keterangan sahnya hasil hutan (skshh), …puspijak.org/uploads/info/naskah-tulisan skshh di kaltim -...

26
1 KAJIAN MEKANISME PERMOHONAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), (KASUS DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR) Oleh : Epi Syahadat Ringkasan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH di tingkat Propinsi, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Dinas Kehutanan Kabupaten, dan permohonan penerbitan menurut versi pemegang IUPHHK di Propinsi Kalimantan Timur. Apakah mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH tersebut, telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut- II/2005, Pasal 20 ?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH di Propinsi Kalimantan Timur, pada dasarnya sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005, Pasal 20. walaupun masih terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya, seperti siapa yang dituju dalam surat permohonan penerbitan SKSHH, dan pemeriksaan administrasi. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan permasalahan yang serius, karena pada dasarnya, unit kerja yang berwenang dalam menerbiktan SKSHH untuk melindungi hak-hak negara seperti PSDH & DR, dan meminimalkan perdagangan kayu atau peredaran SKSHH yang ilegal. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No P.18/2005, SKSHH diterbitkan oleh P2SKSHH, atas SKSHH yang telah diterbitkan, kemudian diketahui dan disahkan oleh pejabat struktural (eselon III) pada Dinas Kabupaten/Kota yang menangani masalah kehutanan setempat. Pengesahan SKSHH oleh pejabat eselon III ini di nilai kurang efektif, karena hanya akan memperpanjang rantai birokrasi dalam pengurusan penerbitan SKSHH, akan tetapi hal tersebut harus dilakukan, karena ini merupakan suatu alat kontrol yang dilakukan pemerintah pusat/daerah terhadap pejabat P2SKSHH, yang dikhawatirkan adanya penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab pejabat P2SKSHH, mengingat pejabat P2SKSHH berada jauh dari ibukota Kabupaten/Kota. SKSHH bukan merupakan ukuran, bahwa kayu atau hasil hutan yang diangkut tersebut legal atau tidak, karena banyak faktor yang mengindikasikan bahwa kayu yang diangkut dari satu daerah ke daerah lain itu kayu legal, diantaranya adalah tanda bukti pembayaran PSDH dan DR, daftar hasil hutan (DHH), laporan hasil cruising (LHC), laporan hasil produksi (LHP), laporan mutasi kayu bulat (LMKB) dan masih banyak lagi persyaratan untuk menentukan bahwa kayu itu legal atau tidak, yang terpenting dan perlu diketahui dalam pengangkutan kayu, adalah mengenai kronologis kayu. Kata kunci : Penatausahaan hasil hutan, pengesahan, mekanisme, kronologis kayu

Upload: dinhnga

Post on 17-Sep-2018

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

1

KAJIAN MEKANISME PERMOHONAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH),

(KASUS DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR)

Oleh : Epi Syahadat

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH di tingkat Propinsi, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Dinas Kehutanan Kabupaten, dan permohonan penerbitan menurut versi pemegang IUPHHK di Propinsi Kalimantan Timur. Apakah mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH tersebut, telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2005, Pasal 20 ?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH di Propinsi Kalimantan Timur, pada dasarnya sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005, Pasal 20. walaupun masih terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya, seperti siapa yang dituju dalam surat permohonan penerbitan SKSHH, dan pemeriksaan administrasi. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan permasalahan yang serius, karena pada dasarnya, unit kerja yang berwenang dalam menerbiktan SKSHH untuk melindungi hak-hak negara seperti PSDH & DR, dan meminimalkan perdagangan kayu atau peredaran SKSHH yang ilegal. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No P.18/2005, SKSHH diterbitkan oleh P2SKSHH, atas SKSHH yang telah diterbitkan, kemudian diketahui dan disahkan oleh pejabat struktural (eselon III) pada Dinas Kabupaten/Kota yang menangani masalah kehutanan setempat. Pengesahan SKSHH oleh pejabat eselon III ini di nilai kurang efektif, karena hanya akan memperpanjang rantai birokrasi dalam pengurusan penerbitan SKSHH, akan tetapi hal tersebut harus dilakukan, karena ini merupakan suatu alat kontrol yang dilakukan pemerintah pusat/daerah terhadap pejabat P2SKSHH, yang dikhawatirkan adanya penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab pejabat P2SKSHH, mengingat pejabat P2SKSHH berada jauh dari ibukota Kabupaten/Kota. SKSHH bukan merupakan ukuran, bahwa kayu atau hasil hutan yang diangkut tersebut legal atau tidak, karena banyak faktor yang mengindikasikan bahwa kayu yang diangkut dari satu daerah ke daerah lain itu kayu legal, diantaranya adalah tanda bukti pembayaran PSDH dan DR, daftar hasil hutan (DHH), laporan hasil cruising (LHC), laporan hasil produksi (LHP), laporan mutasi kayu bulat (LMKB) dan masih banyak lagi persyaratan untuk menentukan bahwa kayu itu legal atau tidak, yang terpenting dan perlu diketahui dalam pengangkutan kayu, adalah mengenai kronologis kayu. Kata kunci : Penatausahaan hasil hutan, pengesahan, mekanisme, kronologis

kayu

Page 2: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

2

I. PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2002 menetapkan bahwa dalam rangka

melindungi hak-hak negara atas hasil hutan dan menjaga kelestarian hutan maka

dilakukan pengendalian peredaran dan pemasaran hasil hutan melalui

penatausahaan hasil hutan (Anonim, 2002). Penatausahaan hasil hutan

dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada semua pihak yang melakukan

usaha atau kegiatan di bidang kehutanan, sehingga penatausahaan berjalan

dengan tertib dan lancar agar kelestarian hutan, pendapatan negara dan

pemanfaatan hasil hutan yang optimal dapat dicapai. Obyek penatausahaan hasil

hutan adalah semua jenis hasil hutan yang berasal dari hutan negara (hutan alam

dan hutan tanaman), hutan rakyat, hasil hutan olahan dari industri primer hasil

hutan dan industri pengolahan kayu lanjutan (wood working) serta hasil hutan

lelang (Anonim 2003).

Kayu bulat dan olahan merupakan hasil hutan yang produksi dan

peredarannya paling banyak diatur dalam penatausahaan kayu (hasil hutan).

Kebijakan penatausahaan kayu telah sering mengalami perubahan dan

penyempurnaan karena tidak efektif mengendalikan produksi kayu dan

mencegah peredaran kayu ilegal. Sebelum tahun 1990, penatausahaan kayu

dilaksanakan secara official assessment. Dalam sistem ini, petugas kehutanan

terlibat intensif dalam kegiatan perusahaan. Petugas kehutanan terlibat dalam

pengecekan dan pengesahan Laporan Hasil Cruising (LHC), pengukuran dan

pengesahan Laporan Hasil Produksi (LHP) kayu bulat, penerbitan dokumen dan

pemantauan pemuatan kayu bulat yang akan diedarkan. Selama peredarannya,

dilakukan pemantauan fisik dan dokumen angkutan kayu bulat di setiap Pos

Angkutan Kayu (PAK). Di industri, pemantauan dilakukan terhadap fisik dan

dokumen kayu bulat, serta fisik dan dokumen produksi dan peredaran kayu

olahan (Anonim, 1985). Keterlibatan petugas kehutanan yang intensif tersebut

dianggap menghambat kelancaran produksi dan peredaran kayu bulat karena

petugas kehutanan sering terlambat melaksanakan tugasnya.

Pada tahun 1990, sistem penatausahaan kayu dengan official assessment

diganti dengan sistem penatausahaan kayu self assessment (Anonim, 1990).

Page 3: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

3

Dalam sistem ini, keterlibatan petugas kehutanan dalam kegiatan perusahaan

terbatas. Penerbitan dokumen angkutan kayu dilakukan oleh petugas perusahaan,

pemantauan produksi dan peredaran kayu difokuskan pada pemantauan

kelengkapan dokumen, dan pemeriksaan fisik dan dokumen kayu selama

peredarannya ditiadakan. Kegiatan pemeriksaan fisik terhadap produksi dan

peredaran kayu hanya dilakukan pada saat pengesahan LHP dan setelah kayu

sampai di industri. Sistem penatausahaan kayu ini dapat memperlancar produksi

dan peredaran kayu tetapi tidak efektif mengendalikan produksi kayu dan

mencegah peredaran kayu ilegal.

Penerbitan dokumen angkutan kayu oleh perusahaan dan terbatasnya

pemeriksaan fisik kayu yang diproduksi dan diedarkan dimanfaatkan berbagai

pihak untuk mengedarkan kayu ilegal. Hal ini terlihat dari banyaknya kayu ilegal

yang diedarkan tanpa dokumen, dengan menggunakan dokumen palsu, dan

dengan dokumen yang dimanipulasi (fisik kayu tidak sesuai dengan isi

dokumen).

Pada tahun 1999, sistem penatausahaan kayu kembali dilakukan secara

official assessment sesuai dengan Keputusan Menhut No.316 tahun 1999

(Anonim, 1999). Pada dasarnya, sistem penatausahaan kayu official assessment

ini sama dengan sistem penatausahaan kayu official assessment yang berlaku

sebelum tahun 1990 di mana penerbitan dokumen angkutan kayu dilakukan oleh

petugas kehutanan. Perbedaannya adalah bahwa pada sistem official assessment

yang lama, pemeriksaan fisik kayu dilakukan lebih intensif tetapi koordinasi

pemantauan antara daerah asal kayu dengan daerah tujuan kayu tidak dilakukan.

Dokumen-dokumen penatausahaan kayu yang digunakan pada sistem

official assessment tersebut adalah sama dengan yang digunakan pada sistem self

assessment yang berlaku sebelumnya sehingga kegiatan penatausahaan kayu

dalam banyak hal mempunyai kesamaan. Perbedaan utamanya adalah bahwa

penerbitan dokumen angkutan kayu dilakukan oleh petugas kehutanan.

Pada taun 2003, sesuai dengan SK Menhut No. 126 tahun 2003, dilakukan

penyempurnaan kebijakan penatausahaan kayu agar sesuai dengan kebijakan

otonomi daerah (Anonim, 2003). Dalam penatausahaan kayu yang baru ini,

Page 4: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

4

kegiatan pemantauan pada dasarnya tidak mengalami perubahan, kecuali instansi

yang menanganinya sebagian berubah. Setelah Kanwil dihapus, koordinasi

pemantauan, misalnya, ditangani oleh Dinas Propinsi.

Pada tahun 2005, Penatausahaan Hasil Hutan disempurnakan dengan

diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2005.

Penyempurnaan ketiga atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/KPTS-

II/2003. tentang Penatausahaan Hasil Hutan, yang mana dalam Peraturan

Menteri Kehutanan tersebut ada beberapa pasal yang dirubah diantaranya,

adalah : Pasal 18 dan Pasal 20, yaitu mengenai Surat Keterangan Sah Hasil

Hutan (SKSHH). Pada ketentuan pasal 18 ayat (1), mengatakan bahwa Setiap

badan usaha, perorangan dan pemegang ijin industri hasil hutan yang akan

mengangkut hasil hutan, wajib mengajukan permohonan penerbitan SKSHH

kepada P2SKSHH dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kabupaten / Kota

(Anonim, 2005). Sedangkan Pasal 20 adalah mengatur tatacara penerbitan

SKSHH baik untuk kayu bulat (KB), kayu bakau (KBK), hasil hutan bukan kayu

(HHBK), dan kayu olahan (KO) (Anonim.2005).

Permasalahan yang mungkin timbul dalam penatausahaan kayu di era

otonomi daerah, adalah sebagai berikut. : 1) Kebijakan penatausahaan kayu

tersebut belum memiliki petunjuk teknis pelaksanaan sehingga pelaksanaan

penatausahaan kayu antar daerah dapat berbeda. 2) Daerah tujuan kayu tidak

memperoleh bagian PSDH-DR dari kayu yang diproduksi daerah lain sehingga

tidak ada insentif untuk memantau kayu ilegal yang masuk ke wilayahnya. Hal

ini dapat menyebabkan koordinasi pemantauan antara daerah asal kayu dan

daerah tujuan kayu tidak berjalan dan menurunkan efektifitas pemantauan

produksi dan peredaran kayu (Triyono P. 2001). Diperkirakan salah satu

penyebab maraknya produksi dan peredaran kayu ilegal yang terjadi saat ini

adalah lemahnya koordinasi pemantauan tersebut disamping adanya perbedaan

biaya yang dikeluarkan antara kayu resmi dan kayu ilegal dan kurangnya

kepastian hukum (Triyono P. 2000).

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk

mengkaji mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH sesuai dengan

Page 5: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

5

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18 tahun 2005 tentang Penyempurnaan

ketiga atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/KPTS-II/2003, tentang

Penatausahaan Hasil Hutan Pasal 18 dan Pasal 20. Daerah yang menjadi lokasi

pengkajian adalah Propinsi Kalimantan Timur, karena pada Propinsi tersebut

telah merebak isu bahwa untuk pengurusan permohonan penerbitan SKSHH

harus melalui banyak meja (22 meja), (Anonim, 2005).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk melakukan

kajian penatausahan kayu khususnya mengenai mekanisme atau alur

permohonan penerbitan SKSHH. Fokus kajian adalah bagaimana kemampuan

pejabat/instansi kehutanan dalam melaksanakan kegiatan penatausahaan kayu,

mekanisme atau alur tatausaha kayu apabila disederhanakan tanpa mengurangi

akurasinya ?, apa kendalanya apabila alur yang ada dilaksanakan ?, bagaimana

impact nya ?. Selain daripada itu juga dilakukan review terhadap kebijakan

penatausahaan kayu. Hasil kajian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi penyempurnaan penatausahaan kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui mekanisme atau alur permohonan penerbitan dan

pendistribusian SKSHH di tingkat Propinsi, Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD), dan Dinas Kehutanan Kabupaten di Propinsi Kalimantan Timur.

2. Membandingkan mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH

menurut versi Pemegang IUPHHK dengan Dinas Kehutanan Kabupaten di

Propinsi Kalimantan Timur.

Sasaran dari kajian penatausahaan kayu ini, adalah efektivitas

penatausahaan hasil hutan khususnya mekanisme atau alur permohonan

penerbitan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH).

Luarannya adalah rekomendasi perbaikan kebijakan permohonan

penerbitan SKSHH kepada Departemen Kehutanan Cq Direktorat Jenderal Bina

Produksi Kehutanan.

Page 6: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

6

II. Metode Penelitian

A. Kerangka pemikiran

Efektifitas penatausahaan hasil hutan (PUHH) khususnya mengenai

mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH diharapkan dapat

melindungi hak-hak negara atas hasil hutan seperti PSDH – DR dan kelestarian

hutan, selain daripada itu diharapkan dapat mengendalikan peredaran kayu

ilegal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan implementasi penatausahaan hasil

hutan yang dilakukan oleh pejabat/instansi kehutanan dan non kehutanan yang

mendapat tugas dan kewenangan untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh

badan usaha yang bergerak di bidang pemungutan kayu dan pengolahan kayu.

Tugas dan kewenangan untuk memantau kegiatan tersebut dilakukan oleh

pejabat/instansi yang mempunyai kedudukan di Jakarta sampai pejabat/instansi

yang mempunyai kedudukan di lapangan. Apabila digambarkan kerangka

pemikiran tersebut, adalah sebagai berikut :

PUHH

Peraturan Kebijakan

Intansi

SK 126/2003, Permenhut P.18/2005

Intrumen Pelaksanaan

PUHH

Pelaku Kegiatan PUHH

Implementasi Pelaksanaan

PUHH

Efektifitas PUHH

o Terjaganya Hak-hak negara o Terpeliharanya Kelestarian Hutan o Pengendalian Illegal Loging

Pejabat Pengesah

IUPHHK IPK

Page 7: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

7

B. Pengumpulan data

Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara dengan

pejabat kehutanan dan badan usaha yang melakukan kegiatan penatausahaan

kayu, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari kantor kehutanan, kantor

perusahaan dan intansi terkait lainnya. Data primer yang dikumpulkan, yaitu

:pelaksanaan penatausahaan kayu, kesenjangan pelaksanaan dan uraian tugas,

pengeluaran perusahaan untuk pengurusan, pengesahan dan penerbitan dokumen

Data sekunder yang dikumpulkan yaitu rekapitulasi penerbitan SKSHH, Berita

Acara Serah Terima Blanko SKSHH, Register Penerbitan Dokumen, peraturan

penatausahaan kayu, penggunaan dan pendistribusian dokumen angkutan kayu,

C. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analis deskriptif,

dimana :

1. Untuk mengetahui sejauhmana mekanisme atau alur pelaksanaan

permohonan pendistribusian penerbitan SKSHH, di tingkat Propinsi (dalam

hal ini Dinas Kehutanan setempat sebagai koordinator pendistribusian

blanko SKSHH), Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) peredaran hasil

hutan (sebagai Unit Kerja yang menerbitkan SKSHH), dan Dinas Kehutanan

Kabupaten (sebagai Unit Kerja yang menerbitkan SKSHH di tinkat

Kabupaten) apakah sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor P.18/2005 Pasal 20 ?, yaitu dengan cara membandingkan mekanisme

atau alur yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Kehutanan tersebut

dengan realisasi pelaksanaan di daerah. Mekanisme dibandingkan

berdasarkan alur yang di acu dari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.18/2005 dan yang terjadi dilapangan

2. Untuk mengetahui sejauhmana mekanisme atau alur permohonan penerbitan

SKSHH di Kabupaten Kutai Timur menurut versi pemohon SKSHH, apakah

mekanisme permohonan penerbitan SKSHH tersebut sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri Kehutanan No P. 18/2005, atau tidak ?, yaitu dengan cara

membandingkan mekanisme atau alur menurut versi pemohon SKSHH

Page 8: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

8

dalam hal ini adalah Pemegang IUPHHK atau IPK (lihat gambar 5) dengan

mekanisme berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/2005 (lihat

gambar 1), kemudian dibandingkan dengan mekanisme atau alur yang sudah

berjalan di dinas Kehutanan setempat (lihat gambar 4, di bawah).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Administrasi Pengangkutan Hasil Hutan

Pengangkutan hasil hutan khususnya kayu dibedakan antara

pengangkutan dalam hutan, pengangkutan dari hutan ke luar hutan, dan

pengangkutan di luar hutan. Pengangkutan hasil hutan lebih banyak

mendapat perhatian administrasi dalam Penatausahaan Hasil Hutan terutama

angkutan yang di luar hutan. Pengangkutan dari hutan ke TPN boleh

dikatakan tidak diatur, baru setelah dari TPK yang pada umumnya berada di

luar hutan baru mendapat perhatian atau pengaturan yang sangat ketat

terutama dengan penggunaan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan

(SKSHH). Hal ini sangat mengundang kepada masyarakat untuk mendapat

hasil hutan yang sah hanya melalui SKSHH tanpa memperhatikan proses

atau kronologis dari hasil hutan tersebut. Maka terjadilah seperti yang

terjadi selama ini, yaitu penjualan blanko SKSHH secara ilegal. Seharusnya

sahnya hasil hutan harus dibuktikan dari asal usul hasil hutan yang sah atau

yang telah disetujui pemanenannya dalam RKT yang telah disahkan

berdasarkan hasil pengamatan petugas yang berwewenang, yaitu Petugas

Pengesah LHP (P2LHP). Petugas ini yang sebaiknya memberi pengesahan

kebenaran asal kayu pada kayu yang akan diangkut dari hutan dengan

memberikan tandatangan pada Daftar Hasil Hutan (DHH). Oleh karena itu

DHH yang telah diketahui kebenarannya oleh P2LHP digunakan sebagai

alat yang membuktikan bahwa hasil hutan berasal dari areal RKT yang telah

disahkan. DHH cukup dibuat oleh petugas perusahaan, tetapi kebenarannya

harus diketahui oleh petugas kehutanan (P2LHP), DHH yang telah disahkan

oleh P2LHP sebagai dokumen resmi dalam pengangkutan hasil hutan.

Dengan cara ini pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana untuk

pencetakan blanko SKSHH yang cukup mahal harganya

Page 9: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

9

Setelah kayu sampai ditempat penimbunan maka DHH yang

menyertai kayu diserahkan pada P3KB. Selanjutnya P3KB memeriksa

kebenaran yang ada dalam DHH dengan mengadakan pemeriksaan data

yang ada dalam DHH dengan pengukuran fisik. Pemeriksaan fisik 100 %

bila jumlah batang kayu sampai dengan 100 batang, lebih dari 100 batang

maka pemeriksaan 100 % juga dilakukan terhadap jumlah dan jenis kayu,

tapi pengukuran hanya dilakukan terhadap 10 % sampel minimum 100

batang. Bila dari pengecekan tersebut tidak ada perbedaan sesuai dengan

standar pengecekan maka DHH dimatikan dan kayu ditumpuk di tempat

penimbunan kayu (TPK).

Dalam rangka pengangkutan kayu dari TPK ke TPK industri atau

pelabuhan maka petugas perusahaan membuat DHH baru dari DHH lama

sebagai bukti bahwa kayu tersebut dari tebangan yang sah. DHH yang baru

disahkan oleh P3KB yang ditugaskan pada TPK tersebut.

Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi yang cukup banyak

mengeluarkan permohonan penerbitan SKSHH, hal ini terjadi, karena di

propinsi tersebut pemegang IUPHHK/IPK yang aktif masih cukup banyak.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Propinsi, rata-rata

pendistribusian blanko SKSHH perbulan pada tahun 2003 dan 2004, adalah

sebanyak 1.067 lembar dan 1.078 lembar. Pada Tabel 1 di bawah dapat di

lihat rekapitulasi pendistribusian, penerbitan blanko SKSHH lingkup Dinas

Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur dalam tahun 2003 dan 2004.

Tabel 1 Rekapitulasi Penerbitan Blanko SKSHH Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2003 Dan 2004.

. No Uraian Jumlah Penerbitan

SKSHH Tahun 2004 (Lembar)

Jumlah Penerbitan SKSHH Tahun 2003

(Lembar)

Kenaikan (Peurunan) Th. 2004 terhadap

Th.2003

(%) Kenaikan

(Penurunan)

Penerbitan SKSHH Oleh : 1 UPTD Peredaran Hasil Hutan - Balikpapan 1.501 1.252 249 19,89 - Samarinda 6.577 5.800 777 13,40 - Tarakan 445 605 (160) (26,25) Jumlah 1 8.532 7.657 875 11,43 2 UPTD KPH - Berau 434 466 (32) (6,87) - Bulungan 320 417 (97) (23,26)

Page 10: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

10

- Malinau 82 174 (92) (52,87) - Nunukan 220 332 (112) (33,73) - Pasir 437 363 74 20,39 Jumlah 2 1.493 1.752 (259) (14,78) 3 Dinas Kehutanan Kabupaten - Kutai Kartanegara 1.218 1.092 126 11,54 - Kutai Barat 815 1.630 (815) (50) - Kutai Timur 885 669 216 32,29 Jumlah 3 2.918 3.391 (473) (13,95) Jumlah 1 + 2 + 3 12.943 12.800 143 1,12 Rata-rata perbulan 1.078 1.067 11,92 0,09

Sumber : Dinas Kehutanan Kalimantan Timur, 2005

Apabila di lihat pada Tabel 1 di atas, rata-rata kenaikan penerbitan

SKSHH di propinsi Kalimantan Timur sebanyak 11,92 lembar dibulatkan

menjadi 12 lembar, persentase rata-rata perbulan sebesar 0,09 %. Adapun

jumlah penerbitan SKSHH yang terbanyak di UPTD Peredaran Hasil

Hutan sebanyak 875 lembar, atau 11,43 %. Kemungkinan peningkatan

permohonan penerbitan SKSHH tersebut disebabkan oleh banyaknya

pengangkutan hasil hutan dengan menggunakan kendaraan darat (truk)

yang berukuran sedang dan kecil. Apabila kita lihat pada SK Menteri

Kehutanan Nomor 126 Pasal 16, ayat (8) yang mengatakan bahwa SKSHH,

DPP, dan FA-BBS/FA-Bakau hanya berlaku untuk1 (satu) kali

pengangkutan dari 1 (satu) pemilik, 1 (satu) jenis komoditas hasil hutan,

dan untuk 1 (satu) alat angkut dengan 1 (satu) tujuan pengangkutan, jadi

berdasarkan keterangan tersebut di atas jelas bahwa betapa pentingnya

dokumen pengangkutan hasil hutan tersebut.

Seperti yang tertulis pada pendahuluan, bahwa permasalahan yang

mungkin timbul dalam penatausahaan hasil hutan (kayu) di era otonomi

daerah adalah perbedaan dalam pelaksanaan penatausahaan hasil hutan

(kayu), karena belum adanya petunjuk teknis pelaksanaan yang baku yang

dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, di dalam era otonomi daerah hal

demikian mungkin saja terjadi, karena setiap daerah mempunyai program

kerja, target kerja yang berbeda satu sama lainnya, tergantung dengan

kepentingan dan kebutuhan di daerahnya masing-masing.

Dasar hukum penatausahaan hasil hutan khususnya permohonan

penerbitan SKSHH adalah Surat Keputusan Menteri Kehutanan No

126/Kpts-II/2003 yang kemudian disempurnakan, menjadi Peraturan

Page 11: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

11

Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2005 Pasal 18 dan Pasal 20,

akan tetapi di dalam realisasi pelaksanaannya di lapangan masih terdapat

perbedaan implementasi antara satu unit kerja dengan unit kerja yang lain,

walaupun perbedaan tersebut tidak terlalu menyimpang dari ketentuan yang

ada, artinya secara substansi pelaksanaan mekanisme atau alur permohonan

penerbitan SKSHH telah sesuai dengan mekanisme atau alur yang tertera

dalam Peraturan Menteri Kehutanan tersebut di atas.

B. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 18/Menhut-II/2005

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005, Pasal 18, ayat (1)

mengatakan setiap badan usaha, perorangan, dan pemegang ijin industri

hasil hutan (IHH) yang akan mengangkut hasil hutan, wajib mengajukan

permohonan penerbitan SKSHH kepada P2SKSHH dengan tembusan

kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Apabila dilihat dari bunyi pasal

tersebut, jelas menyatakan bahwa setiap pengangkutan hasil hutan kayu

dari TPK/TPn di hutan ke tempat lain, wajib menggunakan dokumen.

Adapun sebagai dasar untuk penerbitan dokumen angkutan, adalah pemilik

hasil hutan wajib mengajukan permohonan kepada Pejabat yang berwenang

menerbitkan dokumen angkutan.

Menurut SK Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003, tentang

Penatausahaan Hasil Hutan, pada Pasal 16, ayat (7), dinyatakan bahwa

dokumen angkutan yang sah, adalah :

a. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH), adalah dokumen

resmi yang diterbitkan pejabat berwenang yang digunakan dalam

pengangkutan, penguasaan dan pemilikan hasil hutan, sebagai alat

buktiatas legalitas hasil hutan.

b. Daftar Pengangkutan Pengganti (DPP), adalah dokumen angkutan

sementara pengganti SKSHH yang melengkapi bersama-sama

pengangkutan hasil hutan dari pelabuhan umum ke industri atau

konsumen dalam Kabupaten/Kota

c. Faktur Angkutan Bahan Baku Serpih / Faktur Angkutan Kayu Bakau

(FA-BBS/FA Bakau.), adalah dokumen angkutan sementara yang

Page 12: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

12

digunakan untuk pengangkutan kayu bahan baku serpih selain Kayu

Bulat ke industri pulp.

Selanjutnya pada ayat (8) SKSHH, DPP, dan FA-BBS/FA Bakau hanya

berlaku untuk 1 (satu) kali pengangkutan dari 1 (satu) pemilik, 1 (satu)

jenis komoditas hasil hutan, dan untuk 1 (satu) alat angkut dengan 1 (satu)

tujuan pengangkutan. Berdasarkan keterangan di atas, maka SKSHH

merupakan dokumen angkutan hasil hutan yang wajib dimiliki dalam setiap

pengangkutan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain.

Untuk mengetahui mekanisme, alur atau tata cara penerbitan SKSHH

untuk kayu bulat (KB), kayu olahan (KO), hasil hutan bukan kayu

(HHBK), FA-BBS/FA Bakau, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor P.18/2005, di atur pada Pasal 20. Secara umum bahwa P2SKSHH

selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja setelah menerima surat permohonan

penerbitan SKSHH, wajib melakukan pemeriksaan administrasi dan fisik,

selanjutnya P2SKSHH sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih

dahulu wajib meneliti daftar hasil hutan (DHH) yag diajukan untuk

memastikan bahwa hasil hutan dalam DHH tersebut berasal dari LHP yang

telah disahkan oleh P2LHP, atau berasal dari SKSHH asal yang telah

dilakukan pemeriksaan kebenarannya oleh P3KB, kemudian mengecek

Laporan Mutasi Hasil Hutan (LMHH)/posisi persediaan pada saat

pengajuan permohonan penerbitan SKSHH.

Berdasarkan hasil BAP pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

administrasi, apabila tidak ada masalah, P2SKSHH segera menandatangani

DHH dan menerbitkan SKSHH yang dilakukan di lokasi dimana hasil

hutan tersebut diangkut. Atas SKSHH yang diterbitkan, selanjutnya

disampaikan kepada Pejabat yang membidangi kehutanan di wilayah kerja

P2SKSHH tersebut untuk diketahui dan disetujui. Adapun pejabat yang

membidangi kehutanan dimaksud adalah Pejabat Struktural yang

menduduki jabatan paling rendah eselon III pada Dinas Kabupaten/Kota

yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota, penetapan tanggal mulai

berlaku SKSHH di isi sesuai dengan tanggal pada saat persetujuan

penerbitan SKSHH. Setelah SKSHH ditandatangani untuk disetujui,

Page 13: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

13

P2SKSHH menyerahkan dokumen SKSHH lembar ke 1 dan lembar ke 2

kepada yang berhak atau pemohon disertai Berita Acara Serah Terima

(lihat gambar 1 di bawah) .

Dalam hal alat angkut tidak dapat merapat ke tempat pemuatan/TPK,

sehingga proses pemuatan hasil hutan ke alat angkutnya dilakukan secara

bertahap dan atau memerlukan lebih dari 1 (satu) hari, maka proses

pemuatan tersebut dapat dilakukan setelah BAP pemeriksaan fisik

ditandatangani oleh P2SKSHH, sehingga BAP dan DHH tersebut

merupakan bukti proses pemuatan dan berfungsi sebagai alat bukti

keabsahan hasil hutan yang di angkut menuju tempat pemuatan, sebelum

SKSHH diterbitkan.

Gambar 1 : Mekanisme atau Alur Permohonan Penerbitan SKSHH Berdasarkan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005.

C. Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur (Koordinator pendistribusian

blanko SKSHH).

Mekanisme atau alur permohonan permintaan blanko SKSHH yang

dilakukan oleh UPTD dan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota kepada Dinas

Kehutanan Propinsi, adalah sebagai berikut :

PEMOHON

P2SKSHH PEJABAT

STRUKTURAL DINAS

KEHUTANAN

PEMERIKSAAN - ADMINISTRASI / FISIK - MENERBITKAN

SKSHH. - MENANDATANGANI

DHH.

Page 14: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

14

Gambar 2 : Mekanisme atau Alur Permohonan Penerbitan SKSHH Di Dinas Kehutanan

Propinsi Kalimantan Timur

Permohonan penerbitan SKSHH di Dinas Kehutanan Propinsi

Kalimantan Timur (lihat gambar 2 di atas), mekanisme atau alur

permohonan SKSHH tersebut sangat berbeda dengan Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.18/2005, karena Dinas Kehutanan Propinsi hanya

berperan sebagai institusi pemerintah yang mengkoordinir pendistribusian

blanko SKSHH di Kalimantan Timur. Apabila kita lihat pada gambar

mekanisme yang ada, pemohon dalam hal ini adalah UPTD PHH, UPTD

KPH, dan Dinas Kehutanan Kabupaten, mengajukan permohonan

permintaan blanko SKSHH kepada Dinas Kehutanan Propinsi, adapun

persyaratan yang harus dilengkapi dalam meminta blanko tersebut adalah

Register Penerbitan Dokumen SKSHH dan Surat Kuasa (apabila

diperlukan). Register penerbitan dokumen SKSHH adalah bukti penerbitan

SKSHH yang telah dikeluarkan oleh UPTD PHH, UPTD KPH, dan Dinas

Kehutanan Kabupaten kepada pemohon SKSHH (pemegang

IUPHHK/IPK/HHI).

Surat permohonan tersebut diajukan langsung ke Kepala Dinas

Kehutanan tingkat propinsi, akan tetapi yang memproses surat permohonan

tersebut adalah Kepala Sub Bidang Pengolah Peredaran Hasil Hutan. Bila

PEMOHON

TATA USAHA

KA SUB BID PENGOLAH

PEREDARAN

KA BID PEREDARAN

HH

KEPALA DINAS KEHUTANAN

PROPINSI

Page 15: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

15

semua persyaratan telah lengkap maka surat permohonan tersebut

disampaikan kepada Kepala Bidang Peredaran Hasil Hutan dan kemudian

diteruskan ke Kepala Dinas Kehutanan untuk diminta persetujuan jumlah

blanko SKSHH yang disetujui untuk diberikan atau didistribusikan kepada

para pemohon, selanjutnya Kepala Dinas memberikan disposisi kepada Ka

Bid Peredaran Hasil Hutan untuk ditindaklanjuti. Di dalam disposisi

tersebut tertera jumlah blanko SKSHH yang disetujui untuk masing-masing

pemohon SKSHH, dan disposisi tersebut disampaikan kembali ke Ka Sub

Bidang Pengolah Peredaran Hasil Hutan untuk dibuatkan BAP Serah

Terima SKSHH yang ditandatangani oleh Ka Bid Peredaran Hasil Hutann

dan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan.

D. UPTD Peredaran Hasil Hutan Samarinda.

Mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH di UPTD

Peredaran Hasil Hutan Samarinda (lihat gambar 3), pemohon mengajukan

surat permohonan penerbitan SKSHH yang ditujukan kepada Kepala

UPTD, bukan ditujukan pada P2SKSHH, kemudian surat permohonan

tersebut diteruskan ke Kasi Bimbingan Teknis untuk dipelajari, setelah

dilakukan pemeriksaan secara administrasi, lalu dilakukan pemeriksaan

secara fisik, apabila tidak ada masalah mengenai persyaratan yang harus

dipenuhi, SKSHH diterbitkan. Adapun yang menerbitkan SKSHH adalah

Kasi Peredaran Hasil Hutan. Setelah SKSHH tersebut diterbitkan kemudian

diserahkan ke Pejabat Struktural untuk disetujui dan disahkan.

Secara prinsip permohonan penerbitan SKSHH di UPTD Peredaran

Hasil Hutan Samarinda telah sesuai dengan mekanisme atau tatacara yang

diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005,

perbedaannya adalah bagian atau orang yang menangani permohonan

penerbitan SKSHH tersebut berbeda, misalnya kalau dalam Permenhut

Nomor P.18/2005, yang menerbitkan SKSHH adalah P2SKSHH akan

tetapi di UPTD Peredaran Hasil Hutan Samarinda yang menerbitkan

SKSHH adalah Kasi Peredaran Hasil Hutan. Ini mungkin saja terjadi,

karena seorang yang menjabat sebagai Kasi Peredaran Hasil Hutan juga

Page 16: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

16

merangkap sebagai P2SKSHH, dan ini dimungkinkan karena kebijakan

institusi tersebut semuanya berada pada Kepala UPTD.

Gambar 3 : Mekanisme atau Alur Permohonan Penerbitan SKSHH Di UPTD Peredaran Hasil Hutan Samarinda. (Sumber : UPTD Peredaran Hasil Hutan Samarinda, 2005)

Keterangan :

(*) Permohonan penerbitan SKSHH, melampirkan :

� Identitas pemohon

� Bukti-bukti kepemilikan hasil hutan yang sah / lembar ke 2 SKSHH

asal.

� LMHH (LMKB, LMKO, LMHHBK).

� Bukti Iuran PSDH dan DR.

� DHH sesuai dengan rencana yang dikirim.

(**) Penelitian Administrasi, adalah sebagai berikut :

� Kelengkapan berkas pemohon

� Kebenaran pengisian DHH

� Stock / Persediaan LMNN / SKSHH asal

PEMOHON (*) KA SUB TATA USAHA

KEPALA UPTD

KASI BINTEK (**)

P2SKSHH (***)

KASI PEREDARAN

HH (****)

Page 17: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

17

� Pemeriksaan SPT untuk pemeriksaan fisik kepada petugas yang

berkualifikasi penguji, minimal 2 orang disesuaikan dengan

kebutuhan

(***) Pemeriksaan Fisik, ialah :

� Melakukan pemeriksaan jenis dan ukuran terhadap hasil hutan yang

akan dikirim dengan mengambil sampel secara acak dan harus

mewakili setiap sortimen dan jenis.

� Membuat BAP hasil pemeriksaan fisik.

(****) Penerbitan SKSHH :

� Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Fisik P2SKSHH

menerbitkan SKSHH dan menandatangani DHH.

� Setelah penerbitan SKSHH, P2SKSHH menyerahkan dokumen

kepada yang berhak / pemohon disertai dengan Berita Acara Serah

Terima dokumen.

E. Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur

Pada gambar 4 di bawah mekanisme atau alur permohonan

penerbitan SKSHH di Dinas Kehutanan Kutai Timur, adalah sebagai

berikut, surat permohonan penerbitan SKSHH ditujukan kepada P2SKSHH

dan tembusannya Kepada Kepala Dinas Kehutanan setempat. Tetapi yang

paling berperan dalam pemrosesan permohonan tersebut adalah Kepala

Dinas Kehutanan, dimana P2SKSHH hanya melaksanakan tugas sesuai

dengan SPT yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan, yaitu melakukan

pemeriksaan fisik, menandatangani DHH, dan menerbitkan SKSHH.

Sedangkan untuk pemeriksaan administrasi dilakukan oleh pejabat yang

ada di Dinas Kehutanan, seperti Kepala Sub Dinas Peredaran, Kasi

Pengujian Hasil Hutan, dan Kasi Peredaran Hasil Hutan.

Page 18: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

18

Gambar 4 : Mekanisme atau Alur Permohonan Penerbitan SKSHH Di Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur. (Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur, 2005)

Penjelasan :

1. Pemohon SKSHH mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada

Pejabat Penerbit SKSHH dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kehutanan Kabupaten.

2. Kepala Dinas Kehutanan meneruskan kepada Kepala Sub Dinas

Peredaran Hasil Hutan.

SURAT PEMOHON (1)

KEPALA DINAS KEHUTANAN

(2)

PEJABAT PENERBIT SKSHH (7)

KA SUB DIN PEREDARAN HASIL HUTAN

(3)

KASI PENGUJIAN HASIL HUTAN

(4)

KASI PEREDARAN HASIL HUTAN

(5)

PEJABAT STRUKTURAL (Diketahui & Disetujui)

(6)

PENERBIT SKSHH (8)

PEMOHON

Page 19: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

19

3. Kepala Sub Dinas Peredaran Hasil Hutan membuat Surat Perintah Tugas

(SPT), disampaikan kepada P2SKSHH, P2LHP, P3KB, dan Pengukur

Penguji.

4. Surat permohonan disampaikan kepada Kasi Pengujian Hasil Hutan

untuk melakukan :

� Chek Target SK IPK/RKT.

� Chek BA Stok Opname.

� LHP.

� Risalah Lelang.

� LMKB/Laporan Bulanan.

5. Setelah diperiksa oleh Kasi Pengujian Hasil Hutan, surat tersebut

disampaikan kepada Kasi Peredaran Hasil Hutan untuk melakukan

pemeriksaan :

� SPP PSDH & DR

� Bukti Setor / Bank setor.

� Chek Target SK RPBBI.

� LMKO / Laporan Bulanan.

� SP Kebenaran Tujuan SKSHH.

� Rencana Pengangkutan.

� Pengarsipan / Pelaporan.

6. Setelah selesai melakukan pemeriksaan Administrasi da Fisik (Laporan

Pemeriksaan Fisik disampaikan oleh P2SKSHH), Pejabat Struktural

mengetahui dan menyetujui untuk memberikan SKSHH kepada

pemohon.

7. Pejabat Penerbit SKSHH melakukan :

� Memberikan Daftar Hasil Hutan (DHH), LHP-KB yang disahkan

oleh P2LHP/P3KB.

� Memeriksa LMKB / Stok akhir.

� Memeriksa Fisik KB.

� Menandatangani DHH.

� Menerbitkan SKSHH.

Page 20: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

20

8. Penerbit SKSHH membuat BAP Serah Terima (Register), kemudian

disampaikan kepada pemohon.

F. Pemegang IUPHHK

Adapun pengurusan permohonan penerbitan SKSHH menurut versi

pemohon SKSHH (lihat gambar 5), yaitu pemegang IUPHHK/IPK yang

ada di Kabupaten Kutai Timur, menuturkan bahwa surat permohonan

ditujukan kepada Kepala Dinas Kehutanan, kemudian Kepala Dinas

Kehutanan memberikan disposisi untuk dibuatkan Surat Perintah Tugas

(SPT) yang ditujukan kepada P2SKSHH untuk melakukan

pengecekan/pemeriksaan fisik hasil hutan (KB/KO/HHI). SPT tersebut

diserahkan kepada pemohon SKSHH, dan pemohon SKSHH langsung

menghubungi P2SKSHH. Setelah melakukan pemeriksaan fisik P2SKSHH

membuat BAP pemeriksaan fisik dan menandatangani DHH, selanjutnya

BAP Pemeriksaan Fisik tersebut diserahkan kepada Kepala Sub Dinas

Peredaran Hasil Hutan dan stafnya untuk menindaklanjuti permohonan

tersebut yaitu memeriksa Administrasi. Berdasarkan kelengkapan

administrasi dan BAP pemeriksaan fisik, SKSHH diterbitkan dan diketahui

oleh pejabat struktural dengan mencantumkan tanggal persetujuan

penerbitan SKSHH, kemudian setelah diketahui dan disetujui SKSHH

diserahkan ke pemohon disertai dengan BAP serah terima SKSHH.

Mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH berdasarkan

versi pemohon dalam hal ini pemegang IUPHHK di Kabupaten Kutai

Timur, Kalimantan Timur, adalah sebagai berikut :

Page 21: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

21

Gambar 5 : Mekanisme atau Alur Permohonan Penerbitan SKSHH Berdasarkan Versi

Pemohon SKSHH. (Sumber : Group PT. Segara Timber, 2005 ) Penjelasan :

1. Pemohon SKSHH mengajukan surat permohonan melalui Kepala Sub

Bagian Tata Usaha, ditujukan kepada Kepala Dinas Kehutanan

Kabupaten.

2. Kepala Dinas Kehutanan memberikan disposisi untuk dibuatkan Surat

Perintah Tugas (SPT) yang ditujukan kepada P2SKSHH untuk

melakukan pengecekan Fisik KB/KO/HHI milik pemohon SKSHH.

SPT tersebut diserahkan kepada pemohon SKSHH, dan pemohon

SURAT PEMOHON (1)

KEPALA DINAS KEHUTANAN

(2)

PEJABAT PENERBIT SKSHH (3)

KA SUB DIN PEREDARAN HASIL HUTAN

(4)

KASI PENGUJIAN HASIL HUTAN

(5)

KASI PEREDARAN HASIL HUTAN

(6)

PEJABAT STRUKTURAL (Diketahui & Disetujui)

(8)

PENERBIT SKSHH (7)

PEMOHON

Page 22: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

22

menghubungi P2SKSHH untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang

tercantum dalam SPT tersebut.

3. Setelah melakukan pemeriksaan, P2SKSHH membuat BAP

Pemeriksaan Fisik, dan setelah P2SKSHH menandatangani DHH, maka

BAP tersebut diserahkan kepada Kepala Sub Dinas Peredaran Hasil

Hutan, untuk di tindak lanjuti.

4. Kepala Sub Dinas Peredaran Hasil Hutan menindak lanjuti permohonan

tersebut disertai dengan BAP pemeriksaan fisik dari P2SKSHH untuk

memeriksa Administrasi, pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilakukan

oleh Kepala Seksi Pengujian Hasil Hutan.

5. Kasi Pengujian Hasil Hutan memeriksa semua berkas kelengkapan

Administrasi, seperti :

� Cek Target SK IPK/RKT.

� Cek BA Stok Opname.

� LHP.

� Risalah Lelang.

� LMKB/Laporan Bulanan.

Setelah dilakukan pemeriksaan seperti yang tersebut di atas maka surat

permohonan dilanjutkan kepada Kasi Peredaran Hasil Hutan.

6. Kasi Peredaran Hasil Hutan melakukan pemeriksaan, seperti :

� SPP PSDH & DR.

� Bukti Setor/Bank Setor.

� Cek Target SK RPBBI.

� LMKO/Laporan Bulanan.

� SP Kebenaran Tujuan SKSHH.

� Rencana Pengangkutan.

� Pengarsipan/Pelaporan.

Setelah melaksanakan pemeriksaan terhadap kelengkapan Administrasi

maupun BAP Pemeriksaan Fisik KB/KO/HHI, SKSHH diterbitkan dan

diserahkan kepada Pejabat Struktural untuk Diketahui dan Disetujui,

dengan mencantumkan tanggal persetujuan penerbitan SKSHH.

Page 23: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

23

7. Berdasarkan kelengkapan Administrasi maupun BAP Pemeriksaan

Fisik KB/KO/HHI, SKSHH diterbitkan dan diserahkan kepada Pejabat

Struktural untuk Diketahui dan Disetujui, dengan mencantumkan

tanggal persetujuan penerbitan SKSHH.

8. Pejabat Struktural menandatangani, mengetahui dan menyetujui

penerbitan SKSHH tersebut, SKSHH yang sudah diketahui dan

disetujui dikembalikan kepada penerbit SKSHH untuk disampaikan

kepada pemohon dilengkapi dengan BAP Serah Terima SKSHH dan

Register.

Kalau kita bandingkan antara mekanisme permohonan penerbitan

SKSHH yang berjalan di Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur dengan

keterangan yang diberikan oleh pemohon SKSHH (pemegang IUPHHK),

memang pada dasarnya alur atau mekanisme permohonan penerbitan SKSHH

tersebut sama dan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.18/2005, akan tetapi apabila kita perhatikan lebih seksama ternyata terdapat

perbedaan dalam pelaksanaannya, yaitu pada :

� Pengiriman surat permohonan penerbitan SKSHH, menurut Dinas

Kehutanan surat permohonan ditujukan kepada P2SKSHH dan

tembusan kepada Kepala Dinas Kehutanan setempat, akan tetapi

menurut pemohon SKSHH surat ditujukan langsung ke kepala Dinas

Kehutanan, sedangkan untuk P2SKSHH berdasarkan SPT yang

dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan. Di dalam Permenhut Nomor

P.18/2005, tertulis bahwa surat pemohon ditujukan kepada P2SKSHH

dan tembusan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Dari hasil

keterangan yang diperoleh memang ada perbedaan mengenai

mekanisme atau alur permohonan penerbitan SKSHH tersebut, akan

tetapi pada prinsipnya adalah sama, yaitu untuk melindungi hak-hak

negara seperti PSDH & DR, serta mencegah terjadinya perdagangan

kayu atau peredaran SKSHH yang tidak benar.

� Pemeriksaan Administrasi, menurut Permenhut Nomor P.18/2005,

P2SKSHH wajib memeriksa administrasi dan fisik, akan tetapi pada

kenyataannya di lapangan menurut keterangan yang diberikan pemohon

Page 24: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

24

SKSHH (pemegang IUPHHK) dan mekanisme atau alur yang berjalan

di Dinas Kehutanan Kutai Timur, pemeriksaan administrasi dilakukan

oleh Kepala Sub Dinas Peredaran Hasil Hutan dan stafnya, bukan

dilakukan oleh P2SKSHH.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mekanisme atau alur pelaksanaan permohonan penerbitan SKSHH di

Propinsi Kalimantan Timur, pada dasarnya sudah berjalan sesuai

dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/2005, Pasal 18 dan

Pasal 20. walaupun masih terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya,

seperti siapa yang dituju dalam surat permohonan penerbitan SKSHH,

dan pemeriksaan administrasi. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak

menjadikan permasalahan yang serius, karena pada prinsipnya /

dasarnya, institusi/unit kerja yang berwenang dalam menerbiktan

SKSHH ingin melindungi hak-hak negara seperti PSDH & DR, dan

menekan terjadinya perdagangan kayu atau peredaran SKSHH yang

ilegal.

2. Pengesahaan SKSHH oleh pejabat struktural (eselon III) kurang

efektif, karena ini hanya memperpanjang rantai birokrasi dalam

penerbitan SKSHH dan dikhawatirkan adanya penyalahgunaan

wewenang dan tanggung jawab petugas P2SKSHH, mengingat lokasi

Pejabat Struktural Eselon III dengan P2SKSHH cukup jauh.

3. SKSHH tidak dapat dikatakan sebagai ukuran bahwa kayu itu legal

atau tidak, banyak faktor yang menyatakan bahwa kayu yang diangkut

dari satu daerah ke daerah lain itu kayu legal, diantaranya adalah

pembayaran PSDH dan DR, DHH, LHC, LHP, LMKB dan masih

banyak lagi persyaratan untuk menentukan bahwa kayu itu legal atau

tidak, yang terpenting dan perlu diketahui dalam pengangkutan kayu,

adalah mengenai Kronologis Kayu.

Page 25: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

25

4. Terdapat perbedaan persepsi antara pemohon (IUPHHK) dengan Dinas

Kehutanan Kabupaten Kutai Timur, yaitu pada saat mengajukan surat

permohonan penerbitan SKSHH. Menurut pemohon ditujukan kepada

Kepala Dinas Kehutanan, sedangkan P2SKSHH melaksanakan

tugasnya berdasarkan SPT yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas

Kehutanan setempat. Sedangkan menurut Dinas Kehutanan setempat

permohonan penerbitan SKSHH ditujukan kepada P2SKSHH dan

tembusan kepada Kepala Dinas Kehutanan.

5. Penyerdahanaan dilakukan dalam pengangkutan hasil hutan.

Dokumen terpenting yang menyertai kayu, ketika kayu tersebut di

angkut sebenarnya adalah Daftar Hasil Hutan (DHH) yang telah

disahkan oleh P2LHP bukan SKSHH, karena dalam DHH data kayu

yang di angkut secara rinci tercatat (asal usul kayu, jumlah

kubikasinya, ukuran perbatangnya, jenis kayunya, dan lain

sebagainya), sedangkan SKSHH hanya merupakan rekapitulasi data

kayu yang diambil dari DHH.

B. Saran

1. Penatausahaan hasil hutan masih perlu untuk disempurnakan dalam

rangka perbaikan pelayanan publik terhadap pengelolaan hutan agar

pengelolaan hutan dapat lebih efisien dan efektif.

2. Untuk pengangkutan hasil hutan tidak perlu menggunakan SKSHH

yang memerlukan biaya pembuatan dan pengurusan yang cukup besar,

akan tetapi cukup dengan DHH yang dibuat oleh perusahaan dan

disahkan atau diketahui oleh petugas kehutanan yang ditugaskan untuk

tugas tersebut, misalnya di TPN oleh P2LHP sedangkan di TPK/

LOGPOND/TPKI pelabuhan oleh P3KB

3. Agar terjadi saling mengawasi, maka KPHP / P2LHP merupakan

petugas Dinas Kabupaten, P3KB di TPK hutan / logpond merupakan

Page 26: KETERANGAN SAHNYA HASIL HUTAN (SKSHH), …puspijak.org/uploads/info/Naskah-Tulisan SKSHH DI KALTIM - EDIT... · Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana mekanisme atau alur

26

petugas Dinas Propinsi, dan P3KB di Industri dan pelabuhan petugas

dari Departemen.

Daftar Pustaka

APHI.2005, Alur Proses Permohonan Surat Keterangan Sah Hasil Hutan,

Samarinda, 2005. Anonim. 1985. Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No.521/Kpts/IV-

Tib/1985 Tentang Petunjuk Teknis Tata Usaha Kayu. Departemen Kehutanan, Jakarta.

______. 1990. Keputusan Menteri Kehutanan No.402/Kpts-IV/1990 Tentang Tata

Usaha Kayu. Departement Kehutanan, Jakarta. ______. 1999. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 316/Kpts-

II/1999 Tentang Tata Usaha Hasil Hutan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.

______. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan No.126/Kpts-II/2003 Tentang

Penatausahaan Hasil Hutan. Departemen Kehutanan, Jakarta. ______. 2002. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Dinas Kehutanan. 2004, Rekapitulasi Pendistribusian, Penerbitan Blanko SKSHH

Lingkup Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Sianturi A, Syahadat E, Bangsawan I. 2005. Kajian Kebijakan Penatausahaan

Hasil Hutan. Laporan Penelitian. Puslitbang Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan, Bogor

Triyono P. 2001. Sistem Pemantauan Produksi dan Peredaran Kayu di Era

Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi Vol. 2 No. 1. Puslitbang Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan, Bogor.