keselamatan dan kesehatan kerja (k3) nasional di indonesia ... · profil nasional memberi informasi...

77
KEMNAKER Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia 2018

Upload: ngodien

Post on 16-Aug-2019

253 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

KEMNAKER

Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia

2018

Page 2: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

i

KEMNAKER

Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia

2018

Page 3: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

ii

Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia – Jakarta, Indonesia – 2018 – xiv, 60 halaman.

Profil K3 Nasional di Indonesia disiapkan bekerja sama dengan Kantor Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) untuk Indonesia di Jakarta.

Profil K3 Nasional di Indonesia disiapkan oleh sekelompok ahli dari:

• Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan

• Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

• Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

Isi dari Profil K3 Nasional di Indonesia disusun berdasarkan masukan dari:

• Kementerian Ketenagakerjaan

• Kementerian Kesehatan

• Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

• Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

• Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

• Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

• Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

• Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

• Asosiasi-asosiasi Profesi

• Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

• Pakar dari sejumlah perguruan tinggi: Universitas Indonesia (Depok) dan Universitas Diponegoro (Semarang)

Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3, infrastruktur, susunan kemitraan sosial, pengoperasian berbagai mitra untuk K3, pengawasan ketenagakerjaan, para partisipan dan pihak terkait, statistika dan indikator K3, data demografi dan ekonomi umum, berbagai persoalan dan permasalahan, juga syarat-syarat pengembangan lebih lanjut oleh negara. Data tersebut juga berfungsi sebagai dasar penyesuaian spesifikasi dan pengembangan kebijakan dan program nasional lebih lanjut dalam K3.

Susunan Profil Nasional hingga taraf maksimum memenuhi rekomendasi ILO. Bagaimanapun, susunan profil nasional tersebut mencakup beberapa informasi tambahan yang memudahkan untuk lebih memahami situasi di dalam sistem K3 di Indonesia.

Dokumen ini merupakan versi cetak dari profil analitis yang lengkap. Edisi akhir dokumen tersedia dalam format elektronik dan di Internet.

Kata kunci : profil nasional, statistik kecelakaan kerja, kemitraan sosial, Sistem Manajemen K3, layanan kesehatan kerja, keselamatan kerja, mitra sosial, statistik penyakit akibat kerja.

Page 4: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

iii

APRESIASI dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dan memberi dukungan tersusunnya Profil K3 Nasional ini antara lain:

Tim Pengarah:

• Direktur Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan

• Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan

• Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

• Direktur Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

• Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri – Kementerian Ketenagakerjaan

• Kepala Bagian Hukum dan Kerjasama Luar Negeri (HKLN), Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan

Editor:

• Dr. Sudi Astono, MS (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

• Ghazmahadi, ST, MM (Balai K3 Medan)

• Daafi Armanda, ST, MM (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3))

Kontributor:

• Dr. Harjono, M. Sc (Asosiasi Pengusaha Indonesia - APINDO);

• Sri Rejeki, SH (Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia - KSBSI);

• Dr. Amarudin (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

• Ida Rochmawati, S. Si, M. Kes (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

• Agustin Wahyu Ernawati, ST, M. Si (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

• Dr. Muzakir (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

• Gumilang Mohamad Yani, ST, MT (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3));

Penghargaan

Page 5: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

iv

• Dr. Andalussia Firda Farida (HKLN - Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan);

• Fitri Nurani, S.S (HKLN - Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kementerian Ketenagakerjaan).

Serta semua pihak yang berperan baik secara individu maupun institusi yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Page 6: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

v

Kata Pengantar Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya disertai ikhtiar kita maka Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2018 telah selesai disusun. Dokumen ini disusun dalam membuat salah satu pijakan penting dalam meningkatan kinerja program K3 secara nasional, sekaligus memenuhi kewajiban negara setelah meratifikasi Konvensi ILO No 187 (2006) tentang Kerangka Promosional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Promotional Framework on Occupational Safety and Health melalui Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2014.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kejadian dan ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) makin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan globalisasi yang disertai perkembangan revolusi industry 4.0 (four point O), berkembangnya pola kerja dan hubungan kerja baru, meningkatnya risiko kerja baru, dan mobilitas manusia yang makin tinggi agar kerja kita makin efektif untuk mencapai kemajuan di bidang K3. Kecelakaan kerja dan PAK tidak hanya menyebabkan kematian, kerugian materi, moril dan pencemaran lingkungan namun juga mempengaruhi produktivitas, kesejahteraan pekerja maupun masyarakat bahkan dapat menurunkan kualitas pembangunan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap rendahnya daya saing nasional suatu bangsa.

Penyusunan dokumen Profil K3 Nasional ini merupakan salah satu jawaban terhadap tantangan dan peluang yang sudah ada dan yang terus berkembang di masa mendatang, agar kita dapat mengukur, mengevaluasi dan meningkatkan kinerja K3 secara sektoral maupun nasional. Hal ini harus terus kita upayakan agar tenaga kerja sebagai sumberdaya insani (human capital) yang penting dan strategis senantiasa diberi keselamatan dan kesehatan untuk terus berkarya secara produktif dengan tetap hidup berkualitas dan sejahtera.

Kami sangat mengharapkan agar semua komponen dapat menggunakan dan merujuk Profil K3 Nasional ini dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan peninjauan ulang pelaksanaan K3 di masing-masing sektor/stakeholder seperti kementerian/lembaga/instansi, asosiasi pengusaha, konfederasi serikat pekerja/buruh, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan komunitas kaum muda. Dengan adanya Profil K3 Nasional ini kita dapat melakukan pembudayaan K3 secara efektif dan berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan pembangunan nasional yang berkualitas dan berkelanjutan sehingga mampu bersaing dengan bangsa dan negara maju lainnya.

Semoga Profil Nasional K3 ini merupakan salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan K3 yang lebih terukur dan dapat dievaluasi kelebihan dan kekurangannya untuk dilakukan perbaikan secera berkelanjutan. Profil K3 ini juga menjadi komponen penting dalam menyusun program K3 Nasional, dan sebaliknya, berdasarkan pelaksanaan program K3 Nasional maka Profil K3 Nasional harus diperbaharui secara berkala setiap tahunnya.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Kantor ILO Jakarta dan Timor Leste yang telah mendukung dan memfasilitasi dari proses penyusunan sampai dengan peluncuran Profile K3 Nasional ini. Apresiasi yang tinggi juga kami sampaikan kepada semua pihak dalam penyusunan dokumen

Page 7: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

vi

ini. Semoga Profil K3 Nasional dan Program K3 Nasional yang sedang disusun menjadi salah satu bentuk kontribusi kita semua dalam membangun bangsa dan negara sekaligus sebagai ladang amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT.

Sekian, terima Kasih,

Wallahu Muwafiq Ila Aqwami Thorieq,

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.

MENTERI KETENAGAKERJAANREPUBLIK INDONESIA,

M. HANIF DHAKIRI

Page 8: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

vii

Kata Pengantar Direktur ILO Indonesia – Timor Leste

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai jantung dari Jaminan Ketenagakerjaan Universal, sejalan dengan mandat ILO untuk melindungi kehidupan pekerja di seluruh dunia. Adalah upaya yang sangat besar untuk menggambarkan evolusi K3 sejak awal ILO berdiri di tahun 1919 sampai saat ini, begitu banyak perubahan yang terjadi yang mempengaruhi bidang ini dan bagaimana ILO berkontribusi dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Dalam rangka mendukung tujuan nasional untuk membangun budaya pencegahan dalam K3 di Indonesia, selama dekade terakhir dukungan teknis ILO berfokus pada kebijakan K3, pembangunan dan penguatan program, dan sistem K3. Dukungan juga diberikan untuk mempromosikan ratifikasi dan pelaksanaan Konvensi-konvensi ILO yang terkait dengan K3. Ratifikasi Konvensi ILO terakhir oleh Indonesia adalah Konvensi Kerangka Promosional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2006 (No 187) pada bulan Agustus 2015.

ILO melalui proyek-proyek K3-nya, yaitu SafeYouth@Work dan YOUTH4OSH, memberikan dukungan kepada beberapa negara ASEAN. Proyek-proyek tersebut dilaksanakan di Indonesia, Filipina, Vietnam dan Myanmar, dengan fokus mengembangkan profil K3 nasional, program K3 dan juga memberdayakan kaum muda untuk mengadvokasi isu-isu K3 di dunia kerja. Proyek juga berkontribusi pada inisiatif ASEAN OSH Net dalam meningkatkan pengumpulan data K3 di antara Negara-negara anggota ASEAN.

Kami sangat menghargai upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan dalam mengembangkan Profil K3 Nasional 2018 dengan bekerjasama dan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan. ILO juga berharap bahwa Profil K3 Nasional ini dapat menjadi langkah awal untuk menggambarkan situasi K3 nasional yang lebih komprehensif dan dapat diperbaharui secara berkala untuk memonitor dan mengevaluasi kemajuan K3 di dalam Negeri.

Jakarta, Juni 2019

Michiko MiyamotoDirektur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste

Page 9: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

viii

Page 10: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

ix

Daftar Isi

Kata Pengantar - Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia v

Kata Pengantar - Direktur ILO Indonesia – Timor Leste vii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Kotak xii

Daftar Gambar/Diagram/Grafik xii

Rangkuman xiii

Singkatan dan Akronim Utama xiv

Latar Belakang 1

I. Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional 5

A. Kerangka Hukum 6

B. Konvensi ILO yang Telah Diratifikasi 8

C. Standar Ketenagakerjaan Indonesia dan Standar Ketenagakerjaan Internasional (ILS) 9

D. Badan-badan Otoritas 10

Kementerian Ketenagakerjaan 10

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 11

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 12

Kementerian dan Lembaga Sejenis Lainnya 12

E. Para Pemangku Kepentingan Lainnya 12

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) 12

BNSP 13

LSP 13

Pekerja/Buruh 13

Pemberi Kerja 13

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja 13

Penyedia Layanan K3 atau Perusahaan Jasa K3 13

Lembaga Pendidikan 14

Asosiasi Profesi dan Asosiasi Lembaga 14

Page 11: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

x

II. Pengawasan Ketenagakerjaan dan Penegakan Undang-Undang Ketenagakerjaan 15

A. Kerangka Hukum Nasional mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan 15

B. Kewajiban dan Tanggung Jawab 15

C. Tugas Pengawas Ketenagakerjaan 16

D. Mekanisme untuk Memastikan Kepatuhan K3 16

E. Jumlah Pengawas Ketenagakerjaan 17

Peningkatan kuantitas dan kualitas pengawas K3 19

III. Kegiatan Program Reguler dan Kegiatan Program yang Sedang Berlangsung terkait dengan K3: Contoh 21

A. Pembentukan P2K3 21

Layanan informasi dan pengarahan tentang K3 22

B. Ketentuan mengenai pelatihan K3 22

Peningkatan bagi para pelaku perorangan pelaksana 23

Peningkatan kapasitas perusahaan/penyedia pelaksana 24

Pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian lainnya 24

Jasa kesehatan kerja sesuai dengan undang-undang dan praktik nasional 25

Penelitian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja 25

Pengumpulan Data dan Analisis 27

Kerja sama dengan skema asuransi atau jaminan sosial terkait 27

Perbaikan kondisi K3 di UMKM dan perekonomian informal 29

Peningkatan pendidikan dan kesadaran K3 30

Keterlibatan universitas dan lembaga penelitian 31

Sumber keuangan dan anggaran berkaitan dengan K3 31

C. Kebijakan K3 Nasional 2015 - 2019 32

Misi, Strategi, Maksud, dan Tujuan 33

Komite Kampanye K3 dan Bulan K3 Nasional 34

D. Pengembangan dan peningkatan norma, standar, pedoman, dan kriteria 34

E. Statistik cedera dan penyakit akibat kerja 35

F. Data Umum 36

Jumlah Pekerja 37

Pekerja Muda 37

G. Sertifikasi dan Penghargaan K3 37

Penghargaan Sertifikat SMK3 38

Penghargaan SMK3 (Penghargaan Zero Accident - Nihil Kecelakaan) 40

Mekanisme Penyerahan Penghargaan 41

Penghargaan HIV/AIDS 42

Page 12: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

xi

IV. Keterbatasan, Hambatan, dan Peluang 45

A. Tantangan/Keterbatasan 45

Keakuratan Data 45

Bantuan Teknis untuk Sektor Informal 45

Perlindungan Pekerja Muda 45

Terpenuhinya komitmen untuk menerapkan SMK3 46

K3 di Industri 4.0 46

K3 dalam fase darurat di Wilayah Bencana 46

B. Hambatan 47

Tingkat Nasional 47

Tingkat Internasional/Global 47

C. Peluang 48

Bonus Demografi 48

Makin banyaknya perusahaan yang ingin mematuhi peraturan 48

LAMPIRAN

Lampiran A : Peraturan dan Keputusan Menteri dan Sektoral 49

Lampiran B : Kegiatan K3 - Kementerian Ketenagakerjaan (c.q. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 55

Lampiran C Kegiatan-kegiatan K3 - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) 60

Daftar Tabel

Tabel1 Konvensi ILO yang Telah Diratifikasi dan Dilaksanakan 8

Tabel 2 Jumlah Pengawas dan Lokasinya. 17

Tabel 3 Macam-macam Personel/Pelaku yang Mendukung Peningkatan K3 di Indonesia 23

Tabel 4 Jenis Perusahaan/Badan Penyedia Jasa K3 24

Tabel 5 Jenis Layanan Kesehatan 25

Tabel 6 Berbagai Penelitian K3 (sejak 2016) 26

Tabel 7 Jenis Laporan mengenai Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja 28

Tabel 8 Jenis Mekanisme Dukungan 29

Tabel 9 Universitas, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian yang terkait dengan kegiatan-kegiatan K3 31

Tabel 10 Anggaran K3 2016 - 2018 (Sumber: Anggaran K3 di Kementerian Ketengakerjaan) 32

Tabel 11 Maksud dan Tujuan dari Program K3 di Indonesia 33

Tabel 12 Kebijakan K3 Nasional Tahunan 2015-2019 33

Tabel 13 Jumlah Penyandang Disabilitas dan Meninggal Akibat Kerja (Sumber : BPJS Ketenagakerjaan) 35

Tabel 14 Informasi Umum 36

Page 13: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

xii

Tabel 15 Jumlah Pekerja Menurut Usia dan Jenis Kelamin (Survei Angkatan Tenaga Kerja 2017) 37

Tabel 16 Penilaian Audit SMK3 39

Tabel 17 Jenis Penghargaan dan Penerima, Kriteria serta Bentuk Penghargaan Masing-masing 40

Tabel 18 Jenis Penghargaan P2-HIV/AIDS di tempat kerja dan Skornya 42

Daftar Kotak

Kotak 1 Kerangka Hukum K3 Nasional 6

Kotak 2 Peraturan terkait dengan Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja 7

Kotak 3 Konvensi Inti ILO yang Diratifikasi oleh Indonesia 9

Kotak 4 Peralihan Ratifikasi Konvensi ILO 10

Kotak 5 Pelatihan K3 yang Diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 25

Kotak 6 Program-program BPJS Ketenagakerjaan 28

Kotak 7 Keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan 29

Kotak 8 Koordinasi dengan pemangku kepentingan nasional dan internasional lainnya 30

Kotak 9 Pedoman yang dibuat oleh Pemerintah 35

Daftar Gambar/Diagram/Grafik

Diagram 1 Mekanisme Koordinasi dan Kerja Sama dalam Pelaksanaan K3 10

Diagram 2 Sistem Pengawasan K3 16

Gambar 3 Peta Indonesia 36

Grafik 4 Perusahaan Penerima Sertifikat Manajemen K3 2004 - 2017 39

Grafik 5 Perusahaan Penerima Penghargaan Nol Kecelakaan hingga 2017 41

Grafik 6 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja 2010 - 2017 43

Grafik 7 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja & kategori, 2010 - 2017 43

Page 14: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

xiii

Rangkuman

PERATURAN K3 di Indonesia telah disusun, mulai dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, hingga berbagai peraturan lainnya saat ini. Namun demikian, program-program K3 masih perlu ditingkatkan. Berbagai badan pemerintah dan entitas swasta, bersama-sama dengan masyarakat, telah berperan masing-masing dalam pelaksanaan program-program K3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari pedoman yang membantu mereka memenuhi tuntutan pasar global, dan persoalan keselamatan pekerja.

Peraturan Indonesia tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan tentang layanan kesehatan kerja telah diperkuat sepanjang lima tahun terakhir dan sangat sesuai dengan persyaratan kedua Konvensi ILO tentang keselamatan dan kesehatan. Strategi Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja dievaluasi secara berkala, dan bertujuan untuk melaksanakan perundang-undangan yang diperbarui, dan untuk peningkatan serta pengembangan kondisi kerja, kesehatan, dan kesejahteraan di tempat kerja secara terus-menerus. Strategi Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut juga menyumbang terhadap capaian sukses pelaksanaan Program-program Pemerintah.

Di samping aspek-aspek substansial, aspek-aspek ekonomi keselamatan dan kesehatan kerja dianggap penting. Data sertifikasi dan penghargaan K3 menunjukkan peningkatan positif jumlah perusahaan dan individu yang berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kondisi kerja yang baik. Artinya, Indonesia berpotensi memperoleh dampak ekonomis melalui peningkatan K3.

Sejumlah prakarsa telah dibangun oleh para pemangku kepentingan K3 di Indonesia. Meningkatnya jumlah sistem insentif dan layanan dari BPJS Ketenagakerjaan mencerminkan koordinasi yang semakin kuat antara K3 dengan sistem skema sosial. Jelas bahwa program-program Pemerintah untuk pengembangan kehidupan kerja memberi dukungan bagi pengembangan produksi serta keselamatan dan kesehatan pekerja.

Meskipun demikian, Indonesia sedang berjuang keras menghadapi beberapa persoalan, misalnya: kesenjangan antara jumlah pengawas ketenagakerjaan dengan jumlah perusahaan; keselarasan hukum; dan data yang akurat, khususnya untuk pekerja yang rentan dan ekonomi informal. Tantangan-tantangan ini harus ditanggulangi supaya situasi K3 nasional meningkat di masa yang akan datang. Indonesia juga menghadapi tantangan untuk menyediakan layanan K3 bagi ekonomi informal; meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja muda karena mereka akan menjadi motor penggerak untuk Indonesia di masa yang akan datang; dan mulai melakukan pengawasan K3 di Industri 4.0.

Selain itu, Indonesia perlu memecahkan persoalan mengenai cara terbaik untuk menyediakan ukuran perlindungan K3 kepada orang-orang yang berpartisipasi dalam operasi pertolongan dan pemulihan darurat di daerah bencana alam. Hal tersebut sangat dibutuhkan di negara seperti Indonesia.

Page 15: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

xiv

Singkatan dan Akronim Utama

ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network among ASEAN Nations

IEC Information, Education and Communication (informasi, pendidikan, dan komunikasi)

ILO International Labour Organization (Organisasi Perburuhan Internasional)

Kemenaker Kementerian Ketenagakerjaan

Kemenkes Kementerian Kesehatan

BPJS Ketenagakerjaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

OSH Occupational Safety and Health

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OSHMS Occupational Safety and Health Management System

SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS Occupational Health and Safety Administration Series

ISO International Standard Organization

TI Teknologi Informasi

PUIL Persyaratan Umum Instalasi Listrik

UKM Usaha Kecil dan Menengah

SNI Standar Nasional Indonesia

TOT Training of Trainers

Kementerian ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Kemendag Kementerian Perdagangan

Kemenhub Kementerian Perhubungan

Kementan Kementerian Pertanian

Kementerian PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

SKTTK Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan

LSK Lembaga Sertifikasi Kompetensi

DK3N Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi

LSP Lembaga Sertifikasi Profesi

Page 16: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

1

Latar Belakang

KESELAMATAN dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan unsur penting dalam pengembangan program-program yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Saat ini, makin banyak proses produksi didukung oleh teknologi yang baru saja dikembangkan di segala aspek. Di sisi lain, pengembangan ini mungkin saja berbahaya bagi tercapainya kesejahteraan. Teknologi baru tersebut disertai dengan potensi bahaya; misalnya dalam berbagai mesin, peralatan kerja, bahan-bahan berbahaya, instalasi, metode kerja dan juga potensi risiko kecelakaan di tempat kerja, penyakit akibat kerja, atau masalah kesehatan bagi para pekerja, serta polusi lingkungan.

Berbagai macam potensi bahaya dan risiko akan menyebabkan bahaya besar bagi pekerja dan keluarga mereka, pemberi kerja, pemerintah, masyarakat, serta lingkungan. Potensi bahaya dan risiko tersebut akan berdampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan dalam aspek sosial, ekonomi, pekerjaan, kesehatan, dan lingkungan. Oleh karenanya, K3 merupakan salah satu aspek paling penting untuk dipertimbangkan dan diterapkan di segala kegiatan kerja karena dampaknya yang luas.

Pelaksanaan K3 akan mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan juga menunjang peningkatan produktivitas dan kesejahteraan, serta peningkatan daya saing perusahaan dan keberlanjutan usaha. Keberhasilan program K3 juga akan menghasilkan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Peningkatan ini akan sangat membantu dalam menunjang pembangunan nasional dan peningkatan daya saing nasional. Di samping itu, pengembangan program K3 merupakan satu indikator menuju tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (the Sustainable Development Goals (SDGs)..

Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah menjadi isu global. Oleh karenanya, pengembangan K3 merupakan tantangan untuk memenangkan persaingan global. K3 merupakan satu syarat dari berbagai standar global, misalnya OHSAS 18001, di samping standar kualitas ISO 9001 (ISO 9001 series), standar lingkungan (ISO 14000 series) dan standar internasional lainnya. Di pasar global, K3 menjadi elemen paling penting untuk hambatan non-tarif (non-tariff barriers). Di era globalisasi ini, masyarakat dunia juga makin menuntut proses produksi dan produk yang ramah lingkungan (produktivitas hijau (green productivity). Isu mengenai green productivity juga erat kaitannya dengan K3. Dengan demikian, program K3 juga dapat berperan positif dalam isu pemanasan global.

Peraturan K3 di Indonesia sudah lama disusun; Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan, hingga berbagai peraturan lainnya saat ini. Namun demikian, program-program K3 masih perlu ditingkatkan. Berbagai badan/lembaga, antara lain badan/lembaga pemerintah dan entitas swasta, bersama-sama dengan masyarakat, telah berperan masing-masing dalam pelaksanaan program-program K3. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari motivasi tersebut karena Peraturan tersebut membantu mereka memenuhi tuntutan pasar global dan tuntutan pekerja.

Kementerian Ketenagakerjaan, mitra sosial (asosiasi pengusaha dan serikat pekerja) serta lembaga/sektor terkait lainnya berkomitmen untuk meningkatkan dan melaksanakan budaya keselamatan. Salah satu dari komitmen tersebut adalah komitmen untuk meratifikasi 8 (delapan) Konvensi ILO terkait dengan pekerjaan dan K3. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO, 187 (2006) tentang Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2014 mengenai ratifikasi Konvensi ILO No. 187, dan Konvensi Ketenagakerjaan Maritim 2006 melalui Undang-Undang No. 15 Tahun 2016 tentang Ratifikasi Konvensi Ketenagakerjaan Maritim 2006.

Page 17: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

2

Meskipun telah ada semua peraturan yang disebutkan di atas dan pelaksanaannya oleh berbagai pihak, masih ada beberapa persoalan yang perlu diselesaikan seputar K3. Beberapa peraturan telah berhasil mendorong badan-badan publik dan swasta untuk melaksanakan program-program K3 dalam pekerjaan mereka. Beberapa asosiasi profesi K3 dan perusahaan jasa K3 telah dibentuk. Perusahaan jasa K3 menawarkan program-program untuk melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja (misalnya pelatihan, konsultasi, audit, pemeriksaan dan pengujian K3, penilaian lingkungan kerja, pelayanan kesehatan kerja kerja, dan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) tenaga kerja. Beberapa pihak telah mendirikan sekolah-sekolah yang menyediakan mata pelajaran K3 dan beberapa universitas telah mengembangkan program pendidikan K3 seperti: Diploma (D3 dan D4), sarjana, dan pascasarjana.

Salah satu persoalan yang Indonesia hadapi dalam pelaksanaan program-program K3 adalah kurangnya data yang handal dan akurat di dalam laporan K3 dikarenakan sistem pengumpulan data, pelaporan, dan pengelolaan data K3 yang belum efektif Saat ini Indonesia belum mempunyai data K3 yang komprehensif sesuai harapan banyak pihak. Data K3 yang ada masih parsial, tersebar di beberapa lembaga/pihak dan belum terintegrasi secara nasional. Kondisi ini menyebabkan Indonesia masih kesulitan untuk menilai tingkat keberhasilan program K3 yang sudah dilaksanakan selama ini. Selanjutnya kondisi ini juga menjadi kendala dalam melakukan evaluasi dan membuat perencanaan strategis untuk peningkatan K3 ke depannya. Dengan demikian maka pengembangan sistem pelaporan dan pengelolaan data K3 yang terintegrasi secara nasional menjadi kebutuhan yang penting dan mendesa. Pengembangan sistim pelaporan dan pengelolaan data yang terintegrasi secara nasional juga membutuhkan kontribusi signifikan dari seluruh pihak, baik pemerintah maupun sektor swasta serta masyarakat.

Persoalannya adalah adanya kecenderungan peningkatan kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia, baik dalam hal jumlah kasus frequency rate) maupun tingkat keparahan (severity rate). Peningkatan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang disertai dengan perkembangan informasi dan teknologi. Namun demikian, data kecelakaan kerja dan PAK yang sudah dicatat atau dapat dikumpulkan masih sangat sedikit dibandingkan potensi yang ada dikarenakan masih rendahnya tingkat pelaporan K3. Kondisi ini memerlukan suatu strategi pencegahan kecelakaan kerja dan PAK yang efektif disertai peran aktif berbagai pihak. Namun saat ini masih relatif sedikit orang yang berperan secara signifikan dalam pelaksanaan K3 di Indonesia. Di sisi lain pola-pola kerjasama, koordinasi, kolaborasi dan sinergi antar instansi/lembaga pemerintah dan antar sektor swasta dan masyarakat masih sangat perlu ditingkatkan.

Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar instansi/lembaga pemerintah sering menimbulkan ketidakselarasan dalam pengembangan dan penerapan peraturan dan kebijakan K3. Hal ini berdampak besar terhadap efektifitas pencapaian tujuan program K3. Peraturan yang tidak selaras juga menciptakan kebingungan di kalangan pengguna dan masyarakat secara umum. Akibatnya, hal tersebut juga berdampak pada menurunkan partisipasi mereka dalam pelaksanaan budaya K3 di Indonesia.

Peran masyarakat dalam pelaksanaan K3 juga harus ditingkatkan. Program-program K3 yang dijalankan oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait masih belum intensif dan belum dilaksanakan secara meluas di seluruh lapisan masyarakat. Persoalan ini juga disebabkan oleh terbatasnya jumlah sumber daya pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Potensi sumber daya pada pihak swasta dan masyarakat juga belum banyak didayagunakan. Dengan demikian, diperlukan inovasi dan terobosan di dalam program K3. Di samping itu, kesadaran dan peran dari instansi/lembaga pemerintah serta sektor swasta dan masyarakat juga perlu lebih didorong lagi supaya lebih berperan secara signifikan dalam pengembangan program-program K3.

Pelaksanaan K3 di tingkat perusahaan/tempat kerja sangat ditentukan oleh peran pengusaha dan peran pekerja serta peran masyarakat. sebagian besar pengusaha belum memiliki pemahaman komprehensif tentang K3 dan nilai strategi bisnis yang terkait dengan program K3 untuk menunjang produktivitas, kemajuan, keberlanjutan, dan daya saing usaha mereka. Sementara pekerja dan masyarakat pada umumnya mempunyai keterbatasan akses untuk memperoleh informasi yang cukup dalam rangka meningkatkan pemahaman mereka tentang K3. Dengan demikian maka sebagian besar pekerja dan masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang hak-hak berkenaan dengan program-program perlindungan K3. Jumlah serikat pekerja sebagai perwakilan pekerja di forum-forum bipartit dan tripartit masih terbatas dalam memperjuangkan hak-hak pekerja terkait dengan perlindungan K3.

Page 18: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

3

Mempertimbangkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan bersama dengan para pemangku kepentingan perlu merumuskan peta jalan (road map) pengembangan K3 dalam rangka mengkoordinasikan dan memberdayakan seluruh sumber daya potensial yang ada untuk mencapai keberhasilan program K3 nasional dengan cara yang terukur dan berkelanjutan. Perumusan road map K3 nasional sangat membutuhkan adanya dokumen Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional untuk mendokumentasikan berbagai potensi, pencapaian yang telah diperoleh, serta hambatan dan tantangan yang dihadapi. Dokumen ini juga bermanfaat sebagai rujukan umum dalam mengembangkan strategi, perencanaan, dan pelaksanaan program-program K3 serta evaluasinya.

Page 19: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

4

Page 20: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

5

PROFIL Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (Profil K3 Nasional) adalah dokumen K3 di negara Indonesia yang memberikan gambaran menyeluruh tentang K3 di Indonesia. Dokumen ini dikembangkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan bersama-sama dengan sektor terkait dan mitra sosial utama, serikat pekerja dan konfederasi serikat buruh.

Kementerian Ketenagakerjaan menyiapkan draf awal dokumen ini berdasarkan pada data dan informasi tentang program K3 yang ada dan disertai tambahan informasi dari dokumen laporan ketanagakerjaan yang disampaikan Indonesia kepada Organisasi Buruh Internasional (ILO). Laporan ketenagakerjaan tersebut berupa Laporan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Laporan pertama Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 187 tentang Konvensi Kerangka Promosional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Laporan pertama Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 187 tersebut disusun oleh Tim Kementerian Ketenagakerjaan bersama-sama dengan para mitra sosial dan beberapa kementerian terkait.

Dokumen Profil K3 Nasional ini diharapkan menjadi rujukan pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi program K3 yang menjadi prioritas nasional dan pelaksanaan K3 di banyak perusahaan utamanya pada sektor prioritas. Profil K3 Nasional merupakan sumber daya dan infrastruktur penting untuk meningkatkan pencapaian K3 di masa yang akan datang secara berkelanjutan.

Tujuan dari Profil K3 Nasional adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dokumen yang dapat menggambarkan keadaan K3 di Indonesia;

2. Menyediakan bahan pengembangan kebijakan K3 Nasional bagi semua pemangku kepentingan;

3. Mendukung terwujudnya visi yang telah ditetapkan yakni “Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tahun 2020”.

4. Mengidentifikasi berbagai macam sumber daya dan potensi peran dari berbagai pihak untuk mengoptimalkan peran dan fungsi mereka masing-masing dan secara nasional;

5. Mendorong peran dari berbagai sektor/pemangku kepentingan dan masyarakat melalui koordinasi dan sinergi program untuk mempercepat pencapaian tujuan program K3 Nasional; dan

6. Mengidentifikasi pencapaian, tantangan, dan hambatan serta evaluasi terhadap kemajuan K3 Nasional secara berkelanjutan.

Keberadaan Profil K3 Nasional diharapkan dabat memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan yang menghambat kemajuan K3 nasional.

Berbagai permasalahan K3 yang belum optimal antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

• Kurangnya pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan penerapan K3 di kalangan pemerintah, pekerja, pemberi kerja, dan masyarakat;

• Lemahnya system pengumpulan data serta laporan tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK);

I. Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Nasional

Page 21: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

6

• Terbatasnya jumlah perusahaan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3);

• Lemahnya penegakan hukum terhadap ketidakpatuhan penerpan norma K3;

• Keterbatasan kuantitas dan kurangnya kualitas/kompetensi SDM/personel K3;

• Kurangnya koordinasi dan sinergi lintas program dan lintas sektor; dan

• Sangat rendahnya identifikasi/penemuan kasus dan diagnosis penyakit akibat kerja serta pemberian jaminan sosialnya disbanding dengan kasus kecelakaan kerja.

A. Kerangka HukumIndonesia sudah memiliki kerangka hukum K3 sejak awal 1930 yaitu dengan diterbitkannya Undang-Undang Uap Tahun 1930. Namun kerangka hukum K3 Nasional yang komprehensif dimulai tahun 1970 ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang diikuti dengan diterbitkannya berbagai peraturan pelaksanaan, standar, dan pedoman K3 yang mencakup aspek keteknikan, kesehatan kerja, dan lingkungan kerja. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 merupakan Undang-Undang ini menekankan pencegahan yang mencakup area segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di air, dan di udara.

Sejak tahun 2003 Indonesia memulai mengembangkan regulasi K3 yang komprehensif dengan pendekatan kesisteman yaitu, sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pasal 87 undang-undang ini menyatakan bahwa “setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)”.

Kerangka hukum K3 nasional tersebut dikeluarkan melalui proses awal di Kementerian Ketenagakerjaan selaku leading sector di bidang K3 di Indonesia. Di sisi lain, beberapa kementerian/sektor lain (di luar kementerian ketenagakerjaan) juga mengeluarkan undang-undang atau regulasi yang sedikit banyak memuat substansi terkait K3 sektoral.

Di bawah ini adalah daftar Undang-Undang dan peraturan terkait dengan K3 yang menggabarkan kerangka hukum K3 nasional.

Kotak 1 Kerangka Hukum K3 Nasional

1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie 1930);

2. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1990 tentang Perlindungan Konsumen (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821)

4. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

6. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang menetapkan tentang persyaratan teknis bangunan rumah sakit;

7. Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

8. Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;

9. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 12);

Page 22: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

7

10. Peraturan Uap Tahun 1930; (Stoom Verordening);

11. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

12. Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida;

13. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi;

14. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi;

15. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309);

16. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3586).

Beberapa sektor di luar Kementerian Ketenagakerjaan yang berkonstribusi dalam kerangka hokum K3 nasional yaitu: Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, dan Peraturan Daerah. Beberapa kementerian ini juga mengeluarkan berbagai Peraturan dan Surat Keputusan yang secara khusus/spesifik berkaitan dengan K3 sektor-sektor tertentu seperti: sektor pemotongan kayu, perkayuan, transportasi, dan konstruksi). Lihat informasi rinci tentang Peraturan dan Surat Keputusan Menteri dan Sektoral pada Lampiran B.

Di samping berbagai Peraturan K3 di atas, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan terkait dengan Jaminan Sosial terhadap Kecelakaan Kerja dan PAK, sebagaimana yang tertera di dalam kotak di bawah ini:

Kotak 2 Peraturan terkait dengan Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian;

4. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara;

5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua bagi Peserta Penerima Upah;

6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja;

7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pekerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi.

Page 23: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

8

B. Konvensi ILO yang Telah DiratifikasiSebagai negara anggota Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Indonesia berkomitmen untuk meninjau berbagai standar buruh yang diakui secara internasional, termasuk standar terkait dengan K3. Review berkala terhadap kebijakan dan undang-undang ketenagakerjaan nasional dilakukan supaya sejalan dengan standar internasional.

Tabel 1 Konvensi ILO yang Telah Diratifikasi dan Dilaksanakan

NO. NOMOR KONVENSI ILO KONVENSI

1 29* Konvensi Kerja Paksa (1930)

2 87* Konvensi Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi (1948)

3 98* Konvensi Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama (1949)

4 100* Konvensi Pengupahan yang Sama (1951)

5 105* Konvensi Penghapusan Kerja Paksa (1957)

6 111* Konvensi Diskriminasi dalam Kerja dan Jabatan (1958)

7 138* Konvensi Batas Usia Minimum untuk Bekerja (1973)

8 182* Konvensi Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (1999)

9 81** Konvensi Inspeksi Ketenagakerjaan (1947)

10 144 Konvensi Konsultasi Tripartit (Standar Ketenagakerjaan Internasional)

11 19 Konvensi Perlakuan yang Sama (Tunjangan Kecelakaan Kerja) (1925)

12 27 Konvensi Pemberian Tanda Berat (Pengepakan yang Diangkut dengan Kapal)

13 45** Konvensi Mempekerjakan Perempuan di Bawah Tanah (1935)

14 69 Konvensi Sertifikasi Juru Masak Kapal (1946)

15 88 Konvensi Pelayanan Penempatan Kerja (1948)

16 106 Konvensi Istirahat Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor-kantor (1957)

17 120** Konvensi Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor (1964)

18 185 Konvensi Identitas Pelaut

* Konvensi Inti ILO ** Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ILO

Page 24: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

9

Dari 18 Konvensi ILO yang telah diratifikasi, delapan di antaranya adalah konvensi inti yang berhubungan dengan asas-asas pokok kebebasan berserikat, penghapusan pekerja anak, persamaan, dan penghapusan kerja paksa. Indonesia meratifikasi tiga Konvensi ILO yang terkait langsung dengan K3, yakni Konvensi No. 81 Tentang Inspeksi Ketenagakerjaan, Konvensi No. 45 Tentang Mempekerjakan Perempuan di Bawah Tanah, dan Konvensi No. 120 Tentang Kebersihan di Tempat Dagang dan Kantor.

Kotak 3 Konvensi Inti ILO yang Diratifikasi oleh Indonesia

1. Konvensi ILO No. 29 Tentang Kerja Paksa

2. Konvensi ILO No. 105 Tentang Penghapusan Kerja Paksa

3. Konvensi ILO No. 87 Tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi

4. Konvensi ILO No. 98 Tentang Hak Asasi untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama

5. Konvensi ILO No. 100 Tentang Pengupahan yang Sama bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya

6. Konvensi ILO No. 111 Tentang Diskriminasi dalam Kerja dan Jabatan

7. Konvensi ILO No. 138 Tentang Batas Usia Minimum untuk Bekerja

8. Konvensi ILO No. 182 Tentang Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak

Berkenaan dengan konvensi ILO Tentang K3, Indonesia juga telah meratifikasi setidaknya dua Konvensi ILO. Kedua konvensi ILO tersebut adalah:

• Pertama, Konvensi ILO 187 mengenai Kerangka Promosional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2006 melalui Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2014. Ukuran yang diambil untuk melaksanakan ratifikasi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Ketenagakerjaaan No. 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Inspeksi Ketenagakerjaan, yang menjelaskan tata cara dan kewenangan kepada para pengawas ketenagakerjaan untuk memeriksa praktik-praktik K3 di perusahaan;

• Kedua, Konvensi ILO Tentang Ketenagakerjaan Maritim 2006 diratifikasi melalui Undang-Undang No. 15 Tahun 2016.

C. Standar Ketenagakerjaan Indonesia dan Standar Ketenagakerjaan Internasional (ILS)Mengenai penerapan ILS, Indonesia telah berkomitmen untuk melaksanakan inspeksi ketenagakerjaan dalam rangka memastikan pemenuhan hak asasi manusia. Di samping meratifikasi beberapa Konvensi di atas, penerapan ILS tersebut juga tercermin di dalam sejumlah Undang-Undang sebagaimana tertera di dalam Kotak di bawah ini.

Page 25: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

10

Kotak 4 Peralihan Ratifikasi Konvensi ILO

Peralihan ratifikasi Konvensi ke dalam Undang-Undang nasional dapat ditemukan antara lain di dalam:

• Pasal 15 Undang-Undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (K3 terkait ketentuan pidana);

• Pasal 190 Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, perusahaan yang tidak mempunyai SMK3 dianggap melanggar (pasal 87) sehingga dapat dikenai sanksi administratif;

• Pasal 86 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, terkait dengan hak-hak pekerja atas perlindungan berikut:

- Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

- Moral dan kesusilaan;

- Perlakuan yang menjunjung martabat kemanusiaan dan nilai-nilai agama

• Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan

Diagram 1 Mekanisme Koordinasi dan Kerja Sama dalam Pelaksanaan K3

D. Badan-badan Otoritas

Kementerian KetenagakerjaanKebijakan K3 Nasional berada di Menteri yang bertanggung jawab mengenai ketenagakerjaan sebagaimana diuraikan dalam Pasal 1 Ayat 6 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970. Pengawasan umum wajib dilaksanakan oleh Direktur, Pengawasan langsung dilaksanakan oleh pengawas umum, dan keselamatan kerja dilaksanakan oleh spesialis kesehatan in-house perusahaan. Pengawasan khusus ini dimaksudkan untuk mencegah atau mengoreksi kesalahan, ketidaksesuaian, pelanggaran, dan ketidakpatuhan. Kedua pengawas dan para ahli K3 in-house tersebut harus ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan.

21 Profil K3 Nasional di Indonesia

Untuk menjamin peraturan ketenagakerjaan, pengawasan/inspeksi ketenagakerjaan perlu dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang terdidik/terlatih dan profesional. Sebelum tahun 1984, pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh dua jenis/kategori pengawas ketenagakerjaan yaitu pengawasan norma kerja dan pengawas norma K3. Kedua jenis/kategori pengawas ketenagakerjaan tersebut di atas selanjutnya digabung dalam sistem engawasan terpadu/terintegrasi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1984 tentang Sistem Pengawasan Terpadu. Kebijakan ini diambil dikarenakan keterbatasan jumlah pengawas ketenagakerjaan. Dengan menggabungkan dua kategori pengawasan tersebut, jangkauan pengawasan diharapkan dapat menjadi lebih luas. Pada 2010, pelaksanaan pengawasan bahkan didukung oleh Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam rangka melaksanakan Pasal 178 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pengawas ketenagakerjaan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 yang diberlakukan sejak lebih dari 60 tahun lalu, telah beroperasi di seluruh Indonesia dan berjalan menurut fungsi-fungsi yang dikehendaki oleh undang-undang yaitu:

a. Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan secara khusus;

Panitia Pembina K3

Akte/Nota Pengawasa

Petugas Keselamatan & Kesehatan Kerja

Kantor Pengawas Ketenagakerjaan

Diagram 1 Mekanisme Koordinasi dan Kerja Sama dalam Pelaksanaan K3

Page 26: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

11

Untuk menjamin peraturan ketenagakerjaan, pengawasan/inspeksi ketenagakerjaan perlu dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang terdidik/terlatih dan profesional. Sebelum tahun 1984, pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh dua jenis/kategori pengawas ketenagakerjaan yaitu pengawasan norma kerja dan pengawas norma K3.

Kedua jenis/kategori pengawas ketenagakerjaan tersebut di atas selanjutnya digabung dalam sistem engawasan terpadu/terintegrasi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1984 tentang Sistem Pengawasan Terpadu. Kebijakan ini diambil dikarenakan keterbatasan jumlah pengawas ketenagakerjaan. Dengan menggabungkan dua kategori pengawasan tersebut, jangkauan pengawasan diharapkan dapat menjadi lebih luas. Pada 2010, pelaksanaan pengawasan bahkan didukung oleh Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam rangka melaksanakan Pasal 178 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pengawas ketenagakerjaan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 yang diberlakukan sejak lebih dari 60 tahun lalu, telah beroperasi di seluruh Indonesia dan berjalan menurut fungsi-fungsi yang dikehendaki oleh undang-undang yaitu:

a. Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan secara khusus;

b. Mengumpulkan informasi materi tentang hubungan perburuhan (labour relations) dan kondisi ketenagakerjaan dalam pengertian yang luas tentang pembuatan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan;

c. Melaksanakan pekerjaan lain yang diajukan kepadanya menurut undang-undang atau peraturan lainnya.

Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 3 Tahun 1951, Pejabat Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditugaskan untuk mengawasi kepatuhan terhadap undang-undang.

Untuk terlaksananya pengawasan yang menjangkau secara menyeluruh di berbagai sektor, beberapa instansi/lembaga di luar kementerian ketenagkerjaan mendukung pelaksanaan K3 yang dikoordinasikan dengan Kementerian Ketenagakerjaan selaku pemegang kebijakan K3 Nasional sebagainana ketentuan dalam dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1970. Beberapa instansi/Lembaga tersebuat antara lain yaitu:

Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralTerdapat tiga komponen utama pelaksanaan yang dikelola oleh kementerian ini. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengawas ketenagalistrikan, pengawasan ini melaksanakan pengawasan teknik untuk memastikan pelaksanaan keselamatan ketenagalistrikan. Ada dua macam pengawas: pengawas ketenagalistrikan pusat yang akan mengawasi izin yang dikeluarkan oleh menteri; dan pengawas ketenagalistrikan daerah yang akan mengawasi izin yang dikeluarkan oleh gubernur;

b. Lembaga Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, yang akan mendukung penerapan keselamatan ketenagalistrikan. Lembaga tersebut terdiri atas:

• Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) mengeluarkan Sertifikat Produk (SNI) setelah produk lulus uji peralatan. Saat ini, terdapat lima Lembaga Sertifikasi Produk;

• Setiap personel teknik yang bekerja di sektor ketenagalistrikan wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (SKTTK) yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) dari Menteri ESDM. Saat ini, terdapat 15 LSK;

• Setiap badan usaha jasa penunjang tenaga listrik harus memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Page 27: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

12

Ketenagalistrikan dan Lembaga Sertifikasi Badan Usaha (LSBU) yang terakreditasi Menteri ESDM. Saat ini, terdapat 8 LSBU;

• Setiap instalasi wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi yang dikeluarkan Lembaga Inspeksi Inspeksi Teknik (LIT) sebelum dipasang tenaga listrik. Saat ini, terdapat 33 LIT.

c. Sub-sektor Mineral dan Batubara, mekanisme pemenuhan dilaksanakan melalui pemeriksaan administratif dan pemeriksaan lapangan dalam bentuk laporan evaluasi, inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian. Terdapat personel khusus untuk melaksanakan pengawasan dan penasehat K3 yakni Inspektur Minyak dan Gas Bumi, Inspektur Mineral, dan Inspektur Ketenagalistrikan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kementerian ini bertanggung jawab untuk mengadakan pengawasan teknis pada sektor konstruksi. Jenis pengawasan ini memastikan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, melalui pelaksanaan fungsi-fungsi administratif dan persyaratan K3 serta memantau pelaksanaan jasa konstruksi.

Untuk mewujudkan tujuan Kebijakan K3 Nasional, Indonesia Berbudaya K3, seluruh pemangku kepentingan harus berperan. Pemerintah akan merancang Kebijakan K3 Nasional, partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan sangat penting untuk mendapatkan hasil terbaik.

Kementerian dan Lembaga Sejenis Lainnya Peran utama Pemerintah adalah mengawasi berjalannya budaya K3 Indonesia, juga mengatur serta menjamin kepatuhan di lapangan. Peraturan Pemerintah mengenai K3 merupakan pedoman yang jelas tentang pelaksanaan ukuran-ukuran K3 dan dapat membantu masyarakat industri Indonesia dalam membangun dan mengembangkan budaya K3 nasional. Kementerian Ketenagakerjaan berperan penting dalam hal K3. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas para pengawas/inspektur dan ahli K3 maka kemungkinan akan semakin efektif untuk meningkatkan pengawasan dan pengarahan di tempat kerja, karena mereka juga berpengaruh secara signifikan dalam pembentukan budaya K3.

Program dan kegiatan K3 juga termasuk dan diprakarsai oleh para pemangku kepentingan terkait termasuk instansi pemerintah di tingkat nasional antara lain yaitu: Kementerian Kesehatan (Kemenkes); Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK); Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM); Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR); Kementerian Perhubungan (Kemenhub); Kementerian Perindustrian (Kemenperin); Kementerian Pertanian (Kementan), termasuk ada yang berada di tingkat provinsi dan tingkat provinsi/kabupaten.

E. Para Pemangku Kepentingan Lainnya

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)Dewan K3 Nasional mewakili industri, organisasi pengusaha, dan organisasi pekerja yang secara bersama-sama berperan dalam mendorong budaya K3. Dewan K3 Nasional memberi nasihat dan membantu Menteri Ketenagakerjaan dalam peningkatan dan pengembangan budaya K3. Dewan K3 Nasional juga membantu mendorong organisasi pengusaha dan organisasi pekerja untuk mematuhi segala peraturan K3 dan membangun budaya K3 Indonesia.

Terdapat dua tingkatan Dewan K3 yaitu: Dewan K3 Nasional dan Dewan K3 Provinsi. Dewan K3 Nasional bertanggung jawab untuk memberi saran dan rekomendasi kepada Menteri Ketenagakerjaan dalam merumuskan kebijakan K3 nasional. Dewan K3 Provinsi bertanggung jawab untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada gubernur masing-masing mengenai pelaksanaan kebijakan K3 di tingkat provinsi.

Page 28: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

13

BNSPBadan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) adalah badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia yang memiliki kewenangan untuk mengembangkan sertifikasi profesi dan pelatihan SDM pekerja berbasis kompetensi termasuk untuk profesi/SDM di bidang K3. Pelatihan SDM berbasis kompetensi dilakukan melalui Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LDP). Sertifikasi kompetensi profesi dilaksankan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Kedua Lembaga LSP dan LDP ini diakreditasi oleh BNSP.

LSPLembaga Sertifikasi Profesi (LSP) adalah nama lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi kompetensi yang memperoleh lisensi dari BNSP. Hingga 2018, terdapat lebih dari 500 LSP yang dibentuk di Indonesia yang sebagian di antaranya berkaitan dengan sertifikasi kompetensi SDM K3.

Pekerja/BuruhSerikat pekerja/buruh mewakili kepentingan pekerja, dan serikat tersebut merupakan tempat yang paling tepat untuk mempromosikan kesadaran K3 secara pro-aktif di kalangan pekerja/buruh.

Pekerja/buruh sering kali merupakan pekerja yang terpapar pada risiko K3, sehingga partisipasi aktif mereka dalam berbagai hal terkait K3 di tempat kerja sangatlah penting. Pemberi kerja mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelatihan yang cukup dan perlindungan terhadap potensi bahaya, sementara pekerja sendiri harus bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan diri mereka sendiri.

Pekerja/buruh sendiri harus memahami risiko yang berhubungan dengan pekerjaan mereka dan mereka dibekali secara layak untuk mengelola risiko dan mematuhi prosedur K3 dengan baik.

Pemberi KerjaPemberi kerja, khususnya manajemen senior, memiliki peran yang berpengaruh dalam meningkatkan kapabilitas budaya.K3 di tempat kerja mereka masing-masing. Mereka membuat kerangka kerja di tempat kerja untuk budaya K3, termasuk dengan membekali para pekerja dengan pelatihan yang cukup tentang budaya K3 dan mengalokasikan sumber daya untuk budaya K3.

Manajemen senior-lah yang membudayakan K3 di perusahaan, memutuskan alasan atas relatif pentingnya hasil-hasil budaya K3 bagi hasil-hasil usaha lainnya dan menetapkan indikator kinerja bagi budaya K3.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ahli K3 memberi bantuan kepada pekerja dalam mengawasi, memantau, dan meningkatkan pelaksanaan K3. Para ahli K3 dapat meningkatkan kemampuan dan pembudayaan K3 dengan memberi pelatihan serta motivasi kepada para pekerja/buruh di masing-masing perusahaan atau tempat meeka bekerja. Mereka juga dapat membantu menggerakkan budaya K3 di samping hanya semata-mata memenuhi persyaratan perundang-undangan.

Penyedia Layanan K3 atau Perusahaan Jasa K3Perusahaan Jasa K3 mempunyai peran kunci dalam mempromosikan dan meningkatkan pelaksanaan K3 dengan menyediakam konsultansi, inspeksi teknis, penilaian, pengujian, pemasangan (instalasi), perbaikan, audit dan pelatihan mengenai K3 kepada para pengusaha dan pekerja/buruh.

Page 29: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

14

Lembaga PendidikanBeberapa lembaga pendidikan misalnya Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Diponegoro (Semarang, Jawa Tengah), dan banyak universitas lainnya baik milik pemerintah maupun swasta telah memasukkan K3 sebagai program studi sebagai bagian dari sistem pendidikan mereka. Bahkan, banyak dari mahasiswa mereka telah mengikuti coaching sebagai kandidat ahli K3 sebelum mereka menjelang lulus.

Asosiasi Profesi dan Asosiasi LembagaDi Indonesia, ada beberapa asosiasi dan lembaga yang berbasis profesi terkait dengan K3. Mereka juga bekerja sama dengan pemerintah untuk memperbaiki kondisi K3. Nama-nama asosiasi tersebut antara lain :

• Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI);

• Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI);

• Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI);

• Asosiasi Ahli Keselamatan & Kesehatan Kerja Internasional Indonesia (A2K3);

• Asosiasi Ahli Keselamatan & Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia (A2K4);

• Association on Rope Access Indonesia (ARAI);

• Jaring K3 Telko (Asosiasi Praktik K3 di Bidang Telekomunikasi); dan

• Asosiasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Air (AK3DAI).

Selain itu juga terdapat nama-nama lembaga terkait K3 lainnya antara lain sebagai berikut:

• Asosiasi Lembaga Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indonesia (ALPK3I);

• FLASMK3;

• Asosiasi Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Riksa Uji Indonesia (APJK3RUI);

• Asosiasi Produsen dan Pemborong Lift & Eskalator (APPLE);

• APJK2K3; dan

• Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia (APITINDO)

Page 30: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

15

A. Kerangka Hukum Nasional mengenai Pengawasan KetenagakerjaanUmumnya, pengawasan ketenagakerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan melaksanakan penegakan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Indonesia mempunyai sejumlah kerangka perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan tersebut. Kerangka hukum tersebut berupa undang-undang nasional, konvensi yang diratifikasi, peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan menteri..

Berikut ini kerangka hukum pengawasan ketenagakerjaan:

• Undang-Undang No. 23 Tahun 1948 Tentang Pengawasan Perburuhan;

• Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 Tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan di seluruh Indonesia;1

• Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;

• Undang-Undang No. 7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan;

• Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

• Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

• Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 yang meratifikasi Konvensi ILO No. 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

• Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan.

B. Kewajiban dan Tanggung JawabMenurut berbagai peraturan di atas, kewajiban dan tanggung jawab utama adalah sebagai berikut:

• mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan;

• mengumpulkan informasi mengenai hubungan industri dan kondisi kerja;

• melaksanakan kewajiban lainnya yang bersangkutan dengan peraturan perundang-undangan.

II. Pengawasan Ketenagakerjaan dan

Penegakan Undang-Undang Ketenagakerjaan

1 Undang-Undang ini merupakan pernyataan berlakunya Undang-Undang mengenai pengawasan perburuhan. Undang-Undang tersebut diperlukan karena Undang-Undang No. 23 Tahun 1948 diberlakukan oleh Republik Indonesia Serikat pada saat itu.

Page 31: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

16

C. Tugas Pengawas KetenagakerjaanTugas utama pengawas ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

1. memberi bantuan teknis dalam pelaksanaan norma-norma kerja (untuk pekerja/buruh, pemberi kerja/pengusaha, dan masyarakat secara umum);

2. mengawasi pelaksanaan norma-norma ketenagakerjaan;

3. melakukan pengujian norma-norma ketenagakerjaan dan K3;

4. menegakkan undang-undang ketenagakerjaan;

5. mengembangkan sistem pengawasan ketenagakerjaan.

D. Mekanisme untuk Memastikan Kepatuhan K3Mekanisme untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan nasional didukung oleh sistem pelaksanaan K3.

Diagram 2 Sistem Pengawasan K3

Pedoman dan Supervisi K3

Dasar Hukum

Objek-objek K3 mengenai

Pengembangan/Supervisi &

Pengawasan

1. Kelistrikan;2. Sistem Perlindungan

Kebakaran;3. Konstruksi & Bangunan;4. Boiler & Vessel;5. Pengelasan (Welding);6. Lifting Appliances;7. Kesehatan Pekerja &

Pelayanan Kesehatan; 8. Sistem Manajemen SDM;9. Personel K3

Tujuan:1. Untuk menjamin keselamatan kerja para operator & pekerja

lainnya;2. Untuk menjamin penggunaan peralatan dan material keselamatan;3. Untuk menjamin keselamatan & kelancaran proses pekerjaan.

Cara memandu & mengawasi:1. Perkakas harus cukup & layak;2. Alat keselamatan yang dipasang dengan baik & berfungsi dengan

baik;3. Pengoperasian dalam keadaan bagus & aman;4. Pengawasan & pengujian teratur;5. Operator mengenakan Pakaian Pelindung Diri

Seluruh pengawasan K3 harus merujuk pada kerangka hukum. Jenis-jenis pengawasan terdiri atas bantuan teknis, pemeriksaan, pengujian, dan penyidikan. Penyidikan dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila terdapat pelanggaran hukum ketenagakerjaan. Penyidikan ini merupakan proses penegakan hukum bekerja sama dengan pihak kepolisian yang dilaksanakan oleh pengawasan ketenagakerjaan yang telah dididik dan diangkat menjadi PPNS Ketenagakerjaan.

Page 32: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

17

Selama melakukan pengawasan, pengawas harus mengawasi objek-objek K3 yang mencakup: (1) instalasi listrik, (2) sistem perlindungan kebakaran, (3) konstruksi dan bangunan, (4) boiler dan vessel, (5) welding, (6) lifting appliances, (7) pelayanan kesehatan kerja dan pemeriksaan kesehatan pekerja, (8) sistem manajemen K3; dan (9) personel/SDM K3. Pengawas K3 dibekali dengan sejumlah panduan pengawasan/supervisi dan pengujian. Dalam melakukan pengawasan K3, pengawas ketenagakerjaan dapat bekerjasama dengan lembaga penyedia jasa K3 atau profesi K3 khusus seperti penguji K3 dan ahli K3 spesialis.

E. Jumlah Pengawas KetenagakerjaanUntuk melaksanakan undang-undang terkait K3, Indonesia mempunyai kesatuan system pengawas K3 yang mencakup tenaga pengawas K3 pada instansi ketenagakerjaan; dan pengawas K3 pada instansi di luar ketenagakerjaan/sektoral (misalnya pengawas keselamatan pertambangan).

Bagaimanapun, dalam kaitannya dengan K3, pengawas ketenagakerjaan mempunyai peran yang sangat signifikan. Pengawas ketenagakerjaan tersedia di seluruh Indonesia. Mereka berbasis kantor organisasi perangkat daerah atau Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang mengurusi isu ketenagakerjaan di tingkat provinsi.

Terdapat tiga tingkatan pengawas ketenagakerjaan. Mereka dibagi menurut peran dan tanggung jawab. Ketiga tingkatan tersebut antara lain tingkat pertama, tingkat muda, dan tingkat madya. Tingkat pertama bertugas melakukan pengawasan pertama dan berkala. Tingkat muda bertugas melakukan pengawasan pertama dan berkala serta pengujian. Kedua tingkat tersebut juga melakukan analisis dan pengujian ulang pengawasan berkala jika tidak memuaskan. Pengawas ketenagakerjaan madya melaksanakan seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh pengawas pertama dan pengawas muda jika hasil kerjanya tidak memuaskan. Pengawas madya juga bertugas melaksanakan pengawasan dan pengujian spesifik.

Terdapat 1.579 pengawas ketenagakerjaan di 34 provinsi di Indonesia. Beberapa dari mereka adalah pengawas spesialis K3 untuk boiler, mekanik, kelistrikan, pencegahan kebakaran, lingkungan, kimia, kesehatan kerja, dan konstruksi. Peran penting lainnya dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) untuk penegakan hukum terhadap terhadap pemberi kerja yang melanggar undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan K3 di seluruh skala, pengawas ketenagakerjaan dan spesialis K3 bekerja sama dengan pejabat keselamatan serta pejabat spesial K3 di bidang mereka masing-masing.

Di bawah ini beberapa pengawas ketenagakerjaan berdasarkan lokasi penyebarannya

Tabel 2 Jumlah Pengawas dan Lokasinya

NO. WILAYAH

Tingkat Pertama

Tingkat Muda

Tingkat Madya

JumlahJumlah

1 Kementerian Ketenagakerjaan 61 44 0 105

2 Aceh 6 19 2 27

3 Sumatera Utara 17 24 12 53

4 Sumatera Barat 14 15 6 35

5 Riau 8 14 4 26

Page 33: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

18

NO. WILAYAH

Tingkat Pertama

Tingkat Muda

Tingkat Madya

JumlahJumlah

6 Jambi 20 10 7 37

7 Sumatera Selatan 23 23 8 54

8 Bengkulu 6 12 0 18

9 Lampung 19 14 10 43

10 Kepulauan Bangka Belitung 22 9 1 32

11 Kepulauan Riau 9 19 5 33

12 DKI Jakarta 9 19 19 47

13 Jawa Barat 61 79 50 190

14 Jawa Tengah 50 63 38 151

15 Yogyakarta 2 10 5 17

16 Jawa Timur 68 61 48 177

17 Banten 21 39 10 70

18 Bali 7 10 6 23

19 Nusa Tenggara Barat 10 10 2 22

20 Nusa Tenggara Timur 12 9 1 22

21 Kalimantan Barat 9 9 2 20

22 Kalimantan Tengah 12 12 3 27

23 Kalimantan Selatan 21 13 4 38

24 Kalimantan Timur 34 17 5 56

25 Kalimantan Utara 2 1 0 3

26 Sulawesi Utara 7 23 3 33

27 Sulawesi Tengah 13 10 0 23

28 Sulawesi Selatan 22 19 26 67

29 Sulawesi Tenggara 16 7 1 24

30 Gorontalo 4 8 4 16

31 Sulawesi Barat 4 2 1 7

32 Maluku 11 21 1 33

33 Maluku Utara 2 7 0 9

34 Papua Barat 5 4 3 12

35 Papua 16 11 2 29

TOTAL 623 667 289 1.579

Page 34: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

19

Peningkatan kuantitas dan kualitas pengawas K3Pemerintah mencoba meningkatkan kualitas dan kuantitas pengawas ketenagakerjaan secara teratur. Perbaikan kualitas dan kuantitas pengawas ketenagakerjaan berlangsung melalui berbagai macam inisiatif. Program-program peningkatan kualitas dan kuantitas dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan reguler, upgrading, seminar dan workshop. Contohnya:

• Pendidikan dan pelatihan bagi pengawas K3 tentang K3 mekaniak seperti Crane dan Forklift, Crane dan Rig; dan vessel manual serta alat produksi;

• Program upgrading bagi pengawas K3 di bidang Uap dan bejana tekanan (pressure vessels), lingkungan kerja, kesehatan kerja, listrik, penanggulangan kebakaran dan mekanik

Page 35: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

20

Page 36: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

21

A. Pembentukan P2K32 Penatalaksanaan untuk mempromosikan K3 di tataran pelaksanaan, kerja sama dengan manajemen, pekerja/buruh dan perwakilan mereka sebagai unsur pokok dari ukuran pencegahan yang terkait tempat kerja dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Berkenaan dengan promosi K3 di tempat kerja, Pasal 10 Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa setiap tempat kerja harus membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini bertujuan untuk membangun kerja sama, pemahaman bersama serta partisipasi efektif, di pihak pengusaha, pengelola (manajer) serta pekerja/buruh di tempat kerja, sebagai pemenuhan atas tugas dan kewajiban umum mereka di bidang keselamatan dan kesehatan, dalam rangka meningkatkan produktivitas.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 04/Men/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penujukan Ahli Keselamatan Kerja memperkuat hal ini. Peraturan ini menyatakan bahwa:

• Setiap tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi mempunyai risiko besar akan adanya potensi bahaya harus membentuk P2K3;

• Ketua P2K3 haruslah manajer puncak;

• Sekretaris P2K3 harus seorang ahli K3 yang ditunjuk oleh Kementerian Ketenagakerjaan;

• Anggota dari P2K3 adalah manajemen, pekerja/buruh, dan perwakilan mereka dengan komposisi yang seimbang;

• Kegiatan P2K3 harus dilaporkan secara reguler kepada Kementerian dan Dinas Ketenagakerjaan wilayah.

P2K3 adalah forum komunikasi dan kerja sama antara manajemen, pekerja/buruh, dan perwakilan mereka, untuk memberikan nasihat dan pertimbangan mengenai pengembangan sistem K3 kepada manajemen dan melaksanakan fungsi-fungsi berikut ini:

• mengumpulkan dan menganalisis data K3;

• membantu memandu para pekerja supaya bekerja dengan aman dan sehat;

• mengevaluasi dan memberi ukuran-ukuran perbaikan prosedur kerja;

• menyelidiki dan mengevaluasi penyebab dasar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;

• mengikuti penelitian tentang keselamatan, kesehatan, ergonomi dan hygiene;

III. Kegiatan Program Reguler dan Kegiatan

Program yang Sedang Berlangsung terkait

dengan K3: Contoh

2 Di Indonesia, konsep Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah sama dengan konsep Komite K3 yang dikenal dalam standar ketenagakerjaan internasional.

Page 37: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

22

• mengawasi dan memberi nasihat tentang gizi di tempat kerja;

• melakukan pengawasan terhadap keamanan peralatan kerja;

• membantu mengembangkan layanan kesehatan kerja;

• Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;

• Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja.

P2K3 melakukan pertemuan/rapat reguler, paling sedikit sekali dalam 3 (tiga) bulan. Hasil rapat dilaporkan kepada manajemen yang dijadikan sebagai rekomendasi. Manajemen selanjutnya meneruskan laporan tersebut kepada kantor wilayah K3 untuk pemantauan melalui pengawasan ketenagakerjaan.

Layanan informasi dan pengarahan tentang K3Kegiatan-kegiatan untuk mengedukasi dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan diperluas dan divariasikan dengan berbagai macam format, khususnya penguatan kampanye di media massa dan layanan internet (www.kemnaker.go.id). Jaringan informasi untuk supervisi dan inspeksi K3 dari seluruh provinsi dan kabupaten akan dibentuk segera.

Pengawas ketenagakerjaan di seluruh Indonesia melakukan pengawasan di tempat kerja secara rutin dan sering memberi saran kepada pengusaha maupun kepada pekerja tentang cara memelihara dan meningkatkan pelaksanaan K3 di lingkungan kerja.

Layanan informasi dan coaching tentang keselamatan dan kesehatan kerja, mencakup:

• Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) yang didanai oleh Kementerian Ketenagakerjaan;

• Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang didanai sebagian atau sepenuhnya oleh administrasi Provinsi;

• Penyedia layanan K3

B. Ketentuan mengenai pelatihan K3 Undang-Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970, pasal 9, menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh harus diberitahu mengenai potensi bahaya dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja. Setiap pekerja yang bekerja di suatu kondisi yang berbahaya harus dilatih K3 dan mendapat lisensi kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan.

Di samping itu, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi dasar untuk pemberian saran kepada para mitra sosial dan masyarakat secara umum. Ini merupakan bagian dari motivasi karena membantu mereka memenuhi kebutuhan pasar global, dan kebutuhan akan tenaga kerja.

Pelatihan K3 dilaksanakan oleh perusahaan jasa K3 yang telah disetujui. Pelatihan tersebut harus berdasarkan pada kurikulum dan silabus yang merujuk pada peraturan Kementerian Ketenagakerjaan.

Saran mengenai K3 kepada pengusaha, pekerja, dan masyarakat secara umum adalah sebagai berikut:

w Saran teknis tentang pelaksanaan SMK3, Penetapan Norma-norma Kesehatan Kerja;

w Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesadaran akan K3 pada:

• Pesawat Uap dan Bejana Tekan;

Page 38: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

23

• Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM);

• Pekerja perempuan (khususnya promosi tentang kesehatan reproduksi).

w Kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dengan menyelenggarakan sejumlah pelatihan, misalnya :

• Training of Trainers (TOT) tentang pencegahan dan mengatasi HIV-AIDS untuk perusahaan;

• TOT tentang K3 untuk Instruktur Pusat Pelatihan.

Peningkatan bagi para pelaku perorangan pelaksanaBanyak pelaku mendukung pelaksanaan program K3 di Indonesia. Para pelaku tersebut adalah adalah ahli K3, dokter, personel, pejabat, teknisi, dan operator. Pemerintah Indonesia menganggap bahwa mereka juga perlu mendapatkan manfaat dari kegiatan pengembangan kapasitas. Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mendorong perbaikan ukuran K3 dan pelaksanaan K3 secara umum. Keberadaan para ahli relatif bertambah dari tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 3 Macam-macam Personel/Pelaku yang Mendukung Peningkatan K3 di Indonesia

NO. Macam-macam Personel/Pelaku % kenaikan dari Tahun-tahun Sebelumnya

2017

1 Para auditor SMK3 587 24,53

2 Para Ahli K3 Umum 8.290 5,90

3 Para Dokter Medis yang Memeriksa Kesehatan Kerja 433 23,01

4 Para Petugas P3K 7.481 12,33

Di samping orang-orang tersebut, juga terdapat sejumlah ahli dan spesialis yang berperan dalam pelaksanaan K3. Mereka antara lain:

• Spesialis pesawat uap dan bejana tekan (yang terdiri atas para spesialis, teknisi, dan operator rigger; welding; boiler; steamer bejana tekanan; peralatan lift dan pengangkut; peralatan lift dan tenaga produksi);

• Spesialis konstruksi instalasi listrik terhadap pencegahan kebakaran (yang terdiri atas para spesialis, teknisi, dan operator listrik, scaffold dan konstruksi itu sendiri);

• Para spesialis bahan-bahan berbahaya (yang terdiri atas para spesialis deteksi gas; bahan-bahan beracun dan berbahaya; bahan-bahan kimia; ruang terbatas [confined space]); dan

• Para spesialis ergonomi dan lingkungan kerja (yang terdiri atas para spesialis bangunan bertingkat tinggi).

Sejumlah spesialis pada masing-masing keahlian juga bertambah. Jumlah tersebut lebih besar daripada jumlah di tahun-tahun sebelumnya. Sebagai contoh, jumlah operator boiler adalah 4.068 orang pada 2017, alih-alih 2.234 di tahun-tahun sebelumnya. Jumlah operator pealatan lift dan pengangkut juga bertambah. Jumlahnya menjadi 31.971 orang pada 2017, alih-alih 30.730 orang di tahun-tahun sebelumnya.

Page 39: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

24

Peningkatan kapasitas perusahaan/penyedia pelaksanaPerusahaan/badan yang menyediakan layanan K3 terdiri atas dua jenis. Pertama adalah badan audit. Kedua adalah perusahaan yang menyediakan jasa K3 (PJK3). Kedua jenis tersebut harus terdaftar dan diakui oleh pemerintah (Kementerian Ketenagakerjaan). Jumlah perusahaan/badan yang menyediakan layanan K3 juga meningkat jumlahnya. Sayangnya, juga terdapat penurunan jumlah jenis perusahaan/badan sebagaimana yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 Jenis Perusahaan/Badan Penyedia Jasa K3

NO. Jenis Perusahaan/Badan % kenaikan dari Tahun-tahun Sebelumnya

20172016

1 Lembaga Audit SMK3 10 11 10,00

2 PJK3 mengenai SMK3 40 64 60,00

3 PJK3 mengenai lingkungan kerja, bahan-bahan beracun dan berbahaya 36 33 -8,33

4 PJK3 mengenai riksa uji K3 7 10 42,86

5 PJK3 mengenai pelayanan kesehatan kerja 39 74 89,74

6 PJK3 mengenai pemeriksaan kesehatan tenaga kerja 103 102 -0,97

7 PJK3 mengenai kosntruksi instalasi listrik terhadap pencegahan kebakaran 174 177 1,72

8 PJK3 mengenai lift dan pengangkut; dan tenaga produksi 27 33 22,22

9 PJK3 mengenai fabrikasi, instalasi, perbaikan, dan pemeliharaan lift dan pengangkut; serta lift dan produksi 46 53 15,22

10 PJK3 mengenai pesawat uap dan bejana tekan 46 45 -2,17

11 PJK3 mengenai pembuatan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan; 106 45 -57,55

Pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian lainnyaKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga menyelenggarakan pelatihan secara reguler. Mereka menyediakan pelatihan K3 di sektor pekerjaan umum-perumahan atau sektor konstruksi. Pelatihan tersebut antara lain:

Page 40: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

25

Kotak 5 Pelatihan K3 yang Diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

1. Pelatihan tentang Pedoman Teknis Petugas K3 di Sektor Konstruksi;

2. Pelatihan mengenai Pelaksanaan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pekerjaan Umum;

3. Sosialisasi (peningkatan kesadaran) HIV/AIDS di kalangan pekerja jasa konstruksi. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 13/SE/M/2012 tentang Program Kendali HIV dan AIDS di Sektor Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Jasa kesehatan kerja sesuai dengan undang-undang dan praktik nasional Dalam kaitannya dengan jasa keselamatan dan kesehatan kerja, Pemerintah juga mengeluarkan sejumlah peraturan. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Jenis Layanan Kesehatan

NO. Jenis-jenis Jasa Rujukan Hukum

Pembentukan layanan kesehatan di tempat kerja

Ketentuan mengenai dokter medis perusahaan yang kompeten

Ketentuan mengenai paramedis kompeten

Ketentuan mengenai jasa pemeriksaan kesehatan bagi pekerja

Ketentuan mengenai pemberi pertolongan pertama yang kompeten

1

2

3

4

5

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 3 Tahun 1982 tentang Layanan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 1 Tahun 1976 tentang Pelatihan Wajib Hiperkes bagi Dokter di Perusahaan dan Peraturan Menteri Tahun 159 Tahun 2016

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transkop No. 1 Tahun 1976 mengenai Kewajiban Hiperkes Pelatih untuk Paramedis di Perusahaan dan Peraturan No. 324 Tahun 2011 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) mengenai K3 untuk paramedis.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

Penelitian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja Indonesia, pemerintah serta para pelaku lainnya melakukan sejumlah penelitian mengenai K3. Daftar penelitian, kajian, dan survei tentang K3 yang utama dan signifikan dalam tiga tahun terakhir antara lain, tetapi tak terbatas:

Page 41: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

26

Tabel 6 Berbagai Penelitian K3 (sejak 2016)

NO. Judul Penelitian Gambaran SingkatTahunLembaga Pelaksana

1

3

2

4

Kesadaran Ergonomi sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Pencegahan Penyakit Musculoskeletal pada Nelayan

Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa

Analisis mengenai Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 Kerja di PT. Batam Profab NOV

Pengaruh Pelaksanaan K3 (Pengetahuan, Sikap, Pelatihan, Promosi, dan Supervisi) terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja pada Perawat di Rumah Sakit X Pekanbaru.

Universitas Lambung Mangkurat

Universitas Udayana

Universitas Andalas

STIKES Hang Tuah, Pekanbaru

2016

2017

2017

2017

Nelayan sering menghadapi risiko kelelahan. Penyebab utama yang menimbulkan dampak beban kerja mereka adalah cara mereka berperilaku, yang kurang memerhatikan prinsip-prinsip ergonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh konseling kerja ergonomi terhadap pengetahuan kerja tentang penyakit musculoskeletal dan keluhan-keluhan di Ikatan Nelayan Saijaan.

Terdapat ketidaksesuaian antara pemahaman pengetahuan K3 dan penerapan perilaku pekerja konstruksi pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa Paket 3, lokasi pembangunan proyek jalan tol di atas laut. Ada pekerja yang bekerja dengan tidak aman meskipun mereka sudah tahu bagaimana seharusnya bekerja dengan aman, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan. Untuk itu, perlu diketahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme alat pelindung diri, sarana dan prasarana, serta risiko K3.

Sistem manajemen K3 di PT. Batam Profab NOV dianggap masih kurang optimal pelaksanaannya ditinjau dari faktor-faktor pelaksanaan K3, terkait dengan komitmen K3, sumber daya manusia dan lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem manajemen K3 di PT. Batam Profab NOV.

Kejadian kecelakaan kerja sering terjadi pada tenaga kesehatan khususnya perawat. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembinaan pelaksanaan K3 agar terhindar dari kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan K3 (pengetahuan, sikap, pelatihan, promosi, dan supervisi) terhadap kejadian kecelakaan kerja pada perawat di Rumah Sakit X Pekanbaru. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analisik dengan menggunakan Cross-sectional Analytics.

Page 42: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

27

NO. Judul Penelitian Gambaran SingkatTahunLembaga Pelaksana

5 Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Bangunan Gedung di Kabupaten Cirebon

Universitas Negeri Semarang

2017 Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengevaluasi penerapan dan kendala penerapan K3 pada proyek bangunan gedung di Kabupaten Cirebon; 2) mengetahui perbedaan penerapan K3 berdasarkan skala proyek. Metode penelitian menggunakan pendekatan survei terhadap 10 kontraktor di 10 proyek bangunan dua lantai atau lebih di Cirebon. Komponen evaluasi dikembangkan berdasarkan Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi (ILO, 2005).

Pengumpulan Data dan Analisis Mekanisme pengumpulan dan analisis data tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta penyebabnya, mempertimbangkan instrumen ILO yang relevan juga diatur oleh pemerintah. Berikut ini peraturan-peraturan yang relevan dengan mekanisme tersebut:

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Per/1998 tentang tata cara pelaporan dan inspeksi kecelakaan;

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja;

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 25 Tahun 2008 tnetang Panduan Diagnosis dan Penilaian Cacat/Disabilitas yang disebabkan oleh Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja;

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan Kerja;

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 9 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaporan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Mekanisme pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut:

• manajemen atau pengusaha wajib melaporkan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja di bawah supervisinya termasuk kecelakaan kerja; kebakaran atau ledakan maupun bahaya dari pembuangan limbah, serta kejadian-kejadian berbahaya lainnya;

• manajemen atau pengusaha wajib melaporkan kecelakan secara tertulis kepada kepala kantor pengawas ketenagakerjaan setempat paling lambat 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam dari waktu kejadian dengan mengisi formulir laporan kecelakaan yang telah disediakan;

• manajemen dan/atau pengusaha wajib melaporkan penyakit akibat kerja dalam waktu paling lama 2 x 24 jam setelah dilakukan diagnosis PAK;

• Saat menerima laporan, kepala kantor pengawas ketenagakerjaan harus memerintahkan pengawas untuk melakukan inspeksi dan penilaian/investigasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;

• inspeksi dan penilaian/investigasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus dilakukan terhadap kecelakaan yang dilaporkan oleh manajemen atau pengusaha; dan

• data dari laporan inspeksi dikumpulkan dan dianalisis.

Page 43: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

28

Data mengenai keadaan, khususnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikumpulkan dari:

Tabel 7 Jenis Laporan mengenai Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

NO. Jenis Laporan Lembaga yang Mengeluarkan

Laporan tentang program pemberian kompensasi pekerja berkenaan dengan kecelakaan kerja fatal, cedera, dan penyakit akibat kerja

Laporan program K3 secara umum

Program Layanan Kesehatan Kerja

Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

Penilaian bahaya lingkungan tempat kerja

Analisis mengenai kejadian K3 di berbagai sektor (atas permintaan)

Laporan inspeksi ketenagakerjaan

Laporan reguler dari perusahaan

Berbagai Laporan lainnya

1

2

3

4

5

6

7

8

9

BPJS Ketenagakerjaan

Unit P2K3 perusahaan/tempat kerja

Unit pelayanan kesehatan kerja di Perusahaan dan provider

Lembaga penyedia layanan kesehatan kerja

Balai K3 yang dikelola oleh pemerintah3

Balai K3, yang dikelola oleh pemerintah

Instansi pemerintah yang membidangi pengawasan ketenagakerjaan

P2K3 dan laporan Layanan Kesehatan Kerja

Penyedia layanan K3 dan instansi terkait

Kerja sama dengan skema asuransi atau jaminan sosial terkait Kerja sama dengan skema asuransi atau jaminan sosial terkait yang mencakup cedera dan penyakit akibat kerja dilaksanakan oleh pemerintah. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan badan publik resmi yang bertugas melindungi seluruh pekerja melalui empat program jaminan sosial ketenagakerjaan. Keempat program tersebut adalah:

Kotak 6 Program-program BPJS Ketenagakerjaan

1. Jaminan kecelakaan kerja: Memberi perlindungan terhadap risiko kecelakaan yang terjadi dalam kaitan dengan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi saat perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan sebaliknya;

2. Jaminan kematian: Memberi manfaat tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia tidak karena sebab kecelakaan terkait kerja;

3. Jaminan hari tua: Manfaatnya adalah dalam bentuk tunai, jumlahnya merupakan iuran nilai akumulasi ditambah hasil investasi;

4. Jaminan pensiun: Jaminan pensiun merupakan jaminan sosial yang bertujuan mempertahankan kehidupan layak untuk peserta dan/atau ahli waris mereka dan memberi penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, atau mengalami cacat/disabilitas.

3 Pusat penelitian dan pengembangan K3 tersebut berada di Medan (Sumatera Utara); Jakarta; Makassar (Sulawesi Selatan); Samarinda (Kalimantan Timur) dan Bandung (Jawa Barat). Pusat-pusat K3 didanai dan dikelola oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Ada Pusat K3 di Surabaya (Jawa Timur), yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dibiayai bersama dengan Kementerian Ketenagakerjaan.

Page 44: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

29

Perbaikan kondisi K3 di UMKM dan perekonomian informalIndonesia, pemerintah, dan juga para pelaku lainnya melakukan sejumlah kegiatan K3 pada usaha mikro, kecil, dan menengah. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah bekerja sama dengan menteri-menteri terkait, organisasi nasional maupun internasional.

Daftar kegiatan peningkatan K3 yang utama dan signifikan dalam tiga tahun terakhir antara lain, tetapi tak terbatas:

Kotak 7 Keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan

1. Penerima upah: siapa pun yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau bentuk renumerasi lainnya dari pemberi kerja;

2. Bukan penerima upah: pekerja yang melaksanakan kegiatan perekonomian atau usaha mandiri untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan atau usaha mereka;

3. Jasa konstruksi: jasa untuk layanan konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan jasa supervisi pekerjaan konstruksi;

4. Pekerja migran Indonesia: setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah bekerja dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia.

Keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan terdiri atas 4 (empat) kategori, yaitu:

Tabel 8 Jenis Mekanisme Dukungan

NO. Jenis Mekanisme Dukungan TahunLembaga yang Bekerja Sama

1

2

3

4

5

6

Pelatihan tentang WISE (Working Improvement on Small Scale Enterprises)

Pelatihan tentang WISCON (Working Improvement on Construction Sector)

Pelatihan tentang WIND (Work Improvement in Domestic Environment)

Pemeriksaan kesehatan untuk pekerja

Uji lingkungan kerja

Bantuan Peralatan Pelindung Pribadi (APD)

ILO

ILO

ILO

Kementerian Kesehatan, dan penyedia layanan

kesehatan kerja

Penyedia layanan K3

Lembaga-lembaga swasta dan penyedia K3

2013

2014

2015

2016

berlanjut

berlanjut

samping daftar di atas, terdapat juga kerja sama antar menteri terkait dan dengan berbagai badan, asosiasi, lembaga, dan berbagai pihak nasional dan internasional terkait:

Page 45: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

30

Kotak 8 Koordinasi dengan pemangku kepentingan nasional dan internasional lainnya

• Koordinasi dengan menteri-menteri terkait dan lembaga pemerintah lainnya: Kementerian Kesehatan; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK); Kementerian ESDM; Kementerian PUPR; Kementerian Perhubungan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Kementerian Koordinator Perekonomian; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud); Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham); Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP); Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti); Kepolisian Republik Indonesia (Polri); Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT); Badan Standardisasi Nasional (BSN); Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP); BPJS Ketenagakerjaan; BPJS Kesehatan; Badan SAR Nasional (BASARNAS); Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Badan Narkotika Nasional (BNN); Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, serta sejumlah perusahaan BUMN, misalnya PT KAI (BUMN Kereta Api).

• Bekerja sama dengan asosiasi lembaga, asosiasi profesi, dan universitas;

• Koordinator Kelompok Kerja HIV/AIDS di tempat kerja di tingkat nasional

• ILO

• KOSHA (Korean OSH Association atau Asosiasi K3 Korea)

• Asosiasi K3 Jepang

• GF –TWG TB (Global Fund – The Working Group on Tuberculosis)

• ASEAN – OSHNET (OSH Network)

Peningkatan pendidikan dan kesadaran K3 Sejak dari 1984 (ketika Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.13/MEN/1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 diluncurkan) hingga 1992, pemerintah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan telah meningkatkan kesadaran tentang K3 secara intensif melalui Kampanye Nasional K3 selama 1 (satu) bulan mulai dari 12 Januari sampai dengan 12 Februari. Bulan tersebut dikenal sebagai Bulan K3 Nasional.

Dari tahun 1993 hingga 2008, Kampanye K3 Nasional menjadi Gerakan Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merujuk pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.463/MEN/1993 yang dikenal sebagai Bulan K3 Nasional.

Pada 2009, Gerakan Nasional terhadap budaya K3 mengubah strateginya menjadi “Gerakan Masyarakat Efektif Berbudaya K3 (GEMA DAYA K3)” dan untuk pertama kalinya meluncurkan Bulan K3 Nasional pada tanggal 12 Januari 2009. Selanjutnya, Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan mengeluarkan Keputusan Nomor KEP.02/DJPPK/PNK3/X/2009 dengan menetapkan Visi “Indonesia Berbudaya K3 tahun 2015”.

Juga pada 2009, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.372/MEN/XI/2009 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Nasional. Untuk mendukung lebih lanjut kebijakan tersebut, pada tanggal 16 Oktober 2012, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah meluncurkan kampanye untuk membudayakan K3 dengan tagline, “SAYA PILIH SELAMAT”.

Untuk melanjutkan visi K3 Nasional, tahun 2015 merupakan momentum tepat untuk meningkatkan upaya lebih lanjut menjadikan K3 sebagai budaya di tempat kerja dan menjadikan masyarakat Indonesia berbudaya K3. Diharapkan bahwa seluruh lapisan masyarakat, baik publik maupun industri, kaum intelektual, organisasi profesi, asosiasi, dan lainnya termotivasi untuk berperan aktif untuk lebih mensosialisasikan K3 dan program-program K3 dapat dikelola secara mandiri dam berkontribusi dalam

Page 46: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

31

pencapaian “Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tahun 2020”. K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan sehat menuju nol kecelakaan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

Keterlibatan universitas dan lembaga penelitianUniversitas, lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian juga dilibatkan di dalam Program K3. Keterlibatan mereka signifikan karena mereka mengedukasi individu yang bersedia meningkatkan kualitas K3. Mereka juga melakukan sejumlah penelitian dan pelatihan. Jenis kegiatan tersebut relevan dengan kebutuhan pengembangan K3.

Sesungguhnya, terdapat banyak sekali universitas dan lembaga di Indonesia yang berpartisipasi di dalam peningkatan kualitas K3. Beberapa di antaranya adalah:

Tabel 9 Universitas, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian yang terkait dengan kegiatan-kegiatan K3

NO. Nama Universitas/Lembaga Pendidikan Tinggi

Jenis KegiatanJenis Lembaga

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Universitas Indonesia

Institut Teknologi Surabaya

Institut Teknologi Bandung

Politeknik Bandung

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Universitas Diponegoro, Semarang

Pusat Pelatihan K3 Pertamina

LEMIGAS, Pusat Teknik Materi (B4T Bandung), Biro Klasifikasi Indonesia (BKI_

Biro Klasifikasi Indoneisa (BKI)

RS Cipto Mangunkusumo

Universitas

Universitas

Universitas

Universitas

Universitas

Universitas

BUMN

BUMN

BUMN

Rumah Sakit Umum

Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan uji kompetensi K3

Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian

Pelatihan

Uji Mekanik dna Uji Hidrostatik

Uji Mekanik dan Uji Hidrostatik

Layanan kesehatan pemeriksaan pekerja dan layanan kesehatan kerja

Sumber keuangan dan anggaran berkaitan dengan K3 Untuk mencapai tujuan program K3 di Indonesia, Pemerintah Indonesia memberi anggaran yang dialokasikan di sejumlah kementerian terkait K3. Karena Kementerian Ketenagakerjaan adalah leading sector atau penentu kebijakan nasional dalam hal K3, anggaran K3 di kementerian ini menjadi sangatlah penting. .

Berikut ini besarnya anggaran kegiatan K3 di Kementerian Ketenagakerjaan, dinyatakan dalam Rupiah.

Page 47: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

32

C. Kebijakan K3 Nasional 2015 - 2019Kerangka hukum program K3 Nasional adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan K3 secara mandiri melalui peningkatan sosialisasi/kesadaran, kampanye, promosi, penyebaran informasi dan pendidikan, pemerintah mengeluarkan kebijakan K3 Nasional secara reguler. Kebijakan Nasional yang dilaksanakan saat ini adalah untuk periode tahun 2015 - 2019.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 368 Tahun 2014 tertanggal 11 Desember 2014 tentang: Pelaksanaan Pedoman untuk Bulan Nasional K3 2015-2019. Kebijakan nasional K3 menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang mengamanatkan Menteri Tenaga Kerja sebagai pembuat kebijakan K3 Nasional. Kebijakan yang terkait dengan indikator-indikator SDGs, Tujuan 8: Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua: 8.8. Melindungi hak-hak pekerja dan mendukung lingkungan kerja yang aman bagi seluruh pekerja/buruh.

Kebijakan K3 Nasional dapat didefinisikan secara spesifik sebagai berikut:

Strategi nasional untuk mencapai Kebijakan K3 Nasional: “Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tahun 2020”. Kebijakan K3 Nasional adalah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan profil yang akan ditanamkan di dalam budaya Indonesia, khususnya masyarakat industri. Berbagai program dan inisiatif dibentuk untuk membangun kapabilitas dalam mengelola K3. Kerangka kerja peraturan yang berlaku juga ditempatkan untuk mendukung budaya. K3 berkesinambungan.

Tabel 10 Anggaran K3 2016 - 2018

NO. Unit Kerja 2016 2017 2018

1

2

3

4

5

6

7

8

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Dit. PNK3)

Direktorat Pembinaan K3 (Dit. Bina K3)

Balai Besar K3, Makassar

Balai K3 Jakarta

Balai K3 Medan

Balai K3 Bandung

Balai K3 Samarinda

Balai K3 Surabaya

TOTAL

34.750.604

35.749.707

16.099.968

5.939.544

9.100.168

10.149.986

9.200.055

4.999.987

125.990.019

14.739.109

49.004.725

16.392.797

7.750.953

9.365.968

11.194.114

9.468.231

6.106.542

124.022.439

22.249.857

23.616.931

15.586.696

17.817.652

9.759.409

11.669.971

9.849.764

3.606.542

114.156.822

(Sumber: Anggaran K3 di Kementerian Ketengakerjaan)

Page 48: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

33

Misi, Strategi, Maksud, dan TujuanMisi dari kerangka hukum adalah untuk sebagai berikut:

1. Terwujudnya kondisi keselamatan dan kesehatan di tempat kerja;

2. melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan lebih baik;

3. meningkatkan partisipasi pengusaha, pekerja, dan masyarakat untuk mewujudkan pelaksanaan mandiri K3.

Strategi tersebut antara lain:

1. mengembangkan dan meningkatkan kebijakan K3;

2. membangun kapasitas ketenagakerjaan/pekerja terhadap K3;

3. meningkatkan fasilitas dan prasarana pengarahan dan pengawasan K3;

4. meningkatkan promosi tentang pelaksanaan K3;

5. meningkatkan jaringan kerja dan peran berbagai lembaga, badan, dan tokoh serta para pihak terkait.

Maksud dan tujuan dari Program K3 secara umum adalah:

Tabel 11 Maksud dan Tujuan dari Program K3 di Indonesia

Tabel 12 Kebijakan K3 Nasional Tahunan 2015-2019

Maksud

Tahun

Tujuan

Target Budaya K3Kebijakan K3 Nasional Tahunan

1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi setiap orang dalam pelaksanaan K3 di setiap kegiatan usaha;

2. Manajemen data K3 yang komprehensif;

3. Memobilisasi sumber daya untuk pelaksanaan K3 melalui peningkatan kerja sama dan kolaborasi

2015

2016

1. Situasi aman, nyaman, dan efisien di setiap tempat kerja untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan;

2. Menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam rangka menyelamatkan modal manusia;

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan keuntungan kompetitif.

Budaya K3 untuk perusahaan

Budaya K3 untuk Perusahaan Publik

“Pelaksanaan K3 untuk Membangun Budaya K3 Indonesia di Era Perdagangan Bebas”

“Mendukung Budaya. K3 untuk Menunjang Produktivitas dan Daya Saing di Pasar Global”

Target dari Kebijakan K3 Nasional di Indonesia pada 2020 adalah “Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tahun 2020”. Fase pencapaian target diuraikan per tahun di bawah ini:

Page 49: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

34

Komite Kampanye K3 dan Bulan K3 NasionalUntuk mencapai target budaya K3, pemerintah membentuk Komite Kampanye K3 di setiap tingkatan (tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan tempat kerja). Anggota Komite terdiri atas perwakilan dari pemerintah, pengusaha, pekerja, dan lembaga-lembaga terkait lainnya.

Sedangkan Komite Eksekutif di tempat kerja terdiri atas manajer dan komite K3 dengan dukungan dari seluruh pekerja di tempat kerja tersebut.

Komite tersebut bertanggung jawab untuk melaksanakan Bulan K3 Nasional (12 Januari sampai dengan 12 Februari) di segala tingkatan. Program selama Bulan K3 Nasional terutama adalah program promosi. Program tersebut terdiri atas kampanye, pameran, pemberian penghargaan, konferensi pers, seminar, workshop, dan kegiatan-kegiatan sosial. Program ini dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk kerjasama dengan organisasi multilateral dan bilateral.

Seluruh kegiatan Bulan K3 Nasional dilaporkan kepada Kementerian Ketenagakerjaan melalui kantor Dinas Ketenagakerjaan Provinsi.

D. Pengembangan dan peningkatan norma, standar, pedoman, dan kriteriaPemerintah mengembangkan sejumlah norma, standar, pedoman, dan kriteria. Kesemuanya itu menunjang dokumen hukum yang menjadi rujukan bagi orang-orang untuk melaksanakan program K3 di Indonesia. Dikeluarkannya dokumen hukum pendukung dilakukan melalui peraturan menteri dan keputusan menteri atau norma, standar, pedoman, dan kriteria tersebut antara lain:

• Standar pengujian faktor bahaya Lingkungan Kerja;

• Standar Nasional Indonesia tentang Metode Pengujian Crane;

• Standar Nasional Indonesia tentang metode pengujian K3;

• Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tentang K3, antara lain: ahli K3 umum, paramedis, dokter perusahaan, personel K3 di ruang terbatas, personel K3 di tempat ketinggian, personel K3 di bidang konstruksi dan industri, dan ahli hygiene industri.

Untuk menyediakan instrumen penerapan program K3 di tingkatan perusahaan/tempat kerja, Pemerintah Indonesia juga mengembangkan beberapa standar, code of practices, dan pedoman. Standar tercermin dalam peraturan. Code of practices dimanifestasikan di dalam keputusan.

Tahun Target Budaya K3Kebijakan K3 Nasional Tahunan

2017

2018

2019

Budaya K3 dalam berbagai kegiatan ekonomi

Budaya K3 di dalam kehidupan masyarakat

Budaya K3 di seluruh Indonesia

“Budaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Masyarakat yang Selamat, Sehat, dan Produktif”

“Budaya. K3 untuk Mendorong Terbentuknya Karakter Bangsa”

“Membangun Kemandirian Masyarakat Indonesia Berbudaya K3 untuk Menunjang Stabilitas Ekonomi Nasional”

Page 50: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

35

Pemerintah mengembangkan beberapa pedoman, misalnya:

Kotak 9 Pedoman yang dibuat oleh Pemerintah

• Pedoman Audit SMK3

• Pedoman Pemberian Penghargaan K3

• Pedoman Pemberian Penghargaan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja

• Pedoman Pengujian K3

• Pedoman Pengukuran Faktor-faktor Lingkungan Kerja yang Berbahaya

• Pedoman Pemberian Layanan Kesehatan Kerja

• Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

• Pedoman Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja

• Pedoman Pelatihan K3

E. Statistik cedera dan penyakit akibat kerjaStatistik yang disajikan di sini tidak merepresentasikan seluruh angkatan kerja di Indonesia karena data yang diperoleh dari sebagian kecil angkatan kerja yang sudah bekerja relatif kecil (kurang lebih 20%) yang dijamin oleh skema kompensasi nasional. Diakui bahwa angka kejadian cedera dan penyakit di tempat kerja di sektor informal yang tidak tercermin dalam data ini kemungkinan jumlahnya lebih besar.

Tabel 13 Jumlah Penyandang Disabilitas dan Meninggal Akibat Kerja

Tahun Sembuh Total Fungsional Sebagian

Disabilitas/Cacat (Orang)Sebagian

Meninggal (Orang)

Total (Orang)

Kompensasi total (miliar

Rupiah)

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2.550

2.722

2.689

2.693

2.616

810

2.535

1.542

89.873

90.387

94.135

94.125

96.530

107.761

92.220

117.207

36

34

35

44

43

5

28

5

98.711

99.491

103.052

103.285

105.182

110.272

101.367

123.041

4.061

4.130

3.861

3.985

3.618

1.166

4.202

1.114

2.191

2.218

2.332

2.438

2.375

530

2.382

3.173

237,36

305,95

315,47

618,49

565,63

665,05

833,44

971,00

(Sumber : BPJS Ketenagakerjaan)

Dari data pemberian kompensasi berupa Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) melalui BPJS Ketenagakerjaan tersebut di atas hampir sebagian besar berupa kasus kecelakaan kerja baik yang terjadi di perusahaan/tempat kerja (occupational accident) maupun kecelakaan yang terjadi akibat hubungan kerja (work related accident) seperti kecelakaan lalu lintas dan lain-lain pada rute perjalanan dari tempat tinggal ke perusahaan/tempat kerja melalui rute yang biasa atau wajar untuk dilalui. Untuk kasus penyakit akibat kerja (occupational accident) yang diberikan JKK sesuai data tersebut di atas masih sangat sedikit, yaitu

Page 51: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

36

rata-rata hanya 25 kasus pertahun. Hal ini menunjukan bahwa perlindungan K3 di Indonesia masih lebih banyak pada perlindungan pekerja dari kasus kecelakaan kerja dan masih sangat kurang dalam perlindungan pekerja dari PAK.

F. Data Umum

Gambar 3 Peta Indonesia

46 Profil K3 Nasional di Indonesia

terjadi akibat hubungan kerja (work related accident) seperti kecelakaan lalu lintas dan lain-lain pada rute perjalanan dari tempat tinggal ke perusahaan/tempat kerja melalui rute yang biasa atau wajar untuk dilalui. Untuk kasus penyakit akibat kerja (occupational accident) yang diberikan JKK sesuai data tersebut di atas masih sangat sedikit, yaitu rata-rata hanya 25 kasus pertahun. Hal ini menunjukan bahwa perlindungan K3 di Indonesia masih lebih banyak pada perlindungan pekerja dari kasus kecelakaan kerja dan masih sangat kurang dalam perlindungan pekerja dari PAK.

F. Data Umum

Gambar 3 Peta Indonesia

Republik Indonesia adalah negara kedaulatan di Asia Tenggara. Indonesia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, dengan lebih dari tiga belas ribu pulau. Wilayah daratan Indonesia terbesar ke-14 dan terbesar ke-7 jika digabungkan antara laut dan daratannya. Jawa, pulau paling padat penduduknya di dunia, dihuni oleh lebih dari separuh penduduk di Indonesia.

Total Wilayah 1.904.569 km2 Letak 6º Lintang Utara - 11º Lintang Selatan

95º – 141º Bujur Timur Jumlah Penduduk : 237.641.326 (Sensus 2010) 261.115.456 (estimasi 2016) 138/km2 (kepadatan) Jumlah Pekerja 120.647.697 (Survei Angkatan Kerja 2017) Jumlah Perusahaan 20.980.195 Produk Domestik Bruto GDP) $ 1.074 triliun Pendapatan Per Kapita $ 4,116 Koefisien Gini 0,395 Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

0,694

Tabel 14 Informasi Umum

Republik Indonesia adalah negara kedaulatan di Asia Tenggara. Indonesia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, dengan lebih dari tiga belas ribu pulau. Wilayah daratan Indonesia terbesar ke-14 dan terbesar ke-7 jika digabungkan antara laut dan daratannya. Jawa, pulau paling padat penduduknya di dunia, dihuni oleh lebih dari separuh penduduk di Indonesia.

Tabel 14 Informasi Umum

Total Wilayah

Letak

Jumlah Penduduk

Jumlah Pekerja

Jumlah Perusahaan

Produk Domestik Bruto GDP)

Pendapatan Per Kapita

Koefisien Gini

Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

1.904.569 km2

6º Lintang Utara - 11º Lintang Selatan95º – 141º Bujur Timur

237.641.326 (Sensus 2010)261.115.456 (estimasi 2016)138/km2 (kepadatan)

120.647.697 (Survei Angkatan Kerja 2017)

20.980.195

$ 1.074 triliun

$ 4,116

0,395

0,694

Page 52: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

37

Pekerja MudaK3 merupakan cerminan untuk menjalankan struktur dan mekanisme tata kelola SDG di tingkat nasional terhadap perencanaan, penganggaran, pembiayaan, pemantauan, dan pelaporan, secara khusus pada SDG No. 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Pekerja muda menghadapi banyak tantangan dalam peralihan hidup mereka dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Secara global, diakui bahwa tenaga kerja muda sangat rentan terhadap bahaya di tempat kerja karena mereka kurang pelatihan, pengalaman, penempatan pada tugas-tugas berbahaya, kurangnya kesadaran K3 dan hak-hak pekerja/buruh, serta faktor-faktor lain termasuk kondisi pekerjaan yang sulit.

Merujuk pada tujuan khusus tersebut, pekerja muda juga menjadi perhatian pemerintah. Karena bagian dari tenaga kerja muda (usia 15 - 24 tahun) mewakili 14,2% angkatan kerja di Indonesia (Survei Angkatan Tenaga Kerja 2017).4 Mereka merupakan kelompok terbesar keempat yang berusia sekitar 35 – 44 tahun (25%); 25 – 34 tahun (24.6%); dan 45 – 54 tahun (20.3%). Kelompok ini bahkan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berusia antara 55 – 64 tahun (11,2%) dan di atas 65 tahun (4,7%).

Pekerja muda tersebar di seluruh Indonesia. Jawa Barat adalah provinsi dengan pekerja muda yang paling banyak (2.966.538 pekerja muda). Posisi tersebut disusul oleh Jawa Timur (2.326.656), Jawa Tengah (2.087.470), Sumatera Utara (1.085.102) dan Banten (799.321).

DKI Jakarta (696.423) berada di urutan keenam. Sementara itu, jumlah pekerja muda paling sedikit adalah di Kalimantan Utara (41.940) dan Bangka Belitung (95.461).

Mereka bekerja di berbagai sektor. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sektor yang dimasuki oleh pekerja muda (4,683,651).

Sementara, sektor pertanian (4.181.314) menjadi sektor terbesar kedua, diikuti oleh sektor manufaktur (3.110.114), jasa (2.684.508) dan konstruksi (952.011).

G. Sertifikasi dan Penghargaan K3Ada sejumlah penghargaan K3 di Indonesia. Ada berbagai badan/lembaga pelaksana pemberian penghargaan: pemerintah, swasta, dan media. Jenis penghargaan juga bervariasi. Ada penghargaan yang diberikan kepada perusahaan/tempat kerja atas kepatuhan mereka terhadap peraturan K3. Ada juga penghargaan yang diberikan kepada perusahaan/tempat kerja/individu, setelah memenuhi kriteria dan memiliki sertifikasi.

Tabel 15 Jumlah Pekerja Menurut Usia dan Jenis Kelamin (Survei Angkatan Tenaga Kerja 2017)

Kelompok UsiaNo. No. No.% % %

Laki-laki Perempuan Total

15-24 tahun

25-34 tahun

35-44 tahun

45-54 tahun

55-64 tahun

Kurang dari 65 tahun

Total

14,3

25,4

24,9

19,7

11,1

4,7

100

14,2

23,4

25,2

21,2

11,3

4,7

100

14,2

24,6

25

20,3

11,2

4,7

100

10.519.411,00

18.700.481,00

18.362.296,00

14.488.926,00

8.154.967,00

3.490.689,00

73.716.770,00

6.649.597,00

10.977.739,00

11.839.203,00

9.962.570,00

5.317.088,00

2.184.730,00

46.930.927,00

17.169.008,00

29.678.220,00

30.201.499,00

24.451.496,00

13.472.055,00

5.675.419,00

120.647.697,00

4 Istilah anak muda sering merujuk pada orang-orang yang berada di usia selesai pendidikan wajib dan memulai pengalaman kerja mereka

Jumlah Pekerja

Page 53: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

38

Namun demikian, secara umum, hanya ada tiga penghargaan utama yang terkait langsung dengan K3. Ketiga penghargaan tersebut adalah: (1) Penghargaan SMK3; (2) Penghargaan Zero Accident (Nihil Kecelakaan); dan (3) Penghargaan Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.

Penghargaan Sertifikat SMK3Penghargaan SMK3 merupakan sertifikasi berbasis audit. Penghargaan ini diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3. Secara umum, Audit SMK3 merupakan penilaian sistematis dan independen mengenai terpenuhinya kriteria yang telah ditetapkan dalam rangka mengukur kemajuan kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan untuk SMK3 di perusahaan. Pelaksanaan SMK3 bertujuan untuk: (1) meningkatkan perlindungan efektif keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana dengan baik, terukur, terstruktur, dan terpadu; (2) mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; dan (3) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien dalam rangka meningkatkan produktivitas.

Setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan SMK3 di perusahaan mereka. Kewajiban tersebut berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 100 (seratus) pekerja atau mempunyai risiko bahaya besar. Wajib bagi perusahaan dengan risiko bahaya besar untuk mengakses pelaksanaan SMK3 menurut ketentuan undang-undang. SMK3 mencakup penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan ulang (review) serta peningkatan kinerja K3.

Review SMK3 setidaknya mencakup: (1) evaluasi kebijakan K3; (2) tujuan, target, dan kinerja K3; (3) temuan audit SMK3; dan (4) evaluasi efektif SMK3 serta perlunya pengembangan SMK3.

Review sebagaimana yang dimaksud dilakukan melalui Audit SMK3, yang mencakup: penetapan komitmen dan jaminan; drafting dan dokumentasi Rencana K3; manajemen perencanaan dan review kontrak; manajemen dokumen; pembelian dan manajemen produk; keselamatan kerja yang mematuhi SMK3; standar pemantauan; pelaporan dan perbaikan terhadap kekurangan; manajemen material dan penyampaiannya; pengumpulan dan pemanfaatan data, penilaian SMK3; dan pengembangan skill dan kapasitas.

Dalam rangka mencapai tujuan SMK3 dan supaya tetap berada di jalurnya, pengusaha dan/atau manajer perusahaan atau tempat kerja harus: melakukan review pelaksanaan SMK3 secara berkala; dan review SMK3 harus mampu mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa, yang juga mencakup kinerja perusahaan.

Peningkatan kinerja dan perbaikan dilakukan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut: (1) revisi/amandemen perundang-undangan; (2) tuntutan dari pihak dan pasar terkait; (3) peluang produk dan kegiatan perusahaan; (3) perubahan struktur organisasi perusahaan; (4) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi; (5) analisis mengenai kecelakaan dan penyakit akibat kerja; (6) laporan apa pun dan/atau (7) saran dari pekerja/buruh.

Penilaian eksternal mengenai pelaksanaan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit SMK3 independen yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan atas permintaan yang diajukan oleh perusahaan yang akan diaudit. Lembaga ini dapat melakukan audit/penilaian tingkat pencapaian penerapan SMK3 di perusahaan, dan sertifikasinya dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Mereka akan mengaudit dan menilai kinerja SMK3 perusahaan. Penilaian tentang pelaksanaan SMK3 adalah sebagai berikut:

1. Untuk pelaksanaan 0-59% dianggap sebagai pelaksanaan yang kurang baik;

2. Untuk pelaksanaan 60-84% dianggap sebagai pelaksanaan yang baik;

3. Untuk pelaksanaan 85-100% dianggap sebagai pelaksanaan yang memuaskan.

Page 54: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

39

Di samping penilaian tentang penerapan SMK3, terdapat juga penilaian lainnya terhadap perusahaan berdasarkan pada kualitas mereka, yang dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) kategori kritis, temuan yang mengarah pada kondisi fatal; (2) kategori utama/major, tidak mematuhi undang-undang; tidak dapat melaksanakan salah satu dari prinsip-prinsip SMK3; dan temuan minor untuk salah satu dari kriteria audit di beberapa lokasi; dan (3) kategori minor, ketidakkonsistenan dalam mematuhi undang-undang, standar, pedoman, dan rujukan lainnya.

Untuk perusahaan yang tersertifikasi, pemerintah akan mengikutsertakan mereka dalam penghargaan SMK3. Laporan Audit diberikan kepada Kementerian Ketenagakerjaan u.p. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk diverifikasi dan diproses dalam penerbitan sertifikat SMK3 dan kaitannya dengan penyerahan Penghargaan SMK3. Jumlah perusahaan yang menerima sertifikasi SMK3 meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 16 Penilaian Audit SMK3

Kategori Perusahaan 0-59% 60-84% 85-100%

Tingkatan Pelaksanaan

Kategori Utama (64 kriteria)

Kategori Utama (122 kriteria)

Kategori Lanjutan

Kata-kata komentar

Penerapan kurang baik

Penerapan kurang baik

Penerapan kurang baik

Hukuman

Tingkat penerapan baik

Tingkat penerapan baik

Tingkat penerapan baik

Bendera Perak

Tingkat penerapan memuaskan

Tingkat penerapan memuaskan

Tingkat penerapan memuaskan

Bendera Emas

50 Profil K3 Nasional di Indonesia

Grafik 4 Perusahaan Penerima Sertifikat Manajemen K3 2004 - 2017

Penghargaan SMK3 (Penghargaan Zero Accident - Nihil Kecelakaan) Pemerintah memberi motivasi dan mendorong seluruh pihak (khususnya pengusaha dan pekerja) untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan prinsip-prinsip K3 di setiap tempat kerja dan pelaksanaan program. Pelaksanaan prinsip-prinsip K3 dan program tersebut harus dilakukan oleh seluruh pihak karena pelaksanaan prinsip K3 merupakan tanggung jawab seluruh pihak. Untuk memberikan apresiasi kepada pengusaha, pemerintah daerah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dalam upayanya untuk menjalankan K3 secara sukses, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan memberikan penghargaan untuk meningkatkan motivasi dalam mengembangkan dan memperkuat program-program K3. Penghargaan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap keberhasilan Program Gerakan Nasional Meningkatkan Budaya K3. Penghargaan dan seleksi penerima penghargaan diatur dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/I/2007 tentang Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pelaksanaan Penghargaan dilakukan di seluruh tingkatan pemerintah (tingkat kota/kabupaten hingga nasional). Peraturan tersebut memperkenalkan empat jenis penghargaan dengan kriteria masing-masing. Keempat jenis penghargaan tersebut adalah sebagai berikut: No. Jenis

Penghargaan Penerima Kriteria Bentuk

Penghargaan

1. SMK3 Perusahaan Tempat Kerja Industri Perusahaan

Kecil, menengah, dan besar Tingkat risiko Kriteria Audit 

Sertifikat Bendera

2. Nol Kecelakaan

Tempat Kerja Industri

Jumlah pekerja dan waktu kerja

Piala untuk yang terbaik

Grafik 4 Perusahaan Penerima Sertifikat Manajemen K3 2004 - 2017

Page 55: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

40

Penghargaan SMK3 (Penghargaan Zero Accident - Nihil Kecelakaan)Pemerintah memberi motivasi dan mendorong seluruh pihak (khususnya pengusaha dan pekerja) untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan prinsip-prinsip K3 di setiap tempat kerja dan pelaksanaan program. Pelaksanaan prinsip-prinsip K3 dan program tersebut harus dilakukan oleh seluruh pihak karena pelaksanaan prinsip K3 merupakan tanggung jawab seluruh pihak. Untuk memberikan apresiasi kepada pengusaha, pemerintah daerah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dalam upayanya untuk menjalankan K3 secara sukses, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan memberikan penghargaan untuk meningkatkan motivasi dalam mengembangkan dan memperkuat program-program K3. Penghargaan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap keberhasilan Program Gerakan Nasional Meningkatkan Budaya K3.

Penghargaan dan seleksi penerima penghargaan diatur dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/I/2007 tentang Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pelaksanaan Penghargaan dilakukan di seluruh tingkatan pemerintah (tingkat kota/kabupaten hingga nasional). Peraturan tersebut memperkenalkan empat jenis penghargaan dengan kriteria masing-masing. Keempat jenis penghargaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 17 Jenis Penghargaan dan Penerima, Kriteria serta Bentuk Penghargaan Masing-masing

NO. Jenis Penghargaan

Bentuk Penghargaan

KriteriaPenerima

1

3

2

4

SMK3

Motivator K3

Nol Kecelakaan

Orang yang Membangun Budaya K3

• Perusahaan

• Tempat Kerja

• Industri

• Perusahaan

• Gubernur

• Bupati

• Camat

• Tempat Kerja

• Industri

• Perusahaan

• Pekerja/buruh

• Kecil, menengah, dan besar

• Tingkat risiko

• Kriteria Audit

• Jumlah perusahaan yang diberi penghargaan lebih dari 0,05% dari total perusahaan di provinsi/wilayah/kabupaten

• Jumlah pekerja dan waktu kerja

• Tingkat risiko

• Pekerja/buruh yang dapat meningkatkan pelaksanaan K3 dan secara signifikan dapat meningkatkan pelaksanaan K3 sehingga perusahaan yang bersangkutan menerima penghargaan tingkat nasional.

• Seseorang yang memiliki kepedulian, jasa, dan prestasi yang dapat menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan pelaksanaan K3

• Sertifikat

• Bendera

• Medali

• lencana

• Piala untuk yang terbaik

• Piagam • Plakat

• Piala untuk yang terbaik

Page 56: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

41

Assessor atau juri penghargaan ditunjuk oleh pemerintah di tingkat masing-masing. Untuk yang berada di tingkat kota/kabupaten, assessor atau juri penghargaan ditunjuk oleh walikota atau bupati. Assessor atau juri berasal dari tingkat provinsi. Sementara itu, Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjuk assessor atau juri di tingkat nasional. Assessor atau juri berasal dari organisasi tripartit, badan audit, dan universitas.

Mekanisme Penyerahan PenghargaanAssessor/juri di tingkat kota/kabupaten memeriksa validitas dokumen yang diserahkan oleh perusahaan/tempat kerja. Setelah memeriksa, mereka melakukan kunjungan tanpa pemberitahuan (sidak) ke perusahaan yang mempunyai dokumen valid. Mereka memeriksa beberapa hal mengenai K3 di perusahaan/tempat kerja. Terdapat tiga jenis perusahaan/tempat kerja yang berbeda yang mereka periksa, yaitu: perusahaan skala besar, skala menengah, dan perusahaan skala kecil. Terdapat jenis pemeriksaan yang berbeda.

Setelah mengunjungi tempat-tempat tersebut, para assessor/juri memberi penilaian dan melaporkan penilaian tersebut kepada para assessor/juri di tingkat provinsi. Assessor/juri di tingkat provinsi mungkin melakukan pemeriksaan di tempat di perusahaan-perusahaan/tempat kerja terpilih yang berhasil mendapatkan angka tinggi dari para assessor/juri di tingkat kota/kabupaten. Setelah mengunjungi tempat-tempat tersebut, para assessor memberi penilaian dan melaporkan penilaian tersebut kepada para assessor/juri di tingkat provinsi.

Sama dengan langkah di tingkat provinsi, tim assessor/juror mungkin melakukan pemeriksaan di tempat dan memberi penilaian. Setelah menilai perusahaan/tempat kerja yang melaksanakan K3 dengan baik, mereka menyusun laporan dan menyerahkannya kepada Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan. Direktorat akan memberitahukan hasil penilaian dari tim assessor/juror dan akan menyerahkan penghargaan.

Sejak tahun 2000 hingga 2017, jumlah perusahaan yang menerima Penghargaan Zero Accident meningkat.

Grafik 5 Perusahaan Penerima Penghargaan Nol Kecelakaan hingga 2017

52 Profil K3 Nasional di Indonesia

assessor/juri di tingkat kota/kabupaten. Setelah mengunjungi tempat-tempat tersebut, para assessormemberi penilaian dan melaporkan penilaian tersebut kepada para assessor/juri di tingkat provinsi. Sama dengan langkah di tingkat provinsi, tim assessor/juror mungkin melakukan pemeriksaan di tempat dan memberi penilaian. Setelah menilai perusahaan/tempat kerja yang melaksanakan K3 dengan baik, mereka menyusun laporan dan menyerahkannya kepada Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan. Direktorat akan memberitahukan hasil penilaian dari tim assessor/juror dan akan menyerahkan penghargaan. Sejak tahun 2000 hingga 2017, jumlah perusahaan yang menerima Penghargaan Zero Accident meningkat.

Grafik 5 Perusahaan Penerima Penghargaan Nol Kecelakaan hingga 2017

Penghargaan HIV/AIDS Penghargaan ini merupakan upaya kerjasama/kolaborasi antara Kementerian Ketenagakerjaan, asosiasi pengusaha, asosiasi pekerja, dan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional (KPAN) dalam rangka mendorong perusahaan untuk mencegah dan menghambat laju peningkatan kasus HIV/AIDS di dunia kerja. Komisi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan upaya penanggulangan HIV/AIDS pada masuyarakat Indonesia termasuk masyarakat pekerja penghargaan ini diatur melalui Keputusan Dirjen Binwasnaker dan K3 No. 44 Tahun 2012, yang menunjang Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/MEN/IV/2004 tentang Program Penanggulangan HIV-AIDS di Tempat Kerja. Calon penerima penghargaan tersebut adalah perusahaan yang telah berkomitmen dan melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja selama kurun waktu minimum 12 bulan. Perusahaan harus menunjukkan bahwa mereka telah menulis dokumen mengenai program tersebut. Dokumen dapat berupa perjanjian kerja bersama (PKB - collective bargaining [CB]) atau peraturan perusahaan (enterprises’ regulation [ER]). Kedua, perusahaan telah mensosialisasikan isi dari kebijakan program

Page 57: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

42

Penghargaan HIV/AIDS Penghargaan ini merupakan upaya kerjasama/kolaborasi antara Kementerian Ketenagakerjaan, asosiasi pengusaha, asosiasi pekerja, dan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional (KPAN) dalam rangka mendorong perusahaan untuk mencegah dan menghambat laju peningkatan kasus HIV/AIDS di dunia kerja. Komisi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan upaya penanggulangan HIV/AIDS pada masuyarakat Indonesia termasuk masyarakat pekerja penghargaan ini diatur melalui Keputusan Dirjen Binwasnaker dan K3 No. 44 Tahun 2012, yang menunjang Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/MEN/IV/2004 tentang Program Penanggulangan HIV-AIDS di Tempat Kerja.

Calon penerima penghargaan tersebut adalah perusahaan yang telah berkomitmen dan melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja selama kurun waktu minimum 12 bulan. Perusahaan harus menunjukkan bahwa mereka telah menulis dokumen mengenai program tersebut. Dokumen dapat berupa perjanjian kerja bersama (PKB - collective bargaining [CB]) atau peraturan perusahaan (enterprises’ regulation [ER]). Kedua, perusahaan telah mensosialisasikan isi dari kebijakan program perlindungan HIV/AIDS untuk mengelola staf dan pekerja/buruh. Ketiga, perusahaan telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang HIV/AIDS untuk staf manajemen dan pekerja/buruh. Keempat, perusahaan telah berusaha menghindari sikap, stigma, dan tindakan diskriminasi, yang telah dibuktikan. Kelima, perusahaan telah memiliki dukungan dan kepedulian terhadap orang-orang dengan HIV/AIDS, misalnya konseling, dukungan sosial, atau VCT (Voluntary Counselling HIV and Testing). Keenam, perusahaan telah mengalokasikan sumberdayanya untuk Program Perlindungan HIV/AIDS. Ketujuh, perusahaan telah meningkatkan jumlah staf manajemen dan/atau pekerja/buruh yang telah menerima manfaat dari kegiatan pengembangan kapasitas mengenai HIV/AIDS. Kedelapan, perusahaan telah melakukan evaluasi yang teratur mengenai efektivitas program tersebut. Kesembilan, perusahaan telah menyediakan tata cara khusus untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di tempat kerja. Kesepuluh, perusahaan telah memperbarui dan melaporkan kegiatan-kegiatan tersebut kepada dinas ketenagakerjaan pemerintah. Dan, kesebelas, perusahaan telah berkontribusi terhadap program-program sejenis yang dilaksanakan oleh masyarakat atau pihak lainnya.

Kriteria dinilai oleh assessors/juri. Sama dengan Penghargaan SMK3, assessor atau juri penghargaan ditunjuk oleh pemerintah di tingkat masing-masing. Untuk yang berada di tingkat kota/kabupaten, assessor atau juri penghargaan ditunjuk oleh walikota atau bupati. Assessor atau juri berada di tingkat provinsi. Sementara itu, Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjuk assessor atau juri di tingkat nasional. Assessor atau juri berasal dari organisasi tripartit, badan audit, dan universitas. Para assessor atau juri berasal dari organisasi tripartit di tingkat masing-masing.

Tabel 18 Jenis Penghargaan P2-HIV/AIDS di tempat kerja dan Skornya

No. PenghargaanPencapaian Skor (Nilai)

1

2

3

Platinum

Emas

Perak

>85

66-85

56-65

Penghargaan diberikan kepada tiga macam individu yang memberi lebih banyak perhatian kepada persoalan HIV/AIDS. Tiga macam orang tersebut adalah: kepala pemerintah daerah, pengusaha, dan mereka yang peduli terhadap HIV yang telah berhasil atau berkontribusi dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Penerima penghargaan mendapatkan piagam, plakat, pin, dan lencana.

Page 58: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

43

Mekanisme penyerahan Penghargaan HIV/AIDS relatif sama dengan mekanisme Penghargaan SMK3. Jumlah perusahaan dan provinsi yang menerima jenis penghargaan ini telah meningkat sejak 2010.

Grafik 6 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja 2010 - 2017

Grafik 7 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja & kategori, 2010 - 2017

54 Profil K3 Nasional di Indonesia

 Grafik 6 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja 2010 - 2017

Mekanisme penyerahan Penghargaan HIV/AIDS relatif sama dengan mekanisme Penghargaan SMK3. Jumlah perusahaan dan provinsi yang menerima jenis penghargaan ini telah meningkat sejak 2010.

 Grafik 7 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja & kategori, 2010 - 2017

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2014 2015 2016 2017

4030

53 54

75

101 102

10 10 14 10 12 13 10

Enterprises Province

54 Profil K3 Nasional di Indonesia

 Grafik 6 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja 2010 - 2017

Mekanisme penyerahan Penghargaan HIV/AIDS relatif sama dengan mekanisme Penghargaan SMK3. Jumlah perusahaan dan provinsi yang menerima jenis penghargaan ini telah meningkat sejak 2010.

 Grafik 7 Perusahaan dan Provinsi Penerima Penghargaan P2-HIV-AIDS Tempat Kerja & kategori, 2010 - 2017

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2014 2015 2016 2017

4030

53 54

75

101 102

10 10 14 10 12 13 10

Enterprises Province

Page 59: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

44

Page 60: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

45

A. Tantangan/Keterbatasan

Keakuratan Data Hingga saat ini, Indonesia masih perlu menyediakan data yang menggambarkan keadaan K3 secara komprehensif. Dalam hal data kecelakaan dan cedera, Pemerintah Indonesia masih bergantung pada data dari BPJS Ketenagakerjaan. Survei Angkatan Tenaga Tahunan (SAKERNAS) juga memperlihatkan jumlah kecelakaan. Namun, kedua sumber data tersebut hanya mencerminkan sektor formal.

Berkenaan dengan data dari BPJS, BPJS bahkan hanya menjamin pekerja/buruh yang menjadi peserta program jaminan sosial. BPJS tidak menjamin pekerja/buruh informal dan formal yang tidak pernah mendaftar atau didaftarkan oleh pemberi kerja mereka. Pemerintah juga berusaha untuk memperoleh data akurat tentang PAK yang terjadi pada pekerja/buruh, khususnya jenis PAK yang bisa diderita oleh pekerja/buruh di seluruh Indonesia.

Ketika data akurat tersedia, program-program K3 akan meningkat secara signifikan di masa yang akan datang.

Bantuan Teknis untuk Sektor InformalSaat ini, Indonesia dikategorikan sebagai kelompok G-20, yang angka persentase perekonomiannya sekitar 85% dari gross world product (GWP), 80% dari perdagangan dunia, dua pertiga dari jumlah penduduk dunia, dan kira-kira separuh dari wilayah daratan dunia.

Dalam hal perekonomian informal, Indonesia perlu memperkuat upaya besarnya untuk meningkatkan kondisi kerja yang aman dan sehat para pekerja/buruh ekonomi informal misalnya pekerja rumahan, pekerja rumah tangga (PRT), pedagang kaki lima, pekerja di tempat-tempat konstruksi kecil, atau petani yang menopang hidupnya sendiri, seringnya di desa-desa terpencil. Para pekerja/buruh informal ini menggambarkan proporsi signifikan pekerja/buruh di Indonesia dan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian negara.

Namun, para pekerja tersebut sering bekerja dalam kondisi sub-standar, terpapar pada berbagai macam bahaya di tempat kerja tanpa pelatihan dan informasi yang memadai tentang K3. Ada kebutuhan mendesak untuk menyampaikan ukuran-ukuran perlindungan K3 praktis untuk para pekerja/buruh tersebut.

Perlindungan Pekerja MudaPekerja muda adalah kelompok pekerja/buruh yang beraneka ragam. Mereka dikelilingi oleh berbagai faktor yang memengaruhi risiko kecelakaan dan penyakit di tempat kerja. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut antara lain tahapan perkembangan fisik, psikososial, dan emosional; tingkat pendidikan; keterampilan kerja; dan pengalaman kerja.

IV. Keterbatasan, Hambatan, dan Peluang

Page 61: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

46

Pekerja muda sangat rentan terhadap bahaya di tempat kerja. Keterampilan mereka berada di bawah keterampilan orang dewasa dalam hal menilai risiko dan, karena mereka masih dalam tahap tumbuh kembang, mereka lebih rentan terhadap bahaya. Pekerja muda fisik dan psikososial masih berkembang. Tahap perkembangan mereka, ditambah dengan pengalaman kerja mereka yang masih terbatas, dan kurangnya keterampilan kerja meningkatkan risiko yang harus mereka hadapi di tempat kerja. Di samping itu, pekerja muda tak tertandingi oleh seluruh pekerja karena berani menghadapi bahaya di tempat kerja.

Pekerja muda juga belum mempunyai kekuatan tawar-menawar (bargaining power) yang mungkin dimiliki oleh pekerja/buruh yang berpengalaman. Situasi ini sering menyebabkan mereka bersedia mengambil risiko atau menerima tugas yang berbahaya, bekerja di dalam kondisi kerja yang buruk, atau kondisi rentan lainnya. Kehadiran mereka di sektor ekonomi yang berbahaya dan dipaparkan pada banyak bahaya akan meningkatkan risiko terkena kecelakaan dan PAK.

Sebagai konsekuensinya, keselamatan dan kesehatan kerja harus ditingkatkan pada pekerja di segala usia, dan yang paling mendesak adalah para pekerja yang terkena dampak secara tidak proporsional.

Meningkatkan K3 bagi pekerja muda akan memungkinkan generasi berikutnya memulai kehidupan kerja sebagai pekerja yang menerima upah layak yang dapat berkontribusi terhadap keadilan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut juga akan meningkatkan keselamatan dan kesehatan seluruh pekerja dan membantu menjamin mata pencarian orang tua dan anggota keluarga.

Terpenuhinya komitmen untuk menerapkan SMK3Pelaksanaan K3 tidak bisa hanya dibebankan kepada Pemerintah saja. Sebagai regulator, Pemerintah telah memberlakukan peraturan dan mengalokasikan sejumlah dana untuk meningkatkan kualitas K3. Diakui bahwa alokasi dana untuk meningkatkan kualitas K3 masih terbatas. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu mendapat dukungan kuat dari pemerintah daerah, pengusaha, dan pekerja dengan memperkuat komitmen untuk menerapkan SMK3.

Semua pihak perlu menanggapi seluruh peraturan dengan baik. Mereka perlu menindaklanjuti segala peraturan dengan berbagai kegiatan yang bermakna, misalnya mempercepat pemerolehan sertifikat SMK3, melaksanakan prinsip-prinsip K3, menyediakan dana untuk meningkatkan kualitas K3, melakukan pencegahan ukuran-ukuran K3.

K3 di Industri 4.0Perkembangan industri dan teknologi informasi terjadi secara bersamaan dengan peningkatan jumlah pekerjaan lapangan baru. Sebagaimana pekerjaan lapangan di sektor lain, jelas bahwa jenis pekerjaan ini mumunculkan banyak inisiatif baru. Tidak jarang inisiatif baru tersebut memengaruhi risiko baru. Para pekerja penyedia layanan media dan internet harus bekerja di malam hari dengan target ketat. Hal-hal tersebut (malam hari, target ketat) melibatkan risiko potensial dan risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja di tempat kerja yang akan membahayakan pekerja dan bisnis itu sendiri.

Individu dan institusi K3 (para pengawas ketenagakerjaan, pengawas dari kementerian lain, penyedia pelatihan K3, dll.) harus memberi lebih banyak perhatian mengenai hal tersebut. Terlebih lagi, orang-orang yang bekerja di sektor ini adalah anak-anak muda.

K3 dalam fase darurat di Wilayah Bencana Indonesia dikenal baik sebagai negara yang sering terjadi bencana alam. Tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan letusan gunung berapi merupakan contoh bencana yang sering melanda Indonesia. Berdasarkan pengalaman, terdapat orang-orang yang selalu ingin berpartisipasi di dalam proses pertolongan pertama (dalam fase darurat atau fase pemulihan) sebagai sukarelawan. Mereka membantu dan bergandeng tangan dengan tenaga medis dan para medis di wilayah-wilayah yang

Page 62: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

47

terpapar bencana. Mereka berasal dari orang-orang dengan berbagai macam latar belakang. Sering kali, mereka hanya datang dengan tekad untuk membantu, tanpa memiliki pengetahuan apa pun tentang keselamatan dan kesehatan. Sering juga, mereka terpapar pada risiko (khususnya risiko biologis) ketika mereka menangani para korban bencana dan/atau penyintas.

Merupakan hal yang mendesak bagi Indonesia untuk menyediakan program dalam situasi atau pekerjaan semacam ini. Menangani persoalan ini merupakan suatu keharusan.

B. Hambatan

Tingkat NasionalBerdasarkan informasi tentang jumlah pengawas ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, dan jumlah lembaga penyedia K3, jelas bahwa terdapat kebutuhan besar untuk mencapai tujuan program K3 di Indonesia. Sangat tidak mungkin untuk menjangkau sejumlah besar perusahaan dan pekerja di negara kepulauan Indonesia yang wilayah geografisnya sangat luas. Sumber daya yang terbatas (personel dan lembaga K3 serta supervisor K3) juga akan memperlambat pencapaian tujuan program K3 di Indonesia.

Juga jelas bahwa keberadaan lembaga penyedia K3 sangat penting. Meningkatkan jumlah lembaga penyedia K3 merupakan salah satu alternatif. Namun, hal ini akan memerlukan fokus dalam hal di wilayah mana lembaga tersebut perlu dibentuk.

Meningkatkan jumlah sumber daya harus sejalan dengan wilayah geografis yang sangat luas, jumlah perusahaan yang banyak, dan risiko paling banyak yang ada. Hal tersebut harus menjawab situasi yakni peningkatan K3 belum tersebar luas, tidak semua pekerja/buruh, pengusaha, dan masyarakat memahami dan menganggap K3 sebagai persoalan yang serius.

Saat ini, di Indonesia, harga barang-barang yang semakin murah meningkat jumlahnya, khususnya barang-barang impor. Harga barang yang lebih murah biasanya ditetapkan dengan anggaran kecil, yang mengabaikan kualitas produksi dan biaya produksi. Korelasi antara biaya produksi dengan fasilitas K3 juga signifikan. Di perusahaan-perusahaan besar dengan tempat kerja besar, biaya produksi tinggi berkorelasi dengan ketersediaan fasilitas K3 yang berkualitas. Dikhawatirkan bahwa dalam rangka bersaing dengan harga barang yang semakin murah ini, para produsen lokal terus mengurangi biaya produksi, termasuk penyediaan biaya pengukuran pencegahan K3.

Program K3 masih didominasi dengan upaya keselamatan kerja untuk pencegahan penanggulangan kecelakaan kerja, sedangkan upaya kesehatan kerja dan lingkungan kerja untuk pencegahan dan penanggulangan PAK masih belum banyak dilakukan. Data K3 juga hampir semuanya berupa data kecelakaan kerja, sedangkan data PAK masih sangat minim. Ke depan perlu ditingkatkan lebih intensif lagi upaya-upaya kesehatan kerja dan lingkungan kerja termasuk ergonomi kerja agar data PAK yang dideteksi dan didiagnosis maskin meningkat sehingga pekerja makin terlindungi tidak hanya dari kecelakaan kerja tetapi juga dari PAK sehingga program K3 akan lebih banyak memberi manfaat untuk produktifitas dan kemajuan perusahaan serta kualitas hidup dan kesejahteraan pekerja beserta jasminan sosialnya. Dalam hal ini peran dokter kesehatan kerja dan ahli/profesi di bidang lingkungan kerja dan bahan kimia berbahaya, ergonomi kerja dan hygiene industry serta pengawas ketenagakerjaan sangat diharapkan peran aktifnya.

Tingkat Internasional/GlobalSelama lima tahun terakhir, investasi di Indonesia telah meningkat. Investasi tidak hanya berasal dari Perusahaan Multinasional, tetapi juga dari individual. Sesuatu yang penting dan relevan dengan K3 adalah fokus investor terhadap K3. Jika investor memacu bahkan mendorong pemenuhan K3 maka hal tersebut akan sangat membantu bagi terpenuhinya tujuan K3 di Indonesia. Masalahnya adalah ketika investasi atau investor tidak memberi perhatian lebih terhadap permasalahan ini. Jika hal itu terjadi maka akan menghambat pelaksanaan program K3 di Indonesia, yang dijalankan oleh pemerintah serta para mitra sosial.

Page 63: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

48

Isu terkait dengan investasi adalah migrasi. Karena investasi meningkat, pekerjaan lapangan juga meningkat. Jumlah pengangguran di Indonesia menurun. Indonesia sekarang menjadi tempat tujuan orang-orang dari luar negeri mencari pekerjaan. Di samping itu, Indonesia adalah negara tujuan orang-orang mencari suaka atau harapan baru di Australia.

Situasi ini mendorong orang untuk bekerja di Indonesia. Bagi orang yang ingin pergi ke Australia, mereka akan mencari pekerjaan apa pun sambil menunggu untuk bisa pergi ke Australia. Bagi orang yang ingin bekerja di Indonesia, mereka akan mencari pekerjaan apa saja.

Masalahnya adalah orang-orang semacam itu akan mengerjakan apa saja tanpa perlindungan. Jika itu terjadi, pelanggaran K3 juga akan terjadi. Hal itu akan menambah jumlah kecelakaan K3. Artinya, program K3 di Indonesia juga akan terhambat.

C. PeluangPeluang utama dan signifikan yang dapat mendukung keberhasilan progam K3 adalah sebagai berikut:

Bonus DemografiIndonesia diprediksikan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 sampai dengan 2030. Bonus demografi adalah potensi pertumbuhan ekonomi yang dapat ditimbulkan dari pergeseran dalam struktur usia jumlah penduduk. Terutama ketika bagian dari jumlah penduduk usia kerja (15 hingga 64 tahun) lebih besar daripada bagian jumlah penduduk usia non-kerja (14 tahun dan 14 tahun ke bawah, serta 65 dan 65 ke atas).

Dengan kata lain, bonus demografi merupakan pendorong produktivitas ekonomi yang terjadi ketika jumlah orang di dalam angkatan kerja naik dibandingkan dengan jumlah tanggungan. Artinya bahwa pada 1 hingga 20 tahun ke depan, Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang sangat besar yang akan berada di puncak level produktif.

Supaya bonus demografi efektif, pemerintah (nasional maupun daerah) harus bekerja lebih keras, khususnya berfokus pada akses terhadap program pendidikan dan kesehatan.

Dalam konteks K3, pemerintah juga harus memberi perhatian lebih banyak kepada hal ini. Jumlah usia produktif yang sangat besar harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk membudayakan K3 dari awal.

Makin banyaknya perusahaan yang ingin mematuhi peraturan Makin tingginya kesadaran dari konsumen mengenai hak asasi manusia, penyakit akibat kerja, dan bahan berbahaya mendorong perusahaan untuk mematuhi peraturan. Banyak orang mulai menolak membeli barang yang diproduksi dengan melanggar hukum. Kesadaran yang makin tinggi ini disebabkan oleh makin banyaknya jumlah liputan media mengenai kecelakaan kerja.

Makin banyaknya perusahaan yang ingin mematuhi peraturan merupakan peluang strategis bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan K3 untuk meningkatkan kualitas ukuran pencegahan K3

Page 64: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

49

Lampiran

LAMPIRAN A : Peraturan dan Keputusan Menteri dan Sektoral

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

1

3

5

9

7

2

4

6

10

8

I.

Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja

Untuk meningkatkan upaya melindungi pekerja dari penyakit yang timbul karena hubungan kerja, dalam bentuk jaminan kompensasi pekerja.

Mendefinisikan jenis-jenis cedera dan penyakit yang perlu dilaporkan.

Keselamatan dan kesehatan kerja di bidang kehutanan: penebangan pohon, pengangkutan kayu, peralatan, pertolongan pertama, dan pencahayaan untuk kerja malam

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang konstruksi bangunan

Persyaratan pengelasan di tempat kerja, termasuk kualifikasi juru las

Persyaratan instalasi dan pemeliharaan alat pemadam kebakaran

Kewajiban mengikuti pelatihan higiene industri dan kesehatan kerja bagi dokter perusahaan

Kewajiban praktik hygiene perusahaan dan pelatihan K3 bagi paramedis perusahaan

Pemeriksaan kesehatan pekerja dalam manajemen keselamatan kerja

Persyaratan layanan kesehatan pekerja, pemeriksaan kesehatan, pencegahan kecelakaan dan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi

Setiap pekerja berhak mendapatkan layanan kesehatan, fungsi diatur kemudian dalam Peraturan tersebut.

Kewajiban melapor penyakit akibat kerja.

Daftar penyakit yang harus dilaporkan ada di lampiran peraturan.

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. 1 Tahun 1978

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. 1 Tahun 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 2 Tahun 1982

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. 1 Tahun 1976

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. 1 Tahun 1979

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 2 Tahun 1980

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 3 Tahun 1982

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1 Tahun 1981

Peraturan

Page 65: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

50

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

11

13

17

19

21

22

23

24

25

26

15

12

14

18

20

16

Sistem perlindungan kebakaran otomatis - instalasi alarm dan deteksi kebakaran di tempat kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pamakaian asbes

Kualifikasi dan syarat-syarat operator pesawat uap

Tata cara penunjukan, kewajiban, dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja

Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan

Pedoman Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

Tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan Alat Pelindung Diri (PPE) untuk setiap orang di tempat kerja dan PPE harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar negara lain.

Kualifikasi dan persyaratan operator dan petugas alat angkat dan angkut (Forklift, Crane and Rig)

Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida

Petunjuk cara mempromosikan K3 selama satu bulan penuh mulai tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari setiap tahun. Bulan tersebut dikenal sebagai Bulan K3 Nasional

Klasifikasi teknis, pengawasan, dan tata cara pemakaian Forklift, Crane dan Rig dan pengangkutan alat dan peralatan.

Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja pesawat karbit (carbide)

Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Panitia Pembina K3 dan tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja. Setiap tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 100 pekerja atau kurang dari 100 pekerja tetapi mempunyai risiko besar akan adanya potensi bahaya harus mempekerjakan komite K3; Manajemen puncak adalah ketua komite K3 dan sekretarisnya harus ahli K3. Tujuan dari ahli K3 adalah mengembangkan kerjasama, kesepahaman, dan partisipasi aktif dalam K3 antara pengusaha dan pekerja/buruh.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1983

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 3 Tahun 1985

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tahun 1988

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1992

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1 Tahun 2007

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 25 Tahun 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 Tahun 2010

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 9 Tahun 2010

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1986

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 1984

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 1985

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1992

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1995

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987

Page 66: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

51

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua bagi Peserta Penerima Upah

Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Dokter Penasehat

Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian

Dewan Kelamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

Tata cara pembuatan, pemeriksaan, dan pengujian bejana tekanan dan tangki timbun

Ketentuan teknis umum, tatacara pemeriksaan dan pemasangan untuk keamanan kerja pada pesawat tenaga dan produksi.

Persyaratan K3 pada elevator dan eskalator

K3 di Lingkungan Kerja

Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya

Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Barang Berbahaya

Ketentuan Impor Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (Non B3)

Pedoman keselamatan kerja untuk penggunaan bahan bakar gas jenis compressed natural gas (CNG) pada kendaraan bermotor

Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia

Pos Upaya Kesehatan Kerja Terintegrasi

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2015

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 28 Tahun 2015

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 31 Tahun 2015

Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1989

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 33 Tahun 2015

Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 9 Tahun 2016

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 18 Tahun 2016

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 37 Tahun 2016

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 38 Tahun 2016

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2017

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018

Peraturan Menteri Perdagangan No. 8 Tahun 2006

Peraturan Menteri Perdagangan No. 23/M-DAG/PER/2/2011

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 44 Tahun 2009

Peraturan Menteri Perdagangan No. 39 Tahun 2009

Peraturan Menteri Pedagangan No. 39 Tahun 2012

Peraturan Menteri Perindustrian No. 23/M-IND/Per/4/2013 Tentang Perubahan Atas Peratura Menteri Perindustrian No. 87/M-IND/PER/9/2009

Peraturan Menteri Kesehatan No. 100 Tahun 2015

Page 67: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

52

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

42

43

44

45

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran

Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit

Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi

Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

Pemanfaatan Liquid Petroleum Gas (LPG) untuk Kendaraan Bermotor

Pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kerja Indonesia yang akan dipekerjakan di luar negeri dan untuk ekspatriat yang bekerja di Indonesia

Pengawasan khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja penanggulangan kebakaran

Unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja

Pengelolaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja untuk melindungi pekerja dari bahaya kimia.

Keputusan tersebut mengemukakan persyaratan pemberian label kontainer bahan kimia, ketentuan lembar data keamanan bahan, dan jumlah petugas keamanan bahan kimia di perusahaan.

Pedoman Sistem Manajemen Kesehatan Kerja

Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit

Pemberian Tanda Penghargaan Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral dan Batubara

Komite Keselamatan Konstruksi

Kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016

Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174 Tahun 1986 dan No. 104/1986

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1135 Tahun 1987

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 245 Tahun 1990

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1344.K/20/M.PE/1995

Keputusan Menteri Kesehatan No.138 of 1996

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun 1997

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187 Tahun 1999

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1075/Menkes/SK/VII/2003.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/Menkes/SK/VII/2003.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 4162/K/74/MEM/2015

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 66/KPTS/M/2018

Keputusan Menteri Kesehatan No. 574 Tahun 2000

II. Keputusan

Page 68: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

53

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Peningkatan keselamatan dan pengendalian terhadap pemanfaatan tenaga nuklir di bidang kesehatan

Pencegahan dan pengurangan HIV/AIDS di tempat kerja

Pedoman teknis Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2018

Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2015 - 2019

Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara

Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan

Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan, dan Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi

Persyaratan, penugasan, hak, dan kewajiban teknisi elevator.

K3 pada Elevator dan Eskalator Pedoman pelaksanaan teknis pencegahan dan pengurangan HIV/AIDS di tempat kerja

Pelatihan petugas pertolongan pertama di tempat kerja dan pedoman pemberian lisensi.

Pedoman pemberian penghargaan program HIV/AIDS di tempat kerja

Tata Cara Perumusan Dokumen Pengendalian Bahaya Besar dan Menengah

Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas (Confined Spaces)

Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional No. 1193 Tahun 2000

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 68 Tahun 2004

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 347 Tahun 2008

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 386 Tahun 2014

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/Prt/M/2018 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 05/Prt/M/2014

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 26 Tahun 2018

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan No. 84 of 1998

Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 84 Tahun 1998

Peraturan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 6 Tahun 2017

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 20 Tahun 2005

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 53 Tahun 2008

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 75 Tahun 2010

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan No. 84 Tahun 2012

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 113 Tahun 2006

Page 69: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

54

No. MengenaiNomor Peraturan/Keputusan

28

29

Pedoman Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerjaan Penyelaman di Dalam Air (Under Water Diving Work)

Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 64 Tahun 2013

Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 76 Tahun 2009

Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 66 Tahun 2015

III. Surat Edaran Menteri

Page 70: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

55

LAMPIRAN B : Kegiatan K3 - Kementerian Ketenagakerjaan (c.q. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

No. Kegiatan

1. Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Konseling Manajemen K3 untuk Pengusaha

3. Supervisi Manajemen K3 untuk ahli/anggota K3 dari Komite K3

4. Supervisi perilaku K3 untuk Pekerja/buruh

5. Workshop tentang tata cara kerja yang aman untuk teknisi/pekerja

6. Konseling, penilaian, dan laporan kecelakan untuk ahli/anggota Komite K3

7. Supervisi terhadap program pencapaian nihil kecelakaan untuk manajemen perusahaan

8. Penilaian Nihil Kecelakaan

9. Penghargaan Nihil Kecelakaan

10. Penyelidikan kasus-kasus kecelakaan kerja di tempat kerja

11. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang mekanik

12. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang mekanik

13. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang pencegahan kebakaran

14. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang pesawat uap dan bejana tekanan

15. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang industri konstruksi dan bangunan

16. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang kesehatan kerja

17. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 di bidang lingkungan kerja

18. Pengadaan Pengawas Ketenagakerjaan di bidang sistem manajemen K3

19. Pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas pengawas ketenagakerjaan di bidang K3

20. Training of Trainers (TOT) Pengawas Ketenagakerjaan di bidang K3

21. Upgrading pengawas ketenagakerjaan di bidang K3

22. Peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal di dalam negeri

23. Peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal di luar negeri

24. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan di dalam negeri

25. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan di luar negeri

26. Peningkatan kompetensi melalui studi banding di dalam negeri

27. Promosi kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan

28. Peningkatan kompetensi melalui studi banding di luar negeri

Page 71: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

56

No. Kegiatan

29. Pemeriksaan kesehatan pekerja

30. Peningkatan gizi pekerja

31. Membangun dan memperbaiki fasilitas medis buruh/pekerja

32. Konseling mengenai K3 norma mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan untuk manajemen/ahli K3/Komite K3

33. Konseling untuk manajemen LPG untuk agen dan distributor LPG

34. Konseling mengenai pengontrolan pesawat uap untuk operator/teknisi

35. Konseling mengenai pelaksanaan persyaratan K3 untuk operator mesin mekanik

36. TOT identifikasi, analisis, dan penilaian risiko penggunaan peralatan mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan untuk manajemen komite keselamatan/manajemen perusahaan

37. Tata cara kerja yang aman bagi personel/ahli perusahaan jasa K3 mengenai peralatan mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan

38. Pelatihan manajemen operasional K3 untuk pimpinan/manajemen perusahaan jasa K3 mengenai peralatan mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan

39. Pelatihan ahli K3 mengenai peralatan mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan

40. Pelatihan operator K3 mengenai peralatan mekanik, pesawat uap, dan bejana tekanan

41. Pengawasan peralatan mekanik, pesawat uap, dan baja tekanan

42. Pengawasan peralatan mekanik, pesawat uap, dan baja tekanan

43. Konseling mengenai norma-norma listrik, konstruksi bangunan dan pemadaman kebakaran

44. Konseling mengenai pelaksanaan tata cara kerja yang aman berhubungan dengan listrik bagi pekerja/teknisi

45. Konseling tentang pelaksanaan tata cara kerja yang aman dalam pengoperasian elevator bagi teknisi/petugas/manajer bangunan

46. Konseling tentang pelaksanaan tanggap darurat kebakaran untuk manajemen/petugas komite keselamatan/pekerja

47. Konseling tentang pelaksanaan K3 pada pekerjaan konstruksi untuk pekerja yang dipekerjakan dengan sub-kontraktor

48. Konseling tentang persyaratan K3 bangunan tinggi bagi manajer bangunan

49. Trainer of trainers tentang objek identifikasi, analisis, dan pengendalian risiko dalam pekerjaan kelistrikan dan konstruksi bangunan untuk manajemen/petugas komite keselamatan

50. Konseling tentang tata cara kerja yang aman bagi personel/ahli perusahaan mengenai K3 listrik, konstruksi bangunan, dan pencegahan kebakaran

51. Konseling tentang manajemen operasional K3 untuk manajemen K3 perusahaan kelistrikan/konstruksi bangunan/pencegahan kebakaran

52. Pelatihan ahli K3 di bidang kelistrikan, konstruksi bangunan, dan pencegahan kebakaran

53. Pelatihan operator K3 di bidang kelistrikan, konstruksi bangunan, dan pencegahan kebakaran

54. Pemeriksaan peralatan listrik, konstruksi bangunan, dan pencegahan kebakaran

55. Pengujian peralatan listrik, konstruksi bangunan, dan pencegahan kebakaran

56. Konseling tentang norma-norma K3 di bidang kesehatan kerja

Page 72: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

57

No. Kegiatan

57. Training of Trainers Pengawasan Kesehatan Kerja untuk pengawas ketenagakerjaan

58. Konseling untuk dokter dan kesehatan pekerja

59. Upgrading program-program kesehatan kerja untuk dokter perusahaan dan paramedis

60. Upgrading kesehatan kerja untuk manajemen K3

61. Coaching petugas pertolongan pertama di tempat kerja

62. Coaching penyedia makanan staf di tempat kerja

63. Coaching staf layanan kesehatan kerja (klinik/rumah sakit perusahaan)

64. Coaching pelaksanaan pertolongan pertama di tempat kerja

65. Coaching pelaksanaan pengawasan kesehatan pekerja

66. Coaching pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja

67. Coaching Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) di tempat kerja

68. Coaching perusahaan K3 di bidang kesehatan kerja

69. Konseling tentang pencegahan dan pengendalian tuberculosis di tempat kerja

70. Konseling tentang pencegahan dan pengendalian flu babi dan flu burung (H1N1, H5N1) di tempat kerja

71. Konsultasi kesehatan kerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan terkait

72. Pengadaan dan penyaluran informasi, pendidikan, dan komunikasi untuk program-program kesehatan kerja

73. Konseling tentang norma K3 di bidang pengelolaan lingkungan kerja/ahli K3/pekerja

74. Konseling K3 tentang pengelolaan bahan berbahaya untuk manajemen perusahaan/petugas

75. Konseling tentang pelaksanaan tata kerja yang aman di ruang terbatas (confined space) untuk petugas/teknisi

76. Konseling tentang pelaksanaan tata kerja yang aman pada pekerjaan ketinggian untuk petugas/teknisi

77. Konseling K3 tentang industri pengelolaan limbah untuk manajemen perusahaan/petugas

78. Konseling persyaratan K3 mengenai ruang kerja/kantor untuk manajemen perusahaan/anggota komisi keselamatan/pekerja

79. Konseling persyaratan K3 mengenai ruang kerja/kantor untuk manajemen perusahaan/anggota komisi keselamatan/pekerja

80. Training of trainer identifikasi, analisis, dan pengendalian risiko lingkungan tempat kerja untuk manajemen/petugas komite

81. Coaching ahli K3 tentang lingkungan kerja

82. Pelatihan teknisi K3 di bidang lingkungan tempat kerja, termasuk pemberian lisensi kepada mereka

83. Pengujian dan pengukuran lingkungan kerja

84. Pembentukan kelompok kerja di tingkat provinsi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengawasan standar dan kebijakan Lingkungan Kerja K3

Page 73: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

58

No. Kegiatan

85. Pembentukan kelompok kerja di tingkat kabupaten/kota untuk mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengawasan standar dan kebijakan Lingkungan Kerja K3

86. Penyusunan pedoman K3 tempat kerja berdasarkan pada standar-standar yang telah disinkronisasi

87. Penyusunan standar, pedoman, dan peraturan K3 tentang pengawasan tempat kerja yang dapat diterapkan, cukup, dan up-to-date

88. Pemfasilitasan infrastruktur (sumber daya manusia dan perusahaan jasa K3 terkait pengawasan, pengujian, dan instrumen) untuk memantau lingkungan kerja profesional di seluruh Indonesia

89. Review keselamatan terhadap 1.000 perusahaan dengan prioritas instalasi berpotensi bahaya besar

90. Manajemen dan dokumentasi pengawasan lingkungan kerja berbasis teknologi informasi

91. Penyelesaian kasus lingkungan kerja

92. Pelaksanaan hukum supervisi tempat kerja

93. Penyiapan standar pemeringkatan profil risiko K3 yang dapat digunakan sebagai indikator risiko oleh berbagai sektor dan wilayah.

94. Penilaian dan penyusunan draft peraturan mengenai Profil Risiko Lingkungan Kerja

95. Kerja sama dan koordinasi antar sektor untuk pelaksanaan profil risiko lingkungan kerja spesifik, khususnya di Usaha Kecil Menengah (UKM), jasa perbankan/keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal - Badan Keuangan (BAPEPAM-LK), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), dan asuransi

96. Penyediaan infrastruktur penunjang (sumber daya manusia, konsultan, sistem informasi) untuk penilaian risiko profesi

97. Penilaian lingkungan kerja perusahaan, khususnya di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkait dengan pelaksanaan jaminan sosial

98. Konseling mengenai norma-norma K3 di bidang kelembagaan, keahlian, dan sistem manajemen K3 untuk manajemen/ahli K3/pekerja

99. Pengembangan, pembentukan, dan pengesahan komite keselamatan

100. Konseling/pandungan mengenai manajemen operasional komite keselamatan untuk administrator komite keselamatan

101. Rapat kerja dan koordinasi komite keselamatan mengenai peningkatan kinerja

102. Rapat kerja dan koordinasi asosiasi profesi K3 dan administrator kelembagaan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan K3

103. Rapat kerja dan koordinasi manajer perusahaan jasa K3 dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan K3

104. Rapat kerja dan koordinasi ahli/petugas/teknisi K3 dalam rangka meningkatkan kinerja K3

105. Konseling/pengembangan K3 untuk personel/spesialis di perusahaan jasa K3 di bidang konsultan dan pengauditan

106. Konseling/pengembangan manajemen operasional K3 untuk manajemen perusahaan jasa K3 di bidang konsultan dan pengauditan

107. Konseling/pengembangan implementasi manajemen risiko untuk ahli K3/anggota komite keselamatan/pekerja

Page 74: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

59

No. Kegiatan

108. Training of trainers tentang dokumen K3/penyusunan prosedur untuk manajemen/ahli K3

109. Konseling/pengembangan perencanaan kerja K3 untuk manajemen K3/ahli

110. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan manajemen K3

111. Konsultasi/pengembangan perbaikan manajemen K3

112. Pengembangan & pengangkatan spesialis K3 & auditor Sistem Manajemen K3

113. Pemeriksaan dan evaluasi pelaksanaan sistem manajemen K3

114. Penghargaan Sistem Manajemen K3

115. Konseling tentang ukuran pencegahan HIV/AIDS untuk perusahaan

116. Training for trainers untuk Tim K3 HIV/AIDS di tempat kerja

117. Pengembangan/advokasi program HIV/AIDS untuk manajer perusahaan

118. Pembentukan komite HIV/AIDS di perusahaan

119. Pelatihan untuk konselor dan administrator HIV/AIDS di tempat kerja

120. Klinik VCT (Voluntary Counselling HIV and Testing) HIV/AIDS yang dididirikan di tempat kerja

121. Supervisi klinik VCT HIV/AIDS di tempat kerja

122. Penilaian pelaksanaan pencegahan HIV/AIDS di perusahaan

123. Penghargaan Program Pencegahan HIV/AIDS untuk perusahaan

124. Kampanye Hari AIDS Sedunia untuk komunitas pekerja

Page 75: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

60

Lampiran C Kegiatan-kegiatan K3 - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

No. Kegiatan

1. Meningkatkan kapasitas pejabat senior K3 melalui sejumlah pelatihan yang disertifikasi lebih dari 50 ribu Ahli K3 Umum

2. Melakukan kerja sama dengan asosiasi pengusaha lainnya di dunia, misalnya :

• Bersama-sama dengan NHO (Norwegian Employers’ Association) dalam “Behaviour based Safety (BBS) atau Keselamatan Berbasis Perilaku”.

• Bekerja sama dengan ILO, menyelenggarakan sejumlah pelatihan tentang K3 kepada pengusaha

3. Menyelenggarakan Program Magang Nasional untuk Pekerja Muda dan Pekerja Pemula

4. Secara aktif terlibat dan berpartisipasi dalam program nasional penghapusan bentuk-bentuk terburuk mempekerjakan anak, khususnya di dalam pekerjaan yang berbahaya.

Catatan:

Beberapa kegiatan K3 yang dilakukan oleh berbagai pihak tentunya masih banyak yang belum dapat dimasukan dalam dokumen Profil K3 Nasional yang baru pertama kalai disusun ini karena keterbatasan waktu dan berbagai kendala teknis lainnya. Diharapkan profil K3 nasional selanjutnya akan lebih lengkap dan menyeluruh sehingga lebih dapat menggambarkan kondisi dan kemajuan K3 di Indonesia yang lebih komprehensif lagi.

Page 76: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

61

Page 77: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di Indonesia ... · Profil Nasional memberi informasi tentang perundang-undangan K3, mekanisme pembentukan kebijakan negara terkait K3,

Profil K

eselamatan dan K

esehatan Kerja (K

3) N

asional di Indonesia 20

18

62

Pendanaan disediakan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat di bawah nomor perjanjian kerjasama IL-26690-14-75-K-11.

Materi ini tidak mencerminkan pandangan atau kebijakan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, juga tidak menyebutkan nama dagang, produk komersial, atau organisasi yang menyiratkan adanya pengesahan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Seratus persen dari total biaya proyek atau program ini dibiayai dengan dana Federal, dengan total 11.443.156 dolar.