kesepian pada lansia ditinjau dari tempat...
TRANSCRIPT
KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL
OLEH
KRISTINDA PUJI VERAWATI
80 2009 114
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan UntukMencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
KESEPIAN PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL
Kristinda Puji Verawati
Aloysius L.S. Soesilo
Krismi Diah Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kesepian dan jenis kesepian pada
lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling dengan partisipan
sebanyak 25 lansia masing-masing di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak. Alat
ukur yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada UCLA Scale dan A Rasch Tipe.
Penghitungan uji beda pada tingkat kesepian dan jenis kesepian menggunakan one way
ANOVA. Hasil dari penelitian untuk tingkat kesepian didapati bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak
dengan F hitung 51,62 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di
rumah anak lebih banyak yang merasakan kesepian dengan nilai mean 55,00. Kemudian hasil
penelitian untuk jenis kesepian sosial didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
ketiga kelompok lansia dengan F hitung 59,10 serta signifikansi 0,000 (p<0,05) dan ternyata
kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian sosial
dengan nilai mean 28,00. Terakhir hasil penelitian untuk kesepian emosional didapati bahwa
ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok lansia dengan nilai F hitung 38,51 serta
signifikansi 0,000 (p<0,05) dan kelompok lansia yang tinggal di rumah anak lebih cenderung
mengalami kesepian emosional dengan nilai mean 27,92.
Kata Kunci : Tingkat Kesepian, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Lansia
ABSTRACK
This study aims to determine the difference in levels and types of loneliness in the elderly
living in Sumarah nursing home, elderly living in their own homes, and the elderly living in
homes of their children. The sampling technique used in this study is incidental sampling,
with as many as 25 elderly participants from three different places as mentioned above.
Measuring instruments used in this study refers to the UCLA scale and the A Rasch Type.
Tally different test at the levels and types of loneliness is using one-way ANOVA. It was found
that there was a significant difference in the levels of loneliness among the elderly living in
Sumarah, elderly living in their own homes, and in the elderly living in homes of their
children, with F is of 51.62 and a significance of 0.000 (p <0 , 05). Elderly people living in
homes of their children are more likely to feel lonely with a mean of 55.00. As for the types of
social loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of
elderly with F is of 59.10 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their
children are more likely to experience social loneliness with a mean of 28.00. For emotional
loneliness, it was found that there are significant differences in the three groups of elderly
with F is of 38.51 and significance of 0.000 (p <0.05). Elderly living in homes of their
children are more likely to experience emotional loneliness with a mean of 27.92.
Keywords: Level of Loneliness, Social Loneliness, Emotional Loneliness, Elderly
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat.
Berkaitan dengan usia, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia kantor Asia
Selatan dan Asia Tenggara (WHO/ SEARO/ WHO South East Regional Office)
di New Delhi, batasan usia lanjut untuk orang Indonesia sampai saat ini masih
60 tahun ke atas (Czeresna dalam Soetjiningsih, 2005). Sependapat dengan hal
tersebut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut
Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap perkembangan paling akhir
dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau
aging yang merupakan suatu proses dinamis sebagai akibat dari perubahan-
perubahan sel, perubahan fisiologis, dan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, serta
kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf (otak), isi perut
(limpa, hati), (3) perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, perasa,
perabaan, penciuman dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya
kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru (Suhartini, 2004). Perubahan
tersebut umumnya akan mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis
sehingga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari.
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis
dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan
2
lansia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi,
bahkan tak jarang pula pandangan negatif bahwa lansia akan menjadi beban
keluarga dan masyarakat. Pandangan tersebut dapat berpengaruh buruk bagi
perkembangan lansia sendiri karena akan mempengaruhi cara orang lain dalam
memperlakukan lansia. Padahal dengan beberapa penurunan yang dialami, lansia
membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitasnya (Hurlock,
1980).
Secara psikologis lansia akan dinyatakan mengalami krisis psikologis
ketika mereka menjadi sangat ketergantungan pada orang lain. Wirartakusuma
dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan lansia pada tahun
1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,7% yang berarti bahwa pada tahun
1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang lansia yang
berumur 65 tahun keatas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 orang
penduduk produktif harus menyokong 9 orang lansia yang berumur 65 tahun
keatas.
Pada umumnya kesepian merupakan masalah psikologis yang paling
banyak dialami lansia. Beberapa penyebab kesepian antara lain (1) longgarnya
kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan
bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit,
(2) berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktivitas diluar rumah, (3)
meninggalnya pasangan hidup, (4) anak-anak meninggalkan rumah karena
menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja, (5) anak-anak telah
dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa
kesepian lebih cepat pada lansia. Lansia merasa tidak memiliki seorangpun
3
untuk dijadikan pelarian saat dibutuhkan serta kurangnya waktu untuk
berhubungan dengan lingkungan keluarga maupun sekitar tempat tinggalnya
(Santrock, 2002).
Kesepian menunjuk pada kegelisahan subjektif yang individu rasakan
pada saat hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri penting (Sears, Freedman, &
Peplau 1985). Hal ini bisa bersifat kuantitatif seperti, tidak memiliki teman atau
hanya sedikit memiliki teman, bisa juga bersifat kualitatif seperti, individu yang
merasakan kesepian tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain
dangkal atau kurang memuaskan seperti yang diharapkan (Nugraheni, 2013).
Kesepian dapat timbul karena seseorang membutuhkan orang lain untuk
membina hubungan khusus yang salah satunya adalah persahabatan akrab
sampai kasih sayang yang mendalam (Lake, 1986). Rubinstein, Shaver & Peplau
(1989) berpendapat ketika merasa kesepian individu akan cenderung mengalami
keputusasaan (desperation), kejenuhan yang tidak tertahankan (impatient
boredom), pencelaan diri (self deprecation), serta depresi (depression) hal itu
pula yang akan dialami oleh lansia jika kesepian dibiarkan bersarang dalam
dirinya.
Menurut Weiss (dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat dua tipe
kesepian, yang pertama kesepian emosional (emotional loneliness) dan kesepian
sosial (social loneliness). Kesepian emosional timbul dari ketiadaan figur kasih
sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila seseorang mengalami
kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung dalam sebuah
komunitas. Selanjutnya De Jong Gierveld (1998) mengemukakan bahwa
kesepian merupakan fenomena yang multidimensi. Adapun 2 dimensi yang
4
dikemukakan yaitu Emotional Loneliness timbul karena ketidakhadiran
hubungan emosional yang intim, atau kurang intimnya dalam berhubungan
dengan teman dekat, dan hal ini tidak berkaitan dengan jumlah hubungan
pertemanan itu sendiri dan Social lonelines timbul karena adanya perasaan
dikucilkan oleh lingkungan. Social loneliness disebabkan oleh tidak adanya
keterlibatan diri dalam jaringan sosial tertentu. Individu akan merasa tersisihkan
tanpa hubungan dengan kelompok tertentu atau individu-individu lain yang
dapat membentuk hubungan personal.
Menurut Martin & Osborn (1989) ada tiga faktor umum terjadinya
kesepian, pertama faktor psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia disertai
dengan munculnya perasaan-perasaan negatif. Kedua, faktor spiritual yaitu
agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan
spiritual seringkali berakibat kesepian. Ketiga, faktor kebudayaan dan
situasional yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya
misalnya, keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang
lebih menitipkan lansia ke panti.
Panti Wredha sendiri merupakan suatu lembaga yang menangani dan
merawat manusia lanjut usia dan kebutuhan fisik bagi lansia dikerjakan oleh
orang-orang yang telah dilatih dan dapat bertindak seperti yang dilakukan oleh
pihak rumah sakit bila memang diperlukan (Hurlock, 1980). Lansia diberikan
berbagai macam kegiatan ringan seperti menyulam dan berkebun yang
memungkinkan lansia untuk terus aktif dan produktif. Namun, beberapa
penelitian menyatakan bahwa lansia yang tinggal di panti justru mengalami
kesepian. Menurut penelitian yang dilakukan Suharjati (dalam Iswari, 2005)
5
kesepian lebih banyak dialami oleh lansia yang tinggal di Panti Wredha. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya perhatian keluarga atau anak-anaknya terhadap
orangtua yang dititipkan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Juniarti, Eka & Damayanti (2008) mengenai jenis dan tingkat kesepian lansia di
Balai Panti Sosial Bandung mendapatkan hasil bahwa 69,5% lansia mengalami
kesepian yang ringan dan 49,4% mengalami kesepian emosional. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia di Panti
Sosial Bandung cenderung kurang merasakan kesepian.
Tidak hanya perubahan tata cara hidup di panti, lansia yang memiliki
keberuntungan bahwa anak-anaknya dapat tinggal dengan mereka di rumah
sendiripun kerap kali mengalami kesepian. Meskipun lansia tetap dapat
berkumpul dengan keluarga inti dan juga pihak keluarga tetap dapat mengontrol
kondisi mereka sayangnya, kesibukan akan pekerjaan yang dilakukan anak,
menantu ataupun cucu para lansia membuat seakan lansia terabaikan. Ditambah
lagi lansia akan merasa sangat kesepian ketika pasangan mereka telah tiada.
Lansia yang kehilangan pasangan hidup memicu perasaan kesepian yang
semakin lama akan menyebabkan stress dan depresi. Selain itu lansia yang
kehilangan pasangan hidup akan menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih
rendah serta kurang menikmati hidup (Retha, 2012). Perasaan kesepian itu
agaknya terobati dengan keberadaan tetangga yang telah cukup dikenal.
Kalaupun tidak, perasaan kesepian yang dialami tidak diperparah dengan
keterasingan. Dengan asumsi bahwa mereka telah cukup lama tinggal di rumah
tersebut, maka mereka sudah merasa memiliki rumah dan lingkungan sekitar
(Soraya, 2007).
6
Sebaliknya, tak dapat dipungkiri keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
anak dan pasangannya (keduanya berkerja) dalam memberikan layanan
kesejahteraan bagi orangtuanya banyak diantaranya mengajak orangtua untuk
bertempat tinggal di rumahnya dan sangat mungkin bahwa di lingkungan baru
tidak ada teman sesama lansia yang tinggal berdekatan sehingga perasaan
kesepian yang dialami semakin parah. Padahal, semakin besar perbedaan antara
lingkungan lama dan baru akan semakin besar pula kebutuhan lansia untuk
membangun respon-respon adaptif diatas kapasitas yang dimilikinya (Tobin et
al., dalam Soraya, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan Suardiman (1999)
mengenai harapan lansia tentang pilihan tempat tinggal menyimpulkan bahwa
90% dari informan lansia menyatakan keinginannya bertempat tinggal di rumah
sendiri. Sedangan penelitian serupa yang dilakukan BKKBN (1999)
menyimpulkan bahwa pada tahun 1990 orangtua tinggal dengan anak dan
menantu sebanyak 1,04% dan pada tahun 1999 turun menjadi 0,12%. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya keluarga batih mulai berkurang, padahal hubungan
keluarga memberi kenyamanan bagi lansia.
Dengan kondisi tempat tinggal yang berbeda pada masing-masing
kelompok lansia, serta belum dapat ditentukan antara kelompok lansia yang
tingkat kesepian paling tinggi, sedang dan rendah dan juga perbedaan jenis
kesepian emosional dan kesepian sosial yang dialami tiap kelompok lansia
tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “ kesepian pada
lansia ditinjau dari tempat tinggal”. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan tingkat dan jenis kesepian pada
lansia bila ditinjau dari tempat tinggal?
7
Adapun tujuan dari penelitian ini pertama mengetahui perbedaan tingkat
kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal bersama
keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah
anak. Kedua, untuk mengetahui adakah perbedaan jenis kesepian emosional dan
kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha, lansia yang tinggal
bersama keluarga di rumah sendiri, serta lansia yang tinggal bersama keluarga di
rumah anak.
Hipotesis
Hipotesis dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di
Panti dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tinggal di rumah anak.
Ha1 : Terdapat perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di Panti
dengan yang tinggal di rumah sendiri, dan tingal di rumah anak.
Ho2 : Tidak terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal di
panti dengan yang tinggal di rumah sendiri dan tinggal di rumah anak.
Ha2 : Terdapat perbedaan jenis kesepian pada lansia yang tinggal i panti
dengan rumah sendiri dan rumah anak.
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat Kesepian
Kesepian merupakan salah satu fenomena umum yang sering kali terjadi dan
merupakan salah satu situasi paling menyakitkan yang dialami manusia. Hampir
setiap orang pernah mengalami kesepian namun perasaan tersebut akan berbeda
antara satu individu dengan individu lainnya (Matondang, 1991). Weiss
(Perlman & Peplau, 1982) mengemukakan bahwa kesepian tidak disebabkan
8
oleh kesendirian, namun disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan
hubungan atau rangkaian hubungan yang pasti, atau karena tidak tersedianya
hubungan yang dibutuhkan individu tersebut. Kesepian biasanya disertai
penyebab negatif yaitu perasaan depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan,
menyalahkan diri sendiri serta rasa malu.
Kesepian juga didefinisikan Gierveld & Tillburg (1990) sebagai bentuk
kehilangan dalam mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain baik secara sosial maupun dalam level yang lebih intim.
Berkaitan dengan masalah hilangnya komunikasi, Lake (1986) menjelaskan
bahwa individu yang kesepian adalah individu yang membutuhkan individu lain
untuk diajak berkomunikasi dan membina suatu hubungan yang khusus, yakni
hubungan persahabatan yang akrab sampai kasih sayang mendalam.
Banyak ahli yang memberikan berbagai macam definisi dari kesepian,
namun menurut Perlman & Peplau (1982) mengemukakan bahwa kesepian
menunjuk pada kegelisahan subyektif yang kita rasakan pada saat hubungan
sosial kita kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciri-ciri tersebut bisa
bersifat kuantitatif, seperti tidak memiliki teman atau hanya memiliki sedikit
teman. Bisa juga bersifat kualitatif seperti individu yang merasakan kesepian
tersebut merasa bahwa hubungannya dengan orang lain dangkal atau kurang
memuaskan daripada yang diharapkan.
Perlman & Peplau (1981) juga menambahkan bahwa kesepian memiliki tiga
hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Kesepian merupakan hasil dari kekurangan dalam hubungan sosial seseorang
9
b. Kesepian merupakan fenomena subyektif ( bukan merupakan sinomin dari
isolasi obyektif, dimana seseorang bisa sendirian tanpa merasakan kesepian).
c. Kesepian merupakan hal yang tidak menyenangkan dan menimbulkan stress.
Lebih lanjut Perlman & Peplau mengelompokkan kesepian menjadi tiga
pendekatan, yaitu pendekatan need for intimacy, pendekatan kognitif dan
pendekatan social reinforcement.
1. Pendekatan need of intimacy
Sullivan, Weiss, Fromm-Reichmann merupakan beberapa tokoh yang masuk
dalam pendekatan ini. Menurut Sullivan, loneliness merupakan pengalaman
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kebutuhan akan intimacy
(terutama interpersonal intimacy ) yang tidak terpenuhi.
Fromm-Reichmann ( Perlman & Peplau, 1982) menambahkan bahwa need
for intimacy merupakan pengalaman universal yang akan menetap pada
individu sepanjang hidupnya.
2. Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini menekankan kepada persepsi dan evaluasi seseorang terhadap
hubungan sosial mereka. Flander, Sadler dan Johnson (Perlman & Peplau,
1982) berpendapat bahwa kesepian merupakan hasil dari ketidakpuasan
seseorang terhadap hubungan interpersonalnya. Dalam pendekatan ini,
dinyatakan bahwa kesepian terjadi saat seseorang mempersepsikan adanya
kesenjangan antara hubungan interpersonal yang diharapkannya dengan
hubungan interpersonal yang dicapainya.
10
3. Pendekatan Social Reinforcement
Menurut pendekatan ini, kesepian merupakan suatu keadaan yang
diakibatkan perasaan ketidakterpenuhinya hubungan sosial seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan perasaan kurang
menyenangkan disebabkan oleh berbagai hal, yaitu karena kedekatan dalam
hubungan sosial yang tidak ada, hubungan sosial yang kurang memuaskan atau
hubungan sosial yang tidak sesuai dengan harapan individu itu sendiri.
Kata “tingkat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai taraf,
rentang atau tinggi rendahnya suatu obyek lapisan dari sesuatu yang bersusun.
Obyek atau sesuatu yang dimaksud dalam pengertian ini adalah kesepian.
Mengacu pada penelitian Gierveld & Tillburg (1990) dapat disimpulkan bahwa
tingkat kesepian adalah suatu rentang tinggi atau rendahnya perasaan subyektif
individu yang merupakan bentuk kehilangan dalam mendapatkan kesempatan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain baik secara sosial maupun
dalam level yang lebih intim.
Penyebab Kesepian
Peplau dan Perlman (1982) membagi penyebab kesepian dalam dua kelompok
yaitu :
1. Peristiwa atau perubahan yang menimbulkan terjadinya kesepian
(Precipitate event).
Terdapat dua perubahan umum yang menimbulkan terjadinya kesepian.
Perubahan yang paling umum adalah menurunya hubungan sosial seseorang
sampai dibawah tingkat optimal. Contoh dari perubahan ini antara lain,
berakhirnya hubungan dekat akibat kematian, perceraian atau putusnya
11
hubungan cinta. Perubahan juga dapat terjadi saat seseorang pindah ke suatu
lingkungan baru dan berpisah secara fisik dengan orang-orang dekatnya (Peplau
& Perlman, 1982).
Perubahan yang kedua adalah perubahan pada kebutuhan atau keinginan
sosial seseorang. Perubahan ini biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya
usia seseorang dan akan menimbulkan kesepian jika tidak diikuti dengan
penyesuaian pada hubungan sosial yang aktual.
2. Faktor- faktor yang memungkinkan individu cenderung merasa kesepian
atau faktor-faktor yang membuat kesepian dirasakan terus menerus
(Predisposing and maintaining factor)
Dalam kelompok ini, yang menyebabkan individu lebih rentan terhadap
kesepian adalah adanya keberagaman dari faktor personal dan situasional
individu. Kedua faktor inilah yang meningkatkan kecenderungan seseorang
merasakan kesepian dan juga mempersulit seseorang untuk mendapatkan
kepuasan hubungan sosialnya kembali (Peplau & Perlman, 1982). Menurut para
sosiolog (dalam Peplau & Perlman, 1982), faktor situasional dan kebudayaan
juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian.
Jenis-jenis Kesepian
Terdapat beberapa hal yang dapat dipakai untuk membedakan jenis-jenis
kesepian, menurut Weiss, 1973 (dalam Perlman & Peplau, 1981) terdapat 2 tipe
kesepian. Kesepian emosional (emotional loneliness) yang timbul dari ketiadaan
figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial (social loneliness)
terjadi bila seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau
perasaan tergabung dalam sebuah komunitas. Kesepian emosional timbul dari
12
ketiadaan figur kasih sayang yang intim. Sedangkan kesepian sosial terjadi bila
seseorang mengalami kekurangan keterhubungan sosial atau perasaan tergabung
dalam sebuah komunitas.
Sedangkan menurut Moustakas (dalam Perlman & Peplau, 1981)
kesepian dibedakan menjadi kecemasan kesepian (loneliness anxiety) dan
kesepian eksistensial (existential loneliness). Kecemasan kesepian merupakan
hasil dari keterasingan dasar antar manusia, dan bersifat aversif. Sedangkan
kesepian eksistensial merupakan bagian yang tidak terelakkan dari pengalaman
hidup manusia yang melibatkan periode konfrontasi diri serta memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan diri. Meskipun hal tersebut dapat menyakitkan,
namun hal tersebut juga bisa menyebabkan adanya “penciptaan kemenangan
(triumphant creation)”. Moustakas juga mengategorikan dimensi positif-negatif
terhadap dua jenis kesepian tersebut. Kecemasan kesepian merupakan bentuk
yang negatif, sementara kesepian eksistensial merupakan bentuk yang positif.
Lebih lanjut, Perlman dan Peplau (1981) menyatakan bahwa waktu juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk membedakan jenis kesepian. Kesepian dapat
dipandang sebagai “keadaan” sementara yang mungkin dihubungkan dengan
kejadian spesifik seperti pindah ke dalam komunitas baru. Kesepian dapat juga
dipandang sebagai “sifat” yang lebih kronis. Individu dapat merasakan
“pengalaman” kesepian dalam jangka waktu yang relatif yang singkat, atau
individu tersebut merupakan “orang yang kesepian”.
13
METODE
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kuantitatif komparasi.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok lansia di
kota Palembang, berusia 60-75 tahun yang pasangannya sudah tiada.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik incidental
sampling. Selanjutnya, populasi dikategorikan dalam tiga kelompok berdasarkan
tempat tinggalnya yaitu, kelompok lansia yang tinggal di panti wredha,
kelompok lansia yang tinggal di rumah sendiri, dan kelompok lansia yang
tinggal di rumah anak. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 25
orang.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ialah
metode skala. Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
1. UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur tingkat kesepian
pada tiga kelompok lansia dengan 20 aitem penyataan yakni, 11
aitem menyatakan kesepian (2,3,4,7,8,11,12,13,14,17,dan 18) dan 9
aitem menyatakan tidak kesepian (1,5,6,9,10,15,16,19,20), skala ini
bersifat unidimentional.
2. A Rasch-Tipe Loneliness Scale digunakan untuk mengetahui jenis
kesepian pada tiga kelompok lansia. Skala ini disusun peneliti
14
berdasarkan komponen menurut de Jong-Gierveld Rasch & Tillburg
(2006) yakni 10 aitem mencakup kesepian sosial yang terdiri dari 5
aitem favorable dan 5 aitem unfavorable serta 10 aitem mencakup
kesepian emosi yang terdiri dari 9 aitem favorable dan 1 aitem
unfavorable.
Sebelum kedua skala digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba (try
out) untuk mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas dari masing-
masing skala. Aitem dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang
baik apabila memiliki koefisien korelasi aitem-total rit ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Dari
hasil analisis item pada UCLA Scale didapatkan koefisien korelasi aitem total rit
yang bergerak antara 0,302 sampai dengan 0,855 sehingga dapat dikatakan
bahwa 20 aitem skala UCLA Scale memuaskan. Hasil perhitungan reliabilitas
didapatkan koefisien alpha cronbach sebesar 0,879 yang berarti bahwa alat ukur
dikatakan sangat reliabel (Azwar,2010).
Pada skala kedua Rasch-Tipe Scale dilakukan pengujian analisis aitem
sebanyak dua putaran yang menyisakan 21 aitem dari 24 aitem dengan koefisien
korelasi item-total rit bergerak antara 0,319 – 0,796. Hasil perhitungan
reliabilitas didapatkan koefisien alpha cronbach 0,921 yang berarti bahwa alat
ukur dikatakan sangat reliabel (Azwar, 2010).
Prosedur
Setelah tahap uji coba selesai dilakukan, peneliti mulai melakukan
pengambilan data pada hari Senin, 26 Januari 2015 sampai dengan hari Senin 08
Februari 2015. Pertama peneliti mengunjungi Panti Wredha Sumarah-
Palembang dan mendata lansia yang memenuhi kriteria untuk menjadi subyek,
15
di panti peneliti dibantu oleh 3 orang suster untuk membimbing lansia dalam
mengisi kuisioner. Sedangkan kelompok rumah sendiri dan rumah anak, peneliti
mencari di perkumpulan lansia di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat-
Palembang dan komplek perumahan. Beberapa kuisioner diisi dengan bantuan
rekan keluarga lansia (cucu, anak, dan pembantu), yang sebelumnya peneliti
telah menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian.
Teknik analisis data
Penghitungan pada penelitian ini menggunakan bantuan program statistik
komputer SPSS 16 for windows. Untuk menguji validitas aitem pada penelitian
ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan untuk menguji
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha. Pengujian
normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dan untuk uji
beda digunakan one way ANOVA.
HASIL
Uji Asumsi
Sebelum melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kesepian dan jenis
kesepian pada tiga kelompok lansia dengan uji beda (ANOVA) penulis harus
melakukan uji asumsi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur data yang dihasilkan memiliki
distribusi normal atau tidak pada masing-masing kelompok. Dari hasil perhitungan
melalui metode Kolmogorov-Smirnov, didapati bahwa skor K-S-Z tingkat
kesepian yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi sebesar 0,141 (p>0,05),
rumah sendiri 0,513 (p>0,05), dan rumah anak 0,105 (p>0,05). Selanjutnya, skor K-
16
S-Z kesepian emosional yang tinggal di panti wredha memiliki signifikansi 0,227
(p>0,05), rumah sendiri 0,719 (p>0,05), dan rumah anak 0,495 (p>0,05). Kemudian
untuk skor K-S-Z kesepian sosial pada lansia yang tinggal di panti wredha memiliki
signifikansi sebesar 0,500 (p>0,05), rumah sendiri sebesar 0,879 (p>0,05) dan
rumah anak 0,711 (p>0,05). Dari hasil tersebut, maka data dapat dikatakan
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan menggunakan teknik Levene’s Test, bertujuan untuk
melihat apakah sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang
sama. Hasil uji homogenitas pada skala UCLA menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Test sebesar 1,122 dengan signifikansi sebesar 0,331.
Selanjutnya, hasil uji homogenitas skala RASCH-TIPE menunjukkan bahwa
nilai koefisien Levene Test sebesar 0,047 dengan signifikansi sebesar 0,954. Dari
hasil uji homogenitas pada ke dua skala nilai signifikansi yang diperoleh lebih
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
Analisis Deskriptif
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel tingkat kesepian pada lansia
yang tinggal di panti, rumah sendiri dan rumah anak, maka digunakan 3
kategori pengelompokan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Variabel tingkat
kesepian memiliki aitem yang baik sebanyak 20 aitem, dengan skor berjenjang
antara skor 1 hingga skor 4. Berikut hasil dari pengelompokan kriteria skor :
17
Tabel 1.0
Kriteria Skor Kesepian Keseluruhan
No Interval Kategori Frekuensi %
1 60 ≤ x ≤ 80 Tinggi 6 8 %
2 40 ≤ x < 60 Sedang 53 70,7%
3 20 ≤ x < 40 Rendah 16 21,3%
Total 75 100%
Bila ditinjau dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di
tiga tempat tinggal masuk dalam kategori tingkat kesepian sedang sebanyak 53
orang (70,7%).
Tabel 2.0
Kategori Perbedaan Tingkat Kesepian pada Lansia yang tinggal di Panti,
Rumah Sendiri, dan Rumah Anak.
N
o
Interval Kategori F
PW
% Mean F
RS
% Mean F
RA
% Mean
1 60 ≤ x ≤
80
Tinggi 0 0%
40,12
0 %
44,32
6 24%
55,00
2 40 ≤ x <
60
Sedang 11 44% 24 96% 18 72%
3 20 ≤ x <
40
Rendah 14 56% 1 4% 1 4%
Total 25 100 % 25 100% 25 100%
18
Keterangan :
F PW : Frekuensi Panti Wredha
F RS : Frekuensi Rumah Sendiri
F RA : Frekuensi Rumah Anak
Data tersebut menunjukan bahwa pada kategori kesepian tinggi memiliki
persentase 0% (tidak ada lansia di panti wredha Sumarah yang tergolong dalam
kategori tersebut), pada kategori kesepian sedang sebanyak 11 (44%) lansia, dan
sebanyak 14 (56%) lansia yang tinggal di panti tergolong dalam kategori
kesepian rendah.
Sedangkan lansia yang tinggal di rumah sendiri tidak tergolong dalam
kategori kesepian tinggi dengan persentase 0%, untuk kategori kesepian sedang
sebanyak 24 (96%) lansia tergolong kategori tersebut, dan sebanyak 1 (4%)
lansia tergolong dalam kategori kesepian rendah.
Pada lansia yang tinggal di rumah anak sebanyak 6 (24%) tergolong
dalam kategori kesepian tinggi, 18 lansia diantaranya (72%) tergolong dalam
kategori kesepian sedang, dan 1 lansia (4%) termasuk dalam kategori kesepian
rendah.
Uji Beda
Hasil pengujian one way Anova menunjukkan bahwa nilai F sebesar
51,623 dengan signifikansi 0,000 atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan
tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di panti wredha, rumah sendiri dan
rumah anak dengan nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 40,12,
rumah sendiri sebesar 44,32 dan rumah anak sebesar 55,00 maka dapat
19
dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak cenderung mengalami
kesepian.
Perhitungan mengenai perbedaan tingkat kesepian pada lansia yang tinggal
di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak juga dijelaskan
dengan hasil perhitungan analisis lebih lanjut menggunakan uji Bonferroni yang
menunjukkan skor signifikansi antara kelompok lansia panti wredha dengan
kelompok rumah sendiri sebesar 0,021, kelompok lansia di rumah sendiri
dengan di rumah anak sebesar 0,000 dan kelompok lansia di rumah anak dengan
panti sebesar 0,000.
Tabel 3.0
Multiple Comparisons
Kesepian
Bonferroni
(I) TempatTinggal (J) TempatTinggal
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Panti Rumah Sendiri -4.200* 1.510 .021 -7.90 -.50
Rumah Anak -14.880* 1.510 .000 -18.58 -11.18
Rumah Sendiri Panti 4.200* 1.510 .021 .50 7.90
Rumah Anak -10.680* 1.510 .000 -14.38 -6.98
Rumah Anak Panti 14.880* 1.510 .000 11.18 18.58
Rumah Sendiri 10.680* 1.510 .000 6.98 14.38
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kemudian, untuk mengetahui perbedaan kesepian emosional pada tiga
kelompok tempat tinggal dilakukan uji one way anova, dan didapati hasil F
hitung sebesar 38,510 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa
ada perbedaan kesepian emosional antara lansia yang tinggal di panti wredha
Sumarah, yang tinggal di rumah sendiri dan yang tinggal di rumah anak dengan
20
nilai mean pada kelompok panti wredha sebesar 23,28, di rumah sendiri sebesar
24,48 dan di rumah anak sebesar 27,92. Maka dapat dikatakan bahwa lansia
yang tinggal di rumah anak lebih cenderung mengalami kesepian emosional.
Terakhir untuk mengetahui perbedaan kesepian sosial pada tiga kelompok
tempat tinggal didapati hasil F hitung sebesar 59,100 dengan signifikansi 0,000
atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan kesepian sosial pada lansia yang
tinggal di panti wredha Sumarah, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan
nilai mean di panti wredha 22,12, di rumah sendiri sebesar 25,72 dan di rumah
anak 28,00. Maka dapat dikatakan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak
lebih cenderung mengalami kesepian sosial.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa pertama,
terdapat perbedaan tingkat kesepian yang signifikan pada lansia yang tinggal di
panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 51,62
serta signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Adapun kelompok panti wredha
memiliki nilai mean sebesar 40,12 untuk kelompok rumah sendiri sebesar 44,32
dan kelompok rumah anak 55,00 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal
di rumah anak cenderung lebih mengalami kesepian dibandingkan kelompok
panti wredha dan rumah sendiri. Merujuk pada hasil perhitungan menggunakan
uji Bonferroni dapat disimpulkan pula bahwa terdapat perbedaan kesepian pada
kelompok lansia yang tinggal di panti wredha dan yang tinggal di rumah sendiri
dengan skor signifikansi sebesar 0,021, terdapat perbedaan kesepian lansia yang
tinggal di rumah sendiri dan di rumah anak dengan skor signifikansi sebesar
21
0,000, maupun lansia yang tinggal di rumah anak dengan di panti wredha
terdapat perbedaan dengan skor signifikansi sebesar 0,000.
Selanjutnya untuk hasil tujuan yang kedua, didapati bahwa terdapat
perbedaan jenis kesepian emosional yang signifikan pada lansia yang tinggal di
panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 38,51
serta signifikansi yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Kemudian didapati
juga untuk nilai mean pada kelompok lansia tinggal di panti wredha sebesar
23,28 untuk yang tinggal di rumah sendiri sebesar 24,48 dan di rumah anak
sebesar 27,92 sehingga ditemukan bahwa lansia yang tinggal di rumah anak
lebih cenderung mengalami kesepian emosional.
Berikutnya hasil penghitungan ketiga didapati bahwa terdapat perbedaan
jenis kesepian sosial yang signifikan pada lansia yang tinggal di panti wredha, di
rumah sendiri dan di rumah anak dengan nilai F hitung 59,10 serta signifikansi
yang ditunjukkan sebesar 0,000 (p<0,05). Untuk nilai mean pada kelompok
lansia yang tinggal di panti wredha sebesar 22,12 di rumah sendiri sebesar 25,72
dan di rumah anak sebesar 28,00 sehingga dapat dikatakan bahwa lansia yang
tinggal di rumah anak juga lebih cenderung mengalami kesepian sosial.
Adanya hasil perbedaan tingkat kesepian pada lansia serta ditemukan
bahwa kelompok lansia di rumah anak lebih tinggi mengalami kesepian baik
sosial maupun emosional, tampaknya berkaitan dengan proses adaptasi yang
perlu dilakukan lansia ketika mereka menghadapi situasi baru, dalam hal ini
tempat tinggal baru. Seperti dikatakan Tobin & Lieberman (1987) semakin besar
perbedaan antara lingkungan lama dan baru maka akan semakin besar pula
kebutuhan lansia untuk membangun respon-respon adaptif yang seringkali diatas
22
kapasitasnya. Foster (dalam Tobin & Lieberman, 1987) menyatakan bahwa
keterasingan terhadap lingkungan baru dan ketidakhadiran dukungan sosial
dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang jika lansia tidak mampu
melakukan interaksi sosial akan merasakan kesepian. Hal ini juga disebutkan
Peplau & Perlman (1982) bahwa peristiwa yang menimbulkan kesepian dapat
terjadi saat seseorang pindah ke suatu lingkungan baru. Selain itu kurangnya
dukungan sosial baik dari anggota keluarga dan lingkungan sekitar pada lansia
di rumah anak menjadi pemicu munculnya perasaan kesepian (Gunarsa, 2004).
Faktor dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau
bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok pada individu (Kuntjoro,
2002). Tuntutan era globalisasi terutama daerah perkotaan cenderung membuat
hubungan generasi muda dan orang tua semakin renggang karena adanya
kesibukan sehingga kurangnya perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga
lansia merasa kurang merasakan kelekatan secara dalam dengan anak, menantu
dan cucu. Selain itu pula perpisahan dengan pasangan hidup yang selama
bertahun-tahun hidup bersama menjadi pemicu lansia semakin cenderung
merasakan kesepian emosional.
Sebaliknya, lansia yang tinggal di panti wredha cenderung kurang
merasakan kesepian. Hasil penelitian Juniari (2008) menyebutkan bahwa lansia
yang tinggal di panti wredha tidak selalu mengalami kesepian mendalam
dibandingkan kelompok lain, hal ini disebabkan faktor lingkungan di panti
wredha yang kondusif yaitu terjalinnya kenyamanan masing-masing lansia,
fasilitas serta aktivitas yang diberikan membuat lansia tetap produktif. Selain itu
adanya faktor dukungan sosial dari keluarga membuat lansia cenderung kurang
23
merasakan kesepian, dan setiap akhir pekan pihak keluarga selalu berkunjung
menjenguk lansia, memberikan beberapa kebutuhan. Menurut Soraya (2007),
lansia yang tinggal di panti wredha dengan interaksi sosial yang baik
memungkinkan lansia untuk dapat kelompok berbagi cerita, minat dan dapat
melakukan aktivitas secara bersama-sama dengan rekan sebaya sehingga saling
memberi semangat yang berdampak menurunnya beban pikiran pada lansia dan
rendahnya tingkat kesepian.
Jika lansia yang tinggal di rumah anak cenderung sulit melakukan
adaptasi, berbeda dengan lansia tinggal yang di rumah sendiri tidak terlalu
banyak penyesuaian yang dilakukan karena lansia sudah merasa aman dan
nyaman serta bebas melakukan apa saja di rumahnya sendiri (Surbakti, 2013).
Menurut Hayatie (2009) lansia yang tinggal di rumah sendiri hanya perlu
beradaptasi dengan anggota keluarga dalam satu rumah. Tidak hanya itu lansia
yang tinggal di rumah sendiri tentunya mendapatkan dukungan sosial baik dari
anggota keluarga maupun lingkungan sekitar. Adanya kedekatan secara
emosional dengan anggota keluarga maupun rekan sesama lansia diperkumpulan
memberi dampak bermakna positif dalam pemberian dukungan sosial (Gunarsa,
2004).
Temuan empiris lain dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kesepian
antara lansia yang tinggal di panti wredha Sumarah sebanyak 14 lansia dengan
persentase 56% masuk kategori rendah, sebanyak 11 lansia dengan persentase
44% masuk dalam kategori sedang dan tidak ada yang masuk dalam kategori
kesepian tingkat tinggi. Selanjutnya untuk kelompok lansia yang tinggal di
rumah sendiri sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk kategori rendah
24
dan sisanya sebanyak 24 lansia (96%) masuk kategori sedang. Sedangkan lansia
yang tinggal di rumah anak sebanyak 1 lansia dengan persentase 4% masuk pada
kategori rendah, sebanyak 18 lansia dengan persentase 72% masuk dalam
kategori sedang dan sebanyak 6 lansia dengan persentase 24% masuk kategori
tinggi. Dari hasil persentase dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat
kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, tinggal di rumah sendiri dan
tinggal di rumah anak sebagian besar tergolong dalam kategori sedang.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas tentang perbedaan
kesepian antara lansia yang tinggal di panti wredha, yang tinggal di rumah
sendiri dan yang tinggal di rumah anak, maka dapat disimpulkan bahwa pertama
ada perbedaan tingkat kesepian pada lansia ditinjau dari tempat tinggal yang
sebagian besar kelompok rumah anak cenderung lebih merasa kesepian dengan
nilai mean sebesar 55,00. Kedua, ada perbedaan jenis kesepian sosial dan
kesepian emosional pada lansia yang tinggal di panti wredha, di rumah sendiri
dan di rumah anak. Bahwa kelompok lansia yang tinggal di rumah anak bersama
keluarga mengalami tingkat kesepian paling banyak baik kesepian sosial
maupun kesepian emosional.
Menyadari ada banyaknya keterbatasan penulis dalam melakukan
penelitian, penulis mengajukan beberapa saran. Pertama, bagi lembaga Panti
Wredha/ Jompo Sumarah agar dapat terus dipertahankan kondisi yang kondusif
untuk para lansia seperti fasilitas panti yang menunjang, serta lebih aktif
memberikan kegiatan sehingga lansia tetap produktif. Kedua, untuk para
keluarga/anak diharapkan agar lebih dapat memberikan perhatian, ketika ada hal
25
yang berkaitan dengan para lansia cobalah untuk dilibatkan seperti akan tinggal
dimana lansia nantinya. dan juga cobalah untuk menjadi pendengar yang baik
karena para lansia selalu ingin berbagi pengalaman yang dirasakan. Ketiga,
untuk peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi faktor yang
mempengaruhi kesepian pada lansia seperti jenis kelamin, kondisi ekonomi,
serta dukungan sosial pada tiap kelompok lansia serta dapat mencari gambaran
setiap jenis kesepian yang dialami oleh tiap kelompok lansia yang tinggal di
panti wredha, di rumah sendiri dan di rumah anak.
26
Daftar Pustaka
Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Kesejahteraan Sosial. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia no.13pasal 1 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Diunduh pada 23 September2014 www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf.
Gierveld, D. J. (1998). A review of loneliness: concept and definitions, determinats andconsequence. Clinical Gerontology 15(8), 73-80.
___________ & Tilburg, V. T. (1990). Rush type loneliness scale. Measures ofPersonality and Social Psychological Attitudes. Editor: Robinson, Shaver, &Lawrence.
________________________ (2006). A 6-Item Scale for Overall, Emotion, and SocialLoneliness: Confirmation Tests on Survey Data. Research on Aging 28(5), 582-598.
Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut. BPK Gunung MuliaDiunduh pada 27 November 2014http://books.google.co.id/books?id=GUAG74nH4C=kesepian+lansia#PPA409,MI.
Hayati, S. (2009). Pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Skripsi.Medan: Fakultas Psikolog Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada 15 Januari2015 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14512/1/10E00077.pdf.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Iswari, T. (2005). Kesepian pada Lanjut Usia yang tinggal di Panti Wredha dan yangtinggal bersama keluarga. Skripsi .Salatiga: Fakultas Psikologi UniversitasKristen Satya Wacana.
Juniarti, N., Eka, R. S., & Damayanti, A. (2008). Gambaran jenis kesepian dan tingkatkesepian pada lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang. Skripsi.Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjajaran. Diunduh pada 22Oktober 2014http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/gambaran_jenis_dan_tingkat_kesepian.pdf.
Lake, T. (1986). Kesepian. (Alih Bahasa : F.X Budiyanto) Jakarta: ARCAN.
Lieberman, M. A & Tobin. S. (1986). The Experience of Old Age: Stress, Coping andSurvival. New York: Basic Books. Diunduh pada 22 Agustus 2014http://booksjournal.google.com.acl4mkl7D=Old+Age+Coping+Stress#KLad,8jl.
Martin & Osborn, J. G. (1989). Psychology Adjusment and Everyday Living. NewJersey: Prentice Hall, Inc.
27
Perlman, D & Peplau, L. A. (1981). Toward a social psychology of loneliness. In. S.Duck & R. Gilmour (Eds.), Personal Relationship in Disorder (pp. 31-56).London: Academic Press.
Peplau, L. A. (1982). In search of intimacy: a report on loneliness and what to do aboutit. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 20(11), 38-39.
Rahayu, M. N. M. (2013). Pengalaman kesepian pada wanita yang berperan sebagaiorangtua tunggal dalam periode Empty-nest. Skripsi . Salatiga: FakultasPsikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Russell, W. D. (1996) UCLA Loneliness Scale (version 3): Reliability, Validity, andFactor Structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20-40.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (jilid 1). Jakarta. Erlangga.
Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau,L.A. (1985). Psikologi Sosial (jilid 1) (Edisi 5).Jakarta: Penerbit Erlangga.
Seotjiningsih, H. Ch. (2005). Psikogerontologi. Salatiga: Penerbit Widya Sari.
Setyowanti. (2009). Perbedaan tingkat kesepian pada pensiunan ditinjau dari jabatansebelum pensiun (manager dan non-manager). Skripsi. Salatiga: FakultasPsikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Soraya, I. (2007). Perbandingan Psychological well-being lansia berdasarkan statustinggal. Skripsi . Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Diunduhpada 04 April 2014 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126719-306.872%20RAH%20p%20-%20Psychological%20Well-Being%20%20Literatur.pdf.
Suardiman, Partini. S. (2011). Profil Lansia di DIY. Yogyakarta: (Lemlit UNY bekerjasama dengan BKKBN dan UNFPA. Diunduh pada 28 Oktober 2014http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23376/Reference.pdf;jsessionid=296F749B9E225DDAD7B08D645E85C830?sequence=1.
Sugiyono. (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suhartini, R. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia.Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. Diunduh pada 28 Oktober 2014http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunaircover.pdf.
Surbakti, B. E. (2013). Menata Kehidupan pada Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit PranintaAksara.
28
Data Mentah Variabel Kesepian
UCLA Scale
SubjekNomor Aitem
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 1 2 1 2 4 2 1 2 2 4 3 2 2 3 1 1 2 2 2 12 2 3 2 2 3 1 1 4 2 4 3 1 2 3 1 1 2 1 3 23 2 2 2 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 3 1 1 2 2 2 14 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 1 3 15 1 1 1 2 4 1 2 1 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 16 1 2 2 1 4 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 17 2 2 1 3 4 2 2 2 2 4 3 2 2 3 1 1 3 1 3 18 2 1 1 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 39 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 110 1 2 1 1 3 1 1 2 1 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 111 1 2 1 1 3 1 1 2 1 3 3 1 2 2 2 1 2 2 2 112 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 113 1 2 1 1 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 114 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 115 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 216 1 2 2 1 2 2 1 2 1 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 317 1 2 2 1 4 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 318 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 1 119 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 1 3 1 1 2 1 2 120 1 2 2 1 4 1 1 2 2 3 3 1 2 3 2 1 2 2 2 221 1 2 1 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 1
29
22 2 2 1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 123 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 224 1 2 1 1 3 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 125 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 226 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 1 2 2 2 127 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 128 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 2 2 229 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 130 2 3 2 1 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 331 2 2 2 2 4 2 1 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3 332 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 133 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 134 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 3 2 3 135 1 2 1 1 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 236 2 3 1 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 3 2 2 137 1 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 238 1 2 2 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 239 2 2 2 1 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 1 3 2 2 240 1 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 241 2 2 2 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 242 2 2 1 1 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 1 3 2 3 343 1 2 1 1 3 3 1 3 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 244 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 245 2 2 1 1 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 246 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 247 2 2 2 1 2 3 1 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 148 2 3 2 1 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2
30
49 1 1 2 1 3 1 2 3 3 2 4 3 3 3 1 2 3 2 3 350 3 3 2 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 251 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 252 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 253 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 254 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 255 2 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 256 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 257 2 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 258 2 3 2 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 359 2 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 260 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 261 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 262 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 263 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 1 3 3 3 364 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 365 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 3 2 266 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 367 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 368 2 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 369 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 370 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 371 2 3 1 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 4 372 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 1 1 2 2 3 173 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 274 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 275 3 2 1 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2
31
Data Mentah Variabel Jenis Kesepian
A Rasch Tipe Scale
SubyekNomor Aitem
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 22 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 33 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 2 24 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 35 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 26 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 27 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 28 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 2 29 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 110 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 211 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 212 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 1 213 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 214 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 215 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 4 2 116 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 2 3 1 217 2 2 2 2 3 2 2 4 2 1 4 3 2 3 2 2 2 3 2 218 1 2 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 219 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 220 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 221 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 3 2 2
32
22 1 2 2 3 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 223 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 224 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 4 2 2 2 2 3 1 4 2 225 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 2 226 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 227 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 2 228 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 229 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 2 230 2 2 3 2 2 2 3 4 3 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 231 2 2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 232 1 2 2 2 2 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 233 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 234 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 235 1 3 3 3 2 2 3 4 2 2 3 2 1 4 2 3 3 3 2 236 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 137 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 338 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 3 3 2 139 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 240 1 3 2 2 2 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2 3 3 3 2 241 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 242 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 243 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 244 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 245 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 246 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 247 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 248 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 2 2
33
49 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 1 2 3 4 2 150 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 351 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 352 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 353 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 354 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 255 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 256 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 357 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 258 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 359 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 260 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 261 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 362 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 363 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 264 2 3 3 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 4 4 3 3 2 2 265 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 4 2 266 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 367 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 268 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 369 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 270 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 271 2 3 3 3 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 2 4 3 3 2 272 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 373 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 274 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 275 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2
34