kiat mendidik anak di era globalisasi ditinjau dari segi

16
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020 Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 1 KIAT MENDIDIK ANAK DI ERA GLOBALISASI DITINJAU DARI SEGI AGAMA ISLAM Saifuddin Zuhri Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Jatim. Jl Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya Email: [email protected] Abstrak :Globalisasi yang terjadi dewasa ini telah membawa berbagai macam perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan tersebut melahirkan peluang dan tantangan, baik dalam bidang pendidikan, politik, agama bahkan sosial-budaya. Untuk menghadapai peluang dan tantangan tersebut manusia dituntut untuk meningkatkan sumber daya dirinya. Pendidikan merupakan sarana tepat, selain menghasilkan manusia yang yang unggul, kreatif, ulat, tekun, juga ditopang oleh nilai keimanan. Kata Kunci: Globalisasi, Pendidikan Islam PENDAHULUAN Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi nikmat terbesar kepada kita, yaitu Islam. Shalawat dan salam kita curahkan untuk Nabi Muhammad saw yang telah menjadi tauladan dalam mendidik anak. Pendidikan anak adalah sesuatu yang sangat mendasar. Perannya tidak bisa digantikan oleh siapapun selain orang tua, kecuali dalam kondisi tertentu. Pendidikan anak juga merupakan bentuk pekerjaan yang mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan pekerjaan mudah, apalagi sambil lalu. Dalam prakteknya tidak sedikit orang tua yang kerap melakukan kesalahan dalam upayanya mendidik putra- putrinya, baik karena ketidakpedulian, sikap meremehkan maupun karena kelalaian. Sehingga sering kita dengar dan saksikan terjadinya penyimpangan anak-anak dalam masyarakat akibat pendidikan yang salah. Islam memerintahkan orangtua untuk mendidik anak dan memikulkan tanggung jawab itu di pundak mereka. Firman Allah swt. “ Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan. Padanya ada malikat yang kasar dan bengis yang tidak durhaka kepada Allah (dalam menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka. (At-Tahrim 6)

Upload: others

Post on 01-Apr-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

1

KIAT MENDIDIK ANAK DI ERA GLOBALISASI

DITINJAU DARI SEGI AGAMA ISLAM

Saifuddin Zuhri

Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Jatim. Jl Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya

Email: [email protected]

Abstrak :Globalisasi yang terjadi dewasa ini telah membawa berbagai macam perubahan dalam

kehidupan manusia. Perubahan tersebut melahirkan peluang dan tantangan, baik dalam bidang

pendidikan, politik, agama bahkan sosial-budaya. Untuk menghadapai peluang dan tantangan tersebut

manusia dituntut untuk meningkatkan sumber daya dirinya. Pendidikan merupakan sarana tepat, selain

menghasilkan manusia yang yang unggul, kreatif, ulat, tekun, juga ditopang oleh nilai keimanan.

Kata Kunci: Globalisasi, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah yang

telah menganugerahi nikmat terbesar

kepada kita, yaitu Islam. Shalawat dan

salam kita curahkan untuk Nabi

Muhammad saw yang telah menjadi

tauladan dalam mendidik anak.

Pendidikan anak adalah sesuatu yang

sangat mendasar. Perannya tidak bisa

digantikan oleh siapapun selain orang

tua, kecuali dalam kondisi tertentu.

Pendidikan anak juga merupakan

bentuk pekerjaan yang mesti dilakukan

dengan sungguh-sungguh, bukan

pekerjaan mudah, apalagi sambil lalu.

Dalam prakteknya tidak sedikit orang

tua yang kerap melakukan kesalahan

dalam upayanya mendidik putra-

putrinya, baik karena ketidakpedulian,

sikap meremehkan maupun karena

kelalaian. Sehingga sering kita dengar

dan saksikan terjadinya penyimpangan

anak-anak dalam masyarakat akibat

pendidikan yang salah.

Islam memerintahkan orangtua untuk

mendidik anak dan memikulkan

tanggung jawab itu di pundak mereka.

Firman Allah swt.

“ Wahai orang-orang yang beriman,

jagalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan bebatuan. Padanya ada

malikat yang kasar dan bengis yang

tidak durhaka kepada Allah (dalam

menjalankan apa yang diperintahkan

kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan kepada mereka.

“ (At-Tahrim 6)

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

2

Rasulullah saw. bersabda dalam

hadits yang diriwayatkan dari Ibnu

Umar:

“Setiap kamu adalah pemimpin dan

setiap kalian akan diminta pertanggung

jawaban tentang kepemimpinannya.

Imam adalah pe-mimpin dan akan

ditanya (diminta pertanggung jawaban)

tentang rakyat-nya. Seorang laki-laki

adalah pemim-pin dalam keluarganya

dan akan ditanya tentang

kepemimpinannya. Seorang wanita

adalah pemimpin di rumah suaminya

dan akan ditanya tentang

kepemimpinannya. Seorang pembantu

adalah pemimpin dalam urusan harta

majikannya dan akan ditanya tentang

kepemimpinannya. Dan setiap kalian

adalah pemimpin dan akan diminta

pertanggungjawaban tentang

kepemimpinannya.” (Muttafaq’alaih)

Rasulullah telah meletakkan

kaidah-kaidah dasar yang intinya adalah

bahwa anak akan tumbuh sesuai dengan

agama kedua orangtuanya. Merekalah

orang yang secara kuat mempengaruhi

anak-anaknya. Beliau bersabda:

“ Tidak ada seorang anak yang

dilahirkan melainkan dalam keadaan

fitrah. Maka ibu dan bapaknyalah yang

menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau

Majusi.” (H.R Bukhari).

METODE

Menurut Sukmadinata (2005) dasar

penelitian kualitatif adalah

konstruktivisme yang berasumsi bahwa

kenyataan itu berdimensi jamak,

interaktif dan suatu pertukaran

pengalaman sosial yang diinter-

pretasikan oleh setiap individu.

Penelitian kualitatifmempercayai bahwa

kebenaran adalah dinamis dan dapat

ditemukan hanya melalui penelaahan

terhadap orang-orang melalui

interaksinya dengan situasi sosial

mereka.

Penelitian kualitatif mengkaji

perspektif partisipan dengan strategi-

strategi yang bersifat interaktif dan

fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan

untuk memahami fenomena-fenomena

sosial dari sudut pandang partisipan.

Dengan demikian arti atau pengertian

penelitian kualitatif tersebut adalah

penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek alamiah

dimana peneliti merupakan instrumen

kunci.

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

3

Penelitian kualitatif sifatnya

deskriptif analitik data yang diperoleh

seperti hasil pengamatan, wawancara,

catatan lapangan, disusun peneliti di

lokasi penelitian, tidak dituangkan

dalam bentuk-bentuk angka. Peneliti

segera melakukan analisis data dengan

memperkaya informasi dan mencari

hubungannya. Hasil analisis data berupa

pemaparan mengenai situasi yang

diteliti dan disajikan dalam bentuk

uraian naratif. Hakikat pemaparan data

pada umumnya mejawab pertanyaan-

pertanyaan mengapa dan bagaimana

suatu fenomena terjadi. Untuk itu

penelitii dituntut memahami dan

menguasai bidang ilmu yang ditelitinya

sehingga memberikan justifikasi

mengenai materi yang terkait

(Gunawan, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Ki Hajar Dewantara

bahwa pengertian pendidikan adalah

tuntutan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya,

pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak itu, agar mereka sebagai manusia

dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang setinggi-tingginya

(Diwarta, 2012).

Menurut UU No.20 Tahun 2003

pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar

pesertadidik secara aktif me-

ngembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, ke-

cerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara (Risky,

2010).

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), pendidikan yakni

satu sistem evaluasi untuk tiap-tiap

individu untuk meraih pengetahuan

serta pemahaman yang lebih tinggi

tentang objek spesifik serta khusus.

Pengetahuan yang didapat secara resmi

itu menyebabkan pada tiap-tiap individu

yakni mempunyai pola fikir, tingkah

laku serta akhlak yang sesuai dengan

pendidikan yang diperolehnya.

Berdasarkan pengertian diatas

dapat dinyatakan bahwa pendi-dikkan

adalah sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

4

belajar dan proses pembelajaran untuk

peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pengertian Pendidikan

dapat diartikan sebagai usaha sadar dan

sistematis untuk mencapai taraf hidup

atau untuk kemajuan lebih baik. Secara

sederhana, Pengertian pendidikan

adalah proses pembelajaran bagi peserta

didik untuk dapat mengerti, paham, dan

membuat manusia lebih kritis dalam

berpikir.

Menurut UNESCO Dalam

upaya meningkatkan kualitas suatu

bangsa, tidak ada cara lain kecuali

melalui peningkatan mutu pendidikan.

Berangkat dari pemikiran itu,

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

melalui lembaga UNESCO (United

Nations, Educational, Scientific and

Cultural Organization) mencanangkan

empat pilar pendidikan baik untuk masa

sekarang maupun masa depan, yakni:

(1) learning to Know, (2) learning to do

(3) learning to be, dan (4) learning to

live together. Dimana keempat pilar

pendidikan tersebut menggabungkan

tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ (Deewan,

2016)

Pendidikan Menurut Islam

Secara kodrati anak memerlukan

pendidikan atau bimbingan dari orang

dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti

dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh

setiap anak yang hidup di dunia ini.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW

bersabda:

“Tiadalah seorang yang dilahirkan

melainkan menurut fitrahnya, maka

akibat kedua orang tuanyalah yang

men-Yahudikan atau men-

Nasranikannya atau me-Majusikannya.

Sebagaimana halnya binatang yang

dilahirkan dengan sempurna, apakah

kamu lihat binatang itu tiada berhidung

dan bertelinga? Kemudian Abi

Hurairah berkata, apabila kau mau

bacalah lazimilah fitrah Allah yang

telah Allah ciptakan kepada manusia di

atas fitrahNya. Tiada penggantian

terhadap ciptaan Allah. Itulah agama

yang lurus (Islam)”( H.R Muslim).

Dalam sudut pandang Islam

mendapatkan pendidikan itu jika

diamati lebih jauh sebenarnya

mengandung aspek-aspek kepentingan

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

5

yang antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Aspek Pedagogsis

Dalam aspek ini para ahli didik

memandang manusia sebagai animal

educandum (makhluk yang me-

merlukan pendidikan). Dalam kenya-

taanya manusia dapat dikategorikan

sebagai animal, artinya binatang yang

dapat dididik. Sedangkan binatang pada

umumnya tidak dapat dididik,

melainkan hanya dilatih secara dresur,

artinya latihan untuk mengerjakan

sesuatu yang sifatnya statis, tidak

berubah.

2. Aspek Sosiologis dan Kultural

Menurut ahli sosiologi pada

prinsipnya, manusia adalah homosocius,

yaitu makhluk yang berwatak dan

berkemampuan dasar atau memiliki

gazirah (instink) untuk hidup

bermasyarakat. Sebagai makluk sosial

manusia harus memiliki rasa tanggung

jawab sosial (socialresponsibility) yang

diperlukan dalam mengembangkan

hubungan timbal balik (inter relasi) dan

saling pengaruh mempengaruhi antara

sesama anggota masyarakat dalam

kesatuan hidup mereka.

3. Aspek Tauhid

Aspek tauhid ini adalah aspek

pandangan yang mengakui bahwa

manusia itu adalah makhluk yang

berke-Tuhanan yang menurut istilah

ahli disebut homodivinous (makhluk

yang percaya adanya Tuhan) atau

disebut dengan homo religious

(makhluk yang beragama) (Ekosusilo,

1993).

Pendidikan itu harus berbentuk

usaha yang sistematis yang ditujukan

kepada pengembangan seluruh potensi

anak didik dengan berbagai aspeknya

baik ranah kognitif, afektifdan

psikomotorsehingga tujuan akhirnya

adalah kesempurnaan hidup (Engku,

2014).Adapun pendidikan Islam adalah

usaha sadar secara sistematis yang

mendorong terjadinya proses belajar

dan penyesuaian individu-individu

secara terus-menerus terhadap nilai-

nilai budaya dan cita-cita masyarakat

berdasarkan nilai-nilai Islam

(Damopolii, 2011).

Definisi pendidikan Islam adalah:

“Proses transformasi dan internalisasi

ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islami

pada peserta didik melalui penumbuhan

dan pengembangan potensi fitrahnya

untuk mencapai keseimbangan dan

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

6

kesempurnaan hidup dalam segala

aspeknya.’’ (Nashir, 2010)

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor internal yang mempengaruhi

belajar :

1. Kecerdasan

Kecerdasan merupakan faktor

psikologis yang paling penting dalam

proses belajar siswa, karena itu

menentukan kualitas belajar siswa.

Semakin tinggi intelegensi seorang

individu, semakin besar peluang

individu tersebut meraih sukses dalam

belajar.

2. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah

yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar. Para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses

di dalam diri individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan

menjaga perilaku setiap saat.

3. Bakat

Pada dasarnya setiap orang

mempunyai bakat atau potensi untuk

mencapai prestasi belajar sesuai dengan

kemampuannya masing-masing. Karena

itu, bakat juga diartikan sebagai

kemampuan dasar individu untuk

melakukan tugas tertentu tanpa

tergantung upaya pendidikan dan

latihan.

Faktor eksternal yang

mempengaruhi belajar :

1. Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan sosial sekolah, seperti

guru , administrasi, dan teman-teman

sekelas dapat memengaruhi proses

belajar seorang siswa. Hubungan

harmonis antra ketiganya dapat menjadi

motivasi bagi siswa untuk belajar lebih

baik di sekolah. Perilaku yang simpatik

dan dapat menjadi teladan seorang guru

atau administrasi dapat menjadi

pendorong bagi siswa untuk belajar.

2. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi

belajar siswa. Ling-kungan siswa yang

kumuh, banyak pengangguran dan anak

terlantar juga dapat memengaruhi

aktivitas belajar siswa, paling tidak

siswa kesulitan ketika memerlukan

teman belajar, diskusi, atau meminjam

alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilkinya.

3. Lingkungan sosial keluarga

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

7

Lingkungan ini sangat me-

mengaruhi kegiatan belajar. Ke-

tegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,

demografi keluarga (letak rumah),

pengelolaan keluarga, semu-annya

dapat memberi dampak terhadap

aktivitas belajar siswa. Hubungan antara

anggota keluarga, orangtua, anak,

kakak, atau adik yang harmonis akan

membantu siswa melakukan aktivitas

belajar dengan baik (Rachmasanie,

2012).

Pola Asuh Orang Tua

Orang tua adalah komponen

keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,

dan merupakan hasil dari sebuah ikatan

perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga. Orang tua

memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing

anak-anaknya untuk mencapai tahapan

tertentu yang menghantarkan anak

untuk siap dalam kehidupan

bermasyarakat.

Orang tua juga telah

memperkenalkan anaknya kedalam hal-

hal yang terdapat di dunia dan

menjawab secara jelas tentang sesuatu

yang tidak dimengerti oleh anak. Maka

pengetahuan yang pertama diterima

oleh anak adalah dari orang

tuanya.Karena orang tua adalah pusat

kehidupan rohani si anak juga sebagai

penyebab berkenalnya dengan alam

luar, maka setiap reaksi emosi anak dan

pemikirannya dikemudian hari ter-

pengaruh oleh sikapnya terhadap orang

tuanya di permulaan hidupnya dahulu.

Jadi, orang tua atau ibu dan

bapak memegang peranan yang penting

dan amat berpengaruh atas pendidikan

anak-anak. Sejak seorang anak lahir,

ibunyalah yang selalu ada di

sampingnya.

Oleh karena itu, ia meniru

perangai ibunya dan biasanya seorang

anak lebih cinta kepada ibunya, apabila

ibu itu menjalankan tugasnya dengan

baik dan penuh kasih sayang. Ibu

merupakan orang yang mula - mula

dikenal anak dan menjadi temannya dan

yang pertama untuk dipercayainya

(Anar, 2017).

Pola asuh dapat didefinisikan

sebagai pola interaksi antara anak

dengan orangtua yang meliputi

pemenuhan kebutuhan fisik, kebutuhan

psikologis, serta sosialisasi norma-

norma yang berlaku di masyarakat agar

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

8

anak dapat hidup selaras dengan

lingkungannya, macam pola asuh, yaitu

sebagai berikut:

1. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola

pengasuhan anak yang bersifat

pemaksaan, keras dan kaku di mana

orangtua akan membuat berbagai aturan

yang saklek harus dipatuhi oleh anak-

anaknya tanpa mau tahu perasaan sang

anak. Orangtua akan emosi dan marah

jika anak melakukan hal yang tidak

sesuai dengankeinginannya.

Anak yang besar dengan teknik

asuhan anak seperti ini biasanya tidak

bahagia, paranoid atau selalu berada

dalam ketakutan, mudah sedih dan

tertekan, senang berada di luar rumah,

benci orangtua, dan lain-lain. Namun di

balik itu biasanya anak hasil didikan

orangtua dengan pola asuh otoriter lebih

bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai

keinginan orangtua, lebih disiplin dan

lebih bertanggung jawab.

2. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh ini merupakan pola asuh

yang paling baik. Dimana orangtua

bersikap friendly dan anak bebas

mengemukakan pendapatnya. Disini

orangtua lebih mau mendengar keluhan

dari anaknya, mau memberikan

masukan. Orang tua lebih mengajarkan

anak untuk lebih baik, misalnya

mengetuk pintu sebelum masuk rumah

dan menjelaskan kenapa harus

melakukan hal seperti itu kepada

anaknya.

3. Pola Asuh Temporizer

Temporizer ini merupakan pola

asuh yang sangat tidak konsisten.

Dimana orangtua tidak memiliki

pendirian. Contoh dari pola asuh ini

seperti, anak yang diberikan batas

waktu pulang malam sekitar jam 10.

Terkadang orang tuanya tidak memarahi

anaknya, jika anaknya pulang lebih

lama dari itu, tapi terkadang juga orang

tua marah besar kepada anaknya jika

lewat pada waktunya. Ini dapat

membuat anak bingung.

4. Pola Asuh Permisif

Tipe orang tua yang mempunyai

pola asuh permisif cenderung selalu

memberikan kebebasan pada anak tanpa

memberikan kontrol sama sekali. Anak

sedikit sekali dituntut untuk suatu

tangung jawab, tetapi mempunyai hak

yang sama seperti orang dewasa. Anak

diberi kebebasan untuk mengatur

dirinya sendiri dan orangtua tidak

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

9

banyak mengatur anaknya. Orangtua

permisif memberikan kepada anak

untuk berbuat sekehendaknya dan

lemah sekali dalam melaksanakan

disiplin pada anak. Pola asuhan permisif

bercirikan adanya kontrol yang kurang,

orangtua bersikap longgar atau bebas,

bimbingan terhadap anak kurang. Ciri

pola asuh ini adalah semua keputusan

lebih banyak dibuat oleh anak daripada

orang tua (Santoso, 2016).

Kesalahan Orang Tua Dalam

Mendidik Anak

Anak adalah amanah bagi kedua

orang tuanya. Maka, sebagai orang tua

harus bertanggung jawab terhadap

amanah ini. Tak sedikit kesalahan dan

kelalaian dalam mendidik anak telah

menjadi fenomena yang nyata. Sungguh

merupakan malapetaka besar, dan

termasuk mengkhianati amanah Allah

SWT. Adapun rumah, adalah sekolah

pertama bagi anak. Kumpulan dari

beberapa rumah itu akan membentuk

sebuah bangunan masyarakat. Bagi

seorang anak, sebelum mendapatkan

pen-didikkan di sekolah dan

masyarakat, ia akan mendapatkan

pedidikan di rumah dan keluarganya. Ia

merupakan prototipe kedua orang

tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh

karena itu, disinilah peran dan tanggung

jawab orang tua, dituntut untuk tidak

lalai dalam mendidik anak-anak.

Berikut keslahan orang tua dalam

mendidik anak:

1. Membiasakan anak hidup secara

hedonisme

2. Selalu menuruti keinginan anak

3. Terlalu keras dan kaku hingga

melebihi batas wajar dalam

mendidik anak

4. Terlalu pelit terhadap anak

5. Tidak memiliki rasa saying kepada

anak

6. Hanya memenuhi kebutuhan

jasmani anak (Ummuh, 2007).

Mendidik anak bukanlah hal

yang mudah dilakukan oleh para orang

tua. Apalagi dengan berjalannya waktu,

anak akan semakin bertumbuh dan

berkembang. Hal ini tentu saja akan

menimbulkan banyak perubahan yang

terjadi pada anak. Orang tua dituntut

untuk dapat menghadapi segala

tindakan dan emosi anak. Kehadiran

orang tua tidak hanya dibutuhkan dalam

bentuk fisik saja, namun juga dalam

jiwa seorang anak. Karena dengan

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

10

kehadiran orang tua dalam jiwa anak

sedikit banyak akan dapat

mempengaruhi perkembangan psiko-

logis dan emosi anak. Mereka akan

merasa disayangi dan diperhatikan.

Dalam islam sendiri telah banyak

dijelaskan baik dalam Al-Qur’an

maupun Hadist. Rasulullah SAW

berpesan bahwa jika seorang anak di

didik secara islami dengan benar,

InsyaAllah akan menjadi anak yang

sholeh dan sholeha. Berikut beberapa

cara mendidik anak yang baik dan benar

:

1. Bersabahat dengan anak dan

menjadi teladan

2. Menunaikan hak-hak anak dan

memperhatikan kecenderungannya

3. Bermain dan hiburlah hati anak

4. Tumbuhkan rasa Kompetisi dan beri

Motivasi

5. Memotivasi untuk kebajikan &

Memperingatkan bahaya ke-burukan

6. Membiasakan berbuat kebajikan

7. Menumbuhkan rasa Percaya Diri

dan berikan Pujian Berdialog dan

menjadi pendengar Reflektif

Mendoakan kebaikannya

8. Memilih waktu yang tepat untuk

menasehati dan bertahap dalam

menyampaikan nasehat, perintah

dan tugas.

9. Berbicara terus terang dan sesuai

dengan tingkat Intelektualitasnya

10. Melatih anak melakukan tugas-

tugasnya dan menuntun anak pada

sosok Rasulullah saw sebagai

teladan

11. Mendidik dengan kasus, nasehat dan

menggunakan kisah dalam

menanamkan nilai dan keutamaan

12. Mengisi waktu luangnya dengan

kegiatan bermanfaat dan

mengembangkan kecerdasannya

(Farma, 2018).

Tantangan Orang Tua di Era

Globalisasi

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi yang dilakukan pada beberapa

sampel orang tua, peneliti menemukan

bahwa-sannya masih ada beberapa

orang tua yang masih belum mengerti

akan pentingnya mendidik anak di era

globalisasi ini, karena era globalisasi

memberikan dampak yang besar dalam

kehidupan manusia. Definisi pendidikan

Islam yaitu suatu proses transformasi

dan internalisasi ilmu pengetahuan dan

nilai-nilai Islami pada peserta didik

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

11

melalui penumbuhan dan pengem-

bangan potensi fitrahnya untuk

mencapai keseimbangan dan kesem-

purnaan hidup dalam segala aspeknya

(Nashir, 2010). Mendidik anak

hukumnya ialah wajib bagi orang tua.

Mendidik anak merupakan tanggung

jawab orang tua hal ini sesuai dengan

Tuhfah al Maudud hal 123 yaitu :

“Abdullah bin Umar radhiallahu

‘anhuma berkata : “Didiklah anakmu,

karena sesungguhnya engkau akan

diminta pertanggung jawaban

mengenai pendidikan dan penggajaran

yang telah engkau berikan kepadanya.

Dan dia juga akan ditanya mengenai

kebaikan dirimu kepadanya serta

ketaatannya kepada dirimu”.

Berdasarkan wawancara dengan

Ibu Endang Rohadi sebagai informan 1,

kami menanyakan bagaimana kiat

mendidik anak di era globalisasi

ditinjau dari segi islam. Menurut Ibu

Endang Rohadi beliau jarang

mengontrol penggunaan smartphone

pada anak-anaknya, terutama pada anak

pertamanya yang sudah SMA “Kalau

sudah besar sudah bisa mengontrol

dirinya sendiri” kata beliau dalam

menanggapi kiat mendidik anak pada

era globalisasi. Untuk anaknya yang

kedua yang berusia 3 tahun ia

memberikan smartphone sedari dini

dikarenakan untuk pengalihan anaknya

agar tidak rewel, namun dalam

penggunaannya putra terkecilnya ini

lebih dipantau saat menggunakan

smartphone. Lalu apabila dikaitkan

dengan agama kita menanyakan

bagaimana pola asuh Ibu Endang

kepada anaknya, beliau menjawab

“untuk anak saya yang pertama dulu

saya sudah ajarkan ajaran-ajaran islam

dari kecil, seperti mengaji,bercerita

tentang nabi-nabi dan ajaran-ajaran

lainnya seperti akhlak dll. Sehingga saat

besar dia sudah bisa menentukan sendiri

mana yang baik dan mana yang buruk

namun tetep saya pantau walau tidak

sesering itu”.Untuk anak kedua-nya

yang baru berumur 3 tahun beliau

memperlakukan sama dengan putra

pertamanya yaitu sudah diajarkan

mengaji dan sering menayangkan

kartun-kartun yang berbasis islam

maupun yang mengajarkan untuk

berakhlak baik “kalau dikasih

smartphone juga biasanya saya kasih

kartun-kartun yang mendidik sekalian

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

12

dia juga bisa belajar walaupun usianya

baru 3 tahun”.

Kedua yaitu wawancara dengan

Bapak Kusnadi sebagai informan 2,

kami menanyakan bagaimana kiat

mendidik anak di era globalisasi

ditinjau dari segi islam. Bapak Kusnadi

sering berkomunikasi dengan anak-

anaknya sehingga anak-anaknya

terawasi dengan baik baik pada anaknya

yang masih TK ataupun yang sudah

SMP kelas 8 “saya selalu mengawasi

penggunaan gadget kepada anak-anak

saya” Bapak Kusnadi memang

membiasakan dirinya dengan anak-

anaknya untuk mengobrol tiap harinya

mengenai agama islam “Dari mereka

kecil, saya selalu meng-usahakan

minimal 2 jam sehari untuk

berkomunikasi dengan anak-anak saya

tentang agama karena saya dan istri

ingin memaksimalkan pelajaran agama

anak-anak saya mulai dari rumah”.

Dan yang terakhir Berdasarkan

wawancara dengan ibu Ninik sebagai

informan 3, kami menanyakan ba-

gaimana kiat mendidik anak di era

globalisasi ditinjau dari segi islam.

Menurut Ibu Ninik susah untuk men-

didik anak di era globalisasi yang

semuanya dapat diakses oleh anak.

Semua dimulai dari orang tua sendiri,

jika orang tua dapat memberi contoh

yang baik maka anak akan

meneladaninya. Lalu apabila dikaitkan

dengan agama kami menanyakan

bagaimana pola asuh ibu endang kepada

anaknya, beliau menjawab “Saya selalu

mengingatkan untuktidak pernah

meninggalkan sholat dan juga selalu

ingat pada Allah SWT, supaya saat akan

melakukan hal yang buruk ingat kalau

Allah SWT senantiasa mengawasi kita”.

Dalam islam sendiri telah banyak

dijelaskan baik dalam Al-Qur’an

maupun Hadist. Rasulullah SAW

berpesan bahwa jika seorang anak di

didik secara islami dengan benar,

InsyaAllah akan menjadi anak yang

sholeh dan sholeha (Farma, 2018).

Pendidikan Agama Islam di Era

Globalisasi

Menurut beberapa informan yang

telah diwawancarai mendidik anak di

era globalisasi bukanlah hal mudah hal

tersebut dikarenakan banyaknya

perkembangan di era globalisasi ini baik

perkembangan dari segi teknologi

maupun budaya. Be-berapa informan

selalu mengawasi pergaulan anaknya di

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

13

luar sana, dengan siapa anak mereka

bergaul. Karena menurut beberapa

informan teman sangat berpengaruh

pada era globalisasi ini, jika mereka

berteman maka lama-kelamaan

kebiasaan yang dilakukan akan menular

satu sama lain (Rachmasanie, 2012).

Sebagai contoh jika seorang anak

bergaul dengan seorang yang

mempunyai sifat kebarat-baratan maka

lambat laun anak tersebut akan terbiasa

dengan hal tersebut dan akan

mengikutinya. Bebrapa informan

mengatakan bahwa akhlak baik seorang

anak dapat di mulai dari orang tua, jika

orang tua dapat selalu memberikan

contoh akhlak yang baik pada anaknya

maka anak tersebut dapat meneladani

orang taunya, hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam Surat Ali Imran: 34

yaitu :

“Keturunan itu sebagiannya

merupakan (turunan) dari yang lain.”,

maksud dari ayat tersebut adalah

orang tua yang baik, sumber yang baik,

insya Allah akan menghasilkan

keturunan yang baik pula. Jadi, orang

tua atau ibu dan bapak memegang

peranan yang penting dan amat

berpengaruh atas pendidikan anak-

anak. Sejak seorang anak lahir,

orangtualah yang selalu ada di

sampingnya.

Oleh karena itu, ia meniru sifat

orangtuanya dan biasanya seorang anak

lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu

itu menjalankan tugasnya dengan baik

dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan

orang yang mula - mula dikenal anak

dan menjadi temannya dan yang

pertama untuk dipercayainya (Anar,

2017). Selalu mengingatkan anak

perihal ibadah juga merupakan upaya

dari beberapa orang tua untuk selalu

menjaga anaknya dari hal-hal yang

menyimpang, karena dengan beribadah

kepada Allah Swt akan membuat anak

selalu tertuju pada Allah dan kebikan.

Orang tua yang selalu dalam jalan Allah

dapat mengantarkan anaknya pada

keshalih-an. Peran orang tua dan agama

sangat penting dalam mendidik anak di

era globalisasi ini. Agama merupakan

pedoman orang tua dalam mendidik

anak, di dalam agama semua urusan

didunia sudah di atur dalam Al-Qur’an.

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

14

Gambar.1 Dokumentasi Wawancara

Bersama Ibu Endang Rohadi

Gambar .2 Dokumentasi Wawan-cara

Bersama Bapak Kusnadi

Gambar.3 Dokumentasi Wawan-cara

Bersama Ibu Ninik

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pernyataan-pernyataan

informan dari hasil wawancara, peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa

persepsi orang tua terhadap kiat

mendidik anak di era globalisasi

ditinjau dari segi Islam, adalah sebagai

berikut :

1. Dilihat dari hasil wawancara,

dapat dilihat bahwa informan 2

Bpk Kusnadi dan Ibu Ninik

memiliki persepsi atau pendapat

yang mempunyai dampak positif

dan peduli dengan kiat mendidik

anak di era globalisasi ditinjau

dari segi Islam.

2. Pada Ibu Endang Rohadi beliau

cenderung acuh tak acuh atau

kurang peduli berpendapat

terhadap kiat mendidik anak di

era globalisasi ditinjau dari segi

Islam.

Dampak yang diperoleh dari

penelitian ini , dapat disimpulkan ketiga

informan yang telah dipilih oleh peneliti

adalah memberikan persepsi yang

positif, bahwa persepsi orang tua

terhadap kiat mendidik anak di era

globalisasi ditinjau dari segi Islam

adalah tidak lupa untuk mengingatkan

anak beribadah kepada Allah SWT,

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

15

banyak mengobrol dengan tema agama,

serta sebagai orang tua memberikan

contoh yang baik untuk anaknya agar

kelak dapat diteladani.

Peneliti menyarankan agar orangtua

dapat memberikan contoh yang baik

untuk anak-anak di era globalisasi dan

selalu berbuat hal baik tanpa pamrih.

Tidak hanya kepada orang-orang

terdekat, tetapi juga kepada sesama

umat di dunia ini. Cara orangtua untuk

mendidik anak memang berbeda-beda,

namun hal tersebut tidak boleh terlepas

dari unsur agama, adat, norma, dan

budaya agar anak-anak di jaman

millennial ini dapat berperilaku terpuji,

dicontoh dengan baik, dan

dipersepsikan dengan baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

Anar, Adil Patawal. (2017), ‘Pengertian

Orang Tua Serta Tanggung

Jawabnya Sama Anak’,

(https://www.google.com/amp/

news.rakyatku.com/amp/47833

), Dikases pada tanggal 30

November 2019

Damopolii, M. (2011). ‘Pesantren

Modern IMMIM Pencetak

Muslim Modern’.Jakarta:Raja

Grafindo Persada

Diwarta, (2012), ‘Pendidikan Menurut

Ki Hajar Dewantara’,

(https://www.diwarta.com-

/2012/06/14/pengertian-

pendidikan-menurut-ki-hajar-

dewantara.html), Diakses pada

tanggal 30 November 2019

Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B.

(1993). ‘Dasar-dasar

Pendidikan’. Semarang:Effhar

Publishing

Engku, I., & Zubaidah, S. (2014).

‘Sejarah Pendidikan Islami’.

Bandung:Remaja Rosdakarya

Farma, (2018), ‘Kiat Menghadapi

Anak’,

(http://www.infarmasi.com/201

8/12/15-kiat-tips-trik-

menghadapi-anak-yang-susah-

makan.html), Diakses pada

tanggal 30 November 2019

Gunawan, Iman (2015), ‘Metode

Penelitian Kualitatif’,

(http://fip.um.ac.id/wp-

content/up-

loads/2015/12/3_Metpen-

Kualitatif.pdf), Diakses pada

tanggal 30 November 2019

ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 01 Januari-Juni 2020

Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi

16

Nashir, R. (2010). ‘Mencari Tipologi

Format Pendidikan Ideal

Pondok Pesantren di Tengah

Arus Perubahan’.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Rachmasanie, S (2012), ‘Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Belajar’,

(http://sherlyra-

chmasanie.blogspot.com/2012/

12/faktorfaktor-yang-

mempengaruhi-belajar.html),

Diakses pada tanggal 30

November 2019

Risky, Ananda (2010), ‘Pendidikan

Menurut Undang-Undang’,

(https://fithgallag-

her.wordpress.com/2010/09/30

/undang-undang-no-20-tahun-

2003-tentang-sistem-

pendidikan-nasional/), Diakses

pada tanggal 30 November

2019

Santoso, Irvan Bagus, (2016), ’Ada 6

Tipe Pola Asuh Orangtua

kepada Anak’

(media.iyaa.com). Diakses

pada tanggal 30 November

2019

Ummu, Shofia, (2007), ‘Sepuluh

Kesalahan Dalam Mendidik

Anak’, Majalah As-Sunnah,

Edisi 12

Weedan, Mas (2016), ‘Pendidikan

Secara Umum dan Tujuannya’,

(https://silabus.org/pengertian-

pendidikan/), Diakses pada

tanggal 30 November 2019