kimia anor transisi

4
2.1 Batasan Senyawa Kompleks Senyawa-senyawa seperti air, H 2 O, asam hidroklorida, HCl, natrium hidroksida, NaOH, garam natrium klorida, NaCl, asam sulfat, H 2 SO 4 , natrium sulfat, Na 2 SO 4 dan perak klorida, AgCl menunjukkan ikatan antara dua atom atau lebih berdasarkan valensi atom-atomnya yang sudah tepat atau jenuh, yaitu masing-masing H = +1, O = -2, Na = +1, Cl = -1, S = +6, dan Ag = +1. Demikian juga bagi senyawa-senyawa CoCl 2 , NiCl 2 maupun CuSO 4 , valensi logam Co, Ni, dan Cu masing-masing adalah +2. Senyawa-senyawa seperti ini dikatakan sebagai senyawa sederhana. Namun demikian, peristiwa melarutnya endapan AgCl dalam larutan amonia, demikian juga berubahnya larutan biru muda CuSO 4 dalam air menjadi biru tua pada penambahan larutan amonia, merupakan peristiwa yang membingungkan para ahli kimia pada waktu itu. Hal ini disebabkan oleh hadirnya atau bergabungnya molekul netral NH 3 dalam suatu senyawa yang sudah netral tersebut, jelas tidak dapat dipahami berdasarkan nilai valensi seperti halnya pada senyawa-senyawa sederhana di atas. Di kemudian hari pelarutan tersebut masing- masing dapat diidentifikasi sebagai terbentuknya ion (kompleks) [Ag(NH 3 ) 2 ] + , dan [Cu(H 2 O) 2 (NH 3 ) 4 ] 2+ .

Upload: andika-permana

Post on 18-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Kimia Anor Transisi

TRANSCRIPT

2.1 Batasan Senyawa Kompleks

Senyawa-senyawa seperti air, H2O, asam hidroklorida, HCl, natrium hidroksida, NaOH, garam natrium klorida, NaCl, asam sulfat, H2SO4, natrium sulfat, Na2SO4 dan perak klorida, AgCl menunjukkan ikatan antara dua atom atau lebih berdasarkan valensi atom-atomnya yang sudah tepat atau jenuh, yaitu masing-masing H = +1, O = -2, Na = +1, Cl = -1, S = +6, dan Ag = +1. Demikian juga bagi senyawa-senyawa CoCl2, NiCl2 maupun CuSO4, valensi logam Co, Ni, dan Cu masing-masing adalah +2. Senyawa-senyawa seperti ini dikatakan sebagai senyawa sederhana.

Namun demikian, peristiwa melarutnya endapan AgCl dalam larutan amonia, demikian juga berubahnya larutan biru muda CuSO4 dalam air menjadi biru tua pada penambahan larutan amonia, merupakan peristiwa yang membingungkan para ahli kimia pada waktu itu. Hal ini disebabkan oleh hadirnya atau bergabungnya molekul netral NH3 dalam suatu senyawa yang sudah netral tersebut, jelas tidak dapat dipahami berdasarkan nilai valensi seperti halnya pada senyawa-senyawa sederhana di atas. Di kemudian hari pelarutan tersebut masing- masing dapat diidentifikasi sebagai terbentuknya ion (kompleks) [Ag(NH3)2]+, dan [Cu(H2O)2(NH3)4]2+.

Demikian juga keberhasilan isolasi senyawa pink CoCl2 6H2O yang kemudian lebih tepat ditulis sebagai [Co(H2O)6]Cl2 , dan senyawa Fe(CN)2 4KCN yang ternyata bukan garam rangkap karena tidak menghasilkan ion CN-, lagi-lagi tidak dapat dijelaskan berdasarkan ikatan valensi sederhana. Oleh karena itu, senyawa-senyawa seperti ini dinyatakan sebagai senyawa kompleks, sesuai dengan sifatnya yang rumit-kompleks, memerlukan pemahaman tersendiri lebih lanjut. Walaupun dewasa ini senyawa-senyawa tersebut relatif sudah bukan hal yang rumit lagi, istilah kompleks masih tetap dipakai; istilah lain yang sering dipakai adalah senyawa koordinasi karena senyawa kompleks tersusun oleh ikatan koordinasi, meskipun adanya (ikatan) koordinasi tidak hanya ditunjukkan oleh senyawa unsur-unsur transisi saja...

Pembentukan senyawa kompleks sangat sering disertai dengan terjadinya (perubahan) warna yang mencolok. Sebagai contoh, kristal CoCl2.6H2O berwarna Pink, dan berubah menjadi biru dengan lepasnya (ligan) H2O yang dapat dilakukan melalui pemanasan atau dengan penambahan aseton atau alkohol absolut:2 [Co(H2O)6][Cl2] + alkohol (absolut) Co[CoCl4] + 12 H2OPinkbiruContoh tersebut di atas menunjukkan terjadinya senyawa yang tidak dapat lagi dipahami secara sederhana melainkan bersifat kompleks. Kompleksitas senyawa semacam ini ditunjukkan oleh selain warna juga stoikiometrik ligan, yaitu anion Cl- dan molekul NH3, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai senyawa kobalt dalam tabel 2.1.Dari eksperimen dapat diketahui bahwa senyawa-senyawa dalam tabel 2.1 memberikan stoikiometri Cl- yang berbeda-beda terhadap pengendapan ion Ag+. Hal ini menyarankan bahwa senyawa kompleks tersebut tersusun oleh kation dengan anion Cl- yang jumlahnya berbeda-beda pula sebagaimana dituliskan dengan rumusan dalam tabel 2.1 kolom terakhir; misalnya, senyawa pertama terdiri atas kation [Co(NH3)6]3+ dan anion 3Cl-, yang kedua kation [CoCl(NH3)6]2+ dan anion 2Cl-, demikian seterusnya.Tabel 2.1 Beebrapa senyawa kompleks amina dengan nama berdasarkan warnanyaKompleksWarnaNamaCl-Formula saat ini

CoCl3.6NH3KuningLuteokobalti klorida3[Co(NH3)6]Cl3

CoCl3.5NH3UnguPurpureokobalti klorida2[CoCl(NH3)5]Cl2

CoCl3.4NH3HijauPraseokobalti klorida1Trans-[CoCl2(NH3)4]Cl

CoCl3.4NH3VioletVioleokobalti klorida1Cis-[CoCl2(NH3)4]Cl

CoCl3.5NH3.H2OMerahRoseokobalti klorida3[Co(H2O)(NH3)5]Cl3

IrCl3.6NH3PutihLuteoiridium klorida3[Ir(NH3)6]Cl3

Tabel 2.2 Konduktivitas molar, , beberapa senyawa platina-aminSenyawa / ohm-1Jumlah ionIon penyusun

PtCl4.6NH35235[Pt(NH3)6]4+, 4Cl-

PtCl4.5NH34044[PtCl(NH3)5]3+, 3Cl-

PtCl4.4NH32293[PtCl2(NH3)4]2+. 2Cl-

PtCl4.3NH3972[PtCl3(NH3)3]+, Cl-

PtCl4.2NH300[PtCl3(NH3)3]

PtCl4.NH3.KCl1092K+, [PtCl5NH3]-

PtCl4.2KCl25632K+, [PtCl6]2-