kimia dasar
DESCRIPTION
alkalimetriTRANSCRIPT
I. JUDUL :
Titrasi Alkalimetri dan Asidimetri.
I. PRINSIP :
Reaksi penggaraman dan reaksi netralisasi.
II. MAKSUD DAN TUJUAN :
Praktikum memahami konsep dasar reaksi penggaraman.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam dan larutan basa.
III. REAKSI PERCOBAAN :
Titrasi Alkalimetri
(COOH)2. 2H2O (COOH)2 + 2H20
2NaOH + (COOH)2 2COONa + 2H20
NaOH + HCL NaCl + H20
Titrasi Asidimetri
Na2B4O7. 10H20 Na2B4O7 + 10H20
Na2B4O7 + 2HCL + 5H20 2NaCl + 2H2O
NaOH + HCL NaCl + H2O
IV. TEORI PERCOBAAN
Proses Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri merupakan salah satu proses titrasi
netralisasi. Asidimetri titrasi terhadap larutan-larutan basa bebas atau garam yang berasal
dari basa lemah dengan larutan standar asam. Sedangkan Alkalimetri adalah suatu proses
titrasi larutan-larutan asam bebas atau larutan-larutan garam yang berasal dari asam
lemah dengan larutan sekunder basa. Titrasi merupakan salah satu cara untuk
menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut
dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Pereaksi yang direaksikan disebut larutan
baku/standar. Reaksi penetralan dalam analisis titrimetric lebih dikenal sebagai reaksi
asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya netral. Secara umum metode
titrimetric didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut :
Aa + Tt Produk
Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T, untuk
menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan
(larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama
dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.
ntitran = nanalit
neq titran = neq analit
Dengan demikian secara stokiometri dapat ditenttukan konsentrasi larutan ke dua.
dalam analisis titrimetric, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum
reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya :
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya
reaksi sampingan.
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi.
denagn kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut harulsah amat
besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit
(atau titran) pada titik ekivalensi.
3. Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen
tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indicator atau metode instrumental agar
analis dapat menghentikan penambahan titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan dengan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan
hanya beberapa menit.
Dalam praktik laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam basa dengan
konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar primer.
Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus memenuhi
syarat-syarat untuk analisis titrimetric. Selain itu, standart utama harus memenuhi
karakteristik sebagai berikut :
1. Tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01 sampai 0,02%, dan diuji
adanya pengotor dengan uji kualitatif yang diketahui kepekaannya.
2. Zat tersebut mudah mongering dan tidak terlalu higroskopis, hal itu
mengakibatkan air akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan
berat satt terpapar di udara. Pada umumnya hidrat-hidrat tidak digunakan sebagai
standar utama.
3. Standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen tinggi, bertujuan untuk
meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.
4. Asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun, asam basa
lemah dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti
khususnya ketika larutan standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel
dari asam atau basa lemah.
Contoh bahan standar utama adalah :
1. (KHC8H4O4) Kalium hidrogen falat, umumnya dipakai untuk larutan basa.
2. Asam sulfamat (HSO3NH2) untuk menstandarisasi basa kuat.
3. Kalium hydrogen iodat [KH(IO3)2] untuk larutan basa.
4. Asam sulfosalisilat untuk larutan basa.
5. Basa organic tris (hidroksimetil) aminometana (CH2OH)3CNH3 biasa disebut
TRIS atau THAM untuk standarisasi asam.
6. Natrium karbonat (Na2CO3) untuk standarisasi asam kuat.
Berbagai zat asam dan basa, abik anorganik maupun organic dapat ditentukan dengan
titrasi asam-basa, diantaranya nitrogen, belerang, boron, karbonat, gugus fungsi organic,
dan lain-lain.
Macam-macam Titrasi Asam-Basa
- Titrasi asam kuat dengan basa kuat.
- Titrasi asam lemah dengan basa kuat.
- Titrasi basa lemah dengan basa kuat.
- Titrasi campuran dua macam asam atau basa yang berbeda tingkat kekuatannya.
Berikut adalah beberapa istilah dalam titrimetric :
1. Larutan baku : larutan yang konsentrasinya telat atau dapat diketahui dengan pasti
atau yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi zat lain. Rumus umum
untuk mengetahui konsentrasi zat lain dari suatu larutan adalah :
N= gr/BE x 1000/V
gr = bobot/berat zat.
BE = bobot ekivalen zat = BM (MR) / n (n=factor ekivalen).
V = Volume larutan.
Larutan baku primer : konsentrasinya dapat diketahui secara langsung
dengan perhitungan sehingga dapat langsung digunakan untuk
menetapkan konsentrasi zat LAIN. Maka dalam penimbangan dan
pembuatannya harus dilakukan dengan teliti dan akurat.
Larutan baku standar : konsentrasinya tidak dapat diketahui secara
langsung, harus dibakukan dahulu dengan standar primer, baru dapat
digunakan untuk menetapkkan konsentrasi zat lain. Tidak seperti
halnya baku primer, dalam penimbangan dan pembuatan larutan baku
sekunder tidak harus teliti dan akurat karena nantinya akan dibakukan
dengan larutan baku primer.
2. Titik ekivalen (setara) : titik dimana jumlah titran dengan titrat adalah sama secara
stoikiometris.
3. Titik akhir : titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang menandai
berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis titik ekivalen harus sama dengan titik
akhir.
Penggolongan teknik titrasi :
1. Titrasi Langsung (Direct Titration) : larutan contoh langsung dititrasi dengan
larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH dengan HCL.
2. Titrasi Tidak Langsung (Back Titration) : cara ini digunakan jika zat yang berada
di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya sangat
lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah
tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan
larutan baku.
3. Titrasi Penggantian (Displacement Titration) :
Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku.
b. Tidak bereaksi secara stoikiometri dengan larutan baku.
c. Tidak saling mempengaruhi (not interect) dengan larutan penunjuk.
Terdapat beberapa teori asam basa, yaitu :
1. Teori Arhenius. Menurut Arhenius asam adalah zat yang dalam air menghasilkan
ion H+ dan basa menghasilkan ion OH-.
HCL (asam) H+ + Cl-
NaOH (basa) Na+ + OH-
Sehingga ion yang bereaksi menghasilkan H+ + OH- H2O
2. Teori Brownsted – Lowrey. Asam adalah zat yang dapat melepaskan proton,
sedangkan basa adalah zat yang dapat mengikat proton. Proton adalah inti atom H
yang dapat ditulis sebagai H+. Teori Brownsted – Lowrey lebih baik dari teori
Arhenius, karena teori ini dapat berlaku bukan hanya pelarut dalam air tetapi juga
berlaku pada pelarut bukan air. Contoh : larutan amoniak dalam air bersifat basa.
Menurut Arhenius, sifat basa larutan amoniak dalam air karena pembentukan ion
ammonium dan hidroksida. Sedangkan menurut Brownsted-Lowrey yang bersifat
basa adalah amoniak karena mampu mengikat hydrogen dari air.
3. Teori Lewis. Asam adalah zat ayng dapat mengikat electron, sedangkan basa
adalah zat yang dapat melepaskan electron. Teori asam-basa Lewis ini banyak
menjelaskan gejala-gejala sifat asam pada senyawa organic.
4. Beberapa indicator titrasi asam basa pada tabel dibawah ini :
Indikator Low pH colorTransition pH
range High ph colorGentian violet (Methyl violet) Yellow 0.0-2.0 blue-violetLeucomalachite green (first Yellow 0.0-2.0 geen
transition)Leucomalachite green (second transition) 11.6-14 colorlessThymol blue (first transition) 1.2-2.8 yellowThymol blue (second transition) yellow 8.0-9.6 blueMethyl yellow 2.9-4.0 yellowBromophenol blue yellow 3.0-4.6 purpleCongo red blue-violet 3.0-5.0 Methyl orange 3.1-4.4 bromophenol green yellow 3.8-5.4 Methyl red 4.4-6.2 yellowMethyl red 4.5-5.2 Azolitmin 4.5-8.3 blueBromocresol purple yellow 5.2-6.8 purpleBromothymol blue yellow 6.0-7.6 bluePhenol red yellow 6.8-8.4 Neutral red 6.8-8.0 yellow
Naphtholphthaleincolorless to roddich 7.3-8.7
Cresol red yellow 7.2-8.8 Phenolphthaelin colorless 8.3-10.0 Thymolphthaelin colorless 9.3-10.5 blueAlizarine Yellow R colorless 10.2-12.0 Litmus 4.5-8.3 blue
Indikator Asam – Basa
Indikator asam – basa adalah zat warna kuat dari suatu asam / basa lemah, pada
umumnya mempunyai dua warna yang berbeda dalam bentuk asam maupun basanya,
atau suatu warna seperti indikator phenolphtalein yang dalam suasana asam tidak
berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah muda sekilas (magenta).
Dalam titrasi asam atau basa tunggal, indikator berperan sebagai asam / basa
kedua yang lebih lemah dari asam / basa yang dititrasi. Misalnya pada titrasi dengan
NaOH, asam pertama tertitrasi dahulu, kemudian diikuti oleh asam indikator. Oleh karena
itu, pemakaian indikator tidak boleh terlalu banyak karena selain dapat mengganggu
pengamatan (warna yang terbentuk pekat) juga akan meyebabkan kelebihan titran yang
dipakai.
a. Indikator Alkalimetri
Indikator yang digunakan dalam alkalimetri adalah Phenol Pthalein (PP), yaitu
suatu asam organik bervalensi dua. Dalam bentuk molekul dan pada disosiasi H+ yang
pertama tidak berwarna, pada disosiasi H+ kedua warnanya merah. Indikator PP dibuat
dengan melarutkan kristal tak berwarnanya kedalam air.
b. Indikator Asidimetri
Indikator yang digunakan dalam asidimetri adalah Merah Metil (MM), yaitu suatu
basa organik yang bersifat amfoter karena adanya gugus basa dari N(CH3)2 dan gugus
asam dari COOH. Bila larutan diasamkan, konsentrasi ion akan naik dan larutan menjadi
warna merah. Sedangkan bila larutan ditambahkan basa, ion amfoter akan bereaksi
dengan OH- sambil terjadi perubahan struktur molekul dan menjadi kuning. Pembuatan
indikator MM dengan mengencerkan larutan 0,2% Merah Metil ke dalam alkohol 60%
dan disimpan dalam botol kaa gelap berpipet.
V. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Neraca / Timbangan. 6. Erlenmayer.
2. Buret. 7. Labu semprot.
3. Bulp 8. Statif+klaim buret.
4. Labu ukur. 9. Corong.
5. Pipet ukur
B. BAHAN
1. Padatan Asam Oksalat ((COOH)2.2H2O)
2. Lrutan NaOH 0.1 N.
3. Indikator PP & Metil red.
4. Sampel Asam (HCL).
VI. DESKRIPSI PROSES
Penetapan Konsentrasi NaOh 0.1 N dengan Bahan Baku Primer Asam Oksalat
(Alkali).
1. Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2. Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmayer.
3. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP.
4. Dititrasi dengan NaOH O.1 N dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda
seulas).
5. Dilakukan 3x.
Penetapan Konsentrasi HCL 0.1 N dengan Bahan Baku Primer Borax (Asidi).
1. Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2. Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmayer.
3. Ditambahkan 3-5 tetes metil red.
4. Dititrasi dengan NaOH O.1 N dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda
seulas).
5. Dilakukan 3x.
VII. DATA PENGAMATAN
Perhitungan :
V1 X N1 = V2 X N2
Dimana,
1 = asam V = Volume
2 = basa N = Normalitas
Pembakuan NaOH dengan baku primer Asam Oksalat :
Vol. Asam Oksalat = 10 mL
N Asam Oksalat = 0.1 N
Pengerjaan I II IIIVol. Awal 0 12,10 24,10Vol. Akhir 12,10 24,10 36,10Vol. NaOH 12,10 12,0 12,0
- Vol. NaOH rata-rata : 12.10 x 12 x 12/2 = 12.03 ml
- N NaOH rata-rata : V1 x N1 = V2 x N2
N1 = V2 x N2/V1 = 10 x 0.1/12.03 = 0.083 N
NaOH
Pembakuan HCL dengan bahan baku primer borax :
Vol. Natrium Tetra Borat = 10 ml
N Natrium Tetra Borat = 0.1
N
- Vol. HCL rata-rata : 6.20 x 1.90 x 1.40/2 = 3,16 ml
- N HCL rata-rata : V1 x N1 = V2 x N2
N1 = V2 x N2/V1 = 10 x 0.1/3.16 = 0,316 N HCL
VIII. PEMBAHASAN
Kesalahan dalam percobaan ini < 5%
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas diperoleh konsentrasi sampel larutan NaOH 0,083 N
dan HCL 0,316 N.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. “Modul PTK Kimia Analis” Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. www.wikipedia.org/wiki/asidimetri .
3. www.wikipedia.org/wiki/Asidi-alkali
4. www.ilmukimia.org/2013/05/alkalimetri.html?m=1
Pengerjaan I II IIIVol. Awal 0 6,20 8,10Vol. Akhir 6,20 8,10 9,50Vol. NaOH 6,20 1,90 1,40
XI. JAWABAN TUGAS
1. Yang dimaksud larutan buffer adalah larutan yang digunakan untuk memberi dan
mempertahankan suatuhlarutan pada ph tertentu.biasanya terbuat dari garam hasil
hidrolisa:asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan
basa kuat, asam lemah dan basa lemah.
2. Tabel indikator asam-basa
Indikator Jarak perubahan pH Warna asam Warna basa
Kuning metil
Biru brom fenol
Jingga metil
Hijau bromkresol
Merah metil
Ungu brom kresol
Biru bromtimol
Merah fenol
Merah kresol
Biru timol
Fenolftalein
Timol ftalein
2,9 – 4,0
3,0 – 4,6
3,2 – 4,4
4,0 – 5,4
4,2 – 6,2
5,2 – 6,8
6,0 – 7,6
6,8 – 8,2
7,2 – 8,8
8,0 – 9,2
8,0 – 10,0
8,6 – 10,0
Merah
Kuning
Merah jambu
Kuning
Merah
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Tak berwarna
Tak berwarna
Kuning
Biru
Kuning
Biru
Kuning
Ungu
Biru
Merah
Merah
Biru
Merah
Biru
3. Bentuk kurva :
a. Titrasi asam kuat - basa lemah
Basa
Asam
Asam lemah – basa kuat
b. Titrasi asam kuat - basa kuat
Basa
Asam
Asam kuat – basa kuat
c. Titrasi asam lemah - basa lemah
Basa
Asam
Asam lemah – basa lemah