglobin (Hb) darah. Hb berfungsi mengikat darah dalam bentuk
HbO. Setelah CO mengikat haemoglobin darah terbentuk ikatan:
HbCO maka otomatis oksigen akan terusir. Dengan mekanisme ini,
tubuh mengalami kekurangan oksigen dan gejala asfiksia atau
kekurangan oksigen akan terjadi. Sebab afinitas atau sifat pengikatan
atau daya lengket karbon monoksida ke haemoglobin darah
dibandingkan dengan oksigen jauh lebih besar sebanyak 200 – 3-
000 kali lipat.
Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika terhirup
dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun terhadap
tubuh.
Gejala akut – waktu singkat:
Gas karbon monoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat
terjadi perlahan-lahan, dan kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini
bergantung dari konsetrasi paparan dan lama paparan.
Indikasinya bibir dan kuku-kuku jari jemari akan berubah menjadi
agak merah. Ini suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas
yang bisa diterima. Juga bisa terlihat seseorang yang terpapar
mengalami gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan dangkal,
pusing, mendesah, indiges, dan mual. Pada konsetrasi yang tinggi bisa
saja terjadi pingsan atau tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat
kematian. Gejalanya juga bisa berupa penglihatan terganggu dan
kehilangan ingatan.
Gejala kronik – gejala jangka panjang:
Kajian klinis menunjukkan adanya hubungan antara paparan
gas karbon monoksida untuk pekerjaan tertentu seperti petugas
pemadam kebakaran, pekerja proyek/foundry dan kejadian
meingkatnya penyakit jantung. Gas karbon moniksida adalah gas
toksin reproduksi.
Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus (hamil)
menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar
65ppm/24 jam maka akan menunjukkan gejala atau efek negatif
terhadap sistem reproduksi.
5. Pertolongan Pertama Keracunan
Bila terjadi keracunan gas karbon monoksida, maka untuk
pertolongan pertama adalah segera bawa korban ke tempat yang jauh
dari sumber karbon monoksida, longgarkan pakaian korban supaya
mudah bernafas. Pastikan korban masih bernafas dan segera berikan
oksigen murni. Korban harus istirahat dan usahakan tenang.
Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang.
Segera bawa ke rumah sakit terdekat.
6. Siapa yang beresiko keracunan karbon monoksida
Kasus kematian akibat kebakaran gedung atau bangunan
disebabkan karena keracunan CO, oleh karena itu petugas
pemadam kebakaran merupakan yang beresiko tinggi mendapat
keracunan CO
Pengecat yang menggunakan cat yang mengandung metilin
klorida, asapnya mudah diserap melalui paru-paru dan mudah
masuk ke peredaran darah, metilin klorida ditukar ke karbon
monokisida di hati.
Perokok adalah salah satu kelompok yang beresiko keracunan CO
karena asap tembakau merupakan salah satu sumber CO.
Bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah
kardiovaskuler lebih mudah beresiko keracunan karbon monoksida,
walaupun pada kepekatan yang rendah.
7. Pencegahan
a. Sumber Bergerak
1) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
2) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
3) Memasang filter pada knalpot.
b. Sumber Tidak Bergerak
1) Memasang scruber pada cerobong asap.
2) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian
secara berkala.
3) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan
kadar CO rendah.
c. Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku
mutu (10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24
jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-
upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas.
b) Menutup/menghindari tempat – tempat yang diduga
mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll.
8. Penanggulangan
a) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan
exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Colls, Jeremy. (2002). Air Pollution, Second Edition, Spon Press Tylor &
Francis Group, London.
Huboyo, Haryono S, M. Arief Budiharjo. 2008. Buku Ajar Pencemaran Udara.
Semarang: Universitas Diponegoro
InfoPOM Badan POM Volume 5 No. 1 Januari 2004, Keracunan Yang
Disebabkan Gas Karbon Monoksida, Jakarta, 2004.
Peavy, Howard S, Rowe, Donald R, Tchobanoglous, George, (1985),
Environmental Engineering, McGraw Hill Inc, Singapore
Sentra Informasi Keracunan Badan POM, Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan Untuk Rumah Sakit, Karbon Monoksida, Jakarta, 2001.
Tamin, Ridwan D (2005), Assistant Deputy for Vehicles Emissions Pollution
Control, Policy And Regulation Of Air Pollution In Indonesia, paper
presented in Training of Trainer BASIC URBAN AIR QUALITY
MANAGEMENT CAI Net, September 19 – 23, 2005, Bandung
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF
http://xa.yimg.com/kq/groups/9413146/259254791/name/
RacunGasKarbonMonoksida.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida
http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf