kimia dasar

324
1. STOIKIOMETRI Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom dalam suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H 2 O. Jumlah dan jenis atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali mengemukakan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan yang lain. Mengapa perlu mempelajari stoikiometri? Mempelajari ilmu kimia tidak bisa dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Biasanya di laboratorium kita mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri. 1

Upload: artomaryanto

Post on 14-Jun-2015

5.788 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: kimia dasar

1. STOIKIOMETRI

Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif

antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun

sebagai hasil reaksi. Stoikiometri merupakan bagian dari ilmu kimia yang

mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia.

Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom dalam suatu rumus kimia,

misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O.  Jumlah dan

jenis atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kata stoikiometri berasal dari

bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti

mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807)

adalah orang yang pertama kali mengemukakan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.

Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan

kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan

yang lain.

Mengapa perlu mempelajari stoikiometri? Mempelajari ilmu kimia tidak

bisa dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Biasanya di

laboratorium kita mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan sejumlah

gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita memiliki sejumlah

gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab

pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri. 

1.1 Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif

Setelah mempelajari struktur atom kita mengetahui bahwa massa atom

sangat kecil, oleh karena itu kita tidak mungkin menimbang atom dengan neraca.

Berdasarkan perhitungan, para ahli menggunakan skala massa atom relatif dengan

lambang ”Ar” dan sejak tahun 1961 IUPAC menetapkan isotop C-12 dengan

massa atom relatif 12 sebagai standar. Massa atom relatif suatu unsur

menunjukkan perbandingan massa atom unsur itu terhadap 1/12 x massa atom C-

12 atau :

Massa atom rata-rata X Massa molekul senyawaAr X = Mr Senyawa = 1/12 massa atom C-12 1/12 massa atom C-12

1

Page 2: kimia dasar

Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan dengan ”Mr”. Massa molekul

relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 x

massa atom C-12. Untuk menghitung massa molekul relatif maka kita harus

menjumlahkan massa atom relatif dari semua atom penyusun molekul tersebut.

Apabila terdapat koefisien ataupun subskrip maka dikalikan dengan massa atom

relatifnya.

Pengukuran dengan spektrometer massa menunjukkan bahwa massa 1

atom C-12 adalah 1,99268 x 10-23 gram, karena angka tersebut sangat kecil maka

ditetapkan suatu satuan massa yaitu massa unit atom (amu) atau satuan massa

atom (sma), dimana 1 amu bernilai sebesar 1,66 x 10-24 gram.

Satu atom helium memiliki massa 4 amu dan satu atom nitrogen memiliki

massa 14 amu. Perbandingan dari massa atom helium dengan nitrogen adalah 4 :

14 = 2 : 7. Jika kita bandingkan massa 10 atom helium dan massa 10 atom

nitrogen maka kita masih saja akan mendapatkan perbandingan 2 : 7.

1.2 Tetapan Avogadro

Massa satu mol atom sama dengan massa atom relatif (Ar) atom tersebut

dalam gram dan dalam 1 mol zat terkandung partikel elementer (atom, molekul,

dan ion) sebanyak 6,02 x 1023 partikel. Sebagai contoh: Satu mol atom hidrogen

memiliki massa sebesar 1,0079 gram yang mengandung 6,02 x 1023 partikel.

Nilai 6,02 x 1023 partikel/mol disebut sebagai tetapan Avogadro, dengan

lambang L atau N. Bilangan angka ini dinamakan bilangan Avogadro untuk

menghormati Amadeo Avogadro (1776-1856) pada abad ke-19 sebagai ahli kimia

Italia dan pengacara.

1.3 Konsep Mol

Kita tahu bahwa materi terdiri atas partikel yang berbeda. Partikel tersebut

dapat berupa atom, ion atau molekul. Helium terdiri atas atom-atom helium. H2,

N2, O2, F2, Cl2, Br2 dan I2 merupakan molekul diatomik. Partikel dari air, sulfur

dioksida dan kalsium klorida yang memiliki rumus kimia H2O, SO2 dan CaCl2

adalah ion, yang memiliki perbandingan tertentu dalam rumus kimianya.

2

Page 3: kimia dasar

Salah satu cara untuk menghitung massa zat adalah dengan menghitung

jumlah masing-masing partikel yang terdapat di dalam zat itu. Kita dapat

menghitung jumlah partikel jika kita mengetahui batasan angka yang mewakili

partikel tersebut.

Dalam satuan sistem internasional (SI) satuan untuk atom, ion, dan

molekul adalah ”mol”. Satu mol zat adalah jumlah zat yang mengandung partikel

elementer (atom, molekul, dan ion) sebanyak bilangan Avogadro (L) yaitu 6,02 x

1023 partikel.

Hubungan antara massa unit atom dengan mol yaitu massa satu mol atom

sama dengan massa atom relatif (Ar) atom tersebut dalam gram. Sebagai contoh,

besi memiliki massa atom relatif 55,854 sehingga 1 mol besi memiliki massa

55,854 gram.

Satu mol dari molekul diatomik seperti nitrogen mengandung 6,02 x 1023

molekul nitrogen. Satu mol dinitrogen tetraoksida N2O4 dan satu mol sukrosa

C12H22O11, keduanya sama-sama mengandung 6,02 x 1023 molekul senyawa.

Begitu juga dengan senyawa ion juga mengandung bilangan Avogadro.

Contoh :

Berapa banyak ion fluorida di dalam 1,46 mol aluminium fluorida ?

Jawab:

Satu mol = 6,02 x 1023 partikel, sehingga 1,46 mol aluminium fluorida

mengandung 8.7892 x 1023 partikel. Dalam senyawa aluminium fluorida terdapat

tiga ion fluorida berdasarkan persamaan reaksi :

AlF3 Al3+ + 3F-

Maka :

1,46 mol AlF3 mengandung 3 x 1,46 mol x 6,02 x 1023 partikel/mol = 26,3676 x

1023 partikel

1.4 Perhitungan Kimia

1.4.1 Konsentrasi

Konsentrasi adalah ukuran berapa jumlah zat yang dilarutkan dalam suatu

pelarut. Jika kita ingin menambah konsentrasi larutan maka kita harus

menambahkan jumlah zat terlarut atau mengurangi jumlah zat pelarut. Sebaliknya

3

Page 4: kimia dasar

jika kita ingin mengurangi konsentrasi larutan maka kita harus menambahkan

jumlah zat pelarut atau mengurangi jumlah zat terlarut.

Jika zat terlarut tidak dapat larut lagi di dalam pelarut, maka larutan ini

dikatakan jenuh. Jika zat terlarut masih ditambahkan ke dalam larutan yang jenuh

maka zat tersebut tidak akan dapat larut lagi. Penjenuhan bergantung pada banyak

faktor seperti temperatur lingkungan, jenis zat pelarut dan jenis zat terlarut.

Gambar 2.1 Penjelasan Qualitatif

Gelas-gelas ini mengandung pewarna merah untuk demonstrasi perubahan

jumlah konsentrasi. Larutan yang di sebelah kiri memiliki konsentrasi yang lebih

rendah dibandingkan larutan yang di sebelah kanan, hal ini ditunjukkan dari

intensitas warna dari larutan tersebut.

Biasanya kata sifat seperti ”encer” atau ”lemah” untuk larutan yang

memiliki konsentrasi yang rendah dan sebaliknya ”pekat” atau ”kuat” untuk

larutan yang memiliki konsentrasi yang tinggi.

1.4.2 Molaritas

Larutan satu molar (M) adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut

dalam 1 liter larutan

Jumlah mol zat terlarutMolaritas =

Volume larutan

n M = V

Sebagai contoh : 4 liter larutan mengandung 2 mol zat terlarut sehingga

molaritasnya sebesar 0,5 M. Molaritas biasanya digunakan untuk menyatakan

4

Terlarut Konsentrasi

Page 5: kimia dasar

besarnya konsentrasi untuk larutan. Sebagai contoh :

Berapa Molaritas dari 5 liter larutan yang mengandung 10 mol  KBr ?

                    Jumlah mol zat terlarutMolaritas = -----------------------------                     Volume larutan Diketahui :

Jumlah mol zat terlarut = 10 mol

Volume larutan = 5 liter

                   10 mol KBrMolaritas = --------------------  = 2 M                     5 Liter larutan

1.4.3 Pengenceran

Pengenceran adalah penambahan zat pelarut ke dalam suatu larutan. Pada

pengenceran, jumlah mol zat terlarut tetap, tetapi volume larutan bertambah. Oleh

karena itu, kemolaran larutan berkurang.

Jumlah mol zat terlarut sebelum diencerkan = jumlah mol zat terlarut sesudah

diencerkan

Jika larutan diencerkan dari V1 menjadi V2, molaritas larutan berubah

sesuai dengan persamaan di bawah ini :

M1 x V1 = M2 x V2

Pada persamaan ini M1 dan V1 merupakan keadaan awal sedangkan M2

dan V2 merupakan keadaan akhir.

Contoh: Buatlah larutan 0,4M MgSO4 sebanyak 100mL dari larutan 2,0M MgSO4

Jawab:

Gunakan persamaan untuk menghitung volume 2 M MgSO4.

Diketahui :

M1 = 2 M M2 = 0,4 M

V1 = ? V2 = 100mL

M1 x V1 = M2 x V2

M2 x V2

V1 = M1

0,4 M x 100 mlV1 = = 20 mL

5

Page 6: kimia dasar

2,0 M

1.4.4 Molalitas

Larutan satu molal (m) adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut

dalam 1 kilogram pelarut

n zat terlarutMolalitas (m) = Kilogram pelarut

Sebagai contoh : 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam 2 kilogram pelarut

sehingga didapatkan molalitasnya adalah 0,5 mol/kg. Larutan ini bisa dikatakan

0,5 molal. Massa molar pelarut tidak perlu diketahui bila kita ingin membuat

larutan yang molalitasnya sudah diketahui.

1.4.5 Fraksi Mol

Fraksi mol (X) zat terlarut menyatakan perbandingan jumlah mol zat

terlarut terhadap jumlah mol larutan. Sebagai contoh : 1 mol dari zat terlarut

dilarutkan didalam 9 mol zat pelarut sehingga fraksi molnya 1/10 atau sebesar 0,1.

Jika jumlah mol zat terlarut nt, jumlah mol pelarut np, fraksi mol zat

terlarut Xt dan fraksi mol pelarut Xp, maka :

nt

Xt = nt + np

np

Xp = nt + np

1.4.6 Persentase Massa (% Massa)

Persentase massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam seratus gram

larutan. Sebagai contoh jika dalam sebuah botol mengandung 40 gram etanol dan

60 gram air maka larutan tersebut mengandung 40% etanol. Persentase massa

seringkali ditulis ”weight-weight percentage” (yang dapat disingkat dengan w/w)

massa zat A% massa zat A = x 100% jumlah massa semua zat

6

Page 7: kimia dasar

untuk larutan berlaku :

massa zat terlarut% massa zat terlarut = x 100%

massa larutan

1.4.7 Persentase Komposisi

Ahli kimia sering kali membandingkan persentase komposisi dari senyawa

yang mereka amati. Persentase komposisi suatu atom adalah perbandingan massa

atom unsur dalam suatu senyawa terhadap massa molekul dari senyawa dikalikan

100 %.

massa atom A

% atom A = x 100% massa molekul senyawa

Perhatikan persentase dari zat berikut yaitu : tembaga dan natrium klorida.

Untuk tembaga persentasenya adalah 100 % Cu karena terdiri dari 1 unsur.

Natrium klorida terdiri dari 2 unsur yaitu natrium dan klorida. Maka persentase

dari natrium di dalam senyawa natrium klorida adalah :

23 amu x 100 % = 34,9 %

(23 + 35,5 ) amu

Contoh :

Berapakah kadar C dan N dalam urea (CO(NH2)2)?

Dimana, Ar C = 12 ; N = 4 ; O = 16 ; dan H = 1.

Jawab:

1 mol urea mengandung 1 atom C, 1 atom O, 2 atom N dan 4 atom H.

Mr urea = 12 + 16 + 28 + 4 = 60

Kadar C = x 100 % = 20 %

Kadar N = x 100 % = 46,66 %

1.4.8 Persentase Massa-Volume

7

Page 8: kimia dasar

Persentase massa-volume (seringkali disingkat dengan % m/v atau % w/v)

menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam gram di dalam 100 mL larutan.

Persentase massa-volume sering digunakan untuk larutan yang zat terlarutnya

berbentuk padat dan kemudian dilarutkan ke dalam cairan. Sebagai contoh, 40 %

w/v larutan gula mengandung 40 gram gula per 100 mL larutan.

massa zat terlarut% zat terlarut = x 100% volume larutan

1.4.9 Persentase Volume (% volume)

Persentase volume menyatakan jumlah volume zat terlarut (ml) di dalam 100 mL

larutan. Ini sering digunakan ketika zat terlarutnya berbentuk cair. Sebagai

contoh, 40 % v/v larutan etanol mengandung 40 mL etanol per 100 mL volume

total.

volume A% volume A = x 100% volume larutan

1.4.10 Normalitas

Jenis konsentrasi ini biasanya untuk kimia lingkungan, seperti garam di

dalam larutan, garam terpecah menjadi atom-atom yang reaktif (ion seperti H+,

Fe3+ atau Ag+). Normalitas merupakan ukuran dari unsur yang reaktif di dalam

larutan.

Normalitas = n eqivalen/1 L larutan Atau

Normalitas = n x M

(dimana n adalah jumlah ion yang reaktif)

Satu normal adalah 1 gram ekivalen dari zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Definisi 1 gram ekivalen bergantung pada jenis reaksi kimia yang terjadi, reaksi

kimia tersebut bisa saja asam, basa, reaksi redoks dan pengionan.

Normalitas merupakan ukuran untuk ion tunggal yang merupakan bagian

dari zat terlarut. Sebagai contoh, kita dapat menentukan normalitas dari ion OH-

atau ion Na+ dari larutan NaOH, tetapi kita tidak dapat menentukan normalitas

8

Page 9: kimia dasar

dari NaOH. Asam sulfat (H2SO4), normalitas dari ion H+ adalah 2 atau molaritas

dari asam sulfat adalah 1, sama juga dengan H3PO4 yang memilki harga

normalitas 3 karena mengandung 3 ion H+.

Ada 3 definisi dari normalitas yang tergantung pada jenis reaksi yang

terjadi :

1. Di dalam reaksi asam-basa, normalitas digunakan untuk menunjukkan jumlah

proton atau ion hidroksida di dalam larutan.

2. Di dalam reaksi redoks, normalitas sebagai jumlah dari agen pereduksi atau

agen pengoksidasi yang dapat menerima atau melepaskan 1 elektron.

3. Di dalam reaksi pengendapan, normalitas menyatakan konsentrasi ion yang

mengendap.

Normalitas seringkali digunakan di dalam titrasi dimana dua zat yang

bereaksi diketahui normalitasnya maka akan didapatkan persamaan kimia sebagai

berikut :

Na Va = Nb Vb

1.4.11 Bagian per Seribu

Bagian per seribu (dapat disimbolkan dengan 1/1000 atau disingkat

menjadi ”ppt”) menyatakan satu bagian zat di dalam 1000 bagian campuran.

Sebagai contoh: 1 liter zat di dalam 1000 liter larutan.

1.4.12 Bagian per Sejuta

Bagian per sejuta (dapat disingkat menjadi ”ppm”) menyatakan 1 bagian

zat di dalam 1.000.000 bagian campuran. Sebagai contoh : 1 liter zat di dalam

1000.000 liter larutan.

1.4.13 Perhitungan Massa (gram)

Massa atom C-12 adalah 12 gram dalam 1 mol atom C-12. Massa 1 mol

atom magnesium sama dengan 24,3 gram yang mengandung 6,02 x 1023 partikel.

Berapa massa dari 1 mol senyawa SO3? Senyawa SO3 terdiri atas 1 atom

sulfur dan 3 atom oksigen. Massa 1 mol atom sulfur adalah 32,1 gram. Massa 3

mol atom oksigen adalah 3 kali dari massa 1 mol atom oksigen (O) : 3 x 16 = 48

gram. Massa molekul dari SO3 adalah (32,1 + 48) = 80,1 gram. Massa molekul

gram dari senyawa kimia adalah massa dari 1 mol senyawa tersebut, maka 1 mol

9

Page 10: kimia dasar

SO3 memiliki massa 80,1 gram. Massa molekul dalam gram dapat dihitung

dengan menjumlahkan massa atom penyusunnya dalam gram.

Contoh : Berapa gram massa molekul dari hidrogen peroksida, H2O2 ?

Jawab

Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H2O2 artinya dalam senyawa H2O2

terdapat 2 mol hidrogen dan 2 mol oksigen. Kita dapat menghitung mol atom

menjadi gram dengan mengetahui massa atom masing-masing unsur. 1 mol H = 1

gram dan 1 mol O = 16 gram. Kita dapat menjumlahkan massa atom dari masing-

masing unsur untuk mendapatkan massa molekul.

2 mol H x 1 gram H = 2 g H

2 mol O x 16 gram O = 32 g O

Massa molekul (gram) = 34 g

1.4.14 Perhitungan Massa-Mol

Kita dapat menghitung jumlah zat dalam satuan massa gram apabila

diketahui mol dan massa atom relatif atau massa molekul relatif zat tersebut.

Contoh : Berapa gram 7,2 mol Dinitrogen trioksida

Jawab:

Pertama kita perlu menuliskan rumus kimianya : N2O3. Kemudian menghitung

massa molekul relatifnya (Mr) terlebih dahulu :

Mr N2O3 = (2 x Ar. N) + (3 x Ar. O)

= ((2 x 14)+ (3 x 16) gr/mol

= 76 gr/mol

Massa N2O3 = n N2O3 x Mr N2O3

= 7,2 mol x 76 gr/mol

= 5,47 x 102 gram

1.4.15 Perhitungan Volume dari Satu Mol Gas

Volume dari gas biasanya dihitung pada temperatur dan tekanan yang

standar. Temperatur standar adalah 0oC dan tekanan standar adalah 1 atm yang

dinamakan keadaan STP. Pada keadaan STP, 1 mol gas memiliki volume 22,4

10

Page 11: kimia dasar

liter dan mengandung 6,02 x 1023 partikel.Jumlah ini diketahui dari volume molar

dari gas.

Contoh: Tentukan volume 0,6 mol SO2 dalam keadaan STP ?

Jawab:

Satu mol SO2 sama dengan 22,4 L SO2. Maka:

Volume SO2 = n SO2 x 22,4 L/mol

= (0,6 x 22,4) L

= 13,4 L SO2

1.4.16 Pereaksi Pembatas

Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang

dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini

berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu. Pereaksi

demikian disebut pereaksi pembatas.Anda perhatikan gambar di bawah ini!

X + 2Y...... ......XY2

Gambar 2.2. Pereaksi Pembatas

Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol zat X

membutuhkan 2 mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa 3 molekul zat X

direaksikan dengan 4 molekul zat Y. Setelah reaksi berlangsung, banyaknya

molekul zat X yang bereaksi hanya 2 molekul dan 1 molekul yang tersisa,

sedangkan 4 molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi

pembatas.

Pereaksi pembatas merupakan pereaksi yang habis bereaksi dan tidak

bersisa di akhir reaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan

dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang

mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan pereaksi pembatas

1.5 Hukum-Hukum Dasar Kimia

11

Page 12: kimia dasar

1.5.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)

Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa "jumlah massa zat-zat

sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap". Hukum kekekalan massa ini didasarkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Antoine Laurent Lavoisier, seorang ahli

kimia Perancis, pada tahun 1789.

Contoh:

hidrogen  + oksigen    hidrogen oksida 

 4 gram       32 gram           36 gram

1.5.2 Hukum Proust

Hukum perbandingan tetap atau hukum Proust menyatakan bahwa "Dalam suatu

senyawa, perbandingan massa unsur-unsur penyusunnya adalah tetap". Hukum ini

didasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh Joseph Louis Proust, seorang ahli

kimia berkebangsaaan Perancis, pada tahun 1799.

Contoh:

a. Senyawa NH3 = m N : m H

= 1 Ar. N : 3 Ar . H

= 1 (14) : 3 (1)

= 14 : 3

b. Senyawa SO3 = massa S : massa O

= 1 Ar . S : 3 Ar . O

= 1 (32) : 3 (16)

= 32 : 48

= 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust: bila diketahui massa suatu senyawa atau massa

salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut maka massa unsur lainnya

dapat diketahui.

Contoh:

Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)

m C = (Ar C/Mr CaCO3) x m CaCO3

= (12 : 100 ) gr/mol x 50 gram = 6 gram

12

Page 13: kimia dasar

Kadar C = (m C / m CaCO3) x 100%

= (6 gr : 50 gr) x 100 %

= 12%

1.5.3 Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)

Hukum perbandingan berganda menyatakan bahwa "Bila unsur-unsur dapat

membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang

sama, massa unsur kedua dalam masing-masing senyawa berbanding sebagai

bilangan bulat dan sederhana".

Contoh:

Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk,

NO dimana massa N : O = 14 : 16

= 7 : 8

NO2 dimana massa N : O = 14 : 32

= 7 : 16

Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa oksigen

pada senyawa

NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

1.5.4 Hukum-Hukum Gas

Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT

dimana:

P = tekanan gas (atmosfir)

V = volume gas (liter)

n = mol gas

R = tetapan gas universal

= 0.082 L.atm/mol K

T = suhu mutlak (K)

Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan

kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:

a) Hukum Boyle

Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan

13

Page 14: kimia dasar

n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2

Contoh:

Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur

tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter dengan tekanan 2 atmosfir ?

Jawab:

P1 V1 = P2 V2

2 atm x 5 L = P2 x 10 L

P2 = 1 atm

b) Hukum Gay-Lussac

Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa "Volume gas-gas yang bereaksi dan

volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan

berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".

Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku :

V1 / V2 = n1 / n2

Contoh:

Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut 1 liter

gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.

Diketahui: Ar untuk H = 1 gr/mol dan N = 14 gr/mol

Jawab:

V1/V2 = n1/n2

(10/1) L = (x/28 gr/mol)/(0.1 / 2) mol

x = 14 gram

Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.

c) Hukum Boyle-Gay Lussac

Hukum ini merupakan perluasan hukum sebelumnya diman n1 = n2 sehingga

diperoleh persamaan:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

Pada keadaan STP (0o C, 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter, volume

ini disebut sebagai volume molar gas.

Contoh:

14

Page 15: kimia dasar

Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ?

(Ar: H = 1 ; N = 14)

Jawab:

n = m / Mr

n = 8,5 gr / 17 gr/mol

n = 0,5 mol

Volume NH3 (STP) = (0.5 x 22.4) L

Volume NH3 = 11.2 L

Berdasarkan persamaan Boyle-Gay

Lussac:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

(1 x 11,2) / 273 = (1 x V2) / 300

V2 = 12.31 liter

d) Hukum Avogadro

“Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan memiliki jumlah molekul yang sama pula”

Menurut Avogadro:

Gambar 2.3. Ilustrasi percobaan Avogadro

Ternyata perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien

reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti jika volume salah satu gas diketahui, maka

volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara membandingkan koefisien

reaksinya.

Contohnya:

Pada reaksi pembentukkan uap air.

.2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)

Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm adalah 10 liter,

maka volume gas O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang sama dapat ditentukan

dengan cara sebagai berikut :

Volume H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2

......

15

Page 16: kimia dasar

Volume O2 = ½ x 10 L = 5 Liter

Tentukan volume H2O?

Jawab: Volume H2O = 2/2 x 10 L = 10 Liter

1.6 Rumus Kimia

Rumus kimia menunjukkan jenis dan jumlah relatif atom unsur yang

membentuk suatu senyawa. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan

dengan angka indeks. Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.

1.6.1 Rumus Empiris

Kita dapat menyatakan komposisi unsur dalam suatu senyawa dengan

perbandingan seperti 1 : 1, 1 : 2, 2 : 3 dan lain-lain. Ini berarti bahwa unsur dalam

suatu senyawa terdiri atas perbandingan bulat dan sederhana. Pada contoh yang

sama, jika kita menghitung jumlah mol kalsium dan jumlah mol klorin dalam

suatu senyawa, kita dapat menemukan perbandingan jumlah atom kalsium dengan

atom klorin.

Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil

atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa. Rumus empiris suatu

senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu dari :

Massa dan Ar masing-masing unsurnya

% massa dan Ar masing-masing unsurnya

Perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnya

1.6.2 Rumus Molekul

Rumus molekul menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang

menyusun satu molekul senyawa.

Tabel 2.1. Rumus molekul dan rumus empiris beberapa senyawa

16

Page 17: kimia dasar

Rumus Molekul = (Rumus Empiris)n

Mr Rumus Molekul = n x (Mr Rumus Empiris)

Sebagai contoh : senyawa N2O4 dapat dijadikan dalam perbandingan yang

sederhana yaitu 1:2 menjadi NO2. Hampir sama dengan benzena dengan rumus

molekul C6H6 yang memiliki rumus empiris CH karena perbandingannya 1 : 1

1.7 Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi dari suatu unsur dalam suatu molekul sederhana atau

kompleks adalah ukuran kemampuan suatu atom untuk melepaskan atau

menerima elektron dalam pembentukan suatu senyawa. Jika atom melepaskan

elektron maka bilangan oksidasinya akan memiliki tanda positif. Jika atom

menerima elektron maka bilangan oksidasinya akan memiliki tanda negatif.

Aturan penentuan bilangan oksidasi unsur-unsur adalah sebagai berikut:

1. Bilangan oksidasi untuk unsur bebas adalah 0. Begitu juga dengan molekul

diatomik atau poliatomik.

Contoh: bilangan oksidasi unsur Na, Br, O2, S8 = 0

2. Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu ion monoatom adalah sebesar

muatan ion yang dimilikinya

Contoh: bilangan oksidasi unsur F- = -1; H+ = +1 , Al3+ = +3

3. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0

Contoh: bilangan oksidasi HNO3 = 0

4.  Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa = -2

kecuali

a. Dalam peroksida, seperti H2O2, bilangan oksidasi O = -1

b. Dalam superoksida, seperti KO2, bilangan oksidasi O = - ½

c. Dalam OF2, bilangan oksidasi O = +2

5. Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu ion poliatom adalah sebesar

muatan ion yang dimilikinya

17

Page 18: kimia dasar

Contoh: bilangan oksidasi senyawa NH4+

= +1 sedangkan bilangan oksidasi

senyawa NO32- = -2

6. Bilangan oksidasi Hidrogen dalam senyawa = +1

kecuali dalam hidrida = -1

1.8 Persamaan Kimia

Reaksi kimia selalu terjadi di sekitar kita. Ketika tubuh kita makan maka

di dalam tubuh kita terjadi reaksi kimia. Reaksi kimia berguna juga untuk aki

mobil. Pada saat yang sama reaksi kimia yang tidak kita inginkan juga dapat

terjadi. Semua reaksi kimia baik reaksi yang sederhana ataupun reaksi yang

kompleks dapat mengubah reaktan menjadi produk. Satu atau lebih reaktan yang

mula-mula bereaksi maka akan berubah menjadi satu atau lebih produk kimia.

Reaktan Produk

Di dalam reaksi kimia atom yang terdapat di dalam unsur akan berubah.

Ikatan yang ada akan pecah dan ikatan baru akan terbentuk menjadi produk baru.

Reaksi kimia dapat dijelakan dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh

kita dapat mengatakan : besi bereaksi dengan oksigen menghasilkan besi (III)

oksida. Alternatifnya kita dapat mengidentifikasi yang mana produk dan yang

mana reaktan sehingga kita dapat menulis persamaan kimia.

Besi + Oksigen Besi (III) oksida

Dalam persamaan kimia, reaktan dituliskan di sebelah kiri dan produk

dituliskan di sebelah kanan. Mereka dihubungkan dengan tanda panah yang

dibaca “menghasilkan”. Agar lebih efektif dalam menuliskan persamaan kimia

maka kita harus menuliskan rumus kimianya yaitu :

Fe + O2 Fe2O3

Persamaan yang hanya menunjukkan rumus dari reaktan dan produknya

saja adalah bagan persamaan. Bagan persamaan adalah sebuah persamaan kimia

yang tidak menuliskan jumlah produk dan reaktannya.

Wujud dari unsur-unsur yang bereaksi dapat dilihat dari persamaan kimia

yang ada. Simbol yang digunakan unsur adalah : (s) untuk padat, (l) untuk cair,

(g) untuk gas dan (aq) untuk larutan.

Fe(s) + O2(g) Fe2O3(s)

18

Page 19: kimia dasar

Semua persamaan kimia yang telah dituliskan belum tentu jumlahnya

benar. Agar suatu reaksi kimia benar maka harus disetarakan terlebih dahulu.

Pada persamaan kimia yang telah disetarakan jumlah masing-masing unsur dalam

persamaan tersebut adalah sama. Ini berdasarkan pada hukum kekekalan massa.

Kadang-kadang ketika kita menuliskan rumus dari reaktan atau produk di

dalam persamaan, persamaan tersebut telah setara. Ini benar untuk reaksi di

bawah ini :

C(s) + O2(g) CO2(g)

Persamaan itu telah setara. Satu atom karbon dan 2 atom oksigen pada

masing-masing sisi. Karbon juga dapat bereaksi dengan oksigen dan

menghasilkan karbon monoksida.

C(s) + O2(g) CO(g)

Reaksi di atas adalah benar tetapi tidak setara dan tidak mengikuti hukum

kekekalan massa. Untuk menyatarakan suatu reaksi maka syarat-syaratnya

sebagai berikut :

1. Pertama tentukan dahulu yang mana sebagai reaktan dan yang mana sebagai

produk yang bereaksi. Reaktan dituliskan di sebelah kiri dan produk dituliskan

di sebelah kanan dan letakkan tanda panah diantara reaktan dan produk jika

terdapat lebih dari satu reaktan atau produk maka pisahkan dengan tanda +

2. Tuliskan rumus kimia dari reaktan dan produk.

3. Hitung jumlah atom dari reaktan dan produk. Ion poliatom dihitung sebagai

masing-masing unsurnya sebagai ion tunggal.

4. Setarakan masing-masing unsur dengan menambahkan koefisien. Koefisien

adalah angka yang ditambahkan di depan unsur yang ada di dalam

persamaan kimia. Ketika tidak ada koefisien yang ditulis maka dapat

dikatakan koefisiennya 1, baiknya dimulai dari unsur selain hidrogen atau

oksigen. Kedua unsur ini biasanya digunakan di dalam persamaan lebih dari

dua kali. Anda tidak boleh mengubah subskripnya.

5. Periksa jumlah masing-masing atom atau ion poliatom untuk meyakinkan

kembali bahwa persamaan kimia telah setara.

6. Terakhir, pastikan bahwa koefisien yang digunakan menggunakan

perbandingan yang terkecil.

19

Page 20: kimia dasar

2. TERMOKIMIA

2.1 Energi

Energi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kerja di dalam”. Kerja

dilakukan ketika materi dipindahkan atau digerakkan. Energi adalah kapasitas

untuk melakukan kerja. Objek dapat melakukan kerja karena memiliki energi

potensial dan energi kinetik. Contohnya air yang ada di puncak sebuah bendungan

memiliki energi potensial karena posisinya dan adanya gaya gravitasi bumi. Oleh

karena itu air memiliki kapasitas untuk melakukan kerja. Ketika air kita biarkan

mengalir melalui pipa ke tingkat yang lebih rendah maka energi potensial diubah

menjadi energi kinetik.

Energi kinetik memiliki rumus sebagai berikut :

Ek = ½ mv2 2.1)

Jika massa dalam kilogram dan kecepatan dalam m/s maka satuan energi

kinetik adalah :

(kg) x (m/s)2 = Kg m2 s-2 atau dikenal dengan satuan Joule.

sedangkan kerja dirumuskan oleh persamaan berikut :

Kerja = gaya x jarak 2.2)

2.2 Terminologi Termokimia

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan energi yang

terjadi dalam reaksi kimia. Biasanya pada saat terjadi perubahan energi kita

melepaskan ataupun menerima energi. Ketika kita memanaskan tangan kita yang

dingin di atas kayu yang dibakar kita menerima energi yang ditandai dengan

terjadinya kenaikan suhu.

2.2.1 Sistem

Sistem adalah bagian dari alam yang kita pelajari, sistem bisa jadi larutan

yang ada di dalam beker ataupun gas yang ada dalam tabung. Lingkungan adalah

20

Page 21: kimia dasar

bagian yang ada di luar sistem. Interaksi mengacu kepada pertukaran energi

ataupun materi atau keduanya antara sistem dan lingkungan.

Ada 3 jenis sistem. Sistem terbuka bereaksi langsung dengan

lingkungannya dan terjadi pertukaran energi ataupun materi. Secangkir kopi panas

merupakan contoh dari sistem terbuka. Pada sistem tertutup terjadi pertukaran

energi tetapi tidak terjadi pertukaran materi. Sebagai contoh sebotol teh yang

tertutup yang kita letakkan di bawah sinar matahari sedangkan sistem terisolasi

tidak terjadi pertukaran energi maupun materi dengan lingkungannya.

2.2.2 Energi Dalam (U)

Energi dalam sistem adalah jumlah total energi yang terdapat di dalam

sistem. Komponen energi kinetik berasal dari pergerakan beberapa jenis tingkat

molekul yaitu : pergerakan translasi, pergerakan rotasi, pergerakan vibrasi, gaya

intra molekular dan gaya inter molekular.

2.2.3 Panas (q)

Panas adalah pertukaran energi antara sistem dan lingkungannya yang

disebabkan oleh adanya perbedaan suhu. Panas bergerak spontan dari tempat yang

memiliki suhu yang tinggi ke tempat yang memiliki suhu yang rendah. Pertukaran

panas akan berhenti pada saat sistem dan lingkungan mencapai suhu yang sama

dan dikatakan sistem dan lingkungan mencapai kesetimbangan termal.

3.2.4 Kerja (w)

Kerja adalah pertukaran energi antara sistem dengan lingkungannya.

Sistem tidak melakukan kerja. Kerja memiliki rumus :

Kerja = gaya x jarak

Sedangkan gaya memiliki rumus

Gaya = tekanan x luas permukaan

Maka rumus diatas dapat menjadi :

w = P x A x h 2.3)

Luas permukaan dan tinggi merujuk kepada perubahan volume gas yang dapat

disimbolkan dengan ΔV. Secara matematis kita dapat menulis

ΔV = Vakhir - Vawal

21

Page 22: kimia dasar

sehingga rumus pada persamaan 2.3 menjadi :

Kerja = tekanan x perubahan volume

= P ΔV

Kerja = - P ΔV 2.4)

Ketika gas diperluas maka ΔV positif dan kerja menjadi negatif. Tanda

negatif berarti sistem kehilangan energi dan energi pindah dari sistem ke

lingkungan. ketika gas dimampatkan oleh lingkungannya maka ΔV negatif dan

kerja menjadi positif dan ini berarti sistem menerima energi.

2.3 Energi Dalam (U), Fungsi keadaan dan Hukum Pertama Termodinamika

Energi dalam adalah fungsi keadaan. Keadaan sistem mengacu kepada

keadaan yang ada, yang ditentukan oleh jenis materi, struktur materi pada tingkat

molekul, suhu dan tekanan awal. Fungsi keadaan adalah sifat yang bergantung

pada keadaan yang ada dari sistem dan tidak bergantung pada bagaimana sistem

mencapainya.

Panas dan kerja bukan fungsi keadaan karena panas dan kerja tidak

terdapat dalam sistem melainkan hanya jumlah energi yang kita amati ketika

sistem berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya.

Perubahan energi dalam antara keadaan awal dan keadaan akhir yaitu :

Keadaan awal keadaan akhir

ΔU = Uakhir – Uawal 2.5)

Kita dapat menggunakan hukum konservasi energi untuk menghitung

perbedaan energi dalam antara keadaan awal dan keadaan akhir yaitu :

Dalam perubahan fisika dan kimia, energi dapat bertukar antara sistem dan

lingkungan, tetapi energi tidak dapat dibuat ataupun dihancurkan

Hukum ini menyatakan bahwa kita dapat menghitung semua pertukaran

energi antara sistem dan lingkungannya, kita dapat menentukan bagaimana energi

dalam dari sistem berubah, baik dalam perubahan kimia atau perubahan fisika.

Perubahan energi dalam sistem berhubungan dengan pertukaran energi yang

terjadi seperti panas dan kerja. Hal ini dikenal sebagai hukum pertama

termodinamika dan secara matematis dapat ditulis :

ΔU = q + w 2.6)

22

Page 23: kimia dasar

Berdasarkan persamaan 2.6 untuk sistem yang terisolasi, energi dalam

tetap konstan. Jika terjadi pertukaran materi maupun energi antara sistem dengan

lingkungannya, maka q dan w bernilai nol sehingga ΔU juga nol dan jika sebuah

sistem menerima panas dan kerja dilakukan pada sistem maka ΔU juga nol.

Adapun cara untuk menentukan tanda yang digunakan dalam hukum pertama

termodinamika, yaitu :

Energi yang masuk ke sistem memiliki tanda positif, jika panas diserap oleh

sistem q > 0. Jika kerja dilakukan pada sistem maka w > 0

Energi yang keluar ke sistem memiliki tanda negatif, jika panas dilepaskan

oleh sistem q < 0. Jika kerja dilakukan oleh sistem maka w < 0

2.3.1 Panas Reaksi dan Perubahan Entalpi

Peristiwa reaksi kimia yang sedang dipelajari disebut sistem, sedangkan

segala sesuatu di luar sistem disebut lingkungan. Reaksi eksoterm adalah reaksi

yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan. Perubahan yang terjadi pada

reaksi eksoterm yaitu :

Reaksi endoterm pada sistem terisolasi menghasilkan kenaikan temperatur

sistem

Reaksi eksoterm pada sistem yang terisolasi menyebabkan panas dilepaskan

ke lingkungan

Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem.

Perubahan yang terjadi pada reaksi endoterm yaitu :

Reaksi endoterm pada sistem terisolasi menghasilkan penurunan temperatur

sistem

Reaksi endoterm pada sistem yang terisolasi menyebabkan panas diserap dari

lingkungan

Gambar 2.1 Reaksi eksoterm

panas panas

panas panas panas

panas

23

Suhu meningkat

ΔT

sistem

Tidak ada perubahan suhu

ΔT= 0

sistem

Suhu Meningkat

ΔT

sistem

Page 24: kimia dasar

panas panas

Gambar 2.2 Reaksi endoterm

panas panas

panas panas panas

panas

panas panas

Panas reaksi disimbolkan dengan qrxn adalah jumlah pertukaran panas

antara sistem dan lingkungannya untuk sebuah reaksi pada suhu tertentu. Kita

dapat memperlakukan reaksi kimia seperti sebuah sistem termodinamika dimana

reaktan berada pada keadaan awal dan produk merupakan keadaan akhir.

Reaktan produk

keadaan 1 : U1 keadaan 2 : U2

Energi dalam untuk 2 keadaan ini memiliki nilai yaitu:

ΔU = U2 - U1 2.7)

Perubahan energi dalam sistem berhubungan dengan pertukaran panas dan

kerja antara sistem dan lingkungan, seperti yang diberikan oleh hukum pertama

termodinamika.

ΔU = q + w

W = - P ΔV

Umumnya reaksi terjadi pada volume atau tekanan yang konstan. Jika

reaksi terjadi pada sistem yang memiliki volume konstan, maka ΔV = 0. Jika ΔV

= 0 maka P ΔV = 0. Jika tidak ada jenis lain dari kerja yang dilakukan selama

reaksi maka w = 0.

ΔU = q + w 2.8)

ΔU = q + 0 2.9)

24

Penurunan suhu

ΔT

sistem

Tidak ada perubahan suhu

ΔT= 0

sistem

Penurunan suhu

ΔT

sistem

Page 25: kimia dasar

Panas reaksi sama dengan ΔU untuk reaksi ini. Panas reaksi pada volume

konstan disimbolkan sebagai qv (subkrip v menandakan bahwa volume tetap

konstan).

ΔU = qv 2.10)

Panas reaksi sama dengan ΔU untuk reaksi ini. Panas reaksi pada volume

konstan disimbolkan sebagai qp. Kemudian kita dapat mengganti - P ΔV untuk w,

maka hukum pertama termodinamika menjadi :

ΔU = q + w

ΔU = qv - P ΔV

qv = ΔU + P ΔV 2.11)

Ketika reaksi terjadi pada volume konstan semua energi termal dihasilkan

oleh konversi dari energi kimia yang dilepaskan sebagai panas, maka qv = ΔU.

Ketika reaksi terjadi pada tekanan konstan kebanyakan energi termal dilepaskan

juga sebagai panas, tetapi dalam jumlah kecil.

2.3.2 Entalpi

Untuk reaksi yang terjadi pada volume konstan, kita dapat menentukan ΔU

dengan menghitung qv. Walaupun kebanyakan reaksi kimia terjadi pada tekanan

yang konstan tidak pada volume yang konstan. Entalpi didefinisikan sebagai

jumlah energi dalam dan tekanan-volume dari sistem.

H = U + PV

Dari definisi ini kita melihat panas reaksi sebagai perubahan entalpi untuk

proses yang terjadi pada suhu dan tekanan yang konstan.

qv = ΔH = ΔU + P ΔV

Beberapa sifat entalpi, yaitu:

Entalpi memiliki sifat yang luas. Entalpi sistem bergantung pada jumlah zat

yang ada. Entalpi 2.00 mol CO2 adalah 2 kali entalpi 1.00 mol CO2.

Entalpi adalah fungsi keadaan. Entalpi sistem bergantung hanya pada keadaan

awal dan akhir dan tidak bergantung pada bagaimana proses mencapainya.

Karena U, P dan V adalah fungsi keadaan dan H merupakan fungsi dari

variabel tersebut maka H juga fungsi keadaan

25

Page 26: kimia dasar

Perubahan entalpi memiliki nilai yang khas karena entalpi masing-masing 2

keadaan sistem memiliki nilai yang khas. Perbedaan entalpi antara 2 keadaan

juga memiliki nilai yang khas. Perubahan entalpi ini sama dengan panas reaksi

qv = ΔH

2.3.3 ΔH untuk reaksi kimia

Suatu reaksi :

CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2 H2O(g) ΔH = - 890.3 kJ

Perubahan entalpi untuk pembakaran 1 mol CH4 pada suhu 25oC adalah – 890.3

kJ. ΔH sama dengan qv dan memiliki nilai negatif maka reaksi pembakaran

metana pada tekanan yang konstan merupakan reaksi eksoterm.

Gambar 2.3 Entalpi

Eksoterm Endoterm

reaktan

produk

ΔH < 0 negatif

Produk ΔH > 0 Positif

reaktan

2.4 Kalorimetri : Menghitung Jumlah Panas

Perhitungan jumlah panas disebut kalorimetri sedangkan alat untuk

menghitung jumlah panas disebut kalorimeter. Kalorimetri berdasarkan pada

hukum konservasi energi. Berhasil tidaknya kalorimetri bergantung pada

kemampuan kita untuk menghitung jumlah panas secara akurat dan mengerti

konsep tentang panas jenis dan kapasitas panas.

26

ENTALPI

Page 27: kimia dasar

2.4.1 Kapasitas Panas

Beberapa sistem menyerap sejumlah panas dari lingkungan dan

menyebabkan terjadinya kenaikan suhu sehingga kapasitas panas yang dimiliki

rendah. Sistem yang lain bisa jadi menyerap sejumlah panas tetapi menurunkan

suhu sehingga memiliki kapasitas panas yang tinggi. Kapasitas panas (C) sistem

adalah jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu sistem. Kita dapat

menentukan kapasitas panas dengan membagi jumlah panas dengan perubahan

suhu yang dihasilkan.

C = 2.12)

Satuan kapasitas panas adalah J/o C atau J/o K.

2.4.2 Panas Jenis

Kapasitas panas sistem bergantung pada jumlah dan jenis materi di dalam

sistem. Kapasitas panas molar adalah kapasitas panas 1 mol zat. Panas jenis

adalah jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu 1 gram zat. Kita

dapat memperoleh panas jenis ketika kita membagi kapasitas panas dengan

massanya.

Panas Jenis =

panas jenis = 2.13)

Karena kapasitas panas adalah C = q/ΔT, maka :

Panas jenis = 2.14)

Dalam perhitungan kalorimetri kita dapat menghubungkan antara panas,

perubahan suhu, massa dan panas jenis zat sehingga diperoleh persamaan yaitu :

q = massa x panas jenis x ΔT 2.15)

ketika kita meningkatkan suhu sistem, suhu akhir Tf lebih tinggi dari pada suhu

awal Ti sehingga ΔT = (Tf - Ti) bernilai positif maka q positif dan panas diserap

oleh sistem. Menurunkan suhu sistem berarti Tf lebih kecil daripada Ti, sehingga

ΔT negatif maka q juga negatif dan panas dilepas oleh sistem.

Tabel 2.1. Panas Jenis Beberapa Zat

Zat Panas jenis

27

Page 28: kimia dasar

AluminiumTembagaEtanolBesiTimbalMerkuriPerakBelerangair

0.9020.3852.460.4490.1280.1390.2350.7064.180

2.4.3 Bomb Kalorimeter : Reaksi pada Volume Konstan

Untuk reaksi pembakaran yang melibatkan gas lain, umumnya digunakan

alat yang disebut dengan bomb kalorimeter. Kalorimeter memiliki kontainer

dengan dinding logam yang kuat. Dalam percobaan yang menggunakan bomb

kalorimeter, diletakkan sampel kecil yang diketahui massanya di dalam kontainer

logam yang ada di dalam bomb kalorimeter. Kemudian kita mengisi bomb dengan

oksigen pada tekanan 30 atm dan mengisi kontainer dengan sejumlah air yang

diketahui volumenya lalu bomb calorimeter dialiri arus listrik, selanjutnya

mencatat temperatur tertinggi yang dicapai larutan. Dari kenaikan suhu dan

kapasitas panas kalorimetri, kita dapat menentukan kenaikan energi termal dari

kalorimeter yaitu :

Qkalorimeter = kapasitas panas kalorimeter x ΔT 2.16)

Sebuah bomb kalorimeter memiliki banyak komponen dengan

menganggap muatan kalorimeter sebagai sebuah sistem yang terisolasi sehingga :

qrxn = - qkalorimeter 2.17)

Jika tekanan dan volume di dalam bomb kalorimeter konstan maka ΔV = 0 dan

w = - P ΔV = 0 sehingga panas reaksi yang kita ukur adalah qv, dan qv =

ΔU, maka:

ΔU = qv = qrxn = - qkalorimeter 2.18)

Dalam persamaan reaksi pembakaran umumnya yang diketahui adalah ΔH

(panas reaksi pada tekanan yang konstan) bukan ΔU (panas reaksi pada volume

konstan). Sebenarnya dalam beberapa keadaan ΔH dan ΔU adalah sama karena

PΔV adalah 0 atau nilainya sangat kecil kecuali pada reaksi yang melibatkan

perubahan yang besar pada sejumlah mol gas.

28

Page 29: kimia dasar

2.5 Hukum Hess

Untuk mencari perubahan entalpi untuk pembakaran karbon menjadi

karbon monoksida tidak dapat menggunakan bomb kalorimeter .

(a) C + ½ O2 (g) CO (g) ΔH(a) = ?

(b) CO (g) + ½ O2 (g) CO2 (g) ΔH(b) = - 283.0 kJ

(c) C + O2 (g) CO2 (g) ΔH(c) = - 393.5 kJ

Pada reaksi di atas untuk mencari perubahan entalpi pada reaksi (a) kita

dapat menggunakan hukum Hess yang berbunyi :

Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan

akhir dan tidak bergantung pada jalannya reaksi.

Dari ketiga reaksi a, b, dan c diketahui bahwa ΔH(a) merupakan perbedaan

antara ΔH(b) dan ΔH(c).

ΔH(a) = ΔH(c) - ΔH(b)

Maka reaksi di atas dapat diubah urutannya menjadi :

(b) CO2 (g) CO (g) + ½ O2 (g) ΔH(b) = - ( - 283.0 kJ)

(c) C +O2 (g) CO2 (g) ΔH(c) = - 393.5 kJ

(a) C + ½ O2 (g) CO (g) ΔH(a) = - 110.5 kJ

Dengan menjumlahkan persamaan b dan c, CO2 menjadi habis dan

penjumlahan ½ O2 di sebelah kanan pada persamaan yang dilabel – (b) dan 1 O2

pada sisi kiri persamaan (c) menjadi ½ O2 pada sisi kiri persamaan.

Sebuah cara untuk menggabungkan 2 atau lebih persamaan kimia dan nilai

ΔH untuk memperoleh nilai ΔH reaksi yang lain yaitu :

Balikkan persamaan reaksi tertentu dan ubah tanda ΔH nya

Kalikan persamaan reaksi tertentu dan nilai ΔHnya dengan faktor yang sesuai.

Faktor yang digunakan bisa bilangan bulat (2, 3, ...) atau fraksi (¼, ½, . . . )

Contoh :

Hitunglah perubahan entalpi untuk reaksi (a), dari data yang didapat dari

persamaan (b), c) dan (d) !

(a) 2 C + 2H2 (g) C2H4 (g) ΔH = ?

(b) C + O2 (g) CO2(g) ΔH = - 393.5 kJ

29

Page 30: kimia dasar

(c) C2H4 (g) + 3O2 (g) 2CO2 (g) + 2H2O (l) ΔH = - 1410.9 kJ

(d) H2 (g) + ½ O2 (g) H2O (l) ΔH = - 285.8 kJ

Jawab

Pertama kita lihat persamaan (a) yang memiliki 2 C dan pasangkan dengan

persamaan (b) yang hanya memiliki 1 C maka persamaan (b) kita kalikan dengan

2 menjadi :

(b) 2 C + 2 O2 (g) 2CO2(g) ΔH = 2 x (- 393.5 kJ) = - 787.0 kJ

Berikutnya kita lihat C2H4 pada sisi sebelah kanan, maka kita pasangkan

dengan persamaan (c) dan kita perlu untuk membalik persamaan tersebut dan

mengubah tanda nilai ΔH menjadi :

(c) 2CO2 (g) + 2H2O (l) C2H4 (g) + 3O2 (g) ΔH = - (- 1410.9 kJ)

Terakhir, kita lihat persamaan pada unsur 2H2 pada sebelah kanan. Untuk

mendapatkan 2H2 ke dalam persamaan akhir, kita perlu mengalikan persamaan (d)

dan nilai ΔH menjadi :

(d) 2 H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) ΔH = 2 x (- 285.8 kJ) = - 571.6 kJ

Maka persamaan di atas dapat kita susun menjadi :

(b) 2 C + 2 O2 (g) 2CO2(g) ΔH = 2 x (- 393.5 kJ) = - 787.0 kJ

(c) 2CO2 (g) + 2H2O (l) C2H4 (g) + 3O2 (g) ΔH = - (- 1410.9 kJ)

(d) 2 H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) ΔH = 2 x (- 285.8 kJ) = - 571.6 kJ

(a) 2C + 2H2(g) C2H4 (g) ΔH = - 787.0 kJ + 1410.9 kJ - 571.6 kJ = 52.3 kJ

2.6 Entalpi Standar Pembentukan

Kita dapat menentukan perubahan entalpi beberapa reaksi dengan

menggunakan bomb kalorimeter dan juga hukum Hess. Perubahan entalpi

dirumuskan oleh persamaan berikut yaitu :

ΔH = Hproduk - Hreaktan 2.19)

Perubahan entalpi standar adalah perubahan entalpi untuk reaksi dimana

reaktan dalam keadaan standar menghasilkan produk dalam keadaan standar. Kita

menggunakan superskrip simbol derajat (o) untuk menyimbolkan perubahan

entalpi standar. Perubahan entalpi standar disimbolkan ΔHo.

Perubahan entalpi standar pembentukan (ΔHfo) suatu zat adalah perubahan

entalpi yang terjadi dalam pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya dimana

30

Page 31: kimia dasar

produk dan reaktan dalam keadaan standar. Tanda derajat superskrip merupakan

label perubahan entalpi sebagai perubahan entalpi standar dan subskrip f

mengacu pada reaksi dimana senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya. Perubahan

entalpi standar pembentukan sering dikenal dengan panas standar pembentukan

atau lebih sederhana dikenal dengan panas pembentukan.

Tabel 2.2. Beberapa Entalpi Standar Pembentukan Pada Suhu 25o C.

Zat ΔHfo kJ / mol Zat ΔHf

o kJ / molCO(g)

CO2(g)

CH4(g)

C2H2(g)

C2H4(g)

C2H6(g)

C3H8(g)

C4H10(g)

C6H6(l)

CH3OH(l)

CH3CH2OH(l)

HBr(g)

- 110.5- 393.5- 74.81 226.7 52.26- 84.68- 103.8- 125.7 48.99- 238.7- 277.7- 36.40

HCl(g)

HF(g)

HI (g)

H2O(g)

H2O(l)

NH3(g)

NO(g)

N2O(g)

NO2(g)

N2O4(g)

SO2(g)

SO3(g)

- 92.31- 271.1 26.48- 241.8- 285.8- 46.11 90.25 82.05 33.18 9.16- 296.8- 395.7

Ada 2 bentuk karbon yaitu grafit dan intan yang dapat dicapai pada suhu

25o C dan tekanan 1 atm. Dua bentuk ini memiliki perubahan entalpi standar

pembentukan yang berbeda.

1) C (grafit) + O2 (g) CO2 (g) ΔHo = - 393.5 kJ

2) C (intan) + O2 (g) CO2 (g) ΔHo = - 395.4 kJ

Jika kita balik persamaan kedua dan menambahkannya ke reaksi pertama dengan

menggunakan hukum Hess diperoleh:

C (grafit) C (intan) = ΔHo = - 393.5 kJ – (- 395.4 kJ) = 1.9 kJ

Perubahan entalpi standar dari pembalikan nitrogen oksida menjadi

dinitrogen tetraoksida pada suhu 25o C dan tekanan 1 atm dapat diketahui dengan

menggunakan data perubahan entalpi standar pembentukan pada kedua gas

sehingga :

2 NO2 (g) N2O4 (g) ΔHo = ?

Dari tabel entalpi standar pembentukan pada kedua gas yaitu :

(a) ½ N2 (g) + O2 (g) NO2 (g) ΔHo =ΔHfo [NO2(g)] = 33.18 kJ

(b) N2 (g) + 2 O2 (g) N2O4 (g) ΔHo =ΔHfo [N2O4(g)] = 9.16 kJ

31

Page 32: kimia dasar

Dengan hukum Hess, kita dapat menggabungkan 2 persamaan ini dan

memperoleh persamaan yang kita inginkan. Untuk melakukan ini pertama kita

balik lalu dikalikan 2 selanjutnya dijumlahkan dengan persamaan (b).

- 2 x (a ) NO2(g) ½ N2 (g) + O2 (g) ΔHo = - 2 ΔHfo [NO2(g)] = - 66.36 kJ

(b) N2 (g) + 2 O2 (g) N2O4 (g) ΔHo = ΔHfo [N2O4(g)] = 9.16 kJ

2 NO2 (g) N2O4 (g) ΔHo = - 66.36 kJ + 9.16 kJ = - 57.20 kJ

Ini merupakan contoh umum yang menunjukkan hubungan perubahan

entalpi reaksi dengan perubahan entalpi standar pembentukan tanpa melalui

hukum Hess

ΔHo = Σ vp x ΔHfo (produk) - Σ vr x ΔHf

o(reaktan) 2.20)

Simbol v menyatakan koefisien stoikiometri yang digunakan di depan

rumus senyawa dalam persamaan kimia.

2.7 Perubahan spontan

Peleburan es dalam larutan es teh pada suhu kamar, besi direaksikan

dengan air, dan reaksi antara logam natrium dan gas klor merupakan contoh dari

perubahan spontan.

2Na(s) + Cl2(g) 2NaCl(s)

Proses spontan adalah proses yang terjadi dalam sistem (reaktan) dan tidak

ada kerja di luar sistem. Kita tidak dapat membekukan air pada tekanan 1

atmosfir dan suhu 25oC karena hal tersebut merupakan proses yang tidak spontan.

Proses tidak spontan mungkin terjadi tetapi memerlukan kerja di luar sistem.

Sebagai contoh, kita dapat menguraikan natrium klorida menjadi logam natrium

dan gas klor dengan cara melebur padatan NaCl dan melewatkan arus listrik.

Reaksi ini dikenal dengan sel elektrolisis.

2.8 Energi Ikatan

Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan.

Proses ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk

memutuskan ikatan kimia 1 mol senyawa berwujud gas menjadi atom-atom gas

pada keadaan standar disebut energi ikatan. Untuk molekul kompleks, energi yang

32

Page 33: kimia dasar

dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas

disebut energi atomisasi.

Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom

dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti

H2, O2, N2 atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama

dengan energi ikatan. Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan

menggunakan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal

tersebut dapat dijabarkan dengan persamaan :

H reaksi = energi pemutusan ikatan – energi pembentukan ikatan

H reaksi = energi ikatan di kiri – energi ikatan di kanan

Contoh:

Diketahui :  energi ikatan:C - H = 414,5 kJ/Mol

C = C = 612,4 kJ/mol

C - C = 346,9 kJ/mol

H - H = 436,8 kJ/mol

Tabel 2.3. Daftar Energi Ikatan

 

 

33

Energi ikatan (kJ/mol)

Ikatan Tunggal

Ikatan rangkap

Page 34: kimia dasar

Ditanya:  H reaksi dari C2H4(g) + H2(g)    C2H6(g)

Penyelesaian :

H reaksi = energi pemutusan ikatan – energi pembentukan ikatan

= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))

= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))

= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)

= - 126,7 kJ

2.9 Entropi (S)

Entropi adalah suatu sifat sistem yang mengukur ketidakteraturan sistem,

yaitu ketidakteraturan susunan molekul-molekulnya dalam ruangan serta

distribusi energinya.

Perubahan entropi (ΔS) merupakan fungsi keadaan. Pada umumnya,

entropi meningkat untuk proses berikut ini :

Pelelehan padat menjadi cair

Penguapan padatan atau cairan membentuk gas

Pelarutan padatan atau cairan dalam pelarut untuk membentuk larutan non

elektrolit

Reaksi kimia yang menghasilkan sejumlah molekul gas

Pemanasan zat

Kadang-kadang kita memerlukan nilai perubahan entropi. Untuk mendapatkan

nilai ini, kita harus menghubungkan perubahan entropi sistem ΔS dengan jumlah

panas, qrev, yang mengalami pertukaran antara sistem dengan lingkungan pada

suhu Kelvin.

ΔS = 2.21)

2.9.1 Entropi molar standar

34

Page 35: kimia dasar

Entropi molar standar dapat digunakan untuk menentukan perubahan

entropi standar untuk reaksi kimia. Kita dapat menghubungkan perubahan entropi

dengan entropi produk dan entropi reaktan sehingga diperoleh persamaan di

bawah ini :

ΔS = Σ vp x So (produk) - Σ vr x So (reaktan)

2.10 Hukum Kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika menerangkan antara lain arah proses-proses

spontan dan keterbatasan pengubahan kalor menjadi kerja. Dalam bentuknya yang

paling umum hukum kedua termodinamika dirumuskan melalui suatu besaran

yang disebut entropi.

Entropi adalah suatu fungsi keadaan yang secara matematika didefinisikan

sebagai :

2.22)

qrev ialah kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan secara

reversibel. Proses yang berlangsung reversibel adalah proses yang berjalan

demikian lambatnya sehingga sistem tetap dalam kesetimbangan. Walaupun

dalam praktek tidak ada proses yang memenuhi persyaratan ini, namun ada

sejumlah proses yang dapat diperlakukan demikian. Salah satu diantaranya ialah

proses pengubahan fasa pada titik transisi, misalnya proses penguapan air pada

suhu 100oC dan tekanan 1 atm.

100oCH2O(l) H2O(g)

1 atm

Pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm kedua fasa (air dan uap air) berada

dalam kesetimbangan, sehingga apabila diandaikan berlangsung cukup lambat,

maka proses ini dapat dianggap reversibel. Pada proses ini qrev = Hv, yaitu kalor

penguapan. Karena dS merupakan diferensial eksak, maka perubahan entropi

yang terjadi dalam setiap proses atau reaksi adalah :

S = S2 – S1 2.23)

35

Page 36: kimia dasar

dengan S1 ialah entropi sistem dalam keadaan awal dan S2 ialah entropi sistem

dalam keadaan akhir.

Perhitungan perubahan entropi pada proses fisis untuk proses yang tidak

disertai dengan perubahan fasa.

Contoh : H2O (l, 25oC, 1 atm) H2O (l, 75oC, 1 atm)

Pada tekanan tetap qrev = dH = Cp dT, sehingga

2.24)

Jika diasumsikan bahwa Cp bukan fungsi dari temperatur, maka persamaan ini

dapat diintegrasi, menjadi :

2.25)

Untuk air, Cp = 75,6 JK-1 mol-1, sehingga bagi proses di atas

Proses perubahan fasa secara reversibel dapat dihitung dari persamaan :

2.26)

H disebut kalor transisi, yang dapat berupa kalor penguapan, kalor sublimasi,

dan sebagainya.

Contoh : H2O (l, 100oC, 1 atm) H2O (g, 100oC, 1 atm)

Hv = 40,67 kJ/mol

Proses irreversibel,

Contoh : H2O (l, 25oC, 1 atm) H2O (g, 100oC, 1 atm)

36

Page 37: kimia dasar

Proses ini dapat terjadi dalam beberapa tahap, dengan catatan bahwa pengubahan

fasa itu berlangsung secara reversibel, kemudian hitung S dari tiap bagian.

SH2O (l, 25oC, 1 atm) H2O (g, 100oC, 1 atm)

S1

S2

H2O (l, 100oC, 1 atm)

Pada reaksi kimia :

aA + bB cC + dD

Karena S adalah fungsi keadaan, maka S diberikan oleh

S = Sproduk - Spereaksi

= c SC + d SD – a SA – b SB

Menurut hukum kedua termodinamika :

Semua proses (spontan) yang terjadi di alam semesta selalu disertai dengan

peningkatan entropi.

Artinya :

Jika Sas ialah perubahan entropi yang terjadi di alam semesta, maka bagi

setiap proses spontan berlaku Sas > 0, mengingat bahwa alam semesta = sistem

ditambah lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa bagi semua proses spontan

(S + S1) > 0 dengan S ialah perubahan entropi sistem dan S1 ialah perubahan

entropi lingkungan.

Perubahan entropi dapat dilihat jika serbuk tembaga ditambahkan pada

larutan perak nitrat. Apakah terjadi reaksi spontan ?

Cu(s) + 2Ag+(aq) Cu2+

(aq) + 2Ag(s)

Perubahan entropi sistem adalah :

So=SoCu2+ +2SoAg- SoCu – 2So Ag+

= -99,6 + 2(42,6) – 33,2 – 2(72,7)

= -19,30 J/K

Perubahan entropi lingkungan dapat dihitung dari :

2.27)

dengan H adalah entalpi reaksi dari reaksi tersebut.

Perhitungan entalpi reaksi :

37

Page 38: kimia dasar

H0 = Hf0 (Cu2+) – 2 Hf

0 (Ag+)

= 64,8 – 2 (105,6) = - 146,4 kJ

Jadi Sas = S0 + S1

= -193,0 + 491,3

= 298,3 JK-1

Sas > C reaksi spontan

Kebergantungan S sama halnya dengan entalpi reaksi dimana

2.28)

dimana S1 dan S2 adalah masing-masing perubahan entropi pada T1 dan T2.

Contoh :

CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s)

S0298 = -160,5 JK-1

S0500 = .. ?

Entropi adalah suatu sifat sistem yang mengukur ketidakteraturan sistem,

yaitu ketidakteraturan susunan molekul-molekulnya dalam ruangan serta

distribusi energinya. Sistem dengan susunan molekul yang serba teratur (padatan

kristal) mempunyai ketidakteraturan yang rendah, jadi mempunyai nilai entropi

yang rendah pula. Sebaliknya suatu zat dalam keadaan gas mempunyai nilai

entropi yang tinggi. Jika suatu proses terjadi dengan spontan maka ini berarti

sistem akan berpindah ke keadaan dengan kebolehjadian yang lebih tinggi.

Keadaan dengan kebolehjadian yang tinggi merupakan keadaan ketidakteraturan

yang tinggi pula.

Gambar 2.4. Hubungan entropi dan suhu

38

Page 39: kimia dasar

Jadi disimpulkan :

Setiap proses (spontan) cenderung berlangsung ke arah tercapainya

ketidakteraturan sistem yang setinggi-tingginya.

Pada perubahan eksotermik, panas yang dilepas sistem diserap oleh

lingkungan menyebabkan gerak acak partikel di lingkungan meningkat sehingga

entropi meningkat qsis < 0; qsurr > 0; Ssurr > 0 dan pada perubahan endotermik,

sistem menyerap panas dan lingkungan melepas panas sehingga entropi

lingkungan menurun, qsis > 0; qsurr < 0; Ssurr < 0.

Perubahan entropi lingkungan berbanding lurus dengan perubahan panas

sistem dan berbanding terbalik dengan temperatur lingkungan sebelum terjadi

pertukaran panas

Ssurr µ -qsis, dan Ssurr µ 1/T Kombinasinya menghasilkan

Ssurr = -qsis/T 2.29)

Jika proses berlangsung pada tekanan konstan, qp sama dengan H sehingga

Ssurr = -Hsis/T 2.30)

2.11 Energi bebas dan Perubahan energi bebas

Energi bebas Gibbs (G) merupakan fungsi termodinamika yang

dirumuskan dengan persamaan

ΔG = - T ΔS 2.31)

Perubahan energi bebas, ΔG, untuk sebuah proses pada suhu dan tekanan

yang konstan terdapat dalam persamaan Gibbs yaitu :

ΔG = ΔH - T ΔS 2.32)

Perubahan spontan memiliki nilai ΔG < 0. Di bawah ini terdapat kriteria

proses pada suhu dan tekanan yang konstan.

Jika ΔG < 0 (negatif) prosesnya spontan

Jika ΔG > 0 (positif) prosesnya tidak spontan

Jika ΔG = 0 tidak ada perubahan dan reaksi setimbang

39

Page 40: kimia dasar

2.12 Hukum Ketiga Termodinamika

Suatu reaksi kimia dianggap terjadi pada sebuah bejana dengan tekanan

tetap dan bejana tersebut berkontak dengan reservoir pada suhu tetap T.

Bila suhu sistem naik akibat reaksi, maka panas akan mengalir dari sistem

ke reservoir sampai suhu menjadi T. Pada proses dengan tekanan sama, panas

yang mengalir ke reservoir ini sama dengan perubahan entalpi :

H = H2 - H1 = -Q 2.33)

(1 : sebelum, 2 : sesudah)

Bila reaksi berupa :

Ag + HCl AgCl + ½ H2

Maka H1 merupakan entalpi perak dan asam klorida dan H2 merupakan entalpi

perak klorida dan gas hidrogen.

dari

dapat ditulis

atau

2.34)

Jadi perubahan entalpi serupa dengan perubahan fungsi Gibbs bila

mendekati nol.

Gambar 2.5. Grafik Hubungan Entalpi, Energi Bebas, Dan Suhu

40

Page 41: kimia dasar

Eksperimen Thomsen-Berthelot menunjukkan bahwa pada umumnya nilai

G mendekati H bila suhu diturunkan. Berdasarkan hal tersebut Nernst

menyimpulkan bahwa pada suhu sangat rendah :

(lihat gambar 3.5)

Seterusnya dapat ditulis

2.35)

tetapi karena maka

2.36)

Hal ini merupakan teorema panas Nernst yang menyatakan : Pada sekitar

suhu absolut nol, semua reaksi dalam fasa liquid dan padat dalam keseimbangan

internal berlangsung tanpa terjadi perubahan entropi.

Planck, 1911, berhipotesa lebih lanjut bahwa : Entropi setiap zat padat

atau cairan dalam keseimbangan internal pada suhu nol absolut adalah nol.

Ini dikenal sebagai Hukum Termodinamika Ketiga. Berdasarkan hal tersebut

konstanta S0 adalah nol dan T0 = 0 sehingga sesuai dengan persamaan

2.37)

Seterusnya karena entropi pada T harus finite (bernilai tertentu), maka supaya

integral tidak divergen :

2.38)

Perubahan entropi sekitar suhu nol juga nol :

41

Page 42: kimia dasar

2.39)

Dengan menggunakan relasi Maxwell, didapat :

2.40)

Karena V tetap finite ketika 0, maka

Kembali ke data eksperimen :

Untuk tembaga :

Tampak bahwa Cp dan Cv akan mendekati nol bila suhu 0. Hukum

ketiga ini menyatakan bahwa tidak mungkin menurunkan suhu sistem sampai nol

dengan sejumlah operasi tertentu.

Suhu terendah yang pernah dicapai di laboratorium adalah 10 -3 K.

Sebenarnya suhu 10-6 K hampir dapat dicapai oleh inti tembaga yang didinginkan,

namun karena kontak termal yang kurang baik (antara sistem spin inti dan kisi)

sehingga seluruh sistem kisi tidak dapat mencapai suhu rendah tersebut.

42

Page 43: kimia dasar

3. STRUKTUR ATOM

3.1 Atom

Andaikan kita mengambil sebagian kecil unsur Timbal (Pb) dan kita

potong menjadi bagian yang paling kecil yang kita bisa, bagian kecil tersebut

masih merupakan bagian dari timbal. Bagian terkecil itu disebut partikel. Partikel

yang dimaksud adalah atom yaitu partikel terkecil dari unsur yang masih memiliki

sifat dari unsurnya. Atom timbal sangat kecil dan tidak ada alat pemotong yang

bisa untuk memisahkan atom tunggal. Satu gram timbal berbentuk kubus yang

berukuran kurang dari 0,5 cm pada sisi-sisinya, mengandung 2,9 x 1021 atom.

Ide tentang atom pertama kali dipelopori oleh Democritus, berkebangsaan

Yunani yang hidup pada abad ke-4. Teori Democritus hanya berdasarkan pada

intuisi dan kepercayaannya tentang sebuah penjelasan

sederhana yang mendasari percobaan yang kompleks

setiap harinya. Democritus berpikir bahwa dunia dibuat

oleh dua hal yaitu ruangan yang kosong dan partikel

kecil yang disebutnya atom. Kata ini berasal dari bahasa

Yunani yaitu ”atomos” yang berarti ”tidak dapat

dibagi”. Dia juga mengatakan bahwa atom sangat kecil

dan tidak bisa dihancurkan atau dipotong-potong lagi. Atom tidak dapat dipecah-

pecah lagi karena merupakan partikel yang sangat kecil yang mungkin ada.

Ditambahkannya, bahwa atom-atom ini sangat banyak dan mereka memiliki

bentuk yang berbeda-beda. Setiap atom yang berasal dari benda yang berbeda

maka jenis atomnya akan berbeda pula.

3.2 Hipotesis Dalton

Seorang ahli kimia dan ahli fisika berkebangsaan inggris John Dalton

(1766-1844) menyatakan pernyataan pertamanya tentang teori atom. Pada tahun

1780, Lavoiser melakukan pengukuran kuantitatif dalam menentukan komposisi

43

Page 44: kimia dasar

senyawa dengan tepat. Tahun 1799 terdapat data yang cukup untuk

diakumulasikan oleh Proust untuk membuat Hukum Perbandingan Tetap. Tahun

1803 Dalton menuliskan bahwa oksigen dan karbon bergabung untuk membentuk

senyawa yang memiliki perbandingan komposisi yang berbeda sehingga dikenal

sebagai Hukum Perbandingan Berganda. Dalton mengemukakan teori atomnya

untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa unsur-unsur berikatan dengan yang

lain dengan perbandingan yang tetap dan terkadang dengan perbandingan

berganda, Dalton membuat teori atomnya.

Teori atom Dalton terdiri atas pendapat-pendapat berikut :

1. Semua unsur terdiri atas partikel kecil yang disebut atom;

2. Atom yang berasal dari unsur yang sama maka akan mirip sifatnya sedangkan

atom yang berasal dari unsur yang tidak sama maka akan berbeda sifatnya;

3. Atom yang berasal dari unsur yang berbeda dapat berikatan dengan atom yang

lain dan membentuk senyawa dengan perbandingan yang sederhana;

4. Reaksi kimia terjadi ketika atom-atom dipisahkan, dilebur atau bergabung

kembali. Bagaimanapun atom dari satu unsur tidak akan berubah menjadi

atom lain dengan reaksi kimia.

Gambar 3.1. Model Atom Dalton

Atom dari unsur A Atom dari unsur B Campuran atom A

dan atom B

Molekul Senyawa

yang terdiri atas

atom A dan atom B

Menurut teori atom Dalton senyawa terdiri atas atom-atom berbeda yang

berikatan bersama-sama. Senyawa memiliki komposisi yang tetap karena mereka

44

Page 45: kimia dasar

mengandung perbandingan yang sesuai dan masing-masing atomnya memiliki

berat yang khas,. Ditambahkannya bahwa reaksi kimia terjadi ketika atom-atom

tersebut berikatan kembali.

Model atom Dalton berukuran kecil, tidak dapat dibagi lagi, merupakan

partikel yang tidak dapat dihancurkan, dan memiliki massa serta ukuran dan sifat

kimianya ditentukan oleh jenis unsurnya. Atom yang berasal dari unsur yang

berbeda maka memiliki massa yang berbeda. Dalton berpendapat bahwa jika dua

unsur berikatan untuk membuat hanya satu senyawa, senyawa itu terdiri dari satu

atom dari masing-masing unsurnya. Karena perbandingan sederhana atom-atom

ini maka massa dari unsur-unsur yang berikatan akan ada dalam perbandingan

yang sederhana pula.

Kita sekarang tahu bahwa pendapat Dalton tidak benar. Partikel gas tidak

berikatan satu sama lain. Belum tentu senyawa yang sangat sederhana yang

dibentuk dari A dan B, akan dibentuk dari satu atom A dan satu atom B.

Contohnya air, yang terbentuk dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.

3.3 Model Atom Mekanika Gelombang

Model atom Bohr merupakan model atom yang berlaku untuk atom yang

memiliki jumlah elektron sedikit dan tidak dapat menjelaskan bagaimana adanya

sub lintasan-lintasan yang terbentuk diantara lintasan-lintasan elektron. Karena itu

dalam perkembangan selanjutnya, teori atom dikaji dengan menggambarkan

pendekatan teori atom mekanika kuantum.

Teori atom mekanika gelombang dimulai dari teori Max Planck yang

mengemukakan kuanta-kuanta energi dilanjutkan oleh Louis de Broglie tentang

dualisme partikel, kemudian oleh Werner Heisenberg tentang prinsip

ketidakpastian dan yang terakhir adalah Erwin Schrodinger tentang persamaan

gelombang.

Mekanika kuantum dapat mengatasi kelemahan teori atom Bohr dan

memperbaiki model atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang

berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi orbital dengan bentuk ruang

tiga dimensi yang tertentu.

3.3.1 Teori Kuantum

45

Page 46: kimia dasar

Teori kuantum dari Max Planck mencoba menerangkan jenis radiasi yang

dipancarkan oleh benda mampat. Radiasi inilah yang menunjukkan sifat partikel

dari gelombang. Radiasi yang dipancarkan setiap benda terjadi secara tidak

kontinu (diskontinu) dipancarkan dalam satuan kecil yang disebut kuanta (energi

kuantum).

Planck berpendapat bahwa kuanta yang berbanding lurus dengan frekuensi

tertentu dari cahaya, semuanya harus berenergi sama dan energi ini E berbanding

lurus dengan h dan V. Jadi :

3.1)

Planck menganggap bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh

benda, timbul secara terputus-putus walaupun penjalarannya melalui ruang yang

merupakan gelombang elektromagnetik yang kontinu.

Gambar 3.2. Spektrum elektromagnetik

Einstein mengusulkan tidak hanya cahaya yang dapat dipancarkan dalam

kuanta pada saat tertentu, tetapi cahaya juga menjalar dalam kuanta tertentu.

Hipotesis ini menerangkan efek fotolistrik, yaitu elektron yang terpancar bila

frekuensi cahaya cukup tinggi, terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultra

ungu.

46

Page 47: kimia dasar

Hipotesis dari Max Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris

tentang efek fotolistrik yaitu:

hV = Kmax + hVo 3.2)

hV = isi energi dari masing-masing cahaya kuantum yang datang

Kmax = energi fotoelektron maksimum

hVo = energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah

elektron pada

permukaan logam yang disinari

Tidak semua fotoelektron mempunyai energi yang sama sekalipun

frekuensi cahaya yang digunakan sama. Tidak semua energi foton (hv) bisa

diberikan pada sebuah elektron. Untuk melepaskan elektron dari permukaan

logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk

melepaskan elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan. Penafsiran

Einstein mengenai fotolistrik dikuatkan dengan emisi termionik. Dalam emisi

fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan elektron untuk

lepas, sedangkan dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya.

Gambar 3. 3. Efek Fotolistrik

Usul Planck mengusulkan bahwa benda memancarkan cahaya dalam

bentuk kuanta tidak bertentangan dengan penjalaran cahaya sebagai gelombang.

Sementara Einstein menyatakan cahaya bergerak melalui ruang dalam bentuk

foton. Kedua hal ini baru dapat diterima setelah Compton melakukan percobaan

yang menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang dari foton yang

47

baterai amperemeter

Elektron tertarik ke kutub (+)

Kutub positif

Permukaan logam yang sensitif dengan cahaya

Page 48: kimia dasar

terhambur dengan sudut () tertentu oleh partikel bermassa diam (mo). Perubahan

ini tidak bergantung dari panjang gelombang foton datang ().

Hasil pergeseran Compton sangat kecil dan tidak terdeteksi. Hal ini terjadi

karena sebagian elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya dan

sebagian lainnya terikat kuat. Jika elektron ditimbulkan oleh foton, seluruh atom

bergerak, bukan hanya elektron tunggalnya.

Gambar 3. 4. Dispersi cahaya

Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak

dapat dijelaskan oleh teori kuantum. Sedangkan teori kuantum menjelaskan efek

fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.

Perhatikan gambar berikut :

Gambar 3.5 (a) Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantum. (b) Teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.

Bila cahaya melalui celah-celah, cahaya berlalu sebagai gelombang, ketika

tiba di layar cahaya berlalu sebagai partikel. Berdasarkan data tersebut, dilakukan

eksperimen lanjutan yang meneliti sifat dualisme gelombang dan partikel.

3.3.2 Dualisme Gelombang dan Partikel

48

cahaya putih

Merah

Jingga

Kuning

Hijau

BiruNilaUngu

Page 49: kimia dasar

Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen

difraksi berkas elektron. Dari hasil penelitiannya inilah dikemukakan bahwa

materi mempunyai sifat gelombang di samping partikel, yang dikenal dengan

prinsip dualitas.

Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat

yang tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie

dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.

Partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung

teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat

menunjukkan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukkan

sifat partikel berbentuk suara. Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson

an LH Giermer (Amerika Serikat) dan GP Thomas (Inggris).

Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika

kuantum oleh Erwin Schrodinger.

3.3.3 Erwin Schrodinger

Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg

mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip

ketidakpastian yaitu “tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum

suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah

kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom“.

Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan

elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin

Schrodinger.

Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan

fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya

elektron dalam tiga dimensi. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini

disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku

sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

49

Page 50: kimia dasar

3.3)

Gambar 3.6. Model Atom Mekanika Gelombang

Awan elektron di sekitar inti menunjukkan tempat kebolehjadian elektron.

Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat

energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub

kulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub

kulit dan sub kulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama

tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

3.3.4 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

Sebagai akibat dualisme sifat partikel gelombang, Werner Heisenber

(1925) mengemukakan prinsip ketidakpastian yang menyatakan bahwa tidak

mungkin untuk dapat mengetahui pada waktu yang bersamaan baik momentum

maupun kedudukan suatu partikel seperti elektron dengan tepat. Bila pengukuran

momentum atau kecepatan dapat dilakukan dengan tepat maka kedudukannya

tidak akan diketahui dengan tepat dan sebaliknya.

Heisenberg menunjukkan bahwa batas terendah ketidakpastian sama

dengan tetapan Planck dinyatakan dengan :

3.4)

dengan

Px:ketidakpastian momentum (pada arah x)

X: ketidakpastian kedudukan (pada arah x)

50

Page 51: kimia dasar

h : tetapan Planck

3.4 Partikel Dasar Atom

Kebanyakan teori atom Dalton masih diterima. Ahli fisika menemukan

lusinan partikel subatom diantaranya elektron, proton dan neutron

Gambar 3.7 Susunan Partikel dalam Atom

Gambar di atas adalah sebuah contoh susunan partikel di dalam atom.

Kebanyakan atom hanya merupakan suatu ruang kosong. Atom terdiri atas inti

yang bermuatan positif yang disebut proton dan neutron yang dikelilingi oleh

awan yang bermuatan negatif yang disebut elektron. Inti merupakan pusat atom.

Sebuah atom merupakan partikel yang sangat kecil dari unsur.

3.4.1 Elektron

Ahli Fisika dari Inggris Tuan Joseph. J. Thomson

(1856-1940), melakukan percobaan dengan sinar katoda.

Pada tahun 1897 dia menemukan sinar katoda bisa

dibelokkan dengan baik oleh magnet maupun dengan

plat yang dibebankan secara elektris.

Thomson menunjukkan bahwa sebuah sinar

katoda yang dikumpulkan dari partikel kecil yang

bermuatan negatif, bergerak dengan cepat. Dia menamakan partikel ini adalah

elektron. Thomson menentukan massa elektron yang baru saja ditemukannya. Dia

51

ElektronProton

Neutron

Elektron (-)

Page 52: kimia dasar

menemukan bahwa massa elektron 2000 kali lebih ringan dari pada atom

hidrogen. Lebih dari itu, dia mengamati bahwa sinar katoda selalu terdiri dari

elektron. Ini benar dengan tanpa memperhatikan gas yang ada di dalam tabung

sinar katoda atau jenis logam yang digunakan untuk menjadi elektrodanya.

Muatan elektron diukur oleh Robert Millikan dengan percobaan tetesan minyak

pada tahun 1909.

Elektron ditemukan di dalam daerah berbentuk awan yang mengelilingi

inti atom. Karena elektron bergerak begitu cepat, tidak mungkin untuk melihat

mereka di tempat dan waktu tertentu. Setelah percobaan bertahun-tahun, ilmuwan

menemukan tempat khusus dimana elektron dapat ditemukan. Jumlah kulit atom

berubah sesuai dengan jumlah elekron yang dimiliki suatu unsur. Semakin besar

nomor atom maka jumlah kulit dan elektron yang dimiliki unsur tersebut semakin

banyak. Elektron memiliki peran yang penting di dalam ikatan kimia. Ada satu

ikatan yang disebut dengan ikatan ion dimana elektron dari satu atom diberikan ke

atom yang lain. Partikel anti elektron adalah positron yang massanya sama tetapi

bermuatan positif. Positron ditemukan oleh Carl D. Anderson.

Elektron memiliki muatan –1,6022x10-19coulomb dan memiliki massa

9,11x10-31kg berdasarkan kepada ukuran muatan/massa dan massa relativitasnya

kira-kira 0,511MeV/c2. Massa dari elektron kira-kira 1/1836 dari massa proton.

Simbol umum dari elektron adalah e-. Elektron memiliki spin ½ dan fermion.

Ketika elektron bebas bergerak, ada aliran muatan yang disebut dengan

arus listrik. Kecepatan aliran elektron di dalam kawat logam mempunyai satuan

mm/hour.

3.4.2 Proton

Pada tahun 1918, Ernest Rutherford memperhatikan

bahwa ketika partikel alfa ditembakkan ke dalam gas

nitrogen, detektor menunjukkan tanda inti hidrogen.

Pada tahun 1886 seorang ahli kimia menggunakan

piringan logam yang berlobang sebagai katoda dari tabung.

Dia melihat sinar yang bergerak dengan arah yang berlawanan dengan sinar

katoda. Sinar ini datang dari lobang yang berada pada sisi katoda yang menjauhi

52

Page 53: kimia dasar

anoda dan bergerak lurus mendekati ujung tabung. Dia menamakannya sinar

kanal. Kemudian sinar itu menunjukkan memiliki muatan positif.

Sifat dari sinar ini ditemukan oleh J.J thomson, dia menunjukkan bahwa

sinar ini terdiri atas partikel. Partikel ini memiliki jumlah yang sama dengan

muatan listrik seperti elektron, tetapi muatannya berlawanan dengan elektron.

Partikel ini dinamakan proton. Proton merupakan aprtikel subatom dengan muatan

listrik +1 (1,602 x 10-19), diameter kira-kira 1,5 x 10-15 m dan massanya

938,27231(28) MeV/c2 (1,6726 x 10-27 kg), 1,00727646688(13)u atau kira-kira

1836 kali massa elektron. Thomson menghitung massa proton adalah 1837 kali

dari pada massa elektron. Ini berarti bahwa massa dari proton hampir sama

dengan massa atom hidrogen. Proton memiliki spin -1/2 fermion dan terdiri dari 3

elektron.

Isotop yang paling umum dari atom hidrogen adalah proton tunggal (yang

tidak mengandung neutron). Inti atom terdiri atas jumlah proton dan neutron yang

berbeda. Jumlah proton di dalam inti ditentukan oleh sifat kimia dari atom dan

jenis unsurnya.

Proton terlihat stabil. Bagaimanapun, kita tahu proton berubah menjadi

neutron melewati proses penerimaan elektron. Proses ini terjadi tidak secara

spontan tetapi membutuhkan energi.

Proses ini dapat dibalik: neutron dapat menjadi proton kembali bila

melalui peluruhan beta, sebuah bentuk umum dari peluruhan radioaktif.

Teori umum memprediksikan bahwa peluruhan proton bisa terjadi,

walaupun percobaannya sejauh ini hanya menghasilkan batas yang rendah 1035

tahun untuk waktu hidup proton.

Sebelum Rutherford, Eugene Goldstein telah mengamati sinar kanal yang

terdiri atas ion bermuatan positif. Setelah penemuan elektron oleh J.J Thomson,

Goldstein berpendapat pasti ada partikel muatan positif didalam atom. Dia

menggunakan sinar kanal mengamati kembali aliran elektron di dalam tabung

sinar katoda. Setelah elektron bergerak dalam tabung sinar katoda elektron

kemuidan berubah muatannya menjadi positif dan bergerak menuju katoda.

Goldstein percaya bahwa dia telah menemukan proton, tetapi ketika dia

53

Page 54: kimia dasar

menghitung massa partikel baru ini ternyata berbeda jika gas yang digunakan

diubah akhirnya Goldstein menyerah dengan kerjanya.

Anti partikel proton dikenal sebagai antiproton yang ditemukan pada tahun

1955 oleh Emilio Segre dan Owen Chamberlain, yang mendapatkan hadiah nobel

pada tahun 1959. Muatan proton dan anti proton bila dijumlahkan sama dengan

nol. Persamaan dari massa mereka juga diujikan lebih baik menjadi satu bagian

108. Perbandingan massa dari proton dan antiproton yaitu 1 berbanding 9 x 1011.

Momen magnet dari antiproton yaitu sebesar 8 x 10-3 dari partikel nuklir Bohr

yaitu magnetons.

3.4.3 Neutron

Seorang Ilmuwan berkebangsaan Inggris James Chadwick (1891-1974)

melakukan percobaan dan menemukan partikel berenergi tinggi yang tidak

bermuatan dan massanya sama dengan massa proton yang dengan neutron.

Neutron tidak bermuatan, memiliki spin seimbang 1/2+ dan massanya 940

MeV. Waktu hidup dari neutron bebas yang terdapat diluar inti adalah 885,7+0,8

detik (kira-kira 15 menit). Peluruhannya melalui proses ini :

Jika sebuah atom memiliki jumlah elektron dan proton yang sama,

muatannya saling meniadakan dan atom akan menjadi netral. Semua unsur

memiliki neutron kecuali satu yaitu atom hidrogen.

54

Gambar 1.8. Neutron

Page 55: kimia dasar

Sebuah metode yang umum untuk mencari neutron dengan mengubah

energi yang dilepaskan dari beberapa reaksi inti. Nuklida yang berguna untuk

tujuan ini adalah 3He, 6Li, 10B, 233U, 235U, 237Np, dan 239Pu.

Neutron memiliki peranan yang penting dalam banyak reaksi nuklir dan

berguna dalam pengembangan reaktor nuklir dan senjata nuklir.

Antineutron adalah antipartikel dari neutron yang ditemukan oleh Bruce

Cork pada tahun 1956, satu tahun setelah antiproton ditemukan. Perbedaan massa

antara massa neutron dengan massa antineutron yaitu sebesar (9+5) x 10-5.

Tabel 3.1. Sifat-sifat partikel subatom :

Partikel Simbol Muatan Massa (amu) Massa (gr)

Elektron

Proton

Neutron

e-

p+

n0

1-

1+

0

1/1840

1

1

9,11 x 10-28

1,67 x 10-24

1,67 x 10-24

3.5 Nukleus (Inti)

Pada tahun 1911 Ernest Rutehrford (1871-1937) memutuskan untuk

menguji teori struktur atom. Pada saat ia melakukannya, teman sekerjanya di

Universitas Manchester, Inggris dapat mengembangkan gambar atom. Untuk

menguji teori ini, mereka mengarahkan partikel sinar ke plat emas yang sangat

tipis. Partikel yang dipilih untuk ini adalah partikel alpha, dimana atom helium

yang bermuatan positif yang kekurangan 2 elektron. Hasil yang diharapkan yaitu

partikel alpha menembus plat emas yang tipis,

ternyata terjadi penghamburan kecil sinar dari

partikel alpha yang dipantulkan. Dari hasil ini,

Rutherford mengajukan bahwa massa atom

dan muatan positifnya dipusatkan ke suatu

bagian yang kecil yang disebut inti. Dia

berpikir bahwa atom lebih kurang merupakan

suatu ruang yang kosong.

Elektron berada pada daerah ini, tetapi mereka sangat kecil dan mereka

bertentangan dengan gerakan partikel alpha.

Gambar 3.10. Atom, Molekul, Nukleus

55

Gambar 3.9. Percobaan Rutherford

Page 56: kimia dasar

3.6 Struktur Atom

Walaupun neutron telah ditemukan, ilmuwan masih memikirkan

bagaimana posisi elektron dan proton

didalam atom. Itu sangat sulit untuk

menentukannya karena atom sangat kecil.

Rutherford menemukan inti yang merupakan

dasar dari struktur atom. Inti atom terdiri

atas proton dan neutron. Inti bermuatan

positif dan merupakan bagian yang sangat

kecil dari atom. Sebaliknya elektron yang bermuatan negatif paling banyak

didalam atom yang berada diluar dan mengelilingi inti.

Semua atom terdiri atas elektron, proton dan neutron. Jadi mengapa satu

atom berbeda dengan atom yang lain jawabannya sederhana, perbedaan diantara

unsur terletak pada perbedaan jumlah sub atom dari atom netral.

Atom berukuran sangat kecil. Sebagai contoh satu atom hidrogen

diamaternya berukuran 5 x 10-8 mm. Unsur hidrogen yang memiliki ukuran

panjang 1 mm, akan membutuhkan 20 juta atom hidrogen. Jika ingin

menggambarkan atom hidrogen, maka proton digambarkan berada di atas,

sedangkan elektron digambarkan sejauh 0,5 km jaraknya dari inti.

Tabel 3.2 Unsur dari Atom pertama Sampai sepuluh

Nama SimbolNomor Atom

Komposisi Inti Nomor Massa

Nomor elektronProton Neutron

Hidrogen H 1 1 0 1 1

56

Gambar 1.11. Atom

Molekul Atom Inti

Page 57: kimia dasar

Helium He 2 2 2 4 2Lithium Li 3 3 4 7 3Berilium Be 4 4 5 9 4

Boron B 5 5 6 11 5Karbon C 6 6 6 12 6

Nitrogen N 7 7 7 14 7Oksigen O 8 8 8 16 8

Flor F 9 9 10 19Neon Ne 10 10 10 20

3.7 Penemuan Partikel Subatom

Partikel subatom bersifat tidak stabil sehingga kemungkinan untuk

bertumbukan satu sama lain semakin besar.

Gambar 3.12. Tumbukan dalam inti atom

Untuk lebih mempelajari tumbukan tersebut, ilmuwan membuat alat

penghancur atom, sikroton dan pemercepat linear. Mesin-mesin ini berbeda

dalam cara penggunaannya. Sebagai hasil dari alat ini ratusan partikel subatom

telah ditemukan.

Ilmuwan fisika mempelajari 2 kelompok partikel.

Kelompok pertama yaitu lepton, termasuk elektron,

muon, taumeson dan 3 jenis neutrino. Masing-masing

neutrino dipasangkan dengan 3 jenis partikel yang

disebutkan tadi. Neutrino tidak bermuatan dan massanya

tidak diketahui. Keenam partikel ini dikelompokkan

sebagai suatu keluarga karena sensitif terhadap arus listrik

Lepton merupakan partikel dasar.

57

Inti Neutron/Proton

Neutron/Proton

Gambar 3.13. Proton dan Neutron

Page 58: kimia dasar

Kelompok kedua dari partikel ini adalah Hadron. Partikel ini dipengaruhi

oleh gaya yang kuat ketika inti atom berikatan berdekatan. Ratusan hadron telah

diketahui, termasuk jenis proton dan neutron. Partikel ini bukan merupakan

partikel dasar. Ilmuwan fisika mengajukan bahwa hadron terdiri atas partikel

kecil yang disebut dengan Quarks. Masing-masing tipe dari quarks memiliki satu

warna dari ketiga warna. Ini bukan merupakan warna yang biasa tetapi seperti

jenis muatannya.

Masing-masing lepton dan quark juga berhubungan dengan antipartikel.

Sebagai contoh, antielektron yang dikenal dengan positron yang mempunyai

massa yang sama tetapi muatannya +1. Ketika sebuah partikel berbenturan

dengan antipartikelnya, keduanya saling meniadakan. Sebuah ledakan energi

dilepaskan dan partikel baru terbentuk.

Ilmuwan fisika telah mengidentifikasi partikel yang menyebabkan gaya

atom. Contoh foton yang tidak memiliki massa dan muatan, menyebabkan gaya

elektromagnet. Partikel lain yaitu bosson, menyebabkan gaya yang kuat dan

lemah yang telah kita sebutkan tadi diawal. partikel yang menyebakan gaya yang

lemah dikenal sebagai partikel W+, W- dan Z. Tidak seperti partikel foton dan

gluons, partikel ini agak berat. Massa mereka 100 kali dari massa proton.

Sekarang terdapat 6 jenis tipe quarks, 6 leptons, 24 antipartikel, 8 gluon, boson W

dan Z dan foton.

3.7.1 Nomor Atom dan Nomor Massa

3.7.1.1 Nomor Atom

Seorang ilmuwan Inggris, Henry Moseley, menyelidiki sifat alami dari

sinar X. Dia mencoba untuk membuat tabung sinar X menggunakan perbedaan

logam sebagai anoda.

Panjang gelombang bergantung pada jumlah proton yang ada didala, inti

atom dan merupakan bilangan yang tetap dari suatu unsur. Jumlah proton ini

dikenal dengan nomor atom unsur dan disimbolkan dengan Z. Perbedaan di

dalam isotop terletak pada perbedaan jumlah neutron yang terletak di dalam inti.

Jumlah proton bergantung pada unsur dan jumlah neutron bergantung pada isotop-

isotop unsur tertentu.

58

Page 59: kimia dasar

Partikel yang terdiri dari inti (proton dan neutron) dikenal dengan nukleon.

Nomor atom unsur adalah jumlah proton yang ada di dalam inti atom dari suatu

unsur. Dengan kata lain masing-masing unsur memiliki nomor atom tertentu yang

dapat mengidentifikasi berapa banyak jumlah atom dari unsur. Sebagai contoh,

atom hidrogen mengandung 1 proton dan mempunyai nomor atom 1. Atom

karbon mengandung 6 proton dan memiliki nomor atom 6. Atom oksigen

mengandung 8 proton dan memiliki nomor atom 8. Nomor atom unsur tidak

berubah, ini berarti bahwa jumlah proton di dalam inti dari setiap atom masing-

masing unsur adalah selalu sama.

3.7.1.2 Nomor Massa

Melalui percobaan-percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa

massa proton 1837 kali massa elektron dan massa proton dan neutron hampir

sama. Massa elektron sangat kecil sehingga massa dari atom terpusat pada inti.

Partikel atom memiliki massa sebagai berikut :

1 elektron = 9,11 x 10-28 g

1 proton = 1,673 x 10-24 g

1 neutron = 1,675 x 10-24 g

Dalam mengukur massa atom unsur, harus memiliki standar dan unsur lain

sebagai perbandingannya. Ilmuwan kimia menggunakan atom karbon sebagai

standar untuk menghitung massa atom. Atom karbon-12 adalah nuklida karbon

dengan jumlah proton 6 dan jumlah neutron 6 di dalam inti. Satu atom dibatasi

memiliki massa 12 amu. Sama dengan massa yang memiliki satuan kg, massa dari

isotop karbon-12 dapat dibagi menjadi lebih kecil yang dikenal dengan unit massa

atom.

Kebanyakan massa atom terpusat didalam inti. Jumlah total dari proton

dan neutron didalam inti adalah nomor massa dari atom.

Contoh :

Berapa jumlah proton, elektron dan neutron yang terdapat pada atom berikut :

Unsur Nomor Atom Nomor Massa

59

Massa Atom

Nomor Atom

Simbol

Unsur

Contoh Atom

Karbon

Page 60: kimia dasar

a. Berilium (Be) 4 9

b. Neon (Ne) 10 20

c. Sodium (Na) 11 23

Jawab.

a. Untuk atom jumlah proton sama dengan jumlah elektron yang dapat kita tahu

dari nomor atomnya. Be memiliki 4 proton dan 4 elektron. Untuk mengetahui

jumlah neutronnya maka kita nomor massa dikurang dengan nomor atom.

Jumlah neutron pada atom Be = 9 – 4 = 5 neutron

b. Ne memiliki 10 proton. 10 elektron dan 20 – 10 = 10 neutron

c. Na memiliki 11 proton, 11 elektron dan 23 – 11 = 12 neutron

3.8 Isotop

Inti atom yang berasal dari unsur yang sama pasti memiliki jumlah proton

yang sama tetapi jumlah neutronnya bisa saja berbeda. Atom yang memiliki

jumlah proton yang sama tetapi memiliki jumlah neutron yang berbeda disebut

dengan isotop. Isotop unsur memiliki jumlah neutron yang berbeda. Untuk

melambangkan isotop kita menggunakan simbol kimia dengan menambahkan 2

nomor yang sama yang dituliskan di sebelah kiri. Nomor massa dituliskan pada

bagian atas dan nomor atom dituliskan di bagian bawah.

Gambar 3.14. Isotop karbon

Karbon-12 Karbon-13 Karbon-14 6 proton 6 proton 6 proton 6 neutron 7 neutron 8 neutron 6 elektron 6 elektron 6 elektron

Sebuah atom netral memiliki jumlah proton dan elektron yang sama.

Semua isotop dari unsur yang berbeda memiliki jumlah proton dan elektron yang

sama dan juga struktur elektronis yang sama. Isotop menunjukkan sifat kimia

60

6e

6p6n

6e

6p7n

6e

6p8n

Page 61: kimia dasar

yang sama karena sifat kimia dari sebuah atom sebagian besar ditentukan oleh

struktur elektronis.

Dua molekul yang memiliki perbedaan isotop dari atom mereka akan

memiliki struktur elektron yang hampir sama dan karena itu sifat fisika dan sifat

kimianya tidak dapat dibedakan lagi.

Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang berikatan karena adanya

gaya nuklir yang kuat. Karena proton bermuatan positif mereka

saling tolak menolak. Neutron yang tidak bermuatan,

menyebabkan beberapa pemisahan dari proton yang bermuatan positif.

Isotop yang stabil adalah isotop kimia yang tidak bersifat radioaktif.

Isotop stabil yang berasal dari unsur yang sama memiliki sifat kimia yang sama.

Perbedaan massa menyebabkan perbedaan jumlah neutronnya, hasilnya sebagian

memisah dari isotop yang lebih berat pada saat reaksi kimia.

Sebagai contoh, perbedaan massa diantara dua isotop yang stabil hidrogen, 1H ( 1 proton, tidak ada neutron yang juga dikenal sebagai protium) dan 2H ( 1

proton, 1 neutron yang juga dikenal sebagai deuterium) hampir 100 %. Karena itu

sebuah fraksinasi yang signifikan terjadi.

Setiap unsur dari hidrogen memiliki setidaknya satu isotop

stabil dengan pengecualian technetium dan promethium; unsur yang

61

Gambar 3.15 Susunan Proton dan Neutron pada Dua Isotop Karbon

Gambar 3.16 Protium dan Deuterium

Page 62: kimia dasar

memiliki jumlah proton yang besar (misalnya memiliki nomor atom lebih dari 82)

memiliki isotop yang radioaktif

Tabel 3.3. Beberapa Isotop yang terdapat di alam

Nama Simbol Massa (amu)

% kelimpahan

Rata-rata massa atom

Hidrogen

Helium

Karbon

1

H1

2

H1

3

H1

3

He2

4

He 2

12

C6

13

C6

1,0078

2,0141

3,0160

3,0160

4,0026

12,000

13,003

99,985

0,015

Sedikit

0,0001

99,9999

98,89

1,11

1,0079

4,0026

12,011

3.9 Muatan dan Massa Atom

3.9.1 Muatan Atom

Sejauh ini kita mengetahui bahwa

atom netral (muatan= 0) karena jumlah

proton yang bermuatan positif sama dengan

jumlah elektron yang bermuatan negatif.

Kita akan mengetahui bahwa atom dapat

melepaskan atau menerima elektron. Ketika

ini terjadi atom akan disebut dengan ion

yang akan membuat jumlah proton dan elektronnya tidak sama.

62

Gambar 3.17. Susunan AtomNa

elektron

Page 63: kimia dasar

Ion yang bermuatan negatif dikenal dengan anion. Anion terbentuk ketika

atom netral menerima elektron. Menerima 1 elektron berarti menerima 1 muatan

negatif sehingga atom menjadi anion.

Muatan ion dituliskan di atas kanan dari simbol unsur. Atom yang

melepaskan elektron disebut dengan kation. Kation terbentuk ketika atom netral

melepaskan elektron. Melepaskan 1 elektron berarti kehilangan 1 muatan negatif

ini berarti jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron.

Kita dapat menghitung muatan dari suatu ion jika kita mengetahui berapa

jumlah proton dan elektron yang ada di dalam unsur tersebut. Atom Klor (nomor

atomnya 17) menerima 1 elektron dan menghasilkan ion klor. Atom klor

bermuatan netral karena +17 yang berasal dari proton yang berjumlah 17 dapat

dihilangkan dengan -17 yang berasal dari elektron yang berjumlah 17. Ion klor

memiliki 17 proton (+17) dan 18 elektron (-18). Maka muatan ion klorida adalah -

1 ; [ (+17) + (-18)] = -1

3.9.2 Massa Atom

Massa atom terpusat pada intinya. Massa atom unsur merupakan massa

rata-rata isotop unsur. Bagaimana massa suatu unsur dapat dihitung? Kebanyakan

unsur yang ada di alam memiliki dua atau lebih isotop. Sebagai contoh Klor

memiliki 2 isotop yang sama-sama memiliki jumlah proton 17 didalam intinya.

Satu isotop memiliki jumlah neutron 18 dengan massa atom 35 amu. Isotop yang

lain adalah klor-37. Yang memiliki jumlah neutron 20. Di alam isotop neutron

memiliki perbandingan 3 : 1. Bagaimana dengan rata-rata massa atomnya?

Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana cara mencari massa atom. Massa

atom yang didapat dari perhitungan tersebut adalah 35,5 amu. Pada sistem

periodik massa atomnya adalah 35,453 amu. Perbedaan diantara angka ini adalah

terletak pada perbedaan perbandingan isotop yang tidak sepenuhnya 3 : 1. massa

proton dan neutron tidak sepenuhnya 1 amu. Dalam menghitung rata-rata massa

atom kita harus ingat untuk menghitung persentase kelimpahan dari masing-

masing isotop.

Gambar 3.18. Isotop Cl

63

17 p18 n

17 p 18 n

17 p 18 n

17 p 20 n

Page 64: kimia dasar

35 35 35 37

Cl Cl Cl Cl17 17 17 17

Jumlah total proton dari keempat atom tersebut adalah = 68

Jumlah total neutron dari keempat atom tersebut adalah = 74

Jumlah total massa dari keempat atom adalah = 142 amu

Massa rata-rata dari keempat atom adalah : 142 = 35,5 amu 4

Contoh :

Unsur X mempunyai 2 isotop. Isotop yang memiliki nomor massa 10 memiliki

kelimpahan sebesar 20 %. Isotop dengan nomor massa 11 memiliki kelimpahan

sebesar 80 %. Perkirakan berapa massa atom dari unsur tersebut dan berapa

nomor atomnya ?

Jawab.

Massa dari masing-masing isotop dapat membantu untuk menghitung rata-rata

massa atom yang dapat dicari dengan mengalikan massa atom dengan %

kelimpahannya.10X = 10 amu x 0,2 = 2 amu11X = 11 amu x 0,8 = 8,8 amu

Total 10,8 amu

Rata-rata massa atom dari unsur tersebut adalah 10,8 amu dan unsur tersebut

adalah Boron dengan nomor atom 5

3.10 Spektrum Atom Hidrogen

Radiasi elektromagnetik merambat dengan kecepatan konstan (c) sebesar

3,00 x 108 ms-1. Intensitas gelombang adalah amplitudonya. Hasil kali frekuensi

(v) dan panjang gelombang () sama dengan c.

. v = c 3.5)

Satuan SI untuk frekuensi adalah Hertz : 1 Hz = 1 s -1. Setiap zat yang

tereksitasi dapat memberikan spektrum khas dengan memancarkan energi radiasi.

Spektrum yang diperoleh dengan cara ini disebut spektrum emisi. Suatu benda

64

Page 65: kimia dasar

yang panas keputihan seperti matahari atau lampu pijar memancarkan cahaya dari

semua warna menghasilkan spektrum kontinu.

Atom dalam keadaan tereksitasi memancarkan cahaya dengan panjang

gelombang tertentu menghasilkan spektrum garis. Garis spektrum menunjukkan

sifat khas atom tersebut sehingga juga menunjukkan sifat khas unsur itu juga.

Selain dari spektrum garis ada pula spektrum yang berupa pita yang menunjukkan

sifat khas molekul. Suatu spektrum absorbsi dapat diperoleh jika radiasi kontinu

melalui uap atom. Dari berkas sinar yang diteruskan menunjukkan bahwa ada

panjang gelombang tertentu diserap ketika elektron dieksitasi ke tingkat energi

yang lebih tinggi.

Spektrum absorbsi terlihat sebagai garis hitam dibalik sinar tampak. Garis

dalam spektrum absorbsi tepat berhimpit dengan garis dalam spektrum emisi

untuk unsur yang sama. Jumlah garis spektrum absorbsi lebih sedikit dari jumlah

garis emisi sehingga mudah diidentifikasi.

Atom hidrogen dalam atmosfir dapat menyerap radiasi kontinu dari panas

yang dipancarkan matahari. Gambar spektrum absorbsi atom hidrogen diperoleh

dengan cara memotret sinar matahari yang melalui prisma.

Balmer menunjukkan bahwa garis spektrum atom hidrogen terdapat di

daerah sinar tampak dengan panjang gelombang = 6562,8 ; 4861,3 ; 4340,5;

4101,7 … angstrom dan dinyatakan dengan ungkapan

3.6)

dengan ialah panjang gelombang dalam cm, ialah bilangan gelombang dalam

cm-1 dan R ialah tetapan Rydberg.

R = tetapan Rydberg

R = 109677,76 cm-1

n = 3, 4, 5, 6, 7, …

Selain deret garis spektrum yang terdapat di daerah sinar tampak,

ditemukan deret yang lain di daerah ultraviolet dan inframerah. Deret-deret ini

diberi nama sesuai dengan nama orang yang menemukannya. Oleh Ritz (1908)

bilangan gelombangnya dinyatakan dengan selisih dua suku yaitu :

3.7)

65

Page 66: kimia dasar

Ungkapan ini kini dikenal sebagai persamaan Rydberg.

3.8)

n1 dan n2 merupakan bilangan bulat dengan harga 1, 2, 3, 4, … dan n2 selalu lebih

dari n1.

Jika n1 = 1, maka harga n2 ialah 2, 3, 4, … dan garis-garis ini termasuk

deret Lyman dan terdapat di daerah ultraviolet. Jika n1 = 2 dan n2 = 3, 4, 5, …

disebut deret Balmer.

Tabel 3.4. Spektrum Atom Hidrogen

deret Tahun n1 n2 DaerahLyman BalmerPaschenBrackettPfundHumphreys

190618851908192219251926

123456

2, 3, 4, …3, 4, 5, …4, 5, 6, …5, 6, 7, …6, 7, 8, …7, 8, 9, …

UltravioletTampakInframerahInframerahInframerahInframerah

Ion-ion seperti He+, Li2+, dan Be3+ yang masing-masing mengandung satu

elektron memiliki spektrum mirip spektrum atom hidrogen dan dinyatakan dengan

persamaan umum :

3.9)

dengan Z ialah nomor atom.

Soal :

Hitung panjang gelombang garis ketiga dari deret Paschen untuk atom hidrogen !

Jawab :

n1 = 3 n2 = 6

= 109678 cm-1 (0,083)

= 9103,27 cm-1

66

Page 67: kimia dasar

= 1,099 x 10-4 cm

= 1099 nm

3.10.1 Teori Kuantum

Teori kuantum lahir dari penelitian tentang radiasi yang dipancarkan oleh

benda hitam pada temperatur tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas

dari radiasi tersebut, pada temperatur tertentu, mencapai suatu harga maksimum

kemudian turun lagi, apabila radiasi ini dialurkan terhadap frekuensi. Pada

temperatur yang relatif rendah, titik maksimum terletak di daerah inframerah. Bila

temperatur dinaikkan, titik maksimum akan bergeser ke arah frekuensi yang lebih

tinggi.

Untuk menerangkan variasi dari intensitas radiasi dengan frekuensi, yang

tidak sesuai dengan teori gelombang dari cahaya, pada tahun 1900 Max Planck,

mengemukakan suatu teori yang dikenal sebagai teori kuantum. Teori ini

menyangkut energi dan dapat diturunkan suatu hubungan empiris yang sangat

sesuai dengan data hasil eksperimen “radiasi sinar hitam”. Menurut Planck, energi

radiasi tidak dipancarkan atau diserap secara kontinu tetapi dalam paket-paket

energi yang disebut kuantum. Hal ini terutama diaplikasikan pada gejala dalam

skala atau sub atom. Energi dari sistem semacam ini disebut “terkuantisasi”. Jadi

energi itu tidak dapat berubah secara kontinu, melainkan hanya dengan bertambah

atau berkurangnya dengan 1, 2, 3, 4, … n kuanta.

Besarnya energi satu kuantum E, bergantung pada frekuensi, v, dan

diberikan oleh persamaan :

E = h v 3.10)

dengan energi dinyatakan dalam Joule dan h adalah tetapan Planck yang harganya

6,625 x 10-34 Joule detik. Planck mengemukakan bahwa “benda hitam” terdiri dari

sejumlah benda yang bergetar atau osilator yang memancarkan energi dalam

bentuk paket-paket atau kuanta.

3.10.2 Efek Fotolistrik

Jika permukaan logam disinari, maka permukaan logam ini memancarkan

elektron. Dengan cahaya dari sinar tampak beberapa logam seperti logam alkali

67

Page 68: kimia dasar

dapat memancarkan elektron. Elektron-elektron ini disebut fotoelektron. Namun

pada umumnya, logam baru dapat memancarkan elektron jika disinari dengan

sinar ultraviolet. Gejala ini disebut efek fotolistrik yaitu pancaran elektron dari

logam oleh pengaruh sinar. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa :

a. Energi elektron tidak bergantung pada intensitas berkas sinar yang jatuh pada

permukaan logam.

b. Jumlah elektron yang dipancarkan berbanding lurus dengan intensitas radiasi.

c. Energi elektron sebanding dengan frekuensi berkas sinar.

d. Jika frekuensi cahaya lebih kecil dari suatu harga kritik, tidak terjadi pancaran

elektron.

3.11 Teori Atom Rutherford dan Bohr

3.11.1 Teori Atom Rutherford

Penelitian yang dilakukan oleh Rutherford pada permulaan abad ke-20

memberikan banyak informasi tentang susunan atom, yang diketahui terdiri atas

partikel-partikel negatif (elektron) dan bagian yang positif.

Rutherford menggunakan lempeng emas dalam percobaannya. Pada

percobaan yang dilakukan, partikel alfa () – ion helium bermuatan positif dari

sumber radioaktif ditembakkan melalui lempeng/lembaran emas (Au foil) yang

sangat tipis. Untuk mendeteksi hamburan (scattering) partikel alfa digunakan

layer fluoresen yang ditempatkan di belakang lempeng emas.

Hasil penelitian tentang penghamburan sinar alfa yang dijatuhkan pada

lempeng emas yang sangat tipis (0,0001 mm) mengungkapkan bahwa :

a. Sebagian besar dari partikel-partikel alfa menembus lempeng dan hanya

sebagian kecil yang mengalami penyimpangan dari arahnya yang semula.

b. Hanya satu dari 2000 partikel alfa dipantulkan dengan sudut 90o atau lebih,

banyak yang terdefleksi dengan sudut bervariasi dan hanya beberapa yang

terdefleksi balik dari lempeng emas.

Gambar 3.19. Percobaan Rutherford

68

Eksperimen Lempeng EmasRutherford memanfaatkan sifat logam emas dalam eksperimen

2. Ketika sinar melewati lempeng emas, banyak partikel melewati lempeng tersebut

Lempeng EmasPartikel tidak terdefleksi

Page 69: kimia dasar

Menurut Rutherford, hasil eksperimen ini hanya dapat diterangkan apabila

dianggap bahwa seluruh muatan positif dari atom terpusat pada suatu inti yang

sangat kecil. Dari penelitian penghamburan sinar alfa dan penelitian lainnya,

Rutherford menarik kesimpulan bahwa atom terdiri atas suatu inti yang kecil (jari-

jari 10-13 cm) dengan muatan listrik +Ze dan dimana praktis seluruh massa atom

terpusat, dan elektron-elektron sebanyak Z yang bergerak mengelilingi inti. Z

adalah sesuai dengan nomor atom.

Model atom Rutherford memiliki kelemahan selain tidak bisa menjelaskan

posisi elektron (partikel atom yang bermuatan negatif) juga bertentangan dengan

teori elektrodinamika klasik. Menurut teori ini, suatu partikel yang bermuatan

listrik apabila dipercepat akan meradiasi energi. Elektron yang bergerak

mengelilingi inti akan kehilangan energi karena radiasi, sehingga akhirnya akan

jatuh ke inti tetapi faktanya elektron tidak jatuh ke inti. Kelemahan ini dapat

diatasi oleh Bohr yang mengaplikasi teori kuantum pada model atom ini.

3.11.2 Teori Atom Bohr

Model atom ini bertitik tolak dari model atom nuklir Rutherford dan teori

kuantum Planck didasarkan atas anggapan :

1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang

berbentuk lingkaran.

69

Partikel terdefleksi

Layar fluoresens ZnS

1. Kotak berlapis timbal mengandung polonium. Polonium meluruh memancarkan inti helium, yang mengandung dua proton dan dua neutron. Inti ini disebut partikel alfa. Karena tidak memiliki electron, maka muatannya positif.

3. Bagaimanapun, sedikit partikel terdefleksi, tetapi ada yang dipantulkan lurus

Sumber partikel bermuatan positif

Page 70: kimia dasar

2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut elektron

merupakan kelipatan dari dengan h, ialah tetapan Planck. Lintasan ini

disebut lintasan kuantum.

3. Karena momentum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan

kecepatan v dalam lintasan dengan jari-jari r, adalah mvr maksimum.

3.11)

4. Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka elektron

tidak akan memancarkan energi. Elektron dalam lintasan ini berada dalam

keadaan stasioner atau dalam tingkat energi tertentu.

5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E1 ke tingkat energi E2 yang lebih

kecil dari E1, maka akan terjadi radiasi energi

E1 – E2 = hv 3.12)

dengan v = frekuensi radiasi.

Bila E2 lebih besar dari E1, maka elektron akan mengabsorpsi energi

radiasi.

Dari persamaan ini dapat diturunkan kecepatan elektron

3.13)

Dengan menggunakan hukum-hukum klasik bersama-sama dengan

persamaan ini dapat diturunkan jari-jari dari lintasan-lintasan yang diperbolehkan.

Untuk atom hidrogen (nomor atom Z = 1).

3.14)

dengan harga h, m dan e yang telah diketahui, dan jika n = l, akan diperoleh

r = 0,52917 x 10-8 cm

r = 0,529 angstrom

Jika jari-jari Bohr untuk n = l, dinyatakan dengan a0 maka :

r = a0 n2 3.15)

dimana a0 = 0,529 angstrom

Energi En dari atom hidrogen, dengan elektron berada dalam lintasan yang

didirikan oleh harga n, diberikan oleh

3.16)

70

Page 71: kimia dasar

3.17)

3.18)

dengan mengisi harga m, e dan h, akan diperoleh

A = 2,1799 x 10-11 erg

= 5,2 x 10-19 kal

= 13,6 eV

= 2,18 x 10-18

jadi

Untuk ion-ion berelektron satu, seperti misalnya He+ dan Li+, persamaan ditulis

sebagai

3.19)

3.20)

dengan Z adalah nomor atom.

Teori atom Bohr dapat dengan jelas menerangkan garis spektrum emisi

dan absorpsi dari atom hidrogen. Cahaya akan diserap atau dipancarkan pada

frekuensi tertentu yang khas sebagai akibat perpindahan elektron dari satu orbit ke

orbit yang lain. Salah satu atom yang berada dalam keadaan stabil mempunyai

energi terendah. Keadaan ini disebut tingkat dasar. Misalnya untuk atom hidrogen

tingkat dasarnya pada n = 1. Keadaan dimana n > 1 adalah kurang stabil

dibandingkan dengan tingkat dasar, dan disebut keadaan eksitasi. Suatu atom

hidrogen yang berada dalam keadaan eksitasi akan memancarkan cahaya ketika

71

Page 72: kimia dasar

elektron kembali ke orbit dengan tingkat energi terendah, menghasilkan garis-

garis spektrum.

Deret spektrum hidrogen dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Garis deret Lyman, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n = 2,

3, 4, ... ke orbit n = 1.

b. Garis deret Balmer, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n = 3,

4, 5, ... ke orbit n = 2.

c. Garis deret Paschen, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n = 4,

5, 6 ... ke orbit n = 3.

d. Garis deret Brackett, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n = 5,

6, 7, ... ke orbit n = 4.

e. Garis deret Pfund, terjadi karena perpindahan elektron dari orbit-orbit n = 6, 7,

8, ... ke orbit n = 5.

Gambar 3.20. Transisi energi garis spektrum atom hidrogen

72

E n e r g i

(E)

Deret Balmer (Cahaya Tampak))

Deret Paschen (IR)

Deret Lyman (UV)

Page 73: kimia dasar

Dengan teori atom Bohr dapat dihitung selisih energi (energi transisi) jika

elektron dalam atom hidrogen berpindah dari satu orbit ke orbit yang lain.

3.21)

3.22)

3.23)

3.24)

E2 adalah energi dengan n = n2 dan E1 adalah energi dengan n = n1 untuk

atom hidrogen Z = 1.

4. SISTEM PERIODIK

4.1 Sejarah dan Perkembangan Sistem Periodik

Unsur bisa dibedakan menjadi dua yaitu unsur logam dan unsur non logam.

Di alam terdapat lebih dari 70 unsur logam dan 20 unsur non logam. Adapun

unsur logam yang sangat reaktif yaitu litium, sodium dan potassium sedangkan

unsur logam yang kurang reaktif yaitu kalsium, barium dan stronsium. Unsur non

logam yang sangat reaktif yaitu klor, brom dan iodin. Ada beberapa unsur yang

memiliki sifat logam dan non logam yang disebut dengan metaloid, contohnya

silikon.

Tabel 4.1. Perbedaan Unsur Logam dan Unsur Non LogamUnsur logam Unsur non Logam

Berbentuk padat (kecuali merkuri berbentuk cair)

Berbentuk padat atau gas (kecuali brom yang berbentuk cair)

73

Page 74: kimia dasar

Permukaannya berkilauan; dapat terjadi korosi

Tidak memiliki karakteristik fisik

Lunak dan dapat ditempa Hancur ketika akan diubah bentuknyaMenghantarkan panas dan listrik Penghantar panas dan listrik yang lemah

4.2. Hukum Periodik

Pada tahun 1866, seorang ilmuwan kimia Inggris bernama John Newlands

mempunyai ide untuk menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif.

Newlands memperhatikan bahwa unsur ke delapan mempunyai sifat kimia yang

mirip dengan unsur pertama, unsur kesembilan mempunyai sifat yang mirip

dengan unsur kedua, dan seterusnya. Hal itu sesuai dengan pengulangan not oktaf

dalam lagu. Newlands menyusun unsur sebagai berikut:

Sifat-sifat unsur yang ditemukan secara berkala atau periodik setelah

delapan unsur berikutnya disebut sebagai Hukum Oktaf Newlands.

Pada tahun 1869, seorang ilmuwan Rusia, Dmitri Mendeleev

mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan massa atom dan sifat-sifat unsur.

Mendeleev memiliki pengetahuan tentang ensiklopedi kimia, contohnya, jenis dan

rumus senyawa yang dibentuk oleh unsur hidrogen dan oksigen, sifat fisikanya

seperti penampakannya, titik lebur, titik didih, kerapatan dan titik uapnya.

Menurut Mendeleev, sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom

relatifnya. Pada tabel periodik Mendeleev tidak terdapat gas mulia dikarenakan

pada saat itu gas mulia belum ditemukan. Baris vertikal disebut dengan golongan

dan baris horizontal disebut perioda.

Gp1 Gp2 Gp3 Gp4 Gp5 Gp6 Gp7 Gp8

Row 1 H

Row 2 Li Be B C N O F

Row 3 Na Mg Al Si P S Cl

74

1H 2Li 3Be 4B 5C 6N 7O 8F 9Na 10Mg 11Al 12Si 13P 14S 15Cl 16K 17Ca 18Cr 19Ti 20Mn 21F 22Co,Ni 23Cu 24Zn 25Y 26In 27As 28Sc 29Br 30Rb 31Sr 32Ce,Ba 33Zn 34Di,Mo 35Po,Rn

Page 75: kimia dasar

Row 4 K Ca - - - - - Ti V Cr Mn Fe Co

Ni

Row 5 Cu Zn - - As Se Br

Kelebihan sistem periodik Mendeleev dibandingkan oktaf Newlands yaitu

Mendeleev mengelompokkan unsur-unsur lebih mengutamakan kesamaan sifat

unsur-unsur daripada kenaikan massa atom relatifnya sehingga tersisa tempat-

tempat yang kosong dalam tabel periodik yang terbentuk. Tempat-tempat kosong

tersebut akan diisi dengan unsur-unsur yang akan ditemukan dimana sifat fisika,

sifat kimia dan massa atom relatifnya dapat diketahui.

Tabel periodik membantu ilmuwan kimia untuk menemukan unsur yang

masih belum ditemukan. Sebagai contoh, Mendeleev memprediksikan bahwa satu

unsur akan ditemukan untuk mengisi ruang kosong yang berada di bawah silikon.

Gas mulia belum ditemukan ketika tabel periodik dibuat. Ketika mereka

menemukan gas mulia satu persatu maka gas mulia tersebut diletakkan diantara

halogen yang berada di golongan 7 dan logam alkali pada golongan IA.

Kelemahan sistem periodik Mendeleev adalah adanya unsur dengan massa atom

relatif lebih besar terletak di depan unsur dengan massa atom relatif lebih kecil,

karena susunannya didasarkan pada kenaikan massa atom relatif. Contoh :

berdasarkan massa atom relatifnya, telurium diletakkan di bawah brom dan iodin

di bawah sulfur dan selenium tetapi ternyata sifat kimia telurium berbeda dengan

brom begitu juga iodin berbeda dengan sulfur dan selenium.

4.3 Sistem Periodik Modern

Tahun 1941, Henry Moseley melakukan eksperimen yang menggunakan

sinar X. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sifat unsur merupakan fungsi

periodik dari nomor atom bukan dari massa atom relatif. Berdasarkan hal tersebut,

hukum periodik Mendeleev diperbarui menjadi Hukum Periodik Modern.

Gambar 4.1. Sistem Periodik Modern

 IA Golongan VIIIA 1 H 1.01

IIA Atomic

number   Logam  Logam transisi

IIIA IVA VA VIA VIIA 2 He 4.00

75

Page 76: kimia dasar

Symbol Atomic mass

  Metaloid  Nonlogam

 3 Li 6.94

4 Be 9.01

5 B

10.81

6 C

12.01

7 N

14.01

8 O

16.00

9 F

19.00

10 Ne 20.18

11 Na 22.99

12 Mg 24.31 IIIB IVB VB VIB VIIB

VIIIB  IB IIB

13 Al 26.98

14 Si

28.09

15 P

30.97

16 S

32.06

17 Cl 35.45

18 Ar 39.95

19 K

39.10

20 Ca 40.08

21 Sc 44.96

22 Ti 47.90

23 V

50.94

24 Cr 52.00

25 Mn 54.94

26 Fe 55.85

27 Co 58.93

28 Ni 58.71

29 Cu 63.55

30 Zn 65.38

31 Ga 69.72

32 Ge 72.59

33 As 74.92

34 Se 78.96

35 Br 79.90

36 Kr 83.80

37 Rb 85.47

38 Sr 87.62

39 Y

88.91

40 Zr 91.22

41 Nb 92.91

42 Mo 95.94

43 Tc (98)

44 Ru 101.07

45 Rh 102.91

46 Pd 106.4

47 Ag 107.87

48 Cd 112.40

49 In

114.82

50 Sn

118.69

51 Sb

121.75

52 Te

127.60

53 I

126.90

54 Xe 131.30

55 Cs

132.91

56 Ba

137.34

57 La* 138.91

72 Hf

178.49

73 Ta

180.95

74 W

183.85

75 Re

186.21

76 Os 190.2

77 Ir

192.22

78 Pt

195.09

79 Au 196.97

80 Hg 200.59

81 Tl

204.37

82 Pb 207.2

83 Bi

208.96

84 Po (209)

85 At (210)

86 Rn (222)

87 Fr (223)

88 Ra

226.03

89 Ac* (227)

104 Rf (261)

105 Db (262)

106 Sg (263)

107 Bh (262)

108 Hs (265)

109 Mt (266)

110 Uun

(269)

111 Uuu

(272)

112 Uub

 (277)

113 Uut  (282)

*Lantanidae  58 Ce

140.11

59 Pr

140.91

60 Nd 144.24

61 Pm (145)

62 Sm 150.36

63 Eu

151.96

64 Gd 157.25

65 Tb

158.92

66 Dy 162.50

67 Ho 164.93

68 Er

167.26

69 Tm 168.93

70 Yb 173.04

71 Lu

174.97

*Aktinide  90 Th

232.04

91 Pa

231.04

92 U

238.03

93 Np 237.05

94 Pu (244)

95 Am (243)

96 Cm (247)

97 Bk (247)

98 Cf (251)

99 Es (252)

100 Fm (257)

101 Md (258)

102 No (259)

103 Lr (260)

4.3.1 Golongan dalam Tabel Periodik

Logam yang ada di dalam golongan IA dikenal dengan Logam Alkali.

Kereaktifan unsur alkali semakin meningkat dari atas ke bawah dalam satu

golongan. Jika sifat dari sodium diketahui, maka sifat dari potasium dan litium

dapat diperkirakan.

Logam yang ada pada golongan 2A (Logam Alkali Tanah) kurang reaktif

dibandingkan golongan 1A. Unsur ini mudah bereaksi dengan oksida dan

hidroksida dengan rumus umumnya MO dan M(OH)2. Kereaktifan unsur alkali

tanah semakin meningkat dari atas ke bawah dalam satu golongan.

Logam transisi kurang reaktif dibandingkan golongan 1A dan 2A. Bila

bereaksi dengan oksida dan hidroksida membentuk senyawa yang lemah dan tidak

dapat larut dalam air.

Unsur yang ada dalam golongan 0 adalah gas mulia. Umumnya gas mulia

tidak reaktif tetapi pada tahun 1960 kripton dan xenon dapat bereaksi dengan

unsur yang sangat reaktif yaitu fluor.

76

Page 77: kimia dasar

Golongan 7A (halogen) yang terletak sebelum golongan 0, golongan ini

terdiri atas unsur yang sangat reaktif seperti : fluor, klor, brom, iodin dan astatin.

Golongan ini dikenal dengan halogen karena bereaksi dengan logam untuk

membentuk garam.

Pada sisi sebelah kanan sebelum golongan 7A, merupakan unsur non logam

yaitu golongan 6A yang terdiri atas oksigen, sulfur, selenium dan telurium. Unsur-

unsur tersebut merupakan unsur yang memiliki kemampuan untuk membentuk

dua ikatan kimia dan menunjukkan kenaikan sifat logamnya dari oksigen ke

telurium.

Unsur nitrogen, fosfor, arsen, antimon dan bismut merupakan golongan

yang memiliki kemampuan untuk membentuk tiga atau lima ikatan kimia. Unsur-

unsur tersebut menunjukkan peralihan sifat yaitu dari nitrogen dan fosfor (non

logam) kemudian arsen (metaloid) lalu antimon dan bismut (logam). Unsur-unsur

ini terdapat pada golongan 5A.

Unsur karbon, silikon dan germanium, timah dan timbal memiliki

kemampuan untuk membentuk empat ikatan kimia. Sebuah peralihan sifat yang

terjadi pada karbon (non logam) lalu silikon dan germanium (metaloid) serta

timah dan timbal (logam). Unsur-unsur ini terdapat pada golongan 4A.

Aluminium, galium, indium dan talium membentuk ion dengan muatan +3.

Boron merupakan metaloid, sedangkan yang lainnya merupakan logam. Unsur-

unsur tersebut termasuk ke dalam golongan 3A.

Gambar 4.2. Keperiodikan Unsur pada Perioda 3

Golongan 1 2 3 4 5 6 7 0

Unsur Na Mg Al Si P S Cl Ar

Sifat Logam Metaloid Non Logam Gas Mulia

Kereaktifan Menurun - Menurun -

Struktur

unsurLogam Besar

Kovalen

besarMolekul Atom

Ion Na+ Mg2+ Al3+ - P3- S2- Cl- -

Oksida Na2O MgO Al2O3 SiO2 P2O5

P2O3

SO2

SO3

Cl2O

Cl2O7-

Jenis

oksidaAsam Kuat

Beberapa asam dan

beberapa basaAsam -

77

Page 78: kimia dasar

Struktur

oksidaIon Yang besra

Kovalen

besarMolekul -

4.3.2 Sifat Fisika

Periodik berarti mengikuti interval tertentu. Titik lebur suatu unsur

bergantung pada kekuatan ikatannya dan juga struktur dari unsurnya. Ketika

logam dilebur, kekuatan ikatan logamnya berkurang.

Jari-jari atom dan jari-jari ion semakin meningkat dari atas ke bawah dalam

satu golongan. Begitu juga dengan muatan dan jumlah elektron pada kulit

terluarnya dari atas ke bawah semakin meningkat dalam satu golongan.

Pada perioda pendek yang pertama, (Li-F), muatan inti meningkat dari 3

menjadi 9. Ketika muatan inti meningkat, kulit elektron K semakin dekat ke inti

dan jarak kulit elektron K berkurang. Pengaruh terhadap kulit elektron L karena

adanya kulit K yang berfungsi sebagai perisai dari inti, sehingga muatan inti yang

efektif kurang daripada muatan inti yang sebenarnya. Sebagai contoh : Pada litium

kulit elektron L tertarik ke inti yang bermuatan +3 sedangkan pada kulit K

terdapat 2 elektron sehingga muatan inti efektifnya mendekati +1. Pada berilium

kulit elektron L tertarik ke inti yang bermuatan +4 sedangkan pada kulit K

terdapat 2 elektron sehingga muatan inti efektifnya mendekati +2.

4.4 Konfigurasi Elektron dan Periodisitas

Dari ketiga partikel subatom, elektron memiliki peran yang sangat besar

dalam menentukan sifat fisika dan sifat kimia unsur. Susunan unsur dalam tabel

bergantung pada sifat-sifat ini. Unsur dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori

yang berbeda berdasarkan konfigurasi elektronnya.

Gas Mulia merupakan unsur dimana sub kulit s dan p, elektron terluarnya

terisi penuh. Unsur gas mulia termasuk ke dalam golongan 0. Gas mulia

disebut dengan gas yang stabil karena sukar bereaksi dengan unsur lain dalam

reaksi kimia. Konfigurasi elektron untuk empat unsur pertama gas mulia

dapat dilihat dibawah ini :

Helium : 1s2

Neon : 1s2 2s2 2p6

78

Page 79: kimia dasar

Argon : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

Krypton : 1s2 2s2 2p6 3s3 3p6 3d10 4s2 4p6

Unsur yang representatif merupakan unsur dimana sub kulit s dan p , elektron

terluarnya hanya terisi sebagian. Unsur ini dikenal dengan golongan A. Gas

mulia juga termasuk ke dalam golongan A. Untuk unsur ini nomor golongan

sama dengan jumlah elektron valensinya yang terdapat pada kulit terluar.

Sebagai contoh, unsur golongan 1A (lithium, sodium, potassium, rubidium,

dan sesium) memiliki 1 elektron valensi.

Lithium : 1s2 2s1

Sodium : 1s2 2s2 2p6 3s1

Potassium : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1

Karbon, silikon dan germanium pada golongan 4A memiliki 4 elektron

valensi.

Karbon : 1s2 2s2 2p2

Silikon : 1s2 2s2 2p6 3s1 3p2

Germanium : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p2

Logam Transisi merupakan unsur dimana sub kulit s dan d terisi elektron.

Unsur transisi dikenal dengan golongan B.

Logam Transisi Dalam merupakan unsur dimana sub kulit s dan f terisi

elektron.

s1 s2 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 p1 p2 p3 p4 p5 p6

1 s2

2

3

4

5

6

7

blok s blok d blok p

79

Page 80: kimia dasar

f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14

6

7

Perioda

blok f

Tabel periodik dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau blok, berdasarkan

pada sub kulit yang terisi elektron.

1. Blok s merupakan bagian dari tabel periodik yang berisi unsur yang memiliki

konfigurasi elektron s1 dan s2. Itu terdiri atas golongan 1A dan 2A dan gas

mulia helium.

2. Blok p terdiri atas unsur golongan 3A, 4A, 5A, 6A, 7A dan 0 dengan

pengecualian helium.

3. Logam transisi termasuk pada blok d dan logam transisi dalam termasuk pada

blok f.

s

s p

d d

f

4.4.1 Kecenderungan Berkala Pada Ukuran Atom

Berdasarkan model mekanika kuantum jari-jari suatu atom tidak dapat

diketahui dengan tepat. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran atom relatif

dengan menggunakan adalah jari-jari atom kovalen. Jari-jari atom kovalen adalah

setengah dari jarak antara inti dua atom di dalam sebuah molekul diatomik

homonukir. Sebagai contoh, pemisahan jarak inti dari molekul brom (Br2) adalah

0,228 nm. Nilai 0,114 nm (0,228 : 2) adalah jari-jari atom brom. Gambar di

bawah ini menunjukkan jari-jari atom golongan A :

80

Page 81: kimia dasar

H 0,030

Li 0,123 Be 0,89 B 0,080 C 0,077 N 0,070 O 0,066 F 0,064

Na 0,157 Mg 0,136 Al 0,125 Si 0,117 P 0,110 S 0.104 Cl 0,099

K 0,203 Ca 0,174 Ga 0,125 Ge 0,122 As 0,121 Se 0,117 Br 0,114

Kecenderungan golongan. Dalam satu golongan dari atas ke bawah,

jumlah kulit atom bertambah, artinya jari-jari atompun meningkat, akibatnya

ukuran atom meningkat.

Kecenderungan perioda.

Dalam satu perioda dari kiri ke kanan jumlah kulit atom sama tetapi

muatan inti makin besar. Akibatnya, gaya tarik inti bertambah sehingga jari-jari

atom semakin kecil maka ukuran atompun menurun. Hal ini diperlihatkan oleh

gambar 4.3.

Gambar 4.3. Jari-Jari Atom Unsur

81

Page 82: kimia dasar

4.4.2 Kecenderungan Berkala Pada Energi Ionisasi

Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah elektron dari kulit terluar

sebuah atom dalam keadaan gas disebut energi ionisasi. Atom natrium

melepaskan satu elektron membentuk ion positif dengan muatan +1.

Na(g) Na+ (g) + e-

Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terjauh pertama disebut

dengan energi ionisasi pertama. Untuk melepaskan elektron yang paling jauh dari

gas yang bermuatan +1 memerlukan sejumlah energi yang disebut dengan energi

ionisasi kedua dan begitu seterusnya. Tabel di bawah ini memberikan tiga energi

ionisasi pertama dari 20 unsur pertama.

Tabel 4.2. Energi Ionisasi 20 Unsur Pertama

Simbol unsur Energi ionisasi (kJ/mol)

Pertama Kedua Ketiga

H

He (gas mulia)

Li

Be

B

C

N

O

F

Ne (gas mulia)

Na

Mg

Al

1 312

2 371

520

900

800

1 086

1 402

1 314

1 681

2 080

495,8

737,6

577,4

5 247

7 297

1 757

2 430

2 352

2 857

3 391

3 375

3 963

4 565

1 450

1 816

11 810

14 840

3 659

4 619

4 577

5 301

6 045

6 276

6 912

7 732

2 744

82

Page 83: kimia dasar

Si

P

S

Cl

Ar (gas mulia)

K

Ca

786,2

1 012

999,6

1 255

1 520

418,8

589,5

1 577

1 896

2 260

2 297

2 665

3 069

1 146

3 229

2 910

3 380

3 850

3 947

4 600

4 941

Muatan ion dapat diperkirakan dengan menggunakan konsep energi ionisasi.

Perhatikan tiga unsur logam golongan 1A pada tabel di atas. Terdapat

peningkatan energi yang besar antara energi ionisasi pertama dan energi ionisasi

kedua karena lebih mudah melepas 1 elektron pada kulit terluar dari atom untuk

membentuk ion dengan muatan +1 dibandingkan melepas 1 elektron pada kulit

terluar dari ion yang bermuatan +1. Hal ini berlaku juga untuk unsur pada

golongan yang lainnya.

Kecenderungan golongan. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa

pada umumnya energi ionisasi pertama dari atas ke bawah dalam satu golongan

semakin menurun. Hal ini disebabkan makin bertambahnya jari-jari atom

sehingga daya tarik inti terhadap elektron pada kulit terluar semakin lemah

akibatnya atom lebih mudah melepaskan elektron dan energi ionisasinya lebih

kecil.

Dalam gambar 4.4 terlihat periodisitas potensial ionisasi tingkat pertama.

Unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah umumnya memiliki potensial ionisasi

makin rendah sedangkan unsur-unsur seperioda dari kiri ke kanan potensial

ionisasinya makin tinggi.

Besarnya potensial ionisasi suatu unsur ditentukan oleh dua faktor yaitu

muatan inti dan jari-jari atom. Karena makin besar muatan inti atom menyebabkan

gaya tarik elektrostatik inti terhadap elektron makin kuat. Maka makin besar

muatan inti akan mengakibatkan makin tinggi potensial ionisasi suatu unsur.

Dengan alasan serupa maka mudah dimengerti bahwa semakin besar jari jari atom

suatu unsur, maka potensial ionisasi unsur tersebut makin rendah.

Gambar 4.4. Energi Ionisasi vs Nomor Atom

83

Page 84: kimia dasar

Kecenderungan perioda. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada

umumnya energi ionisasi pertama dari kiri ke kanan dalam satu perioda semakin

meningkat. Hal ini disebabkan jari-jari atom makin kecil sehingga daya tarik inti

terhadap elektron pada kulit terluar semakin kuat akibatnya atom sukar

melepaskan elektron dan energi ionisasinya lebih besar.

Untuk unsur-unsur seperioda dari kiri ke kanan mempunyai muatan inti

makin besar, sedangkan jari-jari atomnya makin kecil. Dua faktor ini mempunyai

pengaruh yang sama terhadap potensial ionisasi, yaitu potensial ionisasi dari kiri

ke kanan makin tinggi. Unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah muatan inti

makin besar tetapi jari-jari atomnya juga besar. Dua faktor ini mempunyai

pengaruh berlawanan dan ternyata bahwa pengaruh jari-jari atom lebih besar

dibandingkan dengan pengaruh muatan ini, sehingga potensial ionisasi unsur-

unsur segolongan dari atas ke bawah makin rendah. Kesesuaian antara tinjauan

sederhana di atas dengan hasil pengukuran potensial ionisasi berbagai unsur dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Potensial ionisasi tingkat pertama unsur-unsur utama

H He13,6 24,6Li Be B C N O F Ne5,4 9,3 8,5 11,3 14,3 13,6 17,4 21,6Na Mg Al Si P S Cl Ar5,1 7,6 6 8,2 11 10,4 13 15,7

84

Page 85: kimia dasar

K Ca Ga Ge As Se Br Kr4,3 6,1 6 8,1 10 9,8 11,8 14Rb Sr In Sn Sb Te I Xe4,2 5,7 5,8 7,3 8,6 9 10,4 12,1Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn3,9 5,2 6,1 7,4 8  - - 10,8

Kalau diperhatikan tabel potensial ionisasi ini maka dijumpai hal-hal yang

menarik sebagai berikut

a. Potensial ionisasi unsur-unsur N, P dan As lebih tinggi daripada potensial

ionisasi unsur-unsur di sebelah kanannya.

b. Potensial ionisasi semua gas mulia adalah paling tinggi untuk setiap perioda,

sedangkan jari-jari atom gas mulia adalah paling kecil dalam setiap perioda.

Kalau potensial ionisasi dikaitkan dengan besarnya gaya tarik inti terhadap

elektron terluar, maka makin tinggi harga potensial ionisasi berarti makin besar

pula gaya tarik tersebut, atau dapat dinyatakan bahwa makin besar potensial

ionisasi maka keadaan elektron dalam suatu atom akan makin stabil.

Berikut ini adalah peristiwa ionisasi atom magnesium (Mg).

Ionisasi pertama :

Mg Mg+ PI = 7,64 eV

Ionisasi kedua :

Mg+ Mg2+ PI = 15,03 eV

Stabilitas elektron dalam suatu atom tentu saja ada hubungannya dengan

konfigurasi elektron atom tersebut. Sebagai contoh elektron-elektron dalam

orbital 1s lebih stabil daripada dalam orbital 2s dan seterusnya sesuai dengan

urutan tingkat energi orbital atom karena tingkat energi orbital 1s lebih rendah

daripada 2s dan seterusnya. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa elektron-

elektron yang menempati tingkat energi terendah keadaannya paling stabil.

Kembali pada potensial ionisasi N, P, dan As, maka mudah dipahami

bahwa unsur-unsur ini memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada unsur-unsur

di sebelah kanannya dan kalau ditinjau dari konfigurasi elektron unsur-unsur

tersebut, maka terlihat bahwa unsur tersebut memiliki konfigurasi setengah penuh

dalam orbital p terluar.

7N : 1s2 2s2 2px1 2py

1 2pz1

85

Page 86: kimia dasar

Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa unsur-unsur yang memiliki

konfigurasi elektron setengah penuh pada orbital yang berisi elektron terakhir

mempunyai stabilitas yang tinggi.

Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan penyimpangan konfigurasi

unsur-unsur :

24Cr, 42Mo, dan 74W

Dari uraian di atas dapat pula dipahami bahwa gas mulia akan mempunyai

konfigurasi elektron paling stabil dan unsur-unsur ini memiliki konfigurasi

elektron penuh. Dan dapat pula dinyatakan bahwa unsur-unsur yang memiliki

konfigurasi elektron penuh pada orbital yang terisi elektron terakhir memiliki

susunan yang sangat stabil.

Oleh karena itu unsur tembaga 29Cu memiliki konfigurasi elektron:

29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10

4.4.3 Kecenderungan Berkala Pada Afinitas Elektron

Energi yang dilepaskan pada saat atom menerima elektron dalam keadaan

gas disebut afinitas elektron (EA). Sebagai contoh : energi yang dilepaskan ketika

atom fluor menerima elektron dan membentuk ion negatif.

F (g) + e- F- (g)

Umumnya unsur melepaskan energi ketika menerima elektron sehingga

afinitas elektron bernilai negatif. Afinitas elektron menunjukkan kemudahan atom

menerima elektron. Golongan halogen memiliki afinitas elektron yang paling

tinggi. Sebuah tanda negatif dituliskan pada saat energi dilepaskan untuk

menerima sebuah elektron. Sebuah tanda positif dituliskan ketika menyerap

energi. Sebagai contoh bila klor menangkap sebuah elektron dari luar maka akan

terbentuk ion Cl- dengan melepaskan energi sebesar 3,79 eV.

F (g) + e- F- (g) + 328 kJ EA = - 328 kJ/mol

Be (g) + e- + 240 kJ Be- (g) EA = + 240 kJ/mol

Pada tabel di bawah ini kita dapat melihat afinitas elektron umumnya

meningkat dari kiri ke kanan dalam satu perioda. Ini karena ukuran atom yang

semakin kecil dan muatan inti yang meningkat. Ketika semakin ke bawah dalam

satu golongan, afinitas elektron umumnya menurun dengan meningkatnya ukuran

atom.

86

Page 87: kimia dasar

1A 2A 3A 4A 5A 6A 7A

H – 73

Li – 60 Be + 240 B - 27 C – 122 N + 9 O – 141 F – 328

Na – 53 Mg + 230 Al – 44 Si – 134 P – 72 S – 200 Cl – 348

K – 48 Ca + 156 Ga – 30 Ge – 120 As – 77 Se – 195 Br – 325

Rb – 47 Sr + 170 In – 30 Sn -121 Sb – 101 Te – 190 I - 295

Cs - 45 Ba + 52 Tl - 30 Pb - 110 Bi - 110 Po - 183 At - 270

Tabel 4.3. Afinitas Elektron Unsur golongan A

4.4.4 Kecenderungan Berkala Pada Ukuran Ion

Atom unsur logam memiliki energi ionisasi yang kecil. Unsur logam

membentuk ion positif dengan mudah. Perbedaannya, atom unsur non logam

dapat membentuk ion negatif. Bagaimana pengaruh dilepaskan dan diterimanya

elektron terhadap ukuran ion? Ukuran ion positif (kation) selalu lebih kecil dari

pada ukuran atom netral yang membentuk ion tersebut. Ini karena atom

kehilangan elektron pada kulit terluar sehingga tarikan inti terhadap beberapa

elektron yang tersisa semakin meningkat. Jari-jari ion Na+ adalah 0,095 nm,

harga ini kira-kira satu setengah kali lebih kecil dari ukuran atom Na yaitu 0,186

nm. Perbedaannya, ukuran ion negatif selalu lebih besar dari pada ukuran atom

netral. Ini karena atom menerima elektron pada kulit terluar sehingga tarikan inti

terhadap beberapa elektron yang tersisa semakin berkurang. Jari-jari ion Cl-

adalah 0,181 nm kira-kira dua kali lebih besar dari atom Cl yaitu 0,099 nm.

Li+ 0,060 Be2+ 0,031 B3+ 0,020 C4+ 0,015

Na+ 0,095 Mg2+ 0,065 Al3+ 0,050 Si4+ 0,041

87

Page 88: kimia dasar

K+ 0,133 Ca2+ 0,099 Ga3+ 0,062 Ge4+ 0,053

4.4.5 Kecenderungan Berkala Pada Keelektronegatifan

Keelektronegatifan suatu unsur adalah kecenderungan suatu unsur untuk

menerima elektron dari atom lain. Keelektronegatifan unsur ditunjukkan dengan

skala keelektronegatifan Pauling. Skala ini berdasarkan sejumlah faktor termasuk

afinitas elektron dan potensial ionisasi atom.

Tabel 4.4. Nilai Keelektronegatifan Unsur

Harga keelektronegatifan Unsur H2,1Li Be B C N O F1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0Na Mg Al Si P S Cl0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,5 3,0K Ca Ga Ge As Se Br0,8 1,0 1,6 1,8 2,0 2,4 2,8

Keelektronegatifan unsur terdapat dalam tabel periodik. Keelektronegatifan

gas mulia dihilangkan karena konfigurasi elektron gas mulia yang stabil sehingga

sukar membentuk senyawa. Cesium memiliki keelektronegatifan paling kecil

yaitu 0,7 sedangkan fluor unsur yang memiliki harga keelektronegatifan yang

paling besar yaitu 4,0. Ketika fluor secara kimia berikatan dengan unsur lain,

kecenderungan menerima elektron atau membentuk ion negatif lebih besar.

Sebaliknya, Cesium yang memiliki keelektronegatifan paling kecil mempunyai

kecenderungan paling kecil untuk menerima elektron. Atom yang kehilangan

elektron membentuk ion positif.

88

Page 89: kimia dasar

Dalam satu perioda dari kiri ke kanan keelektronegatifan unsur semakin

besar. Sebaliknya dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan

unsur semakin kecil.

1A 0

2A 3A 4A 5A 6A 7A

Ukuran Ion (kation menurun Ukuran ion (anion) menurun

Dalam satu golongan dari atas kebawah Dalam satu perioda dari kiri ke kanan

Keelektronegatifan Menurun Keelektronegatifan meningkat

Efek Perisai Meningkat Efek Perisai Konstan

Muatan Inti Meningkat Muatan Inti Meningkat

Energi Ionisasi Menurun Energi Ionisasi Meningkat

Afinitas Elektron Menurun Afinitas Elektron Meningkat

Jari-jari atom meningkat Jari-jari atom menurun

Umumnya atom-atom dengan jari-jari atom kecil mempunyai

kecenderungan yang lebih besar untuk menerima elektron daripada atom-atom

yang mempunyai jari-jari atom besar, sehingga dikatakan bahwa atom kecil

umumnya lebih bersifat elektronegatif dibandingkan atom besar atau unsur-unsur

kecil mempunyai elektronegativitas lebih tinggi dibandingkan unsur-unsur besar.

Hal ini disebabkan makin tinggi potensial ionisasi suatu unsur, makin besar

keelektronegatifannya. Kalau dikaitkan pengertian elektronegativitas dengan tabel

periodik unsur, maka dapat dinyatakan bahwa secara keseluruhan dari atas ke

bawah keelektronegatifan unsur semakin kecil dan dari kiri ke kanan semakin

besar, sedang gas mulia dianggap sebagai unsur yang paling stabil dengan

89

Page 90: kimia dasar

keelektronegatifan sama dengan nol. Akibatnya unsur fluor, F, adalah unsur yang

paling elektronegatif dibandingkan unsur lainnya, sedangkan fransium, Fr,

merupakan unsur yang memiliki keelektronegatifan terendah dan dikenal sebagai

unsur yang elektropositif.

4.4.6 Valensi

Banyaknya elektron pada kulit terluar disebut elektron valensi. Ion positif

terbentuk bila unsur melepaskan elektron dan ion negatif terbentuk bila unsur

menerima elektron. Valensi tertinggi sesuai dengan golongan.

Contoh :

Ne : 2 8 elektron valensi 8 (paling stabil) jadi valensi = 0

Na : 2 8 1 elektron valensi 1, jika melepaskan 1 elektron menjadi Na+.

valensi = + 1

N : 2 5 elektron valensi 5, untuk membentuk konfigurasi gas mulia

(8 elektron), valensi -3 : menerima 3 elektron dan valensi

+5 : melepaskan 5 elektron.

Jadi susunan elektron : N3- : 2 8

N5+ : 2

4.4.7 Logam dan bukan Logam

Logam adalah unsur-unsur yang memiliki elektron valensi rendah (lebih

kecil dari 3) sehingga bersifat mudah melepaskan elektron atau bersifat

elektropositif yaitu mudah membentuk ion positif sedangkan non logam adalah

unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi tinggi sehingga mudah menerima

elektron atau bersifat elektronegatif yaitu mudah membentuk ion negatif.

- Dalam satu perioda : makin ke kiri sifat logam semakin besar, makin ke kanan

sifat non logam semakin besar.

- Dalam satu golongan : makin ke bawah sifat logamnya makin besar,

sedangkan semakin ke atas sifat logamnya makin kecil. Hal ini disebabkan

makin ke bawah semakin bertambah jumlah kulit sehingga jari-jari atomnya

semakin besar, akibatnya elektron valensi mudah dilepaskan.

90

Page 91: kimia dasar

4.5 Sifat Unsur

4.5.1 Gas Mulia

Helium, neon, argon, kripton, xenon dan radon semua unsur tersebut

termasuk golongan 0. Gas ini jarang ditemukan karena mereka terdapat di

atmosfir dalam jumlah yang sangat kecil. Dahulu ilmuwan kimia juga menyebut

unsur ini sebagai gas yang stabil karena mereka jarang bereaksi dengan unsur lain.

Pada tahun 1962, bagaimanapun seorang ilmuwan kimia dari Kanada bernama

Neil Bartlett membuat Xenon tetraflorida (XeF4), sebuah senyawa xenon. Sejak

saat itu, senyawa kripton dan radon juga telah dibuat. Namun, dibandingkan

dengan unsur yang lain unsur pada golongan 0 sangat tidak reaktif. Karena alasan

ini unsur ini dikenal dengan nama Gas Mulia. Nama ini menekankan pada

kecenderungan unsur ini berada sebagai atom daripada bereaksi dengan atom lain

membentuk senyawa. Di samping tidak reaktif, gas mulia memiliki banyak

kegunaan. Helium digunakan untuk mengisi balon udara. Helium dan neon

digunakan sebagai atmosfir buatan. Neon, argon, kripton dan xenon digunakan

dalam bola lampu potret dan pengelasan aluminium.

4.5.2 Logam Alkali dan Logam Alkali Tanah

Unsur yang ada di dalam golongan 1A disebut dengan logam Alkali. Logam

alkali memiliki kerapatan yang rendah, titik lebur yang rendah, dan merupakan

penghantar listrik yang baik. Logam alkali bersifat lunak sehingga mudah

dipotong dengan sebuah pisau. Permukaan yang baru dipotong berkilauan tetapi

menjadi buram ketika bereaksi dengan udara. Ini berkaitan dengan reaksi yang

cepat dengan oksigen dan embun. Unsur ini di alam ditemukan dalam bentuk

senyawa. Banyak senyawa sodium dan potasium diisolasi dari tumbuhan oleh

ilmuwan kimia terdahulu. Masing-masing logam alkali mudah bereaksi dengan air

yang dingin, menghasilkan gas hidrogen dan sebuah larutan logam hidroksi. Di

dalam ruangan logam alkali biasanya disimpan di bawah minyak atau kerosin

untuk melindungi logam tersebut dari oksigen dan embun.

Unsur golongan 2A disebut dengan logam alkali tanah. Logam alkali tanah

dapat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang bersifat alkali. Unsur ini

dapat diekstraksi dari bijih mineral. Logam alkali tanah kurang reaktif

91

Page 92: kimia dasar

dibandingkan golongan 1A sehingga tidak perlu disimpan di bawah minyak.

Logam alkali tanah lebih keras daripada logam alkali, berwarna putih keabu-

abuan yang berkilauan tetapi di udara akan tampak bercak-bercak dengan balutan

oksida yang tipis. Balutan tersebut melindungi logam, terutama berilium dan

magnesium, dari reaksi yang lebih jauh. logam ini dapat digunakan dalam

pembuatan struktur material yang memiliki kerapatan yang rendah.

4.5.3 Golongan Aluminium

Unsur logam dan non logam terdapat dalam golongan 3A. Unsur non logam

adalah boron sedangkan unsur logam yaitu aluminium, gallium, indium dan

thallium.

Aluminium merupakan logam yang keras dengan kerapatan yang rendah

khususnya resistan terhadap karat. Seperti magnesium pada golongan 2A,

aluminium mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Reaksi ini membentuk

aluminium oksida. Aluminium atau campuran logam dengan magnesium,

digunakan secara luas dalam pembuatan pesawat terbang dan pembuatan alat

masak, karena balutan yang melindunginya aluminium sukar bereaksi dengan air

tetapi mudah bereaksi dengan asam atau basa, yang akan melarutkan balutan

tersebut dan membebaskan hidrogen.

Aluminium terdapat di alam dalam batuan dan mineral. Aluminium biasanya

dalam senyawaan aluminium oksida yang berguna sebagai alat pengampelas.

Galium, indium dan thalium sangat jarang ditemukan dan mempunyai beberapa

kegunaan. Salah satu kegunaan galium sebagai komponen termometer. Galium

memiliki titik lebur 30o C dan titik didihnya 1980o C.

4.5.4 Golongan Karbon

Golongan karbon terdiri atas karbon yang merupakan unsur non logam,

silikon dan germanium merupakan metaloid, timah dan timbal merupakan logam.

Intan dan grafit adalah dua alotrop karbón. Intan bersifat non logam dan

merupakan penghantar listrik yang buruk sedangkan grafit bersifat seperti logam

dan merupakan penghantar listrik yang baik.

92

Page 93: kimia dasar

Silikon merupakan unsur kedua yang berlimpah di alam, terkandung dalam

pasir dan batuan serta tanah liat. Silikon dan germanium bersifat semikonduktor

dan selain digunakan sebagai bahan transistor juga digunakan dalam fotosel

tenaga matahari.

Timah dan timbal merupakan logam. Timah sangat penting dalam

pembuatan piringan timah karena timah akan melapisi besi sehingga terlindung

dari karat. Alat solder merupakan campuran dari timah dan timbal. Tetra etil lead

sebuah senyawa organik timbal merupakan zat aditif yang ditambahkan ke dalam

bensin untuk menghilangkan ketukan pada mesin tetapi zat tersebut sangat

beracun bagi makhluk hidup sehingga penggunaannya mulai dikurangi pada tahun

belakangan ini.

4.5.5 Golongan Nitrogen

Golongan nitrogen terdiri atas nitrogen yang berwujud gas pada suhu kamar,

fosfor merupakan unsur non logam padat, arsen dan antimon yang merupakan

metaloid dan unsur yang terakhir yaitu bismut merupakan unsur logam.

Nitrogen penting bagi organisme hidup karena DNA pada makhluk hidup

mengandung basa nitrogen. Protein dan enzim merupakan molekul rantai panjang

dengan struktur dasarnya terdiri atas ikatan antara karbon dengan nitrogen.

Walaupun 80 % di udara yang kita hirup adalah nitrogen, kita tidak dapat

menggunakannya untuk membuat zat yang penting bagi kita tetapi bakteri yang

terdapat pada bintil akar kacang polong dan kacang-kacang lainnya dapat

menggunakan nitrogen.

Fosfor juga merupakan unsur yang penting bagi mahluk hidup. Selain

merupakan komponen DNA, juga memperkuat tulang dan gigi. Fosfor sebagian

besar terdapat dalam batuan fosfat. Fosfor murni terbagi atas fosfor putih dan

fosfor merah. Fosfor putih sangat reaktif dan biasanya disimpan di bawah air

untuk melindunginya dari reaksi dengan oksigen di udara. Fosfor merah kurang

reaktif dan digunakan dalam pembuatan korek api.

93

Page 94: kimia dasar

Arsen, antimon dan bismut berada di alam dalam bentuk bijih sulfida.

Campuran yang mengandung antimon dan bismut digunakan dalam pembuatan

logam karena sifatnya yang mudah memadat.

4.5.6 Golongan Oksigen

Golongan 6A terdiri atas oksigen, belerang, selenium, telurium dan

polonium. Oksigen berwujud gas. Belerang merupakan unsur non logam yang

berada di alam dalam keadaan bebas, berwujud padat, getas, dan berwarna

kekuningan. Selenium dan telurium keduanya berwujud padat. Polonium

merupakan unsur terakhir yang terdapat dalam golongan ini merupakan logam

yang bersifat radioaktif.

Oksigen merupakan unsur yang berlimpah di alam. Komposisi oksigen di

udara yaitu 20 %, 60 % massa dari tubuh manusia dan 50 % massa kulit bumi

yang keras. Kebanyakan oksigen terdapat dalam batuan silikat yang terdapat pada

kulit bumi. Oksigen dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Gas

oksigen digunakan dalam bidang kedokteran.

Belerang terdapat di dalam tanah dalam jumlah besar. Belerang juga

merupakan komponen dari batubara dan minyak tanah dalam jumlah yang sedikit.

Belerang penting bagi mahluk hidup dan umumnya terikat di dalam jembatan

disulfida yaitu salah satu ikatan yang menyebabkan protein berikatan bersama-

sama. Kegunaan utama dari belerang adalah dalam pembuatan asam sulfat dan

vulkanisasi karet. Asam sulfat sebagian besar digunakan di dalam industri kimia.

Selenium merupakan semikonduktor sehingga digunakan dalam sel

fotolistrik, alat pengukur cahaya dalam kamera dan pada tombol yang peka

terhadap cahaya. Proses xerografik pada mesin fotokopi juga menggunakan

selenium.

Telurium merupakan salah satu unsur yang paling jarang ditemukan, bersifat

racun.

4.5.7 Halogen dan Hidrogen

Halogen terdiri atas fluor, klor, brom, iodin dan astatin. Dua unsur pertama

yaitu fluor dan klor berwarna hijau-kekuning-kuningan dan berwujud gas pada

94

Page 95: kimia dasar

suhu kamar dan tekanan 1 atm. Brom berwujud cair dan berwarna merah tua.

Iodin berwarna ungu dan berbentuk kristal padat yang berkilauan. Larutan obat

iodin 3 % digunakan sebagai antiseptik. Unsur terakhir yaitu astatin bersifat

radioaktif dan jarang ditemukan.

Halogen di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi senyawa mereka

terdapat berlimpah. Unsur ini dinamakan halogen karena mereka biasanya

ditemukan sebagai garam dari logam golongan 1A dan 2A. Sebagai contoh, garam

sodium klorida, sodium bromida dan sodium iodida yang ditemukan di dalam air

laut dan garam meja. Kalsium fluorida merupakan mineral fluorspar dimana fluor

merupakan halogen yang bersifat reaktif. Meskipun demikian, senyawa dari fluor,

klor dan iodin penting bagi kehidupan. Fluor sebagai ion fluorida penting dalam

pemeliharaan dan pembentukan gigi yang sehat. Klor sebagai ion klorida

merupakan komponen yang penting dalam darah dan cairan tubuh kita. Iodin

sebagai ion iodida diperlukan untuk mencegah penyakit gondok yaitu

pembengkakan pada kelenjar tiroid.

Halogen memiliki kegunaan lain dalam industri rumah tangga. Larutan yang

encer dari klor digunakan sebagai pemutih dan pembasmi kuman. Perak klorida

dan perak bromida sensitif terhadap cahaya dan digunakan dalam pembuatan film

fotografi. Fluor digunakan dalam pembuatan teflon untuk penggorengan dan alat

masak lainnya.

Hidrogen merupakan gas yang reaktif yang membentuk senyawa yang

bersifat eksplosif dengan oksigen. Hidrogen juga mudah bereaksi dengan unsur

lainnya. Hidrogen terdapat pada golongan 1A pada tabel periodik. Hidrogen

merupakan unsur non logam, bukan juga penghantar panas atau listrik yang baik

seperti logam alkali. Pada beberapa tabel periodik, hidrogen juga diletakkan di

golongan 7A pada bagian atas karena seperti halogen, hidrogen kekurangan 1

elektron untuk membentuk konfigurasi elektron yang stabil seperti konfigurasi

elektron gas mulia.

4.5.8 Logam Transisi dan Logam Transisi Dalam

Unsur yang terakhir adalah logam transisi dan logam transisi dalam. Seperti

unsur pada golongan A, kebanyakan unsur logam memiliki sifat fisika dan sifat

95

Page 96: kimia dasar

kimia yang sama.mereka dibagi dalam beberapa golongan. Dimulai dengan

golongan 3B pada sisi kiri dan dilanjutkan sampai golongan 7B pada sisi kanan.

Golongan 7B diikuti 3 kelompok yang bersama-sama membentuk golongan 8B.

Dua golongan yang terakhir yaitu golongan 1B dan 2B.

Ada 14 unsur transisi dalam pada perioda keenam dalam tabel periodik yaitu

dari cerium sampai lutetium dikenal sebagai golongan lantanida. Berikutnya

perioda ketujuh yaitu thorium sampai lawrencium yang dikenal sebagai golongan

aktinida.

Unsur transisi dan transisi dalam merupakan logam yang berkilauan dan

penghantar listrik dan panas yang baik. Tungsten, sebuah padatan yang rapuh

dengan titik lebur 3400o C digunakan di dalam bola lampu kawat pijar. Merkuri

dengan titik lebur - 38o C digunakan di dalam termometer. Perak digunakan untuk

melapisi cermin karena kualitas perak yang dapat memantulkan cahaya secara

sempurna. Produksi kawat tembaga dalam jumlah yang besar disebabkan karena

tembaga merupakan penghantar panas yang sangat baik. Baja dengan ciri khas

yang berbeda dibuat dengan penambahan kobalt, tembaga, krom, nikel atau

vanadium dan besi. Tubuh kita juga memerlukan logam transisi. Besi diperlukan

dalam memproduksi hemoglobin. Kobalt bagian dari molekul vitamin B12. Seng

dan tembaga komponen yang diperlukan dalam banyak enzim.

Logam transisi dan logam transisi dalam memiliki perbedaan kereaktifan.

Unsur skandium, yittrium, dan lanthanum memiliki sifat yang hampir sama

dengan unsur yang ada di dalam golongan 1A dan 2A yaitu mudah teroksidasi dan

bereaksi dengan air serta melepaskan hidrogen. Sebaliknya platina dan emas

sangat tidak reaktif dan sukar teroksidasi. Kebanyakan senyawa transisi dan

transisi dalam memiliki warna yang menunjukkan rumus kimia yang berbeda.

4.6 Kemiripan Sifat Unsur

Pada awal 1860-an dikenal 63 unsur, dan beberapa ahli kimia, diantaranya

John Newland di Inggris, Lothar Meyer dari Jerman dan Dimitri Mendeleyev dari

Rusia, menyatakan bahwa jika unsur-unsur didaftar menurut kenaikan bobot

atom, unsur-unsur dengan sifat yang sama muncul secara berkala dalam daftar itu.

Misalnya dua logam natrium dengan litium. Bukan hanya penampilan ketiga

96

Page 97: kimia dasar

unsur itu, tetapi juga unsur-unsur tersebut membentuk senyawa dengan unsur

oksigen dan klor dengan rumus yang mirip. Menurut naiknya bobot atom natrium

unsur ketujuh setelah litium dan kalium ketujuh setelah natrium.

1 litium

1 + 7 = 8 natrium

8 + 7 = 15 kalium

Unsur Berilium, magnesium dan kalsium memiliki sifat yang mirip secara

fisika dan bisa bersenyawa dengan oksigen dan klor dengan rumus yang mirip.

Menurut kenaikan bobot atom, ketiganya juga muncul dengan interval tiap tujuh

unsur :

2 Berilium

2 + 7 = 9 magnesium

9 + 7 = 16 kalsium

Suatu peristiwa atau gejala yang berulang secara teratur disebut periodik

(berkala).

Bobot atom yang diketahui dalam tahun 1869 berpengaruh terhadap titik

didih beberapa unsur. Ternyata dengan turunnya kurva secara selang seling

menunjukkan bahwa titik didih merupakan fungsi berkala dari bertambahnya

bobot atom.

Dengan bertambahnya bobot atom, titik didih unsur-unsur berubah secara

berkala. Titik didih niobium dan molibdenum begitu tinggi sehingga keluar dari

grafik.

Ketika unsur argon (Ar), suatu gas secara kimia tak aktif, ditemukan

dalam tahun 1894, sifat-sifatnya tidak mirip unsur manapun yang telah dikenal.

Dengan tabel berkala sebagai penunjuk ahli kimia menduga bahwa argon pastilah

anggota keluarga yang membentuk suatu koloni vertikal baru. Dalam 6 tahun,

lima anggota lain golongan unsur tersebut, dari helium ke radon, ternyata

semuanya merupakan gas yang tak aktif secara kimia.

4.7 Penggolongan Unsur

4.7.1 Penggolongan Unsur berdasarkan Golongan dan Perioda

97

Page 98: kimia dasar

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tabel periodik modern, yaitu :

1. Unsur digolongkan menjadi Golongan A (utama) yaitu Golongan IA sampai

VIIIA dan Golongan B (transisi) yaitu IB sampai VIIIB dan Lantanida serta

Aktinida. Unsur dalam satu golongan ditulis tegak atau vertikal dari atas ke

bawah.

2. Unsur-unsur logam ada di sebelah kiri sedangkan unsur-unsur nonlogam ada

di sebelah kanan dan unsur-unsur yang ada diantaranya merupakan unsur

metaloid.

3. Unsur logam transisi dibagi dua yaitu unsur logam transisi dalam (Lantanida

dan Aktinida) dan unsur logam transisi luar (Golongan IB sampai VIII B).

4. Perioda (jalur mendatar atau horizontal) dari kiri ke kanan terdiri dari 7

perioda.

- Perioda 1 disebut periode sangat pendek, hanya terdiri dari 2 unsur.

- Perioda 2 dan 3 disebut periode pendek, berisi 8 unsur

- Perioda 4 dan 5 disebut periode panjang, berisi 18 unsur

- Perioda 6 disebut sangat panjang, berisi 32 unsur

- Perioda 7 belum terisi seluruhnya sehingga disebut periode belum lengkap

5. Unsur-unsur digolongkan berdasarkan kenaikan nomor atomnya.

98

Page 99: kimia dasar

Tabel 4.6. Konfigurasi elektron unsur periode ke 3 (Na sampai Ar)

Unsur dalam satu jalur horizontal (mendatar) memiliki kesamaan jumlah

kulit yang terisi elektron, sedangkan elektron valensinya (elektron pada kulit

terluar) akan bertambah dari kiri ke kanan.

Unsur dalam satu jalur vertikal (tegak) memiliki kesamaan jumlah

elektron valensi pada kulit terluar sedangkan jumlah kulit akan bertambah dari

atas ke bawah.

Dengan demikian maka jumlah kulit yang terisi elektron menyatakan

perioda sedangkan jumlah elektron valensi menyatakan golongan.

Tabel 4.7. Konfigurasi elektron unsur Golongan IA

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa unsur transisi memiliki

konfigurasi elektron pada subkulit d dan s dan tidak memiliki elektron valensi

kurang dari 3.

99

Page 100: kimia dasar

Tabel 4.8. Konfigurasi elektron unsur transisi

Golongan Lantanida akan memiliki sifat menyerupai Lantanium sebagai

contoh unsur Ce dengan nomor atom 58 dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6

3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f2. Golongan Lantanida hanya memperhatikan

subkulit 4f tempat kedudukan electron valensinya. Golongan Aktinida, contohnya

Thorium (Th) dengan nomor atom 90 konfigurasi elektronnya 54[Xe] 6s2 4f14 5d10

6p6 7s2 5f2 subkulit terakhirnya 5f2 7s2 sehingga

Golongan aktinida memiliki subkulit 5f. Jadi unsur golongan utama dan golongan

transisi ditentukan berdasarkan elektron valensinya sedangkan Golongan transisi

dalam ditentukan berdasarkan jenis subkulitnya.

4.7.2 Penggolongan Unsur berdasarkan Jenis Subkulit

Sistem periodik modern dapat dikelompokkan menjadi blok s, blok p, blok

d, dan blok f. Jika konfigurasi elektron berakhir pada subkulit s maka unsur

tersebut berada pada blok s. Bila berakhir pada subkulit p maka unsur tersebut

pada blok p. Begitu pula halnya dengan blok d, maka elektron terluar pada

subkulit d, sedangkan blok f, bila elektron terluar pada subkulit f. Jadi dapat

dikatakan bahwa blok suatu unsur ditentukan oleh orbital terakhir dari konfigurasi

elektronnya.

Blok s dimiliki oleh unsur Golongan IA dan Golongan IIA. Blok p

dimiliki oleh unsur Golongan IIIA sampai Golongan VIIIA. Blok d dimiliki oleh

unsur golongan transisi yaitu golongan IB sampai Golongan VIIIB. Blok f

dimiliki oleh unsur Golongan Lantanida dan Aktinida.

Blok s dengan subkulit ns1 dan ns2, blok p dengan subkulit ns2 np1 sampai

ns2 np6 dan blok d dengan subkulit (n-1)d1 ns2 sampai (n-1)d10 ns2, sedangkan blok

f dengan subkulit (n-2)f1 ns2 sampai (n-2)f14 ns2. Dimana n merupakan kulit yang

menunjukkan periodanya.

Tabel 4.9. Hubungan konfigurasi elektron dengan subkulit

100

Page 101: kimia dasar

4.7.3 Penggolongan Unsur berdasarkan Susunan Elektron Kulit Terluar

Berdasarkan susunan elektron kulit terluar, unsur dibagi menjadi 4 macam :

a. Unsur inert (gas mulia) adalah unsur yang mempunyai susunan elektron kulit

terluar telah penuh (8 elektron).

b. Unsur utama (golongan A) adalah unsur yang mempunyai susunan elektron

terluar belum penuh.

c. Unsur peralihan (unsur transisi golongan B)

101

Page 102: kimia dasar

Adalah unsur yang mempunyai susunan elektron sub kulit d belum penuh.

Karena subkulit d berisi 10 elektron, maka golongan B berisi 10 unsur tiap

perioda.

Contoh : Golongan B pada perioda 4

Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6

Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10

d. Unsur peralihan dalam

Unsur yang mempunyai susunan elektron subkulit f belum penuh. Karena f =

14 maka golongan unsur peralihan dalam berjumlah 14 unsur, yaitu deret

Lantanida dan Aktinida. Contoh : La : 2 8 18 2 6 10 1 8 2

5. IKATAN KIMIA

5.1 Peranan Elektron dalam Ikatan Kimia

Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.

Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan

bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia

(ns2np6)

Teori ini mendapat beberapa kesulitan, yaitu :

1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan

atom fosfor dikelilingi 10 elektron.

2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur

tergantung jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.

Contoh :

8O : 1s2 2s2 2p2 2px2 2py

1 2pz1

Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-

H; O=O).

akan tetapi:

5B : 1s2 2s2 2px1

Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, cara

pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit, yaitu bahwa elektron-

elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital

terisi dengan sebuah elektron.

102

Page 103: kimia dasar

Contoh : 5B : 1s2 2s2 2px1 (R)   (hibridisasi) 1s2 2s1 2px

1 2py1

dengan hibridisasi, untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga buah

elektron, seperti BCl3

3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena

di sekelilingnya telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui

bahwa Xe dapat membentuk senyawa, misalnya XeF2 den XeO2.

Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom

terbentuk karena adanya orbital-orbital atom yang bertumpang tindih. Elektron

dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang

berlawanan.

Beberapa macam ikatan kimia yang telah diketahui, antara lain :

A

.

Ikatan antar atom 1. Ikatan ion = elektrovalen =

heteropolar

2. Ikatan kovalen = homopolar

3. Ikatan kovalen koordinasi =

semipolar

4. Ikatan logam

B

.

Ikatan antar

molekul

1. Ikatan hidrogen

2. Ikatan van der walls

5.2 Ikatan Ion, Energi Kisi, dan Lingkar Born Haber

5.2.1 Elektron Valensi

Elektron valensi adalah elektron pada tingkat energi tertinggi dari atom-

atom pada unsur. Mendeleev menyusun tabel periodik berdasarkan sifat-sifat

unsur. Kemudian ilmuwan mempelajari bahwa semua unsur pada golongan

tertentu dari tabel periodik memiliki jumlah elektron valensi yang sama. Contoh,

unsur pada golongan IA memiliki satu elektron valensi, karbon dan silikon,

golongan IVA, memiliki empat elektron valensi. Nitrogen dan fosfor, golongan

VA, memiliki lima elektron valensi. Oksigen dan sulfur, golongan VIA, memiliki

enam elektron valensi. Golongan gas mulia merupakan pengecualian dari aturan

yang ada. Helium memiliki dua elektron valensi sedangkan yang lain memiliki

103

Page 104: kimia dasar

delapan elektron valensi. Elektron valensi biasanya digunakan dalam

pembentukan ikatan kimia. Struktur Lewis menggambarkan elektron valensi

sebagai titik.

5.2.2 Konfigurasi Elektron Stabil untuk Kation

Unsur umumnya ditemukan dalam bentuk ion disebabkan unsur berusaha

mencapai tingkat energi terendah yang mungkin secara alami. Tingkat energi dan

kereaktifan kimia gas mulia rendah karena memiliki konfigurasi elektron stabil.

Atom dari unsur-unsur lain kurang stabil Tingkat energi dan kereaktifan kimia

dari unsur-unsur tersebut lebih tinggi karena konfigurasi elektron kurang stabil.

Untuk membentuk senyawa, atom berusaha mencapai energi terendah yang

mungkin.

Tahun 1916, Gilbert Lewis memberikan penjelasan mengapa atom

cenderung membentuk ion dan molekul. Dia menyarankan aturan Oktet : Atom-

atom bereaksi dengan mengubah jumlah elektronnya sehingga mencapai

kestabilan struktur elektron seperti gas mulia. Gas mulia, kecuali helium,

memiliki delapan elektron (ns2 np6) pada tingkat energi tertinggi. Aturan oktet

dirumuskan berdasarkan hal tersebut. Atom unsur logam mengikuti aturan oktet

dengan melepaskan elektron membentuk ion bermuatan positif atau kation. Atom

dari unsur non logam mengikuti aturan oktet dengan menerima elektron

membentuk ion bermuatan negatif atau anion.

Kation adalah atom atau sekelompok atom yang bermuatan positif. Kation

umumnya terbentuk dari atom logam yang kehilangan elektron. Sodium, golongan

IA, pada tabel periodik memiliki elektron berjumlah 11 termasuk satu elektron

valensi. Ketika membentuk senyawa, atom sodium kehilangan satu elektron

valensinya dan memiliki konfigurasi elektron mirip neon, gas mulia. Ion sodium

memiliki delapan elektron (oktet) pada tingkat energi tertinggi. Karena jumlah

proton pada inti sodium masih 11, kekurangan satu muatan negatif menghasilkan

ion sodium bermuatan positif.

Na 1s2 2s2 2p6 3s1

Na+ 1s2 2s2 2p6

oktet

104

Page 105: kimia dasar

Konfigurasi elektron dari ion sodium mirip dengan atom neon. Keduanya

memiliki delapan elektron terluar

Ne 1s2 2s2 2p6

Ionisasi secara sederhana ditunjukkan dengan menggunakan struktur

Lewis.

Na . kehilangan elektron valensi Na+ + e-

ionisasi

atom Na Ion sodium elektron

(tidak bermuatan = 0) ( tanda + menunjukkan (tanda - menunjukkan

1 unit muatan positif) 1 unit muatan negatif)

Ada beberapa ion yang tidak memiliki konfigurasi elektron seperti gas

mulia (ns2 np6). Ini merupakan penyimpangan dari aturan oktet. Contoh perak,

dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s1 untuk

membentuk struktur seperti gas krypton, atom perak harus kehilangan 11 elektron.

Cara lain, perak bisa menerima 7 elektron untuk mencapai konfigurasi elektron

seperti gas xenon dan hal tersebut kemungkinan kecil terjadi karena ion dengan

muatan lebih dari tiga tidak umum.

Perak tidak bisa membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia.

Konfigurasi elektron terluar menjadi 4s2 4p6 4d10 jika perak kehilangan elektron

pada 5s1. Konfigurasi ini, dengan 18 elektron pada tingkat energi terluar, relatif

stabil. Perak memiliki konfigurasi elektron gas mulia semu. Perak membentuk ion

bermuatan positif. Beberapa unsur lain juga memiliki sifat yang sama dengan

perak untuk deret logam transisi. Ion Cu+, Au+, Cd2+, dan Hg2+ memiliki

konfigurasi elektron gas mulia semu.

5.2.3 Konfigurasi Elektron Stabil Untuk Anion

Anion adalah sebuah atom atau sekelompok atom yang bermuatan negatif.

Atom dari unsur non logam lebih mudah mencapai konfigurasi elektron stabil

dengan menerima elektron daripada melepaskan elektron. Contoh, klorin,

golongan VIIA, golongan halogen pada tabel periodik, menerima satu elektron

menghasilkan ion klorida. Klorin adalah anion yang memiliki muatan negatif

105

Page 106: kimia dasar

tunggal. Atom klorin membutuhkan satu elektron valensi untuk mencapai

konfigurasi elektron seperti gas mulia, argon.

Cl 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5

Cl- 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

oktet

Ion klorida memiliki 8 elektron (oktet) pada tingkat energi tertinggi sama

dengan konfigurasi elektron dari argon.

Ar 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

oktet

Struktur Lewis bisa digunakan untuk menuliskan persamaan yang

menunjukkan pembentukan ion klorida dari atom klorin

.. ..: Cl . + e- kehilangan elektron valensi : Cl- : .. ionisasi ..

atom klorin Ion klorida

Anion dari klorin dan halogen lainnya menerima elektron untuk

membentuk ion-ion halida. Sebuah atom untuk tiap halogen memiliki 7 elektron

valensi dan menerima satu elektron untuk mencapai konfigurasi elektron seperti

gas mulia. Oleh karena itu, ion-ion halida memiliki muatan -1; F-, Cl-, Br-, dan I-.

Soal :

106

Atom Klor (Cl) Ion Klorida (Cl-) Sodium klorida (NaCl) struktur Kristal mengandung ion Na+ dan ion Cl-

Menangkap e-

Melepas e-

Kehilangan e-

Atom Sodium (Na) Ion sodium (Na+)

Page 107: kimia dasar

1. Berapa banyak elektron yang ditangkap atau dilepaskan oleh unsur berikut

untuk membentuk ion ?

a. Ca b. F c. Al d. O

2. Ion apakah yang dibentuk oleh unsur berikut pada saat elektron valensi

dilepaskan atau ditangkap dan mencapai konfigurasi gas mulia?

a. S b. Na c. F d. Ba

107

Page 108: kimia dasar

5.2.4 Senyawa ionik

Anion dan kation memiliki muatan berlawanan. Keduanya tertarik satu

sama lain oleh gaya elektrostatik. Gaya tarik yang mengikat dua ion yang

muatannya berlawanan disebut ikatan ion. Senyawa ionik adalah kelompok ion

netral yang berikatan oleh adanya gaya elektrostatik. Pada senyawa ionik, muatan

positif kation harus sama dengan muatan negatif anion.

Untuk mempelajari ikatan ion, sebagai contoh reaksi antara atom sodium

dan atom klorin (gambar 5.1). Dalam membentuk senyawa, sodium memiliki

elektron valensi tunggal yang mudah dilepaskan. Klorin memiliki 7 elektron

valensi dan mudah menerima satu elektron. Ketika sodium dan klorin bereaksi

membentuk senyawa, rasio muatan 1:1. Atom sodium memberikan satu elektron

valensi pada atom klorin.

Gambar 5.1. Pembentukan Ikatan Ion antara sodium dan klorin

1s2 2s2 2p6 3s1 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 1s2 2s2 2p6 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

oktet oktet

Ne Ar

1s2 2s2 2p6 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

oktet oktet

Makin besar perbedaan keelektronegatifan makin besar pula karakter

ioniknya terkecuali F dan Cs, F memiliki keelektronegatifan paling kuat,

sedangkan Cs memiliki keelektronegatifan paling lemah, sehingga ikatannya tidak

sepenuhnya ionik. Bagaimanapun juga ikatan kovalen murni ada dalam molekul

yang tersusun oleh atom yang sama (H2, Cl2, C-C) atau molekul yang tersusun

dari atom yang memiliki keelektronegatifan yang hampir sama, contoh: C-H.

Dalam logam gaya tarik berasal dari elektron yang terdelokalisasi sedang

dalam senyawa ionik berasal dari gaya tarik menarik antara ion positif dan

negatif. Dalam senyawa ini, partikel-partikel bermuatan diposisikan pada jarak yg

sama satu dengan yang lainnya, sehingga ikatan dalam molekul sulit dipisahkan

(diskrit). Dalam logam, setiap atom biasanya diposisikan pada jarak yang sama

Page 109: kimia dasar

dengan 6, 8 atau 12 atom yang lainnya yang menunjukkan bahwa ikatan dengan

seluruh atom-atom yang berbeda ini memiliki kekuatan yang sama.

Soal

1. Gunakan struktur Lewis untuk menentukan rumus kimia dari senyawa ionik

yang dibentuk dari gabungan unsur-unsur berikut :

a. K dan I b. Ca dan S

c. Al dan O d. Na dan P

2. Tulislah nama senyawa ionik pada soal nomor 3!

3. Gunakan muatan ionik untuk menuliskan rumus kimia dari senyawa ionik

pada soal nomor 3!

5.2.5 Sifat Senyawa Ionik

Umumnya senyawa ionik merupakan padatan kristalin pada suhu kamar.

Komponen molekul, atom atau ion dari kristal tersusun sedemikian rupa dalam

pola tiga dimensi. Pada padatan NaCl, satu ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- dan 1

ion Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+. Penyusunan ini dikarenakan gaya tarik yang

kuat antar ion dan gaya tolak yang kecil. Gaya tarik yang kuat menghasilkan

struktur stabil. Ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa senyawa ionik umumnya

memiliki titik leleh sangat tinggi.

Penyusunan ion NaCl dalam tiga dimensi ditunjukkan pada gambar 5.2.

Karena masing-masing ion Na+ dikelilingi 6 ion Cl-, maka bilangan koordinasinya

adalah 6. Bilangan koordinasi menunjukkan jumlah ion yang muatannya

berlawanan mengelilingi masing-masing ion dalam kristal. Tiap ion Cl- dikelilingi

oleh ion Na+ dan memiliki bilangan koordinasi 6.

Gambar 5.2. Struktur NaCl dalam 3 dimensi

Page 110: kimia dasar

CsCl memiliki rumus empiris yang mirip dengan NaCl. Keduanya

memiliki kristal kubik tetapi struktur kristal di dalamnya berbeda. Tiap ion Cs+

dikelilingi 8 ion Cl- dan tiap ion Cl- dikelilingi oleh 8 ion Cs+. Kedua anion dan

kation pada CsCl memiliki bilangan koordinasi 8.

Rutil adalah bentuk kristal dari titanium dioksida (TiO2). Senyawa ini

memiliki bilangan koordinasi 6 untuk kation Ti4+. Tiap ion Ti4+ dikelilingi 6 ion

O2-. Bilangan koordinasi 3 untuk anion O2-. Tiap ion O2- dikelilingi oleh 3 ion Ti4+.

Bentuk kristalnya tetragonal. Struktur dalam dari kristal ditentukan dengan

menggunakan difraksi kristalografi sinar X. Pola yang dibentuk sinar X melalui

kristal pada film sinar X digunakan untuk menghitung jarak dan posisi ion dalam

kristal.

Senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik. Contoh, ketika NaCl

meleleh ( = 800oC). Struktur kristalnya rusak sehingga tiap ion bebas bergerak.

Jika arus dilewatkan pada lelehan, kation bermigrasi ke satu elektroda dan anion

bermigrasi ke elektroda lainnya. Pergerakan ion ini artinya ada aliran listrik antara

dua elektroda. Ini merupakan sifat khas dari senyawa ionik dimana dapat

menghantarkan arus listrik pada saat dalam wujud lelehan. Senyawa ionik

menghasilkan konduktivitas listrik jika dilarutkan dalam air. Ketika senyawa

dilarutkan, ion-ion bebas bergerak. Senyawa ionik hanya larut dalam pelarut polar

(air) yang dapat memutus ikatan ionik dengan sifat polaritasnya dan membentuk

ion hidrat (ion yang diseliputi dengan mantel air).

5.2.6 Energi Kisi dan Siklus Born Haber

Energi kisi ialah besarnya energi yang dilepaskan, jika ion-ion positif dan

negatif yang terpisah dimungkinkan untuk berdekatan membentuk kristal ion yang

tersusun dari 1 mol unit rumus suatu senyawa atau energi kisi dapat didefinisikan

sebagai besarnya energi yang diperlukan untuk memecah kristal ion, sehingga

terjadi pemisahan sempurna dari 1 mol senyawa menjadi ion-ionnya. Semakin

kuat gaya di antara ion-ion, semakin sulit memecahkan kristal. Gaya tarik di

antara sepasang ion yang bermuatan berlawanan meningkat dengan semakin

meningkatnya muatan ion atau dengan semakin menurunnya ukuran ion.

Page 111: kimia dasar

Energi kisi pada kebanyakan senyawa ion cukup besar sehingga ion-ion

sukar melepaskan diri begitu saja dan berubah ke fasa gas. Padatan ion sukar

menyublim pada suhu kamar. Semua padatan ion dapat meleleh jika diberi cukup

energi panas untuk memecahkan struktur kristal. Pada umumnya semakin tinggi

energi kisi, semakin tinggi titik leleh. Perhitungan energi kisi memberikan

gambaran sehubungan dengan hukum Hess dan dua sifat atom, yaitu energi

ionisasi dan afinitas elektron.

Untuk menghitung energi kisi dari NaCl(p) misalnya, meliputi 5 tahap

dimana metode yang digambarkan pada gambar 5.3 dikembangkan oleh ahli fisika

Jerman Max Born dan kimiawan Frits Haber, dan dikenal sebagai siklus Born

Haber.

Gambar 5.3. Diagram entalpi untuk menentukan energi kisi (U) dari NaCl(p)

 

5.3 Ikatan Kovalen dan Kepolaran Ikatan

5.3.1 Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen dibentuk dari penggunaan bersama pasangan elektron antar

atom. Atom hidrogen dan unsur nonlogam pada golongan IVA, VA, VIA, dan

VIIA pada tabel periodik cenderung membentuk ikatan kovalen. Penggunaan

bersama pasangan elektron terjadi ketika atom yang terlibat dalam ikatan berusaha

mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Konfigurasi elektron stabil

mengandung 8 elektron valensi (oktet) kecuali untuk atom hidrogen. Hidrogen

membutuhkan satu elektron lagi untuk membentuk konfigurasi elektron stabil

seperti helium (duplet).

Page 112: kimia dasar

Hidrogen adalah contoh atom sederhana. Atom hidrogen memiliki satu

elektron valensi. Penggunaan bersama pasangan elektron antar atom hidrogen

membentuk molekul diatomik (gambar 5.4.a). Tiap molekul hidrogen memiliki

konfigurasi elektron stabil seperti helium, yang memiliki dua elektron valensi.

Ikatan kovalen tunggal terbentuk ketika terjadi penggunaan bersama pasangan

elektron antara dua atom. Rumus kimia untuk molekul hidrogen (H2) :

H . + . H H : H pasangan elektron ikatan

atom hidrogen atom hidrogen molekul hidrogen

Gambar 5.4.a. Struktur Molekul Hidrogen

Rumus struktur adalah rumus kimia yang menunjukkan susunan atom

dalam molekul dan ion poliatom. Garis yang ada antar atom pada rumus struktur

menunjukkan pasangan elektron yang digunakan bersama.

Rumus H2, menunjukkan perbedaan antara rumus kimia pada senyawa ion

dan senyawa kovalen. Rumus kimia untuk senyawa ion menunjukkan rumus

empiris. Rumus kimia untuk senyawa kovalen menunjukkan rumus molekul.

Senyawa ion tidak memiliki rumus molekul karena senyawa ion tidak

mengandung molekul. Rumus empiris tembaga (II) oksida adalah CuO dan bukan

Cu2O2 karena CuO mewakili sampel terkecil yang bermuatan netral yang

mewakili kandungan unsur dalam tembaga (II) oksida. Molekul hidrogen

mengandung dua atom hidrogen yang terikat bersama. Gambar 5.4.b

menunjukkan perbedaan antara senyawa ionik dan senyawa kovalen.

Gambar 5.4.b Perbedaan antara senyawa ionik dan senyawa kovalen.

Page 113: kimia dasar

Senyawa kovalen (H2O)

Molekul diatomik dari golongan halogen terbentuk melalui ikatan kovalen

tunggal. Contohnya fluor. Karena atom fluor memiliki tujuh elektron valensi,

maka atom fluor membutuhkan satu elektron untuk mencapai konfigurasi elektron

seperti unsur neon. Melalui penggunaan bersama pasangan elektron, dua atom

fluor mencapai kestabilan menghasilkan ikatan kovalen tunggal (gambar 5.5).

.. .. .. .. .. ..

: F . + : F . : F : F : atau : F – F :.. .. .. .. .. ..

atom fluor atom fluor molekul fluor

Perhatikan tiap atom fluor mengunakan hanya satu pasang elektron

valensi. Elektron valensi yang tidak digunakan bersama antar atom disebut

elektron sunyi atau elektron nonbonding.

Gambar 5.5. Struktur Molekul Fluor

5.3.2 Ikatan Kovalen Rangkap Dua dan TigaAtom bisa menggunakan lebih dari satu pasang elektron untuk mencapai

kestabilan, membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia. Ikatan kovalen

rangkap dua melibatkan dua pasang elektron. Ikatan kovalen rangkap tiga

melibatkan tiga pasang elektron.

Oksigen, O2, adalah contoh molekul yang memiliki ikatan kovalen

rangkap dua berdasarkan hukum oktet. Atom oksigen, dengan enam elektron

valensi, bisa menggunakan dua pasangan elektron secara bersama dengan atom

oksigen lainnya membentuk ikatan kovalen rangkap dua.

Senyawa Ionik (NaCl)

Page 114: kimia dasar

.. .. .. .. .. ..: O : + : O : : O :: O : atau : O = O :

atom oksigen atom oksigen molekul oksigen

Molekul nitrogen mengandung ikatan kovalen rangkap tiga. Tiap atom

nitrogen memiliki lima elektron valensi. Atom nitrogen membutuhkan tiga

elektron lagi untuk mencapai konfigurasi elektron seperti unsur neon. Tiap atom

nitrogen pada molekul nitrogen memiliki satu pasang elektron bebas.

5.3.3 Senyawa Kovalen

Struktur Lewis untuk molekul senyawa bisa ditulis sama seperti molekul

diatomik. Contohnya pada molekul air, amonia, metana, dan karbon dioksida.

Air adalah molekul triatom. Dua atom hidrogen menggunakan bersama

pasangan elektron dengan atom oksigen. Atom hidrogen dan oksigen mencapai

kestabilan konfigurasi elektron gas mulia melalui pemakaian bersama pasangan

elektron. Atom oksigen dalam molekul air memiliki dua pasang elektron sunyi

(gambar 5.6).

Gambar 5.6. Struktur Molekul Air

Page 115: kimia dasar

Atom karbon memiliki empat elektron valensi dan membutuhkan empat

elektron lagi untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Molekul metana mengandung

empat atom hidrogen dan masing-masing menggunakan satu pasang elektron

bersama dengan atom karbon. Dengan cara ini ikatan C – H terbentuk.

Karbon dioksida mengandung dua atom oksigen yang masing-masing membentuk

ikatan kovalen rangkap dua dengan atom karbon.

.. .. .. .. .. ..: O : + : C : + : O : : O :: C :: O : atau : O = C = O :

atom oksigen atom karbon atom oksigen molekul karbon dioksida

atau

5.3.4 Ikatan Kovalen Koordinat

Ikatan kovalen koordinat terjadi jika hanya satu atom yang memberikan

pasangan elektron yang akan digunakan bersama dalam ikatan kovalen.

Contohnya, karbon monoksida. Atom karbon membutuhkan empat elektron lagi

untuk mencapai konfigurasi seperti unsur neon dan atom oksigen membutuhkan

dua elektron. Kedua atom bisa mencapai konfigurasi elektron stabil melalui ikatan

kovalen koordinat.

.. .. : O : + : C : : C :: O: : C ::: O :

atom oksigen atom karbon molekul karbon monoksida

Melalui ikatan kovalen rangkap dua, atom oksigen mencapai konfigurasi

elektron yang stabil tetapi tidak dengan atom karbon. Supaya atom karbon

memiliki konfigurasi elektron yang stabil, atom oksigen memberikan pasangan

Page 116: kimia dasar

elektron sunyi yang akan digunakan bersama dengan atom karbon untuk

membentuk ikatan kovalen koordinat.

Ikatan kovalen koordinat ditunjukkan oleh tanda panah pada rumus

struktur. Rumus struktur untuk karbon monoksida, dengan dua ikatan kovalen dan

satu ikatan kovalen koordinat, yaitu C = O. Ikatan kovalen koordinat mirip

dengan ikatan kovalen, yang berbeda hanya sumber pasangan elektron yang akan

digunakan bersama. Ion poliatom, amonium (gambar 5.7), memiliki ikatan

kovalen koordinat yang terbentuk jika ion hidrogen menarik pasangan elektron

bebas dari molekul amonia.

Gambar 5.7. Struktur Molekul Amonium

Kebanyakan kation atau anion poliatom memiliki ikatan kovalen dan

ikatan kovalen koordinat. Banyak ion poliatom bermuatan negatif. Atom pada ion

poliatom memiliki ikatan kovalen sehingga struktur Lewis bisa digunakan untuk

menggambarkan ion tersebut. Muatan negatif dari ion poliatom menunjukkan

jumlah elektron yang bertambah ke dalam elektron valensi dari atom. Ion

poliatom ditemukan sebagai bagian dari senyawa ion, penambahan elektron

mengimbangi muatan positif dari senyawa kation. Ion hidroksida mengandung ion

H, O dan elektron. Penambahan elektron menghasilkan muatan -1 pada molekul.

5.3.5 Resonansi

Perhatikan struktur Lewis dari ozon berikut. Perhatikan bahwa struktur

sebelah kiri bisa diubah menjadi struktur di sebelah kanan dengan menggeser

pasangan elektron tanpa mengubah posisi dari atom oksigen.

.. .. .. .. .. .. .. .. ..: O : + : O : + : O : : O :: O : O : : O : O :: O :

.. ..

Page 117: kimia dasar

Struktur menunjukkan ikatan di dalam ozon mengandung satu ikatan

kovalen koordinat dan satu ikatan kovalen rangkap. Ikatan kovalen rangkap

umumnya lebih pendek dibandingkan ikatan kovalen tunggal. Percobaan

menunjukkan bahwa kedua ikatan dalam ozon memiliki panjang yang sama. Hal

ini bisa dijelaskan jika ikatan dalam molekul ozon merupakan rata-rata dari dua

struktur Lewis.

Resonansi terjadi jika dua atau lebih struktur Lewis yang sebanding

digunakan untuk menggambarkan sebuah molekul. Kimiawan membayangkan

bahwa pasangan elektron bergerak maju dan mundur dengan sangat cepat, atau

beresonansi, antara struktur Lewis yang beraneka ragam. Tanda panah bolak balik

digunakan untuk menunjukkan dua atau lebih struktur yang beresonansi. Semakin

banyak struktur resonansi yang bisa ditulis, semakin stabil ion atau molekul.

5.3.6 Penyimpangan Hukum Oktet

Terkadang sulit untuk menuliskan struktur Lewis yang memenuhi hukum

Oktet. Ini terjadi jika jumlah elektron valensi pada unsur itu berjumlah ganjil.

Contohnya molekul NO2, mengandung 17 elektron valensi. Tiap oksigen

memberikan enam elektron dan nitrogen memberikan lima elektron. Dua struktur

resonansi yang mungkin untuk molekul NO2 :

.. .. .. .. .. ..: O = N – O . . O – N = O :

.. ..

Struktur di atas memiliki pasangan elektron sunyi. Tidak ada struktur

Lewis yang mengikuti hukum oktet untuk molekul NO2.

Elektron memiliki spin dan bermuatan listrik. Muatan listrik ini

menghasilkan medan magnet, mirip dengan arus listrik pada motor listrik yang

menghasilkan medan magnet. Pasangan elektron memiliki spin yang arahnya

berlawanan sehingga medan magnet bisa ditiadakan. Unsur yang memiliki

elektron yang berpasangan bersifat diamagnetik. Unsur diamagnetik menolak

dengan lemah medan magnet luar. Berlawanan dengan unsur paramagnetik yang

menunjukkan daya tarik kuat terhadap medan magnet luar. Unsur ini memiliki

molekul yang mengandung satu atau lebih elektron bebas. Sifat paramagnetik bisa

dikenali dengan mengukur massa dari unsur yang tidak ada dan yang kemudian

Page 118: kimia dasar

ada dalam medan magnet. Massa unsur akan ada lebih banyak di dalam medan

magnet jika unsur tersebut bersifat paramagnetik.

Sifat paramagnetik bisa membingungkan jika dibandingkan dengan sifat

feromagnetik. Sifat feromagnetik memiliki daya tarik lebih kuat terhadap medan

magnet. Ion Fe2+, Co2+, dan Ni2+ memiliki elektron bebas. Kebanyakan ion

terdispersi secara acak jika melalui logam. Di dalam medan magnet golongan ion

ini memiliki daya tarik magnet yang kuat. Daya tarik tersebut tetap ada meskipun

medan magnet dipindahkan.

Atom oksigen dikelilingi oleh delapan elektron membentuk molekul

oksigen. Struktur ini memiliki semua elektron yang berpasangan. Percobaan

menunjukkan bahwa oksigen bersifat paramagnetik. Sifat ini bisa dijelaskan

hanya jika molekul oksigen mengandung elektron bebas. Pengukuran jarak antara

atom oksigen menunjukkan bahwa molekul oksigen memiliki sifat ikatan yang

terus bertambah. Molekul oksigen memiliki struktur resonansi :

.. .. .. .. .. ..: O : + : O : : O - O : : O = O :

. .

Beberapa molekul seperti senyawa boron juga menyimpang dari hukum

oktet. Atom boron dalam boron trifluorida (BF3), sebagai contoh, kekurangan dua

elektron. Boron trifluorida bereaksi dengan amonia membentuk senyawa

BF3.NH3. Atom boron menerima elektron bebas dari amonia untuk melengkapi

hukum oktet.

.. ..: F : H : F : H

.. .. : F – B + : N – H : F – B N – H

: F : H : F : H .. ..Beberapa unsur, terutama fosfor dan sulfur, mengalami perluasan hukum

oktet yang terdiri dari 10 atau 12 elektron. Fosfor triklorida (PCl3) dan fosfor

pentaklorida (PCl5) merupakan senyawa yang stabil. Kedua senyawa tersebut

mengandung atom klor yang terikat pada atom fosfor. Ikatan kovalen dalam PCl3

Page 119: kimia dasar

mengikuti hukum oktet karena semua atomnya memiliki delapan elektron.

Struktur Lewis dari PCl5 bisa ditulis jika fosfor memiliki sepuluh elektron valensi.

Di dalam sulfur heksafluorida (SF6), atom sulfur memiliki 12 elektron valensi.

5.3.7 Ikatan Polar

Ikatan kovalen terbentuk oleh penggunaan bersama elektron antar atom.

Tidak semua ikatan kovalen sama. Sifat dari ikatan ini tergantung pada jenis dan

jumlah atom yang berikatan satu sama lain yang menentukan sifat dari molekul.

Ketika atom di dalam molekul jenisnya sama, elektron ikatan dipakai

secara sama dan ikatan tersebut merupakan ikatan kovalen nonpolar. Hidrogen

(H2), oksigen (O2) dan nitrogen (N2) memiliki ikatan kovalen nonpolar. Ketika

dua atom berbeda berikatan melalui ikatan kovalen, dan elektron ikatan dipakai

secara tidak sama, ikatan tersebut merupakan ikatan kovalen polar atau ikatan

polar. Atom dengan daya tarik elektron yang lebih kuat (semakin elektronegatif

atom) dalam ikatan polar menghasilkan muatan negatif. Atom yang memiliki

keelektronegatifan kecil menghasilkan muatan positif. Semakin besar

keelektronegatifan unsur, semakin besar kemampuan sebuah atom untuk

menerima elektron.

Contohnya molekul hidrogen klorida (HCl, gambar 5.8). Hidrogen

memiliki nilai keelektronegatifan 2,1 dan klor memiliki keelektronegatifan 3,0.

Ikatan kovalen di dalam hidrogen klorida adalah polar. Atom klor memiliki

muatan positif. Delta () digunakan untuk menunjukkan bahwa atom terlibat

dalam ikatan kovalen hanya memiliki muatan parsial, lebih kurang +1 atau -1.

+ -

H – Cl

Gambar 5.8. Ikatan Kovalen Polar HCl

Nilai min menunjukkan bahwa klor memiliki muatan negatif. Tanda

positif menunjukkan bahwa hidrogen memiliki muatan positif. Kepolaran ikatan

Page 120: kimia dasar

bisa diwakili dengan tanda panah yang menunjuk ke atom yang lebih

elektronegatif.

H - Cl

Ikatan O – H dalam molekul air juga bersifat polar. Oksigen yang lebih

elektronegatif mendorong elektron ikatan menjauh dari hidrogen. Oksigen

bermuatan negatif. Hidrogen bermuatan positif.

-

O O

atau

+ H H + H H

Keelektronegatifan menunjukkan jenis ikatan antara dua atom. Jika

perbedaan keelektronegatifan di antara dua atom lebih besar dari 2,0, ikatan

tersebut merupakan ikatan ion. Jika perbedaan keelektronegatifan lebih dari 0,4,

ikatan tersebut merupakan ikatan kovalen non polar.

5.3.8 Molekul Polar

Adanya ikatan polar dalam molekul membuat molekul tersebut polar.

Dalam molekul polar pada salah satu kutub molekul bermuatan negatif dan kutub

lainnya bermuatan positif. Contohnya, molekul hidrogen klorida, muatan parsial

atom hidrogen dan klor memiliki daerah yang bermuatan listrik atau kutub.

Molekul yang memiliki dua kutub disebut molekul dipolar atau dipol. Molekul

hidrogen klorida adalah dipol.

Pembentukan molekul polar bergantung pada bentuk molekul dan arah

dari ikatan polar. Molekul karbon dioksida, sebagai contoh, memiliki dua ikatan

polar dan bentuknya linier.

O = C = O

Karbon dan oksigen terbentang sepanjang sumbu aksis. Oleh karena itu

polaritas ikatan terabaikan karena arahnya berlawanan. Karbon dioksida adalah

molekul nonpolar. Molekul air memiliki dua ikatan polar, tetapi ikatan molekul

tersebut terdistorsi. Molekul air bersifat polar.

Page 121: kimia dasar

5.4 Energi Ikatan

Energi merupakan faktor penting yang menentukan kestabilan molekul.

Teori kuantum menunjukkan bahwa ikatan kovalen terbentuk karena atom-atom

yang terlibat mengalami penurunan energi pada saat mereka saling berdekatan

dibandingkan ketika mereka berjauhan. Teori kuantum juga menunjukkan bahwa

geometri molekul yang diamati dalam eksperimen adalah geometri yang

memberikan energi terendah bagi molekul itu. Energi yang harus diserap bila

ikatan dipecah menunjukkan kekuatan ikatan tersebut. Energi ikatan, kadang-

kadang disebut juga energi disosiasi ikatan, merupakan energi yang diperlukan

untuk memecah satu mol ikatan tertentu yang sedang dibahas. Ikatan energi

dilambangkan dengan Ed (“d“ disini berarti disosiasi) dan diukur langsung dalam

satuan kJ per mol.

Tabel 5.1. Energi Ikatan

Tabel 5.1 memuat energi ikatan untuk molekul diatomik tertentu. Ikatan

umumnya melemah dengan meningkatnya nomor atom, sebagaimana ditunjukkan

dengan menurunnya energi ikatan hidrogen halida berikut : HF > HCl > HBr >

HI. Namun, terdapat kelemahan pada molekul fluorin F2 (energi ikatannya jauh

Energi Ikatan dalam kJ/mol

Ikatan Tunggal

Ikatan Rangkap

Page 122: kimia dasar

lebih kecil daripada Cl2 dan sebanding dengan I2). Kekuatan ikatan menurun

sangat jauh dalam molekul diatomik dari N2 (945 kJ/mol) ke O2 (498 kJ/mol) ke

F2 (158 kj/mol).

Kita dapat menghitung energi ikatan rata-rata dari hasil pengukuran pada

sederet senyawa. Energi satu ikatan tertentu dalam senyawa yang berbeda akan

sedikit menyimpang dari nilai yang ditunjukkan, tetapi dalam banyak hal

penyimpangannya kecil.

5.5 Teori VSEPR

Struktur Lewis dan rumus struktur sulit menggambarkan bentuk molekul

tiga dimensi. Contoh, struktur Lewis dan rumus struktur dari metana

menunjukkan molekul secara dua dimensi.

Kenyataannya, molekul metana berada dalam tiga dimensi. Hidrogen pada

molekul metana berada pada keempat sisi dari padatan secara geometris, pada

struktur tetrahedron. Dalam penyusunannya, sudut H – C – H adalah 109,5o,

merupakan sudut tetrahedral. Teori tolakan pasangan elektron kulit terluar atau

teori VSEPR menjelaskan bentuk geometri molekul. Teori VSEPR menyatakan

bahwa karena tolakan pasangan elektron, molekul mengatur bentuknya sehingga

pasangan elektron valensi terpisah sejauh mungkin. Molekul metana memiliki

empat pasangan elektron ikatan dan tidak ada elektron sunyi. Pasangan elektron

ikatan terpisah sangat jauh ketika sudut antara atom pusat karbon dan hidrogen

yang terikat pada karbon sebesar 109,5o. Sudut ikatan H – C – H diketahui

berdasarkan percobaan. Penyusunan lainnya cenderung untuk mendekatkan dua

pasangan elektron.

Elektron sunyi memiliki peranan penting terhadap bentuk molekul.

Nitrogen dalam amonia dikelilingi oleh empat pasang elektron valensi, tetapi

terdapat 2 elektron sunyi. Tidak ada ikatan atom pada elektron sunyi. Elektron

sunyi menolak dengan kuat pasangan elektron ikatan, mendorongnya untuk saling

mendekat. Percobaan menunjukkan bahwa sudut ikatan H – N – H hanya 107o.

Bentuk dari molekul amonia adalah segitiga piramida.

Pada molekul air, oksigen membentuk ikatan kovalen tunggal dengan dua

atom hidrogen. Dua pasangan elektron ikatan dan 4 elektron sunyi membentuk

Page 123: kimia dasar

susunan tetrahedral di sekeliling atom pusat, oksigen. Meskipun molekul air

berbentuk planar tetapi terdistorsi. Dengan empat elektron sunyi menolak

pasangan elektron ikatan, sudut ikatan H – O – H mengecil. Percobaan

menunjukkan sudut ikatannya sebesar 105o.

Atom karbon pada CO2 memiliki elektron sunyi. Ikatan rangkap

menggabungkan atom oksigen dengan atom karbon sejauh mungkin ketika sudut

ikatan O=C=O 180o, sehingga bentuk molekulnya linear.

Penggambaran bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh

penggambaran struktur Lewis sebagai model 2 dimensi. Dalam teori VSEPR atom

pusat akan menempatkan secara relatif grup (bisa berupa atom atau pasangan

elektron) pada posisi tertentu. Prinsip dasarnya: masing-masing grup elektron

valensi ditempatkan sejauh mungkin satu sama lain untuk meminimalkan gaya

tolakan. Notasi yang dipakai: A = atom pusat, X = atom sekitar yang berikatan

dan E = grup elektron valensi yang tidak berikatan (sunyi)

Gambar 5.9. Jenis Geometri Molekul

Pasangan e- Susunan Pasangan Geometri Contohtotal Ikatan Bebas molekul

Jumlah Pasangan

Susunan Pasangan

Jumlah Pasangan

Susunan Pasangan

Page 124: kimia dasar

Pasangan e- Susunan Pasangan Geometri Contohtotal Ikatan Bebas molekul

Pasangan e- Susunan Pasangan Geometri Contohtotal Ikatan Bebas molekul

Page 125: kimia dasar

5.6 Teori Orbital Molekul

Pada saat 2 atom berikatan, orbital atom mengalami tumpang tindih untuk

menghasilkan orbital molekul. Tumpang tindih antar dua orbital atom

menghasilkan dua orbital molekul. Satu adalah orbital ikatan yaitu orbital molekul

yang memiliki energi lebih rendah daripada orbital atom sebelum orbital molekul

dibentuk, yang lainnya orbital anti ikatan, yaitu orbital yang memiliki energi lebih

tinggi daripada orbital atom sebelum orbital molekul dibentuk (gambar 5.11).

Orbital atom mengandung jenis atom tertentu. Orbital molekul

mengandung molekul dari atom. Jumlah orbital molekul sebanding dengan jumlah

orbital atom yang mengalami tumpang tindih. Jenis-jenis orbital atom dijelaskan

oleh gambar 5.12.

Gambar 5.11. Diagram Orbital Molekul

Page 126: kimia dasar

Tiap orbital atom menggambarkan paling banyak dua elektron. Orbital

atom setengah penuh jika mengandung satu elektron. Orbital atom penuh jika

mengandung dua elektron. Dua elektron dibutuhkan untuk mengisi pada tingkat

energi sama untuk membentuk orbital molekul ikatan atau anti ikatan.

Gambar 5.12. Tipe orbital atom

Page 127: kimia dasar

Konsep ini bisa digunakan untuk menjelaskan ikatan di dalam molekul

hidrogen. Orbital atom 1s dari dua atom hidrogen bertumpang tindih membentuk

molekul hidrogen dua elektron, satu dari masing-masing atom. Ketika elektron

mencapai energi terendah, elektron mengisi tingkat energi orbital molekul ikatan

(gambar 5.13).

Gambar 5.13. Diagram Orbital Molekul H2

Page 128: kimia dasar

Energi dari elektron pada orbital ikatan lebih rendah daripada energi dari

elektron yang terpisah pada atom hidrogen. Ini membuat molekul hidrogen stabil.

Gambar 5.14 menunjukkan pembentukan ikatan dan anti ikatan orbital molekul.

Gambar 5.14. Pembentukan ikatan dan anti ikatan orbital molekul

Pada orbital molekul ikatan terdapat kemungkinan menemukan elektron

diantara inti dari gabungan atom. Orbital ini simetris sepanjang sumbu aksis

antara atom hidogen. Ikatan sigma dibentuk ketika dua orbital atom bergabung

membentuk orbital molekul yang simetris sepanjang sumbu aksis menghubungkan

dua inti atom. Simbol dalam bahasa Yunani untuk sigma adalah (gambar 5.15).

Ikatan dihasilkan dari ketidakseimbangan antara inti gaya tarik dan gaya

tolak. Karena bermuatan berlawanan, inti dan elektron tertarik satu sama lain.

Karena bermuatan sama, inti menolak inti dan elektron menolak elektron lain.

Pada molekul hidrogen gaya tarik antara inti hidrogen dan elektron mempengaruhi

keseimbangan. Pada energi lebih tinggi atau orbital molekul anti ikatan, elektron

tidak berada diantara inti. Meskipun keseimbangan terjadi karena gaya tolak.

Gaya tolak terjadi jika dua atom helium bergabung membentuk molekul He2. Tiap

Page 129: kimia dasar

atom memiliki dua elektron 1s. Dua dari elektron masuk pada tingkat energi

ikatan dan dua lainnya masuk pada tingkat energi anti ikatan.

Pada kasus ini gaya anti ikatan lebih besar daripada gaya ikatan, meskipun

molekul He2 tidak stabil dibandingkan atom helium dan helium ada hanya dalam

bentuk atom.

Orbital atom p juga bertumpang tindih untuk membentuk orbital molekul.

Contoh, atom fluor terisi setengah penuh pada orbital 2p. Ketika dua atom fluor

bergabung, orbital mengalami tumpang tindih untuk membentuk orbital molekul

ikatan penuh. Orbital molekul ikatan menunjukkan kemungkinan besar

menemukan pasangan elektron antara nuklida yang bermuatan positif dari dua

atom fluor. Inti fluor tertarik ke daerah yang memiliki kerapatan elektron tinggi.

Daya tarik menahan atom berikatan dalam molekul fluor, F2. Tumpang tindih

pada orbital 2p menghasilkan orbital molekul simetris ketika diperlihatkan

sepanjang sumbu aksis ikatan F-F. Oleh karena itu ikatan F-F merupakan ikatan

sigma.

Soal

Apa yang dimaksud dengan ikatan sigma? Jelaskan dengan bantuan diagram

bagaimana pertumpangtindihan dua orbital 1s setengah penuh menghasilkan

ikatan sigma!

Pada molekul fluorin orbital atom p bertumpangtindih dari satu sisi ke sisi

lain. Pada beberapa molekul, orbital ini bisa bertumpangtindih sisi ke sisi.

Tumpang tindih sisi ke sisi pada orbital atom p menghasilkan orbital molekul pi.

Terjadi ikatan pi ketika orbital molekul pi diisi oleh dua elektron. Simbol Yunani

untuk pi adalah (gambar 5.15). Di dalam ikatan pi, elektron ikatan lebih mudah

ditemukan pada daerah berbentuk lonjong di atas dan di bawah inti dari atom

yang berikatan. Orbital bertumpang tindih pada ikatan pi tidak seluas pada ikatan

sigma. Oleh karena itu ikatan pi cenderung lebih lemah daripada ikatan sigma.

Gambar 5.15. Ikatan sigma dan Ikatan pi

Page 130: kimia dasar

5.6.1 Model Molekul

Model bola dengan warna yang berbeda-beda dan stik mewakili atom

(gambar 5.16). Kuning mewakili hidrogen, hitam untuk karbon, dan merah untuk

oksigen. Ikatan diwakili oleh stik kayu atau pegas logam yang sesuai dengan

lubang yang ada pada bola dengan sudut 109,5o. Jumlah lubang tiap bola sama

dengan jumlah ikatan atom. Hidrogen memiliki satu ikatan, oksigen dua, dan

karbon memiliki empat. Elektron tidak berpasangan tidak diperhitungkan. Model

bola dan stik menunjukkan dengan sangat jelas sudut ikatan dalam molekul.

Walaupun tidak secara akurat mewakili ukuran relatif atom atau panjang ikatan.

Model space-filling dibuat dari bola plastik. Ukuran tiap bola dengan tepat

mewakili ukuran relatif dari atom. Panjang ikatan juga bisa diukur. Model ini

tidak memberikan kesan menyimpang dari ruang kosong antara atom dalam

molekul.

Ilmuwan organik dan biokimiawan menggunakan komputer untuk

menciptakan model molekul yang dibentuk dari ratusan atom. Banyak reaksi

biokimia bergantung pada senyawa yang memiliki bentuk tertentu dengan rumus

tertentu. Dengan menggunakan perlengkapan khusus, ahli kimia bisa melihat

bentuk tiga dimensi dari molekul kompleks pada layar komputer. Ini

Page 131: kimia dasar

memungkinkan untuk membuat molekul bergerak ke sisi lain, mengecilkan

molekul, atau memotong bagian molekul pada layar.

Gambar 5.16. Model Molekul

5.7 Hibridisasi

Struktur Lewis dan gabungan dari elektron bebas di dalam orbital adalah

dua cara untuk menjelaskan ikatan kovalen. Teori VSEPR menggambarkan

bentuk molekul. Cara lain untuk menggambarkan molekul baik bentuk dan

ikatannya adalah dengan cara hibridisasi orbital. Dengan hibridisasi beberapa

orbital atom digabung untuk membentuk jumlah yang sama dari orbital padanan

yang sesuai.

Hibridisasi bisa digunakan untuk menggambarkan molekul metana. Satu

elektron pada 2s dan tiga elektron pada orbital 2p dari atom karbon bergabung

untuk membentuk 4 elektron pada hibridisasi sp3. Bentuk molekulnya tetrahedral

dengan sudut 109,5o. Elektron pada orbital sp3 dari karbon bertumpang tindih

dengan elektron pada orbital 1s dari empat atom hidrogen (gambar 5.17).

Kemungkinan besar terjadi tumpang tindih dengan elektron pada orbital 1s dari

atom hidrogen. Delapan elektron valensi yang tersedia mengisi orbital molekul

untuk membentuk empat ikatan sigma C – H.

Gambar 5.17. Ikatan Kimia pada Molekul Metana

Page 132: kimia dasar

Hibridisasi juga berguna untuk menggambarkan ikatan kovalen rangkap

dua. Etena sebagai contoh. Etena memiliki ikatan rangkap dua C = C dan empat

ikatan tunggal C – H.

H H

C = C

H H

Berdasarkan percobaan menunjukkan bahwa sudut ikatan H – C – H

sebesar 120o. Pada etena, orbital sp2 dihasilkan dari gabungan satu elektron pada

orbital 2s dan dua elektron pada orbital 2p dari atom karbon (gambar 5.18). Tiap

orbital hibrid terpisah satu sama lain dengan sudut 120o. Dua elektron pada orbital

sp2 dari masing-masing atom karbon membentuk ikatan sigma dengan empat

elektron pada orbital 1s dari empat atom hidrogen. Tiga elektron pada orbital sp2

dari dua atom karbon bertumpang tindih membentuk ikatan sigma karbon –

karbon. Orbital nonhibridisasi, 2p, bertumpang tindih dari satu sisi ke sisi yang

lain untuk membentuk ikatan pi. Jumlahnya 12 elektron mengisi enam orbital

ikatan. (Dua karbon masing-masing memberikan empat elektron dan empat atom

hidrogen masng-masing memberikan satu elektron). Molekul etena terdiri dari

lima ikatan sigma dan satu ikatan pi.

Ikatan sigma dan ikatan pi merupakan ikatan kovalen. Ikatan ini tergambar

seperti rumus strukturnya. Ikatan pi lebih lemah dibandingkan ikatan sigma. Pada

reaksi kimia dari C = C, ikatan pi mudah dipecah dibandingkan ikatan sigma.

Gambar 5.18. Ikatan Kimia pada Molekul Etilen (Etena)

Page 133: kimia dasar

Bentuk ketiga dari ikatan kovalen adalah ikatan kovalen rangkap tiga,

contohnya pada etuna, C2H2. Nama lain dari etuna adalah asetilen.

Hibridisasi menggambarkan etuna berdasarkan sifat molekul tersebut.

Bentuk molekul etuna adalah linear. Jika sebuah elektron pada orbital 2s dari

atom karbon bergabung dengan salah satu elektron dari tiga elektron pada orbital

2p akan menghasilkan hibridisasi sp untuk masing-masing karbon (gambar 5.19).

Ikatan sigma C – C terbentuk dari tumpang tindih dari elektron pada orbital sp

dari masing-masing atom karbon. Elektron pada orbital sp lainnya dari masing-

masing karbon bertumpang tindih dengan elektron pada orbital 1s dari masing-

masing hidrogen. Pasangan elektron yang tersisa pada orbital p dari masing-

masing karbon bertumpang tindih dari satu sisi ke sisi yang lain membentuk dua

ikatan pi. Sepuluh elektron mengisi lima orbital molekul ikatan. Ikatan kimia pada

molekul etuna terdiri atas tiga ikatan sigma dan dua ikatan pi.

Gambar 5.19. Ikatan Kimia pada Molekul Asetilen (Etuna)

Page 134: kimia dasar

Gambar 5.20 menunjukkan jenis-jenis dari orbital yang dihasilkan melalui

hibridisasi.

6. GAS

6.1 Wujud, Sifat dan Variabel Gas

Pada tingkat makroskopik, gas dibedakan dari cairan dan padatan karena

nilai rapatan massa (mass density) gas jauh lebih kecil (paling mudah diukur

dalam gram per cm3). Pada tingkat mikroskopik, rapat bilangan (number density)

(jumlah molekul per cm3 sampel) lebih kecil dan jarak diantara molekul jauh lebih

besar daripada dalam cairan dan padatan. Molekul tanpa muatan listrik akan

menghasilkan gaya nyata terhadap molekul lainnya hanya bila mereka berdekatan.

Akibatnya, bila mempelajari gas, interaksi diantara molekul gas dapat diabaikan

dan menganggap tumbukan sebanyak-banyaknya terjadi antara dua molekul saja.

Page 135: kimia dasar

Suatu gas tak mempunyai bentuk; gas mengambil bentuk dari wadahnya;

gas tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat dimampatkan maupun

dimuaikan menurut perubahan ukuran wadah. Volume wadahnya adalah volume

gas.

Bangsa Yunani menganggap udara merupakan salah satu dari 4 unsur

utama di alam. Komposisi bumi dari udara (tabel 6.1) tidak diakui sampai akhir

abad ke-18 sewaktu Lavoiser, Priestley, dan lainnya menunjukkan bahwa udara

terutama terdiri atas dua jenis zat : oksigen dan nitrogen. Oksigen dicirikan oleh

kemampuannya mendukung kehidupan. Lebih dari 100 tahun berlalu sebelum

udara direanalisis secara cermat, yang menunjukkan bahwa oksigen dan nitrogen

hanya menyusun 99% dari volume total, dan sebagian besar dari 1% sisanya

adalah gas baru yang disebut argon. Gas mulia lainnya (helium, neon, kripton,

xenon) ada di udara dalam jumlah yang jauh lebih kecil.

Tabel 6.1. Komposisi udara

Penyusun Rumus Fraksi Volume

Nitrogen N2 0,78110Oksigen O2 0,20953Argon Ar 0,00934Karbon dioksida

CO2 0,00034

Neon Ne 1,82 x 10-5

Helium He 5,2 x 10-6

Metana CH4 1,5 x 10-6

Kripton Kr 1,1 x 10-6

Hidrogen H2 5 x 10-7

Dinitrogen Oksida

N2O 3 x 10-7

Xenon Xe 8,7 x 10-8

Page 136: kimia dasar

Gas terbentuk bila cairan menguap. Uap air di udara dari penguapan air

merupakan contoh yang paling dikenal; uap ini menyebabkan kelembapan udara.

Gas juga terbentuk lewat reaksi kimia. Bila dipanaskan, beberapa padatan

terurai menghasilkan gas, contoh penguraian merkuri (II) oksida menjadi merkuri

dan oksigen.

2HgO(s) kalor CaO(s) + CO2(g)

Reaksi ini digunakan oleh Joseph Priestley. Bahkan sebelumnya (1756)

Joseph Black telah menunjukkan bahwa marmer, yang terdiri atas CaCO3 terurai

jika dipanaskan menghasilkan kapur tohor (CaO) dan karbon dioksida :

CaCO3(s) kalor CaO(s)+ CO2(g)

Amonium klorida (NH4Cl) juga terurai jika dipanaskan menghasilkan dua

gas, amonia dan hidrogen klorida.

NH4Cl(s)kalor NH3(g) + HCl(g)

Beberapa reaksi pembentukan gas berlangsung secara eksplosif.

Penguraian nitrogliserin merupakan detonasi yang semuanya menghasilkan gas:

4C3H5(NO3)3(l) 6N2(g) + 12CO2(g) + O2(g) + 10H2O(g)

Beberapa unsur bereaksi dengan oksigen membentuk oksida gas :

S(s) + O2(g) SO2(g)

2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

N2(g) + O2(g) 2NO(g)

2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)

Reaksi asam dengan padatan ionik tertentu merupakan golongan reaksi

penting yang menghasilkan gas. Karbondioksida dihasilkan dari reaksi asam

klorida dengan karbonat.

CaCO3(s) + 2HCl(g) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(l)

Gas-gas yang baru dibahas tersebut menunjukkan sifat kimia yang sangat

beragam. Sebagai contoh HCl dan SO3, sangat reaktif, bersifat asam dan korosif,

sedangkan lainnya, seperti N2O dan N2, kurang reaktif. Meskipun sifat kimia gas

sangat beragam, sifat fisis semua gas sama saja yang mendekati gas “ideal”.

Tiga sifat yang menjelaskan tentang gas ialah volume (V), tekanan (P),

dan suhu (T).

Page 137: kimia dasar

a. Volume

Bila gas dimasukkan ke dalam suatu wadah, molekul-molekulnya akan

bergerak secara bebas dan akan menempati seluruh volume wadah tersebut.

Akibatnya, volume gas berdasarkan volume dari wadahnya. Gas akan bercampur

satu sama lain secara bebas bila ada beberapa macam gas dalam campuran, maka

volume dari tiap komponen gas sama dengan volume wadah yang ditempati

seluruh macam gas.

b. Tekanan

Gaya yang diberikan oleh gas pada satu satuan luas dinding wadah disebut

tekanan gas. Hal ini ditunjang oleh eksperimen yang dilakukan oleh Evangelista

Torricelli (1608 – 1647). Ia menutup tabung kaca panjang di satu ujungnya dan

mengisinya dengan merkuri. Kemudian ia menutup ujung yang terbuka dengan

ibu jarinya, membalikkan tabung itu dan mencelupkannya dalam mangkuk berisi

merkuri dengan hati-hati agar tidak ada udara masuk. Merkuri dalam tabung

turun, meninggalkan ruang gas yang nyaris hampa pada ujung yang tertutup,

tetapi tidak semuanya turun dari tabung. Merkuri ini berhenti jika mencapai 76 cm

di atas aras merkuri dalam mangkuk. Torricelli menunjukkan bahwa tinggi aras

yang tepat sedikit beragam dari hari ke hari dan dari satu tempat ke tempat lain.

Piranti sederhana ini disebut barometer (gambar 6.1) bekerja seperti neraca, salah

satu lengannya dibebani dengan merkuri dalam tabung dan lengan lainnya berupa

kolom udara dengan luas potongan melintang yang sama yang memanjang ke

atmosfer bumi, sekiar 150 km ke atas. Tinggi kolom merkuri menyesuaikan diri

dengan demikian massanya berubah-ubah; inipun berlaku untuk massa kolom

udara (jadi, kedua gaya pada permukaan merkuri) menjadi sama. Perubahan tinggi

kolom dari hari ke hari terjadi karena gaya yang ditimbulkan oleh atmosfer

beragam bergantung pada cuaca. Barometer pada ketinggian tertentu memiliki

sebagian atmosfer di bawahnya sehingga nilai yang terbaca akan lebih rendah

dibandingkan barometer yang terletak di permukaan laut, jika pengaruh cuaca

diabaikan.

Gambar 6.1. Barometer

Page 138: kimia dasar

Terdapat hubungan antara temuan Torricelli dan tekanan atmosfer

berdasarkan hukum kedua Newton mengenai gerakan, yang menyatakan bahwa

Gaya = massa x percepatan

F = ma

Dengan percepatan benda (a) adalah laju yang mengubah kecepatan.

Semua benda saling tarik menarik karena gravitasi, dan gaya tarik mempengaruhi

percepatan setiap benda. Percepatan baku akibat medan gravitasi bumi (g) sama

dengan 9,80665 m s-2. Tekanan ialah gaya per satuan luas, atau gaya total F dibagi

luas A :

karena volume merkuri dalam tabung adalah V = Ah,

jika rapatan dinyatakan sebagai = m/V, persamaan ini dapat ditulis sebagai :

P = gh

dengan persamaan ini dapat dihitung tekanan yang ditimbulkan oleh atmosfer.

Rapatan merkuri pada 0oC, dalam satuan SI ialah :

= 13,5951 g cm-3

= 1,35951 x 104 kg m-3

dan tinggi kolom merkuri pada kondisi atmosfer biasa di dekat permukaan laut

mendekati 0,76 m (760 cm). Selanjutnya :

P = gh

P = (1,35951 x 104 kgm-3) x (9,80665 ms-2) x (0,76 m)

Page 139: kimia dasar

P = 1,01325 x 105 kg m-1 s-2

Tekanan dapat dinyatakan dengan berbagai satuan. Satuan SI ialah kg m-1

s-2 dan disebut Pascal (Pa). Satu atmosfer baku (1 atm) didefinisikan sebagai tepat

1,01325 x 105 Pa.

Tabel 6.2. Satuan Tekanan

Satuan Definisi atau hubunganPascal (Pa)BarAtmosfer (atm)Torr760 mm Hg (pada 0oC)14,6960 pon per inci persegi (psi, lb in-2)

1 kg m-1 s-2

1 x 105 Pa101.325 Pa1/760 atm

1 atm1 atm

c. Suhu

Pada skala celcius, titik beku ditetapkan pada suhu 0oC dan titik didih

(pada 1 atm) pada suhu 100oC. Pada skala Fahrenheit kedua suhu yang sama

adalah 32oF dan 212oF. Penetapan kedua titik ini tidak memecahkan masalah

pendefinisian skala suhu. Eter misalnya, mendidih pada tekanan atmosfer di

antara 0 dan 100oC, tetapi pada suhu berapa titik didihnya? Masalahnya ialah

bahwa suhu bukanlah kuantitas mekanis, seperti tekanan, jadi sukar didefinisikan.

Charles mengamati bahwa pada tekanan yang cukup rendah semua gas

memuai dengan jumlah relatif sama jika mereka memiliki suhu awal dan akhir

yang sama. Misalnya, memanaskan sampel N2 dari suhu beku air ke suhu

didihnya, menyebabkan gas memuai sampai 1,366 kali volume awalnya;

peningkatan volume yang sama sebesar 36,6% juga dijumpai pada O2, CO2, dan

gas lain. Perilaku universal ini menyiratkan bahwa suhu dapat dinyatakan sebagai

fungsi linear volume gas. Dengan demikian dapat ditulis

dengan V adalah volume gas pada suhu t, V0 adalah volume pada suhu beku air,

dan c meruupakan tetapan, yang sama untuk semua gas. Pada tahun 1802, Gay-

Lussac menemukan nilai untuk c sebesar 267oC. Eksperimen berikutnya

menghasilkan c = 273,15oC. Definisi suhu (dalam derajat Celcius) ialah

Page 140: kimia dasar

Suhu gas dapat diukur dengan mengambil sampel gas pada tekanan rendah

dan membandingkan volumenya dengan volume pada titik beku air. Untuk

penetapan suhu yang sangat cermat diperlukan tekanan yang rendah atau

diterapkan koreksi kecil.

Begitu suhu ditetapkan, kita dapat mengukur perubahan volume merkuri

akibat perubahan suhu. Hasil yang didapatkan hampir, tidak tepat linear.

Misalnya, jika termometer merkuri dikalibrasi untuk disesuaikan dengan

termometer gas pada 0oC dan 100oC dan jika skala di antaranya dibagi rata

menjadi 100 bagian untuk menandai setiap derajat, ada galat (error) kecil karena

penggunaan termometer ini. Suhu 40oC pada termometer gas akan dibaca sebagai

40,11oC pada termometer merkuri, yang menandakan bahwa volume merkuri cair

tidak berubah secara tepat linear dengan berubahnya suhu. Maka persamaannya

menjadi :

Dengan kata lain, volume gas berubah secara linear dengan berubahnya

suhu. Ini merupakan pernyataan umum hukum Charles (gambar 6.2). Suhu

negatif pada skala Celsius berhubungan dengan suhu di bawah titik beku air dan

tentu saja ini akan mendekati 0, dan jika t berada di bawah angka ini maka

volume akan menjadi negatif, sesuatu yang tidak mungkin. Dengan demikian kita

menduga bahwa t = -273,15oC merupakan limit dasar bagi suhu, yang tidak dapat

lagi diturunkan. Semua gas nyata mengembun menjadi cairan atau padatan

sebelum mencapai suhu nol mutlak, namun pendapat yang lebih cermat

menunjukkan bahwa tidak ada zat yang dapat didinginkan di bawah -273,15oC-

273,15oC. Suhu terdingin yang dapat dicapai adalah sekitar beberapa mikroderajat

di atas nol mutlak.

Gambar 6.2. Hukum Charles

Page 141: kimia dasar

Suhu nol mutlak merupakan pilihan logis yang dipaksakan sebagai titik

nol pada skala suhu. Cara termudah untuk menciptakan skala baru ialah dengan

menambahkan 273,15 pada suhu Celsius. Ini menghasilkan skala suhu Kelvin :

T (Kelvin) = 273,15 + t (Celsius)

huruf kapital T menunjukkan bahwa ini merupakan skala mutlak, yang satuannya

ialah kelvin (K). Jadi suhu 25,00oC sama dengan 273,15 + 25,00 = 298,15 K. Pada

skala ini hukum Charles menjadi

V T

(tekanan tetap dan jumlah gas tetap)

dengan tetapan proporsionalitas ditetapkan oleh tekanan tetap dan jumlah gas

yang ada. Nisbah volume yang ditempati pada dua suhu berbeda oleh sejumlah

gas tertentu pada tekanan tetap adalah

6.2 Hukum-Hukum Gas dan Persamaan Gas Ideal

Keadaan setiap gas ditentukan oleh sejumlah parameter, biasanya volume

(V), tekanan (P), suhu (T), dan jumlah mol (n). Keempat parameter tersebut

memiliki hubungan tertentu yang biasa dinyatakan sebagai fungsi volume, yaitu :

V = V (T, P, n) 6.1)

fungsi ini menunjukkan ketergantungan volume suatu gas terhadap parameter

suhu, tekanan, dan jumlah mol gas tersebut.

Besarnya perubahan volume yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan

parameter secara matematik dituliskan sebagai berikut:

Page 142: kimia dasar

dV = (V/T)p,n dT + (/P)T,n dP + (V/n)T,P dn 6.2)

Persamaan 6.2) memiliki tiga kuosien, yaitu kuosien pertama, (V/T)p,n

menyatakan perubahan volum yang diakibatkan oleh berubahnya suhu pada

tekanan dan jumlah mol yang tetap, dan seterusnya. Dengan demikian perubahan

total gas yang diakibatkan oleh perubahan suhu, tekanan, dan jumlah mol zat

dapat diketahui jika semua kuosiennya juga diketahui.

Hubungan antara parameter-parameter gas seperti diuraikan di atas,

membentuk suatu persamaan yang disebut persamaan keadaan gas. Untuk gas

ideal disebut Persamaan Keadaan Gas Ideal, sedangkan untuk gas nyata, dikenal

Persamaan Van der Waals, Persamaan Virial, dan sebagainya.

Gas ideal bukan gas yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan

gas nyata adalah gas yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Gas ideal

diasumsikan mempunyai sifat :

a. molekul-molekul gas tidak mempunyai volume, dan

b. antara sesama molekul gas tidak ada interaksi, baik tarik menarik maupun

tolak menolak.

Gas ideal dapat diserupai gas nyata bila gas nyata berada pada suhu yang

tinggi dan tekanan yang rendah. Persamaan keadaan gas ideal dapat diturunkan

dari berbagai pendekatan, diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan

hukum-hukum gas yang telah dikenal.

6.2.1 Hukum-Hukum Gas

6.2.1.1 Hukum Gay-Lussac dan Charles

Menurut hukum Gay-Lussac dan Charles (gambar 6.2), pada tekanan tetap

volum sejumlah tertentu gas berbanding lurus dengan suhu termodinamik (sering

juga disebut suhu mutlak, suhu Kelvin). Secara matematika, hukum tersebut

dinyatakan dengan persamaan berikut :

V T atau V = kT 6.3)

Persamaan 6.3) berarti bahwa : apabila sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap

suhunya berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka volumnya juga berubah

Page 143: kimia dasar

dengan perbandingan V/T yang selalu tetap (=k)

6.4)

Untuk mendapatkan kuosien pertama, maka persamaan 6.3) diturunkan

terhadap T, pada tekanan dan jumlah mol tetap, dan diperoleh persamaan :

(V/T)p,n = k 6.5)

Berdasarkan persamaan 6.3) juga diketahui :

V = kT k = V/T 6.6)

sehingga dengan menggantikan k pada persamaan 6.5) dengan persamaan

6.6) didapat

(V/T)p,n = V/T 6.7)

Persamaan 6.7) ini merupakan kuosien turunan pertama pada ruas kanan

persamaan 6.2).

6.2.1.2 Hukum Boyle

Menurut hukum Boyle, pada suhu tetap, volum sejumlah tertentu gas

berbanding terbalik dengan tekanannya. Hukum ini dirumuskan berdasarkan hasil

percobaan yang dilakukan oleh Boyle yang dideskripsikan oleh gambar 6.3.

Secara matematika dirumuskan dengan persamaan :

V = 1/P atau V = k/P 6.8)

Gambar 6.3. Percobaan Boyle

Page 144: kimia dasar

Persamaan 6.8) tersebut berarti

VP = k atau

V1P1 = V2P2 = k 6.9)

Jika persamaan 6.8) diturunkan terhadap P pada suhu dan jumlah mol tetap, maka

diperoleh persamaan

(/P)T,n = - (k/P2) 6.10)

apabila persamaan 6.9) dimasukkan ke persamaan 6.10) maka didapat

(/P)T,n = - (VP/P2) = - (V/P) 6.11)

Persamaan 6.11) merupakan nilai kuosien turunan suku kedua dari persamaan

6.2).

Hasil penelitian yang sangat cermat memperlihatkan bahwa hukum Boyle

berlaku untuk gas nyata hanya jika tekanan yang dimiliki mendekati nol dan juga

pada suhu yang sangat tinggi. Hukum Boyle (gambar 6.4) dapat dipahami sebagai

gambaran dari gas yang terdiri atas sejumlah besar molekul yang bergerak bebas,

tidak ada antaraksi antar molekul-molekulnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh

gas hanya disebabkan oleh tumbukan dari molekul gas terhadap dinding.

Penurunan volum mengakibatkan tumbukan molekul terhadap dinding menjadi

semakin sering, sehingga meningkatkan tekanan.

Gambar 6.4. Hukum Boyle

Page 145: kimia dasar

6.2.1.3 Hukum Avogadro

Menurut hukum Avogadro, pada suhu dan tekanan tetap, sejumlah tertentu

gas berbanding lurus dengan jumlah molnya.

V n V = k n

atau V/n = k 6.12)

Persamaan 6.12) berarti bahwa pada suhu dan tekanan yang tetap, jika

jumlah mol berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 maka volumnya akan berubah

dengan perbandingan V/n yang selalu tetap.

6.13)

Jika persamaan 6.12) diturunkan terhadap n pada suhu dan tekanan tetap, maka

diperoleh persamaan

(V/n)T,P = k = V/n 6.14)

Persamaan 6.14) merupakan kuosien suku ketiga dari persamaan 6.2).

6.2.1.4 Hukum Dalton

Untuk gas yang terdiri dari campuran gas ideal, maka persamaan gas ideal

menjadi

PV = nt RT 6.15)

dengan nt adalah jumlah total mol semua gas dalam volum V. Misalkan

dari tiga gas dengan jumlah mol masing-masing n1, n2, dan n3 maka persamaan

gas menjadi

PV = (n1 + n2 + n3) RT atau

P = (n1 + n2 + n3) RT/V 6.16)

Tekanan P adalah tekanan total dari ketiga gas tersebut, sehingga tekanan masing-

masing gas dapat dinyatakan sebagai berikut

P1 = n1 RT/V 6.17.a)

P2 = n2 RT/V 6.17.b)

P3 = n3 RT/V 6.17.c)

Dengan menjumlahkan persamaan 6.17.a), 6.17.b), dan 6.17.c) akan dihasilkan

P1 + P2 + P3 = (n1 + n2 + n3) RT/V

= nt RT/V 6.18)

Page 146: kimia dasar

Jadi tekanan total adalah jumlah tekanan parsial semua komponen gas yang

terdapat di dalam campuran gas, yang disebut sebagai hukum Dalton (gambar

6.5 dan gambar 6.6).

P = P1 + P2 + P3 6.19)

Pi/P = (ni RT/V) / nt RT/V = ni / nt = Xi

Pi = Xi P dengan Xi merupakan fraksi mol gas i.

Gambar 6.5. Hukum Dalton pada Tekanan Parsial

Gambar 6.6. Percobaan Dalton

6.2.2 Persamaan Gas Ideal

HCl

Hidrogen(Tekanan parsial = 752 mmHg)dengan uap air(tekanan parsial = 17 mmHg)

Air pada suhu 19oC

Seng

Tambahkan minyak ke dalam corong hingga tabung A terisi

Tekanan = 152 mmHg He

Tekanan = 160 mmHg H2

Tekanan = 152 mmHg + 608 mmHg = 760 mmHg

Minyak

Tabung A Tabung B Tabung A Tabung B Sebelum dicampur Sesudah dicampur

Page 147: kimia dasar

Dengan mensubstitusikan persamaan 6.7), 6.11) dan 6.14) ke dalam

persamaan 6.2) akan dihasilkan persamaan

dV = (V/T) dT + {-(V/P)} dP + (V/n) dn 6.20)

apabila dikalikan dengan 1/V, maka persamaan 6.20) menjadi

dV/V = dT/T – dP/P + dn/n 6.21)

kemudian persamaan 6.21) diintegrasikan sehingga menjadi

ln V = ln T – ln P + ln n + ln R 6.22)

ln R adalah tetapan integrasi. Persamaan 6.22) diantilogkan, sehingga diperoleh

PV = nRT 6.23)

Persamaan 6.23) disebut persamaan keadaan gas ideal. Gas hipotesis

yang memenuhi persamaan 6.23) tersebut disebut gas ideal. Untuk perhitungan

yang tidak terlalu kuantitaif, maka persamaan gas ideal dapat digunakan sebagai

suatu pendekatan yang cukup memadai.

Jika suatu gas bersifat ideal maka perbandingan (PV/T) akan selalu

memiliki nilai yang tetap, meskipun variabelnya berubah. Dengan ungkapan lain,

PV/T = R 6.24)

Tetapan gas R dapat diketahui secara eksperimen dengan menggunakan

gas yang diketahui jumlah molnya pada suhu tertentu dan dilakukan sederet

pengukuran tekanan-volum berturut-turut pada tekanan yang semakin rendah.

Evaluasi dari PV/(nT) pada limit tekanan menuju nol menghasilkan R:

6.25)

Hasil eksperimen diperoleh harga tetapan (R) sebesar 0,08205 L atm mol-1 K-1.

Dalam satuan internasional (SI) tetapan R adalah 8,314 m3Pa mol-1 K-1.

6.3 Teori Kinetik Gas

Hukum gas ideal meringkas sifat tertentu dari gas pada tekanan rendah. Ini

merupakan hukum empiris, sebagai konsekuensi dari pengamatan eksperimen,

namun kesederhanaan dan generalitasnya segera menimbulkan pertanyaan kepada

kita apakah hukum ini mempunyai semacam penjelasan mikroskopik yang

mendasar yang melibatkan sifat atom dan molekul dalam gas. Penjelasan ini harus

menyebabkan sifat lain dari gas pada tekanan rendah dapat diramalkan dan harus

dijelaskan mengapa gas nyata menyimpang dari hukum gas ideal; penyimpangan

Page 148: kimia dasar

yang tidak besar tetapi dapat diukur. Teori ini dikembangkan pada abad ke-19

terutama oleh fisikawan Rudolf Clausius, James Clerk Maxwell, dan Ludwig

Boltzmann. Teori kinetik gas merupakan salah satu tonggak ilmu pengetahuan

dan keberhasilannya memberikan bukti kuat bagi teori materi secara atomik.

Asumsi yang mendasari teori kinetik gas sangatlah sederhana :

1. Gas murni terdiri atas sejumlah besar molekul yang sama yang letaknya

sangat berjauhan dibandingkan dengan ukurannya.

2. Molekul gas terus-menerus bergerak dalam arah acak dengan kelajuan yang

berbeda-beda.

3. Molekul-molekul tidak menimbulkan gaya jika tidak berbenturan, dan

geraknya lurus dengan kecepatan tetap.

4. Tumbukan molekul dengan dinding wadah bersifat elastis; tidak ada energi

yang hilang selama tumbukan.

6.3.1 Makna Suhu

Perhatikan sebuah wadah yang bentuknya kotak dengan panjang l dan

setiap mukanya mempunyai luas A (gambar 6.7). Satu molekul yang bergerak

dengan kelajuan u pada arah tertentu dimasukkan ke dalam kotak. Kita perlu

membedakan antara kelajuan (speed) dan kecepatan (velocity). Kecepatan

molekul dicirikan dengan laju (rate) gerakannya (kelajuannya, dalam meter per

detik) dan arah gerakan. Seperti ditunjukkan pada gambar kecepatan dapat

dinyatakan dengan panah (vektor) v yang panjangnya sama dengan kelajuan u

dengan gerakan molekul pada arah tertentu. Kecepatan juga dapat dinyatakan

dengan komponen-komponennya pada ketiga sumbu koordinat : vx, vy, dan vz.

u2 = v2x + v2

y + v2z

Gambar 6.7. Lintasan molekul gas dalam kotak

Page 149: kimia dasar

Momentum suatu molekul, p, ialah kecepatan dikalikan dengan

massanya. Bila molekul itu berbenturan secara elastis dengan dinding wadah,

misalnya dengan salah satu muka yang luasnya A, maka komponen kecepatan y

dan z, yaitu vy dan vz, tidak berubah tetapi komponen x-nya (tegak lurus pada A)

berubah tanda (gambar 6.8). Perubahan komponen x dari momentum molekul px,

mol, adalah

px, mol = momentum akhir – momentum awal = m(-vx) – mvx = -2mvx

Gambar 6.8. Tumbukan elastis molekul dengan dinding

dinding wadah dinding wadah

m

mvy

- mvx

mvx

mvym

sebelum tumbukan sesudah tumbukandengan dinding dengan dinding

Namun, momentum total sistem (molekul plus kotak) harus kekal,

sehingga perubahan momentumnya akan sama dengan perubahan momentum

yang diberikan pada dinding tetapi tandanya berubah :

px, dinding = 2mvx 6.26)

Sesudah berbenturan dengan dinding, molekul berubah arah, menghantam

muka lain di seberangnya dalam kotak, dan selanjutnya kembali ke dinding

semula. Di antara gerakan itu, ada kemungkinan tumbukan dengan muka atas,

bawah, dan sisi. Akan tetapi tumbukan-tumbukan ini tidak mengubah vx, sehingga

tumbukan ini tidak mempengaruhi waktu di antara tumbukan dengan muka

awalnya. Jarak yang ditempuh pada arah x ialah 2l dan besarnya komponen

kecepatan pada arah ini ialah vx, maka waktu yang diperlukan di antara tumbukan

dengan muka ini ialah

6.27)

Momentum yang dipindahkan ke dinding per detik ialah perubahan momentum

per tumbukan dibagi dengan t:

Page 150: kimia dasar

6.28)

6.29)

6.30)

Dari hukum kedua Newton, ini merupakan gaya yang ditimbulkan pada

muka awal oleh molekul yang menghantamnya berkali-kali :

6.31)

Sekarang, andaikan sejumlah besar molekul N, dengan massa m bergerak

bebas dalam kotak dengan komponen kecepatan x, yaitu vx1, vx2, vx3, dan

seterusnya. Jadi gaya total yang ditimbulkan pada muka oleh N molekul adalah

jumlah gaya yang ditimbulkan oleh molekul secara individual :

Di sini adalah rerata dari komponen x kuadrat dari kecepatan N molekul,

yang diperoleh dengan menjumlahkan untuk N molekul dan membaginya

dengan N. Tekanan ialah gaya total pada dinding dibagi dengan luas A, sehingga

6.32)

Karena Al adalah volume kotak, V, dapat kita simpulkan bahwa

6.31)

Molekul gas tidak memiliki pilihan arah gerakan, sehingga

akan sama saja besarnya. jadi disimpulkan bahwa

sehingga

6.32)

dengan adalah kelajuan purata kuadrat dari molekul gas. Dari hukum

gas ideal :

PV = nRT

dapat kita simpulkan bahwa

6.33)

Page 151: kimia dasar

Dengan persamaan ini, tujuan kita telah tercapai : hubungan antara

kelajuan molekul dan suhu. Bagaimanapun, rumus ini dapat disederhanakan.

Persamaan itu mengandung jumlah molekul, N, di ruas kiri dan jumlah mol, n, di

ruas kanan. Karena N adalah n dikalikan dengan bilangan Avogadro No, kita

dapat membagi kedua ruas itu dengan n, menghasilkan

6.34)

Persamaan ini dapat diperiksa dengan dua cara. Pertama, kita ketahui

bahwa energi kinetik molekul dengan massa m yang bergerak kelajuan u adalah ½

mu2, jadi, energi kinetik rerata N molekul (1 mol) ialah ½ N0mu2. Ini tepat sama

dengan ruas kiri persamaan dengan faktor ½ bukannya 1/3 :

Energi kinetik rerata dari molekul gas bergantung hanya pada suhu dan

tidak bergantung pada massa molekul atau rapatannya.

Cara kedua untuk melihat persamaan ini ialah dengan mengingat bahwa m

merupakan massa satu molekul, jadi, N0m ialah massa 1 mol molekul, yaitu massa

molar, disingkat dengan M. Pemecahan persamaan ini untuk kelajuan purata

kuadrat ialah

6.35)

Semakin tinggi suhu dan semakin ringan molekul, semakin besar kelajuan

purata kuadratnya.

6.3.2 Distribusi Kelajuan Molekul

Kita definisikan kelajuan akar purat kuadrat urms sebagai akar kuadrat

dari kelajuan purata kuadrat 3RT/M:

6.36)

Persamaan ini hanya digunakan bila semua suku di dalamnya dinyatakan

dengan satuan SI. Dengan demikian, nilai yang digunakan untuk R adalah

R = 8,3145 J mol-1 K-1 = 8,3145 kg m2 s-2 mol-1 K-1

Page 152: kimia dasar

Massa molar M harus dikonversi ke kilogram per mol agar bisa digunakan

dalam persamaan ini. Hasil akhirnya kemudian dinyatakan dalam satuan SI yaitu

meter per detik.

Kelajuan akar purata kuadrat ini memberikan gagasan mengenai kelajuan

molekul yang khas dalam wujud gasnya, tetapi akan berguna bila diperoleh

gambaran lengkap keseluruhan distribusi kelajuan molekul. Khususnya kita ingin

mengetahui fraksi molekul, N/N, yang memiliki kelajuan di antara u dan u + u.

Fraksi ini merupakan fungsi distribusi kelajuan f(u) :

6.37)

Fungsi f(u) ditentukan secara independent oleh Maxwell dan Boltzmann

untuk molekul gas dengan massa m pada suhu T. Rumus ini disebut distribusi

kelajuan Maxwell-Boltzmann dan bentuknya adalah

6.38)

Gambar 6.9. Distribusi Kelajuan Molekul Maxwell-Boltzmann.

dimana tetapan Boltzmann kB sama dengan R/N0. Distribusi ini diplotkan dalam

gambar 6.9 untuk beberapa suhu. Jika suhu ditingkatkan, distribusi keseluruhan

dari kelajuan molekul bergeser ke nilai yang lebih tinggi. Sangat sedikit molekul

yang mempunyai kelajuan yang sangat rendah atau sangat tinggi, jadi f(u) kecil

pada batas-batas ini dan distribusinya maksimum pada kelajuan yang sedang.

Distribusi kelajuan molekul dalam gas telah diukur secara eksperimen seperti

Kecepatan Molekul (m/s)

jumlah

molekul

Page 153: kimia dasar

ditunjukkan pada gambar dan hasilnya sesuai dengan prediksi Maxwell dan

Boltzmann.

Cara lain untuk memikirkan f(u) ialah sebagai distribusi probabilitas : f(u)

u ialah probabilitas bahwa suatu molekul tertentu akan memiliki kelajuan antara

u dan u + u. Kelajuan yang paling mungkin (most probable speed) ump ialah

kelajuan yang f(u)-nya maksimum. Untuk fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann,

ini adalah

Kuantitas penting lainnya ialah kelajuan rerata u, yaitu

6.39)

Telah kita ketahui bahwa

Ketiga kelajuan ini saling berdekatan, tetapi tidak sama. Nisbahnya :

Untuk setiap suhu ada kurva distribusi unik yang mendefinisikan suhu

dalam teori kinetik gas. Kecuali molekul gas memiliki distribusi kelajuan yang

sesuai dengan kurva itu, suhu tidak mempunyai makna bagi gas. Suhu dapat

menjelaskan suatu sistem dari molekul gas hanya bila distribusi kelajuannya

dinyatakan oleh fungsi Maxwell-Boltzmann. Perhatikan suatu wadah tertutup

yang diisi dengan sejumlah molekul yang distribusi kelajuannya bukan

“Maxwell”. Keadaan seperti ini dimungkinkan (misalnya, sejenak sesudah

ledakan) tetapi ini tidak bertahan lama. Distribusi manapun dari kelajuan molekul

selain distribusi Maxwell-Boltzmann dengan cepat menjadi Maxwell lewat

tumbukan molekul, yang mempertukarkan energi. Begitu tercapai, distribusi

Maxwell-Boltzmann bertahan sampai waktu tak terhingga. Molekul gas mencapai

kesetimbangan termal satu sama lain, dan kita katakan bahwa sistem itu

memiliki suhu hanya jika kondisi kesetimbangan termalnya ada.

Teori kinetik gas dapat diringkas dalam bentuk suatu model sebagai berikut :

1. Gas terdiri dari molekul yang berjarak jauh satu dari yang lain dalam ruangan

yang tanpa molekul-molekul ini akan hampa.

Page 154: kimia dasar

2. Molekul bergerak kian kemari dengan kecepatan tinggi, dengan lintasan lurus

tetapi arahnya acak.

3. Molekul-molekul saling bertabrakan, tetapi tabrakan ini bersifat elastis

sempurna (tak mengakibatkan kehilangan energi).

4. Kecepatan rata-rata molekul bertambah jika temperatur naik dan berkurang

jika temperatur turun. Dalam suatu contoh gas murni, molekul-molekul

bergerak tidak dengan kecepatan yang sama, tetapi untuk suatu gas pada

temperatur tertentu, kecepatan rata-rata dalam semua contoh akan sama, tak

bergantung pada tekanan.

5. Pada temperatur tertentu, molekul gas A dan B mempunyai energi kinetik

rata-rata yang sama. Membesarnya massa m, diimbangi dengan menurunnya

kecepatan rata-rata, v. Artinya, pada suatu temperatur tertentu, K.E = ½ mAvA2

= ½ mBvB2. Jika mA lebih besar daripada mB, maka vA harus lebih kecil

daripada vB.

6.4 Penyimpangan dari Gas Ideal

Molekul-molekul gas ideal merupakan partikel-partikel abstrak dalam ruang

dan tak mempunyai volume, sedangkan gas nyata terdiri dari molekul-molekul

yang jelas atom-atomnya menempati suatu volume. Pengaruhnya bisa dilihat bila

kita memampatkan gas dengan tekanan yang besar (gambar 6.10). Volumenya

akan lebih besar daripada bila kita memampatkan gas ideal pada kondisi yang

sama.

Gambar 6.10. Volume gas ideal vs gas nyata

Gas Ideal vs Gas Nyata

Page 155: kimia dasar

Juga telah dipelajari bahwa molekul-molekul dari gas ideal tak mempunyai

gaya tarik menarik sesamanya dan dapat didinginkan sampai suhu nol absolut

tanpa berkondensasi menjadi cairan. Molekul-molekul dari gas nyata akan saling

tarik menarik. Waktu gas didinginkan maka volumenya akan turun menjadi di

bawah nilai menurut hukum Charles. Kemudian tiba-tiba zatnya akan

berkondensasi menjadi cairan dengan volume yang lebih kecil. Pada suhu yang

lebih rendah lagi akan membeku menjadi zat padat. Akibat lain dari gaya tarik

antara molekul ini adalah pendinginan yang terjadi bila gas yang dimampatkan

dan dibiarkan mengembang secara bebas ke ruang vakum. Ketika gas

mengembang, jarak rata-rata dari molekulnya makin bertambah. Karena ada gaya

tarik antara molekul tersebut, untuk memisahkan molekul-molekul tersebut akan

menaikkan energi potensialnya, sehingga menyebabkan energi kinetiknya turun.

Menurunnya energi kinetik sebanding dengan menurunnya suhu dari gas.

Karena perilaku gas nyata menyimpang dari gas ideal, terutama pada

tekanan tinggi (gambar 6.11) dan suhu rendah, maka rumus gas ideal tak dapat

dipakai untuk menghitung dengan ketelitian tinggi. Cara untuk memperbaiki

perhitungan adalah dengan memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara

memasukkan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan antara gas nyata

dengan gas ideal.

Misalnya molekul-molekul gas dalam wadah dapat kita hentikan

pergerakannya dan dibiarkan mengendap ke dasar wadah. Akan terlihat bahwa

sebagian volume dari wadah akan terisi oleh molekul-molekul gas. Sisa ruang

yang bebas lebih kecil dari isi seluruh wadah. Bila pada kasus perkiraan ini,

molekul gas lain ditambahkan, dapat masuk ke ruang bebas itu, tetapi tidak pada

seluruh isi wadah. Keadaan yang sama akan terjadi bila molekul-molekulnya

bergerak, dan ada volume dimana di dalamnya molekul tak dapat bergerak karena

molekulnya mempunyai volume disebut volume yang diabaikan (volume

tersisih).

Pada gas ideal, molekul-molekulnya tak mempunyai volume, sehingga pada

gas ideal tempat merupakan ruangan kosong, ke dalam mana molekul-molekul

gas lain dapat ikut dimasukkan bila gas dimampatkan. Bila kita hubungkan ruang

Page 156: kimia dasar

kosong yang terdapat dalam gas nyata dengan volume gas ideal, V ideal, maka

ukuran volume dari gas nyata, Vukur, ternyata lebih besar dari volume gas ideal

(gambar 6.11), selisih ini berkaitan dengan ukuran molekul nyata. Menurut J.D.

Van der Waals (1837 – 1923) seorang ahli fisika Belanda, volume terukur adalah

Vukur = Videal + nb 6.40)

dimana b adalah koreksi dari volume yang diabaikan per mol dan n adalah

mol dari gas. Volume gas ideal menjadi

Videal = Vukur – nb.

Gambar 6.11. Perbedaan volume antara gas ideal dan gas nyata pada tekanan tinggi.

6.5 Persamaan Van der Waals

Gas nyata berbeda dari gas ideal disebabkan karena volume molekul dan

antar aksi molekul, sehingga volume dan tekanan gas untuk gas nyata perlu

Gas Ideal vs Gas Nyata

Page 157: kimia dasar

dikoreksi dari gas ideal. Volume wadah, V, harus terdiri atas volume gas dan

volume bebas untuk gerak molekul.

6.41)

dengan b adalah suatu tetapan sebagai koreksi terhadap volume, yang nilainya

tergantung pada jenis gas. Penyusunan ulang persamaan 6.41) menghasilkan

6.42)

Tekanan gas nyata dikoreksi terhadap gas ideal. Tekanan gas nyata lebih rendah

dari tekanan gas ideal.

6.43)

dengan a adalah tetapan yang tergantung pada jenis gas; sehingga persamaan

6.43) menjadi

6.44)

dengan menyusun ulang persamaan 6.44) menjadi

6.45)

Persamaan 6.45) ini adalah persamaan gas nyata yang dikenal sebagai Persamaan

Keadaan Gas Van der Waals. Tetapan a dan b bergantung pada jenis gas.

Beberapa nilai a dan b untuk gas-gas tertentu ditunjukkan dalam tabel 6.3.

Tabel 6.3. Konstanta Van der Waals beberapa gas

Nama gas a/(Pa m6 mol-2) b/(10-6 m3 mol-1)He 0,0035 23,70H2 0,0247 26,61N2 0,1408 39,13O2 0,1378 31,83Cl2 0,6579 56,22NO 0,1358 27,89H2O 0,5536 30,49CO2 0,3640 42,67CH4 0,2283 42,78

6.6 Pencairan Gas dan Keadaan Kritis

Page 158: kimia dasar

Menurut teori kinetika gas, perbedaan pokok antara gas dengan cairan dan

padatan terletak pada perbedaan jarak antar partikel dalam sistem. Dalam sistem

gas jarak antar partikel tersebut cukup kecil, bahkan dalam padatan partikel-

partikel umumnya tersusun dalam keadaan yang paling rapat.

Berdasarkan perbedaan ini, apabila suatu gas ditekan (dikompresikan),

maka gas itu akan berubah wujud menjadi cairan dan apabila kompresi

dilanjutkan akan terjadi padatan, karena dengan kompresi jarak antar partikel

makin diperpendek. Hal ini terjadi apabila energi kinetik partikel penyusun gas

tidak terlalu besar, sehingga gaya tarik-menarik antar parikel relatif kuat.

Di atas suhu tertentu partikel gas akan memiliki energi kinetik yang cukup

besar, sehingga pada daerah ini suatu gas tidak mungkin dicairkan dengan

pemampatan. Suhu batas dimana suatu gas tidak dapat dicairkan dengan jalan

pemampatan dinamakan : “suhu kritis”, sedang tekanan terendah yang harus

diciptakan untuk mencairkan gas pada suhu kritis tersebut dinamakan tekanan

kritis.

Dalam tabel berikut tertera harga-harga suhu kritis dan tekanan kritis

berbagai gas. Pada daerah suhu di atas suhu kritis tidak terdapat harga tekanan

yang dapat digunakan untuk mencairkan suatu gas.

Tabel 6.4. Suhu dan tekanan kritis beberapa gas

Zat Suhu kritis Tc (oK) Tekanan kritis Po (atm)AirBelerang dioksidaHidrogen kloridaKarbon dioksidaOksigenNitrogenHidrogenHelium

647130321304154126335,2

217,777,781,673,049,733,512,82,3

Page 159: kimia dasar

7. KESETIMBANGAN KIMIA

Senyawa dinitrogen tetraoksida dan dinitrogen oksida berada dalam

keadaan setimbang seperti pada persamaan dibawah ini :

N2O4 2NO2

Pada temperatur tertentu, jumlah NO2 dan N2O4 tidak mengalami

perubahan, tetapi beberapa pasang molekul NO2 bergabung membentuk N2O4 dan

beberapa molekul N2O4 pecah membentuk 2 molekul NO2. Kelajuan 2 proses di

atas adalah sama, dinitrogen tetraoksida dan nitrogen oksida berada dalam

kesetimbangan dinamis.

7.1 Kesetimbangan Alam yang Dinamis

Kesetimbangan melibatkan proses yang berlawanan pada kelajuan yang

sama, laju penguapan sebuah cairan sama dengan laju pengembunannya. Dalam

kesetimbangan larutan, laju pelarutan sebuah padatan sama dengan laju

pengkristalan sebuah larutan. Lebih dari itu kesetimbangan ini bersifat dinamis.

Kita dapat menggunakan unsur radioaktif untuk mendemonstrasikan

kesetimbangan yang dinamis. Jika kita menambahkan sejumlah kecil NaCl yang

mengandung unsur radioaktif natrium-24 untuk memisahkan NaCl, radioaktivitas

ditunjukkan dalam pemisahan larutan seperti halnya padatan yang tidak larut, dan

beberapa padatan yang larut dan karena konsentrasi dari larutan yang dipisahkan

Page 160: kimia dasar

konstan, jumlah penambahan NaCl yang dilarutkan harus disamakan dengan

jumlah penambahan NaCl yang dikristalisasikan dari larutan

Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana konsentrasi yang bervariasi

dengan waktu dalam penguraian HI(g) menjadi H2(g) dan I2(g) pada suhu 698 K.

Kurva itu sama dengan beberapa konsentrasi versus waktu yang ada di dalam

grafik, tetapi catatan penting yang berbeda : setelah waktu te kurva menjadi datar.

Dalam beberapa reaksi dimana reaktan dan produk konstan, konsentrasi bukan

nol, kita tahu bahwa reaksi dapat balik dan reaksi selanjutnya tidak selesai. Kita

menggunakan tanda panah yang ganda untuk menunjukkan bahwa reaksi dapat

balik ketika menuliskan persamaan kimia :

2HI(g) H2(g) + I2(g)

.

1.000

0.900 [HI] = 0.786 M

0.800 Setelah waktu te reaksi

0.700 setimbang dan konsentrasi

0.600 reaktan dan produk tidak

0.500 berubah.

0.400

0.300

0.200 [H2] = [I2] = 0.107 M

0.100

te

Dalam kinetika kimia, kita memusatkan pada bagian konsentrasi versus

waktu di dalam grafik sebelum te. Pada kesetimbangan kimia, memusatkan pada

reaksi setelah te.

Dalam kondisi setimbang proses sebelum dan sesudah reaksi berlangsung pada laju yang sama, dan konsentrasi reaktan dan produk konstan.

Kita dapat menunjukkan bahwa kesetimbangan reaksi itu adalah dinamis

yang diketahui dari beberapa I2(g) yang mengandung runutan radioaktif Iodin-131

Page 161: kimia dasar

dalam campuran yang setimbang. Radioaktivitas segera ditunjukkan dalam HI(g)

seperti halnya didalam I2(g).

7.2. Energi Bebas

Ketika reaksi kimia terjadi, energi yang disebut energi bebas dari sistem

tersedia untuk melakukan kerja. Energi bebas hanyalah bagian dari keseluruhan

energi sistem. Reaksi spontan membebaskan energi bebas yang disebut

eksergonik. Ketika reaksi spontan terjadi, energi bebas dibebaskan dan digunakan

dalam perubahan kimia dan fisika. Reaksi tidak spontan menyerap energi bebas

dan disebut endergonik.

Reaksi tidak spontan pada kondisi tertentu akan menjadi reaksi yang

spontan. Perubahan suhu atau tekanan bisa atau tidak mengubah reaksi menjadi

reaksi yang spontan. Reaksi tidak spontan bisa dihubungkan menjadi reaksi yang

spontan. Jika reaksi spontan menghasilkan pelepasan energi bebas yang sangat

besar, ini bisa digunakan dalam reaksi tidak spontan. Penggunaan energi bebas

dalam reaksi ganda menyebabkan terjadinya reaksi tidak spontan. Reaksi ini

umumnya terjadi dalam sistem kehidupan.

Energi bebas reaksi bergantung pada ukuran dan arah dari perubahan

panas dan entropi. Hal itulah yang menyebabkan bisa tidaknya reaksi berjalan

spontan. Jika reaksi tersebut adalah reaksi eksotermik (melepaskan panas) dan

menyebabkan peningkatan entropi, maka reaksi berjalan spontan. Reaksi juga bisa

berjalan spontan jika penurunan entropi diimbangi oleh besarnya panas yang

dilepaskan. Analog, reaksi endotermik bisa berjalan spontan jika kenaikan entropi

diimbangi oleh panas yang diserap. Gambar 7.1 menunjukkan hubungan antara

panas, entropi, dan perubahan energi bebas untuk reaksi spontan.

Pada reaksi tidak spontan energi bebas sistem meningkat. Energi harus

diserap untuk menghasilkan reaksi. Reaksi melibatkan penurunan entropi yang

besar dan atau reaksi mungkin berlangsung secara endotermik. Pada kasus lain,

perubahan yang lain tidak terlalu berperan untuk menghasilkan reaksi yang

spontan. Gambar 7.2 menunjukkan hubungan yang disebutkan di atas.

7.2.1 Perhitungan Energi Bebas

Page 162: kimia dasar

Pada tiap-tiap proses reaksi yang terjadi secara spontan, energi tersedia

untuk melakukan kerja. Perubahan energi bebas Gibbs, G, adalah jumlah

maksimum energi yang bisa digandakan untuk proses lain yang berguna dalam

kerja. Perubahan energi bebas Gibbs berhubungan dengan perubahan entropi S,

dan perubahan entalpi H dari sistem : G = H - TS

Suhu (T) pada persamaan dalam satuan Kelvin. Semua proses spontan

melepaskan energi. Oleh karena itu, disebut eksergonik. G bernilai negatif pada

proses spontan karena energi bebas dalam sistem hilang. Sebaliknya, proses tidak

spontan adalah endergonik. G bernilai positif untuk proses tidak spontan artinya

energi bebas diserap oleh sistem.

Perubahan energi bebas standar Go digunakan untuk menentukan apakah

reaksi kimia berjalan spontan jika Ho dan So diketahui

Go = Ho - TSo

Gambar 7.1. Hubungan antara panas, entropi, dan perubahan energi bebas untuk reaksi spontan

Panas turun

Entropi naik

Reaksi spontan (eksergonik tinggi)

Panas turun

Entropi turun

Reaksi spontan (eksergonik sedang)

Panas naik

Entropi naik

Rekasi spontan (eksergonik)

Gambar 7.2. Hubungan antara panas, entropi, dan perubahan energi bebas untuk reaksi tidak spontan

panas naik

Page 163: kimia dasar

entropi turun

reaksi tidak spontan (endergonik tinggi)

panas naik

entropi naik

reaksi tidak spontan (endergonik sedang)

panas turun

entropi turun

reaksi tidak spontan (endergonik)

Cara yang lain, Ho atau So bisa ditentukan jika dua nilai lainnya pada

persamaan diketahui. Energi bebas Gibbs juga dapat dihitung (karena ia fungsi

keadaan) dari energi bebas produk dan reaktan

Gorxn=mGo

f(produk) - nGof(reaktan)

Tabel 7.1 menunjukkan nilai Go untuk beberapa reaksi umum. Tabel 7.2

menunjukkan nilai Go perubahan energi bebas standar pada pembentukan

senyawa dari unsur-unsurnya.

Catatan : Gfo = 0 untuk molekul unsur. Gf

o bisa digunakan untuk

menghitung Go dari reaksi. Ini mirip dengan cara menghitung panas reaksi

dengan menggunakan Hfo. Jika Go dihitung untuk mengetahui apakah reaksi

berjalan spontan, hasilnya berlaku untuk reaktan dan produk pada keadaan standar

reaksi berjalan tidak spontan pada kondisi tertentu bisa berjalan spontan.

Tabel 7.1. Energi Bebas untuk Reaksi Spontan pada Suhu 25oC

ReaksiEnergi Bebas

kkal/mol kJ/mol

H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g) -45,6 -191

S(s) + O2(g) SO2(g) -71,7 -300

2N2O5(s) 4NO2(g) + O2(g) -7,2 -30

C6H12O6(s) + 6O2(g) 6CO2(g) + 6H2O(l) -686 -2868

Page 164: kimia dasar

Tabel 7.2. Energi Bebas Standar Pembentukan pada Suhu 25oC dan Tekanan 1

atm

Senyawa Gfo (kj/mol) Senyawa Gf

o (kj/mol) Senyawa Gfo (kj/mol)

Al2O3(s) -1576,4 Fe(s) 0,0 NO(g) 86,69

Br2(g) 3,14 Fe2O3(s) -741,0 NO2(g) 51,84

Br2(l) 0,0 H2(g) 0,0 Na2CO3(s) -1048

C(s, intan) 2,866 H2O(g) -288,6 NaCl(s) -384,03

C(s, grafit) 0,0 H2O(l) -237,2 O2(g) 0,0

CH4(g) -50,79 H2O2(l) -114,0 O3(g) 163,4

CO(g) -137,3 HCl(g) -95,27 P(s, putih) 0,0

CO2(g) -394,4 H2S(g) -33,02 P(s, merah) -14

CaCO3(s) -1127,7 I2(g) 19,4 S(s, rombik) 0,0

CaO(s) -604,2 I2(s) 0,0 S(s, monoklinik) 0,096

Cl2(g) 0,0 N2(g) 0,0 SO2(g) -300,4

F2(g) 0,0 NH3(g) -16,64 SO3(g) -370,4

Soal

1. Tentukan apakah reaksi berikut ini berjalan spontan. Asumsikan semua unsur

dalam keadaan standar pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm.

a. 2Na(s) + Cl2(g) 2NaCl(s)

b. 4Al(s) + 3O2(g) 2Al2O3(s)

2. Ketika gas nitrogen dan hidrogen bereaksi membentuk gas amonia, Go = -

16,64 kJ/mol.

3H2(g) + N2(g) 2NH3(g)

Gunakan nilai So pada tabel , hitung Hfo untuk pembentukan amonia.

7.3 Tetapan Kesetimbangan

Pada grafik diatas dijelaskan ketika HI dimasukkan kedalam bejana

reaksi, hanya reaksi yang selanjutnya terjadi karena tidak ada H2 atau I2. Tetapi

segera setelah terbentuk produk maka reaksi bolak balik terjadi. Setelah beberapa

waktu, reaksi selanjutnya berlangsung lambat karena konsentrasi HI menurun.

Reaksi bolak balik kecepatannya meningkat ketika H2(g) dan I2(g) diakumulasikan.

Page 165: kimia dasar

Akhirnya, reaksi selanjutnya dan reaksi bolak balik berlangsung dengan kelajuan

yang sama dan campuran reaksi setimbang.

Grafik diatas memiliki data yang terdapat dalam tabel 7.3 Eksperimen 2

dan 3 melibatkan konsentrasi awal yang berbeda untuk reaksi yang sama.

Berdasarkan data yang ada pada kolom ketiga pada tabel 7.3, konsentrasi

setimbang dari HI, H2 dan I2. Kita menggunakan metode trial and error untuk

mencari konstanta kesetimbangannya.

Tabel 7.3. eksperimen reaksinya : 2HI(g) H2(g) + I2(g) pada 698 K

Nomor

Eksperimen

Konsentrasi

awal (M)

Konsentrasi

Setimbang (M)

[H2] [I2]

[HI]

[H2] [I2]

2[HI]

[H2] [I2]

[HI]2

1[HI] : 1.000[H2] : 0.000[I2] : 0.000

0.7860.1070.107

0.0146 0.00728 0.0185

2[HI] : 0.000[H2] : 1.000[I2] : 1.000

1.5730.2130.213

0.0288 0.0144 0.0183

3[HI] : 1.000[H2] : 1.000[I2] : 1.000

2.3600.3200.320

0.0434 0.0217 0.0184

[H2] [I2] [H2] [I2] dan [HI] 2[HI]

Pada kolom keenam dalam tabel 7.3. terjadi peningkatan konsentrasi.

Perbandingan konsentrasi kesetimbangan ditunjukkan di bawah ini yang disebut

dengan konstanta kesetimbangan yang memiliki nilai yang konstan yang dihitung

dari konsentrasi awal dari reaktan dan produk. Konstanta ini disimbolkan dengan

Kc dan dikenal dengan konstanta konsentrasi setimbang.

Kc = = 1.84 x 10-2 (pada 698 K)

Subkript c dalam Kc menunjukkan konsentrasi yang digunakan. Kita

mencatat suhu karena konstanta kesetimbangan bergantung pada suhu. Nilai Kc =

1.84 x 10-2 (pada 698 K) yang berlaku pada reaksi:

Page 166: kimia dasar

2HI(g) H2(g) + I2(g)

pada suhu 698 K.

Keadaan setimbang dapat didekati dari keadaan awal dimana hanya ada

reaktan (percobaan 1 dalam tabel 7.3), juga dapat didekati dari bagian produk

(eksperimen 2) atau reaktan dan produk yang ada pada keadaan awalnya

(eksperimen 3). Dalam setiap keadaan, nilai Kc adalah sama.

Contoh yang lain dari reaksi yang dapat balik adalah oksidasi NO(g)

menjadi NO2(g) reaksi yang membentuk fotokimia asap kabut.

2 NO(g) + O2(g) 2 NO2(g)

Di bawah ini perbandingan konsentrasi kesetimbangan yang memiliki nilai

yang konstan.

Kc =

Dari kedua contoh, kita dapat mengetahui konstanta kesetimbangan yang

ditunjukkan :

Konsentrasi produk sebagai pembilang dan kosentrasi reaktan sebagai

penyebut.

Eksponen konsentrasi sama dengan koefisien stoikiometri dalam persamaan

kimia. Berdasarkan pada reaksi umumnya maka konstanta kesetimbangan

dapat ditunjukkan dibawah ini :

a A + b B g G + h H

Kc =

Contoh :

Jika konsentrasi kesetimbangan dari Cl2 dan COCl2 pada suhu 395o C, tentukan

konsentrasi setimbang CO pada reaksi di bawah ini :

CO(g) + Cl2(g) COCl2(g)

Kc = 1.2 x 103 pada suhu 395o C

Jawab

Page 167: kimia dasar

Jika menentukan konsentrasi unsur yang ada didalam reaksi pada saat setimbang,

kita harus menggunakan konstanta kesetimbangan.

Kc = = 1.2 x 103

Karena [Cl2] sama dengan [COCl2] setimbang pada 395o C, 2 unsur ini dapat dicoret

= = Kc = 1.2 x 103

[CO] = =

= 8.3 x 10-4 M

7.3.1 Keadaan Setimbang (Dalam Pandangan Kinetik)

Berdasarkan reaksi dibawah ini :

2HI(g) H2(g) + I2(g)

Kita dapat mencari kelajuan dari reaksi selanjutnya dan reaksi dapat

bolak balik.

Kelajuan reaksi selanjutnya : kf [HI]2

Kelajuan reaksi kebalikannya : kr [H2] [I2]

Pada keadaan setimbang, kelajuan reaksi selanjutnya dan reaksi kebalikan

adalah sama. Jika kita andaikan bahwa reaksi selanjutnya dan reaksi kebalikan

adalah sama pada keadaan setimbang seperti pada keadaan awalnya. Kita dapat

membuat persamaan menjadi :

kf [HI]2 = kr [H2][I2]

= = Kc

Perbandingan kf / kr sama dengan konstanta kesetimbangan Kc.

Karena eksponen dari konsentrasi Kc berdasarkan pada koefisien

stoikiometri, konsentrasi dalam kf / kr akan dipasangkan dengan Kc hanya jika

mereka juga berdasarkan pada koefisien stoikiometri. Pasangan ini dapat terjadi

ketika proses reaksi selanjutnya dan reaksi kebalikan terjadi melalui mekanisme

reaksi yang sederhana. Kita juga dapat menentukan nilai Kc dari prinsip kelajuan.

Page 168: kimia dasar

Walaupun secara teoritis menarik karena pendekatan kinetik dalam

kesetimbangan kimia juga memerlukan data eksperimen, kita biasanya hanya

menghitung konstanta kesetimbangan secara langsung dari eksperimen.

7.3.2 Memodifikasi Tetapan Kesetimbangan

Kita perlu mengubah tetapan kesetimbangan untuk dapat digunakan dalam

keadaan tertentu. Kita dapat mempertimbangkan beberapa perubahan yang

penting yaitu:

a. Mengubah Persamaan Kimia

Persamaan kimia dibawah ini merupakan pembentukan NO2 pada suhu

298 K.

2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)

Menggunakan data eksperimen yang sesuai yang sama dengan tabel 14.1,

kita dapat menentukan nilai dari Kc.

Kc = = 4.67 x 1013 (pada 298 K)

Jika reaksi kebalikannya yaitu penguraian dari NO2 (g) pada 298 K. Kita

dapat menuliskan persamaan reaksinya sebagai berikut:

2NO2(g) 2NO(g) + O2(g)

Tetapi kita tidak memerlukan eksperimen lain untuk menentukan nilai

tetapan kesetimbangan yang baru yang disimbolkan K’c. Tetapan kesetimbangan

untuk reaksi penguraian NO2(g) merupakan kebalikan dari tetapan kesetimbangan

yang telah dibentuk.

K’c = = = = = 2.14 x 10-14

Perubahan yang terjadi dapat dituliskan menjadi :

Ketika kita membuat kebalikan persamaan kimia dengan tetapan

kesetimbangannya, Kc, kita membalikkan tetapan kesetimbangannya.

Yaitu kebalikan reaksi memiliki tetapan kesetimbangan, 1/Kc.

Page 169: kimia dasar

Andaikan kita menjelaskan penguraian NO2 dengan berdasarkan pada 1

mol reaktan sebagai pengganti 2.

NO2(g) 2NO(g) + ½ O2(g) K”c = ? (pada 298 K)

Sekali lagi kita tidak perlu menambahkan data eksperimen karena kita

dapat menggunakan hubungan di bawah ini :

K”c = = = (K’c)1/2

= = = 1.46 x 10-7

Persamaan di atas menggambarkan aturan umum yang baru :

Ketika koefisien dalam sebuah persamaan dikalikan dengan faktor yang

umum, n, untuk menghasilkan persamaan yang baru, kita mengkuadratkan

nilai Kc yang asli dengan menambah n untuk memperoleh tetapan

kesetimbangan yang baru.

Pada contoh yang terdahulu, n = ½ . Jika kita gandakan koefisien

persamaan sehingga n = 2 dan seterusnya.

Kesimpulannya, pembentukan tetapan kesetimbangan dan nilai Kc

bergantung pada bagaimana persamaan kimia untuk reaksi bolak balik yang

sebenarnya dituliskan. Kita harus menuliskan persamaan kimia yang setara ketika

mencari nilai Kc.

Contoh :

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi dibawah ini :

½ H2(g) + ½ I2(g) HI(g)

Pada 718 K adalah 7.07.

a) Berapa nilai Kc pada 718 K untuk reaksi

HI(g) ½ H2(g) + ½ I2(g)

b) Berapa nilai Kc pada 718 K untuk reaksi

H2(g) + I2(g) 2HI(g)

Jawab

a) Karena reaksi yang ditanya adalah kebalikannya maka tetapan

kesetimbangannya merupakan kebalikan dari 7.07

Page 170: kimia dasar

Kc = = 0.141

b) Pada persamaan kimia ini, koefisien pada persamaan kimia yang sebenarnya

telah digandakan, yang diperlukan adalah mengkuadratkan tetapan

kesetimbangan yang awal yaitu :

Kc = (7.07)2 = 50.0

b. Tetapan Kesetimbangan Untuk Reaksi Keseluruhan

Kita menggabungkan persamaan untuk reaksi masing-masing untuk

membentuk reaksi keseluruhan. Pada saat yang sama kita menggunakan Hukum

Hess untuk menggabungkan perubahan entalpi untuk masing-masing reaksi untuk

memperoleh perubahan entalpi untuk reaksi keseluruhan.

Andaikan kita ingin mengetahui tetapan kesetimbangan pada suhu 298 K

untuk reaksi ini :

(1) N2O(g) + O2(g) 2NO2(g)

Jika kita mengetahui harga pada 298 K untuk reaksi (2) dan (3), kita dapat

menambahkan persamaan ini untuk mendapatkan persamaan untuk reaksi

keseluruhan.

(2) N2O(g) + ½ O2(g) 2 NO2(g) Kc (2) = 1.7 x 10-13

(3) 2NO(g) + O2(g) 2 NO2(g) Kc (3) = 4.67 x 10-13

Keseluruhan : N2O(g) + O2(g) 2 NO2(g) Kc (1) = ?

Kita dapat menemukan hubungan antara Kc (1) yang tidak diketahui dan Kc (2) dan

Kc (3) yang diketahui.

x =

Kc (2) x Kc (3) = Kc (1)

1,7 x 10-13 x 4.67 x 1013 = 7.9

Persamaan di atas menggambarkan aturan umum yang lain

Ketika kita menambahkan persamaan untuk reaksi yang sendiri-sendiri

untuk memperoleh keseluruhan reaksi, kita mengalikan tetapan

Page 171: kimia dasar

kesetimbangan mereka untuk memperoleh tetapan kesetimbangan untuk

reaksi keseluruhan

7.3.3 Kesetimbangan yang Melibatkan Gas

Reaksi yang melibatkan gas, seringkali yang diukur adalah nilai tekanan

parsial daripada molaritasnya. Perhatikan reaksi umum dalam fase gas dibawah

ini :

aA(g) + bB(g) gG(g) + hH(g)

Kita dapat menentukan tetapan kesetimbangan kesetimbangan parsial , Kp,

sebagai berikut :

Kp =

Kita memiliki harga Kc untuk reaksi dan perlu untuk mengetahui Kp atau

sebaliknya. Kita menggunakan reaksi di bawah ini pada suhu 298 K untuk

menentukan hubungan antara Kc dan Kp

2NO(g) + O2(g) 2 NO2(g)

Andaikan kita menambahkan hukum gas ideal (PV = nRT) untuk NO2 dan

PNO2 . Kemudian kita ganti n NO2/V, molaritas NO2 yaitu [NO2]

PNO2 = x RT = [NO2]RT

Lakukan hal yang sama untuk NO dan O2 dan kemudian tuliskan Kp untuk

reaksi.

Kp = = =

= x

Kp = = Kc (RT)-1

Reaksi umum :

aA(g) + bB(g) gG(g) + hH(g)

Page 172: kimia dasar

Dari reaksi di atas kita dapat membuat persamaan untuk reaksi umum :

Kp = Kc (RT)Δn

Eksponen Δngas merupakan perubahan jumlah mol gas pada reaksi yang terjadi.

Δngas = ( g + h ) - ( a + b )

7.3.4 Kesetimbangan yang melibatkan Padat dan Cair

Sejauh ini kita hanya menggunakan reaksi yang fasenya sama dimana

produk reaktan terdapat dalam bentuk gas. Dalam reaksi yang heterogen, reaktan

dan produknya tidak dalam bentuk yang sama.

Sebuah ciri yang umum dari tetapan kesetimbangan yaitu :

Tetapan kesetimbangan tidak termasuk untuk bentuk cair dan bentuk

padat, karena konsentrasinya tidak berubah dalam reaksi.

Walaupun jumlah dari bentuk padat dan bentuk cair berubah selama reaksi

dan konsentasinya tidak berubah. Air memiliki massa jenis 0.998 g/mL pada

suhu 20o C. Ini mengacu pada 998 g/L atau (998/18.02) = 55.4 mol H2O/L. Pada

beberapa contoh, air pada suhu 20º C walaupun satu tetes, satu liter atau satu

ember penuh tetap pada konsentrasi yang sama yaitu 55.4 mol per liter.

Berdasarkan reaksi penguraian yang dapat balik dari kalsium karbonat

CaCO3 (s) CaO(s) + CO2(g)

Jika CaCO3 murni dipanaskan dalam kontainer yang tertutup, terurai menjadi CaO

dan CO2. Walaupun beberapa CaO dan CO2 bergabung membentuk CaCO3.

Ketika kita mengatakan konsentrasi CaCO3 tidak berubah, itu berarti pada semua

waktu. Walaupun jumlahnya menurun dari jumlah yang sebenarnya. Begitu juga

dengan CaO. Sedangkan CO2 berbentuk gas sehingga jumlahnya yang bertambah

begitu juga dengan konsentrasinya dan tekanannya dalam kontainer yang tertutup.

Maka CO2 ada dalam tetapan kesetimbangan sedangkan CaCO3 dan CaO tidak

ada.

Kc = [CO2(g)] dan Kp = P

Kita juga dapat menulis tetapan kesetimbangan untuk reaksi yang memiliki fase

cair dan gas.

H2O(l) H2O(g)

Kc = [H2O(g)] dan Kp = P

Page 173: kimia dasar

7.3.5 Kapan Menggunakan Tetapan Kesetimbangan dan Kapan Tidak

Menggunakannya

Pada prinsipnya, setiap reaksi adalah reaksi yang bolak balik dan dapat

dijelaskan menggunakan tetapan kesetimbangan. Dalam banyak contoh,

bagaimanapun, kita tidak memerlukan tetapan kesetimbangan dalam perhitungan.

Mengapa bisa terjadi?

Berdasarkan reaksi gas hidrogen dan oksigen pada suhu 298 K

2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Kp = = 1.4 x 1083

Dimulai dengan perbandingan mol 1 : 2 antara gas hidrogen dengan gas

oksigen, pada tetapan kesetimbangan tekanan parsial dari 2H2(g) dan O2(g)

mendekati nol, dengan tujuan untuk memperbesar nilai Kp. Untuk semua tujuan

yang praktis, hidrogen dan oksigen habis terpakai dalam reaksi. Reaksi

berkesudahan jika satu atau lebih dari reaktan habis dan kita dapat menghitung

dengan menggunakan prinsip stoikiometri.

Tetapan kesetimbangan diterapkan hanya pada reaksi yang reversibel pada

saat setimbang. Kelajuan reaksi bergantung pada berapa lama reaksi tersebut

menjadi setimbang dan kemudian tetapan kesetimbangan dapat digunakan.

Walaupun Kp memiliki nilai yang besar, proses reaksi tidak dapat diukur pada saat

reaksi berlangsung lambat yang dikarenakan energi aktivasi yang tinggi. Reaksi

tidak pernah mencapai setimbang pada suhu 298 K. Itu terjadi ketika campuran

diberi katalis, dipanaskan atau dibakar dengan api yang menyebabkan reaksi

berlangsung cepat. Ahli kimia mengatakan bahwa reaksi 2H2 (g) dan O2 (g) pada

298 K adalah penguapan secara termodinámika (yang berarti Kp besar) tetapi

diatur secara kinetik (yang berarti reaksi terjadi dalam laju yang lambat).

7.3.6 Hasil Bagi Reaksi (Quotient reaksi)

Pada saat setimbang konsentrasi dan tekanan parsial reaktan dan produk

memiliki hubungan. Konsentrasi harus sesuai dengan tetapan kesetimbangan yang

ada dan begitu juga dengan tekanan parsialnya. Untuk keadaan yang tidak

Page 174: kimia dasar

setimbang juga memiliki Kc atau Kp yang dikenal dengan quotien reaksi Qc atau

Qp. Quotient reaksi memiliki harga yang tidak konstan dalam reaksi, tetapi sangat

berguna karena untuk memprediksi perubahan yang terjadi untuk mencapai

kesetimbangan. Reaksi penguraian HI pada suhu 698 K yaitu:

Tabel 7.4 eksperimen reaksinya : 2HI(g) H2(g) + I2(g) pada 698 K

Nomor

Eksperimen

Konsentrasi

awal (M)

Konsentrasi

Setimbang (M)

[H2] [I2]

[HI]

[H2] [I2]

2[HI]

[H2] [I2]

[HI]2

1[HI] : 1.000[H2] : 0.000[I2] : 0.000

0.7860.1070.107

0.0146 0.00728 0.0185

2[HI] : 0.000[H2] : 1.000[I2] : 1.000

1.5730.2130.213

0.0288 0.0144 0.0183

3[HI] : 1.000[H2] : 1.000[I2] : 1.000

2.3600.3200.320

0.0434 0.0217 0.0184

Nilai Qc untuk kondisi Awal pada percobaan 1. Pada reaksi ini dimulai dengan

reaktan. Karena awalnya tidak ada produk, harus terjadi perubahan pada reaksi

selanjutnya (sisi sebelah kanan). Ketika kita mengganti konsentrasi [HI] = 1.000

M dan [H2] = [I2] = 0.000 M kedalam persamaan quotien reaksi, kita menemukan

bahwa :

Qc = = = 0

Nilai awal dari Qc adalah 0 tetapi seperti proses reaksi pada langkah selanjutnya,

perbandingan pembilang –[H2][I2]- nilainya menjadi meningkat, dan penyebutnya

–[HI]2- menjadi lebih kecil. Kedua perubahan ini menyebabkan perubahan pada

nilai Qc yang menjadi meningkat. Kesetimbangan tercapai ketika Qc = Kc. Analisa

ini membuat beberapa kriteria dibawah ini :

Page 175: kimia dasar

Jika Qc < Kc, perubahan terjadi pada langkah selanjutnya yaitu dari kiri

kekanan.

Nilai Qc untuk kondisi Awal pada percobaan 2. Reaksi ini dimulai dari

produknya. Perubahan terjadi pada reaksi kebalikannya (kekiri). Kita dapat

menghitung nilai Qc untuk konsentrasi [HI] = 0.000 M dan H2] = [I2] = 1.000 M.

Qc = = ∞

Sehingga proses reaksi terjadi pada langkah kebalikannya, perbandingan

pembilang menurun dan penyebut semakin besar, karena perubahan nilai Qc

menurun. Sekali lagi kesetimbangan tercapai ketika Qc = Kc. Analisa ini membuat

kriteria baru yaitu :

Jika Qc > Kc, perubahan terjadi pada langkah kebalikannya yaitu dari

kanan kekiri.

Untuk kedua masalah di atas, kita dapat memperkirakan langkah perubahannya

tanpa mengevaluasi Qc. Kadang-kadang kita memerlukan perbandingan antara

quotient reaksi dengan tetapan kesetimbangan untuk memperkirakan langkah

perubahan selanjutnya. Percobaan 3 pada tabel 7.4. menghasilkan beberapa

contoh. Tabel 7.5. di bawah ini merupakan ringkasan hubungan antara quotient

reaksi dan tetapan kesetimbangan.

Keadaan awal Perubahan

Q = = 0 Reaktan murni membentuk produk

Q = < K Kebanyakan reaktan membentuk produk

Q = = K Keadaan Setimbang Tidak Ada

Q = > K Kebanyakan Produk membentuk reaktan

Q = > ∞ Murni Produk membentuk reaktan

7.4 Kesetimbangan Heterogen

Page 176: kimia dasar

Banyak sekali kesetimbangan berlangsung dalam sistem heterogen yang

melibatkan zat padat dan zat cair serta gas dan senyawa terlarut. Beberapa contoh

menggambarkan berbagai macam fenomena yang akan dijelaskan dan juga sifat-

sifat baru yang muncul karena kehadiran zat padat dan zat cair.

1. Kesetimbangan fasa antara air dalam bentuk cair dan dalam bentuk uap

H2O(l) H2O(g)

Sepanjang sejumlah air masih ada di dalam bejana, tekanan uap air pada 25oC

akan menjadi 0,03126 atm. Posisi kesetimbangan ini tidak dipengaruhi oleh

jumlah air yang ada.

2. Kesetimbangan antara iodin padat dan iodin yang larut dalam air.

I2(s) I2(aq)

Posisi kesetimbangan ini (diberikan oleh konsentrasi iodin yang larut pada

suhu tertentu) tidak tergantung pada jumlah zat padat yang tersedia, selama zat

padat tersebut ada.

3. Kesetimbangan dalam penguraian kalsium karbonat

CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)

Jika kalsium karbonat dipanaskan, maka ia akan terurai menjadi kalsium

oksida dan karbon dioksida; reaksi kebalikannya akan cenderung terjadi pada

tekanan karbon dioksida yang cukup tinggi. Kesetimbangan dapat dipelajari

dari eksperimen, dan didapatkan pada setiap suhu tertentu, tekanan gas karbon

dioksida tetap, tidak tergantung pada jumlah kalsium karbonat dan kalsium

oksida, selama sejumlah kecil senyawa tersebu masih terdapat di dalam

sistem.

7.4.1 Hukum Aksi Massa untuk Reaksi Heterogen : Konsep Aktivitas

Jika satu atau lebih reaktan atau produk adalah zat padat atau cair dalam

wujud murninya, prosedur menjadi kurang jelas, karena konsentrasi tidak

mempunyai arti apabila diterapkan pada spesies murni. Kesulitan ini dapat

dipecahkan dengan konsep aktivitas, yang merupakan cara praktis untuk

membandingkan sifat-sifat suatu zat dalam keadaan termodinamika umum dengan

sifat-sifatnya dalam keadaan acuan yang dipilih secara khusus.

Page 177: kimia dasar

Konsep aktivitas diperkenalkan dengan meninjau ketergantungan energi

bebas Gibbs suatu sistem terhadap tekanan (jika suatu zat murni) atau terhadap

komposisi (jika suatu larutan) tanpa memandang fasa dari sistem tersebut.

Perubahan energi bebas Gibbs bila gas dibawa dari keadaan acuan Pref ke

tekanan P diberikan oleh :

Persamaan tersebut digunakan bila tekanan P dinyatakan dalam atmosfer dan Pref

= 1 atm. Untuk sistem yang lebih kompleks dapat digunakan dengan persamaan :

dimana aref adalah aktivitas dalam keadaan acuan yang dipilih dan a adalah

aktivitas dalam keadaan termodinamika umum. Aktivitas dalam keadaan acuan

selalu dinyatakan dengan nilai 1. Itu berarti perubahan dalam energi bebas Gibbs

pada waktu pengambilan sistem dari keadaan acuan ke suatu keadaan

termodinamika umum ditentukan oleh aktivitas a dalam keadaan umum.

Aktivitas ini dihubungkan terhadap tekanan atau konsentrasi oleh

koefisien aktivitas (1) yang didefinisikan oleh persamaan :

Koefisien aktivitas untuk gas ideal adalah sama dengan 1. Itu berarti

bahwa aktivitas sebuah gas ideal adalah nisbah antara tekanannya dengan tekanan

standar tertentu. Jika tekanan dinyatakan dalam satuan atmosfer, maka aktivitas

gas ideal secara numerik sama dengan tekanannya. Koefisien aktivitas untuk zat

terlarut i dalam suatu larutan pada konsentrasi ci didefinisikan oleh persamaan :

Untuk zat terlarut dalam larutan encer, keadaan acuan yang dipilih sebagai larutan

ideal pada konsentrasi cref = 1 M.

Keadaan acuan untuk zat padat dan zat cair murni dipilih yang berbentuk

stabil pada 1 atm. Setelah keadaan acuan didefinisikan, koefisien aktivitas dapat

ditentukan dari P-V-T hasil eksperimen dan data kalorimetri. Dari persamaan

Page 178: kimia dasar

aktivitas sistem pada gas ideal akan diperoleh tetapan kesetimbangan K tanpa

memperhatikan fasa dari setiap produk dan reaktan :

Persamaan tetapan kesetimbangan digunakan untuk menuliskan hukum

aksi massa untuk kasus lebih umum dengan memasukkan satu untuk aktivitas zat

cair atau zat padat murni dan rumus ideal yang sesuai untuk aktivitas setiap gas

atau spesies yang larut. Sekali keadaan acuan murni dan satuan konsentrasi

diidentifikasi untuk setiap reaktan dan produk, kemudian energi bebas

ditabulasikan berdasarkan kondisi, keadaan acuan ini dapat digunakan untuk

menghitung tetapan kesetimbangan.

Bentuk umum hukum aksi massa :

1. Gas ikut serta dalam persamaan kesetimbangan sebagai tekanan parsial, dalam

atmosfer.

2. Spesies yang larut masuk sebagai konsentrasi, dalam mol per liter.

3. Zat padat murni dan zat cair murni tidak muncul dalam persamaan

kesetimbangan demikian pula dengan pelarutnya yang akan ikut serta dalam

reaksi kimia, asalkan larutan tersebut encer.

4. Tekanan parsial dan konsentrasi produk muncul di bagian pembilang, dan

tekanan parsial dan konsentrasi reaktan di bagian penyebut, masing-masing

dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan kimia yang setimbang.

Rumus kesetimbangan yang ditulis dengan cara ini mempunyai

kecermatan sekitar 5% jika tekanan gas tidak melebihi beberapa atmosfer dan

konsentrasi pelarut tidak melebihi 0,1 M. Untuk larutan ionik pekat, terutama

untuk zat terlarut ionik dengan berat molekul besar, koreksinya bisa jadi sangat

besar.

7.5 Prinsip Le Chatelier’s

Dalam menggunakan tetapan kesetimbangan, kita tidak selalu memerlukan

hasil dalam bentuk angka. Kadang-kadang jawaban tidak dalam bentuk angka

atau cukup pernyataan saja. Suatu panduan kualitatif untuk kesetimbangan yang

dikenal dengan Prinsip Le Chatelier’s yang dipelopori oleh Henri Le Chatelier

Page 179: kimia dasar

pada tahun 1888. Le Chatelier menyatakan prinsipnya yang agak panjang, tetapi

paragraf dibawah ini akan membantu kita.

Ketika sebuah perubahan (yaitu, perubahan konsentrasi, suhu, tekanan

atau volume) terjadi dalam sistem kesetimbangan, sistem bereaksi dengan

mencapai keadaan setimbang yang baru yang merupakan pengaruh kecil

dari perubahan yang terjadi.

7.5.1 Perubahan Jumlah Unsur yang bereaksi

Ketika kita menambahkan atau mengurangi unsur yang bereaksi pada

kesetimbangan campuran yang homogen, kita mengubah konsentrasinya. Jika

konsentrasi dari satu reaktan berubah begitu juga seharusnya kita menetapkan

lagi nilai Kc. Jika komponen yang ditambahkan adalah padatan atau cairan dalam

kesetimbangan campuran yang heterogen, tidak ada perubahan dalam keadaan

setimbangnya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa cairan dan padatan tidak ada

dalam tetapan kesetimbangan. Tekanan CO2(g) dalam keadaan setimbang dengan

CaO(s) dan CaCO3(s) tidak terpengaruh dengan jumlah 2 padatan tersebut.

CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) Kp = PCO2

Begitu juga dengan reaksi di bawah ini, penambahan atau pengurangan cairan air

tidak berpengaruh terhadap tekanan penguapan air.

H2O(l) H2O(g)

Kp = PH2O

7.5.2 Perubahan Tekanan atau Volume Gas

Kita dapat meningkatkan tekanan parsial gas dengan mengurangi volume

atau kita juga bisa mengurangi tekanan parsial dengan menambah volume.

Coba kita lihat reaksi penguraian N2O4 menjadi NO2 pada 298 K

N2O4(g) 2 NO2(g) Kp = 0.145

Jika PN2O4 dan PNO2 merupakan tekanan parsial, kemudian kesetimbangan

awal dapat dijelaskan dengan persamaan di bawah ini :

Qp = Kp =

P = 1 atm P = 2 atm P = 2 atm

Page 180: kimia dasar

(a) (b) (c)

Gambar 8.4.

= NO2 = N2O4

Jika jumlah NO2 dan N2O4 tidak diubah seperti gambar 14.5 (b), masing-

masing tekanan parsial digandakan karena volume telah dikurangi menjadi

setengah dari volume awal. Sehingga :

Qp = = 2 x = 2 x Kp > Kp

Karena Qp lebih besar dari pada Kp pada gambar 14.5 (b) reaksi terjadi

pada arah sebaliknya. Ini akan mengurangi pembilang dan meningkatkan

penyebutnya dan mengurangi Qp sehingga sekali lagi akan sama dengan Kp .

Persamaan setimbang yang baru akan memiliki N2O4 berlebih dan kekurangan

NO2 daripada awalnya. Pada gambar 8.4 (c) terdapat kesetimbangan yang baru.

Sekarang tambahkan prinsip Le Chatelier’s. Ketika kita mengurangi

volume campuran yang setimbang dengan meningkatkan tekanan parsialnya, kita

menyebabkan molekulnya berdesakan. Reaksi kebalikan terjadi karena 1 mol gas

reaktan N2O4 mengganti 2 molekul gas NO2. Dalam gambar 8.4 (c), kita melihat 2

molekul NO2 dari gambar 8.4 (a) dan 8.4 (b) yang telah mengganti 1 molekul

N2O4.

Pernyataan di bawah ini ringkasan pengaruh perubahan tekanan atau

volume pada kesteimbangan yang melibatkan gas :

Page 181: kimia dasar

Ketika tekanan ditingkatkan atau volume dikurangi, kesetimbangan akan

menghasilkan sejumlah kecil mol gas

Ketika tekanan parsial diturunkan atau volume ditingkatkan akan

menghasilkan sejumlah besar mol gas

Jika tidak ada perubahan sejumlah mol gas dalam reaksi, perubahan tekanan

atau volumenya tidak akan mempengaruhi kesetimbangan

Jika perubahan tekanan gas atau volume dihasilkan dengan menambahkan

gas inert ke dalam campuran yang setimbang, pengaruhnya berbeda. Jika gas inert

ditambahkan pada tekanan yang konstan, volume akan diperluas untuk

menampung gas yang ditambahkan. Ini memiliki pengaruh yang sama seperti

memindahkan campuran ke kontainer yang memiliki volume yang besar. Jika gas

inert ditambahkan ke dalam campuran yang memiliki volume yang konstan,

konsentrasi dan tekanan parsial dari reaktan dan produk tidak berubah dan gas

inert tidak mempengaruhi kesetimbangan.

7.5.3 Perubahan Suhu

Perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya tidak mengubah nilai tetapan

kesetimbangan, tetapi perubahan suhu dari campuran yang setimbang mengubah

nilai Kp atau Kc. Jika tetapan kesetimbangan menjadi semakin besar, reaksi yang

selanjutnya akan terjadi dan kesetimbangan berpindah ke kiri.

Untuk mengubah suhu campuran yang setimbang, kita harus

meningkatkan panas untuk menaikkan suhu atau mengurangi panas untuk

menurunkan suhu. Penambahan panas ke dalam campuran yang setimbang akan

menghasilkan reaksi untuk menyerap panas, reaksi endoterm. Perpindahan panas

menghasilkan reaksi eksoterm sehingga :

Menaikkan suhu dalam sebuah campuran yang setimbang memindahkan

kesetimbangan menjadi reaksi endoterm, mengurangi suhu memindahkan

kesetimbangan menjadi reaksi eksoterm.

7.5.4 Penambahan Katalis

Reaksi SO2 dengan O2 menghasilkan SO3 yang berhubungan dengan

katalis (seperti logam platina). Bagaimanapun reaksi kebalikannya, penguraian

Page 182: kimia dasar

SO3 menjadi SO2 dan O2 juga dipengaruhi oleh katalis.

2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Kc = 2.8 x 102 pada 1000 K

Proporsi SO3 dalam campuran yang setimbang sama jika tidak ada katalis.

Katalis tidak memisahkan kesetimbangan ke arah sebelah kiri atau sebelah kanan,

begitu juga tidak berpengaruh terhadap tetapan kesetimbangan. Sistem mencapai

kesetimbangan lebih cepat. Peraturan katalis adalah untuk mengubah mekanisme

reaksi menjadi reaksi yang memiliki energi aktivasi yang rendah.

7.6 Perhitungan Kesetimbangan

7.6.1 Menentukan Tetapan Kesetimbangan dari Data Eksperimen

Pada contoh di bawah ini kita mencari nilai Kc. Kita diberikan jumlah awal

reaktan dan jumlah produk yang setimbang. Dari data ini kita dapat menentukan

jumlah semua unsur pada keadaan setimbang dan kemudian konsentrasi pada

keadaan setimbang. Terakhir kita dapat menghitung Kc dari konsentrasi tersebut.

Sebuah pendekatan umum yang berguna untuk disusun menjadi tabel di

bawah persamaan kimia : (a) Konsentrasi unsur pada keadaan awal (b) perubahan

konsentrasi pada saat mencapai setimbang (c) Konsentrasi setimbang.

Contoh :

Dengan volume 10.0 L pada suhu 1000 K terdapat, 0.250 mol SO2 dan 0.200 mol

O2 bereaksi membentuk 0.162 mol SO3 pada keadaan setimbang. Berapa Kc

reaksi ?

2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Jawab

Mari mulai dengan mencari konsentrasi awal dari ketiga gas.

[SO2] = = 0.0250 M

[O2] = = 0.0200 M

[SO3] = 0

Dari data di atas kita dapat menghitung tetapan kesetimbangan untuk SO3

Page 183: kimia dasar

[SO3] = = 0.0162 M

Reaksi : 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Mula-mula (M) : 0.0250 0.0250 0

Reaksi (M) : ? ? ?

Setimbang (M) : ? ? 0.0162

Sekarang kita isi yang kosong. Karena kita mulai dengan tidak ada SO3

dan menghasilkan konsentrasi setimbang 0.0162 M, perubahan [SO3] harus

+0.0162 M. Tanda positif menandakan bahwa sesuatu terbentuk. Dari persamaan

kimia, kita melihat jumlah yang sama mol per liter SO2 harus digunakan sebanyak

mol per liter SO3 yang dihasilkan. Perubahan [SO2] sama dengan – 0.0162 M ;

tanda negatif menandakan sesuatu digunakan. Karena hanya 1 mol per liter O2

diperlukan untuk setiap 2 mol per liter SO3 yang dihasilkan, perubahan [O2]

adalah – ½ x 0.0162 M, yang sama dengan – 0.0081 M. Sekarang kita melengkapi

tabel dengan menambahkan perubahan ini dari konsentrasi awal sehingga

mencapai konsentrasi setimbang.

Reaksi : 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Mula-mula M : 0.0250 0.0250 0

Reaksi M : - 0.0162 - 0.0162 + 0.0162

Setimbang M : 0.0088 0.0088 0.0162

Terakhir, kita memasukkan konsentrasi setimbang kedalam persamaan

kesetimbangan.

Kc = = = 2.8 x 102

7.6.2 Menghitung Kesetimbangan dari Kc dan Kp

Salah satu jenis yang paling umum dari perhitungan kesetimbangan yang

dapat dilihat dari contoh di bawah ini. Kita mulai dengan reaktan awal dan tidak

ada produk dan dengan nilai yang diketahui dari tetapan kesetimbangan.

Kemudian kita gunakan data itu dan menghitung jumlah unsur yang ada dalam

Page 184: kimia dasar

keadaan setimbang. Kita gunakan simbol x untuk mencari salah satu perubahan

konsentrasi yang terjadi dalam menentukan kesetimbangan. Kemudian kita

menghubungkan semua perubahan konsentrasi yang lain yaitu x, memasukkan

nilai yang sesuai ke dalam persamaan kesetimbangan dan mengganti x.

Contoh :

Berdasarkan reaksi di bawah ini :

H2(g) + I2(g) 2 HI(g)

Kc = 54.3 pada 698 K

Jika kita mulai dengan 0.500 mol H2(g) dan 0.500 I2(g) dengan volume 5.25 L pada

698 K, berapa mol dari masing-masing gas yang ada dalam keadaan setimbang ?

Jawab

Pertama mari kita hitung konsentrasi awal

[H2] = [I2] = = 0.0952 M

[HI] = 0

Jika kita andaikan x sebagai perubahan konsentrasi H2 dan I2, perubahan [HI]

adalah + 2x karena 2 mol HI dibentuk dari setiap 1 mol H2 dan I2 yang bereaksi.

Kita memasukkan perubahan ini, bersama dengan keadaan awal dan konsentrasi

setimbang, ke dalam tabel dibawah ini :

Reaksi : H2(g) + I2(g) 2 HI(g)

Mula-mula (M) : 0.0952 0.0952 0

Reaksi (M) : - x – x + 2x

Setimbang (M) : ( 0.0952 – x ) ( 0.0952 – x ) 2x

Kemudian kita dapat memasukkan konsentrasi setimbang ke dalam

persamaan kesetimbangan.

Kc = = = =

54.3

Dari persamaan di atas, dapat dicari perubahan x dan mengganti x.

Page 185: kimia dasar

= (54.3)1/2

= (54.3)1/2

2x = (54.3)1/2 x ( 0.0952 – x )

2x = 7.37 x ( 0.0952 – x )

2x = 0.702 - 7.37x

9.37x = 0.702

x = 0.0749

Sekarang kita dapat menghitung konsentrasi setimbang

[H2] = [I2] = 0.0952 - x = 0.0952 - 0.0749 = 0.0203 M

[HI] = 2x = 2 x 0.0749 = 0.150 M

Untuk menentukan jumlah kesetimbangan, kita mengalikan konsentrasi setimbang

dengan volumenya.

Mol H2 = Mol I2 = 5.25 L x 0.0203 mol/L = 0.107 mol

Mol HI = 5.25 L x 0.150 mol/L = 0.788 mol

7.7 Kesetimbangan Kimia Dalam Industri

Banyak proses industri merupakan reaksi kesetimbangan. Masalah yang

dihadapi oleh suatu industri adalah bagaimana memperoleh hasil yang berkualitas

tinggi dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan proses yang efisien dan

efektif. Untuk memecahkan masalah tersebut, pengetahuan tentang

kesetimbangan kimia sangat dibutuhkan oleh beberapa industri kimia, misalnya

industri pembuatan amonia dan asam sulfat.

7.7.1 Pembuatan Amonia (NH3)

Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang sangat penting baik

sebagai bahan dasar pembuatan pupuk maupun sebagai pelarut yang baik untuk

berbagai senyawa ionik dan senyawa polar.

Amonia dibuat berdasarkan reaksi :

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)H = -92 kJ

Page 186: kimia dasar

Proses itu ditemukan pertama kali oleh Fritz Haber (1868 - 1934) yang

berkebangsaan Jerman. Karena karyanya itu, beliau memenangkan hadiah Nobel

pada tahun 1918. Proses itu dikembangkan lebih lanjut oleh Karl Bosch (1874 -

1940), juga dari Jerman. Bosch juga memperoleh penghargaan hadiah Nobel atas

hasil karyanya. Oleh sebab itu, pembuatan amonia dari reaksi antara gas H2 dan

N2 dikenal dengan proses Haber-Bosch.

Berdasarkan asas Le Chatelier, untuk mendapatkan hasil NH3 yang besar,

pada reaksi itu harus digunakan temperatur yang rendah dan tekanan yang tinggi.

Dengan demikian, kesetimbangan akan bergeser ke arah NH3.

Gambar 7.5. Skema proses pembuatan amonia

Distilasi Menggunakan temperatur dan tekanan tinggi

katalis besi

Pengembalian N2 dan H2

Elektrolisis

Akan tetapi, pada kenyataannya reaksi berjalan lambat pada temperatur

biasa, walaupun telah digunakan katalis oksida besi (Fe). Oleh sebab itu, setelah

dilakukan penghitungan-penghitungan yang teliti, digunakan temperatur reaksi

antara 400oC sampai 500oC dan tekanan 100 MPa agar reaksi berjalan lebih cepat,

walaupun jumlah NH3 yang dihasilkan agak berkurang.

Pada saat ini, katalis yang dipakai terbuat dari magnetit (Fe3O4) yang

mengandung K2O, CaO, MgO, Al2O3, dan SiO2. Dalam industri, sumber gas H2

diambil dari gas alam (sumber hidrokarbon), sedangkan sumber gas N2 adalah

udara.

Air Laut

Udara Cair

Hidrogen

Nitrogen

Amonia

Page 187: kimia dasar

Produksi amonia terutama digunakan untuk pembuatan pupuk ZA, urea,

asam nitrat, dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya.

7.7.2 Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat secara besar-besaran dapat dihasilkan dengan proses kontak.

Pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak, bahan yang dipakai adalah

belerang murni yang dibakar di udara, dengan reaksi :

S(s) + O2(g) SO2(g)

SO2(g) yang terbentuk dioksidasi di udara dengan memakai katalisator.

Reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan.

2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Seperti pada pembuatan NH3, untuk mendapatkan hasil SO3 dalam jumlah

besar, pembuatannya harus dilakukan pada temperatur rendah dan tekanan tinggi,

agar kesetimbangan bergeser ke arah SO3. Akan tetapi reaksi tidak dapat

berlangsung pada temperatur rendah. Reaksi baru dapat berlangsung pada

temperatur 400oC.

Dengan menggunkan katalis vanadium pentaoksida (V2O5), reaksi

berlangsung dengan baik, yaitu 98% sempurna dan tidak memerlukan tekanan

tinggi. Pada waktu sebelumnya, katalis platina (Pt) pernah digunakan. Akan

tetapi, ternyata platina tersebut teracuni dan menjadi tidak aktif.

Belerang trioksida (SO3) diabsorpsi oleh asam sulfat pekat dan membentuk

asam pirosulfat (H2S2O7), dengan reaksi :

SO3(g) + H2SO4 pekat H2S2O7(l)

SO3 dilarutkan dalam H2SO4 98% membentuk oleum atau disebut juga

sulfur acid. Asam pirosulfat itu akan dibuah menjadi asam sulfat dengan

menambahkan air dengan reaksi :

H2S2O7(l) + H2O(l) H2SO4(l)

Asam yang dihasilkan dari proses itu adalah 100%.

Oksigen dari air

Oksigen dari air

H2SO4

98%

Air

H2SO4

98%

Page 188: kimia dasar

V2O5

Dibakar di Dipanaskan Dicampur Dilarutkan furnace dengan udara dengan asam

yang mengandung sulfat 98%katalis

Gambar 7.6. Skema proses kontak

Penggunaan asam sulfat antara lain :

1. pada pembuatan pupuk amonium sulfat (ZA) dan asam fosfat (H3PO4);

2. pada proses pemurnian minyak tanah;

3. pada industri baja, untuk menghilangkan karat besi sebelum bajanya dilapisi

timah atau seng;

4. pada pembuatan zat warna;

5. pada industri tekstil, cat, plastik, akumulator (aki), dan bahan peledak.

Belerang murni

Belerang murni

Belerang murni

Belerang murni

Belerang murni

Page 189: kimia dasar

8. STRUKTUR KRISTAL

8.1 Sistem Kristal

Zat padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-

atom atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom

yang teratur letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan

bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang.

Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan

amorf atau bukan kristal.

Bahan kristal untuk yang selanjutnya disebut kristal, dapat dibentuk dari

larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya

lambat, atom-atom atau partikel penyusun zat padat dapat menata diri selama

proses tersebut untuk menempati posisi yang sedemikian sehingga energi

potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur

dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan

susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal.

Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak

mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah

susunan yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini

umumnya hanya mempunyai keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan

inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan

keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.

Page 190: kimia dasar

Diantara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan

amorf di pihak lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat

padat pada keadaan ini tersusun oleh kristal-kristal kecil. Bila ukuran kristalnya

dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang bersangkutan termasuk kristal mikro

(microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde nanometer, maka

bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).

Gaya elektrostatik tarik-menarik antara muatan negatif elektron dan

muatan positif inti atom adalah yang menjadi penyebab timbulnya gaya

pemersatu (kohesi) dalam zat padat. Sementara itu gaya magnet sangat kecil

pengaruhnya pada kohesi, dan gaya gravitasi bahkan dapat diabaikan efeknya. Di

pihak lain, adanya interaksi pertukaran, seperti gaya van der waals dan ikatan

kovalen memberikan sumbangan yang berarti pada kohesi kristal.

Energi kohesi kristal didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk

memecah atau memisahkan kristal menjadi komponen-komponennya yang berupa

atom netral yang bebas. Apabila komponen-komponen kristal berupa ion positif

dan ion negatif, maka energi kohesi lebih tepat disebut energi kisi. Hal ini banyak

dijumpai pada ikatan ionik.

Berdasarkan cara atom-atom berikatan satu sama lain dalam membentuk

kristal, dapat dibedakan : ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan van

der waals, dan ikatan hidrogen.

8.1.1 Simetri Translasi dan Basis

Suatu kristal yang ideal terdiri dari satuan susunan yang identik dan

berulang dalam ruang tiga dimensi yang tak terbatas. Satuan susunan tersebut,

yang disebut basis, atau kumpulan molekul. Basis mengisi volume atau ruang

dengan ukuran tertentu, yang dapat diranslasikan sepanjang jarak yang diskrit

sehingga dapat mengisi seluruh ruang. Wadah yang bersangkutan disebut sel

satuan (unit cell).

“Translasi sepanjang jarak yang diskrit“ memberikan sifat simetri translasi pada

kristal, artinya apabila sel satuan ditranslasikan dengan vektor translasi T akan

diperoleh sel satuan yang identik. Vektor translasi adalah berbentuk :

Page 191: kimia dasar

n1, n2, dan n3 adalah bilangan bulat, sedangkan a, b, dan c adalah vektor satuan

dalam arah tiga dimensi (sejajar dengan rusuk-rusuk persegi-empat dari sel

satuan) sebagai ilustrasi, bila pada posisi r dan r1 dapat ditentukan atom-atom

yang identik, ini berarti r1 memenuhi :

Dikatakan bahwa seperangkat vektor T mendefinisikan kisi ruang atau kisi

Bravais. Kisi Bravais sebenarnya hanyalah merupakan konsep geometri belaka.

Sedangkan kisi kristal yang sesungguhnya adalah gabungan antara kisi Bravais

dan Basis.

8.1.2 Sel Satuan

Sel satuan dibangun oleh vektor basis a, b, dan c. Dalam ungkapan vektor-

vektor ini, volume sel satuan dapat dituliskan sebagai perkalian vektor :

Bentuk dan ukuran sel satuan serta distribusi atom di dalamnya menggambarkan

karakteristik kristal. Pilihan bentuk dan ukuran sel satuan dalam dua dimensi

dapat dilihat pada gambar 8.1. Setiap sel satuan memiliki vektor-vektor basis a

dan b yang unik.

Gambar 8.1. Kisi dua dimensi. Dapat dibentuk sel satuan sembarang

Titik-titik sebagai tempat kedudukan atom dalam kristal disebut titik kisi.

Berdasarkan jumlah titik kisi dalam setiap sel satuan dapat dibedakan sel satuan

primitif dan non-primitif. Sel satuan disebut primitif bilamana dalam sel satuan

Page 192: kimia dasar

tersebut hanya terdapat satu titik kisi, dan bila terdapat lebih dari satu titik kisi

disebut sel satuan non-primitif. Pada gambar 8.2, sel satuan E adalah non-primitif.

8.1.3 Simetri Kisi dan Sistem Kristal

Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain yang membuat kisi

“invarian“ (tidak berubah bentuknya dari semula), yaitu :

a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbol : m)

b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dengan sudut sebesar (2π/n) (simbol n

= 1, 2, 3, 4, dan 6)

c. Inversi : percerminan pada suatu titik tertentu (simbol : i)

d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi

e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi

Beberapa contoh operasi yang bersangkutan dapat dilihat pada gambar 8.2.

Gambar 8.2. Contoh operasi simetri : a. rotasi, b. rotasi dan refleksi, c. luncuran, dan d. ulir

Bila kristal memiliki simetri rotasi, artinya kisi kristal tersebut dapat

diputar terhadap sumbu tertentu dengan sudut 2π/n dan n = 1, 2, 3, 4, ... Akan

tetapi, tidak semua operasi rotasi dapat dilakukan terutama bila dikaitkan dengan

sifat simetri translasinya. Dengan syarat ini maka untuk kisi dua dimensi rotasi

yang mungkin hanyalah untuk n = 3, 4, dan 6 saja; perhatikan gambar 7.3.

Dalam ruang tiga-dimensi, persyaratan simetri nampak lebih ketat, yang

variasi panjang vektor a, b dan c serta besarnya sudut (α, β, γ) yang dibentuk oleh

Page 193: kimia dasar

vektor-vektor itu. Persyaratan panjang vektor dan besarnya sudut tersebut

menghasilkan 14 kisi Bravais dalam ruang tiga-dimensi, baik primitif maupun

non-primitif yang tertuang dalam 7 sistem kristal, seperti pada gambar 8.4

parameter kisi dan sistem kristal ditunjukkan pada tabel 8.1.

Gambar 8.3. Dalam dua-dimensi bentuk kisi yang memenuhi syarat periodik terbatas jumlahnya. Hanya segi 3, 4, dan 6 yang dapat digunakan, untuk segi 5 dan 8 tersisa bidang yang berbeda bentuknya dengan bentuk kisi, sedangkan pada segi 7 terjadi penumpukan.

Tabel 8.1. Sistem Kristal, Parameter Kisi dan Kisi Bravais

Page 194: kimia dasar

Gambar 8.4. Tujuh Sistem Kristal dan 14 Kisi Bravais

Page 195: kimia dasar

Gambar 8.5. Sel Satuan dengan kisi non-Bravais : 1. Intan, 2. Sengblende, 3. Wurtzit, 4. CsCl. 5/ Cu2O, 6. SiF4, 7. MoAl12, 8. BaTiO9, 9.K2PtCl4

Page 196: kimia dasar

8.2 Struktur Kristal dan Difraksi Sinar X

8.2.1 Struktur Kristal

8.2.1.1 Struktur Kristal Sederhana

Tiga jenis struktur kristal yang relatif sederhana dapat dijumpai pada

kebanyakan logam, yaitu : kubus pusat sisi (face-centered cubic = FCC), kubus

pusat ruang (body centered cubic = BCC) dan heksagonal mampat (hexagonal

close-packed = HCP).

Satu jenis lagi struktur kristal yang paling sederhana, meskipun cukup

jarang ditemukan adalah kubus sederhana (simple cubic = SC). Selain untuk

HCP, jumlah atom pada setiap sel satuan bagi struktur kristal tersebut adalah :

- FCC memiliki 4 atom/sel satuan

- BCC memiliki 2 atom/sel satuan

- SC memiliki 1 atom/sel satuan

Koordinat atom-atom dalam setiap sel satuan dapat dinyatakan relatif

terhadap panjang parameter kisinya (kubus : a = b = c = ao). Dengan cara ini

koordinat atom-atom tersebut adalah :

- FCC : (0, 0, 0); (1/2, ½, 0); (1, 0, ½); (0, ½, ½)

- BCC : (0, 0, 0); (1/2, ½, ½)

- SC : (0, 0, 0)

Daftar kristal logam dan struktur kristal serta parameter kisinya disajikan

pada tabel 8.2 sedangkan beberapa jenis kristal non logam lainnya diberikan pada

gambar 8.6.

Soal :Tentukan jumlah atom (berdasarkan jenis atomnya) dan koordinatnya dalam

setiap struktur kristal pada gambar 8.6.

Tabel 8.2. Struktur kristal unsur-unsur

Page 197: kimia dasar

8.2.12 Susunan Mampat

Atom-atom yang menempati titik kisi digambarkan sebagai sebuah titik.

Bila atom-atom itu digambarkan sebagai sebuah bola yang saling bersinggungan

dengan atom tetangga terdekatnya, akan didapat susunan mampat (packing

structure). Khusus untuk satuan sel heksagonal terdapat dua jenis susunan

mampat, yaitu heksagonal mampat (HCP) dan kubus mampat (cubic close-packed

= CCP), lihat gambar 8.6.

Untuk mengetahui besarnya penggunaan ruang sel oleh atom-atom

didefinisikan faktor pemampatan atom (atomic packing factor = APF), yang

menyatakan perbandingan antara volume ruang yang ditempati atom dan volume

total sel satuan. Sebagai contoh, perhatikan gambar 8.7. Akan kita hitung APF

untuk struktur SC. Dari gambar 7.7, andaikan jari-jari atom R dan tetapan kisi

(panjang rusuk) ao, jelaskan bahwa :

Gambar 8.6. Susunan mampat sel satuan heksagonal : a. heksagonal mampat (hcp), b. kubus

mampat (ccp), c. tampak atas truktur hcp.

Page 198: kimia dasar

Gambar 8.7. Faktor pemampatan atom untuk kubus bersusunan mampat : kubus pusat sisi

(FCC), kubus pusat ruang (BBCC), kubus sederhana (SC) dan struktur intal (diamond).

Bilangan dalam % menunjukkan besarnya APF.

Dalam setiap sel satuan SC terdapat sebuah atom, sehingga volume yang

ditempati atom :

Sedangkan volume sel satuan adalah:

Jadi faktor pemampatan atom :

Hasil ini menunjukkan bahwa atom-atom dalam kristal SC menempati 52% dari

volume kristal keseluruhan.

Soal :

Dari gambar 8.7, ditunjukkan bahwa APF untuk setiap kristal berikut adalah :

FCC = 74%, BCC = 68% dan struktur intan = 34%.

8.2.2 Difraksi Kristal

Syarat agar terjadi difraksi pada kristal adalah penggunaan gelombang

radiasi dengan panjang gelombang yang seorde dengan jarak antar atom dalam

kristal (dalam angstrom). Dengan mengetahui puncak-puncak difraksi dari

gelombang yang dipantulkan oleh bidang kristal (lebih tepat atom-atom pada

Page 199: kimia dasar

bidang), maka struktur kristal dari cuplikan yang bersangkutan dapat dipelajari

atau mungkin dapat direkonstruksi.

Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk keperluan difraksi kristal meliputi

: sinar-X, berkas neutron termal, dan berkas elektron. Difraksi dapat terjadi

bilamana panjang gelombang berkas radiasinya sekitar 1 angstrom.

8.2.2.1 Sumber Radiasi

a. Sinar-X

Radiasi sinar-X dibangkitkan oleh tabung sinar-X. Spektrum

keseluruhan dari sinar-X bersifat polikromatis. Untuk keperluan difraksi

digunakan spektrum karakteristik dengan intensitas yang terkuat, biasanya

spektrum Kα. Selanjutnya, untuk menjamin agar berkas sinar-X benar-benar

monokromatis diperlukan filter. Bahan filter bergantung pada panjang

gelombang spektrum Kα yang akan dipakainya. Beberapa jenis bahan filter

diberikan pada tabel 8.3.

Tabel 8.3. Jenis-jenis bahan filter sesuai dengan spectrum Kα

b. Neutron

Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat berlangsung di

dalam reaktor atom (melalui reaksi fisi) dan dalam generator neutron. Dalam

reaktor atom, reaksi fisi diawali dengan penembakan neutron termal yang

diarahkan pada inti berat, misal uranium, sehingga terjadi pembelahan

inti (fisi) yang disertai dengan pemancaran neutron (dalam jumlah yang

banyak) dan pembebasan energi sampai 200 MeV; menurut reaksi :

Page 200: kimia dasar

Dalam generator neutron, berkas neutron dapat dihasilkan melalui

penembakan partikel cepat ke arah inti atom, dan memberikan hasil reaksi

berupa neutron dan inti hasil reaksi. Persamaannya dapat ditulis sebagai

berikut :

atau dapat dituliskan dengan

notasi : a(A, B)n. Salah satu contoh reaksi tersebut misalnya :

Berkas neutron, yang dihasilkan oleh reaksi inti umumnya memiliki

energi yang tinggi (neutron cepat). Agar neutron memiliki panjang gelombang

sekitar 1 angstrom, maka energinya harus diturunkan, menurut hubungan :

dengan panjang gelombang neutron (de Broglie), h tetapan Planck, dan p

momentum neutron, serta E energi neutron dalam eV. Agar panjang

gelombang neutron sekitar 1 angstrom, maka menurut persamaan di atas

energi neutron

haruslah sekitar 0,025 eV (termasuk neutron termal). Adapun klasifikasi

neutron menurut besarnya energi adalah :

- neutron termal : berenergi 0,025 eV

- neutron lambat : berenergi 0 - 1 keV

- neutron menengah : berenergi 1 - 500 keV

- neutron cepat : berenergi 0,5 - 10 MeV

- neutron ultra-cepat : berenergi >10 MeV

Untuk menurunkan energi neutron perlu langkah termalisasi, dengan cara

melewatkan berkas neutron pada moderator (air, grafit, air berat : D2O).

Selanjutnya neutron termal ( sekitar 1 angstrom) masih memerlukan upaya

penyelesaian agar berkas neutron bersifat monokromatis (monoergis), dan

sebagai monokromator umumnya dipakai kristal grafit.

Page 201: kimia dasar

c. Elektron

Berkas elektron dihasilkan dari elektron gun. Pemilihan panjang

gelombang elektron dilakukan dengan mengatur tegangan pemercepatnya

(energi elektron), menurut persamaan :

Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk difraksi

kristal adalah karena elektron merupakan partikel bermuatan. Sebagai partikel

bermuatan, elektron mudah diserap oleh bahan, sehingga daya tembusnya

kurang. Dengan demikian, difraksi elektron hanya memberikan informasi

tentang permukaan bahan saja.

8.2.2.2 Difraksi Sinar-X

Di antara sumber-sumber radiasi yang dapat dipergunakan untuk difraksi

kristal, berkas sinar-X adalah yang paling sesuai ditinjau dari kesederhanaan

teknik pembangkitnya serta maksimalnya hasil difraksi dalam memberikan

informasi tentang struktur kristal. Dua berkas sinar-X yang mengenai atom-atom

pada bidang kristal pada gambar 7.8. Berkas sinar pertama dan kedua memiliki

perbedaan lintasan sebesar 2d sin untuk sampai pada titik pengamatan. Agar

terjadi interferensi yang konstruktif (saling menguatkan), maka beda lintasan yang

bersangkutan haruslah merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang sinar-

X tersebut. Ini berarti :

yang disebut syarat Bragg. d jarak antar bidang (hkl) yang sama, sudut difraksi,

dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan.

Dalam difraktometer sinar-X, posisi kristal sedemikian sehingga

pengukuran dilakukan pada sudut 2, yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar

hambur.

Gambar 8.8. Difraksi sinar-X : a. berkas sinar-X dipantulkan oleh bidang (hkl) yang

berjarak d satu sama lain, b. berkas sinar datang dan sianr hambur membentuk sudut 2, c.

data I vs 2 dari difraktometer sinar-X

Page 202: kimia dasar

Dengan demikian, pengukuran yang bersangkutan menghasilkand ata intensitas

berkas sinar hambur (I) dan sudut difraksi (2). Perhatikan gambar 8.8b dan 8.8c.

Dari data yang dihasilkan, dapat dihitung jarak antar bidang dari bidang-bidang

yang mendifraksikan berkas sinar-X. Dengan demikian, melalui difraksi sinar-X

dapat diketahui beberapa parameter kisi dan struktur kristal dari cuplikan yang

diamati.

8.2.2.3 Difraksi dan Kisi Balik

Sel satuan kristal dibangun oleh vektor-vektor basis a, b dan c. Untuk

selanjutnya, kisi dalam ruang (real) tiga dimensi tersebut disebut kisi langsung

(direct-lattice). Sebaliknya dapat didefinisikan kisi balik (resiprocol-lattice) yang

dibangun oleh vektor-vektor basis dalam ruang balik

menurut hubungan :

dengan

yaitu volume sel satuan. Sifat-sifat selanjutnya dari vektor basis yang

bersangkutan :

Page 203: kimia dasar

Vektor dalam kisi balik Ghkl (semacam vektro translasi T dalam kisi langsung)

dinyatakan sebagai berikut :

Berhubungan dengan bidang (hkl) dalam kisi dengan sifat sebagai berikut :

Gambar 8.9. Posisi vektor gelombang datang, vektor gelombang hambur, vektor hamburan,

dan vektor normal bidang.

Kembali pada difraksi kristal, pada gambar 8.9a dapat diperhatikan bahwa vektor

hamburan s adalah :

dengan k dan ko berturut-turut adalah vektor gelombang hambur dan vektor

gelombang datang. Besarnya s (gambar 8.9b) adalah :

Page 204: kimia dasar

karena hamburan dianggap elastis : k = ko. Bila dinyatakan dalam ungkapan

vektor normal (tegak lurus) bidang (hkl), Ghkl maka vektor hamburan memiliki

bentuk :

karena , dengan :

maka :

vektor hamburan s selanjutnya dapat ditulis :

Dengan mengingat kembali syarat Bragg : akibatnya didapatkan:

yaitu syarat Bragg dalam ungkapan vektor hamburan dan vektor dalam kisi balik.

8.3 Pengaruh Besaran Ion Pada Geometri Kristal

Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik

(Coulomb) antara ion positif dan ion negatif. Terbentuknya ion-ion tersebut

disebabkan oleh terjadinya transfer elektron antar atom-atom yang membentuk

ikatan. Beberapa contoh kristal ionik antara lain : NaCl, CsCl, KBr, NaI, dst.

Untuk NaCl, elektron pada atom Na ditransfer kepada atom Cl :

Selanjutnya ion Na+ dan ion Cl- yang dalam keadaan gas berikatan satu

sama lain dan membentuk kristal dengan melepaskan energi kisi (kohesi) sebesar

7,9 eV:

Page 205: kimia dasar

8.1)

Apabila ion Na+ dan ion Cl- berdekatan pada jarak r, besarnya energi

(potensial) tarik-menarik Coulomb adalah :

8.2)

dengan e muatan listrik ion dan εo permitivitas hampa. Gaya tarik-menarik ini

tidak mengakibatkan kedua ion terus mendekat, sampai jarak yang sedekat-

dekatnya, karena orbital tertutup yang terisi penuh elektron pada masing-masing

atom juga saling berdekatan. Sebagai akibatnya, timbul gaya tolak antar elektron

pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan Pauli. Besarnya energi tolak-

menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :

atau :

8.3)

A, B dan ρ adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan 8.3 terlihat bahwa

energi tolak menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak antar

ion. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi tolak menolak tersebut adalah

berjangkauan pendek, terutama bila dibandingkan dengan interaksi elektrostatik

Coulomb. Dengan demikian, setiap ion hanya merasakan interaksi tolak menolak

dengan ion tetangga terdekatnya saja.

Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan berinteraksi

baik dengan ion tetangga terdekatnya maupun dengan ion tetangga berikutnya,

karena interaksi ini berjangkauan lebih jauh. Dengan ini kita perlu

memperhitungkan pengaruh tetangga yang lebih jauh tersebut dalam perhitungan

energi interaksinya.

Tabel 8.4. Jenis dan jarak ion-ion tetangga dari ion tinjauan Na+ dalam sel satuan kristal

NaCl

Page 206: kimia dasar

Dengan menggunakan data tersebut, besarnya energi elektrostatik setiap pasangan

ion dapat dituliskan sebagai berikut :

α disebut tetapan Madelung. Untuk selanjutnya α merupakan karakteristik kisi

terutama untuk kristal ionik, karena nilainya bergantung pada struktur kristal yang

bersangkutan. Berikut ini dapat dibandingkan nilai α untuk beberapa kristal ionik :

NaCl : α = 1,748

ZnS : α = 1,638

CsCl : α = 1,736

Pada kristal NaCl, ion-ion Na+ dan Cl- berada dalam kedaan setimbang

pada jarak keseimbangan ro, yaitu jarak terdekat antara ion Na+ dan Cl- pada

gambar 8.10 a dan d. Besarnya energi total sebagai fungsi jarak antar ion :

8.4)

Energi kisi adalah energi total pada r = ro. Dalam grafik pada gambar 8.11, E(ro)

adalah nilai energi keseimbangan pada titik minimum dari kurva E (r). Hal ini

berarti turunan pertama dari E (r) terhadap r pada r = ro adalah sama dengan nol.

Jadi,

Page 207: kimia dasar

Gambar 8.10. Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a. Sel satuan secara

umum, b. Konfigurasi Oktahedral, setiap atom dikelilingi 6 atom tetangga terdekat, c.

Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang kisi kubus.

Gambar 8.11

menghasilkan :

Page 208: kimia dasar

8.5)

masukkan nilai ini ke persamaan 8.4) diperoleh :

8.6)

pada keadaan seimbang, r - ro didapatkan ungkapan bagi energi kisi :

8.7)

Terlihat pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada

tetapan Madelung, sementara itu nilai tetapan ρ biasanya hanya beberapa persen

dari nilai ro. Mott dan Gurney melaporkan bahwa ρ = 0,345 angstrom untuk 20

macam kristal ionik alkali halida. Distribusi elektron di sekitar ion pada kristal

NaCl ditunjukkan pada gambar 8.12. Angka-angka yang tersaji pada kontur

menunjukkan konsentrasi relatif elektron di lokasi yang bersangkutan.

Gambar 8.12. Distribusi rapat elektron

pada bidang dasar kristal NaCl.

Konsentrasi relatif elektron ditunjukkan

oleh angka- angka yang tercantum

Tabel 8.4. Persentase keionikan beberapa kristal biner (mempunyai dua jenis atom)

Page 209: kimia dasar

Gambar 8.13. Energi molekul hidrogen sebagai fungsi jarak antar atom

8.4 Struktur Logam

Kebanyakan logam murni mengkristal dalam salah satu dari tiga bentuk

yang sederhana.

8.4.1 Susunan Rapat

Lapisan tersusun-rapat dari bola-bola identik, yaitu lapisan dengan

penggunaan ruang yang maksimum, dapat dibentuk dengan menumpukkan

lapisan tersusun rapat dua dimensi satu di atas yang lainnya. Akan tetapi,

penumpukan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, sehingga menghasilkan

politipe tersusun rapat, atau struktur yang identik dalam dua dimensi (bidang

tersusun rapat) tetapi berbeda dalam tiga dimensi.

Kita dapat membentuk lapisan tersusun rapat kedua, dengan menempatkan

bola-bola di bagian rendah dari lapisan pertama. Lapisan ketiga dapat

ditambahkan dalam dua cara, pertama, bola-bola itu ditempatkan sehingga

menghasilkan lapisan pertama, menghasilkan pola lapisan ABA (gambar 8.14).

Cara lain, bola-bola ditempatkan di atas sela pada lapisan pertama (gambar 8.15),

sehingga menghasilkan pola ABC.

Page 210: kimia dasar

Gambar 8.14. Pola lapisan ABA (hcp)

G

Gambar 8.15. Pola lapisan ABC (bcc)

Dua politipe terbentuk jika kedua pola penumpukkan itu diulang dalam

arah vertikal. Jika pola ABA diulang, sehingga menghasilkan urutan lapisan

ABABA …, maka bola-bola itu tersusun rapat secara heksagonal (hcp). Selain itu

juga, jika pola ABC diulang, sehingga menghasilkan urutan ABCABC…, maka

bola-bola itu tersusun rapat kubus (ccp). Struktur ccp menimbulkan sel satuan

berpusat muka, sehingga struktur itu dapat juga dinyatakan dengan kubus F (atau

fcc, singkatan dari face-centered cubic ; kubus berpusat muka).

Cubic close packingABCABCABC****

Hexagonal close packing, ABABAB***

Page 211: kimia dasar

Kekompakan struktur ccp dan hcp ditunjukkan dengan bilangan

koordinasi, yaitu jumlah atom yang mengelilingi suatu atom tertentu. Dalam

kedua hal ini, bilangan koordinasinya 12. Ukuran kekompakan yang lain adalah

fraksi penyusunan, yaitu fraksi ruang yang ditempati oleh bola-bola itu yang

besarnya 0,740. Jadi, dalam padatan yang tersusun rapat dengan bola identik,

26,0% volumenya adalah ruang kosong. Kenyataan bahwa banyak logam

merupakan susunan rapat, menyebabkan satu dari sifat khas yang sama, yaitu

rapatannya yang tinggi. Gambar berikut merupakan jenis dari beberapa struktur

logam.

Gambar 8.16. Struktur Kristal Logam

8.4.2 Struktur yang Tersusun Kurang Rapat

Sejumlah logam biasa mempunyai struktur yang tersusun kurang rapat. Ini

menunjukkan bahwa ikatan kovalen khusus antara atom yang bertetangga, mulai

mempengaruhi struktur dan menentukan pengaturan geometris khusus. Salah satu

pengaturan ini menghasilkan kisi kubus bcc (kubus berpusat badan), dengan satu

bola di pusat kubus yang terbentuk dari delapan bola lainnya. Struktur bcc

dimiliki oleh sejumlah logam biasa, termasuk Ba, Cs, Cr, Fe, K, dan W. Bilangan

koordinasinya hanya 8, dan fraksi penyusunannya hanya 0,68. Ini menunjukkan

Page 212: kimia dasar

bahwa hanya dua pertiga ruang yang benar-benar ditempati. Struktur logam dari

unsur yang terdapat pada sistem periodik dapat dilihat pada gambar 8.17.

Gambar 8.17. Jenis Struktur Logam

Sumber :

8.5 Struktur Molekul Raksasa

Oksida-oksida dari unsur-unsur periode 3 yaitu : Na2O, MgO, Al2O3, SiO2,

P4O10, P4O6, SO3, SO2, Cl2O7, dan Cl2O. Oksida-oksida tersebut dikenal sebagai

oksida-oksida tertinggi dari tiap unsur. Oksida-oksida ini terbentuk pada saat

unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan oksidasi tertinggi. Pada oksida-oksida

ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam pembentukan ikatan mulai dari

natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga klor dengan 7 elektron

terluar.

Oksida logam yaitu Na2O, MgO, dan Al2O3 cenderung membentuk struktur

ionik raksasa, SiO2 membentuk struktur kovalen raksasa, P4O10, P4O6, SO3, SO2,

Cl2O7, dan Cl2O membentuk struktur molekuler.

Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh

dan titik didih yang tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk

memutuskan ikatan yang kuat (ionik atau kovalen) yang bekerja pada tiga

dimensi. Oksida-oksida fosfor, sulfur, dan klor terdiri dari molekul-molekul

individual, beberapa diantaranya kecil dan sederhana, dan yang lainnya berupa

polimer. Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi atau

Page 213: kimia dasar

penyebaran gaya Van der Waals dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang

bermacam-macam ini tergantung pada ukuran, bentuk dan polaritas dari masing-

masing molekul, tapi akan selalu lebih lemah daripada yang dibutuhkan untuk

memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur raksasa. Oksida-oksida ini

cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.

Semua oksida dari unsur pada periode 3 ini tidak memiliki elektron bebas

sehingga tidak dapat menghantar arus listrik dalam wujud padat. Oksida-oksida

ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan sehingga dapat menghantarkan

arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektroda dan pelepasan

muatan ion-ion saat mencapai elektroda.

8.5.1 Oksida Logam

8.5.1.1 Struktur

Oksida-oksida natrium, magnesium dan aluminium terdiri dari struktur

raksasa yang mengandung ion-ion logam dan ion-ion oksida. Magnesium oksida

memiliki struktur seperti NaCl sedangkan natrium oksida dan aluminium oksida

memiliki struktur yang lebih rumit.

8.5.1.2 Titik Leleh dan Titik Didih

Antara ion-ion pada masing-masing oksida terdapat gaya tarik menarik

yang kuat dan gaya tarik menarik ini membutuhkan energi yang besar untuk

diputuskan. Oleh karena itu oksida-oksida logam memiliki titik leleh dan titik

didih yang tinggi.

8.5.1.3 Daya Hantar Arus Listrik

Oksida-oksida logam pada periode 3 tidak dapat menghantar arus listrik

dalam wujud padat tetapi terjadi reaksi elektrolisis pada wujud cair. Cairan oksida

logam ini dapat menghantar arus listrik karena adanya pergerakan dan perubahan

muatan ion-ion yang ada. Contohnya adalah elektrolisis aluminium oksida dalam

pembuatan aluminium. Bisa tidaknya cairan natrium oksida dielektrolisis

tergantung pada cairan atau lelehannya apakah menyublim atau terurai pada

keadaan biasa atau tidak. Jika menyublim, maka tidaka ada cairan untuk

Page 214: kimia dasar

dielektrolisis. Magnesium dan aluminium oksida memiliki titik leleh yang sangat

tinggi sehingga sulit untuk dielektrolisis dalam laboratorium sederhana.

8.5.2 Silikon dioksida (Silikon (IV) oksida)

8.5.2.1 Struktur

Silikon dioksida memiliki struktur kovalen raksasa. Terdapat tiga bentuk

silikon dioksida yang berbeda. Yang paling mudah diingat dan digambarkan

adalah struktur yang mirip intan. Kristal silikon memiliki struktur yang sama

dengan intan. Untuk mengubahnya menjadi silikon dioksida, perlu dilakukan

perubahan struktur silikon dengan menyisipkan beberapa atom oksigen.

Perhatikan bahwa masing-masing atom silikon dengan atom silikon

tetangganya dijembatani oleh atom oksigen.

8.5.2.2 Titik Leleh dan Titik Didih

Silikon dioksida memiliki titik leleh yang tinggi tergantung pada

strukturnya kira-kira 1700oC. Ikatan kovalen silikon-oksigen yang sangat kuat

harus diputuskan terlebih dahulu sebelum meleleh. Silikon dioksida mendidih

Page 215: kimia dasar

pada suhu 2230oC. Hal ini disebabkan silikon dioksida memiliki struktur raksasa

sehingga titik leleh dan titik didihnya tinggi.

8.5.2.3 Daya Hantar Arus Listrik

Silikon dioksida tidak memiliki elektron bebas atau ion-ion yang dapat

bergerak sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik dalam wujud padat

maupun cair.

8.5.3 Oksida-Oksida Fosfor

Fosfor memiliki dua oksida yang umum yaitu fosfor (III) oksida, P4O6, dan

fosfor (V) oksida, P4O10.

8.5.3.1 Fosfor (III) Oksida

Fosfor (III) oksida merupakan padatan putih, meleleh pada suhu 24oC dan

mendidih pada suhu 173oC. Struktur dari molekul ini paling baik disusun dari

molekul-molekul P4 yang tetrahedral.

Molekul P4

Molekul P4

Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak

berpasangan) membentuk tiga ikatan dengan oksigen.

Molekul P4O6

8.5.3.2 Fosfor (V) Oksida

Page 216: kimia dasar

Fosfor (V) oksida merupakan padatan putih yang dapat menyublim pada

suhu 300oC. Fosfor menggunakan semua elektron terluar untuk berikatan. Padatan

fosfor (V) oksida berdada dalam beberapa bentuk berbeda, beberapa diantaranya

berbentuk polimer.

Molekul P4O10

8.5.4 Oksida-Oksida Sulfur

Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV)

oksida), SO2, dan sulfur trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.

8.5.4.1 Sulfur Dioksida

Sulfur dioksida merupakan gas tak berwarna pada suhu kamar dan mudah

dikenali dari baunya yang khas.

..S

O OSulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan

rangkap dengan oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur.

Bentuk bengkok dari SO2 adalah akibat dari adanya elektron bebas ini.

8.5.4.2 Sulfur trioksida

Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik

didih yang rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara

membentuk asam sulfat. Sulfur trioksida dalam keadaan gas, terdiri dari molekul

sederhan SO3 dimana semua elektron terluar dari sulfur terlibat dalam

pembentukan ikatan.

Page 217: kimia dasar

O

S

O OTerdapat bermacam-macam bentuk sulfur trioksida, yang paling sederhana

adalah trimer, S3O9, dimana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.

Molekul S3O9

Terdapat bentuk polimer lainnya dimana molekul SO3 bergabung membentuk

rantai panjang, sebagai contoh :

8.5.5 Klor Oksida

Klor membentuk beberapa oksida diantaranya yaitu klor (I) oksida, Cl2O,

dan klor (VII) oksida, Cl2O7.

8.5.5.1 Klor (I) Oksida

Klor (I) oksida merupakan gas berwarna merah kekuningan pada suhu

ruangan yang terdiri dari molekul ionik sederhana.

O

Cl Cl

8.5.5.2 Klor (VII) Oksida

Page 218: kimia dasar

Dalam klor (VII) oksida, klor menggunakan 7 elektron terluarnya untuk

membentuk ikatan dengan oksigen menghasilkan molekul yang lebih besar

sehingga titik leleh dan titik didihnya lebih tinggi daripada klor (I) oksida . Klor

(VII) oksida merupakan cairan seperti minyak yang tak berwarna pada suhu

ruangan. Pada diagram, digambarkan rumus struktur yang standar. Pada

kenyataannya, bentuknya adalah tetrahedral di sekitar kedual Cl dan berbentuk V

di sekitar oksigen pusat.

O O

O Cl O Cl O

O O

8.5.6 Karbon

Semula ada enam bentuk padatan elemen karbon yang diketahui, yaitu 2

jenis grafit, 2 jenis intan, chaoit dan karbon VI. Dua bentuk yang disebut terakhir

ditemukan pada tahun 1968 (chaoit) dan tahun 1972 (karbon VI). Kemudian

Robert F. Curl, Harold W, Kroto dan Richard E. Smalley menemukan alotrop

karbon baru yang dinamakan fullerena. Fullerena terbentuk ketika uap karbon

berkondensasi di dalam sebuah atmosfer gas inert. Gas karbon dapat diperoleh

dengan mengarahkan pulsa intensitas sinar laser pada permukaan karbon. Atom-

atom karbon yang dilepaskan dicampur dengan suatu aliran gas helium dan

bergabung membentuk cluster-cluster yang jumlahnya bisa mencapai seratus

atom. Kemudian gas dilewatkan dalam ruang vakum dimana gas tersebut akan

mengembang dan mendingin pada beberapa derajat di atas nol derajat absolut.

Cluster-cluster karbon tersebut dapat dianalisis dengan spektroskopi massa dan

diperoleh cluster dengan 60 atom karbon dan cluster dengan 70 atom karbon. C60

ternyata mempunyai tingkat kestabilan tinggi. C60 memiliki bentuk molekul

bujursangkar icosahedron terpotong, yaitu sebuah polihedron dengan 20

permukaan heksagonal dan 12 permukaan pentagonal. Kratschmer dan D.R

Huffman pertama kali memproduksi sejumlah C60 yang isolabil dengan jalan

menyemburkan percikan api diantara dua batang grafit, untuk membakar atmosfer

Page 219: kimia dasar

helium dan mengekstraksi kondensat karbon dengan menggunakan pelarut

organik.

Alotrop karbon fullerena memiliki kegunaan seperti :

a. membuat superkonduktor dari garam C60,

b. membuat polimer baru 3 dimensi,

c. membuat katalis baru,

d. mengembangkan benda-benda elektrik, optik, dan sensor,

e. membuat pipa pembuluh dengan ujung tertutup.