kertas
DESCRIPTION
kertasTRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR
KERTAS INDONESIA
Oleh NUNIK HANDAYANI
A14105585
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN NUNIK HANDAYANI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan dan Strategi Pengembangan Ekspor Kertas Indonesia. Dibawah Bimbingan RINA OKTAVIANI.
Industri bubur kertas (pulp) dan kertas (paper) merupakan salah satu hasil dari sektor industri pada komoditi non migas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara. Perkembangan industri pulp dan kertas sejak tahun 1990-an cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi pulp dan kertas yang terus meningkat. Jika pada tahun 2000 produksi pulp dan kertas masing-masing sebesar 4,08 dan 6,80 juta ton, maka pada tahun 2006 meningkat masing-masing sebesar 39 persen dan 30 persen menjadi 5,6 dan 8,8 juta ton. Dalam kurun waktu yang sama ekspor produk pulp dan kertas juga mengalami peningkatan dari masing-masing 1,3 dan 4,5 juta ton menjadi 2,8 dan 6,4 juta ton.
Industri yang menjadi fokus utama pembahasan (diluar industri pulp) adalah industri kertas. Industri ini merupakan salah satu industri yang juga memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan produksi kertas Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Produksi kertas yang dihasilkan hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar internasional. Data terakhir tahun 2006 menunjukkan nilai ekspor kertas mencapai US$ 3.819.223.000. Pertumbuhan volume ekspor selama 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat dengan laju pertumbuhannya sebesar 73,2 persen per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan nilai ekspor adalah sebesar 89,4 persen per tahun.
Industri kertas Indonesia memiliki peluang untuk menguasai pasar kertas dunia yang saat ini masih dikuasai Finlandia dan negara-negara Amerika Latin seperti Brazilia dan Chili. Hal ini didukung oleh berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai faktor peluang bagi kemajuan industri ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia dan mengidentifikasi strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa data cross section tahun 2006. Metode analisis menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia. Metode kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal menggunakan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia. Hasil yang diperoleh dari analisis data kuantitatif secara deskriptif akan diformulasikan sehingga diperoleh strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia.
Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda meliputi variabel bebas dan variabel tidak bebas. Volume ekspor kertas Indonesia ke masing-masing negara tujuan adalah variabel tidak bebas. Variabel bebas meliputi GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan tuduhan dumping (dummy).
Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia, diperoleh koefisien determinasi disesuaikan R-Sq (adj) sebesar 70,4 persen. Hal ini berarti bahwa 70,4 persen perubahan volume ekspor kertas Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah dalam model, sedangkan sisanya sebesar 29,6 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.
Nilai Fhitung diperoleh sebesar 19,23. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai Ftabel, maka nilai Fhitung tersebut lebih besar nilainya dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dengan demikian, berarti pula bahwa seluruh variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
Uji-t pada hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia, diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen (signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen) terhadap volume ekspor kertas Indonesia. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dan harga kertas Indonesia di negara tujuan.
Nilai tukar mata uang berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Namun demikian, variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti nilai tukar bukan menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi importir untuk mengimpor kertas dari Indonesia.
Variabel dummy, yaitu tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia memberikan pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti bahwa dengan adanya tuduhan dumping, aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal diperoleh beberapa alternatif strategi yang menjadi pertimbangan bagi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Alternatif strategi tersebut diantaranya adalah peningkatan ekspor kertas Indonesia khususnya ke negara tujuan ekspor, peningkatan produksi bahan baku kertas, membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia, peningkatan keamanan dan hukum oleh pemerintah, kerjasama antara pemerintah dan para pengusaha untuk membentuk peraturan hukum yang lebih pasti serta pemerintah dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) membuat program promosi industri kertas Indonesia.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS
INDONESIA
Oleh :
NUNIK HANDAYANI
A14105585
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :
Nama : Nunik Handayani
NRP : A14105585
Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran
Perdagangan dan Strategi Pengembangan Ekspor
Kertas Indonesia
dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 131 846 872
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 09 Januari 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSOR KERTAS
INDONESIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 November 1983 sebagai
anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rasyim dan Ibu Mimin Sumini.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Sepatan II Bekasi pada
tahun 1995. pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan pada tahun
1998 pada SLTP Negeri 2 Bekasi. Selanjutnya pendidikan menengah atas
diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMU Negeri 3 Bekasi. Pada tahun yang
sama penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan selesai pada
tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan studi alih jenjang Sarjana dan
diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN
PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS
INDONESIA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Faktor-faktor yang akan dianalisis dalam skripsi ini meliputi variabel-
variabel yang mempengaruhi aliran perdagangan ekspor kertas Indonesia, yaitu
volume ekspor kertas Indonesia, pendapatan per kapita negara tujuan, populasi
negara tujuan, harga ekspor kertas Indonesia di negara tujuan, jarak antara
negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, nilai tukar negara tujuan
terhadap Dollar Amerika serta variabel dummy. Dengan demikian, akan diperoleh
suatu strategi yang dapat mengembangkan ekspor kertas Indonesia.
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat menjadi referensi dan informasi
bagi semua pihak dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang
berhubungan dengan ekspor pada umumnya dan ekspor kertas pada khususnya.
Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan penulis dan
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun dengan
segala keterbatasan yang ada diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya sehingga memberikan kekuatan dan kemudahan serta
kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, (Papah dan Mamah) yang tak henti-hentinya
memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan doa, materi dan
semangat yang tiada henti untuk keberhasilan penulis.
2. Rina Oktaviani, Ph.D yang telah memberikan arahan, saran dan
bimbingan mulai awal proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen penguji utama dan evaluator
yang telah memberikan masukan, saran dan kritiknya kepada penulis
untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Dra. Yusalina, MS, sebagai dosen perwakilan komisi pendidikan atas
masukan, saran dan kritiknya untuk penulisan yang lebih baik.
5. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf sekretariat Ekstensi MAB yang
telah membantu kelancaran penulis mulai dari kuliah sampai pada
penulisan skripsi ini.
6. Kakak dan Adikku atas semua dukungan doa dan semangat yang
diberikan selama ini.
7. Hebiy atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungannya selama ini.
8. Erwin Fachry teman seperjuangan sekaligus pembahas seminar, terima
kasih atas kebersamaannya.
9. Nita Rwin atas dukungan dan kebersamaannya.
10. Diah Ayu Retno Arimbi atas dukungan, semangat dan kebersamaannya.
11. Angra Irena. B, SP atas dukungan dan terima kasih bantuannya.
12. Ana Khairani, Rina Tonis dan Maulinda Dini Firmani atas doa, semangat
dan persahabatan yang tiada pernah berakhir.
13. Adikku Rany Ndoot dan Kamal atas doa dan semangatnya.
14. Sahabat-sahabatku Gholex, Giet Luthu n Thuthunya, Ndy, Nina Bunda,
Ecko, Yudi, Chacha, Santi, Reni, Nusrat, Nenk, Thia, Rena atas doa dan
kebersamaannya.
15. Bambang Irawan, SP atas doa, dukungan dan semangatnya.
16. Keluarga Besar TM 7 atas doa, semangat dan dukungannya.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kertas ............................................................................ 9
2.2 Sejarah Industri Kertas .............................................................. 10
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................... 12
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 16
3.1.1 Teori Perdagangan Internasional ....................................... 16
3.1.2 Teori Aliran Perdagangan Komoditi.................................... 19
3.1.3 Teori Analisis Regresi Berganda........................................ 22
3.1.4 Teori Lingkungan Organisasi.............................................. 23
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 24
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 28
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ....................................... 29
4.3 Analisis Data ............................................................................... 29
4.4 Perumusan Model ....................................................................... 30
4.5 Definisi Operasional .................................................................... 31
4.6 Pengujian Hipotesis..................................................................... 32
4.6.1 Uji t ..................................................................................... 32
4.6.2 Uji F .................................................................................... 33
4.6.3 Koefisien Determinasi......................................................... 34
4.7 Pengujian Asumsi........................................................................ 35
4.7.1 Uji Normalitas ..................................................................... 35
4.7.2 Uji Homoskedastisitas ........................................................ 35
4.7.3 Uji Multikolinieritas.............................................................. 35
4.8 Matriks SWOT ............................................................................. 36
BAB V. ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN KERTAS INDONESIA
5.1 Karakteristik Negara-Negara Tujuan Ekspor Kertas Indonesia... 38
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas
Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor ........................................... 47
5.2.1 Pengujian Asumsi............................................................... 47
5.2.2 Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia
ke Negara-Negara Tujuan Ekspor...................................... 49
BAB VI. STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA 6.1 Analisis Lingkungan Internal....................................................... 57
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal.................................................... 59
6.3 Matriks SWOT ............................................................................ 64
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan................................................................................. 71
7.2 Saran.......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN ................................................................................................... 76
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia Menurut Sektor Industri Tahun 2002-2006 (Juta US$) ............................................................. 1
2. Produksi dan Konsumsi Kertas Indonesia Tahun 1997-2006
(Ton) ................................................................................................... 3
3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 ............................................................................... 4
4. Matriks SWOT .................................................................................... 37
5. 10 Negara Terbesar Ekspor Kertas Indonesia Tahun 2005-
2006.................................................................................................... 38
6. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke China Tahun 1997-2006 .................................... 39
7. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor
Kertas Indonesia ke Korea Selatan Tahun 1997-2006....................... 41
8. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Jepang Tahun 1997-2006.................................. 43
9. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor
Kertas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006 ............................... 45
10. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1997-2006 .................... 46
11. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Aliran Perdagangan Kertas Indonesia Tahun 2006............................ 50
12. Harga Kertas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan, Tahun 2006.................................................................................................... 54
13. Hasil Analisis Matriks SWOT.............................................................. 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kurva Perdagangan Internasional .................................................. 18
2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional........................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2005 ......... 76 2. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 ......... 79
3. Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara
Tujuan yang Digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan, Tahun 2006................................................................. 82
4. Data Nominal yang Digunakan dalam Pendugaan Model
Aliran Perdagangan............................................................................ 83
5. Analisis Regresi Gravity Model dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)............................................................................ 84
6. Analisis Pengujian Asumsi Normalitas dan Homoskedastisitas
Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ................................................ 85
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri bubur kertas (pulp) dan kertas (paper) merupakan salah satu
hasil dari sektor industri pada komoditi non migas yang memiliki peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap devisa negara, diantara 10 industri yang diandalkan sebagai
komoditi ekspor (Tabel 1). Beberapa alasan utama yang menjadi dasar
pentingnya sumbangan ini adalah produk pulp dan kertas harganya banyak
ditentukan dalam nilai dollar, komponen bahan baku impor yang digunakan
dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen dan produk pulp dan
kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk pasar luar negeri sehingga dalam
masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, industri ini masih dapat diandalkan
dalam membantu penerimaaan devisa negara1.
Tabel 1. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia menurut Sektor Industri Tahun 2002-2006 (juta US$)
Sektor Industri 2002 2003 2004 2005 2006 Tekstil 6.889,6 7.052,2 7.647,4 8.604,1 9.446,3 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
3.247,0 3.760,0 4.581,8 5.949,7 7.712,7
Elektronika 6.689,4 6.109,5 7.142,5 7.853,0 7.200,2 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
2.910,4 3.247,5 4.840,3 5.419,2 6.407,3
Pengolahan Karet 1.560,8 2.089,7 2.954,1 3.545,8 5.465,2 Pengolahan Kayu 4.432,6 4.318,4 4.461,6 4.476,3 4.757,6 Pengolahan Tembaga, Timah dll
728,4 1.187,1 2.165,1 3.133,5 4.134,0
Pulp dan Kertas 2.804,4 2.798,5 2.817,6 3.257,5 3.983,3 Kimia Dasar 1.784,9 2.049,7 2.640,1 2.750,2 3.521,4 Kulit, Barang dari Kulit dan Sepatu
1.418,6 4.381,4 1.553,0 1.683,7 1.913,2
Sumber : Departemen Perindustrian, 2007
1 www.bppt.go.id. [26 Juni 2007]
Perkembangan industri pulp dan kertas sejak tahun 1990-an cukup pesat.
Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi pulp dan kertas yang terus
meningkat. Jika pada tahun 2000 produksi pulp dan kertas masing-masing
sebesar 4,08 dan 6,80 juta ton, maka pada tahun 2006 meningkat masing-
masing sebesar 39 persen dan 30 persen menjadi 5,6 dan 8,8 juta ton. Dalam
kurun waktu yang sama ekspor produk pulp dan kertas juga mengalami
peningkatan dari masing-masing 1,3 dan 4,5 juta ton menjadi 2,8 dan 6,4 juta
ton2.
Industri pulp dan kertas memiliki ketersediaan bahan baku melalui Hutan
Tanaman Industri (HTI) yang cukup besar dan berkualitas. Berdasarkan data
Departemen Kehutanan (2005) total luas hutan di Indonesia mencapai 120,4 juta
ha yang terbagi atas hutan produksi sebesar 66,3 juta ha, hutan konservasi
sebesar 20,5 juta hektar dan hutan lindung sebesar 33,6 juta ha. Hutan yang
telah termanfaatkan untuk industri pulp dan kertas adalah sebesar 4,4 juta ha.
Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa serta iklim tropis yang
menjadikan waktu tebang lebih singkat, menguntungkan bagi pemilik Hutan
Tanaman Industri (HTI) Indonesia dibandingkan negara Skandinavia yang
merupakan kawasan terbesar dalam produksi pulp dan kertas. Selain itu biaya
produksi pulp dan kertas Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara
lainnya3.
Menurut Direktur Jenderal Bina Produksi Departemen Kehutanan Hadi
Susilo Pasaribu (2007) industri ini tidak akan kekurangan bahan baku. Hal ini
2 www.e-bursa.com [26 Juni 2007] 3 Indonesia Berpeluang Meningkatkan Ekspor Bubur Kertas dan Kertas, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007]
didukung oleh semakin diperluasnya areal Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai
pasokan bahan baku tetap pulp dan kertas4.
Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 (Ton)
Tahun Produksi Konsumsi 1997 4.821.600 3.282.6001998 5.487.260 2.783.4301999 6.720.560 3.913.5602000 6.849.000 4.224.4202001 6.951.240 4.805.9452002 7.212.970 5.015.9352003 7.267.880 5.314.3802004 7.679.820 5.410.1502005 8.207.620 5.514.1002006 8.862.280 5.611.840
Laju Pertumbuhan (% per tahun) 17,4 17,5Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2007 (diolah)
Industri yang menjadi fokus utama pembahasan (diluar industri pulp)
adalah industri kertas. Industri ini merupakan salah satu industri yang juga
memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Tabel 2
diketahui bahwa perkembangan produksi dan konsumsi kertas Indonesia
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan produksi kertas adalah
sebesar 17,4 persen per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi kertas sebesar 17,5
persen per tahun. Meskipun kenaikan produksi kertas Indonesia setiap tahunnya
tidak secara signifikan, yaitu sebesar 1,9 persen, namun industri kertas memiliki
kemampuan bersaing lebih tinggi dibandingkan dengan industri pulp. Hal ini
dapat dilihat pada perkembangan perusahaan yang bergerak di industri kertas
yang terus bertambah dan umumnya mengarah pada pasar internasional.
Jumlah perusahaan kertas di Indonesia pada tahun 1989 adalah sebannyak 25
perusahaan yang kemudian berkembang menjadi 71 perusahaan pada tahun
2006 (APKI, 2007).
4 Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Indonesia Naik, www. tempointeraktif.com [26 Juni 2007]
Data terakhir tahun 2006 (Tabel 3) menunjukkan nilai ekspor kertas
mencapai US$ 3.819.223.000. Tabel 3 pula menunjukkan pertumbuhan volume
ekspor kertas selama 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat dengan laju
pertumbuhannya sebesar 73,2 persen per tahun, sedangkan laju pertumbuhan
nilai ekspornya adalah sebesar 89,4 persen per tahun. Pada tahun 2000-2001
terjadi penurunan nilai ekspor kertas dengan laju sebesar -17,34 persen. Hal ini
disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika,
akibatnya para pengusaha banyak mengalami kerugian.
Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Tahun 1997-2006
Tahun Volume (ton) Nilai (000 US $) 1997 2.697.629 1.335.5401998 4.248.361 2.050.3411999 4.691.918 2.314.7932000 4.556.744 2.841.6922001 4.728.731 2.421.7442002 5.503.817 2.662.5802003 5.303.674 2.661.3472004 4.623.194 2.649.0452005 5.582.445 3.084.1842006 6.472.808 3.819.223
Laju Pertumbuhan (% per tahun) 73,2 89,4Sumber : BPS, 2007 (diolah)
Produksi kertas hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar internasional.
Besarnya peran ekspor kertas bukan hanya pada saat kondisi perekonomian
stabil, namun pada saat perekonomian sulit pun ekspor kertas ini cukup
menguntungkan. Oleh karena itu, ditengah terjadinya fluktuatif nilai rupiah,
industri ini masih dapat diandalkan sebagai penerimaan devisa negara.
Industri kertas terkonsentrasi di pulau Jawa, Riau dan Kalimantan.
Beberapa perusahaan kertas terbesar di Indonesia umumnya beroperasi di
daerah tersebut karena dekat dengan sumber bahan baku. Perusahaan-
perusahaan tersebut mengalokasikan produksinya untuk ekspor lebih dari 60
persen. Tujuan ekspor ke berbagai negara di dunia seperti China, Jepang,
Korea, Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah, Afrika serta beberapa negara di
Eropa. Proporsi ekspor tersebut terbagi atas 50 persen ke wilayah Asia, 14
persen ke Timur Tengah dan Afrika, 12 persen ke Amerika dan sisanya terbagi
ke berbagai wilayah di Eropa5.
Pasar ekspor kertas sebagian besar ke negara Asia disebabkan karena
negara-negara Asia seperti China, Jepang dan Korea Selatan kurangnya areal
hutan yang berpotensi dalam memproduksi kertas. Hal ini menjadikan peluang
bagi Indonesia untuk menguasai pasar Asia tersebut. Sedangkan diluar negara
Asia, meskipun penguasaan pasarnya relatif lebih kecil, namun peluang ekspor
kertas Indonesia masih terbuka lebar6.
1.2 Perumusan Masalah
Industri kertas Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa
ekspor kertas di dunia yang saat ini masih didominasi Finlandia dan negara-
negara Amerika Latin seperti Brazilia dan Chili. Hal ini didukung oleh berbagai
faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai faktor peluang bagi
kemajuan industri ini. Indonesia memiliki ketersediaan bahan baku dengan
kualitas baik. Ketersedian bahan baku yang berupa pohon kayu akasia di
Indonesia memiliki masa panen yang pendek, yaitu antara lima hingga tujuh
tahun dan berkualitas bagus dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika
Latin yang hanya dapat dipanen setelah 30 tahun.
Selain itu industri ini ditunjang pula dengan biaya produksi yang relatif
rendah serta penggunaan teknologi yang lebih efisien. Dengan demikian,
Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar kertas dunia, sehingga
5 Sinarmas Tingkatkan Ekspor ke Timur Tengah dan Amerika, www.republika.co.id [26 Juni 2007] 6 www.e-bursa.com [26 Juni 2007]
industri sejenis di negara seperti Amerika dan Eropa terdesak dengan
keberadaan industri kertas Indonesia. Namun disisi lain, Indonesia mendapat
tuduhan dari LSM luar negeri mengenai pelanggaran lingkungan hidup terhadap
produk kertas Indonesia yang diekspor7.
Selain pelanggaran lingkungan hidup, Indonesia dikenakan tuduhan
pelaksanaan dumping, yakni menjual harga produk lebih rendah minimun dua
persen dibandingkan harga di pasar domestik eksportir. Tuduhan dumping
dikenakan pada produk kertas Indonesia yang di ekspor. Tuduhan ini dibuat
dengan alasan bahwa industri ini menerima subsidi atas bahan baku (kayu) yang
digunakan dalam proses produksinya akibat adanya larangan ekspor kayu
gelondongan yang menyebabkan harga kertas dari Indonesia menjadi lebih
murah8. Tuduhan dumping ini sangat merugikan citra Indonesia di pasar
internasional, ditengah perekonomian Indonesia sedang tumbuh.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor kertas Indonesia adalah adanya
persaingan pasar yang kuat. Persaingan tersebut terjadi dengan negara-negara
Eropa dan Amerika yang memiliki pangsa pasar lebih besar dibandingkan
industri kertas Indonesia. Meskipun Indonesia hanya menguasai sekitar 2,2
persen pangsa pasar kertas di dunia, namun Indonesia memiliki peluang untuk
meningkatkan ekspornya. Peluang tersebut didukung oleh tutupnya industri pulp
maupun industri kertas di beberapa negara pesaing sejak beberapa tahun
terakhir akibat kekurangan bahan baku9.
Selain itu permintaan kertas ditentukan pula oleh perkembangan
perekonomian baik di dalam negeri negara pengimpor maupun di dalam negeri
pengekspor. Perkembangan tersebut seperti perubahan nilai tukar mata uang
7 Indonesia Berpotensi Kuasai Pasar Kertas Dunia, www.republika.co.id [26 Juni 2007] 8 Tuduhan Amerika Serikat Soal Dumping Meluas ke Subsidi, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007] 9 Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Naik, www.tempointeraktif.com [26 Juni 2007]
antara negara pengekspor dan pengimpor, serta perubahan nilai tukar Dollar
Amerika terhadap mata uang negara pengekspor dan pengimpor lainnya.
Perbedaan nilai tukar mata uang antar negara akan mempengaruhi aliran
perdagangan di pasar internasional.
Pasar ekspor kertas Indonesia ditujukan ke berbagai negara Asia,
Amerika, Australia, Afrika, Timur Tengah serta beberapa negara di Eropa.
Negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia memiliki lokasi dan karakteristik
yang berbeda-beda, baik dari kondisi perekonomian, jarak antar negara dan
harga kertas di negara tujuan. Kondisi perekonomian negara tujuan ekspor dapat
dilihat melalui tiga faktor ekonominya, yaitu pendapatan per kapita, populasi dan
nilai tukar. Faktor-faktor yang berbeda pada negara tujuan tersebut berlaku
sebagai faktor penarik (gravity) terjadinya aliran perdagangan kertas dari
Indonesia sebagai negara pengekspor ke negara tujuan ekspor.
Analisis aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan
penting dilakukan agar ekspor kertas tetap eksis di pasar internasional. Analisis
tersebut didasarkan pada karakteristik negara tujuan ekspor, sehingga
diharapkan dapat diperoleh suatu strategi untuk mengembangkan ekspor kertas
Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan pokok untuk dikaji lebih lanjut sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas
Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor ?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ekspor kertas
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas
Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
2. Mengidentifikasi strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan.
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi bagi Pemerintah.
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses belajar dalam mengamati,
mengumpulkan dan menganalisis data bagi penulis.
3. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat dan rujukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kertas
Kertas telah menjadi kebutuhan, dimana hampir semua aktivitas
kehidupan menggunakan kertas. Kertas antara lain digunakan sebagai media
untuk menulis, mencetak dan sebagai pembersih seperti tissue. Kertas (paper)
dalam bahasa Inggris diambil dari penulisan Mesir kuno yang dikenal sebagai
papyrus. Papyrus dihasilkan pada 3000 tahun SM di Mesir yang dibuat dari kulit
biri-biri atau kulit anak kambing. Hal ini dikarenakan bahan baku yang diperoleh
lebih mudah dibandingkan dari bahan baku tumbuh-tumbuhan yang memerlukan
cuaca subtropika agar dapat tumbuh subur (Wikipedia, 2005).
Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi
serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa.
Peradaban Mesir Kuno menyumbang papyrus sebagai media tulis menulis.
Papyrus ini digunakan pada masa bangsa Fir’aun yang kemudian menyebar ke
seluruh Timur Tengah hingga Romawi di Laut Tengah serta ke seluruh Eropa,
meskipun papyrus dirasakan masih sangat mahal. Kata papyrus (papyrus)
kemudian dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa
Belanda, Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol
(Wikipedia, 2005).
Dalam peradaban Cina, Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu
yang mudah diperoleh di seluruh daerah di Cina pada tahun 101 Masehi.
Penemuan ini akhirnya berkembang ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya
bangsa-bangsa Cina ke timur meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas
merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya teknik pembuatan kertas
tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama
setelah kalahnya pasukan dinasti Tang. Dalam perang tersebut para tawanan-
tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab
sehingga muncullah pusat-pusat industri kertas di Baghdad maupun Samarkand
dan kota-kota industri lainnya. Industri-industri tersebut menyebar pula ke Italia,
India serta Eropa (Wikipedia, 2005).
2.2 Sejarah Industri Kertas
Industri kertas mulai didirikan pada tahun 1928 yaitu pada zaman hindia
Belanda dengan nama NV. Padalarangsche Papier Fabriek yang merupakan
anak dari perusahaan NV. Papier Fabriek Nijmegens di Belanda. Tujuan
pendirian pabrik tersebut adalah menghasilkan berbagai jenis kertas untuk
keperluan kantor sebagai substitusi impor kertas dari Belanda yang mengalami
hambatan pengiriman karena adanya Perang Dunia I.
Pada tahun 1970-an industri kertas mulai berkembang, terutama setelah
dikeluarkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada
tahun 1967 dan Undang-Undang tentang Penanaman Modal dalam negeri
(PMDN) pada tahun 1968. Adanya kedua Undang-Undang tersebut, telah
memicu berkembangnya pabrik kertas baik yang berstatus PMA maupun PMDN.
Berdasarkan APKI (2007), jumlah perusahaan pulp dan kertas Indonesia
terus berkembang. Mulai dari 40 perusahaan pada tahun 1989 yang terbagi atas
15 perusahaan sebagai perusahaan integrated (pabrik menghasilkan pulp dan
kertas) dan 25 perusahaan sebagai perusahaan non-integrated (pabrik yang
hanya menghasilkan pulp saja atau kertas saja) menjadi 84 perusahaan dengan
10 perusahaan integrated dan 74 perusahaan non-integrated. Dari 74
perusahaan non-intergrated, 71 perusahaan indutri kertas yang berkembang di
Indonesia. Industri kertas yang ada di Indonesia ini umumnya lebih mengarah
pada pasar internasional dimana Indonesia telah melakukan ekspor kertas sejak
tahun 1980-an. Beberapa perusahaan yang bergerak di industri kertas yang
berkembang di Indonesia saat ini, diantaranya :
1. PT Adiprima Suraprinta
Status/ Awal Produksi : Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1997 Lokasi : Kantor Pusat : Gd. Graha Pena, Surabaya Kapasitas Produksi : Kertas : 150.000 ton/ tahun Jenis Produk Kertas : - Newsprint paper
- Telephone directory paper - Ground wood paper
2. PT Asia Paper Mills
Status/ Awal Produksi : Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 2007 Lokasi : Kantor Pusat : Jatiuwung, Tangerang Kapasitas Produksi : Kertas : 157.500 ton/ tahun Jenis Produk Kertas : - Newsprint paper
- Uncoated writing printing paper - Uncoeted ground wood paper - Telephone directory paper
3. PT Aspex Kumbong
Status/ Awal Produksi : Kepemilikan Modal Asing (PMA)/ 1985 Lokasi : Kantor Pusat : Wisma Korindo, Jakarta Kapasitas Produksi : Kertas : 430.000 ton/ tahun Jenis Produk Kertas : - Newsprint paper
- Uncoated writing printing paper - Uncoeted ground wood paper - Telephone directory paper
4. PT Kertas Basuki Rachmat
Status/ Awal Produksi : Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1969 Lokasi : Kantor Pusat : Banyuwangi, Jawa Tengah Kapasitas Produksi : Kertas : 13.700 ton/ tahun Jenis Produk Kertas : - Uncoated writing printing paper
5. PT Fajar Surya Wisesa Tbk
Status/ Awal Produksi : Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1978 Lokasi : Kantor Pusat : Jakarta Kapasitas Produksi : Kertas : 700.000 ton/ tahun Jenis Produk Kertas : - Coated duplex board
- Corrugating medium - Kraft liner - Sack kraft paper
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pulp dan
kertas dilakukan oleh Asih (2005) dengan judul penelitiannya adalah analisis
ekonomi perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan
ekspor pulp dan kertas Indonesia dibeberapa negara utama dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor pulp dan kertas di pasar
dunia.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series dengan
metode analisis model persamaan simultan Two Stage Least Square (2SLS).
Hasil pembahasan pada penelitian diperoleh bahwa ekspor pulp dan kertas
terkonsentrasi di negara China, Korea Selatan dan Jepang sehingga
perkembangan ekspor pulp dan kertas sangat bergantung pada perkembangan
ekonomi ketiga tersebut. Agar dapat mempertahankan peningkatan ekspor pulp
dan kertas Indonesia, disarankan agar produsen pulp dan kertas Indonesia
memperhatikan pemasaran pulp dan kertas ke negara China, Korea Selatan dan
Jepang karena ketiga negara tersebut memiliki prospek yang baik.
Hasil penelitian mengenai pulp dan kertas juga telah dilakukan
sebelumnya oleh Ningrum (2006) dengan judul penelitian analisis permintaan
ekspor pulp dan kertas Indonesia. Analisis tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Dari model diperoleh hasil bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas
Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor pulp
dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara yaitu Jepang, China dan
Korea Selatan. Nilai ekspor pulp dan kertas Indonesia ke China lebih tinggi
dibandingkan pada ekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Variabel yang memiliki
pengaruh paling besar dari permintaan ekspor pulp adalah variabel produksi
pulp. Pada ekspor kertas, variabel yang paling responsif terhadap ekpor kertas
adalah variabel produksi kertas. Jika industri pulp dan kertas Indonesia dapat
meningkatkan produksinya, maka ekspor pulp dan kertas Indonesia akan
semakin meningkat dan dapat memperluas pemasaran produknya dan
menjangkau negara-negara yang memiliki peluang besar sebagai pasar untuk
produk pulp dan kertas Indonesia.
Penelitian dengan menggunakan model regresi berganda dengan
persamaan tunggal dengan metode gravity model dilakukan oleh Yunita (2006)
yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
perdagangan biji kakao Indonesia. Dat yang digunakan adalah data cross
section. Variabel-variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP per kapita
negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan
negara tujuan, harga produk ekspor di negara tujuan, nilai tukar dan kualitas
produk (dummy).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-
variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dengan
kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume
ekspor biji kakao Indonesia ke negara-negara tujuan. Variabel-variabel yang
berpengaruh besar terhadap aliran perdagangan biji kakao Indonesia adalah
populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan,
nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dolar Amerika dan kualitas biji
kakao Indonesia. Sedangkan untuk GDP per kapita negara tujuan tidak menjadi
faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi negara importir untuk mengimpor
biji kakao Indonesia.
Penelitian Sunenti (2005) tentang anlisis aliran perdagangan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor meubel rotan di Indonesia. Hasil yang
diperoleh adalah bahwa pendapata per kapita, jumlah penduduk dan nilai tukar
terhadap dolar Amerika memberikan nilai yang positif. Sedangkan jarak, harga
dan biaya transportasi berpengaruh negatif. Dari keenam variabel, hanya tiga
variabel yang nyata pada taraf lima persen yaitu pendapatan per kapita, populasi
dan biaya transportasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Trisdawanto (2004) mengenai analisis
strategi pemasaran mebel kayu pada CV Permata 7 di Kabupaten Wonogiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor internal dan
eksternal lingkungan pemasaran CV Permata 7 dan merumuskan strategi
pemasaran yang tepat dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi
pasar.
Alat analisis yang digunakan adalah matrik IFE dan EFE, SWOT dan
QSPM. Dari hasil analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi.
Alternatif strategi yang dimasukkan dalam analisis QSPM adalah strategi
penetrasi pasar dengan cara mempertahankan dan meningkatkan hubungan
dengan distributor melalui peningkatan pelayanan serta mencari pemasok
alternatif yang dapat memberikan bahan baku dengan mutu yang sama dengan
harga yang relatif lebih murah.
Analisis dengan menggunakan matrik IFE dan EFE, SWOT dan QSPM
juga dilakukan oleh Kemala (2002) dengan judul penelitian analisis strategi
pemasaran produk kayu olahan PT Inhutani II. Berdasarkan hasil analisis melalui
matriks SWOT diperoleh beberapa strategi yaitu adanya diversifikasi produk,
perluasan pemasaran, penggunaan teknologi serta mempererat kerjasama yang
baik dengan pemasok.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan
karena model aliran perdagangan dengan menggunakan gravity model untuk
produk kertas belum pernah dilakukan. Pada model ini variabel yang digunakan
lebih bervariasi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian aliran perdagangan dengan menggunakan gravity model yang telah
dilakukan adalah pada komoditi yang ditelitinya. Selain itu, penelitian ini juga
merumuskan hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan statistik, sehingga
diharapkan dapat diperoleh suatu alternatif strategi yang baik. Dengan demikian,
hasilnya dapat menjelaskan kondisi ekspor kertas di negara tujuan dan strategi
pengembangan ekspor kertas secara lebih jelas.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan dapat terjadi antar daerah, antar pulau maupun antar
perorangan di dalam suatu negara maupun antar negara yang disebut
perdagangan internasional. Salah satu perwujudan antar daerah yang dapat
berwujud barang, uang maupun jasa. Beberapa pendekatan untuk melihat atau
menilai hubungan antar daerah, yaitu pendekatan analisis kependudukan,
analisis ekonomi, analisis masukan keluaran dan program linear (Limbong dan
Sitorus, 1987).
Pada dasarnya faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keunggulan
kompetitif dalam memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar
penerimaan komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam
penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori
perdagangan internasional mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan
tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan
pengaruh adanya hambatan-hambatan perdagangan serta hal-hal yang
menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997).
Teori perdagangan internasional menjelaskan arah serta komposisi
perdagangan antar beberapa negara, serta bagaimana efeknya terhadap struktur
perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional juga menunjukkan
adanya profit yang timbul akibat adanya perdagangan internasional. Menurut
Gonarsyah (1987) ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan memperluas
pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi kegiatan
pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara, adanya
perbedaan biaya relatif serta tidak semua negara menyediakan kebutuhan
masyarakatnya.
Kegiatan perdagangan internasional (ekspor-impor), suatu negara akan
cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi dalam negerinya
relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri dan
dapat bersaing di pasar internasional (keumggulan komperatif). Namun
sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi
dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama
diluar negeri. Beberapa faktor pendukung suatu negara dapat bersaing di pasar
internasional adalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam, teknologi serta
sosial budaya dimana faktor-faktor ini sebagai penentu harga dan mutu barang
dan jasa yang dihasilkan.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa tanpa adanya perdagangan internasional,
negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga
relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan negara 2 akan berproduksi dan
berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah ada hubungan
dagang antara negara 1 dan negara 2, harga relatif komoditi X akan berkisar
antara P1 dan P3, jika harga yang berlaku diatas P1 maka negara 1 akan
memasok komoditi lebih banyak dari tingkat permintaan domestik. Kelebihan
produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2, sedangkan di pihak negara 2
menghadapi harga di bawah P3 akan mengalami peningkatan permintaan
sehingga tingkatnya lebih tinggi dari produksi domestiknya serta kekurangan
akan diimpor dari negara 1.
Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997
Pada harga relatif P2 kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara
2 (B’E’) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan negara 1
(BE). Hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan S setelah
komoditi X diperdagangkan antara kedua negara. Dengan demikian P2 adalah
harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional
berlangsung. Apabila Px/PY lebih besar dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X
yang ditawarkan akan melebihi tingkat permintaan impor sehingga lambat laun
harga relatif komoditi X tersebut (Px/PY) akan mengalami penurunan sehingga
pada akhirnya akan sama dengan P2.
Adanya biaya transportasi maka penawaran ekspor komoditi X akan
berkurang sehingga kurva S menjadi St dengan tingkat harga relatif ekuilibrium
berada diatas P2, yaitu P4 dengan pengurangan jumlah impor komoditi negara 2
dari titik X1 ke X2.
Px/Py Px/Py Px/Py
X X
B E
A D
S
E*
A’
Dx
E’ B’
Sx
P3
0 0
Pasar di negara 1 Hubungan perdagangan Pasar di negara 2 untuk komoditi X internasional dalam untuk komoditi X komoditi X dengan adanya biaya transportasi
Sx
Dx
X1 X2
St
P4 B*
Et Bt
X
P2
P1
0
3.1.2 Teori Aliran Perdagangan Komoditi
Aliran perdagangan kertas pada penelitian ini dijelaskan dengan
menggunakan gravity model. Model ini digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Pertama
kali gravity model digunakan dalam analisis perdagangan internasional oleh
Tinberger (1962) dan Ponyohen (1963) untuk menganalisis aliran perdagangan
antara negara-negara Eropa. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke
negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP),
populasi masing-masing negara, jarak antar negara.
Gravity model menyajikan suatu analisa yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibandingkan model yang lebih teoritis. Model ini pada bentuk
dasarnya, menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan
interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya, seperti GDP dan populasi.
Alasan yang melatarbelakangi penggunaan gravity model adalah bahwa negara
yang lebih besar dan kaya banyak melakukan perdagangan luar negeri
dibandingkan dengan negara yang lebih kecil dan miskin.
Menurut Bergstand dalam Oktaviani (2000) dalam Turnip (2002)
menerapkan persamaan gravity model dari keseimbangan model perdagangan
dunia. Variabel gravity yang digunakan dalam persamaannya meliputi jarak,
harga dan nilai tukar. Pada kondisi dimana permintaan dan penawaran berada di
posisi ekuilibrium menurut Koo, Karemera, dan Taylor dalam Oktaviani (2000)
dalam Turnip (2002), bahwa komponen variabel yang terkandung dalam gravity
model adalah faktor ekonomi yang mempengaruhi aliran perdagangan di negara
tujuan dan hasil-hasil alam yang meningkatkan ataupun mempertahankan aliran
perdagangan. Persamaan gravity model diperoleh adalah sebagai berikut :
Xij = a0 Yia1 Yj
a2 Cija3 Tij
a4 Pia5 Pj
a6 Eija7 eij
Keterangan :
Xij = Volume komoditi dari negara i ke negara j Yi(Yj) = Pendapatan di negara i (j) Cij = Biaya transportasi (cif/fob) antara negara i dan negara j Tij = Faktor lain yang mempengaruhi perdagangan antar negara Pi(Pj) = Harga komoditas pada negara eksportir dan negara importir Eij = Nilai tukar mata uang asing antar negara i dengan negara j eij = Random Error
Menurut Oktaviani (2000) dalam Turnip (2002), dalam makalahnya yang
berjudul The Indonesian Import Demand and Trade of Cotton (Permintaan Impor
dan Aliran Perdagangan Kapas ke Indonesia), variabel yang mempengaruhinya
adalah pendapatan per kapita (Yj), jarak antar negara pengekspor dengan
Indonesia (Dij), harga FOB kapas di negara eksportir (Pj), jumlah penduduk (Nj),
dan nilai tukar mata uang asing (Ej). Dengan demikian, persamaan aliran
perdagangannya adalah :
Xij = f(Yj, Dij, Pj, Nj, Ej)
Berdasarkan hasil tinjauan studi terdahulu dari beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan, maka variabel-variabel yang akan digunakan
dalam model aliran perdagangan kertas Indonesia adalah GDP per kapita negara
tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara
tujuan ekspor, harga kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang
negara tujuan terhadap Dollar Amerika Serikat dan tuduhan dumping terhadap
produk kertas Indonesia (dummy).
1. Gross Domestic Product (GDP)
Variabel pendapatan yang digunakan untuk mewakili perdagangan kertas
Indonesia adalah Gross Domestic Bruto (GDP). GDP mengukur pendapatan
setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang
dan jasa perekonomian (Mankiw, 2000). GDP yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah sebagai asumsi dari GDP tingkat kebutuhan kertas untuk
bidang pendidikan dan jurnalistik di negara tujuan ekspor, sehingga lebih spesifik
berdasarkan jenis kebutuhan.
2. Populasi
Populasi suatu negara yang terus bertambah berpengaruh pada ekspor
suatu komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi permintaan,
berdampak pada bertambah besarnya permintaan domestik. Pada sisi
penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja untuk melakukan produksi
komoditi ekspor (Salvatore, 1997). Populasi pada pembahasan ini adalah
sebagai asumsi dari pertambahan jumlah penduduk akan kebutuhan kertas
seperti pada bidang pendidikan dan jurnalistik. Semakin meningkatnya
kebutuhan akan kertas di bidang tersebut disebabkan peningkatan dari jumlah
penduduk yang membutuhkan dan menggunakannya10.
3. Jarak antara Indonesia dengan Negara Tujuan
Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh
suatu negara dalam melakukan ekspor (Salvatore, 1997). Jarak dapat
meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa internasional.
4. Harga
Teori ekonomi menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas
yang akan diminta berhubungan secara negatif, cateris paribus (Lipsey, 1995).
Hal ini berarti jika harga suatu komoditi semakin rendah, maka jumlah yang akan
diminta akan semakin besar. Semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah
komoditi yang akan diminta, karena konsumen akan beralih membeli barang
yang harganya lebih murah.
5. Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Kurs antara dua
10 Pers, Idealisme dan Harga Kertas, www.hamline.edu [14 Januari 2008]
negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk
saling melakukan perdagangan. Kurs terbagi menjadi dua, yaitu kurs riil dan kurs
nominal. Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.
Sedangkan kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara
(Mankiw, 2000). Peningkatan atau penurunan nilai mata uang (kurs) domestik
terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor yang
diperdagangkan.
6. Variabel Dummy
Variabel dummy digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel
bebas kualitatif dengan variabel terikat (Hanke et al., 2003). Variabel dummy
yang digunakan dalam persamaan aliran perdagangan kertas ini adalah adanya
tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia yang diekspor. Dimana D=0 adalah
sebelum adanya tuduhan dumping dan D=1 adalah setelah adanya tuduhan
dumping.
3.1.3 Teori Analisis Regresi Berganda
Hubungan kedua variabel kadangkala memungkinkan seseorang
memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel
bebas. Namun, situasi peramalan di kehidupan nyata tidaklah begitu
sederhananya. Biasanya diperlukan lebih dari satu variabel bebas untuk
memprediksi variabel tidak bebas secara akurat. Model regresi yang terdiri lebih
dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda. Model statistik regresi
berganda dirumuskan sebagai berikut :
Yt = β0 + β1X1t + β2X2t + … + βkXkt + ε
Dimana :
Yt = Variabel dependen pada periode t X1…Xk = Variabel independen β0 = Intersep (nilai Yt ketika X1…Xk bernilai nol)
β1…βk = Slope k = Banyaknya independen variabel t = Observasi periode waktu εt = error term Dalam analisis regresi berganda kadangkala perlu untuk mrenentukan
apakah variabel terikat berikatan dengan suatu peubah bebas apabila faktor
kualitatif mempengaruhi keadaan. Hubungan ini diselesaikan dengan
pembentukan variabel dummy yang mengambil nilai 0 dan 1.
Berdasarkan penelitian terdahulu, gravity model diperkirakan dalam
bentuk log-linier. Model tersebut menggunakan regresi berganda yang diestimasi
dengan menggunakan prinsip metode kuadrat terkecil biasa (Method of Ordinary
Least Squares, OLS).
Pada analisis regresi berganda, perlunya dipenuhi beberapa asumsi-
asumsi untuk diuji. Dengan terpenuhinya asumsi-asumsi tersebut, maka penaksir
kuadrat terkecil dalam kelas penaksir tak bias mempunyai varians minimum yaitu
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Untuk mengevaluasi apakah model
yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria pengujian
statistik yaitu koefisien determinasi atau R2, multikolinieritas, uji F dan uji-t.
3.1.4 Teori Lingkungan Organisasi
Pengertian organisasi dalam penelitian ini adalah mewakili seluruh
perusahaan kertas di Indonesia. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal
organisasi dilakukan sebelum merumuskan pilihan strategi yang dapat diterapkan
oleh suatu organisasi. Analisis lingkungan internal dan eksternal dalam penelitian
ini adalah formulasi hasil yang diperoleh dari analisis deksriftif dan kuantitatif
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi. Dengan demikian, diharapkan dapat
dirumuskan suatu strategi sebagai upaya untuk mengembangkan ekspor kertas
Indonesia.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan ekspor kertas di berbagai negara terus meningkat. Hal ini
menyebabkan terjadinya aliran perdagangan kertas dari Indonesia sebagai
negara pengekspor ke berbagai negara tujuan sebagai titik konsumsi. Aliran
perdagangan kertas ke berbagai negara tujuan ekspor, dianalisis dengan
menggunakan persamaan yang menyertakan berbagai faktor gravity atau penarik
yang lebih dikenal dengan gravity model. Garvity model ini didasarkan pada
karakteristik negara tujuan yang dilihat melalui faktor-faktor ekonomi maupun non
ekonomi. Model ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruhnya terhadap
aliran perdagangan kertas ke negara tujuan ekspor.
Faktor ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan aliran
perdagangan dalam penelitian ini adalah pendapatan per kapita (GDP per kapita)
negara tujuan, jumlah penduduk (populasi) negara tujuan, nilai tukar mata uang
negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan harga kertas di negara tujuan.
Sedangkan faktor non ekonominya adalah jarak antar negara Indonesia dengan
negara tujuan ekspor serta variabel dummy, yaitu adanya tuduhan dumping
terhadap kertas Indonesia.
GDP per kapita merupakan ukuran perekonomian suatu negara. Hal ini
dapat dilihat baik dari negara pengekspor maupun negara pengimpor. Perubahan
pada pendapatan masyarakat akan berpengaruh pada permintaan suatu
komoditi. Sedangkan pertambahan penduduk akan meningkatkan permintaan
terhadap komoditi ekspor. Jika pendapatan per kapita naik, maka permintaan
terhadap suatu komoditi akan bertambah (Lipsey, 1995).
Nilai tukar mata uang suatu negara lain merupakan salah satu
pertimbangan untuk mengukur pembelian barang yang harus dikeluarkan dari
luar negeri, karena harga dalam perdagangan kertas menggunakan Dollar
Amerika. Perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap Dollar
Amerika akan berpengaruh besar terhadap ekspor kertas. Jika nilai tukar negara
tujuan ekspor kertas Indonesia terhadap Dollar Amerika terapresiasi, maka aliran
perdagangan kertas Indonesia ke negara tersebut akan meningkat.
Harga kertas Indonesia di negara tujuan apabila mengalami peningkatan,
maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan tersebut menjadi
menurun. Sebaliknya jika harga kertas Indonesia di negara tujuan menurun,
maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan meningkat.
Jarak antar negara merupakan variabel yang juga digunakan dalam aliran
perdagangan kertas. Jarak digunakan untuk mewakili biaya transportasi. Jarak
akan mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak negara pengekspor dengan
negara tujuan ekspor, maka frekuensi ekspor semakin sedikit. Jarak yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jarak antara negara Indonesia sebagai
negara pengekspor kertas dengan negara tujuan ekspornya.
Variabel dummy yang digunakan dalam persamaan aliran perdagangan
kertas ini adalah adanya tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia yang
diekspor. Tuduhan ini dibuat dengan alasan bahwa industri ini menerima subsidi
atas bahan baku (kayu) yang digunakan dalam proses produksinya akibat
adanya larangan ekspor kayu gelondongan yang menyebabkan harga kertas dari
Indonesia menjadi lebih murah. Dimana D=0 adalah sebelum adanya tuduhan
dumping dan D=1 adalah setelah adanya tuduhan dumping.
Bertolak dari penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan
menganalisis ekspor kertas Indonesia yang dianalisis dari aliran perdagangan
kertas Indonesia yang belum pernah dilakukan. Meskipun pangsa pasar ekspor
kertas ini masih kecil, namun produk kertas yang diekspor memberikan
sumbangan devisa yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Ekspor
kertas masuk dalam 10 komoditi terpenting sebagai penghasil devisa negara
diantara sektor industri lainnya. Analisis aliran perdagangan kertas ke negara
tujuan ekspor yang menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaaan
gravity model dilakukan agar ekspor kertas Indonesia dapat bertahan di pasar
internasional dan dapat terus dikembangkan.
Dalam penelitian ini akan dikaji karakteristik negara-negara tujuan ekspor
kertas Indonesia melalui faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi serta
mempelajari bagaimana aliran perdagangan kertas ke berbagai negara tujuan
ekspor. Hasil yang diperoleh melalui analisis deskriftif dan perhitungan tersebut
diharapkan dapat diformulasikan, sehingga dapat dirumuskan suatu strategi
sebagai upaya untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia. Kerangka
analisis aliran perdagangan kertas ini dapat digambarkan secara skematis yang
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional
Industri kertas Indonesia
Ekspor kertas fluktuatif Negara-negara tujuan ekspor kertas
Faktor-faktor yang mempengaruhinya (gravity model) :
1. GDP perkapita 2. Jumlah penduduk 3. Jarak antar negara tujuan 4. Harga kertas Indonesia di negara tujuan 5. Nilai tukar 6. Dummy
Analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas
Indonesia
Analisis lingkungan internal dan eksternal dari hasil analisis regresi (Matriks SWOT)
Strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian mengenai aliran perdagangan kertas adalah mencakup jenis
kertas secara keseluruhan. Penelitian ini juga terdapat keterbatasan dalam
menganalisis aliran perdagangan kertas. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan
data yang diperoleh. Berdasarkan 112 negara tujuan ekspor kertas Indonesia,
hanya 47 negara saja yang dapat dianalisis.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data nasional,
meliputi data kuantitatif. Data ini merupakan data sekunder berupa data deret
waktu (time series) dan ruang (cross section). Data deret waktu meliputi data
tahunan selama 10 tahun (1997-2006) digunakan untuk mengkaji karakteristik
lima negara pengimpor terbesar kertas Indonesia. Negara-negara tersebut
adalah China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat.
Pada penelitian ini yang menjadi data cross section adalah volume ekspor
kertas pada tahun 2006, dengan asumsi data tahun 2006 merupakan data
terbaru yang tersedia. Jenis data yang dibutuhkan juga mencakup GDP per
kapita negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dan negara tujuan, populasi
negara tujuan, harga ekspor kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata
uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika serta dumping terhadap produk
kertas Indonesia sebagai dummy. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia
(APKI), Bank Indonesia serta data-data pendukung seperti internet,
perpustakaan, buku dan lain-lain.
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif dan kuantitatif.
Metode deskriftif digunakan untuk melihat karakteristik negara-negara tujuan
ekspor kertas Indonesia. Metode ini juga digunakan pada hasil yang diperoleh
dari analisis data kuantitatif yang kemudian akan diformulasikan, sehingga
diharapkan dapat diperoleh strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia.
Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal menggunakan gravity
model. Metode ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia. Pengolahan data dimulai
dari pengelompokkan data, perhitungan dan ditabelkan sesuai yang dibutuhkan.
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan paket program komputer excel dan
minitab for windows 14 yang kemudian hasil output komputer diinterpretasikan.
4.3 Analisis Data
Dalam analisis data, model yang digunakan adalah model regresi linier
berganda dengan persamaan tunggal, karena bentuk ini mampu menunjukkan
berapa persen variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan
nilai R2. Dengan demikian dapat diketahui apakah variabel-variabel bebasnya
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas dengan melihat nilai
uji-F dan uji-t.
Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary
Lest Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut,
Supranto dalam Turnip 2002 :
1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (ei) = 0,
untuk utuk i = 1,2,....,n
2. Varian (ej) = E (ej) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu
(asumsi homoskedastisitas).
3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti covarian
(ei,ej) = 0, i ≠ j
4. Variabel bebas X1, X2,.......,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan
bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi , ei) = 0.
5. Tidak ada kolinearitas ganda diantara variabel bebas X.
6. ei ≈N (0 ; σ 2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal
dengan rata-rata nol dengan varian σ 2.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka koefisien regresi (parameter) yang
diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linier
Unbiased Estimator).
4.4 Perumusan Model
Perumusan model merupakan langkah awal dalam mempelajari
hubungan antar variabel-variabel. Berdasarkan penelitian terdahulu dan
kerangka pemikiran teoritis, maka pendekatan yang digunakan untuk menduga
dalam gravity model yaitu pertama model harus linier dengan mengubah ke
dalam log-linier. Dengan demikian model ekonometrika untuk aliran perdagangan
kertas Indonesia adalah sebagai berikut :
Log Xij = b0 + b1 log Yj + b2 log Nj + b3 log Dij + b4 log Pj + b5 log ERj + b6 DM + Eij
Keterangan :
Xij = Volume ekspor kertas negara Indonesia ke negara tujuan (ton) Yj = GDP per kapita negara tujuan (US$/org) Nj = Populasi negara tujuan (juta) Dij = Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan (km) Pj = Harga kertas Indonesia di negara tujuan (US$/ton) ERj = Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika (domestik/US$) DM = Dummy tuduhan dumping Indonesia Eij = Random error
b0 = Konstanta (intersep) bn = Parameter yang diduga, n = 1, 2,....6
Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi aliran
perdagangan kertas Indonesia, maka yang menjadi hipotesis/dugaan awal
adalah :
1. GDP per kapita negara tujuan yang diharapkan berpengaruh positif
terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
2. Populasi negara tujuan diharapkan berpengaruh positif terhadap aliran
perdagangan kertas Indonesia.
3. Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan diharapkan
berpengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
4. Harga kertas Indonesia di negara tujuan diharapkan berpengaruh negatif
terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
5. Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap berpengaruh positif
terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
6. Tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia.
4.5 Definisi Operasional
1. Volume ekspor kertas Indonesia yang dimaksud adalah total volume
ekspor kertas yang diekspor ke negara tujuan ekspor dan dinyatakan
dalam satuan ton.
2. Pendapatan per kapita (GDP per kapita) negara pengimpor kertas,
dinyatakan dalam satuan US$/orang, asumsi mewakili pendapatan per
kapita pada bidang pendidikan dan bidang jurnalistik yang lebih fokus
pada kebutuhan kertas.
3. Populasi negara tujuan didefinisikan sebagai total penduduk negara
tujuan ekspor kertas Indonesia dan dinyatakan dalam juta jiwa, asumsi
mewakili pendapatan per kapita pada bidang pendidikan dan bidang
jurnalistik yang lebih fokus pada kebutuhan kertas.
4. Jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kertas
didefinisikan sebagai jarak antara ibukota negara Indonesia dengan
ibukota negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam kilometer.
5. Harga kertas Indonesia di negara tujuan merupakan hasil bagi antara
total nilai ekspor dengan volume ekspor kertas ke negara tujuan ekspor
dan dinyatakan dengan satuan US$ per ton.
6. Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika, dinyatakan
dalam mata uang domestik negara tujuan per Dollar Amerika.
7. Tuduhan dumping yang dikenakan kepada produk kertas Indonesia yang
dimaksud adalah seberapa besar pengaruhnya terhadap ekspor kertas
Indonesia.
4.6 Pengujian Hipotesis
Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis
yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat nyata tidaknya pengaruh variabel
yang dipilih terhadap variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan analisis regresi
berganda, maka pengujian-pengujian tersebut mencakup sebagai berikut :
4.6.1. Uji-t
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
individu berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis :
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalalah uji-t.
)( i
hitung bSbit =
t-tabel = tα (n - k)
Dimana :
S (bi) = Standar deviasi parameter untuk bi bi = Koefisien ke-i yang diduga n = Jumlah pengamatan k = Jumlah parameter Kriteria uji :
t hitung > t tabel (n – k) maka tolak H0
t hitung < t tabel (n - k) maka terima H0
Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel (α , n – k) maka tolak H0 artinya
variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas
pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya.
4.6.2 Uji F
Pengujian ini digunakan untuk menguji parameter secara serentak
variabel bebas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari variabel
tidak bebas.
Hipotesis :
H0 : bi = b2 = b3 = ... = bk = 0
H1 : minimal ada satu slope yang ≠ 0
Uji statistik yang digunakan dalam uji F.
)/()1(
)1/(2
2
knekeFhiutng −−−
=
Dimana :
e2 = Jumlah kuadrat regresi (1 – e2) = Jumlah kuadrat sisa n = Jumlah pengamatan k = Jumlah parameter Kriteria uji :
F hitung > F tabel, (k – 1)(n - k) maka tolak H0
F hitung < F tabel, (k – 1)(n - k) maka terima H0
Jika tolak Ho, berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam model
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen,
demikian pula sebaliknya.
4.6.3 Koefisien Determinasi
Suatu angka yang mengukur keragaman pada variabel dependen yang
dapat diterangkan oleh variasi pada model regresi disebut koefisien determinasi
(R2). Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2
yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu
menjelaskan keragaman dari variabel dependen, demikian pula sebaliknya.
Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑∑
−
−−=
∧
2
22
)(1
)(YYiYYi
R
R2-adjusted dalam regresi berganda adalah nilai R2 yang telah
disesuaikan terhadap banyaknya variabel bebas dan banyaknya observasi.
Koefisien determinasi yang disesuaikan dirumuskan sebagai berikut :
∑
∑
−−
−−−=−
∧
)/()(
)1(12
^
2
2/)(
kn
nadjustedR
YYi
YYi
Dimana :
R2-adjust = Koefisien determinasi yang disesuaikan R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah observasi
4.7 Pengujian Asumsi
Beberapa asumsi mendasar dalam membuat suatu persamaan regresi
berganda adalah normalitas, homoskedastisitas dan multikolinieritas.
4.7.1 Uji Normalitas
Salah satu pengujian yang dilakukan dalam persamaan regresi untuk
menguji apakah nilai-nilai dari Y berdistribusi normal pada tiap nilai dari X adalah
uji normalitas. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan metode yang
digunakan untuk menguji kenormalan data adalah metode Kolmogorov Smirnov.
Hipotesis
H0 : Sebaran Normal
H1 : Sebaran Tidak Normal
Uji Statistik
Dn = max (Fe – Fo)
Dimana :
Dn = Nilai Kolmogorov Smirnov hitung Fe = Frekuensi harapan Fo = Frekuensi observasi Kriteria Uji
KShitung > KStabel atau Pvalue < 5%, maka tolak H0
KShitung < KStabel atau Pvalue > 5%, maka tolak H1
4.7.2 Uji Homoskedastisitas
Asumsi ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y (variabel
dependen) bervariasi dalam satuan yang sama, baik untuk nilai X (variabel
independen) yang tinggi maupun nilai X yang rendah. Jika asumsi tersebut tidak
terpenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan.
4.7.3 Uji Multikolinieritas
Kebanyakan masalah regresi, data secara rutin dicatat dibandingkan
dengan dihasilkan dari kumpulan terpilih sebelumnya dari variabel bebas. Dalam
hal ini, variabel bebas kadang kala menjadi linier terikat. Hubungan linier antara
dua atau beberapa variabel bebas disebut multikolinieritas (Hanke et al, 2003).
Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi atau Variance
Inflation Factor (VIF). Suatu model menghadapi masalah multikolinieritas ketika
nilai VIF sangat besar. Nilai VIF mendekati 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat
masalah multikolinieritas. Untuk mengatasi adanya multikolinieritas dapat
dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel yang berkolinier satu sama
lainnya. Pengujian ini dirumuskan sebagai berikut :
kjR
VIFj
,...2,1,1
12 =
−=
Dimana :
VIF = Variance Inflation Factor Rj
2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j 4.8 Matriks SWOT
Perumusan strategi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
matriks SWOT yang merupakan kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Perumusan tersebut berdasarkan
formulasi dari hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruihi aliran
perdagangan kertas indonesia, sehingga diharapkan diperoleh suatu strategi
pengembangan ekspor kertas Indonesia. Tabel 4 menggambarkan matriks
SWOT yang digunakan untuk menyusun formulasi yang telah dibuat agar dapat
dirumuskan strategi yang tepat.
Tabel 4. Matriks SWOT
INTERNAL EKSTERNAL
Strength (S)
Faktor-faktor kekuatan
Weakness (W)
Faktor-faktor kelemahan
Opportunity (O)
Faktor-faktor peluang
STRATEGI S-O
Strategi untuk menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O
Strategi untuk meminimalkan kelemahan dan
memanfaatkan peluang Threat (T)
Faktor-faktor ancaman
STRATEGI S-T
Strategi yang menggunakan kekuatan
dan menghindari ancaman
STRATEGI W-T
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2001
Pada Tabel 4 diketahui bahwa matriks SWOT mengembangkan empat
tipe strategi yaitu :
1. Strategi S-O yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yang datang dari luar.
2. Strategi W-O yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki atau
memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang datang
dari luar.
3. Strategi S-T yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk
menghindari atau mengurangi ancaman dari luar.
4. Strategi W-T yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan
dan menghindari ancaman yang datang dari luar.
BAB V ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN KERTAS INDONESIA
5.1 Karakteristik Negara-negara Tujuan Ekspor Kertas Indonesia
Pada Lampiran 1 dan 2 dapat dilihat jumlah ekspor kertas Indonesia
selama dua tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2006. Negara-negara tujuan ekspor
kertas tersebar di dunia yang meliputi Asia, Amerika Serikat, Australia, Timur
Tengah, Afrika dan Eropa. Dalam kurun waktu tersebut secara keseluruhan 10
negara importir kertas terbesar umumnya tetap sama.
Berdasarkan data tersebut terdapat negara yang mengalami peningkatan
dan penurunan ekspor kertas dari tahun sebelumnya. Negara yang mengalami
peningkatan impor kertas sehingga menjadi masuk dalam 10 negara impor
kertas terbesar dari tahun sebelumnya, yaitu Amerika Serikat (Tabel 5). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa selama dua tahun terakhir karakteristik
negara-negara tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan. Negara-
negara tersebut adalah China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Amerika
Serikat, Taiwan, India, Australia, Vietnam dan Italia (Tabel 5).
Tabel 5. 10 Negara Importir Terbesar Kertas Indonesia Tahun 2005-2006
Tahun 2005 Tahun 2006 Negara Volume
(Ton) Nilai
(000 US$) Volume
(Ton) Nilai
(000 US$) China 1.306.172 554.061 1.659.978 753.707Korea Selatan 807.221 317.463 720.239 308.585Jepang 501.758 362.923 515.737 380.410Malaysia 338.767 213.204 378.092 259.006Amerika Serikat - - 292.006 227.382Taiwan 265.614 121.042 269.470 144.506India 183.757 78.119 199.625 94.492Australia 179.526 142.899 188.781 161.652Vietnam 151.954 83.115 186.612 113.478Italia 166.035 59.808 185.265 74.673
Sumber : BPS, 2007
Berdasarkan data tersebut (Tabel 5), yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan lima negara tujuan ekspor kertas Indonesia dengan volume ekspor
kertas terbesar tahun 2006, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan
Amerika Serikat. Karakteristik negara yang dideskripsikan meliputi bentuk
negara, luas area, perkembangan pendapatan per kapita, populasi, nilai tukar
serta volume dan nilai ekspor kertas Indonesia masing-masing negara selama 10
tahun terakhir (1997-2006).
1. China
China merupakan negara dengan bentuk Republik. Luas area negara
China adalah 9.596.960 km2. Pendapatan per kapita tahun 2006 sebesar US$
7.600. Sedangkan jumlah penduduknya adalah 1314,78 juta jiwa. Mata uang
negara China adalah Yuan dengan nilai tukar Yuan tahun 2006 adalah sebesar
7,97 per Dollar Amerika. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas yang diekspor
oleh China tahun 2006 diantaranya adalah newsprint paper (101.761 kg), paper
and paperboard (356.106 kg), cigarette paper (181.086 kg), tissue paper
(2.719.194 kg).
Tabel 6. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke China Tahun 1997-2006
Tahun GDP Per
Kapita (US$) Populasi
(Jiwa) Nilai Tukar (Yuan/US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
1997 2.301 1242.41 8,31 643.885 325.6551998 2.681 1253,51 8,29 963.094 445.7401999 3.800 1264,07 8,28 1.050.426 441.0572000 4.325 1273,98 8,28 1.056.867 560.0932001 4.801 1283,20 8,28 1.070.937 392.1172002 5.600 1291,84 8,28 1.532.426 548.4052003 6.484 1300,04 8,28 1.477.890 561.6552004 7.000 1307,99 8,28 1.069.059 462.6312005 7.204 1313,84 8,19 1.306.172 554.0612006 7.600 1314,78 7,97 1.659.978 753.707
Sumber : Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007 Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa pendapatan per kapita negara
China setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini memberikan gambaran
bahwa perekonomian negara tersebut berkembang dengan baik. Negara China
diramalkan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Kepemimpinan
pemerintah China sejak tahun 1978, telah memperbaharui sistem
perekonomiannya dari perekonomian terencana model soviet menjadi ekonomi
yang berorientasi pasar. Pemerintah China membangun perekonomiannya
dengan menekankan pada peningkatan pendapatan pribadi, konsumsi serta
memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas.
Fokus utama pemerintah China adalah pada perdagangan internasional untuk
pertumbuhan ekonominya11.
Tabel 6 juga menunjukkan pertumbuhan penduduk negara China juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. China merupakan negara dengan
populasi terbesar. Menurut Lipsey (1995), pertambahan penduduk akan
menciptakan permintaan terhadap suatu komoditas menjadi meningkat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan barang dan jasa baik ekspor
maupun impor negara ini meningkat pula.
Nilai tukar negara China terhadap Dollar Amerika selama 10 tahun
terakhir cenderung stabil. Namun, beberapa tahun terakhir China
memperbolehkan mata uang negaranya ditentukan oleh pasar dan mentoleransi
kenaikannya hingga sebesar 0,3 persen perhari, sehingga terapresiasi sejak
tahun 200512.
China adalah salah satu negara pengimpor kertas Indonesia yang
volumenya paling besar selama dua tahun terakhir (Tabel 6). Volume ekspor
kertas Indonesia ke negara China cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
China adalah negara yang berpotensi besar bagi ekspor kertas Indonesia. Hal ini
didukung oleh perkembangan perekonomiannya. Selain itu juga dikarenakan
11 Keuangan China versus Amerika Serikat, www.mail-archive.com [ 01 Desember 2007] 12 Ibid
keterbatasan dan kurang suburnya hutan di negara tersebut, sehingga sulit untuk
memproduksi bahan baku kertas13. Dengan demikian, China diharapkan akan
menjadi negara yang berpotensi untuk menciptakan permintaan yang akan
meningkat setiap tahunnya terhadap ekspor kertas Indonesia.
2. Korea Selatan
Korea Selatan merupakan negara yang berbentuk Republik. Luas area
negara Korea Selatan adalah 99.274 km2. Pendapatan per kapita negara Korea
Selatan tahun 2006 adalah US$ 24.200 dan jumlah penduduk negara tersebut
yaitu 48,45 juta jiwa. Mata uang negara Korea Selatan adalah Won. Nilai tukar
mata uang negara Korea Selatan terhadap Dollar Amerika tahun 2006 adalah
sebesar 954,79 per Dollar Amerika. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas
yang diekspor Korea Selatan diantaranya yaitu newsprint paper (12.066.932 kg),
tissue paper (131.381 kg) dan sack kraft paper (5.961.075 kg).
Tabel 7. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Korea Selatan Tahun 1997-2006
Tahun GDP Per
Kapita (US$) Populasi
(Jiwa) Nilai Tukar (Won/US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
1997 10.725 45,41 951,29 246.690 106.2451998 11.392 46,15 1401,44 195.700 82.3711999 12.369 46,48 1188,82 195.700 157.5352000 13.225 46,78 1130,96 353.767 197.4872001 14.475 47,04 1290,99 335.781 175.7932002 15.269 47,27 1251,09 440.325 267.6322003 17.700 47,46 1191,61 672.326 257.0532004 19.200 47,64 1145,32 635.299 175.2722005 22.543 47,82 1024,12 426.629 317.4632006 24.200 48,45 954,79 807.221 308.585
Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita dan
populasi negara Korea Selatan selama 10 tahun terkahir cenderung meningkat.
Jika pendapatan naik, sementara tingkat harga relatif tetap, maka berimplikasi
pada peningkatan permintaan terhadap suatu barang. Peningkatan pendapatan
13 www.disperindag-jabar.go.id [01 Desember 2007]
per kapita tersebut diperkirakan berpotensi untuk menciptakan suatu permintaan
terhadap suatu produk. Selain itu, nilai tukar mata uang negara Korea Selatan
terhadap Dollar Amerika pun terapresiasi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini
berarti bahwa kemampuan perekonomian negara Korea Selatan terus
mengalami perkembangan yang semakin baik.
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang mencapai
pertumbuhan perekonomian sangat cepat dengan urutan ke-12 di seluruh dunia.
Walaupun sempat mengalami penurunan perekonomian, namun negara ini dapat
dengan cepat menstabilkannya. Pertumbuhan tersebut mengalami penurunan
sebesar 3,3 persen pada tahun 2001. Hal ini terjadi karena perekonomian dunia
yang melambat, ekspor yang menurun dan adanya persepsi bahwa
pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Pada
tahun 2005, pertumbuhan yang menurun tersebut pun cepat mengalami
perbaikan melalui industri dan konstruksi sebesar 5,8 persen. Pada tahun
tersebut, Korea Selatan menjadi pemimpin dalam akses internet kecepatan
tinggi, semikonduktor memori, monitor layar datar dan telepon genggam,
pembuatan kapal, baja, produksi ban serat sintetis serta otomotif14.
Volume ekspor kertas Indonesia ke negara Korea Selatan cenderung
berfluktuatif selama 10 tahun (Tabel 7). Meskipun demikian, Korea Selatan
adalah negara dengan volume ekspor kertas Indonesia terbesar kedua selama
dua tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa selera negara tersebut akan
produk kertas Indonesia tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, Korea
Selatan akan menjadi salah satu potensi utama ekspor kertas Indonesia yang
permintaannya mengalami peningkatan setiap tahunnya.
14 www.wikipedia.co.id_ekonomi Korea Selatan [01 Desember 2007]
3. Jepang
Negara Jepang adalah negara yang berbentuk Kekaisaran. Luas area
negara Jepang adalah 377.837 km2. Pendapatan per kapita negara Jepang
tahun 2006 adalah US$ 33.100 dengan populasi sebesar 128,05 juta jiwa. Mata
uang negara Jepang adalah Yen. Nilai tukar mata uang negara Jepang terhadap
Dollar Amerika tahun 2006 adalah sebesar 116,3 per Dollar Amerika. Produk
kertas yang diekspor Jepang tahun 2006 (BPS 2006), mencakup diantaranya
writing printing paper (57.285 kg), cigarette paper (2458 kg), newsprint paper
(111.830 kg) dan tissue paper (1.894.397 kg).
Tabel 8. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Jepang Tahun 1997-2006
Tahun GDP Per
Kapita (US$) Populasi
(Jiwa) Nilai Tukar (Yen/US$)
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
1997 20.904 125,81 120,99 105.128 68.5691998 22.010 126,14 130,91 200.592 118.7721999 23.976 126,46 113,91 228.449 126.700 2000 24.138 126,76 107,77 370.270 296.2482001 25.962 127,03 121,53 451.870 322.7632002 27.916 127,29 125,39 484.572 332.2142003 28.700 127,53 115,93 519.547 357.2952004 29.400 127,71 108,19 486.642 367.6752005 31.384 127,92 110,22 501.758 362.9232006 33.100 128,05 116,30 515.737 380.410
Sumber : Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat perkembangan pendapatan per kapita
dan populasi negara Jepang selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami
peningkatan. Perkembangan ini telah mendorong kesejahteraan dan
kemakmuran bagi penduduknya. Dalam hal nilai tukar, perubahannya terhadap
Dollar Amerika cenderung berfluktuatif. Namun demikian, Jepang telah menjadi
sebuah pasar ekspor besar dan sumber investasi asing bagi perekonomian di
negara Asia. Selain itu, negara Jepang juga telah menjadi sumber bantuan
utama di dunia dan tertinggi di negara Asia15.
Jepang adalah salah satu negara dengan volume ekspor kertas Indonesia
terbesar ketiga pada tahun 2005-2006. Volume ekspor kertas Indonesia ke
negara Jepang cenderung meningkat setiap tahunnya (Tabel 8). Walaupun
sempat terjadi penurunan ekspor kertas pada tahun 2004, namun penurunan
tersebut tidak terlalu signifikan. Dengan demikian, Jepang akan menjadi potensi
pasar dan permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya terhadap ekspor
kertas Indonesia yang didukung oleh kemampuan perekonomian yang semakin
makmur dari negara tersebut.
4. Malaysia
Malaysia merupakan negara dengan bentuk Kerajaan Konstitusional.
Luas area kawasan Malaysia adalah 329.847 km2. Pendapatan per kapita negara
Malaysia tahun 2006 adalah sebesar US$ 12.700. Jumlah penduduk negara
Malaysia adalah 26,64 juta jiwa. Mata uang negara Malaysia adalah ringgit,
dengan nilai tukar ringgit 3,67 per US$. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas
utama yang diekspor Malaysia tahun 2006 diantaranya tissue paper (9.957.319
kg), writing printing paper (4.614.708 kg) dan newsprint paper (40.800.213 kg).
Tabel 9 dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita dan jumlah penduduk
negara Malaysia terus meningkat setiap tahunnya (1997-2006). Hal ini diikuti
pula oleh kestabilan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap Dollar
Amerika Serikat selama 10 tahun terakhir. Perkembangan ini mengindikasikan
bahwa perekonomian negara Malaysia semakin maju.
15 Tantangan dan Prospek Ekonomi ASEAN dan Jepang, www.perbendaharaan.go.id [01 Desember 2007]
Tabel 9. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006
Tahun GDP Per
Kapita (US$) Populasi
(Jiwa) Nilai Tukar
(Ringgit/US$) Volume
(Ton) Nilai
(000 US$) 1997 2.318 21,43 2,81 133.465 78.8071998 3.948 21,96 3,92 148.058 134.8831999 4.300 22,49 3,80 283.706 71.659 2000 5.100 23,00 3,80 260.754 164.0992001 6.030 23,49 3,80 307.889 170.5742002 7.730 23,97 3,80 296.461 159.1462003 8.615 24,44 3,80 286.976 161.2832004 9.700 24,89 3,80 318.414 196.1652005 11.850 25,35 3,79 338.767 213.2042006 12.700 26,64 3,67 378.092 259.006
Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Sistem perekonomian yang dijalankan negara Malaysia adalah sistem
perekonomian terbuka. Dalam sistem perekonomiannya, Malaysia berusaha
menghilangkan hambatan dan masalah termasuk proses ekspor-impor. Namun
demikian, Malaysia tetap memberlakukan beberapa aturan pelaksanaan impor
yang sering dianggap menghambat oleh para eksportir luar negeri. Aturan
tersebut diantaranya yaitu adanya suatu persyaratan bahwa produk lokal harus
dapat bersaing dengan produk impor terutama dalam segi kualitas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk melindungi produsen dalam negeri, keamanan
lingkungan serta kesehatan masyarakatnya16.
Perkembangan volume ekspor kertas Indonesia di negara tersebut
selama 10 tahun terakhir cenderung berfluktuatif (Tabel 9). Dalam kurun waktu
dua tahun terakhir, Malaysia merupakan negara keempat terbesar terhadap
ekspor kertas Indonesia dengan volume yang terus meningkat. Dengan
demikian, Malaysia akan tetap menjadi potensi pasar negara terbesar yang
mengimpor kertas dari Indonesia.
16 www.bexi.co.id [01 Desember 2007]
5. Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan negara berbentuk Republik Federal. Amerika
Serikat meliputi kawasan seluas 9.826.630 km2. Pada tahun 2006, pendapatan
per kapita negara Amerika Serikat adalah US$ 43.500. Jumlah penduduk negara
ini adalah 301,13 juta jiwa. Mata uang negara Amerika Serikat adalah US Dollar.
Produk kertas utama yang diekspor tahun 2006 berdasarkan BPS (2006) yaitu
tissue paper (913.497 kg) dan writing printing paper (3.473.419 kg).
Tabel 10. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1997-2006
Tahun GDP Per
Kapita (US$) Populasi
(Jiwa) Nilai Tukar
(US$) Volume
(Ton) Nilai
(000 US$) 1997 22.304 275,43 1,00 31.650 18.4741998 23.816 278,36 1,00 168.965 105.8641999 25.406 281,27 1,00 281.015 183.850 2000 26.960 284,15 1,00 142.965 120.2272001 28.455 287,00 1,00 164.176 121.5982002 31.062 289,82 1,00 97.259 78.1412003 36.030 292,62 1,00 90.500 74.3832004 40.100 295,41 1,00 85.184 77.1972005 42.444 298,21 1,00 116.021 95.1792006 43.500 301,13 1,00 292.006 227.382
Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa perkembangan pendapatan
per kapita dan populasi negara Amerika Serikat cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Amerika Serikat adalah negara super power dunia. Sejak awal sistem
perekonomian yang dijalankannya adalah sistem perekonomian kapitalis dan
kokoh di permukaan. Indikator utamanya, yaitu pengangguran dan inflasi.
Namun, di sisi lain negara ini memiliki defisit perdagangan yang rendah,
sehingga secara tidak langsung menggambarkan bahwa negara ini lebih banyak
membeli dari negara lain daripada menjualnya.
Perekonomian negara Amerika Serikat adalah salah satu yang terpenting
di dunia. Dalam hal nilai tukar, banyak negara-negara di dunia yang telah
menjadikannya tolak ukur mata uangnya. Hal ini berarti bahwa berharga atau
tidaknya mata uang negara-negara tersebut ditentukan oleh Dollar Amerika,
sehingga bursa saham Amerika Serikat dipandang sebagai indikator ekonomi
dunia17.
Amerika Serikat adalah salah satu negara pengimpor kertas Indonesia yang
volumenya terbesar setelah Malaysia. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa
volume ekspor kertas Indonesia ke Amerika Serikat berfluktuatif. Ekspor kertas
Indonesia di negara tersebut bersaing ketat dengan pesaing industri sejenis dari
negara Amerika Selatan. Indonesia menguasai sekitar 3,9 persen pasar ekspor
kertas di negara tersebut. Walaupun produk kertas Indonesia dikenakan tuduhan
dumping oleh negara Amerika Serikat, namun volume ekspor kertas Indonesia ke
negara Amerika Serikat cenderung meningkat. Tuduhan ini sangat merugikan
citra Indonesia di pasar internasional. Tuduhan ini dilakukan sebagai upaya
persaingan serta semakin berkurangnya bahan baku yang dapat diproduksi di
negara tersebut sehingga menyebabkan menutupnya perusahaan kertas di
negara tersebut. Dengan demikian, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan
ekspor kertas ke negara tersebut.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ke Negara-negara Tujuan Ekspor
5.2.1 Pengujian Asumsi
Pengujian asumsi dalam analisis regresi berganda dilakukan karena
didasarkan pada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas, uji
homoskedastisitas dan uji multikolinieritas. Jika ada (paling tidak satu) asumsi
dalam model regresi yang tidak dapat terpenuhi oleh fungsi regresi yang
diperoleh, maka kebenaran pendugaan model tersebut diragukan. Namun
17www.bexi.co.id [01 Desember 2007]
sebaliknya, jika semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi , maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan penduga dengan
metode Ordinary Least Square (OLS) dari koefisien regresi adalah penduga tak
bias linier terbaik (BLUE).
1. Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov
(Lampiran 6). Hasil pengujian pada taraf lima persen diperoleh nilai KShitung
sebesar 0,059. Hasil yang diperoleh ini lebih kecil jika dibandingkan dengan
KStabel yaitu sebesar 0,198. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat
disimpulkan bahwa asumsi normalitas sudah terpenuhi.
2. Homoskedastisitas
Berdasarkan gambar plot residual (Lampiran 6) terlihat bahwa data
tersebar, artinya data tersebut berada di posisi dibawah nol maupun diatas nol.
Data tersebut juga tidak menggambarkan suatu pola tertentu. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian
menunjukkan asumsi homoskedastisitas sudah terpenuhi.
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sama kuat antara
peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Kekuatan suatu
multikolinieritas pada suatu regresi, dapat dilihat melalui nilai VIF (Variance
Inflation Factors). Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa nilai VIF
(Lampiran 5) pada masing-masing variabel bebas adalah kurang dari 10. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian, hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa asumsi multikolinieritas sudah terpenuhi.
5.2.2 Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ke Negara-negara Tujuan Ekspor
Aliran perdagangan kertas pada penelitian ini dijelaskan dengan
menggunakan model analisis regresi berganda. Model ini digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kertas Indonesia ke
negara-negara tujuan. Volume ekspor kertas Indonesia ke masing-masing
negara tujuan (Xij) sebagai variabel tidak bebas. Variabel bebas meliputi GDP
per kapita negara tujuan (Yj), populasi negara tujuan (Nj), jarak antara negara
Indonesia dengan negara tujuan (Dij), harga kertas Indonesia di negara tujuan
(Pj), nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika (ERj) dan
tuduhan dumping (DM).
Ketepatan model yang digunakan diuji dengan menggunakan uji statistik,
yaitu uji t-hitung, uji f-hitung dan koefisien determiasi yang disesuaikan R-Sq
(adj). Uji ini dilakukan pada masing-masing parameter agar diperoleh model yang
terbaik. Hal ini dikarenakan parameter-parameter yang digunakan masih
merupakan penduga. Dengan demikian, model tersebut diharapkan dapat
menjelaskan dengan baik hubungan antara faktor-faktor gravity sebagai variabel
bebas dengan volume ekspor kertas Indonesia sebagai variabel tidak bebas
dalam aliran perdagangannya.
Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model dengan metode Ordinary
Least Square (OLS), model aliran perdagangan kertas Indonesia diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Log Xij = 4,27 + 0,727 Log Yj + 0,388 Log Nj – 0,915 Log Dij – 2,68 Log Pj +
0,0093 Log ERj – 0,105 DM
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas Indonesia, Tahun 2006
Variabel Koefisien t-hitung P-value VIF
GDP per kapita negara tujuan 0,7268 5,52 0,000 1,5Populasi negara tujuan 0,38753 4,62 0,000 1,2Jarak antar negara -0,9155 -5,21 0,000 1,1Harga kertas di negara tujuan -2,6789 -6,02 0,000 1,1Nilai tukar mata uang negara tujuan 0,00932 0,19 0,852 1,4Tuduhan dumping (dummy) -0,1048 -0,57 0,574 1,2R-Sq = 74,3% R-Sq (adj) = 70,4% Fhitung = 19,23 Ftabel = 2,34 ttabel = 1,645
Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
perdagangan kertas Indonesia (Tabel 11), diperoleh koefisien determinasi
disesuaikan R-Sq (adj) sebesar 70,4 persen. Hal ini berarti bahwa 70,4 persen
perubahan volume ekspor kertas Indonesia dapat diterangkan oleh variasi
peubah-peubah dalam model. Sedangkan sisanya sebesar 29,6 persen
diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model.
Berdasarkan uji F yang digunakan, diperoleh nilai Fhitung sebesar 19,23
pada taraf nyata lima persen. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai Ftabel,
maka Fhitung tersebut lebih besar nilainya dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa
secara bersama-sama variabel-variabel bebas seperti GDP per kapita, populasi
negara tujuan, jarak antar negara, nilai tukar terhadap Dollar Amerika dan
dummy dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Dengan
demikian, berarti pula bahwa seluruh variabel bebas dapat menjelaskan dengan
baik variasi perubahan volume ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor.
Uji-t pada hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
perdagangan kertas Indonesia, diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh
nyata pada taraf lima persen (signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen)
terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Variabel-variabel yang
berpengaruh nyata tersebut adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi
negara tujuan, jarak antar negara Indonesia sebagai pengekspor dengan negara
tujuan ekspor dan harga kertas Indonesia di negara tujuan. Sedangkan variabel
yang tidak berpengaruh nyata adalah nilai tukar mata uang negara tujuan
terhadap Dollar Amerika dan tuduhan dumping terhadap produk kertas
Indonesia. Analisis pengaruh variabel bebas pada hasil regresi gravity model
faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia,
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendapata Per Kapita Negara Tujuan (Yj)
Pendapatan per kapita atau GDP per kapita menunjukkan keadaan
perekonomian suatu negara. Ukuran perekonomian suatu negara importir akan
menentukan jumlah komoditi ekspor yang dapat diperdagangkan oleh negara
eksportir. Koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan diharapkan
memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap aliran perdagangan kertas
Indonesia di negara tujuan tersebut. Jika terjadi peningkatan pendapatan per
kapita di negara tujuan, maka jumlah produk kertas yang diperdagangkan ke
negara tujuan ekspor akan meningkat pula, cateris paribus.
Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien variabel GDP per kapita
negara tujuan memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap aliran
perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan. Hal ini berarti sesuai dengan
hipotesis. Nilai koefisien variabel GDP per kapita sebesar 0,7268 berarti jika
terjadi peningkatan GDP per kapita sebesar satu persen, maka aliran
perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan meningkat sebesar 0,7268
persen, cateris paribus.
Variabel GDP per kapita memberikan pengaruh yang nyata terhadap
aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti variabel tersebut menjadi
pertimbangan bagi negara pengimpor untuk mengimpor kertas Indonesia. Jika
dilihat dari volume ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan ekspor, diketahui
bahwa volume ekspor tertinggi adalah ke negara China dengan pendapatan
perkapita sebesar US$ 7600. Pendapatan per kapita negara tersebut jauh lebih
kecil dibandingkan dengan negara Uni Emirat Arab yang merupakan negara
dengan pendapatan per kapita terbesar, yaitu US$ 49.700. Hal ini menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita bukan satu-satunya faktor utama yang
mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia.
2. Populasi Negara Tujuan (Nj)
Peningkatan populasi akan menjadi suatu indikasi bagi perkembangan
ekspor kertas Indoenesia. Berdasarkan hipotesis, koefisien variabel populasi
negara tujuan diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap aliran
perdagangan kertas Indonesia di negara tujuan. Jika populasi negara tujuan
bertambah, maka permintaan produk kertas tersebut akan meningkat.
Nilai koefisien variabel populasi negara tujuan dalam regresi memberikan
pengaruh positif dan nyata pada taraf lima persen terhadap aliran perdagangan
kertas Indonesia. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai
tersebut sebesar 0,38753, artinya jika terjadi pertambahan populasi sebesar satu
persen maka akan menyebabkan peningkatan aliran perdagangan kertas
Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,38753 persen, cateris paribus.
Tanda positif pada variabel populasi negara tujuan mengindikasikan
bahwa negara dengan populasi yang besar memiliki volume perdagangan yang
tinggi. Begitu pula sebaliknya, negara dengan populasi yang kecil memiliki
volume perdagangan yang rendah. Negara China merupakan negara dengan
populasi terbesar yaitu 1314,78 juta jiwa. Dengan demikian, negara China akan
menjadi potensi pasar yang besar dibandingkan dengan negara-negara tujuan
ekspor lainnya dengan populasi yang lebih kecil.
3. Jarak Antara Negara Indonesia dengan Negara Tujuan (Dij)
Jarak diindikasikan sebagai wakil dari biaya transportasi. Jarak akan
memperkecil aliran perdagangan, karena jarak yang semakin jauh memperbesar
biaya transportasi, sehingga volume ekspor suatu produk semakin rendah.
Koefisien jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kertas
memberikan pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
Jika jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh,
maka jumlah produk kertas yang diekspor akan semakin kecil, cateris paribus.
Koefisien variabel jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan
dalam hasil analisis regresi memberikan pengaruh negatif dan nyata pada taraf
lima persen terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini sesuai dengan
hipotesis. Nilai koefisien variabel jarak antar negara sebesar -0,9155. Jika jarak
antara negara Indonesia dengan negara tujuan bertambah satu persen maka
aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan menurun sebesar
0,9155 persen, cateris paribus. Dengan demikian, jarak yang semakin jauh akan
menjadi kendala dalam mengimpor kertas dari Indonesia.
Tanda negatif pada variabel jarak antara negara Indonesia dengan
negara tujuan ekspor menunjukkan bahwa negara dengan jarak yang semakin
jauh memiliki volume perdagangan yang kecil. Sedangkan negara dengan jarak
yang dekat memiliki volume perdagangan yang besar. Singapura merupakan
salah satu negara yang memiliki jarak terdekat dengan negara Indonesia yaitu
900 km. Meskipun volume ekspor kertas ke negara tersebut bukan yang
terbesar, namun negara Singapura akan menjadi potensi pasar yang besar jika
dibandingkan dengan negara-negara tujuan ekspor lainnya dengan jarak yang
jauh.
4. Harga Kertas Indonesia di Negara Tujuan (Pj)
Koefisien variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan memberikan
pengaruh negatif dan nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai
koefisien variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan berdasarkan hasil
regresi adalah sebesar -2,6789. Hal ini berarti apabila harga kertas Indonesia di
negara tujuan meningkat sebesar satu persen, maka aliran perdagangan kertas
Indonesia ke negara tujuan akan menurun sebesar 2,6789, cateris paribus.
Variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan memberikan pengaruh
yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi
pertimbangan bagi negara pengimpor, karena kertas bukan merupakan
kebutuhan primer bagi manusia dan digunakan untuk kebutuhan tertentu. Selain
itu kertas dapat juga disubtitusikan dengan produk sejenis yang berbeda bahan
bakunya dengan harga yang relatif lebih rendah.
Tabel 12. Harga Kertas Indonesia di Lima Negara Importir Terbesar Kertas Indonesia Tahun 2006
No Negara Harga (US$/ton) 1. China 0,452. Korea Selatan 0,433. Jepang 0,744. Malaysia 0,695. Amerika Serikat 0,78
Sumber : BPS, 2007 (diolah)
Tabel 12 menunjukkan harga kertas Indonesia di negara Amerika Serikat
merupakan harga kertas tertinggi, yaitu sebesar US$ 0,78/ ton. Harga kertas di
negara Jepang adalah US$ 0,74/ ton, Malaysia sebesar US$ 0,69/ ton, China
sebesar US$ 0,45/ ton dan di negara Korea Selatan, yaitu sebesar US$ 0,43/
ton. Harga kertas Indonesia di lima negara tujuan tersebut selisihnya tidak
berbeda jauh, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga kertas Indonesia di
setiap negara tujuan relatif sama.
5. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Dollar Amerika (ERj)
Berdasarkan hipotesis yang diharapkan, nilai tukar mata uang
berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai tukar
yang digunakan dalam aliran perdagangan kertas Indonesia ini adalah nilai tukar
mata uang negara tujuan ekspor kertas terhadap Dollar Amerika. Jika nilai tukar
mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika terapresiasi, maka aliran
perdagangan kertas Indonesia menjadi meningkat pula, cateris paribus.
Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien variabel nilai tukar mata
uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika memberikan pengaruh positif dan
tidak berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai
koefisien variabel nilai tukar sebesar 0,00932. Jika terjadi perubahan pada nilai
tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika sebesar satu persen,
maka akan mengakibatkan peniingkatan aliran perdagangan kertas Indonesia ke
negara tujuan sebesar 0,00932 persen. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis.
Nilai tukar mata uang negara tujuan semakin menurun (terapresiasi), maka
permintaan terhadap ekspor kertas Indonesia menjadi meningkat. Hal ini
dikarenakan nilai tukar Dollar Amerika semakin melemah, maka harga kertas
Indonesia di negara tujuan relatif lebih rendah, sehingga aliran perdagangan
kertas Indonesia menjadi meningkat. Nilai tukar bukan menjadi pertimbangan
utama bagi importir untuk mengimpor kertas dari Indonesia, karena tidak
berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia.
Pengaruh nilai tukar dapat dilihat melalui perbandingan nilai tukar antar
negara terhadap Dollar Ameika dan total volume ekspor kertas Indonesia ke
negara-negara tujuan tersebut. Negara Vietnam merupakan negara dengan nilai
tukar terendah, yaitu Dollar Vietnam 15.994,3 per US Dollar. Volume ekspor
kertas Indonesia ke negara Vietnam tahun 2006 adalah sebesar 186.612 ton.
Sedangkan nilai tukar negara Kuwait yaitu sebesar 0,28 per US Dollar dengan
total volume ekspor kertas Indonesia sebesar 17.159 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai tukar tidak berpengaruh besar terhadap aliran perdagangan kertas
Indonesia.
6. Tuduhan Dumping Terhadap Produk Kertas Indonesia (DM)
Variabel tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia dimasukkan
sebagai variabel bebas dalam persamaan aliran perdagangan kertas Indonesia.
Hal ini dikarenakan tuduhan dumping tersebut berpengaruh terhadap citra
Indonesia di pasar internasional. Tuduhan dumping tersebut dikeluarkan oleh
beberapa negara tujuan ekspor kertas Indonesia, seperti Amerika Serikat,
Australia, Malaysia dan Uni Eropa. Indonesia dituduh melakukan dumping, yaitu
menjual harga kertas lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di negara
eksportir.
Berdasarkan hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa tuduhan dumping
tersebut tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Koefisien variabel
tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia memberikan pengaruh negatif
terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai koefisien variabel dumping
adalah sebesar -0,1048. Hal ini berarti bahwa dengan adanya tuduhan dumping,
aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor menurun
sebesar 0,1048 persen, cateris paribus. Hal ini sangat merugikan citra Indonesia
di pasar internasional ditengah perekonomian mulai membaik. Namun demikian,
pemerintah telah banyak melakukan klarifikasi atas tuduhan ini, sehingga
beberapa negara yang melakukan tuduhan tersebut mencabut tuduhannya.
Dengan demikian, kondisi yang semakin baik ini diharapkan akan meningkatkan
aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, maka akan
dirumuskan strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia melalui hasil
tersebut. Hasil analisis regresi tersebut akan dimasukkan dalam analsisis
lingkungan internal dan eksternal, sehingga diharapkan dapat diformulasikan
menjadi kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities)
dan ancaman (threats). Melalui formulasi tersebut, maka akan dirumuskan
strategi yang dapat mengembangkan ekspor kertas Indonesia.
6.1 Analisis Lingkungan Internal
Kertas merupakan salah satu komoditi sektor industri penting yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, karena manfaat dan kegunaannya sangat luas dan
dekat dengan kegiatan keseharian manusia. Kegiatan dan aktivitas manusia,
hampir seluruhnya menggunakan kertas. Dalam bidang industri penggunaan
kertas beragam, baik dalam industri peralatan kantor, industri makanan, industri
kosmetik dan lain sebagainya. Kertas digunakan sebagai pembersih (tissue),
kemasan, bahan baku industri, alat tulis dan lain-lain.
Industri kertas di Indonesia terus berkembang. Hal ini dilihat dari semakin
bertambahnya perusahaan besar yang bergerak di industri kertas. Berdasarkan
data APKI (2007) jumlah perusahaan pada tahun 1989 adalah sebanyak 25
perusahaan, yang kemudian berkembang menjadi 71 perusahaan pada tahun
2006. Hal ini merupakan indikasi yang positif terhadap perkembangan industri di
Indonesia.
Banyaknya perusahaan kertas yang berkembang menyebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan akan bahan baku kertas. Ketersediaan bahan baku
kertas di Indonesia selama ini sebagian besar diperoleh dari Hutan Tanaman
Industri (HTI). Hutan Tanaman Industri (HTI) yang terealisasi saat ini sedikitnya
2,5 juta hektar. Hal ini didukung pula oleh iklim Indonesia yang menyebabkan
pohon akasia yang ditanam dapat dipanen saat berumur lima hingga tujuh tahun.
Umur panen pohon akasia tersebut lebih singkat dibandingkan dengan negara
yang menjadi basis Pulp dan kertas seperti Skandinavia, Finlandia dan Chili.
Kondisi tersebut menjadikan biaya produksi kertas di Indonesia lebih rendah
dibandingkan negara-negara pesaing18.
Selain itu hampir seluruh perusahaan kertas di Indonesia telah
mendapatkan sertifikasi ISO 9002 untuk masing-masing produk kertas yang
diproduksi, APKI (2007). Dengan demikian, adanya standardisasi ini
menunjukkan bahwa produk kertas yang dihasilkan di perusahaan-perusahaan
kertas di Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bersaing di pasar
internasional.
Berdirinya Indonesian Pulp and Paper Association atau Asosiasi Pulp dan
Kertas Indonesia (APKI) sejak tahun 1990 semakin memudahkan akses
informasi bagi perusahaan-perusahaan kertas di Indonesia yang tergabung
didalamnya. Perusahaan-perusahaan tersebut lebih mudah untuk memperoleh
informasi perkembangan ekspor kertas di pasar internasional. Selain itu juga
kemudahan informasi mengenai perkembangan harga, impor, kebijakan
pemerintah serta kemudahan riset dan pengembangan yang mendukung
terciptanya inovasi dalam industri kertas.
Industri kertas di Indonesia sejak tahun 1990-an telah menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data pada pembahasan awal,
produksi kertas setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan dengan laju
18 Indonesia Berpeluang Meningkatkan Ekspor Bubur Kertas dan Kertas, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007]
pertumbuhan produksi sebesar 17,4 persen per tahun (Tabel 2). Perkembangan
produksi tersebut juga berimplikasi pada peningkatan ekspor kertas Indonesia
(Tabel 3). Laju pertumbuhan volume ekspor kertas Indonesia selama 10 tahun
terakhir (1997-2006) sebesar 73,2 persen per tahun, sedangkan laju
pertumbuhan nilai ekspornya sebesar 89,4 persen per tahun.
Selain itu, didukung pula oleh iklim investasi di Indonesia yang mulai
membaik. Kesempatan investasi ini terbuka, baik bagi investor dalam negeri
maupun luar negeri. Pada sisi lain, iklim investasi yang semakin membaik di
Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, seperti keamanan, hukum,
sosial dan perekonomian19. Kondisi perekonomian yang mulai membaik masih
perlu dilakukan beberapa pembenahan agar dapat berjalan stabil, sehingga
nantinya akan mempengaruhi kestabilan iklim investasi secara tidak langsung.
Jaminan keamanan dan hukum dari pemerintah saat ini dirasakan masih kurang,
sehingga sangat diperlukan jaminan investasi yang aman bagi para investor.
Dengan adanya kebijakan yang terjamin bagi para investor, maka minat para
investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi semakin meningkat
termasuk investasi perluasan usaha.
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
1. Demografi
Demografi adalah salah satu faktor yang menjadi perhatian cukup besar
bagi aspek pemasaran, karena demografi terkait dengan manusia. Demografi
sendiri melingkupi jumlah penduduk atau populasi. Besarnya jumlah penduduk
dunia khususnya negara tujuan ekspor kertas merupakan peluang bagi
perkembangan ekspor kertas Indonesia. Jumlah penduduk yang dimaksud dalam
19 Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Indonesia Naik, www.tempointeraktif.com [26 Juni 2007]
pembahasan ini adalah dengan asumsi jumlah penduduk untuk tingkat
pendidikan dan kebutuhan kertas untuk bidang jurnalistik. Hal ini berarti,
bertambahnya jumlah penduduk pada dua bidang tersebut mengindikasikan
adanya peningkatan permintaan akan produk kertas.
Berdasarkan hasil analisis regresi, jumlah penduduk memberikan
pengaruh positif. Pertambahan jumlah penduduk di negara tujuan ekspor kertas
Indonesia khususnya, secara langsung akan mempengaruhi permintaan kertas.
Salah satu negara tujuan ekspor kertas Indonesia adalah China. China adalah
negara dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 1314,78 juta jiwa. China juga
merupakan negara importir kertas Indonesia yang volumenya paling besar.
Peningkatan jumlah penduduk di negara tersebut merupakan peluang bagi
perkembangan industri kertas di Indonesia. Selain China, negara lain yang juga
mengimpor kertas dari Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar
diantaranya Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat dan India. Dengan
demikian, negara-negara tersebut diharapkan akan tetap menjadi potensi pasar
bagi ekspor kertas Indonesia.
2. Ekonomi
Salah satu indikator ekonomi yang mempengaruhi ekspor kertas
Indonesia adalah pendapatan per kapita khususnya di negara tujuan ekspor.
Pendapatan per kapita tersebut mengindikasikan kemampuan perekonomian
suatu negara untuk melakukan impor. Pendapatan per kapita yang dimaksud
dalam pembahasan ini adalah pendapatan per kapita pada tingkat kebutuhan
kertas di bidang pendidikan dan jurnalistik di negara tujuan ekspor. Semakin
besar dan stabilanya pendapatan per kapita negara tujuan ekspor merupakan
peluang bagi ekspor kertas Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis regresi, pendapatan per kapita nenberikan
pengaruh positif. China adalah salah satu negara yang diramalkan menjadi salah
satu kekuatan ekonomi dunia dengan prndapatan per kapita tahun 2006 adalah
US$ 7.600. Perkembangan perekonomian negara China tumbuh dengan baik,
sehingga menjadi negara yang paling besar mengimpor kertas dari Indonesia.
Selain itu juga terdapat beberapa negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia
yang memiliki pertumbuhan perekonomian yang cukup baik yang dilihat dari
pendapatan per kapitanya, diantaranya Jepang, Korea Selatan, Hongkong,
Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan United Kingdom. Dengan demikian,
negara-negara tersebut diharapkan akan menjadi peluang bagi perkembangan
ekspor kertas Indonesia.
Nilai tukar juga menjadi indikator ekonomi yang berpengaruh terhadap
perkembangan ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan hasil regresi, nilai tukar
mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika memberikan pengaruh positif.
Nilai tukar Dollar Amerika dijadikan tolak ukur oleh hampir seluruh negara-negara
di dunia. Negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia yang memiliki nilai tukar
mata uangnya terhadap Dollar Amerika relatif stabil, diantaranya China, Korea
Selatan, Jepang, Malaysia, Ukraina, Australia, Netherland, Perancis dan Inggris.
Hal ini berarti bahwa negara-negara tersebut tetap menjadi peluang bagi
perkembangan ekspor kertas Indonesia.
3. Geografi
Geografi merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap suatu
kegiatan perdagangan. Luas dan letak lokasi suatu negara mempengaruhi
kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan internasional. Letak
lokasi tersebut dapat digambarkan dengan jarak, dimana jarak menyebabkan
adanya biaya transportasi. Jauh dekatnya jarak suatu negara dalam melakukan
perdagangan akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah barang yang
diperdagangkan. Jarak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mewakili biaya
transportasi dalam perdagangan internasional. Jarak mengindikasikan bahwa
semakin jauh jarak negara pengekspor dengan negara tujuan ekspor, maka
frekuensi ekspor semakin sedikit.
Berdasarkan hasil analisis regresi, jarak antar negara Indonesia dengan
negara tujuan ekspor memberikan pengaruh negatif. Hal ini berbarti, semakin
jauh jarak antar negara pengekspor dan pengimpor, maka semakin sedikit
volume kertas yang diekspor. Negara yang paling besar mengimpor kertas dari
Indonesia adalah China. Jarak negara tersebut dengan Indonesia adalah 4.419
km. Negara-negara lain yang mengimpor kertas dari Indonesia dengan volume
yang cukup besar, diantaranya Jepang, Korea Selatan Malaysia, Vietnam, India
dan Singapura. Negara-negara tersebut masih dalam wilayah Asia yang jaraknya
masih terdekat dengan Indonesia. Dengan demikian, negara-negara tersebut
menjadi fokus utama bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia.
4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan fasilitator memiliki peranan
yang cukup besar dalam pelaksanaan kegiatan industri. Salah satu peran
pemerintah dalam kegiatan industri ini adalah pemasaran barang, baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Pemasaran produk untuk ekspor dipermudah
pemerintah melalui berbagai kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan
volume dan nilai ekspornya. Kebijakan yang diberikan lebih ditekankan pada
penjaminan kepastian dan kontinyuitas bahan baku industri kertas khususnya.
Selain itu pemerintah juga berperan sebagai fasilitator untuk membuat
kesepakatan perjanjian internasional. Pada akhir tahun 1995 pemerintah
menetapkan kebijakan baru di sektor industri dengan tujuan meningkatkan
efisiensi dan daya saing produk industri dalam negeri. Berdasarkan kebijakan
pada tahun 1995 tersebut, pemerintah menetapkan bea masuk bagi semua
komoditas termasuk impor kertas. Begitu juga dengan produk yang akan
diekspor, pemerintah mengeluarkan kebijakan terhadap perusahaan-perusahaan
yang akan melakukan ekspor agar produknya sesuai dengan standar
internasional dan berdaya saing di pasar internasional. Dalam hal ini, kertas
sendiri merupakan produk yang tergolong kedalam kelompok barang yang
mendapat pengawasan dalam kegiatan ekspornya.
Indonesia merupakan salah satu produsen kertas yang berpotensi untuk
bersaing di pasar internasional. Rintangan yang datang dari luar terhadap produk
kertas Indonesia adalah tuduhan mengenai pencemaran lingkungan oleh LSM
luar negeri20. Tuduhan ini sebenarnya hanya sebagai upaya dalam persaingan
perdagangan.
Selain itu adanya tuduhan dumping yang juga dikenakan terhadap produk
kertas Indonesia, dimana tuduhan-tuduhan ini sebagai upaya persaingan di
pasar internasional21. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat diperlukan.
Pemerintah diharapkan dapat membantu mengatasi kesesuaian kebijakan yang
dibuat negara tujuan ekspor berupa standar bea masuk ekspor kertas ke negara
tujuan dengan peraturan yang ada. Dengan demikian, produsen domestik dapat
bersaing dengan produk luar negeri.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, maka dapat diidentifikasi
kekuatan dan kelemahan (faktor internal) serta peluang dan ancaman (faktor
eksternal). Hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :
Kekuatan (Strenght)
1. Semakin bertambahnya perusahaan di Industri kertas yang berkembang
di Indonesia, dari tahun 1989 sebanyak 25 perusahaan menjadi 71
perusahaan pada tahun 2006, APKI (2007).
2. Terintegrasinya ketersediaan bahan baku kertas melalui adanya Hutan
Tanaman Industri (HTI) sehingga kontinyuitas lebih terjamin.
20 Indonesia Berpotensi Kuasai Pasar Dunia, www.republika.co.id [26 Juni 2007] 21 Tuduhan Amerika Serikat Soal Dumping Kertas Meluas ke Subsidi, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007]
3. Adanya penetapan standardisasi ISO 9002 untuk kertas yang telah
diproduksi sebagian besar perusahaan-perusahaan dalam industri kertas.
4. Produksi kertas dan ekspor kertas yang cenderung meningkat.
5. Adanya Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).
Kelemahan (Weaknesses)
1. Tidak semua perusahaan kertas tergabung dalam Asosiasi Pulp dan
Kertas Indonesia (APKI).
2. Belum adanya jaminan investasi yang aman.
Peluang (Opportunities)
1. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dunia khususnya negara tujuan
ekspor kertas.
2. Peningkatan dan kestabilan pendapatan per kapita di negara tujuan
ekspor.
3. Perubahan nilai tukar mata uang negara-negara tujuan ekspor terhadap
Dollar Amerika.
4. Jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang semakin dekat.
5. Adanya berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung kegiatan usaha
dalam Industri kertas.
6. Menutupnya industri kertas di negara pesaing seperti Amerika karena
keterbatasan bahan baku.
Ancaman (Threats)
1. Tuduhan pencemaran lingkungan oleh LSM luar negeri.
2. Tuduhan dumping terhadap produk kertas yag diekspor.
6.3 Matriks SWOT
Analisis lingkungan internal dan eksternal di atas bertujuan untuk
membentuk matriks SWOT. Melalui pendekatan matriks SWOT terdapat empat
alternatif strategi yang dapat dilaksanakan yaitu: 1). Strategi S-O (Strenghts-
Opportunities), 2). Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), 3). Strategi S-T
(Strenghts-Threats), 4). Strategi W-T (Weaknesses-Threats). Berdasarkan hasil
analisis tersebut, maka diperoleh hasil matriks SWOT pengembangan ekspor
kertas Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Matriks SWOT
Strenghts (S) Weaknesses (W)
INTERNAL
EKSTERNAL
1. Semakin bertambahnya perusahaan di Industri kertas yang berkembang di Indonesia, dari tahun 1989 sebanyak 25 perusahaan menjadi 71 perusahaan pada tahun 2006, APKI (2007).
2. Terintegrasinya ketersediaan bahan baku kertas melalui adanya Hutan Tanaman Industri (HTI) sehingga kontinyuitas lebih terjamin.
3. Penetapan standardisasi ISO 9002 untuk kertas yang telah diproduksi sebagian besar perusahaan-perusahaan dalam industri kertas.
4. Produksi kertas dan ekspor kertas yang cenderung meningkat.
5. Adanya Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).
1. Tidak semua perusahaan kertas tergabung dalam Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).
2. Belum adanya jaminan investasi yang aman.
Opportunities (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dunia khususnya negara tujuan ekspor kertas.
2. Peningkatan dan kestabilan pendapatan per kapita di negara tujuan ekspor.
3. Perubahan nilai tukar mata uang negara-negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika.
4. Jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang semakin dekat.
5. Adanya berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung kegiatan usaha dalam Industri kertas.
6. Menutupnya industri kertas di negara pesaing seperti Amerika karena keterbatasan bahan baku.
1. Peningkatan ekspor kertas Indonesia, khususnya ke negara-negara tujuan ekspor khususnya (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5, O6).
2. Peningkatan produksi bahan baku kertas (S2, S3, O5, O6).
1. Membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia (W1, O6).
2. Peningkatan keamanan dan hukum oleh pemerintah (W2, O5).
Threats (O) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Tuduhan pencemaran lingkungan oleh LSM luar negeri.
2. Tuduhan dumping terhadap produk kertas.
1. Kerjasama antara pemerintah dan para pengusaha untuk membentuk peraturan hukum yang lebih pasti (S1, S5, T1, T2).
1. Pemerintah dan APKI membuat program promosi industri kertas Indonesia (W2, T1, T2).
Hasil dari matriks SWOT diatas, diperoleh strategi sebagai berikut :
1. Strategi S-O (Strength-Opportunities)
Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada usaha
pengembangan ekspor kertas Indonesia adalah sebagai berikut :
SO1 Strategi peningkatan ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor khususnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya
yang berkualitas untuk menghasilkan kertas yang sesuai standar
internasional, sehingga semakin bersaing di pasar internasional. Selain
itu kerjasama antara pemerintah, APKI dan para pelaku bisnis agar
kegiatan ekspor dapat lebih ditingkatkan. Fokus utama peningkatan
ekspor kertas Indonesia berdasarkan hasil analisis regresi adalah ke
negara-negara tujuan ekspor yang pertumbuhan GDP per kapita dan
populasinya tinggi berpengaruh nyata dan signifikan. Negara-negara
tersebut diantaranya adalah Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab,
Korea Selatan, Singapura, China, India, Malaysia dan Australia. Selain itu
didukung pula oleh jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang
berpengaruh terhadap suatu kegiatan perdagangan internasional. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa jarak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengembangan ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan
hasil analisis regresi menunjukkan bahwa negara-negara Asia merupakan
negara yang sangat berpotensi untuk peningkatan ekspor kertas
Indonesia. Negara-negara tersebut diantaranya China, Jepang, Korea
Selatan, Malaysia dan Singapura. Hasil analisis regresi juga menunjukkan
bahwa pengaruh perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap
Dollar Amerika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan kertas bukan
kebutuhan primer bagi seluruh penduduk pada umumnya. Strategi
peningkatan ekspor ini memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh negara
Indonesia yaitu semakin bertambahnya perusahaan yang berkembang di
industri kertas dan adanya standar ISO, ketersediaan bahan baku yang
lebih terjamin dan ekspor yang cenderung meningkat serta adanya
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. Peningkatan ekspor ini juga
memanfaatkan peluang yang ada yaitu peningkatan pendapatan dan
jumlah penduduk negara tujuan ekspor, perubahan nilai tukar mata uang
negara tujuan terhadap Dollar Amerika, jarak antar negara pengekspor
dan negara pengimpor, dukungan pemerintah dan penutupan industri
sejenis di negara pesaing.
SO2 Strategi peningkatan produksi bahan baku kertas dapat dilakukan dengan
menjaga kualitas bahan baku melalui Hutan Tanaman Industri (HTI).
Kerjasama antara pengusaha dan pemerintah agar Hutan Tanaman
Industri (HTI) mendapat perlindungan dan kontinyuitasnya lebih terjamin.
Strategi peningkatan produksi bahan baku kertas ini memanfaatkan
kekuatan, yaitu terintegrasinya Hutan Tanaman Industri (HTI) dan
pemenuhan standardisasi internasional yang telah diberikan kepada
perusahaan kertas di Indonesia. Peluang yang dimanfaatkan dalam
industri ini adalah dukungan pemerintah dan penutupan industri sejenis di
negara pesaing.
2. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities)
Strategi W-O adalah strategi memanfaatkan peluang untuk mengatasi
kelemahan yang ada.
WO1 Alternatif strategi yang diperoleh adalah membuka peluang masuknya
investor asing dalam industri kertas Indonesia. Strategi ini dapat
dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah dengan APKI untuk
mempermudah peraturan investasi di dalam negeri. Dengan dukungan
perekonomian yang sudah stabil, maka iklim investasi pun semakin
membaik. Strategi ini untuk memanfaatkan peluang menutupnya industri
kertas di negara pesaing.
WO2 Strategi peningkatan keamanan dan hukum dapat dilakukan dengan
jaminan yang diberikan pemerintah terhadap para investor. Pemerintah
membuat kebijakan mengenai jaminan keamanan bagi investor dengan
mengeluarkan Undang-Undang yang melindungi para investor asing baik
dari hukum maupun sosial. Strategi ini memanfaatkan peluang dukungan
pemerintah terhadap industri kertas Indonesia.
3. Strategi S-T (Strength-Threats)
Strategi S-T adalah startegi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari
atau meminimalkan ancaman.
ST1 Alternatif strategi yang diperoleh adalah kerjasama antara pemerintah,
APKI dan para pengusaha untuk membentuk peraturan yang lebih pasti.
Hal ini dilakukan agar produk kertas Indonesia yang diekspor dapat
diterima oleh seluruh negara tujuan ekspor dengan tidak merugikan pihak
manapun. Strategi ini menggunakan kekuatan adanya asosiasi dan
semakin berkembangnya industri kertas di Indonesia.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats)
Strategi W-T adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dan
menghindari ancaman.
WT1 Alternatif strategi yang diperoleh adalah kerjasama antara pemerintah
dan APKI untuk membuat program yang dapat meningkatkan citra produk
kertas Indonesia di pasar internasional. Program tersebut dapat dilakukan
dengan promosi kertas Indonesia yang ramah lingkungan. Strategi ini
bertujuan untuk mengurangi kelemahan belum amannya jaminan
investasi yang diberikan dan menghindari ancaman perusakan
lingkungan serta dumping yang dituduhkan pada kertas Indonesia.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis karakteristik lima negara pengimpor kertas terbesar
dari Indonesia, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika
Serikat berbeda-beda. Hasil analisis tersebut dibuat secara deskriftif yang
meliputi bentuk negara, luas area, perkembangan pendapatan per kapita,
populasi, nilai tukar serta volume dan nilai ekspor kertas Indonesia selama 10
tahun terakhir (1997-2006). Secara keseluruhan keadaan perekonomian negara-
negara tersebut berkembang baik. Masing-masing negara tersebut memiliki
volume ekpsor kertas Indonesia yang berbeda. Namun, negara-negara tersebut
tetap menjadi potensi utama bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia.
Hasil analisis regresi menunjukkan secara keseluruhan model aliran
perdagangan kertas Indonesia mampu menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar
70,4 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
terdapat dalam model.
Variabel-variabel yang berpengaruh positif adalah pendapatan per kapita,
populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar
Amerika. Variabel-variabel yang berpengaruh negatif adalah harga kertas
Indonesia di negara tujuan, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan
dan tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia. Hasil analisis juga
menunjukkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen, yaitu
pendapatan per kapita, populasi negara tujuan, harga kertas Indonesia di negara
tujuan serta jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan.
Hasil analisis SWOT berdasarkan hasil analisis regresi guna memperoleh
startegi pengembangan ekspor kertas Indonesia adalah peningkatan volume
ekspor kertas Indonesia khususnya ke negara-negara tujuan ekspor,
peningkatan produksi bahan baku kertas, membuka peluang masuknya investor
asing dalam industri kertas Indonesia, peningkatan keamanan dan hukum oleh
pemerintah, kerjasama antara pemerintah dan para pengusaha untuk
membentuk peraturan hukum yang lebih pasti serta pemerintah dan Asosiasi
Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) membuat program promosi kertas Indonesia.
Peningkatan volume ekspor kertas Indonesia khususnya ke negara-
negara tujuan ekspor adalah negara yang GDP per kapita dan populasinya
tinggi. Selain itu jarak antar negara pengekspor dan pengimpor juga berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan ekspor kertas Indonesia. Negara-negara
tersebut diantaranya adalah Asia, Amerika Serikat dan Australia.
7.2 Saran
Berdasarkan uraian sebelumnya maka diperlukan upaya-upaya untuk
mengembangkan ekspor kertas Indonesia, khususnya meningkatkan volume
ekspor kertas ke negara-negara tujuan ekspor utama, seperti China, Korea
Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat. Selain itu peran serta
pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya dan asosiasi dalam perdagangan
internasional perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi tuduhan-
tuduhan yang dapat menghambat ekspor kertas Indonesia, sehingga citra
Indonesia di pasar internasional tidak menurun.
Peningkatan ekspor kertas juga perlu ditunjang oleh ketersediaan bahan
baku yaitu melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). HTI yang telah terealisasi perlu
ditingkatkan kontinyuitasnya agar kertas yang diproduksi kualitasnya tetap dapat
bersaing di pasar internasional.
Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih menunjukkan
adanya faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model persamaan yang
digunakan. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis aliran
perdagangan kertas secara menyeluruh dan memasukkan variabel lain yang
lebih banyak dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. Indonesian Pulp and Paper Industry
Directory 2007. PT Gramedia. Jakarta. Asih, S. 2005. Analisis Ekonomi Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas
Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. Statistik Volume dan Ekspor Kertas Tahun 2006. 2007.
Jakarta. Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2005/2006. Jakarta. Departemen Perindustrian. 2007. Statistik Ekspor Komoditi Non Migas Utama.
Jakarta. Gonarsyah, I. 1987. Landasan Perdagangan Internasional. Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hanke, J.E, Wichern, D.W. dan Reitsch, A.G. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi
Ketujuh. Prenhalindo. Jakarta. Iriawan, N dan Puji Astuti, S. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Kemala, N. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Produk Kayu Olahan PT Inhutani
II. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Limbong, W.H. dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian.
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lipsey. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid Kesatu. Edisi Kesepuluh. Bina Rupa
Aksara. Jakarta. Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga.
Jakarta. Ningrum, A. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia.
Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Noviyanti, E. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Ikan Hias
Indonesia. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sunenti. 2005. Analisis Perdagangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Meubel Rotan di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Trisdawanto, B. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Mebel Kayu Pada CV
Permata 7 Di Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Turnip, C. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor
dan Aliran Perdagangan Kopi Indonesia. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yunita. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Biji
Kakao Indonesia. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lampiran 1. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2005
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$)
1 Jepang 501.758 362.9232 Hongkong 160.096 104.5453 Korea 807.221 317.4194 Taiwan 265.614 121.0425 China 1.306.172 554.0616 Thailand 89.659 65.8337 Singapura 144.395 97.7678 Philipina 91.190 54.1039 Malaysia 338.767 213.204
10 Myanmar 26.150 15.57111 Kamboja 7.467 5.38012 Brunei Darussalam 695 73313 Vietnam 151.954 83.11514 India 183.757 78.11915 Pakistan 48.705 31.32916 Bangladesh 27.121 17.71917 Sri Lanka 61.993 30.87718 Afghanistan 74 10319 Iran 131.583 82.61320 Saudi Arabia 74.913 52.28221 Kuwait 14.657 11.22322 Yordania 18.853 14.21723 Yaman 5.717 4.82924 Turki 35.486 25.50525 Uni Emirat Arab 74.697 56.64326 Qatar 5.683 4.80427 Bahrain 6.396 5.28528 Mesir 48.839 33.59629 Sudan 4.241 3.37130 Kenya 9.269 6.93931 Togo 2.738 2.06632 Ghana 6.335 4.76733 Liberia 269 19934 Angola 599 49835 Congo 1.185 93436 Nigeria 37.504 27.89237 Mauritania 116 9038 Djibouti 14.755 10.56939 Afrika Selatan 23.672 18.96440 Zimbabwe 1.342 1.00941 Mauritius 13.455 6.64142 Australia 179.526 142.89943 New Zeland 39.439 29.10844 New Caledonia 351 28045 Fiji 2.264 1.73446 Amerika Serikat 116.021 95.17947 Kanada 32.455 24.46748 Guatemala 665 586
Lanjutan Lampiran 1.
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$) 49 Mexico 468 57950 Argentina 1.509 1.72751 Brazil 7.321 6.15952 Colombia 2.735 2.67453 Ecuador 2.402 2.54954 Peru 2.419 2.55655 Dominican Republic 678 54756 El Savador 807 61657 Costa Rica 617 48058 United Kingdom 17.044 17.10459 Netherland 64.266 28.36860 Perancis 68.386 27.78361 Jerman 24.493 13.38462 Austria 39 6063 Belgia 27.173 24.09364 Switzerland 386 28565 Sweden 465 56366 Italia 166.035 59.80867 Spanyol 13.160 11.35368 Greece 6.831 5.54669 Czechoslovakia 316 28470 Rumania 25 5771 Bulgaria 22 1972 Kyrgyzstan 16 1173 Ukraina 3.666 4.19774 Latvia 57 5875 Georgia 801 65976 Croatia 192 17177 Malta 241 19978 Slovenia 581 47179 Rusia 4.504 4.88580 Ireland 315 44181 Nepal 97 7182 Iraq 19 3083 Chili 1.560 1.79084 Venezuela 1.494 1.10185 Trinidad 59 3186 Denmark 521 1.24087 Liechtenstein 235 58588 Madagascar 1.541 1.47189 Cyprus 4.141 3.11790 Algeria 2.012 2.06691 Kamerun 1.399 1.13992 Benin 812 70493 Cote D’Ivory 784 83694 Tanzania 1.997 1.55895 Mozambiq 1.099 89596 Guinea 763 606
Lanjutan Lampiran 1.
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$) 97 Gabon 80 7998 Papua New Guinea 2.753 2.24299 Nicaragua 1.084 470
100 French Polynesia 346 255101 Uruguay 82 95102 Paraguay 276 358103 Samoa 61 124104 Norway 215 486105 Senegal 666 528106 Reunion 984 806107 Jamaica 26 28108 Dominica 49 49109 Solomon Islads 57 67110 Tonga 73 46111 Kuba 39 38112 Czech Republic 128 113
Sumber : BPS, 2007
Lampiran 2. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$)
1 Jepang 515.737 380.4102 Hongkong 156.305 108.2233 Korea 720.239 308.5854 Taiwan 269.470 144.5065 China 1.659.978 753.7076 Thailand 89.619 70.7077 Singapura 177.902 124.0678 Philipina 93.283 61.1559 Malaysia 378.092 259.006
10 Myanmar 33.715 20.43511 Kamboja 13.578 9.13712 Brunei Darussalam 1.047 1.26013 Vietnam 186.612 113.47814 India 199.757 94.49215 Pakistan 74.972 49.68116 Bangladesh 51.446 29.33917 Sri Lanka 75.965 40.33718 Afghanistan 248 36419 Iran 128.247 89.43120 Saudi Arabia 108.764 67.08921 Kuwait 17.159 11.72822 Yordania 18.503 15.13323 Yaman 17.210 12.54024 Turki 41.835 30.77325 Uni Emirat Arab 87.483 67.58826 Qatar 6.426 5.86127 Bahrain 6.212 5.36728 Mesir 35.521 25.47329 Sudan 8.639 5.35930 Kenya 8.368 6.63331 Togo 3.929 3.28132 Ghana 8.949 6.81633 Liberia 284 26834 Angola 1.166 85235 Congo 914 70436 Nigeria 57.078 43.07037 Mauritania 522 42538 Djibouti 18.641 13.87839 Afrika Selatan 50.839 32.24340 Zimbabwe 1.071 82541 Mauritius 20.691 11.83042 Australia 188.781 161.65243 New Zeland 42.064 32.26544 New Caledonia 1.005 80845 Fiji 3.132 2.43646 Amerika Serikat 292.006 227.38247 Kanada 51.707 40.70848 Guatemala 2.990 2.245
Lanjutan Lampiran 2.
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$) 49 Mexico 2.564 2.17050 Argentina 3.464 3.03951 Brazil 18.121 14.14952 Colombia 4.266 4.19053 Ecuador 2.599 2.93654 Peru 4.851 4.72755 Dominican Republic 913 78256 El Savador 3.695 2.45757 Costa Rica 3.828 2.52758 United Kingdom 23.662 21.80259 Netherland 52.513 26.82460 Perancis 96.197 40.55861 Jerman 2.400 5.31662 Austria 2.375 1.61363 Belgia 27.784 24.57364 Switzerland 1.134 52065 Sweden 1.128 1.25766 Italia 185.265 74.67367 Spanyol 17.140 14.51968 Greece 14.202 11.18569 Czechoslovakia 1.528 1.24670 Rumania 381 39471 Bulgaria 2.490 88572 Kyrgyzstan 87 6273 Ukraina 3.317 3.95174 Latvia 152 13475 Georgia 2.698 1.89476 Croatia 152 12377 Malta 515 44978 Slovenia 1.023 82479 Rusia 4.996 5.58180 Ireland 317 53281 Nepal 136 9482 Iraq 28 4683 Chili 1.426 1.52484 Venezuela 615 66085 Trinidad 528 38786 Denmark 432 1.04387 Liechtenstein 199 54288 Madagascar 1.255 1.18989 Cyprus 3.332 2.60590 Algeria 125 5991 Kamerun 1.710 1.23592 Benin 1.431 1.16393 Cote D’Ivory 1.496 1.16394 Tanzania 4.299 2.74995 Mozambiq 1.426 1.10296 Guinea 1.360 1.058
Lanjutan Lampiran 2.
No Negara Tujuan Volume (Ton) Nilai (000 US$) 97 Gabon 157 14198 Papua New Guinea 2.357 2.31299 Nicaragua 1.839 1.182
100 French Polynesia 880 868101 Uruguay 205 210102 Paraguay 338 422103 Samoa 54 55104 Norway 440 627105 Senegal 822 682106 Reunion 1440 1187107 Jamaica 184 138108 Dominica 25 17109 Solomon Islads 51 53110 Tonga 46 60111 Kuba 192 149112 Czech Republic 19 57
Sumber : BPS, 2007
Lampiran 3. Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan yang Digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan, Tahun 2006
Negara Volume (Ton) Nilai (000 US$)
Jepang Hongkong Korea Selatan Taiwan China Thailand Singapura Philipina Malaysia Myanmar Kamboja Vietnam India Pakistan Bangladesh Srilanka Iran Saudi Arabia Kuwait Yordania Yaman Turki Uni Emirat Arab Mesir Ghana Nigeria Afrika Selatan Mauritius Australia New Zeland Amerika Serikat Kanada Brazilia United Kingdom Netherland Perancis Belgia Italia Spanyol Greece Sudan Rusia Djibouti Jerman Ukraina El Salvador Costa Rica
515.737156.305720.239269.470
1.659.97889.619
177.90293.283
378.09233.71513.578
186.612199.62574.97251.44675.965
128.247108.76417.15918.50317.21041.83587.48335.5218.949
57.70850.83920.691
188.78142.064
292.00651.70718.12123.66252.51396.19727.784
185.26517.14014.2028.6394.996
18.64124003666
3.6953.828
380.410108.223308.585144.506753.70770.707
124.06761.155
259.00620.435
9.137113.47894.49249.68129.33940.33789.43167.08911.72815.13312.54030.77367.58825.473
6.81643.07032.24311.830
161.65232.265
227.38240.70814.14921.80226.82440.55824.57374.67314.51911.185
5.3595.581
13.8785.3163.9512.4572.527
Sumber : BPS, 2007
Lampiran 4. Data Nominal yang digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia, Tahun 2006
NEGARA Xij (1) Pj Yj (2) Nj (3) Dij (4) ERj (5) DM Jepang 515737 0.74 33100 127.76 5768 116.3 0 Hongkong 156305 0.69 36500 6.92 5194 7.77 0 Korea Selatan 720239 0.43 24200 48.45 5276 954.79 0 Taiwan 269470 0.54 29000 23.04 3803 32.38 0 China 1659978 0.45 7600 1314.78 4419 7.97 0 Thailand 89619 0.79 9100 64.63 2319 37.88 0 Singapura 177902 0.70 30900 4.36 900 1.59 0 Philipina 93283 0.66 5000 85.47 2778 51.31 0 Malaysia 378092 0.69 12700 26.64 1175 3.67 1 Myanmar 33715 0.61 1800 55.36 2795 6.42 0 Kamboja 13578 0.67 2600 13.88 2755 4008.9 0 Vietnam 186612 0.61 3100 83.2 3009 15994.3 0 India 199625 0.47 3700 1107.94 5012 45.31 0 Pakistan 74972 0.66 2600 152.8 5660 60.27 0 Bangladesh 51446 0.57 2200 137.36 3769 68.93 0 Srilanka 75965 0.53 4600 19.69 3330 103.91 0 Iran 128247 0.70 8900 68.69 7405 9327.03 0 Saudi Arabia 108764 0.62 13800 27.02 7922 3.75 0 Kuwait 17159 0.68 21600 2.42 7402 0.28 0 Yordania 18503 0.82 4900 5.91 8598 0.71 0 Yaman 17210 0.73 900 21.46 7154 198.55 0 Turki 41835 0.74 8900 70.41 9447 1.17 0 Uni Emirat Arab 87483 0.77 49700 2.6 16559 3.67 0 Mesir 35521 0.72 4200 78.89 8978 5.7 0 Ghana 8949 0.76 2600 22.41 14746 9498.3 0 Nigeria 57708 0.75 1400 131.86 11617 119.5 0 Afrika Selatan 50839 0.63 13000 47.39 8605 6.51 0 Mauritius 20691 0.57 13500 1.24 15731 30.1 0 Australia 188781 0.86 32900 20.26 5507 0.75 1 New Zeland 42064 0.77 26000 4.08 7719 1.29 0 Amerika Serikat 292006 0.78 43500 301.13 18454 1 1 Kanada 51707 0.79 35200 32.74 13236 1.13 0 Brazilia 18121 0.78 8600 188.08 15438 1.74 0 United Kingdom 23662 0.92 31400 60.61 11713 0.48 0 Netherland 52513 0.51 31700 16.49 11361 0.8 1 Perancis 96197 0.42 30100 62.75 11583 0.8 1 Belgia 27784 0.88 31800 10.38 11414 27.5 0 Italia 185265 0.40 29700 58.13 10815 1320.19 0 Spanyol 17140 0.85 27000 40.39 12190 113.45 0 Greece 14202 0.79 23500 10.7 13831 28.31 0 Sudan 8639 0.62 2300 41.24 8526 200.04 0 Rusia 4996 1.12 12100 142.89 9297 24.59 0 Djibouti 18641 0.74 2515 486.5 10245 123.45 0 Jerman 2400 2.22 31400 82.7 10785 1.33 1 Ukraina 3666 1.08 7600 46.71 9580 5.05 0 El Salvador 3695 0.66 4900 6.82 18092 8.75 0 Costa Rica 3828 0.66 12000 4.08 18757 518.89 0 Sumber : BPS (2007) (1) ; www.infoplease.com (2), (3) ; www.indo.com (4), (5)
Lampiran 5. Analisis Regresi Gravity Model dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)
Regression Analysis: LogXij versus LogPj, LogYj, ... The regression equation is LogXij = 4.27 - 2.68 LogPj + 0.727 LogYj + 0.388 LogNj - 0.915 LogDij + 0.0093 LogERj - 0.105 DM Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 4.2668 0.8611 4.96 0.000 LogPj -2.6789 0.4447 -6.02 0.000 1.1 LogYj 0.7268 0.1318 5.52 0.000 1.5 LogNj 0.38753 0.08387 4.62 0.000 1.2 LogDij -0.9155 0.1758 -5.21 0.000 1.1 LogERj 0.00932 0.04978 0.19 0.852 1.4 DM -0.1048 0.1849 -0.57 0.574 1.2 S = 0.349596 R-Sq = 74.3% R-Sq(adj) = 70.4% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 14.1017 2.3503 19.23 0.000 Residual Error 40 4.8887 0.1222 Total 46 18.9903
Lampiran 6. Analisis Pengujian Asumsi Normalitas dan Homoskedastisitas Aliran Perdagangan Kertas Indonesia
1. Normalitas
LogXij
Perc
ent
6.56.05.55.04.54.03.53.0
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
>0.150
4.683StDev 0.6425N 47KS 0.059P-Value
Probability Plot of LogXijNormal
2. Homoskedastisitas
Fitted Value
Res
idua
l
6.05.55.04.54.03.5
0.75
0.50
0.25
0.00
-0.25
-0.50
Residuals Versus the Fitted Values(response is LogXij)