kimia dasar
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Percobaan 1 Kimia DasarTRANSCRIPT
PERCOBAAN 1
TEKNIK LABORATORIUM
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Mampu menjelaskan kegunaan alat-alat di Laboratorium
I.2 Mampu menggunakan alat-alat laboratorium
I.3 Mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar
II. DASAR TEORI
II.1Teknik Laboratorium
Laboratorium kimia adalah suatu ruangan khusus yang dilengkapi dengan berbagai
alat-alat dan fasilitas-fasilitas sehingga dapat memenuhi syarat untuk dapat
melakukan percobaan-percobaan dan praktikum yang menunjang mata kuliah kimia
dasar. (Mulyana, 1982)
Untuk mendukung kegiatan praktikum mata kuliah kimia dasar di laboratorium kimia
dasar, tersedia berbagai jenis peralatan dengan fungsi tertentu.Oleh karena itu,
mahasiswa perlu mengetahui kegunaan dan mampu menggunakan masing-masing alat
tersebut.Pemilihan alat tertentu umumnya berdasarkan ketelitian yang dikehendaki,
sifat dari zat yang dipakai dan keamanan terhadap si pemakai serta lingkungannya.
Nama-nama serta fungsi beberapa peralatan sederhana yang sering digunakan di
laboratorium kimia dasar adalah sebagai berikut :
a. Tabung reaksi
Sebagai tempat untuk mereaksikan dua atau lebih zat.
b. Penjepit
Untuk menjepit tabung reaksi.
c. Pengaduk gelas
Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan direaksikan maupun ketika
reaksi sementara berlangsung.
d. Corong
Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau
plastic dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk
memasukkan atau memindah larutan dari satu tempat ke temapt lain dan
digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring pada bagian
atas.
e. Kertas saring
Untuk menyaring larutan.Dalam suatu pekerjaan, analisis secara gravimetri,
endapan sering disaring dengan menggunakan kertas saring yang tak
meninggalkan abu.
f. Pipa bengkok
Terbuat dari gelas.Fungsinya adalah untuk mengalirkan gas ke dalam suatu tempat
tertutup atau ke dalam larutan.
g. Kaca arloji
1. Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia
2. Untuk menimbang bahan-bahan kimia
3. Untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator.
h. Gelas ukur
Untuk mengukur volume larutan.Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi
gelas ukur tidak diperbolehkan untuk mengukur volume larutan.Pengukuran
dengan ketelitian tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.
i. Gelas beker
Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan.Gelas beker memiliki takaran
namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengulur volume suatu zat cair.
j. Erlenmeyer
Tempat membuat larutan.Dalam membuat larutan Erlenmeyer yang selalu
digunakan.
k. Labu ukur
Untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.
l. Pipa gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label
yang tertera pada bagian yang menggembung.
m. Pipet ukur
Untuk mengukur volume larutan.
n. Pipet Pasteur (pipet tetes)’
Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.
o. Buret
Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk
mengukur volume suatu larutan.
(Ensiklopedia Umum)
II.2Teori Asam – Basa
II.2.1 Teori Asam Basa Browsted – Lowry
Dalam kimia, teori Bronsted-Lowry adalah teori mengenai asam basa
yang digagaskan oleh Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin
Lowry pada tahun 1923 secara terpisah.Dalam teori ini, asam Bronsted
didefinisikan sebagai sebuah molekul atau ion yang mampu
melepaskan atau “mendonorkan” kation hidrogen (proton, H+), dan
basa Bronsted sebagai spesi kimia yang mampu menarik atau
“menerima” kation hidrogen (proton).
(Ensiklopedia Umum)
II.2.2 Teori Asam Basa Arhenius
Arhenius berpendapat tentang teori pengionan elektrolit. Elektrolit
yang dilarutkan didalam air akan terurai menjadi ion positif dan
negatif. Zat yang larut dalam air menghasilkan ion H+ disebut asam,
zat yang larut dalam air dan menghasilkan ion H- disebut basa.
(Gany, 1991)
II.2.3 Teori Asam Basa Lewis
Menurut Lewis, asam merupakan akseptor pasangan elektron,
sedangkan basa merupakan donor pasangan elektron. Lewis
berpendapat bahwa teori Bronsted – Lowry merupakan kasus khusus,
karena proton dapat dianggap sebagai akseptor pasangan elektron dan
basa (OH-,NH2,H2SO42- dan sebagainya) sebagai donor pasangan
elektron.
(Cotton &Willkinson, 1989)
II.3Pengenceran
Pengenceran merupakan proses mencampur larutan pekat (dari konsentrasi
tinggi) dengan cara menambah pelarut untuk memperoleh volume air yang
lebih besar dengan konsentrasi larutan lebih rendah. Pada proses pengenceran,
volume dan kemolalan berubah, jumlah mol zat terlarut tidak berubah.
Sehingga hasil kali normalitas dengan volume senyawa semula yang
digunakan (V1 . N1) harus sama dengan hasil akhir setelah pengenceran
(V1 . N1 = V2 . N2) dengan :
V1 = volume asli larutan yang digunakan
N1 = normalitas asli
V2 = volume larutan yang dibuat
N2 = normalitas standar yang dibuat
Normalitas merupakan banyaknya ekuivalen zat terlarut er liter larutan.
(Kunfelter, 1990)
II.4Penyaringan / Filtrasi
Penyaringan adalah suatu metode dimana suatu padatan siap untuk dipisahkan
dari cairan dengan melewati campuran menembus suatu saringan, yaitu suatu
penghalang dengan banyak lubang kecil.Filtrasi adalah metode sederhana
untuk memisahkan endapan dari air dalam serangkaian perlakuan atau
percobaan untuk kegunaan penyerapan, karena partikel pasir dan tanah liat
membuat endapan ini tidak dapat menembus saringan.
(Lemoy, 1991)
II.5Titrasi Asam dan Basa
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah
yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang
konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan
pengukuran volume larutan pereaksi disebut analisis volumetrik.Larutan
dalam buret disebut penitrasi.Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam
titrasi adalah netralisasi asam basa.Sebagian larutan asam diletakkan pada
Erlenmeyer atau gelas kimia.Indicator adalah suatu zat yang mempunyai
warna dalam keadaan asam dan basa berlainan.Titrasi telah mengalami netral
apabila telah mencapai suatu titik akhir.Suatu titik akhir adalah titik dimana
indicator tertentu berubah warna. Selam titrasi, titranditeteskan secara
perlahan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi larutan pereaksi lain.
Penambahan dilakukan sampai seluruh reaksi yag ditandai dengan adanya
perubahan warna dalam Erlenmeyer yang tidak hilang meskipun digoyang-
goyang.
(Braddy, 1994)
II.6Indikator Asam Basa
Indikator asambasa adalah asam atau basa organic yang mempunyai satu
warna jika konsentrasi hydrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan
suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pemilihan suatu indikator untuk suatu titrasi asam basa tertentu tergantung
kuat relative asam dan basa dalam titrasi. Indikator asam basa diantaranya :
Nama
Jangka pH dalam
perubahan warna Warna Asam Warna Basa
Metil kuning 2 - 3 Merah Kuning
Dinitrofenol 2,4 – 4,0 Tak berwarna Kuning
Metil orange 3 – 4,5 Merah Kuning
Metil merah 4,4 – 6,6 Merah Kuning
Lakmus 6 – 8 Merah Biru
Fenolftalein 8 – 10 Tak berwarna Merah
Timolftalein 10 – 12 Kuning Ungu
Trinitrobenzena 12 - 13 Tak berwarna Jingga
( Keenan, 1984 )
II.7Analisa Bahan
II.7.1HCl
Merupakan larutan yang bersifat asam, tidak berwarna, larut dalam air,
baunya tajam, titik didih -85oC dan titik leleh 114oC.
(Mulyono, 1997)
II.7.2 NaOH
NaOh berbentuk padatan kristal putih dan dapat larut dalam air, jika
diberi kalor. NaOH dapat menyebabkan iritasi dikulit dan
beracun.NaOH memiliki titik didih 193oC dan titik leleh ± 3,18oC.
(Bisri,1996)
II.7.3 NH4Cl
Suatu garam yang digunakan untuk pembuatan HCl di
laboratorium. Amonuim Klorida merupakan garam yang dihasilkan
dari reaksi ammonia dengan asam klorida, bersifat basa, berwarna
bening. Berfungsi untuk pengisi batu baterai dan bahan untuk
pembuat pupuk.
(Vogel,1985)
II.7.4 H2SO4
Merupakan asam kuat yang dihasilkan dari reaksi SO3- dan H2O,
memiliki pH lebih dari 7, berguna dalam industri pupuk, detergen,
insektisida, cat, dan lain-lain.
(Chang, 1984)
II.7.5 Fenolphtalein (PP)
Kristal berwarna yang meleleh pada suhu 2610C. Larut dalam
alcohol dan pelarut organic lainnya tetapi hanya larut sedikit dalam
air. Fungsinya sebagai indikator asam basa, tak berwarna dalam
larutan asam dan berwarna merah muda pada larutan basa.
Perubahan pH-nya 8,2 – 10,0.
(Mulyono, 1996)
2.7.6 (CH3COOH)2Pb
Senyawa beracun yang manis dapat melarutkan timbal monoksida.
(CH3COOH)2Pb dapat digunakan dalam pengobatan untuk
persenyawaan timbal lainnya.
(Anonim, 1973)
2.7.7 PbSO4
Kristal putih berbentuk rambis, racun keras, sedikit larut dalam air,
tidak larut dalam alcohol. Dibuat dengan mereaksikan timbal nitrat
dan natrium sulfat.Dipakai sebagai pigmen untuk zat.
(Ensiklopedia Umum)
2.7.8 Kertas Lakmus
Kertas lakmus adalah senyawa organic yang dapat mengalami
perubahan warna karena pengaruh asam dan basa dalam suatu
larutan dengan pH tertentu.
(Khopkas, 1990)
2.8 Teori Tumbukan
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan kita
tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang
melibatkan tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat mekanisme
reaksi menjadi lebih rumit.
2.8.1 Orientasi dari Tumbukan
Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua molekul etena CH2=CH2 dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk menghasilkan kloroetan.
Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal.Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon dan atom klor berikatan dengan satu karbon lainnya.
Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon.Tumbukan selain daripada itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul tersebut akan saling bertolak.
Tumbukan-tumbukan(collisions) yang ditunjukkan di diagram, hanya tumbukan 1 yang memungkinkan terjadinya reaksi.
2.8.2 Energi Tumbukan
Aktivasi EnergiWalaupun partikel-partikel itu berorientasi dengan baik, Anda tidak akan mendapatkan reaksi jika partikel-partikel tersebut tidak dapat bertumbukan melampui energi minimum yang disebut dengan aktivasi energi reaksi.
Aktivasi energi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contoh yang sederhana adalah reaksi exotermal yang digambarkan seperti di bawah ini:
Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasi, tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Anda dapat membayangkan energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau lebih besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi.
Di dalam reaksi kimia, ikatan-ikatan diceraikan (membutuhkan energi) dan membentuk ikatan-ikatan baru (melepaskan energi).Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum yang baru terbentuk.Energi aktivasi dilibatkan dalam menceraikan beberapa dari ikatan-ikatan tersebut.
Ketika tumbukan-tumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai proses penceraian ikatan. mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.
III. METODE PERCOBAANIII.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Tabung reaksi Pipet ukur Labu ukur Kertas saring Corong Erlenmeyer Kertas lakmus Buret
Gelas beker Pengaduk gelas Penjepit Gelas ukur Pipet tetes Pipet gondok Kaca arloji Pemanas spiritus
III.1.2 Bahan
H2SO4
HCl
NaOH
NH4Cl
(CH3COOH)2Pb
Indikator
fenolphtalein
Aquades/air
PbSO4
III.2 Gambar Alat
Pipet tetes Pipet gondok Penjepit tabung reaksi
Pemanas Kertas saring Kaki tiga
Gelas ukur Erlenmeyer Corong
Buret Batang pengaduk
III.3 Skema Kerja
III.3.1 Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas lakmus
Larutan NH4Cl
Tabung reaksi
Penambahan NaOH secukupnya
Pemanasan campuran NH4Cl dan NaOH
Mendidih
Pembauan gas campuran NH4Cl dan NaOH
Mendekatkan kertas lakmus pada mulut tabung reaksi
Pengamatan perubahan warna kertas lakmus
Gas campuran
NH4Cl dan NaOH
yang bersifat basa
dan berbau tidak
sedap
3.3.2 Pengenceran dengan labu ukur
Larutan HCl 0,2 N
Labu ukur
Penambahan air sedikit demi sedikit
HCl 0,05 N
3.3.3 Pengenceran H2SO4 pekat
10 mL air suling
Tabung reaksi
Penambahan 3 mL H2SO4 sedikit demi sedikit
H2SO4 encer
3.3.4 Penyaringan
Larutan
(CH3COOH)2Pb
Gelas Ukur
Penambahan H2SO4 encer secukupnya
Menyaring
Menuang perlahan-lahan campuran larutan ke dalam
erlenmeyer melalui corong yang sudah diberi kertas
saring.
Larutan
(CH3COOH)2Pb
yang semula
berwarna bening
berubah menjadi
keruh (putih susu)
dan terdapat
endapan putih pada
kertas saring.
IV. DATA PENGAMATAN
4.1 Pembuatan dan pengendapan gas dengan kertas lakmus
V NH4Cl (mL) V NaOH (mL) Pengamatan Kesimpulan
Setemgah tabung
reaksi
18 tetes Setelah dipanaskan,
tercium bau sampah
dan bau pesing dari
Larutan
mengandung
NH3 yang
gas yang dihasilkan.
Kertas lakmus merah
berubah menjadi
biru.
berbau tidak
sedap.
Larutan tersebut
bersifat basa.
4.2 Pengenceran dengan labu ukur
a. Pengenceran HCl
V1 HCl (mL) N1 (HCL) V2 larutan (mL) N2 (larutan) Perhitungan
25 0,2 100 0,05 V1N1 = V2N2
25.0,2 = 100. N2
N2 = 5/100
= 0,05
b. Pengenceran H2SO4 pekat
V1 H2SO4
(mL)
N1 (H2SO4) V2 larutan
(mL)
N2 (larutan) Perhitungan
3 10
4.3 Penyaringan endapan
V Pb(CH3COO)2 (mL) V H2SO4 (mL) Pengamatan Kesimpulan
5 13 Awalnya larutan
berwarna bening
kemudian setelah
ditambahkan
H2SO4 encer
terjadi perubahan
warna dari bening
menjadi keruh
(putih susu).
Ternyata, setelah
disaring, pada
Hasil kali
kelarutan (Ksp)
PbSO4 lebih
kecil dari Qc
PbSO4.
kertas saring
terdapat endapan
berwarna putih.
4.4 Titrasi
V1 titrat (mL) N1 (titrat) V2 titrat (mL) N2 (titrat) Pengamatan Perhitungan
100 0,05 34,2 0,1
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan I dengan judul Teknik Laboratorium yang bertujuan agar mampu
menjelaskan kegunaan alat-alat di laboratorium, mampu menggunakan alat-alat laboratorium,
dan mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar. Dalam percobaan ini
terdapat 6 percobaan, yaitu:
5.1 Cara memegang botol dan menuang larutan dalam botol
Percobaan ini bertujuan agar praktikan mengetahui cara memegang botol dan menuang
larutan dlam botol yang benar. Digunakan alat-alat seperti sarung tangan latex, masker,
serbet, tisu, serta tabung reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan cara memegang botol larutan
dengan etiket botol menghadap telapak tangan, hal ini bertujuan untuk menghindari etiket
botol yang rusak jika terkena tetesan dari larutan karena etiket botol berisi informasi larutan
tersebut seperti nama, konsentrasi, dan sebagainya. Kemudian letakkan tutup botol dalam
keadaan terbalik untuk menghindari kontaminasi bahan kimia dalam botol dengan kotoran
dari luar yang akan menempel jika tutupnya tidak diletakkan dengan terbalik karena hal ini
dapat mengurangi keakuratan larutan.
5.2 Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas lakmus
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui suatu gas bersifat asam atau basa tanpa
mengetahui pH-nya. Digunakan alat seperti tabung reaksi, penjepit, kertas lakmus pemanas
spiritus, pipet tetes dan gelas ukur. Sedang bahan-bahannya adalah NH4Cl dan NaOH.
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan NH4Cl dengan NaOH untuk memperoleh gas
NH3. Larutan hasil pencampuran harus dipanaskan dan digoyang-goyangkan. Penggoyangan
tabung reaksi ini ditujukan agar NH4Cl dan NaOH menjadi larutan homogen, selain itu
penggoyangan dilakukan agar tidak terjadi dumping atau keluarnya cairan dari tabung reaksi.
Pemanasan dapat dilakukan secara komunal (bersamaan) sehingga dapat diperoleh gas yang
diinginkan.
Pembauan dilakukan dengan mengibas-ibaskan tangan di atas tabung reaksi, jangan membaui
gas tersebut dengan mendekatkan tabung reaksi ke hidung karena hal ini sangat berbahaya.
Dari pencampuran dan pemanasan tersebut diperoleh gas dengan bau yang tidak sedap atau
menyengat. Gas NH3 ternyata dapat membirukan kertas lakmus yang didekatkan pada mulut
tabung. Hal ini membuktikan gas yang dihasilkan bersifat basa karena berasal dari
pencampuran NH4Cl dan NaOH. NaOH merupakan basa kuat sehingga membirukan lakmus.
NH4Cl(aq) + NaOH(aq) NaCl + NH3 + H2O
(Vogel, 1979)
Secara fisis, NH3 tidak berwarna, dengan titik didih 33,5˚C dan titik leleh -77,74˚C dan
mempunyai bau menyengat (pesing).
(Cotton, 1989)
Kelautan ammonia sangat tinggi, sehingga sebagian besar akan larut dalam air. Oleh karena
itu, pemanasan untuk menguapkan NH3 yang larut menyebabkan bau gas yang menyengat
setelah pemanasan.
Dalam pemanasan, tabung reaksi jangan langsung terkena api. Karena cairannya sangat
reaktifdan mudah terbakar dan jangan dihadapkan ke praktikan agar jika meledak tidak
terkena langsung dengan muka atau kulit, begitu juga saat pembauan, tidak boleh terjadi
interaksi langsung, harus dengan cara dikipas-kipaskan karena jika larutan (gas) berbahaya
dapat membahayakan keselamatan praktikan.
5.3 Pengenceran dengan labu ukur
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan HCl 0,05 N dari larutan HCl 0,2 N.
Metode yang digunakan adalah metode pengenceran. Prinsip yang mendasari percobaan ini
yaitu jika kita melakukan pengenceran, maka jumlah mol zat terlarut tetap, sedangkan
konsentrasi dan volumenya berubah, dapat dituliskan dengan notasi:
N1.V1 = N2 .V2
Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan sebuah larutan dengan aquades.Kita
menggunakan pipet gondok, pipet tetes, dan labu ukur. Pertama kita mengambil larutan HCl
0,2 N menggunakan pipet gondok. Kita harus memperhatikan miniskus (permukaan cekung
dari zat cair) pada batas ukur pipet gondok saat mengambil larutan HCl karena kesalahan
dalam menentukan batas ukur akan mempengaruhi besarnya normalitas larutan
pengenceran.Kemudian kita memasukkan larutan HCl ke dalam labu ukur dan menutupnya
lalu menggoyangkannya (dibolak-balik) agar larutan dapat tercampur dengan cepat. Reaksi
pengenceran HCl dapat dituliskan sebagai berikut :
HCl(pekat) + H2O HCl(encer)
(Khlopkar, 1999)
5.4 Pengenceran H2SO4 Pekat
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan H2SO4 encer dari H2SO4 yang lebih pekat.
Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis, seperti pengenceran H2SO4 pekat, maka
pengenceran dilakukan dengan cara menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam
pelarut. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran. Alat-alat yang dibutuhkan
adalah 2 buah gelas ukur dan pipet ukur.Sedangkan bahannya adalah aquades dan H2SO4
pekat.Pengenceran H2SO4 pekat dilakukan dengan mengambil aquades dengan pipet ukur,
bagian bawah miniskus harus sejajar dengan skala 10 ml lalu dituang ke gelas
ukur.Bersihkan pipet ukur, lalu ambil H2SO4 dengan pipet ukur, bagian bawah miniskus
harus sejajar dengan skala 3 ml lalu tuangkan ke gelas ukur yang berbeda.Lalu tuangkan
H2SO4 dari gelas ukur tersebut ke dalam gelas ukur yang berisi aquades tersebut secara
perlahan. Hal ini dikarenakan karena H2SO4 sangat reaktif (mudah meledak) jika dalam
keadaan konsentrasi tinggi dan jika kita memasukkan aquades ke larutan H2SO4 atau
menuang H2SO4 dengan tidak perlahan maka akan bereaksi secara tiba-tiba dan terjadi
percikan api kecil. Selain itu, jika kita memasukkan air ke H2SO4 dapat mengurangi efek
panas (eksoterm) pada reaksi tersebut.
5.5 Penyaringan
Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan suatu endapan dari larutan. dilakukan
dengan menggunakan alat-alat kertas saring, corong, erlenmeyer, dengan bahan-bahan
H2SO4 hasil pengenceran dan (CH3COO)2Pb. Caranya adalah dengan penambahan
(CH3COO)2Pb ke dalam larutan H2SO4 hasil pengenceran. Dalam percobaan ini, kertas
saring yang digunakan dilipat dua sampai tiga lipatan untuk memudahkan memasukkan ke
dalam corong lalu teteskan air pada kertas saring agar kertas saring melekat pada dinding
corong.Kemudian pasang corong tersebut diatas Erlenmeyer.
(CH3COO)2Pb ditambah dengan larutan H2SO4 encer terjadi perubahan warna larutan
dari bening menjadi keruh berwarna putih susu. Dan setelah disaring dengan kertas saring,
ternyata terdapat endapan putih pada kertas saring tersebut.Berikut reaksi yang terjadi :
(CH3COO)2Pb + H2SO4 PbSO4 + 2(CH3COOH)
Endapan putih yang terdapat pada kertas saring tersebut adalah PbSO4.Kenapa pada
kertas saring bisa terdapat endapan? Hal ini dapat terjadi jika hasil kali kelarutan (Ksp) dari
larutan PbSO4 adalah 2,53 x 10-8 lebih kecil daripada Qc larutan PbSO4.
5.6 Titrasi
Titrasi adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titran yaitu zat yang digunakan untuk
menitrasi(penitrasi) sedangkan titrat merupakan zat yang akan dititrasi. Proses titrasi ini
menggunakan larutan NaOH, larutan HCl, dan indikator PP atau Fenolphtalein.Buret yang
berisi larutan NaOH diteteskan secara perlahan-lahan ke dalam erlenmeyer yang berisi
larutan HCl yang sudah ditetesi indikator PP. Proses titrasi ini dilakukan secara perlahan-
lahan sambil menggoyangkan Erlenmeyer. Larutan HCl akan berubah menjadi merah muda
ketika larutan NaOH yang diteteskan mencapai titik stop.
VI. PENUTUP
VI.1 KESIMPULAN
VI.1.1 Teknik Laboratorium
1. Cara memegang botol dan menuangkan larutan ke dalam botol.
Dengan melakukan percobaan diatas, praktikan dapat
mengetahui bagaimana cara memegang botol, membuka, dan
menutup tutup botol dan menuangkan larutan dengan baik dan
benar.
2. Pembuatan dan pengenalan suatu lakmus
Setelah melakukan percobaan di dapatkan hasil bagaimana cara
mengenal suatu gas yaitu dengan cara mengibaskan tangan ke
hidung supaya baunya tercium dan perubahan warna pada
kertas lakmus menandakan asam apabila merah menjadi merah
ataupun biru menjadi merah dan menandakan basa apabila biru
menjadi biru ataupun merah menjadi biru.
3. Pengenceran dengan labu ukur
Pada proses ini dihasilkan volume larutan yang besar setelah
akhir pengenceran daripada sebelum pengenceran dan
didapatkan larutan dengan konsentrasi yang kita harapkan.
4. Pengenceran H2SO4 pekat
Pada proses pengenceran dihasilkan kenormalan larutan yang
lebih kecil dan menimbulkan reaksi eksoterm.
5. Penyaringan
Pada proses penyaringan ini terjadi endapan berwarna putih dan
menjadi perubahan putih keruh.
6. Titrasi
Pada proses titrasi, ketika sebuah larutan diberi indikator PP
akan menghasilkan warna merah muda menandakan larutan
bersifat basa dan tidak berwarna menandakan larutan bersifat
asam.
VI.2 SARAN
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengamati perubahan warna, bau,
suhu larutan dan menentukan batas ukuran pada alat-alat laboratorium.
2. Dalam melakukan praktikum, praktikan harus hati-hati dalam
menggunakan alat-alat laboratorium.
3. Dalam melakukan, jangan berhubungan langsung dengan zat kimia
(cair/gas) terutama zat kimia yang berbahaya.
VII. PENGESAHAN
Praktikan Praktikan Praktikan
M. Harliansah W. W. Dyah Ika Pradita M. Syarifuddin
NIM 21080112110043 NIM 21080112130044 NIM 21080112130045
Praktikan Praktikan Praktikan
Fenisa Vifaly Anis Ulfa W. A Amalia Fildzah
NIM 21080112130046 NIM 21080112130047 NIM 21080112130048
Praktikan Praktikan Praktikan
Tryanto Erlangga Nandar Suwanto Siti Nurjannah
NIM 21080112130049 NIM 21080112130050 NIM 21080112130051
Mengetahui,
Asisten
Fajar Budi Laksono
NIM J2C009055