kesiapan dan langkah-langkah strategis...

2
Aspek Budaya Bahari Budaya bahari dipahami sebagai sistem-sistem gagasan/ide, prilaku/Ɵndakan dan sarana/ prasarana fisik yang digunakan oleh masyarakat pendukungnya (masyarakat bahari) dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya. Budaya bahari mengandung unsur-unsur berupa sistem- sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma/aturan, simbol komunikaƟf, kelembagaan, teknologi dan seni berkaitan kelautan. Sistem pengetahuan nelayan mencakup pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi Ɵnggi, pengetahuan tentang lokasi dan sarang ikan, pengetahuan tentang musim, pengetahuan tentang tanda-tanda-tanda (di laut, darat, angkasa/perbintangan), dan pengetahuan tentang lingkungan sosial budaya. Bagi komunitas bahari seƟdaknya terdapat dua contoh kelembagaan ekonomi masyarakat bahari, yaitu kelembagaan kerjasama dan kelembagaan hak pemanfaatan sumberdaya laut. Kelembagaan kerjasama (sistem produksi) dikenal dengan adanya kelembagaan Ponggawa-sawi dan Juragan-pandega. Dalam masyarakat nelayan Bugis, Makasar dan Bajo dari Sulawesi Selatan misalnya, kelompok ponggawa-sawi yang di samping mengatur pembagian dan menyerap tenaga kerja, juga sekaligus berperanan sebagai lembaga perolehan modal (menyerupai fungsi koperasi), sebagai pasar, penyelesaian urusan utang piutang, menetapkan aturan bagi hasil, dan bahkan berperan sebagai wadah sosialisasi kelompok dan jaminan-jaminan sosial ekonomi nelayan. Ponggawa-sawi ini bisa dibandingkan dengan kelompok Juragan-pandega di Jawa dan Tanase-Wasanae di Maluku.Kelembagaan pemilikan hak atas sumberdaya dan wilayah perikanan secara tradisional sebagai insƟtusi pemilikan komunal atas wilayah darat dan pantai yang disebut 'sasi' ditemukan antara lain di pantai Ambon, Haruku, dan desa-desa Nolloth, Ihamahu, Saparua, dan Porto (P.Saparua) mulai dipraktekkan sejak kurang lebih 130 tahun lalu, lebih dahulu daripada mulai tumbuhnya kesadaran akan perlunya konservasi laut di negara-negara barat sekitar 105 tahun lalu. Lokasi-lokasi sepanjang pantai utara Jawa dan Madura hingga periode terakhir Zaman Kolonial dimanfaatkan dengan model pengelolaan insƟtusi pemilikan komunal Ɵngkat distrik dan desa-desa. Teknologi kebaharian, terdiri dari teknologi pelayaran dan penangkapan ikan tradisional dalam berbagai bentuk dan arsitekturnya. Salah satu ciri khas perahu Jawa dan Bali ialah penuh dengan ukiran dan gambar-gambar binatang menggunakan kombinasi warna mengandung berbagai makna simbolik. Pinisi adalah salah satu Ɵpe perahu Sulawesi Selatan yang konstruksinya memang bagus, namun kurang dari segi ukiran dan moƟf- moƟf gambar bermakna. Konstruksi ini lebih mengutamakan fungsi daya muat, keseimbangan dan kecepatan. Di Sulawesi Selatan, perahu-perahu tradisional mulai dilengkapi dengan motor (motor tempel dan motor dalam) di awal tahun 1970-an.Teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang secara spesifik di berbagai daerah. Nelayan Jawa dan Madura cukup kaya dengan alat tangkap pukat. Pajang saja mempunyai jenis (p.besar, p.peperek, p.krakat, p.arad, p.kopek, p.dedang, p.bhanton). Budaya bahari sebagai prasyarat di dalam menuju Indonesia menjadi Negara MariƟm mutlak diperlukan. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai karakterisƟk sosial ekonomi dan budaya masing-masing telah terbukƟ mampu untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Keberadaan budaya bahari selalu berada pada posisi saling berhadapan dengan intrusi budaya luar yang Ɵdak sepenuhnya sesuai dengan budaya bahari dan kepribadian bangsa. Upaya revitalisasi dan internalisasi budaya bahari melalui upaya- upaya pendidikan diperlukan untuk memperkuat sikap mental dan etos kerja yang menjadi ciri kepribadian bangsa. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebiajakan Skenario 1: Merancang kebijakan terkait dengan mariƟme spaƟal plan dan mariƟme economics Plan, pengawasan di laut, dan penegakan hukum di perairan di luar ZEE. Skenario 2: Peningkatan investasi di sektor kelautan dan perikanan. Skenario 3: Pengembangan ilmu pengetahuan dasar, terapan dan eksperimental. Program Prioritas KeƟga skenario kebijakan di atas diterjemahkan ke dalam program-program prioritas sebagai berikut: Da?ar Pustaka [1] Badan Pusat StaƟsƟk (BPS). 2014a. Buku 1 Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Susenas September 2013. Jakarta. 83 Hal [2] Badan Pusat StaƟsƟk (BPS). 2014b. Buku 2 Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia Susenas September 2013. Jakarta. 143 Hal [3] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014a. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 1. 247 Hal. [4] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014b. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 2. 631 Hal. [5] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014c. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 3. 186 Hal. Skenario Program prioritas Skenario 1: Merancang kebijakan terkait dengan mariƟme spaƟal plan dan mariƟme economics Plan, pengawasan di laut, dan penegakan hukum di perairan di luar ZEE. Merancang kebijakan kelautan untuk pengembangan tata kelola, peningkatan efisiensi SDA dan peningkatan keragaman akƟvitas ekonomi. Skenario 2: Peningkatan investasi di sektor kelautan dan perikanan. Pengembangan konekƟvitas, peningkatan aksesibilitas, pengembangan investasi inovaƟf, dan pengembangan sistem pengelolaan SDA; Skenario 3: Pengembangan ilmu pengetahuan dasar, terapan dan eksperimental. Merancang riset nasional dalam rangka mensinergikan program riset dari berbagai lembaga riset nasional. 4 Penulis Rekomendasi : Tukul Rameyo Adi, Achmad Zamroni, Tajerin, Rikrik Rahardian, Fatriyandi Nur Priyatna, Rizki Muhartono, dan Subhechanis Saptanto KESIAPAN DAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS INDONESIA MENUJU NEGARA MARITIM Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan vol 11 Tahun 2014 RINGKASAN Rekomendasi untuk menyiapkan Indonesia sebagai negara maritim adalah: 1. Undang-Undang sebagai payung hukum pembangunan Kelautan dan Perikanan; 2. Kebijakan kelautan yang mencakup kebijakan dalam pengembangan tata kelola, peningkatan esiensi SDA, peningkatan keragaman aktivitas ekonomi, pengembangan konektivitas, peningkatan aksesibilitas, pengembangan investasi inovatif, dan pengembangan sistem pengelolaan SDA; 3. Peningkatan eksistensi peran kementerian teknis bidang kelautan (Kementerian Kelautan dan Perikanan) sebagai kementerian yang berfungsi menangani pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan sumberdaya di laut untuk peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia sekaligus menjaga sumberdaya laut tersebut agar tetap lestari dan berkelanjutan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan aspek normatif keragaan saat ini (existing) aspek-aspek seperti regulasi dan kebijakan, Infrastruktur, inovasi teknologi, ekonomi maritim dan budaya bahari (khususnya SDM), maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Indonesia belum siap untuk menjadi negara maritim. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi jumlah pulau sekitar 17.504 pulau, luas laut 2/3 wilayah, garis pantai sepanjang 104 ribu km, dan keanekaragaman hayati laut yang terdiri dari 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Modal dasar yang harus dimiliki adalah kondisi geogras, jumlah dan karakter penduduk (SDM) yang kuat, kemampuan menguasai (kedaulatan dan pemanfaatan) potensi ruang laut, sumberdaya alam, jasa kelautan, pertahanan, perdagangan, transportasi laut, industri perkapalan, mineral dan energy, wisata bahari, perikanan, bioteknologi kelautandan kedaulatan negara untuk kepentingan nasional maupun hubungan internasional. Pemanfaatan potensi Bioteknologi Kelautan Indonesia sangat besar untuk dikembangkan ke depan, meliputi: Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive substances) atau bahan alami (natural products) dari biota laut; Rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau hewan baru; Rekayasa genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan) bahan pencemar (pollutants) yang mencemari suatu lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills). Potensi energi dan mineral dari laut di Indonesia diantaranya terlihat dari 40 cekungan minyak di laut atau sekitar 70% dari total cekungan yang ada. Cadangan minyak pada 11 cekungan yang sudah berproduksi diperkirakan mencapai 1,93 miliar barrel sedangkan gas bumi mencapai 107,5 triliun kaki kubik. Sumber minyak bumi Indonesia di lepas pantai diperkirakan 40,1 miliar barel, sedangkan gas bumi mencapai 217,5 triliun kaki kubik. Peta pariwisata bahari di Indonesia mencakup 21 titik pengembangan yaitu: meliputi banyak pulau dan pantai di beberapa daerah yang termasuk dalam jalur lingkar luar Indonesia, jalur lingkar dalam, jalur lingkar barat tengah. Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai sekitar 5,8 persen. Sektor pariwisata menyumbangkan produk domestik bruto

Upload: dinhdiep

Post on 02-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESIAPAN DAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS …brsdm.kkp.go.id/__pub/files52165pb_kesiapan_maritim.pdf · pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi nggi, pengetahuan tentang lokasi

Aspek Budaya Bahari Budaya bahari dipahami sebagai sistem-sistem gagasan/ide, prilaku/ ndakan dan sarana/ prasarana fisik yang digunakan oleh masyarakat pendukungnya (masyarakat bahari) dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya. Budaya bahari mengandung unsur-unsur berupa sistem- sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma/aturan, simbol komunika f, kelembagaan, teknologi dan seni berkaitan kelautan. Sistem pengetahuan nelayan mencakup pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi nggi, pengetahuan tentang lokasi dan sarang ikan, pengetahuan tentang musim, pengetahuan tentang tanda-tanda-tanda (di laut, darat, angkasa/perbintangan), dan pengetahuan tentang lingkungan sosial budaya. Bagi komunitas bahari se daknya terdapat dua contoh kelembagaan ekonomi masyarakat bahari, yaitu kelembagaan kerjasama dan kelembagaan hak pemanfaatan sumberdaya laut. Kelembagaan kerjasama (sistem produksi) dikenal dengan adanya kelembagaan Ponggawa-sawi dan Juragan-pandega. Dalam masyarakat nelayan Bugis, Makasar dan Bajo dari Sulawesi Selatan misalnya, kelompok ponggawa-sawi yang di samping mengatur pembagian dan menyerap tenaga kerja, juga sekaligus berperanan sebagai lembaga perolehan modal (menyerupai fungsi koperasi), sebagai pasar, penyelesaian urusan utang piutang, menetapkan aturan bagi hasil, dan bahkan berperan sebagai wadah sosialisasi kelompok dan jaminan-jaminan sosial ekonomi nelayan. Ponggawa-sawi ini bisa dibandingkan dengan kelompok Juragan-pandega di Jawa dan Tanase-Wasanae di Maluku.Kelembagaan pemilikan hak atas sumberdaya dan wilayah perikanan secara tradisional sebagai ins tusi pemilikan komunal atas wilayah darat dan pantai yang disebut 'sasi' ditemukan antara lain di pantai Ambon, Haruku, dan desa-desa Nolloth, Ihamahu, Saparua, dan Porto (P.Saparua) mulai dipraktekkan sejak kurang lebih 130 tahun lalu, lebih dahulu daripada mulai tumbuhnya kesadaran akan perlunya konservasi laut di negara-negara barat sekitar 105 tahun lalu. Lokasi-lokasi sepanjang pantai utara Jawa dan Madura hingga periode terakhir Zaman Kolonial dimanfaatkan dengan model pengelolaan ins tusi pemilikan komunal ngkat distrik dan desa-desa. Teknologi kebaharian, terdiri dari teknologi pelayaran dan penangkapan ikan tradisional dalam berbagai bentuk dan arsitekturnya. Salah satu ciri khas perahu Jawa dan Bali ialah penuh dengan ukiran dan gambar-gambar binatang menggunakan kombinasi warna mengandung berbagai makna simbolik. Pinisi adalah salah satu pe perahu Sulawesi Selatan yang konstruksinya memang bagus, namun kurang dari segi ukiran dan mo f-mo f gambar bermakna. Konstruksi ini lebih mengutamakan fungsi daya muat, keseimbangan dan kecepatan. Di Sulawesi Selatan, perahu-perahu tradisional mulai dilengkapi dengan motor (motor tempel dan motor dalam) di awal tahun 1970-an.Teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang secara spesifik di berbagai daerah. Nelayan Jawa dan Madura cukup kaya dengan alat tangkap pukat. Pajang saja mempunyai jenis (p.besar, p.peperek, p.krakat, p.arad, p.kopek, p.dedang, p.bhanton). Budaya bahari sebagai prasyarat di dalam menuju

Indonesia menjadi Negara Mari m mutlak diperlukan. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai karakteris k sosial ekonomi dan budaya masing-masing telah terbuk mampu untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Keberadaan budaya bahari selalu berada pada posisi saling berhadapan dengan intrusi budaya luar yang dak sepenuhnya sesuai dengan budaya bahari dan kepribadian bangsa. Upaya revitalisasi dan internalisasi budaya bahari melalui upaya- upaya pendidikan diperlukan untuk memperkuat sikap mental dan etos kerja yang menjadi ciri kepribadian bangsa.

Kesimpulan dan Rekomendasi KebiajakanSkenario 1: Merancang kebijakan terkait dengan

mari me spa al plan dan mari me economics Plan, pengawasan di laut, dan penegakan hukum di perairan di luar ZEE.

Skenario 2: Peningkatan investasi di sektor kelautan dan perikanan.

Skenario 3: Pengembangan ilmu pengetahuan dasar, terapan dan eksperimental.

Program Prioritas Ke ga skenario kebijakan di atas diterjemahkan ke dalam program-program prioritas sebagai berikut:

Da?ar Pustaka[1] Badan Pusat Sta s k (BPS). 2014a. Buku 1

Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Susenas September 2013. Jakarta. 83 Hal

[2] Badan Pusat Sta s k (BPS). 2014b. Buku 2 Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia Susenas September 2013. Jakarta. 143 Hal

[3] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014a. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 1. 247 Hal.

[4] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014b. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 2. 631 Hal.

[5] Kementerian PPN/BAPPENAS, 2014c. Rencana Kerja Pemerintah 2015: Buku 3. 186 Hal.

Skenario Program prioritas

Skenario 1: Merancang kebijakan terkaitdengan mari me spa al plan dan mari meeconomics Plan,pengawasan di laut, danpenegakan hukum di perairan di luar ZEE.

Merancang kebijakan kelautanuntuk pengembangan tatakelola, peningkatan efisiensi SDAdan peningkatan keragamanak vitas ekonomi.

Skenario 2: Peningkatan investasi di sektor kelautan danperikanan.

Pengembangan konek vitas, peningkatan aksesibilitas,pengembangan investasi inova f, danpengembangan sistem pengelolaan SDA;

Skenario 3: Pengembangan ilmupengetahuan dasar, terapan dan eksperimental.

Merancang riset nasional dalam rangkamensinergikan program riset dariberbagai lembaga riset nasional.

4

Penulis Rekomendasi :Tukul Rameyo Adi, Achmad Zamroni, Tajerin, Rikrik Rahardian,

Fatriyandi Nur Priyatna, Rizki Muhartono, dan Subhechanis Saptanto

KESIAPAN DAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS INDONESIA MENUJU NEGARA MARITIM

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan vol 11 Tahun 2014

RINGKASAN Rekomendasi untuk menyiapkan Indonesia sebagai negara maritim adalah:1. Undang-Undang sebagai payung hukum pembangunan Kelautan dan Perikanan; 2. Kebijakan kelautan yang mencakup kebijakan dalam pengembangan tata kelola,

peningkatan esiensi SDA, peningkatan keragaman aktivitas ekonomi, pengembangan konektivitas, peningkatan aksesibilitas, pengembangan investasi inovatif, dan pengembangan sistem pengelolaan SDA;

3. Peningkatan eksistensi peran kementerian teknis bidang kelautan (Kementerian Kelautan dan Perikanan) sebagai kementerian yang berfungsi menangani pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan sumberdaya di laut untuk peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia sekaligus menjaga sumberdaya laut tersebut agar tetap lestari dan berkelanjutan.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan aspek normatif keragaan saat ini (existing) aspek-aspek seperti regulasi dan kebijakan, Infrastruktur, inovasi teknologi, ekonomi maritim dan budaya bahari (khususnya SDM), maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Indonesia belum siap untuk menjadi negara maritim.

PENDAHULUANIndonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi

jumlah pulau sekitar 17.504 pulau, luas laut 2/3 wilayah, garis pantai sepanjang 104 ribu km, dan keanekaragaman hayati laut yang terdiri dari 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Modal dasar yang harus dimiliki adalah kondisi geogras, jumlah dan karakter penduduk (SDM) yang kuat, kemampuan menguasai (kedaulatan dan pemanfaatan) potensi ruang laut, sumberdaya alam, jasa kelautan, pertahanan, perdagangan, transportasi laut, industri perkapalan, mineral dan energy, wisata bahari, perikanan, bioteknologi kelautandan kedaulatan negara untuk kepentingan nasional maupun hubungan internasional.

Pemanfaatan potensi Bioteknologi Kelautan Indonesia sangat besar untuk dikembangkan ke depan, meliputi: Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive substances) atau bahan alami (natural products) dari biota laut; Rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau hewan baru; Rekayasa genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu

melumat (menetralkan) bahan pencemar (pollutants) yang mencemari suatu lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills).

Potensi energi dan mineral dari laut di Indonesia diantaranya terlihat dari 40 cekungan minyak di laut atau sekitar 70% dari total cekungan yang ada. Cadangan minyak pada 11 cekungan yang sudah berproduksi diperkirakan mencapai 1,93 miliar barrel sedangkan gas bumi mencapai 107,5 triliun kaki kubik. Sumber minyak bumi Indonesia di lepas pantai diperkirakan 40,1 miliar barel, sedangkan gas bumi mencapai 217,5 triliun kaki kubik.

Peta pariwisata bahari di Indonesia mencakup 21 titik pengembangan yaitu: meliputi banyak pulau dan pantai di beberapa daerah yang termasuk dalam jalur lingkar luar Indonesia, jalur lingkar dalam, jalur lingkar barat tengah. Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai sekitar 5,8 persen. Sektor pariwisata menyumbangkan produk domestik bruto

Page 2: KESIAPAN DAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS …brsdm.kkp.go.id/__pub/files52165pb_kesiapan_maritim.pdf · pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi nggi, pengetahuan tentang lokasi

2

payung hukum untuk mendukung Indonesia sebagai negara mari me, yaitu; 1) lebar laut wilayah perairan Indonesia hanya 3 mil laut berdasarkan pada TZMKO (Teritorial Zee en Mari me Kringen Ordonan e) tahun 1939, 2) kesepakatan untuk menyatukan kesatuan wilayah laut 12 mil dalam Deklarasi Djuanda 1957, dan diperkuat oleh UU No. 4/Prp Tahun 1960, 3) Konsepsi tentang Negara Kepulauan di setujui dalam UNCLOS 1982 (12 mil) dan disahkan/dira fikasi melalui UU No. 17 tahun 1985, UU No. 6 Tahun 1996, tentang Wilayah perairan Indonesia dan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002, tentang da ar Koordinat Geografis Ti k-Ti k Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, sebagai ndak lanjut UNCLOS 1982, 4) Jumlah regulasi yang mengatur tentang KP, melipu? 18 UU dalam kurun waktu 1973-2011, 19 PP dalam kurun waktu 1984-2010, 4 Perpres dalam kurun waktu 2005-2010, 7 Keppres dalam kurun waktu 1998-2007, 1 Inpres pada tahun 2002, 30 Permendalam kurun waktu 2005-2014, 18 Kepmen dalam kurun waktu 2000-2013, 6 Keputusan Bersama Menteri dalam kurun waktu (2002-2003). Aspek Infrastruktur pendukung kemari man: Infrastruktur yang dimiliki oleh Indonesia terkait dengan pembangunan mari m antara lain; Perikanan laut, mineral dan energy laut, industri mari m, angkutan laut, wisata bahari, bangunan kelautan dan jasa kelautan lainnya.1. Perikanan Laut: Jumlah kapal penangkap ikan izin

pusat atau ukuran di atas 30 GT sampai dengan tanggal 11 Februari 2013 sekitar 4.142 izin termasuk 21 unit kapal ukuran paling besar (range 500-800 GT), sedangkan Jumlah kapal penangkap ikan kategori Purse seine (Pukat Cincin) sekitar 1.373 unit atau 33,14% dari seluruh jumlah kapal penangkap ikan dan hanya 1 unit kapal berukuran di atas 700 GT (KKP, 2013). Data sta s k perikanan budidaya tahun 2012 menunjukan bahwa luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya laut adalah sebesar 176,9 ribu hektar. Luas lahan yang termanfaatkan tersebut masih di bawah potensi efek f yang dapat dimanfaatkan yakni sekitar 4,6% dari potensi.

2. Mineral dan Energi Laut: Sampai dengan tahun 2013 jumlah pembangkit listrik di Indonesia terdiri dari 24 unit PLTA, 5 unit PLTU, 3 unit PLTG, 1 unit PLTD sedangkan untuk PLTN masih dalam perencanaan dan akan dibangun didaerah pegunungan Muria.

3. Industri Mari m: Industri Garam; Indonesia pada tahun 2013 memiliki luas lahan garam seluas 29.330 Ha (KKP,2013). Terkait dengan indsutri galangan kapal di Indonesia, se?daknya terdapat 12 perusahaan galangan kapal di Indonesia. Pengolahan produk dan bioteknologi; Sekitar 255 unit perusahaan yang bergerak dibidang pegaraman/pengeringan ikan/biota perairan lainnya (Kemenperin, 2103).Terkait dengan industri perikanan, Distribusi UPI cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu sekitar 45 persen, selanjutnya UPI tersebar di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

4. Angkutan Laut: Total armada angkutan laut yang beroperasi diperairan Indonesia pada Tahun 2012 adalah sebanyak 16.920 Unit dengan rincian 11.791 unit milik nasional, 435 unit carter asing dan 4.665 unit keagenan asing. Secara keselurahan total milik nasional hanyalah sebesar 70%. Berdasarkan jenis

mencapai Rp 347 triliun, atau menempa urutan keempat sebagai penyumbang devisa negara tahun 2013. Transportasi laut memiliki potensi yang sangat besar untuk menyokong kegiatan perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan muatan angkutan laut Indonesia baik domes k maupun internasional, terus meningkat. 876,2 juta ton (2011). 937,5 juta ton (2012). satu miliar ton (2015). Data Asosiasi Pemilik Kapal Indonesia (Indonesian Na onal Shipowners Associa on/INSA)2020 INSA akan meningkatkan pangsa pasar kapal nasional di sektor pelayaran luar negeri menjadi 20%.Jumlah kapal naik signifikan sebesar 98,7 persen yaitu dari 6.041 kapal (Maret 2005) menjadi 12.004 kapal (Februari 2013). Angkutan pasar dari pangsa pasar angkutan domes k, kapal dalam negeri naik 100% dari mengangkut 114,5 juta ton (2005) menjadi 258,3 juta ton (2010). Bangunan laut khususnya pelabuhan sangat diperlukan dan menjadikan k sentral penggerak kegiatan ekonomi kelautan. Pada tahun 2014 pelabuhan niaga berjumlah 2400 pelabuhan. Diantaranya ada 4 pelabuhan utama, yaitu Belawan di Medan, Tanjung Priuk di Jakarta, Tanjung Perak di Surabaya, dan Makasar. Keempat pelabuhan utama tersebut akan dikembangkan jaringan pelabuhan terintegrasi dengan perkiraan biaya Rp 206 triliun. Empat tahun terakhir, Produk Domes k Bruto (PDB) sektor kelautan dan perikanan (KP) tumbuh rata-rata 6,79%, peningkatan produksi perikanan total sebesar 20% dengan rincian perikanan tangkap dengan rata-rata 1%, budidaya sebesar 32% dan garam sebesar 49%. Nilai Tukar Nelayan (NTN) di atas target (>105) dan peningkatan rata-rata konsumsi ikan dalam negeri sebesar 5,1%, peningkatan rata-rata nilai ekspor hasil perikanan sebesar 8,71%, turunnya kasus penolakan ekspor (export rejec on) < 10 kasus pertahun, peningkatan rata-rata luasan kawasan konservasi sebesar 20,08%, pemberdayaan pulau-pulau kecil, serta peningkatan penanganan IUU Fishing. Nilai ak vitas ekonomi sektor perikanan meningkat dari U$ 3,5 Milliar (2000) menjadi U$ 27,6 milliar (2013), menghidupi sekitar 2,84 juta nelayan laut dan perairan umum daratan, 5,78 juta pembudidaya ikan, 31.432 petambakgaram, pengolah dan pemasar, serta menyerap tenaga kerja sekitar 12,6 juta dan 37 juta jiwa bergantung pada Sektor Kelautan dan Perikanan. Studi McKinsey Global Ins tute (MGI) memperkirakan proyeksi permintaan pasar akan mengalami peningkatan dari U$ 0,5 Trilliun (saat ini) menjadi U$ 1,8 Trilliun pada tahun 2030.

Tinjauan 5 (lima) aspek kesiapan sebagai negara mari m Aspek Regulasi dan Kebijakan: Tinjauan aspek regulasi bahwa Indonesia mempunyai modal dasar sebagai

pelayarannya maka armada milik nasional terdiri dari 8.738 unit angkutan laut (pelayaran shipping), 1.329 unit pelayaran rakyat, 67 unit perin s dan 297 unit angkutan laut khusus (non pelayaran)(Kemenhub, 2013)

5. Bangunan Kelautan: Pelabuhan Transportasi; total jumlah pelabuhan di Indonesia yang diselenggarakan oleh pemerintah sebanyak 571 unit dengan pembagian sebagai berikut; kelas I sebanyak 5 unit, Kelas II sebanyak 20 unit, kelas III sebanyak 161 unit, kelas IV sebanyak 0 unit, kelas V sebanyak 0 unit dan 385 unit pelabuhan Wilker (Kemenhub, 2013). Pelabuhan Perikanan; berdasarkan data tahun 2012 diketahui bahwa jumlah Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sebanyak 6 unit, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) 14 unit, Pelabuhan Perikanan Pantai 47 unit, Pangkalan Pendaratan Ikan sebanyak 749 unit dan Pelabuhan Perikanan Swasta sebanyak 2 unit (KKP, 2012). Sarana Bantu Navigasi Pelayaran; berdasarkan data sta s k pada tahun 2012 diketahui bahwa sarana bantu navigasi pelayaran yang ada di Indonesia berjumlah 3.448 unit. Dimana yang dimiliki oleh pemerintah (DJPL) adalah sebanyak 2.142 unit (Menara suar 279 unit, Rambu Suar 1.313 unit, Pelampung Suar 372 unit, Tanda Siang 138 unit, Anak Pelampung 40 unit) dan untuk sarana navigasi pelayaran yang dimiliki oleh non DJPL adalah sebanyak

1.306 unit (Menara suar 0 unit, Rambu Suar 714 unit, pelampung suar 504 unit, tanda siang 69 unit, Anak Pelampung 19 unit). (Kemenhub, 2013)

Aspek Inovasi teknologi Inovasi teknologi memiliki peranan pen ng dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional karena teknologi dapat dapat mempercepat peningkatan produksi, perbaikan kualitas produksi dan pemanfaatan sisa limbah. Teknologi merupakan salah satu indikator pada indeks daya saing yang dikeluarkan oleh World Economic Forum yaitu : Global Compe veness Iindex/GCI tahun 2013-2014 yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 148 negara dan merupakan peringkat ke-5 di antara Negara-negara ASEAN. Teknologi juga termasuk indikator pada indeks inovasi global (Global Innova on Index/GII) dimana berdasarkan Indeks GII 2013 diketahui bahwa Indonesia berada pada urutan ke-85 dari 142 negara di dunia. Peringkat ke-6 dari Negara-negara ASEAN. Pada tahun 2013, Balitbang KP menghasilkan sekitar 106 inovasi teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk dalam rangka kesiapan RI menjadi negara mari m. Kebutuhan inovasi teknologi kelautan ke depan untuk : a) data dan informasi potensi kelautan dan perikanan; b) informasi stok ikan dalam

menetapkan status pemanfaatan sumberdaya pada suatu perairan; c) informasi untuk menyusun kebijakan pengembangan usaha dan industri kelautan dan perikanan; d) informasi yang terkait an sipasi perubahan iklim serta kelangkaan energi; dan e) informasi untuk menyusun kebutuhan infrastruktur strategi penetrasi pasar dalam mengembangkan berbagai komoditas kelautan dan perikanan pada pasar domes k dan manca negara.

Aspek Ekonomi mari m Secara agregat, ekonomi mari m (kelautan) memberikan kontribusi yang tergolong besar dalam perkonomian nasional (Kusumastanto, 2002; Dahuri, 2003; Fauzi, 2005). Dalam ukuran nilai Produk Domes k Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sejak tahun 1995 hingga tahun 2005, kontribusi sektor kelautan yang diukur berdasarkan nilai PDB tujuh sub sektor tersebut dalam perekonomian Indonesia, tergolong besar dan memperlihatkan peningkatan yang nyata. Pada tahun 1995, PDB sektor kelautan diketahui sekitar 12,38% dari PDB nasional, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi sekitar 20,05% dari PDB nasional (Kusumastanto, 2002). Peningkatan PDB kembali terjadi tahun 2005 menjadi sekitar 22,23% (Tajerin, 2010). Transportasi laut; terjadi pertumbuhan muatan angkutan laut Indonesia baik domes k maupun internasional terus mengalami peningkatan 876,2 juta ton (2011), 937,5 juta ton (2012) dan diproyeksikan akan menjadi satu miliar ton pada tahun 2015. Perikanan laut; tercatat pertumbuhan PDB Perikanan pada tahun 2013 adalah sebesar 6,45%. Angka tersebutdua kali lebih nggi dibanding pertumbuhan sektor pertaninan (3,27%), dan sedikit berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,82%. Industri Mari m dan Bioteknologi; industri Bioteknologi termasuk kedalam industri yang belum terlalu berkembang, akan tetapi berpotensi untuk dikembangkan yang melipu kegiatan: Ekstraksi (pengambilan) senyawa ak f (bioac ve substances), Rekayasa gene k (gene c engineering), dan Rekayasa gene k dari mikroorganisme (bakteri). Wisata Bahari; merupakan sektor yang paling efisien dan mengalami pertumbuhan sebesar 9,39 persen pada tahun 2014, sehingga menyumbangkan produk domes k bruto senilai Rp 347 triliun. Sektor Energi dan Mineral; diperkirakan terdapat 40 cekungan minyak di laut atau sekitar 70% dari total cekungan yang ada; Cadangan minyak pada 11 cekungan yang sudah berproduksi diperkirakan mencapai 1,93 miliar barrel sedangkan gas bumi mencapai 107,5 triliun kaki kubik. Sumber minyak bumi Indonesia di lepas pantai diperkirakan 40,1 miliar barel, sedangkan gas bumi mencapai 217,5 triliun khaki kubik.

Bangunan laut khususnya pelabuhan sangat diperlukan dan menjadikan

titik sentral penggerak kegiatan ekonomi kelautan.

3