kesetaraan gender dalam islam, sudut pandang al-quran dan hadis

Upload: relasigender03

Post on 19-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    1/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 269

    KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM:

    SUDUT PANDANG AL-QURAN DAN HADIS

    Ernita DewiFakultas Ushuluddin dan Filsafat

    Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, IndonesiaEmail: [email protected]

    Diterima tgl, 29-04-2014, disetujui tgl 04-07-2014

    Abstract:The discourse on gender is always discussed among academicians, politicians,

    and people in their daily lives. In the recent development, the conversation about gender

    has involved Islamic thinkers to dig up the treasures of Islamic thought to see the discourse

    of gender in Islam. This condition can not be separated with the claim that Islam is not

    gender sensitive, and even tends to denigrate women, especially when a few people talk

    about the presence of women in public life constrained by the restrictions on their

    movement to gain access to education, social and politics. This paper will show the true

    reality of the Islamic view of gender-related issues especially where women are greatlyappreciated, as mentioned in the Qur'an and the hadith of the Prophet Muhammad. Islam

    does not give space to the growing discrimination against women because Islam considers

    men and women as equal in every activity of life.

    Abstrak: Diskursus tentang gender tidak pernah sepi diperbincangkan baik di kalangan

    akademisi, politisi, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada perkembangan

    kekinian perbincangan tentang gender telah melibatkan pemikir Islam untuk menggali

    kembali khazanah pemikiran Islam untuk melihat adanya wacana gender dalam Islam.

    Kondisi ini tidak terlepas adanya klaim yang menyebutkan bahwa ajaran Islam tidak

    sensitif gender, bahkan cendrung mendeskriditkan perempuan, terutama saat segelintir

    orang berbicara tentang keberadaan perempuan di ranah publik yang terkekang olehadanya pembatasan gerak perempuan untuk mendapatkan akses dalam bidang pendidikan,

    sosial dan politik. Tulisan ini akan menampilkan realitas yang sesungguhnya tentang

    pandangan Islam terkait dengan persoalan gender terutama keberadaan perempuan yang

    sangat dihargai sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad

    Saw. Islam tidak memberi ruang terhadap tumbuhnya diskriminasi terhadap perempuan

    karena Islam memandang derajat laki-laki dan perempuan sama dalam setiap aktivitas

    kehidupan.

    Keywords:gender, al-Quran, hadis, perempuan.

    Pendahuluan

    Perbincangan tentang gender atau persamaan antara laki-laki dan perempuan

    menjadi salah satu bagian penting yang dibahas dalam ajaran Islam. Aturan hukum tentang

    perlakuan yang sama terhadap laki-laki dan perempuan telah ditetapkan secara sempurna

    dalam Islam, sehingga tidak ada alasan untuk mendikriminasikan antara satu orang dengan

    orang lainnya hanya karena persoalan beda jenis kelamin. Kedatangan Islam di tengah

    krisis akhlak dan peradaban, menjadikan Islam sebagai agama yang memberikan begitu

    banyak keadilan dan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat jahiliyah

    waktu itu, khususnya terhadap perlakuan semena-mena kaum laki-laki terhadap

    perempuan.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    2/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    270|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    Islam datang untuk mengangkat derajat kaum perempuan dari kenistaan menuju

    kemuliaan, dari makhluk hina dina menjadi mahkluk mulia yang memiliki derajat sama

    dengan laki-laki. Sebelum kedatangan Islam ke jazirah Arab, perlakuan buruk terhadap

    perempuan menjadi tradisi yang telah tertanam sejak nenek moyang mereka yang

    dipraktekkan secara turun temurun. Penindasan dan penghinaan kepada perempuan sebagaimakhluk yang rendah mendapat persetujuan dari berbagai kalangan baik bangSawan atau

    masyarakat jelata. Ironinya bukan hanya di kalangan masyarakat jahiliah yang

    notabenenya tidak memiliki peradaban, bahkan dalam peradaban lain seperti Yunani,

    Romawi, Mesir, India, menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki. Masyarakat

    Yunani kelas atas, menempatkan perempuan di dalam istana sebagai pemuas nafsu laki-

    laki, sedangkan perempuan di masyarakat kelas bawah diperjualkan belikan seperti budak.

    Dalam peradaban Romawi, perempuan dianggap tidak sempurna dan tidak memiliki hak

    apa pun, bahkan jika telah berumah tangga suaminya berhak untuk menjual, menyiksa,

    mengusir dan membunuh istrinya.1

    Ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi nilai persamaan dan kesetaraan antara

    laki-laki dan perempuan menjadi solusi terbaik menempatkan kembali perempuan pada

    posisi sebagai hamba Allah Swt.yang sama baik di hadapan Allah Swt. atau pun di

    hadapan manusia. Satu-satunya perbedaan antara laki-laki dan perempuan di hadapan

    Allah Swt. adalah ketakwaannya. Secara perlahan namun pasti kehadiran Islam telah

    meminimalisi diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan yang biasanya senantiasa

    ditemui dalam masyarakat Arab. Ajaran Islam secara rinci telah memberikan aturan

    tentang perlakuan masyarakat, orang tua, suami terhadap perempuan. Semua aturan hukum

    tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan tercantum jelas dalam Alquran dan hadis Nabi

    Muhammad Saw. yang akan menjadi sumber rujukan bagi umat Islam. Alquran dan hadismemberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan tentang kedudukan perempuan

    dan perlakuan berbasisi keadilan yang harus diberikan kepada perempuan sebagaimana

    terhadap kaum laki-laki. Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan dalam Alquran dan

    hadis, maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa agama Islam tidak berpihak kepada

    perempuan.

    Makalah ini akan terfokus pada kajian hadis tematis tentang gender, dimulai

    dengan pengertian gender, kemudian diteruskan dengan ayat-ayat Alquran yang berbicara

    tentang gender, diteruskan dengan hadis-hadis tentang gender, analisis penulis dan

    penutup.

    Pengertian Gender

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gender berarti jenis kelamin atau hal-

    hal yang berhubungan dengan jenis kelamin.2Istilah gender sering diartikan dengan seks,

    yang secara biologis didefinisikan dalam kategori laki-laki dan perempuan. Gender secara

    harfiah bisa juga berarti perbedaan maskulin dan feminine. Secara umum keduanya bisa

    1AlyasaAbubakar, Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri,

    (Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2001), 1 . 2 Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III (Jakarta :

    Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002), 383.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    3/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 271

    diterjemahkan sebagai jenis kelamin, namun konotasi keduanya berbeda. Seks lebih

    merujuk pada pengertian biologis, sedangkan gender pada makna sosial.3Menurut istilah,

    gender berarti sebuah konsep yang mengacu pada sistem peran dalam hubungan antara

    laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada kehidupan sosial budaya, lingkungan agama

    dan bukan pada perbedaan biologis mereka.Konsep hubungan laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat

    dipengaruhi oleh konsep gender, yaitu perbedaan hubungan sosial antara laki-laki dan

    perempuan di mana gender memiliki identitas yang dipengaruhi oleh ideologi, sejarah,

    budaya, agama, dan etnik maupun faktor-faktor ekonomi dan dapat berubah oleh pengaruh

    politik, ekonomi, maupun budaya.

    Kata gender telah memasuki penbendaharaan di setiap diskusi dan tulisan sekitar

    perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Istilah gender mulai ramai dibicarakan

    pada awal tahun 1977, ketika sekelompok feminis di London tidak lagi memakai isu-isu

    lama seperti patriarchal atau sexist, tetapi menggantinya dengan isu gender. 4

    Perkembangan istilah gender ini juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, sehingga

    hampir disemua uraian tentang program pengembangan masyarakat maupun pembangunan

    di kalangan organisasi pemerintah atau non pemerintah memperbincangkan tentang

    gender.

    Meskipun istilah gender datang dari masyarakat di luar Islam yang memiliki

    permasalahan tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi sebelumnya

    Islam telah mengajarkan tentang kesetaraan meskipun istilah yang digunakan bukan

    gender. Kata gender memang tidak ditemukan dalam masyarakat Islam, tetapi kalau yang

    dimaksud adalah jenis kelamin dan pemberlakuan yang sama untuk laki-laki dan

    perempuan tanpa diskriminasi, maka ajaran Islam telah menjelaskan secara rinci tentangkesetaraan laki-laki dan perempuan. Alquran dan hadis senantiasa menyebutkan kata-kata

    laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Istilah gender sebenarnya datang dari barat dan

    kemudian diadopsi oleh umat Islam, karena ada anggapan dari segelintir orang yang

    mengatakan bahwa masih ada diskriminasi terhadap perempuan meskipun Islam melarang

    adanya diskriminasi tersebut.

    Gender dalam Islam lebih menekankan pada hak dan kewajiban antara laki-laki dan

    perempuan, dan tidak sama dengan yang dipahami oleh sebagian masyarakat Barat, yang

    menjelaskan gender dengan menempatkan posisi perempuan harus sama (setara) dengan

    laki-laki. Bagaimanapun perempuan tidak bisa menjadi laki-laki, begitu pula dengan laki-laki tidak mungkin menjadi perempuan, karena masing-masing jenis kelamin ini sudah

    diciptakan oleh Allah Swt. dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta

    diberikan potensi untuk melakukan kewajibannya sebagai manusia.

    Seorang berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anaknya sebaik mungki.

    Dengan demikian kegiatan profesinya tidak boleh menghalangi pelaksanaan tanggung

    jawab ini. Urusan rumah tangga dan anak-anak merupakan tanggung jawab utama

    perempuan yang sudah berkeluarga. Suami, istri dan anak-anak sama-sama sepenuhnya

    3Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta: Raja

    Grafindo Persada, 2000), I: 391.4Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, (New York & London: Routledge, 1989), 3.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    4/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    272|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    untuk mendapatkan tempat tinggal yang tenang dan indah. Didalamnya semua pihak dapat

    menikmati ketenangan, ketentraman dan rasa akrab, serta menyatu dalam keluarga,

    disamping perhatian dan kasih sayang. Bagi seorang istri, walaupun turun andil dalam

    menjalankan kegiatan yang bersifat profesional, rumah tetap menjadi tempat terindah bagi

    dirinya beserta keluarganya.5

    Suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan memberikan kasih sayang

    serta perlindungan kepada istri dan anak-anaknya. Kemampuan fisik seseorang laki-laki

    memang mampu menjalankan tugas yang berat dalam mencari kebutuhan hidup, meskipun

    perempuan juga mampu, akan tetapi tidak ada beban nafkah bagi perempuan. Begitu juga

    dengan perempuan secara kodrat memiliki potensi untuk melahirkan dan menyusui,

    sedangkan laki-laki tidak diberikan potensi itu. Jadi sangat tidak mungkin untuk merubah

    peran laki-laki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan di dunia ini.

    Ayat-ayat tentang Gender

    Ketika Islam berbicara relasi antara laki-laki dan perempuan, maka Islam bersikap

    egeliter tanpa ada ketimpangan dan unsur tinggi rendah. Islam telah menawarkan konsep

    gender dengan menempatkan perempuan dan laki-laki dalam hubungan partnershipyang

    keberadaannya diakui sederajat dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini terlihat

    dengan jelas dalam ungkapan ayat berikut ini Q.S Al-Ahzab Ayat: 35

    .

    Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang

    mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan

    perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan

    yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan

    yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki

    dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk

    mereka ampunan dan pahala yang besar, yang dimaksud dengan muslim di sini ialah

    orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yangdimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa

    yang harus dibenarkan dengan hatinya.

    Firman Allah Swt. QS. Al-Nisa' Ayat:124

    5Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 243.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    5/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 273

    Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita

    sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka

    tidak dianiaya walau sedikitpun.

    Firman Allah Swt. QS. Al-Nahl ayat: 97

    Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam

    keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang

    baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang

    lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. Ditekankan dalam ayat ini bahwa

    laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal

    saleh harus disertai iman.

    Ayat ini juga menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mendapatkan pahala

    yang sama jika melakukan amal saleh dalam keadaan mereka beriman. Pahala diperoleh

    karena amalan yang dilakukan dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Hasil

    usaha untuk memperbanyak amalan yang menentukan seseorang masuk surga

    Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan merupakan konsep hubungan yang

    meletakkan laki-laki dan perempuan sebagai relasi yang dapat saling mempengaruhi secara

    positif. Kemitrasejajaran dapat berarti persamaan status laki-laki dan perempuan dalam

    masyarakat yang tercermin dalam sikap saling menghargai, menghormati, mengisi, danmembantu. Manifestasi dari saling menghargai ini terlihat dalam pengambilan keputusan,

    penentuan kebijaksanaan, dan pemamfaatan hasil pembangunan, sebagaimana tercermin

    dalam ayat berikut ini, QS. Al.Taubah Ayat :71

    .

    Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

    menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang

    ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka

    taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

    Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

    Menurut M. Quraish Shihab, kata auliyadalam ayat di atas mencakup kerja sama,

    bantuan, dan penguasaan, sedangkan menyuruh mengerjakan yang maruf mencakup

    segala segi kebaikan termasuk member masukan dan kritik terhadap penguasa. 6 Islam

    memberikan hak yang luas kepada perempuan dibandingkan masa pra Islam. Pemberian

    hak-hak tersebut dapat dilihat pada hak-hak penting seperti dalam dunia politik,

    6M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran(Bandung: Mizan, 1996), 61.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    6/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    274|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    intelektual, perekonomian, dan lain-lain. Dalam Islam tidak ditemukan ayat atau hadis

    yang melarang perempuan untuk aktif dalam dunia politik, perekonomian, pendidikan

    bahkan berperang. Alquran mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni bidang

    kemasyarakat selama aktivitas para perempuan tidak menjurus pada prilaku pelanggaran

    syariat Islam dan aturan hukum yang telah ditetapkan. Ayat berikut ini menjelaskantentang kedudukan perempuan yang tidak berbeda dengan laki-laki di hadapan Allah Swt.

    Hadis-hadis tentang Gender

    Ketika ditelusuri dalam sejarah Islam, maka sejak awal Rasullullah Saw.sebagai

    pembawa risalah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelakukan

    perempuan secara baik dan siapapun yang mempelakukan perempuan secara buruk akan

    mendapatkan ganjaran berupa dosa. Melalui wahyu Allah Swt. yang disampaikan oleh

    Nabi Muhammad Saw. telah mengecam keras tradisi penguburan hidup-hidup anak

    perempuan, mengatur hak dan tanggung jawab suami istri, mengatur tata cara penikahan

    secara jelas, mengatur hak perempuan untuk mendapatkan harta warisan, membolehka

    perempuan terlibat dalam politik, menempatkan ibu dalam posisi yang sangat mulia,

    melarang kekerasan terhadap perempuan, membolehkan perempuan untuk salat berjamaah.

    Rasulullah menempatkan perempuan setara laki-laki sebagaimana dua orang yang

    bersaudara saudara kandung. Sebagaimana hadis Nabi Saw. Sesungguhnya perempuan itu

    adalah saudara kandung laki-laki. Segala bentuk tindakan yang menistakan perempuan

    dilarang keras oleh Nabi Saw. sebagai bentuk penghargaan yang tinggi terhadap

    keberadaan perempuan.7Hadis di bawah ini menjelaskan bahwa perempuan juga berhak

    mengikuti salat berjamaah bersama Rasulullullah Saw. yang berarti bahwa salat berjamaah

    bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja.

    :

    .8

    .

    )

    (

    [) ( . ) ( . )

    ] 9

    7Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ulumuh wa Musthalahuh(Beirut: Dar al Fikr, 1989),

    27.8Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari,Al-Jami Al-Shahih Al-Mukhtashar(Beirut: Dar

    ibn Katsir, 1987), I, 2109Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi,Mukhtashar Shahih Bukhari,Bab.Waktu

    al-Fajr, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 210.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    7/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 275

    Dari Yahya bin Bakir memberitahukan kepada kami dari Ali Ibnu Syihab, Aisyah

    berkata, Perempuan-perempuan mukmin ikut hadir bersama Rasulullah untuk

    melaksanakan Salat Subuh dengan menyelimutkan pakaian-pakaian mereka.

    Kemudian mereka kembali ke rumahnya setelah mengerjakan salat. Sementara tidak

    seorang pun yang bisa mengenali mereka karena gelapnya suasana.(HR.Bukhari dan Muslim).

    Hadis ini berbicara tentang kebolehan perempuan terlibat dalam bidang politik.

    - -

    . 10

    Diberitahukan oleh Abu Bakri bin Ali Syaibah Abdurrahim bin Sulaiman dari

    Hisyam dari Hafsan bin Sirrin dari Ummu Athiyyah al-Ansharariyyah berkata: Aku

    ikut berperang bersama Rasulullullah sebanyak tujuh kali peperangan. Aku selalu

    ditempatkan dibagian belakang pasukan. Akulah yang membuatkan makanan untuk

    mereka, mengobati yang luka-luka dan membantu yang sakit.

    Hadis di bawah ini menjelaskan tentang tingginya kedudukan ibu sebagai

    perempuan dibandingkan ayah.

    -

    -

    .

    .

    .

    .

    11.

    Diberitahukan oleh Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharifinthaqafi dan Zahairu binHarbin berkata telah diberitahukan oleh Jarirah dari Amarah bin Qaqai dari Abi

    Zarah dari Abi Hurairah berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasululllah Saw.

    berkata dia siapakah yang lebih berhak saya berbuat baik kepadanya ya Rasululullah,

    Rasulullah berkata ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa

    lagi,Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ayahmu. (HR.

    Muslim).

    10Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi,Sahih Muslim,Bab. An-Nisa' al-Ghazwul

    (Program Maktabah al-Syamilah), 199.11

    Ibid.,2.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    8/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    276|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    Hadis di bawah ini menjelaskan tentang larangan memukul perempuan.

    -

    -

    --

    .

    - -

    .

    --

    -

    -

    .12

    Diberitahukan oleh Ahmad bin Abi khalaf dan Ahmad bin Amri bin Sharhi berkata

    telah diberitahukan oleh Sufyan dari Zahri dari Abdillah bin Abdillah. Berkata Ibnu

    Sarhi Ubaidillah bin Abdillah, dari Iyasi bin Abdillah bin Abi Dubab berkata,

    berkata Rasulullah Saw. : Janganlah kamu memukul hamba Allah yang perempuan,

    lalu Umar datang kepada Rasulullah Saw., maka berkata Rasulullah, Biarkanlah

    perempuan atas suaminya maka ringankanlah dalam memukulnya, lalu Umar

    berkeliling dengan keluarga Rasulullah Saw., perempuan banyak yang mengeluh atas

    perlakukan suami mereka, lalu Nabi Saw bersabda telah berkeliling keluarga

    Muhammad dan banyak perempuan mengeluh terhadap suami mereka, maka para

    suami yang memukul istrinya bukanlah termasuk orang baik-baik diantara kamu

    (HR. Abu Daud).

    Hadis di atas menjelaskan tentang praktek pemukulan terhadap isteri yang masih

    terjadi meskipun pada saat itu orang-orang di sekitar Rasulullah Saw. telah masuk Islam.

    Untuk itu Rasulullah menyeru masyarakat agar menghentikan praktek pemukulan terhadap

    isteri, lalu beliau bersabda: Janganlah kamu memukul hamba-hamba Allah. Beberapa

    hari kemudian setelah Rasulullah bersabda, sahabat beliau datang menghadap beliau dan

    berkata: Ya Rasulullah, kini perempuan-perempuan menjadi lebih cerewet menghadapi

    suami-suami mereka. Maka Rasulullah memberi keringanan kepada suami denganmengizinkan mereka memukul isterinya. Dalam riwayat lain keizinan tersebut dengan

    syarat bukan pukulan yang menyakitkan dan dalam kondisi yang terparah (nusyuz isteri).

    Tidak lama setelah beliau mengizinkan hal itu, beberapa hari kemudian, banyak kaum

    perempuan yang berkeliaran disekitar rumah beliau mengadukan perihal pemukulan yang

    mereka terima dari suami mereka. Akhirnya Rasulullah bersabda: para suami yang

    memukul isterinya bukanlah termasuk orang-orang baik diantara kamu (HR.Abu Daud,

    NasaI dan Ibnu Majah). Perkataan Nabi yang terakhir jelas menasakh (mencabut)

    12Abu Dawud Sulaiman bin al-'As-Sijistani,Sunan Abi Dawud,Bab. Fi Dharbi al-Nisa', (Program

    Maktabah al-Syamilah), II: 211.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    9/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 277

    perkataan Nabi yang pertama. Nasakh ini juga ditegaskan pada hadis lain, Rasulullah

    bersabda: Apakah salah seorang diantara kalian memukul isterinya seperti seorang hamba

    dipukul, kemudian ia menidurinya di waktu malam. (HR. Bukhari Muslim). Pernyataan

    ini dimaksudkan Nabi untuk menyindir suami-suami yang memukul isterinya, sementara

    dia pun masih menggaulinya.Hadis ini menjelaskan tentang hak seorang isteri untuk melaksanakan salat

    berjamah dan suami tidak boleh melarang.

    ) ( : 13

    Diceritakan kepada kami olehAli bin Abdullah menceritakan kepada kami

    Sufyan,menceritakan kepada kami Az Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi Saw.:Apabila salah seorang perempuan minta izin kepadamu untuk ke mesjid maka

    janganlah dilarang (HR.Bukhari).

    Analisis

    Abdul Halim Abu Syuqqah menyatakan bahwa peranan perempuan dalam

    masyarakat hampir sama dengan laki-laki. Misalnya dalam masalah pendidikan, Rasulullah

    sangat memperhatikan pendidikan perempuan, sebagaimana tercantum dalam hadis yang

    diriwayatkan Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas, Nabi Saw. merasa belum memperdengarkan

    kepada kaum perempuan (belum menyampaikan nasihat). Maka beliau pergi kepada kaum

    perempuan untuk member mereka nasihat dan menyuruh mereka bersedekah. Ibnu Juraij

    berkata: Apakah seorang imam berhak melakukan yang demikian itu dalam meberi

    peringatan kepada kaum perempuan? Atha berkata: Hal itu adalah hak mereka, jadi

    mengapa mereka tidak berhak untuk melakukannya.14

    Hadis ini mencerminkan sikap Nabi Saw. yang sangat adil terhadap perempuan,

    bahkan dalam pendidikan sekalipun perempuan tidak boleh didiskriminasikan. Lalu jika

    sekarang ada anggapan yang muncul bahwa Islan tidak memihak kepada perempuan,

    pernyataan tersebut tidak dilandasi oleh bukti-bukti konkrit yang bersumber pada Alquran

    dan hadis. Ayat-ayat dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi Saw. telah dengan terang

    menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang setara. Keduanya(laki-laki dan perempuan) berhak mendapatkan pendidikan, penghargaan, bahkan pahala

    yang sama apabila keduanya melaksanakan amal saleh dan beriman kepada Allah Swt.

    tanpa dikurangi sedikitpun hanya karena perbedaan jenis kelamin.

    Tradisi Arab pra Islam yang membenarkan pembunuhan terhadap anak perempuan,

    sejak kedatangan Islam perbuatan tersebut diharamkan, karena membunuh adalah dosa

    13Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Sahih al Bukhari, Bab. Isti'dzan al-

    Mar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 29714

    Abdul Halim Abu Syuqqah dalam buku Kebebasan Wanita (Jakarta, Gema Insani Press,

    2001),dikutip kembali oleh Kartika Pemilia Lestari, dalam Jurnal Islamia, dengan Judul Studi Kritis

    Terhadap Tafsir Feminis, Vol. III, 110.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    10/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    278|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    besar. Kekerasan terhadap perempuan yang sebelum Islam marak dilakukan, bahkan

    setelah Islam datang masih ada praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, maka Nabi

    Saw. memberikan aturan hukum dan melarang kekerasan, kecuali kalau perempuan

    tersebut melakukan nusyuzsebagaimana firman Allah Swt. dalam Alquran Surat An-Nisa

    Ayat 34. Sebelum tahap memukul harus terlebih dahulu di beri nasihat, dipisahkan daritempat tidur, jika belum jera, baru setelah itu dipukul tetapi tidak bermaksud menyiksa,

    tidak membahayakan dan membekas, tidak menampar dengan tangan, tidak menampar

    muka, tidak mengarah pada penganiayaanatau tidak bermaksud sengaja menyakitinya.

    Terhadap hal ini ulama sepakat dengan merujuk pada hadis Nabi: Jika mereka (isteri)

    tetap durhaka, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu

    mubarrih). Ibnu Abbas dan Atha menganjurkan menggunakan Siwak (sikat gigi orang

    Arab yang terbuat dari kayu arak sebesar ibu jari dan sepanjang 5 cm).15

    Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin bukan untuk membanding-

    bandingkan antara laki-laki dan perempuan. Ajaran Islam bukan disusun berdasarkan jenis

    kelamin, sehingga tafsir Alquran pun tidak pernah ditulis berdasarkan hal ini. Jika pada era

    sekarang muncul kritik terhadap metode tafsir bahkan terhadap hadis Nabi Saw. maka

    perlu ditelusuri kembali secara lebih detil tentang motivasi orang yang mengatakan bahwa

    Islam tidak sensitif gender. Tidak ada bukti konkrit menjadi alasan utama bahwa

    pernyataan tentang Islam yang tidak peduli pada perempuan adalah pernyataan yang salah.

    Islam memberikan persamaan antara laki-laki dan perempuan, dan prinsip ini

    diakui oleh seluruh cendikiawan Islam serta sebagian golongan feminis, tetapi masih ada

    juga kelompok feminis Islam yang mengatakan bahwa Islam sama dengan agama samawi

    lain yang misogynist. Salah satu hadis yang dianggap memiliki pespektif bahwa perempuan

    lebih rendah dibandingkan laki-laki adalah hadis dari Abu Hurairah yang berkata: Telahbersabda Rasulullah Saw. jagalah kaum perempuan (dengan baik), sesungguhnya

    perempuan diciptakan dari tulang rusuk (min dil) dan sesungguhnya yang paling bengkok

    dari tulang rusuk adalah yang teratas, maka jikalau engkau berusaha meluruskannya

    engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkannya ia akan tetap bengkok, maka

    jagalah kaum perempuan (dengan baik).Dalam hadis yang lain disebutkan :Telah

    menceritakan kepada kami Abu Bakar ibn Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami

    Husain ibn Ali dari Zaidah dari Maisarah dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Rasulullah

    Saw. bersabda, Orang yang percaya kepada Allah dan hari akhir, jika orang itu

    menyaksikan beberapa persoalan, orang tersebut harus mengatakannya dalam istilah yangbaik atau hati-hatilah. Berwasiatlah dengan baik terhadap perempuan sebab perempuan

    diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah bagian yang paling

    atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, engkau akan meretakkannya; dan jika engkau

    membiarkannya, kebengkokannya akan tetap. Oleh karena itu, berwasiat baiklah terhadap

    perempuan.16

    15Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk Perempuan,(

    LBH APIK Jakarta, 2000), 26.16Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dikutip kembali oleh Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian

    Hadis di Indonesia, (Medan : IAIN Press, 2010), 102.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    11/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 279

    Secara harfiyyahatau literalnya hadis tersebut memiliki arti perempuan diciptakan

    dari tulang rusuk. Namun, persoalan yang muncul apakah pemahaman hadis tersebut

    secara harfiyyahsudah betul dan tepat? Mungkinkan yang dimaksudkan dan dikehendaki

    oleh Nabi Saw. adalah makna majazi (metafora) dan bukan makna hakiki. Bagaimanapun

    tidak ada satu pun hadis yang memperincikan kejadian perempuan dari tulang rusukAdam. Ini mungkin karena apa yang ingin disampaikan Rasulullah Saw. melalui hadis ini

    adalah bukan tentang penciptaan Hawa, tetapi hadis tersebut merupakan pesan Rasululllah

    Saw. agar laki-laki bersikap lemah lembut terhadap perempuan dan tidak bersikap keras,

    sebab kekerasan tidak akan berpengaruh baik terhadap perempuan.

    Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataan min dalam bahasa Arab biasanya

    bermakna dari, tetapi kadangkala min juga bisa bermakna seperti (mitsl). Jika diambil

    prinsip dan kaedah bahwa suatu hadis bisa ditafsirkan dengan menggunakan hadis yang

    lain, maka makna yang rajih (lebih tepat) bagi hadis tersebut adalah hakikat kejadian

    perempuan seperti tulang rusuk (ka al-dhila) bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu

    qarinah atau bukti kesahihan makna seperti (mitsl) dalam hadis ini adalah hadis sahih

    yang lain, yaitu hadis riwayat Ahmad dari musnah Samrah bin Junduh.17

    Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi, dalam arti

    bahwa hadis tersebut memperingatkan laki-laki agar menghadapi perempuan dengan

    bijaksana. 18 Apabila ditelusuri dari ayat Alquran, maka tidak ada satupun ayat yang

    menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, atau bahwa unsur

    penciptaannya berbeda dengan laki-laki. Namun sebaliknya Alquran mendukung prinsip-

    prinsip kesamaan dan kesetaraan di hadapan Tuhan dengan menekankan unsur-unsur

    persamaan dalam kejadian Adam dan Hawa (perempuan).19Sejatinya hadis Nabi tentang

    penciptaan perempuan tidak dipahami bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-

    laki tetapi lebih kepada seperti tulang rusuk yang mudah patah jika tidak dipelihara secara

    baik.

    Pendapat yang menyebutkan bahwa Islam tidak sensitif gender lebih dipengaruhi

    oleh budaya berpikir masyarakat Eropa yang dipengaruhi oleh sejarah panjang mereka

    terhadap buruknya perlakuan negara, bahkan agama terhadap perempuan. Akibatnya ada

    pemikir Islam yang terjebak dengan pemikiran Barat, hanya dengan segelintir contoh

    masyarakat yang menganggap perempuan lebih rendah, akibat dari pengaruh budaya dan

    bukan karena Islam.

    Kesimpulan

    Perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dan

    keduanya adalah mitra sejajar yang tidak dapat ditempatkan dalam posisi rendah atau

    tinggi. Tidak ada alasan dan bukti yang jelas untuk mengatakan bahwa Islam tidak

    menghargai perempuan. Terdapat banyak ayat Alquran yang menempatkan perempuan

    sederajat dengan laki-laki, bahkan hadis-hadis Nabi Saw. semuanya menjelaskan tentang

    hak-hak perempuan yang tidak boleh dikebiri oleh kaum laki-laki.

    17Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukuKebebasan, 110.

    18Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis, 103.19

    Ibid., 104.

  • 7/23/2019 Kesetaraan Gender Dalam Islam, Sudut Pandang Al-Quran Dan Hadis

    12/12

    Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org

    280|Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam

    Hadis-hadis Nabi Saw. secara tegas memerintahkan jangan mempelakukan

    perempuan secara buruk, baahkan beliau dalam kehidupannya dikenal sebagai suami,

    ayah dan sahabat yang sangat baik terhadap keluarga. Dalam memberikan nasihat Nabi

    Saw. secara khusus mendatangi kaum perempuan jika mereka belum mendengar

    nasihatnya. Nabi melarang suami memukul istrinya, Nabi juga melarang suami untukmenghalangi isterinya pergi ke mesjid dan Nabi juga membolehkan perempuan berjamaah

    bersama beliau di mesjid.

    Sungguh argumentasi yang sangat tidak berdasar jika kemudian muncul pernyataan

    kelompok pemerhati perempuan dewasa ini yang mengatakan bahwa ada hadis yang

    misogynist, hanya dengan bukti lemah yang jauh dari kevalidan. Sejatinya siapapun yang

    mengkritik ajaran Islam harus secara arif melihat tentang mana ajaran Islam dan mana

    budaya yang dianut oleh masyarakat Islam, sehingga ajaran Islam yang mengandung

    nilai-nilai kebaikan yang universal, tidak dinilai secara negatih hanya karena perilaku

    masyarakatnya yang tidak Islami.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Abdul Halim Abu Syuqqah,Kebebasan Wanita, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

    Abu Daud Sulaiman bin al-'Asy al-Sijistani, Sunan Abu Daud, Bab. Fi Dharbi al-Nisa',

    Jilid. 2, Program Maktabah al-Syamilah.

    Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, Jilid I,

    Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

    Alyasa Abubakar,Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban SuamiIsteri, Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh

    Darussalam, 2001.

    Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk

    Perempuan, LBH APIK Jakarta, 2000.

    Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, New York & London: Routledge, 1989.

    M.Quraisy Shihab, Wawasan Al-Quran,Bandung: Mizan, 1996.

    Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ushuluh wa Musthalahuh, Beirut: Dar al

    Fikr, 1989.

    Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari,Bab. Isti'dzan

    al-Mar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, Jilid.1, (Program Maktabah al-Syamilah).

    Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi,Shahih Muslim,Bab. Al-Nisa' al-

    Ghazayat (Program Maktabah al-Syamilah)

    Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis Di Indonesia, Medan : IAIN Press, 2010

    Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

    Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002.