ketentuan zonasi wilayah pesisir kabupaten kota

Upload: kukuhkande

Post on 14-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RZWP Kab/Kota

TRANSCRIPT

  • 1

    Bab- I Pendahuluan

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    1

    1.1 Latar Belakang

    Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

    dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 5 menyatakan bahwa pengelolaan wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,

    pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam

    memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses

    alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

    Masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Hasil dari perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

    terdiri atas Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan

    Rencana Aksi. Pasal 7 ayat 3 undang-undang tersebut mengamanatkan

    bahwa pemerintah daerah wajib menyusun semua rencana sebagaimana

    dimaksud sesuai dengan kewenangan masing-masing.

    Rencana yang memuat arahan pemanfaatan sumberdaya di Wilayah Pesisir

    dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi adalah RZWP-3-K Provinsi. Rencana zonasi

    tersebut menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Wilayah

    Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditetapkan dengan Peraturan

    Daerah. Sedangkan untuk norma, standar, dan pedomannya diatur dengan

    Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.

    16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

    Pulau Kecil.

    Dalam rangka penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota serta mengacu pada

    kebijakan tersebut di atas, maka perlu disusun pedoman penyusunan RZWP-

    3-K Kab/Kota. Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait, baik

    kalangan pemerintah, swasta maupun masyarakat pada umumnya dalam

    rangka menyusunan RZWP-3-K Kab/Kota.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi

    dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun RZWP-3-K Provinsi.

    Tujuan penyusunan pedoman ini adalah untuk mewujudkan RZWP-3-K

    Provinsi sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 27 / 2007

    tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta Permen

    Nomor PER 16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah

    Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    2

    1.3 Landasan Kebijakan

    Landasan kebijakan dalam rangka penyusunan pedoman ini adalah Undang-

    Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil dan Pasal 28 ayat (2) Peraturan Menteri Kelautan dan

    Perikanan Republik Indonesia Nomor PER. 16/MEN/2008 tentang

    Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

    Sedangkan Acuan Normatif kebijakan dalam penyusunan pedoman ini,

    antara lain :

    1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

    2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

    3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional;

    4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana

    telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

    2008;

    6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

    7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah

    Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

    8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

    Penataan Ruang;

    11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/ MEN/2008

    tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil; dan

    12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/ 2008

    tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

    1.4 Ruang Lingkup

    Ketentuan penyusunan RZWP-3-K ini memuat ketentuan teknis muatan

    RZWP-3-K Kab/Kota serta proses penyusunannya. Ketentuan penyusunan

    RZWP-3-K berisikan pendahuluan yang didalamnya berisi latar belakang,

    maksud dan tujuan, definisi dan istilah, landasan kebijakan, ruang lingkup

    pedoman, kedudukan RZWP-3-K serta fungsi dan manfaat .

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    3

    Pada bagian ketentuan umum dan muatan RZWP-3-K dijelaskan mengenai

    batasan rencana zonasi yang dikaitkan dengan kedudukan rencana zonasi

    pada payung hukum pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta

    tatanan hirarki rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Setelah ketentuan umum, dijelaskan mengenai tahapan dan proses

    penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota yang berisi penjelasan tentang langkah-

    langkah umum dalam penyusunan rencana zonasi yang menjabarkan lebih

    teknis mengenai tata laksana pada setiap tahapan kegiatan penyusunan

    rencana zonasi di wilayah kab/kota.

    1.5 Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Kab/Kota

    1.5.1 Fungsi RZWP-3-K Kab/Kota

    Fungsi RZWP-3-K Kab/Kota

    a. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    b. Acuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota;

    c. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah pesisir

    dan pulau-pulau kecil kab/kota;

    d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota;

    yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;

    e. Pedoman untuk penyusunan rencana zonasi rinci di wilayah pesisir dan pulau-

    pulau kecil kab/kota;

    f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan wilayah pesisir dan

    pulau-pulau kecil kab/kota;

    g. Acuan dalam administrasi pemanfaatan WP3K

    1.5.2 Manfaat

    Manfaat RZWP-3-K Kab/Kota adalah untuk :

    a. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya WP3K;

    b. Menjamin harmonisasi antara kepentingan pembangunan ekonomi dengan

    pelestarian Sumber daya pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

    c. Mewujudkan keterpaduan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau

    kecil dengan wilayah daratannya;

    d. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kab/kota dengan wilayah

    sekitarnya;

  • 4

    Bab- II

    Definisi & Istilah

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    4

    2.1 Definisi dan Istilah

    1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu

    proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian

    Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara

    Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut,

    serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    2. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang

    melibatkan berbagai unsur kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

    dan pengalokasian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada

    dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan

    wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu.

    3. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut

    yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

    4. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan

    2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.

    5. Pulau-pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang

    membentuk kesatuan ekosistem dengan perairan disekitarnya

    6. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya

    hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa

    lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang

    lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati meliputi

    pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi

    infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-

    jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat

    instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta

    energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir.

    7. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi

    perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan

    yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan

    dangkal, rawa payau, dan laguna.

    8. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah

    rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk Kawasan

    perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran dan

    strategi yang luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat

    untuk memantau rencana tingkat nasional.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    5

    9. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah

    rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap

    satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang

    pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan

    dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan

    setelah memperoleh izin.

    10. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah

    rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan

    tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan

    di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan

    penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang

    ditetapkan.

    11. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    adalah tindak lanjut rencana pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

    Pulau Kecil yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan jadwal untuk

    satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk

    melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya

    guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau

    kecil di setiap kawasan perencanaan.

    12. Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail dalam 1 (satu) Zona dan

    atau satu unit perencanaan berdasarkan arahan pengelolaan di dalam

    rencana zonasi yang dapat disusun oleh Pemerintah Daerah dengan

    memperhatikan daya dukung lingkungan dan teknologi yang dapat

    diterapkan serta ketersediaan sarana yang pada gilirannya menunjukkan

    jenis dan jumlah surat izin yang dapat diterbitkan oleh Pemerintah

    Daerah.

    13. Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang

    memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik

    fisik, biologi, sosial, dan ekonomi.

    14. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara

    berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

    15. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui

    penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya

    dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai

    satu kesatuan dalam Ekosistem pesisir.

    16. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    adalah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    yang bersifat umum, berisi arahan tentang alokasi ruang dalam Rencana

    Kawasan Pemanfaatan Umum, rencana Kawasan Konservasi, rencana

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    6

    Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan rencana alur; keterkaitan

    antarekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam suatu Bioekoregion.

    17. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang

    udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

    tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

    memelihara kelangsungan hidupnya.

    18. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

    jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung

    kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki

    hubungan fungsional.

    19. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah.

    20. Penataan ruang WP-3-K adalah suatu sistem proses perencanaan

    zonasi, pemanfaatan ruang/zona, dan pengendalian pemanfaatan

    ruang/zona WP3K.

    21. RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek

    administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.

    22. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah Pesisir yang

    ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan.

    23. Kawasan Konservasi adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

    dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan

    Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan.

    24. Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah Kawasan yang terkait

    dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau

    situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi

    kepentingan nasional.

    25. Alur laut adalah merupakan perairan yang dimanfaatkan, antara lain,

    untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut.

    26. Kawasan Strategis Kab/Kota adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-

    pulau kecil kab/kota yang penataan ruang WP3K-nya diprioritaskan,

    karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kab/kota

    terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan.

    27. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan,

    organisme dan non organisme lain serta proses yang

    menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan

    produktivitas.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    7

    28. Bioekoregion adalah bentang alam yang berada di dalam satu hamparan

    kesatuan ekologis yang ditetapkan oleh batas-batas alam, seperti daerah

    aliran sungai, teluk, dan arus.

    29. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya

    proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100

    (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

    30. Daya Dukung Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah

    kemampuan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk mendukung

    perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

    31. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

    secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau

    buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan

    kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil..

    32. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

    Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

    Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    33. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan

    perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    34. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan

    perikanan.

    35. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang bertanggung jawab di

    bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.

  • 4

    Bab- III Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K Kab/Kota

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    8

    3.1 Batasan Wilayah Perencanaan 3.1.1. Batasan RZWP-3-K

    Wilayah perencanaan RZWP-3-K Provinsi ke arah daratan mencakup wilayah

    administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh sepertiga mil laut

    provinsi diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan

    kepulauan.

    Gambar 3.1a Ilustrasi Tiga Dimensi Batasan RZWP-3-K

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    9

    Gambar 2.1b Ilustrasi Dua Dimensi Batasan RZWP-3-K

    3.1.2 Ketentuan tentang Kawasan, Zona dan Sub Zona

    Ketentuan mengenai alokasi ruang dalam RZWP-3-K diatur sesuai dengan

    hirarkinya sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 2.1

    Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan, Zona dan Sub Zona

    Hirarki Rencana Ketentuan Alokasi Ruang Keterangan

    RZWN 1. Kawasan Konservasi 2. Kawasan Pemanfaatan Umum 3. KSNT 4. Alur Laut nasional

    Alur laut nasional adalah alur

    pelayaran dan jaringan

    infrastruktur

    Disertai dengan arahan kawasan

    RZWP-3-KProvinsi 1. Kawasan Pemanfaatan Umum 2. Kawasan Konservasi 3. KSNT 4. Kws Strategis Prov 5. Alur Laut

    disertai dengan arahan zona pada setiap kawasan

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    10

    RZR Provinsi 1. Zona dan/atau Sub-zona pada Kawasan Pemanfaatan Umum

    2. Kawasan Konservasi 3. KSNT 4. Alur Laut

    Lingkup pengaturannya berada pada wilayah perairan laut kewenangan Provinsi diatas 4 mil

    bila tingkat pengaturan hanya sampai dengan zona, disertai dengan arahan sub-zona pada setiap zona

    RZWP-3-K Kab/Kota 1. Kawasan Pemanfaatan Umum 2. Kawasan Konservasi 3. KSNT 4. Alur Laut

    bila tingkat pengaturan hanya sampai dengan zona, disertai dengan arahan sub-zona pada setiap zona

    RZR Kab/Kota 1. peruntukan pada sub-zona atau SWP

    2. Alur Laut

    Arahan untuk daya dukung, daya tampung dan pengendalian sub zona

    RZWP-3-K Kab/Kota difokuskan pada pengalokasian ruang kedalam empat

    kawasan, sebagai berikut :

    1. Kawasan Pemanfaatan Umum;

    2. Kawasan Konservasi;

    3. KSNT

    4. Alur Laut

    Dan bila tingkat pengaturannya hanya samapai dengan zona maka disertai dengan

    arahansub-zona pada setiap Zona.

    3.2 Muatan RZWP-3-K Kab/Kota

    RZWP-3-K Kab/Kota memuat pembahasan substansi mengenai : tujuan, kebijakan

    dan strategi penataan ruang WP3K, rencana struktur ruang wilayah pesisir

    kab/kota, rencana pola ruang wilayah pesisir kab/kota, penetapan kawasan

    strategis, arahan pemanfaatan ruang, rekomendasi terhadap RTRW Kab/Kota,

    ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

    3.2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang WP-3-K Kab/Kota

    Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang WP-3-K Kab/Kota merupakan

    terjemahan dari visi dan misi pengembangan WP-3-K Kab/Kota dalam pelaksanaan

    pembangunan untuk mencapai kondisi ideal zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau

    kecil kab/kota yang diharapkan.

    a. Tujuan penataan ruang WP-3-K Kab/Kota adalah memberikan arahan perencanaan zonasi, pemanfaatan zona dan pengendalian pemanfaatan zona

    wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di kab/kota sehingga tercipta kesinambungan

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    11

    dan keberlanjutan pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dimasa

    yang akan datang. Tujuan penataan ruang WP-3-Kdapat digunakan sebagai dasar

    untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K, arahan

    indikasi program dan dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan zona.

    Dalam merumuskan tujuan penataan ruang WP-3-K Kab/Kota perlu

    memperhatikan RSWP3K. dalam hal RSWP-3-Kbelum tersedia, tujuan dirumuskan

    berdasarkan Visi, Misi, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan isu

    strategis pengelolaan WP3K.

    b. Kebijakan penataan ruang WP-3-K Kab/Kota merupakan landasan hukum

    yang menetapkan pengaturan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau

    kecil kab/kota sehingga tercipta tatanan peruntukan ruang wilayah pesisir dan

    pulau-pulau kecil yang teratur dan berkesinambungan. Kebijakan dimaksud dapat

    digunakan sebagai dasar untuk merumuskan arah pemanfaatan kawasan / zona

    pada tingkat lebih detail dan penetapan arah pengendalian pemanfaatan ruang

    pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota.

    c. Strategi penataan ruang WP-3-K Kab/Kota merupakan penjabaran masing-

    masing kebijakan penataan ruang WP-3-Kkedalam langkah-langkah operasional

    untuk mencapai tujuan penataan ruang WP-3-Kyang telah ditetapkan. Dalam

    merumuskan strategi penataan ruang WP-3-K Kab/Kota didasarkan pada

    Kebijakan penataan ruang WP3K, serta kapasitas sumberdaya WP-3-Kdalam

    melaksanakan kebijakan penataan ruangnya.

    3.2.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    Rencana struktur ruang terbentuk oleh adanya hubungan dan keterkaitan antar

    pusat-pusat kegiatan yang menjadi bagian dari sistem konstelasi regional.

    Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana

    jaringan sistem prasarana, berfungsi untuk memberikan layanan bagi kawasan di

    sekitarnya dan memberikan arahan pembangunan sistim jaringan prasarana bagi

    fungsi kegiatan yang ada maupun fungsi kegiatan yang menunjang keterkaitan

    pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Rencana struktur ruang WP-3-K merupakan pusat-pusat kegiatan yang berbasis

    pada pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan dan dihubungkan oleh

    sistem jaringan prasarana di WP-3-K terutama jaringan transportasi, energi dan

    komunikasi.

    Rencana struktur ruang WP-3-K ditetapkan berdasarkan pada rencana struktur

    ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kab/Kota definitif. Apabila berdasarkan

    hasil analisis diperlukan penambahan fitur terhadap rencana struktur ruang, baik

    pusat kegiatan ataupun jaringan prasarana, maka penambahan tersebut dijadikan

    rekomendasi pada saat dilakukan proses revisi ataupun review RTRW Kab/Kota

    oleh pemerintah daerah.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    12

    Pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan simpul kegiatan

    kelautan dan perikanan di WP3K. Pusat kegiatan ini diselaraskan dengan pusat

    kegiatan di RTRW kab/kota yang terdiri atas:

    1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kab/kota

    2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kab/kota

    3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kab/kota

    4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kab/kota

    5. Pusat Kegiatan Strategis Nasional Tertentu (PKSNT) yang berada di wilayah

    kab/kota

    6. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kab/kota yang wewenang penentuannya

    ada pada pemerintah daerah kab/kota, yaitu:

    a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang

    berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa

    desa/kelurahan dan

    b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang

    berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa

    Sedangkan sistem jaringan prasarana WP-3-K kab/kota, yang mencakup pula

    sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di WP-3-K kab/kota terdiri dari :

    a. sistem prasarana jaringan transportasi di WP-3-K Kab/Kota, yang meliputi

    sistem prasarana transportasi darat, udara dan air;

    b. sistem jaringan prasarana sumber daya air;

    c. sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan;

    d. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;

    e. sistem jaringan persampahan sanitasi dan drainase; dan

    f. sistem jaringan prasarana lainnya.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    13

    Gambar. 3.2

    Ilustrasi Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    3.2.3. Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/kota.

    Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota merupakan

    rencana distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di kab/kota

    yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi konservasi, fungsi kawasan

    strategis nasional tertentu, fungsi pemanfaatan umum dan fungsi alur laut . Dengan

    demikian rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota

    berfungsi :

    a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat

    dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam WP-3-K Kab/Kota;

    b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan terkait dengan kedaulatan

    negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia yang

    pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional

    c. Sebagai alokasi ruang untuk kepentingan perlindungan cadangan sumberdaya

    ikan.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    14

    d. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang darat laut dan di

    ruang pesisir itu sendiri;

    e. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang perairan laut pada wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota.

    Rencana pola ruang WP-3-Kdirumuskan berdasarkan :

    a. kebijakan dan strategi penataan ruang WP-3-K Kab/Kota;

    b. Kesuaian dan Keterkaitan antar kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau

    kecil;

    c. Daya dukung dan daya tampung wilayah pesisir dan pulau-pulau keci

    d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait.

    Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota dirumuskan

    dengan kriteria :

    a. Sesuai dengan Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam Rencana Zonasi

    Wilayah Nasional (RZWN) dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-

    Pulau Kecil Provinsi (RZWP-3-K Provinsi)

    b. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang

    berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota yang bersangkutan;

    c. Mengintegrasikan kebijakan pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW kab/kota

    yang bersangkutan;

    d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

    kab/kota yang berbatasan dengan kab/kota yang bersangkutan;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    15

    Gambar. 3.3 Ilustrasi Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    3.2.4. Penetapan Kawasan Strategis WP-3-K Kab/Kota

    Kawasan strategis WP-3-K kab/kota merupakan bagian wilayah pesisir dan pulau-

    pulau kecil kab/kota yang penataan ruang WP3K-nya diprioritaskan, karena

    mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kab/kota terhadap ekonomi,

    sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota

    lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota akan

    ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis WP-3-K

    Kab/Kota. Kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota diintegrasikan dengan kawasan

    strategis kab/kota yang telah ditetapkan dalam RTRW Kab/Kota.

    Kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota berfungsi:

    a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan

    keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam

    mendukung penataan ruang WP-3-K Kab/Kota;

    b. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan

    kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

    Kab/Kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah

    Kab/Kota bersangkutan;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    16

    c. untuk mewadahi penataan ruang WP-3-K pada kawasan yang tidak bisa

    terakomodasi didalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;

    d. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RZWP-3-K

    Kab/Kota; dan

    e. sebagai dasar penyusunan RZR Kab/Kota.

    Kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota ditetapkan berdasarkan :

    a. kebijakan dan strategi penataan ruang WP-3-K Kab/Kota;

    b. nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi

    penanganan kawasan;

    c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan

    terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan

    pada kawasan yang akan ditetapkan;

    d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah pesisir dan pulau-

    pulau kecil kab/kota; dan

    e. ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Sebaran kawasan strategis nasional, KSNT dan kawasan strategis provinsi yang

    berada dalam wilayah kab/kota serta kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota perlu

    digambarkan dalam peta kawasan strategis dengan skala peta minimal 1:50.000.

    Kawasan strategis WP-3-Kyang ada di kab/kota memiliki peluang sebagai kawasan

    strategis nasional, KSNT dan kawasan strategis provinsi.

    3.2.5. Arahan Pemanfaatan Ruang WP-3-K Kab/Kota

    Arahan pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota merupakan perwujudan RZWP-3-K

    yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)

    tahunan hingga akhir tahun perencanaan (20 tahun).

    Secara umum, arahan pemanfaatan ruang WP-3-Kharus secara sistematis mengkaji

    opsi-opsi pemanfaatan sumberdaya. Keputusan-keputusan penggunaan

    sumberdaya yang bersifat permanen (irreversible) harus dibatasi sedapat mungkin

    dan dipertimbangkan secara hati-hati.

    Arahan pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota berfungsi : 1. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman

    penataan/pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota;

    2. sebagai arahan dalam penyusunan program sektoral (besaran, lokasi, sumber

    pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);

    3. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima)

    tahun; dan

    4. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi

    Arahan pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota disusun berdasarkan:

    1. rencana struktur ruang dan pola ruang;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    17

    2. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;

    3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan

    4. prioritas pengembangan wilayah kab/kota dan pentahapan rencana

    pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD.

    Arahan pemanfaatan ruang wilayah kab/kota disusun dengan kriteria:

    1. mendukung perwujudan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan

    pengembangan kawasan strategis WP-3-K Kab/Kota;

    2. mendukung program utama penataan ruang WP-3-Kwilayah nasional dan

    provinsi;

    3. realistis, obyektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu

    perencanaan;

    4. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam

    jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan

    5. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu

    pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota.

    3.2.6 Indikasi Program Utama

    Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-

    pulau kecil kab/kota meliputi :

    a. Usulan program utama

    Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil Kab/Kota yang diindikasikan memiliki bobot

    kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang

    wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kab/Kota sesuai tujuan.

    b. Lokasi

    Lokasi adalah tempat yang dijabarkan dalam koordinat geografis serta

    dituangkan diatas peta, dimana usulan program utama akan dilaksanakan.

    c. Besaran

    Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan masing-masing usulan program

    utama pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan

    dilaksanakan.

    d. Sumber Pendanaan

    Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN, APBD kab/kota, APBD provinsi,

    swasta dan/atau masyarakat.

    e. Instansi Pelaksana

    Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah

    (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta

    masyarakat.

    f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

    Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua

    puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    18

    program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai dengan

    kebutuhan. Program utama 5 (lima) tahun dapat dirinci kedalam program utama

    tahunan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan

    jangka waktu 5 (lima) tahunan RPJP daerah Kab/Kota.

    Susunan indikasi program utama tersebut di atas merupakan susunan minimum

    yang harus diacu dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan ruang WP-3-K

    Kab/Kota. Tetapi pada masing-masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci sesuai

    kebutuhan pemanfaatan ruang atau pengembangan kawasan masing-masing

    WP-3-K Kab/Kota.

    3.2.7 Rekomendasi terhadap RTRW Kab/Kota

    Hasil arahan rencana zonasi dapat digunakan sebagai pertimbangan didalam

    penetapan struktur dan pola ruang yang terdapat didalam RTRW Kab/Kota. Arahan

    ini difokuskan pada penataan ruang di WP3K. Substansi yang direkomendasikan

    meliputi :

    1. Penetapan struktur ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri

    dari penentuan pusat-pusat kegiatan di WP-3-K serta sistim jaringan

    aksesibilitas di WP-3-Ktermasuk jaringan infrastruktur di WP3K;

    2. Penetapan pola ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri

    dari alokasi ruang di WP-3-Kuntuk kegiatan-kegiatan yang memiliki

    keterkaitan terhadap sumberdaya di WP3K. Penetapan pola ini meliputi

    wilayah perairan dan wilayah daratannya, sehingga tercipta keserasian dan

    kesinambungan pembangunan di WP3K.

    3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dapat menjadi

    muatan yang direkomendasikan kedalam penentuan kawasan strategis

    nasional/provinsi/kab/kota pada RTRW Kab/Kota.

    4. Penetapan Kawasan Strategis WP-3-K Kab/Kota dapat menjadi muatan yang

    direkomendasikan kedalam penentuan kawasan strategis kab/kota pada

    RTRW.

    5. Penetapan kawasan minapolitan merupakan pengembangan dalam kawasan

    agropolitan pada RTRW Kab/Kota. Penetapan kawasan minapolitan ini dapat

    digunakan sebagai rekomendasi didalam menentukan pusat kegiatan dalam

    rencana struktur ruang.

    3.2.8 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kab/kota adalah ketentuan

    yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang WP3K, meliputi

    pernyataan kawasan/ zona/sub zona, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian

    insentif dan disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan

    rencana tata ruang wilayah kab/kota.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota berfungsi:

    a. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;

    b. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    19

    c. menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan

    ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang;

    d. meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata

    ruang; dan

    e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota disusun

    berdasarkan:

    a. rencana struktur ruang dan pola ruang;

    b. masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki WP-3-K Kab/Kota;

    c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;

    dan

    d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota disusun

    dengan kriteria:

    a. terukur, realistis, dan dapat diterapkan; serta

    b. penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku kepentingan.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang WP-3-K Kab/Kota setidak-

    tidaknya memuat:

    a. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    kab/kota.

    1. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    kab/kota adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang

    mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan

    pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif;

    2. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    kab/kota berfungsi sebagai:

    a) landasan bagi penyusunan pernyataan pemanfaatan

    kawasan/zona/subzona pada tingkatan operasional pengendalian

    pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona kab/kota;

    b) dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan

    c) salah satu pertimbangan dalam pengawasan pemanfaatan ruang.

    3. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    disusun berdasarkan:

    a) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota;

    b) karakteristik wilayah;

    c) arahan umum desain kawasan perkotaan; dan

    d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

    4. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    yang ditetapkan dalam RZWP-3-K Kab/Kota berisikan:

    a) deskripsi atau definisi pola ruang (jenis zona) yang telah ditetapkan

    dalam rencana pola ruang WP-3-K Kab/Kota;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    20

    b) ketentuan umum dan ketentuan rencana umum (design plan), yang

    merupakan ketentuan kinerja dari setiap pola ruang yang meliputi:

    ketentuan kegiatan yang diperbolehkan, bersyarat, atau dilarang;

    ketentuan intensitas pemanfaatan ruang berupa tata bangunan,

    kepadatan bangunan, besaran kawasan terbangun, besaran ruang

    terbuka hijau; dan prasarana minimum yang perlu diatur terkait

    pengendalian pemanfaatan ruang;

    c) ketentuan pemanfaatan ruang pada zona-zona yang dilewati oleh

    sistem jaringan prasarana dan sarana WP-3-K Kab/Kotamengikuti

    ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan

    d) ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan

    pembangunan kab/kota untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,

    seperti pada kawasan konservasi, kawasan rawan bencana,

    b. ketentuan perizinan

    1. ketentuan perizinan adalah ketentuan yang diberikan untuk kegiatan

    pemanfaatan ruang;

    2. izin pemanfaatan di WP-3-Kdiberikan berdasarkan HP3 (Hak

    Pengusahaan Perairan Pesisir)

    3. ketentuan perizinan berfungsi sebagai:

    a) alat pengendali dalam penggunaan lahan untuk mencapai

    kesesuaian pemanfaatan ruang; dan

    b) rujukan dalam membangun.

    4. ketentuan perizinan disusun berdasarkan:

    a) ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    yang sudah ditetapkan; dan

    b) ketentuan teknis berdasarkanperaturan perundang-undangan sektor

    terkait lainnya.

    5. jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang WP-3-Kantara

    lain meliputi:

    a) izin prinsip;

    b) izin lokasi;

    c) izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    6. mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang WP-3-K yang menjadi

    wewenang pemerintah kab/kota mencakup pengaturan keterlibatan

    masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam setiap

    perizinan yang diterbitkan;

    7. ketentuan teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang

    maupun forum pengambilan keputusan atas izin yang akan

    dikeluarkan, yang akan menjadi dasar pengembangan standar

    operasional prosedur (SOP) perizinan; dan

    8. ketentuan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RZWP-3-K

    kab/kota belum memberikan ketentuan yang cukup tentang perizinan

    yang dimohonkan oleh masyarakat, individual maupun organisasi.

    c. ketentuan pemberian insentif

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    21

    1. ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang

    pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai

    dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam RZWP-3-K;

    2. ketentuan pemberian insentif berfungsi sebagai:

    a) perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang

    pada promoted area yang sejalan dengan RZWP-3-K; dan

    b) katalisator perwujudan pemanfaatan ruang;

    3. ketentuan pemberian insentif disusun berdasarkan:

    a) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang WP-3-K Kab/Kota

    dan/atau RZR kab/kota;

    b) ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/subzona

    kab/kota;

    c) kriteria pemberian akreditasi; dan

    d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

    4. ketentuan insentif dari pemerintah kab/kota kepada pemerintah desa di

    WP-3-K Kab/Kota dan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat

    diberikan dalam bentuk:

    a) pemberian kompensasi;

    b) subsidi silang;

    c) penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau

    d) publisitas atau promosi daerah;

    5. ketentuan insentif dari pemerintah kab/kota kepada masyarakat umum

    (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya), dapat

    diberikan dalam bentuk:

    a) pemberian kompensasi;

    b) pengurangan retribusi;

    c) imbalan;

    d) sewa ruang dan urun saham;

    e) penyediaan prasarana dan sarana;

    f) penghargaan; dan/atau

    g) kemudahan perizinan

    d. ketentuan pemberian disinsentif

    1. ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur

    tentang pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan

    ruang;

    2. ketentuan pemberian disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk

    mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang

    tidak sejalan dengan RZWP-3-K (atau pada non-promoted area);

    3. ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan:

    a) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang WP-3-K

    Kab/Kota/kota;

    b) ketentuan umum pernyataan pemanfaatan

    kawasan/zona/subzona kab/kota; dan

    c) kriteria pemberian akreditasi

    d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    22

    4. ketentuan disinsentif dari pemerintah kab/kota kepada pemerintah

    desa dalam WP-3-K Kab/Kotadan kepada pemerintah daerah lainnya,

    dapat diberikan dalam bentuk:

    a) pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau

    b) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

    5. ketentuan disinsentif dari pemerintah kab/kota kepada masyarakat

    umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya),

    dapat diberikan dalam bentuk:

    a) pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

    b) pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan/atau

    c) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

    6. Ketentuan disinsentif dimaksud harus dilengkapi dengan besaran dan

    jenis kompensasi yang dapat diberikan.

    e. arahan pengenaan sanksi

    1. arahan pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan

    sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan

    menjadi acuan bagi pemerintah daerah kab/kota;

    2. arahan pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:

    a) perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau

    mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan RZWP-3-K; dan

    b) penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

    RZWP-3-K

    3. arahan pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:

    a) hasil pengawasan penataan ruang;

    b) tingkat simpangan implementasi RZWP-3-K;

    c) kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan

    d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

    4. arahan pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang

    dalam bentuk:

    a) peringatan tertulis;

    Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam

    penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan

    surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.

    b) penghentian sementara kegiatan;

    Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkah-langkah

    sebagai berikut:

    (1) penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari

    pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

    pemanfaatan ruang;

    (2) apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan

    sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

    penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan

    pemanfaatan ruang;

    (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    23

    sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan

    segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

    (4) berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang

    berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat

    penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang

    secara paksa; dan

    (5) setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang

    berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan

    ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan

    terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan

    pemanfaatan ruangnya dengan RZWP-3-K dan/atau ketentuan

    teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

    c) penghentian sementara pelayanan umum;

    Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui

    langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara

    pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan

    penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat

    pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);

    (2) apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

    disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian

    sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat

    rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;

    (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

    sanksi penghentian sementara pelayanan umum yang akan

    segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan

    umum yang akan diputus;

    (4) pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada

    penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan

    kepada pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;

    (5) penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan

    kepada pelanggar; dan

    (6) pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian

    sementara pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak

    terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan

    pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan

    pemanfaatan ruangnya dengan RZWP-3-K dan ketentuan teknis

    pemanfaatan ruang yang berlaku.

    d) penutupan lokasi;

    Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang

    berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

    ruang;

    (2) apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang

    disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    24

    keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada

    pelanggar;

    (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

    sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

    (4) berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang

    berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan

    penutupan lokasi secara paksa; dan

    (5) pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi,

    untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali

    sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk

    menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan RZWP-3-K dan

    ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

    e) pencabutan izin;

    Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin

    oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    pelanggaran pemanfaatan ruang;

    (2) apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

    disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat

    keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan

    ruang;

    (3) pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar

    mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;

    (4) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

    mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang

    memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;

    (5) pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan

    pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;

    (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin

    yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan

    kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah

    dicabut izinnya; dan

    (7) apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan

    kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang

    berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    f) pembatalan izin;

    Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    (1) membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara

    pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan

    pola pemanfaatan ruang dalam RZWP-3-K yang berlaku;

    (2) memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang

    perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat

    mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

    mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    25

    (3) menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang

    berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

    ruang;

    (4) memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan

    pembatalan izin;

    (5) menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang

    memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

    (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin

    yang telah dibatalkan.

    g) pembongkaran bangunan;

    Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

    berikut:

    (1) menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran

    bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    pelanggaran pemanfaatan ruang;

    (2) apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

    disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi

    pembongkaran bangunan;

    (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

    sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera

    dilaksanakan; dan

    (4) berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang

    berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan

    aparat penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara

    paksa.

    h) pemulihan fungsi ruang;

    Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

    berikut:

    (1) menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi

    bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara

    pemulihannya;

    (2) pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

    pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah

    pemulihan fungsi ruang;

    (3) apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang

    disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan

    fungsi ruang;

    (4) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan

    sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan

    pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

    (5) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan

    melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi

    ruang;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    26

    (6) apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum

    melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang

    bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat

    melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi

    ruang; dan

    (7) apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai

    kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan

    penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh

    pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.

    i) denda administratif; yang dapat dikenakan secara tersendiri atau

    bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya

    ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah kab/kota.

    Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut

    melalui Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. Ketentuan lebih lanjut terkait

    pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata mengacu pada peraturan

    perundang-undangan terkait lainnya

  • 8

    Bab- IV Tahapan & Proses Penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    27

    4.1 Tahapan Penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota

    Tahapan penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota secara umum akan terdiri atas tahapan

    penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota dan proses legalisasi untuk penetapan RZWP-3-

    K Kab/Kota tersebut dalam bentuk peraturan daerah. Untuk lebih jelasnya langkah-

    langkah umum penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota serta tahapan dan outputnya

    dapat dilihat pada Gambar 3.1.

    1. Pembentukan Kelompok Kerja.

    Penyusunan Rencana Zonasi diawali dengan membentuk kelompok kerja

    (Pokja Penyusunan Rencana Zonasi) yang terdiri atas dua komponen, yaitu Tim

    Pembina dan Tim Teknis. Pokja disusun berdasarkan Surat Keputusan Kepala

    Daerah (Bupati/Walikota). Anggota kelompok kerja terdiri atas institusi

    pemerintah daerah yang memiliki kewenangan atau kepentingan di wilayah

    pesisir laut dan pulau-pulau kecil serta pihak terkait lain di daerah (LSM,

    Perguruan Tinggi). Pokja yang telah terbentuk selanjutnya menyusun Kelompok

    Kerja, Menyusun Rencana Kerja, dan menyusun TOR/RAB.

    2. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data awal tentang isu,

    permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumberdaya

    laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan yang digunakan

    sebagai data awal dalam membuat peta dasar, peta tematik dan peta rencana

    kerja.

    3. Survey Lapangan.

    Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan

    perimer yang belum tersedia dalam rangka penyusunan katalog informasi

    sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya sosial,

    dan sumberdaya manusia)

    4. Identifikasi Potensi Wilayah

    Berdasarkan survei lapangan pada tahap ketiga dilakukan identifikasi potensi wilayah .

    5. Penyusunan Dokumen Awal

    Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota berisikan tentang : (i) Analisa Data

    : Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial, Potensi Sumberdaya, Pemanfaatan

    Sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya Dukung, (ii)

    Matriks Kesesuaian Pemanfaatan Ruang, (iii) Matriks Keterkaitan Antar Zona,

    dan (iv) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi dan Album Peta.

    .

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    28

    Gambar 4.1

    Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota

    Menyusun Kelompok Kerja

    Menyusun Rencana Kerja

    Menyusun TOR/RAB

    Pengumpulan Data Primer

    Informasi Kondisi Wilayah Pesisir

    Pengumpulan Data Sekunder

    Peta Dasar, Peta Tematik, Peta Rencana Kerja

    Analisa Data : Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial, Potensi, dan Pemanfaatan sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, Daya Dukung,.

    Menyusun Matriks Keterkaitan Antar Zona.

    Membuat Draft Awal Rencana Zonasi dan Album Peta

    Menyampaikan draft awal Rencana Zonasi.

    Menjaring masukan untuk menilai kelayakan/kesesuaian tentang draft zona yang dibuat.

    Memeriksa konsistensi draft awal Rencana Zonasi dengan RTRW dan aturan-aturan lain.

    Kesepakatan awal tentang draft rencana zonasi.

    Revisi Dokumen Awal

    Menyampaikan hasil revisi draft Rencana Zonasi

    Kesepakatan untuk Finalisasi Rencana Zonasi

    Dokumen Final

    Mengajukan Rencana Zonasi untuk Pengesahan

    Pembentukan

    Kelompok Kerja

    Survey Lapangan

    Penyusunan

    Dokumen Awal

    Konsultasi Publik

    Penyusunan

    Dokumen Antara

    Konsultasi Publik

    Penyusunan

    Dokumen Final

    Penetapan

    Pengumpulan Data

    Tahapan : Proses/Output :

    1

    2

    3

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    Mengidentifikasi Jenis dan Jumlah Sumberdaya;

    Identifikasi pemanfataan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;

    Identifikasi potensi pengembangan;

    Identifikasi Potensi

    Wilayah

    4

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    29

    6. Konsultasi Publik

    Konsultasi publik dilakukan untuk mensosialisasikan hasil-hasil penyusunan

    rencana zonasi sampai pada tahap Laporan Awal, dimana sosialisasi ini

    dimaksudkan untuk menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi

    mengenai draft rencana zonasi yang telah disusun.

    7. Penyusunan Dokumen Antara

    Dokumen antara merupakan revisi atas dokumen awal yang telah

    dikonsultasikan kepada publik, oleh sebab itu dokumen antara merupakan

    dokumen awal yang telah diperbaiki berdasarkan masukan dan informasi yang

    diperoleh dari berbagai pemangku kepentingan di daerah atas wilayah pesisir,

    laut dan pulau-pulau kecil di wilayahnya. Pada tahap penyusunan dokumen

    antara ini dapat saja dilakukan pengumpulan data kembali dan proses

    pengolahan data kembali jika memang dibutuhkan untuk menginformasikan

    tematik atau kondisi lapangan yang belum terangkum didalam laporan awal.

    8. Konsultasi Publik

    Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk memverifikasi

    atau memastikan kembali bahwa data dan informasi tematis yang menjadi

    masukan publik pada tahap konsultasi sebelumnya telah dirangkum dengan

    baik dan benar dalam draft rencana zonasi yang disusun, sehingga draft

    rencana zonasi dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan daerah.

    9. Penyusunan Dokumen Final

    Setelah draft rencana zonasi disepakati oleh semua pihak maka disusunlah

    dokumen final (akhir) dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil yang merangkum keseluruhan rangkaian proses, data dan informasi serta

    analisis yang dilakukan sejak awal kedalam tiga buku, yakni :

    a. Buku Data dan Analisa

    b. Buku Rencana Zonasi

    c. Album Peta

    d. Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah

    Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota

    10. Penetapan

    Pengajuan dokumen final rencana zonasi tersebut kepada lembaga/instansi

    pemerintah yang berwenang baik tingkat lokal, kab/kota, provinsi maupun

    nasional untuk direview, diarahkan, dan selanjutnya mendapat persetujuan dan

    disahkan. Penetapan RZWP-3-K kab/kota dilakukan setelah memperoleh

    persetujuan substansi dari provinsi dan pemerintah pusat. Sebagaimana

    tertuang dalam bab empat bagian ketiga pasal 9 ayat 5 Undang-Undang Nomor

    27 Tahun 2007 menyebutkan bahwa RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan

    Daerah, maka didalam penyusunan Rancangan Perda RZWP-3-K harus

    mengikuti tata cara penyusunan Perda yang telah berlaku selama ini yang

    substansinya merujuk kepada Dokumen Final RZWP-3-K dan Peta RZWP-3-K.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    30

    4.2 Jangka Waktu Penyusunan Rencana Zonasi Kab/Kota

    Jangka waktu penyusunan rencana zonasi Kab/Kota sampai dengan penetapannya

    menjadi Peraturan Daerah adalah selama 3 tahun, dimana proses penyusunan

    rencana zonasi yang diawali dari pembentukan kelompok kerja sampai ke

    penyusunan dokumen awal dan konsultasi publik pertama membutuhkan waktu

    selama 1 tahun. Proses penyusunan draft final sampai dengan draft Perda

    membutuhkan waktu 1 tahun berikutnya. Sedangkan proses penetapan rencana

    zonasi menjadi Peraturan Daerah membutuhkan waktu selama 1 tahun. Tahun

    pertama dan kedua proses penyusunan rencana zonasi diharapkan ada dana

    pendamping dari Daerah. Tahun ketiga sebagai tahap legislasi sepenuhnya

    dilakukan oleh Daerah.. Untuk lebih jelasnya jangka waktu yang dibutuhkan

    masing-masing tahapan dalam penysunan rencana zonasi dan proses

    penetapannya secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

    Tabel. 4.1. Tahapan dan Jangka Waktu Penyusunan Rencana Zonasi Kab/Kota

    Tahapan

    Kegiatan

    Waktu

    1 tahun 1 thn 1 thn

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Proses

    Penyusunan

    Rencana

    Zonasi

    Kab/Kota

    Pembentukan

    Kelompok Kerja

    Pengumpulan Data

    Survey Lapangan

    Identifikasi Potensi

    Wilayah

    Penyusunan

    Dokumen Awal

    Konsultasi Publik I

    Penyusunan

    Dokumen Antara

    Konsultasi Publik II

    Penyusunan

    Dokumen Final

    Proses

    Penetapan

    (Legislasi)

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    31

    4.3 Proses Penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota

    4.3.1 Pembentukan Kelompok Kerja

    Penyusunan Rencana Zonasi Kab/Kota merupakan kewenangan Pemerintah Daerah

    Kab/Kota. Sebagai tahap awal perlu dibentuk Kelompok Kerja (Pokja). Tim Pokja

    diketuai oleh unsur Bappeda/Bappeko, dibantu oleh sekretaris dari unsur Dinas yang

    membidangi Kelautan dan Perikanan serta beranggotakan Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) kab/kota dan pemangku kepentingan utama lainya dalam

    pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pokja :

    a. Menyusun dan menetapkan rencana acuan kerja dan rencana anggaran

    biaya penyusunan rencana zonasi;

    b. Mengidentifikasi issue dan permasalahan pemanfaatan di wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota;

    c. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengelolaan dan zonasi pesisir

    dan pulau-pulau kecil;

    d. Bekerjasama dan berkoordinasi dalam penetapan batas-batas

    kepentingan pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil lintas sektor;

    e. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis dan masukan kepada

    pihak ketiga sebagai pihak yang oleh karena keahliannya dan

    kelengkapan teknisnya mampu melakukan pengumpulan data,

    pengolahan data dan analisa data;

    Tim supervisi/konsultasi dalam penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota, dilaksanakan oleh

    Kementerian Kelautan dan Perikanan cq. Ditjen KP3K (Dit. TRLP3K dan UPT Ditjen

    KP3K) yang bertugas dan bertanggung jawab :

    1. Memberikan masukan kebijakan dan perbaikan terhadap dokumen

    rencana zonasi;

    2. Memonitor proses penyusunan rencana zonasi;

    3. Memberikan pertimbangan integrasi arahan pola ruang dan struktur

    ruang dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

    terhadap kebijakan RTRW kab/kota.

    4. Memberikan pertimbangan atas Rancangan PERDA Rencana Zonasi

    setelah melalui pembahasan di daerah.

    Pihak Ketiga sesuai dengan keahlian dan kemampuan teknis yang dimiliki adalah

    pihak yang diberikan tanggungjawab oleh tim teknis dalam proses pengambilan

    data, pengolahan data, analisa data serta memfasilitasi proses-proses konsultasi

    publik, jika dibutuhkan oleh tim teknis. Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Ketiga :

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    32

    Melaksanakan tugas sebagaimana yang telah dijabarkan dalam kerangka

    acuan kerja;

    Menyusun laporan pada tiap tahapan kerja dan mendokumentasikan

    hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan;

    Berkoordinasi dengan SKPD dan melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada

    pemberi kerja;

    Untuk lebih jelasnya hubungan antar berbagai komponen kelompok kerja

    penyusunan rencana zonasi Kab/Kota dapat dilihat pada gambar 3.2.

    .

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    33

    Gambar 4.2

    Struktur Organisasi Pokja Penyusunan Rencana Zonasi Kab/Kota

    1

    Tanggapan/saran terhadap Dokumen

    Final RZWP3K-Kab/Kota

    Dokumen Final RZWP-3-KKab/Kota setelah

    mendapatkan tanggapan dan/atau saran Menteri dan

    Gubernur

    5

    6

    Rancangan Peraturan Daerah tentang RZWP-3-

    KKab / Kota

    7

    DPRD Kab/Kota

    8

    BUPATI/WALIKOTA

    KETUA Kepala Bappeda Kab/Kota

    SEKRETARIS Kepala Dinas yang Membidangi

    Kelautan dan Perikanan

    ANGGOTA

    Satker SKPD Instansi terkait sesuai kewenangan dominan dan

    karakteristik daerah

    PEMBENTUKAN KELOMPOK

    KERJA

    Tim Substansi

    4

    Gubernur Menteri KP

    Dokumen Final RZWP3K-Kab/Kota

    2 Tim Teknis

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    34

    Penjelasan Mekanisme Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil Kab / Kota

    1. Bupati/Walikota membentuk Kelompok Kerja Penyusunan Dokumen Rencana

    Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    2. Setelah terbentuknya Kelompok Kerja, maka dilakukan proses penyusunan

    dokumen RZWP-3-K Kab/Kota sesuai dengan tahapan/langkah-langkah

    penyusunan Zonasi WP-3-K Kab / Kota.

    Guna kelancaran pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K Kab/Kota, Pokja dapat

    dibantu Tim Teknis yang ditetapkan oleh Ketua Pokja.

    Tim teknis dapat terdiri dari unsur Perguruan Tinggi, LSM, Tokoh Masyarakat,

    Tenaga Ahli, dll

    3. Dokumen RZWP-3-K Kab/Kota yang telah menjadi Dokumen Final RZWP-3-K

    Kab/Kota, oleh Ketua POKJA dilaporkan kepada Bupati/Walikota, guna proses

    lebih lanjut.

    4. Bupati/Walikota menyampaikan dokumen Final RZWP-3-K Kab/Kota kepada

    Gubernur dan Menteri, guna mendapatkan tangapan dan/atau saran.

    5. Menteri dan Gubernur memberikan tanggapan dan/atau saran terhadap

    dokumen Final RZWP-3-K Kab/Kota, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

    kerja terhitung sejak mulainya diterimanya dokumen Final RZWP-3-K Kab/Kota

    secara lengkap.

    Menteri dalam memberikan tanggapan dan/atau saran terkait substansi dibantu

    oleh Tim Substansi

    6. Tanggapan dan/atau saran perbaikan oleh Menteri atau Gubernur,

    dipergunakan sebagai bahan perbaikan dokumen Final RZWP-3-K Kab/Kota,

    dan dalam hal tanggapan dan/atau saran sebagaimana point 4 diatas tidak

    terpenuhi, maka Bupati/Walikota dapat memberlakukan dokumen RZWP-3-K

    Kab/Kota secara definitive.

    7. Dokumen Final RZWP-3-K Kab/Kota yang telah dimintakan tanggapan dan/atau

    saran kepada Menteri dan Gubernur, oleh Bupati/Walikota disampaikan kepada

    DPRD Kab/Kota dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah.

    8. Rancangan peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota, disampaikan kepada DPRD untuk dibahas

    bersama DPRD dengan Bupati/Walikota.

    9. Hasil pembahasan bersama Rancangan Peraturan Daerah RZWP-3-K

    Kab/Kota, ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kab/Kota

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    35

    4.3.2 Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu,

    permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumberdaya laut,

    pesisir dan pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan yang digunakan sebagai data

    awal dalam membuat peta dasar, peta tematik dan peta rencana kerja.

    Pengumpulan data dan informasi dari sumber kedua yaitu lembaga atau institusi

    yang telah melakukan proses pengumpulan data lapangan dan

    mendokumentasikannya dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media

    penyimpanan lainnya disebut sebagai Pendekatan Survey Data Sekunder.

    Jenis data dasar yang digunakan untuk memulai proses penyusunan rencana

    zonasi kab/kota antara lain berupa peta-peta yang bersumber dari beberapa instansi

    seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dibawah ini.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    36

    Tabel 4.2

    Jenis Data Dasar RZWP-3-K Kab/Kota

    NO Data Bentang Alam

    Darat Kedalaman Informasi Sumber

    1 Peta Rupa Bumi

    Indonesia (RBI)

    Skala 1 : 100.000 sampai 1 : 50.000 Kedalaman Informasi :

    Batas Administrasi sampai Kecamatan, Gedung dan Bangunan, Jaringan Jalan, Pemanfaatan Lahan Existing.

    BAKOSURTANAL

    2

    Peta Sistim Lahan dan

    Kesesuaian Lahan

    (Landsystems and

    Landsuitability)

    Skala 1 : 100.000

    Kedalaman Informasi :

    Sistim Lahan, terdiri dari : Pantai,

    Rawa Pasut, Dataran Aluvial,

    Jalur Kelokan, Rawa-Rawa,

    Lembah Aluvial, Kipas & Lahar,

    Teras-teras, Dataran

    Bentuk Lahan, terdiri dari:

    Kemiringan Relief, Lebar

    Puncak, Lembah-Lembah, Jenis

    Batuan / Mineral Dominan,

    Daerah Iklim, Kesesuaian Lahan

    BAKOSURTANAL

    3 Citra Satelit

    Sesuai dengan resolusi yang dibutuhkan.

    Kedalaman Informasi :

    Kerapatan Vegetasi, Penggunaan Lahan Pesisir, Garis Pantai, Kelerengan Panti, Tipe Pantai, Materil Pantai.

    Data Sekunder

    (Hasil Pengolahan

    Citra)

    4 RTRW Kab/Kota

    Skala 1 : 100.000 sampai 1 : 50.000 Kedalaman Informasi : 1. Pola Ruang 2. Struktur Ruang 3. Arahan Pemanfaatan Ruang

    BAPPEDA

    Kab/Kota

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    37

    Tabel 4.3

    Jenis Data Dasar RZWP-3-K Kab/Kota

    NO Data Bentang

    Alam Laut Kedalaman Informasi Sumber

    1

    Peta Lingkungan

    Laut Nasional

    (LLN) dan

    Lingkungan

    Perairan

    Indonesia (LPI)

    Skala 1 : 100.000 sampai dengan

    Skala 1 : 50.000

    Kedalaman Informasi :

    Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting

    Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar,

    Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 12 mil

    laut, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya,

    Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim

    Pemisahan Lalulintas, Batas Sektor, Daerah

    Latihan, Daerah Larangan, Terlarang,

    Pelampung.

    BAKOSURTANAL

    2

    Peta Laut

    Skala 1 : 100.000 sampai dengan

    Skala 1 : 50.000

    Kedalaman Informasi :

    Kedalaman, Pasut, Arus, Garis Pantai, Batu

    Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat

    Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh,

    Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel

    Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim

    Pemisahan Lalulintas, Batas Sektor, Daerah

    Latihan, Daerah Larangan, dll

    DISHIDROS TNI AL

    3

    Citra Satelit

    Sesuai dengan resolusi yang dibutuhkan

    Kedalaman Informasi :

    Arah Arus, Suhu Permukaan, Kecerahan,

    Terumbu Karang, Klorofil, Kedalaman,

    Budidaya.

    Hasil Pengolahan

    Citra

    4

    RZWP-3-K

    Provinsi

    Skala 1 : 250.000

    Kedalaman Informasi : 1. Pola Ruang 2. Struktur Ruang 3. Arahan Pemanfaatan Ruang

    Dinas Kelautan

    Perikanan atau nama

    lainnya

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    38

    4.3.3 Survey Lapangan

    Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan

    primer yang belum tersedia dalam rangka penyusunan katalog informasi

    sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya sosial dan

    sumberdaya manusia). Survey lapang ini dilaksanakan dalam rangka melakukan

    verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya serta

    melakukan pengumpulan data primer. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan

    meliputi:

    (i) Jenis Data Sekunder

    Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam survey lapang akan

    meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi

    ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang eksisting, kondisi ekologi serta

    rencana/studi terkait lainnya.

    a. Kebijakan meliputi RTRW Kab/Kota, RPJM Kab/Kota, Renstra

    Kab/Kota dan kebijakan lain yang terkait.

    b. Kondisi fisik, menyangkut kondisi geologi/tatanan tektonik (jalur

    gempa , jenis tanah dan jenis batuan), morfologi pantai (bentuk

    permukaan pulau, evolusi pantai , bentuk dan tipe pantai), hidro-

    oceonografi (arus pasang surut, bathimetri, kecepatan arus

    permukaan, Iklim dan cuaca), keterdapatan pulau kecil (paparan

    benua, kelanjutan benua) dan lokasi/posisi (pulau perbatasan, pulau

    terluar, pulau di perairan pedalaman)

    b. Kondisi Sosial Budaya, menyangkut sebaran dan jumlah penduduk,

    interaksi penduduk, budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan issue

    permasalahan sosial budaya

    c. Kondisi Ekonomi, menyangkut PDRB, PAD, sebaran potensi ekonomi,

    basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi

    (produksi dan pemasaran).

    d. Kondisi Pemanfaatan Ruang Eksisting, menyangkut penggunaan

    ruang wilayah pesisir dan laut masing-masing sektor dan komoditi

    serta aspek permasalahannya.

    e. Kondisi Ekologi, menyangkut sebaran biota (endemik, langka, hampir

    punah, invansi), jenis dan sebaran ekosistim (mangrove, terumbu

    karang, pantai berbatu) dan kondisi sumberdaya alam (pencemaran

    perairan, kerusakan terumbu karang, kerusakan mangrove).

    f. Rencana/studi terkait lainnya, menyangkut daya dukung

    pengembangan komoditi dan kawasan, kriteria pemanfaatan wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil.

    (ii) Jenis Data Primer

    Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang

    dilakukan secara sistematis melalui perekaman data (observasi,

    pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara,

    kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama

    (fenomena/objek yang diamati). Adapun jenis data primer yang akan

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    39

    dikumpulkan meliputi; (dijelaskan cara pengambilan data untuk setiap

    kelompok data)

    Adapun pengklasifikasian jenis data dalam kegiatan survey lapangan

    disajikan dalam tabel 4.4.

    Tabel 4.4

    Klasifikasi Jenis Data dalam Survey Lapangan

    Komponen Data Jenis data Sumber

    Data

    Teknik

    Pengambilan Data Primer Sekunder

    Kebijakan

    RTRW Sekunder Instansi Studi Pustaka

    RPJM dan Renstra Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Isu dan Masalah Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Studi Terkait Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Kondisi Fisik Wilayah

    Geografis dan Administratif Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Geologi dan Morfologi Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Topografi Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Iklim dan Cuaca Sekunder Instansi Studi Pustaka

    Hidro-Oceanografi

    Pasut Sekunder Instansi Studi pustaka

    Bathimetri Sekunder Instansi Studi pustaka

    Arus Sekunder Instansi Studi pustaka

    Angin dan Gelombang Sekunder Instansi Studi pustaka

    Kualitas Air Laut Primer Pengukuran Observasi

    Bio-Ekologi

    Sebaran Biota (endemik,

    langka, hampir punah, invasi) Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara,

    Observasi, Studi

    Pustaka

    Kondisi Ekosistem Pesisir

    (Mangrove, Terumbu Karang,

    lamun, lahan basah)

    Primer Sekunder

    Responden,

    Pengukuran

    , Instansi

    Wawancara,

    Observasi, Studi

    Pustaka

    Kondisi Sumberdaya Pesisir

    (pencemaran, degradasi, isu

    dan masalah)

    Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

    Sosial, Ekonomi dan Budaya

    Kependudukan Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

    Budaya dan Adat Istiadat Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

    Perekonomian Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

    Sarana dan Prasarana Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

    Pemanfaatan Ruang Eksisting Primer Sekunder Responden,

    Instansi

    Wawancara, Studi

    Pustaka

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    40

    4.3.4 Identifikasi Potensi Wilayah Berdasarkan survei lapangan pada tahap sebelumnya, selanjutnya dilakukan identifikasi potensi wilayah yang meliputi: a. Identifikasi jenis dan jumlah sumberdaya; b. Identifikasi pemanfataan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; dan c. Identifikasi potensi perkembangan.

    4.3.5 Penyusunan Dokumen Awal

    Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota berisikan tentang : (i) Analisis Data :

    Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial Ekonomi, Potensi Sumberdaya,

    Pemanfaatan Sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya

    Dukung, (ii) Matriks Keterkaitan Antar Zona, dan (iii) Draft Dokumen Awal Rencana

    Zonasi dan Album Peta.

    Adapun isi dokumen awal yang akan disusun meliputi:

    1. Analisis Data, terdiri atas :

    a. Analisis Kebijakan

    Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah

    perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang

    nasional/provinsi/kab/kota, dan menyesuaikan perencanaan yang

    dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar

    tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang

    didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional, termasuk

    kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan.

    b. Analisis Kewilayahan

    Analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat

    kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan

    berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya

    yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat mengeluarkan

    rekomendasi bagi skala pengembangan kawasan yang diharapkan

    dan arahnya.

    c. Analisis Sosial Ekonomi

    Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk melihat kondisi sosial

    ekonomi dan strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis sosial

    ekonomi menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, interaksi

    penduduk, budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan issue

    permasalahan sosial budaya, sebaran potensi ekonomi, basis

    ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan

    pemasaran).

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    41

    d. Analisis Daya Dukung

    Analisis daya dukung wilayah pesisir meliputi daya dukung fisik

    lingkungan (geografi, geo-morfologi, hidrologi, eko-biologis dan hidro-

    oseanografi) dan daya dukung sosial, ekonomi, budaya dan politik.

    e. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

    Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang

    melihat pada potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-kriteria

    teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini

    menggunakan metode overlay peta untuk masing-masing variabel

    fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. Dari

    hasil analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan pemanfaatan ruang

    dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang, yang antara lain

    akan meliputi kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung

    (konservasi), kawasan pemanfaatan umum, zona alur dan kawasan

    strategis.

    2. Matrik Keterkaitan Antar Zona

    Matrik keterkaitan antar zona menguraikan hubungan antar zona/sub

    zona dalam suatu wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi antar

    zona/sub zona. Matrik ini berisi susunan aktifitas/nilai untuk tujuan

    komersial, industrial, lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi

    umum dan berfungsi untuk menjelaskan susunan aktifitas yang dapat

    diterapkan di dalam masing-masing peruntukan zona/sub-zona. Contoh

    matriks kesesuaian aktifitas/pemanfataan.

    Gambar 4.3

    Matriks Keterkaitan antar Kegiatan Pemanfaatan Pesisir

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    42

    (iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi

    Draft dokumen awal RZWP-3-K Kab/Kota terutama memuat jenis

    kawasan, zona dan sub zona yang diusulkan untuk dijadikan sokumen

    awal rencana zonasi. Adapun pembagian masing-masing kawasan,

    zona/sub zona dapat dilihat pada table 3.2..berikut.

    Tabel 4.5

    Pembagian Kawasan menjadi Zona dan Sub Zona

    KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN

    ZONA Sub zona

    1. PEMANFAATAN UMUM Perikanan Budidaya 1. Rumput Laut

    2. Mutiara

    3. Keramba Jaring Apung

    4. Keramba Lainnya

    5. Bagan

    6. Pertambakan

    7. Pembenihan (Hatchery)

    Permukiman 1. Desa/Kampung Nelayan

    2. Desa/Kampung Non Nelayan

    3. Permukiman Diatas Air;

    4. Perkotaan

    Industri 1. Pengolahan Hasil Perikanan;

    2. Industri Kapal Tradisional;

    3. Bengkel/Docking

    4. Pergudangan;

    5. Industri Berbasis Non Kelautan Perikanan;

    Pariwisata 1. Hotel/ Resort/ Penginapan;

    2. Pantai Wisata Umum;

    3. Wisata Penyelaman;

    4. Hotel/ Resort/ Penginapan;

    5. Pantai Wisata Umum;

    6. Wisata Penyelaman;

    7. Wisata Budaya;

    Pelabuhan 1. Perhubungan Laut Umum;

    2. Perhubungan Laut Khusus (mis : Pertambangan, Pertamina, dll);

    3. Perikanan Nusantara;

    4. Perikanan Pantai;

    5. Pelabuhan Tradisional

    Pertanian 1. Pertanian Sawah;

    2. Pertanian Non Sawah

    Hutan 1. Hutan Produksi;

    2. Hutan Non Produksi;

    Pertambangan 1. Pertambangan Klas C;

    2. Pertambangan Klas B;

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    43

    KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN

    ZONA Sub zona

    3. Pertambangan Lepas Pantai;

    2. KONSERVASI Konservasi Perairan

    Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Konservasi Maritim

    Sempadan Pantai

    Mitigasi Bencana Alam

    3. ALUR Alur Pipa dan Kabel 1. Kabel Listrik;

    2. Pipa Air Bersih;

    3. Jaringan Kabel Komunikasi;

    4. Pipa Gas

    Alur Pelayaran 1. Pelayaran Internasional

    2. Pelayaran Nasional

    3. Pelayaran Regional

    4. Pelayaran Lokal

    5. Pelayaran Industri Tambang

    6. Pelayaran Wisata

    Alur Migrasi Biota 1. Migrasi Tuna

    2. Migrasi Penyu

    3. Migrasi Paus

    4. KSNT Instalasi Militer

    Perbatasan dan PPK terluar

    Situs Warisan Dunia

    Habitat Biota Endemik

    Draft awal rencana zonasi disusun berdasarkan proses pengambilan keputusan atas

    alokasi ruang dan kondisi pemanfaatan ruang yang ada. Untuk RZWP-3-K kab/kota

    draft peta zonasi disusun dengan skala 1 : 100.000 untuk kab dan atau 1 : 50.000

    untuk kota. Draft peta rencana zonasi dibuat dengan sistim referensi geografis grid

    UTM (Universal Tranverse Mercantor) dan sistim proyeksi WGS 84. Contoh Peta

    Rencana Zonasi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

  • KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

    44

    4.3.6 Konsultasi Publik

    Konsultasi publik dilakukan untuk mensosialisasikan hasil-hasil penyusunan rencana

    zonasi sampai pada tahap Laporan Awal, dimana sosialisasi ini dimaksudkan untuk

    menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi mengenai draft rencana

    zonasi yang telah disusun.

    Dokumen awal RZWP-3-K kab/kota sebagaimana dimaksud selanjutnya wajib

    dilakukan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau saran

    perbaikan dari Pemerintah, SKPD/instansi terkait, LSM dan/atau ORMAS guna

    menghasilkan dokumen antara.

    Pendekatan konsultasi publik pada tingkat kab/kota ditekankan pada upaya untuk

    menginisiasi draft peta rencana zonasi yang telah disusun kepada masyarakat dan

    institusi pemerintahan daerah kab/kota. Kegiatan pelibatan memerlukan metoda,

    sarana atau media partisipasi yang tepat untuk melakukan konsultasi dan

    menghimpun berbagai pelaku pembangunan dalam suatu forum yang bertujuan

    mulai dari memberikan informasi, memperoleh masukan, berdiskusi, memecahkan

    masalah bersama, bekerjasama, resolusi konflik, negosiasi, mediasi, hingga

    mengambil keputusan bersama. Terdapat beragam metoda yang dapat digunakan,

    masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta akan tergantung pada

    bentuk dan tingkat keterlibatan yang akan dilaksanakan.

    4.3.7 Penyusunan Dokumen Antara

    Dokumen antara merupakan revisi atas dokumen awal yang telah dikonsultasikan

    kepada publik, oleh sebab itu dokumen antara merupakan dokumen awal yang telah

    diperbaiki berdasarkan masukan dan informasi yang diperoleh dari berbagai

    pemangku kepentingan di daerah atas wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di

    wilayahnya. Pada tahap penyusunan dokumen antara ini dapat saja dilakukan

    pengumpulan data kembali dan proses pengolahan data kembali jika memang

    dibutuhkan untuk menginformasikan tematik atau kondisi lapangan yang belum

    terangkum didalam laporan awal.

    4.3.8 Konsultasi Publik

    Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk memverifikasi atau

    memastikan kembali bahwa data dan informasi tematis yang menjadi masukan

    publik pada tahap konsultasi sebelumnya telah dirangkum dengan baik