ketentuan maksimal kadar wasiat wajibah putusan...

101
KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH (Studi Analisa Putusan Perkara No. 339/Pdt. G/2000/PA. JB) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Sebagai salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.) Oleh: Ahdi Maulana NIM:109044100008 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014M i

Upload: vubao

Post on 10-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH

(Studi Analisa Putusan Perkara No. 339/Pdt. G/2000/PA. JB)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Sebagai salah

Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)

Oleh:

Ahdi Maulana

NIM:109044100008

KO NS EN TR AS I PE R AD IL A N A GAMA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014M

i

Page 2: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 3: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 4: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 5: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

ABSTRAK

Ahdi Maulana. NIM: 109044100008. KETENTUAN MAKSIMAL KADAR

WASIAT WAJIBAH (Studi Analisa Putusan Perkara No. 339/Pdt.G /2000/PA.JB).

Program Studi Hukum Keluarga, Konsntrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M. ix + 69

h + 1(satu) lampiran.

Skripsi ini berisi tentang ketentuan maksimal kadar wasiat wajibah. Secara

teori dalam Kompilasi Hukum Islam wasiat wajibah hanya diperbolehkan kepada

anak angkat dan orang tua angkat saja dengan batas maksimal 1/3 dari harta

peninggalan, akan tetapi dalam putusan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta

Barat wasiat wajibah diberikan kepada ahli waris lebih dari 1/3. Karena permasalahan

tersebut skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran terkait putusan hakim yang

memberikan lebih dari 1/3 harta peninggalan.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui ketentuan-ketentuan

dalam hukum Islam dan hukum positif terkait kadar wasiat wajibah yang melebihi 1/3

(sepertiga) harta peninggalan dan untuk mengetahui alasan dan dasar hukum hakim

dalam memutuskan perkara wasiat wajibah lebih dari1/3 (sepertiga).

Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan Penelitian

kepustakaan (library research) yaitu dengan cara menelusuri buku-buku dan literatur

yang berkaitan dengan pemasalahan yang diteliti dan menghimpun seluruh data yang

ada di skripsi ini diperoleh dari putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat terhadap

putusan perkara No. 339/Pdt.G/2000/PA.JB.

Wasiat wajibah artiya tindakan wasiat itu atas kehendak undang-undang, hal

ini berbeda dengan wasiat ikhityariyah yang merupakan tindakan sukarela atas

kemauan sendiri dari pemilik harta.

Wasiat wajibah menurut Suparman Usman dan Yusuf Somawinata adalah

wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau tidak bergantung kepada

kemauan atau kehendak yang meninggal dunia, dan wasiat ini harus tetap

dilaksanakan, baik diucapkan atau tidak diucapkan, baik kehendak maupun tidak

dikehendaki oleh si yang meninggal dunia. Jadi dalam pelaksanaan wasiat wajibah

itu tidaklah tergantung kepada pewasiat, akan tetapi kehendak undang-undang yang

mengatur pembagian dengan kadar maksimal.

Kata kunci : Maksimal, Kadar, Wasiat Wajibah, (Putusan Perkara

No.339/ Pdt.G/2000/PA.JB).

Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag

Daftar Pustaka : 1971-2012

v

Page 6: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

vi

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Segala puja dan puji hanyalah kepada Allah SWT. Yang selalu memberikan

rahmat dan nikmatNya kepada kita semua khsusnya kepada penulis. Karena dengan

nikmat dan pertolongannya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Ketentuan Maksimal Kadar Wasiat Wajibah (Studi Analisa

Putusan Perkara No. 339/Pdt. G/2000/PA. JB)”.

Tak lupa lantunan shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad saw. yang dengan kedatangannya membawa kita semua keluar dari

zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan keilmuan yang dapat kita rasakan

saat ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini bukan lah semata-mata hasil kerja keras

penulis sendiri melainkan adanya bantuan dari orang-orang disekitar yang selalu siap

sedia membantu. Melalui secarik kertas ini untaian rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta yang yang selalu memberikan motivasi, bimbingan,

kasih sayang dan do’a yang tiada henti dan tak kenal lelah untuk penulis,

serta adik-adikku tersayang yang selalu memberikan dukungan kepada

Page 7: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

vii

penulis. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayangNya

kepada mereka.

2. Dr. J.M. Muslimin, M.A. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum 2014-2018 dan

seluruh Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayaullah tahun 2009-2014.

3. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Ketua Program Studi Hukum Keluarga.

4. Sri Hidayati, M.Ag dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi, yang selalu

meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik dan memenuhi standard.

5. Hj. Rosdiana M.A. Sekretaris Program Studi hukum keluarga.

6. Drs. Heldi, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik, yang selalu membimbing

penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

7. Segenap ibu dan bapak Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membimbing dan mendidik kami.

8. Segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan umum dan fakultas UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memberikan pelayanan untuk mengakses referensi

yang berkaitan dengan skripsi ini.

9. Salam rindu kepada Eryna Ikawati, yang selalu memberikan motivasi,

dukungan dan do’a.

Page 8: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

viii

10. Kepada seluruh kawan-kawan Peradilan Agama, terutama Angkatan 2009

kelas A yang selalu berbagi suka maupun duka dengan penulis. Khusus

kepada Yusuf Fadli, Nur Diansyah, Mufti, Helmi, Rouf, Ihsan, Mamduh,

Iyas, Fauzan, Kosim, Eni, Ridwan, Fikri, Dewi, Farhan, Marzuki, nailul,

helmi, Jefri dan Sarah Semoga hubungan persahabatan kita tidak akan

terputus. Serta semua pihak terkait yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu, atas segala bantuan, dukungan dan doa yang diperuntukkan kepada

penulis.

11. Kepada teman-teman (LEBAH) yang selalu memberikan support dan

dukungannya.

12. Kepada teman-teman AMSIN BROATHER CLUB dan lainnya. yang

membantu memberikan refreshing apabila telah datang kejenuhan.

Akhirnya dengan penuh kerendahan hati dan mengharap ridho illahi, penulis

hanya dapat menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Hanya do’a lah

yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan

dengan kasih sayangNya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada penulis

khususnya dan kepada pembaca umumnya. amin.

Jakarta, Mei 2014

Rajab 1435

Ahdi Maulana

Page 9: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah ........................................................................ 1

B. PembatasandanPerumusanMasalah ..................................................... 5

C. TujuandanManfaatPenelitian ............................................................... 5

D. TinjauanStudiTerdahulu ...................................................................... 7

E. MetodePenelitian ................................................................................. 8

F. SistematikaPenulisan ........................................................................... 9

BAB II : KETENTUAN UMUM WASIAT

A. Pengertian ............................................................................................. 11

B. Dasar Hukum ....................................................................................... 16

C. Rukun dan Syarat ................................................................................. 21

D. Batas ..................................................................................................... 26

BAB III : WASIAT WAJIBAH.

A. Pengertian ............................................................................................. 29

B. Pandangan Ulama ................................................................................. 20

Page 10: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

x

C. Menurut Kompilasi Hukum Islam ....................................................... 32

D. Di Negara Muslim ................................................................................ 33

E. Contoh Penghitungan ........................................................................... 39

BAB IV : PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NO. PERKARA

339/Pdt.G/2000/PA.JB DAN ANALISA HUKUM.

A. Kronologi Kasus.................................................................................... 43

B. Tuntutan Penggugat .............................................................................. 46

C. Putusan .................................................................................................. 47

D. Alasan Hakim ........................................................................................ 48

E. Analisa Penulis ...................................................................................... 49

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 63

B. Saran ...................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang mengalami peristiwa penting dan sangat berpengaruh dalam

kehidupannya, yaitu kelahiran, perkawinan, dan kematian. Apabila sesorang

meninggal dunia bukan berarti dia lepas dan bebas dari segala persoalan yang

mengiringinya, karena akan timbul persoalan baru terhadap sesuatu yang

ditinggalkannya.1 Ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan terkait harta

peninggalannya diantaranya, warisan dan pembagian wasiat. Berkenaan dengan

hal ini harus diatur agar tidak terjadi perebutan harta warisan.2

Wishayah adalah amanat yang diberikan seseorang kepada pihak lain agar

melaksanakan pesan-pesannya sesudah ia meninggal dunia, seperti melunasi

utang-piutangnya, menagih piutang yang menjadi miliknya, menjaga dan

menafkahi anak-anaknya, dan sebagaimya. Washayah kadang-kadang disebut

dengan wilayah atau al-washiyyah al-‘adhiyyah (pesan amanat), dan orang yang

1 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. (Jakarta, Rineke Cipta

:1997), h. 5

2 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Konteporer, (Jakarta,

kencana: 2004) h. 394

1

Page 12: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

2

menerima amanat itu disebut al-washi al-mukhtar, atau penerima amanat yang

dipilih.3

Di Indonesia, seperti diketahui bahwa bagi orang-orang Indonesia asli

disamping tunduk pada hukum adat daerah masing-masing juga merupakan

pemeluk agama yang berbeda namun Islam sebagai agama yang memiliki syari’at

yang banyak diikuti oleh penganutnya sehingga memilik pengaruh kuat dalam

salah satunya hukum waris di Indonesia. Hukum Islam sebagai komponen penting

dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan hukum

dan keadilan. Peradilan dalam Islam dimaksudkan untuk menegakkan hukum

berdasarkan prinsip-prinsip keadilan Islam. Sama halnya dengan sistem hukum

lainnya yang hidup dan berlaku di seluruh dunia, khususnya di negara-negara yang

mayoritas penduduknya beragama Islam hukum Islam tetap exis dan berlaku

seperti di Indonesia.

Sejak zaman dahulu, pembagian harta warisan bagi orang-orang yang

ditinggalkan sudah menjadi ketetapan umum, akan tetapi sebelum Islam datang

pembagian tersebut belum sepenuhnya adil. Hal ini disebabkan belum adanya

ketentuan secara pasti siapa saja yang belum mendapatkan harta waris.4

3 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab,cet 16,(Jakarta: Lentera ,2006) h. 525

4 Cyril Glasse Ensiklopedi Islam,Cet II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999), h .431

Page 13: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

3

Wasiat adalah berpesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan

sesudah seseorang meninggal dunia.5 Kata wasiat itu sendiri berasal dari bahasa

Arab, yaitu washa yang berarti menyampaikan, dengan kata lain wasiat adalah

harta yang diberikan kepada orang lain ketika si pemberi meninggal dunia. Dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171 (f) mendefinisikan wasiat adalah

pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan

berlaku setelah pewaris meninggal dunia.6 Menurut syara’ wasiat itu adalah secara

suka rela memberikan hak yang dikaitkan setelah mati.7

Wasiat merupakan hal yang penting dalam hukum dan kewarisan hukum

Islam, hal ini diatur dalam Al-quran surat Al-baqarah ayat 180. Ayat ini

mewajibkan kepada orang-orang yang menyadari kedatangan tanda-tanda

kematian agar memberi wasiat kepada yang ditinggalkan berkaitan dengan

hartanya.8 Menurut fuqaha pemberian wasiat itu adalah setiap pemilik barang

yang sah hak kepemilikannya terhadap orang lain.9

5 Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam,(Jakarta: Attahiriyah, 1976) ,h. 351

6 Kompilasi Hukum Islam pasal 171 poin f, Cet II, 2007

7 Ali As’ad, Fathul Mu’in,(yogyakarta,Menara Kudus,1979), h.393

8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran,Vol I

(jakarta :lentera hati ,2000), h. 397.

9Al-faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid Analisis Fiqih Para Mujtahid,(Jakarta : Pustaka Amani,2007).h.366

Page 14: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

4

Bila diperhatikan dengan seksama lembaga wasiat wajibah seperti yang

terdapat dalam Undang-Undang Mesir dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

terdapat persamaan dan perbedaannya, bahwa pada Undang-Undang Mesir wasiat

wajibah hanya untuk anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah yaitu

untuk cucu yang ditinggal mati orang tuanya sedangkan kakek atau neneknya

masih hidup akan tetapi kakek neneknya tersebut tidak memberikan wasiat.

Sedangkan di Indonesia wasiat wajibah diperuntukan yaitu bagi anak angkat dan

orang tua angkat, akan tetapi tidak menutup kemungkinan di berikan untuk

anggota keluarga sedarah dengan syarat ahli waris yang lain mengizinkan.

Secara normatif seharusnya wasiat wajibah maksimal diberikan 1/3 dari

harta warisan. Namun pada tataran prakteknya ternyata wasiat wajibah diberikan

lebih dari 1/3. Berdasarkan putusan Maejlis Hakim PA. Jakarta Barat nomor

penetapan perkara 339/Pdt.G/2000/PA.JB.

Dengan demikian dari latar belakang tersebut, penulis ingin mengadakan

penelitian yang membahas tentang “Ketentuan Batas Maksimal Wasiat Wajibah” (

Analisis Putusan Perkara No. 339/Pdt.G/2000/PA.JB).

Page 15: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindarkan pembahasan yang meluas penulis membatasi masalah

mengenai ketentuan kadar wasiat wajibah yang berlaku di Indonesia di kaitkan

dengan putusan Pengadilan Agama perkara No. 339/Pdt. G/PA. JB.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini penulis susun dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan hukum Islam tentang wasiat wajibah lebih dari 1/3

(sepertiga) bagian.

b. Bagaimana ketentuan hukum positif tentang wasiat wajibah lebih dari 1/3

(sepertiga) bagian.

c. Bagaimana alasan hakim menetapkan wasiat wajibah lebih dari 1/3 dalam

putusan perkara No 339/Pdt.G/2000/PA.JB.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, diantarnya

adalah:

a. Untuk mengetahui ketentuan hukum Islam dan Hukum positif tentang wasiat

wajibah yang lebih dari 1/3 harta warisan.

Page 16: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

6

b. Untuk mengetahui alasan atau dasar hukum hakim dalam menetapkan wasiat

wajibah yang melebihi 1/3 dari harta warisan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam objek penelitian ini adalah:

a. Untuk penulis: memberikan wawasan kepada penulis, dalam meningkatkan

pengetahuan ilmu yang akan dikembangkan dalam penelitian, sesuai dengan

bidang studi penulis yang berkecimpung dalam penelitian yang penulis

garap.

b. Untuk civitas akademis: seperti mahasiswa dan para penganut akademis

dengan adanya skripsi ini bisa berguna sebagai bahan informasi dan

pengetahuan juga sebagai bahan rujukan terhadap pembelajaran terkait

kasus-kasus yang sama.

c. Penambahan ilmu pengetahuan: sebagai sumbangan terhadap adik-adik kelas

nanti sebagai studi terdahulu terkait skripsi yang digarap dalam konteks yang

sama dan sebagai sumbangsih kepada perpustakaan fakultas dan

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Studi Terdahulu

1. Pembagian Wasiat Wajibah Kepada Ahli Waris yang Berbeda Agama (Studi

Kasus Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Perkara No.

339/Pdt.G/2000/PA.JB), oleh Hilma Yuniasti (106044201464), dalam skripsi

ini membahas tentang orang-orang yang berhak menerima wasiat wajibah

diantaranya adalah: anak angkat dan orang tua angkat. Selain itu skripsi ini

Page 17: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

7

membahas tentang pemberian wasiat wajibah kepada non muslim dengan

alasan masih mempunyai hubungan kekerabatan dan emosional kepad si

pewasiat, melihat pertimbanga secara psikologis dari ahli waris berdasarkan

landasan yuridis dan normatif Kompilasi Hukum Islam (KHI).

2. Wasiat Wajibah Kepada Ahli Waris Non Muslim (Studi Analisis Penetapan

Perkara No. 0176/Pdt.p/2012/PA.JP), oleh Muhammad Syaefudin Bahri

(109044100006), dalam skripsi ini membahas tentang penetapan ahli waris

yang ditetapkan di Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang dalam skripsinya

memfokuskan kepada wasiat wajibah terhadap ahli waris non muslim .

Dari tinjauan studi di atas jelas skripsi yang penulis ingin teliti berbeda,

karena dalam pembahasan skripsi penulis, yaitu mengenai besarnya kadar wasiat

wajibah yang diputuskan di Pengadilan Agama Jakarta Barat. Dengan judul

“Ketentuan Batas Maksimal Kadar Wasiat Wajibah (Studi Analisis Putusan

Perkara No. 339/Pdt.G/2000/PA.JB).” Dalam penelitian ini menurut hemat

penulis tema ini sangat menarik, karena apa yang diputuskan hakim berbeda

dengan teori yang berlaku di Indonesia dan hukum Islam.

E. Metode penelitian

1. Sumber dan Jenis Bahan Hukum Penelitian

Jenis bahan yang di tuangkan dalam penelitian adalah berbentuk dokumen.

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri:

a. Bahan primer:

Page 18: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

8

Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat No.

339/Pdt.G/2000/PA.JB.

b. Bahan sekunder:

Bahan skunder merupakan data pendukung dari data primer yang

didapatkan dari beberapa sumber hukum baik berupa undang-undang

maupun ketentuan lain yang berlaku di Indonesia, seperti KUHPer dan

Kompilasi Hukum Islam, Selain itu, karena penelitian ini juga meninjau

pandangan hukum Islam, maka data sekunder terdiri dari literatur fiqh atau

hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan materi penelitian, baik secara

langsung maupun tidak.

2. Tehnik Pengumpulan Bahan

Dalam tehnik pengumpulan bahan penulis melakukan Penelitian kepustakaan

(library research) yaitu dengan cara menelusuri buku-buku dan literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan menghimpun seluruh data

proses Pengadilan Agama Jakarta Barat terhadap Putusan Perkara No.

339/Pdt.g/2000/PA.JB, tentang putusan pembagian wasiat wajibah kepada ahli

waris yang berbeda agama.

3. Tehnik Analisa bahan

Bahan yang penulis dapatkan, penulis analisa bersifat content analisis atau

menganalisa putusan yang diperoleh dengan menggunaka penjelasan-

Page 19: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

9

penjelasan sehingga dapat tersusun secara sistematis dalam menjawab

masalah-masalah yang telah dirumuskan.

4. Tehnik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan tehnik yang biasa

digunakan dalam penulisan karya ilmiah yang dalam hal ini penulis

berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini terdiri atas lima bab, yang masing-masing mempunyai sub-

sub bab tersendiri dengan dengan sistematika penulisan yaitu:

Bab pertama, yaitu merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, studi

review terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab Kedua, yang membahas tentang ketentuan umum wasiat yang terdiri

dari Pengertian secara umum, dasar hukum, rukun dan syarat, batas.

Bab Ketiga, yang membahas tentang wasiat wajibah terddiri dari

Pengertian, menurut pandangan ulama, menurut KHI, beberapa contoh di negara

muslim, contoh penghitungan.

Page 20: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

10

Bab Keempat, yang membahas tentang Putusan pengadilan dan analisa

terdiri dari kronologi perkara, tuntutan penggugat, putusan majlis hakim, alasan,

analisa putusan.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang terdiri kesimpulan dan saran.

Page 21: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

11

BAB II

KETENTUAN UMUM WASIAT

A. Pengertian

Wasiat menurut bahasa adalah Washiyyatussyai‟a aw syiihi artinya (aku

menyampaikan sesuatu).1 Wasiat juga diartikan menjadikan harta untuk orang lain;

washaitu bi kadzaa au aushaitu (aku menjadikan sesuatu itu untuknya). Washaya

yang merupakan bentuk jamak dari kata washiyyah mencakup wasiat harta;

sedangkan iisha‟, wishaayah, dan washiyyah dalam istilah ulama fiqh diartikan

kepemilikan yang disandarkan pada keadaan atau masa setelah kematian seseorang

dengan cara tabarru‟ atau hibah, baik sesuatu yang akan dimiliki tersebut berupa

benda berwujud atau hanya sebuah nilai guna barang. Dengan arti ini, istilah-

istilah tersebut menjadi berbeda dengan kepemilikan-kepemilikan benda munjazah

(yang langsung bisa dilaksanakan), seperti penjualan dan hibah, juga kepemilikan

nilai guna seperti sewa-menyewa, dan yang disandarkan kepada keadaan selain

kematian seperti sewa-menyewa yang disandarkan kepada waktu mendatang,

misalnya diawal bulan depan atau yang lainnya.2

1 AW Munawir, Kamus Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, cet XXV, (Surabaya,

Pustaka Progresif, 20002), h. 1563

2 Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid.X, Penerjemah. Abdul Hayyie al-

Kattani, dkk, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 154

11

Page 22: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

12

Menurut istilah wasiat berarti pesan, nasehat dan juga diartikan

mensyari’atkan.3 Wasiat menurut istilah syaria’at adalah hibah dari seseorang

kepada orang lain berupa barang, hutang, manfaat dengan ketentuan pihak yang

diberi wasiat berhak memiliki pemberian tersebut setelah kematian pemberi

wasiat.4 Orang yang menyampaikan pesan diwaktu dia masih hidup untuk

dilaksanakan sesudah wafat.5

Menurut syafi’iyyah wasiat adalah suatu pemberian secara suka rela yang

pelaksanaannya dilakukan setelah si pewasiat meninggal baik disebutkan maupun

tidak waktu pelaksanaannya wasiat tidak ada perbedaan yakni tetap

pelaksanaannya dilakukan setelah si pewasiat meninggal dunia. Menurut ulama

hanabilah wasiat adalah perintah untuk mentasarufkan sesuatu setelah orang yang

berwasiat meninggal, seperti wasiatnya seseorang kepada orang lain untuk

merawat anaknya yang masih kecil atau mengawini putrinya atau memisahkan 1/3

dari hartanya.6 Sedang kitab Undang-undang Wasiat Mesir Nomor 71 Tahun 1946

menta‟rifkannya secara umum yang dapat mencakup seluruh bentuk-bentuk dan

3Sidik Tono, Kedudukan Wasiat dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,

Editor.M.Roem Syibly, Cet.I, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012), h. 43

4 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, Cet 1, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 588

5 Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h. 19

6 Abdur rahman, Al-Zairy, Fiqh Ala Madzahibi Al-Arba‟ah, jilid III ,(Libanon Bairut: Dar-

al-kitab al-alamiyyah,1990),h. 277

Page 23: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

13

macam-macam wasiat yakni mengalihkan hak memiliki harta peninggalan, yang

ditangguhkan kepada kematian seseorang.7

Dalam pengertian syara’ para ulama mazhab berbeda dalam

mendefenisikan wasiat. Menurut ulama hanafiyyah wasiat adalah pemberian hak

untuk memliki sesuatu secara suka rela (tabarru’) yang pelaksanaanya setelah

adanya kematian baik itu berbentuk barang atau manfaat.8 Menurut ulama

malikiyyah wasiat adalah akad yang mewajibkan pemberian hak 1/3 dari harta

warisan orang yang berwasiat sedang waktu pelaksanaannya adalah setelah si

pewasiat meninggal. Sebagian ulama malikiyyah mengartikan wasiat seperti ulama

hanafiyyah.9

Imam Syafi’i dalam pendapatnya yang lama dan pendapat ini diakui oleh

Ibnu Abdul Barri sebagai ijma’ ulama, bahwa wasiat itu tidak wajib berdasarkan

dalil makna hadis dari Ibnu Umar r.a. itu, karena seandainya dia tidak

mewasiatkan niscaya dia bagikan semua hartanya antara para ahli warisnya

berdasarkan ijma’ para ulama. Lalu seandainya wasiat itu adalah wajib, maka pasti

dia sudah mengeluarkan sebagian dari hartanya sebagai bagian pengganti wasiat

itu.10

7 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Cet.IV, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1975), h. 50-51

8 Rahman, Ilmu Waris, h. 50-51

10 Ash Shan’ani, Subulussalam, Terjemahan oleh Abu Bakar Muhammad, (Surabaya:

Al-Ikhlas, 1995), h. 372.

Page 24: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

14

Dalam Hukum Pokok Perdata wasiat atau testament adalah suatu

pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal

dunia. pada dasarnya suatu pernyataan yang demikian, adalah keluar dari suatu

pihak saja (eenzijdlig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang

membuatnya.11

Harta peninggalan dalam Islam disebut tirkah, sebab harta peninggalan

sebagai obyek dari keseluruhan sistem kewarisan dalam hukum Islam lebih mudah

dikenal dalam nahasa hukum di Indonesia. Harta peninggalan adalah segala suatu

benda atau yang bernilai kebendaan yang dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh

orang yang meninggal dunia yang dibenarkan oleh syara. Hukum kewarisan islam

menempuh jalan tengah sebagai jalan alternatif anatara memberi kebebasan

kepada seseorang untuk memindahkan harta peninggalan dengan jalan wasiat

kepada orang yang dikehendakinya.12

Apabila dilihat secara makro, bahwa penyelesaian harta peninggalan

belumlah cukup diselesaikan dengan aturan kewarisan secara sistematis dengan

bagian-bagian yang telah ditentukan dalam rangka penyebaran harta pada

lingkungan kompleks masyarakat sosial tertentu. Akan tetapi wasiat merupakan

11 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cet 31, (Jakarta : Intermasa, 2003), h. 106-107

12Sidik Tono, Kedudukan Wasiat dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,

Editor.M.Roem Syibly, Cet.I, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012),h. 28-37

Page 25: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

15

cara penyelesaian alternatif yang bertujuan melengkapi cara penyelesaian waris

bagi mereka yang tidak memperoleh bagian waris karena adanya hubungan

kekerabatan dan kekeluargaan dengan yang meninggal.13

Beberapa pengertian wasiat di atas apabila dicermati pada prinsipnya tidak

terdapat perbedaan subtansial akan tetapi antara satu dengan lainnya saling

melengkapi, karena apabila dikristalkan terdapat beberapa unsur yaitu : pertama,

wasiat itu merupakan bentuk perikatan yang berkaitan dengan harta benda atau

manfaatnya. Kedua, wasiat itu perbuatan yang dilakukan atas inisiatif atau

kehendak sendiri secara sukarela. Ketiga, adanya perpindahan hak kepemilikan

dari orang yang berwasiat kepada yang menerima wasiat. Keempat, pelaksanaan

perpindahan hak kepemilikan terjadi setelah matinya orang yang

berwasiat.14

Subtansi wasiat di atas berarti juga mengandung pernyataan kehendak

oleh seseorang mengenai apa yang dilakukan terhadap hartanya sesudah

meninggal kelak. Akan tetapi pelaksanaan wasiat itu harus tunduk kepada

beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi.15

13

Tono, Kedudukan Wasiat, h. 58

14Tono, Kedudukan Wasiat, h. 46

15Tono, Kedudukan Wasiat, h. 47

Page 26: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

16

B. Dasar Hukum

1. Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah ayat : 180

Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk

ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf16

, (ini adalah) kewajiban atas

orang-orang yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah:180)

Ayat ini secara lugas mengemukakan hukum wasiat yang dimaksud di

dalamya dengan hukum wajib. Kelugasan demikian dijadikan golongan zahiriyah

sebagai dasar menetapkan bahwa wasiat itu hukmnya fardu‟ain bagi tiap orang

yang akan meninggal dunia dengan meninggalkan harta pusaka.17

Dalam surat Al-Baqarah ayat 180 Rasyid Ridha berpendapat bahwa hukum

wasiat adalah wajib bagi orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta

yang banyak bagi pewarisnya, dimana wasiat tersebu harus diberikan kepada

16

Ma'ruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang

akan meninggal itu. ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris

17 Achmad Kuzari, Sistem Asabah: Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta Tinggalan, cet,

I, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1996), h. 54-55

Page 27: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

17

orang tua dan kerabat yang tidak dapat mewarisi, meskipun kedua orang tuanya

berbeda agama dengan batas sepertiga harta.18

Sasaran hukum wasiat di atas ditunjuk kepada ibu bapak dan karib kerabat.

Sasaran ini yang perlu direspon dalam pengembangan hukum Islam di Indonesia

sebab istilah yang dipergunakan Al-Qur’an itu apakah mencakup orang tua angkat,

anak angkat atau mencakup batasan yang lebih luas secara kontekstual dalam

menampung perkembangan hukum yang semakin kompleks.19

Surat Al-Baqarah ayat : 240

Artinya: “dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu

dan meninggalkan isteri, hendaklah Berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi

nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan

tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris

dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri

mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Menurut Mahmud Yunus, tafsir kebanyakan ulama, bahwa orang-orang

yang meninggal dunia hendaklah berwasiat kepada isterinya, supaya bersenang-

senang dan ber’idah setahun lamanya dengan tiada berkawin dan tiada keluar dari

18

Rasyid, Ridha, Tafsir Al-Manar, juz II, (Beirut : Dar Al-Ma’arif,t,th),h. 127

19

Tono, Kedudukan Wasiat, h. 49

Page 28: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

18

rumahnya. Ayat di atas jelas menegaskan kewajiban berwasiat untuk para istri

yang ingin ditinggal mati oleh suaminya, hendanya berwasiat untu para istri

tersebut.20

Surat An Nisa ayat : 11

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang

anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua. Maka

bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu

seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa,

bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang

meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak

dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika

yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat

seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat

yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat

(banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. an-Nisaa (4): 11)

20

Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim Terjemahan,(Jakarta: PT. Karya Agung, 1978), h.

53

Page 29: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

19

Surat An Nisa ayat : 12

Artinya:“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu

mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah

dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka

Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah

dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.

jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan

ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki

(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara

seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,

sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya

dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang

demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha

mengetahui lagi Maha Penyantun”. (Q.S. an-Nisaa (4): 12)

Dua ayat tersebut diatas menurut Mahmud Yunus pembagian pusaka itu

dilaksanakan sesudah dibayarkan utang-utangnya dan dibagikan wasiatnya, jika

Page 30: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

20

wasiatnya tidak lebih dari sepertiga harta pusaka, jika lebih maka wasiat itu

hukumnya batal. Jadi sangat jelas bahwa menyalurkan warisan itu setelah utang

dan wasiat.21

2. Hadits

سف، اخبرنا ملك، عن نافع، عن عبداهلل بن عمر حدثنا عبداهلل بن ي

ل اهلل ص رضي اهلل سلم عنيما، ان رس : ماحق قاللى اهلل عليو

بة صيحو مكح صي فيو، يبيث ليلحن اال امرئ مسلم لو شيئ ي

النبي صلى اهلل عليو عنده.محمدبن مسلم، عن عمر،عن عمر، عن

22سلم

Artinya: “Abdullah bin Yusuf berkata: Malik memberi kabar kepada saya dari

Nafi‟ dari Abdullah bin Umar ra. Sesungguhnya nabi SAW berkata: bukanlah hak

seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang ingin diwasiatkan bermalam

(diperlambat) selama dua malam, kecuali wasiatnya telah dicatat disisinya”,

hadits ini diikuti oleh Muhammad bin Amar, dari Ibn Umar, dari Nabi Muhammad

SAW.” (HR. Imam Bukhari)

ت يكره أن يم ى أنا بمكة دني سلم يع جاءني النبي صلى اهلل عليو

ل ‚بالأرض الحي ىاجر منيا قال: يرحم اهلل ابن عفراء قلث: يارس

صي بمال كلو؟قال: لا. قلث:الشطر؟قال: لا, قلث: الثلث, قال: اهلل,أ

رثحك عالة خير من أن جدعيم أغنياء فالثلث, الثلث كثير, انك أن جدع

ن الناس في أيدىم. 23يحكفف

21

Yunus, Tafsir Qur’an Terjemahan, h. 107

22

Abu Al-Hasan Nur Ad-Din Muhammad, Shahih Al-Bukhari jilid 2,(Bairut:Dar Al-

Kutub Al-Alamiyyah,1971), h. 230

23

Abi ‘abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhori, Shohih al-

Bukhori, Juz, 5 (Mesir: 1985) h. 5

Page 31: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

21

“Rasulullah SAW datang mengunjungi saya ketika berada di Mekkah pada saat

saya menderita sakit keras. Rasulllah mendoakan: semoga Allah Merahmati mu

wahai Ibn „Afra. Saya bertanya kepada rasul: bolehkah Saya mewasiatkan

seluruhku kepada anakku? Rasulullah menjawab: Tidak. Saya pun bertanya

kembali:separu wahai rasul?Rasulullah menjawab: Tidak. Saya pun bertanya

kembali: sepertiga wahai Rasulluah?Rasulullah menjawab: berikanlah sepertiga,

karena sepertiga sudah cukup banyak, karena jika kamu meninggalkan ahli waris

dalam keadaan yang cukup adalah lebih baik dari pada kamu meninggalkan

mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang banyak.’

Dalam pembahasan mengenai syarat-syarat wasiat, kita telah mengetahi

bahwa hak manusia dalam wasiat dibatasi, yakni sepertiga harta peninggalan

mayit, maka ukuran wasiat adalah sepertiga.

3. Ijma’

Umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang banyak

menjalankan wasiat. Perbuatan yang demikian itu tidak pernah diingkari oleh

seorangpun. Ketidak ingkaran seseorang tersebut24

menunjukkan adanya Ijma.

C. Rukun dan Syarat

1. Rukun Wasiat Ada Empat :

a. Orang yang berwasiat, keadaannya bersifat mukallaf dan berhak berbuat

kebaikan dengan kehendaknya sendiri.

24

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Cet.IV, h. 51

Page 32: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

22

b. Yang menerima wasiat (Maushilah), hendaklah kedaannya yang bukan

jalan maksiat, baik kepada kemaslahatan umum seperti membuat masjid,

sekolah atau lainnya.

c. Suatu yang diwasiatkan, keadaannya dapat berpindah milik dari seseorang

kepada orang lain.

d. Lafaz kalimat wasiat dengan kalimat yang dapat difaham untuk wasiat.25

Dalam kitab ad-Durrul Mukhtaar dari golongan Hanafiyah yang dikutip

oleh Wahbah Zuhaili mengatakan, rukun wasiat hanya ijab saja, yakni perkataan

tentang wasiat yang keluar dari pihak mushii (orang yang berwasiat). Sedangkan

qabul dari pihak mushaa lah (orang yang menerima wasiat) hanya merupakan

syarat bukan rukun. Yang dimaksud qabul adalah suatu ucapan yang jelas atau

terang-terangan, seperti qabiltu (aku terima), atau secara isyarat/petunjuk. Qabul

dalam wasiat hanya sah apabila dialukan setelah meninggalnya

mushii26

.Sedangkan Jumhur Ulama mengatakan, ada empat rukun wasiat, yaitu

mushii (pihak pembuat wasiat), mushaa lah (penerima wasiat), mushaa bih

(sesuatu atau barang yang diwasiatkan), dan shigat (ucapan serah terima).27

25

Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam,(Jakarta: Atthahiriyyah, 1976),hlm. 352

26Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 160

27Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 161

Page 33: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

23

Sedangkan Jumhur Ulama mengatakan, ada empat rukun wasiat, yaiu

mushii (pihak pembuat wasiat), mushaa lah (penerima wasiat), mushaa bih

(sesuatu atau barang yang diwasiatkan), dan shigat (ucapan serah terima).28

Dalam hukum perdata Islam hanya kabul rukun wasiat, karena jika

disatukan antara ijab dan kabul itu terlalu mengada-ngada, sebab bagaimana

mungkin ijab dan kabul dilaksanakan seandainya penerima wasiat tidak ada

ditempat, misalnya dalam keadaan si pewasiat ditengah perjalanan, atau si

pewasiat meninggal mendadak.29

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 194 :

(1) Orang yang telah berumur skurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan

tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya kepada

orang lain atau lembaga.

(2) harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari si pewasiat.

(3) Pemilik terhadap harta benda seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

dilaksanakn sesudah pewasiat meninggal dunia.

28

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 161

29

Suhardi K. Lubis dan Komis, Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,

2008), h. 46

Page 34: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

24

2. Syarat Wasiat Adalah :

Para ahli hukum Islam berselisih paham tentang rukun dan syarat-syarat

wasiat sehingga wasiat itu sah dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan

kehendak syara’.

a. Pemberi wasitat.30

b. Dewasa.

c. Berakal.

d. Merdeka.

e. Dapat dipercaya31

Menurut Wahbah Zuhaili syarat sah Mushii itu adalah: Berkompeten

melakukan tabarru’ yaitu mukallaf (balig dan berakal sehat), merdeka, baik laki-

laki maupun perempuan, dan muslim maupun kafir.32

Berakal adalah syarat yang sudah disepakati dalam hal wasiat. Karena itu,

wasiat yang dikeluarkan dari orang gila, orang idiot dan orang epilepsi tidaklah

sah karena perbuatan mereka tidak dianggap hukum. Para ulama fiqih sepakat

mensyaratkan mushii harus orang yang merdeka. Maka wasiat yang keluar dari

seorang budak tidakklah sah. Golongan Hanafiyah sepakat dan golongan

30

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5,(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 595

31

Abi Syuja’ Ahmad, Al-Ashfani, Terjemah Mantan Ghoya Wat Taqrib Cet II, (Jakarta:

Pustaka Amani ,2001),h. 89

32Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 169

Page 35: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

25

Syafi’iyyah satu pendapat yang lebih unggul dari dua pendapat yang ada

mensyaratkan mushii haruslah orang yang sudah baligh. Artinya, tidaklah sah

wasiat yang keluar dari anak kecil yang sudah atau belum tamyiz. Golongan

Malikiyyah dan Hanabillah memperbolehkan wasiat yang dilakukan oleh anak

yang sudah tamyiz, yang sudah berusia sepuluh tahun atau kurang sedikit, jika si

tamyiz ini memikirkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah SWT).33

Wasiat sah dilakukan oleh orang mukallaf merdeka dalam keadaan bebas

merdeka, untuk keperluan-keperluan yang halal semisal pembangunan masjid,

makanya tidak sah wasiat dilakukan oleh anak kecil, orang gila, budak sekalipun

mukatab tanpa seizin tuannya, dan juga orang yang dipaksa wasiat. Dan wasiat

boleh kepada anak yang telah mumayyiz.34

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 195 menurut penulis menjadi syarat

wasiat :

(1) Wasiat dilakukan secara lisan di hadapan dua orang saksi, atau

tertulis di hadapan dua orang saksi di hadapan Notaris.

(2) Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga (1/3) dari

harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujuinya.

33

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 170

34As’ad Ali, Fathul Mu‟in (Yogyakarta : Menara Kudus, 1979),h. 394

Page 36: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

26

(3) Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli

waris.

(4) Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini dibuat secara

lisan di hadapan dua orang saksi atau tertulis di hadapan dua orang

saksi atau disaksikan di hadapan Notaris

Dan termasuk juga pasal 196 kedalam syarat wasiat yang berbunyi “Dalam

wasiat baik secara tertulis maupun secara lisan disebutkan dengan tegas dan jelas

siapa atau siapa-siapa atau lembaga apa yang ditunjuk untuk menerima harta

benda yang diwasiatkan.

D. Batas Maksimal

Dalam pembahasan mengenai syarat-syarat wasiat, kita telah mengetahi

bahwa hak manusia dalam wasiat dibatasi, yakni sepertiga (1/3) harta peninggalan

mayit, maka ukuran wasiat adalah sepertiga.

a. Jika Mushii memiliki ahli waris; jumhur ulama fiqh selain golongan

zahiriyyah dan malikiyyah berpendapat; wasiat yang melebihi sepertiga

harta peninggalan si mayit tidaklah diluluskan dan tidak dilaksanakan,

kecuali adanya izin dari ahli waris.35

35

Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 228

Page 37: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

27

Mengenai wasiat yang melebihi sepertiga harta tidak dilaksanakan

melainkan setelah adanya izin dari ahli waris. Wahbah Zuhaili menjelaskan :

pertama, Imam madzhab empat berpendapat bahwa pemberian izin tidaklah

diterima atau diharuskan untuk dilakukan melainkan setelah meninggalnya Mushii.

Apabila pemberian izin atau penolakan terjadi semasa hidupMushii hal tersebut

tidak dianggap/ tidak sah. Karena, status kepemilikan harta peninggalan hanya

akan sah menjadi milik ahli waris ketika Mushii sudah meninggal. Maka,

pemberian izin atau penolakan mereka baru menjadi sah setelah status kepemilikan

benar-benar ada ditangan mereka.36

Namun, golongan malikiyyah mengatakan ahli waris memberikan izin saat

Mushii sakit yang mengkhawatirkan dan dilakukan dihadapan Mushii,dan setelah

itu Mushii tidak lagi sehat, maka pemberian izin itu menjadi wajib dilaksanaka.

Kecuali, karena ada udzur yang berupa ketidaktahuan. Artinya, ahli waris tersebut

tidak mengetahui akan komitmen pemberian izin saat sakit tersebut.37

Wasiat tidaklah syah pada selebihnya dari 1/3 harta dalam wasiat yang

diucapkan pada waktu sakit parah, yaitu yang kebanyakan orang mati dari

penyakit sejenis itu, jika ditolak ahli waris khas yang mempunyai hak tasarruf

mutlaq, karena harta itu adalah hak ahli waris itu. Apabila ada sebagian ahli waris

36

Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 229

37Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 229

Page 38: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

28

yang menyetujuinya, maka syah untuk jumlah sebesar bagian mereka dalam

selebihnya 1/3 harta, dan apabila seluruh ahli waris menyetujuinya.38

Qatada mengatakan Abu Bakar mewasiatkan seperlima, sedang Umar

mewasiatkan seperempat. Dan Abu Bakar berkata seperlima itu lebih aku sayangi.

Sementara para fuqaha berpendapat bahwa kadar wasiat yang dianjurkan adalah

sepertiga.39

Jadi jelas bahwa hadist Nabi SAW dan sahabat serta para fuqaha tidak

ada yang berpendapat lebih dari sepertiga berserikat ataupun sendiri.

38

Ali, Fathul Mu‟in (Yogyakarta : Menara Kudus, 1979),h. 40

39

Al-faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul

Mujtahid Analisis Fiqih Para Mujtahid, h. 370

Page 39: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

BAB III

WASIAT WAJIBAH

A. Pengertian

Wasiat wajibah menurut Suparman Usman adalah wasiat yang

pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau tidak bergantung kepada kemauan atau

kehendak yang meninggal dunia. Wasiat ini tetap harus dilaksanakan, baik

diucapkan atau tidak diucapkan, baik dikehendaki maupun tidak dikehendaki oleh

si yang meninggal dunia.1 Jadi pelaksanaan wasiat tersebut tidak memerlukan

bukti bahwa wasiat tersebut diucapkan atau ditulis atau dikehendaki, tetapi

pelaksanaannya didasarakan kepada alasan-alasan hukum yang membenarkan

bahwa wasiat tersebut harus dilaksanakan.2

Indonesia memang negara yang aneh tetapi nyata. Sebab sering salah

kaprah dalam menerapkan istilah , termasuk dalam masalah menyebutkan istilah

wasiat wajibah ini. Istilah yang ada dalam UU Hukum Keluarga Mesir, jelas

tidak sama dengan istilah yang disebutkan dua kali pada pasal 209 KHI di atas.

Pasal itu membahas mengenai jatah waris bagi orang tua angkat dan anak angkat

1Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih mawarits Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: gaya Media Pratama, 1997), h. 163.

2Usman dan Somawinata, Fiqih mawarits Hukum Kewarisan Islam, 1997, h. 163.

29

Page 40: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

30

yang oleh karena tidak bisa mendapatkan warisan maka oleh ulama Indonesia,

mereka tetap diberi jatah dengan nama wasiat wajibah

B. Pandangan Ulama

Dasar hukum penentuan wasiat wajibah adalah kompromi dari pendapat-

pendapat ulama salaf dan khalaf. Menurut Fatchur Rahman dijelaskan : (1) tentang

kewajiban berwasiat kepada kerabat-kerabat yang tidak menerima pusaka ialah

diambil dari pendapat-pendapat Fuqaha dan Tabi‟in besar ahli hukum Islam(fiqih)

dan ahli hadis, antara lain, Said Ibnu al Musayyah, Hasan al Basry, Tawus,Ahmad,

Ishaq Ibnu Rahawaih dan Ibnu Hazm, (2) pemberian sebagian hartapeninggalan si

mati kepada kerabat-kerabatnya yang tidak menerima pusaka yang berfungsi

sebagai wasiat wajibah, bila si mati tidak berwasiat adalah diambil dari pendapat

Ibnu Hazm yang dinukilkan dari Fuqaha Tabi‟in dan pendapat Imam Ahmad, (3)

pengkhususan kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka kepada cucu-

cucu dan pembatasan penerimaan sebesar sepertiga peninggalan adalah didasarkan

pendapat Ibnu Hazm dan kaidah syari‟ah yang mengatakan bahwa pemegang

kekuasaan mempunyai wewenang memerintahkan perkara yang diperbolehkan

karena ia berpendapat bahwa hal itu akan membawa kemashlahatan umum, bila

penguasa menetapkan maka wajib mentaati.3

Ketentuan wasiat wajibah di atas merupakan hasil ijtihad para ulama dalam

menafsirkan ayat 180 surat al-Baqarah. Sebagaimana ulama, dalam menafsirkan

3Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Cet.IV, h. 65

Page 41: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

31

ayat tersebut berpendapat bahwa wasiat (kepada ibu, bapak dan kerabat) yang

asalnya wajib, sampai sekarang pun kewajiban tersebut masih tetap dan masih

dapat diberlakukan. Sedang sebagian ulama lain berpendapat bahwa ketentuan

wasiat wajibah tidak dapat diterapkan dan dilaksanakan karena ketetapan hukum

mengenai wasiat dalam ayat tersebut sudah di nasakh atau dihapus hukumnya baik

oleh al-Quran maupun al-Hadis.4

Para ulama berbeda pendapat mengenai wasiat wajibah. Hal ini dilatar

belakangi oleh adanya perbedaan pendapat dalam masalah mansukh atau tidaknya

ayat Al-Qur‟an dalam bidang kewarisan. Akan tetatpi jumhur ulama berpendapat

sudah mansukh, baik yang menerima warisan atau tidak.5 Sebagian ulama fiqih

seperti Ibnu Hazim azh-Zhahiri, ath-Thabari, dan Abu Bakr bin Abdul Aziz dari

golongan Hambali berpendapat, wasiat adalah kewajiban bersifat utang dan

pemenuhan untuk kedua orang tua serta kerabat yang tidak bisa mewarisi.6

Namun demikian penguasa atau hakim sebagai aparat negara tertinggi,

mempunyai wewenang untuk memaksa atau memberi putusan wajib wasiat yang

terkenal dengan wasiat wajibah, kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu

ketika orang yang meninggal lupa atau teledor dalam memberikan wasiat kepada

4 Usman dan Somawinata, Fiqih mawarits Hukum Kewarisan Islam, h. 164

5 Tengku, Muhammad Hasbih, Ash-shiddieaqy, Fiqh Mawaris, (Semarang: PT Pustaka,

2001), h. 274

6 Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 245

Page 42: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

32

orang yang seharusnya menerima harta wasiat. 7 Dalam kaitan ini Ibn Hzm

berpendapat bahwa apabila diadakan wasiat untuk kerabat dekat yang

mendapatkan yang tidak mendapatkan pusaka dari warisnya, maka hakim harus

bertindak memberikan sebagian harta peninggalan kepada kerabatnya.8 Karena,

sesuatu yang menghalangi mereka seperti perbedaan agama.9 Mesir dan Syiria

menggunakan pendapat tersebut dalam Perundang-Undangan negaranya.10

C. Menurut KHI

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 209 ayat (1) dan (2)

dijelaskan :

(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal-pasal 176

sampai dengan 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua

angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-

banyaknya 113 dari harta warisan anak angkatnya.

(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat

wajibah sebanyak-banyaknya 113 darki harta warisan orang tua

angkatnya.

7Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Cet.IV, h. 63

8 Dorry Elvana, sarie, Wasiat Sebagai Bentuk Penerobosan Kewarisan Ahli Waris Non

Muslim, 2005, h. 37

9 Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 245

10

Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 145

Page 43: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

33

Dalam pasal tersebut di atas wasiat dijelaskan sebanyak-banyaknya 1/3 dari

harta warisan baik itu sendiri maupun lebih. Dan yang melewati jalan wasiat

wajibah hanya anak angkat dan orang tua angkat, selain dari pada itu tidak ada

landasan hukum untuk menerima harta dari jalan wasiat.

D. Di Negara Islam

Hukum keluarga Islam selama berabad-abad diakui sebagai landasan utama

bagi pembentukan masyarakat (umat) Islam. Selain itu, kajian terhadap hukum

keluarga Islam tetap penting dan terus berkembang juga karena dari persoalan-

persoalan inilah selalu muncul perdebatan antara kekuatan konservatif dengan

kekuatan-kekuatan progresif di dunia Islam. Oleh karena itu, mengkaji

perkembangan hukum Islam di dunia Islam perlu dilaksanakan.11

Kebaradaan wasiat wajibah dalam sistem hukum keluarga Islam terutama

bila dihubungkan dengan hukum kewarisan memiliki kedudukan sangat penting

terutama dalam menjaga dan menjamin kesejahteraan keluarga bahkan

masyarakat. Sehubung dengan arti pentingnya wasiat dalam hukum keluarga islam

dan tengah-tengah hukum muslim sehingga mudah dimengerti jika ada beberapa

negara Islam yang memasukan dictum wasiat wajibah dalam undang-undang

kewarisan.12

11

M. Atho Mudzar dan Khairudin Nasution, Hukum keluarga di Dunia Islam Modern, Cet I,

(Jakarta : Ciputat Press, 2003), h. 164

12

sarie, Wasiat Sebagai Bentuk Penerobosan Kewarisan Ahli Waris Non Muslim, (Semarang:

Universitas Diponorogo, 2005), h. 36-37

Page 44: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

34

1. Kuwait

Perundang-undangan yang sangat penting berhubungan dengan warisan

adalah hukum Wasiat Wajibah (Law on Obligatory Bequest/ Qanun Wasiyyah al-

Wajibah) tahun 1971, yang diundangkan tanggal 4 April 1971. Perundang-

undangan ini dapat membeikan manfaat bagi cucu yang orang tuanya meninggal

(descendant of the predeceased children of deceased persons) dimana menurut

aturan ini cucu tersebut berhak mendapat bagian.13

Istilah Wasiat Wajibah dipergunakan pertama kali di Mesir melalui Hukum

Waris 1946 guna menegakan keadilan dan membantu cucu yatim. Hukum Wasiat

Wajibah Kuwait 1971 dibuat secara sederhana yang hanya memuat empat pasal.

Ketentuan ini meskipun menderivasi dari UU Mesir, tentang “wasiat”, yaitu

menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 180 menururt mufassir dan fruqaha tradisional

terhadap ayat ini wasiat hanya diberikan kepada orang tua dan kerabat dekat.14

Sebagaimana disebutkan sebelumnya penduduk kuwait memeluk tiga

mazhab fiqh, yaitu Maliki, Hambali, dan minoritas Syi‟ah.15

Pemedapat mereka

semua beragam, akan tetapi pendapat yang lebih tegas berasal dari kalangan

13

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 165-166

14Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 168-169

15Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 169

Page 45: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

35

mazhab Zahiri “Wajib bagi setiap Muslim berwasiat kepada keluarga dekat yang

tidak mendapatkan warisan.16

a. Butir Undang-Undang Wasiat Wajibah Tahun 1977

1) Bila seorang meninggal dunia (kakek/nenek) tidak berwasiat kepada

cucunya dari anak-anaknya yang meninggal sebelumnya atau anak yang

meninggal bersama dengan kakek, bagian (warisan) ayah dari harta yang

ditinggalkan kakek saat meninggal akan berpindah kepada anaknya (cucu)

sebagai harta wasiat yang harus diberikan kepadanya tapi tidak boleh

melebihi sepertiga jumlah harta yang boleh diwasiatkan. Cucu tersebut

tersebut tidak termasuk ahli waris kakek yang meninggal yang tidak

memberinya dengan cara lain. Tanpa pertimbangan lain, itulah hak yang

harus diberikan kepadanya. Wasiat itu menjadi hak keturunan generasi

pertama dari anak anak perempuan orang yang meninggal. Akan tetapi

wasiat itu menjadi hak garis keturunan laki-laki kebawah yang akan

menghalangi keturunannya sendiri, tapi bukan keturunan garis lain (garis

perempuan). Bagian anak laki-laki dari orang yang meninggalkan dibagi

diantara anak-anak (cucu)-nya kebawah sesuai prinsip kewarisan yang

seakan-akan hubungan itu melalui orang yang dihubungkan kepada orang

16

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 170

Page 46: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

36

yang meninggal setelah dia dan kematiannya terjadi pada saat generasi itu

masih memiliki hubungan dengannya.17

2) Jika orang yang meninggal berwasiat kepada cucu yangb melebihi harta

yang harus diwasiatkan, pengaruhnya dianggap sebagai wasiat biasa dan jika

dia berwasiat kurang dari batas itu, kewajiban memenuhi wasiat itu sebatas

memenuhi haknya. Jika wasiat itu (mesti) diberikan kepada beberapa orang

akan tetapi si mati hanya berwasiat untuk beberapa orang diantaranya, tidak

kepada yang lainnya, maka wasiat itu harus juga diberikan kepada mereka

(yang tidak diberi wasiat) sesuai haknya. Orang-orang yang tidak diberi

wasiat wajibah dan juga orang-orang yang diberi wasiat wajibah kurang dari

jumlah itu akan mengambil haknya dari sisa sepertiga harta yang boleh

diwasiatkan. Jika sisa harta itu tidak c ukup, maka wasiat yang diberikan itu

menjadi optimal.18

3) Wasiat wajibah lebih diutamakan dari pada wasiat biasa (optimal). Jika si

mati tidak brwasiat kepada cucu yang seharusnya mendapatkan wasiat

wajibah, tapi justru berwasiat kepada yang lain, maka cucu-cucu itu akan

mengambil haknya dari sisa sepertiga harta yang diwasiatkan (jika masih ada

sisa) atau mengambil harta yang diwasiatkan kepada orang lain itu. 19

17

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 172

18Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 172-173

19Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 173

Page 47: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

37

2. Maroko

Prinsip wasiat wajibah yang diadopsi oleh tunisia dari hukum wasiat Mesir

(1946) juga diberlakukan di Maroko dengan beberapa perubahan. Maroko

merupakan negara keempat atau terakhir setelah Mesir, Syiria, dan Tunisia yang

mengadopsi aturan ini demi menjamin cucu yatim. Menurut Undang-undang

Maroko (1958) hak untuk mendapatkan wasiat wajibah tersedia bagi anak (dan

seterusnya kebawah) dari anak laki-laki pewaris yang telah meninggal. Aturan ini

tidak ditemukan dalam mazhab manapun dalam fiqh tradisional, sebab warisan

hanya diperuntukan bagi ahli waris yang masih hidup.20

3. Mesir

Dalam kitab Undang-undang Mesir Tahub 1946 Nomor 71 dalam pasal 76, 77 dan

78 menetapkan bahwa :

a. Pewaris boleh berwasiat kepada orang yang menerima pusaka tanpa

bergantung izin dari ahli waris atau tidak, sebagaimana halnya

membolehkan wasiat kepada orang yang tidak menerima harta

peninggalan atau dzawil arham.21

b. Menetapkan wasiat wajibah berdasarkan hasil kompromi dari

beberapa pendapat ulama Mesir, dan tabi‟in besar ahli fiqih dan ahli

hadits, antara lain Said Ibnu Musyaiyah, Hasanul Bisrhry, Thawus

20

Mudzhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 115

21 M. Idris, Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan

Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Cet IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 103

Page 48: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

38

Imam Ahmad dan Ishaq bin Rawaih, serta Ibnu Hazm. Bahwa

besarnya wasiat wajib kepada keluarga yang tidak memperoleh harta

peninggalan sebesar apa yang diperoleh ayah atau ibunya dengan

batas maksimal sepertiga dari harta peninggalan. 22

Undang-undang Mesir pasal 9 dan Undang-undang Syria pasal 215

menetapkan:

1. Wasiat sah meskipun diberikan kepada orang-orang yang berbeda agama

dan kepercayaan dengan pihak mushii

2. Jika mushaa lah adalah orang asing maka disyaratkan ada sistem

pertukaran satu sama lain.

Artinya, perbedaan agama tidaklah mencegah sahnya wasiat, demikian juga

perbedaan Negara. Jika negara mushaa lah tidak menghalangi wasiat kepada orang

seperti mushii, sebagai aplikasi atas persamaan dan sistem pertukaran satu sama

lain, maka wasiat diperbolehkan apabila Negara mushi memperbolehkan akad

semacam wasiat. Wasiat dicegah apabila Negara tersebut tidak

memperbolehkannya.23

22

Ramulyo, Hukum Perkawinan, h. 103

23

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid.X, Penerjemah. Abdul Hayyie al-

Kattani, dkk, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 181-182

Page 49: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

39

E. Contoh Penghitungan

1. Kasus I :

Dibawah ini adalah gambar pembagian wasiat wajibah dan

keterangannya serta perhitunganya:

Keterangan:

P: pewaris

C: anak laki-laki pewaris yang sudah meninggal dunia

D: anak laki-laki pewaris yang masih hidup

F: cucu laki-laki pewaris (anak dari C)

G: cucu perempuan pewaris (anak dari C)

Untuk F dan G yang tidak berhak mewarisi menurut ahli sunnah

(syafi‟i) karena terhijab oleh D anak laki-laki pewaris yang masih hidup,

P

C D

F

G

Page 50: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

40

memperoleh wasiat dari pewaris sebesar apa yang harus diterima ayahnya yang

meninggal lebih dahulu yaitu setengah dari harta peninggalan. Bilamana

pewaris tidak berwasiat maka Undang-undang wasiat menganggap ada wasiat

sebesar apa yang harus diterima ayah F dan G yakni maksimal sepertiga

diberikan ke F dan G berbanding 2:1. Hasilnya F cucu laki-laki memperoleh

bagian 2/3 X 1/3 = 2/9, G cucu perempuan melalui anak laki-laki pewaris yang

sudah meninggal dunia memperoleh 1/3 X 1/3 = 1/9. Sedangkan D anak laki-

laki pewaris yang masih hidup memperoleh sisanya 1- 2/9 + 1/9 = 1- 3/9 = 6/9.

Bagian keseluruhannya adalah F+G+D= 2/9+1/9+6/9 = 9/9 = 1.24

2. Kasus II :

Keterangan:

P: pewaris

E: anak perempuan pewaris yang sudah meninggal

24

Ramulyo, Hukum Perkawinan, h. 104

P

E

H

I

Page 51: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

41

H: cucu laki-laki pewaris (anak dari E)

I: cucu perempuan pewaris (anak dari E)

H dan I cucu pewaris (anak dari E, yaitu anak perempuan pewaris yang

sudah meninggal), menurut sistem kewarisan ahlu sunnah (Syafi‟i), tidak

mendapat peninggalan, maka pewasiat harus berwasiat sebesar apa yang harus

diterima ibunya H dan I yaitu setengah. maksimal sepertiga. Bila mana tidak

sempat atau tidak ada wasiat, maka Undang-undang Mesir secara hukum

menanggapi ada wasiat sebesar apa yang diterima ibunya H dan I maksimal

sepertiga.

H memperoleh 2/3 X 1/3 = 2/9

I memperoleh 1/3 X 1/3 = 1/9

Sedangakan sisanya mereka tidak berhak menerimanya, maka akan diserahkan

kepada Baitul Maal atau kas negara.25

3. Kasus III:

Seseorang (M) meninggal dunia dengan meninggalkan bapak (B), ibu (I), 2

orang anak laki-laki (L dan K), dan seorang cucu perempuan daria anak

perempuan (P).26

Penyelesaian kasus sebagai berikut:

Pertama: menentukan bagian masing-masing ahli waris M, sesuai kadar

penerimannya.

25

Ramulyo, Hukum Perkawinan, h. 104

26

Usman dan Somawinata, Fiqih mawarits Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: gaya Media

Pratama, 1997), h. 181-182

Page 52: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

42

Bapak (B) = 1/6 :1 =====> 1/6

Ibu (I) = 1/6 a.m. 6 :1 =====> 1/6

L dan K (anak laki-laki) = „a : 4=====> 4/6

Kedua: memberikan bagian penerima wasiat wajibah (P), karena orang

tuanya perempuan, detengah bagian penerimaan L dan K, dan memasukannya

kedalam perhitungan.

B = 1/6 --------------------------------- 1/7

I = 1/6 --------------------------------- 1/7

L dan K = 4/6 (masing-masing 2/6) ------- 4/7 (masing-masing 2/7)

P = 1/6 (setengah bagian L dan K) 1/7

7/6 7/7

(dalam perhitungan di atas seakan terjadi „aul)

Ketiga: karena bagian penerima P = 1/7 ( lebih kecil dari sepertiga 1/3),

maka ketentuan pada poin kedua di atas diberlakukan.

- Bagian B = 1/7 tirkah

- Bagian I = 1/7 tirkah

- Bagian L = 2/7 tirkah

- Bagian K = 2/7 tirkah

- Bagian P = 1/7 tirkah

Page 53: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

43

BAB IV

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA No. 339/Pdt. G/2000/PA. JB DAN

ANALISA HUKUM

A. Kronologi Kasus

1. Para Pihak

a. Penggugat, umur 31 tahun, agama Islam, pekerjaan karyawan swasta,

alamat Jakarta Barat. Anak almarhumah. Dalam hal ini telah

memberikan kuasa khusus kepada yang berinisia ERY, SH, pada surat

kuasa khusus tanggal 20 juni 2000.

b. Tergugat I, umur 56 tahun, agam Kristen, pekerjaan pensiunan

karyawan PT PLN, alamat Tangerang. Suami almarhumah.

c. Tergugat II, umur 29 tahun, agama Kristen, pekerjaan karyawati

swasta, alamat Tangerang. Anak almarhumah. Dalam hal ini Tergugat

I dan II sudah memberi kuasa khusus kepada yang berinisial LL, SH,

LLM. Sebagaimana surat kuasa khusus tanggal 30 juli 2000.

1. Tentang Duduk Perkara

Menimbang bahawa gugatan pengugat sebagaimana diuraikan

dalam surat gugatannya tertanggal 10 juli 2000 terdaftar kepada

Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Barat No.

43

Page 54: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

44

339/Pdt.G/2000/PA.JB, tanggal 10 juli 2000, yang berbunyi sebagai

berikut :

a. Bahwa penggugat dan tergugat II adalah seorang anak kandung dari

almarhumah, lahir di Bogor tanggal 20 september 1945, agama islam,

pekerjaan eks Karyawati Bank Indonesia, terakhir beralamat di Taman

Meruya Ilir Blok G. 7 No. 8 Meruya Utara Jakarta Barat.

b. Bahwa almarhumah telah meninggal dunia pada tanggal 3 maret 1999

dikediamannya karena sakit dalam usia 54 tahun.

c. Bahwa kedua orang tua almarhumah telah meninggal dunia lebih

dahulu.

d. Bahwa semasa hidupnya, almarhumah tersebut menikah satu kali

dengan Tergugat I pada tanggal 29 maret 1968 sebagaimana ternyata

dalam buku nikah No. 275/1968 yang dikeluarkan oleh KAU kec.

Kebayoran baru Jakarta Selatan.

1. Bahwa hasil dari pernikahan tersebut di atas dikaruniai dua orang

anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

e. Bahwa sejak tahun 1981 sampai akhir hayatnya (3 maret 1999).

Almarhumah tidak lagi tinggal serumah dengan Tergugat I, namun

juga tidak pernah mengajukan cerai secara formal di hadapan

Pengadilan Agama.

Page 55: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

45

f. Bahwa sebab almarhumah tidak lagi tinggal dengan tergugat I, adalah

karena terjadi perselisihan terus-menerus dalam rumah tangga. Pangkal

masalahnya adalah perbedaan keyakinan (agama).

g. Bahwa sebelum menikah dengan almarhumah. Tergugat I beragama

Kristen Protestan. Ketika menikah Tergugat I memeluk agama Islam.

Kemudian sekian lama menikah, Tergugat I kembali lagi pada

agamanya semula.

h. Bahwa adalah diantara anak-anak almarhumah, yaitu Tergugat II telah

keluar dari agama Islam (murtad) dan memeluk agama katolik.

i. Bahwa tergugat I dan tergugat II telah keluar dari agama Islam

(murtad), maka menurut hukum Islam tergugat I dan II tidak berhak

mewarisi dari almarhumah, sesuai dengan hadits yang berbunyi ; ―

Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi seorang kafir‖ (H.R.

Bukhari dan Muslim).

j. Bahwa semasa hidupnya sejak almarhumah tidak tinggal lagi bersama

Tergugat I, almarhumah membeli/ memiliki harta benda berupa ;

1. Sebidang tanah darat sertifikat HGB No. 2142 selua 120 M2

(seratus dua puluh meter persegi), serta bangunan rumah di atas

tanah tersebut, yang terletak di Taman Meruya Ilir Blok G. 7 No. 8

Meruya Jakarta barat.

2. Sebuah mobil merek Suzuki ―Forza‖ tahun 1987 dengan No. Pol. B

2941 HS (telah dijual oleh penggugat

Page 56: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

46

B. Tuntutan Penggugat

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

2. Menyatakan harta benda tanah beserta bangunan rumah yang berada di

atasnya yang terletak di Taman Meruya Ilir Blok G. 7 No. 8 Meruya

Utara Jakarta Barat, adalah harta benda almarhumah.

3. Menyatakan penggugat sebagai ahli waris yang sah dari

almarhumah.

4. Menolak kedudukan Tergugat I dan II sebagai ahli waris karena keluar

dari agama Islam.

5. Menetapkan pembagian waris sesuai hukum Islam, yaitu sebagaimana

ditetapkan dalam Kompilasi Hukum Islam.

C. Putusan

Dalam Konvensi ;

1. Mengabulkan gugatan penggugat Rekonvensi (anak laki-laki almarhumah)

sebagian dan menolak selebihnya.

2. Menyatakan harta warisan berupa tanah beserta bangunan rumah di atasnya

yang terletak di Taman Meruya Utara, Jakarta Barat, adalah harta warisan

yang harus dibagi kepada yang berhak menerimanya.

3. Menetapkan penggugat (anak laki-laki) sebagai ahli waris yang sah dari

Almarhumah(ibu kandungnya).

Page 57: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

47

4. Menetapkan bagian ahli waris penggugat (anak laki-laki almarhumah) dari

yang separo bagian mendapat bagian 6/12 bagian dan Tergugat I ( suami )

mendapat 3/12 bagian dan Tergugat II (anak perempuan almarhumah)

anak perempuan mendapat 3/12 bagian melalui wasiat wajibah karena

tergugat I dan tergugat II bukan ahli waris.

Dalam Rekonvensi :

1. Mengabulkan gugatan penggugat Rekonvensi (suami almarhumah) / tergugat

konvensi sebagian dan menolak selebihnya.

2. Menyatakan harta benda yang diperoleh selama perkawinan berupa tanah dan

bangunan rumah yang terletak di Taman Mruya Ilir Blok G. 7 No. 8 Meruya

Utara Jakarta Barat dan mobil Suzuki Forza 1987 No.Pol B 2941 HS adalah

harta bersama anatara pewaris almarhumah dengan suami almarhumah (

Tergugat I ).

3. Menolak Petitum Penggugat Rekonvensi (suami dan anak perempuan

almarhumah) / Tergugat Konvensi No. 4 (empat).

4. Menetapkan bagian harta bersama ½ (separo) bagian menjadi milik pewaris (

almarhumah ) dan ½ (separo) menjadi milik Tergugat I (suami almarhumah).

5. Menetapkan ahli waris Penggugat ( anak laki-laki almarhumah ) dan yang ½

(separo) bagian (milik pewaris) mendapat bagian 6/12 bagian, dan Tergugat I (

suami almarhumah ) mendapat bagian 3/12 serta Tergugat II (anak perempuan

almarhumah) mendapat`3/12 bagian melalui wasiat wajibah.

Page 58: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

48

6. Menghukum kepada Penggugat Rekonvensi ( suami dan anak perempuan

almarhumah ) / Tergugat Konvensi dan Tergugat Konvensi / penggugat

Rekonvensi untuk melaksanakan pembagian harta warisan tersebut, apabila

tidak dapat dibagi dalam bentuk barang maka harta warisan terebut dilelang

melalui kantor lelang. Hasil penjualan lelang tersebut dibagi sesuai bagian

masing-masing.

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

1. Menghukum Tergugat Rekonvensi / Pengguat Konvensi untuk membayar biaya

perkara ini sejumlah Rp. 145.500,- ( seratus empat puluh lima ribu rupiah ).

D. Alasan Majlis Hakim

1. Majlis hakim beralasan bahwa Tergugat I masih dalam ikatan perkawinan

(belum pernah bercerai) oleh karena itu harta waris pewaris menurut UU

Perkawinan No. 1 tahun 1974 pada pasal 35 merupakan harta bersama antara

pewaris almarhumah (istri) dan Tergugat I (suami), masing-masing mendapat

separo bagian. Dan tidak ada larangan dalam Kompilasi Hukum Islam

walaupun beragama Kristen.

2. Adapun ½ (separo) bagian dibagi kepada ahli waris yang ada yaitu, Penggugat

(Islam) mendapatkan 6/12 sedangkan Tergugat I dan II yang beragama Kristen

masing-masing mendapatkan 3/12 bagian melalui jalan wasiat wajibah. Hal ini

berdasarkan surat An-Nisa ayat 8 yang artinya berbunyi :

Page 59: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

49

يه فبزشقىهم مىه وقىلىا واذا حضس القسمت أولى القسبى واليخبمى والمسبم

لهم قىال معسوفب Artinya:“Apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat (yang tidak

mempunyai warisan atau pusaka), anak yatim dan orang-orang miskin, maka

berilah mereka perkataan yang baik” (QS. An-Nisa: 8)

3. Petitum No. 2 majlis hakim berpendapat dapat mengabulkan karena harta

warisan pada saat pewaris /almarhumah meninggal dunia masih terikat

perkawinan.

E. Analisa Penulis

1. Perkawinan

Petitum No. 5 (lima) penulis menggaris bawahi terhadap pendapat

Majlis Hakim yang berbunyi ―pada saat pewaris / almarhumah meninggal dunia,

Tergugat I dengan pewaris masih dalam ikatan perkawinan yang sah ( belum

pernah bercerai) oleh karena itu harta pewaris menurut UU perkawinan No 1 tahun

1974 pada pasal 35 merupakan harta bersama antara pewaris dengan Tergugat I,

masing-masing mendapat separo bagian. Penerimaan dalam ½ bagian tidak ada

larangan dalam Kompilasi Hukum Islam, walaupun Tergugat I beragama Kristen.

Harta yang diperoleh pasca perkawinan itu adalah harta bersama atau harta suami

dan istri, dan memang tidak ada larangan dalam Kompilasi Hukum Islam, sesuai

dalam pasal 96 ayat (1) yang berbunyi ―apabila terjadi cerai mati, maka separo

harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama‖. Akan tetapi dalam

UUP tahun 1974 pasal 36 ayat (1) ―1. Mengenai harta bersama suami atau istri

Page 60: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

50

dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak‖. Seakan pasal tersebut

menunjukan tidak ada harta bersama ketika salah satu pihak tidak menyetujuinya,

sedangkan salah satu pihak telah meninggal dunia itu artinya tidak menjadi harta

bersama akan tetapi menjadi harta yang termasuk kedalam harta warisan.

Petitum No. 2 (dua) penulis menggaris bawahi terhadap pernyataan

hakim yang berbunyi ―almarhumah meninggal dunia masih terikat perkawinan‖.

Pernyataan yang dilontarkan oleh hakim seakan bertolak belakang dengan teori

atau pasal yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 75 yang berbunyi

― keputusan perkawinan tidak berlaku surut terhadap a. ―perkawinan yang batal

karena salah satu dari suami atau istri murtad.‖ Dari kaca mata penulis

berpendapat bahwa pasal ini telah menjelaskan apabila ada dari salah satu suami

atau istri murtad maka perkawinan batal demi hukum. Maka almarhumah tidak

lagi terikat perkawinan dengan Tergugat I Konvensi atau Penggugat Rekonvensi

alasan murtad dan apa yang dilontarkan oleh hakim ini tidak sejalan dengan apa

yang tertera pada Komplasi Hukum Islam, dengan kata lain tidak

terimplementasinya pasal 75 poin a.

Dalam Al-qur’an ayat 221 dijelaskan:

وال حىنحىا المشسمبث حخى يئمه وألمت مئمىت خيس مه مشسمت ولى أعجبخنم وال

ه مشسك ولى أعجبنم أولئل حىنحىا المشسميه حخى يئمىىا ولعبد مئمه خيس م

هم يدعىن الى الىبز والله يدعى الى الجىت والمغفسة ببذوه ويبيه آيبحه للىبس لعل

يخرمسون

Page 61: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

51

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan

dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)

kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 221).

Dalam surat Al-Mumtahanah ayat: 10 juga dijelaskan:

مهبجساث فبمخحىىهه الله أعلم ببيمبوهه فبن علمخمىهه مئمىبث فال حسجعىهه

ىهم مب أوفقىا وال جىبح علينم أن الى النفبز ال هه حل لهم وال هم يحلىن لهه وآح

حىنحىهه اذا آحيخمىهه أجىزهه وال حمسنىا بعصم النىافس واسؤلىا مب أوفقخم

يم حنيموليسؤلىا مب أوفقىا ذلنم حنم الله يحنم بيىنم والله عل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah

mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka

tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula

bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah

mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta

mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah

mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu.

Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-

2. Penerima Wasiat Wajibah

Dalam Petitum No. 5 (lima) Majlis Hakim memberikan kepada ahli waris

non muslim dengan jalan wasiat wajibah dengan dasar ayat Al-Qur‖an surat An-

Nisa ayat 8:

Page 62: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

52

Artinya:“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat (yang tidak

mendapatkan pusaka), anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka

harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”(QS. An-Nisa: 8).

Menurut penulis ayat Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 8 tersebut bukan dasar

keharusan Tergugat I dan II untuk mendapatkan wasiat wajibah, akan tetapi ayat

tersebut lebih condong kepada etika pembagian. Dan terkait arti tersebut bukanlah

diberikan melaului jalan wasiat wajibah, akan tetapi diberikan sekedarnya. karena

yang berhak atas wasiat wajibah adalah anak angkat atau orang tua angkat,

bukanlah anak yatim, miskin, dan kerabat kalau mereka tidak menjadi anak angkat

atau orang tua angkat dari pewasiat. Juga perlu diingat bahwa Tergugat I

seandainya bisa menerima wasiat wajibah tidaklah pantas walaupun pada teorinya

tidak bisa pada sebenarnya, karena sudah mendapatkan sebagian harta peninggalan

melalui jalan harta bersama. Dan khusus Tergugat II (anak) yang terhalang

mendapatkankan sekedarnya dari kebaikan hati Penggugat yang berhak mewarisi,

artinya bukan melewati jalan wasiat wajibah.

Seharusnya yang menjadi dasar adalah menurut penulis Al—Qur’an surat

Al-Baqarah ayat 180 yang artinya :

ث ان حسك خيسا آلىصيت للىلديه وآلؤقسبيه مخب علينم اذ حضس أحدمم المى

بآلمعسوف،حق على آلمخقيه

Page 63: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

53

Artinya:“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk

ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-

orang yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah:180).

Menurut Ibnu Hazm yang berhak menerima wasiat wajibah adalah mereka

yang bertemu mayit dari jalur ayah yang mana darinya dapat diketahui bila

dinasabkan. Begitu juga dari jalur ibu yaitu orang yang bertemu mayit dari jalur

ibunya yang mana darinya bisa diketahui bila dinasabkan kepadanya, karena

mereka semua menurut bahasa disebut kerabat dan selain mereka tidak

diperbolehkan disebut kerabat dengan tanpa dasar.1

Dalam perkara wasiat yang diberikan kepada orang tua dan karib kerabat.

Yaitu diwajibkan untuk memberikan wasiat ketika tanda-tanda kematian datang.

Kemudian Allah memansukh perkara tersebut dengan ayat-ayat kewarisan. Akan

tetapi syari’at memberikan wasiat kepada kerabat yang tidak mendapatkan

warisan.2 Ibnu Hazm berpendapat, bahwa apabila diadakan wasiat untuk kerabat-

kerabat yang tidak mendapat pusaka oleh warisnya, maka hakim harus bertindak

1 Abu Muhammad Aliy Ibnu Hazim, al-Muhalla bi al-As|ar Jilid VIII, (Bairut: Dar al-

Kutub al-Alamiyyah, 2003), h. 353

2 Yusri As-Sayyid Muhammad, Jaami’ al-Fiqh, juz 5, (Beirut: Daar al-Wafaa, 2000), h. 7

Page 64: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

54

memberi sebagian harta peninggalan kepada kerabat-kerabat yang tidak mendapat

pusaka sebagai suatu wasiat yang wajib untuk mereka.3

Menurut Sayyid Sabiq terkait penerima wasiat ada syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Penerima wasiat bukan ahli waris pemberi wasiat.

b. Mazhab Hanafi menyatakan bahwa jika penerima wasiat ditentukan, maka

ditetapkan syarat terkait keabsahan wasiat baginya pada waktu pembagian

wasiat baik itu ada secara fisik yang sebenarnya maupun ada dengan

penetapan.

c. Ditetapkan syarat bagi penerima wasiat bahwa dia tidak membunuh

pemberi wasiat dengan pembunuhan yang dilarang secara langsung.4

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209 ayat (1) dan (2) telah jelas sebagai

landasan hukum yang berhak atas wasiat wajibah hanya diperuntukan terhadap

anak angkat dan orang tua angkat, dan bukan ahli waris yang terhalang karena

murtad, yang dengan kata lain agar mendapatkan harta melewati jalur-jalur yang

bertentangan dengan pedoman hukum atau Kompilasi Hukum Islam.

3 Teungku, Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Cet.III, (Semarang: PT.

Pustaka Rizki Utama, 1999), h. 274-275

4 Sayyid, Sabiq,Fikih Sunnah 5, Cet I, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 596-598

Page 65: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

55

sesuai dengan teori mashlahah al-ummah, maka anak angkat dapat

memperoleh bagian sebagai wasiat wajibah dari harta warisan dengan rekontruksi

pemikiran sebagai berikut:

a. Bahwa dalam Islam, anak angkat ―dibolehkan‖ sebatas pemeliharaan,

pengayoman dan pendidikan, dan dilarang memberi status sebagai

layaknya anak kandung.

b. Bahwa anak angkat dapat memperoleh harta dari orang tua angkatnya

berdasarkan wasiat yang besarnya tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga)

harta orang tua angkatnya yang telah meninggal dunia, bila orang tua

angkatnya tidak meninggalkan wasiat ia dapat diberi berdasarkan

wasiat wajibah. Bahwa pemberi wasiat wajibah tidak boleh merugikan

hak-hak dari ahli waris.

c. Bahwa apabila ada sengketa tentang status anak angkat, harus

dibuktikan dengan adanya putusan dari Pengadilan.

d. Bahwa bila ada sengketa tentang wasiat atau wasiat wajibah bagi anak

angkat, maka harus ada putusan pengadilan yang menyatakan: anak

angkat tersebut berhak atas wasiat atau wasiat wajibah dalam praktek

diakumulasi dengan sengketa kewarisan, tetapi petitum khusus untuk

dinyatakan berhak mendapat wasiat wajibah tidak ada, karena

ketentuan dalam KHI bersifat imperatif, harusnya bersyarat; merujuk

kepada nash al-Qur’an yang meyatakan pewaris meninggalkan harta

Page 66: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

56

yang banyak; demikian ulama tafsir telah menyatakan kata khairan QS.

[2]: 180.5

menurut professor Hasbi Ash shiddieqy hendaklah diikuti langkah-langkah

sebagai berikut.6

1. Dianggap bahwa orang yang meninggal dunia lebih dulu dari pada

pewaris masih hidup, Kemudian warisan dibagikan kepada para ahli

waris yang ada, termasuk ahli waris yang sesungguhnya telah meninggal

lebih dulu itu. Bagian orang yang disebutkan terakhir inilah menjadi

wasiat wajibah, asal tidak lebih dari sepertiga.

2. Diambil bagian wasiat wajibah dari warisan yang ada. Mungkin, besarnya

sama dengan bagian yang seharusnya diterima oleh orang yang meninggal

dunia lebih dahulu dari pada pewaris, mungkinan pula sepertiga.

3. Sesudah warisan diambil wasiat wajibah, sisa warisan inilah yang dibagikan

kepada ahli waris lain.

Oleh karena wasiat wajibah ini mempunyai titik singgung secara langsung

dengan hukum kewarisan islam, maka pelaksanaannya diserahkan kepada

kebijaksanaan hakim untuk menetapkannya dalam proses pemeriksaan perkara

waris yang diajukan kepadanya. Hal ini penting diketahui oleh hakim karena

5 Habiburrahman, Rekontruksi hukum Kewarisan Islam di Indonesia Seri Disertasi, Cet 1,

(Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 189-190

6 Rachmad, Budiono, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia.( Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1999), h. 28

Page 67: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

57

wasiat wajibah itu mempunyai tujuan untuk mendistribusikan keadilan, yaitu

memberikan bagian kepada ahli waris yang mempunyai pertalian darah namun

nash tidak memberikan bagian yang semestinya, atau orang tua angkat dan anak

angkat yang mungkin sudah banyak berjasa kepada si pewaris tetapi tidak diberi

bagian dalam ketentuan hukum waris Islam, maka hal ini dapat dicapi jalan keluar

dengan menerapkan wasiat wajibah sehingga mereka dapat menerima bagian dari

harta pewaris.7

Memang tidak ada syarat yang menjelaskan tentang larangan orang yang

menerima wasiat wajibah dari pada 194-209 itu non muslim, akan tetapi

permaslahannya adalah pada titik siapa yang menerimanya, apakah berhak

menerima wasiat wajibah, bukan apa agamanya karena tidak ada aturan yang

melarangnya.

Dalam pertimbangan memberikan wasiat wajibah sebagai jalan sebab tidak

mendapatkan waris, maka menurut penulis ada istilah yang cocok hal ini yaitu,

―Kalalah” menurut Mahmud Yunus Kalalah adalah orang yang meninngagal

dunia tidak beranak dan tidak pula berbapa. Dalam kaitan istilah di atas

sebenarnya telah dijelaskan dala Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 176 :

لهب وصف يسخفخىول قل الله يفخينم في الناللت ان امسإ هلل ليس له ولد وله أخج ف

ان مب حسك وهى يسثهب ان لم ينه لهب ولد فبن مبوخب اثىخيه فلهمب الثلثبن ممب حسك و

7 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2006), h. 169

Page 68: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

58

ا والله بنل مبوىا اخىة زجبال ووسبء فللرمس مثل حظ األوثييه يبيه الله لنم أن حضلى

شيء عليم

Artinya: “Mereka itu meminta fatwa kepada engkau (ya Muhammad)

katakanlah:Allah menfatwakan kepada kamu tentang kalalah. Jika seorang

manusia meninggal, tak ada baginya anak dan ada baginya saudara perempuan,

maka untuk soadar perempuan seperdua dari pada peninggalan. Saudara laki-laki

mempusakai sodara perempuannya, jika tidak ada anak bagi sudara perempuan.

Jika saudara perempuan dua orang, maka untuk keduannya dua pertiga dari

peninggalan sodaranya, laki-laki dan perempuan, maka untuk seorang laki-laki

seumpama bagian dua orang perempuan. Allah menerangkan kepadamu, supaya

kamu jangan tersesat. Allah mengetahui tiap-tiap sesuatu.”(QS. An-Nisa ayat:16.

Arti ayat di atas sangatlah jelas menurut penulis dan semakin menegaskan

bahwa, yang berhak atas wasiat bukanlah orang yang terhalang mewarisi, akan

tetapi dikhususkan kepada selain dari pada itu.

Orang yang berhak menerima wasiat wajibah yaitu walidain dan aqrobin

yang tidak termasuk ahli waris dan tetap hukumnya bagi orang yang tidak

menjadi ahli waris. Artinya menurut penulis adalah bahwa, maksud dari ―tidak

menjadi ahli waris‖ adalah bukan karena terhalang, akan tetapi memang

hakekatnya tidak menjadi ahli waris.8

Para ulama mengemukakan diantaranya adalah :

Maka barang siapa menjadi ahli waris karena ditunjuk oleh ayat

mawaris, baginya tidak ada wasiat, dan bagi yang tidak menerima warisan,

tetaplah hukum yang ditetapkan dengan nash tersebut.9

Menurut penulis hal ini menjadi sebuah argumentasi yang sangat jelas

kepada siapa saja yang terhalang menjadi ahli waris namun berusaha untuk

8Suparman Usman, dan Yusuf Somawinata, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Gaya Media,

1997), h. 172 9 Usman, dan Somawinata, Hukum Kewarisan Islam,1997, h. 172

Page 69: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

59

mendapatkannya dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan hakim dalam

memutuskan setelah meliha Al-Qur’an dan Hadits

3. Batas Wasiat Wajibah

Dalam penetapan No. 4 (empat) Tergugat I dan II Konvensi/ Penggugat

Rekonvensi yang tidak bisa mewarisi mendapatkan dengan jalan wasiat wajibah

masing-masing sebesar 3/12, dan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi atau

ahli waris mendapatkan sebesar 6/12 karena berhak mewarisi. Menurut penulis apa

yang dilakukan oleh Majlis Hakim menyalahi aturan yang tertera dalam Kompilasi

Hukum Islam pasal 209 sebagai mana dibawah ini:

(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal-pasal 176

sampai 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang

tidak menerima wasiat diberi 1/3 dari harta warisan harta anak angkatnya.

(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkat.

Dua ayat ini sangat jelas bahwa, ketentuan batas wasiat wajibah maksimal

1/3, secara teoritis wasiat wajibah maksimal 1/3 baik itu sendiri ataupun bersama,

akan tetapi pada penerapan atau implementasinya bertolak belakang dengan

Kompilasi Hukum Islam terkait kadar wasiat wajiabah. Tergugat I dan II mendapat

lebih dari 1/3 dengan masing-masing 3/12 + 3/12 = 6/12 (setengah dari harta yang

ada) dan itu sama apa yang didapatkan Penggugat yang selaku ahli waris yaitu

sebesari 6/12 dan hal ini diberikan sebelum harta bersama dan warisan dibagikan.

Page 70: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

60

Mayoritas ulama berpendapat bahwa sepertiga dihitung dari seluruh harta

yang ditinggalkan oleh pemberi wasiat. Malik berkata, ―sepertiga dihitung dari

harta yang diketahui oleh pemberi wasiat bukan dari yang tidak diketahuinya atau

tambahan baru dari hartanya yang tidak diketahuinya.10

Menurut penulis Dalam pasal 195 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam

―wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan

kecuali apabila semua ahli waris menyetujuinya. Sedangkan diberikan lebih dari

sepertiga atau yang lebih jelas setengah dari bagian harta warisan yang telah

dipotong harta bersama. Dan perlu diingat bahwa, secara realistis sulit atau sukar

ditemui ahli waris yang mengizinkan wasiat melebihi sepertiga, kadang kala yang

sepertiga saja menuai banyak permasalahan. Dalam pasal di atas memang

bukanlah pasal wasiat wajibah, akan tetapi wasiat biasa. Namun tidaklah mengapa

menurut penulis dijadikan penguat terhadap pasal 209 ayat (1) dan (2) dalam hal

batasan wasiat wajibah yang tertuju pada titik yang sama.

Para ulama sepakat bahwa orang yang meninggalkan ahli waris tidak boleh

memberikan wasiat lebih dari sepertiga hartanya. Kemudian mereka berselisih

pendapat mengenai orang yang tidak meninggalkan ahli waris dan kadar barang

wasiat yang dianjurkan (al-mustahab), apakah sepertiga atau kurang dari itu.11

10

Sayyid, Sabiq,Fikih Sunnah 5, Cet I, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 600

11

Ibnu, Rusdy, Bidayatul Mujtahid analisia Fikih Para Mujtahid,( jakarta : pustaka

amani, 2007), h. 369

Page 71: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

61

Dari kesepakatan ulama jelas bahwa, tidak boleh wasiat melebihi sepertiga

jika meninggalkan ahli waris . Sedangkan yang terjadi adalah hakim memutuskan

bahkan wasiat wajibah diberikan yang jelas-jelas bukanlah anak angkat akan tetapi

ahli waris yang terhijab lebih dari sepertiga.

Kalau hakim memutuskan dari harta peninggalan penggugat diberikan

6/12, Tergugat I 3/12 dan Tergugat II 3/12 melewati jalan wasiat wajibah, maka

setelah penulis amati dan cermati ternyata hakim memberikan tergugat bukanlah

melewati jalan wasiat wajibah, andaipun hakim beralasan melewati jalan wasiat

wajibah ternyata setelah melakukan penghitungan, ternyata melewati pembagian

waris normal atau sama saja tergugat I dan II adalah ahli waris. Berikut contoh

perhitungan pembagian waris normal:

Suami = ¼ 3/12

Anak laki-laki = asobah 2/4 6/12

Anak perempuan = asobah ¼ 3/12

Seharusnya menurut penulis seperti dibawah ini perhitungannya ketika ingin

dibagi melewati jalan wasiat wajibah :

Wasiat wajibah = 1/3 untuk suami/ tergugat I dan anak perempuan/

tergugat II.

1/3 : 2 = 1/6 untuk suami

Page 72: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

62

= 1/6 untuk anak perempuan

Sisanya 6/6 – (1/6 + 1/6) = 4/6 untuk anak laki-laki sebagai

ahli waris.

Atau:

Suami = 1/6 = 2/12

Anak perempuan = 1/6 = 2/12

Anak laki-laki = 4/6 = 8/12

Page 73: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan analisa terhadap Putusan Perkara No 339/Pdt.

G/2000/PA. JB, terkait permasalahan kadar wasiat wajibah, penulis

berkesimpulan dibawah ini:

1. Menurut kesepakatan ulama Seseorang yang meninggalkan ahli waris

tidak boleh berwasiat melebihi 1/3.

2. Dalam Kompilasi Hukum Islam, wasiat wajibah maksimal diberikan 1/3

(sepertiga) baik itu sendiri ataupu lebih.

3. Alasan Majlis hakim

a. Majlis hakim beralasan bahwa Tergugat I masih dalam ikatan

perkawinan (belum pernah bercerai) oleh karena itu harta waris pewaris

menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 pada pasal 35 merupakan

harta bersama antara pewaris almarhumah (istri) dan Tergugat I (suami),

masing-masing mendapat separo bagian. Dan tidak ada larangan dalam

Kompilasi Hukum Islam walaupun beragama Kristen.

b. Adapun ½ (separo) bagian dibagi kepada ahli waris yang ada yaitu,

Penggugat (Islam) mendapatkan 6/12 sedangkan Tergugat I dan II yang

beragama Kristen masing-masing mendapatkan 3/12 bagian melalui

jalan wasiat wajibah. Hal ini berdasarkan surat An-Nisa ayat 8 yang

artinya berbunyi :

63

Page 74: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

64

ربى واليتامى والمساكين وإذا حضر القسمة أولى الق

فارزقىهم منه وقىلىا لهم قىال معروفا Artinya:“Apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat (yang

tidak mempunyai warisan atau pusaka), anak yatim dan orang-

orang miskin, maka berilah mereka perkataan yang baik” (QS.

An-Nisa: 8)

c. Petitum No. 2 majlis hakim berpendapat dapat mengabulkan

karena harta warisan pada saat pewaris /almarhumah meninggal

dunia masih terikat perkawinan.

d. Dalam Peraturan perundang-undangan serta KHI tidak terdapat

aturan yang mengatur mengenai bagian dari ahli waris yang

beragama non-Islam untuk mendapatkan wasiat wajibah. Akan

tetapi jika yang mendapatkan statusnya sebagai pewaris karena

murtad tidak dapat mewarisi maka, wasiat wajibah tidak boleh

diberikan karena bukan anak angkat dan orang tua angkat.

4. Perhitungan hakim dalam menyelesaikan kasus wasiat wajibah di bawah

ini :

Suami = ¼ 3/12

Anak laki-laki = asobah 2/4 6/12

Anak perempuan = asobah ¼ 3/12

Page 75: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

65

B. Saran

Berlanjut dari kesimpulan yang sudah diuraikan diatas, maka saran yang

dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Seharusnya para hakim dalam menyelesaikan perkara harus merujuk

kepada ayat Al-Qur’an, Hadits,pendapat para ulama, dan KHI sebagai

rujukan dalam penyelesaian kasus dalam persidangan.

Dalam kasus selanjutnya penulis mengharapkan para hakim bisa

tidaklah mengabaikan hanya demi kemaslahatan yang tidak mempunyai

dasar.

2. Para hakim harus bersifat realistis dan berlogika tinggi dalam

memahami kasus demi kasus.

3. Pembagian wasiat wajibah yang dilakukan hakim itu adalah

pembagian melewati jalur warisan, seharunya yang penulis sudah

jelaskan di bab IV dibawah ini:

4. Wasiat wajibah = 1/3 untuk suami/ tergugat I dan anak perempuan/

tergugat II.

1/3 : 2 = 1/6 untuk suami

` = 1/6 untuk anak perempuan

Sisanya 6/6 – (1/6 + 1/6) = 4/6 untuk anak laki-laki

sebagai ahli waris.

Atau:

Page 76: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

66

Suami = 1/6 = 2/12

Anak perempuan = 1/6 = 2/12

Anak laki-laki = 4/6 = 8/12

Dan perhitungan di ataslah yang menurut pendapat penulis lebih tepat

dibandingkan dengan perhitungan hakim yang melewati jalur perhitungan warisan

seperti contohnya kurang lebih perhitungan hakim:

Suami = ¼ 3/12

Anak laki-laki = asobah 2/4 6/12

Anak perempuan = asobah ¼ 3/12

Page 77: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

67

Daftar Pustaka

Ash Shan’ani, Subulussalam, Terjemahan oleh Abu Bakar Muhammad, Surabaya :

Al-Ikhlas, 1995

Afandi, Ali. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta, Rineke

Cipta :1997.

Al-Ashfani, Abi Syuja’. Terjemah Mantan Ghoya Wat Taqrib Cet II, Jakarta:

Pustaka Amani , 2001.

As’ad, Ali. Fathul Mu’in Terjemahan, Yogyakarta,Menara Kudus,1979.

Aliy Ibnu Hazim, Abu Muhammad al-Muhalla bi al-As|ar Jilid VIII, Bairut: Dar

al-Kutub al-Alamiyyah, 2003.

Al-Zairy, Abdur rahman, Fiqh Ala Madzahibi Al-Arba’ah, jilid III ,Libanon

Bairut: Dar-al-kitab al-alamiyyah,1990.

As-Sayyid Muhammad, Yusri, Jaami’ al-Fiqh, juz 5, Beirut: Daar al-Wafaa,

2000.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Fiqh Mawaris, Cet.III, Semarang: PT.

Pustaka Rizki Utama, 1999.

Ash-shiddieaqy, Tengku Muhammad Hasbih, Fiqh Mawaris, Semarang: PT

Pustaka, 2001.

Budiono, Rachmad, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Direktur Jendral Bimbingan Masyarakkat Islam Depag Republik Indonesia.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan perkawinan. Direktur Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2009.

Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam,Cet II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999

Habiburrahman, Rekontruksi hukum Kewarisan Islam di Indonesia Seri Disertasi,

Cet I, Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011.

Hasan, Ali, Hukum Waris Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2007.

Ibnu Rusyd, Muhammad, Al-faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin,

Jakarta : Pustaka Amani, 2007.

Page 78: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

68

K. Lubis, Suhardi. dan Komis, Simanjuntak. Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

Kuzari, Achmad, Sistem Asabah: Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta

Tinggalan, cet, I, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1996.

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2006.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab,cet 16, Jakarta: Lentera

,2006.

Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhori, Abi ‘abdillah

Shohih al-Bukhori, Juz, 5 Mesir: 1985.

Mudzar, M. Atho, dan Khairudin Nasution, Hukum keluarga di Dunia Islam

Modern, Cet I, Jakarta : Ciputat Press, 2003.

Munawir, AW, Kamus Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, Cet XXV, surabaya:

Pustaka Progresif, 2002.

Nur Ad-Din Muhammad, Abu Al-Hasan, Shahih Al-Bukhari jilid 2, Bairut:Dar Al-

Kutub Al-Alamiyyah,1971.

Rahman, Fatchur Ilmu Waris, Cet.IV, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1975.

Ridha, Rasyid, Tafsir Al-Manar, juz II, Beirut : Dar Al-Ma’arif,t,th.

Ramulyo, M. Idris, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Cet IV, Jakarta: Sinar

Grafika, 2006.

Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyah, 1976.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran,Vol I

Jakarta :lentera hati ,2000.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 5, Cet 1, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.

Sabiq, Sayyid Fiqih Sunnah Jilid.V, Penerjemah.Mujahidin Muhayan, Cetakan.II,

Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2 010.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cet 31, Jakarta : Intermasa, 2003.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 5, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.

Page 79: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan

69

sarie, Dorry Elvana, Wasiat Sebagai Bentuk Penerobosan Kewarisan Ahli Waris

Non Muslim, Semarang: Universitas Diponegoro, 2005.

Tono, Sidik, Kedudukan Wasiat dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,

Editor.M.Roem Syibly, Cet.I, Jakarta: Kementerian Agama Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan

Tinggi Islam, 2012.

Yunus, Mahmud, Tafsir Qur’an Karim Terjemahan, Jakarta: PT. Karya Agung,

1978.

Usman, Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqih mawarits Hukum Kewarisan

Islam, Jakarta: gaya Media Pratama, 1997.

Zein, Sattria Effendi Muhammad. Problematika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2004.

Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid.X, Penerjemah. Abdul Hayyie

al-Kattani, dkk, Cet.I, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 80: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 81: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 82: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 83: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 84: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 85: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 86: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 87: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 88: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 89: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 90: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 91: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 92: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 93: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 94: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 95: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 96: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 97: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 98: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 99: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 100: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan
Page 101: KETENTUAN MAKSIMAL KADAR WASIAT WAJIBAH Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24893/1/Ahdi... · dalam hukum nasional menawarkan konsep-konsep tentang menegakkan