fisiologi pendengaran dan keseimbangan

29
FISIOLOGI PENDENGARAN dan KESEIMBANGAN Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebutmenggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telahdiamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimf pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorongendolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membrantektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksistereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatanlistrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehinggamelepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi padasaraf auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks pendengaran (area 39-40) di lobus tempoalis. (3) Adapun keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang teradap lingkungan di sekitarnyatergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif.Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik

Upload: amelianuri

Post on 10-Aug-2015

262 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

  FISIOLOGI PENDENGARAN dan KESEIMBANGANProses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebutmenggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telahdiamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimf  pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorongendolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membrantektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksistereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatanlistrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehinggamelepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi padasaraf auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks pendengaran (area 39-40) di lobus tempoalis.(3) Adapun keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang teradap lingkungan di sekitarnyatergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif.Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SPP, sehinggamenggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Labirin terdiri dari labirin statis yaituutrkulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat dalamvestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnyaterdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularisdimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula.Di dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan danseluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula. Getaran atau perubahankepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnyasilia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubahsehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasidan akan merangsang penglepasan neurotrasmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan

Page 2: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

impuls sensoris melalui saraf afferent ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas siliaterdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibatrangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatanlinier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan dengan system tubuh yang lain,sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yangtimbulkan dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atautakikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.(4) Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan molekuludara yang berlangsung secara bergantian.(5) Pendengaranadalah persepsi saraf mengenai energi suara.Gelombang suaraadalahgetaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekananrendah karena penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampumenghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air. Namun, perjalanan gelombangsuara dalam media tersebut kurang efisien; diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan daripada pergerakan udara karena inersia (resistensi terhadap perubahan) cairan yang lebih besar.FUNGSI KOMPONENUTAMA TELINGA(1,5) Struktur Letak  Fungsi Telinga luar Mengumpulkan dan memindahkangelombang suara ke telinga tengah. P innaLempeng tulang rawan yangterbungkus kulit dan terletak di kedua sisi kepala.Mengumpulkan gelombang suara danmenyalurkannya ke saluran telinga;berperandalam lokalisasi suara.

Page 3: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

 Meatus auditoriusinternus(salurantelinga)Saluran dari eksterior melaluitulang temporalis kemembrane timpani.Mengarahkan suara ke membran timpan;mengandung rambut-rambut penyaring danmensekresikan kotoran telinga (ear wax) untuk menangkap partikel-partikel asing.Telinga Tengah Memindahkan getaran membran timpani kecairan di koklea, dalam prosesnyamemperkuat energi suara

 Membran timpani(gendang telinga)Membrane tipis yangmemisahkan telinga luar dantengahBergetar secara sinkron dengan gelombang suarayang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga tengah bergetar. Maleus, inkus, stapesRangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalanmelintasi rongga telingatengah; maleus melekat kemembran timpani dan stapesmelekat ke jendela ovalBerosilasi secara sinkron dengan getaranmembran timpani serta menimbulkan gerakanseperti gelombang di perilimfe koklea denganfrekuensi yang sama.Telinga dalam:KokleaTempat sistem sensorik untuk mendengar J endela oval Membran tipis dipintukoklea; memisahkan telingatengah dari skala vestibuliBergetar bersama gerakan stapes yang melekat padanya; gerakan jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak Skala vestibuleSkala timpaniKompartemen atas kokleaKompartemen bawah kokleaMengandung perilimfe yang dibuat bergerak oleh gerakan jendela oval yang di dorong olehgetaran tulang-tulang telinga tengah Duktus koklearis(skala media)Kompartemen tengah koklea Mengandung endolimfe; tempat membrane basilaris MembranbasilarisMembentuk lantai duktuskoklearisBergetar bersama dengan gerakan perilimfe;mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar.Organ CortiTerletak di bagian atas dan disepanjang membrane basilarisMengandung sel rambut, reseptor untuk suara,yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktutertekuk akibat gerakan cairan di koklea Membrantektorial Membrane stasioner yangtergantung di atas organCorti dan tempat sel-selrambut reseptor permukaanterbenam di dalamnya.Tempat rambut sel-sel reseptor yang terbenam didalamnya menekuk dan membentuk potensialreseptor ketika membran basilaris yang bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner. J endela bundar Membrane tipis yangmemisahkan skala timpanidari telinga tengahBergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredam tekanan di dalamkoklea; tidak berperan dalam penerimaan suara.Telinga dalam:Aparatusvestibularis Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan,dan memberikan masukan yang pentinguntuk mempertahankan postur dankeseimbangan K analis semisirkularisTiga saluran semisirkuler yang tersusun tiga dimensidalam bidang-bidang yangtegak lurus satu sama lain didekat koklea jauh di dalamtulang temporalisMendeteksi akselerasi (percepatan) ataudeselerasi (perlambatan) rotasional atau anguler 

Page 4: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

UtrikulusStruktur seperti kantung dirongga bertulang antaraMendeteksi 1) perubahan posisi kepalameenjauhi sumbu vertical dan 2) mengarahkan

sistem pendengaran

Pendahuluan

            Pendengaran adalah fungsi yang penting dan sangat berharga dalam kehidupan, terutama

dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Gangguan pendengaran atau ketulian yang bersifat

permanen bukan tidak mungkin menimbulkan masalah psikososial dan kesehatan yang pada

akhirnya menyebabkan seseorang kehilangan pekerjaan, depresi, dan terisolasi dari kehidupan

sosial.

Gangguan pendengaran didefinisikan sebagai berkurangnya pendengaran dari derajat

ringan sampai sangat berat. Jika seseorang dapat mendengar suara dari suatu sumber bunyi

dengan intensitas (tingkat kekerasan bunyi) antara 0-25 dB, maka ia memiliki fungsi

pendengaran yang normal

Telinga adalah organ sensoris sangat sensitif yang menerima dan mengubah suara, antara

16 dan 20.000 siklus/det, menjadi implus saraf yang diinterpretasikan di pusat auditori otak.

Organ pendengaran terdiri atas tiga bagian : telinga luar yang menangkap gelombang suara,

telinga tengah tempat gelombang suara diubah oleh oleh ketiga tulang pendengaran kecil

menjadi getaran mekanik, yang diterusakan ke cairan dari telinga dalam. Gerak cairan

menggetarkan membran tipis yang ditangkap oleh sel epitel khusus melalui ujung-ujung terkait

dari nervus auditorik. Selain itu, organ untuk persepsi dan menganalisis suara, telinga dalam juga

mengandung organ vestibular yang menangkap sensasi linear atau rotasional kepala dan

membangkitkan implus saraf yang berfungsi mempertahankan keseimbangan badan.

Struktur Makroskopis Sistem Pendengaran

Anatomi Telinga : indera pendengaran dan ekuilibrium

A.    Struktur telinga. Telinga terbagi menjadi bagian luar, tengah dan dalam

1.      Telinga luar terdiri dari pinna, atau aurikula, yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang

bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang

panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani.

2.      Membran timpani (gendang telinga) adalah perbatasan telinga tengah.

Page 5: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

a.       Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membran

mukosa pada permukaan internal.

b.      Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan memiliki tegangan, ukuran dan

ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.

Gambar 1. Anatomi dari Telinga

3.      Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temproal.

a.       Tuba eustachius (auditorl) menghubungkan telinga tengah dengan faring.

b.      Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini

berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

4.      Osikel auditori, dinamakan sesuai bentuknya. Terdiri dari maleus (marti). Inkus (anvil) dan

stapes (sanggurdi). Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenestra

vestibuli, yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam.

a.       Otot stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai dengan fenestra vestibuli oval, dan

menariknya ke arah luar. Otot tensor timpani melekat pada bagian pegangan maleus, yang berada

pada membran timpani, dan menarik fenestra vestibuli ke arah dalam.

b.      Bunyi yang keras mengakibatkan suatu refleks yang menyebabkan kontraksi kedua otot, yang

berfungsi sebagai pelindung untuk meredam bunyi.

5.      Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi medial telinga

tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian: labirin tulang dan labirin membranosa di dalam

labirin tulang.

A.    Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan

serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi tiga

bagian: vestibula, saluran semisirkular, dan koklea berbentuk seperti siput.

1.      Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran semisirkular dengan

koklea.

a.       Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae, yang

berhubungan dengan telinga tengah.

b.      Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe.

2.      Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior vestibula.

a.       Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal, di setiap sudut

kanannya.

Page 6: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

b.      Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran di atas.

3.      Koklea mengandung reseptor pendengaran.

B.                 Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan  kantong yang terletak dalam

labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan endolimfe,

cairan yang menyerupai cairan interseluler.

1.      Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong, untrikulus dan

sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimfe sempit dan pendek.

2.      Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular pada labirin

tulang yang mengandung perilimfe.

3.      Setiap duktus, semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis

(bagaimana cara kepala berorientasi terhadap ruang bergantung pada gaya gravitasi) dan

ekullibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam dan kecepatan serta arah gerakan).

4.      Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular; sedang sakulus terhubung dengan duktus

koklear dalam koklea.

5.      Koklea dan fisiologi pendengaran

1.      Koklea membentuk dua setengah putaran di sekitar inti tulang sentral. Modiolus, yang

mengandung pembuluh darah dan serabut saraf cabang koklear dari tepi saraf vestibulokoklear

(VIII). Sekat membagi koklea menjadi tiga saluran terpisah.

a.       Duktus koklear atau skala media, yang merupakan bagian labirin membranosa yang terhubung

ke sakulus, adalah saluran tengah yang berisi cairan endolimfe.

b.      Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media adalah sakala vestibuli

dan skala timpani. Kedua skala tersebut mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang

melalui lubang apeks koklea yang disebut helikotrema.

                                           i.            Membran reissner (membran vestibular) memisahkan skala media dari skala vestibuli, yang

berhubungan dengan fenestra vestibuli.

                                         ii.            Membran basilar memisahkan skala media dari skala timpani yang berhubungan dengan

fenestra cochleae.

c.       Skala media berisi organ corti yang terletak pada membran basilar.

Page 7: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

                                           i.            Organ corti terdiri dari reseptor, disebut sel rambut, dan sel penunjang yang menutupi ujung

bawah sel-sel rambut dan berada pada membran basilar.

                                         ii.            Membran tektorial adalah struktur gelatin seperti pita yang merentang di atas sel-sel

rambut.

                                       iii.            Ujung basal sel rambut bersentuhan dengan cabang bagian koklear saraf vestibulokoklear.

Sel rambut tidak memiliki akson dan langsung bersinapsis dengan ujung saraf koklear.

2.      Gelombang bunyi (getaran) memasuki meatus auditori eksternal dan membentuk getaran dalam

membran timpani. Getaran kemudian menjalar di sepanjang osikel telinga menuju fenestra

vestibuli, mendorongnya masuk dan membentuk gelombang tekanan pada perilimfe skala

vestibuli yang tidak dapat terkompresi.

3.      Gelombang tekanan dalam sakala vestibuli menjalar sampai ke skala timpani dan menyebabkan

fenestra cochleae menonjol ke luar.

4.      Getaran yang dihantarkan cairan juga menyebabkan gelombang getar pada membran basilar,

dengan luas gerakan yang berbeda sesuai dengan amplitudo dan frekuensi (kekuatan) getaran.

a.       Membran basilar secara  bertahap melebar dari stapes sampai helikotrema. Ujung membran

yang sempit bergerak untuk merespons seluruh frekuensi bunyi; gerakan ujung yang semakin

melebar hanya terjadi untuk merespons frekuensi yang rendah.

b.      Nada bunyi adalah kumpulan frekuensi getaran (siklus) gelombang bunyi per detik, manusia

mampu mendengar  bunyi yang berfrekuensi antara 20 dan 20.000 gelombang perdetik.

c.       Intensitas bunyi adalah kumpulan amplitudo gelombang. Semakin besar amplitudo, semakin

keras bunyi dan semakin besar getaran pada membran basilar.

5.      Sel-sel rambut melengkung akibat getaran membran basilar; hal ini kemudian akan memicu

implus saraf.

6.      Jalur saraf. Serabut saraf koklear bersinapsis dalam medula dan dalam otak tengah untuk

berasenden menuju korteks auditori, yang terletak jauh dalam fisura lateral hemisfer serebral.

7.      Ekuilibrium dan aparatus vestibular. Aparatus vestibular adalah istilah yang dipakai untuk

utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkular, yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan

keseimbangan.

8.      Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan angular atau

rotasi.

Page 8: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

a.       Ampula adalah reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap duktus semisirkular dalam saluran

semisirkular mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista.

b.      Krista terdiri dari sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk lapisan gelatin yang

disebut kupula.

c.       Gerakan kepala menyebabkan endolimfe dalam saluran semisirkular membentuk gerakan

kupula. Pelengkungan sel-sel rambut membentuk potensial saraf.

d.      Masing-masing duktus semisirkular-anterior, lateral, atau posterior-merespon gerakan rotasi

tertentu yang ditentukan melalui orientasi duktus.

9.      Jalur saraf untuk indera ekuilibrium

a.       Ujung saraf membentuk vestibular CN VIII. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia

vestibular superior dan inferior dekat labirin membranosa.

b.      Implus ditransmisi dari ganglia vestibular menuju nuklei vestibular yang terletak di sambungan

medula dan pons. Dari area tersebut, informasi sensorik diintegrasikan dan di kirim ke

serebelum.c.         Nuklei vestibular juga menerima informasi dari reseptor visual dan reseptor proprioseptif leher

dan lengan. Informasi dikirim melalui medula ke serebelum, ke formasio retikular, dan ke

beberapa nuklei untuk mengendalikan refleks otot mata, kepala, dan leher. 1

Struktur Mikroskopis Sistem pendengaran               

Telinga Luar

Aurikulia

Aurikulia atau pinna terdiri atas lempeng tulang rawan elastis dengan bentuk tidak

teratur, setebal 0,5-1 mm, di bungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis. Kulit

yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan yang jelas hanya di bagian posterior

aurikula. Ia dilengkapi beberapa rambut pendek dan kelenjar sebasea terkait.

Meatus Akustikus Eksternus

Meatus akustikus adalah saluran yang terbentang antara aurikula sampai ke membran

timpani (gendnag pendengaran), dengan panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga bagian luarnya

merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan duapertiga bagian dalamnya adalah saluran

dalam tulang tempora. Kulit yang melapisi meatus itu tipis dan melekat erat pada perikondrium

dan peiosteum dibawahnya.

Telinga Tengah

Page 9: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Kavum timpani

Kavum timpani adalah ruang berisikan udara berbentuk tak teratur dengan diameter

sekitar 6-15 mm, di dalam tulang termporale. Dinding lateralnya sebagian besar dibentuk oleh

membran timpani dan dinding medialnya oleh tulang dari telinga dalam. Ke posterior, ia

menyatu dengan rerongga berisikan udara dari proses mastoid tulang temporal, dan ke anterior ia

berlanjut ke dalam tuba auditorius (tuba eustachii), yang menghubungkan kavum timpani dan

nasofaring. Kavum mengandung tiga tulang pendengar dan muskulus tensor timpani dan

muskulus stapedius yang berhubungan dengan tulang pendengar. Kavum ini dilapisi sel gepeng,

namun dekat muara tuba auditorius dan dekat tepian membran timpani, ia kuboid dan mungkin

besilia. Tidak ada kelenjar disini.

Tulang pendengar

Tiga tulang bersendi kecil, malleus, inkus dan stapes. Fungsi tulang pendengar adalah

meneruskan energi dari gelombang tekanan suara yang relatif lemah dari udara dalam meatus

akustikus eksternus menjadi gerakan kuat dari cairan di telinga dalam.

Membran timpani

Bentuknya semi-transparan, lonjong, berbentuk kerucut sangat renadah dengan apeks

mengarah ke medial. Membran ini dibentuk oleh dua lapis serat kolagen dan fibroblas. Di lapis

luar, serat kolagen berorientasi radial, sedangkan lapisan dalam melingkar. Juga terdapat jalinan

tipis serat-serat elastis.

Tuba auditorius (tuba eustachii)

Dari dinding anterior kavum timpani, tuba auditorius berjalan antero-medial dan inferior

sejauh 4 cm dan bermuara pada dinding postero-dorsal nasofaring. Sepertiga bagian pertama,

dekat kavum timpani disokong oleh tulang dan sisanya disokong medial oleh tulang rawan dan

dilateral oleh jaringan ikat fibrosa. Pada potongan melintang tuba auditorius, tulang rawan yang

menyokong bagian medial dan superior memiliki konfigurasi mirip kait. Tulang rawan elastisnya

hampit di seluruh panjangnya namun serat-serat elastisnya hilang dan menjadi tulang rawan

hialin di dekat ujung faringealnya. Diameter tuba agak mengkerut pada batas segmen tulang

rawan dan tulangnya dan bagian ini disebut ismus.

Telinga Dalam 

Duktus semisirkularis

Page 10: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Reseptor sensoris dari duktus semisirkularis terdapat di dalam pelebaran-pelebaran kecil

pada masing-masing duktus disebut ampula. Pada dasarnya setiap ampula terdapat tabung

melintang, krista ampularis. Epitel sensoris di atas puncak krista terdiri atas dua jenis sel, sel

rambut dan sel penyokong.

Utrikulus

Dinding utrikulus dan sakulus terdiri dari lapis fibrosa luar, sebuah lapis tengah jaringan

ikat vaskular halus dan lapis dalam epitel yang bervariasi dari gepeng sampai kuboid rendah,

kecuali di daerah-daerah reseptor khusus, tempat ia kolumnar dan lebih rumit susunanya.

Pada dasar utrikulus terdapat daerah dengan epitel sensoris khusus yang menebal, berdiameter 2

sampai 3 mm, yang disebut makula utrikuli. Ia terdiri atas sel rambut dan sel penyokong.

Sakulus

Untrikulus berhubungan dengan sakulus melalui duktus utrikulosakularis sempit. Pada

dinding sakulus globular terdapat penebalan lonjong pada dinding yang disebut dengan makula

sakuli.

Duktus kecil-kecil dari utrikulus dan sakulus bergabung membentuk duktus

endolimpatikus.

Koklea

Koklea adalah bagian labirin oseosa anteromedial dari vestibulum. Ia adalah kanal tulang

berpilin sepanjang kira-kira 35 mm yang membentuk dua dan tiga perempat putaran mengelilingi

tiang konis dari tulang spons, disebut modiolus.

Pada dinding koklea, epitel sisi dalam membran vestibular menyatu dengan sebuah pita

epitel berlapis, disebut striata vaskularis yang mengandung sebuah pleksus kapiler intraepitel.

Labirin perilimfatik

            Labirin membranosa adalah sistem saluran-saluran berdinding tipis tertutup yang saling

berhubungan secara bebas. Ia mencangkup utrikulus dan sakulus dalam vestibulum, duktus

semisirkularis, dan duktus koklearis. Semua bagian labirin membranosa berisikan cairan kental

disebut endolimf. Ruangan-ruang mengelilingi labirin membranosa membentuk labirin

perilimfatik. Ia mencangkup ruang sempit diantara dinding utrikulus dan sakulus dan tulang

Page 11: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

sekelilingnya, dan skala vestibuli dan timpani yang lebih lebar yang mengapit duktus koklearis.

Ia mengandung sel-sel, serat-serat, dan cairan yang disebut perilimf.

Dicelah yang sempit, jaringan perilimfatik terdapat berupa retikulum sangat longgar

terutama terdiri atas cabang-cabang sangat halus dari banyak sel perilimpatik stellata, dengan

sangat sedikit serat ekstrasel terkait. Pada bagian yang sangat lebar dari labirin perilimfatik

terbentuk lebih banyak serat dan dapat membentuk selubung relatif padat setebal 1-2 milimikron.

Cairan dalam labirin perilimfatik dan labirin membranosa sangat berbeda komposisi

kimianya. Perilimf sangat mirip cairan ekstrasel pada umumnya, sedangkan ednolimf mirip

cairan intrasel dalam komposisi ionnya, yang kaya K+  dan Na+. 2

Fisiologi Sistem Pendengaran            

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau telinga ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getara melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehinggga

pelimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membranan reissner yang

mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya

deflaksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area

Brodman 39-40) di lobus temporalis. 3

Mekanisme Pendengaran

Mekanisme pendengaran sentral

Jaras persarafan pendengaran

Serabut saraf dari ganglion spiralis corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan

ventralis yang terletak pada bagian atas medula. Pada titik ini, semua bersinaps dan neuron

tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus

superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada

Page 12: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

sisi yang sama. Dari nukleus olivaris superior, jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas

melalui lemnikus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus lemnikus lateralis, tetapi

sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua

atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio

auditorik ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada gyrus lobus temporalis.

Beberapa titik penting diperhatikan. Pertama sinyal dari kedua telinga dijalarkan melalui

jaras kedua sisi otak, dengan penjalaran yang lebih besar pada jaras kontralateral. Pada sekurang-

kurangnya di tiga tempat batang otak, terjadi persilangan antara kedua jaras ini: 1. Dalam korpus

trapezoid, 2. Dalam komisura di antara dua ini lemniskus lateralis, dan 3. Dalam komisura yang

menghubungkan dua kolikulus inferior.

Kedua, banyak serabut kolateral dari traktus auditorik berjalan langsung ke dalam sistem

aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan

ke bawah dalam medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi respon

terhadap suara yang keras. Kolateral lain menuju ke vermis serebrum, yang juga diaktivasi

seketika itu juga jika ada suara keras yang timbul mendadak.

Ketiga, orientasi spasial dengan derajat tinggi dipertahankan dalam traktus serabut yang

berasal dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataanya, ada tiga pola spasial untuk

menghentikan berbagai frekuensi suara inti koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu pola yang

tepat untuk frekuensi suara yang berlainan di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya lima

pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area ini yang berhubungan dengan

pendengaran.

Peran korteks pendengaran primer pada pendengaran

Korteks pendengaran primer berkorespodensi dengan area 41 dan 42 brodmann. Di

sekitar daerah ini terdapat area 22, suatu bagian yang dianggap merupakan korteks pendengaran

sekunder.

Di korteks pendengaran primer terdapat paling sedikit enam representasi tonopik (peta)

frekuensi suara. Kerusakan bilateral korteks pendengaran primer tidak menghilangkan

kemampuan medeteksi suara; namun, kerusakan tersebut menyebabkan penderita kesulitan

menenrukan lokasi suara dari lingkungan. Lesi di korteks pendengaran sekunder mengganggu

kemampuan penderita meninterpretasikan arti suara tertentu. Hal ini terutama jelas untuk kata-

kata yang diucapkan dan disebut sebagai afasia reseptif. 4

Page 13: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Gelombang suara

Gelombang suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di

lingkungan eksternal yaitu, fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara

bergantian mengenai membran timpani.

Secara umum, kekerasan/kekuatan (loudness) suara berkaitan dengan amplitudo

gelombang suara dan nadanya berkaitan dengan frekuensi (jumlah gelombang per satuan waktu).

Semakin besar amplitudo, semakin keras suara; dan semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi

nada. Namun, selain frekuensi, nada juga ditentukan oleh faktor lain yang belum sepenuhnya

dapat dipahami. Frekuensi juga dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang

pendengaran lebih rendah pada beberapa frekuensi tertentu dibandingkan dengan frekuensi lain.

Gelombang suara yang memiliki pola berulang, walau pun setiap gelombang bersifat kompleks,

didengar sebagai suara musik; getaran yang tidak periodik dan tidak berulang menyebabkan

sensasi bising. Sebagian besar suara musik terbentuk dari gelombang dengan frekuensi primer

yang menentukan nada suara ditambah sejumlah getaran harmonik (overtone) yang

menyebabkan suara memiliki timbre warna nada, kualitas) yang khas. Variasi timbre

memungkinkan kita mengetahui suara berbagai alat musik walaupun alat-alat tersebut

memberikan nada yang sama.

Fungsi membran timpani dan tulang pendengaran

Sebagai respon terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara di

permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Dengan demikian, membran

berfungsi sebagai resonator yang menghasilkan ulang getaran dari sumber suara. Membran ini

berhenti bergetar hampir segera setelah gelombang suara berhenti; yaitu membran ini mengalami

peredaman kritis (critically damped) yang hampir total. Gerakan membra timpani disalurkan ke

manubrium maleus. Maleus bergoyang pada sumbu melalui taut tonjolan panjang dan pendeknya

sehingga tonjolan pendek menyalurkan getaran manubrium ke inkus. Inkus bergerak sedemikian

rupa sehingga getaran diteruskan ke bagian kepala stapes. Pergerakan kepala stapes

menyebabkan lempeng kakinya bergerak maju mundur seperti seperti pintu yang berengsel di

tepi posterior fenestra ovalis. Dengan demikian tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai

sistem pengungkit yang mengubah getaran resonan membran timpani menjadi getaran stapes

terhadap skala vestibuli koklea yang berisi perilimfe. Sistem ini meningkatkan tekanan suara

yang tiba di fenestra ovalis, karena efek pengungkit maleus dan inkus melipatgandakan gaya 1,3

Page 14: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

kali lebih kuat dan luas membran timpani jauh lebih besar dibandingkan dengan luas lempeng

kaki stapes sebagian ebergu suara akan hilang sebagai akibat resistanis, tetapi telah

diperhitungkan bahwa pada frekuensi di bawah 3000 Hz, 60% energi suara yang jatuh di

membran timpani akan ditransmisikan ke cairan di dalam koklea. 5

Organ corti- implus saraf sebagai respon terhadap getaran membran basilar

Sel reseptor organ corti terdiri dari dua jenis : sel rambut dalam dan luar. Terdapat satu

barisan sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan tiga sampai empat baris sel rambut

luar dengan jumlah total sekitar 12.000. hampir 95% dari serat sensorik saraf kranialis kedelapan

yang menyarafi koklea membentuk kontaks sinaps dengan sel rambut dalam. Badan sel dari serat

sensorik ditemukan di ganglion spiralis, yang terletak di modiolus tulang (bagian tengah) yang

berfungsi sebagai penunjang bagi membran basilar di salah satu ujung. Prosesus sentralis sel-sel

ganglion ini masuk ke batang otak di medula rostal untuk bersinaps dengan nukleus koklearis. 4

Fungsi sel rambut dalam dan luar

Sel rambut dalam adalah sel sensorik utama yang menghasilkan potensial aksi di saraf

pendengaran, dan diperkirakan sel ini dirangsang oleh gerakan cairan.

Di pihak lain, sel rambut luar memiliki fungsi yang berbeda. Sel ini berespon terhadap

suara, seperti sel rambut dalam, tetapi depolarisasi menyebabkannya memendek dan

hiperpolarisasi menyebabkannya memanjang. Sel-sel ini melakukannya di atas bagian membran

basalis yang fleksibel, dan getaran ini sedikit banyak meningkatkan ampiltudo dan kejernihan

suara. Perubahan pada sel rambut luar ini terjadi sejajar dengan perubahan pada prestin, yang

merupakan protein membran, dan protein ini mungkin merupakan protein motorik bagi sel

rambut luar.

Sel rambut luar menerima persarafan kolinergik melalui komponen eferen saraf auditorik,

dan asetilkolin menyebabkan hiperpolarisasi sel. Namun, fungsi fisiologis dari persarafan ini

belum diketahui. 5

Getaran membran basilaris merangsang sel rambut. Permukaan apikal sel rambut

membentuk banyak stereosilia dan satu kinosilium yang menonjol ke aras ke membran tektorium

diatasnya. Ketika membran basal bergetar, silia sel rambut yang terbenam di membran tektorim

melengkung ke satu arah dan kemudian ke arah lain; gerakan inilah yang secara mekanis

membuka salurna ion dan menyebabkan depolarisasi sel rambut.

Page 15: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Potensial reseptor sel rambut mengaktifkan serat saraf auditorius. Sekitar 100 silia

yang menonjol dari permukaan apikal sel rambut secara progresif bertambah penjangnya dari

regio perlekatan membran basal ke modiolus. Silia paling panjang disebut kinosilum. Ketika

stereosilia melengkung ke arah kinosilium, saluran kalium di membran silia membuka, kalium

masuk, dan sel rambut mengalami depolarisasi. Ketika silia menjauhi kinosilium, hal yang tepat

sebaliknya yang terjadi; yaitu sel rambut mengalami hiperpolarisasi. Cairan yang membasuh silia

dan permukaan apikal sel rambut endolimpe. Cairan encer ini berbeda dari perilimfe di skala

vestibuli dan skala timpani, yang seperti cairan ekstrasel, tinggi natrium dan rendah kalium.

Endolimpe di sekresikan melalui striata vaskularis (epitel khusus di dinding skala media) serta

kaya kalium dan rendah natrium. Potensial listrik di kedua sisi endolimfe, yang disebut potensial

endokoklea, adalah sekitar +80 milivolt. Namun, bagian dalam sel rambut adalah sekitar -70

milivolt. Karena itu beda potensial di membran silia dan permukaan apikal sel rambut sekitar

150 milivolt; hal ini sangat meningkatkan kepekaan kita. 4

Tes Pendengaran

Cara Pemeriksaan Pendengaran

Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui

tulang dengan memakai garfu tala atau auditometer nada murni.

Test penala

Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif, terdapat berbagai tes penala, seperti tes rinne,

tes weber, tes schwabach, tes bing, dan tes strenger.

A.    Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang

pada telinga yang diperiksa

B.     Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga

kanan.

C.     Tes Bing (tes oklusi)

Cara pemeriksaan : tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga

terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan

kepala (seperti tes weber).

Penilaian : bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga yang ditutup tersebut

normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut

menderita tuli konduktif.

Page 16: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

D.    Tes Strenger : digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli)

cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masking.

Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik

digetarkan dan masing-masing diletakkan dan masing-masing di letakkan di depan telinga kiri

dan kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan dan

diletakkan di depan telinga kanan dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-pura tuli).

Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi;

jadi telinga kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap

mendengar bunyi.

Macam-macam penala :

Penala terdiri dari 1 set (5 buah) dengan frekuensi 128 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048

Hz. Pada umumnya dipakai 3 macam penala : 512 Hz, 1024 Hz,  dan 2048 Hz. Jika akan

memakai hanya 1 penala, digunakan 512 Hz.

Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes rinne, tes weber, dan tes schwabach

secara bersamaa.

Cara Pemeriksaan

Tes Rinne :

Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prossesus mastoid, setelah tidak terdengar

penala diregangkan di depan telinga kira-kira  1 ½ cm. Bila masih terdengar disebut rinne positif

(+), bila tidak terdengar disebut rinne negatif (-).

Tes Weber :

Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di verteks, dahi,

pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu).

Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut weber lateralisasi ke

telinga tersebut. Bila tidak terdapat dibedakkan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras

disebut tes weber tidak ada lateralisasi.

Page 17: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Tes Schwabach:

Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan di prosesus mastoideus sampai tidak

terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan ke prossesus mastoideus telinga

pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut

schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara

sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prossesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien

masih dapat mendengar bunyi itu disebut schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa

sama-sama mendengar disebut dengan schwabach sama dengan pemeriksa.

Tes Berbisik:

Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal

yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup, tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada

nilai normal tes berbisik : 5/6-6/6. 3

Kesimpulan

Telinga adalah salah satu pancaindra yang penting. Kerusakan telinga atau gangguan

pendengaran  dapat mengganggu dan dapat menimbulkan masalah.

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Gelombang suara yang

diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini

kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan

diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh

cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang

terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk

pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh

alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).

Page 18: Fisiologi Pendengaran Dan Keseimbangan

Daftar Pustaka

1.      Ethel Sloane. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h. 189-193

2.      Fawcett DW. Histologi. Edisi ke 12. Jakarta: EGC; 2002.h. 824-843

3.      Soepardi EA (ed), Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi

ke 6. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia; 2007.h. 10-18

4.      Guyton, AC. Fisiologi kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta: EGC; 2007.  

5.      Ganong. WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke 22. Jakarta : EGC; 2007.h. 179-193