keteran gan pemerintahberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang...

16
" KETERAN GAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN AGAMA PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TANGGAl 28 JANUARI 1989 DI J A K ART A ,

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

" KETERAN GAN PEMERINTAH ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN AGAMA PADA

RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TANGGAl 28 JANUARI 1989

DI

J A K ART A ,

Page 2: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

KETERANGAN PEMERINTAH ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TEN TANG PERADlLAN AGAMA

PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TANGGAL 28 JANUARI 1989

i'issalamu' alaikum wr. wb.

S~udara Pimpinan dan para' Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat.

Syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT ycing atas berkat, rahmat, dan karu~ia-:-NyaJ kita semua dapat berkumpu1 pada sida~g yang mulia ini.

Kemudian perkenankanlah kami atas nama P.emerintah menyam­paikan ucapan terima kasih atas ,kesempatan yang diberikan ke­pada Pemerintah guna menyampaikan keterangannya, sehubungan de­ngan telah disampaikan~ya rancangan undang-undang tentang Per­adilan Agama kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan amanat Ba­pak Presiden Nomor R-06/PU/XII/l.988 ·tangga1 3 Desember 1988

untuk dihahasdalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat guna menda­pat persetujuan.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Rancangan undang-undang ini ,dibuat sebagai pelaksanaan pasal 10 ayat (1) dan pasal 12 'Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok 'Kekuasaan Kehakiman,un­tuk menggantikan.tiga buah peraturan .p-erundang-undangan yang selama ini mengatur Peradi1an Agama di Indonesia, yaitu ;

8 .. Staatsblad tahun 1882 Nomor 152 jo Staatsbladtahun 1937 Nomor' 116 dan 610 tentang Peradi1an.Agama di Jawa dan Madu-ra;

Page 3: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

2

b. Staatsb1ad tahun 1937 . Nomor 638 dan 639 tentang Kerapatan' Qadii dan Kerapatan Qadii Besar untuk sebagian Kali~ntan Se-Iatan; I

c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah di luar Jawa dan Madura.

Pasal 24 ayst '(1') Undang-Undang Dasar 1945 te1ah menent~kan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukanoleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang. Sebagai :pe-1aksanaan dari ketentuan tersebut, pasal 10 ayat (1) Undang~un­

dang Nemer 14 tahun 1970 te1ah menetapkan bahwa Kekuasaa~ K~ha-

kiman dilaksanakan oleh Peradilan Umum, Peradi1an Agama, dilan Militer dan Peradi1an Tata Usaha Negara.

Pera-

Sementara itu pasa! 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 te­lah menentukan bahwa Susunari dan Kekuasaan Badan-badan Kehakim­an itu diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini dipertegas oleh pasal 12 Undang~undang Nomor 14 tahun 1970'yang menetapkan bahwa Susunan, Kekuasaan ser~a Acara dar! Badan-badan'Peradilan seperti tersebut da1am pasa1 10 ayat (1) diatur da1am undang~un­dang tersendiri.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat.

Peradilan Agama sebagai l~mbaga penegak hukum dan pelaksa­na kekuasaan kehakiman telah tumbuh dan berkembang di Indonesia atas kehendak ~angsa Indonesia. sendiri' sejak berabad-abad yang l~lu', je.uh s,ebelumpemerinteh ko1onia1 menginjakkan kakinya di bumi nusantara ini. 'Peradilan Agama telah berdiri ka~ena kebu­tuhan hukum masyarakat dan bangsa Indonesia yang ,beraga~ Islam~

Oleh karenli itu ~aka 8tb1'. 1882. Nomor 152 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belandli sebe1:la~ya hanyameresmikan. s.aja lembaga Peradilan Agama yang .. te1ah ada sebelumnya dan seka1igus dapat di­

pahami bahwa Peradilan Agama sebagai lembaga'penegak hukum ti­daklah mungkin ·dibiarkan· terus berjal~n sendiri tanpa diat·ur· se­cars resmi oleh pemeri~tah/penguasa.

Page 4: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

3

Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Belanda kemudian mem-,..

batasi kewen.angannya yaitu dengan mengeluarkan masalah waris da-

rl kewenangan Peradilan Agama di JaW8 dan Madura melalui Stbl.

1937 Nomor 116 dan melengkapinya dengan Peradilan Tingkat Ban­

ding yaitu dibentuknya.Mahkamah Islam Tinggi dengan Stbl. 1937 Nomor 610~

Demikian pula untuk wilayah Kalinlantan Selatan dengan Stbl*

1937 Nomor 638 dan 639.

Setelah Indonesia memperoleh kem,{~rdekaan penuh dan bebas

dari cengkeraman penjajah~ maka berdasarkan Undang-undang Daru­

rat Nomor 1 tahun 1951 untuk memenuhi. kebutuhan hukum dari umat

Islam di daerah-daerah lainnya d~~tetapkanlah Peraturan Pemerin­

tah Nomor 45 tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/

Mahkaluah Syar t iyah di luar Jawa dan i'1.adura.

Saudara Pimpinan dan para li..nggota Dewan P€::rwakilan Rakyat

yang terhormat.

Keberadaan Peradilan P;gama di Indonesia yang telah diper­

kuat dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1970'.dan Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang P'erkawinan bukanlah karena Islam di­anut oleh mayoritas bangsa Indonesia,sebab di dalam negara te­

publik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan" lJndang-Undang

Dasar 1945 tidak dikenal ukuran mayoritas - minoritas. Ke.hadir­

an Peradilan Agama adalah karena diper:lukan oleh. kebutuh2ul bu­

kum tmlat ~slam di Indonesia, sebagaimana halnya dinegara te­

tangga kita yang aia penganut Islamnya seperti di, Singapura,

Phi 1 ip ina j Srilanka ~ Brunai Darus salam dan t-falays ia .

Oleh karena itu maka kehadiran Peradilan Agatha di In<1onesia hendaklah diterima dengan lapang dada' oleh golongan peng~~nut

agama lainnya dan kehadirannya semata-UlAta kehendak sejara.h d~n tidak akan mengganggu kepentingan penganut agama lainnya. Di si­

nilah hakikat dari kehidupan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai golongan'. penganut agama yang berbeda yang telah tt;=r­

patrikan dalam lambang negara kita Bhi.nneka Tunggal Ika.

Page 5: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

4

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, telah kits ke­tahui bersama bahwa selama ini Peradi1an J?-gama diat;:ur dalam 3 bush peraturan perundang-undangan yang berbeda,' dua bua'h di an­taranya produk pemerintah Ko1onia1, .. yaitu 8tb1. 1882 Nomor 152 jo 5tbl. 1937 Nomor 1116 dan 610 untuk Jaws dan Madura dan Stbl. 1937 Nomor 638 dan 639 untuk sebagi~n Kalimanta~ Selatan. se­dang untuk daerah 1ainnya diatur da1am Peraturan Pemerintah No-

, mar 45 tahun 1957 sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Daru­'rat Nemor 1 tahun 1951.

Sebagai akil?at dari ketiga peraturan yang, berbeda tersebut maka Peradilan Agama di Indonesia salama ini tidak seragam baik namanya, wewenangnya maupun susunan~ya. Selain itu berdasarkan peraturan perundang-undanga~ warisan pemerintah Kolonial terse­but Peradilan Agama adalah peradilan ,semu karena dia tidak da­pat melaksanakan. keputusannya sendiri.

Kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan Mahkamah Agung dalam mass 8 tahun terakhir in1 adalah berusaha memacu Pe'radilan Agama agar sede'rajat kedudukannya dengan lingkungan peradilan lainnya sesuai dengan kehendak Undang-undang Nomor 14 tahun 1970. B.'erbagai usaha telah dilakukan antara lain melalui kegiatan rapat kerja, penataran, lokakarya dan pembinaanteknis hukum lainnya yang semuanya di.1andasi se~entara in1 dengan SKB

,Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama yang ditandatangani pada tanggal 7 Januari 1983.

S~lain itu langkah terobosan lain yang telah dilakukan ol&h: Mahkamah Agung adalah memperlakukan acara kasasi perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum terha­dap perkara-perkar,a yang berasal dari pengadi1an dalam 1ing­kUtlgan Peradilan,Agama dengan ,mengeluarkan Peraturan' Mahkamah Agung Nomor 1 tahun ,1917 yang', mulai berlaku tangga1 1 Januari 1978.

Page 6: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

5

SKB Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama serta Peraturan Mahkamah Agung tersebut di atas adalah kebijaksanaan sementara yang bersifat darurat dan rancangan.undang-undang inilah yang diharapkan dapat segers, mengakhiri keadaan yang bersifat semen­tara tersebut.

Saudara Pimpina~ dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat.

Usaha menyiapkan ·rancangan undang-undang tentang Peradilan Agama ini sebenarnya telahdimu1ai sejak tahun 1971, berdasar­kan ketentuan pasal 1 Instruksi Presiden Namor 15 tahun 1970 tentang Tata Cara Me~persiapkan Rancangan Undang-undang dan Ran­cangan Peraturan Pemerintah. Menteri Agama pada saat itu te1ah menyampaikan pokok-pokok materi dan urgensi dari rancangan un­dang-undang tentang Peradila~ Agama kepada Bapak Presiden. Se­bagai jawaban atas surat.Menteri Agama tersebut, Menteri Keha­kiman telah memberikan pertimbangan bahwa proses penyaropaian rancangan undang-undang ten tang Peradilan Agama sebaiknya me­nunggu selesainya persiapan ranca.ng~n undang-undang tentang Per­adi1an Umum dan rancangan undang-undang tentang Mahkamah Agung.

A1hamdu1illah usaha untuk m~mpersipkan rancangan undang-un­dang ten tang Peradilan Agama ini telah dapat dimulai kemba1i pa~ da tahun 1982 setelah adanya kesepakatan antara Ketua Mahkamah Agung, Menteri Agama.dan Menter! Kehakima~ yang direa1isir de-

.ngan diangkatnya Team Interdepartemental yang anggota-anggota­nya terdiri dari unsur-unsur a. Mahkamah Agung b. Departemen Kehakiman c. Departemen Agama d. Perguruan Tinggi Umum (Universitas Indonesia) e. Fakultas Syartiyah lAIN Syarif Hiqayatullah Jakarta. Usaha tT:.empersiapkan .·rB:ncangan tindang-~ndang tentang Peradilan Agama kemudian' diperkuat dengan· izin prakarsa dari Bapak Pre­siclen sebagaimnha tertuang da,lam surat Menteri/Sekretaris Ne­gara Republik Indonesia tanggal 13 September 1983 Nomor

Page 7: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

6

B-2736/M Sesneg/9/1983 dan surat Menteri/Sekretaris Negara Re­pub1ik Indonesia t,angga1 29 Pebruari 1984 Nomor R.ll/M Sesneg/ 2/1984 dalam rangka memenuhi keten·t~an pasa1 1 Instruksi Presi­den Nomor 15 tahun 1970.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Sebagaimana telah dimakluTfli '. bahwa dalam rangka pe1aksana­an Undang-undang Nomor 14 tahun 1970, undang-undang tentang Mah­kamah Agung dan ttndang-undang tentang Peradilan Umum telah di-. sahkan dan diundangkan menjadi Undang-undartg Nomor 14 tahun 1985 dan Undang-undang N9mor 2 tahun 1986. Demikian pula undang - un­dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di­undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng Nomor 6 tahun 1986. 01eh kar~na itu maka kiranya tepatlah saatnya apabiia sekarang ini kita me­mulai pembahasan rancangan u~dang-undang tentang Peradilan Aga­ma, dalam sidang yang mulia ini.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yangterhormat.

Semula pemerintah merencanakan mempersiapkan pengajuan dua rftl1cangan undang-undang, yaitu rancangan undang-un9.ang tent.ang Susunan dan Kekuasaan Peradilan Agama dan rancangan undang-un­dang tentang Acara.Peradilan Agama. Namu:n oleh karena undang-un­dang tentang Peradilan Tats Usaha Negara juga sekaligus meri.g!a~ur tentang acaranya, dan di samping itu hukum acara perdata pada Peradilan Umum yang sesuai dengan kehendak Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 masih dalam penyusunan, maka untuk kesederhanaan perundang-undangan. kedu.a ranc-angan undang-undang tentang Su­s-q.nan dan Kekuasaan Per8,dilan Age.ma dan rancangan undang-undang tentang Acara Peradilan Agama kemudian digabung menjadi satu. Hengingat bahwa hukum acara Peradil~n Agama pada 'prinsipnya sa­nm dengan hukum acara perdata yang berla~u pada Peradilan Um~, ditambah dengan hukum acara y~ng khusus bagi Peradilan Agc;tma yang karena sifat dal?-.hukun:t materiilnyatidak sama dengan hukum acara Peradilan Umum, maka terdapat peneg~san 4alam pasal 54 rancangan undang-undang ini yangmenyatakan.bahwahukum acara

Page 8: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

7

perdata pada pengadilan dalam lingkungan 'Peradilan Umum berlaku bagi pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama, kecuali yang secara khusus diatur· da1am rancangan' undang-Uildang ini'.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Dalam masB: akhir Repelit:l IV ini pemerintah ingin menun­taskan pelaksanaan GBHN sebagaimana telah dijabarkan dalam' Re­pelita IV Bab 27 tentang Hukum, yaitu menyempurnakan Peradilan Agama melalu,i usaha dapat disetujui dan disahkannya r,ancangan undang-undang yang ~ekarang telah berada di tangan para anggo­ttl Devlan yang terhormat. Lehth daripada itu maka usaha penyem­p11rnaan Peradilan Agama ini adalah untuk memperkuat kerangka L:3.ndasan kekuasaan kehakiman, untuk siap tinggal 1andas pada Ri.~pelita VI sebagaimana kita cita-citakan bersama.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat.

Perkenankan1ah kami menyampaikan 'beberapa materi dalam RUD ini ya.ng kami anggap penting 'sebagai berikut :'

1. Kedudukan Peradilan Agama

Peradilan .Agama seba~~ai salah satu pe1aksana kekuasaan kehakiroan, merupakan lingl~ungan peradilan yang berdiri sen­diri, terpisah da1;"i Peradilan Umum, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Dsaha Negara, sesuai deng~n .ketentuan pasal 10 Undang-undang Nomor 14 tahUn ,1970. Karena itu maka dalam rancangan undang-undang ,ten tang Peradilan Agama in1 ketentu­an yang meng.qtur kc "'p""g;:k:.it"Ut'~gan Peradilan Agama pada Pera­dilan Umum, yang selama ini ditentukan dalam Stbl. 1882 No-

'mor 152 jo 8tb1. 1937 Nomor 116 dan 610, Stb1. 1937 Nomor 638 dan 639 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957, dihilangkan. Demikian pula·ketentuan yang tercantum dalam pasal 63 ayat (2) Undang-undang' Nomor. 1 tahun 1974 .. tentang Perka'Vlinan yang mengatur pengukuhan keputusan Peradilan Aga­~. oleh Peradilan 'ulnum secara tega~ dinyat~kan tidak be~laku oleh pasal 107 rancangan u~dang-undang ini.

Page 9: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

8

Peradilan Agama ~ebagaimanahalnya Peradilan Umum, Per­adilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara b~rpuncak pa­da Mahkamah Agung· sebagai Pengad~lan Negara Tertinggi. Yang melakukan pengawasanatas perbuatan Peradi1an Agama di bi­dang teknis hanyalah Mahkamah Agung. Pengadilan Agama s~ja­

jar dan sederajat dengan lingkung'an peradilan lainnya J tidak saling tergantung dan tidak saling mengawasi satu sarna lain. 01eh karena itu maka dalam rancangan undang,;,ul~dang ini di­atur tentang Juru Sita pada Peradilan Agama sehingga nanti-, nya Pengadilan Agama dapat melaksanakan sendiri keputusannya secara penuh.

Dalam rancangan undang-undang ini ditentukan tugas juru sita antara lain : s. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua 8i­

dang; b. Menyampaikan pengumuman, teguran dan lain-lain; c. Melakukan peny~taan .atas perintah Ketua' p'engadilan dan

membuat berita acara.

2. .Wewenang Peradilan Agama

Wewenang Peradilan Agama adalah ~emeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan 'perkar'a-perkara antara orang­orang yang beragama Islam di'bidang :

a. Perkawi~an (yaitu mas~lah NTCR serta segala akibatnya se­

b~gaima..1'}a telah diatur dalam Undang-undang. Nomor 1 tahun . ~'.

1974 tentang Perkawinan);

b .. Kewarisan, was.is.t dan hibah yang dilakukan ber.dasarkan hu­

kum Islam;

c. Wakaf dan shadaqah.

Pada masa sekarang ini terdapat perbedaan kewenangan me­ngadili antara Pengadilan Agama di', Jawa dan Kalimantan Sela­tan dengan ~~ngadila~ Agama di lu~r Jawa dan Kalimantan Se­

latan.

Page 10: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

9'

Sebagaimana te1ah dikemukakan bahwa berdasarkan, 5tb1. 1937 Nemer 116 ~eradi1an Agama d,i Jawa dan Madura dikurangi kewenangannya dari masalah waris. Demikian'pula Peradilan Agama di Kalimantan Se1atan yang disebut,Kerapatan Qad1i berdasarkan 5tbl. 1937 Nemor '638. Dalam rancangan 'undang­undang ini Pengadilan Agama di Jawa dan Kalimantan Se1atan kewenangannya ditingkatkan dan, disamakan dengan Pengadilan Agama di daerah-daerah lainnya meliputi ketiga hal tersebut di atas.

Pe1aksana,an kew~nangan tentang kewarisan di wilayah PeraturRn Pernerintah Nomor 45 tahun 1957 yang karena penga­ruh theorie receptie yang tercantum dalam pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nemer 45,tahun 1957 'sering menimbulkan perbedaan penafsi~an antara Peradilan.Agama dan Peradilan Um~, o1eh Keputusan Rapat Kerja Teknis Gabungan antara Mah­kamah Agung dengan Ketua Pengadilari Tinggi dari semua 1ing­kungan peradi1an ~i Yogyakarta pada tanggal 21 sampai de­ngan 23 Maret 1985 telah dap,at diakhiri. Keputusan Rapat Kerja tersebut te1ah menetapkan 'bahwa perkara ,waris dari mereka yang betagama Islam d1 wilayah Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 adalahmenjadi kewenangan Peradilan Aga­

rna.

3. Susunan dan Tempat Kedudukan, P,engadi1an

Susunan p'eradi1an Agama dalam rencangan undang-~ndang

ini diatur sama denga~ P~radilan Umum. 'Lembaga Juru Sita yang'se1ama 1n1 tidak dimiliki o1eh Peradilan Agama, da1am rangka meningkatkan kemandirian Peradilan Agama sesuai de­ng'~n kehendak Undang-undang Nomor 14 tahun 1970, dalam ran­cangan unda~g-undang ini diatur. Dengan ,adanya j abatan ju­ru sita ini diharapkan Pe~~dilan Agama di 'masa yang akan ,datang akan menja~i. perad'ilan yang" penuh dan dapat melaksa­nakan keputusannya sendiri tanpa memerlukan fiat eksekusi

dari Peradilan Umum.

Page 11: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

10

Demikian Juga j aba t'an'··Wakil Ke'tu8 seb.agai."_~nsur pimp in­an, yang dalam ketiga peraturan perunda1?-g-t.1I.1.dat1gan. yang menga­tur Peradilart Agama selama ini tidak diatur"t dalam rartcang­an undang"~undang ini melalui pasal 10 ay~t (1) dan (2) dite­gaskan kedudukannya '.

Tempat kedudykan Pengadilan Agama menur~t pasal 4 ayat (1) rancangan undang-undang ini a,da1ah di kotamadya atau di ibukota kabupa.ten yang wilayah huktunny:a me1iptiti 'k6tamadya atau kabupaten yang bersangkutan. Namun tidak dikesampingkan kemungkinan adanya lebih dari satu Pengadilan Agama dalam aa­tu kabupaten yang daerahnya sangat luas sebagaimana dijelas­kan dalam penjelasan pasal 4 ayat (1) tersebut. Sebagai con­toh adalah beberapa kabupaten di Sumatera, Kalimantan dan Ma­luku. Demikian pula di Jawa seperti Kabupaten Gresik yang m~mpunyai dua Pen8adilan Agama yaitu Pengadilan Agama Gresik dan Pengadilan Agama Bawean.

SementarB: it1:l dalam pasal 4 ayat (2) rancangan undang­undang ini ditentukan bahwa ~~ngadilan Tinggi Agama berke­dudukan di ibukota propinsi dan daerah hukumnya meliputi wi­

layah propinsi yang bersangkutan. Sekarang ini telah berdiri 18Pengadi~an Tinggi Agama, yaitu : Banda Aceh, Me dan , Pa­dang, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,. Su­rabaya, Pontianak, 'Banjarmasin, Palangkaraya" Samarinda" Ujung Pandang, Manado, Ambon, Mataram,' dan Jayapura. Peng~dilan Tinggi Agama Yogyakarta sek~rang i~i sedang dipro­ses persetujuan pembentukannya ~.leh Menpan sedang P~ngadilan

Tinggi Agama Bandar Lampung dan Jambi,telah diset~jui oleh p~hak Mahkamah Agung dan sudahdipersiapkan us~l persetujuan pembentukannya ke pihak Menpan. Apabila rancangan undang-undang ini telah disahkan maka Pe­ngadilan Tinggi.A.gama yanglainnya seyogyanya dibe'htuk de­'ngan undang-undang 'seauai dengan ketentuan pasal 8 rancangan

undang-undang ini.

Page 12: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

, 1

4. Kedudukan Hakim

Dalam rancangan undang-undang ini dipertegas bahwa ha­kim dalam lingkungan Peradilan Agama a'dalah 'pegawai negeri. Hal ini sesuai dengan Undang~undang Nomor 8, tahun '1914 ten­

tang Pokok-pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa hakim pa­

da Pengadilan Aga~a dan Pengadilan ~inggi Agama adalah pega­wai negeri dan bahwa hanya Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung adalah pejabat negara.

Dalam kedudukan sebagai pegawai negeri seorang hakim adalah abdi negara dan abdi masyarakat, sedangkan dalam ke­

dudukannya sebagai penegak hukum dan keadilan ia adalah abdi hukum dan pemutus'keadilan sesuai dengan hukum dan rasa ke­adilan masyarakat.

Pasal 27 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 menegaskan bahwa ha.kim sebagai penegak hukum dan keadi1an wajib mengga-. li, mengikuti dan memahami ni1ai-nilai hukum'yang hidup da-lam masyarakat.

Karena di samping kedudukanrtya sebagai pegawai negeri juga melaksanakan fungsirya ~ebagai hakim, maka pengangkatan dan pemberhentian hakim dalam lingkungan Peradilan Agama di­lakukan oleh Presiden selaku Kepal~ Negara sebagaimana diten­tukan da1am pasal 15 ayat (1) 'RUU ini. Namun demikian keten­tuan ini tidaklah,dimaksudkan untuk menjadikan hakim pada Pe­ngadilan Agama dan Pengadi1an Tinggi Agama sebagai pejabat negara dan ketentuan ini, lebih bertuj~~n.untuk menjaga tabat danwibawa hakim itu sendiri.

5. Hukum Acara

mar-.,

Sebagaim~na telah dikemukakan di atas bahwa me1alui pa­sal 54, RUU ini menyatakan 'ber1.akunya acara perdata' pada pe­,ngadi1an dalam 1iIl:gkungan Peradilan Umtun pads pengadilan ds­lam lingkungan Peradilah Agama, kecuali ,meng.enai hal-hal yang diatur secara. khusus dalam, RUU ini~

Page 13: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

_---------------------------------T- ~-

( ...

12 -'" '

Pemerintah berpen~apat bahwa acara yang berlaku pada Peradilan Agama selama ini pada prinsipnya tidak berbeda de­ngan acara perdata yang berlaku pada Peradilan Umum. Bahkan mulai tahun 1962 oleh pemerintah telah d:Lpel;."intahkan . kepada

f!~;~jJha~im di Pengadilan Aga~ untuk mempedomani HIR dan RBg :me'9'.S~~a1. hal-11-a1 yang belum dJ.atur dalam peraturan perundang

.,.;iff+<:i\in,~~nJ~Jin tentaJ;lg Peradilan Agama maupun dalam kitab-kitab : ~'; ~'.~' ,\ " .

;'Figh iy:~ng menjAdi pedoman Peradila.n Agama. , , ~,' -.')

",.\.'\") ,

\A:dapun hal':-hal yang perlu diatur secara khusus dalam RUU'1.hi'·· adalah masalah yang tidak dikenal atau 'berbeda p~ng­aturannya dengan acara yang berlaku pads Peradilan Umum, ya­itu :

a. Pemeriksaan s~ngketa perkawinan yang mengatur tentang ce-.. ,.-(

rai talak dan cerai gugat;;s;~i."'· , ,- '\

'Proses perceraian dengan 'bitl!~(diatur secara khusus dalam --1(\;';\

RUU ini J selain karena ,'. ,1,~emb'~8~ill>~rceraian 'tersebut tidak dikenal di Pera'dilan Ym~~~ :ruga dimaksudkan untuk lebih

J~\j, menyemp~rnak~n acara\perceraian g.~ngan talak yang diatur

. , c b ' ,

dalam PP Nomor 9 . tahun ~,~~~~;~>~~~' dirasakanbelum membe-ikan kes~patan kep.ada pl1tal):o iateri yang aksn dicerai un-, ..., ... " ' .... Y.j .,,' •

,~, -tuk membela hakpya melalui forum P~F'adilan Agama. , .. I~:!.. .. ~ ..

Demikian pula ha~~ya pengaturan wewenang'relatif dalam PP Nomor 9tahun 19.7.5 baik dalam· hal cerai talak rnaupun' ce­rai gugat,kurang mencerminkan adanya perlindungan terha­dap pihak isteri sebagaikaUm'yang lemah. PP Nomor 9 ta­hun 1975 meneptukan bahwa suamiyang akan menjatuhkan ta­lak terhadap is'terinya permohonannya di.ajukanke PengFldil ... '~~;jAgama yang mewilayahi tempat tingg~l pemohon/ suami (pa­sa,l<i14) • sementara gugatan perce~aian oleh isteri diajukan ke Pengadilan Agama yang mewilayahi,tempat tinggal tergu­gat/suami (pasal 20). Dalam RUU ini ketentuan tersebut di balik, yaitu permohona~ membuka .sidang penyaksian ikrar talak oleh suam-i diajukan ke Pengadilan Agama,yang mewi-layahi tempat tinggal termohon/isteri, sedang' gugatan

Page 14: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

13

perceraian 'diajukan oleh isteri kePengadilan Agama yang

roe\vilayahi tempat tinggal penggugat/isteri, kecuali apa­

bila si isteri telah meninggalkan tempat kediaman be:rsa­ma tanpa izin suami baik dalam hal cerai, talak', maupun ce­

rai gugat (pasal 66 ayat (2) dan pasal 73 ayat (1) RUU).

Selain itu untyk menjarilin terlaksananya ketentuan seba­

gaimana diatur dalam pasal 39 .ayat (1) Undang-undangNo­

mor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perceraian ha­

nya dapat dilakukan di depan sidang pengadil.an, maka we­

wenang untuk memberikan bukti p'erceraian dalam RUU ini

diberikan kepada Pengadilan Agama, tidak lagi kepada KUA

Kecamatan sebagaimana diatlJT dalam PP Nomor 9 tahun 1975.

b. Li'an

Salah satu alasan perceraian yang diat:ur dalam pasal 39

ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dan pasal 19' PP

Nomor 9 tahun 1975 adalah salah satu pihak suami/isteri berbuat zina .. Dalam praktek di Pengadilan Agama perce­

raian dengan alasan ini tidak,pernah terjadi karena be­

Ium diatur acaranya, sementara dalam hukuro Islam yang

bersumber dari AI-Qur'an sendiri sudah diatur yaitu da­lam, bentuk li'an yang mengakibatkan terjadinya percerai­

an yang tidak memungkinkan mereka menikah kembali.

Selain itu Ii'an juga berfungsi untuk menyangkal kesahan

anak yang dikandung oleh-, isteri oleh suaminya.

c. Biaya Perkara

Untuk ketertiban dan keseragaman pe~entuan besarnya biaya

perkara pada Peradilan Agama, RtTU ini memberikan kewenang­

an pengaturannya kepada Menteri Agama.

Sementara itu sebagai pedoman das'ar bagi Peradilan Aga­

rna, ketentuan tentang prinsip-prinsip beracara,yang diatur

da1am Undang-undang Nomor 14- tabun 1970 juga di(:antumkan da­

lam RUU ini.

J

Page 15: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

, .. ~. ,~, .. ~ ~. I.;: .....

.14

6. Administrasi Per;~dil~n:Agama

Mengingat~uasnya lingkup tugas< danberatriya beban;'peker­jaan yang harus d~laksanakan oleh pengadilan, 1flaka dalam r~ng­ka efisiens'i dan tertib administrasi pada Peradilan Agama di­

adakan pemisahan antara administrasi perkara dan admini5tra-5i umUPl.

Hal ini sangat penting, karepa bukan saj~ menyangkut, as­pek ketertiban, dalam penyelenggaraan administrasi baik di bi­dang perkara maupun administrasi umum (kepegawaian, gaji, ke­pangkatan, pera~a~an kantor dan lain-lain), tapi juga akan mempengaruhi kelancaran tugas penyelenggaraan peradilan itu sendiri.' Administrasi perkara ditangani oleh Panitera beser­ta jajarannya yakni Wakil Panitera, Panitera Muda dan/atau Pa­nitera Pengganti.'Sedang administrasi umum ditangani oleh Sek­retaris beserta jajarannya yaitu Wakil Sekretaris dan Stafnya. Walaupun tugas-tugas tersebut dibedakan menurut jenis dan di-

- ,

pisahkan penanganannya, namun dalam rangka 'kordinasi dan- efi-siensi, pertanggungan jawab ,tetap dibebankan pada seorang pe­jabat yaitu Panitera yang merangkap sebagai Sekretaris.

Saudara Pimpinan dan ,para Anggota Dewan yang terhormat.

Demikianlah beberapa materi yang kam~ anggap penting da­ri rancangan undang-undang tentang Peradilan Agama ini; mudah mudahan dapat memb.erik,n gambar~ti.seca_ra garis besar mengenai is1 dari rancangan undang-undang tersebut~ Demikian juga me­ngenai usaha perubahan dan penyempurnaannya j ika dibandingk:an dengan ke,tiga P,~:r;~tul:~n peru,ndang-undangaJ;l yang mengatur Per­adilan Agama selama ini.

Dengan disetujui dan disahkannya rancangan undang-t;:g.dang tentang Peradila~Agama ini menJa41urtdang-undang, t!laka9~r­[email protected]_n P,eradilan Ag;ama " se·bagai ,,'akibatdari -politik('hukump·~~rintah Kolonial .dahulu l dan akan tercapai cita-cita. realisasi dan berhasflnya p41sa124 dan 25 Undang-

4 ., " •

Undang Dasar'194S' yangm.erupakan Bab Kekuasaan Kehakiman di

Page 16: KETERAN GAN PEMERINTAHberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191028...2019/10/28  · dang tentang Peradilan Tata Dsaha Negara telah disahkan'dan di undangkan menjndi Undang"u:lc.'!ng

Indonesia. Dan dengan itu sekaligus tercapailah pula gagasan wa­wasan nusantara di bidang hukum, khususnya bida.ng peradi18.n (ke­kuasaan kehakiman)·.

Harapan kita adalah bahwa dertgan disetujuinya, rancangan undang-undang tentang Peradilan'Agama di penghujung Pelita IV

ini menjadi undang~undang, maka aksn tercapaila~ salah'satu usa­ha kita untuk mewujutlkan eita-eita pembangunan nasional dlilam Repelita IV tni, yaitu untuk lebih memantapkan 'kedudukan dan peranan badan-badan peradilan termasuk Peradilan Agama, yang akan turut menciptakan kondisi yang lebih man tap .sehingga se­tiap anggota masyarakat dapat m~nikmati suasana serta iklim ke­tertiban dan kepastian hukum yang berintikan keadilan.

Upaya penegakan h~kum dan mewujudkan keadilan merupakan masalah yang sangat utama dalam rangka terwujudnya eita - eita kemf.n;deka~n, yaitu ma~yaraka't yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam perspekti£ itu.lah kita harus melihat lahirnya undang-'un­dang tentang Peradilan Agama ini.

Akhir kata.'atas nama Pemerintah'kami sampaikan penghar­gaan kepada Saudara Pimpinan dan para Anggota Dew~n yang ter­hormat atas perhatian dan kessJarannya untuk mengikuti kete­rangan Pemerintah ini.

Semoga Tuhan ~ang Mahs Esa ~ember~ahi kita semua .

. Wassala~u' alaikum wr. wb.

Januari 1989

,