keterkerasan baja (hardenability of steels)

Upload: saniy-shabrina

Post on 02-Jun-2018

296 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    1/24

    Laporan Akhir

    Praktikum Rekayasa Material

    Modul E Keterkerasan Baja (Hardenability of Steel)

    oleh :

    Nama : Saniy Shabrina

    NIM : 13111060

    Kelompok : 7

    Anggota (NIM) : Yusuf Galuh (13112014)

    Mario Gazali (13112049)

    Irlangga Belly (13112053)

    Vera Miranda Batubara (13112064)

    Hutama Yoga Wisesa (13112078)

    Fadhil Hidayat (13112082)

    Galang Erlangga (13112102)

    Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2014

    Tanggal Penyerahan Laporan : 3 November 2014

    Nama Asisten (NIM) : Azkal Fata Herzasha (13710058)

    Laboratorium Teknik Metalurgi dan Teknik Material

    Program Studi Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

    Institut Teknologi Bandung

    2014

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    2/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Dewasa ini perkembangan zaman semakin marak dan cepat mengakibatkan

    perkembangan teknologi yang semakin baju. Seiring perkembangan teknologi yang

    semakin pesat, maka dibutuhkan komponen-komponen yang mendukung perkembangan

    teknologi yang pesat tersebut, seperti halnya peyediaan logam, disadari atau tidak unsur

    logam ini sangatlah penting dalam proses pengembangan teknologi bahkan hampir

    menambah semua aspek kehidupan manusia.

    Material-material tersebut seharusnya memiliki sifat-sifat material yang

    memenuhi suatu standar yang ditentukan, salah satu sifat yang seharusnya memenuhi

    standar adalah sifat fisik suatu material yaitu kekuatan suatu material agar ketika

    material-material tersebut digunakan sebagai bahan dalam pembuatan suatu komponen,

    aspek keamanan masih tetap diperhatikan.

    Pengujian kekerasan baja adalah suatu cara untuk mengetahui sifat- sifat material

    dengan hasil produksi yang diseleksi. Pada pengujian ini kita ingin mengetahui

    bagaimana ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Karena dalam

    kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai aplikasi yang menggunakan kekuatan pada

    suatu material untuk mengetahui tingkat keamanan material tersebut. Sering kita jumpai

    juga berbagai problema dalam perancangan, yaitu kurangnya data-data dalam mengetahui

    sifat suatu spesimen. Oleh karena itu, untuk menguji kekuatan suatu material maka kita

    melakukan tes yang disebut Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels).

    Tujuan Praktikum

    1. Memahami batas-batas peningkatan kekerasan yang bisa dicapai oleh suatu baja.

    2. Memahami cara memperkirakan peningkatan harga kekerasan serta kedalaman

    kenaikan kekerasan spesimen baja berdasarkan komposisi kimia baja.

    3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengerasan baja.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    3/24

    BAB II

    TEORI DASAR

    A. Pengertian Kekerasan

    Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik suatu material yang penting atau

    kekerasan merupakan ketahanan suatu material terhadap deformasi lokal.

    Kekerasan berbeda dari kekuatan, kekuatan adalah ketahan suatu sifat material

    terhadap suatu deformasi global.

    Kekerasan pada baja bisa ditandai oleh seberapa banyak martensit yang

    dihasilkan, semakin banyak martensit yang dihasilkan maka akan semakin keras

    baja tersebut, karena pada dasarnya sifat martensit adalah keras.

    B. Metode Pengujian Sifat Kekerasan

    Pengujian sifat kekerasan antara lain dengan Metode Jominy Quench-End,

    Metode Bola Baja (oleh Krauss-Baine), dan Metode Grossman. Ketiga metode

    ini memiliki perbedaan yaitu,

    Metode Jominy Quench-End

    Metode ini ditemukan oleh Walter E. Jominy dan A.L. Boegohold pada

    tahun 1937. Metode ini menggunakan silinder baja yang memiliki dimesi

    panjang 4 inch, dan dengan diameter 1 inch. Cara pengujian dengan

    memanaskan silinder baja di dalam tungku selama 30 menit dengan

    temperatur 800-900 C, silinder ini setelah dipanaskan pada temperature

    austenitnya, dimana pada baja adalah 912 C. Silinder baja kemudian

    dipindahkan untuk melangsungkan proses pendinginan pada bagian

    ujungnya selama kurang lebih 10 menit, dengan mengikir salah satu sisi

    silinder baja yang telah didinginkan barulah mengujinya dengan

    menggunakan uji keras dengan indentor Rockwell C. Standar prosedur

    dari percobaan ini adalah dengan

    menggunakan standar dari material

    baja AISI 4140.

    Di samping ini merupakan salah satu

    contoh pengujian kekerasan dengan

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    4/24

    menggunakan metode Jominy Quench-

    End.

    Gambar di samping ini merupakan salah

    satu standar dimensi pengujuan suatu

    material dalam Metode Jominy Quench-

    End.

    Gambar 2.1 Pengujian Silinder Baja dengan Menggunakan Indentor Rockwell C

    Metode Bola Baja (oleh Krauss-Baine)

    Metode bola baja KraussBaine menggunakan spesimen dari baja yang

    dibentuk menjadi bola. Bola baja kemudian dipanaskan sampai mencapai

    temperatur austenisasi kemudian dicelupkan seluruhnya ke dalam wadah

    berisi media quenching sampai temperatur spesimen mencapai

    temperatur kamar. Kemudian persentase martensit yang terbentuk dengan

    cara membandingkan ukuran diameter bola baja sebelum dan sesudah

    proses. Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan diameter ideal

    dari suatu spesimen berbentuk bola jika ingin dikeraskan.

    Pada metode bola baja, harus dipersiapkan beberapa bola baja untuk

    dipanaskan kemudian didinginkan.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    5/24

    Metode Grossman

    Pengujian kekerasan dengan metode Grossman adalah dengan

    menggunakan material baja diukur diameternya yang mempunyai

    struktur mikro tepat di intinya 50% martensit setelah dilakukan proses

    hardeningdengan pendinginan tertentu.

    Baja berbentuk silinder dengan panjang minimal 5 kali diameternya

    dengan variasi diameter dilakukan pengerasan dengan media pendingin

    tertentu. Hasil pengujian diuji metallography dan kekerasan, diameter

    baja tersebut yang intintinya tepat 50% martensit dinyatakan sebagai

    diameter kritis (DO), pada suatu laju pendinginan tertentu.Laju pendinginan dinyatakan sebagai Coefficient of Serevity. Karena

    harga DO masih tergantung dengan laju pendinginan tertentu maka

    dirumuskan harga diameter baja tersebut (50% martensit) dengan

    pendinginan ideal (H=tak hingga) yang disebut sebagai diameter ideal

    (DI).

    Gamabr 2.2 Hubungan antara Diameter Ideal, diameter baja, dan laju pendinginan

    C. Metode Pengerasan

    Kekerasan bisa didapatkan dari perlakuan panas (surface treatment). Contoh

    beberapa perlakuan panas, yaitu :

    Annealing

    Annealing adalah suatu proses perlakuan panas (heat treatment) yang

    sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan

    suatu produk. Tahapan dari proses anneling ini dimulai dengan

    memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu, menahan pada

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    6/24

    temperatur tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai

    perubahan yang diinginkan lalu mendinginkan logam atau paduan tadi

    dengan laju pendinginan yang cukup lambat. Jenis annelingitu beraneka

    ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda kerja, temperature

    pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan (cooling rate),

    dll.

    Pemanasan produk setengah jadi pada suhu 850-9500C dalam waktu

    yang tertentu, lalu didinginkan secara perlahan. Proses ini berlangsung

    didapur (furnace).Butiran yang dihasilkan umumnya besar/kasar.

    NormalizingMerupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus,

    pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat

    dari hasil anneal.

    Atau bisa dikatakan sebagai proses memanaskan baja sehingga seluruh

    fasa menjadi austenite dan didinginkan pada temperature suhu kamar,

    sehingga dihasilkan struktur normal dari perlit dan ferit.

    Quenching

    Sistem pendinginan produk baja secara cepat dengan cara penyemprotan

    air pada pencelupan serta perendaman produk yang masih panas kedalam

    media air atau oli.

    Tempering

    Temperingdimaksudkan untuk membuat baja yang telah dikeraskan agar

    lebih menjadi liat, yaitu dengan cara memanaskan kembali baja yang

    telah diquench pada temperature antara 300F sampai dengan 1200F

    selama 30 sampai 60 menit, kemudian didinginkan dengan temperatur

    kamar. Proses ini dapat menyebabkan kekerasan menjadi sedikit

    menurun tetapi kekuatan logam akan menjadi lebih kuat.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    7/24

    BAB III

    DATA PERCOBAAN

    Standar pengujian : Metode Jominy Quench-End

    Penguji : Saniy, Yusuf, Mario, Belly, Vera, Hutama, Fadhil, dan Galang

    Tanggal pengujian : 29 Oktober 2014

    3.1 Prosedur Praktikum

    6

    Menguji kekerasan dengan Rockwell C pada setiap jarak 5 mm dan mencatatnya

    5

    Mengikir salah satu bagian spesimen untuk diuji keras dengan menggunakan skalaRockwell C

    4

    Melakukan proses pendinginan hingga spesimen bertemperatur suhu kamar

    3

    Memindahkan spesimen untuk proses pendinginan dengan cara penyemprotan air

    2Memanaskan spesimen di dalam tungku pada Temperatur Austenitnya selama 30

    menit

    1

    Mempersiapkan spesimen Uji Jominy EQ

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    8/24

    3.2 Tabel Hasil percobaan

    Jarak ke

    Quench EndJarak (mm)

    Kekerasan

    HRC

    1 5 44

    2 10 40

    3 15 40

    4 20 34

    5 25 34

    6 30 33

    7 35 36

    8 40 31

    9 45 30

    10 50 33

    11 55 30

    12 60 31

    13 65 30

    14 70 2715 75 25

    3.3 Kurva Kekerasan/Hardenability Curve

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 10 20 30 40 50 60 70 80

    HRC

    distance (mm)

    Jominy End-Quench Curved,

    Quenched

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    9/24

    3.4 Data Hardenability Band AISI 4140

    Jarak dari End

    QuenchMax Min

    5 59 54

    15 54 47

    20 51 42

    25 49 39

    30 48 38

    35 46 37

    40 44 36

    45 43 35

    50 41 33

    Sumber: Standard Specification for Steel Bars Subject to Restricted End-Quench

    Hardenability Requirements1

    3.5 Grafik Hardenability Band AISI 4140

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 10 20 30 40 50 60

    HRC

    distance (mm)

    Hardenability Band AISI 4140

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    10/24

    3.6 Grafik Hardenability Band Hasil Percobaan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 10 20 30 40 50 60

    HRC

    distance (mm)

    Hardenability Band AISI 4140 dan Pada Saat

    Pengujian

    Max

    Min

    Pengujian

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    11/24

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    Pada praktikum pengujian kekerasan baja dengan menggunakan Metode Jominy End-

    Quench terlihat bahwa hasil pengujian darisurface treatmentpada baja AISI 41040 tidak

    berada dalam hardenability band, kurvanya terletak di bawah kurva hardenability band.

    Pengertian dari hardenability band adalah garis yang memperlihatkan keadaan

    maksimum dan minimum suatu kekerasan baja, ketika suatu pengujian masih berada di

    dalam batasan tersebut, maka kekerasannya masih bisa dianggap benar dan memenuhi

    standar.

    Baja yang diinginkan agar kekerasannya meningkat ternyata dari awalnya kekuatan baja

    sebesar 29 HRC meningkat paling besar pada 44 HRC. Perolehan data pada pengujian ke

    1-15 dengan jarak terhadap titik ujung quench ada yang berfluktuasi semakin ke bawah,

    44 HRC adalah nilai kekerasan baja terbesar dikarenakan pada daerah itu proses

    pendinginan dilakukan terlebih dahulu baru ke ujung lainnya. Hasil yang berfluktuasi ini

    dikarenakan beberapa kesalahan pada saat proses pengikiran berlangsung, adanya ketidak

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 10 20 30 40 50 60

    HRC

    distance (mm)

    Hardenability Band AISI 4140 dan Pada

    Saat Pengujian

    Max

    Min

    Pengujian

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    12/24

    sejajaran antara bidang yang satu dan bidang yang lainnya, sehingga pada saat pengujian

    kekerasan nilainya berfluktuasi, dan disebabkan lagi karena pengukuran yang dilakukan

    pada ujung-ujung benda kerja karena penyusunannya terletak paling ujung, sehingga

    kondisi baja tidak stabil terhadap bentuk penampang V.

    Gambar 4.1 Pelaksanaan Pengukuran yang Dilakukan pada Ujung Benda Kerja

    Berfluktuasinya hasil yang diperoleh juga dikarenakan pada saat baja telah dipanaskan

    dan akan dikeluarkan dari tungku, ada kesalahan peletakan pada medium untuk

    mendinginkan sehingga baja harus diletakkan kembali pada tungku jadi proses

    pendinginnya tidak sempurna.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji kekerasan pada material baja adalah :

    Geometri Benda Kerja

    Geometri benda kerja sangat mempengaruhi hasil uji kekerasan pada baja,

    dikarenakan pada praktikum kali ini menggunakan benda kerja berbentuk silinder,

    maka hasil proses perlakuan panasnya lebih merata dibandingkan dengan material

    yang bergeometri yang lainnya.

    Komposisi Kimia

    Komposisi kimia pada baja sangat mempengaruhi hasil kekerasannya, jika

    semakin banyak martensit yang terjadi, maka akan semakin keras material

    tersebut.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    13/24

    MediumQuenching

    Semakin besar coefficient of severity suatu medium maka akan semakin cepat

    pendinginan berlangsung dan akan semakin cepat baja akan menjadi lebih keras.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    14/24

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    KESIMPULAN

    1. Proses perlakuan panas akan mempengaruhi dan menaikkan nilai kekerasan dari

    suatu material.

    2. Semakin jauh benda kerja dari jarak end of quench maka nilai kekerasan dari

    suatu baja akan semakin kecil dikarenakan oleh semakin lambatnya kecepatanpendingin pada jarang yang semakin jauh dari end of quench.

    3. Berfluktuasinya hasil pengujian yang telah didapatkan pada percobaan kali

    dikarenakan ketidaklurusan pada saat melakukan pengikiran, dan pada saat akan

    melakukan proses pendinginan melakukan kesalahan pada peletakan material

    baja pada wadah untuk mendinginkannya sehingga baja harus memasuki tungku

    lagi dan proses pendinginan berlangsung lebih lama.

    4. Batas-batas peningkatan kekerasan dari baja dibatasi oleh kurva hardenability,

    seperti gambar di bawah ini

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 10 20 30 40 50 60

    HRC

    distance (mm)

    Hardenability Band AISI 4140

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    15/24

    SARAN

    1.

    Pengujian menggunakan metode lain sehingga praktikan mampu membedakan

    pengaruhnya terhadap kekerasan baja.

    2. Pengaruh lingkungan sebaiknya diperhitungkan dalam analisis data dikarenakan

    akan menyebabkan perubahan yang cukup besar pada material baja yang di uji

    kekerasannya.

    3. Menggunakan material baja yang lain bukan hanya AISI 4140, agar praktikan

    mampu membedakan kekerasan dari berbagai macam material baja.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    16/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Dieter,G.E., Mechanical metallurgy,Second Ed, Mc Graw Hill,New York,

    1986.

    2. http://www.sfsa.org/sfsa/pubs/hbk/s11.pdfdiakses pada 24 oktober 2014

    3. Callister Jr., William D., Materials Science and Engineering, An Introduction,

    7thEd, John Willey & Sons Inc., New York, 2007

    4. http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-

    material

    5. http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-

    precipitation-hardening/

    6. https://www.academia.edu/6959247/Mekanisme_Terbentuknya_Martensit_Seper

    ti

    http://www.sfsa.org/sfsa/pubs/hbk/s11.pdfhttp://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://hardiananto.wordpress.com/2012/06/29/belajar-kehidupan-dari-fenomena-precipitation-hardening/http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-tentang-mekanisme-penguatan-materialhttp://www.sfsa.org/sfsa/pubs/hbk/s11.pdf
  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    17/24

    LAMPIRAN

    Tugas Setelah Praktikum

    1. Buat grafik dari hasil percobaan dan berikan analisisnya!

    2. Buat Kurva Grafik Hardenability Band dengan perhitungan dari baja yang

    ditentukan setelah praktikum!

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80

    HRC

    distance (mm)

    Jominy End-Quench Curved,Quenched

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0 20 40 60

    HRC

    distance (mm)

    Hardenability Band AISI 4140 dan

    Pada Saat Pengujian

    Max

    Min

    Pengujian

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    18/24

    3. Apa penyebabnya Secondary Hardening dan Temper Ebrittlement pada proses

    penemperan baja!

    Secondary hardening dan temper ebrittlement adalah suatu fenomena yang

    terjadi akibat adanya proses tempering. Pada baja hypoeutectoid adanya fasa

    austenite yang terbentuk sehingga adanyasub zero treatmentsehingga diperlukan

    kembali pemanasan sehingga akan mengakibatkan terjadinya fenomena

    secondary hardening dan temperature embrittlement.

    Tugas Tambahan

    1. Sebutkan jenis paduan lain yang dapat membentuk fasa martensit!

    Stainless Steel,Nickel, Mangan, dan Cobalt.

    2. Sebutkan standar pengujian hardenability dan gambarkan spesimen secara

    lengkap!

    Standar pengujiannya adalah standar AISI 4140, dengan gambar spesimen :

    3.

    Jelaskan tentang metode pengerasan (precipitation hardening, grain size, dan

    strain hardening)!

    Precipitation hardening adalah pembentukan fasa baru melalui

    mekanisme difusi dari suatu paduan yang bersifat supersaturated solid-

    solution. Fasa presipitat itu sendiri merupakan fasa transisi sebelum fasa

    baru terbentuk. Suatu presipitat dapat memperkeras material dikarenakan

    alasan yang kurang lebih sama dengan pengerasan akibat interstisial

    ataupun cacat, yaitu adanya distorsi dan internal stress sehingga akan

    menyulitkan bagi dislokasi untuk bergerak.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    19/24

    Grain size adalah penghalusan butir yang merupakan salah satu cara

    efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan menghalangi pergerakan

    dislokasi di sekitar batas butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir

    akan meningkatkan batas per unit volume dan mengurangi garis edar

    bebas dari slip yang berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan

    tegangan yang tinggi untuk membuka atau menhasilkan suatu dislokasi

    baru pada butir berikutnya.

    Gambar A. Salah satu contoh Grain Size

    Strain hardening adalah penguatan logam untuk deformasi plastik

    (perubahan bentuk secara permanen atau tidak dapat kembali seperti

    semula). Penguatan ini terjadi karena dislokasi gerakan dalam strukturKristal dari material. Deformasi bahan disebabkan oleh slip (pergeseran)

    pada bidang Kristal tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip

    ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom pada bidang slip

    Kristal seperempat bergeser, maka gaya tersebut akan besar sekali.

    Dalam Kristal terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi, dengan

    pergerakan dislokasi pada bidang slip yang menyebakan deformasi

    dengan memerlukan tegangan yang sangat kecil.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    20/24

    4. Mekanisme geser pada martensit!

    Transofmasi dari austenit ke martensit terjadi apabila dilakukan pendinginan

    cepat(quenching), untuk itu diperlukan suatu diagram yang dapat memberikan

    informasi struktur mikro yang terbentuk akibat proses pendinginan yang

    berlangsung cepat yaitu diagram TTT (timetemperaturtransformation).

    Karakteristik utama yang membedakan transformasi austenit ke martensit dengan

    reaksi yang lain adalah reaksi ini tidak melibatkan pengintian dan pertumbuhan

    yang dicirikan dengan kontrol difusi atom. Pembentukan martensit didasari pada

    proses pergeseran atom yang melibatkan penyusutan dari struktur kristal. Struktur

    martensit merupakan konsekuensi langsung dari tegangan disekitar matriks yang

    timbul akibat mekanisme geser.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    21/24

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    22/24

    Gambar B3. CCT Hypereutectoid

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    23/24

    Rangkuman Praktikum

    1.

    Kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal,sedangkan kekuatan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi global.

    2. Hardenability adalah suatu sifat mampu keras pada suatu material yang dapat di

    plot pada kurva hardenability, yang menghasilkan fasa martensit.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hardenability :

    Kadar karbon

    Semakin tinggi kadar karbonnya maka akan semakin tinggi kekerasan

    bajanya dan semakin rendah kadar karbonnya maka akan semakin rendah

    kekerasan bajanya.

    Medium Quenching

    Semakin cepat kecepatan pendinginannya maka akan semakin tinggi

    kekerasan bajanya dan semakin lambat kecepatan pendinginannya maka

    akan semakin rendah kekerasan bajanya.

    Komposisi kimia

    Komposisi kimia pada baja sangat mempengaruhi hasil kekerasannya,

    jika semakin banyak martensit yang terjadi, maka akan semakin keras

    material tersebut.

    Jarak pendinginan

    Semakin jauh jarak pendinginannya maka kekerasan pada baja akan

    semakin rendah dan sebaliknya.

    Geometri benda kerja

    Geometri benda kerja sangat mempengaruhi hasil uji kekerasan pada

    baja, dikarenakan pada praktikum kali ini menggunakan benda kerja

    berbentuk silinder, maka hasil proses perlakuan panasnya lebih merata

    dibandingkan dengan material yang bergeometri yang lainnya.

    Dari beberapa faktor yang disebutkan di atas, ada tiga faktor utama yang sangat

    mempengaruhi hardenability yaitu Medium Quenching, Komposisi Kimia, dan

    Geometri benda kerja.

    4. Beberapa metode uji kekerasan pada material yaitu Metode Bola Baja (Krauss-

    Baine), Metode Grossman dan Metode Jominy End-Quench, dan pada praktikum

    kali ini adalah menggunakan Metode Jominy End-Quench.

  • 8/10/2019 Keterkerasan Baja (Hardenability of Steels)

    24/24

    5. Fenomena yang terjadi pada tempering adalah secondary hardening dan

    temperature embrittlement, sifat yang terbentuk pada saat secondary hardening

    ada fasa lain yang terbentuk contohnya yaitu Mn + C Fe3C. Sifat dari

    temperature embrittlement mempunyai hasil yang lebih keras dan lebih getas.