kiat mendidik anak di era globalisasi ditinjau dari segi
TRANSCRIPT
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
1
KIAT MENDIDIK ANAK DI ERA GLOBALISASI
DITINJAU DARI SEGI AGAMA ISLAM
Saifuddin Zuhri
Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Jatim. Jl Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya
Email: [email protected]
Abstrak :Globalisasi yang terjadi dewasa ini telah membawa berbagai macam perubahan dalam
kehidupan manusia. Perubahan tersebut melahirkan peluang dan tantangan, baik dalam bidang
pendidikan, politik, agama bahkan sosial-budaya. Untuk menghadapai peluang dan tantangan tersebut
manusia dituntut untuk meningkatkan sumber daya dirinya. Pendidikan merupakan sarana tepat, selain
menghasilkan manusia yang yang unggul, kreatif, ulat, tekun, juga ditopang oleh nilai keimanan.
Kata Kunci: Globalisasi, Pendidikan Islam
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah yang
telah menganugerahi nikmat terbesar
kepada kita, yaitu Islam. Shalawat dan
salam kita curahkan untuk Nabi
Muhammad saw yang telah menjadi
tauladan dalam mendidik anak.
Pendidikan anak adalah sesuatu yang
sangat mendasar. Perannya tidak bisa
digantikan oleh siapapun selain orang
tua, kecuali dalam kondisi tertentu.
Pendidikan anak juga merupakan
bentuk pekerjaan yang mesti dilakukan
dengan sungguh-sungguh, bukan
pekerjaan mudah, apalagi sambil lalu.
Dalam prakteknya tidak sedikit orang
tua yang kerap melakukan kesalahan
dalam upayanya mendidik putra-
putrinya, baik karena ketidakpedulian,
sikap meremehkan maupun karena
kelalaian. Sehingga sering kita dengar
dan saksikan terjadinya penyimpangan
anak-anak dalam masyarakat akibat
pendidikan yang salah.
Islam memerintahkan orangtua untuk
mendidik anak dan memikulkan
tanggung jawab itu di pundak mereka.
Firman Allah swt.
“ Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan bebatuan. Padanya ada
malikat yang kasar dan bengis yang
tidak durhaka kepada Allah (dalam
menjalankan apa yang diperintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan kepada mereka.
“ (At-Tahrim 6)
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
2
Rasulullah saw. bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu
Umar:
“Setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap kalian akan diminta pertanggung
jawaban tentang kepemimpinannya.
Imam adalah pe-mimpin dan akan
ditanya (diminta pertanggung jawaban)
tentang rakyat-nya. Seorang laki-laki
adalah pemim-pin dalam keluarganya
dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang wanita
adalah pemimpin di rumah suaminya
dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang pembantu
adalah pemimpin dalam urusan harta
majikannya dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Dan setiap kalian
adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya.” (Muttafaq’alaih)
Rasulullah telah meletakkan
kaidah-kaidah dasar yang intinya adalah
bahwa anak akan tumbuh sesuai dengan
agama kedua orangtuanya. Merekalah
orang yang secara kuat mempengaruhi
anak-anaknya. Beliau bersabda:
“ Tidak ada seorang anak yang
dilahirkan melainkan dalam keadaan
fitrah. Maka ibu dan bapaknyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (H.R Bukhari).
METODE
Menurut Sukmadinata (2005) dasar
penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa
kenyataan itu berdimensi jamak,
interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinter-
pretasikan oleh setiap individu.
Penelitian kualitatifmempercayai bahwa
kebenaran adalah dinamis dan dapat
ditemukan hanya melalui penelaahan
terhadap orang-orang melalui
interaksinya dengan situasi sosial
mereka.
Penelitian kualitatif mengkaji
perspektif partisipan dengan strategi-
strategi yang bersifat interaktif dan
fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena
sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian arti atau pengertian
penelitian kualitatif tersebut adalah
penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen
kunci.
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
3
Penelitian kualitatif sifatnya
deskriptif analitik data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, wawancara,
catatan lapangan, disusun peneliti di
lokasi penelitian, tidak dituangkan
dalam bentuk-bentuk angka. Peneliti
segera melakukan analisis data dengan
memperkaya informasi dan mencari
hubungannya. Hasil analisis data berupa
pemaparan mengenai situasi yang
diteliti dan disajikan dalam bentuk
uraian naratif. Hakikat pemaparan data
pada umumnya mejawab pertanyaan-
pertanyaan mengapa dan bagaimana
suatu fenomena terjadi. Untuk itu
penelitii dituntut memahami dan
menguasai bidang ilmu yang ditelitinya
sehingga memberikan justifikasi
mengenai materi yang terkait
(Gunawan, 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Ki Hajar Dewantara
bahwa pengertian pendidikan adalah
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya
(Diwarta, 2012).
Menurut UU No.20 Tahun 2003
pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
pesertadidik secara aktif me-
ngembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, ke-
cerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Risky,
2010).
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pendidikan yakni
satu sistem evaluasi untuk tiap-tiap
individu untuk meraih pengetahuan
serta pemahaman yang lebih tinggi
tentang objek spesifik serta khusus.
Pengetahuan yang didapat secara resmi
itu menyebabkan pada tiap-tiap individu
yakni mempunyai pola fikir, tingkah
laku serta akhlak yang sesuai dengan
pendidikan yang diperolehnya.
Berdasarkan pengertian diatas
dapat dinyatakan bahwa pendi-dikkan
adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
4
belajar dan proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pengertian Pendidikan
dapat diartikan sebagai usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup
atau untuk kemajuan lebih baik. Secara
sederhana, Pengertian pendidikan
adalah proses pembelajaran bagi peserta
didik untuk dapat mengerti, paham, dan
membuat manusia lebih kritis dalam
berpikir.
Menurut UNESCO Dalam
upaya meningkatkan kualitas suatu
bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan.
Berangkat dari pemikiran itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui lembaga UNESCO (United
Nations, Educational, Scientific and
Cultural Organization) mencanangkan
empat pilar pendidikan baik untuk masa
sekarang maupun masa depan, yakni:
(1) learning to Know, (2) learning to do
(3) learning to be, dan (4) learning to
live together. Dimana keempat pilar
pendidikan tersebut menggabungkan
tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ (Deewan,
2016)
Pendidikan Menurut Islam
Secara kodrati anak memerlukan
pendidikan atau bimbingan dari orang
dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti
dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh
setiap anak yang hidup di dunia ini.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
bersabda:
“Tiadalah seorang yang dilahirkan
melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang
men-Yahudikan atau men-
Nasranikannya atau me-Majusikannya.
Sebagaimana halnya binatang yang
dilahirkan dengan sempurna, apakah
kamu lihat binatang itu tiada berhidung
dan bertelinga? Kemudian Abi
Hurairah berkata, apabila kau mau
bacalah lazimilah fitrah Allah yang
telah Allah ciptakan kepada manusia di
atas fitrahNya. Tiada penggantian
terhadap ciptaan Allah. Itulah agama
yang lurus (Islam)”( H.R Muslim).
Dalam sudut pandang Islam
mendapatkan pendidikan itu jika
diamati lebih jauh sebenarnya
mengandung aspek-aspek kepentingan
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
5
yang antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Aspek Pedagogsis
Dalam aspek ini para ahli didik
memandang manusia sebagai animal
educandum (makhluk yang me-
merlukan pendidikan). Dalam kenya-
taanya manusia dapat dikategorikan
sebagai animal, artinya binatang yang
dapat dididik. Sedangkan binatang pada
umumnya tidak dapat dididik,
melainkan hanya dilatih secara dresur,
artinya latihan untuk mengerjakan
sesuatu yang sifatnya statis, tidak
berubah.
2. Aspek Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologi pada
prinsipnya, manusia adalah homosocius,
yaitu makhluk yang berwatak dan
berkemampuan dasar atau memiliki
gazirah (instink) untuk hidup
bermasyarakat. Sebagai makluk sosial
manusia harus memiliki rasa tanggung
jawab sosial (socialresponsibility) yang
diperlukan dalam mengembangkan
hubungan timbal balik (inter relasi) dan
saling pengaruh mempengaruhi antara
sesama anggota masyarakat dalam
kesatuan hidup mereka.
3. Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini adalah aspek
pandangan yang mengakui bahwa
manusia itu adalah makhluk yang
berke-Tuhanan yang menurut istilah
ahli disebut homodivinous (makhluk
yang percaya adanya Tuhan) atau
disebut dengan homo religious
(makhluk yang beragama) (Ekosusilo,
1993).
Pendidikan itu harus berbentuk
usaha yang sistematis yang ditujukan
kepada pengembangan seluruh potensi
anak didik dengan berbagai aspeknya
baik ranah kognitif, afektifdan
psikomotorsehingga tujuan akhirnya
adalah kesempurnaan hidup (Engku,
2014).Adapun pendidikan Islam adalah
usaha sadar secara sistematis yang
mendorong terjadinya proses belajar
dan penyesuaian individu-individu
secara terus-menerus terhadap nilai-
nilai budaya dan cita-cita masyarakat
berdasarkan nilai-nilai Islam
(Damopolii, 2011).
Definisi pendidikan Islam adalah:
“Proses transformasi dan internalisasi
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islami
pada peserta didik melalui penumbuhan
dan pengembangan potensi fitrahnya
untuk mencapai keseimbangan dan
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
6
kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya.’’ (Nashir, 2010)
Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor internal yang mempengaruhi
belajar :
1. Kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi intelegensi seorang
individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam
belajar.
2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah
yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses
di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat.
3. Bakat
Pada dasarnya setiap orang
mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena
itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan
latihan.
Faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar :
1. Lingkungan sosial sekolah
Lingkungan sosial sekolah, seperti
guru , administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan
harmonis antra ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baik di sekolah. Perilaku yang simpatik
dan dapat menjadi teladan seorang guru
atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
2. Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi
belajar siswa. Ling-kungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.
3. Lingkungan sosial keluarga
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
7
Lingkungan ini sangat me-
mengaruhi kegiatan belajar. Ke-
tegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semu-annya
dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik (Rachmasanie,
2012).
Pola Asuh Orang Tua
Orang tua adalah komponen
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan
perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan
tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
Orang tua juga telah
memperkenalkan anaknya kedalam hal-
hal yang terdapat di dunia dan
menjawab secara jelas tentang sesuatu
yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima
oleh anak adalah dari orang
tuanya.Karena orang tua adalah pusat
kehidupan rohani si anak juga sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam
luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari ter-
pengaruh oleh sikapnya terhadap orang
tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orang tua atau ibu dan
bapak memegang peranan yang penting
dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anak. Sejak seorang anak lahir,
ibunyalah yang selalu ada di
sampingnya.
Oleh karena itu, ia meniru
perangai ibunya dan biasanya seorang
anak lebih cinta kepada ibunya, apabila
ibu itu menjalankan tugasnya dengan
baik dan penuh kasih sayang. Ibu
merupakan orang yang mula - mula
dikenal anak dan menjadi temannya dan
yang pertama untuk dipercayainya
(Anar, 2017).
Pola asuh dapat didefinisikan
sebagai pola interaksi antara anak
dengan orangtua yang meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik, kebutuhan
psikologis, serta sosialisasi norma-
norma yang berlaku di masyarakat agar
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
8
anak dapat hidup selaras dengan
lingkungannya, macam pola asuh, yaitu
sebagai berikut:
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola
pengasuhan anak yang bersifat
pemaksaan, keras dan kaku di mana
orangtua akan membuat berbagai aturan
yang saklek harus dipatuhi oleh anak-
anaknya tanpa mau tahu perasaan sang
anak. Orangtua akan emosi dan marah
jika anak melakukan hal yang tidak
sesuai dengankeinginannya.
Anak yang besar dengan teknik
asuhan anak seperti ini biasanya tidak
bahagia, paranoid atau selalu berada
dalam ketakutan, mudah sedih dan
tertekan, senang berada di luar rumah,
benci orangtua, dan lain-lain. Namun di
balik itu biasanya anak hasil didikan
orangtua dengan pola asuh otoriter lebih
bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai
keinginan orangtua, lebih disiplin dan
lebih bertanggung jawab.
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh ini merupakan pola asuh
yang paling baik. Dimana orangtua
bersikap friendly dan anak bebas
mengemukakan pendapatnya. Disini
orangtua lebih mau mendengar keluhan
dari anaknya, mau memberikan
masukan. Orang tua lebih mengajarkan
anak untuk lebih baik, misalnya
mengetuk pintu sebelum masuk rumah
dan menjelaskan kenapa harus
melakukan hal seperti itu kepada
anaknya.
3. Pola Asuh Temporizer
Temporizer ini merupakan pola
asuh yang sangat tidak konsisten.
Dimana orangtua tidak memiliki
pendirian. Contoh dari pola asuh ini
seperti, anak yang diberikan batas
waktu pulang malam sekitar jam 10.
Terkadang orang tuanya tidak memarahi
anaknya, jika anaknya pulang lebih
lama dari itu, tapi terkadang juga orang
tua marah besar kepada anaknya jika
lewat pada waktunya. Ini dapat
membuat anak bingung.
4. Pola Asuh Permisif
Tipe orang tua yang mempunyai
pola asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak tanpa
memberikan kontrol sama sekali. Anak
sedikit sekali dituntut untuk suatu
tangung jawab, tetapi mempunyai hak
yang sama seperti orang dewasa. Anak
diberi kebebasan untuk mengatur
dirinya sendiri dan orangtua tidak
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
9
banyak mengatur anaknya. Orangtua
permisif memberikan kepada anak
untuk berbuat sekehendaknya dan
lemah sekali dalam melaksanakan
disiplin pada anak. Pola asuhan permisif
bercirikan adanya kontrol yang kurang,
orangtua bersikap longgar atau bebas,
bimbingan terhadap anak kurang. Ciri
pola asuh ini adalah semua keputusan
lebih banyak dibuat oleh anak daripada
orang tua (Santoso, 2016).
Kesalahan Orang Tua Dalam
Mendidik Anak
Anak adalah amanah bagi kedua
orang tuanya. Maka, sebagai orang tua
harus bertanggung jawab terhadap
amanah ini. Tak sedikit kesalahan dan
kelalaian dalam mendidik anak telah
menjadi fenomena yang nyata. Sungguh
merupakan malapetaka besar, dan
termasuk mengkhianati amanah Allah
SWT. Adapun rumah, adalah sekolah
pertama bagi anak. Kumpulan dari
beberapa rumah itu akan membentuk
sebuah bangunan masyarakat. Bagi
seorang anak, sebelum mendapatkan
pen-didikkan di sekolah dan
masyarakat, ia akan mendapatkan
pedidikan di rumah dan keluarganya. Ia
merupakan prototipe kedua orang
tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh
karena itu, disinilah peran dan tanggung
jawab orang tua, dituntut untuk tidak
lalai dalam mendidik anak-anak.
Berikut keslahan orang tua dalam
mendidik anak:
1. Membiasakan anak hidup secara
hedonisme
2. Selalu menuruti keinginan anak
3. Terlalu keras dan kaku hingga
melebihi batas wajar dalam
mendidik anak
4. Terlalu pelit terhadap anak
5. Tidak memiliki rasa saying kepada
anak
6. Hanya memenuhi kebutuhan
jasmani anak (Ummuh, 2007).
Mendidik anak bukanlah hal
yang mudah dilakukan oleh para orang
tua. Apalagi dengan berjalannya waktu,
anak akan semakin bertumbuh dan
berkembang. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan banyak perubahan yang
terjadi pada anak. Orang tua dituntut
untuk dapat menghadapi segala
tindakan dan emosi anak. Kehadiran
orang tua tidak hanya dibutuhkan dalam
bentuk fisik saja, namun juga dalam
jiwa seorang anak. Karena dengan
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
10
kehadiran orang tua dalam jiwa anak
sedikit banyak akan dapat
mempengaruhi perkembangan psiko-
logis dan emosi anak. Mereka akan
merasa disayangi dan diperhatikan.
Dalam islam sendiri telah banyak
dijelaskan baik dalam Al-Qur’an
maupun Hadist. Rasulullah SAW
berpesan bahwa jika seorang anak di
didik secara islami dengan benar,
InsyaAllah akan menjadi anak yang
sholeh dan sholeha. Berikut beberapa
cara mendidik anak yang baik dan benar
:
1. Bersabahat dengan anak dan
menjadi teladan
2. Menunaikan hak-hak anak dan
memperhatikan kecenderungannya
3. Bermain dan hiburlah hati anak
4. Tumbuhkan rasa Kompetisi dan beri
Motivasi
5. Memotivasi untuk kebajikan &
Memperingatkan bahaya ke-burukan
6. Membiasakan berbuat kebajikan
7. Menumbuhkan rasa Percaya Diri
dan berikan Pujian Berdialog dan
menjadi pendengar Reflektif
Mendoakan kebaikannya
8. Memilih waktu yang tepat untuk
menasehati dan bertahap dalam
menyampaikan nasehat, perintah
dan tugas.
9. Berbicara terus terang dan sesuai
dengan tingkat Intelektualitasnya
10. Melatih anak melakukan tugas-
tugasnya dan menuntun anak pada
sosok Rasulullah saw sebagai
teladan
11. Mendidik dengan kasus, nasehat dan
menggunakan kisah dalam
menanamkan nilai dan keutamaan
12. Mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan bermanfaat dan
mengembangkan kecerdasannya
(Farma, 2018).
Tantangan Orang Tua di Era
Globalisasi
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan pada beberapa
sampel orang tua, peneliti menemukan
bahwa-sannya masih ada beberapa
orang tua yang masih belum mengerti
akan pentingnya mendidik anak di era
globalisasi ini, karena era globalisasi
memberikan dampak yang besar dalam
kehidupan manusia. Definisi pendidikan
Islam yaitu suatu proses transformasi
dan internalisasi ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai Islami pada peserta didik
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
11
melalui penumbuhan dan pengem-
bangan potensi fitrahnya untuk
mencapai keseimbangan dan kesem-
purnaan hidup dalam segala aspeknya
(Nashir, 2010). Mendidik anak
hukumnya ialah wajib bagi orang tua.
Mendidik anak merupakan tanggung
jawab orang tua hal ini sesuai dengan
Tuhfah al Maudud hal 123 yaitu :
“Abdullah bin Umar radhiallahu
‘anhuma berkata : “Didiklah anakmu,
karena sesungguhnya engkau akan
diminta pertanggung jawaban
mengenai pendidikan dan penggajaran
yang telah engkau berikan kepadanya.
Dan dia juga akan ditanya mengenai
kebaikan dirimu kepadanya serta
ketaatannya kepada dirimu”.
Berdasarkan wawancara dengan
Ibu Endang Rohadi sebagai informan 1,
kami menanyakan bagaimana kiat
mendidik anak di era globalisasi
ditinjau dari segi islam. Menurut Ibu
Endang Rohadi beliau jarang
mengontrol penggunaan smartphone
pada anak-anaknya, terutama pada anak
pertamanya yang sudah SMA “Kalau
sudah besar sudah bisa mengontrol
dirinya sendiri” kata beliau dalam
menanggapi kiat mendidik anak pada
era globalisasi. Untuk anaknya yang
kedua yang berusia 3 tahun ia
memberikan smartphone sedari dini
dikarenakan untuk pengalihan anaknya
agar tidak rewel, namun dalam
penggunaannya putra terkecilnya ini
lebih dipantau saat menggunakan
smartphone. Lalu apabila dikaitkan
dengan agama kita menanyakan
bagaimana pola asuh Ibu Endang
kepada anaknya, beliau menjawab
“untuk anak saya yang pertama dulu
saya sudah ajarkan ajaran-ajaran islam
dari kecil, seperti mengaji,bercerita
tentang nabi-nabi dan ajaran-ajaran
lainnya seperti akhlak dll. Sehingga saat
besar dia sudah bisa menentukan sendiri
mana yang baik dan mana yang buruk
namun tetep saya pantau walau tidak
sesering itu”.Untuk anak kedua-nya
yang baru berumur 3 tahun beliau
memperlakukan sama dengan putra
pertamanya yaitu sudah diajarkan
mengaji dan sering menayangkan
kartun-kartun yang berbasis islam
maupun yang mengajarkan untuk
berakhlak baik “kalau dikasih
smartphone juga biasanya saya kasih
kartun-kartun yang mendidik sekalian
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
12
dia juga bisa belajar walaupun usianya
baru 3 tahun”.
Kedua yaitu wawancara dengan
Bapak Kusnadi sebagai informan 2,
kami menanyakan bagaimana kiat
mendidik anak di era globalisasi
ditinjau dari segi islam. Bapak Kusnadi
sering berkomunikasi dengan anak-
anaknya sehingga anak-anaknya
terawasi dengan baik baik pada anaknya
yang masih TK ataupun yang sudah
SMP kelas 8 “saya selalu mengawasi
penggunaan gadget kepada anak-anak
saya” Bapak Kusnadi memang
membiasakan dirinya dengan anak-
anaknya untuk mengobrol tiap harinya
mengenai agama islam “Dari mereka
kecil, saya selalu meng-usahakan
minimal 2 jam sehari untuk
berkomunikasi dengan anak-anak saya
tentang agama karena saya dan istri
ingin memaksimalkan pelajaran agama
anak-anak saya mulai dari rumah”.
Dan yang terakhir Berdasarkan
wawancara dengan ibu Ninik sebagai
informan 3, kami menanyakan ba-
gaimana kiat mendidik anak di era
globalisasi ditinjau dari segi islam.
Menurut Ibu Ninik susah untuk men-
didik anak di era globalisasi yang
semuanya dapat diakses oleh anak.
Semua dimulai dari orang tua sendiri,
jika orang tua dapat memberi contoh
yang baik maka anak akan
meneladaninya. Lalu apabila dikaitkan
dengan agama kami menanyakan
bagaimana pola asuh ibu endang kepada
anaknya, beliau menjawab “Saya selalu
mengingatkan untuktidak pernah
meninggalkan sholat dan juga selalu
ingat pada Allah SWT, supaya saat akan
melakukan hal yang buruk ingat kalau
Allah SWT senantiasa mengawasi kita”.
Dalam islam sendiri telah banyak
dijelaskan baik dalam Al-Qur’an
maupun Hadist. Rasulullah SAW
berpesan bahwa jika seorang anak di
didik secara islami dengan benar,
InsyaAllah akan menjadi anak yang
sholeh dan sholeha (Farma, 2018).
Pendidikan Agama Islam di Era
Globalisasi
Menurut beberapa informan yang
telah diwawancarai mendidik anak di
era globalisasi bukanlah hal mudah hal
tersebut dikarenakan banyaknya
perkembangan di era globalisasi ini baik
perkembangan dari segi teknologi
maupun budaya. Be-berapa informan
selalu mengawasi pergaulan anaknya di
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
13
luar sana, dengan siapa anak mereka
bergaul. Karena menurut beberapa
informan teman sangat berpengaruh
pada era globalisasi ini, jika mereka
berteman maka lama-kelamaan
kebiasaan yang dilakukan akan menular
satu sama lain (Rachmasanie, 2012).
Sebagai contoh jika seorang anak
bergaul dengan seorang yang
mempunyai sifat kebarat-baratan maka
lambat laun anak tersebut akan terbiasa
dengan hal tersebut dan akan
mengikutinya. Bebrapa informan
mengatakan bahwa akhlak baik seorang
anak dapat di mulai dari orang tua, jika
orang tua dapat selalu memberikan
contoh akhlak yang baik pada anaknya
maka anak tersebut dapat meneladani
orang taunya, hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Ali Imran: 34
yaitu :
“Keturunan itu sebagiannya
merupakan (turunan) dari yang lain.”,
maksud dari ayat tersebut adalah
orang tua yang baik, sumber yang baik,
insya Allah akan menghasilkan
keturunan yang baik pula. Jadi, orang
tua atau ibu dan bapak memegang
peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-
anak. Sejak seorang anak lahir,
orangtualah yang selalu ada di
sampingnya.
Oleh karena itu, ia meniru sifat
orangtuanya dan biasanya seorang anak
lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu
itu menjalankan tugasnya dengan baik
dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan
orang yang mula - mula dikenal anak
dan menjadi temannya dan yang
pertama untuk dipercayainya (Anar,
2017). Selalu mengingatkan anak
perihal ibadah juga merupakan upaya
dari beberapa orang tua untuk selalu
menjaga anaknya dari hal-hal yang
menyimpang, karena dengan beribadah
kepada Allah Swt akan membuat anak
selalu tertuju pada Allah dan kebikan.
Orang tua yang selalu dalam jalan Allah
dapat mengantarkan anaknya pada
keshalih-an. Peran orang tua dan agama
sangat penting dalam mendidik anak di
era globalisasi ini. Agama merupakan
pedoman orang tua dalam mendidik
anak, di dalam agama semua urusan
didunia sudah di atur dalam Al-Qur’an.
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
14
Gambar.1 Dokumentasi Wawancara
Bersama Ibu Endang Rohadi
Gambar .2 Dokumentasi Wawan-cara
Bersama Bapak Kusnadi
Gambar.3 Dokumentasi Wawan-cara
Bersama Ibu Ninik
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pernyataan-pernyataan
informan dari hasil wawancara, peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa
persepsi orang tua terhadap kiat
mendidik anak di era globalisasi
ditinjau dari segi Islam, adalah sebagai
berikut :
1. Dilihat dari hasil wawancara,
dapat dilihat bahwa informan 2
Bpk Kusnadi dan Ibu Ninik
memiliki persepsi atau pendapat
yang mempunyai dampak positif
dan peduli dengan kiat mendidik
anak di era globalisasi ditinjau
dari segi Islam.
2. Pada Ibu Endang Rohadi beliau
cenderung acuh tak acuh atau
kurang peduli berpendapat
terhadap kiat mendidik anak di
era globalisasi ditinjau dari segi
Islam.
Dampak yang diperoleh dari
penelitian ini , dapat disimpulkan ketiga
informan yang telah dipilih oleh peneliti
adalah memberikan persepsi yang
positif, bahwa persepsi orang tua
terhadap kiat mendidik anak di era
globalisasi ditinjau dari segi Islam
adalah tidak lupa untuk mengingatkan
anak beribadah kepada Allah SWT,
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
15
banyak mengobrol dengan tema agama,
serta sebagai orang tua memberikan
contoh yang baik untuk anaknya agar
kelak dapat diteladani.
Peneliti menyarankan agar orangtua
dapat memberikan contoh yang baik
untuk anak-anak di era globalisasi dan
selalu berbuat hal baik tanpa pamrih.
Tidak hanya kepada orang-orang
terdekat, tetapi juga kepada sesama
umat di dunia ini. Cara orangtua untuk
mendidik anak memang berbeda-beda,
namun hal tersebut tidak boleh terlepas
dari unsur agama, adat, norma, dan
budaya agar anak-anak di jaman
millennial ini dapat berperilaku terpuji,
dicontoh dengan baik, dan
dipersepsikan dengan baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Anar, Adil Patawal. (2017), ‘Pengertian
Orang Tua Serta Tanggung
Jawabnya Sama Anak’,
(https://www.google.com/amp/
news.rakyatku.com/amp/47833
), Dikases pada tanggal 30
November 2019
Damopolii, M. (2011). ‘Pesantren
Modern IMMIM Pencetak
Muslim Modern’.Jakarta:Raja
Grafindo Persada
Diwarta, (2012), ‘Pendidikan Menurut
Ki Hajar Dewantara’,
(https://www.diwarta.com-
/2012/06/14/pengertian-
pendidikan-menurut-ki-hajar-
dewantara.html), Diakses pada
tanggal 30 November 2019
Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B.
(1993). ‘Dasar-dasar
Pendidikan’. Semarang:Effhar
Publishing
Engku, I., & Zubaidah, S. (2014).
‘Sejarah Pendidikan Islami’.
Bandung:Remaja Rosdakarya
Farma, (2018), ‘Kiat Menghadapi
Anak’,
(http://www.infarmasi.com/201
8/12/15-kiat-tips-trik-
menghadapi-anak-yang-susah-
makan.html), Diakses pada
tanggal 30 November 2019
Gunawan, Iman (2015), ‘Metode
Penelitian Kualitatif’,
(http://fip.um.ac.id/wp-
content/up-
loads/2015/12/3_Metpen-
Kualitatif.pdf), Diakses pada
tanggal 30 November 2019
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
16
Nashir, R. (2010). ‘Mencari Tipologi
Format Pendidikan Ideal
Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan’.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Rachmasanie, S (2012), ‘Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar’,
(http://sherlyra-
chmasanie.blogspot.com/2012/
12/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi-belajar.html),
Diakses pada tanggal 30
November 2019
Risky, Ananda (2010), ‘Pendidikan
Menurut Undang-Undang’,
(https://fithgallag-
her.wordpress.com/2010/09/30
/undang-undang-no-20-tahun-
2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional/), Diakses
pada tanggal 30 November
2019
Santoso, Irvan Bagus, (2016), ’Ada 6
Tipe Pola Asuh Orangtua
kepada Anak’
(media.iyaa.com). Diakses
pada tanggal 30 November
2019
Ummu, Shofia, (2007), ‘Sepuluh
Kesalahan Dalam Mendidik
Anak’, Majalah As-Sunnah,
Edisi 12
Weedan, Mas (2016), ‘Pendidikan
Secara Umum dan Tujuannya’,
(https://silabus.org/pengertian-
pendidikan/), Diakses pada
tanggal 30 November 2019