kesehatan yang optimal bagi setiap individu

7

Click here to load reader

Upload: isal-tulloh

Post on 06-Aug-2015

81 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesehatan Yang Optimal Bagi Setiap Individu

A. Latar Belakang

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya perawatan kesehatan masyarakat yang

lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap upaya

pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita maupun dalam

kondisi pemulihan terhadap penyakit Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang

mempunyai peranan penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan ( Nasrul

Efendi, 2005 : 6 ).

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia, kita perlu

memperhatikan tingkat masalah kesehatan yang sering terjadi, salah satunya adalah

penyakit kulit termasuk dermatitis seborhoic/ekzema yang sering terjadi di masyarakat.

Ekzema berasal dari bahasa Yunani. Artinya air mendidih. Penggunaan kata ini

merupakan refleksi kelainan kulit yang tampak berbintil, menggelembung pada

permukaan kulit sperti buih air mendidih. Di Eropa, ekzema merupakan nama penyakit

yang mempunyai ciri khas gatal. Di Amerika ekzema ini dinamakan Dermatitis. Ciri

khasnya terutama keluhan gatal. Rasa gatal merupakan perwujudan rasa nyeri yang berada

dibawah nilai ambang. Rangsangan dapat berbentuk trauma fisik, kimiawi, dan

mekanisme alergi. (Banjarmasin post, 2005).

Ekzema mempunyai banyak bentuk gambaran klinis, sehingga sulit dibuat defenisi

untuk kata “Ekzema”. Disarankan istilah tersebut tidak dipakai lagi dan digantikan dengan

istilah dermatitis. Sebenarnya istilah dermatitis sudah banyak dipakai untuk ekzema

karena kontak, ekzema pada atopik, dan pada dermatitis seboroik. Pengarang lainnya

beranggapan istilah ekzema dan dermatitis ini tidak sama. Ada yang lebih senang

menggunakan istilah dermatitis. Karena pengertian dermatitis dan ekzema sampai saat ini

masih juga diperdebatkan, penulis masih mengangap kedua istilah itu mempunyai

pengertian yang sama. Jadi dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit yang

karakteristik terhadap berbagai rangsangan endogen ataupun eksogen. Penyakit ini sangat

sering dijumpai. (Marwali, 2000).

Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik

0.69%, dermatitis numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,82%. (Marwali, 2000).

Berdasarkan prevalansi tersebut bahwa yang terbanyak adalah dermatitis seboroik.

Dermatitis Seboroik ( Seborrhoeic Dermatitis) merupakan peradangan permukaan

kulit berbentuk lesi squamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronis, yang sering

1

Page 2: Kesehatan Yang Optimal Bagi Setiap Individu

terjadi di area kulit berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea

( kelenjar minyak dan lemak ) seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area

pelipatan tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).

Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum,

kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak,

bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada

kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah presternal

dada. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis

seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe

Cradle cap (penyakit kulit seboroik/dermatitis seboroik) adalah scaling berwarna

merah dan kuning, ruam berkulit keras yang terjadi pada kepala bayi dan kadangkala pada

lipatan kulit.

Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya mudah

ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak paling

sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa. Cradle cap dikaitkan dengan

peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah

wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor penyebab.

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan

mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan

P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk

metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui

aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan lingkungan

diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat penyakit.

Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik dapat

menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga

60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria

daripada wanita.

Menurut Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara menunjukkan penyakit alergi

adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter .

Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan

sekitar 80% dantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan

alergi. Penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian

alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang

2

Page 3: Kesehatan Yang Optimal Bagi Setiap Individu

menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai gejala alergi, 6 juta orang

mempunyai Dermatitis (alergi kulit). (Widodo Judarwanto, 2000).

Prevalensi dermatitis di Indonesia pada tahun 2008 cukup tinggi (67,8%), tertinggi di

Provinsi Kalimantan Selatan (113,0%), diikuti Sulawesi Tengah (105,8%), DKI Jakarta

(99,9%), NusaTenggara Timur (99,9%), Nanggroe Aceh Darussalam (98,7%). Prevalensi

terendahterdapat di Provinsi Sulawesi Barat (25,7%).Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2010 menunjukkan prevalensi nasional kasus

dermatitis adalah 69,8% dan ada 14 provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi

nasional, termasuk DKI Jakarta. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat prevalensi penyakit

dermatitis cukup tinggi yaitu 92,7%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang bahwa

jumlah kasus dermatitis seborhoic pada tahun 2011, pasien yang berobat ke poli kulit

sebanyak 552 pasien. Diantaranya usia 5-14 tahun berjumlah 72 pasien, usia 15-24 tahun

berjumlah 164 pasien, usia 25-44 tahun berjumlah 204 pasien, dan usia 45-64 tahun

berjumlah 112 pasien.

Kulit adalah salah satu organ penting bagi manusia. Untuk itu mesti dijaga agar tetap

sehat dan tidak terjadi gangguan peradangan pada kulit. Namun dengan keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki pasien tentang penyakit dermatitis seborhoic dan kebiasaan

buruk dalam menjaga kesehatan kulityang kurang baik tanpapengetahuan yang mendasar

dapat mengakibatkan timbulnya peradangan. Oleh karena itu untuk melaksanakan

pencegahan, pengobatan, dan penyembuhan gangguan kulit secara baik dan benar di

butuhkan pengetahuan yang baik tentang penyakit dermatitis seborhoic. Sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup penderita serta dapat menurunkan angka kejadian gangguan

kulit dan komplikasi lainnya. Berdasarkan teori dan fakta diatas, penulis berminat untuk

melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit

Dermatitis Seborhoic Di Poli KULIT RSUD Sumedang Tahun 2012”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberi gambaran pengetahuan pasien tentang penyakit dermatitis seborhoic di Poli Kulit

Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan pasien tentang pengertian/definisi dermatitis seborhoic.

3

Page 4: Kesehatan Yang Optimal Bagi Setiap Individu

b. Mengetahui pengetahuan pasien tentang penyebab dermatitis seborhoic.

c. Mengetahui pengetahuan pasien tentang tanda dan gejala dermatitis seborhoic.

d. Mengetahui pengetahuan pasien tentang pencegahan dan pengobatan dermatitis

seborhoic.

C. Manfaat

1. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan sebagai sarana dalam penerapan ilmu pengetahuan yang

telah penulis peroleh selama pendidikan untuk diterapkan di tempat pelayanan

kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pembendaharaan bacaan dan referensi informasi kalangan akademis sebagai

dasar pemikiran dan pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi guna

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

4. Bagi profesi

Meningkatkan kualitas tenaga perawat di poli.

4