kerukunan umat beragama antara islam, kristen...

129
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN DAN SUNDA WIWITAN (Studi Kasus: Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Kuningan-Jawa Barat) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Angga Syaripudin Yusuf NIM 109015000130 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: trinhdan

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM,

KRISTEN DAN SUNDA WIWITAN

(Studi Kasus: Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur,

Kuningan-Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Angga Syaripudin Yusuf NIM 109015000130

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 3: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 4: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 5: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

iv

ABSTRAK

Angga Syaripudin Yusuf, Kerukunan Umat Beragama Antara Islam,

Kristen dan Sunda Wiwitan (Studi Kasus: Desa Cigugur, Kec. Cigugur, Kab.

Kuningan-Jawa Barat), Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi-

Antropologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu faktor dan pola kehidupan

seperti apa yang diterapkan oleh masyarakat Desa Cigugur sehingga mereka bisa

hidup rukun berdampingan satu sama lain meskipun berbeda-beda keyakinan.

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan masyarakat di Desa

Cigugur terhadap konsep kerukunan hidup antar umat beragama pada masa kini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan datanya antara lain, observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terciptanya kerukunan, karena

masing-masing dari setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima

keberadaan dari agama lain. Adanya keanekaragaman beragama yang ada di

Cigugur, tidak membuat hubungan interaksi antara warga Cigugur menjadi

renggang dan kaku, justru hal tersebut membuat keindahan tersendiri yang dapat

dilihat didalam pola interaksi bermasyarakat warga Cigugur. Dalam melakukan

kegiatan yang bersifat sosial, masyarakat Desa Cigugur tidak memandang adanya

kelompok mayoritas ataupun minoritas. Mereka selalu menanamkan rasa

persaudaraan yang sangat kuat dan menjunjung tinggi sikap gotong-royong di

dalam masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan pola kerukunan umat beragama,

masyarakat desa Cigugur secara umum mempunyai pola kerukunan yang sangat

dinamik. Hal ini terlihat dari pola hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan

sosial kemasyarakatan, yang mana hal-hal tersebut akan menjelaskan bagaimana

pola kerukunan umat beragama yang terjadi di desa Cigugur. Selain itu, terdapat

pula faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan kerukunan yang terjadi di

Cigugur yaitu: ikatan kekeluargaan, saling menghormati dan menghargai antar

umat beragama dan gotong royong.

Kata Kunci: Kerukunan Umat Beragama, Cigugur

Page 6: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

v

ABSTRACT

Angga Syaripudin Yusuf, Harmony of Religius CitizenBetween Islam,

Christian and Sunda Wiwitan (Case Study: Cigugur, Kuningan-West Java),

Skripsi Devision of Sociology-Antropology Education, Department of Social

Sciences and Knowledges, Facultyof Tarbiyah and Teaching Knowledge,

Universityof Islamic State Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this reasearch is to find out life styles and factors applied

in Cigugur citizens untill they can live together with diversity of faith.

Furthermore, the reasearcher wonder about the point of view Cigugur Citizen

toward modern concept of harmony living among inter-religious people.

Method applied in this reasearch is qualitative descriptive. Techniques of

data collection are observation, interview, and documentation. Then, technique of

data analysis applied are data reduction, data presentation and conclusion.

From the research result are found that the harmony reached because of

every religious afiliation are open minded and accept of the presence of other

reigion. The diversity of faith in Cigugur did not make the interaction among the

citizen stiff and rift, moreover it become a unique situation can be seen from their

interaction. In society activities they do not see about the differences of majority

and minority. They always hold a good brotherhood and work together in their

society. Related to the harmony of religious afiliation, Cigugur citizen have a

dynamic harmony style generally. It can bee seen from social religiuos and

society relation style, which describe religious affilition harmony style in Cigugur.

Meanwhile, there are some factors influences the harmony in Cigugur. Family

relationship, honoring and respecting each other and working together .

Keyword: Harmony Among Religious Believers, Cigugur

Page 7: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas

rahmat dan karunia-nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul“

Kerukunan Umat Beragama Antara Islam, Kristen dan Sunda Wiwitan (Studi

Kasus: Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan-Jawa

Barat)”. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita

menjadi pengikutnya yang taat hingga nanti, amin.

Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta

bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang

dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas

bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifa’i MA.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sebagai

dosen Pembimbing Akademik

4. Drs. H. Syaripulloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, juga sebagai dosen pembimbing skripsi bagi

penulis, terimakasih atas segala bimbingan, pengarahan, ilmu, baik dalam

bidang akademik maupun kehidupan, waktu, serta motivasinya kepada penulis

sehingga penulis bisa menyelasaikan skripsi ini.

Page 8: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

vii

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang telah dengan sabar dan ikhlas

mendidik penulis, sehingga ilmu yang diberikan kepada kepada penulis dapat

bertambah dan bermanfaat.

6. Rama Djati Kusumah, Pangeran Gumirat Barna Alama,Mang Didi, Ibu Uti,

Ibu uum, Pak Kento Subarman, Pak Aang Taufik di Cigugur, terima kasih atas

bantuan dan kesediaanya untuk menjadi sumber dalam penulisan Skripsi ini

7. Kedua Orang Tuatercinta, Yusuf Abdullah (ayah) dan Kokom Kodarul

Hasanah (ibu), terimakasih yang tak terhingga atas setiap cinta yang terpancar,

doa dan restu yang selalu mengiring tiap langkah penulis. semangat, kasih

sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis. Semoga

Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya.

8. Adik tercinta Anggi Nurlaela Yusuf, terimakasih atas do’a, canda, tawa serta

dukungannya. Semoga semua usaha penulis dapat menjadi lecutan semangat

tak terhingga agar adiktercinta dapat menggapai hal yang sama bahkan lebih

demi kebahagiaan dan kebanggaan kedua orang tua tercinta. Penulis bangga

mempunya adik seperti beliau.

9. Linda Maulinda Rosalinda yang terbiasa penulis panggil “Neng”. Terimakasih

atas motivasi, dukungan dan harapannya. Juga sebagai tempat penulis

berkeluh kesah berbagi kesedihan, kegembiraan dan memberikan arahan yang

terbaik sehingga penulis bisa menjadi lebih baik.

10. Teman-teman penulis, (Didik, Iqbal, Rahman, Furqon, Cesna, Bayu, Ucup,

Imam, Akbar, Umar, Nandar, Adul, Apri, Wahyu Dj, Indah, Desi, Ella, lilis

dkk) yang selalu memberikan do’a dan motivasi kepada penulis.

11. Teman-teman Seperjuangan Cigugur, Didik, Fery, Aisyah, Lita, Aini, Faisal.

12. Bung dan Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Didik,

Rahman, Ridwan, Irul, Mahbub, Yuli, Gilang, Umam, Asep, Fahri, Ibnu,

Page 9: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

viii

Rizal, Dede Dkk. Senior Tenjo, Uceng, Dziki, Dewa, Gunawan, Irfan, Yusri,

Blek, Qori Dkk, terima kasih atas pelajaran, Pengetahuan dan semangatnya.

Semoga spirit para pendiri bangsa kiranya akan senantiasa mengilhami gerak

dan langkah kita sehari-hari untuk mewujudkan cita-cita Revolusi 17 Agustus

1945, dan semoga semangat pembebasan terhadap kaum Marhaen tetap

tertanam kuat dalam sanubari kita.

13. Keluarga Mahasiswa Kabupaten Subang Jakarta Raya (KEMBANG JAYA),

terimakasih atas pelajaran dan pengetahuan khususnya pemahaman tentang

kedaerahan kepada penulis.

14. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009 kelas C

sosioantro , serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak

sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya,

dan pembaca umumnya. Semoga skipsi ini dapat memberikan sumbangsih

pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillahirrobil’Alamin

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 9 September 2014

Penulis

Page 10: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................iii

ABSTRAK ..........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................v

DAFTAR ISI .......................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masala ....... .............................................................1

B. Identifikasi Masalah .. ......................................................................8

C. Pembatasan Masalah .... ...................................................................9

D. Perumusan Maslah ...... ....................................................................9

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...................................9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori......................................................................................11

1. Interaksi Sosial ..................... ......................................................11

a. Pengertian ............... ...............................................................11

b. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial ............... ...............12

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ................ ..............................13

2. Kerukunan Antar Umat Beragama ...... .......................................15

a. Definisi Kerukunan ........ ........................................................15

b. Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama .. .............................16

c. Disharmonisasi Antar Umat Beragama ... ..............................22

d. Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama di

Indonesia .................................................................................23

B. Hasil Penelitian Relevan .. ...............................................................26

C. Kerangka Berfikir .............................................................................30

Page 11: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................32

B. Latar Penelitian ... ............................................................................32

C. Metode Penelitian ...... ......................................................................32

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... .....................33

1. Pengumpulan Data .... ...............................................................33

2. Pengolahan Data .......................................................................35

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .... ..........................36

F. Analisis Data ... ................................................................................37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.. Profil Desa Cigugur .. ........................................................................40

1. Kondisi Geografis . ......................................................................40

2. Kondisi Demografis .. ..................................................................43

3. Kondisi Sosial ........... ..................................................................45

B. Pembahasan ...... .................................................................................54

1. Pandangan Masyarakat Desa Cigugur Mengenai Kerukunan

Antar Umat Beragama ... ............................................................55

2. Pola Kerukunan Umat Beragama di Desa Cigugur ......... ..........61

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerukunan Antar Umat

Beragama di Desa Cigugur ... ....................................................66

4. Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Desa Cigugur ..........68

5. Analisis Hasil Penelitian .. .........................................................73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .. ......................................................................................80

B. Saran . .................................................................................................81

Daftar Pustaka ...................................................................................................83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Cigugur.................. 50

Page 13: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Lapangan

Lampiran 2 Hasil Observasi Lapangan

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi

Lampiran 6 Struktur Organisasi Kelurahan Cigugur

Lampiran 7 Peta Kelurahan Cigugur

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Dari Kelurahan Cigugur

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian Dari KESBANGPOL Kabupaten

Kuningan

Lampiran 11 Tanda Terima Surat Dari KESBANGPOL Kabupaten

Page 14: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih banyak

menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait dengan hal ini belum

bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan lainnya masih

menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap

membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan

bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan antarumat beragama perlu

ditinjau ulang. Banyaknya konflik yang melibatkan agama sebagai pemicunya

menuntut adanya perhatian yang serius untuk mengambil langkah-langkah

yang antisipatif demi damainya kehidupan umat beragama di Indonesia pada

masa-masa mendatang. Jika hal ini diabaikan, dikhawatirkan akan muncul

masalah yang lebih berat dalam rangka pembangunan bangsa dan negara di

bidang politik, ekonomi, keamanan, budaya, dan bidangbidang lainnya.

Adanya perubahan kondisi seperti sekarang ini seharusnya

meningkatkannkesadaran masyarakat kita akan arti penting persatuan dan

kesatuan. Akan tetapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Angin

reformasi membawa dampak kebebasan yang kurang terkendali. Hal ini akan

sangat berbahaya ketika terjadi di tengah-tengah bangsa yang tingkat

heterogenitasnya cukup tinggi seperti Indonesia. Rakyat Indonesia mencita-

citakan suatu masyarakat yang cinta damai dan diikat oleh rasa persatuan

nasional untuk membangun sebuah negara yang majemuk. Persatuan ini tidak

lagi membeda-bedakan agama, etnis, golongan, kepentingan, dan yang

sejenisnya.

Pengkajian tentang hubungan antar umat beragama dan antar etnis

sekarang ini memasuki tantangan baru dan semakin menarik untuk diteliti dan

di diskusikan. Hal ini disebabkan oleh munculnya konflik-konflik bernuansa

SARA (Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan) dan perubahan dinamika

hubungan sosial dan keagamaan yang terjadi dilapangan. Berbagai peristiwa

Page 15: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

2

yang sempat menggejolak disebagian wilayah Indonesia beberapa tahun

terakhir menunjukan indikasi bahwa telah terjadi pergeseran hubungan antar

agama dan antar etnis di negeri ini. Konflik agama terutama merupakan

ungkapan sengit atas kesalahan-kesalahan yang menggunakan agama sebagai

basis identitas kelompok. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia

adalah tanggapan terhadap ketimpangan sosial ekonomi, penggusuran

ekonomi oleh pendatang, legitimasi politik yang menurun, dan pandangan

mengenai ancaman terhadap identitas kelompok. Dalam sejumlah kasus,

kerusuhan itu melibatkan keluhan yang lebih langsung atas hak-hak praktik

beragama. Penggunaan identitas agama menuntut penjelasan melampaui

berbagai sebab kekerasan yang bersifat langsung.1

Beberapa tahun terakhir, isu agama begitu cepat menyebar ke berbagai

lapisan sehingga tercipta kerentanan yang cukup menegangkan dalam

kehidupan beragama masyarakat. Sedikit saja tersentuh ego keagamaan atau

etnis suatu kelompok, maka reaksi yang ditimbulkan sangat besar dan

terkadang berlebihan. Yang lebih menyedihkan, reaksi tersebut cenderung

berupa kekerasan dengan berbagai tingkat eskalasinya. Eskalasi kekerasan

dengan berbaju SARA ini telah menciptakan suasana kehidupan yang tegang

dan meresahkan. Dalam suasana seperti ini agama seringkali dijadikan titik

singgung paling sensitif dan eksklusif dalam pergaulan pluralitas

masyarakat.Keberadaan negara bangsa (nation state) merupakan kesepakatan

final dari para founding fathers, sebagai bentuk pengakuan terhadap pluralitas

yang menjadi pilar tegaknya negara Indonesia. Dengan tegas pengakuan

kemajemukan ini tertuang dalam lambang negara Bhineka Tunggal Ika.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, kemajemukan telah melahirkan

perpaduan yang sangat indah dalam berbagai bentuk mozaik budaya.

Berbagai suku, agama, adat istiadat dan budaya dapat hidup berdampingan

dan memiliki ruang negoisasi yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, keragaman yang terajut indah itu kini terkoyak dan tercabik-cabik

1 Jacques Bertrand, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2012), h. 179-180

Page 16: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

3

oleh sikap eksklusif yang tumbuh dari akar primordialisme sempit kesukuan,

agama dan golongan. Peristiwa konflik atau kerusuhan terjadi di beberapa

daerah, baik dalam eskalasi kecil maupun besar dengan membawa korban

harta, manusia, bangunan perkantoran maupun perdagangan dan lainnya,

sehingga menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan dan kebangsaan kita.2

Kemajemukan agama-agama (pluralisme) dan budaya

(multikulturalisme) adalah tantangan yang dihadapi pemikiran dan kehidupan

umat manusia dewasa ini. Namun masih ada ketakutan bahwa agama tetap

memiliki potensi melahirkan kaum militan yang gampang merasa terganggu

dan menjadi penganjur ketidaktoleranan dan kekerasan. „Kelompok-

kelompok bersemangat‟ ini bisa berbahaya ketika menjadi gerakan massa,

atau ketika kepercayaan mereka tersistematiskan dalam lembaga-lembaga

keagamaan yang memperlakukan kelompok-kelompok ini sebagai heretik,

yang pantas mendapat celaan dan bahkan kematian. Di pihak lain ada

ketakutan bahwa agama-agama menciptakan kepasifan ketika berhadapan

dengan ketidak adilan, bahkan melahirkan romantisme, kebodohan, dan

keterbelakangan ketika berhadapan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi.

Dua jenis ketakutan itu percaya bahwa agama selalu bersifat

dogmatik, intoleran, dan tidak berubah. ‘The Order’ dianggap inferior dan

berhak didakwahi, dipaksa atau dikerasi, ketimbang dianggap sejajar.

Disinilah kemudahan kita bertanya apakah mungkin bagi orang-orang yang

berbeda-beda agama dan budaya itu hidup berdampingan dan mengalami

perbedaan dalam kesamaan.

Charles Taylor dalam Multiculturalism: Exmining the Politics of

Recognition (1994) mengatakan:

“Masing-masing kelompok budaya dan agama menuntut (dan berhak

mendapatkan) pengakuan dan penghargaan. Namun, bahayanya,

mereka yang memiliki identitas tertentu menolak mengakui dan

menghargai yang lain. Kurangnya toleran seperti ini berdampak

2Konflik Sosial Bernuansa Agama Di Indonesia, (Departemen Agama RI Badan

LITBANG Agama dan Keagamaan PUSLITBANG Kehidupan Beragama Bagian Proyek

Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama tahun 2003), h. 1-2

Page 17: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

4

serius, khususnya bagi demokrasi dan keadilan. Sebabnya adalah

kekakuan identitas komunal yang mempercayai dirinya sebagai

otentik dan superior, atau kekakuan identitas universalis yang

berusaha untuk mempengaruhi yang laim dengan cara memaksa”.3

Setidaknya ada tiga kata kunci yang tersirat dari pemaparan diatas:

pertama, agama sama sekali tidak bisa meninggalkan untuk tidak

menyebutnya lengket “emosi”, sedangkan “emosi” merupakan cikal bakal

agresivitas yang mudah berbelok kepada tindakan kekerasan. Kedua, aktivitas

dan kegiatan keagamaan dapat mengurangi tindak kekerasan, jika ia berfungsi

dengan baik sebagai alat peredam (katarsis). Tetapi sebaliknya aktivitas

keagamaan bisa menjelma menjadi daya dorong yang hebat dan memicu

kekerasan, jika ia justru menimbulkan perasaan frustasi dan tidak puas bagi

para pemeluknya. Dan yang ketiga, masyarakat beragama yang tidak agresif

biasanya dikondisikan oleh corak dan model pendidikan agama yang

ditawarkan oleh para pimpinan agama, masyarakat, atau kelompok agama

yang santun secara sosial4

Setiap pemeluk agama umumnya meyakini bahwa agama yang

dianutnya adalah jalan yang paling benar (baginya). Dalam intern umat

beragama sendiri, walaupun dengan teks dan kitab suci yang sama. Karena

berbagai faktor, terdapat penafsiran dan pemahaman yang juga bisa berbeda.

Perbedaan interpretasi terhadap teks-teks suci tersebut mengakibatkan

timbulnya kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda diantara para

penganut agama yang sama tersebut. Semua itu tentu tidak masalah sejauh

keyakinan dan pemahaman tersebut tidak dibarengi dengan prasangka bahwa

diluar agama yang dipeluk oleh kelompoknya dan diluar paham yang dia anut

adalah sesuatu yang salah dan sesat. Sayangnya, diantara problem yang

paling dekat dan menghadang dalam mewujudkan masyarakat pluralis saaat

ini antara lain adalah berkembangnya faham keagamaan eksklusif yang secara

3Muhamad Ali, Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin

Kebersamaan (Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS, 2008), h. 71-72 4 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multi Kultural Multi Religius, (Jakarta:

PSAP Muhammadiyah, 2005), h. 18-19

Page 18: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

5

esensi memandang bahwa hanya agamanya saja yang paling benar sedangkan

yang lain salah belaka. Karenanya demi tegaknya kebenaran (versi mereka)

semua yang salah itu harus dieleminasi, kalau perlu dengan kekerasan.

Kelompok eksklusif semacam inilah yang cenderung menampilkan agama

dalam wadah yang keras dan radikal dan biasanya ekstrim. Kelompok

semacam ini terdapat pada setiap agama. Hanya saja, baik intensitas

ekstrimitas maupun besar kecilnya perkembangan gerakan tersebut sangat

tergantung pada kesempatan yang ada atau yang dapat mereka raih.

Syukurlah bahwa secara keseluruhan kelompok seperti ini kecil jumlahnya,

tetapi seringkali suara dan gemanya lebih nyaring dari yang lain sehingga

dapat berdampak pada citra keseluruhan kelompok agama yang bersangkutan

dan bagi umat beragama diluarnya. Sebaliknya, kelompok arus utama (the

main stream) dari berbagai kelompok agama yang ada pada umumnya adalah

moderat, namun biasanya suaranya kalah nyaring dibanding kelompok

eksklusif. Keberadaan berbagai kelompok eksklusif dan ekstrem tersebut tak

urung telah menyulut terjadinya sejumlah konflik baik internal dalam satu

agama maupun eksternal antar agama, walau agama secara esensial

mengajarkan hidup rukun dan damai baik antar sesama maupun antar sesama

dengan lingkungan.5

Jika bangsa yang multi-agama dan budaya bertekad untuk keluar darin

krisis multi-dimensi, maka tidak ada jalan lain kecuali mengakui

multikulturalisme dengan dukungan teologi yang relevan. Ancaman

disintegrasi dan konflik horizontal dalam berbagai bentuknya tetap akan

menghantui para pemimpin dan rakyat kita jika pemahaman akan

multikulturalisme begitu dangkal, yang memudahkan siapa saja untuk berlaku

tidak adil terhadap yang lain.

Seorang multikulturalis tidak beragama secara mutlak-mutlakan.

Artinya ketika klaim kebenaran yang dianutnya dilihat dari luar maka ia

menjadi tidak mutlak. Ini bisa disebut dengan sikap keberagamaan ‘relatively

5 Muhaimin AG, Damai di Dunia Damai Untuk Semua Perspektif Berbagai Agama,

(Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2004), h. 3-4

Page 19: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

6

absolut’ dengan mengatakan, “Apa yang saya anut memang benar dan saya

berjuang untuk mempertahankannya, tetapi tetap saja relatif ketika

dihubungkan dengan apa yang dianut orang lain, karena orang lain melihat

apa yang saya anut dari kacamata anutan orang lain itu”. Keberagamaa

mutlak-mutlakan dalam banyak kasus cukup berbahaya dalam konteks

interaksi antar agama dan antar budaya. Klaim kebenaran absolut merupakan

benih bagi tumbuhnya fundamentalisme radikal yang bisa membenarkan

segala cara.6

Selain itu keberagamaan multikulturalis merupakan keberagamaan

yang tidak kering. Kekakuan yang berlebihan dalam menjalankan agama

seringkali menyebabkan kurangnya kesadaran spiritual. Salah satu nikmatnya

beragama adalah merasakan apa yang kita lakukan secara sadar dan tanpa

paksaan, misalkan merasakan betapa indahnya kemajemukan dan

kebersamaan.7Keberagamaan multikulturalis tidak melepaskan simbol, tetapi

selalu berupaya melihat makna. Bagaimana, simbol memegang peranan

penting dalam setiap agama. Tanpa simbol, tudak ada agama. Namun,

keberagamaan multikulturalis bergerak lebih jauh dan lebih dalam dari

sekedar simbol. Ia menerima ekspresi-ekspresi keberagamaan simbolik,

namun menyadari makna dari setiap simbol itu.

Keberagamaan multikulturalis tidak dimaksudkan semata-mata demi

agama itu sendiri, tetapi lebih dari itu untuk kemanusiaan. Seorang

multikulturalis tidak akan mengatakan bahwa dirinya lebih berjuang lebih

membela Tuhan, ketimbang orang lain. Ketuhanan dan kemanusiaan memang

bersifat fitrah, tetapi selalu berbeda dalam ruang dan waktu. Seorang

multikulturalis memahami mengapa dia beragama dan berusaha sesuai

kemampuannya untuk menjalankan agamanya, sambil menyadari bahwa

dirinya adalah produk sejarah dan bahwa kemajemukan ekspresi kebudayaan

manusia adalah hal yang lumrah. Kesadaran multikulturalis dalam beragama

paling tidak akan mengurangi tumbuhnya budaya kekerasan atas nama agama

6Ibid., h. 79

7ibid

Page 20: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

7

yang dalam dekade belakangan ini menjadi bagian masalah nasional dan

global.8

Agama dan budaya menjadi sangat problematik ketika memiliki

implikasi horizontal. Yaitu, ketika satu keberagamaan atau keberbudayaan

seseorang atau kelompok tertentu bergesekan dengan keberagamaan atau

keberbudayaan orang atau kelompok lain. Perjumpaan antar iman dan budaya

dewasa ini, akibat faktor-faktor eksternal seperti globalisasi, politik domestik,

dan kondisi sosial budaya, selain faktor-faktor internal seperti penafsiran

agama dan budaya, telah melahirkan problem-pronlem fundamentalisme,

konflik antar agama, konflik etnis, serta ketegangan budaya.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, ketegangan dan konflik etnis,

agama, budaya, dan politik belum juga menurun dan masih menjadi bagian

potret interaksi masyarakat. Sejak menjelang kemerdekaan hingga era

reformasi sekarang ini, perbedaan-perbedaan lebih sering menjelma menjadi

pertentangan, sehingga pada gilirannya melahirkan ketidaknyamanan hidup

bersama dan ketidakproduktifan. Pergantian rezim seakan tidak berarti

pergantian mental dan budaya konflik dan kekerasan, sementara masyarakat

tidak harmonis dalam perbedaan itu.9

Namun fenomena konflik yang dilatar belakangi agama dan budaya

diatas berbanding terbalik dengan fenomena yg penulis jumpai di Desa

Cigugur. Cigugur adalah sebuah Desa di lerang Gunung Ciremai yang

sekarang sudah menjadi sebuah kelurahan bahkan kecamatan. Secara

administratif, Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang

berjarak sekitar 35 km ke arah selatan kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari

kota Bandung10

.

Masyarakat di Desa Cigugur hidup dalam sebuah perbedaan. Dan

yang menjadi perbedaan mendasar pada masyarakat Cigugur adalah

perbedaan agama pada masing-masing individunya. Dimana, perbedaan

8Ibid, h. 80

9Ibid., h. 87-88

10 Mustafid Sawunggalih, Menyusur Agama Djawa Sunda Dari Cigugur, 2012,

(Www.Nusantaraislam.Blogspot.Com) Di Akses Selasa, 29 Januari 2013

Page 21: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

8

tersebut tidak hanya terdapat pada masing-masing warganya melainkan

perbedaan tersebut juga ada dalam satu keluarga. Misalkan, Ayah dan Ibunya

penganut agama Islam, dan anak-anaknya ada yang menganut agama Katolik,

Hindu, Budha, atau agama Islam juga sesuai dengan orang tuanya. Dan itu

sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Suatu hal yang perlu diketahui

disini adalah bahwa perbedaan yang ada pada masyarakat Cigugur tersebut

tidaklah menjadikan mereka hidup dalam ketegangan hingga menimbulkan

suatu konflik seperti konflik-konflik yang sering terjadi dewasa ini yang

dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, namun kehidupan mereka justru

sangat harmonis, bisa hidup secara berdampingan, dan sangat menjunjung

tinggi Toleransi dalam beragama. Yang mana pada setiap masyarakatnya

bukan hanya mengakui keberadaan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam

usaha memahami perbedaan dan persamaan dari setiap masing-masing

penganut agama yang ada. Faktanya, bahwa setiap masyarakat yang berbeda

agama tersebut dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan

kemajemukan tersebut.

Dengan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan

penelitian mengenai“Kerukunan Umat Beragama Antara Islam, Kristen

dan Sunda Wiwitan (Studi Kasus: di Desa Cigugur Kec. Cigugur –

Kuningan)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang dijelaskan diatas maka dapat diidentifikasikan

masalahnya, yaitu:

1. Terdapat beberapa Agama di Desa Cigugur yang mengedepankan

kebudayaan Sunda

2. Terciptanya kerukunan umat beragama pada masyarakat Desa Cigugur

3. Terdapat pola kerukunan umat beragama pada masyarakat Desa Cigugur

4. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunanumat beragama pada

masyarakat Desa Cigugur

5. Terdapat upaya yang dilakukan untuk menjaga kerukunan umat beragama

pada masyarakat Desa Cigugur

Page 22: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

9

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus,

dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu,

penulis, memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang

dibatasi dalam konteks kerukunan umat beragama (Islam, Kristen dan Sunda

Wiwitan). Subyek yang diteliti adalah masyarakat Cipager, desa Cigugur,

Kecamatan Cigugur.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan

dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus

penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Cigugur mengenai kerukunan

antar umat beragama ?

2. Bagaimana pola kerukunan umat beragama di Desa Cigugur sehingga

mereka bisa hidup rukun berdampingan satu sama lain meskipun berbeda

agama?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Desa Cigugur yang

masing-masing-masing memiliki perbedaan keyakinan agama tersebut

dapat hidup rukun dan berdampingan satu sama lain?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Desa Cigugur mengenai

kerukunan antar umat beragama.

b. Untuk mengetahui pola kerukunan umat beragama di Desa Cigugur

sehingga mereka bisa hidup rukun berdampingan satu sama lain

meskipun berbeda agama.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Desa

Page 23: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

10

Cigugur yang masing-masing-masing memiliki perbedaan keyakinan

agama tersebut dapat hidup rukun dan berdampingan satu sama lain.

2. Kegunaan Penelitian

Memberikan informasi mengenai bagaimana kerukunan umat

beragama antara Islam, Kristen dan Sunda Wiwitan, dan dapat dijadikan

bahan kepustakaan serta hasil penelitian ini sebagai suatu informasi bagi

penelitian serupa atau peneliti-peneliti lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Page 24: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat

dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat

utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial

hanyalah bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun

antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang

bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu.

Merupakan hal yang sangat mustahil jika manusia tidak

membutuhkan pertolongan atau bantuan dari orang lain, karena pada

hakekatnya manusia selalu membutuhkan orang lain dalam berbagai hal

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu manusia

disebut mahluk sosial. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya dilaksanakan melalu suatu proses sosial yang disebut dengan

interaksi social.

Sedangkan menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto,

“interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial.

Bentuk lain proses sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang

dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perongan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan

kelompok manusia”.1

Menurut Kimball Young dan Raymond dalam Soerjono Soekanto

“interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa

interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama”.

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h. 61

Page 25: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

12

Kehidupan bersama dalam pengertian interaksi sosial tersebut dapat

diarrtikan salah satunya adalah terjadinya kerukunan. Karena melalui

interaksi sosial, masyarakat melakukan pola hubungan yang seperti

menegur, menyapa dan saling berbicara.2

Dengan demikian interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok

dengan kelompok.

b. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memnuhi

dua syarat, yaitu:

1) Kontak Sosial

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya

bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara

harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru

terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, oleh karena orang dapat

mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti

misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut.

Dengan demikian, kontak sosia adalah aksi individu atau

kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki arti (makna) bagi si

pelaku, dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi.3

2) Komunikasi

Arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang

memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud

pembicraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan

kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan

oleh orang lain tersebut.4

Hal ini mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk

membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri,

2 Ibid.,h.54

3 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana, 2011), h. 74 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h. 64-67

Page 26: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

13

untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Melalu komunikasi sosial kita

dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan

bersama.

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

1) Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan

atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan

bersama.

Bentuk dan pola kerja sama dapat dijumpai pada semua

kelompok manusia, kerja sama timbul karena orientasi orang-

perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok

lainnya (out-group). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat

apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan

luar yang menyinggung kesetiaan secara tradisional atau institusional

telah tertanam dalam diri kelompok, dalam diri seorang atau

segolongan orang.

Menurut Charles H. Cooley dalam Soerjono Soekanto

pentingnya fungsi kerja sama digambarkan sebagai berikut :5

“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan –kepentingan yang sama dan pada saat

yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi

merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang

berguna”.

Dalam hubunganya dengan kebudayaan suatu masyarakat,

kebudayaan itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerja

sama. Terdapat lima bentuk kerja sama menurut James D. Thompson

5 Ibid.,h.66

Page 27: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

14

–Wiliam J. McEwen dalam Soerjono Soekanto sebagai berikut:

a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong

b) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran

barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.

c) Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur

baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu

organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya

kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

d) Koalisi (Coalition) yakni kombinasi antara dua organisasi atau

lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.

e) Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek

tertentu, misalnya pengeboran minyak dan pertambangan batu

bara.6

2) Akomodasi

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk

menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses .

Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu

keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau

kelompok-kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma-norma

sosial dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai

suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk

meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai

kestabilan.

Sedangkan menurut Gillin dan Giliin dalam Soerjono Soekanto

akomodasi adalah:

“suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk

menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan

sosial. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai sutu

proses dimana orang-perorangan atau kelompok- kelompok

manusia saling mengadakan penyusaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan.7

6 Ibid.,h.68

7 Ibid.,h.69

Page 28: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

15

Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi

yang dihadapinya, yaitu:

a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau

kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.

b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu

atau secara temporer.

c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-

kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagia faktor-faktor

soasial psikologis dan kebudayaan.

d) Mengususahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang

terpisah.8

3) Asimilasi

Merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-

upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang

perorangan atau kelompok sosial yang diikuti pula usaha-usaha untuk

mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan

memerhatikan kepentingan bersama.9

Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas

perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-

batas antar kelompok. Selanjutnya individu melakukan identifikasi

diri dengan kepentingan bersama. Artinya menyesuaikan kemauannya

dengan kemauan kelompok. Denikian pula antara kelompok yang satu

dengan kelompok yang lain.

2. Kerukunan Antar Umat Beragama

a. Definisi Kerukunan

Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa Arab,

yaitu “ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah

“arkaan” yang berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai

8 Ibid.,

9 Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana, 2011), h. 81

Page 29: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

16

unsur. Jadi, kerunan itu merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas

berbagai unsure yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling

menguatkan.10

Krukunan artinya adanya suasana persaudaraan dan

kebersamaan antara semua orang meskipun mereka berbeda secara

suku, agama, ras dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu

proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan

serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai

serta tentram.

Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang

diwarnai oleh suasana baik dan damai, hidup rukun berarti tidak

bertengkar, melainkan bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir dan

bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Didalam

kerukunan semua orang bisa “hidup bersama tanpa kecurigaan, dimana

tumbuh semangat dan sikap saling menghormati dan kesediaan untuk

bekerja sama demi kepentingan bersama.11

Kerukunan atau hidup rukun

adalah sikap yang berasal dari lubuk hati yang terdalam, terpancar dari

kemauan untuk memang berinteraksi satu sama lain sebagai manusia tanpa

tekanan dari pihak manapun.12

Sementara dalam kaitan sosial, rukun diartikan dengan adanya

yang satu mendukung keberadaan yang lain.13

Dengan demikian

kerukunan dalam konteks sosial merupakan norma yang sepatutnya

diimplementasikan agar terwujudnya masyarakat madani yang saling

peduli dan mendukung eksistensi masin-masing elemen masyarakat.

b. Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama

1) Perlunya Kerukunan Hidup beragama

10

H. Said Agil Husin Al Munawar, Fikih hubungan Antaragama ( Jakarta:Ciputat Press,

2003), h. 4 11

M. Zainudin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia (

Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan departemen Agama RI, 2001), hal. 67 12

Taher, Elza Peldi, Merayakan Kebebasan Beragama Bunga Rampai 70 Tahun Djohan

Effendi, (Jakarta: ICRP, 2009), h. 84 13

Hamka Haq, Jaringan kerjasama antarumat beragama: Dari wacana ke aksi nyata (

Jakarta: Titahandalusia Press, 2002), h. 54

Page 30: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

17

Yang mempersatukan bangsa dan masyarakat indonesia dalam

dimensi hidupnya yang tertinggi dan terdalam adalah keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dilengkapi horizontal oleh sila

kemanusiaan yang adil dan beradab. Bila sikap dasar vertikal dan

horizontal itu dipahami, dihayati, dan diamalkan konsekuen konsisten,

buahnya ialah persahabatan, persaudaraan, saling menghargai, saling

menolong, saling memekarkan. Jadi, sikap-sikap dasar yang berciri inklusif

saling merangkul. Kesatuan dan persatuan dalam arti sejati. Meskipun

kadang-kadang berselisih, namun selalu ingin rukun kembali. 14

Kerukunan hidup beragama bukan sekedar terciptanya keadaan

dimana tidak ada pertentangan intern umat beragama, antar golongan-

golongan agama dan antar umat-umat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan hidup beragama merupakan keharmonisan hubungan dalam

dinamika pergaulan dan kehidupan bermasyarakat yang saling menguatkan

dan diikat oleh sikap mengendalikan diri dalam wujud saling menghormati,

bekerja sama, dan saling tenggang rasa.

Kerukunan antar umat beragama di Indonesia termasuk salah

satu masalah yang mendapat perhatian penting dari pemerintah.

Masalah kerukunan hidup antar umat beragama mempunyai kaitan

yang besar dengan usaha pembangunan. Dengan adanya kerukunan

antarumat beragama akan menjamin dan terpelihara stabilitas sosial

untuk keberhasilan serta memperlancar pembangunan. Jika kita tidak

dapat menjaga kerukunan antar umat beragama tentu akan

berpengaruh pada stabilitas sosial.15

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang

terdiri atas berbagai suku bangsa, agama dan golongan yang

memiliki watak sosial yang berbeda satu dengan yang lainya. Atas

kesadaran dari diri masing-masing untuk hidup berbangsa, bertanah

air, dan berbahasa satu, masyarakat Indonesia yang beragam suku,

agam, ras, dan antar golongan seharusnya melakukan integrasi

14 Nur Achmad, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2001), h. 30 15

Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama (

Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 46

Page 31: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

18

nasional untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang ber Bhineka

Tunggal Ika.16

Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian

yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang

lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang

banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.17

Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus memaklumi

dengan kemajemukan yang ada. Potensi konflik dalam kemajemukan

harus diantisipasi dengan penguatan etika-moral bangsa, dengan

mengembangkan semangat kerukunan dan memantapkan tatanan

integrasi nasional.18

Dengan kerukunan, akan terpelihara stabilitas

sosial yang akan memperlancar pembangunan.

Di Indonesia kerukunan antarumat beragama sudah terpelihara

baik sejak dulu. Karena itu salah satu ahli sejarah Inggris yang

bernama Arnold J. Toynbee menamakan Indonesia sebagai “ The

land where the Religions are Good Neighbours” ( negeri dimana

agama-agama hidup bertetangga dengan baik) pada tahun 1957,

setelah dia mengunjungi Indonesia. Selain itu dia juga mengatakan :

“Sungguhpun negeri ini berhadapan dengan berbagai persoalan

dan kesulitan dengan masyarakatnya yang serba aneka namun

selalu bebas dari salah satu kebatilan umat manusia, yakni

sengketa agama, apalagi perang agama seperti di negeri-negeri

lain, baik di Timur maupun di Barat. Kalaupun bangsa

Indonesia mempergunakan agama dalam peperangan, hal itu

adalah perang sabil melawan penjajah, bukan melawan agama

lain.”19

Oleh karena itu, jika masyarakat menginginkan Indonesia tetap

hidup damai dan rukun seperti dulu haruslah mempunyai sikap

toleransi (tasamuh) yang tinggi, seperti yang dilakukan salah satu

Organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama yang

16

Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam Dalam Kebijakan Pembinaan Kerukunan Umat

Beragama” vol XI, no.1 (2001) hal 1 17

Ibid., hal 2 18

Ibid. 19

Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama (

Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 47

Page 32: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

19

menyebutkan dan menegaskan bahwa tasamuh harus menjadi

landasan dalam kehidupan beragama masyarakat Indonesia, sehingga

dapat terciptanya kerukunan antar umat beragama.

Sebenarnya setiap umat beragama khususnya umat islam pasti

memiliki kecintaan pada negaranya . Mereka menginginkan negeri

ini tetap menjadi negara yang adil dan makmur, aman, tenteram,,

damai, dalam naungan keridlaan Illahi. Dan toleransi adalah sikap

hidup umat islam yang sebagaimana dicontohkan oleh Nabi

Muhammad agar tetap hidup rukun.20

Salah satu usaha pemerintah pada masa lalu adalah

merukunkan intern umat beragama, antarumat beragama dan umat

beragama dengan pemerintah. Dengan dicanangkannya trilogi

kerukunan seperti itu hilanglah sesuatu yang selama ini dapat

memisahkan antara orang atau kelompok yang berbeda pendapat.21

2) Kerukunan Intern Umat Beragama

Kehidupan intern umat beragama masih seringkali terdapat

masalah-masalah yang dapat menimbulkan perpecahan intern umat

beragama. Disini diperlukan pembinaan kerukunan intern umat

beragama oleh pemuka agama agar pertentangan yang terjadi tidak

menimbulkan perpecahan antara pengikutnya.22

Segala persoalan

yang terjadi hendaknya diselesaikan dengan kekeluargaan dan sikap

saling mementingkan toleransi terhadap sesamanya.

Kerukunan intern umat beragama, lebih khusus umat islam

yang telah tumbuh dan berkembang perlu dilestarikan agar ukhuwah

islamiyah benar-benar menjadi kenyataan, sehingga perbedaan

pemahaman agama tidak lagi menjadi pemisah dalam pergaulan di

tengah-tengah masyarakat dan tidak lagi menganggap orang yang

20

Ibid. 21

Syamsul Bahri, “ Peranan Agama Dan Adat Dalam Melestarikan Kerukunan Antar

Umat Beragama,” vol XI, no.1 (Januari-Juni 2001), h. 41 22

Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

(Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 49

Page 33: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

20

tidak sepaham sebagai orang lain atau orang yang diasingkan.23

Perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama itu adalah suatu

ajaran yang wajar. Tetapi dalam Islam tidak dibenarkan jika

memaksakan orang lain harus menerima sebagaiman yang

dipahaminya itu.24

Sebaiknya, sebagai umat Islam seharusnya

melaukakan cara-cara yang lebih halus dan lembut pada orang-orang

yang tidak sepaham dengan kita, karena Indonesia merupakan

masyarakat majemuk sehingga wajar jika satu dengan yang lainya

berbeda pendapat asalkan masih sesusai dengan undang-undang

yang berlaku di negara dan tidak mengancam keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, karena pada zaman sekarang ini

toleransi umat beragama yang tidak wajar menyebabkan timbulnya

aliran-aliran ataupun organisasi-organisasi yang mengancam

keutuhan Negara Republik Indonesia baik itu di Intern Islam maupun

didalam agama-agama yang terdapat di Indonesia.

3) Kerukunan Antarumat Beragama

Masalah kehidupan beragama di masyarakat merupakan

masalah peka. Sebab terjadinya suatu masalah sosial akan menjadi

sangat rumit, jika masalah tersebut menyangkut pula masalah agama

dan kehidupan beragama.

Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978 tentang

Pedoman Penyiaran Agama merupakan aturan permainan bagi

penyiaran dan pengembangan agama di Indonesia demi terciptanya

kerukunan hidup antarumat beragama, persatuan bangsa, stabilitas

dan ketahanan nasional.25

Dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Agama tersebut

bukan berarti membatasi untuk memeluk dan melaksanakan agama

23

Syamsul Bahri, “ Peranan Agama Dan Adat Dalam Melestarikan Kerukunan Antar

Umat Beragama,” vol XI, no.1 (Januari-Juni 2001), h. 49 24

Ibid., hal 42 25

Ibid.,hal 50

Page 34: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

21

masing-masing. Tetapi disini memberikan pedoman dan untuk

melindungi hak kebebasan memeluk agaman yang dianut warga

Indonesia sebagaimana dalam pasal UUD 1945.

Kemudian agar pelaksanaan pedoman penyiaran agama dapat

berjalan tertib ditetapkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri

dan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1979, tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada

Lembaga Keagamaan di Indonesia.26

Dengan Keputusan Bersama ini maka menjadi tanggung jawab

Kementrian Agama maupun Kementrian dalam negeri serta

pedoman bagi seluruh aparat pemerintahan dalam pelaksanaan

tugasnya yang berhubungan dengan masalah keagamaan.

4) Kerukunan Atarumat Beragama dengan Pemerintah

Seiring dengan dinamika kehidupan yang terus berjalan dan

semakin berkembang, serta semakin kompleks persoalan kerukunan

umat beragama, pemerintah akan terus berupaya mengembangkan

kebijakan yang bertujuan akan membangun keharmonisan hubungan

di antara sesama umat manusia. Langkah kebijakan yang diambil

oleh pemerintah dalam hal ini departemen agama, pada awalnya

adalah sosialisasi prinsip dasar kerukunan yaitu tidak saling

mengganggu antara kelompok-kelompok agama yang berbeda-

beda.27

Antarumat beragama dan pemerintah seharusnya ditemukan

apa yang saling diharapkan keduanya untuk dapat dilaksanakan

bersama. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas nasional yang

diharapkan umat beragama dapat berpartisipasi aktif dan positif

dalam rangka pembinaan kehidupan beragama yaitu pemantapan

ideologi Pancasila, pemantaan stabilitas dan ketahan nasional serta

sukses pembangunan nasional.

26

Ibid.,hal 51 27

Muhaimin AG., Damai di Dunia Damai Untuk Semua Perspektif Berbagai Agama

(Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, 2004), h. 18

Page 35: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

22

Dengan tiga prioritas nasional tersebut, diharapkan umat

beragama dan pemerintah berpartisipasi aktif dan positif dalam

usaha membudayakan Pancasila, memantapkan stabilitas dan

ketahanan nasional, serta melaksanakan pembangunan nasional yang

berkesinambungan.

c. Disharmonisasi Antarumat Beragama

Beberapa masalah yang menjadi penyebab disharmonisasi

antarumat beragama, yakni :

1) Munculnya isu-isu yang menyangkut terjadinya lintas batas sosial

keagamaan. Sebagaimana para pengamat antropologi agama melihat

bahwa Indonesia bagian barat adalah wilayah kultur islam,

sedangkan bagian timur wilayah kultur nasrani. Jika terdapat gejala-

gejala yang berbeda dengan agama mayoritas penduduk, maka akan

menimbulkan prasangka adanya ekspansi dari apa yang disebut

mereka.28

2) Pendirian tempat ibadah dan pemanfaatan rumah tinggal untuk

peribadatan merupakan sumber disintegrasi sosial, disebabkan oleh

perbedaan keyakinan agama. Masalah ini berkaitan dengan

prasangka akan merosotnya pengaruh suatu agama pada struktur dan

kultur masyarakat yang bersangkutan.

3) Agama sebagai alat pembenar terhadap suatu tindakan yang

sebenarnya bukan masalah agama. Agama juga sering dipergunakan

sebagai pembenar untuk aski-aksi kerusuhan dan kekerasan yang

mapan.

Keadaan disharmonisasi antar umat beragama ini jelas

memperlemah kondisi bangsa yang sebenarnya harus sadar bahwa

kerukunan nasional mestinya diupayakan agar semakin kokoh.

Kondisi bangsa yang kokoh sangat diperlukan karena dua alasan ke

dalam dan ke luar. Ke dalam kita harus membangun masyarakat dan

28

Ahmad Syafii Mufid, Dialog Agama dan Kebangsaan, (Bandung: Grasindo, 2008), h.

35

Page 36: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

23

negeri agar lebih sejahtera, maju, aman, tertib dan damai. Ke luar

harus bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan dunia

yang semakin kompetitif.

d. Mewujudkan Kerukunan Antarumat Beragama di Indonesia

Kehidupan beragama di kalangan Bangsa Indonesia dalam

bentuknya yang sederhana, telah tumbuh dan berakar semenjak dahulu

kala. Simbul-simbul penyembahan suku-suku yang masih

primitifnterhadap benda-benda yang dianggap “sakti” dan “keramat”

adalah satu bentuk dari pada pernyataan dalam kehidupan kerohanian

dari nenek moyang bangsa Indonesia.29

Indonesia sebagai salah satu masyarakat yang pluralistik baik dari

segi etnis, budaya, suku adat istiadat, bahasa, maupun agama. Dari segi

etnis, budaya, suku adat istiadat, bahasa, maupun agama. Dari segi

agama, sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua agama,

khususnya agama-agama besar, Islam, Kristen, Hindu dan Budha dapat

berkembang subur dan terwakili aspirasinya di Indonesia. Karena itu

sikap religuisitas, saling mwnghormati dan toleransi sangat dibutuhkan

agar terjalin kerukunan di Indonesia.

Beberapa sikap religousitas pemeluk agama dalam

mengembangkan dan membangun hubungan umat beragama untuk

mewujudkan kerukunan antarumat beragama diantaranya:

1) Membangun sikap toleransi beragama

Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, hubungan

antarumat beragama menjadi suatu hak yang tidak dapat dipisahkan.

Hubungan antar sesama pemeluk tidak dapat terlepas dari kebutuhan

sosial untuk memenuhi hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan

adanya toleransi. Toleransi merupakan salah satu ajaran penting

dalam islam. Ada banyak kisah dan ajaran tentang toleransi yang

ditorehkan umat islam, termasuk di Indonesia. Toleransi adalah

pemberian kebebasan kepada sesama manusia dan masyarakat untuk

29

Monografi Kelembagaan Agama di Indonesia, (Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan

Hidup Beragama Departemen Agama RI, 1983), h. 45

Page 37: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

24

menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan

sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-

syarat harus terciptanya ketertiban dan pedoman dalam

masyarakat.30

2) Membangun Sikap Keterbukaan (tepo seliro)

Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk

menjaga kerukunan antarumat beragama adalah adanya sikap untuk

mengakui keberadaan pihak lain. Setiap orang memiliki hak yang

sama untuk memilih agama dan keyakinannya. Hubungan antar

pemeluk agama akan dapat terjalin dengan baik, jika masing –

masing memiliki sikap ketergantungan untuk menerima pihak lain ke

dalam komunitas kita, Sikap terbuka ini akan menjadi sarana untuk

menegakan kerukunan bidup beragama, dan dilaksanakan juga oleh

setiap pemeluk agama, sehingga hubungan antarumat beragama

tidak ada rasa saling mencurigai, dan rasa permusuhan di antara

pemeluk agama lain.31

3) Membangun kerja sama antar pemeluk agama

Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan pula dalam kehidupan

mayarakat adalah adanya kerjasama dan interaksi sosial. Dengan

adanya kerjasama dan interaksi sosial. Dengan adanya kerjasama dan

interaksi sosial sesama manusia ataupun sesama pemeluk agama

akan lebih mempererat hubungan bersama, sehingga manusia dapat

mempertahankan hidupnya. Dalam jonteks interaksi sosial siapapun

berhak melakukannya, karena telah menjadi kodrat hidup, memenuhi

kebutuhan primernya, hubungan ini tidak mengenal lintas batas

agama, etnis, suku dan kebangsaan. Maka lahirlah kerjasama.

4) Membangun diaolog antar umat beragama

Suatu hal prinsipil dan utama yang harus diperhatikan ketika

30

Jasmadi,”Membangun Relasi Antar Umat Beragama, (Refleksi Pengalaman Islam di

Indonesia),”vol.5,no2 (Juli 2010),h.166-168 31

Ibid., h. 169.

Page 38: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

25

berbicara tentang dialog antar agama adalah bahwa dialog

hendaknya tidak dilakukan secara intelektual verval dan teologis

belaka.

Untuk mengembangkan etika Dan kultur kerukunan umat

beragama dapat dilakukan melalui dialog antar agama. Menurut

Azyumardi Azra terdapat lima bentuk dialog yang dapat dilakukan,

yaitu:32

a) Dialog Parlementer (Parliamentary Dialogue), yakni dialog yang

melibatkan ratusan peserta. Dalam dialog dunia global, dialog ini

paling awal diprakarsai oleh world’s parliament of religious pada

tahun 1893 di Chicago.

b) Dialog Kelembagaan (Institusional Dialgue). Yakni dialog

diantara wakil-wakil institusional berbagai organisasi agama.

Dialog kelembagaan ini seperti yang dilakukan melalui wadah

Musyawarah Antarumat Beragama oleh majeli agama yakni MUI.

c) Dialog Teologi (Theological Dialogue), yakni mencakup

pertemuan-pertemuan regular maupun untuk membahas persoalan

teologis dan filosofis, seperti dialog ajaran tentang kerukunan

antarumat beragama, melalui konsep ajaran sesuai dengan agama

masing-masing.

d) Dialog dalam masyarakat (Dialogue in Community), dan dialog

kehidupan (Dialogue of Life), dialog dalam kategori ini pada

umumnya ialah penyelesaian pada hal-hal praktis dan aktual

dalam kehidupan. Seperti, pemecahan masalah kemiskinan,

masalah pendidikan.

e) Dialog Kerohanian (Spiritual Dialogue), dialog ini bertujuan

menyuburkan dan memperdalam kehidupan spiritual di antara

berbagai agama.

Tentu saja dialog juga dapat dilihat sebagai tujuan

32

Dialog: Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: DIAN (Dialog Antar Iman di

Indonesia ) dengan Penerbit PUSTAKA PELAJAR), h. 117

Page 39: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

26

menengah atau tujuan instrumental. Dialog bukan merupakan tujuan

akhir, melainkan sesuatu yang dijalankan untuk mencapai tujuan

selanjutnya. Namun, tujuan hidup bersama tidaklah dapat dicapai

dengan baik tanpa keterlibatan semua pihak. Dalam cakrawala

holistik, partisipasi dan rasa bagi keseluruhan merupakan keutamaan.

Dengan demikian, dialog merupakan gaya hidup orang beriman dan

beragama, merupakan sesuatu yang perlu dan harus dijalankan jika

seseorang atau komunitas ingin setia kepada panggilan manusiawi

dan ilahiah.33

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Toto Suryana dalam Jurnal yang berjudul

“Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama”. Hasil

menunjukan bahwa keberagaman merupakan realita dan ketentuan dari

Allah Tuhan semesta alam, maka diperlukan rasa keberterimaan dan usaha

untuk memelihara dengan mengarahkannya kepada kepentingan dan tujuan

bersama. Perbedaan yang terjadi merupakan fakta yang harus disikapi

secara positif sehingga antar pemeluk agama terjadi hubungan kemanusiaan

yang saling menghargai dan menghormati. Agama bersifat unversal, tetapi

beragama tidak mengurangi rasa kebangsaan, bahkan menguatkan rasa

kebangsaan. Agama mendorong penganutnya untuk membela kehormatan

dan kedaulatan bangsa dan negaranya. Pluralitas merupakan sebuah fakta

sosial historis yang melekat pada ke Indonesian. Masyarakat Indonesia

adalah masyarakat yang plural dan multikultural. Menjadi manusia

Indonesia berarti menjadi manusia yang sanggup hidup dalam perbedaan

dan bersikap toleran. Bersikap toleran berarti bisa menerima perbedaan

dengan lapang dada, dan menghormati hak pribadi dan sosial pihak yang

berbeda (the other) menjalani kehidupan mereka.34

33

J.B. banawiratma, Zainal Abidin Bagir, Dialog Antarumat Beragama Gagasan dan

Praktik di Indonesia, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2010), h. 13

34 Toto Suryana, Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama, Jurnal

Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 9, No. 2, 2011

Page 40: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

27

2. Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Yudi Sulaiman tentang “Pembinaan

Kesadaran Pluralisme Agama Dikalangan Narapidana Lembaga

Permasyarakatan Anak di Blitar”. Hasil menunjukan bahwa Manfaat yang

ditimbulkan dari pembinaan kesadaran pluralisme agama di kalangan LP.

Anak di Blitar adalah bertambahnya semangat para narapidana untuk hidup

dalam perbedaan dan terciptanya saling menghormati, menghargai,

menyayangi, dan saling tolong-menolong terhadap agama lain. Pembinaan

keagamaan yang dilakukan para pembina ataupun agamawan menimbulkan

dampak positif bagi narapidana yaitu dengan terciptanya kerukunan

beragama, baik antar interen agama maupun antar narapidana yang

berlainan agama.35

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kajian LEMHANAS RI tentang

“Membangun Kerukunan Umat Beragama Guna Terwujudnya Harmonisasi

Kehidupan Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan Nasional”. Hasil

menunjukan bahwa:

a. Bangsa Indonesia memiliki heterogenitas dalam bidang agama.

Perbedaan ini merupakan kekuatan, namun berpotensi menjadi ancaman

konflik sosial bernuansa agama yang terjadi berulang kali dan sulit

dihilangkan. Oleh karena itu diperlukan upaya komprehensif dari

segenap elemen bangsa untuk menangani dan mengantisipasinya ke

depan.

b. Kerukunan hidup umat beragama mengandung arti kesediaan untuk

menerima perbedaan keyakinan individu maupun kelompok lain,

kesediaan memberi kebebasan orang lain untuk mengamalkan ajaran

yang diyakininya dan kemampuan untuk bersikap simpati dan empati

pada suasana kekhusyukan yang dirasakan orang lain.

c. Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan yang dinamis. Hal

tersebut sangat tergantung pada sikap dan respons dari masyarakat umat

beragama terhadap permasalahan yangdapat memicu terjadinya konflik.

35

. Yudi Sulaiman, Pembinaan Kesadaran Pluralisme Agama Dikalangan Narapidana

Lembaga Permasyarakatan Anak di Blitar, skripsi pada STAIN Kediri, 2004, h. 60-61

Page 41: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

28

Adapun faktor-faktor pemicu konflik bernuansa agama di Indonesia,

antara lain:

1) Perbedaan keyakinan/akidah

2) Penyiaran agama

3) antuan keagamaan luar negeri

4) Perkawinan antarpemeluk agama

5) Pendidikan agama

6) Perayaan hari besar keagamaan

7) Penodaan agama

8) Kegiatan kelompok sempalan

9) Pendirian rumah ibadah

10) Kepentingan politik, ekonomi dan ideologi

11) Masalah individu/kelompok yang melibatkan umat lainnya

d. Pada setiap konflik bernuansa agama, pemerintah harus selalu hadir

untuk menangani dengan memberi solusi melalui berbagai cara

(pendekatan keamanan, dialog, pembinaan dan pendidikan). Cara

tersebut belum optimal karena persoalannya menyangkut keyakinan

(keimanan) yang tidak bisa diseragamkan. Peran pemerintah harus

ditingkatkan dengan menggandeng semua pihak.

e. Selain pemerintah hadir di seluruh sektor kehidupan masyarakat,

ketegasan para pemimpin untuk membela Konstitusi RI perlu

ditingkatkan, juga harus dijaga agar jangan sampai masuk ke dalam

situasi tuna konstitusi dan terus-menerus menghidupkan serta

menggiatkan terwujudnya Civil Society, yang salah satu cirinya adalah

kedewasaan dalam bertindak dan berperilaku.

f. Ketegasan negara dalam menegakkan konstitusi menjadi sangat

mendesak. Hal ini menuntut kecekatan negara untuk hadir dalam

berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, khususnya dalam ketegangan

yang terindikasi berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Kalau negara terkesan membiarkan kekerasan yang ada, maka eskalasi

akan terjadi dan tentu berakibat buruk bagi kesatuan dan persatuan

Page 42: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

29

bangsa. Negara jangan sampai kalah terhadap tekanan dari kelompok-

kelompok “radikal” dan yang tidak menginginkan kehidupan yang

rukun.36

4. Penelitian yang dilakukan oleh Marzuki tentang “Kerukunan Antar Umat

Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani: Analisis Isi Piagam Madinah

dan Relevansinya Bagi Indonesia”37

. Hasil penelitiannya menunjukan:

a. Piagam Madinah adalah kumpulan naskah yang berisi perjanjian yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan kaum Muslim, baik dari

golongan Muhajirin maupun golongan Anshar, dan perjanjian antara

Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi di Madinah. Piagam ini

terdiri dari 47 pasal yang mengatur masalah kesatuan umat (bangsa) di

Madinah, kesediaan untuk saling membantu, saling menasehati, saling

membela, dan menghormati kebebasan beragama.

b. Piagam Madinah mengatur dengan tegas kebebasan beragama bagi para

penganut agama yang ada di Madinah, terutama kaum Muslim dan kaum

Yahudi. Sebagai kepala negara, Nabi menjamin hak semua rakyat

Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim dalam melakukan aktivitas

keagamaan. Nabi akan menindak tegas siapa pun yang melakukan

pengkhianatan terhadap perjanjian yang sudah dibuat dalam Piagam

Madinah.

c. Kerukunan umat beragama di Indonesia pada prinsipnya sudah di atur

dengan baik. Berbagai aturan sudah dibuat oleh pemerintah untuk

melaksanakannya. Aturanaturan ini tidak jauh berbeda dengan aturan

yang tertuang dalam Piagam Madinah. Jika pada akhirnya muncul

berbagai konflik antarumat beragama di Indonesia, hal ini tidak semata-

mata terkait dengan masalah agama belaka, tetapi sudah ditunggangi oleh

berbagai kepentingan, terutama kepentingan politik.

36

LEMHANAS RI, Membangun Kerukunan Umat Beragama Guna Terwujudnya

Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian

LEMHANAS RI, edisi 14, Desember, 2012. 37

Marzuki, Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani:

Analisis Isi Piagam Madinah dan Relevansinya Bagi Indonesia, dalam Jurnal, 2006.

Page 43: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

30

C. Kerangka Berfikir

Setiap orang selalu ingin hidup rukun dengan siapa saja, baik dalam

keluarga, dalam masyarakat, dalam pekerjaan, dimana dan kapan dan dengan

siapa saja, setiap orang selalu menginginkan kjerukunan, ketenangan,

perdamaian. Semua orang yang sungguh-sungguh ingin atau berkehendak baik

tentu ingin hidup damai dalam hidupnya. Ini memang keinginan yang sangat

luhur.

Oleh karena itu semua orang selalu berusaha bagaimana dapat

menciptakan suasana hidup rukun dimana saja berada. Namun disadari atau

tidak, bahwa perdamaian atau kerukunan, ketentraman itu bukan sesuatu yang

akan terjadi dengan sendirinya, tetapi kita sendiri yang harus berusaha untuk

membina perdamaian, ketentraman, persatuan, kerukunan dalam lingkungan

kita sendiri, entah itu dalam rumah tangga, dalam antar tetangga, dalam suku

bangsa, negara maupun di dunia.

Dan untuk mewujudkan semua itu perlu adanya pembinaan kerukunan

yang memiliki landasan yang sama, yang disetujui bersama dan ditaati bersama

oleh semua masyarakat dalam ruang lingkup tertentu. Maksud dari landasan

disini adalah bertitik tolak pada kenyataan bahwa kita hidup sebagai mahluk

sosial, mahluk yang tidak dapat hidup sendirian, mahluk yang selalu

membutuhkan orang lain. Sebab tanpa orang lain kita tidak dapat berkembang

dalam segala hal.

Hal tersebut terjadi di dalam masyarakat Cigugur. Dimana masyarakat

yang beragam agama dan kepercayaan bisa hidup rukun berdampingan dan

harmonis dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, baik dalam segi peribadatan,

bertetangga maupun bermasyarakat. Merekapun turut aktif berpartisipasi dalam

semua acara-acara agama tertentu tanpa membedakan agama yang ia yakini.

Selain keberagaman yang terjadi diatas, keberagaman pun terjadi dalam

satu keluarga, banyak masyarakat Cigugur yang mengalami perbedaan

keyakinan tersebut. Tetapi masyarakat Cigugur tetap bisa hidup berdampingan

dengan rukun, tanpa terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan

agama atau keyakinan.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cigugur

Page 44: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

31

baik itu para penganut Islam, Kristen atau kepercayaan Sunda Wiwitan

menjalankan pola-pola interaksi atau upaya-upaya menciptakan kerukunan

yang selama ini terjalin dengan baik dan mereka mempertahankannya sehingga

kondisi kerukunan itu bisa tetap bisa terlaksana hingga saat ini.

Page 45: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneltian ini dilakasanakan pada semester VIII tahun 2013. Peneletian

dilaksanakan di desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan,

Jawa Barat.

B. Latar Penelitian

Desa Cigugur terletakdi lereng Gunung Ciremai, Secara administratif,

Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang berjarak sekitar

35 km ke arah selatan kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari kota Bandung.

Cigugur berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut, dengan curah

hujan rata-rata 26,80 mm dan suhu udara rata-rata sekitar 26°C.

Objek penelitiannya adalah masyarakat desa Cigugur untuk meneliti

mengenai “Kerukunan Umat Beragama Antara Islam, Kristen dan Sunda

Wiwitan.”

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian

yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,

dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.1 Prosedur-

prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian

akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga

memiliki asusmsi-asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-

metode pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskupun

prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa

teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan

bersumber dari strategi-strategi penelitian yang berbeda-beda.2

1Bagong Suyanto Dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005), h.166-168. 2 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 258

Page 46: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

33

Jenis penelitiannya adalah Etnografi, etnografi adalah studi yang sangat

mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau

sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari

sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan,

karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti

mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Data

diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu

berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya

secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti

jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah

selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di

lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan.

Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari

antropologi.3

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lazimnya

menggunakan observasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan kemungkinan

penggunaan sumber-sumber non-manusia (non-human source information),

seperti dokumen dan rekaman atau catatan (record) yang tersedia.

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah:

a. Observasi

Observasi, seperti halnya wawancara, termasuk teknik

pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian kualitatif.

Dengan wawancara, peneliti dapat menanyakan pada informan tentang

keadaan masa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Juga dapat

dilacak tentang hal-hal yang tak tampak, yang tersembunyi di “museum

3Mudjiraharjo, Jenis Dan Metode Penelitian Kualitatif, 2013,

(Http://Mudjiarahardjo.Com/Materi-Kuliah/215.Html?Task=View Di Akses Pada Hari Senin 28

Januari 2013 Pukul : 20.10 WIB)

Page 47: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

34

batin” subjek yang diteliti (yang bersifat tacit). Itulah keunggulan teknik

wawancara. Keunggulan yang dipunyai wawancara memang tak dipunyai

oleh observasi. Akan tetapi, observasi juga mempunyai keunggulan lain

yang tak dapat ditandingi wawancara. Misalkan, mereka yang pernah

melihat Hongkong, meskipun hanya sekali, tetap akan lebih baik

pengertiannya tentang bagaimana “Hongkong” dibandingkan dengan

yang hanya mendengar saja dari cerita orang walaupun telah ratusan

orang yang menceritakannya. Karenanya, observasi adalah utama

kegunaannya dalam penelitian kualitatif.4

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan

dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Disini

pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terlibat (Partisipant

observation). Pengamatan terlibat ini dilakukan untuk memperlancar

peneliti dalam memasuki setting penelitian dan untuk menghindari

jawaban yang kaku yang diberikan oleh informan akibat kecurigaan atau

keengganan karena mencium bau penelitian. Dengan ini diharapkan akan

dapat mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat

diungkapkan oleh informan.

b. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif biasanya digunakan teknik wawancara

sebagai cara utama untuk mengumpulkan data atau informasi. Ini bisa

dimengerti, setidak-tidaknya karena dua alasan. Pertama, dengan

wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan

dialami oleh seseorang atau subjek yang diteliti, tetapi apa juga yang

tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian (explicit knowledge

maupun tacit knowledge). Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan

bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan

masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.5

4Ibid., h. 77.

5Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan

Asih Asah Asuh, 1990), h. 61-62.

Page 48: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

35

Penelitian ini melakukan wawancara mendalam (Indepth

interview) terhadap beberapa informan penelitian yakni masyarakat

cigugur, dengan sebelumnya didahului pembicaraan informal untuk

menciptakan hubungan yang akrab dengan informan. Hubungan yang

akrab ini diperlukan agar bisa memudahkan dalam mendapatkan umpan

balik dalam proses selanjutnya. Perlu diingat bahwa untuk mencapai

suasana santai dan akrab diperlukan waktu agar lebih saling mengenal.

Oleh karena itu, wawancara yang pertama lebih banyak ditujukan untuk

membina keakraban hubungan. Lambat laun wawancara yang semula

bersifat informal beralih menjadi lebih formal walaupun keakraban

senantiasa dipelihara. Digunakan pula pedoman wawancara yang berupa

garis-garis besar pokok pertanyaan yang dinyatakan dalam proses

wawancara dan disusun sebelum wawancara dimulai.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini termasuk dalam pengumpulan data dengan

menggunakan sumber non-manusia (non-human source information).

Yang disebut dokumen ialah semua jenis rekaman atau catatan

“sekunder” lainnya, seperti surat-surat, memo atau nota, pidato-pidato,

buku harian, foto-foto, kliping berita koran, hasil-hasil penelitian, agenda

kegiatan.6

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data, dalam

metode kualitatif ada 3 tahap dalam pengolaha data:

a. Reduksi

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian

untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang

diperoleh.

b. Penyajian data

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau

6Ibid., h. 81.

Page 49: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

36

penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam

bentuk teks naratif.

c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat

keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari

fenomena, dan proposisi.7

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa

teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu:

1. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebelity). Teknik ini dapat

dilakukan dengan jalan:8

a. Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya dilakukan

dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan.

b. Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksuk untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang

sedang dicari dan kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci. Dengan demikian maka perpanjangan keikutsertaan menyediakan

lingkup, sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan kebasahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan

atau pembanding. Teknik yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainya.

7Atwar Bajari, Mengolah data dalam Penelitian Kualitatif, 2013,

(http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitian-kualitatif, Di

Akses Pada Hari Sabtu 2 Februari 2013 Pukul : 19.22 WIB) 8Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1991),

h.175.

Page 50: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

37

d. Kecukupan refrensial yakni kecukupan bahan yang tercatat dan terekam

dapat digunak\an sebagai patokan untuk menguji dan menilai sewaktu-

waktu diadakan analisis dan interpretasi data.

2. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci.

Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitiandilakukan seteliti dan

secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat penelitian diadakan.

Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang

dibutuhkan oleh para pembaca agar mereka dapat memahami penemuan-

penemuan yang diperoleh.

3. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara auditing

ketergantungan.

Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan

pelaksanaan keseluruhan hasil dan proses penelitian. Pencatatan itu

diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan

instrument sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan

antara auditor dan auditi terlebih dahulu.

F. Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada

gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang sangat

penting dalam penelitian ilmiah, karena dengan analisalah data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah

penelitian.9

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapanga.

Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian,

dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, analisis data kualitatif

9 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Darussalam: GI, 1983), h. 405

Page 51: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

38

berlangsung selama proses pengumplulan data, kemudiaan dilanjutkan setelah

selesai pengumpulan data.10

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan

focus penelitian. Namun demikian, focus penelitian ini masih bersifat

sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di

lapangan.

2. Analisis Selama di lapangan

Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung,

peneliti melakukan analisi data, dengan vara mengklasifikasi data dan

menafsirkan isi data.

3. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu,

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama peneliti ke lapangan, jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi

data.Mereduksidata berarti meragkum,memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

4. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data, dalam

penilian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnnya, yang paling

sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

10

Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung Pustaka setia, 2008), h. 200

Page 52: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

39

5. Conclusion Drawing/Verification

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah hingga ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi kesimpulan

pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan pengetahuan baru yang

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumya masih remang-remang atau gelap sehingga setalah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis, atau teori.11

11

Ibid.,h. 202

Page 53: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Cigugur

1. Kondisi Geografis

Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di

sebelah barat dari pusat kota Kabupaten Kuningan yang berjarak + 3,5 Km

dari Ibu Kota Kabupaten dan terletak di kaki gunung Ciremai bagian timur.

Berada pada ketinggian + 661 M dari permukaan laut dan secara astronomis

kira – kira terletak pada 108o

27’ 15” Bujur Timur dan 05o 58’ 8” Lintang

Selatan.

a. Lanskap Kelurahan Cigugur

Wilayah Kelurahan Cigugur adalah bagian dari Wilayah Kecamatan

Cigugur sebagai berikut :

1) Sebelah utara secara umum merupakan dataran rendah dan sebagian

kecil berbukit yang berfungsi sebagai lahan persawahan dan tanaman

pangan.

2) Sebelah timur merupakan dataran rendah berupa persawahan dan

sebagian berupa perbukitan (Bungkirit).

3) Sebelah selatan merupakan dataran rendah persawahan.

4) Sebelah barat merupakan dataran tinggi dan perbukitan yang

diantaranya difungsikan sebagai lahan peternakan dan perkebunan.

b. Batas Administratif

Secara administratif Kelurahan Cigugur berbatasan dengan wilayah Desa

/ Kelurahan yang lain yaitu :

1) Sebelah Utara : Kelurahan Cipari

2) Sebelah Timur : Kelurahan Kuningan

3) Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamulya

4) Sebelah Barat : Desa Cisantana

Page 54: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

41

c. Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha yang terdiri atas

berbagai macam penggunaan.1

1) Wilayah Darat

Wilayah darat terbagi atas beragam penggunaan seperti :

a) Pekarangan : 49 H

b) Tegalan / Kebun / Darat : 205,90 Ha

c) Lapangan Olahraga : 1,2 Ha

d) Alun – alun : 0,2 Ha

e) Sarana Keagamaan : 0,15 Ha

f) Kuburan : 2,6 Ha

g) Puskesmas : - Ha

h) Jalan : 2,8 Ha

i) Solokan : 0,02 Ha

j) Perkantoran / Sekolah : 0,28 Ha

k) Kolam : 3 Ha

2) Wilayah Pesawahan

Wilayah pesawahan di Kelurahan Cigugur memiliki luas sekitar 80

Ha.

d. Iklim Dan Cuaca

1) Iklim

Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl sama seperti

daerah yang lain di wilayah Kabupaten Kuningan pada umumnya

dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Dengan perincian

sebagai berikut :

a) Musim kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober.

b) Musim Penghujanberlangsung antara bulan November – Mei,

dengan curah hujan rata – rata 2000 – 2500 mm / tahun, dan curah

hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret.

1 Sulkan, Laporan Kinerja Tahun 2012 dan Rencana Kerja Tahun 2013 Sekertaris

Kelurahan Cigugur.

Page 55: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

42

2) Cuaca

a) Suhu

Suhu rata – rata 180 – 28

0 Celcius, suhu tertinggi antara pukul

12.00 – 14.00 BBWI dan suhu terendah antara pukul 00.30 – 03.30

BBWI.

b) Keadaan Terang

Matahari terbit pada pukul 05.30 BBWI dan matahari terbenam

pada pukul 17.45 BBWI

e. Keadaan Medan

1) Permukaan Bumi

a) Dibagian utara terdapat daerah persawahan dengan kemiringan

antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur.

b) Dibagian timur terdapat daerah persawahan dengan kemiringan

antara 25 – 30 derajat, menurun ke sebelah timur.

c) Dibagian selatan terdapat daerah persawahan dengan kemiringan

antara 20 – 25 derajat, menurun ke sebelah timur. Disamping itu

terdapat daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan atara 25 – 30

derajat.

d) Dibagian barat juga terdapat daerah perbukitan dengan tingkat

kemiringan antara 30 – 50 derajat.

2) Sungai

a) Di wilayah Kelurahan Cigugur terdapat beberapa sungai

diantaranya adalah :

b) Sungai Cigeureung yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur

tepatnya melintasi RT. 14/15/16/17/32 RW. 04/05/06.

c) Sungai Citamba yang melintasi wilayah Kelurahan Cigugur

tepatnya pada RT. 03 RW. 01

3) Sawah / Ladang

a) Sawah

Kelurahan Cigugur terdapat lahan sawah seluas ± 80 Ha

yang luasnya merupakan 26,67 % bagian dari luas wilayah

Page 56: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

43

Kelurahan Cigugur. Dilihat dari segi karakteristik tanah, Kelurahan

Cigugur merupakan lahan yang subur untuk diolah dan ditanami

sepanjang tahun.

b) Ladang

Wilayah Kelurahan Cigugur terdapat lahan ladang / tegalan yang

arealnya lebih luas dari areal pesawahan dengan luas ± 83 Ha yang

sebagian besar terletak di sebelah barat. Lahan tersebut dominan

ditanami oleh ubi kayu, jagung serta sebagian besar merupakan

tanaman tahunan.

f. Jarak Tempuh ke Pusat Pemerintahan

1) Jarak tempuh ke pusat kota Provinsi sekitar 210 Km.

2) Jarak tempuh ke pusat kota Kabupaten sekitar 3,5 Km dengan waktu

tempuh kira – kira 25 menit dengan berjalan kaki atau 15 menit

dengan menggunakan kendaraan Angkutan Kota yaitu nomor 016

(trayek Cisantana – Kuningan) setelah itu dilanjutkan dengan

Angkutan Kota nomor 02 (trayek Kadugede – Kuningan), atau

menggunakan Angkutan Kota nomor 10 (trayek Ancaran – Kuningan)

dan Angkutan Kota nomor 04 (trayek Cirendang – Kuningan).

3) Jarak tempuh ke pusat Kecamatan 0 Km karena Kantor Kecamatan

Cigugur berdampingan dengan Kantor Kelurahan Cigugur.

2. Kondisi Demografis

a. Jumlah Penduduk

Kelurahan Cigugur dengan segala kemajemukannya terdiri dari

berbagai macam etnis dan suku bangsa serta keanekaragaman agama dan

kepercayaan hidup dengan rukun. Menurut data kependudukan

Kelurahan Cigugur pada 31 Desember 2012 tercatat sebanyak 7.084

orang/jiwa, laki – laki 3.615 jiwa dan perempuan 3.469 jiwa atau sekitar

2.413 Kepala Keluarga / KK, dengan luas wilayah kelurahan Cigugur

adalah 300, 15 Ha dengan berbagai penggunaannya terutama untuk lahan

pertanian dan pemukiman penduduk dan sebagainya.2

2 Sulkan, Laporan Kinerja Tahun 2012 dan Rencana Kerja Tahun 2013 Sekertaris

Kelurahan Cigugur

Page 57: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

44

b. Komposisi Penduduk

Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi penduduk

Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai berikut :

1) Berdasarkan Jenis Kelamin

a) Laki-laki : 3.615 orang

b) Perempuan : 3.469 orang

Jumlah : 7.084 orang

Jumlah Kepala Keluarga / KK : 2.413 KK

2) Berdasarkan Kelompok Usia

a) Usia 0 s/d 3 Tahun : 452 orang

b) Usia 4 s/d 6 Tahun : 356 orang

c) Usia 7 s/d 12 Tahun : 735 orang

d) Usia 13 s/d 15 Tahun : 332 orang

e) Usia 16 s/d 44 Tahun : 3.252 orang

f) Usia 45 Tahun ke atas : 1.958orang

3) Berdasarkan Agama

a) Islam : 4.075 orang

b) Protestan : 195 orang

c) Katholik : ` 2.620 orang

d) Hindu : 6 orang

e) Budha : 12 orang

f) Kepercayaan : 176 orang

4) Berdasarkan Pendidikan

a) Lulusan SD / Sederajat : 1.752 orang

b) Lulusan SLTP / Sederajat : 773 orang

c) Lulusan SLTA / Sederajat : 2.764 orang

d) Lulusan Akademi / Universitas : 543 orang

e) Buta Aksara (karena lanjut Usia) : - orang

5) Berdasarkan Pekerjaan

a) PNS / TNI / POLRI : 512 orang

b) Wiraswasta / Pedagang : 210 orang

Page 58: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

45

c) Karyawan Swasta : 455 orang

d) Buruh : 1363 orang

e) Petani : 1932 orang

f) Peternak : 253orang

g) Industri Kecil : 4 orang

6) Perubahan Penduduk

a) Kelahiran Rata – rata Per-tahun : 98 orang

b) Kematian Rata – rata Per-tahun : 24 orang

c) Mutasi PendudukPindah : 173 orang

d) Pendatang : 87 orang

(berdasarkan data kependudukan dan Kesra tahun 2012)

3. Kondisi Sosial

a. Bidang Idiologi

1) Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Idiologi Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia merupakan satu – satunya azas yang sampai saat ini

diterima oleh masyarakat Kelurahan Cigugur.

2) Masalah Sensitif Potensi Perpecahan dan Solusinya

Masyarakat Kelurahan Cigugur yang majemuk merupakan hot

spot wilayah dengan potensi terjadinya perpecahan dan konflik

terutama SARA. Tetapi hal tersebut tidak terjadi dikarenakan adanya

komunikasi dua arah antar masyarakat baik secara individu atau

kelompok selalu terjalin. Sedangkan Pemerintah Kelurahan Cigugur

melaksanakan fungsinya sebagai penengah dan monitoring.

3) Data Radikal Kiri

Sampai saat ini Kelurahan Cigugur bebas dari Pengaruh Radikal

yang menentang Pancasila dan merongrong keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Kalaupun ada yang dicurigai terlibat

dengan kejadian September tahun 1965 maupun dengan aksi terorisme

baru – baru ini maka Pemerintah Kelurahan Cigugur dengan instansi

Page 59: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

46

terkait berupaya untuk melakukan pembinaan disamping tetap

melakukan tindakan – tindakan preventif.

b. Bidang Politik

1) Struktur Pemerintahan

a) Pemerintah Kelurahan Cigugur

1. Kepala Kelurahan, bernama : UJANG SUTRISNA, S.Sos.,

Pangkat / Golongan – Penata Tk. I / III.d, NIP. 19591101

198103 1 013, Umur 53 tahun dan beralamat di Gg. Siaga

Ciasem Kuningan

2. Sekretaris Kelurahan, bernama : SULKAN, Pangkat / Golongan

– Penata / III.c, NIP. 19570105 197811 1 001, Umur 56 tahun

dan beralamat di RT. 18 RW. 07 Lingkungan Puhun Kelurahan

Cigugur.

3. Kepala Seksi Pemerintahan, bernama : ENTIN TINI, Pangkat /

Golongan – Penata/III.c, NIP. 19561205 197703 2 003, Umur

56 tahun dan beralamat di KelurahanSukamulya RT. 002

RW.001.

4. Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat, bernama : TATI

SUHARTI, S.AP, Pangkat / Golongan – Penata Tk.I/III.d, NIP.

19631209 198303 2 013, Umur 49 tahun dan beralamat di

Perum Desa Cikaso Kramatmulya.

5. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban, bernama :

KURNADI, S.Sos., Pangkat / Golongan – Penata Muda/III.a,

NIP. 19760817 200701 1 012, Umur 36 tahun dan beralamat di

KecamatanNusaherang.

6. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, bernama : DAHLAN,

Pangkat / Golongan – Penata /III.c, NIP. 19590819 198003 1

006, Umur 53 tahun dan beralamat di Kelurahan Cijoho.

2) Aparatur yang ada di Kelurahan Cigugur sebagai berikut :

a) Kepala Kelurahan 1 Orang

b) Sekretaris Kelurahan 1 Orang

Page 60: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

47

c) Kepala Seksi 4 Orang

d) Pelaksana PNS 7 Orang

e) Tenaga Sukwan 2 Orang

3) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan

pembangunan, sebenarnya Kepala Kelurahan mempunyai partner

kerja yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat / LPM. Berdasarkan

Surat Keputusan Kepala Kelurahan Nomor : 147 / KEP.08-LPM / I /

2005 telah terbentuk susunan pengurus LPM untuk periode 2005 –

2012. Kepengurusan LPM tersebut telah berakhir pada tahun 2010 dan

sampai dengan sekarang belun ada pembentukan kepengurusan LPM

yang baru.

c. Bidang Ekonomi

1) Sektor Pertanian

Secara umum sektor pertanian masih merupakan kegiatan

ekonomi yang paling utama dari masyarakat Kelurahan Cigugur oleh

karena itu Pemerintah Kelurahan Cigugur mengambil langkah –

langkah sebagai berikut :

a) Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dibidang pertanian dan

peternakan.

b) Memfasilitasi Kelompok Tani dalam pengajuan bantuan dari

pemerintah.

2) Sektor Hasil Produksi Daerah

Dari sektor hasil produksi daerah dalam kurun waktu satu tahun

diperkirakan perputaran uang yang ada di Kelurahan Cigugur adalah

sebagai berikut :3

a) Hasil Pertanian Secara Lengkap yang mencakup Sektor Pertanian,

Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Perkebunana.

1. Hasil total dari sektor di atas : Rp 926.851.250, -

3 Sulkan, Laporan Kinerja Tahun 2012 dan Rencana Kerja Tahun 2013 Sekertaris

Kelurahan Cigugur.

Page 61: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

48

b) Hasil Home Industri

1. Makanan : Rp 54.000.000, -

2. Kerajinan Kayu/Bambu : Rp 108.000.000, -

3) Sektor Perdagangan : Rp 4.830.000.000, -

4) Sektor Buruh : Rp. 22.754.000.000, -

5) Sektor Jasa Angkutan : Rp. 576.000.000, -

6) Sektor Tenaga Kerja Sesuai Usia Produktif (18 – 56 Tahun)

a) Penduduk Usia 18 – 56 Tahun : 4425 orang

b) Ibu Rumah Tangga : 1107 orang

c) Pelajar / Mahasiswa : 1007 orang

d) Yang BekerjaPenuh : 1984 orang

e) BekerjaSerabutan/TidakTentu : 220 orang

f) Cacatdantidakbekerja : 5 orang

g) CacatdanBekerja :2orang

7) Sektor Perdagangan

Berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2005 tentang organisasi dan Tata

Kerja Kelurahan, maka secara rutin senantiasa melaksanakan

pemantauan harga sembilan bahan pokok, sasaran pemantauan adalah:

Barang-barang/komoditas strategis seperti : Minyak goreng, lauk

pauk, beras, gula pasir/merah dan lain-lain.

Selama bulan suci Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul

Fitri 1433 serta menjelang Natal Tahun 2012 kepada para pedagang

toko dihimbau untuk tidak menjual petasan dan minuman keras.

Dalam sektor perdagangan juga senantiasa diadakan

pembinaan secara persuasif agar para pengusaha/pedagang sadar dan

taat kepada kewajiban melaksanakan tera ulang alat ukur UTTP,

registrasi perijinan maupun kelengkapan lainnya. Kegiatan tersebut

rutin diselenggarakan di Kecamatan Cigugur yang selalu dipusatkan di

wilayah Kelurahan Cigugur pada setiap tahunnya.

Page 62: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

49

8) Sektor Koperasi

Di Kelurahan Cigugur terdapat 12 buah Koperasi dan diantaranya ada

yang sudah berbadan hukum dan ada yang belum.

Koperasi juga merupakan soko guru perekonomian rakyat, oleh

karena itu koperasi sangat membantu dalam mengangkat

kesejahteraan masyarakat Kelurahan Cigugur, terutama yang paling

menonjol di Kelurahan Cigugur adalah Koperasi Susu.

9) Sektor Peternakan

Sektor peternakan merupakan salah satu mata pencaharian

masyarakan Kelurahan Cigugur baik sebagai mata pencaharian utama

maupun mata pencaharian sampingan, jenis dan produksi ternak yang

ada di Kelurahan Cigugur antara lain :

a) Sapi Perah : 3.222 ekor

b) Kerbau : 11 ekor

c) Ayam Ras Pedaging / tahun : 138.188ekor

d) Ayam Ras Petelur : 14.000 ekor

e) Kambing : 75ekor

f) Babi / tahun : 1.320 ekor

10) Sektor Perindustrian

Sektor industri di Kelurahan Cigugur berdasarkan hasil evaluasi

terdapat peningkatan secara kwalitas pada beberapa sub-sektor usaha

kecil dan menengah. Hal ini menunjukkan adanya keinginan dari warga

masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi kesejahteraan baik

secara individu maupun secara berkelompok.

Sektor industri yang terdapat di Kelurahan Cigugur berdasarkan

rekapitulasi data yang ada pada Pemberdayaan Masyarakat sampai

dengan akhir tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel.

Dalam upaya peningkatan pembangunan sektor industri baik

secara kuantitatif maupun kualitatif telah dilaksanakan melalui kegiatan

pembinaan dan penyuluhan, baik oleh Aparatur Kelurahan maupun

UPTD Dinas terkait.

Page 63: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

50

Adapun pembinaan yang dilaksanakan untuk mengembangkan

sektor industri di Kelurahan Cigugur selama kurun waktu tahun 2012,

adalah sebagai berikut :

a) Pembinaan dan Pelayanan Legalitas Usaha dan Perijinan

Kegiatan yang dilaksanakan penertiban surat ijin tempat

usaha, Surat Ijin Gangguan (HO), Tanda Daftar Usaha dan Tanda

Daftar Perusahaan (TDU/TDP), Lisensi Surat Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) dan perijinan lainnya.

Pembinaan dan pelayanan perijinan terhadap perusahaan kecil dan

mencegah masih belum optimal, hal ini disebabkan karena masih

kurangnya kesadaran dari pengusaha / masyarakat untuk mengurus

perijinan.

b) Pembinaan Produk Unggulan

Selama kurun waktu tahun 2012 di Kelurahan Cigugur terdapat

4 (empat) perusahaan yang menghasilkan produk unggulan, industri

yang ada ini menyerap tenaga kerja 50 (lima puluh) orang.

Dalam pembinaan produk unggulan ini lebih diarahkan kepada

peningkatan kualitas hasil produksi, hal ini dimaksudkan untuk

mengimbangi persaingan pasar.

c) Pemberian Dukungan Modal Usaha

Bantuan dukungan modal yang telah diberikan kepada

pengusaha kecil dan menengah di Kelurahan Cigugur selama kurun

waktu tahun 2012 untuk bantuan pengembangan pengusaha kecil

dan menengah lebih banyak diberikan bantuan modal dalam bentuk

pinjaman kredit.

d. Bidang Sosial dan Budaya

1) Sektor Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2012 komposisi penduduk

Kelurahan Cigugur akan disajikan secara terperinci sebagai berikut :4

4 Sulkan, Laporan Kinerja Tahun 2012 dan Rencana Kerja Tahun 2013 Sekertaris

Kelurahan Cigugur.

Page 64: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

51

a) Berdasarkan Jenis Kelamin

1. Laki-laki : 3.615 orang

2. Perempuan : 3.469orang

Jumlah : 7.084orang

Jumlah Kepala Keluarga / KK : 2.413 KK

2) Sektor Kesehatan

a) Sarana dan Prasarana Kesehatan

1. Rumah Sakit : 1 buah

2. Puskesmas : - buah

3. Balai Pengobatan : 1 buah

4. Apotek / Toko Obat : 1 buah

5. Dokter Praktek : 2 orang

6. Bidan Praktek : 3 orang

7. Perawat : 71 orang

b) Penyakit yang menonjol adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan

Akut).

c) Organisasi Penunjang Kesehatan

1. Posyandu, dengan rincian sebagai berikut : Posyandu dengan

klasifikasi Pratama 11 buah dan Posyandu dengan klasifikasi

Madya 1 buah.

2. Desa / Kelurahan Siaga

3. Bank Darah Desa / Kelurahan

3) Sektor Kesenian dan Kebudayaan

a) Jenis Kesenian yang ada di Kelurahan Cigugur beserta tokoh

kesenian sebagaimana terlampir.

b) Kesenian yang bernuansa Islami di kembangkan oleh ibu – ibu

Majelis Ta’lim yang berupa Shalawatan.

4) Sektor Pendidikan

Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Cigugur adalah sebagai

berikut :

Page 65: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

52

Tabel 4.1

Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Cigugur

NO. PARAMETER KRITERIA

JUMLAH ORANG /

TAHUN

2011 2012

1. Pendidikan

penduduk

dengan usia 15

tahun ke atas

Penduduk buta huruf - -

Jumlah penduduk tidak tamat

SD / sederajat - -

Jumlah penduduk tamat SD /

sederajat 755 737

Jumlah penduduk tamat

SLTP / sederajat 703 824

Jumlah penduduk tamat

SLTA / sederajat 764 1809

Jumlah penduduk tamat D.I 67 67

Jumlah penduduk tamat D. II 50 55

Jumlah penduduk tamat D. III 75 85

Jumlah penduduk tamat S. I 56 60

Jumlah penduduk tamat S. II 25 27

2

Wajib Belajar 9

tahun dan putus

sekolah

Jumlah penduduk usia 7 – 15

tahun / masih sekolah 1.153 1.173

Jumlah penduduk usia 7 – 15

tahun putus sekolah - -

3 Prasarana

Pendidikan

Jumlah Perguruan Tinggi /

Universitas 1 1

Jumlah SLTA / sederajat 2 2

Jumlah SLTP / Sederajat 3 3

Jumlah SD / Sederajat 3 3

Lembaga Pendidikan Agama 2 2

Page 66: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

53

Pendidikan luar sekolah

(PLS) / non formal / kejar

paket B

1 1

Lembaga pendidikan lain

(kursus / sejenisnya)

2 2

Lembaga pendidikan taman

kanak-kanak (TK)

2 2

Lembaga pendidikan PAUD 3 3

TPA 2 2

Madrasah Diniyah 1 1

Bina Iman Anak (BIA)

Katholik

1 1

5) Sektor Agama dan Kepercayaan

a) Sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Cigugur berdasarkan

data yang ada sampai akhir tahun 2012 sebagai berikut :

1. Mesjid : 6 buah

2. Langgar / Mushola : 14 buah

3. Majelis Ta’lim : 15 buah

4. TPA : 2 buah

5. Pontren : 1 buah

6. Gereja : 3 buah

b) Jumlah pemeluk agama sampai dengan akhir tahun 2012 di

Kelurahan Cigugur sebagai berikut :

1. Islam : 4.075 orang

2. Protestan : 195 orang

3. Katholik : 2.620 orang

4. Hindu : 6 orang

5. Budha : 12 orang

6. Kepercayaan : 176 orang

Page 67: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

54

Dalam rangka mengefisienkan kegiatan belajar mengajar di

waktu libur diadakan Pesantren Kilat dengan materi Rukun Iman /

Islam, tarikh, Puasa, Bersuci, Sholat, membaca Al-Qur’an, Adzan

dan lain-lain.

6) Sektor Pemuda dan Olah Raga

a) Organisasi Kepemudaan yang ada di Kelurahan Cigugur secara

umum diwakili oleh Karang Taruna “Tunas Mandiri”. Disamping

itu organisasi kepemudaan lainnya adalah Remaja mesjid /

musholla, muda-mudi gereja dll.

b) Jenis olah raga yang digemari adalah Tenis Meja, Bola Voli,

Sepak Bola, Bulu Tangkis.

c) Fasilitas sarana Olahraga yang ada :

1. Lapangan Sepak Bola : 1 buah

2. Lapangan Bola Voli : 7 buah

3. Lapangan Basket : 5 buah

4. Lapangan Bulu Tangkis : 2 buah

5. Tenis Meja : 4 buah

B. Pembahasan

Perlu kita akui bahwa di muka bumi ini terdapat beragam agama, bahasa,

dan budaya yang ketiganya tidak bisa dipisahkan keterkaitannya. Keragaman

bahasa dan budaya jelas membuat pelangi dan taman kehidupan menjadi sangat

menarik. Namun, sering terdengar orang merasa gelisah dan sulit menerima

kenyataan akan keragaman agama. Tidak rela kalau agama yang diyakini oleh

pemeluknya sebagai jalan menuju surga itu tersaingi oleh yang lain.5

Namun ada pula mereka yang berpandangan bahwa keragaman ini

memang sebetulnya sengaja diciptakan oleh Tuhan agar hidup ini terasa lebih

dinamis dan terjadi sikap saling menghormati antar pemeluk agama.

Permasalahan perbedaan tidaklah menjadi perdebatan, yang terpenting adalah

5 Komarudin Hidayat, Psikologi Beragama Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun,

(Jakarta: PT Mizan Publika, 2010), h. 2

Page 68: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

55

bagaimana perbedaan ini bisa dipadukan sehingga menghasilkan sebuah

keharmonisan dalam kehidupan beragama menuju persatuan berbangsa dan

bernegara.

Mayoritas warga Desa Cigugur adalah pemeluk agama Islam. Meskipun

demikian, hal tersebut tidak menjadikan wilayah Desa Cigugur harus mutlak

menerapkan ajaran Islam kepada seluruh masyarakatnya. Masing-masing dari

setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama

lain. Adanya keanekaragaman beragama yang ada di Cigugur, tidak membuat

hubungan interaksi antara warga Cigugur menjadi renggang dan kaku, justru

hal tersebut membuat keindahan tersendiri yang dapat dilihat didalam pola

interaksi bermasyarakat warga Cigugur. Dalam melakukan kegiatan yang

bersifat sosial, masyarakat Desa Cigugur tidak memandang adanya kelompok

mayoritas ataupun minoritas. Mereka selalu menanamkan rasa persaudaraan

yang sangat kuat dan menjunjung tinggi sikap gotong-royong.

1. Pandangan Masyarakat Desa Cigugur Mengenai Kerukunan Antar

Umat Beragama

a. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Tokoh Sunda Wiwitan

Apabila kita berbicara mengenai Sunda Wiwitan tentulah kita bisa

sedikit menafsirkan bahwa ini sebuah aliran kepercayaan masyarakat

atau dahulu sering disebut dengan aliran kebatinan yang sempat menjadi

polemik dalam kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia. Pada

mulanya dalam Kongres Kebudayaan Indonesia ke-2 di Magelang, ketika

para tokoh kebatinan mulai melancarkan cita-cita ilmu kebatinan, kritik

tajam datang dari kelompok matrealisme dan kiri. Sekarang, kita

mengenal bahwa kritik itu datang dari kelompok agama, terutama Islam.

Kemudian dengan semakin jelasnya kehadiran kebatinan sebagai

kekuatan spiritual baru yang terorganisir, mulailah terjadi keretakan yang

sungguh-sungguh, sehingga Departemen Agama merasa perlu

mendirikan lembaga PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan

Masyarakat) pada tahun 1954. Selanjutnya pada tahun 1955, organisasi

sosial kebatinan dikukuhkan menjadi Badan Kongres Kebatinan Seluruh

Page 69: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

56

Indonesia. Badan inilah yang menyelenggarakan pertemuan-pertemuan

tahunan. Sesudah tahun 1966 kedudukan kebatinan semakin mantap, dan

dalam bentuknya yang terakhir mendapat legitimasi dengan adanya suatu

direktorat yang secara khusus ditugaskan dalam pembinaan warga,

Direktorat Pembinaan Penghayatan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Dengan adanya badan ini, pemilihan antara agama dan

kebatinan atau budaya spiritual, menjadi semakin jelas. Begitupun,

keributan masih tetap ada, terutama yang menyangkut soal perkawinan,

KTP, dan sebagainya.6

Ketika penulis bertanya mengenai kerukunan agama menurut

penganut Sunda Wiwitan beliau mengatakan bahwa sebagai manusia

mempunyai rasa cinta kasih dengan sesama. Manusia diciptakan beragam

merupakan suatu kodrat dari Sang Maha Pencipta karena setiap bangsa

mempunya rupa, bahasa, adat dan kebudayaannya. Nah keadaan seperti

ini bukan dibentuk, tetapi suatu yang muncul bersamaan dengan adanya

bangsa itu sendiri, karena ini merupakan suatu kodrat pemahaman dan

pelestarian.7

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat di Desa Cigugur

sangatlah harmonis meskipun berbeda-beda keyakinan. Hal ini karena

masyarakat Desa Cigugur mempunyai landasan filosofis dasar yang

sama. Yang pada akhirnya meskipun berbeda-beda dalam hal keyakinan,

kita tidak mempermasalahkan perbedaannya itu, tapi bagaimana kita

saling pengertian satu sama lain.

Agama atau keyakinan yang kita yakini itu harus benar-benar kita

pelajari dengan sungguh-sungguh. Dengan kesungguh-sungguhan itu kita

akan mengenal aturan, tentunya aturan yang sesuai dengan tuntunan yang

diyakininya. Karena dari apa yg kita yakini itu tidak ada yang

mengharuskan untuk menghalalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan

6 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 28-29

7 Wawancara dengan Bapak Kento Subarman, di kediamannya, Jalan Raya Cigugur

Cipager pada tanggal 3 Juli 2013

Page 70: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

57

sifat-sifat kemanusiaan. Pasti setiap agama atau keyakinan mengajarkan

bagaimana kita saling sayang menyayangi.

Kita harus mensyukuri apa yang Tuhan telah berikan. Sifat

mensyukuri itu sendiri bukan hanya dengan ucapan, tapi wujud nyatanya

bagaimana kita saling berbagi, berbagi rasa, berbagi rizki dan saling

tolong menolong, seperti halnya gotong royong. Gotong royong ini tidak

melihat latar belakang keyakinan atau suku.

Apabila melihat konflik yang dilatar belakangi oleh SARA (Suku,

Agama, Ras dan Antar Golongan) beliau merasa perihatin, kenapa semua

itu bisa terjadi. Karena menurut pandangannya bahwa ketenangan itu

hanya akan dapat kita rasakan atau terbangun jika satu sama lain saling

menghormati. Dengan kondisi konflik seperti itu baik yang kuat maupun

yang lemah tidak akan merasakan kenyamanan.

Konflik seperti itu dilatar belakangi oleh pemahaman yang keliru

terhadap keyakinan yang mereka percayai. Karena masalah yang sangat

sederhana sekali ialah bahwa kita manusia sama-sama memiliki rasa dan

bisa merasa. Tapi untuk merasakan terkadang seseorang itu tidak

mengindahkan. Sedangkan yang utama selain kita bisa merasa kita juga

harus bisa merasakan. Misalkan, apabila kita dicubit orang lain maka kita

akan merasa sakit, nah oleh karena itu kita tidak boleh mencubit orang

lain, imbuh beiau.

Selain itu juga ada yang namanya fanatisme berlebihan.

Seseorang merasa bahwa agamanya lah yang paling baik dan agamanya

lah yang satu-satunya agama Tuhan. Ia beranggapan bahwa “saya ini

seorang pembela Tuhan, karna agama saya ini agama tuhan makanya

saya membela tuhan”. Tapi jika berbicara membela Tuhan, sebetulnya

kita sudah merendahkan Tuhan, Tuhan itu kita akui maha besar, maha

segalanya, mengapa kita yang lemah itu harus membelanya. Membela

Tuhan itu bukan dengan otot, tapi menjunjung tinggi nama baik Tuhan.

Tuhan mengharapkan kita sebagai mahluk ciptaannya agar bisa bersikap,

berprilaku dan berinteraksi dengan baik kepada sesama ciptaannya.

Page 71: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

58

Disinilah kita kembali kepada pemahaman yang terkadang

akhirnya salah memaknai, sedangkan jika kita cermati atau kita maknai

dari sebuah konflik, sebagian pihak yang teraniaya itu sama-sama ciptaan

tuhan. Dengan kondisi seperti ini apakah Tuhan tidak sakit atau

tidakmarahketika melihat sesama ciptaannya saling bermusuhan?,

mislkan contoh seperti ini, coba kita tanyakan kepada orang tua kita jika

melihat anak-anaknya bertengkar. Pasti mereka akan merasa sedih dan

prihatin ketika melihat anak-anaknya tidak rukun. Akan tetapi orang tua

akan merasa bangga dan terhormat jika anak-anaknya saling rukun dan

damai. Begitulah analogi sederhananya, Orang tua kita anggap sebagai

Tuhan dan anak-anaknya sebagai ciptaan Tuhan. Tuhan tidak

menghendaki ciptaannya saling membunuh atau berkonflik.

Setiap agama itu sama, yaitu sama-sama mengharapkan

penganutnya menjadi manusia yang baik. Tapi agama itu berbeda jika

kita lihat dari metode peribadatan atau akidah. Menurut ajaran yang

beliau yakini, untuk melaksanakan kehidupansebagai insan yang

berketuhanan, kita harus kembali kepada tiga aspek yang harus

dilakukan, yaitu aspek teologis, aspek sosial dan aspek kultural.Secara

aspek teologis bahwa kita harus kembali sesuai dengan apa yang kita

yakini. Kemudian aspek sosial, bahwa manusia hidup bermasyarakat satu

samalain saling membutuhkan, untuk tidak terjadi pertentangan, maka

kita harus satu pemersatu yaitu kembali kepada sifat kemanusian itu

sendiri. Maka dengan ini sikap saling hormat menghormati akan muncul

secara sendirinya. Yang terakhir aspek kultural, kita harus menyadari

bahwa tiap-tiap daerah mempunyai kebiasaan atau kehidupan yang

berbeda.

Beliau selalu menekankan kepada anaknya untuk mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun kita berada,

mengajarkan kebaikan dan selalu mengkontrol ucapan dan tingkah laku

kita. Sikap seperti ini akan mengantarkan kepada kehidupan yang damai,

Page 72: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

59

aman dan rukun. Kemudian beliau berharap kerukunan yang telah terjalin

sekian lama di Desa Cigugur ini harus tetap kita jaga dan pertahankan.

b. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Tokoh Islam

Konsep kerukunan umat beragama dalam ajaran agama Islam

menurutnya, yaitu hidup saling bersama-sama, saling menjalankan

ibadahnya sendiri-sendiri tanpa memaksakan pola agama tertentu. Lakum

Dinukum Waliyadin “Untukmu agamamu, dan untukulah agamaku”

artinya kita tidak mengusik agama mereka dan mereka tidak mengusik

agama kita, entah itu minoritas maupun, mayoritas. Dalam konteks

Indonesia untuk konsep ini sangat bisa sekali diterapkan karena Ajaran

Islam sendiri sangat menghargai perbedaan.

Toleransi menurut pandangan beliau adalah bagaimana

mensosialisasikan perbedaan-perbedaan disetiap agama yang kita yakini.8

Dengan mensosialisasikan perbedaan-perbedaan itu maka orang lain

diluar agama kita akan mengetahui batasan-batasan mana yang boleh dan

tidak boleh dilakukan terhadap diri kita. Dengan ini munculah suatu

keterbukaan diantara pemeluk agama yang kemudian sikap saling

menghormati dan menghargai akan terjadi sehingga kerukunan antar

pemeluk agama itu benar-benar terwujud.

c. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Tokoh Kristen

Beliau mengatakan bahwa keyakinan dan ketaatan seseorang

terhadap keyakinanya itu apabila dijalankan dengan benar maka akan

mendatangkan keserasian ketika berhubungan dengan orang lain. Kita

harus menyadari bahwa perbedaan keyakinan ini janganlah dijadikan

suatu penghalang untuk kita bisa hidup rukun dan berdampingan.9

Mengenai Konsep kerukunan antara Umat beragama

dalampandangan Kristen, dalam Alkitab sndiri pada intinya adalah

menjalankan kasih yang diajarkan Jesus atau Isa Almasih. Menurutnya

kasih itu adalah kerendahan hati, kedamaian, kebaikan, dan kesetiaan.

8 Wawancara dengan Bapak Aang , di Masjid, desa Cipager, tanggal 1 Juli 2013

9 Wawancara dengan Ibu Uum, di kediamannya, desa Cipager, tanggal 1 Juli 2013

Page 73: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

60

Konsep ini tentunya bisa diterapkan di Indonesia. Karena Kasih yang

dimaksud adalah bagaimana kita kasih kepada Tuhan Allah dengan

segenap jiwa, dan kekuatan akal, dan kasihilah sesama manusia, itulah

hukum kasih. Kelebihan dari konsep ini yaitu kerendahan hati, hal ini

mencakup keseluruhan. Menurutnya dalam konsep ini tidak ada

kelemahan, itu tergantung bagaimana manusia memahami dan

menjalankannya.

Dari pengalaman sehari-hari tersebut, beliau menganggap bahwa

kerukunan bukanlah suatu proses yang datang dari suatu aturan yang

“dipaksakan” tetapi terjadi melalui suatu proses yang berlangsung secara

alamiah. Hal ini mungkin tercipta ketika ada saling menerima di

dalamnya. Itu berarti yang utama untuk diwujudkan adalah biarkan

masyarakat berinteraksi secara wajar dan alamiah tanpa “diintervensi”

apalagi “diintimidasi” oleh aturan-aturan ataupun pembatasan-

pembatasan yang bersifat diskrimitatif. Menurut beliau, hal itu mungkin

untuk dicapai ketika orang menghayati agama sebagai sebuah relasi yang

eksistensial dengan yang illahi, dan bukan sekedar rumusan dogma

ataupun sistem ritual. Artinya: agama adalah masalah bagaimana

seseorang menghayati “adanya” Sang Illahi, dan “kehendakNya” di

dalam hidup manusia sehari-hari. Dogma, Kitab Suci, ritual, bukanlah

hakekat agama itu sendiri; tetapi cara orang merayakan kehadiran dan

pertemuannya dengan Sang Illahi yang pada gilirannya akan memberi

arah dan makna bagi hidup sehari-harinya.

Dengan pemaknaan seperti ini kata beliau, orang tidak persoalan hidup

keagamaan tidak akan dipahami secara dangkal. Misal: orang Kristen

tidak akan kehilangan kekristenannya hanya karena bergaul dengan umat

Islam atau pun yang lainnya. Demikian pula sebaliknya, umat Islam tidak

perlu takut kehilangan keislamannya hanya karena bersalaman ataupun

mengucapkan selamat Natal kepada rekannya yang merayakannya.

Penghayatan agama yang semacam ini akan menempatkan agama

pada tatarannya yang mulia, karena agama membuat kebaikan Sang Illahi

Page 74: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

61

diwujudkan melalui relasi yang baik antar manusia. Sebaliknya, ketika

agama membuat relasi antar manusia menjadi rusak, bukan hanya agama

ditempatkan pada posisi yang “rendah”, tetapi membuat “kasih” dan

“kebaikan” Sang Illahi menjadi tidak nampak dan terasa dalam hidup

sehari-hari. Agama menurutnya, bukanlah realitas yang terpisah dari

hidup sehari-hari penganutnya, melainkan justru memberi arah dan

makna pada apa yang manusia lakukan dalam hidup sehari-harinya.

Dalam ajaran beliau, pada prinsipnya tentang kerukunan Umat

Beragama, “Kami meyakini apa yang kami Imani dan kami tidak

menghakimi apa yang mereka Imani”. Artinya menjalankan apa yang

kami yakini, dan mereka menjalankan apa yang diyakini mereka, tanpa

harus mengganggu atau menghakimi ajaran mereka. Tentunya konsep ini

bisa diterapkan di Indonesia karena konsep dasar agama kami menganai

keimanan berbicara relasi dengan Tuhan, jadi ketika kita kasih kepada

Tuhan, maka kasih itu diwujudkan dalam hubungan dengan mansuia

pada umumnya, tanpa membedakan darimana dia berasal.

2. Pola Kerukunan Umat Beragama di Desa Cigugur

Kondisi aktual dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa

Cigugur terlihat pada semua suasana kehidupan sosial sehari-harinya.

Mereka hidup rukun berdampingan satu dengan yang lainnya walaupun

mereka berbeda agama. Dalam kaitannya dengan pola kerukunan umat

beragama, masyarakat desa Cigugur secara umum mempunyai pola

kerukunan yang sangat dinamik. Hal ini terlihat dari pola hubungan sosial

keagamaan, pola hubungan sosial kemasyarakatan dan pola hubungan sosial

adat kawin campur, yang mana hal-hal tersebut akan menjelaskan

bagaimana pola kerukunan umat beragama yang terjadi di desa Cigugur.

a. Pola Hubungan Sosial Keagamaan

Masing-masing umat beragama yang ada di desa Cigugur

menjalankan ajaran agama yang mana telah digariskan oleh agamanya

masing-masing, baik ajaran ajaran ritual perorangan, kelompok, maupun

dalam kehidupan sehari-hari. Pola sosial keagamaan yang secara nyata

Page 75: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

62

membentuk interaksi sosial yang harmonis serta komunikasi sosial selalu

terjadi antara pemeluk agama yang berbeda.

Masyarakat desa Cigugur memandang bahwa perbedaan faham

keagamaan adalah urusan individu dengan Tuhan. Keyakinan yang

mereka pegang dan masalah keimanan tidak bisa dilihat oleh orang lain.

Kebebasan dalam hal memeluk agama sangat dijunjung tinggi, serta

perbedaan agama tidak menjadi jurang pemisah yang suram bagi mereka

dalam berinteraksi antar pemeluk agama yang berbeda. Seperti halnya

keluarga Bapak Kento, yang mana beliau memiliki anggota keluarga

yang berbeda agama. Bapak Kento dan Istrinya menganut agama/aliran

Sunda Wiwitan,anak laki-lakinya menganut agama Kristen, dan anak

perempuannya menganut agama/aliran Sunda Wiwitan kemudian ia

menikah dengan laki-laki yang beragama katolik dan pada akhirnya ia

mengikitu suaminya memeluk agama Kristen. Dalam keluarga ini

tercipta hubungan yang harmonis, mereka menganggap perbedaan agama

dalam keluarga itu adalah sesuatu hal yang wajar, karena bagi mereka

kebebasan agama dan keyakinan terhadap suatu agama tidak bisa

dipaksakan. 10

Dari contoh di atas jelas bahwa perbedaan agama dalam keluarga

tidaklah menjadi api permusuhan, tetapi mereka menyadari betul

perbedaan itu harus dibina dan tidak saling mengganggu dalam

beribadah. Secara formal pola hubungan sosial keagamaan ini terlihat

dengan adanya suatu bentuk dialog antar pemuka agama ditingkat desa

seperti MUI dengan Majelis Gereja, yang mana mereka mengakomodir

segala bentuk permasalahan yang berkembang di masyarakat, terlebih

lagi mereka membina pemeluk agamanya masing-masing.11

Dari penemuan penulis di lapangan, adanya hubungan dan

kerjasama sosial keagamaan di masyarakat desa Cigugur dapat dilihat

dalam kehidupan sehari-harinya dalam pembentukan nilai-nilai sosial

10

Wawancara dengan Bapak Kento Subarman, di kediamannya, Jalan Raya Cigugur

Cipager pada tanggal 3 Juli 2013 11

Ibid

Page 76: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

63

yang harmonis. Hal ini bisa terlihat ketika salah satu agama sedang

merayakan hari-hari besar keagamaan atau salah seorang sedang

menyelenggarakan syukuran yang bersifat ritual keagamaan. Dalam hal

ini mereka turut memeriahkan dan berpartisipasi dalam acara yang

sedang dilangsungkan salah satu pemeluk agama manapun tanpa

membeda-bedakan agama yang mereka yakini. Contoh sederhana, ketika

umat islam sedang merayakan hari Idul Fitri, tradisi umat islam selalu

menyajikan beraneka ragam makanan dan mereka membagi-bagikannya

kepada siapapun kerabat terdekat mereka khususnya tetangga tanpa

membedakan agama apa yang mereka yakini. Begitupun sebaliknya,

ketika umat Kristen dan aliran Sunda Wiwitan sedang merayakan hari-

hari besar keagamaan, sikap orang Islam menghormati apa yang sedang

dirayakan oleh masyarakat penganut agama lain. 12

Pola hubungan sosial keagamaan yang terjadi di desa Cigugur

juga dapat kita lihat dari berbagai fenomena yang berkembang di

masyarakat seperti halnya upacara kematian dan upacara-upacara

keagamaan yang bersifat privat. Dalam hal upacara kematian, tradisi

masyarakat desa Cigugur selalu memberikan bantuan ketika mereka

sedang berta’jiah atau dalam bahasa sunda “nyolawat”. Bantuan itu bisa

berupa beras, uang dan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. 13

Keadaan tersebut menunjukan bahwa kebersamaan masyarakat

dalam hal perbedaan agama tidak menjadi faktor penghambat, justru

malah menjadi faktor perekat sosial yang kuat antar umat beragama demi

terciptanya kerukunan.

b. Pola Hubungan Sosial Kemasyarakatan

Masyarakat desa Cigugur merupakan tipe masyarakat yang

berbentuk paguyuban, dimana bentuk kehidupan bersama yang anggota-

anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah

serta bersifat kekal. Dalam masyarakat desa Cigugur bentuk paguyuban

12

Wawancara dengan Bapak Didi, di kediamannya, Jalan Raya Cigugur-Cipager, tanggal

2 Juli 2013 13

Wawancara dengan Ibu Uum, di kediamannya, desa Cipager, tanggal 1 Juli 2013

Page 77: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

64

biasanya dilihat dari sistem kekerabatan, keluarga dan pola pemukiman

yang berdelatan.

Pola sosial kemasyarakatan yang berkembang di diesa Cigugur

secara nyata telah menunjukan pada kehidupan sosial yang integrasi atau

kerukunan. Hal ini dibuktikan bahwa selama masyarakat setempat tinggal

ditempat itu belum pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

agama, bahkan mereka hidup rukun dan damai saling menghormati satu

sama lain walaupun keyakinan mereka berbeda-beda. Kehidupan yang

kian terjaga tercipta karena adanya keterkaitan antara norma yang

menjadi acuan masyarakat dengan nilai-nilai agama maupun nilai adat

atau kebudayaan yang kemudian menjelma dalam sikap dan cara

kehidupan sehari-hari.

Potensi kerukuna yang ada di masyarakat secara jelas bisa dilihat

dalam berbagai upacara tradisional. Hal ini memperlihatkan adanya

potensi lokal atau pengetahuan asli masyarakat untuk tetap menjaga

kerukunan hidup. Dalam tradisi orang sunda memiliki kebiasaan dalam

hal kehidupan perorangan maupun kelompok yang mendekatkan tali

persaudaraan yang kuat, seperti tradisi selametan, tradisi ini memiliki

nilai spiritual dan sosial yang tinggi. Selametan dalam tradisi orang sunda

perlu dilihat dari aspek waktu biasanya dilakukan pada hari yang bagus

secara agama semisal malam Jum’at. Partisipasi orang-orang terdekat

seperti tetangga dan saudara satu keturunan menjadi lebih terlihat, dalam

selametan orang-orang yang datangpun tidak membedakan dari segi etnis

dan agama, acara ini biasanya ditunjukan kepada kaum laki-laki. Upacara

selametan ini dilakukan berkaitan dengan niat tuan rumah untuk bernagi

kebahagiaan atau memohon do’a sesuatu. Contoh yang paling lumrah

adalah ketika seorang anaknya dikhitan, orang tua sang anak akan

mengadakan selametan untuk meminta do’a restu kepada tetangga atau

keluarganya sendiri.

Tradisi upacara selametan, ada nilai-nilai sosial kemasyarakatan

yang menuju pada kerukunan. Upacara selametan tersebut bisa menjadi

Page 78: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

65

mediator atau penghubung bagi masyarakat yang sedang berselisih.

Karena mau tidak mau masyarakat yang diundang oleh tuan rumah

apalagi yang berdekatan harus menghadiri acara tersebut. Acara

selametan ini juga ada kaitannya dengan status sosial, karena dalam acara

selametan tidak membedakan pekerjaan, pendidikan, agama bahkan latar

belakang kebudayaan sesorang. Bahkan acara selametan ini merupakan

suatu momentum membagi kebahagian tuan rumah dengan para tetangga

atau kerabatnya yang katakanlah orang kurang punya. Dan disinilah

proses tidak membedakan status sosial seseorang itu terjadi.

Masyarakat desa Cigugur dalam kehidupan ekonominya pun

memiliki potensi kemasyarakatan yang tetap menjaga pola-pola

kerukunan umat beragama. Hal ini terlihat bahwa mayoritas masyarakat

desa Cigugur berprofesi sebagai petani. Profesi yang mereka geluti

ternyata mempunya nilai lebih, tidak hanya sebagai petani tetapi mereka

saling bekerja sama dan tolong menolong. Para petani yang beragama

islam bekerja kepada pemilik tanah yang beraliran Sunda Wiwitan atau

yang beragama kristen dan sebalinya petani yang beragama kristen atau

beraliran sunda wiwitan bekerja kepada pemilik tanah yang beragama

islam. Dengan demikian sikap saling bekerja sama dan tolong menolong

tidak dapat diragukan lagi kehadirannya di tengah-tengah masyarakat

desa Cigugur.

Dalam bentuk kerukunan bertetangga antara pemeluk agama,

tercermin oleh tempat tinggal mereka yang berdekatan dan bercampur

baur antara penduduk muslim, kristen dan sunda wiwitan. Dari segi

bertetangga ini mereka selalu mencerminkan hubungan yang baik dan

sikap persahabatan. Hal ini tidak lepas dari peranan seorang tokoh-tokoh

agama ataupun masyarakat, yang mana mereka selalu memberikan

contoh yang baik sehingga menciptakan kehidupan masyarakat dan

bertetangga yang harmonis.

Masyarakat desa Cigugur mempunyai solidaritas yang tinggi, baik

itu dari segi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan. Solidaritas ini

Page 79: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

66

dibangun dengan sikap dan interaksi yang baik antara mereka. Misalkan

diadakan kerja bakti, semua masyarakat yang berbeda-beda dalam

keyakinan itu turut berpartisipasi dalam kerja bakti tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerukunan Antar Umat Beragama

di Desa Cgugur

a. Ikatan Kekeluargaan

Dari hasil temuan dilapangan dapat dikatakan bahwa faktor

kekeluargaan ini cukup baik dimasyarakat desa Cigugur. Dalam hal

kehidupan sosial nampaknya ikatan kekeluargaan menjadi faktor penting,

ini terlihat dari interaksi dengan adanya kerjasama saling membantu

dengan yang lainnya. Hubungan kekeluargaan yang ada memiliki

hubungan yang saling berikatan satu sama lain. Dalam keluarga besar

terlihat bahwa terjadi suatu perbedaan dalam segi keyakinan.14

Dengan

adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut maka tidak bisa

dipungkiri bahwa akan muncul suatu konflik. Tetapi konflik-konflik yang

dilatar belakangi oleh perbedaan keyakinan ini bisa diredam bahkan tidak

bisa terjadi karena adanya faktor ikatan kekeluargaan ini. Misalkan

dalam sutu keluarga besar terdapat angota-anggota keluarga yang

memiliki perbedaan keyakinan, ketika mereka hendak berkonflik yang

dilatarbelakangi oleh keyakinan beragama, mereka berfikir bahwa semua

ini tidak ada gunanya karena kita berada dalam satu rumpun keluarga

yang katakanlah satu Nenek atau satu Kakek.15

Dengan demikian terlihat

bahwa ikatan kekeluargaan ini memiliki faktor penting yang

mempengaruhi kerukunan antar umat beragama di Desa Cigugur.

b. Saling Menghormati dan Menghargai Antar Umat Beragama

Untuk mengembangkan kehidupan beragama, diperlukan suasana

yang tertib, aman dan rukun. Kekhusuan beribadat tidak mungkin

terwujud dalam suasana yang tidak aman. Disinal letak pentingnya

kerukunan, ketertiban dan keamanan dalam kehidupan beragama

14

Wawancara dengan Bapak Aang , di Masjid, desa Cipager, tanggal 1 Juli 2013 15

Ibid

Page 80: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

67

Masyarakat desa Cigugur menciptakan suasana yang tertib, aman

dan rukun dalam kehidupan beragama. Masyarakat selalu memupuk

sikap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama yang

berbeda. Hal ini terlihat dari berbagai sikap atau prilaku yang mereka

tanamkan seperti mengembangkan perbuatan-perbuatan terpuji yang

mencerminkan sikap saling menghormati dan menghargai diantara

sesama pemeluk agama. Mereka tidaklah memaksakan suatu agama

kepada orang lain, hal ini disebabkan karena keyakinan beragama

merupakan masalah pribadi yang menyangkut hubungan manusia dengan

Tuhan yang mereka yakini.16

Dengan prilaku tersebut, kehidupan beragama yang tertib, aman

dan rukun akan tercapai. Sikap egois pada dasarnya merupakan penyakit

manusia yang senantiasa mementingkan dirinya sendiri dan

menempatkan dirinya pada kedudukan yang paling tinggi dengan tidak

memperhatikan kepentingan orang lain. Sikap selalu menganggap dirinya

sebagai yang terhebat, terpandai, terpenting, terpercaya atau paling

berpengaruh merupakan sikap egois yang perlu dihindari. Sikap egois

seperti ini dapat menimbulkan kebencian orang lain sehingga suasana

kerukunan dalam kehidupan akan hilang. 17

Dengan selalu menanamkan sikap saling menghormati dan

menghargai ini, kerukunan dan kedamaian atau keharmonisan antar

pemeluk agama di masyarakat desa Cigugur terjalin begitu baik.

c. Gotong Royong

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak akan lepas dari

ketergantungan kepada orang lain. Sejak lahir manusia memerlukan

bantuan dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Karena kondisi

seperti itulah manusia harus melatih diri sejak dini untuk menjalin

hubungan baik dengan orang lain dan bekerjasama dalam menyelesaikan

suatu masalah atau pekerjaan. Sejak lama bangsa Indonesia selalu

16

Wawancara dengan Rama Anom, di gedung Paseban Tri Panca Tunggal, tanggal 4 Juli

2014 17

Ibid

Page 81: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

68

menggunakan azas gotong royong yang bersifat kekeluargaan dalam

setiap pekerjaan.

Founding Father bangsa kita yaitu Bung Karno pernah berkata

“apabila Pancasila ini saya peras menjadi satu maka akan saya peras,

yaitu gotong royong”. Disini terlihat bahwa gotong royong ini

merupakan ciri khas budaya indonesia yang memang sejak dulu sudah

ada dan perlu kita pertahankan karena dampak dari gotong royong ini

sangat luar biasa. Gotong royong mengandung arti bahwa suatu usaha

atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh

semua warga menurut batasan kemampuannya masing-masing. Misalkan

memperbaiki rumah, apabila ada salah satu warga yang sedang

merenovasi, maka masyarakat setempat akan berbondong-bondong untuk

membantu sesuai dengan kemampuan mereka tanpa melihat perbedaan

agama dan budaya.18

Masyarakat desa Cigugur secara umum masih memegang teguh

nilai-nilai dan adat istiadat nenek moyang secara utuh. Seperti halnya

gotong royong, masyarakat desa Cigugur selalu mengerjakan semua hal

dalam bentuk kerjasama baik yang bersifat pribadi maupun sosial

kemasyarakatan. Prinsip hidup seperti inilah yang terlihat di masyarakat

desa Cigugur. Yang mana gotong royong menjadi suatu tradisi

masyarakat setempat dan merupakan suatu elemen yang berkembang

selama puluhan tahun lamanya. Gotong royong inilah yang merupakan

salah satu faktor pendorong terwujudnya suasana yang harmonis di

masyarakat desa Cigugur.

4. Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Desa Cigugur

Kehidupan Masyarakat Cigugur yang terdapat di wilayah Kabupaten

Kuningan menurut beberapa kalangan memiliki keunikan tertentu. Hal yang

menjadi ciri keunikan itu diantaranya adalah berkembangnya kehidupan

masyarakat etnik Sunda yang menganut berbagai keyakinan baik agama

18

Wawancara dengan Bapak Nana, di lokasi Renovasi salah satu rumah warga Cipager,

tanggal 2 Juli 2013

Page 82: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

69

“umum continental” atau “agama semit” seperti Islam, Kristen Protestan,

Kristen Katolik, Budha dan Hindu serta keyakinan sistem kepercayaan adat

atau “agama lokal” atau penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Keanekaragaman keyakinan ini sebagai ciri juga berkembangnya

kehidupan masyarakat yang pluralis. Keberagaman seperti itu jika terjaga

dengan baik akan tampak seperti mozaik yang indah, tetapi jika sebaliknya

maka segala bentuk perbedaan yang ada akan menjadi senjata yang bisa

memecah belah persatuan yang terjalin antar umat beragama di desa

cigugur.

Desa Cigugur dengan komunitas keagamaannya yang cukup beragam.

Keragaman dalam bidang keagamaan merupakan suatu hal yang potensial

untuk terjadinya konflik. Namun di daerah tersebut tidak cukup nampak

adanya konflik antarumat berbeda agama. Apakah konflik tersebut memang

tidak ada, ataukah tidak muncul kepermukaan?

Setiap individu atau kelompok dalam suatu masyarakat digerakan dan

dirangsang oleh apa yang menjadi kepentingan mereka. Dalam memenuhi

setiap kepentingan baik individu maupun kelompok dapat melahirkan dua

kemungkinan, yakni adanya kerja sama antar individu maupun antar

kelompok dan adanya persaingan dalam memenuhi kepentingan mereka

masing-masing. Menurut Pareto (dalam Veerger, I986:80), "kecenderungan

untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri sering melahirkan

prilaku yang khas". Persaingan yang didasarkan atas ego (baik ego pribadi

atau kelompok), keserakahan, ambisi, haus akan kekuasaaan tidak menutup

kemungkinan dapat menimbulkan pertentangan baik antar individu maupun

kelompok. Pertentangan antar individu maupun kelompok merupakan suatu

potensi bagi tercetusnya suatu konflik.19

Sikap individu maupun kelompok dalam komunikasi antarumat

berbeda agama di wilayah desa Cigugur menunjukan adanya sikap saling

menghormati antar pemeluk agama yang berbeda. Hal tersebut tampak

19

Abdullah Syamsudin, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agma, (Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 35

Page 83: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

70

dalam kebersamaan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan

guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun demikian sikap kehati-

hatian diantara kelompok keagamaan telah berkembang diantara mereka.

Kecemasan akan adanya penguasaan suatu kelompok keagamaan terhadap

kelompok keagamaan lainnya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan

menyebabkan timbulnya prasangka sosial antar kelompok keagamaan.

Dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan guna memenuhi

keinginannya, individu selalu berupaya untuk mengembangkan sikap-

sikapnya. Pengembangan sikap tersebut menuju kearah yang

menguntungkan individu atau kelompok yang bersangkutan terhadap suatu

yang dapat memenuhi keinginannya, sebagaimana dikemukakan Krechetal,

(1962:l8l), "sikap berkembang dalam proses pemuasan keinginan". Sikap

individu ataupun kelompok keagamaan tentang kerukunan hidup antarumat

berbeda agama akan terpaut dengan pengertian. "Adanya kebebasanm

menjalankan syariat agama, saling menghormati antar pemeluk agama,

saling percaya-mempercayai, dan adanya kerja sama antar umat berbeda

agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan” (Shihab, 1996:11).20

Secara umum di desa cigugur hubungan antar umat berbeda agama

nampak baik, terutama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Namun

dalam hal itu, tidak berarti tidak ada masalah sama sekali dalam hubungan

antar umat berbeda agama. Melalui komunikasi antar pribadi berbagai

masalah antar umat berbeda agama yang muncul dapat segera diredam

sebelum memberikan dampak negatif yang merusak sendi-sendi kerukunan

antar umat berbeda agama. Dalam hal demikian sikap kemampuan

mengendalikan diri, menegakan moral agama sebagai landasan berpijak

dalam kehidupan beragama, menumbuhkan sikap toleransi keagamaan,

menumbuhkan sikap tanggung jawab bersama tentang pentingnya

kerukunan hidup beragama merupakan suatu hal yang harus diperhatikan

oleh masing-masing kelompok.

20

Garna Judistira, Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi, (Bandung: Pasca Sarjana

UNPAD, 1996), h.

Page 84: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

71

Meskipun perbedaan agama merupakan titik rawan dan hal yang

cukup potensial bagi terjadinya konflik, namun selagi kerjasama antar umat

berbeda agama tersebut tetap terpelihara, dan para anggotanya merasa

kebutuhannya terpenuhi, serta merasa diperlakukan secara adil tanpa

mendapat perlakuan yang berbeda dalam kerja sama tersebut, dan setiap

para anggotanya konsensus untuk tetap mematuhi nilai dan norma yang

disepakati bersama maka kerukunan hidup antar umat berbeda agama akan

tetap terpelihara dan konflik antar umat berbeda agama tidak akan pernah

terjadi.

Sebagaimana dikemukakann Newcomb (I985:297), "Sejauh anggota-

anggota suatu kelompok mempunyai sikap yang sama terhadap suatu obyek,

para anggotanya akan berkonsensus mengenai sikap yang bersangkutan".

Karenanya untuk dapat mewujudkan kerja sama antar kelompok keagamaan

dalam bidang sosial kemasyarakatan dan ekonomi pedesaan serta konsensus

terhadap nilai dan norma yang disepakati bersama, masing-masing individu

dalam kelompok yang bersangkutan harus tetap memiliki sikap kemampuan

mengendalikan diri, menegakan moral agama sebagai landasan berpijak

dalam kehidupan beragama, toleransi keagamaan, dan sikap tanggung jawab

bersama tentang pentingnya kerukunan hidup beragama.

Prasangka sosial merupakan sumber potensial bagi

perpecahan/disintegrasi yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik.

Dalam hubungannya dengan kehidupan beragama di wilayah desa cigugur,

prasangka sosial antar umat berbeda agama terjadi karena kurangnya

informasi individu ataupun kelompok dalam memahami berbagai peristiwa

keagamaan yang terjadi di wilayahnya.

Berdasarkan temuan penelitian, kecurigaan-kecurigaan antar

kelompok agama memang tetap terjadi, namun melalu sikap yang arif,

kecurigaan-kecurigaan antar kelompok keagamaan yang muncul tidak

menjadikan munculnya konflik, tetapi sebaliknya lebih membuat masing-

masing kelompok keagamaan untuk tetap mawas diri dengan meningkatkan

sikap saling mempercayai antar kelompok keagamaan, sebab pada dasarnya

Page 85: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

72

setiap kelompok keagaman menginginkan hidup rukun dan damai

berdampingan dengan kelompok keagamaan yang lain dalam tatanan hidup

bermasyarakat. Kondisi demikian menunjukan bahwa hubungan antar

kelompok keagamaan di desa cigugur berada dalam posisi yang rawan akan

terjadinya konflik antar umat beragama.

Disini, peran tokoh agama sangat signifikan dalam mengarahkan

keberagamaan umat. Tokoh agama memerankan fungsi agama sebagai

kemaslahatan manusia. Mereka mengembangkan interpretasi (tafsir) yang

memiliki semangat perdamaian dan kerukunan antar umat beragama dan

mencerahkan keberagamaan umat. Sehingga ajaran agama-agama terutama

masalah ketuhanan menjadi fungsional, bahkan mampu menciptakan

kedamaian, keadilan, toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya dalam

kehidupan bermasyarakatan dan berbangsa.

Dari berbagai temuan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat faktor-faktor atau potensi terjadinya konflik, yaitu:

a. Hubungan antar umat berbeda agama di desa cigugur memiliki potensi

yang cukup kuat untuk terjadinya konflik antar kelompok keagamaan.

Melalu pengembangan sikap saling menghargai, pengendalian diri, tolong

menolong, kebersamaan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan

melalui kerjasama yang saling menguntungkan, potensi konflik antar

kelompok keagamaan dapat diminimalisasi, sehingga konflik secara

terbuka antar umat berbeda agama di desa cigugur dapat dihindarkan.

b. Prasangka sosial yang berkembang diantar kelompok keagamaan terjadi

karena adanya suatu kekhawatiran penguasaan suatu kelompok keagamaan

terhadap kelompok keagamaan lainnya melalui:

1) Penguasaan lahan-lahan yang dipandang strategis

2) Pengembangan sarana-sarana peribadatan

3) Pengembangan pendidikan berlatar belakang keagamaan

4) Penguasaan sektor ekonomi

5) Penguasaan posisi dan jabatan tertentu di masyarakat

6) Perpindahan agama

Page 86: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

73

c. Didalam masyarakat cigugur terdapat suatu nilai budaya yang mengatur

tata hubungan antar anggota masyarakatnya yang telah tertanam secara

turun temurun, yakni silih asih silih asuh silih wangian. Dalam memahami

perbedaan agama, masyarakat cigugur lebih mengembangkan suatu prinsip

perlu adanya sepengertian meskipun tidak harus sepemahaman. Melalu

intensitas komunikasi yang semakin meningkat diantara kelompok

keagamaan lebih mengokohkan penerimaan mereka terhadap nilai dan

norma yang disepakati bersama, sehingga kerukunan hidup antar umat

berbeda agama terwujud.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi pemicu konflik, maka

masing-masing penganut agama akan berupaya sekuat tenaga

menghindarinya sehingga mencegah sedini mungkin terjadinya konflik

tersebut. Tindakan ini disebut dengan pencegahan konflik. Namun apabila

terlanjur terjadi konflik, harus diakhiri perilaku kekerasan dan anarkis di

dalamnya melalui persetujuan perdamain. Ini disebut penyelesaian konflik.

Ada juga yang dinamakan dengan pengelolaan konflik, yaitu membatasi dan

menghindari kekerasan dengan mendorong perilaku perubahan yang positif

bagi pihak-pihak yang terlibat. Kemudian ada lagi resolusi konflik, yaitu

menangani sebab-sebab konflik diantara kelompok-kelompok yang bertikai

dan berusaha membangun hubungan baru dan bertahan lama. Lalu yang

terakhir adalah transformasi konflik, yaitu mengatasi sumber-sumber

konflik yang lebih luas dan berusaha merubahnya ke arah positif.

Konsepsi adat yang ada dalam sistem nilai masyarakat Cigugur untuk

terus menjaga tatanan sosial dan sistem keyakinan yang multi religi itu

ditekankan oleh sesepuh masyarakat adat Ciigugur (P.Djatikusumah, cucu

dari Pangeran Sadewa Alibasa Kusumawijayaningrat atau “Madrais”)

berupa konsepsi nilai “pentingnya menekankan kesamaan “pengertian”

dalam kehidupan sosial dan budaya daripada “perbedaan” yang mengarah

pada potensi pertentangan dan konflik sosial budaya”. Hal lain juga yang

berkaitan dengan pembentukan “nation character” adalah perlunya

masyarakat Indonesia (dan masyarakat adat khsususnya) untuk

memperjuangkan hak budaya dan kebangsaannya (kesukubangsaannya)

yang bersifat universal dan kodrati dalam persepsi konsepsi “tanah adegan”.

5. Analisa Hasil Penelitian

Sebagaimana dinyatakan dalam pokok-pokok pikiran tentang

penelitian Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (KTYME) dalam

Page 87: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

74

berbagai sistem Budaya Masyarakat di Indonesia, telah disepakati bahwa

arah yang dituju pembangunan itu adalah sebagai berikut:

“Membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat

Indonesia seluruhnya. Acuan normatik terhadap arah pembangunan seperti

tersebut di atas, menetapkan cita-cita sosial yang hendak dituju oleh

program-program pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari

kerangka budaya bangsa Indonesia, yang selama ini menempatkan Tuhan

Yang Maha Esa atau nilai-nilai Ketuhanan sebagai masalah yang sentral.

Konsep Ketuhanan manusia Indonesia adalah sosok makhluk Tuhan yang

selalu berinteraksi dengan alam Indonesia, budaya Indonesia dan nilai-nilai

kemanusiaan yang hidup di Indonesia”.21

Keberadaan masyarakat Jawa Barat yang heterogen memunculkan

berbagai dinamika dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat. Isu sara atau

permasalahan keagamaan seringkali muncul dalam permukaan. Tidak hanya

masalah internal agama, tetapi masalah antar umat beragama lainnya. Hal

ini seringkali memunculkan ketidak harmonisan dalam kehidupan

masyarakat Jawa Barat, bahkan diskrimnasi di sebagaian pihakpun

seringkali terjadi. Berbicara tentang masalah keagamaan terkadang menjadi

hal yang sangat rumit untuk diselesaikan, Implikasi dogma-dogma dalam

kitab-kitab suci dan penafsiran dari masing-masing melahirkan nilai

tersendiri dalam pola kehidupan, ketika nilai-nilai yang diaanggap baik

disatu pihak, tetapi dipihak lain berbenturan dan dianggap menyimpang.

Timbulah berbagai permaslahan dan gejolak dalam msayarakat tersebut,

akibatnya perselisihan yang begitu rumit yang berjung pada alienasi dilain

pihak. Dalam konteks ini, tentunya harus ada semangat toleransi sebagai tali

pengikat yang mempererat keharmonisan hidup bersama dalam perbedaan.

Konflik Agama menjadi rumit diselesaikan karerna wujudnya Imateril dan

seringkali tidak rasional. Disatu sisi pemerintah sebagai pemimpin yang

mengayomi, dalam hal ini kementerian agama seringkali tidak mampu

21

Sudjangi dan Harisun Arsyad, Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam

Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI

BALITBANG Agama, 1992-1993), h. 21

Page 88: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

75

membuat keputusan yang mmembuat kedua belah pihak yang berkonflik

menjadi harmonis, justru sebaliknya.

Tidak semua masyarakat Jawa Barat berada dalam gejolak sosial

(konflik) berakibat pada ketidak harmonisan masyarakatnya. Karena

konteks masyarakat yang mendiami Jawa Barat berbagai corak dan beragam

bentuk masyarakatmya dari setiap wilayah, ragam agama, budaya, etnis dan

suku bangsa, maupun tingkat pendidikan masyarakatnya. Salah satu daerah

yang sekarang ini yang berada di Jawa Barat saat ini yaitu Desa Cigugur

Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Dekade

terakhir ini wilayah Desa Cigugur tidak begitu muncul di media isu-isu

konflik keagamaan yang menyebabkan ketidakharmonisan masyaraktanya.

Dalam konteks ini, berdasarkan galian informasi yang telah diuraikan di atas

menunjukan keharmonisan masyakat Desa Cigugur. Padahal di Desa

Cigugur terdapat berbagai ragam agama dan suku bangsa yang yang

mendiami wilayah itu. Hal ini perlu dilahat bagaimana pola interaksinya

yang tidak hanya melibatkan jajaran masyarakat penganut agamanya,

melainkan keterlibatan tokoh-tokoh agama, Organisasi kemasyarakatan

maupun pemerintahannya yang begitu hidup dalam mewujudkan keteraturan

masyarakatnya.

Pertanyaan yang muncul dalam konteks keberagaman ini, bagaimana

perbedaan dari setiap ajaran agama tersebut justru yang timbul adalah

keharmonisan. Kita akui bahwasanya dalam konsep kerukunan antara umat

beragama semua menginginkan hidup bersama dalam perbedaan, tetapi

produk dari ajarannya secara absolutis banyak bertentangan. Karena

memang pada prinsipnya, semua agama akan berbeda jika dilihat dari

kontek ajaran akidahnya. Namun semua agama mengajarkan nilai-nilai

kebaikan, kesempurnaan, keutamaan, baik yang menyangkut kehidupan

orang seorang maupun kehidupan bersama dan kemasyarakatan. Dengan

demikian usaha-usaha untuk meningkatkan dan meratakan kesadaran

beragama bagi pemeluk agama agar mereka masing-masing benar-benar

menjadi insan beragama seperti diajarkan agamanya. Jadi sebenarnya

Page 89: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

76

pembinaan kerukunan hidup antara umat beriman harus dimulai dengan

penyadaran, mengapa orang beragama. Kalau orang sungguh-sungguh

secara konsekuen, jujur untuk mengabdi Tuhan, maka sikap terhadap

sesamanya pasti juga akan dijiwai oleh semangat keagamaannya. Maka

kerukunan merupakan perwujudan dari penghayatan iman, perwujudan dari

pengabdian kepada Tuhan, sebab setiap agama mengajarkan kedamaiaan.22

Pada kenyataannya, dalam masayarkat yang berada di wilayah Desa

Cigugur, yang dalam hal ini peneliti hanya mengambil tiga Agama atau

ajaran yaitu Agama Kristen, Islam dan Ajaran Sunda Wiwitan yang sudah

berpuluhan tahun adanya tidak menunjukan pertentangan atau pertikaian

yang menyebabkan kerugian besar dari berbagai pihak, justru mereka akur-

akur saja. Mereka membangun keteraturan masyarakatnya tidak diwujudkan

dengan melakukan konflik terlebihdahulu. Karena bagi masyarakat Sunda,

pada umumnya memiliki kesadaran akan nilai-nilai Ketuhanan yang tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa orang-orang Sunda selama ini dikenal sebagai

orang-orang yang taat menjalankan ibadah keagamaannya, apakah ia

sebagai orang Islam, Kristen, Hindu, Budha atau penganut agama-agama

tradisional lainnya yang masih dikenal di beberapa tempat di Jawa Barat.

Adanya kesadaran akan nilai Ketuhanan yang tinggi menunjukan bahwa

orang-orang Sunda dikenal sebagai homo religius. Dalam kehidupan sosial

sehari-hari mereka tekun beribadat, beriman, dan mereka percaya dengan

umujr yang semakin tua, senantiasa mengubah cara hidup sebagai mana

tercermin dalam ungkapan yang sangat populer di Jawa Barat, kudu ngukur

ka kujur nimbang ka awak (dalam bahasa Indonesia, sama artinya dengan

kata-kata “bercermin diri”).

Kenyataan yang terjadi dalam masyarakat Desa Cigugur, dari segi

ajarannya tidak menunjukan ketidaksetabilan, karena memang berbeda.

Tidak juga nilai agama yang harus difungsikan kepada semua masyarakat

umum dan dikonsensuskan melalui adaptasi, sesuatu yang tidak mungkin

22

AP. Budiyono HD, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman 2, (Yogyakarta:

Penerbit Yayasan Kansius, 1983), h 279-280

Page 90: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

77

akan terjadi, karena setiap sistem internal dan eksternal keagamaan yang

berada di Desa Cigugur berbeda dan sangat absolut. Itulah Agama, disatu

sisi agama memberikan fungsi terciptanya kerukukunan bagi penganutnya.

Tetapi disisi lain justru agama memberikan dampak yang negativi

bagi terciptanya konflik atau permusuhan, ketika agama satu dan lainnya

berinteraksi. Ajaran agama mengandung dkotrin-doktrin yang bertolak-

belakang satu sama lainnya. Tentunya untuk menghindari permasalahan

Agama perlu adanya kompromi-kompromi dari setiap agama dalam

membangun kerukunan hidup bersama dalam perbedaan. Kompromi yang

dimaksud adalah ajaran agama yang berhungan dengan interaksi dengan

agama lain, karena setiap agama ini memiliki ajaran untuk hidup bersama

dengan agama lain. Nilai-nilai hubungan dengan kelompok agama lain yang

berbeda inilah perlu dipertemukan untuk membangun dan membina sebuah

kerukunan hidup bersama. Karena semua Agama di atas menerima untuk

hidup bersama dalam perbedaan.

Masyarakat mulai menyadari akan perlunya kedamaian antara

sesama warga dan perpecahan adalah sangat merugikan mereka, karena

pada dasarnya mereka adalah satu bangsa bahkan satu rumpun yaitu rumpun

sunda.

Kadaan tersebut terus dipelihara sampai saat ini, sehingga sampai

penelitian ini dilakukan belum pernah terjadi perbedaan pendapat yang

menimbulkan perpecahan antar mereka, apalagi menimbulkan konflik antar

agama. Namun demikian tidak berarti sama sekali perbedaan-perbedaan

pendapat antara mereka, ada juga perbedaan kecil yang diakibatkan oleh

permasalahan yang sangat sepele dan dibesar-besarkan oleh kelompok yang

tidak senang dengan adanya kedamaian.

Untuk melestarikan keutuhan dalam hubungan tersebut, para

pemimpin atau tokoh-tokoh agama mencoba melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a. Setiap terjadi kontak atau hubungan antara umat beragama mereka tidak

menggunakan hubungan keagamaan, tapi menggunakan sistem pada saat

Page 91: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

78

terjadinya hubungan atau kontak dilakukan, seperti perdagangan,

pertanian, kemasyarakatan dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya rasa keagamaan pada kelompok masing-masing.

b. Ditanamkan pada masyarakat beragama agar merasakan bahwa mereka

adalah satu etnis, atau keluarga, satu desa, satu bahasa, satu budaya,

sehingga bila terjadi konflik antar mereka akan dirasakan bersama

akibatnya.

c. Para tokoh agama selalu memberikan penjelasan tentang kerukunan

dengan didasarkan pada refrensi-refrensi yang tercantum pada ajarannya.

d. Masing-masing anggota masyarakat mengenalkan dan mengetahui

identitas dan agama yang dianut oleh warga desa yang ada sehingga

dapat menghindari pergaulan yang mengakibatkan konflik antar mereka.

e. Para tokoh agama dari masing-masing tidak membesar-besarkan masalah

bila terjadi sedikit gesekan antar umatnya dan mencoba diselesaikan di

lingkungan masing-masing serta cukup diwakili oleh para tokohnya

dalam menyelesaikan masalahnya.

f. Pemerintah desa tidak membedakan hak dan kewajiban mereka, baik

dalam pelayanan, pergaulan dan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan

dalam mengangkat aparatnya kepala desa memasukan unsur semua

agama.

g. Pola hubungan kekeluargaan lebih ditekankan daripada hubungan

keagamaan bagi keluarga yang menganut dua agama.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Durkheim dan fungsionalis

berikutnya berpendapat bahwa suatu sistem sosial bekerja seperti sistem

organik. Masyarakat terbentuk dari struktur-strukturbaturan kebudayaan

yakni keyakinan dan praktik yang sudah mantap yang terhadap keyakinan

dan praktik yang sudah mantap yang terhadap keyakinan dan praktik itu

warga masyarakat tunduk dan taat. Dimana institusi-institusi di dalam

masyarakat memainkan peranannya dengan baik, dengan menggunakan

Page 92: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

79

istilah fungsionalis, melaksanakan fungsi yang diperlukan dalam

memelihara masyarakat dalam keadaan yang stabil dan memuaskan.23

Seperti Teori Fungsionalis yang dikemukakan Durkheim di atas

sesuai dengan realita yang ada di Masyarakat Desa Cigugur. Kerukunan di

Desa Cigugur terwujud berdasarkan kordinasi dan kompromi dari berbagai

pihak, penganut agama, tokoh agama, organisasi keagamaan, maupun

pemerintah sendiri. Peran dari berbagai segmen inilah yang menciptakan

kerukunan antar umat beragama. Semangat inilah yang muncul dalam

masyarakat Desa Cigugur. Jadi setiap agama menjalankan nilai ajaran

masing dan disiarkan dalam pola internalnya sendiri. Maksudnya adalah

urusan agama/ibadah/keyakinan tidak bisa disamakan antara Islam, Kristen,

Sunda Wiwitan bahkan dengan yang lainnya. Keinginan untuk hidup

bersama walau dalam perbedaan keyakinan atau kepercayaan, tentunya hal

inilah yang ingin diwujudkan oleh masyarakat Desa Cigugur. Dengan

semangat kordinasi dari berbagai pihak, baik penganut agama, tokoh agama,

organisasi keagaaman maupun pemerintahan mewujudkan kompromi-

kompromi nilai dan norma yang perlu dan tidak perlu dilakukan oleh

masing penganut agama.

Semangat kordinasi dari berbagai pihak ini tentunya sesuai dengan

gambaran yang disajikan oleh Dahrendorf mengenai pokok teori

fungsionalisme adalah sebagai berikut:24

a. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan

stabil

b. Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik

c. Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan

sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem

d. Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus

mengenai nilai di kalangan para anggotanya

23

Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-

Moderenisme, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 52-53 24

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia), h. 216

Page 93: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cigugur adalah sebuah desa di lerang Gunung Ciremai yang terletak di

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang berjarak sekitar 35 km ke arah selatan

kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari kota Bandung.

Masyarakat disini hidup dalam sebuah perbedaan. Dan yang menjadi

perbedaan mendasar pada masyarakat Cigugur adalah perbedaan agama pada

masing-masing individunya. Dimana perbedaan tersebut tidak hanya terdapat

pada masing-masing warganya melainkan perbedaan tersebut juga ada dalam

satu keluarga. Misalkan, Ayah dan Ibunya penganut agama Islam, dan anak-

anaknya ada yang menganut agama Katolik, Hindu, Budha, atau agama Islam

juga sesuai dengan orang tuanya. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi

mereka. Suatu hal yang perlu diketahui disini adalah bahwa perbedaan yang

ada pada masyarakat Cigugur tersebut tidaklah menjadikan mereka hidup

dalam ketegangan hingga menimbulkan suatu konflik seperti konflik-konflik

yang sering terjadi dewasa ini yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama,

namun kehidupan mereka justru sangat harmonis, bisa hidup secara

berdampingan, dan sangat menjunjung tinggi Toleransi dalam beragama. Yang

mana pada setiap masyarakatnya bukan hanya mengakui keberadaan hak

agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan

persamaan dari setiap masing-masing penganut agama yang ada. Faktanya,

bahwa setiap masyarakat yang berbeda agama tersebut dapat berinteraksi

secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut.

Hal seperti ini tentunya tidak terjadi secara alamiah atau datang dengan

sendirinya. Jelas ada usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mempertahankan

kerukunan seperti itu. Dimana usaha-usaha tersebut mereka implementasikan

dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Pola kerukunan umat beragama yang

berkembang di desa Cigugur ini sangatlah dinamik, hal ini dapat terlihat dari

beberapa pola kerukunan yang berkembang di masyarakat, misalkan pola

Page 94: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

81

hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan sosial kemasyarakatan. Selain

itu ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi terwujudnya kerukunan umat

beragama di desa Cigugur, seperti ikatan kekeluargaan, saling menghormati

dan menghargai antar umat beragama serta gotong royong yang telah menjadi

budaya masyarakat desa Cigugur.

Pluralitas yang terjadi di desa Cigugur tersebut menunjukan bahwa

masyarakat desa Cigugur terdapat potensi kerukunan yang berharga. Potensi

kerukunan secara nyata telah menjadi acuan sehingga sejak sekian lama

masyarakat telah mampu hidup berdampingan tanpa pertentangan dan

pertikaian. Wujud kerukunan antar umat agama ini tampak karena masing-

masing penganut agama tidak menonjolkan identitas agamanya maupun

simbol-simbol kegamaan dalam melakukan kehidupan sehari-harinya.

B. Saran

Untuk mempertahankan dan melestarikan kelangsungan tradisi hidup

yang rukun di kalangan masyarakat desa Cigugur ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

1. Setidaknya peranan pemerintah khususnya Departemen agama dalam hal ini

mempunyai tugas dan tanggung jawab sekaligus memberikan pengarahan

atau membina para tokoh maupun penganutnya dalam meningkatkan

pemahaman dan penghayatan ajaran agama yang mereka anut dalam rangka

meningkatkan kualitas keimanan. Serta memberikan pemahaman yang

berorientasi pluralis hendaknya mulai ditanamkan, dengan demikian

masyarakat desa Cigugur yang majemuk memahami dan menghargai

keberadaan orang lain.

2. Satu hal yang selama ini dilupakan adalah pemanfaatan potensi lokal untuk

menagani setiap masalah yang timbu antara pemeluk agama yang berbeda

agama, baik masalah internal maupun masalah eksternal umat beragama.

Keharmonisan yang terdapat pada masyarakat desa Cigugur merupakan satu

bukti bahwa tanpa banyak campur tangan orang lain, mereka tetap bisa

menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dan tetap damai. Oleh sebab

Page 95: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

82

itu perlunya penyadaran terhadap nilai-nilai gotong royong dan kerjasama

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tubuh masyarakat

3. Bagi pembelajaran Sosiologi, sebagai bahan pengayaan terutama mengenai

konsep-konsep kerukunan antar umat beragama dan interaksi sosial. Pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Pemerintah harus ikut berperan dalam menjaga kerukunan dalam

kemajemukan agama yang terjadi di Cigugur. Seperti memperkenalkan

Cigugur kepada masyarakat luas dan menjadikan Cigugur sebagai daerah

tujuan wisata adat sebagai upaya dalam melestarikan kepercayaan dan adat

yang ada di Cigugur.

Page 96: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin, Pendidikan Agama Era Multi Kultural Multi Religius,

Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005

Achmad, Nur, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Penerbit

Buku Kompas, 2001

AG, Muhaimin, Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai

Agama, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

Departemen Agama RI, 2004

Agama dan Keagamaan PUSLITBANG kehidupan beragama Bagian Proyek

peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, 2003

Ahmad, S. Beni, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia 2008

Ali, Muhamad, Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

Menjalin Kebersamaan Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS, 2008

Al-Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antaragama, Jakarta: Ciputat

Press, 2003

Bahri, Syamsul, Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Antar

Umat Beragama, Vol XI, No. 1 Januari-Juni 2001

Banawiratma, J.B, Zainal Abidin Bagir, Dialog Antarumat Beragama Gagasan

dan Praktik di Indonesia, Jakarta: PT Mizan Publika, 2010.

Bajari, Atwar, “Mengolah Data Dalam Penelitian Kualitatif”, 2013,

(http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-

penelitian-kualitatif, Pada Hari Sabtu 2 Februari 2013)

Bertand, Jacques, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia, Yogyakarta:

Penerbit Ombak, 2012

Budiyono, AP, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman 2, Yogyakarta:

Penerbit Yayasan Kansius, 1983.

Creswell, John W, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Daulay, M. Zainudin, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di

Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

departemen Agama RI, 2001

Page 97: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

84

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang:

Yayasan Asih Asah Asuh, 1990

Haq, Hamka, Jaringan Kerjasama Antarumat Beragama: Dari Wacana ke Aksi

Nyata, Jakarta: Titahandalusia Press, 2002.

Hidayat, Komarudin, Psikologi Beragama Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan

Santun, Jakarta: PT Mizan Publika, 2010

Jones, Pip, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-

Moderenisme, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009

Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, (Refleksi Pengalaman Islam

di Indonesia), Vol.5, No. 2, Juli 2010.

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Konflik Sosial Bernuansa Agama Di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI

Badan LITBANG

LEMHANAS RI, Membangun Kerukunan Umat Beragama Guna Terwujudnya

Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan Nasional,

Jurnal Kajian LEMHANAS RI, edisi 14, Desember, 2012.

Meuraxa, Musbir Ibrahim, Etika Islam dalam Kebijakan Pembinaan Kerukunan

Umat Beragama, Vol XI, No. 1, 2001

Mufid, Ahmad Syafii, Dialog Agama dan Kebangsaan, Bandung: Grasindo, 2008

Monografi Kelembagaan Agama di Indonesia, Jakarta: Proyek Pembinaan

Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama RI, 1983.

Marzuki, Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani:

Analisis Isi Piagam Madinah dan Relevansinya Bagi Indonesia,

Mudjiraharjo, “Jenis Dan Metode Penelitian Kualitatif”, 2013.

(Http://Mudjiarahardjo.Com/Materi-Kuliah/215.Html?Task=View Pada

Hari Senin 28 Januari 2013)

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,

1991.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Darussalam: GI, 1983

Perwiranegara, Alamsyah Ratu, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat

Beragama, Jakarta: Departemen Agama RI, 1982.

Page 98: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

85

Sawunggalih, Mustafid, “Menyusur Agama Djawa Sunda Dari Cigugur, 2012”,

(Www.Nusantaraislam.Blogspot.Com Di Akses Selasa, 29 Januari 2013)

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta:

Kencana, 2011

Suaedy, Ahmad, Dialog: Kritik dan Identitas Agama, Yogyakarta: DIAN (Dialog

Antar Iman di Indonesia) dengan Penerbit Pustaka Pelajar, 1994.

Suryana, Toto, Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama, Jurnal

Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 9, No. 2, 2011

Sulaiman, Yudi, Pembinaan Kesadaran Pluralisme Agama Dikalangan

Narapidana Lembaga Permasyarakatan Anak di Blitar, Skripsi pada

STAIN Kediri, 2004.

Suyanto, Bagong, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2005

Sudjangi dan Harisun Arsyad, Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam

Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat Indonesia, Jakarta:

Departemen Agama RI BALITBANG Agama, 1992-1993

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, 1993.

Taher, Elza Peldi, Merayakan Kebebasan Beragama Bunga Rampai 70 Tahun

Djohan Effendi, Jakarta: ICRP, 2009.

Page 99: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN

Hari/Tanggal :

Waktu pengamatan :

No Aspek yang

Diamati Selalu Sering

Kadang-

kadang

Tidak

Pernah Keterangan

1 Sikap ramah dan

terbuka terhadap

sesama dan

terhadap orang

asing.

2 Toleransi antar

umat beragama

3 Gotong-royong

dan kerja sama

dalam aktivitas

sosial masyarakat.

4 Hidup saling

menjaga dan

melengkapi antar

sesama.

5 Mengadakan

dialog antar umat

beragama

6 Berkontribusi

dalam kegiatan

perayaan hari

besar keagamaan

pada pemeluk

agama lain

7 Terjadinya konflik

antar umat

beragama

8 Memtuskan suatu

perkara dengan

musyawarah dan

mufakat.

9 Terbuka dalam

menerima

perubahan

Page 100: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

HASIL OBSERVASI LAPANGAN

Hari/Tanggal : 03 Juli 2013

Waktu pengamatan : 10.00-15.00 WIB

No Aspek yang Diamati Selalu Sering Kadang-

kadang

Tidak

Pernah Keterangan

1 Sikap ramah dan terbuka

terhadap sesama dan

terhadap orang asing.

2 Toleransi antar umat

beragama

3 Gotong-royong dan kerja

sama dalam aktivitas

sosial masyarakat.

4 Hidup saling menjaga dan

melengkapi antar sesama.

5 Mengadakan dialog antar

umat beragama

√ Minimal satu

tahun sekali

ketika perayaan

upacara Seren

Tahun

6 Berkontribusi dalam

kegiatan perayaan hari

besar keagamaan pada

pemeluk agama lain

7 Terjadinya konflik antar

umat beragama

8 Memtuskan suatu perkara

dengan musyawarah dan

mufakat.

9 Terbuka dalam menerima

perubahan

Page 101: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

DAFTAR PERTANYAAN ATAU PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara untuk warga Sunda Wiwitan

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Page 102: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Sunda Wiwitan

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur

Page 103: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Kristen

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi

suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur

Page 104: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Muslim

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku,

ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Page 105: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk ketua adat

A. Latar Belakang Informan

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Kepercayaan penghayat di Cigugur disebutnya Agama Djawa Sunda atau

Sunda Wiwitan? Mengapa? Perbedaanya?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

4. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku,

ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Page 106: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

HASIL WAWANCARA

Pedoman wawancara untuk warga Sunda Wiwitan

A. Latar Belakang Informan

Nama : Kento Subarman

Umur : 65 Tahun

Agama : Sunda Wiwitan

Pendidikan : SPG

Profesi : Pensiunan / petani

Hari dan tanggal : Rabu, 03 Juli 2012

Tempat : Rumah Bapak Kento Subarman

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Sudah 65 Tahun, Karena saya lahir dan besar di Cigugur.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Kondisi Masyarakat Cigugur sangatlah harmonis dan mereka hidup

teratur tanpa adanya petentangan yang sangat signifikan.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Manusia mempunyai rasa cinta dan kasih terhadap sesama. Manusia

diciptakan beragam merupakan kodrat dari Sang Maha Pencipta. Oleh

karena itu kita harus benar-benar menerima kodrat itu dengan hidup rukun

dan teratur.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

Salah satunya pembangunan Rumah Peribadatan

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

Karena mempunya filosofis dasar yang sama, jadi akhirnya walaupun

berbed tapi tidak mempermasalahkan perbedaannya, tapi bagaimana kita

saling pengertian walaupun kita tidak sepengetahuan tapi kita pengertian

Page 107: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

dalam artian dgn berkeyakinan atau beragama. Artinya pengertian dari

agama atau keyakinan itu sendiri supaya kita hidup mengenal aturan,

aturan yang sesuai dgn tuntunan yang diyakininya, sebab dari apa yg

diyakini itu tdk ada yang mengharuskan utntuk menghalalkan hal hal

yang tidak sesuai dgn sifat kemanusiaan.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Satu tahun sekali ada acara seren tahun, kegiatan-kegiatan olahraga

karang taruna, memang sudah biasa berdampingan kecuali kegiatan-

kegiatan internal agama. Kegiatan yang bersifat umum tdk ada batas tdk

ada mayoritas dan minoritas. Karna kerukunan itu sudah terbentuk dgn

sendirinya di daerah ini.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

Sama dalam konteks mananya dulu? Kalo dalam artian setiap agama

mengharapkan pengikutnya itu menjadi insan yang baik itu saya rasa

semua agama sama. Tapi masalah metode, akidah dan yang lainnya tdk

bisa dikatakan sama.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi

suku, ras atau agama?

Saya merasa prihatin kenapa bisa terjadi. Sedangkan ketenangan itu hanya

akan dapat kita rasakan atau terbangun jika satu sama lain saling

menghormati. Dengan kondisi seperti itu baik yang kuat maupun yang

lemah tidak akan merasa nyaman.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

Selama saya hidup disini belum pernah terjadi.

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

Semua menyesuaikan. Mereka selalu hidup rukun dan berdampingan.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Saya tidak banyak berangan-angan, minimal seperti sekarang ini lah

Page 108: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Sunda Wiwitan

A. Latar Belakang Informan

Nama : Mang Didi

Umur : 44 tahun

Agama : Sunda Wiwitan

Pendidikan : SMP

Profesi : Petani

Hari dan tanggal : Kamis, 04 Juli 2012

Tempat : Rumah Mang Didi

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Sejak anak-anak saya tinggal disini, karena saya dilahirkan disini.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Akur-akur saja. Kita selalu menghormati satu sama lain.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Umat beragama harus saling menghargai dan tidak menganggap agamanya

yang paling benar.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

Ketika umat islam sedang merayakan hari raya idul fitri, agama lain selalu

menghormati bahkan turut memeriahkan perayaan tersebut, dan begitupun

sebaliknya.

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

Didalam masyarakat Cigugur, masyarakatnya bisa rukun karena kita saling

mengerti, saling memahami bahkan saling membantu, seperti ketika

sedang terkena musibah masyarakat saling membantu, yang punya uang

membantu uang, yang punya tenaga membantu tenaga, yang punya beras

membantu beras, contoh lain dalam membangun rumah, masyarakat

Cigugur saling membantu satu sama lain, bahkan dalam membuat rumah

Page 109: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

hanya ada 2 tukang, tapi yang membantu bisa 20 orang, 22 orang paling

sedikitnya 18 orang dan tanpa dibayar, hanya dikasih makan sama rokok.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Dengan mengedepankan sikap kekeluargaan sehingga tidak terjadi

pertentangan.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

Semua agama pasti mengajarkan kebaikan.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

Mungkin mereka menganggap bahwa agama mereka yang paling benar.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

Setahu saya tidak pernah ada.

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

Sangat baik dan selalu bekerja sama.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Tetap hidup rukun, tetap damai, tetap seperti sekarang ini tanpa adanya

konflik antar pemeluk agama.

Page 110: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Kristen

A. Latar Belakang Informan

Nama : Ibu Uum

Umur : 50 tahun

Agama : Katolik

Pendidikan : SMA

Profesi : Wiraswata/mantan Biarawati

Tempat : Rabu, 03 Juli 2012

Hari dan tanggal : Rumah Ibu Uum

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Sejak lahir udah di Cigugur

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Selama ini masyarakat cigugur hidup rukun berdampingan satu sama lain.

Dalam hal kehidupan sehari-hari kita selalu mengedepankan etika dan

kesopanan dalam proses berinteraksi. Ikatan kekeluargaan pun sangat

tercermin didalam kehidupan bermasyarakat warga Cigugur.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Kerukunan bukanlah suatu proses yang datang dari satu aturan yang

dipaksakan tetapi terjadi melalui suatu proses yang berlangsung secara

alamiah. Hal ini mungkin tercipta ketika ada sikap saling menerima

didalamnya.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

Dalam hal upacara kematian, tradisi masyarakat Cigugur selalu

memberikan bantuan ketika mereka sedang berta’jiah. Bantuan itu bisa

berupa beras, uang atau kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.

Page 111: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

Didalam Cigugur memang adanya Sunda Wiwitan berpengaruh dalam

kehidupan, tingkah laku maupun tradisi, karena kalo bisa dibilang

Cigugur merupakan pusatnya dari Sunda Wiwitan, kami pun sebagai

warga Cigugur menghormati Pangeran Djati, apalagi saya yang memang

kebetulan dekat dengan keluarga paseban, bagi warga Katolik kita sangat

menghormati keluarga paseban, karena dahulu Pangeran Tedjabuana

dimana Ayahanda dari Pangeran Djatikusumah adalah seorang Katolik,

jadi kita saling menghormati, apalagi dengan kerukunan, kita juga saling

menghormati, saling bahu membahu untuk mewujudkannya. Karena itu

merupakan jalan terang menuju kedamaian dan kasih.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Kita selalu mengadakan dialog antar umat beragama yang dilakukan oleh

tokoh-tokoh dari agama masing-masing.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

Kami meyakini apa yang kami imani dan kami tidak menghakimi apa

yang mereka imani

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi

suku, ras atau agama?

Mereka tidak memahami apa sebenarnya agama yang mereka yakini dan

mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar sehingga

bagi mereka agama diluar itu adalah tidak benar.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

Seingat saya dulu pernah ada, tapi saya lupa kronologisnya. Meskipun

demikian, apabila terjadi hal semacam itu maka tokoh-tokoh agama atau

tokoh masyarakat segera menyelesaikannya dengan musyawarah sehingga

tidak berdampak besar dan meluas.

Page 112: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

Sangat baik, mereka masyarakat pendatang selalu bisa menyesuaikan

dengan kondisi masyarakat cigugur yang beranekaragam.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Yang pasti kerukunan seperti ini harus tetap terpelihara sampai kapanpun.

Page 113: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk warga Muslim

A. Latar Belakang Informan

Nama : Aang Taufik

Umur : 44 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi

Profesi : Guru SMP 02 Cigugur, ketua DKM Mesjid

Tempat : Mushola Dusun Cipager, Cigugur

Hari dan tanggal : Selasa, 02 Juli 2013

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Saya lahir dan besar disini.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Masyarakat cigugur hidup berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Hidup berdampingan tanpa terjadi pertikaian yang menimbulkan dampak

yang sangat membahayakan bagi pemeluk agama itu sendiri.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

Seperti halnya saling membantu jika ada warga yang sedang mengadakan

pesta pernikahan, mereka saling membantu tanpa pandang bulu atau tanpa

membeda-bedakan agama yang dianut.

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

Hubungan erat kekeluargaan sehingga jarang terjadi konflik

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Dengan diadakannya dialog

Page 114: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

Salah jika mengatakan agama itu sama. Karena menurut saya setiap agama

itu berbeda. Lalu yang perlu kita lakukan adalah bagaimana

mensosialisasikan perbedaan-perbedaan disetiap agama yang kita yakini.

Dengan demikian orang diluar agama yang kita anut akan mengetahui

batasan-batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap diri

kita. Dengan ini munculah keterbukaan diantara pemeluk agama yang

kemudian sikap saling menghormati dan menghargai akan terjadi.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

Kita jangan selalu menyalahkan agama sebagai penyebab konflik itu

terjadi. Lebih jauh kita harus menganalisa apa yg sebenarnya yg melatar

belakangi konflik tersebut. Seperti halnya ada intervensi dari oknum yang

ingin mengadu domba sehingga konflik itu bisa menguntungkan untuk

mereka. Karena memang konflik yang dilatar belakangi agama ini syarat

dengan kepentingan.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku,

ras atau agama?

Konflik sebetulnya ada tapi tidak disebarluaskana.

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

Sampai saat ini terlihat bail-baik saja dan mereka hidup rukun

berdampingan.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Tetap hidup rukun berdampingan satu sama lain tanpa membeda-bedakan

agama yang dianut.

Page 115: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Pedoman wawancara untuk ketua adat

A. Latar Belakang Informan

Nama : Gumirat Barna Alam

Umur : 49 Tahun

Agama : Sunda wiwitan

Pendidikan : SMA

Profesi : Wakil Pupuhu Adat

Tempat : Paseban Tri Panca Tunggal

Hari dan tanggal : Kamis, 04 Juli 2013

B. Berita Wawancara

1. Kepercayaan penghayat di Cigugur disebutnya Agama Djawa Sunda atau

Sunda Wiwitan? Mengapa? Perbedaanya?

Yang mengatakan Agama Djawa Sunda itu sesungguhnya pihak

kolonialisme Belanda, memang menstigma komunitas dibawah asuhan

bimbingan pangeran madrais distigmasisasi oleh kroninya ratu raja

wilhemina. Jadi bukan dari internal yang memproklamirkan agama jawa

sunda, itu dalam rangka etisi politik devide et impera, yang sesungguh ya

sunda wiwitan kemudian disebutnya agama jawa sunda untuk menciptakan

pola pikir, sunda wiwitan mendirikan agama baru.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Masyarakat di Cigugur tetap bisa berdampingan dengan rukun walaupun

berbeda agama, karena memang itu yang diajarkan oleh leluhur Sunda

Wiwitan, bisa dilihat sendiri dalam berbagai kegiatan kita saling gotong

royong dengan mengesampingkan perbedaan itu.

3. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

Jika salah satu dari warga sedang terkena musibah, masyarakat berkunjung

dan empati tidak pandang bulu mau yang muslim, mau yang protestan atau

sunda wiwitan. Kalo melayat membawa berasnya ada di baskom yang

kecil, kalo untuk kenduri baskomnya yang besar.

Page 116: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

4. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Apabila kita selamanya memprotes tentang multi kehidupan di dunia maka

bercerminlah kedalam diri, karna semuanya itu multi, begitupun anggota

tubuh kita. Kita jangan dibiasakan memprotes bineka tunggal ika, karna

kalo kita bercermin ke dalam diri kita sesungguhnya didalam diri kita juga

bhineka Tunggal Ika, bhineka tunggal ikanya ditunggalkan dengan

keberadaan Nafas. Pancasila ini gambaran adanya panca indra. Jangan

hidup di dunia kalo memprotes bhineka tunggal ika dan pancasila. Oleh

karena itu kerukunan perlu kita jaga dan kita lestarikan. Karena dengan

hidup rukun ini kita akan merasa nyaman, tentram dan bahagia.

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

Masing-masing komunitas menyadari walaupun kita tidak sepengakuan

tapi kita menciptakan sepengertian didalam kehidupan sosial masyarakat.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Setiap tahun dalam salah satu sesi acara Seren Taun pasti ada Dialog antar

umat beragama, didalam dialog tersebut dihadiri perwakilan dari tokoh

agama masing-masing, membahas masalah-masalah sosial dan keagamaan

yang terjadi di tengah masyarakat Cigugur dan berusaha untuk menemukan

solusi yang menjadi jalan tengah pada masing-masing agama

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan

bahwa semua agama itu sama?

Agama benar dalam artian semua agama pada hakikatnya mengajarkan

kebaikan dan keteraturan. Dan agama tidak sama dalam artian menjalankan

akidah dan tata cara-tata cara peribadatannya.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku,

ras atau agama?

Saya sedih, kenapa peristiwa seperti itu harus terjadi. Kenapa manusia lebih

mengutamakan egonya ketimbang menjaga keutuhan dan persatuannya.

Page 117: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku,

ras atau agama?

Tidak pernah.

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang

yang ada di Cigugur?

Jika saya amati masyarakat pendatang sangat nyaman hidup disini. Hal ini

dikarenakan kami masyarakat cigugur selalu bersikap ramah, santun,

toleran dan terbuka terhadap siapapun, asalkan dengan catatan tidak

membawa kepada lubang pertikaian yang menyebabkan konflik yang

berakibat fatal.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Semoga Tuhan YME tetap mencurahkan sinar-sinar ke Ilahian-NYA

terutama tetap menyadarkan, terutama dalam kesadaran berfikir, prilaku

dan solidaritas sosial tetap selamanya terjamin kerukunan, keharmonisan,

kalo ada oknum yang menceraiberaikan keharmonisan ini semoga

semuanya tidak bisa.

Page 118: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Gambar 1. Pembangunan rumah dibantu oleh warga sekitar

Gambar 2. Wawancara dengan Bapak Aang Taufik

Gambar 3. Wawancara dengan Bapak Kento Subarman

Page 119: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

Gambar 4. Wawancara dengan Pangeran Gumirat Barna Alam

Gambar 5. Foto dengan Keluarga Bapak Didi dan Keluarga Ibu Uum

Page 120: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan

`

KEPALA KELURAHAN CIGUGUR

UJANG SUTRISNA, S.Sos. Penata Tk. I

NIP. 19591101 198103 1 013

KASI PEMERINTAHAN

AJUDIN NIRWAN, S.IP Penata Muda

NIP. 19780604 200801 1 003

KASI KESEJAHTERAAN RAKYAT

DADI SETIADI, S.Sos Penata Muda

NIP. 19741111 200701 1 006

KASI TRANTIB

KURNADI, S.Sos. Penata Muda Tk. I

NIP. 19760817 200701 1 012

KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

D A H L A N Penata

NIP. 19590819 19803 1 006

STAF PEMERINTAHAN

1. S A H R U D I N

STAF KESRA 1. PIPIT FITRIYANTI 2. M. HASYIM 3. AGUS SURYANA

STAF PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. A N D I 2. IRWAN’S ARISWARA, SE.

STAF TRANTIB

1. DEDEN RAMDHANA, SE.

SEKRETARIS KELURAHAN CIGUGUR

TATI SUHARTI, S.AP Penata Tk. I

NIP. 19611209 198303 2 013

STAF SEKRETARIS

1. S A S T I A H 2. A R I P I N

Page 121: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 122: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 123: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 124: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 125: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 126: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 127: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 128: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan
Page 129: KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA ISLAM, KRISTEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27292/1/ANGGA... · bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan