kiat2 menaikan retribusi.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar memberikan kontribusi terhadap daerah dalam membiayai
pembangunan, melalui sumber-sumber pendapatan yang dapat diakses. Undang-
undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan pemerintah
daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah berasal dari
pendapatan daerah yang sah, yang terdiri dari : hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Besarnya peranan pasar terhadap kemajuan perekonomian mendorong
pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan pengaturan pasar dengan tujuan
untuk meningkatkan penghasilan retribusi pasar, tanpa membebani para
pedagang. Diperlukan strategi yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut.
Pemerintah harus mengetahui faktor – faktor yang paling mendukung
peningkatan penerimaan retribusi pasar dan memaksimalkan faktor – faktor
tersebut.
Makin maraknya perkembangan pasar modern seperti minimarket,
supermarket dan hypermarket telah menggeser peran pasar tradisional. Mayoritas
masyarakat saat ini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar
modern, terutama masyarakat perkotaan. Meski harganya sedikit mahal, namun
kualitas barang lebih baik, bahkan untuk beberapa jenis barang, harganya lebih
murah daripada pasar tradisional. Saat ini pasar modern seperti swalayan sudah
sangat mudah dijangkau oleh masyarakat kelas bawah. Akhir-akhir ini
minimarket juga telah merambah ke kompleks-kompleks perumahan dan
perkampungan. Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk
mengupayakan agar peran pasar tradisional tidak tergeser begitu saja dengan
munculnya pasar modern.
Sumber pendapatan dinas pasar diperoleh dari retribusi. Retribusi
merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas penggunaan fasilitas dan
jasa pelayanan dalam lingkungan pasar (Perda Kota Semarang No. 4 Tahun
2004). Retribusi dibayar langsung oleh konsumen yang menggunakan atau
menikmati fasilitas dan pelayanan dalam lingkungan pasar, biasanya
pembayarannya dimaksudkan untuk menutup sebagian ataupun seluruh biaya
dari pelayanan yang dinikmati.
Retribusi kemungkinan membebani para konsumennya, tetapi mungkin
juga mempunyai ciri – ciri pajak, apabila variasi dalam tarifnya tidak secara
cermat dikaitkan dengan pelayanannya kepada konsumen. Retribusi mempunyai
sifat yang memaksa, tetapi paksaan secara ekonomi. Kebutuhan utama dari
kebijaksanaan retribusi adalah untuk mendefinisikan dan mengkalkulasi biaya
penuh dari pelayanan. Maksudnya perbedaan dalam tingkat penyediaan dan
penerimaan, kemudahaan pungutan dan kebutuhan untuk menguji atau
mendisiplinkan konsumen terutama untuk membebankan biaya pelayanan
langsung kepada konsumen. Retribusi dipandang sebagai pemasukan yang cukup
dominan bagi pemerintah daerah. Karena penerimaan untuk saat ini tidak lagi
dititikberatkan pada penerimaan migas, tetapi penerimaan dari non migas.
Retribusi dipungut karena adanya suatu penyediaan fasilitas berupa
tempat yang disediakan oleh pemerintah daerah. Jadi jelasnya bahwa retribusi
tidak akan dipungut tanpa adanya balas jasa yang dapat ditunjuk. Adapun jenis
retribusi yang dibayar oleh para pedagang antara lain meliputi retribusi lahan,
retribusi keamanan, retribusi kebersihan, retribusi penerangan dan penyediaan
fasilitas berupa WC dan kamar mandi. Retribusi dipungut secara harian,
mingguan maupun bulanan. Sedangkan kisaran besarnya tarif retribusi
didasarkan atas kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya pengyediaan
jasa pelayanan dan fasilitas, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan.
Di kota Semarang terdapat 6 cabang dinas pasar wilayah, dimana
masing-masing cabang dinas pasar wilayah membawahi dan mengelola beberapa
pasar. Pengelolaan pasar dikelola oleh Dinas Pasar dan dari 6 cabang dinas
pasar wilayah yang beroperasi di kota Semarang, terdapat perbedaan penerimaan
retribusi antara pasar yang satu dengan yang lainnya. Dan penerimaan retribusi
pasar ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain
adalah jumlah pedagang, jumlah pembeli, jumlah kios dan luas lokasi kios, luas
pasar tradisional, tersedianya sarana dan prasarana umum di pasar tradisional.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk
mengangkat Upaya-upaya Meningkatkan Potensi Pendapatan Retribusi UPTD
Pasar Wilayah Pedurungan Semarang sebagai tema Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
1.2 Tujuan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran lengkap tentang realisasi
pendapatan retribusi bulanan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
Semarang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2008.
Memberikan masukan informasi pada UPTD Pasar
Wilayah Pedurungan Semarang dalam menentukan strategi yang tepat
dalam upaya meningkatkan penerimaan retribusi pasar sebagai salah satu
sumber dari penerimaan pendapatan Pemerintah Daerah.
Memberikan alternatif- alternatif rekomendasi
kebijakan dalam rangka meningkatkan potensi pendapatan yang bisa
digali dari UPTD Pasar Wilayah Pedurungan.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui kendala-kendala yang berkaitan dengan pemungutan retribusi
di UPTD Pasar Wilayah Pedurungan.
Mengetahui berbagai kebijakan yang berkaitan dengan retribusi pasar
yang telah ditetapkan, namun belum terlaksana dengan baik.
.Mengetahui manajemen / pengelolaan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
yang sudah berjalan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan magang, yaitu :
1. Bagi UPTD Pasar Wilayah Pedurungan khususnya maupun Dinas Pasar
Kota Semarang para umumnya.
Memberikan informasi sebagai masukan yang mungkin berguna dalam upaya
meningkatkan potensi pendapatan retribusinya pasar.
2. Bagi Mahasiswa
Memperoleh tambahan pengalaman dan ilmu mengenai pengelolaan pasar
tradisional, dapat mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang diperoleh
di bangku kuliah untuk membantu meningkatkan potensi pendapatan retribusi
pasar.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Wilayah Pedurungan Kota
Semarang
2.1.1 Organisasi
(1). Susunan Organisasi UPTD Pasar Wilayah Pedurungan terdiri dari :
a. Kepala
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Kelompok Jabatan Fungsional
(2). Sub Bagian dipinpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
2.1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
a. Kedudukan
(1). UPTD Pasar Wilayah Pedurungan adalah unsur pelaksana tugas
teknis pada Dinas Pasar(Perda Kota Semarang No. 87 tahun 2008).
(2). UPTD Pasar Wilayah Pedurungan dipimpin oleh seorang Kepala yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
b. Tugas dan Fungsi
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pasar Wilayah Pedurungan mempunyai
tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis penunjang yang mempuanyai
wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan di bidang pengelolaan pasar.
Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Unit Pelaksana Teknis
Dinas Pasar Wilayah Pedurungan mempunyai fungsi :
Penyusunan bahan perumusan kebujakan teknis di bidang
pengelolaan pasar di wilayah kerjanya.
Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran UPTD
pasar di wilayah kerjanya.
Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan pasar di
wilayah kerjanya.
Pelaksanaan pelayanan, pengawasan dan pengendalian di bidang
pengaturan, kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban pasar di
wilayah kerjanya.
Penyiapan bahan kebutuhan sarana dan prasarana pasar di wilayah
kerjanya.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan dibidang pengelolaan
pasar di wilayah kerjanya.
Penyusunan laporan kinerja program UPTD pasat di wilayah
kerjanya.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
2.2 Struktur Organisasi UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
Gambar 2.1Struktur Organisasi UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
Sumber : PERDA KOTA SEMARANG NOMOR : 87 Tahun 2008 TANGGAL : 24 Desember 2008
2.3 Profil Pasar Pedurungan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
1. Nama Pasar : Pedurungan
2. Golongan Pasar : Wilayah
3. UPTD Pasar : Wilayah Pedurungan
4. Alamat : Jl. Fatmawati
KEPALA
SUB BAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Kelurahan : Pedurungan Kidul
Kecamatan : Pedurungan
5. Status Kepemilikan : Pemerintah Kota Semarang
6. Tahun Pembangunan : 1996
7. Tahun Operasional : 1997
8. Luas Lahan : m2
Luas Bangunan : 1.649,00 m2
Luas lahan yang tidak dipergunakan : 1.649,00 m2
9. Fasilitas Utama
Luas Lahan : 3.500,00 m2
a. Jumlah Petak
1. Kios : 57 buah, Luas : 581 m2
2. Los : 166 buah, Luas : 507 m2
3. Dasaran Terbuka : 190 buah, Luas : 388 m2
4. Pancaan : 50 buah, Luas : 253 m 2
Jumlah 463 buah, Luas : 1.148 m2
b. Jumlah Pedagang
1. Kios : 41 orang
2. Los : 166 orang
3. Dasaran Terbuka : 190 orang
4. Pancaan : 5 orang
Jumlah 447 orang
c. Pemakaian Listrik Pedagang
1. Kios : watt, Kondisi Instalasi : Baik
2. Los : 4800 watt, Kondisi Instalasi : Baik
3. Dasaran Terbuka : watt, Kondisi Instalasi : Baik
10. Fasilitas Umum
a. MCK
1. Jumlah : 1 buah, Ukuran : 6 m2
2. Sumber Air : ABT
3. Pengelola : Swasta
b. Parkir
1. Luas lahan : 102,5 m2
2. Pengelola : Swasta
c. Tempat Pembuangan Sampah
1. Volume Sampah : 3 m3/per hari
2. Jumlah Kontainer : 1 buah ; Jumlah Bak/Depo 1 buah, Ukuran : 20m2
3. Jadwal Pengambilan Sampah : 1 X/hari
4. Pengelola : Pihak Ketiga
d. Penerangan Umum
1. Daya : 11.200 watt
11. SDM
a. Kepala Pasar : 1 Orang
b. Petugas Administrasi : 1 Orang
c. Petugas Pemungut Retribusi : 1 Orang
d. Petugas Kebersihan : 3 Orang
e. Petugas Keamanan : 5 Orang
2.4 Visi dan Misi UPTD Wilayah Pasar Pedurungan Dinas Pasar Kota Semarang
a. Visi : “ Pasar sebagai kebanggaan Masyarakat Kota Semarang “.
b. Misi :
Mewujudkan kondisi pasar yang nyaman, aman, bersih dan tertata
Mewujudkan manajemen pasar yang baik
Mewujudkan perpasaran yang efektif dan produktif
Mewujudkan pengelola dan petugas yang profesional
Mewujudkan peningkatan pendapatan sebagai penopang pendapatan asli
daerah
2.5 Rencana Program KerjaTahun 2009-2014 UPTD Wilayah Pasar Pedurungan
Meningkatkan pemungutan pendapatan retribusi pasar sebagai pendapatan asli
daerah
Meningkatkan pemeliharaan sarana dan prasarana pasar
Penataan pedagang dan PKL
Meningkatkan pelayanan, pengawasan dan pengendalian perijinan, kebersihan,
keamanan dan ketertiban pasar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Retribusi
3.1.1 Retribusi Daerah
Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian dari retribusi itu
sendiri antara lain :
a. Retribusi adalah suatu pungutan yang dilakukan Pemerintah kepada
seseorang (badan hukum) yang telah menikmati jasa (barang) Pemerintah
(Soesondo dan Gunadi, Agus Salim Nasution, 2000).
Jadi disini harus ada kontra prestasi atas balas jasa yang diperoleh secara
langsung dari adanya pembayaran pungutan ini, sehingga dalam retribusi
berlaku atas azas pengeculian (exclution principle). Retribusi merupakan
pungutan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat di daerah
tertentu, sehingga penarikannya juga harus didasari oleh Perundangan –
undangan Daerah (PERDA).
b. Sedangkan dalam UU No. 34 tahun 2000 disebutkan retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena
memperoleh jasa serta pelayanan usaha atau milik daerah bagi yang
berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.
3.1.2. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah
Dasar hukum dari pengumutan retribusi daerah adalah UU No. 34 tahun 2000
dan mengenai retribusi itu sendiri diatur oleh daerah yang bersangkutan yang
diundangkan dalam lembaran daerah.
3.1.3 Azas – azas Retribusi Daerah
Azas – azas dari retribusi daerah adalah :
Retribusi dipungut Pemerintah Daerah berdasarkan PERDA.
Pembayaran retribusi terjadi bila ada prestasi atau jasa yang diberikan
oleh Pemerintah.
Berlakunya terbatas pada daerah itu sendiri.
3.1.4 Fungsi Retribusi Daerah
Fungsi dari retribusi daerah adalah penerimaan dan pengaturan.
Fungsi penerimaan merupakan fungsi pokok retribusi, artinya dijadikan sebagai
alat untuk mengumpulkan dana bagi Pemerintah Daerah terutama menyangkut
kelancaran penyediaan jasa dari pelayanan kepada masyarakat pembayar
retribusi. Sedangkan fungsi pengatur dari retribusi berarti pungutan retribusi
dipakai sebagai alat atau perangkat untuk menata kehidupan ekonomi dan
sosial masyarakat. Karena retribusi merupakan alat pengatur kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat.
3.1.5 Sifat Retribusi
Retribusi Daerah mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
Paksaan bersifat ekonomi
Ada imbalan langsung kepada pembayar, tetapi ada alternatif untuk
menolak atau menerima pembayaran.
Walaupun memenuhi persyaratan – persyaratan formal dan materiil, tetapi
tetap ada alternatif untuk menolak atau menerima pembayaran.
Merupakan pungutan yang umumnya sifatnya budget atau anggaran tidak
menonjol
Dalam hal – hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian
biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk memenuhi
permintaan anggota masyarakat
3.1.6 Hak dan Kewajiban
Dalam setiap Peraturan Daerah (PERDA) tentang retribusi dapat diatur
ketentuan hak dan kewajiban bagi wajib retribusi.
o Memasukan surat ijin retribusi
o Melaporkan kewajiban retribusi
o Melunasi retribusi
3.2 Retribusi Pasar
3.2.1 Pengertian Retribusi Pasar
Retribusi Pasar adalah merupakan pungutan yang dilakukan oleh
daerah kepada mereka yang telah memperoleh kenikmatan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah berupa fasilitas tempat penjualan dan pembelian barang
(Peraturan Daerah No.9 tahun 2001).
Sesuai dengan ketentuan mengenai segala penarikan harus berdasarkan
ketentuan perundang – undangan, maka atas retribusi pasar ini harus juga
didasarkan pada Peraturan Daerah. Pungutan retribusi ini harus disesuaikan
dengan keadaan atau kondisi pasar, maksudnya bagi daerah yang pasarnya
tidak buka tiap hari, maka pungutan retribusi akan dilakukan sesuai dengan
pasar yang ada.
3.2.2 Dasar Hukum Retribusi Pasar
Retribusi pasar dipungut berdasar atas Peraturan Daerah. Peraturan
Daerah ini dibuat dengan berlandaskan pada UU No.34 tahun 2000 dan terakhir
dituangkan dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 2004. Retribusi pasar telah
dipungut sejak lama dengan beberapa peristilahan, ada yang menyebut tarif
bea pasar dan ada yang menyebut uang sapuan pasar.
3.2.3 Wajib Retribusi Pasar
Yang dimaksud dengan wajib retribusi pasar adalah orang atau badan
yang menurut peraturan retribusi diwajibkan untuk melaksanakan pembayaran
retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi. Yang dikenakan
pungutan uang retribusi pasar adalah orang atau badan yang menggunakan
dasaran tetap. Dalam hal dasaran tetap baik berupa kios, los atau dasaran
terbuka, maka si pemegang ijin merupakan wajib retribusi. Namun kalau
tempat dasaran tetap tersebut tidak dipakai atau dikosongkan oleh
pedagangtempat tersebut dapat digunakan oleh orang lain dan kepadanya
dipungut retribusi sesuai dengan ketentuan yang umumnya berlaku.
3.2.4 Obyek Retribusi Pasar
Sasaran dari retribusi pasar adalah penggunaan tempat dasaran baik
tetap maupun tidak tetap. Bagi pemegang ijin dasaran tetap, maka retribusi
dipungut sebelum dan bahkan merupakan salah satu syarat untuk
ditertibkannya ijin penggunaan tempat dasaran tetap tersebut. Orang atau badan
yang dikenakan retribusi tidaklah ternatas kepada mereka yang menggunakan
dasaran didalam pasar saja, tetapi termasuk juga mereka yang menggunakan
dasaran diluar pasar misalnya tepi jalan, dibawah pohon, emperan took dan
sebagainya sepanjang tempat dasaran tersebut masih termasuk dalam
pengertian pasar.
3.2.5 Kewajiban dan Larangan dari Wajib Retribusi Pasar
Kewajiban dari wajib retribusi pasar antara lain sebagai berikut :
a. Mengajukan ijin tempat dasaran tetap bagi yang berminat
b. Membayar retribusi
c. Menyiapkan bukti pungutan retribusi sebagai suatu bukti pembayaran
Larangan – larangan bagi wajib retribusi pasar (Peraturan Daerah No.10 tahun
2000) :
Dengan sengaja membuat kotoran halaman pasar atau merusaknya
Menyalakan api di halaman pasar yang dapat menimbulkan kebakaran
Memperdagangkan barang – barang yang menjadi barang larangan
pemerintah dan menganggu atau membahayakan kesehatan
Berjualan barang di jalan pasar
Menggunakan tempat yang lebih luas dari tempat yang telah ditentukan
Bertempat tinggal di pasar
Memindahkan tangan ijin tempat dasaran tetap yang telah ditunjuk
kepada orang lain dengan ganti rugi atau cuma – cuma.
Memasang papan nama, alat penutup, layer atau lainnya pada kios atau
banjo atau warung yang mengganggu pemandangan dan ketertiban
pasar
Mengadakan perjudian dan lain – lain usaha yang dilarang pemerintah
Mendirikan bangunan tetap atau tidak tetap di dalam pasar tanpa ijin
tertulis dari yang berwenang
Menumpuk barang di tempat dasaran yang tingginya lebih dari dua
meter
Berjualan barang atau usaha lain di pasar tanpa membayar uang
retribusi pasar
Melepaskan hewan atau menggembala hewan di pasar
Membawa atau memperdagangkan hewan yang sedang berpenyakit
menular di pasar atau hewan pasar
3.2.6 Tarif Retribusi Pasar
Besarnya tarif retribusi pasar ini antara daerah yang satu dengan yang
lainnya berbeda – beda. Namun walaupun berbeda – beda ada satu
kecendurungan besarnya tarif ditentukan oleh perbedaan golongan dan keadaan
pasar, perbedaan antara kios, los dan dasaran terbuka. Disamping itu juga ada
tarif harian yaitu tarif yang dikenakan pada orang – orang yang memperoleh
tempat tetapi tidak secara permanen dan tarif bulanan yang dibayar didasarkan
luas tempat yang dipergunakan oleh pungutan sebagai tempat berusaha.
Pada Perda No. 4 tahun 2004 ini tidak terdapat perbedaan berdasarkan
jenis dagangan dan lokasi strategis seperti yang tercantum dalam Perda
sebelumnya. Tata cara pembayaran dilakukan secara tunai atau lunas (pasal
17). Retribusi yang pembayarannya dengan menggunakan SKRD masa
retribusinya 1 bulan. Retribusi yang pembayarannya dengan menggunakan
dokumen lain yang dipergunakan dengan SKRD, masa retribusinya harian.
Tabel 3.1 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
No Gol. Pasar & Letak Pasar
Gol. & Jenis Dagangan
Tarif RetribusiKios Toko Los
Grosir Eceran Grosir Eceran1 2 3 4 5 6 71 Pasar Kota
Strategis I A 600 550 550 500B 550 500 500 450
Strategis II A 500 450 450 400B 450 400 400 350
Strategis III A 400 350 350 300B 350 300 300 250
2 Pasar Wilayah
Strategis I A 550 500 500 450B 500 450 450 400
Strategis II A 450 400 400 350 B 400 350 350 300
Strategis III A 350 300 300 250B 300 250 250 250
3 Pasar Lingk. Strategis I A 500 450 450 400
B 450 400 400 350Strategis II A 400 350 350 300
B 350 300 300 250Strategis III A 300 250 250 250
B 250 250 250 250 Sumber : PERDA No. 4 tahun 2004 Dinas Pasar Kota Semarang
Tarif retribusi untuk Dasaran Terbuka ditentukan berdasarkan
penggolongan pasar. Sedangkan tariff untuk Dasaran Terbuka berdasarkan
penggolongan pasar adalah sebagai berikut :
a. Pasar Kota sebesar Rp 350,00/m2/hari
b. Pasar Wilayah sebesar Rp 300,00/m2/hari
c. Pasar Lingkungan sebesar Rp 250,00/m2/hari
Tabel 3.2Retribusi Pasar Per m2 (Perda No. 4 tahun 2004)
No Gol. Pasar/ Jenis Tempat Tarif Lama Tarif Baru Keterangan1. Pasar Kota
Kios 250 325 Bulanan Los 200 275 Bulanan
2. Pasar Wilayah Kios 220 290 Bulanan Los 170 240 Bulanan
3. Pasar Lingkungan Kios 200 250 Bulanan Los 150 200 Bulanan
Sumber : Keputusan Kepala Dinas Pasar No. 511.2/327
3.2.7 Tujuan Retribusi Pasar
Pasar yang ada kebanyakan dikelola dan dimiliki oleh Pemerintah
Daerah. Dalam pengelolaan pasar yang ada Pemerintah membutuhkan dana
sehingga wajar bila Pemerintah memungut retribusi pasar. Pemerintah diberi
wewenang untuk menarik atau memungut retribusi. Sedangkan yang dipungut
adalah masyarakat yang menikmati. Disini kedua belah pihak saling
diuntungkan karena ada tindakan timbal balik. Jangan sampai ada pihak yang
dirugikan dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu segala kegiatan, tindakan dan
kebijaksanaan yang ditujukan Pemerintah Daerah kepada masyarakat harus
mencerminkan norma dan kaidah yang berlaku.
Dalam hak pungutan retribusi pasar Pemerintah Daerah mempunyai dua tujuan,
yaitu :
a. Mengisi kas daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya
b. Mengatur kemakmuran masyarakat melalui jasa yang diberikan secara
langsung terhadap masyarakat
Singkatnya dapat dikatakan bahwa retribusi pasar diadakan untuk membantu
Pemerintah Daerah di dalam melaksanakan pembangunan melalui pungutan
retribusi pasar. Hasil retribusi pasar ada tiap bulannya akan dilaporkan kepada
bendahara khusus penerima Dinas Pendapatan Daerah dan diteruskan pada Kas
Daerah. Semua hasil pungutan ini akan disatukan sebagai retribusi daerah pada
akhir tahun akan dilaporkan dalam APBN sebagai pendapatan dari daerah.
3.3 Pasar
Pasar adalah sebuah tempat umum yang melayani transaksi jual-beli.
Beberapa jenis pasar antara lain : pasar tradisional, pasar modern dan pasar
ekonomi (Wikimedia).
Pasar dalam bahasa Inggris berasal dari kata market atau dalam bahasa
latin berasal dari kata mercotus, mempunyai arti umum sebagai berikut :
Tempat berkumpul berupa bangunan atau lapangan, dimana para
pedagang berkelompok untuk mendasarkan barang dagangannya (Arthur
B. Gallion dan Simmon Fisher dalam Urban Patern City Planning and
Urbaning)
Suatu tempat pemusatan penjual dan pembeli, dimana sebagian barang-
barang terdiri dari barang kebutuhan sehari-hari (Frederick Gibberd
dalam Town Design).
Pasar adalah suatu tempat yang disediakan secara tetap oleh Pemerintah
Daerah dan atau pihak lain sebagai tempat jual beli umum dan secara
langsung memperdagangkan barang dan jasa (Perda Kota Semarang No.
10 tahun 2000).
Menurut lokasi dan kemampuan pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah, pasar digolongkan :
a. Pasar Kota adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya
meliputi wilayah kota.
b. Pasar Wilayah adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya
meliputi beberapa wilayah pemukiman.
c. Pasar Lingkungan adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya
meliputi satu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut.
Menurut jenis kegiatannya pasar dapat digolongkan dalam :
a. Pasar Induk
Adalah pasar yang menunjukkan dirinya sebagai pusat pengumpulan,
pusat pelelangan, pusat penyimpanan dan pusat penjualan barang-
barang.
b. Pasar Eceran
Yang dimaksud dengan Pasar Eceran termasuk Pasar Krempyeng adalah
pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah kecil,
sedangkan pasar krempyeng adalah pasar yang menjual berbagai jenis
barang dalam jumlah kecil yang waktu kegiatannya relatif singkat.
c. Pasar Khusus
Adalah pasar yang memperjual belikan jenis barang tertentu,
seperti misalnya pasar bunga, pasar burung, pasar tembikar dan lain
sebagainya.
Penggolongan pasar – pasar sebagaimana dimaksud, ditetapkan oleh
Walikota dengan memperhatikan aspek lingkup pelayanan, kondisi dan
situasi letak pasar serta sarana prasarana fisik.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PKL
4.1 Potensi Pendapatan Pasar
Sumber pendapatan dinas pasar diperoleh dari retribusi. Retribusi
merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas penggunaan fasilitas dan
jasa pelayanan dalam lingkungan pasar (Perda Kota Semarang No. 4 tahun
2004). Jumlah retribusi per bulan yang diterima oleh UPTD Pasar Wilayah
Pedurungan tahun 2008 (setahun terakhir terlihat pada tabel 4.1).
Adapun jenis retribusi yang dibayar oleh para pedagang antara lain
meliputi : retribusi lahan, retribusi keamanan, retribusi kebersihan, retribusi
penerangan dan penyediaan fasilitas berupa WC dan kamar mandi. Retribusi
dipungut secara harian, mingguan dan bulanan. Untuk dasaran terbuka dipungut
harian, los dipungut secara mingguan dan kios/toko dipungut secara bulanan.
Melihat potensi pendapatan yang ada, maka perlu pengelolaan pasar
tradisional yang sehat dan profesional serta memiliki fleksibilitas dalam
pengelolaannya. Diharapkan dengan pengelolaan yang profesional, maka pasar
tradisional dapat memberikan kontribusi yang bagus, baik untuk masyarakat
umum maupun Pemerintah Daerah.
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa retribusi yang diperoleh dari Pasar
Gayamsari dari bulan Januari sampai bulan Desember selalu menduduki
peringkat terbesar dibandingkan dengan pasar Pedurungan maupun pasar lainnya
dalam wilayah yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Pasar Gayamsari
memiliki potensi yang sangat baik sehubungan dengan kemampuan pedagang
maupun pembeli dalam membayar retribusi, disamping itu Pasar Gayamsari
memiliki lokasi yang sangat strategis bila dibandingkan dengan lokasi pasar-
pasar lainnya, ini menjadi nilai tambah dalam mendapatkan pemasukan.
Pendapatan retribusi dari pasar-pasar yang lain dapat ditingkatkan pula, bilamana
pihak pengelola pasar mau melakukan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pasar, baik dari manajemennya maupun secara fisiknya, yaitu melakukan
pembenahan-pembenahan terhadap fasilitas-fasilitas umum yang ada di pasar
masing-masing.
Pembenahan-pembenahan tersebut dimaksudkan untuk menggali
potensi pendapatan dari retribusi pasar yang selama ini belum diupayakan
semaksimal mungkin oleh pengelola pasar. Bila kondisi pasar dirasakan nyaman,
bersih, rapi dan aman untuk berjualan serta fasilitas umum yang tersedia
kondisinya memadai, maka pedagang akan memiliki loyalitas tinggi untuk
berjualan di pasar tersebut, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan
mempromosikan kondisi pasar pada pedagang yang lain, untuk ikut pula
berjualan di pasar tersebut. Bukan hanya pedagang yang akan mendapat
keuntungan dengan kondisi pasar yang bagus, pembelipun akan merasakan hal
yang sama, bisa jadi hal ini akan mendorong pembeli untuk lebih sering
berbelanja di pasar tersebut, apalagi bila harga yang ditawarkan barang dagangan
yang ditawarkan oleh pedagang relatif murah.
4.2 Berbagai masalah yang harus dihadapi oleh UPTD Pasar Wilayah
Pedurungan
Pasar tradisional seperti UPTD Pasar Wilayah Pedurungan bila dikelola
secara optimal melihat potensi pendapatan dari sektor retribusi pasar masih
memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, mengingat target yang
ditetapkan oleh dinas pasar setiap tahunnya secara umum akan mengalami
peningkatan.
Kurang efektifnya pengelolaan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan,
disebabkan oleh :
a. Kurang optimalnya dalam pengelolaan pasar, khususnya profesionalitas
manajemen serta terbatasnya dana APBD untuk menunjang pemeliharaan
pasar tradisional.
b. Daya saing pasar tradisional masih lemah bila dibandingkan dengan pasar
modern, terutama pada beberapa faktor utama seperti : kenyamanan pasar,
keamanan pasar serta manajemen.
c. Kurangnya pemberdayaan pedagang kecil pasar tradisional dalam mengakses
informasi, permodalan dan hubungan dengan produsen atau supplier,
khususnya respon cepat perubahan tuntutan konsumen.
4.3 Upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
untuk meningkatkan pendapatan retribusi
Pasar merupakan salah satu fasilitas kota yang berupa wadah untuk
menampung orang (penjual, pembeli dan pengelola), dimana barang-barang
dagangannya sebagian besar merupakan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu
dalam aktivitasnya diperlukan adanya fasilitas-fasilitas penunjang yang mampu
mendukung keberlangsungan aktivitas perdagangan pasar, hal ini merupakan
pertimbangan agar wadah tersebut dapat dipergunakan senyaman mungkin bagi
pemakainya.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
untuk meningkatkan pendapatan retribusi antara lain :
a. Mengoptimalkan pengelolaan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan khususnya
profesionalitas manajemen
Untuk mewujudkan profesionalisme ini diperlukan SDM yang
mempunyai kompetensi, kapabilitas serta sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
yang ditetapkan. Diharapkan dengan adanya SDM yang mumpuni, maka
pasar akan dapat dikelola secara optimal. Pengelolaan pasar yang optimal ini
akan dapat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dapat meningkatkan
potensi pendapatan pasar, terutama dari retribusinya.
b. Untuk memperkuat daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern, maka
beberapa cara dapat ditempuh, intinya adalah untuk menciptakan rasa
nyaman dan aman bagi pedagang, pembeli maupun pengelola pasar.
Cara-cara yang dapat ditempuh antara lain;
o Pengelola harus dapat menampung aktivitas pedagang dan pembeli
dalam area pasar yang bersih, rapi, tidak terkesan kumuh dan aman,
terbebas dari premanisme ataupun tindak pungutan di luar peraturan-
peraturan resmi yang dapat merugikan pedagang, pembeli maupun
pengelola pasar. Diharapkan dengan terciptanya kondisi pasar seperti
ini, akan dapat meningkatkan pendapatan retribusi, karena pedagang
akan nyaman dalam bekerja sehingga akan tetap loyal menjual barang
dagangannya di pasar tersebut bahkan kemungkinan bisa mengajak
pedagang lain untuk menjual barang dagangannya di pasar tersebut.
Sedangkan pembelinya juga akan merasa nyaman untuk berbelanja di
pasar, di samping karena harganya masih bisa ditawar dan murah
dibandingkan dengan pasar modern, mereka akan merasa nyaman
dalam berbelanja.
o Fasilitas pendukung pasar harus tersedia dan bila fasilitas tersebut
masih minim, bisa dilakukan penambahan fasilitas, seperti : lavatory,
gudang, kantor pasar, bank, area parkir yang memadai, keamanan,
bongkar muat dan sebagainya.
o Pasar diatur sedemikian rupa sehingga aktivitas yang terjadi di pasar,
tidak mengganggu daerah atau lingkungan pasar, termasuk lalu lintas
sekitar pasar.
c. Pengelola dapat mengembangkan koordinasi, kerjasama yang saling
menguntungkan serta komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak yang
dapat membantu pengembangan pasar, termasuk di sini adalah pihak swasta.
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap pedagang
kecil pasar tradisional, sehingga tidak mengalami hambatan dalam
mengakses informasi, mendapatkan kemudahan dalam memperoleh modal
untuk usaha dan dapat terjalin hubungan yang harmonis dengan produsen
atau supplier, karena adanya komunikasi yang efektif, semua ini bertujuan
untuk merespon adanya tuntutan konsumen agar pasar tradisional tidak kalah
bersaing dengan pasar modern.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan PKL di UPTD Pasar
Wilayah Pedurungan, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara
lain adalah :
1. Pengelolaan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan selama ini berjalan kurang
optimal, disebabkan oleh :
a. SDM yang dimiliki oleh UPTD Pasar Wilayah Pedurungan yang
memiliki standar kompetensi, kapabilitas serta sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan yang ditetapkan masih kurang memadai. Kondisi seperti ini
mempengaruhi kemampuan SDM dalam mengelola pasar secara
optimal.Padahal dengan SDM yang handal diharapkan akan dapat
mengelola pasar dengan professional, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan retribusi pasar.
b. Terbatasnya dana dari APBD untuk menunjang pemeliharaan pasar
tradisional.
c. Daya saing pasar tradisional masih lemah bila dibandingkan dengan
pasar modern, terutama pada beberapa faktor utama seperti :
kenyamanan pasar, keamanan pasar serta manajemen.
d. Kurangnya pemberdayaan pedagang kecil pasar tradisional dalam
mengakses informasi, permodalan dan hubungan dengan produsen
atau supllier, khususnya respon cepat terhadap perubahan yang menjadi
tuntutan konsumen.
2. Upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
untuk meningkatkan pendapatan retribusi antara lain :
a. Mengoptimalkan pengelolaan UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
khususnya profesionalitas manajemen dengan meningkatkan kualitas
SDM yang dimiliki.
b. Untuk memperkuat daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern,
maka cara-cara yang dapat ditempuh antara lain :
- Menciptakan kondisi pasar yang bersih, rapi, tidak berkesan kumuh dan
aman serta terbebas dari premanisme ataupun tindak pungutan di luar
peraturan-peraturan resmi yang dapat merugikan pedagang, pembeli
maupun pengelola pasar.
- Menyediakan dan menambah fasilitas pendukung pasar bila fasilitas
tersebut masih minim, seperti : lavatory, gudang, kantor pasar, bank,
area parkir yang memadai, keamanan, bongkar muat dan sebagainya.
- Pengaturan pasar sedemikian rupa, sehingga aktivitas yang terjadi di
pasar, tidak mengganggu daerah atau lingkungan pasar, termasuk lalu
lintas sekitar pasar.
- Pengelola dapat mengembangkan koordinasi, kerjasama yang saling
menguntungkan serta komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak yang
dapat membantu pengembangan pasar, termasuk di sini adalah pihak
swasta.
5.2 Saran
Permasalahan yang dihadapi oleh UPTD Pasar Wilayah Pedurungan
yang mempengaruhi potensi pendapatan retribusi pasar, perlu segera diupayakan
pemecahannya. Untuk itu penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Peningkatan kemampuan SDM sebagai pengelola UPTD Pasar Wilayah
Pedurungan dapat dilakukan dengan menambah ketrampilan / skills yang
dimiliki lewat training, mengikuti workshop, Bin Tek ataupun meneruskan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola pasar dengan sistem
kerjasama yang saling menguntungkan, baik dalam hal manajemennya,
maupun penambahan fasilitas pendukung pasar yang dibutuhkan oleh
konsumen termasuk didalamnya adalah perawatan fasilitas-fasilitas umum
yang ada
2. Menyediakan kotak pengaduan/saran sebagai media baik bagi pedagang atau
pembeli untuk menyampaikan keluhan, saran ataupun pengaduan yang terkait
dengan kondisi pasar maupun fasilitas pasar yang tersedia.
Saran-saran di atas merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan potensi pendapatan retribusi di UPTD Pasar Wilayah Pedurungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur B. Gallion dan Simmon Fisher, 2005, Urban Patern City Planning and Urbaning, New York Citty.
Frederick Gibberd, 2003, Town Design, Jilid 3, Ghalia Indonesia, Jakarta
Peraturan Daerah No. 10 tahun 2000, Retribusi Pasar, Semarang
Peraturan Daerah No. 34 tahun 2000, Dasar Hukum Retribusi Pasar, Semarang
Peraturan Daerah No. 4 tahun 2004, Retribusi Pasar, Semarang
Soesondo dan Gunadi, Agus Salim Nasution, 2000, Perpajakan Nasional, CV Alpha, Bandung
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ………………………………………………………………...
Halaman Pengesahan ……………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………
Daftar Tabel …………...……………………………………………
Daftar Gambar ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………
1.2 Tujuan .....…..……………………………………
1.3 Manfaat ….……….………………………………
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 UPTD Pasar Wilayah Pedurungan Kota
Semarang ………………….……………………...
i
ii
iii
viii
ix
1
4
5
6
2.1.1 Organisasi ……..…………………................
2.1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi ……………..
2.2 Struktur Organisasi UPTD Pasar Wilayah
Pedurungan ……………………………………….
2.3 Profil UPTD Pasar Wilayah Pedurungan …………
2.4 Visi dan Misi UPTD Pasar Wilayah Pedurungan....
2.5 Rencana Program Kerja tahun 2009-2014 UPTD
Pasar Wilayah Pedurungan ………………………
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Retribusi ………..……………………..
3.1.1 Retribusi Daerah …………………………...
3.1.2 Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah
3.1.3 Azas-azas Retribusi Daerah ………………..
3.1.4 Fungsi Retribusi Daerah …………………...
3.1.5 Sifat Retribusi ……………………………...
3.1.6 Hak dan Kewajiban ……………………….
3.2 Retribusi Pasar …………………………………....
3.2.1 Pengertian Retribusi Pasar ………………...
3.2.2 Dasar Hukum Retribusi Pasar ……………...
3.2.3 Wajib Retribusi Pasar ………………………
3.2.4 Obyek Retribusi Pasar ……………………...
6
6
8
8
11
11
11
12
12
13
13
13
14
14
15
15
15
16
16
3.2.5 Kewajiban dan Larangan dari Wajib
Retribusi Pasar …………………………….
3.2.6 Tarif Retribusi Pasar …...………………….
3.2.7 Tujuan Retribusi Pasar ……………………
3.3 Pasar ………………………………………………
BAB IV HASIL PELAKSANAAN PKL
4.1 Potensi Pendapatan Pasar ………………………....
4.2 Masalah yang harus dihadapi oleh UPTD Pasar
Wilayah Pedurungan ……………………………..
4.3 Upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan pendapatan distribusi ……………..
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………..
5.2 Saran …………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17
18
20
21
52
24
27
28
32
33