keterpaduan iptek dan islam cahaya · mempunyai sifat gelombang. menarik sekali pembahasan mengenai...

14
Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA Oleh: 1. Yusuf Arif Rohmaan (133611059) 2. Yuliana Dewi Indah M (133611061) 3. Lathifah Nor Hidayah (133611072) 4. Farida Yuliani (133611076) FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

Upload: duongthuan

Post on 05-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

Keterpaduan IPTEK dan Islam

CAHAYA

Oleh:

1. Yusuf Arif Rohmaan (133611059)

2. Yuliana Dewi Indah M (133611061)

3. Lathifah Nor Hidayah (133611072)

4. Farida Yuliani (133611076)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

Page 2: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

CAHAYA

Kesadaran seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

sesungguhnya ditentukan sejauhmana kondisi intelektualitasnya. Al-qur‟an sebagai petunjuk

bagi orang-orang yang bertakwa terus memancing-mancing manusia untuk melakukan

penelitian mendalam dan melebar tentang segala sesuatu sampai menemukan kehadiran

Tuhan di depan pandangannya. Pada zaman sekarang sudah terjadi kemajuan Ilmu

pengetahuan yang seharusnya sebanding dengan tingkat kesadaran manusia sebagai hamba

Allah dan sebagai Khalifah di Bumi. Fisika sebagai Ilmu alam seharusnya menjadi ilmu yang

cukup untuk berjumpa dengan Tuhan, dengan mempelajari Energi dan materi sampai

antimateri menguak sedikit demi sedikit eksistensi tuhan di alam semesta ini.

Salah satu bahasan fisika yang mendapati perhatian lebih adalah cahaya, yang

dipandang mempunyai dualisme yang mempunyai sifat sebagai materi dan disisi lain

mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu

dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam Al-Qur‟an surat ke-24

dianamakan An-Nur, Cahaya. selain itu banyak juga ayat kitab suci yang membahas tentang

cahaya, bohong jika tidak tertarik untuk memahami lebih tentang cahaya. Apa sebenarnya

cahaya ini? apa keindahannya? hal apa saja yang berkaitan dengan cahaya? apa hikmah

penciptaan cahaya? mengapa perlu cahaya?

Manusia dapat melihat suatu benda karena adanya cahaya. Cahaya memantul ke mata

sehingga benda terlihat. Dalam keadaan tanpa cahaya (gelap), manusia tidak bisa melihat

benda. Sumber cahaya adalah benda-benda yang dapat menghasilkan cahaya. Menurut asal-

usul terjadinya cahaya, sumber cahaya dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Sumber cahaya alami, yaitu sumber cahaya yang terjadi secara alami. Contohnya adalah

matahari, bintang, dan kunang-kunang. Sedangkan bulan dan planet-planet tampak

bercahaya karena pantuklan sinar matahari, bukan karena planet itu sendiri.

2. Sumber cahaya buatan, yaitu sumber cahaya yang dibuat manusia. Misalnya senter,

lampu pijar, nyala lilin, dan petromaks.

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata.

Sifat-sifat cahaya antara lain:

Page 3: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

1. Dapat dipantulkan. Apabila cahaya dipantulkan ke sebuah benda, maka dua peristiwa

mungkin terjadi, yaitu cahaya akan diteruskan mengenai benda yang mengenainya

(tembus) atau cahaya dipantulkan kembali (memantul).

2. Merambat lurus. Cahaya yang keluar dari lampu senter merambat lurus melalui udara.

Garis-garis yang menggambarkan cahaya disebut sinar cahaya. Kum[pulan sinar cahaya

disebut berkas cahaya.

3. Menembus benda bening. Benda yang dapat ditembus cahaya misalnya air dan kaca.

4. Dapat dibiaskan. Cahaya dapat mengalami pembiasan apabila melewati dua medium (zat

perantara yang berbeda.1

Berikut ayat-ayat Al-Qur‟an yang membahas tentang cahaya:

• Sifat cahaya bulan dan matahari: (25:61), (10:5)

• Rangsangan tentang cahaya dalam berbagai medannya: (57:13), (66:8), (9:31),1

• Arti spiritual dan material dari cahaya: (2:17), (2:20)

• Keajaiban tentang penglihatan manusia: (33:19), (36:66), (8:44), (5:83), (9:92), (28:13), (20:39),

(25:74), (12:84),

• Jarak menurut pengertian tahun sinar: (32:5), (22:47)

• Hitungan tahun dengan lamanya waktu di ruang alam semesta: (10:3), (32:4), (50:38)

• Ide tentang waktu di ruang alam semesta: (2:259), (23: 112-114), (18:19), (10:102), (3:140)

• Dimensi mikroskopis pada unsur waktu: (16:77), (54:50), (50:16), (56:85), (27: 38-40)

• Diatas semua kadar waktu dari cahaya: (6:103), (2:96)‟ (3:15), (35:31)

• Penggambaran tentang bayangan-banyangan yang selalu ada: (16:48), (25:45), (13:15),

(13:35)

• Adanya spektrum dari sinar: (30:22), (16:13), (35:27-28), (39:21), (10:24), (22:63)

1 Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Lain Al-Qur‟an yang Terlupakan (Bandung : PT. Mizan

Pustaka, 2008), hlm. 48-49.

Page 4: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

ALLAH PEMBERI CAHAYA BAGI LANGIT DAN BUMI

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah,

adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar.

pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti

mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun

yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040],

yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di

atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia

kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah

Maha mengetahui segala sesuatu.”

[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding

rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu,

atau barang-barang lain.

[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di

waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur

dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.

Kosa kata

Kata )نورالسموات(, Nur pada mulanya berarti cahaya yang memancar yang bisa

menolong mata untuk melihat sesuatu. Namun kata ini juga bisa digunakan sesuatu yang

bersifat immaterial, seperti ungkapan “perkataan itu bercahaya” dan “Si Fulan adalah cahaya

Page 5: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

desanya”. Ragib menjelaskan bahwa al-qur‟an menggunakan kata an-Nur untuk dua hal,

yaitu cahaya duniawi dan ukhrawi. Yang bersifat duniawi terbagi lagi menjadi dua yaitu

cahaya Ilahi yang bisa dirasakan oleh hati, dan yang kedua adalah cahaya yang bersifat hissi

(material) atau yang bisa dilihat oleh mata seperti cahaya bulan. Sedangkan nur ukhrawi

adalah seperti cahaya yang memancar daru kaum Mukminin di akhirat nanti. Ahli tafsir

berbeda pandangan dalam menafsirkan ayat ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah adalah

pemberi cahaya (munawwir) di langit dan bumi. Yang lainnya mengatakan bahwa Allah

adalah pemberi pentunjuk (hadi) penduduk langit dan bumi. Yang lain mengatakan bahwa

Allah adalah pengatur (mudabbir) langit dan bumi. Al-Qurtubi lebih cenderung untuk

mengartikan bahwa Allah dengan kekuasaanNya mampu memancarkan cahaya di langit dan

di bumi, seluruh urusan menjadi beres dan terkendali, dan seluruh ciptaannya menjadi tegak

dan mantap.

Kata مشكاة(ل)ا berasal dari kata syaka yang arti asalnya adalah memunculkan

kesusahan. Syakwa artinya pengaduan terhadap sesuatu yang tidak disenangi. Dalam

Yusuf/12:86, Nabi yakub disebutkan “innama asykuu bassi” (hanya kepada Allah-lah aku

mengadukan kesusahanku). Misykat dalam ayat ini diartikan dengan tembok atau lobang

yang tidak tembus sampai ke sebelahnya. Kata ini adalah salah satu kata non Arab yang

digunakan al-Qur‟an. Sementara ulama berpendapat bahwa ia berasal dari baha

Habasyah/Ethiopia. Ada pula yang berpendapat bahwa maknanya adalah tiang yang di

puncaknya diletakkan lampu. Pendapat lain mengatakan bahwa ia adalah besi tempat

meletakkan sumbu dalam lampu semprong.namun pendapat pertama itulah yang paling

masyhur, karena lubang yang tidak tidak tembus menjadikan nyala lampu lebih terang

karena cahaya lampu tidak bertebaran kemana-mana, tapi terfokus, lampu juga tidak diterpa

angin yang dapat memadamkannya. Inilah perumpamaan yang digambarkan mengenai Nur

(cahaya) Allah, seperti sebuah lubang yang tidak tembus (misykat) yang di dalamnya ada

sebuah pelita besar yang terdapat dalam sebuah kaca seakan-akan sebuah mutiara yang

dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang banyak berkahnya yang hampir

menerangi walaupun tidak disentuh oleh api. Allah akan membimbing hamba-Nya menuju

cahaya tersebut bagi siapa yang Dia kehendaki.2

2 Departemen Agama RI, Al-QUR‟AN DAN TAFSIRNYA (Edisi yang Disempurnakan), (jakarta:

Lentera Abadi, 2010), hlm. 604-607.

Page 6: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

Kata (مصباح) mishbah adalah alat berupa wadah atau tempat menyalakan sumbu atau

tabung, sedang kata ( ) zujajah adalah kaca penutup nyala lampu itu (semprong). Ayat

di atas mendahulukan menyebutkan kata misykah karena yang hendak dilukiskan adalah

keadaan mishbah itu dengan cahaya lampu, yang disini sangat kait berkait dengan hal-hal

lain yang disebut sesudahnya.

Kata ( كوكب ) kaukab digunakan al-Qur‟an untuk bintang yang bercahaya. Sementara

ulama‟ membatasinya dalam arti bintang Mars.

Kata )يوقد( terambil dari kata )وقود( yakni bahan bakar. Dengan demikian, kata tersebut

mengandung makna bahwa bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan pelita itu adalah

yang bersumber dari pohon yang penuh berkat (pohon zaitun). Penggunaan bentuk kata kerja

masa kini dan datang (mudlori‟) pada kata tersebut mengisyaratkan bahwa bahan bakarnya

tidak pernah habis, selalu ditambah dan ditambah sehingga cahaya pelita itu bersinambung

tidak henti-hentinya.

Kata )نور( Nur jika dikemukakan dalam konteks uraian tentang manusia , baik dalam

kehidupan dunia maupun akhirat mengandung makna hidayah dan petunjuk allah atau

dampak dan hasilnya. Adapun jika kata itu atau aneka bentuknya menyifati benda-benda

langit, ia mengandung makna cahaya, tetapi cahaya yang merupakan pantulan dari benda

langit lainnya yang bercahaya. Ulama-ulama merujuk kepada ayat ini untuk menyatakan

bahwa Nur adalah salah satu sifat/nama allah, tetapi mereka berbeda pendapat tentang

maksudnya. Ibn al-„Arabi mengemukakan enam pendapat ulama tentang maknanya, yaitu :

Pemberi hidayah (penghuni langit dan bumi), Pemberi cahaya, Penghias, Yang

zhahir/tampak jelas,Pemilik cahaya, dan Cahaya tetapi bukan seperti cahaya yang dikenal.3

Tafsir

Ayat ini menerangkan bahwa Allah adalah pemberi cahaya, kepada langit dan bumi

dan semua yang ada pada keduanya. Dengan cahaya itu segala sesuatu berjalan dengan tertib

dan teratur, tak ada yang menyimpang dari jalan yang telah ditentukan baginya, ibarat orang

yang berjalan di tengah malam yang gelap gulita dan di tengahnya ada sebuah lampu yang

terang benderang yang menerangi apa yang ada di sekitarnya. Tentu dia akan aman dalam

3 M. Quraisy Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera

hati, 2002), hal. 549-551.

Page 7: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

perjalanannya tidak akan tersesat atau terperosok ke jurang yang dalam, walau

bagaimanapun banyak liku-liku yang dilaluinya.

Allah memberikan perumpamaan bagi cahayaNya dengan sesuatu yang dapat

digunakan dan dirasakan oleh manusia pada waktu diturunkannya ayat ini, yaitu dengan

cahaya lampu yang dianggap pada masa itu merupakan cahaya yang paling cemerlang.

Mungkin bagi kita sekarang ini cahaya lampu itu kurang artinya bila dibandingkan dengan

cahaya lampu listrik 1000 watt apalagi cahaya yang dapat menembus lapisan-lapisan yang

ada di depannya. Sebenarnya cahaya ya g menjadi sumber kekuatan bagi alam semesta tidak

dapat diserupakan dengan cahaya apapun yang dapat ditemukan manusia seperti cahaya laser

umpamanya.

Di samping cahaya lampu itu sendiri yang amat cemerlang, cahaya itu juga

dipantulkan oleh tempat letaknya, maka cahaya yang dipantulkan lampu itu menjadi berlipat

ganda. Demikianlah perumpamaan bagi cahaya Allah meskipun amat jauh perbedaan antara

cahaya Allah dan cahaya yang dijadikan perumpamaan.

Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya untuk emndapat

cahaya itu sendiri dia selalu menempuh jalan yang lurus yang menyampaikannya kepada

cita-citanya yang baik dan selalu bertindak bijaksana dalam menghadapi berbagai macam

persoalan dalam hidupnya. Berbahagialah orang yang mendapatkan pancaran Nur Ilahi itu,

karena dia telah mempunyai pedoman yang tepat yang tidak akan membawanya kepada hal-

hal yang tidak benar dan menyesatkan. Untuk memperoleh Nur Ilahi itu seseorang harus

benar-benar beriman dan taat kepada perintah Allah serta menjauhi segala perbuatan

maksiat.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah

seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam

kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan

dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di

sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-

hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah

membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat

perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.

Page 8: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

Listrik Thales seorang pemikir dari Miletos Yunani pada abad ke-6 SM mengamati

perilaku dan sifat batu ambar yang dapat menarik bulu dan benang. Penyelidikan lebih lanjut

dilakukan kembali oleh William Gilbert dokter Kerajaan Inggris Ratu Elizabeth 1. Pada tahun

1600, Gilbert mempelajari berbagai bahan yang bersifat seperti batu ambar. Bahan seperti itu

dikatakan bersifat elektrik, dari kata Yunani elektron yang berarti batu ambar. Dalam bahasa

Indonesia, kita katakan bersifat listrik sedangkan bahan yang tak bersifat listrik disebut

nonelektrik. Kemudian pada tahun 1785, Charles Augustiin de Coulomb melakukan

pengukuran kuantitatif gaya tolak maupun gaya tarik listrik. Diperoleh bahwa gaya listrik

berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antar-muatan. Selang beberapa eksperimen tentang

listrik yang mempunyai kontribusi yang tak kalah penting, pada tahun 1827, ahli matematika

Jerman George Simon Ohm mempelajari aliran listrik dari sumber yang sama, tetapi dilewatkan

pada aliran yang berlainan. Hasilnya, pada bahan konduktor arus besar, pada konduktor yang

buruk arus kecil sedangkan pada nonkonduktor tidak mengalir arus sama sekali. Ohm

menyatakan bahwa pada setiap bahan tedapat resistansi dan ditetapkan sebagai rasio gaya gerak

listrik, volt terhadap arus. Bahan khusus resistansi disebut resistor dan satuan resistensi diberi

istilah ohm.

Magnet Thales selain mengamati batu ambar juga mencermati batu lapis (lodestone)

yang banyak ditemukan di Magnesia, nama kota di Yunani kuno. Batu-batu lapis ini tidak lain

adalah besi oksida dan dapat saling tarik menarik atau saling tolak. Batu-batu dengan sifat

saling tarik atau saling tolak ini dikenal sebagai magnet, nama kota pertama kali bebatuan ini

ditemukan. Magnet mampu menarik beberapa jenis logam. Magnet menjadi semakin menarik

ketika didapatkan bahwa jarum baja yang tidak bersifat magnetik menjadi termagnetisasi atau

bersifat magnetik setelah digosok batu lapis. Lebih menarik lagi ketika diketahui bahwa jarum

yang telah termagnetisasi jika diletakkan pada bidang pada bidang horizontal dan dapat

bergerak bebas dan mengambil posisi akhir utara-selatan. Pada tahun 1820, fisikawan Denmark

Hans Christian Oersted mengamati bahwa kawat yang dialiri arus listrik membelokkan jarum

kompas yang berada didekat kawat.. .

Pada abad 19 teori fisika mengalami kesuksesan yang luar biasa, tiga teori fisika yang

mendulang kesuksesan besar pada abad tersebut adalah mekanika Newton, termodinamika, dan

elektromagnetika. ketiga teori tersebut kita kenal sebagai teori fisika klasik. Mekanika Newton,

termasuk di dalamnya teori 3gravitasi Newton, telah teruji secara baik dan menyediakan

penjelasan mengenai interaksi antar obyek. Maxwell telah berhasil menggabungkan kelistrikan

dan kemagnetan dalam satu teori. Gelombang elektromagnet yang diprediksi oleh teorinya itu

Page 9: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

telah berhasil ditemukan oleh Hertz. Kemudian hukum termodinamika bersama teori kinetik

telah berhasil memberikan penjelasan untuk berbagai fenomena, yang termasuk di dalamnya

adalah kalor dan suhu.

Namun dikemudian hari ketiga teori tersebut mengalami kegagalan dalam menjelaskan

berbagai fenomena yang teramati, atau mengalami inkonsistensi antara satu teori dengan teori

yang lain. Sebagai contoh, di dalam mekanika Newton digunakan transformasi Galileo yang

mengkaitkan hasil pengukuran di suatu kerangka dengan hasil pengukuran di kerangka lain.

Mengacu pada transformasi tersebut, mekanika Newton berhasil memenuhi prinsip kovariansi

yang mengharuskan semua hukum fisika dapat dinyatakan secara sama baiknya di setiap

kerangka acuan inersial. Namun tidak demikian halnya dengan persamaan Maxwell dalam

elektromagnetika. Contoh permasalahan lain adalah gagalnya teori elektromagnetika dan

termodinamika dalam menjelaskan grafik radiasi benda hitam. Selain itu teori elektromagnet

juga gagal dalam menjelaskan efek Compton, efek fotolistrik, dll.

Permasalahan-permasalahan yang gagal dijelaskan oleh fisika klasik mendorong

fisikawan untuk mencari teori baru yang dapat menjelaskan fenomena-fenomena tersebut atau

menghilangkan inkonsistensi antar teori, namun masih mencakup toeri lama(fisika klasik, yang

telah mampu menjelaskan fenomena dialam). Teori baru ini digolongkan kedalam teori ‟fisika

modern‟. Diantara teori-teori yang muncul untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut

adalah teori relativitas khusus. Teori ini memiliki peran yang besar dalam perkembangan teori

fisika saat ini, dalam teori ini meninjau kondisi dengan mempertimbangkan kecepatan cahaya.

Selanjutnya untuk tinjauan dalam kecepatan cahaya digunakan istilah relativistik,

Page 10: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

Cahaya matahari (QS. Nuh:16)

“Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari

sebagai pelita?”

Tafsir

Nabi Nuh menerangkan kepada kaumnya bahwa Allah yang disembah itu

menciptakan bulan bercahaya dan matahari bersinar. Dari ayat itu dapat dipahami bahwa :

Page 11: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

1. Matahari memancarkan sinar sendiri, sedang bulan mendapat cahaya dari matahari.

Cahaya yang dipancarkan bulan berasal dari sinar matahari yang dipantulkannya ke

bumi. Oleh karena itu, sinar matahari lebih keras dan terang dari cahaya bulan.

2. Sinar dan cahaya itu berguna bagi manusia, tetapi bentuk kegunaannya berbeda-beda. 4

Cahaya bulan (QS. Yunus:5)

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-

Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

kepada orang-orang yang mengetahui.”

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma,

melainkan dengan penuh hikmah.

Kosa kata

Kata diya‟a dalam Al-Qur‟an disebutkan tiga kali, yakni dalam ayat ini, dalam Surah

Al-Anbiya‟/21: 48, dan Al-Qasas/28: 71. Dalam konteks Surah Al-Anbiya‟/21: 48, kata

diya‟a digunakan untuk menjelaskan mukjizat Nabi Musa a.s. yang tangannya memancarkan

“sinar.” Kata ini, dalam Surah Al-Qasas, digunakan untuk makna simbolik dengan arti siang

yang terang benderang. Sedang kata diya‟a dalam Surah Yunus/10: 5 ini berarti sinar yang

dipancarkan bola matahari yang sangat menyilaukan mata. Sinar berbeda dengan cahaya

(nur). Jika ditatap dengan mata telanjang, sinar terang matahari dapat merusak mata yang

4 Departemen Agama RI, Al-QUR‟AN DAN TAFSIRNYA (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 362.

Page 12: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

memandangnya. Sedangkan cahaya merupakan terang yang dipantulkan oleh benda lain yang

terkena sinar.

Tafsir

(5) Ayat ini menerangkan bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan yang

bersemayam di atas „Arsy-Nya. Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya. Matahari dengan sinarnyamerupakan sumber kehidupan, sumber panas, dan

tenaga yang dapat menggerakan makhluk-makhluk Allah yang diciptakan-Nya. Dengan

cahaya manusia dapat berjalan dalam kegelapan malam dan beraktivitas di malam hari.

Ayat ini membedakan antara cahaya yang dipancarkan matahari dan yang dipantulkan

oleh bulan. Yang dpancarkan oleh matahari disebut “diya” (sinar), sedang yang dipantulkan

oleh bulan disebut “nur” (cahaya).

Dari ayat-ayat ini dipahami bahwa matahari memancarkan sinar yang berasal dari

dirinya sendiri, sebagaimana pelita memancarkan sinar dari dirinya sendiri yakni dari api

yang membakar pelita itu. Lain halnya dengan bulan, yang cahayanya berasal dari pantulan

sinar yag dipancarkan matahari ke permukaannya, kemudian sinar itu dipantulkan kembali

berupa cahaya ke permukaan bumi.

Matahari dan bulan adalah dua benda langit yang banyak disebut dalam Al-Qur‟an.

Kata „bulan‟ terdapat dalam 27 ayat dan matahari disebut didalam 33 ayat. Seringkali kedua

benda ini disebut secara bersamaan dalam satu ayat. Sejumlah 17 ayat menyebut matahari

dan bulan secara beriringan. Biasanya ayat yang menyebut matahari dan bulan beriringan

adalah ayat yang menjelaskan aspek kauniyah dari kedua benda langit ini. Di dalam 3 ayat,

kedua benda langit ini disebut bersamaan dengan bintang, benda langit lainnya.

Ayat 5 Surah Yunus diatas adalah contoh ayat yang menyebutkan matahari dan bulan

secara beriringan. Ayat ini mengisyaratkan tiga aspek penting dari terciptanya matahari dan

bulan.

Pertama, dalam ayat ini Allah menyebut matahari dan bulan dengan sebutan yang

berbeda. Meskipun kedua benda langit ini sama-sama memancarkan cahaya ke bumi, namun

sebutan cahaya dari keduanya selalu disebut secara berbeda. Pada ayat ini, matahari disebut

dengan sebutan diya‟ dan bulan dengan sebutan nur. Hal ini untuk membedakan sifat cahaya

yang dipancarkan oleh kedua benda ini. Dewasa ini, ilmu pengetahuan telah menunjukkan

Page 13: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

bahwa cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir yang menghasilkan panas yang sangat

tinggi dan cahaya yang terang benderang. Sementara itu cahaya bulan hanya berasal dari

pantulan cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan ke bumi. Istilah yang

berbeda ini menunjukkan bahwa memang Al-Qur‟an berasal dari sang Pencipta, karena pada

waktu Al-Qur‟an diturunkan pengetahuan manusia belum mencapai pemahaman seperti ini.

Kedua, penegasan dari Allah bahwa matahari dan bulan senantiasa berada pada garis

edar tertentu (wa qaddarahu manazila). Garis edar ini tunduk pada hukum yang telah dibuat

Allah, yaitu hukum gravitasi yang mengatakan bahwa ada gaya tarik menarik antara dua

benda yang memiliki massa. Besarnya gaya tarik menarik berbanding lurus dengan massa

dari kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara keduanya.

Adalah Newton yang memformulasikan hukum gravitasi pada abad ke 18.

Perhitungan mengunakan hukum gravitasi ini telah berhasil menghitung secara akurat garis

edar yang dilalui oleh bulan ketika mengelilingi bumi, maupun bumi ketika mengelilingi

matahari.

Ketiga, ketentuan Allah tentang garis edar yang teratur dari bulan dan matahari

dimaksudkan agar supaya manusia mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab (lita‟lamu

„adad as-sinina walhisab). Bisa dibayangkan, seandainya bulan dan matahari tidak berada

pada garis edar yang teratur, atau dengan kata lain beredar secara acak, bagaimana kita dapat

menghitung berapa lama waktu satu tahun atau satu bulan? Maha suci Allah yang Maha

Pengasih yang telah menetapkan segalanya bagi kemudahan manusia.

Page 14: Keterpaduan IPTEK dan Islam CAHAYA · mempunyai sifat gelombang. Menarik sekali pembahasan mengenai cahaya ini, dan begitu dianjurkannya manusia meneliti tentang cahaya sehingga dalam

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2010. Al-QUR‟AN DAN TAFSIRNYA (Edisi yang Disempurnakan).

Jakarta: Lentera Abadi

Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Lain Al-Qur‟an yang Terlupakan. Bandung : PT.

Mizan Pustaka

Shihab, M. Quraisy. 2002. TAFSIR AL-MISHBAH pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran.

Jakarta: Lentera hati