keseimbangan badan dan pendengaran

22
PRAKTIKUM FISIOLOGI KESEIMBANGAN BADAN DAN PENDENGARAN Kelompok B4 Ketua Kelompok: Yufian Naufal 102013063 ………………… Nama NIM Tanda Tangan Flapiana Simenceriau 102013466 Maria Agustina Dee 102013075 Valentine Febry Yohana 102013359 David John 102013242 Antonius RM Carlos Ora Adja 102013401 Marta Simanjuntak 102013266 Stella Nadia Sura 102013347 Muhammad Al-Amin 102013537 Ratih Ratna Sari Putri 102012037 Dika Ingriyana 102012377

Upload: itha-sagiitariius-blue-loverz

Post on 06-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

praktikum faal

TRANSCRIPT

Page 1: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

PRAKTIKUM FISIOLOGI

KESEIMBANGAN BADAN DAN

PENDENGARAN

Kelompok B4

Ketua Kelompok: Yufian Naufal 102013063

…………………

Nama NIM Tanda Tangan

Flapiana Simenceriau 102013466

Maria Agustina Dee 102013075

Valentine Febry Yohana 102013359

David John 102013242

Antonius RM Carlos Ora Adja

102013401

Marta Simanjuntak 102013266

Stella Nadia Sura 102013347

Muhammad Al-Amin 102013537

Ratih Ratna Sari Putri 102012037

Dika Ingriyana 102012377

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.

Jakarta

Telephone: (021) 5694-2061; Fax: (021) 563-1731

Page 2: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Sikap dan Keseimbangan Badan

Alat dan Bahan

1. Kursi putar barany

2. Tongkat atau statif yang panjang

Tujuan :

Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada

telinga bila bergejolak atau goyang akan menyebabkan keseimbangan

seseorang akan terganggu.

Memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti

sedia kala.

Melihat adanya nistagmus.

Landasan Teori

Gangguan keseimbangan dapat diakibatkan oleh gangguan yang

mempengaruhi vestibular pathway, serebelum atau sensory pathway pada medula

spinalis atau nervusperifer. Gangguan keseimbangan dapat menimbulkan satu atau

keduanya dari dua tanda kardinal: vertigo – suatu ilusi tubuh atau pergerakan

lingkungan, atau ataxia inkoordinasi tungkai atau langkah.

Kanalis Semisirkularis

Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan horizontal

yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk

2/3lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat

pada bagianampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana

kanalis superior danposterior bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki

vestibulum. Observasi berdiri dan melangkah sangat membantu dalam membedakan

antara serebelar,vestibular dan ataksia sensorius.

Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga

komponen penting, yaitusistem informasi sensorik (visual, vestibular dan

somatosensoris), central processing dan efektor.

Page 3: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity

(membedakan poladan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan

(input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi,

serta memprediksi datangnya gangguan.

Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan

posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi

keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya.

Telinga dalam (sistem vestibuler): organ keseimbangan pada telinga dalam yang

disebut sistem verstibuler. Termasuk diantaranya 3 kanalis semisirkularis yang

bereaksi terhadap rotasi kepala. Dekat dengan kanalis semisirkularis adalah utrikulus

dan sakulus yang mendeteksi gravitasi dan gerak maju mundur.Masukan (input)

proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulitdi telapak kaki juga merupakan hal

penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik.

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,

menata responsikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.

Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk

merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat,yang terdiri dari unsur lingkup

gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina. Postur adalah posisi

atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang

memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada

saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh,

yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari

permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak

kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh

ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Nistagmus adalah suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga

terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan

kabur) dan kepala menjadi pusing.

I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap

Keseimbangan Badan

Page 4: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

1. Suruhlah OP berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata

terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perahatikan jalannya

dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus

tersebut.

2. Ulangi percobaan di atas (I) dengan mata tertutup.

3. Ulangi percobaan di atas (I dan II) dengan :

a. kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

b. kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Hasil Pengamatan

- Saat OP berjalan lurus dengan membuka mata, OP dapat melakukannya

dengan baik tanpa ada kesulitan. Ketika berjalan lurus tanpa kepala

dimiringkan, tetapi dengan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kanan.

- Saat OP berjalan lurus dengan kepala dimiringkan ke kiri dan mata terbuka,

OP dapat berjalan lurus dengan baik. Tetapi, saat OP berjalan dengan kepala

dimiringkan ke kiri dan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kiri.

- Saat OP berjalan lurus dengan kepala dimiringkan ke kanan dan mata terbuka,

OP dapat berjalan lurus dengan baik. Tetapi, saat OP berjalan dengan kepala

dimiringkan ke kanan dan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kanan.

II. Percobaan Dengan Kursi Barany

A. Nistagmus

1. Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang

erat kursi.

2. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukan kepalanya 30º ke

depan.

3. Putarlah kursi ke kanan 10x dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.

5. Bukalah sapu tangan (buka mata) dan suruhlah OP melihat jauh ke depan.

6. Perhatikan adanya nistagmus.

Hasil Pengamatan

Saat pemutaran dihentikan, OP mengalami nistagmus ke arah kanan dengan cepat.

Page 5: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan

1. Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dan tutup matanya denagn sapu

tangan.

2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi barany dambil mengulurkan tangan

kirinya ke arah OP.

3. Suruhlah OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat

emnyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.

4. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan

cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.

Tindakan no. 1-4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai

berikut :

5. Suruhlah OP dengan kedua tangannya memegang erat kursi, menundukkan

kepala 30 ke depan.

6. Putarlah kursi ke kanan 10x dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan tiba-tiba, suruhlah OP menegakkan

kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukka seperti di atas.

8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh OP, bila terjadi

penyimpangan, tetapkan arah penyimpangan. Teruskan tes tersebut sampai OP

tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

Hasil Pengamatan

OP dapat menyentuh tangan pemeriksa, tetapi tidak lurus dengan tepat. Tangan OP

agak miring ke kanan dan tidak sejajar seutuhnya dengan tangan pemeriksa.

C. Tes Jatuh

1. Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang

erat kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukan kepala

dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120º dari posisi

normal.

2. Putarlah kursi ke kanan dalam waktu 10 detik tanpa sentakan.

3. Segera setelah pemutaran, hentikan tiba-tiba, suruhlah OP menegakkan

kembali kepala dan badannya.

Page 6: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

4. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP kemana rasanya ia

akan jatuh.

5. Ulangi tes jatuh ini tiap kali pada OP lain dengan :

a. memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90º terhadap

posisi normal.

b. menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60º.

6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe

pada canalis semisirkularis yang terangsang.

Hasil Pengamatan

- Saat pemutaraan kursi dihentikan, denga membungkukan kepala dan badannya

sehingga posisi kepala membentuk sudut 120º dari posisi normal, OP terjatuh

ke arah kanan, tetapi OP merasakan seperti ingin jatuh ke kiri.

- Saat pemutaran kursi dihentikan dengan memiringkan kepala ke arah bahu

kanan sehingga kepala miring 90º terhadap posisi normal, OP terjatuh ke arah

kanan atas, tetapi OP merasakan seperti ingin jatuh ke bawah.

- Saat pemutaran kursi dihentikan dengan memiringkan kepala ke belakang

sehingga membuat sudut 60º, OP terjatuh ke arah kiri, tetapi OP merasakan

seperti ingin jatuh ke kanan.

D. Kesan (Selesai)

1. Suruhlah OP di kursi barany dan tutuplah dengan sapu tangan.

2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur

bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur pula

sampai berhenti.

3. Tanyakan pada OP arah perasaan berputar :

a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah.

b. Sewaktu kecepatan putar menetap.

c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi.

d. Segera setelah kursi dihentikan.

4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan OP.

Hasil Pengamatan

Pemutaran kursi awalnya dilakukan ke arah kiri.

Page 7: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

- Perasaan OP ketika kecepatan putar masih bertambah ialah OP merasakan

berputar ke kiri.

- Perasaan OP ketika kecepatan putar menetap ialah OP merasakan tetap

berputar ke kiri.

- Perasaan OP ketika kecepatan putar dikurangi ialah OP merasakan kursi sudah

diam.

- Perasaan OP segera setelah kursi dihentikan ialah OP merasakan masih

berputar ke kanan.

III. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horizontalis

1. Suruhlah OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30º, berputar

sambil berpegangan pada tongkat, menurut arah jarum jam sebanyak 10x,

dalam 30 detik.

2. Suruhlah OP berhenti, kemudia membuka mata dan berjalan lurus ke muka.

3. Perhatikan apa yang terjadi.

4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan

arah jarum jam.

Hasil Pengamatan

- Saat OP berputar menurut arah jarum jam lalu membuka mata dan berjalan

lurus, yang terjadi ialah OP berjalan miring ke kanan.

- Saat OP berputar berlawanan arah jarum jam lalu membuka mata dan berjalan

lurus, yang terjadi ialah OP berjalan miring ke kiri.

Tabel untuk percobaan dengan kursi barany

Posisi Jenis & Arah Arah Gerakan Sensasi

Page 8: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

KepalaNistagmus

(komponen cepat)

Penyimpangan

Penunjukkan

Kompensasi

(arah jatuh)

30º ke depanNistagmus ke arah

kanan

Penyimpangan

sedikit ke arah

kanan

- -

60º ke

belakang- - Ke kiri depan

Ke kiri

belakang

120º ke

depan- - Ke kanan Ke kiri

miring 90º ke

bahu kanan- -

Ke arah

belakang

Ke

belakang

30º dengan

badan

bungkuk

- -Ke arah

kanan

Ke

belakang

bagian

kiri

Tes sensasi

30º tunduk- - -

Pelan: ke

arah

kanan

Cepat : ke

arah

kanan

Sedang:

ke arah

kanan

Berhenti:

ke arah

kanan

Kesimpulan

Page 9: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan

bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal. Keseimbangan

tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif)

dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa

dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau

bergejolak.

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori.

Dimana 50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan adalah

vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari isyarat visual (OP

memejamkan mata) dan kepala dimiringkan den gan kua t ke s a t u bag i an

(ka nan /k i r i ) da l am mem per t ahankan ke se im ban gan ada l ah terjadinya

kecenderungan adanya deviasi ke arah sisi dimana OP memiringkan kepalanya.

Jika OP setelah berputar mengalami mata dalam keadaan berkunang-kunang

atau pusing, hal ini dikarenakan terjadinya nistagmus. Nistagmus adalah suatu gejala

yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan

pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.

Pemeriksaan Pendengaran

Alat :

1. Penala dengan berbagai frekuensi

2. Kapas untuk menyumbat telinga

Tujuan :

Untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada

satu telinga.

Untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga.

Untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan orang

percobaan.

Landasan Teori

Page 10: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Telinga Luar 

Telinga luar terdiri dari daun telinga yang berfungsi mengumpulkan dan

menyalurkanbunyi ke liang telinga, liang telinga yang berfungsi mengarahkan bunyi

ketelingasampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin

dankulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada

sepertigabagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalamnya terdiri dari tulang,

panjangnyakira-kira 2½ ± 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat

banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat (kelenjar serumen) dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga

bagiandalam tidak dijumpai kelenjar serumen.

 

TelingaTengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani yang

berfungsimengubah bunyi menjadi getaran; batas depan tuba eustachius; batas bawah

venajugularis (bulbus jugularis); batas belakang aditus ad antrum, kanalis fasialis

parsvertikalis; batas atas tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam berturut-

turutdari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap

lonjong(oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium. Di dalam

telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam,

yaitu maleus, inkus dan stapes yang berfungsi menghantar getaran ke telinga dalam.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus

maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus,dan inkus melekat

pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.

Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Sedangkan tuba

eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring

dengan telinga tengah.

 

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau

puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimf skala timpani dengan

skalavestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap. Skala

vestibuli dan skala timpani berisi perilimf, sedangkan skala media berisi endolimf. Ion

dan garam yang terdapat di perilimf berbeda dengan endolimf. Hal ini penting untuk

Page 11: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibule (membran

Reissner) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

disebut membrantektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri

dari sel rambutdalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

Fisiologi Telinga (Proses Mendengar). Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan

disalurkan ke lubang telinga, dan menuju gendang telinga. Gendang Telinga bergetar

untuk merespons gelombang suara yang menghantamnya. Getaran ini mengakibatkan

tiga tulang di telinga tengah bergerak. Secara mekanis getaran dari gendang telinga ini

akan disalurkan, menuju cairan yang beradadi rumah siput( koklea). Getaran yang

sampai di koklea ini akan menghasilkan gelombang,sehingga rambut sel yang ada di

koklea akan bergerak. Gerakan ini mengubah energimekanik tersebut menjadi energi

elektrik ke saraf pendengaran ( auditory nerve,) dan menuju ke pusat pendengaran di

otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi suarayang dapat dikenal

oleh otak.

Gangguan Pendengaran

Seseorang dapat saja mengalami gangguan pendengaran, misalnya karena

seringmendengar bunyi yang keras atau adanya infeksi telinga luar atau dalam.

Gangguan (kehilangan) pendengaran, atau ketulian dapat bersifat sementara atau

menetap, parsialatau total. Ketulian diklasifikasikan menjadi dua jenis :

1. Tuli konduktif, terjadi apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan

melalui telinga luar dan tengah untuk mengetarkan cairan di telinga dalam. Pada

kasus ini penderita dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran.

2. Tuli sensorineural, terjadi apabila gelombang suara disalurkan ke telinga dalam,

tetapigelombang tersebut tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang

direpresentasikan oleh otak sebagai sensasi suara.

3. Tuli campuran : campuran antara gangguan pendengaran konduktif dan saraf.

Page 12: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Untuk pencegahan dari gangguan pendengaran, seseorang dapat diperiksa

pendengarannya. Dalam hal ini kami mencoba untuk melakukan tiga

pemeriksaanpendengaran dengan penala, yaitu pemeriksaan cara Rinne, cara Weber,

dan cara Schwabach.

Cara Rinne

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256/ yang lain) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya ke

benda keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu

telinga OP.

3. Tanyakanlah kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di

telinga yang diperiksa, bila demikian OP harus segera memberi tanda bila

degungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus OP dan

kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang

telinga yang sedang di periksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan :

Positif : Bila OP masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

Negatif : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan dengan hantaran aerotimpanal.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada OP ialah positif karena OP masih mendengar dengungan

secara hantaran aerotimpanal.

Cara Weber

1. Getarkanlah penala dengan seperti A.1.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.

3. Tanyakan OP apakah ia mendengar bunyi penala sama kuat di kedua

telinganya ataukah terjadi lateralisasi.

4. apa yang dimaksud dengan lateralisasi?

5. Bila OP tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi

buatan, tutuplah salah satu telinga dengan kapas dan ulangiah

pemeriksaannya.

Page 13: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Hasil Pengamatan

- OP mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di telinganya.

- OP merasakan latelarisasi kiri dan latelarisasi kanan ketika frekuensi penala

diubah.

Cara Schwabach

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256/ yang lain) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya ke

benda keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu

telinga OP.

3. Suruhlah OP mengacungkan tangannya saat degungan hilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala processus

mastoideusnya sendiri. Pada oemeriksaan ini telinga pemeriksa dianggap

normal. Bila degungan penala setelah dinyatakan OP berhenti ternyata masih

dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach

Pendek.

5. Apabila degunga penala setlah dinyatakan OP berhenti juga tidak dapat

didengar oleh pemeriksa, maka hasilnya mungin Shwabach Panjang atau

Schwabach Normal. Untuk memastikan hal ini maka :

a. Penala digetarkan , ujung tangkai penala mula-mula diekankan ke processus

mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai

penala segera ditekankan ke processus mastoideus OP.

b. Bila degungan masih dapat didengar OP maka hasilnya Schwabach

Memanjang.

c. Bila degungan tidak dapat didengar lagi juga oleh OP, maka hasilnya

Schwabach Normal.

Hasil Pengamatan

Hasil pemeriksaan pada OP ialah Schwabach Normal karena setelah degungan

dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa.

Begitupun ketika pemeriksa menyatakan dengungan berhenti, OP juga tidak dapat

mendengar dengungan.

Page 14: Keseimbangan Badan Dan Pendengaran

Kesimpulan

Tes Rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan tulang

pada telinga yang diperiksa. Apabila tes Rinne menunjukan hasil yang positif, maka

orang yang diperiksa didiagnosa tidak memiliki gangguan pendengaran atau normal.

Sedangkan apabila tes Rinne menunjukan hasil negatif, dapat dikatakan orang yang

diperiksa memiliki gangguan pendengaran. Pada tes Weber jika menunjukkan adanya

lateralisasi maka orang yang diperiksa didiagnosa memiliki gangguan pada indera

pendengarannya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui keseimbangan pendengaran

orang yang diperiksa melalui hantaran tulang. Dan pada pemerikaan dengan

menggunakan tes Schwabach menunjukkan hasil Scwabach normal maka orang yang

diperiksa memiliki pendengaran yang normal. Sedangkan jika hasil tes menunjukkan

Schwabach memanjang atau memendek maka orang yang diperiksa didiagnosa

memiliki kelainan pada pendengarannya.