ketepatan kode diagnosis kasus persalinan triwulan 1 …repository.unjaya.ac.id/2973/2/naskah...
TRANSCRIPT
KETEPATAN KODE DIAGNOSIS KASUS PERSALINAN TRIWULAN 1 PADA
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK SADEWA
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Kesehatan
Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Jenderal Achmad YaniYogyakarta
DISUSUN OLEH :
SELY NOPITA SARI
1315016
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2018
KETEPATAN KODE DIAGNOSIS KASUS PERSALINAN TRIWULAN 1 PADA
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK SADEWA
YOGYAKARTA
Oleh
Sely Nopita Sari¹ ,Dr.Praptana.,MPH ²
INTISARI
Latar Belakang: Penulisan kode ICD-10 yang tepat berguna untuk memberikan riwayat catatan
kepada pasien,membandingkan data mortalitas dan morbiditas, mengetahui macam macam 10
besar penyakit karena itu petugas coding harus memiliki kemampuan dan keterampilan tentang
cara pengodean diagnosis sesuai dengan standar prosedur yang berlaku Karena kode yang tepat
dapat menentukan besarnya klaim administrasi di Rumah Sakit
Tujuan Penelitian: Mengetahui ketepatan kode diagnosis kasus persalinan triwulan 1 tahun
2018 dan faktor penyebab ketidaklengkapan pengkodean di Rumah sakit Khusus Ibu dan Anak
Sadewa Yogyakarta
Metode Penelitian: Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah cross sectional. Sumber data yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer terdiri dari petugas coding rawat inap , koordinator rekam medis, dan kepala
rekam medis . Sedangkan sumber sekunder terdiri dari SOP coding dan 35 berkas rekam medis
kasus persalinan pasien rawat inap triwulan I. Metode pengambilan data : Wawancara, Studi
Dokumentasi dan Observasi.
Hasil Penelitian : Prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan belum mencapai
100% karena petugas belum mencantumkan kode outcome of delivery, petugas mengode SC
elektif dan SC dikode O82.1 . Faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 kasus persalinan
yaitu pengisian diagnosis belum terisi lengkap oleh dokter yang merawat pasien , dan belum
pernah dilakukan evaluasi atau audit coding.
Kesimpulan: Ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan masih kurang baik dan faktor
ketidaktepatan karena pengisian rekam medis terkait diagnosis kasus persalinan belum lengkap
oleh dokter yang merawat pasien dan belum dilaksanakan audit atau evaluasi dibagian coding.
Kata kunci: Persalinan , Kode-ICD 10 , Triwulan 1
¹Mahasiswa Diploma – III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
²Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
ACCURACY OF CODE DIAGNOSIS IN QUARTER 1ST DIAGNOSIS IN
YOGYAKARTA PRIVATE HOSPITALS IN MOTHER AND CHILDREN'S SPECIAL
HOSPITALS
Sely Nopita Sari¹, Dr.Praptana.,MPH²
ABSTRACT
Background: Writing the right ICD-10 code is useful for providing patient history, comparing
mortality and morbidity data, knowing the kinds of top 10 diseases because the coding officer
must have the ability and skills on how to code the diagnosis in accordance with applicable
procedure standards. the right code can determine the amount of administrative claims at the
Hospital
The Purpose Of The Research : To find out the accuracy of the diagnosis code for the first
quarter of 2018 labor cases and the factors causing incompleteness of coding in Sadewa Special
Mother and Child Hospital Yogyakarta
Research Methods: Descriptive with a qualitative approach. The research design used was cross
sectional. Data sources are primary sources and secondary sources. Primary sources include in-
patient coding officers, medical record coordinators, and head of medical records. The secondary
sources consisted of SOP coding and 35 medical records of births of inpatients in Q1.Methods of
data retrieval: Interview, Documentation and Observation Study.
Research Results: The accuracy percentage of ICD-10 code in labor cases has not reached
100% because the officers have not included the outcome of delivery code, officers have elective
SC coding and SC is coded O82.1. Factors that cause inaccuracy in the ICD-10 code of labor
cases is that the filling of the diagnosis has not been fully completed by doctors who treat
patients, and have never carried out an evaluation or coding audit.
Conclusion: The accuracy of the ICD-10 code in labor cases is still not good and the inaccuracy
factor because the filling of medical records related to the diagnosis of childbirth cases is not
complete by doctors who treat patients and have not carried out audits or evaluations in the
coding section.
Keywords: Labor, Code-ICD 10, Quarter 1
¹Students Diploma - III Medical Records and Health Information of the University of Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
²ÂLecturer of Scientific Writing of Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
PENDAHULUAN
Rekam medis merupakan kumpulan
fakta tentang kehidupan seseorang dan
riwayat penyakitnya, termasuk keadaan
sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau
yang ditulis oleh para praktisi kesehatan
dalam upaya mereka dalam memberikan
pelayanan kesehatan terhadap pasien
(Hatta,2013) . Kelengkapan pengisian rekam
medismerupakan hal yang penting, karena
didalam rekam medis mengandunginformasi
khususnya diagnosis. Pengelolaan rekam
medis membutuhkantenaga yang
profesional. Salah satu bagian pengelolaan
rekam medis adalahpengodean atau coding.
Coding adalah Pemberian penetapan
kode dengan menggakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dan angka yang
mewakili komponen dataa Hatta (2013),
Ketepatan kode menjadi tanggung jawab
petugas rekam medis. Menurut Permenkes
Nomor 55 Tahun 2013 tentang
penyelengaran pengodean dilakukan oleh
seseorang yang memang benar-benar
terampil dibidangnya,dan minimal memiliki
pendidikan akhir D-3 rekam medis.Dan
dalam melaukan pengodeannya dibantu
mengunakan alat buku ICD-10. Penulisan
kode ICD-10 yang tepat berguna untuk
memberikan riwayat catatan kepada
pasien,membandingkan data mortalitas dan
morbiditas,mengetahui macam macam 10
besar penyakit yang terjadi serta dapat
menentukan besarnya klaim administrasi di
Rumah Sakit tersebut.
Menurut WHO (2010) , coding kasus
persalinan terdiri dari kode kondisi ibu
(O00-O75), metode persalinan (O80-
084),dan Outcome of delivery Z37.-.,
Sedangkan untuk kode Z37.-. digunakan
sebagai kode tambahan untuk mengetahui
hasil persalinan. Sehingga ketepatan
pengodean sangat diperlukn Sebagai bahan
pembuatan pelaporan. Ketepatan data
diagnosis sangat krusial dibidang
manajemen data klinis, penagihan kembali
biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan
dengan asuhan dan pelayanan kesehatan
(Hatta,2013). Ketepatan dalam pengodean
akan menghasilkan data yang berkualitas.
Pengodean yang tepat membutuhkan rekam
medis yang lengkap dan jelas. Selain itu
hasil pengodean diperlukan dalam
pengolahan statistik yaitu pembuatan
laporan morbiditas, mortalitas, menentukan
10 besar penyakit, serta coding juga
digunakan untuk mengindeks penyakit. Oleh
karena itu petugas koding harus memiliki
kemampuan dan keterampilan tentang cara
pengodean diagnosis utama sesuai dengan
standar prosedur yag berlaku.Hal tersebut
2
dikarenakan pengodean memiliki peran
penting dalam management Rumah Sakit.
Kesalahan dalam pengkodean atau
kesalahan penginputan kode diagnosis
kedalam komputer akan menghasilkan data
yang tidak akurat ,dan berdampak pada
pembuatan laporan rumah sakit yang tidak
akurat serta merugikan rumah sakit secara
finansial yaitu pembayaran yang tidak sesuai
dengan tindakan dan pelayanan yang
diberikan. Rumah sakit khusus ibu dan anak
sadewa yogyakarta merupakan Rumah sakit
khusus ibu dan anak di daerah istimewa
yogyakarta yang diresmikan pada tanggal
21 februari 2010 . Rumah sakit Khusus Ibu
dan Anak Sadewa Yogyakarta mempunyai
jumlah kunjungan pasien pada triwulan 1
pada tahun 2018 sebanyak 430 pasien dan
populasi sebanyak 35 berkas rekam medis
pasien kasus persalinan . Berdasarkan studi
penelitian yang telah dilakukan di Rumah
sakit Khusus Ibu dan Anak Sadewa
Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 2017
terdapat permasalahan yang menarik untuk
diteliti yaitu untuk kode kasus persalinan
belum menggunakan kode Z37.- atau
outcome of delivery, sedangkan kode Z37.-
digunakan untuk mengidentifikasi hasil
persalinan dan mengidentifikasi angka
kematian bayi di rumah sakit, dan digunakan
sebagai pelaporan setiap triwulan dan juga
klaim asuransi. Petugas masih ragu untuk
menetapkan kode kondisi ibu yaitu O33 dan
O65 sedangkan kode tersebut digunakan
untuk elaporan morbiditas apabia kode kode
tersebut tidak tepat atau terbalik akan
mengakibatkan pelapran tidak akurat.
Menurut Hatta (2013), Rekam medis
merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat
penyakitnya, termasuk keadaan sakit,
pengobatan saat ini dan saat lampau yang
ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam
upaya mereka memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien.Rekam medis
memiliki arti yang luas, tidak hanya sekedar
pencatatan identitas pasien tetapi memiliki
pengertian sebagai suatu salah satu sistem
penyelenggaraan rekam medisMenurut Hatta
(2013), kegiatan pengodean adalah
pemberian penetapan kode dengan
menggunakanangka atau kombinasi huruf
dan angka yang mewakili komponen data.
Hasil pengodean diagnosis akan dapat
mempermudah pencatatan, pengumpulan,
dan pengambilan informasi yang sesuai
dengan diagnosis atau tindakan medis yang
diperlukan. Kualitas data terkode merupakan
hal penting bagi kalangan tenaga personel
manajemen informasi kesehatan, fasilitas
asuhan kesehatan, dan para profesional
manajemen informasi kesehatan (Hatta,
3
2013).Menurut Abdelhak, dkk (2001),
tujuan pengodean adalah sebagai berikut :
“coding is performed for a variety of
reason: to permit retrieval of information
according diagnosis or procedure , research
and quality assessment, reimbursement”
(pengodean dilakukan untuk berbagai
alaasan: memungkinkan pengambilan
kembali informasi mengenai diagnosis atau
prosedur/tindakan, penelitian dan penilaian
yang berkualitas, dan pembayaran kembali).
a. Beberapa standar yang harus dipenuhi oleh
seorang pengode (coder) profesional.
Menurut Hatta (2013), antara lain:
1) Akurat, komplet, dan konsisten untuk
menghasilkan data yang berkualitas
2) Pengode harus mengikuti sistem
klasifikasi yang sedang berlaku dengan
memilih pengodean diagnosis dan
tindakan yang tepat
3) Pengodean harus ditandai dengan
laporan kode yang jelas dan konsisten
pada dokumentasi dokter dalam rekam
medis pasien
4) Pengode profesional harus berkonsultasi
dengan dokter untuk klasifikasi dan
kelengkapan pengisian data diagnosis
dan tindakan
5) Pengode profesional tidak mengganti
kode pada bill pembayaran
6) Pengode profesional harus sebagai
anggota dari tim kesehatan, harus
membantu dan menyosialisasikan
kepada dokter dan tenaga kesehatan
lain
7) Pengode profesional harus
mengembangkan kebijakan pengodean
di institusinya
8) Pengode profesional harus secara rutin
meningkatkan kemampuannya di
bidang pengodean
9) Pengode profesional senantiasa
berusaha untuk memberi kode yang
paling sesuai untuk pembayaran.
b. Prosedur pengodean
Menurut WHO (2010), Prosedur
pengodean secara umum adalah sebagai
berikut :
1) Identifikasi tipe penyakit dengan
seksama,kemudian carilah dalam
buku volume 3 pada bagian yang
sesuai
2) Temukan Leadterm untuk penyakit
dan cedera,dan biasanya merupakan
kata benda dari kondisi patologis
3) Bacalah semua catatan yang
tercantum dibawah leadterm
4) Bacalah semua terminologi medis
yang ada didalam kurung belakang
“leadterm” (Modifier ini biasanya
tidak akan mengubah nomer kode
4
),dan juga terminologi medis yang
tercantum dibawah leadterm (yang
biasanya dapat mengubh nomer
kode) sampai seluruh kata dalam
pernyataan diagnosis tersebut telah
selesai di ikuti
5) Bacalah secara hati-hati cross
reference (see also) yang terdapat
dalam indexs
6) Rujukan dalam tabulasi untuk
keseuaian nomer kode yang dipilih
lihat juga apakah ada tambahan
karakter kode ketiga atau keempat
karakter
7) Lihat dari posisi karakter tambahan
yang tidak diindex jika digunakan
dapat dilihat pada volume satu.
8) Berpedomanlah pada “inclusion”
atau “exclusion” yang ada dibawah
chapter blok atau diawali dengan
kode
9) Tentukan kode yang sesuai.
c. Aturan pengodean diagnosis
Menurut Hatta (2013) ,pengodean sangat
bergantung pada diagnosis yang
ditetapkan oleh dokter yang merawat
pasien atau yang bertanggung jawab
menetapkan kondisi utama pasien.
Dalam pemberian kode harus
memggunakan huruf dan angka yang
mewakili komponen data dan spesifik
sesuai dengan yang ada pada ICD-10
d. International Statistical Classification of
Dissease and Related Health
Problem(ICD-10)
Pengertian ICD-10
Menurut Hatta (2013), International
Statistical Classification of Dissease
and Related Health Problem (ICD) dri
WHO Adalah Sistem klasifikasi
komperhensif dan diakui secara
internasional. Fungsi ICD adalah
sebagai sistem klasifikasi penyakit dan
msalah terkait kesehatan yang
digunakan untuk kepentingan informasi
statistik morbiditas dan mortalitas.Tata
Klasifikasi Menurut International
Statistical Classification of Dissease
and Related Health Problem (2010 ),
Kode untuk Kahamilan,persalinan dan
masa nifas terdapat pada Bab XV
dimana pada Bab tersebut menjelaskan
tentang kondisi ibu dan metode
persalinan dan masa nifas.
Kondisi ibu terdapat pada blok O00- O75
Yaitu
a) O00-O08 Kehamilan dengan
Abortus
b) O10-O16 Meliputi gangguan
edema,proteinurea dan hipertensi
5
masa kehamilan,persalinan dan
masa nifas.
c) O20-O29 Gangguan ibu lainnya
Premodinantly yang
berhubungan dengan
kehamilan,persalinan dan masa
nifas.
d) O30-O48 Perawatan ibu terkait
janin dan rongga amnio
e) O60-O75 Komplikasi
persalinan,dan masa nifas
1) Metode persalinan terdapat pada
blok O80-O84.Blok tersebut
digunakan untuk kepentingan
morbiditas primer hanya apabila
tidak ada kondisi lain Yng
terklasifikasi di Bab XV maka
digunakan Morbidity Coding
Rules volume 2
a) O80 persalinan tunggal spontan
b) O81 persalinan tunggal dengan
forceps dan vacuum extractor
c) O82 persalinan tunggal dengan
caesarean section
d) O83 persalinan tunggal lainnya
e) O84 persalinan ganda
2) Masa nifas terdapat pada blok O85-
092.Kategori O88.-,o91.,- dan O92
meliputi kondisi yang tercantum
bahkan jika terjadi selama masa
kehamilan dan persalinan blok
O94-099 menjelaskan kondisi lain
obstetri,dan O99 menjelaskan
penyakit lain pada komplikasi
kehamilan,persalinan dan nasa
nifas.
3) Outcome of Delivery Z37.-
Kategori ini dimaksudkan untuk
kode tambahan mengidentifikasi
hasil dari persalian yang terdapat
pada rekam medis ibu
4) Kekhususan kode pada kasus persalinan
a) O08 Merupakan kode yang
digunakan untuk
morbiditas.Kode ini tidak dapat
digunakan sebagai penyebab
utama,kecuali satu perawatan
episode hanya untuk pasien
komplikasi.Perlu diperhatikan
bahwa subkategori O08 yang
harus dirujuk untuk
mendapatkan subkategori
keempat antara (O03-
O07).O80-084 Merupakan
kode untuk persalianan normal
dengan tindakan.Kode ini
digunakan sebagai kode
tambahan untuk
menunjukannya.
b) Metode atau klasifikasi
prosedural yang digunakan.
6
Contoh Seorang iu melahirkan
dengan kegagalan trial of
labour sehingga dilakukan
Sectio Caessarean.Cara
pengodeannya yaitu : Kode
pada failed labour dengan
penyebab tidak diketahui maka
hasil nya adalah O66.4( failed
trial of labour
unspesified)Sebagai kondisi
utama pasien,dan sebagai
Delivery Unspesified O82.9
sebagai kode tambahan
c) O98-O99 Penyakit yang
diklasifikasikan muncul
ditempat lain dan sebagai
penyulit pada saat
kehamilan,persalinan dan masa
nifas.Subkategori ini sebagai
kondisi utama dalam memilih
kategori luar bab XV bila
kondisi tersebut merupakan
peenyulit kehamilan yang
berat.Kode yang berhubungsn
dengan Bab lain dapat sebagai
kode tambahan untuk
memungkinkan spesifikasi
kode tersebut
d) Umur kehamilan
Lama kehamilan dihitungan dari
hari pertama haid terakhir (280-
286 hari atau sekitar 40 Minggu)
.Ada 3 jenis pembagian umur
kehamilan yaitu :
(1) Preterm adalah usia
kehamilan kuran dari 37
minggu umur kehamilan
(2) Term adalah usia kehamilan
antara 40-42 minggu umur
kehamilan
(3) Post term adalah Usia
kehamilan lebih yaitu sekitar
42 minggu atau lebih.
Persalinan adalah Proses pengeluaran
hasil konsepsi (Janin dan uri) yang
telah cukup buan ataau dapat hidup
diluar kandungan melaui jalan
lahir,dengan bantuan atau tanpa
bantuan. Jenis Persalinan menurut
cara dibedakan menjadi :
1. Persalinan Normal (Spontan) adalah
Bayi lahir melalui vagina dengan
letak belakang kepala/ ubun-ubun
kecil tanpa memakai alat bantu serta
tidak melukai ibu atau bayi (
Kecuali Episiotomy) Sejak awal
hingga akhir hanya dengan tenaga
ibu serta melalui jalan lahir
2. Persalinan Buatan adalah Persalinan
yang berakhir dengan bantuan
tenaga dari luar dan diakhiri dengan
suatu tindakan. Misal dengan
7
Vakum ektraksi, Sectio Caesaria,
forcecps
3. Persalinan Anjuran adalah
persalinan yng bru dapat
berlangsung setelah permulaannya
dianjurkan denan suatu perbuatan
atau tindakan. Misal pemberian
suntikan piticin,dll
Menurut Hatta (2013), Ketepatan
data diagnosis sangat krusial di
bidang manajemen data klinis,
penagihan biaya, beserta hal-hal lain
yang berkaitan dengan asuhan dan
pelayanan kesehatan. Kode diagnosis
kasus persalinan dikatakan tepat
apabila kode diagnosis sesuai
klasifikasi pada bab XV .
Sehingga dari uraian diatas dapat
dikelompokkan dalam kriteria
ketepatan untuk dikode diagnosis
pada kasus persalinan adalah
a. Kode tepat ( Jumlah karakter dan
identitas karakter sesuai dengan
kaidah ICD-10)
b. Kode tidak tepat ( Jumlah
karakter dan identitas karakter
tidak sesuai dengan kaidah ICD-
10)
enelitian ini berdasarkan studi
penelitian dengan jumlah populasi 35
berkas pada triwulan IVariabel pada
penelitian ini adalah ketepatan pengkodean
kasus persalinan triwulan 1 tahun 2018
Pada penelitian ini sumber data primer
sebagai subjek penelitian meliputi petugas
coding rawat inap dan kepala instalasi
rekam medis. Pada penelitian ini sumer
sekunder diperoleh melalui SPO coding
dan populasi 35 berkas rekam medis pasien
kasus persalinan rawat inap triwulan 1
kasus persalinanmetode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi,
wawancara,cheklis observasi Instrumen
penelitian ini dapat berupa kuisioner,
formulir observasi, formulir-formulir yang
lain berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainyaMetode analisis dan pengolahan
data terdiri dari :Reduksi Data ,Penyajian
data, Conclusion drawing/ verivication
Urutan Analisis DataTranskip Hasil
Wawancara atau disuksi, Editing ,
Mengisi kode diagnosis sesuai ICD-10 ,
Mengecek ketepatan kode berdasarkan
ICD-10
8
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
Prosentase Ketepatan Kode ICD-10
Kasus Persalinan Triwulan I Pada Pasien
Rawat Inap Di RSKIA Sadewa
Yogyakarta . Berdasarkan hasil studi
dokumentasi ketepatan kode ICD-10
pada kasus persalian dikelompokan
kedalam beberapa kategori yaitu
kategori I Sampai VI dengan sampel 35
berkas rekam medis pasien rawat inap
kasus persalijnan
Gambar 4.1 jumlah ketepatan kode ICD-10
Kasus persalinan Triwulan I pasien rawat
inap RSKIA sadewa Yogyakarta
Berdasarkan gambar 1 prosentase tertinggi
pada kategori IV yaitu 39,6 % atau
dengan jumlah 50 . Kategori IV merupakan
kategori kode tepat 4 karakter . Berdasarkan
hasil studi dokumentasi pada berkas rekam
medis Kategori IV memiliki prosentase
tertinggi disebabkan ketepatan kode hanya
pada metode persalinan. Hasil analisis lebih
mendalam untuk kategori VI dapat dilihat
pada tabel 4.2 dan gambar 3 tentang
prosentase ketepatan kode karakter ke 4
pada kategori IV Tabel 4.2 Prosentase
Ketepatan Kode karakter ke 4 Pada
Kategori IV
Gambar.4. 3 Prosentase Ketepatan
Kode Kondisi Ibu Dan Janin Serta
Metode Persalinan Pada Kategori IV
Sedangkan prosentase terendah pada gambar
3 terdapat pada kategori I dan IV . Kategori
I dan IV merupakan kriteria kondisi kode
dengan tepat 1 karakter dan kode kondisi ibu
tepat tetapi mencatumkan kode yang tidak
perlu .
Gambar 4.3 Prosentase dan jumlah
kelengkapan diagnosis kasus persalinan
triwulan 1 di RSKIA Sadewa yogyakarta
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV V VI
jumlah
prosentase
kondisi tepat 1 karakter
9
Dari gambar diatas prosentase untuk
kelengkapan lengkap 3 komponen adalah
2,85%, lengkap 2 komponen 77,14 %,
hanya metode persalinan saja 11,42 5,71%
dan lenkap 1 kondisi 8,57 %
Menurut WHO(2010), Kode
outcome of delivery ini untuk
digunakan sebagai kode tambahan
untuk mengidentifikasi hasil
persalinan dari rekammedis
ibu.Berdasarkan Gambar 2 kriteria
IV memiliki prosentase tertinggi
karenakode kondisi ibu dan janin
tidak tepat sampai karakter ke 4 dan
metodepersalinan hanya tepat sampai
karakter ke 3Contoh diagnosis: Letak
lintang G3 P2 A1 hamil 40 minggu
dengan kode O32.1 , SC elektif
dengan kode O82.1 Kode
letaklintang seharusnya dikode
dengan O64.1 karena diketahui saat
akan persalinan dan dilakukan
tindakan, SC Elektif seharusnya
dengankode O82.0Berdasarkan hasil
studi dokumentasi analisis
ketidaktepatan kode yaitusebagai
berikut:
a. Petugas mengode disproporsi
kepala panggul (DKP) dengan
dilakukantindakan dengan kode
O33.9 sedangkan menurut
WHO(2010) , DKP dengan
dilakukan tindakan dikode
dengan O65.4 karena kondisi ibu
atau komplikasi yang diketahui
saat akan persalinan. Sedangkan
O33perawatan ibu
untukdisproporsi yang diketahui
atau diduga, sebagaialasan untuk
observasisebelum persalinan
dimulai. Seharusnya petugas
mengode diagnosis DKP dengan
O65.4
b. Petugas mengode letak lintang
dengan dilakukan tindakan
dengankode O32.1 sedangkan
menurut WHO(2010) , letak
lintang dengantindakan dikode
O64.1 karena kondisi ibu atau
komplikasi yang diketahui saat
akan persalinan. Sedangkan O32
perawatan ibu untuk
1 2,85%
27
77,14% 4 11,42% 3 8,57%
JUMLAH PROSENTASE
lengkap 3 komponen
lengkap 3 kondisi
hanya metode persalinan
lengkap 1 kondisi
10
malpresentasi janin yang
diketahui atau diduga sebagai
alasan untuk observasi sebelum
persalinan dimulai. Seharusnya
petugas mengode diagnosis letak
lintang dengan O64.1
c. Petugas mengode SC elektif atau
SC dengan kode O82.1.
sedangkanmenurut WHO(2010)
SC elektif dikode dengan O82.0
dan SC dikodedengan O82.9.
sedangkan O82.1 SC emergency.
Seharusnya petugasmengode
diagnosis SC elektif dengan
O82.0 dan SC dengan
O82.9Berdasarkan hasil
pengamatan dalam pengodean
kasus persalinan,petugas
menetapkan lead term kemudian
mencari diagnosis tersebutdengan
menggunakan ICD-10 dan
melihat buku bantu pengodean .
Petugas juga melihat lembar
lainseperti catatan dokter, lembar
resume. Setelah mendapatkan
kode terkadang petugas merujuk
pada volume 1.
Sedangkan
menurutWHO(2010), prosedur
pengodean yaitu memverivikasi
kesesuaian nomor kode yang dipilih
dengan melihat daftar tabular
(tabular list) dan memperhatikan
kode tiga karakter di index dengan
sedikit di posisi keempat berarti
bahwa ada karakter keempat yang
ditemukan dalam volume 1.Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan
di Di RSKIA Sadewa Yogyakarta
untuk pengodean untuk kasus
persalinan, petugas hanya mengode
diagnosis kondisi ibu dan janin serta
metode persalinan. Dan belum
mengode outcome of delivery.
Sedangkan menurut
WHO(2010), coding kasus
persalinan terdiri dari kondisi ibu dan
janin, metode persalinan dan
outcome of delivery. Ketepatan kode-
kode tersebut sangat penting karena
digunakan dalam pembuatan laporan
morbiditas dan mortalitas. Selain itu
kode outcome of delivery juga
digunakan untuk mengetahui angka
kelahiran dan kematian bayi di
rumah sakit.
1. Faktor penyebab ketidaktepatan kode
ICD-10 pada kasus persalinan pasien
rawat inap pada triwulan I Di RSKIA
Sadewa Yogyakarta
11
a. Dokter
Menurut Hatta(2013),
Penetapan diagnosis seseorang
pasien merupakan kewajiban, hak
dan tanggung jawab dokter (tenaga
medis)yang terkait tidak boleh
diubah oleh karenanya diagnosis
yang adadalam rekam medis diisi
dengan lengkap dan jelas sesuai
arahan yang ada pada buku ICD-
10.Menurut Hatta(2013) ,
Pengodean yang akurat diperlukan
rekam medis pasien yang lengkap.
Rekam medis harus memuat
dokumen yang akan dikode,
seperti RMK, lembar operasi, dan
resume pasien keluar.Berdasarkan
hasil pengamatan Di RSKIA
Sadewa Yogyakarta masih
ditemukan rekam medis yang
belum terisi lengkap seperti
diagnosispada lembar ringkasan
masuk keluar dan
ketidaklengkapan padalembar
persalinan. Faktor
ketidaklengkapan disebabkan
beban kerjadari bangsal banyak,
kebutuhan kerja, tidak semua
dokter selalu ada Di RSKIA
Sadewa Yogyakarta
b. Belum dilaksanakan evaluasi atau
audit coding
Menurut Hatta(2013), audit
pengodean diagnosis adalah
proses pemeriksaan
pendokumentasian rekam medis
untuk memastikan bahwa proses
pengodean dan hasil pengodean
diagnosis yangdihasilkan adalah
akurat, presisi dan tepat waktu
sesuai dengan aturan,ketentuan,
kebijakan dan perundang-
undangan yang berlaku.Di RSKIA
Sadewa Yogyakarta hasil
pengodean dari petugas coding
belum pernah dilaksanakan
evaluasi atau audit coding baik
dari dalam maupun dari luar
rumah sakit.
12
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ketepatan kode ICD-10 pada kasus
persalinan pasien rawat inap pada
triwulan I di RSKIA Sadewa
Yogyakarta masih kurang tepat dan
lengkap , karena dari ketiga kriteria kode
yang harus ada pada kode persalinan
belum satupun tepat dan lengkap karena
harus 4 karakter dan prosentase
ketepatan pengodean 39,64% sebagian
hanya mengkode kondisi ibu dan janin
serta metode persalinannya saja,
sedangkan untuk jumlah kelengkapan
pengisisan diagnosis kasus persalinan
dari 35 jumlah sampel kondisi ibu dan
janin sebanyak 20 ,metode persalinan 13,
dan outcome of delivery 2 dan
kebanyakan hanya sesuai dengan buku
bantu dalam melaksanakan pengodean
2. Faktor penyebab ketidaktepatan kode
ICD-10 pada kasus persalinan pasien
rawat inap pada triwulan I di RSKIA
Sadewa Yogyakarta yaitu pengisian
rekam medis terkait diagnosis kasus
persalinan oleh dokter masih belum
lengkap dan petugas tidak melakukan
konfirmasi kepada dokter yang
bersangkutan serta petugas tidak
menelusur isi berkas rekam medis
sehingga untuk outcome of delivery tidak
dikode dan belum pernah dilaksanakan
evaluasi atau audit dibagian coding.
B. Saran
1. Sebaiknya petugas coding mengikuti
prosedur dalam melaksanakan
pengodean khususnya mencek ulang
hasil kode yang sudah ditemukan pada
ICD-10 Volume 1 atau untuk
memastikan ketepatan kodenya dan lebih
meningkatkan keterampilannya sebagai
petugas coding
2. Sebaiknya petugas mengkonfirmasi
kepada dokter apabila terdapat rekam
medis yang belum lengkap khususnya
diagnosis yang terkait persalinan dan
menelusur isi rekam medis serta
dilakukan program evaluasi untuk
ketepatan coding
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhak, M., Grostik, S.,
Hanker, M. A., & Jacob, E.
(2001). Health Information:
Management of A Strategic
Resource Second Edition.
Philadelphia: W.B. Sounder
Company.
Azwar, S. (2011). Metode penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chandra,Sri dkk.(2014).Hubungan
Kelengkapan Pengisian
Resume dan
Keakuratan Kode Diagnosis
Kasus Obstetri Di RSUD Dr
Moewardi Surakarta.Jurnal
Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia.Vol 2,
46.
Dorland, W. A. (2011). Dorland's
Pocket Medical Dictionary.
In A. A. Mahode, Kamus
Saku Kedokteran Dorland
edisi 28 (p. 309). Jakarta:
EGC.
Hatta, G.R. (2013). Pedoman
Manajemen Kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan.
Jakarta: Penerbit universtas
Indonesia.
Notoatmodjo, S.( 2010). Metodologi
penelitian kesehatan edisi
revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Permenkes RI No 55 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan
Perekam Medis [Internet].
Tersedia dalam
www.hukor.depkes.go.id
[Diakses 07 Juni 2018].
Permenkes RI no.
269/MENKES/PER/III/2008
Tentang Rekam Medis
[Internet]. Tersedia dalam
www.depkes.go.id [Diakses
07 Juni 2018].
Rustiyanto.2009.Etika Profesi
Perekam Medis & Informasi
Kesehatan.Yogyakarta:Graha
Ilmu
Sugiyono, 2011. Metode penelitian
kuantitatif,kualitatif dan
R&D. Bandung : Afabeta
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
World Health Organization. 2010.
ICD-10 Vol 1, 2, 3Second
Edition Th 2010.
2