kesadaran geologi

4
Perlunya Kesadaran Geologi: belajar dari gempabumi Oleh: Ery Arifullah., ST, MT Ahli Geologi & Eksplorasi, berdomisili di Samarinda HP: 0813-47195491 Banyak sekali informasi yang dapat menimbulkan salah pengertian kaitannya dengan kegempaan. Terminologi ramalan, antisipasi, dan peringatan dini yang ditulis oleh para ahli kebumian. Semuanya menggunakan istilah antisipasi untuk mempersiapkan diri menghadapi gempa bumi. Ada istilah gempa 100 tahunan, gempa 50 tahunan, bahkan 250 tahunan, dan seterusnya. Kapan lempeng tektonik itu akan bergerak, berapa jauh pergerakannya tidak ada satu ahlipun yang dapat memprediksi. Yang bisa diketahui adalah rawan tidaknya suatu wilayah terhadap ancaman gempabumi. Bahkan teori yang mengatakan bahwa paska gempa besar tidak akan ada gempa besar susulan tidak benar. Contoh yang paling aktual adalah fenomena gempa di Aceh dan sekitarnya. Gempa susulan paska gempa Aceh yang sebelumnya diprediksi tidak akan terjadi ternyata meleset bahkan di Nias telah terjadi gempa sebesar 8,7 skala Richter. Ternyata akurasi antisipasi gempa periodik yang telah diprediksi paska gempa Aceh ternyata meleset tidak sampai hitungan bulan. Bukan saatnya menunggu kapan gempa akan terjadi lagi. Bukan saatnya kita menebak- nebak kapan terjadi gempa serupa dan bukan saatnya membicarakan sistem peringatan dini. Kesadaran masyarakat Indonesia akan kondisi geologi negerinya sajalah yang kini paling dibutuhkan. Mempunyai kesadaran terhadap kondisi geologi negeri ini justru jauh lebih efektif dalam untuk menimbulkan semangat antisipasi dan kewaspadaan kemungkinan bencana gempa yang mungkin akan muncul lagi. Kondisi geologi Indonesia yang begitu kaya akan sumber daya mineral ternyata juga berada dalam “ring of fire” atau jalur kegempaan. Pola distribusi zona gempa bumi di Indonesia seperti di Liwa, Nabire, Biak, Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, Jakarta hingga Sulawesi Utara menunjukkan adanya satu sistem tektonik lempeng tertentu yang memicu terjadinya badai gempa. Kawasan Indonesia merupakan bagian dari interaksi tiga lempeng besar yaitu Pasifik, Eurasia, dan India dan ditambah dengan satu lempeng kecil yaitu lempeng Filipina. Pergerakan satu lempeng terhadap lempeng lainnya akan berpengaruh terhadap daratan dan lautan yang ada di atasnya. Kondisi interaksi antar lempeng inilah yang memberi peluang terjadinya gempa. Rentetan dalam satu sistem

Upload: ery-arifullah

Post on 28-May-2015

345 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesadaran geologi

Perlunya Kesadaran Geologi: belajar dari gempabumi

Oleh:

Ery Arifullah., ST, MTAhli Geologi & Eksplorasi, berdomisili di Samarinda

HP: 0813-47195491

Banyak sekali informasi yang dapat menimbulkan salah pengertian kaitannya dengan

kegempaan. Terminologi ramalan, antisipasi, dan peringatan dini yang ditulis oleh para

ahli kebumian. Semuanya menggunakan istilah antisipasi untuk mempersiapkan diri

menghadapi gempa bumi. Ada istilah gempa 100 tahunan, gempa 50 tahunan, bahkan

250 tahunan, dan seterusnya. Kapan lempeng tektonik itu akan bergerak, berapa jauh

pergerakannya tidak ada satu ahlipun yang dapat memprediksi. Yang bisa diketahui

adalah rawan tidaknya suatu wilayah terhadap ancaman gempabumi. Bahkan teori yang

mengatakan bahwa paska gempa besar tidak akan ada gempa besar susulan tidak benar.

Contoh yang paling aktual adalah fenomena gempa di Aceh dan sekitarnya. Gempa

susulan paska gempa Aceh yang sebelumnya diprediksi tidak akan terjadi ternyata

meleset bahkan di Nias telah terjadi gempa sebesar 8,7 skala Richter. Ternyata akurasi

antisipasi gempa periodik yang telah diprediksi paska gempa Aceh ternyata meleset tidak

sampai hitungan bulan.

Bukan saatnya menunggu kapan gempa akan terjadi lagi. Bukan saatnya kita menebak-

nebak kapan terjadi gempa serupa dan bukan saatnya membicarakan sistem peringatan

dini. Kesadaran masyarakat Indonesia akan kondisi geologi negerinya sajalah yang kini

paling dibutuhkan. Mempunyai kesadaran terhadap kondisi geologi negeri ini justru jauh

lebih efektif dalam untuk menimbulkan semangat antisipasi dan kewaspadaan

kemungkinan bencana gempa yang mungkin akan muncul lagi.

Kondisi geologi Indonesia yang begitu kaya akan sumber daya mineral ternyata juga

berada dalam “ring of fire” atau jalur kegempaan. Pola distribusi zona gempa bumi di

Indonesia seperti di Liwa, Nabire, Biak, Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, Jakarta hingga

Sulawesi Utara menunjukkan adanya satu sistem tektonik lempeng tertentu yang memicu

terjadinya badai gempa. Kawasan Indonesia merupakan bagian dari interaksi tiga

lempeng besar yaitu Pasifik, Eurasia, dan India dan ditambah dengan satu lempeng kecil

yaitu lempeng Filipina. Pergerakan satu lempeng terhadap lempeng lainnya akan

berpengaruh terhadap daratan dan lautan yang ada di atasnya. Kondisi interaksi antar

lempeng inilah yang memberi peluang terjadinya gempa. Rentetan dalam satu sistem

Page 2: Kesadaran geologi

gempa inilah yang disebut dengan proses geologi. Proses dan kondisi geologi Indonesia

inilah yang perlu dipahami dan digunakan sebagai upaya antisipasi.

Jalur kegempaan wilayah Indonesia membentang sepanjang tidak kurang dari 5600 km

mulai dari Andaman sampai ke Busur Banda Timur. Jalur tersebut menerus ke wilayah

Maluku hingga Sulawesi Utara (informasi terakhir telah terjadi gempa berkekuatan 5,1 SR

di wilayah Sulawesi Utara). Daerah-daerah sepanjang pantai barat Sumatera, pantai

selatan Jawa, NTB dan NTT serta Maluku merupakan daerah rawan gempa bumi. Perlu

diketahui dalam satu hari paling tidak telah terjadi 5 kali gempa bumi berkekuatan 5 skala

Reichter (sumber USGS). Sementara menurut USGS pula gempa berkekuatan sekitar 2,5

skala Reichter paska gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah berjumlah 243 kali.

Kini gempa bumi menjadi istilah yang begitu populer di Indonesia. Populer bukan karena

kondisi dan proses alam yang memang harus berjalan sebagaimana mestinya tapi

karena gempa bumi telah menjadi suatu bencana alam yang menimbulkan korban

manusia dan materiil yang begitu banyak. Saya yakin kalau tidak ada korban yang jatuh

gempa bumi tidak begitu dihiraukan. Sama juga dengan hujan yang merupakan berkah,

namun kalau mengakibatkan banjir maka hujan dianggap sebagai sumber bencana.

Kepanikan yang sering muncul saat gempa lebih disebabkan oleh ketidaktahuan

masyarakat Indonesia tentang fenomena alam tersebut. Mengapa masyarakat belum

banyak mengetahui fenomena alam tersebut disebabkan belum optimalnya sosialisasi

kondisi geologi Indonesia yang sebenarnya dalam rangka memunculkan kesadaran

geologi kepada oleh instrumen-instrumen pemerintah. Perguruan tinggi, badan DIKLAT,

dinas-dinas terkait memiliki tugas dalam sosialisasi geologi kepada masyarakat dengan

menggunakan bahasa-bahasa yang mudah difahami oleh masyarakat Indonesia.

Menurut saya yang paling penting adalah memahami fenomena alam ini sebaik-baiknya.

Caranya adalah proaktif untuk mengenal alam sekitar kita saja dulu dengan meminta

informasi geologi sederhana tentang daerah kita ini, lalu kalau terjadi bencana alam

kemana harus menyelamatkan diri. Masyarakat di Shizuoka, sebelah selatan Tokyo,

misalnya, sedang menunggu-nunggu terjadinya gempa yang bisa mengakibatkan tsunami

setinggi sembilan meter. Tapi, warga tidak panik. Mereka malah menyiapkan jalur mitigasi,

bukit dan gedung untuk menyelamatkan diri, termasuk menyiapkan pengungsian dengan

segala logistiknya. Kesadaran masyarakat seperti inilah yang perlu diwujudkan di

Indonesia.

Dengan kondisi geologi yang rawan terhadap gempa bumi, kita perlu terus mewaspadai

kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami sehingga dapat mencegah dan

Page 3: Kesadaran geologi

meminimalisir dampak dari bencana geologi tersebut. Pemerintah harus melakukan

analisis data, monitoring dan evaluasi daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

Informasi tentang berbagai bentuk, penyebab dan cara-cara penanggulangan bencana

alam geologi merupakan faktor sangat penting dalam menyikapi berbagai bencana alam

geologi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Dengan demikian kondisi lingkungan

geologi harus juga menjadi bagian dalam kebijakan penataan ruang.

Menyadari kondisi geologi Indonesia maka pemerintah dan semua komponen masyarakat

wajib mempertimbangkan kondisi geologi wilayahnya dengan cara:

1. Perencanaan pembangunan nasional dan daerah berbasis geologi wilayah dalam

bentuk rencana umum tata ruang wilayah nasional dan rencana umum tata ruang

wilayah, kota dan kabupaten .

2. Kesadaran bersama bahwa faktor geologi Indonesia tidak hanya menyebabkan

Indonesia mempunyai potensi sumber daya mineral dan energi yang melimpah

tapi juga berpotensi rawan gempa.

3. Sosialisasi mekanisme proses dan jalur mitigasi bencana alam.

Tektonik lempeng adalah fenomena geologi yang sangat alamiah. Gempa bumi adalah

hanya salah satu efeknya Memang gempa bumi telah banyak meminta korban namun

perlu disadari bahwa ada manusia atau tidak yang bermukim di jalur kegempaan, gempa

bumi akan tetap terjadi. Jalur-jalur kegempaan itu sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu

sebelum manusia ada. Oleh karenanya siapa yang disalahkan? Gempa bumi atau

manusia?

Kita juga lupa bahwa posisi dan proses tektonik lempeng di Indonesia telah menjadikan

kita kaya akan potensi sumber daya mineral dan energi. Deposit bijih besi, tembaga,

emas, minyak & gas bumi serta batubara adalah sebagian kecil sumber daya alam yang

diakibatkan oleh posisi tektonik Indonesia.

Page 4: Kesadaran geologi