optimalisasi keterpaduan sipil - militer pada ... · 3. keterpaduan penanggulangan bencana dapat...

28
MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM RANGKA MENJAGA KESELAMATAN BANGSA Penulis : Kolonel Pas Elia Adriyanto Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M. Kolonel Kes V. Agus S., M.Si. Pendahuluan 1. Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera Jawa Nusa Tenggara Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi oleh rawa-rawa. Indonesia juga terletak dalam jalur “Ring Of Fire” dan memiliki jumlah gunung berapi terbanyak didunia yaitu 130 gunung berapi, 17 diantaranya masih aktif. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Menurut data BNPB menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Berdasarkan data dari artikel Nasional Tempo Selama tahun 2018 terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26 Februari yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia, bencana longsor di Brebes Jawa Tengah pada 22 Februari yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang, banjir bandang di Mandailing Natal pada 12 Oktober 2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang, gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29 Juli, 5 Agustus, dan 19 Agustus menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi, bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi”.

Upload: others

Post on 01-Dec-2019

23 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI

OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER

PADA PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

DALAM RANGKA MENJAGA KESELAMATAN BANGSA

Penulis : Kolonel Pas Elia Adriyanto Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M.

Kolonel Kes V. Agus S., M.Si.

Pendahuluan

1. Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada

pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia

terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa –

Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran

rendah yang didominasi oleh rawa-rawa. Indonesia juga terletak dalam jalur “Ring Of

Fire” dan memiliki jumlah gunung berapi terbanyak didunia yaitu 130 gunung berapi, 17

diantaranya masih aktif. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana

seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Menurut

data BNPB menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di

Amerika Serikat. Berdasarkan data dari artikel Nasional Tempo “Selama tahun 2018

terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar

yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26 Februari yang menyebabkan 7 orang

meninggal dunia, bencana longsor di Brebes Jawa Tengah pada 22 Februari yang

menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang, banjir bandang di

Mandailing Natal pada 12 Oktober 2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2

orang hilang, gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29 Juli, 5 Agustus,

dan 19 Agustus menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang

mengungsi, bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September

2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang

mengungsi”.

Page 2: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

2

2. Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa “Kondisi geografis,

geologis, hidrologis, dan demografis Indonesia yang rawan terhadap terjadinya bencana

dengan frekwensi yang cukup tinggi, memerlukan penanganan penanggulangan bencana

yang sistematis, terpadu dan terkoordinasi”. Penyelenggaraan penanggulangan bencana

dilaksanakan sepenuhnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah. Menurut Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008

pasal 48 ayat 1 menyatakan bahwa “Fungsi komando Unsur Pelaksana Penanggulangan

Bencana dilaksanakan melalui pengerahan sumberdaya manusia, peralatan, dan logistik

dari instansi terkait, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat

bencana”. Peran TNI dalam membantu menanggulangi bencana alam diatur dalam UU

Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, peran ini termasuk dalam salah satu tugas yang

sudah digariskan oleh undang-undang yaitu menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap bangsa dan tumpah

darah Indonesia dari segala bentuk ancaman dan gangguan. Prinsip yang harus

digunakan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana adalah koordinasi dan

keterpaduan agar pelaksanaan penanggulangan bencana dapat optimal. Prinsip

keterpaduan yang diamanatkan tersebut dirasakan masih kurang terutama pada

pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lapangan, hal tersebut disebabkan oleh

beberapa persoalan yaitu organisasi di lapangan yang mewadahi keterpaduan antara

sipil-militer pada pelaksana penanggulangan bencana belum maksimal, perencanaan

penanggulangan bencana belum dilaksanakan secara terpadu antara sipil-militer dan

perangkat lunak yang mengatur tentang keterpaduan sipil-militer pada penyelenggaraan

penanggulangan bencana belum terwadahi secara optimal.

3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan

penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah, dengan memperhatikan kebijakan

penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Selain itu diperlukan upaya untuk mewujudkan organisasi di lapangan yang

mewadahi keterpaduan antara sipil-militer pada penyelenggaraan penanggulangan

bencana, memadukan perencanaan dari seluruh unsur pelaksana penanggulangan

bencana baik sipil maupun militer dan mewujudkan perangkat lunak yang mewadahi dan

Page 3: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

3

mengatur tentang keterpaduan unsur pelaksana penanggulangan bencana sehingga

keselamatan bangsa dapat terjaga.

4. Daftar Pengertian. Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka dalam

naskah ini digunakan beberapa pengertian yang sebagian besar terdapat dalam Undang-

Undang RI Nomor 24 Tahun 2007, Penjelasan sebagai berikut:

a. Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

b. Mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupunpenyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

c. Penanggulangan Bencana. Penanggulangan bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko

timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan

pemulihan pascabencana.

d. Tanggap Darurat Bencana. Tanggap darurat bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana

untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan

penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,

pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana

dan sarana.

Landasan dan Dasar Pemikiran

5. Landasan dan dasar pemikiran yang melandasi dalam penulisan naskah ini adalah

sebagai berikut:

Page 4: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

4

a. Landasan Pemikiran

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang

TNI. Pada pasal 7 ayat 2b nomor 12 dijelaskan pula bahwa salah satu

Operasi Militer Selain Perang adalah membantu menanggulangi bencana

alam, pengungsian, pemberian bantuan kemanusiaan.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana. Pada pasal 4 dan 5 disebutkan bahwa

penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab

Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Pasal 10 dan 18 mengamanatkan

Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

dan pemerintah daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD).

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Pada pasal 239 ayat (7) disebutkan bahwa dalam

keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah dapat mengajukan rancangan

Perda di luar program pembentukan Perda karena alasan mengatasi

keadaan luar biasa, keadaan konflik atau bencana alam.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pada pasal 2

disebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan

untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan

dampak bencana.

5) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 2010, tentang

Susunan Organisasi TNI. Pada pasal 44 dinyatakan bahwa dalam rangka

merealisasikan peran TNI untuk membantu penanggulangan bencana maka

perlu dibentuk satuan badan pelaksana di tingkat TNI yaitu Pasukan Reaksi

Page 5: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

5

Cepat Penanggulangan Bencana (PRC PB) yang bertugas mengatasi

dampak bencana alam yang terjadi dengan melakukan kegiatan proses

evakuasi dan hospitalisasi serta penyaluran dan pendistribusian logistik

secara cepat dan tepat guna selama tanggap darurat agar jalannya roda

pemerintahan yang mengalami bencana dapat segera normal kembali.

6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018

Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Keadaan

Tertentu. Pada pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa penentuan status

keadaan darurat bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden,

tingkat daerah provinsi oleh gubernur, dan tingkat daerah kabupaten/kota

oleh bupati/walikota.

b. Landasan Teori. Landasan teori yang digunakan dalam pembahasan

naskah ini adalah:

1) Teori Sinergisitas (Mamduh M. Hanafi, 1997). Hubungan antara dua

pihak dapat menghasilkan tingkatan komunikasi bila dihadapkan pada

elemen peran dan kepercayaan. Dari tingkatan komunikasi tersebut akan

menghasilkan tiga tingkatan peran, meliputi:

a) Defensif. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yang rendah

akan mengakibatkan pola komunikasi yang bersifat pasif/defensif.

b) Respectfull. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yang

meningkat memunculkan suatu pola komunikasi yang bersifat

kompromi dan saling menghargai.

c) Sinergistic. Dengan peran yang tinggi serta saling

mempercayai akan menghasilkan pola komunikasi yang bersifat

sinergisitas yang berarti peran yang terjalin akan menghasilkan

output yang lebih besar dari penjumlahan hasil keluaran masing-

masing pihak.

Page 6: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

6

2) Teori Peran. Teori peran memberikan suatu kerangka konseptual

dalam studi perilaku di dalam organisasi, menyatakan bahwa peran itu

“melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau

tindakan”. Strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi

peran dan persepsi peran atau role perception. Terkait pemahaman peran

menurut para ahli tersebut mengindikasikan bahwa peran instansi sipil dan

militer merupakan dua aktor yang bisa bekerjasama walaupun keduanya

memiliki karakter berbeda sehingga membutuhkan prosedur dan kode etik

yang berbeda pula.

c. Metode dan Pendekatan.

1) Metode. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif

menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis). Metode ini

menekankan kepada interpretasi, studi kasus, pengamatan di lapangan,

analisa dokumen termasuk peraturan atau perundang-undangan yang

terkait untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu masalah sehingga

diperoleh konsep pemecahan secara detail.

2) Pendekatan. Naskah ini disusun melalui pendekatan deskriptif

analitis, yaitu analisis dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dari studi

pustaka, pengamatan, diskusi dan pengalaman di lapangan.

d. Dasar Pemikiran. Dasar pemikiran dari penulisan naskah ini adalah

penyelenggaraan penanggulangan bencana telah diatur dengan peraturan

perundang-undangan maupun peraturan operasional dibawahnya. Pemerintah

juga memiliki banyak elemen atau unsur pelaksana yang kompeten untuk

digerakan dalam mendukung pelaksanaan penanggulangan bencana, namun

penyelenggaraan penanggulangan bencana dilapangan dirasakan masih kurang

terpadu dan terkoordinasi antara unsur pelaksana sipil-militer sehingga sinergi dari

penyelenggaraan kegiatan tersebut belum optimal.

Page 7: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

7

6. Latar Belakang.

a. Organisasi Pelaksana Penanggulangan Bencana.

1) Organisasi bencana internasional. Organisasi penanggulangan

bencana internasional menggunakan Incident Commander System (ICS)

sebagai sebuah perangkat atau sistem yang memiliki prinsip-prinsip

penanggulangan insiden atau bencana yang efektif dan efisien dalam sistem

komando, koordinasi, komunikasi dan pengelolaan sumberdaya

penanggulangan keadaan darurat. Sistem ini memungkinkan semua badan

dan instansi untuk bekerjasama menggunakan terminologi dan standar

prosedur operasi yang sama untuk mengendalikan personel, fasilitas,

peralatan dan komunikasi pada suatu kejadian darurat.

Gambar 3. Incident Commander System (ICS).

2) Organisasi BNPB dan BPBD. Sesuai dengan UU RI Nomor 24

Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pada pasal 5 dijelaskan

bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, tanggung jawab

tersebut diwujudkan dengan pembentukan BNPB dan BPBD.

a) Menurut Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 pasal 2

menyatakan bahwa tugas, fungsi dan organisasi BNPB antara lain

memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

Page 8: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

8

penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara

adil dan setara. Selanjutnya dalam pasal 3 pelaksanaan tugas

tersebut BNPB menyelenggarakan fungsi perumusan dan penetapan

kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi

dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien serta

pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Pada pasal 5,

Organisasi BNPB terdiri atas Kepala, Unsur Pengarah

Penanggulangan Bencana dan Unsur Pelaksana Penanggulangan

Bencana. Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 2008 tentang BNPB Pasal 47 dan 48 diatur bahwa unsur

pelaksana BNPB memiliki fungsi koordinasi dan komando untuk

mengkoordinir dan mengerahkan seluruh sumber daya Nasional

termasuk TNI agar dapat digunakan pada penyelenggaraan

penanggulangan bencana.

b) Tugas, Fungsi dan Organisasi BPBD menurut Undang-Undang

RI Nomor 24 Tahun 2004 pasal 21, BPBD mempunyai tugas antara

lain menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan

pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup

pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta

rekonstruksi secara adil dan setara. Selanjutnya pada pasal 20,

BPBD mempunyai fungsi perumusan dan penetapan kebijakan

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan

bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien serta pengoordinasian

pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, dan menyeluruh. Organisasi BPBD terdiri dari Kepala,

Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana dan Unsur Pelaksana

Penanggulangan Bencana. Menurut pasal 23 Undang-Undang RI

Nomor 24 Tahun 2004, unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana

mempunyai fungsi Koordinasi dan Komando dalam penyelenggaraan

bencana pada wilayahnya. Sedangkan menurut PP RI Nomor 8

Page 9: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

9

Tahun 2008 pada pasal 63 Pembentukan BPBD ditetapkan dengan

peraturan Daerah.

Memperhatikan peraturan tentang tugas, fungsi dan organisasi BNPB

dan BPBD, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana seharusnya

dapat dilaksanakan secara terpadu, terkoordinir dan bersinergi. Namun

pada pelaksanaan di lapangan, koordinasi dan keterpaduan tersebut belum

terwujud secara optimal yang salah satunya disebabkan oleh belum adanya

organisasi yang dapat memadukan antara seluruh unsur pelaksana

penanggulangan bencana baik sipil maupun militer sehingga terwujud

sinergitas dan koordinasi di lapangan dengan optimal. Indikasi belum

terpadu dan terkoordinasinya pelaksanaan penanggulangan bencana di

lapangan antara lain masih terjadinya keterlambatan pendistribusian

bantuan logistik kepada korban bencana yang mengakibatkan masalah

kriminal seperti penjarahan, dan kurangnya sosialisasi dan implementasi

mitigasi bencana yang mengakibatkan korban cukup besar pada setiap

kejadian bencana.

3) Organisasi, Kekuatan dan Kemampuan TNI pada penanggulangan

bencana. TNI memiliki kemampuan dan kekuatan dalam organisasi yang

sistematis serta solid sehingga sangat memungkinkan untuk digerakan

secara cepat dan efektif. Hal tersebut menjadikan TNI sebagai unsur

pelaksana yang sangat kompeten untuk dilibatkan dalam penyelenggaraan

bencana.

a) Organisasi penanggulangan bencana TNI. Organisasi TNI

yang dipersiapkan secara terstruktur adalah Pasukan Reaksi Cepat

Penanggulangan Bencana TNI (PRCPB TNI) sedangkan yang

dipersiapkan secara bentukan adalah Komando Tugas Gabungan

Terpadu TNI (Kogasgabpad TNI).

(1) PP RI Nomor 10 Tahun 2010, pasal 44 Pasukan Reaksi

Cepat Penanggulangan Bencana TNI (PRCPB TNI) bertugas

mengatasi dampak bencana alam yang terjadi dengan

Page 10: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

10

melakukan kegiatan proses evakuasi dan hospitalisasi serta

penyaluran dan pendistribusian logistik secara cepat dan tepat

guna selama tanggap darurat agar jalannya roda

pemerintahan yang mengalami bencana segera dapat normal

kembali. PRCPB dipimpin oleh Komandan Pasukan Reaksi

Cepat Penanggulangan Bencana disingkat Dan PRCPB yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Panglima TNI, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

dikoordinasikan oleh Kasum TNI. Komandan PRCPB dibantu

oleh Wakil Komandan PRCPB (Wadan PRCPB) dan tiga orang

Komandan Satuan Tugas (Dansatgas).

(2) Komando Tugas Gabungan Terpadu TNI (Kogasgabpad

TNI). Kogasgabpad TNI adalah Komando tugas yang bersifat

bentukan, Kogasgabpad secara nyata baru diaplikasikan

secara nyata oleh TNI pada penyelenggaraan bencana di NTB

dan Palu pada tahun 2018.

Gambar 4. Organisasi Kogasgabpad TNI.

b) Kekuatan dan kemampuan TNI pada penanggulangan

bencana. Berikut adalah gambaran kekuatan nyata TNI yang

dikerahkan dalam beberapa penanggulangan bencana dengan

dampak yang cukup besar.

Page 11: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

11

Bencana Kekuatan TNI

Daerah Tewas Luka Ungsi Materi Pers Alut

1. Tsunami Aceh (9,1 SR) 26 Des 2004

220.000Org

2.830 Org

518.450 Org

-179.312 Rumah RB -240 Faskes RB -1.226 Fasdik RB

6.273 Org

-30 KRI -32 Psw Angkut dn Heli

2. Gempa Nias (8,7 SR) 28 Mar 2005

686 Org 3.277 Org

12.542 Org

-24.739 Rumah RB -66 Faskes RB -520 Fasdik RB

1.681 Org

-7 Heli -5 Psw Angkut

3. Gempa Jogja (5,9 SR) 27 Mei 2006

5.778 Org

37.883 Org

2.111.872 Org

-139.589 Rumah RB -190.025 Rumah RS -278.124 Rumah RR

2.838 Org

-C-130 -CN-235

4. Gempa Sumbar (7,6 SR) 30 Sep 2009

1.117 Org 645 Hilang

1.214 Org

451.000 Org

-135.448 Rumah RB -65.380 Rumah RS -65.380 Rumah RR

4.210 Org

-5 C-130 -1 B-737 -1 CN-235 -1 MI-17 -33 Bell-412 -6 KRI

5. Banjir Bandang Wasior Papua 4 Okt 2010

161 Org 3.374 Org

500 Org -977 Rumah RB -378 Rumah RS -279 Rumah RR

1.725 Org

-1 C-130 -2 Puma -1 Bell

6. Gempa dn Tsunami Mentawai Sumbar (7,2 SR) 25 Okt 2010

509 Org 325 Org

11.425 Org

-879 Rumah RB -116 Rumah RS -274 Rumah RR

1.909 Org

- 12 Psw Angkut -8 Heli

7. Gempa Lombok 29 Jul 2018

564 Org 1.584 Org

445.273 Org

-149.715 Rumah -214 Infrastruktur -1.194 Fasdik -321 Faskes

2.607 Org

-114 sortie Psw Angkut -1 MI-17

8. Gempa dn Tsunami Palu (7,4 SR) 28 Sep 2018

2.025 Org 671 Hilang

2.549 Org

82.775 Org

-67.310 Rumah RB -99 Rumah Ibadah RB -20 Faskes RB

10.874 Org

350 Sortie Psw Angkut

Gambar 4. Tabel Kekuatan nyata TNI dalam penanggulangan bencana.

Dari data diatas dapat digambarkan bahwa secara parsial

organisasi untuk melaksanakan penanggulangan bencana tiap-tiap

unsur pelaksana yang kompeten untuk melaksanakan tugas

penaggulangan bencana terutama organisasi TNI sudah diwadahi

dengan baik, namun pada pelaksanaan dilapangan belum dipadukan

antara unsur sipil-militer agar terjadi koordinasi dan sinergi yang

optimal.

b. Perencanaan Penanggulangan Bencana. Seluruh Kotama Operasi TNI

setiap tahun merencanakan tindakan kontijensi yang diperkirakan akan timbul di

wilayahnya masing-masing, salah satu kontinjensi yang kemungkinan bisa terjadi

Page 12: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

12

adalah bencana. Pada penganggulangan bencana alutsista TNI yang sangat

penting adalah penggunaan angkutan udara dalam hal ini pesawat angkut

dihadapkan dengan kondisi geografis Indonesia dan faktor kecepatan yang

diperlukan dalam pendistribusian personel dan logistik.

1) Rencana Kontinjensi TNI. Seluruh Kotama Opersi TNI setiap tahun

menyelenggarakan rapat koordinasi untuk merencanakan tindakan

kontinjensi tiap-tiap Kotama di wilayah masing-masing dalam rangka

melaksanakan tugas OMSP. Rencana tindakan kontinjensi tersebut

dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi antar seluruh Kotama

Operasi TNI dan Kotama lain di lingkungan TNI yang terlibat. Salah satu

ancaman yang kemungkinan menjadi prioritas adalah membantu

menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan

kemanusiaan. Rencana kontinjensi yang terpilih menjadi prioritas harus

didasarkan pada data-data intelijen yang didapatkan secara akurat dan

terkini dari lembaga atau instansi yang kompeten. Pada proses

perencanaan tersebut maka ancaman terhadap kemungkinan bencana di

suatu wilayah, akan dapat diantisipasi dan ditangani secara cepat dan tepat.

Namun perencanaan tersebut khususnya rencana penanggulangan

bencana masih dilaksanakan secara sektoral, belum terpadu dengan

melibatkan institusi lain yang kompeten seperti Polri, Pemda (Kadis

PUPR,Kadis Sosial,Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas)

sehingga informasi kemungkinan ancaman bencana yang akan terjadi dapat

diantisipasi serta penanggulangan bencana dapat bersinergi, terkoordinasi

dan terpadu mulai dari tahap perencanaan.

2) Penggunaan angkutan udara dalam penanggulangan bencana.

Penggunaan angkutan udara selama penyelenggaraan penanggulangan

bencana yang terjadi di Indonesia secara nyata melibatkan angkutan udara

yang di miliki TNI dalam hal ini TNI AU dengan jumlah yang sangat

signifikan. Berikut gambaran data penggunaan angkutan udara TNI AU

pada penyelenggaraan penanggulangan bencana gempa bumi di NTB dan

bencana gempa bumi di Palu.

Page 13: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

13

No Lanud Titik Muat Sortie Psw Orang Barang (kg)

1 Halim Perdanakusuma, Jkt 66 C-130, CN-295 1.624 624.523

2 Adi Sumarmo, Solo 18 C-130, CN-295 42 121.555

3 Iswahyudi, Madiun 4 C-130, CN-295 - 23.000

4 Abdurahman, Saleh 7 C-130, CN-295 44 89.605

5 Adi Sucipto, Yogyakarta 6 C-130, CN-295 - 52.189

6 Sam Ratulangi, Manado 1 C-130 - 12.000

7 Hasanuddin, Makassar 2 C-130, CN-295 143 34.750

8 Husein Sastranegara, Bdg 4 C-130, CN-295 200 20.523

9 Juanda, Surabaya 1 C-130 - 4.000

10 I Gusti Ngurah Rai, Bali 1 C-130 - 8.000

Total 114 2.053 990.154

Gambar 5. Pelibatan Pesawat TNI AU Pada Penanggulangan Bencana Gempabumi di Nusa Tenggara Barat, Juli sd November 2018

No Lanud Titik Muat Sortie Psw Orang Barang

(kg)

1 Halim Perdanakusuma, Jkt 80 C-130, CN-295 1.873 808.156

2 Hasanuddin, Makassar 79 C-130, CN-295 4.834 340.670

3 Dhomber, Balikpapan 191 C-130, CN-295 2.042 928.700

Total 350 8.749 2.078.526

Gambar 6. Pelibatan Pesawat TNI AU Pada Penggulangan Bencana

Gempabumi dan Tsunami di Sulawesi Tengah, September 2018.

Dari data di atas kekuatan pesawat TNI AU yang dikerahkan selama

tahap darurat bencana dihadapkan dengan kekuatan personel yang

dikerahkan ke daerah bencana, belum memenuhi kebutuhan ideal.

Kebutuhan logistik untuk korban yang diangkut ke daerah bencana

dihadapakan dengan kekuatan pesawat yang dikerahkan, juga belum

memenuhi kebutuhan ideal. Keterbatasan angkutan udara menyebabkan

terhambatnya bantuan kemanusiaan sehingga masih terjadi beberapa

kasus penghadangan logistik atau penjarahan oleh masyarakat yang

merasa belum mendapatkan bantuan. Penumpukan logistik di pangkalan-

pangkalan yang sudah ditentukan sebagai titik muat juga terjadi

dikarenakan keterbatasan pesawat untuk mengangkut bantuan tersebut.

Page 14: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

14

Disisi lain sampai dengan saat ini menurut Departemen Perhubungan RI

terdapat 15 maskapai sipil (milik Negara maupun swasta) yang

beroperasional di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia memiliki potensi

penerbangan sipil baik milik Negara maupun swasta yang cukup besar dan

merupakan peluang yang baik dalam upaya meningkatkan kemampuan dan

kekuatan dalam melaksanakan penanggulangan bencana, namun potensi

kemampuan angkutan udara nasional tersebut belum dimanfaatkan secara

maksimal.

Data di atas menggambarkan bahwa keterpaduan dalam perencanaan

penanggulangan bencana antara sipil-militer termasuk keterpaduan dukungan

angkutan udara yang menjadi andalan dalam pendistribusian personel dan logistik

yang memerlukan kecepatan, belum di integrasikan dan dikoordinasikan antara

TNI dan maskapai dengan optimal.

c. Aturan Operasional tentang Keterpaduan Penanggulangan Bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana secara hukum diatur dengan

beberapa aturan perundang-undangan maupun aturan operasional dibawahnya

antara lain:

1) Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang

berkaitan dengan penanggulangan bencana tertuang pada pasal 7 yaitu

tugas pokok TNI pada operasi militer selain perang termasuk membantu

menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan

kemanusiaan.

2) Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, yang secara umum menuangkan beberapa hal khusus dalam hal

status keadaan darurat bencana, Badan Nasional Penanggulangan

Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai

kemudahan akses yang meliputi pengerahan sumber daya manusia,

pengerahan peralatan, pengerahan logistik, imigrasi, cukai, dan karantina,

perizinan, pengadaan barang/jasa, pengelolaan dan pertanggungjawaban

Page 15: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

15

uang dan/atau barang, penyelamatan dan komando untuk memerintahkan

sektor/lembaga.

3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, yang secara umum

menuangkan bahwa pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan

kepala BPBD berwenang mengerahkan sumber daya manusia, peralatan,

dan logistik dari instansi/lembaga dan masyarakat untuk melakukan tanggap

darurat.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008

Tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non

pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana, yang secara umum mengatur

bahwa pada saat tanggap darurat, lembaga internasional atau lembaga

asing nonpemerintah dapat memberikan bantuan secara langsung tanpa

melalui prosedur proposal, nota kesepahaman dan rencana kerja.

5) Peraturan Kepala BNPB Nomor 11 Tahun 2014 tentang Peran Serta

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, yang

mengatur tentang bantuan pada saat tanggap darurat yang diberikan oleh

masyarakat berupa pencarian dan penyelamatan, evakuasi korban dan

harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlidungan dan pengurusan

pengungsi dan kelompok rentan serta kegiatan lain yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana.

6) Peraturan Kepala BNPB Nomor 12 Tahun 2014 tentang Peran Serta

Lembaga Usaha Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang

mengatur tentang bantuan pada saat tanggap darurat yang diberikan oleh

lembaga usaha berupa pencarian dan penyelamatan, evakuasi korban dan

harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlidungan dan pengurusan

pengungsi dan kelompok rentan serta kegiatan lain yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana.

Peraturan-peraturan tersebut mengatur penyelenggaraan penanggulangan

bencana terhadap unsur atau institusi yang bersangkutan secara parsial, namun

Page 16: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

16

aturan yang mewadahi keterpaduan secara teknis dan terinci, bagaimana

pelaksanaan koordinasi dan sinergi antara seluruh unsur pelaksana terutama

koordinasi sipil-militer dan dapat diaplikasikan secara nyata dilapangan belum

maksimal. Indikasi belum maksimalnya aturan yang diharapkan terpadu tersebut

diatas adalah masih banyak fakta bahwa dukungan logistik dan bantuan lain

terhadap korban bencana terutama ke daerah-daerah terpencil masih menjadi

masalah dalam setiap kejadian bencana, selain itu mitigasi bencana belum

diterapkan secara optimal dengan dibangunnya kembali pemukiman ditempat-

tempat yang pernah terjadi bencana dan masih rawan terjadi bencana, Alat

pendeteksi bencana tsunami yang belum optimal serta jumlah korban yang masih

tinggi pada setiap kejadian bencana, termasuk hasil evaluasi TNI pada

penanggulangan bencana yang mendorong dipercepatnya pengesahan Peraturan

Presiden tentang tugas TNI dalam membatu menanggulangi akibat bencana serta

evaluasi TNI tentang kemampuan Pemda dalam mendukung penanggulangan

bencana tidak optimal.

7. Pemecahan Masalah.

a. Kebijakan. Terwujudnya optimalisasi keterpaduan sipil-militer pada

penanggulangan bencana melalui pembentukan konsep organisasi pelaksana

tugas dilapangan yang mewadahi keterpaduan antara unsur pelaksana terutama

sipil-militer, Perencanaan penanggulangan bencana yang dilaksanakan secara

terpadu dan piranti lunak yang mengatur tentang penanggulangan bencana untuk

mengintegrasikan dan mensinergikan pelaksanaan penanggulangan bencana

dalam rangka menjaga keselamatan Bangsa.

b. Strategi. Untuk mewujudkan keterpaduan pada penanggulangan bencana

dalam rangka menjaga keselamatan bangsa, maka diperlukan strategi sebagai

berikut:

1) Strategi pertama. Mewujudkan pembentukan konsep organisasi

pelaksana tugas di lapangan yang mewadahi keterpaduan antara sipil-militer

melalui pembentukan dan sosialisasi, dengan memanfaatkan sarana dan

prasarana yang ada pada instansi pemerintah yaitu BNPB, Mabes TNI,

Page 17: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

17

Mabes Angkatan, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas).

2) Strategi kedua. Mewujudkan perencanaan penanggulangan

bencana yang dilaksanakan secara terpadu termasuk dukungan angkutan

udara terpadu melalui penyusunan, koordinasi, penerapan, pelatihan dan

kerjasama dengan memanfaatkan instansi pemerintah yaitu BNPB, Mabes

TNI, Mabes Angkatan, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis

Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas).

3) Strategi ketiga. Mewujudkan peraturan tentang penanggulangan

bencana yang terpadu antara unsur pelaksanaan penanggulangan bencana

terutama sipil-militer melalui kerjasama, koordinasi dan sosialisasi dengan

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada pada instansi pemerintah

yaitu BNPB, Mabes TNI, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis

Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas).

c. Upaya. Untuk mewujudkan keterpaduan sipil-militer pada penanggulangan

bencana dalam rangka menjaga keselamatan Bangsa, maka diperlukan upaya:

1) Strategi pertama. Mewujudkan pembentukan konsep organisasi

pelaksana tugas dilapangan yang mewadahi keterpaduan antara sipil-militer

melalui pembentukan dan sosialisasi, dengan memanfaatkan sarana dan

prasarana yang ada pada instansi pemerintah yaitu BNPB, Mabes TNI,

Mabes Angkatan, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas), dengan upaya

sebagi berikut:

a) Kepala BNPB.

(1) Kepala BNPB mengkoordinir pelaksanaan perumusan

konsep organisasi penanggulangan bencana sipil-militer

secara terpadu dan menyiapkan personel serta tenaga ahli

untuk menyusun serta mengusulkan konsep organisasi

tersebut agar dapat diaplikasikan sehingga penyelenggaraan

Page 18: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

18

penanggulangan bencana yang mewadahi koordinasi dan

keterpaduan antara sipil-militer di lapangan dapat

dilaksanakan secara efektif dan komprehensif.

(2) Melaksanakan sosialisasi tentang penerapan organisasi

terpadu sipil-militer yang akan di implementasikan pada

pelaksanaan penanggulangan bencana kepada seluruh

instansi pemerintah dan masyarakat.

b) Panglima TNI.

(1) Panglima TNI menyiapkan personel yang berkompeten

dibidang manajemen kebencanaan dari tiap Angkatan untuk

diikutkan dalam penyusunan konsep organisasi teknis yang

terkoordinasi dan terpadu dari semua instansi baik sipil

maupun militer. Selain itu organisasi terpadu sipil-militer ini

juga melaksanakan penyusunan dan penyesuaian doktrin di

lingkungan TNI dalam rangka pelibatan TNI pada

penanggulangan bencana.

(2) Melaksanakan sosialisasi organisasi terpadu sipil-militer

pada penanggulangan bencana dilingkungan TNI melalui

fungsi penerangan yang ada di seluruh jajaran TNI.

c) Kas Angkatan.

(1) Masing-masing Kas Angkatan menyiapkan personel

yang berkompeten di bidang manajemen kebencanaan untuk

diikutkan dalam penyusunan konsep organisasi teknis yang

terkoordinasi dan terpadu dari semua instansi baik sipil

maupun militer selanjutnya mengusulkan personel tersebut

kepada Panglima TNI.

Page 19: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

19

(2) Melaksanakan sosialisasi tentang organisasi terpadu

sipil-militer pada penanggulangan bencana melalui fungsi

penerangan yang ada di jajaran Angkatan masing-masing.

d) Pangkotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas). Para

Panglima Kotama TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas) mempelajari

konsep organisasi terpadu sipil-militer untuk diaplikasikan pada saat

terjadi bencana di daerah atau wilayah masing-masing. Selanjutnya

melaksanakan sosialisasi tentang konsep organisasi terpadu sipil-

militer pada penanggulangan bencana di lingkungan kerja dan

jajarannya agar seluruh pejabat dan anggota pelaksana memahami

dan dapat mengaplikasikan keterpaduan sipil-militer pada

pelaksanaan penanggulangan bencana.

2) Strategi kedua. Mewujudkan Perencanaan penanggulangan

bencana yang dilaksanakan secara terpadu termasuk dukungan angkutan

udara terpadu melalui penyusunan, koordinasi, penerapan, pelatihan dan

kerjasama dengan memanfaatkan instansi pemerintah yaitu BNPB, Mabes

TNI, Mabes Angkatan, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis

Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas), dengan

upaya sebagai berikut:

a) Kepala BNPB.

(1) Menyusun, menyiapkan personel yang kompeten untuk

dijadikan nara sumber dalam penyusunan rencana tindakan

kontijensi TNI khususnya penanggulangan bencana di seluruh

wilayah Indonesia yang berpotensi terjadi bencana, yang

diselenggarakan setiap tahun secara terpadu serta melibatkan

Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial, Kadis Kesehatan),

BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas) di wilayah masing-

masing.

Page 20: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

20

(2) Melaksanakan penerapan terhadap peraturan Kepala

BNPB nomor 12 tahun 2014 tentang Peran Serta Lembaga

Usaha Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,

dimana maskapai sipil berkewajiban untuk mengangkut

bantuan penanggulangan bencana dari seluruh wilayah

Indonesia ke daerah bencana/mendekat daerah bencana

sesuai dengan rute penerbangannya. Hal tersebut perlu

dilakukan mengingat besarnya potensi angkutan udara yang

dimiliki oleh maskapai sipil baik milik Negara maupun swasta

dan dengan adanya 213 Bandara aktif di seluruh Indonesia

yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan kekuatan

dan kesiapan operasi pesawat angkut TNI terutama TNI

Angkatan Udara dalam pelaksanaan penanggulangan

bencana. Upaya ini juga dapat mengoptimalkan prinsip

keterpaduan sipil-militer dalam penanggulangan bencana

khususnya antara instansi pemerintah dengan swasta.

b) Panglima TNI.

(1) Memerintahkan kepada para Pangkotama Ops TNI agar

merencanakan dan menyusun Rentinkon Kotamaops TNI

khususnya tentang penanggulangan bencana,

diselenggarakan tiap tahun secara terpadu dengan melibatkan

BNPB, Pemda (Kadis PUPR,Kadis Sosial,Kadis Kesehatan),

BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas) sesuai wilayah masing-

masing sehingga rencana tersebut dapat dioperasionalkan

secara terpadu apabila terjadi bencana.

(2) Memberikan saran Kepala BNPB dalam merumuskan

implementasi keterpaduan antara angkutan udara sipil dan

militer dalam mendukung penanggulangan bencana seperti

yang tertuang dalam peraturan Kepala BNPB nomor 12 tahun

2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha Dalam

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Page 21: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

21

(3) Merencanakan pengembangan kekuatan alutsista dan

peralatan yang selain dapat mendukung operasi tempur juga

dapat digunakan untuk mendukung penanggulangan bencana

atas usulan dari para Kas Angkatan.

(4) Mengadakan pelatihan tanggap darurat bencana secara

terpadu bersama BNPB, Pemda (Kadis PUPR,Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas)

dengan melibatkan Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan

Bencana TNI (PRCPB TNI) dalam bentuk baik gladi posko

maupun manuver lapangan agar terwujud keterpaduan dan

terjalin koordinasi yang baik dalam pelaksanaan

penanggulangan bencana. Pelatihan tersebut dilaksanakan

secara rutin dan berkelanjutan untuk memelihara keterpaduan,

koordinasi integrasi dan sinergitas dari seluruh unsur

pelaksana penanggulangan bencana.

c) Kas Angkatan. Masing-masing Kas Angkatan menyiapkan

personel di Kotamaops TNI dalam jajaran pembinaannya yang

berkompeten di bidang manajemen kebencanaan untuk

melaksanakan penyusunan rencana tindakan kontinjensi TNI

khususnya tentang penanggulangan bencana yang dilaksanakan

setiap tahun secara terpadu antara sipil-militer.

d) Kasau. Selain menyiapkan personel untuk perencanaan

penanggulangan bencana secara terpadu antara sipil-militer, Kasau

dalam rangka mengatasi keterbatasan angkutan udara melakukan

upaya sebagai berikut:

(1) Memberikan saran kepada BNPB melalui Panglima TNI

tentang rumusan konsep keterpaduan dukungan angkutan

udara yang dilaksanakan oleh militer dan sipil dalam hal ini

maskapai yang ada di Indonesia agar secara terintegrasi

dan terkoordinasi dapat mendukung dengan optimal

penanggulangan bencana.

Page 22: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

22

(2) Mengusulkan dan melaksanakan peningkatan

pengembangan kekuatan serta kesiapan operasional pesawat

angkut sedang dan berat TNI Angkatan Udara melalui

peningkatan anggaran rutin pengembangan dan pemeliharaan

pesawat, dengan demikian kesiapan maksimal rata-rata 6 s/d

12 pesawat saat ini dapat ditingkatkan mendekati kekuatan

ideal 2 Skadron yaitu sebanyak 24 pesawat yang dapat

digunakan untuk operasi tempur maupun kegiatan

kemanusiaan.

(3) Mengusulkan penambahan kekuatan alutsista

khususnya helikopter angkut sedang dan berat yang dapat

digunakan selain untuk operasi tempur dapat juga digunakan

untuk evakuasi medis dan pendistribusian logistik yang sangat

diperlukan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana

khususnya di daerah yang terpencil dan terisolasi sehingga

pendistribusian logistik terputus.

(4) Melaksanakan peningkatan kemampuan personel TNI

AU yang dapat dilibatkan dalam tahap tanggap darurat yaitu

awak pesawat, paskhas (SAR), kesehatan lapangan, komlek

dan pendukung operasional penerbangan melalui pelatihan

penanggulangan bencana secara terpadu dan berkelanjutan,

meningkatkan kemampuan personel TNI AU dan peralatan

yang secara khusus dapat dilibatkan pada tahap rehabilitasi

dan rekonstruksi yaitu personel paskhas berkemampuan zeni

lapangan dan personel disfaskonau serta peralatan khusus

seperti alat berat dan peralatan pertukangan.

e) Pangkotamaops TNI. Para Pangkotamaops TNI bekerjasama

dengan BNPB, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial, Kadis

Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas) menyelenggarakan

penyusunan rencana penanggulangan bencana secara terpadu

sehingga menghasilkan rencana yang akurat, matang dan siap

Page 23: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

23

dioperasionalkan di lapangan secara terpadu dengan seluruh unsur

pelaksana penanggulangan bencana di wilayah masing-masing.

f) Pangkotamaops TNI dijajaran TNI AU. Melaksanakan

kerjasama dengan maskapai yang ada di wilayah masing-masing

untuk menerapkan keterpaduan dukungan angkutan udara bila terjadi

bencana di wilayahnya di bawah koordinasi BNPB atau BPBD.

g) Polri, Pemda (Kadis PUPR,Kadis Sosial,Kadis Kesehatan),

BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas). Polri, Pemda (Kadis PUPR,

Kadis Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas)

menyiapkan personel yang kompeten untuk dijadikan nara sumber

dalam penyusunan rencana kontinjensi TNI khususnya

penanggulangan bencana secara terpadu di daerah masing-masing.

Dengan perencanaan terpadu tersebut diharapkan seluruh unsur

pelaksana penanggulangan bencana di daerah yaitu TNI, Polri,

Pemda, BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas) serta unsur lainya

memiliki pedoman yang sama dan siap operasional untuk digunakan

dilapangan saat terjadi bencana.

3) Strategi ketiga. Mewujudkan peraturan tentang penanggulangan

bencana yang terpadu antara unsur pelaksanaan penanggulangan bencana

terutama sipil-militer melalui kerjasama, koordinasi dan sosialisasi dengan

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada pada instansi pemerintah

yaitu BNPB, Mabes TNI, Kotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis

Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas), dengan

upaya sebagai berikut:

a) Kepala BNPB.

(1) Bekerjasama dengan TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR,

Kadis Sosial, Kadis Kesehatan), BPBD dan BMKG serta BNPP

(Basarnas) serta unsur pelaksana lainnya untuk merumuskan

peraturan operasional sebagai penjabaran dari Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Page 24: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

24

Penanggulangan Bencana. Peraturan operasional tersebut

harus mewadahi pelaksanaan penanggulangan bencana

secara terpadu antara unsur pelaksana sipil-militer pada tahap

pra bencana, tahap tanggap darurat dan tahap rehabilitasi

rekonstruksi serta dapat dioperasionalkan secara teknis

dilapangan.

(2) Melaksanakan sosialisasi peraturan operasional yang

mengatur dan mewadahi secara teknis pelaksanaan

penanggulangan bencana secara terpadu antara sipil-militer

yang dapat diaplikasikan dan dioperasionalkan dilapangan

sebagai penjabaran UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulanagn bencana.

b) Panglima TNI.

(1) Bekerjasama dan berkoordinasi dengan BNPB untuk

membantu perumusan peraturan operasional yang mewadahi

dan mengatur tentang penanggulangan bencana secara

terpadu antara sipil-militer. Memberikan masukan tentang

hal-hal yang perlu dituangkan dalam aturan tersebut terkait

pelibatan militer dalam penanggulangan bencana baik pada

tahap pra bencana, tahap tanggap darurat maupun tahap

rehabilitasi dan rekonstruksi, berdasarkan hasil evaluasi

dilapangan.

(2) Melaksanakan sosialisasi tentang peraturan operasional

penanggulangan bencana secara terpadu antara sipil-militer

dilingkungan TNI melalui fungsi penerangan yang ada

diseluruh jajaran TNI.

c) Pangkotamaops TNI, Polri, Pemda (Kadis PUPR, Kadis Sosial,

Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP (Basarnas). Para

Pangkotamaops TNI berkoordinasi dengan Polri, Pemda (Kadis

PUPR,Kadis Sosial,Kadis Kesehatan), BPBD, BMKG dan BNPP

Page 25: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

25

(Basarnas) diwilayah masing-masing memberikan masukan kepada

Panglima TNI dan BNPB berdasarkan kendala dan hasil evaluasi

dilapangan pada penanggulangan bencana yang telah dilaksanakan

untuk dituangkan dalam peraturan tentang keterpaduan

penanggulangan bencana antara sipil-militer.

Penutup

8. Kesimpulan. Dari pembahasan optimalisasi keterpaduan sipil militer pada

penaggulangan bencana dalam rangka menjaga keselamatan bangsa, dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki kerawanan

terhadap terjadinya bencana, sehingga memerlukan sistem penanggulangan

bencana yang terpadu, terkoordinasi dan terintegrasi antara sipil dan militer.

b. Untuk mewujudkan keterpaduan sipil-militer pada penanggulangan bencana

dalam rangka menjaga keselamatan Bangsa, maka diperlukan beberapa strategi

dan upaya pembentukan konsep organisasi pelaksana tugas dilapangan yang

mewadahi keterpaduan antara sipil-militer, perencanaan penanggulangan bencana

yang dilaksanakan secara terpadu antara sipil-militer dan membuat peraturan

operasional tentang penanggulangan bencana yang terpadu antara unsur

pelaksanaan penanggulangan bencana sipil-militer.

9. Saran. Keterpaduan penanggulangan bencana antara sipil-militer agar dapat

terwujud dan berjalan lancar, disarankan sebagai berikut:

a. BNPB perlu melaksanakan pelatihan penanggulangan bencana secara

terpadu dengan melibatkan seluruh instansi yang kompeten dalam

penanggulangan bencana yaitu TNI, Polri, BNPP (Basarnas), Pemda (Dinas

PUPR, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial), BPBD, BMKG dan Instansi swasta

termasuk akademisi dan relawan. Pelatihan tersebut dilaksanakan secara

bertahap bertingkat dan berkelanjutan sehingga dapat mempererat hubungan,

kerjasama dan koordinasi antar unsur pelaksana yang pada akhirnya dapat

mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Page 26: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

26

b. BNPB perlu melaksanakan penerapan terhadap peraturan Kepala BNPB

nomor 12 tahun 2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha Dalam

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pada setiap kejadian bencana, agar

potensi angkutan udara yang dimiliki oleh maskapai sipil baik milik Negara maupun

swasta dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan kekuatan dan kesiapan

operasi pesawat angkut TNI terutama TNI Angkatan Udara yang digunakan untuk

penanggulangan bencana, terutama bila terjadi bencana yang berdampak sangat

besar atau terjadi di dua tempat secara bersamaan.

c. Pimpinan TNI perlu mengisi peluang jabatan Pati dan Pamen TNI di

lingkungan BNPB secara maksimal melalui alih status atau penugasan sesuai

aturan yang berlaku, untuk lebih mengoptimalkan keterpaduan antara BNPB dan

TNI dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

d. Perlu pengalokasian anggaran kontijensi yang ada di Kementerian

Pertahanan dan anggaran darurat bencana yang ada di BNPB serta kementerian

dan lembaga lain yang terkait dengan penanggulangan bencana untuk disalurkan

dan digunakan pemeliharaan pesawat angkut TNI/TNI Angkatan Udara.

Demikianlah penulisan tentang optimalisasi keterpaduan sipil-militer pada

penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam rangka menjaga keselamatan bangsa

sebagai bahan masukan bagi pimpinan TNI AU dalam menentukan kebijakan khususnya

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana.

Mengetahui:

Koordinator Staf Ahli Kasau,

Dr. Umar Sugeng H., M.M. Marsekal Muda TNI

Jakarta, Maret 2018

Pamen Sahlibidstrabangnas Sahli Kasau Bid. Strahan,

Elia Adriyanto Kolonel Pas NRP 515566

1. Pati Koord. Naskah 1. ..........

2. PSB. Strahan 2. ..........

3. Kabagum 3. ..........

Page 27: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

27

Buku.

1. Mamduh M. Hanafi, Drs, MBA, Manajemen, UPP AMP YKPN. Jogjakarta, Agustus

1997.

2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2008 tentang Badan

Nasional Penanggulangan Bencana.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 tentang susunan

organisasi TNI.

5. Penilaian awal kerusakan dan kerugian bencana alam di Jogja dan Jawa Tengah,

Laporan bersama Bappenas, Pemerintahan Provinsi dan Daerah D.I. Yogyakarta,

Pemerintahan Provinsi dan Daerah Jawa Tengah, dan Mitra international, Juli 2006.

Internet.

1. Potensi dan ancaman bencana, diakses dari https://www.bnpb.go.id/home/potensi

dan ancaman bencana-badan nasional penanggulangan bencana.

2. Gunung anak krakatau siaga, diakses dari

https://nasional.tempo.co/read/1159478/gunung-anak-krakatau-siaga-seluruh-warga-

pulau-sebesi-diungsikan.

3. Negara berikan bantuan ke aceh diakses dari

https://nasional.tempo.co/read/54018/18-negara-berikan-bantuan-ke-aceh.

4. Data informasi bencana indonesia, diakses dari http://bnpb.cloud/dibi/laporan.

5. Gempa melumpuhkan kota gunung sitoli, diakses dari

https://www.liputan6.com/news/read/98511/gempa-melumpuhkan-kota-gunung-sitoli.

DAFTAR PUSTAKA

Page 28: OPTIMALISASI KETERPADUAN SIPIL - MILITER PADA ... · 3. Keterpaduan penanggulangan bencana dapat optimal apabila pelaksanaan penanggulangan bencana antara sipil-militer dilakukan

28

6. Personel tni bantu korban gempa yogya, diakses dari

https://news.detik.com/berita/605461/2838-personel-tni-bantu-korban-gempa-yogya.

7. Padang diguncang gempa, diakses dari http://www.depkes.go.id.

8. Kerugian akibat gempa di palu, diakses dari

http://makassar.tribunnews.com/2018/10/21/bnpb-kerugian-akibat-gempa-dan-tsunami-di-

palu-capai-rp-1382-triliun.

9. Daftar Maskapai, diakses dari http://hubud.dephub.go.id/?id/aoc/index.

2