kesehatan kerja

87
Kesehatan Kerja Yusuf Alam Romadhon

Upload: ananto-wibisono

Post on 24-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kesehatan kerja

TRANSCRIPT

Page 1: Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja

Yusuf Alam Romadhon

Page 2: Kesehatan Kerja

Kedokteran Komunitas

Keluarga

Pekerja

OlahragaPenerbangan

Lain..

Page 3: Kesehatan Kerja

Kedokteran Komunitas

Keluarga

Pekerja

OlahragaPenerbangan

Lain..

Page 4: Kesehatan Kerja

Pekerja

Informal

Kaki lima

Rumah tangga

Formal

Kerah putih

Kerah biru

Page 5: Kesehatan Kerja

Dampak Industri• Dampak positif industri : menciptakan

lapangan kerja, mempermudah komunikasi dan transportasi, meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat

Page 6: Kesehatan Kerja
Page 7: Kesehatan Kerja
Page 8: Kesehatan Kerja

Dampak Industri

• Dampak negatif : – Pajanan bahan-bahan hasil dari proses dan produk

hasil industri kesehatan lingkungan ; pencemaran air (pembuangan limbah, pencemaran udara asap pabrik)

– Penyakit akibat kerja pajanan bahan kimia dan biologis serta bahaya fisik di tempat kerja

– Kelainan dan penyakit berbagai organ tubuh (kelainan kulit, gangguan gastrointestinal, kelainan mata, saluran nafas) dengan derajat yang bervariasi (ringan – berat)

Page 9: Kesehatan Kerja

Batasan

• Aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, perkebunan dsb)

• Subyek dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerjaan dan masyarakat di sekitar perusahaan

• Ciri pokoknya : upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

Page 10: Kesehatan Kerja

Batasan

• Prinsip pokok : “penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah”

• Upaya pokok : – Pencegahan kecelakaan akibat kerja (preventif)– Mencegah timbulnya penyakit yang diakibatkan

oleh limbah dan produk perusahaan (preventif)– Meningkatkan kesehatan pekerja dan

produktivitas kerja (promotif)– Tetap memberikan upaya kuratif

Page 11: Kesehatan Kerja

Why?

• Tujuan utama kesehatan kerja adalah meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin Bagi perusahaan menguntungkan

• Tidak adanya sakit kerja dan kecelakaan kerja tidak adanya absen kerja

Page 12: Kesehatan Kerja

What?

• Kesehatan kerja alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja (buruh, karyawan, petani, nelayan, pekerja sektor non formal, dsb) dan masyarakat sekitar perusahaan pada derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

• Kesehatan kerja alat untuk meningkatkan produksi dengan cara meningkatkan produktivitas

• Kesehatan kerja alat “berkomunikasi” dan “tanggung jawab” sosial perusahaan pada masyarakat sekitarnya

Page 13: Kesehatan Kerja

How?Bentuk operasional kesehatan kerja1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga

kerja4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan

serta kenikmatan kerja5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar

terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut

6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan

Page 14: Kesehatan Kerja

Who?

• Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif

• Didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif – Suhu ruangan nyaman– Penerangan / pencahayaan yang memadai– Bebas debu – Sikap badan yang baik– Alat-alat kerja yang ergonomik

Page 15: Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja vs Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Kerja

• Kesehatan masyarakat kerja sebagai sasaran utama

• Mengurusi golongan karyawan yang mudah didekati

• Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan periodik

• Tujuan utama : tingkatkan produktivitas

• Dibiayai oleh perusahaan atau tenaga kerja

Kesehatan Masyrakat

• Kesehatan masyarakat umum sebagai sasaran utama

• Mengurusi masyarakat yang kurang mudah dicapai

• Sulit untuk melakukan pemeriksaan periodik

• Lingkungan umum merupakan masalah pokok

• Tujuan utama kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

• Dibiayai pemerintah dan partisipasi masyarakat

Page 16: Kesehatan Kerja

Determinan Kesehatan Kerja

• Adalah faktor penentu sehat/sakitnya seseorang dalam usaha mengoptimalkan produktivitas kerjanya.

• Ada tiga determinan kesehatan kerja1. Beban kerja2. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja3. Kemampuan kerja

Page 17: Kesehatan Kerja

BEBAN KERJADeterminan kesehatan pertama

Page 18: Kesehatan Kerja

Beban kerja

• Setiap pekerja apa pun jenisnya baik kerah biru maupun putih merupakan beban bagi yang melakukan.

• Wujudnya : beban fisik, beban mental, beban sosial

• Kesehatan kerja mengurangi beban dengan merencanakan atau mendesain alat (contoh gerobak, komputer, kalkulator dsb)

Page 19: Kesehatan Kerja

BEBAN TAMBAHANDeterminan kesehatan kerja kedua

Page 20: Kesehatan Kerja

Beban tambahan

• Kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan

• Disebut beban tambahan karena kondisi atau lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan

Page 21: Kesehatan Kerja

Macam beban tambahan

1. Faktor fisik ; penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara panas, kelembaban tinggi atau rendah, suara bising

2. Faktor kimia ; bahan-bahan kimia yang timbulkan gangguan kerja: bau gas, uap atau asap, debu

3. Faktor biologi ; binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang sebabkan pandangan tidak enak (nyamuk, lalat, kecoa, lumut)

4. Faktor fisiologis ; peralatan kerja yang tidak sesuai ukuran tubuh (tidak ergonomis) seperti meja atau kursi yang terlalu pendek

5. Faktor psiko – sosial ; suasana kerja yang tidak harmonis (klik, gosip, cemburu)

Page 22: Kesehatan Kerja

Dampak dari beban kerja

1. Penerangan atau pencahayaan yang tidak cukup kelelahan psikologis

2. Bising ganggu konsentrasi, daya ingat, kelelahan psikologis3. Gas uap, asap dan debu ganggu fungsi tubuh turunkan

daya kerja4. Binatang terutama serangga (nyamuk, kecoa, lalat) ganggu

konsentrasi kerja, vektor penyakit dan penyebab sakit5. Alat bantu kerja tidak ergonomis kelelahan6. Iklim kerja tidak harmonis kebosanan, tidak betah bekerja,

gangguan jiwa turunkan produktivitas kerja

Page 23: Kesehatan Kerja

sensor

Page 24: Kesehatan Kerja
Page 25: Kesehatan Kerja

Usaha atasi dampak beban kerja

1. Penerangan / pencahayaan yang cukup (standar penerangan kerja yang cukup 100 – 200 lilin). Dianjurkan gunakan lampu neon karena kesilauan rendah, tidak banyak bayangan, dan suhu rendah

2. Dekorasi warna di tempat kerja. Warna punya pengaruh terhadap produktivitas kerja (merah padam rangsang seseorang bekerja lebih cepat ketimbang biru)

3. Ruangan ber AC (catatan suhu dan kelembaban harus sesuai)4. Bebas serangga dan bebas bau tidak sedap5. Penggunaan musik di tempat kerja6. Pencerahaan keagamaan

Page 26: Kesehatan Kerja

KEMAMPUAN KERJADeterminan kesehatan kerja ketiga

Page 27: Kesehatan Kerja

Perhatian khusus pada pekerja lanjut usia

Page 28: Kesehatan Kerja

Penggambar : gadis 19 tahun Penggambar : kakek 76 tahun

Page 29: Kesehatan Kerja

Kemampuan kerja

• Kemampuan merupakan bagian dari kapasitas kerja.• Kapasitas kerja ; kemampuan yang dibawa dari lahir

yang terbatas• Kemampuan dalam batas-batas tertentu terus

berkembang karena pendidikan dan pengalaman• Kemampuan diukur dengan keterampilan dalam

melaksanakan pekerjaan. • Semakin tinggi keterampilan semakin efisien anggota

badan, tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam laksanakan pekerjaan beban kerja relatif rendah

Page 30: Kesehatan Kerja

Faktor yang pengaruhi kapasitas

• Gizi dan kesehatan ibu• Genetik• Lingkungan • Pendidikan• Pengalaman• Kesehatan• Kebugaran• Gizi• Jenis kelamin• Ukuran-ukuran tubuh

Page 31: Kesehatan Kerja
Page 32: Kesehatan Kerja
Page 33: Kesehatan Kerja

Faktor Fisik dalam Kesehatan Kerja

• Kebisingan• Penerangan pencahayaan• Bau-bauan

Page 34: Kesehatan Kerja

Kebisingan

• Bunyi termasuk di dalam tempat kerja tidak dapat dihindari

• Kualitas bunyi ditentukan oleh– Frekuensi getaran per detik “Hertz (Hz)”– Intensitas energi per satuan luas “desibel (dB)”

Page 35: Kesehatan Kerja

Skala intensitas kebisingan

Skala Intensitas Desibel Batas dengar tertinggi

120Menulikan 110 Halilintar

MeriamMesin Uap

100Sangat hiruk 90 Jalan hiruk pikuk

Perusahaan gaduhpluit

80Kuat 70 Kantor gaduh

Jalan pada umumnyaRadio

Page 36: Kesehatan Kerja

Skala intensitas kebisinganSkala Intensitas Desibel Batas dengar tertinggi

60Sedang 50 Rumah gaduh

Percakapan kuatKantor pada umumnya

40Tenang 30 Rumah tenang

Percakapan biasaKantor perorangan

20Sangat tenang 10 Berisik

Suara daun jatuhTetesan air

0

Page 37: Kesehatan Kerja

Pengaruh kebisingan pada kesehatan

• Kerusakan indera pendengar sampai tuli• Batas tertinggi yang dibolehkan adalah 60 dB• Bila karyawan terpapar kebisingan di atas 60 dB sumbat telinga (kurangi kebisingan 20 – 25 %)

• Kebisingan mengganggu komunikasi refleks yang sama di tempat lain terbawa sampai ke rumah

• Alat bantu atasi kebisingan : peredam suara

Page 38: Kesehatan Kerja

Penerangan dan pencahayaan

• Penerangan kurang berdampak – Menambah beban kerja– Kesan yang kotor– Kelelahan fisik dan mental (gejala: pusing,

turunnya kemampuan intelektual, turunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir)

– Mata dipaksa akomodasi secara intens• Penerangan yang lebih berdampak silau

beban tambahan

Page 39: Kesehatan Kerja

Penerangan dan pencahayaan

• Penerangan yang lebih berdampak silau beban tambahan– Kelelahan mata kurangnya daya dan efisiensi

kerja– Kelelahan mental– Kerusakan alat penglihatan (mata)– Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di

sekitar mata – Meningkatkan kecelakaan kerja

Page 40: Kesehatan Kerja

Penerangan dan pencahayaan optimum

• Mengatasi penerangan yang tidak cukup dicapai dengan :– Perbaikan kontras; warna obyek yang dikerjakan

kontras dengan tembok di sekeliling tempat kerja– Tingkatkan penerangan; sebaiknya dua kali dari

penerangan di luar tempat kerja– Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai umur;

bila di atas 50 th tidak ditempatkan dalam shift malam

Page 41: Kesehatan Kerja

Penerangan dan pencahayaan optimum

• Mencegah penerangan yang silau dengan cara– Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon– Penempatan sumber cahaya tidak secara langsung

pada bidang yang mengkilap– Tidak menempatkan benda-benda mengkilap di

muka jendela tempat cahaya matahari masuk– Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak

mengkilap– Mengusahakan tidak ada bayang-bayangan

Page 42: Kesehatan Kerja

Pertimbangan “gedung” berkaitan “cahaya”

1. Jarak antar gedung tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja

2. Jendela untuk masuknya cahaya matahari harus cukup; 1/6 dari luas bangunan

3. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup

4. Penerangan tempat kerja tidak boleh naikkan panas ruangan (tidak lebih 32 oC)

5. Penerangan tidak boleh timbulkan silau dan bayang-bayang6. Sumber cahaya harus hasilkan daya penerangan yang tetap

dan menyebar (tidak berkedip-kedip)

Page 43: Kesehatan Kerja

Bau-bauan

• Yang dimaksud bau adalah bau yang tidak enak ganggu kenyamanan bekerja ganggu kesehatan produktivitas kerja

• Pengukuran bersifat subyektif dan ada kecenderungan desensitisasi

• Paparan bau secara konstan kelelahan penciuman tidak mampu mencium bau dalam kadar yang normal

Page 44: Kesehatan Kerja

Pengendalian bau-bauan

• Pembakaran terhadap sumber bau-bauan seperti pembakaran butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat

• Melibatkan zat antagonis; seperti bau karet ditiadakan dengan parafin

• Absorbsi; air dapat menyerap bau-bauan yang tidak sedap• Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau;

pengharum ruangan• Alat pendingin ruangan; selain berfungsi menyejukkan

juga termasuk deodorisasi

Page 45: Kesehatan Kerja

Faktor manusia dalam kesehatan kerja

1. Ergonomi 2. Psikologi kerja

Page 46: Kesehatan Kerja

Ergonomi

• Berasal dari bahasa Yunani, ergon= kerja; nomos=peraturan tentang bagaimana lakukan kerja (alat kerja)

• Ada dua subsistem– Sub sistem alat kerja– Sub sistem manusia

• Dalam hal kerja tanpa alat kerja, ergonomi tetap berlaku pekerjaan harus diselesaikan dengan kelelahan seminimal mungkin

Page 47: Kesehatan Kerja

Misi ergonomi

• Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan cegah kelelahan tenaga kerja proses kerja efisien produktif.

• Kondisi tenaga kerja meliputi – Aspek fisik atau anthropometris ; ukuran anggota

tubuh : tangan, kaki dan tinggi badang– Kemampuan intelektual

Page 48: Kesehatan Kerja

Tujuan ergonomi

• Cegah kecelakaan kerja • Cegah ketidak efisienan kerja • Mengurangi beban kerja

Page 49: Kesehatan Kerja
Page 50: Kesehatan Kerja

Ergonomi tanpa alat

• Prosedur yang dilakukan meliputi – Beban yang diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-

jari– Punggung harus diluruskan, beban harus diambil otot tungkai

keseluruhan– Kaki diletakkan pada jarak yang tepat, sebelah kaki di belakang

beban sekitar 60 derajat ke sebelah, dan kaki yang satunya diletakkan di samping beban menuju ke arah beban yang diangkat

– Dagu ditarik ke belakang agar punggung dapat tegak lurus– Berat badan digunakan untuk mengimbangi berat beban– Lengan harus dekat dengan badan

Page 51: Kesehatan Kerja

Pegangan praktis prinsip ergonomi

• Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara melayani mesin (macam gerak, arah, kekuatan dsb)

• Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar, serta dapat dikecilkan sehingga dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil; tempat duduk dinaik turunkan dimaju mundurkan

Page 52: Kesehatan Kerja
Page 53: Kesehatan Kerja
Page 54: Kesehatan Kerja
Page 55: Kesehatan Kerja

Pegangan praktis prinsip ergonomi

• Ukuran-ukuran anthropometris berikut digunakan sebagai dasar penempatan alat-alat kerja:– Berdiri

• Tinggi badan• Tinggi bahu• Tinggi siku• Tinggi pinggul depan• Panjang lengan

– Duduk • Tinggi duduk• Panjang lengan atas• Panjang lengan bawah dan tangan• Jarak lekuk lutut

Page 56: Kesehatan Kerja

Pegangan praktis prinsip ergonomi

• Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5 – 10 cm di bawah tinggi siku

• Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas

Page 57: Kesehatan Kerja

Pegangan praktis prinsip ergonomis

• Tempat duduk yang baik adalah 1. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan

kaki yang sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam keadaan datar

2. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 centimeter

3. Papan tolak punggung tinggi dapat diatur dan menekan pada punggung

Page 58: Kesehatan Kerja

Pegangan praktis prinsip ergonomis

• Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23 – 37 derajat ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan antara 32 – 44 derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat

• Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg

• Kemampuan seseorang bekerja adalah 8 – 10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja menurun

Page 59: Kesehatan Kerja

Psikologi kerja

• Reaksi psikologis terhadap pekerjaan – Positif ; senang, bergairah, dan merasa sejahtera– Negatif; bosan, acuh, tidak serius

• Cara ergonomis yang sesuai teori psikologis a. Memberikan pengarahan dan pelatihan tentang tugas

sebelum melaksanakan tugas barub. Memberikan uraian tugas tertulis yang jelas kepada

karyawanc. Melengkapi kerja dengan peralatan yang sesuai dengan

ukurannyad. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman

Page 60: Kesehatan Kerja

Stressor di tempat kerja

• Internal – Faktor dari dalam pekerja sendiri seperti kurang

percaya diri, kerang kemampuan atau keterampilan

• Eksternal – Lingkungan fisik; tempat kerja tidak higienis, bising– Lingkungan sosial; pimpinan otoriter, persaingan

kerja tidak sehat, klik-klik di lingkungan kerja

Page 61: Kesehatan Kerja

Kecelakaan kerja

• Kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja

• Sumakmur (1989); adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan.

• Permasalahan pokok :– Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan– Kecelakaan terjadi saat pekerjaan sedang

dilangsungkan

Page 62: Kesehatan Kerja
Page 63: Kesehatan Kerja

Penyebab Kecelakaan Kerja

• Ada dua faktor– Perilaku pekerja (faktor manusia); kelengahan,

kecerobohan, 85% dari kecelakaan karena faktor manusia

– Faktor fisik, seperti lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang terbuka

Page 64: Kesehatan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan 1. Terjatuh2. Tertimpa benda3. Tertumbuk atau terkena benda-benda4. Terjepit oleh benda5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan6. Pengaruh suhu tinggi7. Terkena arus listrik8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

Page 65: Kesehatan Kerja

Klasifikasi kecelakan kerja

b. Klasifikasi menurut penyebab1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik,

mesin penggergajian kayu2. Alat angkut, alat angkut darat, dan alat angkut air3. Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan

pemanas, instalasi pendingin, alat listrik4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya: bahan

peledak, gas, zat-zat kimia5. Lingkungan kerja (luar ruangan, di dalam bangunan, di

bawah tanah)6. Penyebab lain

Page 66: Kesehatan Kerja

Klasifikasi kecelakan kerja

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan 1. Patah tulang2. Dislokasi (keseleo)3. Regang otot (urat)4. Memar dan luka dalam yang lain5. Amputasi6. Luka di permukaan 7. Gegar dan remuk8. Luka bakar9. Keracunan-keracunan mendadak10. Pengaruh radiasi11. Lain-lain

Page 67: Kesehatan Kerja

Klasifikasi kecelakan kerja

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh1. Kepala2. Leher3. Badan4. Anggota atas5. Anggota bawah6. Banyak tempat7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi

tersebut

Page 68: Kesehatan Kerja
Page 69: Kesehatan Kerja
Page 70: Kesehatan Kerja

Ruang ICU

Trafo

Page 71: Kesehatan Kerja

Kran Air Instalasi Listrik

Page 72: Kesehatan Kerja

Cidera paling sering :• Strain dan sprain• Luka tusuk • Abrasi• Contusio• Lacerasi• Cedera punggung• Luka bakar• fraktur

Penyakit tersering • Gangguan pernapasan• Infeksi• Dermatitis• hepatitis

NIOSH 1985-159 zat iritan untuk kulit dan mata

135 bahan carcinogenikTeratogenikmutagenik

Page 73: Kesehatan Kerja

• California State Departemen of Industrial Relation rata-rata kecelakaan di RS 16,8 hari kerja hilang

per 100 karyawan karena kecelakaan

Karyawan yang sering mengalami cedera di RS• Perawat• Karyawan dapur•Pemeliharaan alat•Laundry•Cleaning service•Teknisi

Penyakit yang biasa terjadi•Hipertensi•Varises•Anemia•Ginjal•Dermatitis•Low back pain•Saluran pernapasan•Saluran pencernaan

Page 74: Kesehatan Kerja

Kegiatan di RS yang memiliki resiko bahaya dalam aspek KK•Poliklinik•Bangsal•Laboratorium•Kamar rontgent• dapur •Laundry•Ruang medical record•Lift•Generator set•Penyalur petir•Alat-alat kedokteran•Pesawat uap•Instalasi peralatan listrik•Instalasi produksi•Air limbah •Sampah medis

Peraturan perundangan ttg penerapan K3UU no 1/1970 ttg Keselamatan KerjaUU no 23/1992 ttg Kesehatan

Page 75: Kesehatan Kerja

Occupational Safety Health and Environment ( OSHE )

Bertujuan - melindungi karyawan, pimpinan dan masyarakat dari kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ( PAK ) - menjaga agar bahan dan alat yang

digunakan dalam proses kegiatan hasilnya dapat dipakai dan

digunakan secara benar, efisien dan produktif

- mengurangi accident produktivitas ↑

Page 76: Kesehatan Kerja

Penyebab Kecelakaan Kerja Terbesar

Faktor manusia, karena :Kurangnya pengetahuan dan ketrampilanKurangnya kesadaran dari karyawan dan pimpinan

akan pentingnya K3Menganggap remeh SOP Kerja

Faktor Lingkungan :MesinPeralatan dll

Page 77: Kesehatan Kerja

RESIKO BAHAYA DI RUMAH SAKIT

1.Faktor Biologi - kuman patogen pyogenic, staphylococci, colli, bacilli dll Infeksi Nosokomial ( HAP ) Insidensi• AS : + 5 %• CFR : + 1 %• UK : + 9,2 %• Malaysia : + 13,8 %• Jakarta : + 41,1 % • Surabaya : + 73,3 %• Yogyakarta : + 5,9 %

Page 78: Kesehatan Kerja

Akibat INOS• Hari perawatan pasien bertambah 5 –10 hari• Angka kematian lebih tinggi 6 %• Resiko tenaga medis 2-3 x lebih besar

2. KIMIA• Cytostatika• Antibiotik• Gas anesthesi

Page 79: Kesehatan Kerja

3. Faktor Ergonomi - cara duduk - mengangkat pasien4. Faktor fisik - kebisingan dan getaran ruang generator - pencahayaan kurang di laborat, bangsal - kelembaban tinggi di ruang boiler, loundry - radiasi panas pada kulit5. Faktor Psikososial - stres/ ketegangan tinggi di kamar bedah, gadar - kerja shift, hubungan kerja kurang harmonis

Page 80: Kesehatan Kerja

• Bagian pemeliharaan terpajan solvent, asbes, listrik, panas, bising.• Cleaning service deterjen, desinfektan, tertusuk jarum suntik• Teknisi radiologi radiasi sinar X dan isotop• Perawat cedera punggung, zat kimia beracun, stres kerja shift• Petugas ruang operasi masalah gastroenterologi,

reproduksi, luka potong, iris, tusuk.

Page 81: Kesehatan Kerja

Rumah Sakit penghasil sampah medisPotensial menyebabkan:• Gangguan kesehatan • Pencemaran lingkunganPP no.19/1994 Limbah RS dan Laboratorium termasuk daftar limbah B3 dengan kode limbah D227

Page 82: Kesehatan Kerja

Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS

Permenkes no 986/Menkes/Per/XI/1992 • Penyehatan bangunan dan ruangan - pencahayaan - penghawaan - pengendalian kebisingan• Penyehatan makanan minuman• Penyehatan air• Pengelolaan limbah• Sterilisasi dan desinfeksi• Perlindungan dari radiasi

Page 83: Kesehatan Kerja

Pengendalian penyakit dan kecelakaan akibat kerja di RS/sarana kesehatan

1. Pencegahan - primer pengenalan potensi bahaya pengendalian pajanan - monitoring lingkungan kerja - monitoring biologi - identifikasi pekerja yang rentan - pemakaian APD pengendalian administrasi pengendalian teknik

Page 84: Kesehatan Kerja

- sekunder skrining penyakit pemeriksaan kesehatan berkala pemeriksan berkala untuk pekerja yang berpotensi terpajan bahan berbahaya - tersier disability limitation rehabilitasi

Page 85: Kesehatan Kerja

Pengendalian PAK dan KAK di RS meliputi

• Legeslative control• Administrative control• Engineering control• Medical control

Page 86: Kesehatan Kerja

Dasar Hukum Hyperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

• UU no 14/1969 Ketentuan Pokok Tenaga Kerja • UU no 1/1970 tentang Keselamatan Kerja• UU no 23/1992 tentang Kesehatan Kerja• Permenkes RI no 968/92 dan Kep Dirjen PPM dan PLP no HK.00.06.6.598 ttg kesehatan lingkungan RS• Permenkes RI no 472/Menkes/Per/V/1996

Page 87: Kesehatan Kerja

Pengorganisasian K3 di RS

• Surat edaran Dirjen Yanmed No.00.06.6.4.01497 tentang PK3 RS

• Optimalisasi peran PK3 RS dalam pengelolaan K3 RS• Akreditasi RS• Audit Manajemen K3 RS