wasiat wajibah untuk anak tiri (analisis terhadap...

53
I WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP KETENTUAN DALAM KHI) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: MARSIANI 12350065 PEMBIMBING DRS. SUPRIATNA, M.Si. AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

Upload: ngodung

Post on 15-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

I

WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI

(ANALISIS TERHADAP KETENTUAN DALAM KHI)

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH:

MARSIANI

12350065

PEMBIMBING

DRS. SUPRIATNA, M.Si.

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

II

ABSTRAK

Dalam hukum kewarisan, harta warisan yang ditinggalkan pewaris akan

dibagikan kepada orang-orang yang termasuk dalam golongan ahli waris sesuai

dengan apa yang telah dijelaskan oleh al-Qura’an. Dalam kitab-kitab fiqih

dijelaskan paling tidak ada tiga alasan yang menjadikan seseorang bisa saling

mewarisi dengan orang lain yakni sebab perkawinan, sebab nasab, dan sebab

memerdekakan budak.

Anak angkat merupakan anak dari luar perkawinan yang diangkat oleh

suatu keluarga sah secara hukum dan menjadi tanggung jawab dari orang tua

angkatnya. Secara sistem kewarisan Islam, anak angkat tidak mendapatkan

warisan dari orang tua angkatnya karena anak angkat tidak memiliki hubungan

darah, namun di Indonesia Kompilasi Hukum Islam bab II pasal 209 menjelaskan

bahwa anak angkat bisa mendapatkan wasiat wajibah dari orang tua angkat

maksimal 1/3 dari harta peninggalan, sedang anak tiri yang secara hubungan

kekerabatan memilik kedekatan lebih dengan orang tua tirinya tidak mendapatkan

wasiat wajibah atau aturan yang membahas tentang haknya. Dari uraian diatas,

maka penulis memiliki ketertarikan untuk mencari solusi dari masalah hak anak

tiri yang belum diatur sama sekali oleh KHI.

Metode penelitian yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif-analitik yaitu dengan memaparkan dan menganalisa secara terperinci

mengenai wasiat wajibah untuk anak tiri. Dalam penelitian ini penyusun

mengunakan pendekatan normatif. Pendekatan yang menggunakan rumusan-

rumusan bersadasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah degan cara menemukan ayat-

ayat al-Qur’an, hadits-hadts, dan kaidah-kaidah fiqih yang beirhubungan dengan

wasiat wajibah kemudian dianalisis.

Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah dalam Kompilasi Hukum

Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak tiri jika ditinggal mati oleh

orang tua tirinya. Di dalam Islam pun tidak ada dalil yang mengatur tentang hal

ini. Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan mengqiyaskan kepada aturan

hukum wasiat wajibah untuk anak angkat maka anak tiri bisa mendapatkan bagian

dan harta warisan bapak atau ibu tirinya dengan jalur wasiat wajibah dengan

beberapa kriteria yang bisa dijadikan pertimbangan seperti melihat pada seperti

keadaan anak yang belum baligh yang ditinggal mati oleh bapak atau ibunya

kemudian orang tuannya yang masih hidup menikah lagi, anak tiri dengan orang

tua tirinya memiliki kedekatan secara psikologis karena orang tua tiri menerima

keberadaan anak tersebut, anak tiri berbakti kepada orang tua tirinya layaknya

anak kandung yang berbakti kepada orang tuanya.

Page 3: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

iii

Page 4: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

iv

Page 5: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

v

Page 6: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

V

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf latin yang dipakai dalam

penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

158/1987 dan 05936/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

Alif

Ba’

Ta’

Sa’

Jim

Ha’

Kha’

Dal

Zal

Ra’

Za’

Sin

Syin

Tidak dilambangkan

b

t

j

kh

d

ż

r

z

s

sy

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

Page 7: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

VI

Sad

Dad

Ta’

Za

‘ain

gain

fa’

qaf

kaf

lam

mim

nun

waw

ha’

hamzah

ya

g

f

q

k

‘l

‘m

‘n

w

h

y

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

‘el

‘em

‘en

w

ha

apostrof

ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

متعـّددة

عـّدة

ditulis

ditulis

Muta’addidah

‘iddah

III. Ta’marbūṭah di akhir kata

a. Bila dimatikan ditulis h

Page 8: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

VII

حكمة

جسية

ditulis

ditulis

hikmah

jizyah

b. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h

كرامةاالونيبء

Ditulis

Karāmah al-auliya’

c. Bila ta’marbūṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah

ditulis t

زكبة انفطر

Ditulis

zakātul fiṭri

IV. Vokal Pendek

__َ__

__ِ__

_ُ___

fatḩah

kasrah

ḑammah

ditulis

ditulis

ditulis

a

i

u

Page 9: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

VIII

V. Vokal Panjang

1.

2.

3.

4.

Fatḥah + alif

جاهلية

Fatḥah + ya’ mati

تنسى

Kasrah + ya’ mati كريم

Ḍammah + wawu mati

فروض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ā

jāhiliyyah ā

tansā ī

karīm ū

furūḍ

VI. Vokal Rangkap

1.

2.

Fatḥah + ya mati

بينكم

Fatḥah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

أأوتم

أعـّد ت

نئه شكرتم

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

‘u’iddat

la’in syakartum

VIII. Kata sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qomariyah ditulis L (el)

Page 10: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

IX

انقرا ن

انقيب ش

Ditulis

Ditulis

Al-Qur’ān

Al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya.

انطمبء

انشمص

ditulis

ditulis

as-Samā’

Asy-Syams

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

ذوي انفروض

أهم انطىة

ditulis

ditulis

Zawi al-furūḍ

Ahl as-Sunnah

X. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: Al-Qur’an, hadis, mazhab,

syariat, lafaz.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh

penerbit, seperti judul buku Al-Hijab.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera

yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri

Soleh.

d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya

Toko Hidayah, Mizan.

Page 11: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

X

Tetaplah hidup bahkan

disaat kau ingin mati

smile to the world, then world will smile to you

Page 12: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XI

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Kepada:

Almamaterku Tercinta

Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah

Fakultas Asy-Syari’ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Page 13: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XII

KATA PENGANTAR

بطم اهلل انرحمه انراحيم

وانديه أشهد أن ال إنه إال اهلل وأشهد انحمد هلل رة انعب نميه وبه وطتعيه عهى أمىر اندويب

أّن محمدا رضىل اهلل انههم صم عهى ضيد وب محمد وعهى أنه وأصحب به أجمعيه امب بعد

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT pemilik alam semesta, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tak putus untuk

Baginda Rosulullah Muhammad SAW yang menjadi panutan seluruh umat.

Sepanjang hayat yang tak akan padam cahaya ilmunya menerangi alam.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, S.Ag, M.Ag. selaku Dekan Fakultas

Asy-Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

3. Bapak H. Wawan Gunawan, S.Ag. M.Ag. selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal

Asy-Syakhsiyyah beserta jajaran Dosen Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah.

4. Drs. Supriatna M.Si. selaku pembimbing yang dengan kesabaran dan

kebesaran hati telah rela meluangkan waktu, memberikan arahan dan

bimbingannya dan yang selalu sabar atas kesalahan-kesalahan yang sering

Page 14: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XIII

saya lakukan terutama pada kesalahan-kesalahan yang sama mulai dari awal

bimbingan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. H. Ermi Suhasti Syafe’i M.SI. selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing selama perjalanan dalam menempuh study di UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta,.

6. Segenap dosen dan karyawan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Terkhusus jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah.

7. Orang tua tercinta bapak Susilo Utomo, dan ibu Susilawati terima kasih atas

semua perhatian dan kasih sayang yang selalu kalian berikan tanpa henti.

8. Sahabat dan udah kayak saudara sendiri, Irvan Jauhari alias Ipenk Terima

kasih atas bantuannya, yang udah banyak membantu menyelesaikan karya ini

dari awal hingga akhir.

9. Teman-teman AS, Devi, Ova, Fatimah, Vina, Nafisah, ella, ucha, dedeh dan

masih banyak yang lainya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga

pertemanan kita selalu tersambung.

10. Sahabat yang selalu memberi support dan do’a dari jauh sana, Karunia Dani

Semoga kau tetap jadi sahabat yang selalu ada dikala suka dan duka.

11. Teman-teman KKN angkatan 86 kelompok 191 yang senantiasa saling

mendo’akan dan mendukung untuk kesuksesan kita.

12. Dan untuk seluruh keluarga, teman dan kerabat yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini dan semoga kita

mencapai kesuksesan yang kita cita-citakan.

Page 15: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XIV

Marsiani

NIM 12350065

Page 16: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XV

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................................... v

HALAMAN MOTTO .............................................................................................. x

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. xi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. xii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xvi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pokok Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan ......................................................................... 6

D. Telaah Pustaka .................................................................................... 7

E. Kerangka Teoretik .............................................................................. 10

F. Metode Penelitian ............................................................................... 16

G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 18

BAB II GAMBARAN UMUM HUKUM KEWARISAN, WASIAT DAN

WASIAT WAJIBAH

A. Kewarisan ........................................................................................... 20

1. Pengertian Dan Dasar Hukum ....................................................... 20

Page 17: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XVI

2. Rukun Dan Syarat Pewarisan ........................................................ 24

3. Hak-Hak Terkait Dengan Harta Warisan ...................................... 26

4. Ahli Waris Dan Bagiannya ............................................................ 27

B. Wasiat ................................................................................................. 33

1. Pengertian Wasiat .......................................................................... 33

2. Dasar Hukum Wasiat ..................................................................... 36

3. Rukun Dan Syarat Wasiat ............................................................. 39

4. Orang Yang Berhak Mendapatkan Wasiat .................................... 43

5. Besarnya Bagian Wasiat ................................................................ 44

C. Wasiat Wajibah .................................................................................. 46

1. Pengertian Wasiat Wajibah ........................................................... 46

2. Dasar Wasiat Wajibah ................................................................... 47

3. Syarat dan Rukun Wasiat Wajibah ................................................ 49

4. Orang Yang Berhak Mendapatkan Wasiat Wajibah ...................... 50

5. Besarnya Wasiat Wajibah .............................................................. 51

D. PENEGERTIAN ANAK TIRI DAN ANAK ANGKAT ................... 52

BAB III WASIAT DAN WASIAT WAJIBAH DALAM KOMPILASI

HUKUM ISLAM

A. Sejarah Kompilasi Hukum Islam ....................................................... 57

1. Pengertian Kompilasi Hukum Islam .............................................. 57

2. Latar Belakang Diterbitkannya Kompilasi Hukum Islam .............. 60

3. Proses Penyusunan Kompilasi Hukum Islam ................................ 63

4. Tujuan Pembentukan Kompilasi Hukum Islam ............................. 66

Page 18: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

XVII

5. Landasan Berlakunya Kompilasi Hukum Islam ............................ 68

B. Wasiat Dan Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam ....... 70

1. Wasiat Menurut Kompilasi Hukum Islam ..................................... 70

2. Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam ...................... 71

BAB IV ANALISIS TERHADAP WASIAT WAJIBAH PASA 209

KOMPILASI HUKUM ISLAM

1. Analisis Terhadap Kedudukan dan hak Anak Tiri Dalam KHI ......... 75

2. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Kedudukan dan Hak Anak Tiri

Dalam Sistem Kewarisan ................................................................... 78

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ........................................................................................ 82

2. Saran-saran ......................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................

TERJEMAHAN .......................................................................................................

CURRICULUM VITAE ..........................................................................................

Page 19: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek yang mendapat sorotan utama dalam Islam adalah

masalah kewarisan.1 Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur

segala sesuatu yang berkenaan dengan peralihan hak atau kewajiban atas harta

kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia, kepada ahli warisnya. Hukum

kewarisan Islam disebut juga dengan hukum faraidh sebagai bentuk plural dari

kata faridhah, yang erat sekali hubungannya dengan kata fardhun yang berarti

suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Hal ini didasarkan kepada firman

Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ (4):11, yang dikemas dalam kalimat

“fariidhatan minallah” (ini adalah suatu ketetapan dari pada Allah).2

Seseorang yang meninggal dunia paling tidak akan meninggalkan dua

hal. Pertama meninggalkan ahli waris dan yang kedua meningggalkan harta

peninggalan. Harta peninggalan dari si mati, belum dapat dibagi sebab dalam

hal ini harus dikurangi biaya penyelenggaraan jenazah, melunasi hutang dan

wasiat.3

Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang

tata cara pembagian dan peralihan harta warisan kepada ahli waris, harta

warisan, serta hal-hal yang menghalangi ahli waris mendapatkan harta warisan

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 7

2 Anshary, Hukum Kewarisan Islam Indonesia Dinamika Pemikiran Dari Fiqh Klasik ke

Fiqh Indonesia Modern, (Bandung: Mandar Maju, 2013), hlm. 19.

3 Wahyu Muljono, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, (Yogyakarta: Magister Ilmu

Hukum FH-UJB 2010), hlm. 12.

Page 20: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

2

dari si pewaris. Pembagian dan peralihan harta warisan kepada ahli waris

antara lain dengan cara menyerahkan harta waris tersebut pada ahli waris yang

berhak atau dan dengan wasiat apabila ahli waris seperti saudara atau kerabat

yang terhalang mendapatkan harta warisan.

Wasiat merupakan pemberian seseorang kepada orang lain, baik berupa

benda, piutang, maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai

pemberian yang berlaku setelah wafatnya orang yang berwasiat. Menurut

Kompilasi Hukum Islam, wasiat yaitu pemberian suatu benda dari pewaris

kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal

dunia.4

Dasar dari wasiat sendiri adalah surah al-Baqarah ayat 180:

يه واالقربيهحضر احدكم المىت ان ترك خيرا الىصية للىالدكتب عليكم اذا

حقا علي المتقيه بالمعروف5

Dalam konsep hukum Islam kontemporer selain wasiat dikenal juga

istilah wasiat wajibah yaitu suatu wasiat yang wajib untuk diberikan. Secara

teori wasiat wajibah mempunyai arti sebagai tindakan penguasa atau hakim

sebagai aparat Negara untuk memaksa atau memberi putusan wasiat wajibah

4 Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, cet. ke-1 (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada 2014), hlm. 107.

5 Al-Baqarah (2): 180.

Page 21: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

3

bagi orang yang telah meninggal dunia yang diberikan pada orang tertentu

dalam keadaan tertentu pula.6

Dalam hukum kewarisan yang bersumber dari Al-Qur’an, anak tiri tidak

dapat saling mewarisi dengan orang tua tirinya karena bukan termasuk

golongan sebab-sebab mewarisi (asbabul mirats) sehingga anak tiri bukanlah

ahli waris. Hanya ada tiga hal sebagai sebab mewarisi, yang pertama sebab

perkawinan, yang kedua sebab nasab atau hubungan darah, yang ketiga sebab

memerdekakan budak.

Wasiat wajibah pertama kali muncul di Mesir sebagai perundang-

undangan Hukum Waris Tahun 1946 untuk mengatasi adanya pandangan

bahwa cucu mahjub oleh anak laki-laki.7 Wasiat wajibah dapat diartikan

sebagai suatu pemberian yang wajib kepada cucu yang terhalang menerima

warisan karena ibu atau bapaknya meninggal terlebih dahulu sebelum kakek/

neneknya meninggal. Cucu tidak mendapat warisan jika bersama anak laki-

laki, dan kedudukan cucu disini adalah sebagai zawil arham. Supaya ia

memperoleh harta peninggalan kakeknya, maka ditempuhlah jalan wasiat

wajibah.8

6 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2000), hlm. 462.

7 Fahmi Al Amruzi, Rekontruksi Wasiat Wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam, cet. ke-

2 (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hlm. 77.

8 Anshary, Hukum Waris Islam Dalam Teori dan Praktik, cet. ke-1 (Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2013), hlm. 87-89.

Page 22: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

4

Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia wasiat wajibah diberikan

bukan untuk cucu yang mahjub oleh anak laki-laki, tetapi wasiat wajibah

diberikan kepada anak angkat. Hal ini sebagaimana ditulis dalam pasal 209

Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan:

1. Harta peninggalan anak dibagi berdasarkan pasal-pasal 176 sampai

dengan 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat

yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-

banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya.

2. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat

wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua

angkatnya.9

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia mendefinisikan pengertian anak

angkat dalam pasal 171 KHI yang berbunyi anak angkat sebagai anak yang

dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan

sebagiannya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua

angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Dari definisi tersebut, KHI

memberikan bagian kepada anak angkat sehingga masuk dalam jajaran orang

yang bisa menerima harta warisan orang tua angkatnya dengan jalur wasiat

wajibah besar bagiannya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya (Pasal

209 KHI).

Dalam sistem kewarisan di Indonesia anak tiri sama sekali tidak

disinggung oleh KHI. Secara tersirat anak tiri telah menjadi anggota keluarga

dari bapak/ibu tirinya karena dengan kerelaan menikahi seseorang yang

sebelumnya telah memiliki anak, maka telah bersedia pula menerima

kehadiran sang anak sebagai anggota keluarganya. Tetapi kenyataan yang ada

9 Pasal 209 Ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam.

Page 23: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

5

di masyarakat kehadiran anak tiri terkadang tidak terima oleh salah satu dari

orang tua (bapak/ibu tirinya), Pada dasarnya anak tiri itu memiliki hubungan

kekerabatan yang erat dengan orang tua (bapak/ibu) tirinya. Apalagi ketika

sang anak tiri telah hidup bersama orang tua tirinya sejak kecil, pastilah sang

anak tersebut sudah seperti anak kandung sendiri terhadap orang tua tirinya.

Ditambah lagi jika selama hidupnya, sang anak memberikan manfaat kepada

orang tua tirinya. Tentunya ada hak yang harus didapatkan sang anak tiri dari

orang tua tirinya sebagai balas jasa atas manfaat yang telah diberikan.

KHI tidak mengatur secara tuntas tentang kedudukan anak tiri baik

dalam hukum perkawinan maupun dalam hukum kewarisan. KHI tidak

memberikan definisi terhadap anak tiri. Pengertian secara umum tentang anak

tiri adalah anak bawaan suami atau istri yang bukan hasil perkawinan dengan

istri atau suami yang sekarang. Dalam realitas sosial, bisa dilihat bahwa

hubungan anak tiri dengan orang tua tirinya sedemikian erat seperti anak

dengan orang tua kandungnya. Namun tidak jarang pula ditemukan anak tiri

yang tidak suka dengan kehadiran orang tua tirinya atau orang tua yang tidak

suka dengan anak tirinya10

Hubungan anak tiri dan orang tua tiri yang dianggap baik adalah anak tiri

yang berbakti kepada orang tua tirinya, saling memiliki rasa sayang seperti

anak dan orang tua kandung sehingga memiliki kedekatan batin yang erat,

10

http://www.academia.edu/9032139/KEDUDUKAN_HUKUM_ANAK_TIRI_SEBAGA

I_AHLI_WARIS_DALAM_HUKUM_WARIS_ISLAM_DAN_KUHPERDATA_LEGA

L_POSITION_STEP_CHILDREN_AS_HEIR_ISLAMIC_IN_HERITANCE_LAW_AN

D_CIVIL_CODE akses tanggal 1 juli 2016

Page 24: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

6

sementara hubungan yang kurang dianggap baik adalah anak tiri yang tidak

berbakti, tidak senang dengan kehadiran orang tua tirinya, serta tidak memiliki

ikatan batin yang kuat, adapun dimaksud oleh penulis dalam penelitian disini

adalah anak tiri yang memiliki hubungan baik dengan orang tua tirinya.

Dari keterangan di atas, penyusun tertarik untuk mengkaji wasiat

wajibah untuk anak tiri, karena apabila dilihat kedudukan anak angkat dengan

anak tiri tidak jauh berbeda. Status keduanya sama-sama bukan anak atau

bukan ahli waris dari pewaris yang mewariskan harta warisan, tetapi tidak

sedikitpun dalam KHI menyinggung masalah hak waris anak tiri. Dari sinilah

penulis akan mengkaji lebih jauh lagi tentang hak waris anak tiri dengan

mengklasifikasikan anak tiri seperti apa yang berhak dan tidak berhak untuk

menerima wasiat wajibah.

B. Pokok Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi

pokok masalah skripsi ini adalah:

Apakah anak tiri bisa di kategorikan sebagai orang yang mendapat wasiat

wajibah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian antara lain adalah:

Menjelaskan kategori anak tiri yang bisa mendapatkan wasiat wajibah

2. Kegunaan Penelitian ini antara lain adalah:

Page 25: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

7

a. Secara akademik, Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan pada umumnya dan masalah kewarisan pada

khususnya.

b. Secara terapan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman dan pengetahuan tentang perspektif fiqh kontemporer

tentang kedudukan anak tiri dalam sistem kewarisan.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka sebagai salah satu etika ilmiah yang berguna untuk

memberikan kejelasan informasi yang digunakan dan diteliti melalui khazanah

pustaka, dan seputar jangkauan yang didapat untuk memperoleh kepastian

orisinalitas dari tema yang akan dibahas. Dari hasil survey yang dilakukan

penulis belum ada karya ilmiah yang membahas secara khusus yang

membahas tentang wasiat wajibah untuk anak tiri analisis terhadap ketentuan

KHI. Penyusun juga melakukan penelusuran dan pengkajian terhadap Karya-

karya ilmiah yang ada baik berupa buku maupun skripsi yang berkenaan

dengan tentang status anak tiri. Di antaranya adalah :

Pertama, Skripsi yang disusun oleh Rozhy Dahara Deo Risty yang

berjudul “Kedudukan Anak Tiri Terhadap Harta Kekayaan Orang Tua Tirinya

Menurut Hukum Waris Adat Jawa Di Kecamatan Sumbersari Kabupaten

Jember”. Dalam skripsi ini hanya fokus membahas anak tiri dalam persektif

hukum adat, tidak membahas bagaimana kedudukan anak tiri dalam persektif

Page 26: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

8

hukum Islam.11

Sedangkan peneliti menyusun lebih meneliti tentang wasiat

wajibah untuk anak tiri dalam Kompilasi Hukum Islam.

Kedua, Skripsi yang di tulis oleh Melita Lia Fandi, tentang “Kedudukan

Hukum Anak Tiri Sebagai Ahli Waris Dalam Hukum Waris Islam dan KUH

Perdata (Legal Position Step Children As Heir Islamic In Heritance Law and

Civil Code)”, dari penelitian ini hanya memfokuskan kedudukan anak tiri

dalam hukum waris secara perdata saja, sedangkan penyusun menjelasakan

bagaimana kedudukan anak tiri dalam sistem kewarisan Islam secara

eksplisit.12

Ketiga, Skripsi yang di tulis oleh Mastukhah tentang, ”Wasiat Wajibah

Bagi Non Muslim (Analisis Terhadap Pemikiran Hukum Imam Ibnu Hazm)”.

di dalam peneliti penyusun menjelaskan bagaimana kedudukan anak tiri dalam

sistem kewarisan Islam, tetapi skripsi yang di tulis oleh Mastukhah hanya

membahas pendapat Ibnu Hazm wasiat wajibah bagi non muslim.13

Keempat, Skripsi yang ditulis oleh Hajar Arifah, ”Wasiat Wajibah

Terhadap Anak Angkat Non Muslim: Studi Atas KHI Pasal 209”. Dalam

skripsi ini hanya fokus membahas wasiat wajibah atas anak angkat dalam

11

Rozhy Dahara Risty, “Kedudukan Anak Tiri Terhadap Harta Kekayaan Orang Tua

Tirinya Menurut Hukum Waris Adat Jawa Di Kecamatan Sumbersari Kabupaten jember” skripsi

yang diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Jember, 2013. (kamis, 10 maret 2016).

12

Media Fitri Lia fandi, “Kedudukan Anak Tiri Sebagai Ahli Waris Dalam Hukum Waris

Islam dan KHU Perdata (Legal Position Step Children As Heir Islamic In Heritance Law and Civil

Code)”, skripsi yang diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Jember, 2014. (Jum’at, 1 April

2016). 13

Mastukhah, “Wasiat Wajibah Bagi Non Muslim (Analisis Terhadap Pemikiran Hukum

Imam Ibnu Hazm”, skripsi yang tidak diterbitkan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Page 27: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

9

persfektif KHI. Sedangkan yang penulis teliti membahas bagaimana

kedudukan anak tiri dalam sistem kewarisan Islam.14

Kelima, karya ilmiah yang ditulis oleh Abd. Halim, “Wasiat Wajibah

Dalam KHI Dan Perkembangan Penerapannya (Persepektif Maqosid Al-

Syari’ah)”. Dalam karya ilmiah ini hanya membahas wasiat wajibah bagi

saudara non muslim dan tidak menyinggung masalah wasiat wajibah untuk

anak tiri.15

Sedangkan peneiti penyusun lebih membahas bagaimana wasiat

wajibah untuk anak tiri menurut KHI.

Berdasarkan kajian pustaka di atas, penyusun mengambil kesimpulan

bahwa topik yang penyusun angkat belum pernah diteliti, sebelumnya.

Perbedaannya dengan penelitian-penelitian di atas adalah pendapat ulama

terkait wasiat wajibah bagi non muslim, putusan pengadilan tentang wasiat

wajibah bagi anak angkat non muslim, kedudukuan anak tiri dalam system

waris adat dan perdata, sedangkan penelitian yang dilakukan penyusun adalah

apakah memungkinkan anak tiri mendapat wasiat wajibah dalam hukum. Oleh

sebab itu, penulis tertarik untuk menjadi topik wasiat dalam susunan dengan

judul “wasiat wajibah untuk anak tiri (Analisis terhadap ketentuan dalam

KHI)”.

14

Hajar Arifah, “Wasiat Wajibah Bagi Anak Angkat Non-muslim: Studi atas KHI Pasal

209”, Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

15

Abd. Halim, Wasiat Wajibah Dalam KHI Dan Perspektif Maqasid Al-Syari’ah,

makalah, UIN Sunan Kalijaga.

Page 28: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

10

E. Kerangka Teoretik

Kerangka teori di sini merupakan landasan teori yang digunakan oleh

penyusun dan untuk dapat memecahkan dan menyelesaikan mengenai

masalah-masalah tentang status anak tiri. Sebagaimana yang sudah dipaparkan

di atas Hukum kewarisan merupakan hukum yang mengatur tentang segala

sesuatu yang berkenaan dengan kekayaan seseorang yang telah meninggal

dunia dan peralihan hak atau kewajiban atas harta kepada ahli waris yang telah

ditinggalkannya. Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan hukum

kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan

harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak

menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.

Mereka yang mendapatkan bagian tertentu dalam keadaan tertentu dalam

Al-Qur’an pada kelompok ayat kewarisan inti sebanyak delapan orang,

ditambah dengan empat orang yang disebutkan dalam hadits Rasulullah,

sehingga menjadi dua belas orang.16

1. Anak perempuan tunggal

2. Ibu

3. Bapak

4. Duda

5. Janda

6. Saudara laki-laki (dalam hal kalalah)

16

Abdul Ghofur Anshor, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Eksistansi dan

Adaptabilitas, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm. 48.

Page 29: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

11

7. Saudara laki-laki dan saudara bersyirkah (dalam hal kalalah)

8. Saudara ( dalam hal kalalah)

9. Cucu perempuan dari putra

10. Kakek

11. Nenek

12. Saudara seayah

Dalam KHI pengelompokan ahli waris diatur pada pasal 174,

selengkapnya pasal tersebut berbunyi:

1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:17

a. Menurut hubungan darah: golongan laki-laki terdiri dari, ayah, anak

laki-laki, saudara laki-laki, paman, dan kakek. Golongan perempuan

terdiri dari, ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan nenek.

b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda, atau janda

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 174 ayat (2) apabila semua ahli

waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda,

duda.18

Wasiat adalah suatu ucapan atau pernyataan dimulainya suatu perbuatan,

biasanya perbuatan itu dimulai setelah orang yang mengucapkan atau

menyatakan itu meninggal dunia19

17

Pasal 174 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.

18

Pasal 174 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam.

Page 30: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

12

Tentang kewajiban untuk berwasiat yang telah dijelaskan dalam firman

Allah, yaitu:

عليكم اذا حضر احدكم المىت ان ترك خيرا الى صية للى لد يه واالقربيه بكت

حقا علي المتقيه فبالمعرو20

Sebagian ulama dalam menafsirkan surah al-Baqarah ayat 180

berpendapat bahwa wasiat (kepada ibu-bapak dan kerabat) yang asalnya

wajib, sampai sekarang pun kewajiban tersebut tetap dan dapat diberlakukan,

sehingga pemberian wasiat wajibah kepada walidain dan aqrabin yang

mendapat bagian (penerima) harta peninggalan, dapat diterapkan dan

diberlakukan. Sedang sebagian lain berpendapat bahwa ketentuan wasiat

wajibah tidak dapat dilaksanakan karena ketetapan hukum mengenai wasiat

dalam ayat tersebut telah dinasakh, baik al-Quran maupun hadis.21

Kata

“walidani”, sebagaimana ayat di atas ialah: ayah, ibu, kakek, nenek, sedang

kata “al-aqrabun” ialah: anak, cucu, saudara laki-laki maupun perempuan

kandung, seayah, atau seibu.22

Sedangkan Di dalam surah an-Nisa’ ayat 8 yang berbunyi:

هم منه وقى لىا لهم قىالاواذا حضر القسمة اولىا القربي واليتمي والمسكيه فارزقى

19

Zakiyah Darajah, Ilmu Fiqh, cet. ke-1 (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 161.

20

Al-Baqarah (2): 180.

21

Suparman Usman, Yusuf Somawinata, Hukum Kewarisan Islam, cet. ke-2 (Jakarta:

Radar Jaya, 2002), hlm. 164.

22

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, hlm. 205.

Page 31: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

13

23معروفا

Surah an-Nisa’ Ayat 8 ini menjelaskan bahwa pada saat pembagian

warisan ketika ada kerabat yang tidak mendapatkan harta atau orang yang

membutuhkan maka berbagilah kebahagian dan kesenangan dengan

memberikan sebagian harta warisan yang dibagikan, di dalam ayat ini juga

diperintahkan untuk berkata lemah lembut dan tidak menyakiti hati mereka.

Karena tujuan ayat ini berbagi kepada sesama dan menguranggi adanya

kesenganggan sosial seperti dengki, tujuan untuk menyenangkan hati mereka

yang tidak mampu.

Menurut Ibnu Hazm Dengan wasiat ini setiap kerabat ada yang berhak

mendapatkan harta bagian warisan dan ada yang tidak mendapatkan bagian

harta warisan, bagi kerabat yang tidak mendapatkan bagiannya akan menerima

melalui wasiat wajibah.

Ibnu Hazm berpendapat bahwa berwasiat hukumnya adalah wajib bagi

orang yang meninggal dunia dan meninggalkan banyak harta, hukum wajib itu

tidak hanya bersifat diyani tetapi juga bersifat qaḍa’i atas setiap orang yang

meninggalkan dunia dan meninggalkan harta. Artinya kewajiban berwasiat itu

tidak hanya agama, tetapi juga jika seseorang meninggalkan dunia maka ia

wajib mengeluarkan sejumlah tertentu dari hartanya untuk disedekahkan demi

memenuhi kewajiban berwasiat tersebut. Oleh karena itu menurut Ibnu Hazm,

yang dikatakan wasiat wajibah adalah apabila seseorang meninggalkan dunia

23

An-Nisā (4): 8.

Page 32: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

14

tidak berwasiat sedangkan ia mempunyai harta maka kaum kerabatnya atau

penguasa dapat mengambil sebagian dari hartanya yang dihitung sebagai

wasiat wajibah.24

Sedangkan wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum Islam adalah

wasiat yang ditetapkan oleh perundang-undangan yang diberikan kepada

orang tua angkat atau anak angkat yang tidak menerima wasiat dari anak

angkat atau orang tua angkatnya yang telah meninggal dunia (pewaris).25

Pada dasarnya Penguasa atau Hakim sebagai aparat Negara tertinggi,

mempuyai wewenang untuk memaksa atau memberi surat putusan wajib

wasiat yang terkenal dengan istilah wasiat wajibah kepada orang tertentu

dalam keadaan tertentu.26

Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Undang-

undang Mesir No. 71 tahun 1946 undang-undang ini lahir dikarenakan

kecemasan terhadap cucu yang orang tuanya meninggal lebih dahulu, sebelum

kakeknya meninggal dan si cucu terhijab oleh pamannya. menetapkan

besarnya wasiat wajibah ialah sebesar yang diterima oleh orang tuanya

sekiranya orang tuannya masih hidup dengan ketentuan tidak boleh melebihi

1/3.27

Kitab Undang-undang Hukum Wasiat menetapkan wasiat wajibah atas

dasar hasil mengkompromikan pendapat-pendapat Ulama salaf dan Ulama

24

Ibn Hazm, Al-Muhalla, (Beirut: Ḏar al-Kitāb aľ-Arab, 1987), IX: 314.

25

www.suduthukum.com/2015/10/wasiat-wajibah-menurut-kompilasi-hukum-islam, akses

tanggal 14 April 2016.

26

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, hlm. 120.

27

Bahan Ajar mata kuliah Hukum Kewarisan Islam Oleh Bapak Supriatna.

Page 33: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

15

khlaf, yakni tentang kewajiban berwasiat kepada kerabat-kerabat yang tidak

menerima pusaka ialah diambil dari pendapat-pendapat fuqaha’ dan tabi’in

besar ahli fiqh dan ahli hadits. Antara lain Said Ibnu-Musaiyab, Hasanul-

Bishry, Thawus, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih hazm.28

Pelaksanaan wasiat wajibah tanpa tergantung pada ahli waris bahkan

pelaksanaannya pun harus didahulukan sebelum wasiat-wasiat yang lain

ditunaikan, dan dilaksanakan sesudah kebutuhan si mayit terpenuhi seperti

perawatan jenazah dan pelunasan hutang si mayit.29

Dalam Undang-Undang

Hukum Wasiat Mesir No. 71 tahun 1946 yang berhak menerima wasiat

wajibah yakni cucu laki-laki atau perempuan, baik dari keturunan anak laki-

laki atau keturunan anak perempuan yang orang tuanya meninggal mendahului

kakek atau neneknya.30

Berbeda dengan wasiat wajibah yang ada di Indonesia,

berdasarkan aturan Kompilasi Hukum Islam Pasal 209 yang berhak

mendapatkan wasiat wajibah hanyalah anak angkat dan orang tua angkat.

Anak tiri belum memiliki aturan hukum yang jelas terkait hak-haknya

baik dalam al-Quran, hadist, maupun Undang-undang. Untuk menemukan

jawaban dari permasalahan ini, maka akan digunakan metode qiyas.

Abu Hasan a-Basri mendefinisikan qiyas dengan “menghasilkan

(menetapkan) hukum ashal pada furu’ karena keduanya dalam ilat hukum

yang sama menurut mujtahid. Sementara menurut Ibnu Qudamah qiyas adalah

28

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, cet ke-2 (Bandung: Almaarif, 1975), hlm. 62-65.

29

Idid., hlm. 71.

30

Ibid., hlm 65.

Page 34: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

16

menangguhkan furu’ kepada ashal dalam hukum karena ada hal yang sama

antara keduanya.31

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan oleh penulis merupakan jenis

penelitian literatur atau kepustakaan (library research).32

Karena sumber

data yang diambil oleh peneliti ini merupakan data yang terdapat pada

bahan pustaka Islam, yaitu al-Qur’an, al-Hadits, fiqh, buku-buku lain yang

berkaitan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu memaparkan,

menggambarkan, dan mengklarifikasikan secara obyektif data-data yang

dikaji kemudian dianalisis33

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua dengan

penjelasan sebagai berikut :

a. Data primer, yakni data yang berkaitan langsung dengan wasiat

wajibah untuk anak tiri Adapun data primer penelitian ini adalah

KHI

31

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, cet. ke-1 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 145.

32

Moh. Nasir, Metodelogi Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 65.

33

Winarno Surakmad, Pengantar Penelitian-penelitian: Metode, Tehnik, cet. ke-5

(Bandung: Tarsiti, 1994), hlm. 139-140.

Page 35: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

17

b. Data sekunder, yakni data yang dapat mendukung dan melengkapi

data primer dan diperoleh tidak dari sumber primer. Data sekunder

tersebut dapat berupa buku, majalah, maupun arsip yang

membahas tentang kewarisan, wasiat dan wasiat wajibah.

4. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian literer, maka metode

yang digunakan yakni dengan cara pengumpulan data yang terdapat dalam

buku-buku atau pustaka-pustaka tertentu. Dalam penelitian ini, objek

kepustakaan meliputi seluruh buku atau jurnal yang membahas tentang

mawaris sebagai sumber primer penelitian.

5. Pendekatan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan

normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah34

dengan cara menemukan ayat-ayat

al-Qur’an, hadits-hadits, dan kaidah-kaidah fiqih yang berhubungan

dengan wasiat wajibah dan kemudian dianlisis.

6. Analisis Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan

metode deduktif, yaitu mengetengahkan data yang umum dan kemudian

ditarik kesimpuan yang bersifat khusus.35

Dalam hal ini penulis

menganalisis menggunakan qiyas.

34

Winarto Surakmad, Pengantar Penelitian-Penelitian, hlm 140.

35

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 24.

Page 36: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

18

G. Sistematika Pembahasan

Dalam memudahkan pemahaman ide-ide pokok yang menjadi landasan

dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusunnya ke dalam sistematika

pembahasan sedemikian rupa. Sistematika pembahasan dalam penyusunan

skripsi ini dibagi tiga bagian sub bab, yaitu pendahuluan, isi dan bagian

penutup. Bagian pendahuluan diletakkan pada bagian pertama yang terdiri

dari latar belakang masalah, pokok masalah, tujunan dan kegunaan penelitian,

telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika

pembahasan. Bagian isi dituangkan kedalam tiga bab yaitu pertama adalah bab

kedua yang berisi tentang gambaran umum hukum kewarisan, wasiat dan

wasiat wajibah yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu pengertian, dan dasar

hukum, syarat dan rukun pewarisan, hak-hak yang terkait dengan harta

warisan, ahli waris dan bagiannya, pengertian wasiat dan wasiat wajibah,

dasar hukum wasiat dan wasiat wajibah, syarat dan rukun wasiat dan wasiat

wajibah, orang yang berhak mendapatkan wasiat dan wasiat wajibah, besarnya

bagian wasiat dan wasiat wajibah.

Kedua adalah Bab ketiga yang membicarakan tentang wasiat dan wasiat

wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam yang membicarakan tentang sejarah

Kompilasi Hukum Islam yang terdiri dari pengertian Kompilasi Hukum Islam,

latar belakang diterbitkannya Kompilasi Hukum Islam, proses penyusunan

Kompilasi Hukum Islam, Tujuan pembentukan Kompilasi Hukum Islam,

landasan berlakunya Kompilasi Hukum Islam selanjutnya membahas wasiat,

wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum Islam.

Page 37: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

19

Ketiga adalah Bab keempat yang memuat tentang analisis tentang

wasiat wajibah Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam yang merupakan inti dari

penelitian, di mulai analisis terhadap kedudukan anak tiri dalam Kompilasi

Hukum Islam, tinjuan hukum Islam terhadap hak anak tiri dalam system

kewarisan. Sedangkan Bab penutup ditempatkan pada bab terakhir dari skripsi

ini yakni pada bab kelima yang terdiri dari kesimpulan yang merupakan

jawaban pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini , dan ditutup

dengan saran-saran yang ditunjukan kepada para pihak yang dianggap

berkepentingan dengan persoalan hukum kewarisan Islam.

Page 38: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan mengkomparasikan konsep kewarisan serta

wasiat, wasiat wajibah menurut hukum Islam dan menurut Kompilasi Hukum

Islam, maka pada bab terakhir ini penyusun mencoba menarik kesimpulan dari

beberapa pembahasan serta pokok yang sudah penyusun susun.

Anak tiri bisa di kategorikan sebagai orang yang mendapatkan wasiat

wajibah dengan metode qiyas yang dasar hukumnya diambil dari aturan wasiat

wajibah untuk anak angkat. Namun, hal ini dilakukan dengan pertimbangan

beberapa kategori berikut:

1. Anak yang belum baligh yang ditinggal mati oleh bapak atau

ibunya, lalu orang tuannya yang masih hidup menikah lagi.

2. Anak tiri dengan orang tua tirinya memiliki kedekatan secara

psikologis.

3. Anak tiri berbakti kepada orang tua tirinya layaknya anak kandung

yang berbakti kepada orang tuanya.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, wasiat wajibah

sebagai produk kontemporer dalam aturan hukum kewarisan maka diharapkan

akan adanya kemajuan dalam cakupan aturan KHI.

Page 39: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

83

KHI menjadikan wasiat wajibah sebagai bentuk tanggung jawab akhir dari

pewaris kepada anak angkat karena secara hukuman keperluan hidup anak

angkat ditanggung oleh orang tua angkat setelah proses pengangkatan anak

sah walaupun tidak ada hubungan darah.

Menurut hemat penulis, perlu adanya peninjauan mengenai hak dari anak tiri,

karena jika dilihat lebih dalam anak tiri memiliki kedudukan lebih dekat dalam

hubungan kekerabatan.

Perlu adanya aturan yang membahas kedudukan anak tiri didalam keluarga

dan sistem kewarisan Islam (KHI) dan wasiat wajibah bisa menjadi jalan

tersalurkannya harta warisan dari pewaris kepada anak tiri.

Page 40: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

84

DAFTAR PUSTAKA

A. Kelompok Al-Qur’an/Tafsir

Al-Jumᾱtul Ali, Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahan,

Bandung: Jumatul Ali (J-ART), 2004.

B. Kelompok Hadist/Syarah hadis/ Ulumul Qur’an

Abdul Bāqi, Muhammad Fu’ad, Kumpulan Hadist Shahīh Bukhᾱrī Muslim,

Penerjemah: Arif Rahman Hakim, Solo: Insani Kamil, 2010.

Albᾱni, al-, Muhammad Nashiruddin, al-Shahīh Sunan Tirmidżi, penerjemah:

Ramaul Lc, Fudhail Rahman, K. Masrur Huda, S.SA. Jakarta: Pustaka

Azzam 2007.

Bukhᾱri, Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail, al-Shahih al Bukhari, Beirut:

Dar al fikr, t. t.

Bukhᾱri, Imᾱm al-, Sahīh al Bukhᾱrī, Cairo: Dar wa Matba’ Asy’bi, t. t.

Hafidz, Imam al-, Sunan Abu Dᾱwud, Dar al-Fikri, t. t.

Nasᾱ’i, Al-, Abi Abdurahman Ahmad, An-sunan An Nasai/ Abī Abdurahman

Ahmad Ibn Shu’yb an Nasai, Beirut: Dar Ihya’ al Turath al Arabiy. t. t.

C. Kelompok Figh/ Ushul Figh

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika

Pressido, 1992.

Abta, Ashari dan Djunaidi. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidl Berdasarkan

Hukum Islam Praktis dan Terapan, Surabaya: Pustaka Hikmah

Perdana, 2005.

Afdol, Penerapan Hukum Waris Islam Secara Adil, Surabaya: Airlangga

Universitas Press, 2010.

Anshary, Hukum Kewarisan Islam Indonesia Dinamika Pemikiran Dari Fiqh

Klasik ke Fiqh Indonesia Modern, Bandung: Mandar Maju, 2013.

Page 41: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

85

………, Hukum Waris Islam Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2013.

Anshori, Ghofur Abdul, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Eksistansi dan

Adaptabilitas, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

………., Ghofur, Abdul, Filsafat Hukum Kewarisan Islam Konsep Kewarisan

Bilateral Hazairin, Yogyakarta, UII Press, 2005.

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, penerjemah, Abdul hayyie

al-Kattani, dkk, Jakarta: Gema Issani, 2011.

Basyir, Azhar, Ahmad, Hukum Waris Islam, Yogkarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia, 1990.

Budiono, Rachmad, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1999.

Daqiq, Ibnu Al Id, Ihkamul Ahkam Syarh Umdatul Ahkam, Jakarta: pustaka

Azzam, 2012.

Darajah, Zakiyah, Ilmu Fiqh, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Fahmi, Al Amruzi, Rekontruksi Wasiat Wajibah dalam Kompilasi Hukum

Islam, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014.

Habiburahman, Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta:

kencana, 2011.

Hakim, Helmi, Pembaharuan Hukum Waris Islam Persepsi Metodologi,

Jakarta: Al-Fajar, 1994.

Hazm, Ibn, Al-Muhalla, Beirut: Ḏār al-Kitāb aľ-Arab, 1987.

Jauhari, Imam, Hak-Hak Anak Hukum Islam, Pustaka Bangsa: Jakarta, 2003.

Karim, A Muchit, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di

Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2012.

Lubis, Suhardi, K dan Simanjuntak, Komis, Hukum Waris Islam Lengkap dan

Praktis, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

M. Hasan, Ali, Hukum Kewarisan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Page 42: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

86

M. Idris, Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara,

Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta: Sinar

Grafika, 1995.

M. Idris, Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam (Di Pengadilan

Agama dan Kewarisan Menurut Undang-Undang Hukum Perdata di

Pengadilan Negeri (Suatu Studi Kasus) ), Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1992.

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada 2014.

Maruzi, Muslih, Pokok-Pokok Ilmu Waris, Semarang: pustaka Amani, 1979.

Muhammad, Ibn Ahmad, Ibn Rusyd al-Qurtūbi al-Andalusy, Bidayatu al-

Mujtahid wa Nihāyatu al-Muqtashid, Beirut: Dār al-Fikr, 1978.

Mukhtar, Zamzami, Perempuan dan Keadilan Dalam Hukum Kewarisan

Islam Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, tt.

Muljono, Wahyu, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, Yogyakarta:

Magister Ilmu Hukum FH-UJB 2010.

Musthafa, Dib al-Bugha, dkk, Fikih Manhaji Kitab Fikih Lengkap Imam asy-

Syafi’i, Penerjemah, Anshori Umar Stanggal, Yogyakarta: Darul

Uswah, 2012.

Nasution, Husein, Amin, Hukum Kewarisan: Suatu Analisis Komparatif

Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Rajawali

Pers, 2012.

Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan dan Warisan di Dunia Muslim

Modern, Yogyakarta: ACAdeMIA, 2012

Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung: Almaarif, 1975.

Rahman, I Doi A, Hudud dan Kewarisan, penerjemah, Zaimdin dan Rusydi

Sulaiman, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.

Rasjid, Sulaiman, Figh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2000.

Sabiq, Sayyid, Ringkasan Fiqh Sunnah, Penerjemah: Ahmad Tirmidzi, Lc,

dkk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013.

Page 43: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

87

Shabuniy, Muhammad Ali as-, Hukum Waris Islam, Penerjamah, Sarmin

Syukur, Surabaya: Al Ikhlas, 1995.

Saebani, Ahmad, Beni, Fiqh Mawaris, Bandung: Pusaka Setia, 2009.

Saleh, Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani,

Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Sayyid, Sayyid As, Fiqh as-Sunnah, Kuwait: Darul Bayan 1976 M.

Shiddieqy, T.M. Hasbi Ash, Fiqhul Mawaris, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Shomad, Abd, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Hukum Indonesia,

Jakarta: Kencana, 2010.

Siddik, Abdullah, Hukum Waris Islam, Bandung: Bina Pustaka, 1984.

Siroj, Malthuf, Pembaharuan Hukum Islam Kompilasi Hukum Islam,

Yogyakarta: Pustaka ilmu Yogyakarta, 2012.

Syafi’I, Imam, Ringkasan Kitab Al Umm, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2010.

Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2004.

Usman, Suparman dan Somawinata Yusuf, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan

Islam, Jakarta Selatan: Radar Jaya Jakarta, 2002.

Wahab, Abdul Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, terjmahan Noer Iskandar

al-Barsany dan M. Tolchah Mansoer, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996.

Zainudin, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:

Sinar Grafika, 2008.

Zuḥaili, Wahbah Fiqih Imam Syafi’i, penerjemah: Muhammad Afif dan Abdul

Hafiz, Jakarta: almahara, 2010.

……, al-Fiqh al-Islāmi wa Adillatuh, Beirut: Dār al-Fikr al-Mu’asir, 1984.

Page 44: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

88

D. Kelompok Lain-Lain

Abdullah, Abdul, Gani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata

Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Dahlan, Abdul, Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT Intermasa,

2001.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2000

Nasir Moh, Metodelogi Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005

Nasution, Bakti, Hasan dan Harapan Syahrin, Ensiklopedia Akidah Islam,

Jakarta: Kencana 2009.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Warisan di Indonesia, Jakarta: Sumur

Bandung, 1980.

Surakmad, Winarno, Pengantar Penelitian-Penelitian: Metode, Tehnik,

Bandung: Tarsiti, 1994.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara,

2015.

E. Kelompok Skripasi

Ahmad Mun’im, Intensitisas Penyusuan Dalam Larangan Perkawinan

Sepersusuan (Analisis Pasal 39 Ayat 3 Kompilasi Hukum Islam),

Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri, 2015.

Drs. Abd. Halim, M.Hum, wasiat wajibah dalam KHI dan perspektif maqasid

al-syari’ah, makalah, UIN Sunan Kalijaga.

Hajar Arifah, “Wasiat Wajibah Bagi Anak Angkat Non-muslim: Studi atas

KHI Pasal 209”, Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mastukhah, “Wasiat Wajibah Bagi Non Muslim (Analisis Terhadap Pemikiran

Hukum Imam Ibnu Hazm”, skripsi yang tidak diterbitkan Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.

Media Fitri Lia fandi, “Kedudukan Anak Tiri Sebagai Ahli Waris Dalam

Hukum Waris Islam dan KHU Perdata (Legal Position Step Children

As Heir Islamic In Heritance Law and Civil Code)”, skripsi yang

diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Jember, 2014.

Page 45: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

89

Rozhy Dahara Risty, “Kedudukan Anak Tiri Terhadap Harta Kekayaan Orang

Tua Tirinya Menurut Hukum Waris Adat Jawa Di Kecamatan

Sumbersari Kabupaten jember” skripsi yang diterbitkan, Fakultas

Hukum Universitas Jember, 2013.

Page 46: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 47: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

I

Lampiran-lampiran

TERJEMAH

No Halaman FN Arti

BAB 1

1 2 5

“Diwajibkan kepada yang mendekati ajal di antara

kamu, kalau meninggalkan harta, agar berwasiat

untuk orang tua, sanak keluarga dengan baik dan

adil, dan ini suatu keharusan bagi orang-orang yang

bertakwa”

3 12 20

“Diwajibkan kepada yang mendekati ajal di antara

kamu, kalau meninggalkan harta, agar berwasiat

untuk orang tua, sanak keluarga dengan baik dan

adil, dan ini suatu keharusan bagi orang-orang yang

bertakwa”

4 12 23

“kalau dalam pembagian waris datang kaum

kerabat, anak-anak yatim, dan orang miskin, berilah

mereka sebagian dari harta warisan itu dan

berbicaralah kepada mereka dengan baik.”.

BAB II

5 22 8

“Allah memerintah kepada anak-anak bahwa bagian

laki-laki sama dengan bagian 2 perempuan. Kalau

mereka semua wanita lebih dari dua orang (dua

keatas), bagian mereka dua pertiga peninggalan.

Kalau anak hanya satu perempuan, dia

mendapatkan separuh peninggalan. Bagi ayah dan

bunda masing-masing seperenam, jika ia

meninggalkan anak. Kalau ia tidak meninggalkan

anak, pewarisnya adalah ayah ibunya saja: bagi

ibunya sepertiga. Kalau yang meninggal itu

mempunyai saudara, maka ibunya mendapat

seperenam. Semua itu, setelah urusan wasiat dan

hutang diselesaikan. Tentang orang tuamu dan

anak-anakmu kamu tidak tahu siapa di antara

mereka, yang paling dekat

kepadamukemanfaatannya. Inilah bagian-bagian

yang ditetapkan oleh Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”.

6 23 9

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang

kalalah). Katakanlah: “Allah memberi fatwa

kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang

Page 48: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

II

meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan

mempunyai saudara perempuan, maka bagi

saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta

yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-

laki mempusakai (seluruh harta saudara

perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi

jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi

keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan

oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris

itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan

perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-

laki sebanyak bahagian dua orang saudara

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)

kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu.”

7 23 11

“Dari Abudullah bin Abbas RadhiyallahuAnhuma,

dari Nabi ShalallahuAlaihiwaSallam, beliau

bersabda, ’Beerikanlah warisan kepada orang yang

berhak menerimannya, dan sisannya untuk orang

laki-laki yang paling berhak.”

8 26 19 “Dikafani dengan tiga kain Yamansahulyangh putih

dari katun, tidak dengan gamis dan sorban.”

9 27 21

“Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami,

Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami,

dari Abu Ishaq Al Hamdani, dari Harist, dari Ali:

sesungguhnya nabi SAW melunasi utang (terlebih

dahulu) sebelum (melaksanakan) wasiat, sedang

kalian menetapkan (pelaksanaan) wasiat terlebih

dahulu sebelum utang.”

10 27 23 “Semua itu, setelah urusan wasiat dan hutang

diselesaikan.”

11 36 52

Diwajibkan kepada yang mendekati ajal di antara

kamu, kalau meninggalkan harta, agar berwasiat

untuk orang tua, sanak keluarga dengan baik dan

adil, dan ini suatu keharusan bagi orang-orang yang

bertakwa”

12 37 54

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah

seorang (di antara) kamu menghadapi kematian,

sedang dia akan berwasiat, maka hendak wasiat itu

tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa."

disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu,

atau dua orang yang berlainan (agama) dengan

kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi

lalukamu ditimpa bahaya kematian, heaklah

(hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah salat,

agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika

Page 49: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

III

kamu ragu-ragu, "Demi Allah kami tidak akan

mengambil keuntungan dengan sumpah ini,

walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak

menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya

jika demikian

13 37 55

Akan tetapi, barang siapa khawatir terhadap orang

yang berwasiat itu berlaku berat sebelah atau

berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka,

maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

14 37 56

Allah memerintah kepada anak-anak bahwa bagian

laki-laki sama dengan bagian 2 perempuan. Kalau

mereka semua wanita lebih dari dua orang (dua

keatas), bagian mereka dua pertiga peninggalan.

Kalau anak hanya satu perempuan, dia

mendapatkan separuh peninggalan. Bagi ayah dan

bunda masing-masing seperenam, jika ia

meninggalkan anak. Kalau ia tidak meninggalkan

anak, pewarisnya adalah ayanhibunya saja: bagi

ibunya sepertiga. Kalau yang meninggal itu

mempunyai saudara, maka ibunya mendapat

seperenam. Semua itu, setelah urusan wasiat dan

hutang diselesaikan. Tentang orang tuamu dan

anak-anakmu kamu tidak tahu siapa di antara

mereka, yang paling dekat

kepadamukemanfaatannya. Inilah bagian-bagian

yang ditetapkan oleh Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”.

15 38 57

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta

yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka

tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu

mempunyai anak, maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah

dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan sesudah

dibayar utangnya. Para istri memperoleh

seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu

tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai

anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari

harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi

wasiat yang kamu buat atau dan sesudah dibayar

utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki

maupun perempuan yang tidak meninggalkan anak,

tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu

saja) atau seorang saudara perempuan (seorang

saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis

saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-

Page 50: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

IV

saudara ibu itu lebih dari seorang, maka mereka

bersekutu dalam bagian yang sepertiga itu, sesudah

dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah

dibayar utangnya dengan tidak member mudarat

(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang

demikian itu sebagian) syariat yang benar-benar

dari Allah Maha Mengatahui lagi Maha Penyantun

16 38 58

“Rasulullah S.A.W bersabda: Tidaklah pantas

seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang

akan diwasiatkan, ia tangguhkan sampai bermalam

dua malam, kecuali wasiatnya itu tertulis di

sisinya."

17 38 59

“Aku bertanya pada Ibnu Aufa: “Adakah

Rasulullah saw pernah berwasiat?” Jawabnya:

“tidak pernah”. Aku bertanya: “Bagaimana beliau

menjawab kaum muslimin berwasiat?” jawabnya:

“Dengan kitab Allah.”

18 43 70

“Diwajibkan kepada yang mendekati ajal di antara

kamu, kalau meninggalkan harta, agar berwasiat

untuk orang tua, sanak keluarga dengan baik dan

adil, dan ini suatu keharusan bagi orang-orang yang

bertakwa”

19 44 72

“Dari Abi Umamah R.A. aku mendengar

Rasulullulah saw. Bersabda: “sesungguhnya Allah

telah member semua yang mempunyai hak akan

haknya. Karena itu tak ada wasiat untuk ahli waris.

20 45 75

“Kalaulah orang-orang mengurangi (wasiatnya0

sampai seperenam karena Rasulullah bersabda,

sepertiga saja dan sepertiga itu sudah banyak atau

besar.”

21 47 81

“Pemegang kekuasaan mempunyai wewenang

memerintah perkara yang mubah, karena ia

berpendapat bahwa hal itu akan

membawakemaslahatan umum. Bila penguasa

memerintahkan demikian wajiblah ditaati.”

Page 51: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

BIOGRAFI ULAMA

1. Imam al-Bukhārỉ

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah bin islmail bin Ibrahim bin

Mugirah bin Bardisbah. Beliau dilahirkan di Bukhara suatu kota di Uzbekistan

wilayah Rusia pada hari jum‟at tanggal 13 Syawal 194 H/ 810 M, Sejak usia

10 tahun sudah mampu menghafal al-Qur‟an. Beliau banyak melawat di suatu

tempat yakni syam, Mesir, Basyrah maupun Hijaz. Dalam rangka menuntut

ilmu hadist. Bukhari adalah orang pertama penyusun kitab shahih, yang

kemudian jejaknya diikuti oleh ulama yang lainnya. Sesudah beliau, kitab itu

disusun selama 16 tahun. Kitab itu berjudul “jami‟ as-Sahih‟‟ yang terkenal

dengan Sahih Bkhari. Beliau wafat pada tahun 252 H/870 M.

2. Imam Syāfi’i

Beliau dilahirkan di kota Guzzah pada tahun 150 H. Persisi bersamaan

dengan wafatnya Imam Abu hanafah. Nama lengkapnya ialah Muhammad bin

Idris Asy-Syafi‟i. oleh ibunya dibawa ke kota inilah beliau dibesarkan.

Berawal beliau berguru kepada Muslim bun Halid az-Zanni, seorang mufti

Makkah pada saat itu. Beliau hafal al-Qur‟an pada usia 9 tahun, kemudian

mempelajari fiqh dan al-Qur‟an. Disamping itu beliau belajar kepada Imam

Malik, dari sini lahir istilah Qaul Qodim terhadap faham-fahamnya disaat

menetap di Irak. Lalu pada tahun 20 H beliau ke Mesir dan berinteraksi

dengan para ulama di sana, kemudian lahirlah istilah Qaul Jadid sekaligus

sebagai perbaikan terhadap Qaul Qadim-nya. Kitab ar-Risalah” lalu “Kitab al-

Umm” sebagai kitab fiqh di kalangan Mazhab Syafi‟i. lalu di bidang hadis

menuyusun Mukhtalif al-Hadits dan Musnad. Murid-murid beliau di

antaranya: Imam bin Hanbal, Abu Ishaq, al-Fairrusabadi, Abu Hamid al-

Ghazalidan lain-lain. Baliau wafat pada tahun 204 H/820 M di Mesir.

3. Abu daud

Nama lengkapnya adalah Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy Ats bin Ishaq bin

Bajur bin Syaaddad bin Amr bin Imron Al-Azdi Asy-Syistani. Beliau lahir di

Azd Didairah Sijista tahun 201 H/817 dan beliau wafat pada tahun 275 H/ 889

M.

4. Ahmad Azhar Basyir

Dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 21 November 1928. Menamatkan

Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah di Suronatan Yogyakarta tahun 1940.

Madrasah al-Falah di Kauman Yogyakarta tahun 1944. Mengikuti pelajaran di

Madrasah Salafiyah Pon-Pes Termas, Pacitan Jawa Timur 1943. Madrasah

Muballighin III Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1946. Mulai bulan mei

1946 bergabung dengan kesatuan TNI Hisbullah Batalion 36 di Yogyakarta,

tamat tahun 1952. Melanjutkan belajar di PTAIN Yogyakarta dan

menyelesaikan Doktoral 1 tahun 1956, bulan Oktober 1957 bertugas belajar ke

Irak, dan hanya dapat mengikuti kuliah di Fakultas Adab (Sastra) Jurusan

Page 52: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

Sastra Arab Universitas Baghdad, pindah ke Mesir, memperoleh Master dalam

„Ulum Islamiyah Jurusan Syari‟ah Islamiyah dari Fakultas Darul Ulum,

Universitas Cairo, dengan judul tesisi “Nizam al-Miras fi Indoneisa, bainal

„Urf wa asy-Syari‟ah al-Islamiyah. Sejak tahun 1968 menjadi staf edukatif di

UGM Yogyakarta dalam Mata Kuliah Pendidikan Islam, Hukum Islam dan

Filsafat Islam. Di sampimg itu, juga menjadi tenaga pengajar tidak tetap di

Universitas Islam Malang, UMY Yogyakarta, Dosen tidak tetap di Univesitas

Islam Malang, UMY Yogyakarta, Dosen tidak tetap Pascasarjana IAIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

5. Imam Abu Hanifah

Nama lengkapnya adalah Abu Hanifah al-Nu‟man bin Sabit Ibn Zutaa al-

Taimy, berasal dari keturunan Parsi, lahir di Kufah tahun 80 H/699 M dan

wafat di Bagdad tahun 150 H/ 767 M. beliau adalah pendiri maszhab Hanafi

yang terkenal dengan, “al-Imam al-A‟zam yang berarti Imam terbesar. Abu

hanifah dikenal sebagai ulama Ahl Alra‟yi, dalam menetapan hukum Islam,

baik yang diistinbatkan dari Al-Qur‟an maupun hadis, beliau banyak

mengunakan nalar. Abu Hanifah meninggalkan karya besar, yaitu fiqh Akbar

al-„Anin wa-Muta‟alim dan Musnad fiqh Akbar.

6. Imam Malik

Imam Malik adalah Imam yang kedua dari Imam-imam emapat serangkai

dalam Islam dari segi umur. Beliau lahir di kota Madinah, suatu daerah di

negeri Hijaz tahun 93 H/712 M dan wafat pada tahun 179 H/178 M di

Madinah pada masa pemerintah Abbasiyah. Nama lengkapnya adalah Abu

Abdillah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi „Amir Ibn al-haris. Imam Malik

adalah seorang mujtahid dan ahli Ibadah sebagaimana halnya Imam Abu

hanifah, beliau seorang tokoh terkenal sebagai alim besar dalam ilmu hadis. Di

antara karya-karyanya adalah al-Muwattha‟.

Page 53: WASIAT WAJIBAH UNTUK ANAK TIRI (ANALISIS TERHADAP ...digilib.uin-suka.ac.id/21524/2/12350065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Islam belum mengatur aturan tentang hak-hak anak

CURRICULUM VITAE

Nama : Marsiani

TTL : Musi Rawas, 14 Oktober 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Asal :Sumber-Makmur, kab. Muratra Sumatra Selatan

Alamat Domisili :Jl. Rambutan GK 1/611 sapen, Demanagan Yogyakarta

Instansi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jurusan : Al-Akhwal Asy-Syakhsiyyah

Semester : VIII

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

NIM : 12350065

No. Telp/hp : 082134723594

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal : TK PKK

SD Negeri 1 Sumber-Makmur

SMP Negeri Sumber-Makmur

SMA Lubuk-Linggau

Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta