kertas
DESCRIPTION
kertasTRANSCRIPT
Asal usul dan sejarah perkembangan pembuatan kertas secara moderen pada saat ini
lebih banyak bisa dilihat sebagai suatu perkembangan seni yang mendorong
munculnya teknologi, dibandingkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
mendorong teknologi. Bagaimana tidak, sejarah menunjukkan bahwa kebutuhan
akan kertas disesuaikan dengan tingkat budaya manusia. Kebutuhan akan kertas tidak
hanya bergantung pada satu jenis kertas saja, tetapi selalu berkembang tergantung
dari fungsi final barang berbahan baku kertas tersebut.
Masyarakat Mesir kuno penemu pertama kali didunia alat Bantu tulis sebagai awal
penemuan kertas. Alat untuk tulis ini diperoleh dengan menghancurkan dan
mengepres secara bersama daun papyrus menjadi bentuk lembaran. Itulah asal usul
nama “paper”, sbagai turunan dari bahasa Mesir “papyrus”, sejenis rumput-rumputan
liar yang tumbuh di sepanjang tepian sungai nil. Sejarah asli penemuan kertas di
China tercatat pada tahun 100 SM. Kertas saat itu terbuat dari suspensi serat batang
bambu atau serat mulberry. Fiber atau serat dari bambu tersebut disuspensikan
kedalam air dan air dikeluarkan dengan saringan yang juga terbuat dari bambu dan
diikat dengan ikatan dari ekor kuda. Masyarakat China telah membentuk kertas
menjadi suatu benda seni dan masih banyak sisa-sisa peninggalannya.
Setelah berabad abad seni pembuatan kertas berkembang dan menjamah Timur
Tengah dan menjalar ke Eropa, dimana saat itu katun dan sisa dari linen menjadi
bahan baku pembuatan kertas. Kemudian pada awal abad 15 sejumlah pabrik
pembuatan kertas mulai bermunculan di Spanyol, Italia, Perancis, dan Jerman.
Namun demikian mesin kertas pertama kali berdiri di Amerika Utara di dekat
Philadephia pada tahun 1690.
Pada proses yang lama kertas dibuat pada kondisi asam (acid process). Telah banyak
pula diketahui bahwa kertas yang dibuat dengan sistem acid relatif tidak tahan lama
(short life time) dan cenderung mudah mudah kehilangan kekuatan (strenght) saat
terkena perubahan lingkungan, seperti tempertur, kelembaban, dan lain-lain. Pada
kasus yang lain, perubahan warna dan tidak kesesuaian warna juga sering terjadi. Hal
ini sering terjadi pada arsip-arsip dan dokumen lama, buku perpustakaan lama,
dimana setelah beberapa tahun warna kertasnya berubah menjadi agak kekuning-
kuningan. Berdasar hal diatas muncul pemikiran untuk mengatasi permasalahan yang
muncul saat menggunakan kertas yang diproduksi dengan proses acid, akhirnya
dicobakan kertas dengan proses pada kondisi netral hingga atau sedikit basa (alkaline
process). Ternyata masalah-masalah diatas berhasil direduksi dengan kertas yang
menggunakan proses alkaline. Proses alkaline hingga saat ini menjadi pilihan dari
pabrik kertas, karena disamping menghasilkan kertas yang lebih putih, juga
disebabkan oleh nilai ekonomis dari proses produksi kertas yang banyak
menggunakan CaCO3 sebagai filler penunjang kertas yang lebih ekonomis dari pada
pulp.
Dan disamping itu kondisi alkaline pda proses pembuatan kertas memberikan lebih
banyak manfaat, sebagai mana di atas CaCO3 akan memberikaan manfaat untuk
menstabilkan proses dan menjaga pH proses (7.0 ~ 8.0). Hal utama digunakannya
CaCO3 adalah karena harganya yang relatif sangat murah, dan sangat potensial
sebagai bahan pengganti filler. Pada sistem alkaline filler dengan menggunakan
CaCO3 dapat menggantikan pulp 18% hingga 25%. Lebih tinggi bila dibandingkan
pada proses asam yang menggunakan clay sebagai filler yang hanya menjangkau
substitusi pulp pada jangkauan 7% hingga 12%.
Sejumlah manfaat tambahan juga menjadikan sistem alkaline sangat menarik untuk
diperhatikan. Diantaranya; kertas yang lebih kuat, kecepatan drainage yang lebih
tinggi, drying yang lebih cepat, berkurangnya korosi pada sistem, meningkatkan nilai
recycle dari air yang digunakan, dan sebagainya. Sehingga hingga saat ini mudah
dipahami jika proses alkaline menjadi pilihan utama pada proses pembuatan kertas.
Pada saat ini kondisi mesin kertas dan technologinya sudah jauh meninggalkan
teknologi dan mesin kertas yang pertama kali muncul, meskipun inti dari proses
masih pada jangkauan yang serupa.
STOCK PREPARATION
Stock Preparation merupakan jembatan penghubung antara pulp mill yang
menghasilkan pulp dan paper machine atau paper mill/factory. Pada stock preparation
akan terjadi proses repulping, screening, refining, blending dan mixing , penambahan
additif, dan juga pengukuran sebelum bahan baku di kirimkan ke paper machine.
Tujuan dari stock Preparation adalah untuk menyiapkan bahan baku yang meliputi
bahan baku serat (pulp) dan non serat (additif, filler), mengolah dan memodifikasi
setiap bahan baku
Pada prinsipnya, bahan baku pembuatan kertas adalah selulosa yaitu suatu
bahan serat (fibrous material) yang merupakan penyusun utama dinding sel tumbuhan
dan terutama terdapat pada bagian batang, daun, dan tangkai buah dari pada pohon.
Bahan dasar pembuatan kertas dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu
golongan kayu, dan non kayu. Golongan kayu terdiri dari jenis kayu lunak (soft
wood) dan jenis kayu keras (hard wood). Sedangkan golongan non kayu terdiri dari
berbagai jenis bahan seperti bambu, rags (kain-kain bekas), merang, damen, ampas
tebu, (bagasse) dan kertas bekas (afval paper).
Kayu baik sekali dipakai sebagai bahan dasar pembuatan kertas karena
seratnya lebih panjang daripada jenis rumput-rumputan. Umumnya pabrik kertas
menggunakan pulp kayu (Wood pulp) sebagai campuran untuk memperkuat kertas.
Jenis kayu yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas
adalah:
a. Kayu lunak (Soft Wood).
Kayu jenis ini memiliki serat selulosa yang lebih panjang yaitu sekitar 7-8 mm,
sehingga dapat menghasilkan kertas yang kuat, oleh karena itu banyak industri
kertas yang menggunakan kayu jenis ini. Pulp kayu jenis ini disebut NBKP
(Needle Leaf Bleach Karft Pulp) karena jenis kayu lunak umumnya adalah jenis
kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi, Agatis Loranthifolia
dan Albizzia Folcata. Kertas yang dihasilkan dari bahan baku kayu lunak
berkualitas tinggi, sehingga kertas yang dibuat dari bahan baku lain sering
ditambahkan pulp kayu sekitar 20 % agar sifat dan kekuatan kertas tersebut lebih
baik, selain itu juga untuk menekan biaya produksi, karena harga serat panjang
relatif lebih mahal daripada serat pendek. Contohnya adalah kertas HVO, HVS,
dan tissue.
b. Kayu keras (Hard Wood).
Kayu jenis ini memiliki serat yang pendek, yaitu kurang dari 2 mm sehingga pulp
kayu ini sering digunakan sebagai campuran dalam pulp yang mempunyai serat
pendek, contohnya : Kayu karet, kayu turi, dan lain-lain. Jenis pulp kayu ini
disebut pulp LBKP (Long Leaf Bleach Karft Pulp) karena pada umumnya serat
pendek terdapat terdapat pada jenis kayu berdaun lebar, (Long Leaf).
Keuntungan serat pendek adalah membentuk formasi lembaran yang baik dan
mudah pada proses penggilingan (refining).
c. Secondary Fiber.
Secondary fiber dapat didefinisikan sebagai semua material berserat yang mana
telah melalui proses produksi kertas dan telah atau sedang mengalami proses
recycle kembali untuk dibuat kembali menjadi kertas. Keuntungan pendaur
ulangan kertas adalah :
1. Membatasi pemakaian sumber serat yang ada di alam, yang pada akhirnya bisa
menghemat dan menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada.
2. Mengurangi polusi lingkungan yang disebabkan oleh adanya sampah-sampah
kertas bekas yang jumlahnya cukup banyak.
3. Investasi pembuatan pulp dari kertas bekas relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pembutan pulp dari bahan baku kayu. Serat yang diperoleh
dari kertas bekas dinamakan serat sekunder. John L. Clause (1962) menyatakan
keuntungan pulp dari kertas bekas, yaitu :
Memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik.
Kecenderungan terhadap “curl” kurang.
Retensi size dan filler lebih baik.
Menjamin kerataan formasi lembaran.
Persediaan melimpah.
Harga lebih murah.
Penggunaan air dan energi yang relatif lebih rendah.
Kelemahan dari serat sekunder adalah :
1. Kekuatan serat sekunder umumnya lebih rendah dibandingkan dengan serat alam
yang masih baru.
2. Derajat putih pulp yang dihasilkan umumnya lebih rendah dari pada serat primer.
3. Serat sekunder mempunyai panjang serat yang tidak seragam dan derajat giling
rendah.
Selain bahan baku utama diatas ditambahkan pula bahan-bahan penunjang yang akan
membantu proses pembuatn kertas ataupun akan memberikan sifat spesifik dari kertas
yang akan jadi. Bahan-bahan penunjang tersebut antara lain :
Asam dan basa, untuk kontrol pH
Alum, berfungsi untuk mengkontrol pH, pengikat anatar bahan additif. Membantu
retensi pada proses Acid, dan juga untuk flokulasi dari filler pada proses alkali. Pada
proses alkali pemberian laum perlu dijaga karena jika berlebih akan dapat
menurunkan run ability dan membuat white water menjadi keruh serta sulit untuk
diproses..
Sizing agent, berfungsi untuk membantu penetrasi liquid pada kertas. Penetrasi
liquid merupakan sifat penting yang perlu diperhatikan. Karena akan mempengaruhi
mutu cetak pada kertas cetak, mempengaruhi resapan tinta pada kertas tulis, dan
penetrasi coating pada art board untuk kertas bahan baku kertas salut (Coated Base
Paper).
1.Internal Sizing, penambahan bahan bantu untuk sizing. Dilakukan saat belum
terbentuk lembaran, saat stock masih berupa buburan
2.Ekternal Sizing
Dry Strength, meningkatkan daya cabut dan tensile, sertabursting.
Wet Strenght, meembentuk kekuatan kertas saat masih basah.
Pewarna, memberikan warna kertas.
Retensi, membantu pembentukan jaringan ikaat antar fiber, filler atau finer.
Defoamer, meningkatkan drainage
OBA, meningkatkan kecerahan dari kertas.
Slimecide/Biocide, mengontrol lendir dan mikroorganisme lain.
Pada stock preparation diarahkan untuk mencampuran semua bahan baku diatas dan
kemudian untuk mendapatkan furnish atau buburan serat yang uniform atau seragam.
Sehingga pada akhirnya akan didapatkan proses yang berjalan dengan lancar dan
stabil untuk mendapatkan kertas dengan kuantitas serta kualitas yang diharappkan.
Pada Stock Preparation meliputi proses berikut :
Repulping (Dispersion)
Repulping atau pulping mengacu pada semua kegiatan mekanis yang mendispersikan
pulp kering ke dalam air untuk membentuk semacam slury. Proses yang terjadi pada
repulping dapat batch ataupun kontinyu. Pada proses batch defibrilasi dari pulp
biasanya dilakukan pada vessel tunggal yang biasanya disebut pulper. Pada proses
kontinyu biasanya ada penambahan proses yang memungkinkan defibrilasi berjalan
terus menerus.
Variasi dari bahan baku akan menentukan energi yang diperlukan untuk repulping.
Hampir semua virgin pulp lebih sulit untuk direpulper, terutama jika disimpan pada
tempat dengan kadar air yang rendah. Berbeda dengan broke yang biasanya lebih
mudah untuk direpulping. Umumnya energi yang diperlukan dapat diminimalkan jika
operasi dilakukan pada konsistensi tinggi (lebih dari 18%) dan temperatur di atas 50 oC.
Pulper terdiri dari sebuah bejana yang kuat dan dilengkapi dengan bilah penghancur
yang dapat menghasilkan pusaran yang turbulen dan memiliki sirkulasi yang baik
untuk memisahkan ikatan dari fiber. Rotor penghancur dirancang untuk
menghancurkan pulp pada konsistensi 15~18%. Pada saat konsistensi meningkat,
defibrilasi akan meningkatkan gaya gesek antar fiber, sehingga kebutuhan energi
akan menurun. Bentuk dari rotor juga dipengaruhi oleh konsistensi dari buburan yang
akan dibentuk Untuk konsistensi tinggi bentuk rotor adalah kerucut, konsitensi
rendah biasanya lebih datar.
Refining (beating)
Rfining adalah proses untuk memodifikasi bentuk dan ukuran dari fiber, agar pada
konsisi akhir didapatkan kertas dan alur proses sesuai dengan yang diharapkan. Pada
proses ini fiber akan dikenai aksi fisik pada suatu atau dua piringan datar yang saling
bergerak atau dapat juga berbentuk kerucut. Alat yang digunakan ini yang dimaksud
dengan refiner.
Pada refiner ada bagian penting, yaitu pisau refiner, yang mana keduanya dapat
bertindak sebagai alat pemotong dan penyerabut dari fiber yang masuk. Pisau refiner
terdiri dari dua bagian yaitu: pisau rotor dan pisau stator. Piasu rotor berberak diatas
pisau stator dengan menjepit pulp atau fiber diantaranya. Ada lima langkah yang
berlangsung, dpat diperhatikan dari gambar berikut :
Pada akhirnya dari proses refining adalah didapatkan kondisi sebagai berikut :
Sedangkan yang dapat mempenagruhiu refining adalah
Efek UtamaMemisahkan dinding utama serat, memebentuk serabut-serabut kecil lepas atau “fines”Penetrasi dari air kedalam dinding sel serat, terjadi”bruising” dan “swealing”Memecah ikatan antar serat, digantikan oleh ikatan hidrogen serat dengan air. (“hydrasi”)Meningkatnya fleksibilitas serat.Fibrilasi bagian luar dan menyerabutan.Pemendekan fiber
Efek TambahanRusaknya atau frakure pada dinding sel serat.Fiber mekar atau malah menyusutFiber menjadi lurus (pada konsitensi rendah)Fiber menjadi melengkung (pada konsitensi tinggi.Pelarutan parsialdari permukaan hemicellulose menadi “gels”
Bahan BakuMorfologi dari fiber (amat tergantung dari tumbuhan)Metode dan derajat pulpingTreatment saat bleachingProses utamaDistribusi dari panjang fiberKekasaran fiber (fiber coarsness)Rasio dari umur kayu muda dan tua, disepakati 24 %.Komposisi kimia pulp (kandungan lignin, selulosa dd.)
Karakter PosesUkuran dan bentuk pisauLuas permukaan batang dan groovesKedalaman dari grooveMaterial penyusun refinerBar anglesKecepatan rotasi
Variable ProsesSuhuPHKonsistensiAdditivePretreatmenKecepatan ProduksiEnergi yang digunakan
Ada dua tipe refiner, yaitu :
1. Disc Refiner
Rotating disc opposing stationary disc
Two opposing rotating disc
Rotating double-sided disc between two stationary disc
2. Conical Refiner
Low angle types (Jordans)
High angle types (Clafins)
Pada hampir semua sistem refining ada dua tujuan khusus, yaitu :
Mencapai kekuatan maksimum dari fiber
Mengatur pematusan dari air dan mengatur formasi dari lembaran kertas.
Pulp itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu material/bahan yang bersifat
halus dan lembab yang terdiri dari bahan serat kayu. Tampilannya dapat berwujud
benda setengah cair hingga setengah padat dan padat (tergantung seberapa banyak
kandungan air/zat cair di dalamnya). Ketika berbentuk sebagai benda cair, pulp
menyerupai "bubur". Oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai "bubur kayu".
Pulp ini merupakan bahan baku utama untuk aneka jenis kertas dan plywoods serta
produk turunan yang lainnya.
Selulosa merupakan bagian penyusun utama jaringan tanaman berkayu. Bahan
tersebut utamanya terdapat pada tanaman kertas, namun demikian pada dasamya
selulosa terdapat pada setiap jenis tanaman, termasuk tanaman semusim, tanaman
perdu dan tanaman rambat bahkan tumbuhan paling sederhana sekalipun. Seperti:
jamur, ganggang dan lumut.
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium
hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
• Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi)
600 - 1500. Selulosa a dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian
selulosa.
• Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15 - 90, dapat mengendap bila
dinetralkan
• Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP
nya kurang dari 15. Selain itu ada yang disebut Hemiselulosa dan Holoselulosa yaitu :
• Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis
akan menghasilkan D-manova, D-galaktosa, D-Xylosa, L-arabinosa dan asam uranat.
• Holosefulosa adalah bagian dari serat yang bebas dan sari dan lignin, terdiri
dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa.
Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (mumi). Selulosa α
> 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan
propelan dan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan
sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain (serat rayon).
Selulosa dapat disenyawakan (esterifikasi) dengan asam anorganik seperti
asam nitrat (NC), asam sulfat (SC) dan asam fosfat (FC). Dari ketiga unsur tersebut,
NC memiliki nilai ekonomis yang' strategis daripada asam sulfat/SC dan fosfat/FC
karena dapat digunakan sebagai sumber bahan baku propelan/bahan peledak pada
industri pembuatan munisi/mesin dan atau bahan peledak.
Selulosa dan Pemanfaatannya. Secara kimia, selulosa merupakan senyawa
polisakarida yang terdapat banyak di alam. Bobot molekulnya tinggi, struktumya
teratur berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan β-D-Glukopiranosa.
Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf
serta pembentukan micro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa.
Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas
dan konfigurasi rantainya. Dalam praktek, parameter yang banyak diukur adalah
berupa derajat polimerisasi (DP) dan kekentalan (viscositas) yang juga merupakan
tolok ukur kualitas selulosa.
Pemisahan selulosa dari tumbuhan dapat dilakukan dengan cara hidrolisis
melalui prosedur HoloselulosaTappi Standard Tgm (Useful method 249, ASTM
Standard D 1104 dan Sll) atau penentuan selulosa Cross dan Sevan dan selulosa
Kursner. Bagian dari selulosa yang tahan dan tidak larut oleh larutan basa kuat
disebut selulosa α (α -cellulose). Bagian yang terlarut tetapi dapat mengendap apabila
ekstrak dinetralkan dikenal sebagai selulosa β (Betha Cellulosa)
Bagian yang tinggal dalam larutan walaupun sudah dinetralkan dikenal sebagai
selulosa γ. Kemumian selulosa sering dinyatakan melaui parameter selulosa α.
Biasanya semakin tinggi kadar selulosa α, maka semakin baik mutu bahannya.
Selulosa dapat diesterkan(esterifikasi) dengan asam anorganik seperti asam nitrat,
asam sulfat dan asam fosfat. Hasilnya berturut-turut adalah selulosa nitrat, selulosa
sulfat dan selulosa fosfat. Secara niaga selulosa nitrat/NC adalah yang terpenting
yang banyak digunakan untuk bahan dasar pembuatan bahan peledak atau propelan.
Selulosa nitrat tersebut dibuat berdasarkan reaksi alkohol dan asam nitrat dengan
katalis asam sulfat pekat terhadap selulosa yang sebelumnya dibuat menjadi selulosa
alkali.
Untuk mengetahui kualitas dari selulosa, antara lain dengan pemantauan
derajat polimerisasi (DP), maka kita dapat mengetahui kualitas dari selulosa yang ada
dan viscositas (kekentalan). Di Indonesia jenis selulosa yang berkualitas baik untuk
serat panjang adalah tanaman keras seperti pinus, aghatis, bambu, kenaf, abaca, kapas
dan rami serta untuk serat pendek adalah albasia, acasia dan eucalyptus. Pengaruh
panjang serat, untuk kasus tertentu ada korelasi antara panjang serat dengan kadar
selulosa, sebagai contoh : serat kapas mempunyai kadar selulosa yang tinggi
dibanding selulosa kayu.
Pemanfaatan Selulosa di bidang Kesejahteraan. Penggunaan selulosa dan
turunannya (derivat selulosa) dibidang industri untuk kesejahteraan luas sekali.
Industri-indusri yang menggunakan selulosa sebagai bahan baku meliputi industri
kertas, industri yang memproduksi bahan penyerap (absorbent) seperti popok bayi,
kertas, tissue, pembalut wanita dan lain-lain. Industri yang memproduksi Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) untuk digunakan pada industri makanan dan industri
memproduksi selulosa asetat dan selulosa nitrat sebagai bahan plastik dan tekstil
(rayon). Berbagai jenis kayu dapat juga dimanfaatkan sebelum diolah untuk diambil
selulosanya, misalnya : untuk keperluan bahan bangunan seperti untuk lantai,
dinding, pintu, kusen dan untuk bantalan rel kereta api, tiang listrik, telepon, untuk
alat musik, alat olahraga, bagian-bagian kapal, bus, kereta api, aeromodelling dan
lain-lain.
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung
selulosa dan hemiselulosa.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan
banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih
(tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas,
bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini
bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit
atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada
naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis.
Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir
Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai
Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan
papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal
sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman,
bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang menyumbangkan kertas bagi
Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah
didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar
ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan
berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan
kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab
pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam
Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan
perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga
dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun
Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India
lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor
ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.
Di tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses
untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak,
dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier.
Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan
meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis.
Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan
pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.
Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan
meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang.
Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp
dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-
1854, Charles Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan
menggunakan proses soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama
Benjamin Chew Tilghman mendapatkan British Patent untuk proses sulfit. Pulp yang
dihasilkan dari proses sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari
eksperimen dasar oleh Carl Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut
proses sulfat, karena Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan
pemasak.
ccc
Proses Sulfat
Pembuatan pulp sulfat pertama kali diperkenalkan
secara komersial pada tahun 1865 di Swedia (Scott dan
Abbolt 1995). Karena kertas yang terbuat dari pulp sulfat
memiliki keunggulan pada kekuatan dan formasi
seratnya, sehingga sampai abad ke 21 proses sulfat
masih tetap menjadi andalan teknologi pembuatan pulp
belum terkalahkan bahkan hampir 85% pulp dunia
memakai proses sulfat. Reaksi kimia yang terjadi pada
proses sulfat sangat komplek dan panjang. Lignin yang
terdapat pada kayu mengalami pelunakan menjadi
fragmen-fragmen kecil oleh ion hidroksil (OH) dan
hidrosulfida (HS) oleh larutan pemasak. Fragmen lignin
tersebut akan terlarut menjadi ion fenolat atau
karboksilat. Karbohidrat pada kayu, seperti
hemiselulosa dan selulosa, juga sebagian ada yang
terlarut. Selain itu akan terjadi juga reaksi kondensasi
fragmen lignin yang mengakibatkan lignin yang
terkondensasi menjadi lebih sulit untuk dihilangkan dari
serat. Namun adanya ion OH dapat mengurangi reaksi
kondensasi tersebut dengan merintangi gugus
reaktifnya. Gaya penggerak yang sangat dominan pada
proses sulfat adalah adanya alkali sebagai alkali aktif
dan faktor suhu pemasakan. Bahkan dengan adanya
ion HS dapat mempercepat proses pelarutan lignin
tanpa banyak melarutkan selulosa, sehingga secara
keseluruhan polimer lignin dapat dipecah menjadi
molekul yang lebih kecil dan dapat larut dalam lindi
hitam. Molekul kecil tersebut tidak berfungsi lagi sebagai
bahan perekat antar serat, sehingga serat dengan
mudah dapat terurai secara individu (Cassey 1980)
Proses Sulfat
Pembuatan pulp sulfat pertama kali diperkenalkan
secara komersial pada tahun 1865 di Swedia (Scott dan
Abbolt 1995). Karena kertas yang terbuat dari pulp sulfat
memiliki keunggulan pada kekuatan dan formasi
seratnya, sehingga sampai abad ke 21 proses sulfat
masih tetap menjadi andalan teknologi pembuatan pulp
belum terkalahkan bahkan hampir 85% pulp dunia
memakai proses sulfat. Reaksi kimia yang terjadi pada
proses sulfat sangat komplek dan panjang. Lignin yang
terdapat pada kayu mengalami pelunakan menjadi
fragmen-fragmen kecil oleh ion hidroksil (OH) dan
hidrosulfida (HS) oleh larutan pemasak. Fragmen lignin
tersebut akan terlarut menjadi ion fenolat atau
karboksilat. Karbohidrat pada kayu, seperti
hemiselulosa dan selulosa, juga sebagian ada yang
terlarut. Selain itu akan terjadi juga reaksi kondensasi
fragmen lignin yang mengakibatkan lignin yang
terkondensasi menjadi lebih sulit untuk dihilangkan dari
serat. Namun adanya ion OH dapat mengurangi reaksi
kondensasi tersebut dengan merintangi gugus
reaktifnya. Gaya penggerak yang sangat dominan pada
proses sulfat adalah adanya alkali sebagai alkali aktif
dan faktor suhu pemasakan. Bahkan dengan adanya
ion HS dapat mempercepat proses pelarutan lignin
tanpa banyak melarutkan selulosa, sehingga secara
keseluruhan polimer lignin dapat dipecah menjadi
molekul yang lebih kecil dan dapat larut dalam lindi
hitam. Molekul kecil tersebut tidak berfungsi lagi sebagai
bahan perekat antar serat, sehingga serat dengan
mudah dapat terurai secara individu (Cassey 1980)
Sampai akhir tahun 2007, industri pulp mekanis di
Indonesia belum terwujud bahkan pulp tersebut masih
impor. Hal ini kemungkinan ada beberapa alasan
diantaranya pulp kimia lebih menguntungkan dan
kebutuhan bahan baku pulp kayu masih melimpah dan
tidak ada kebijakan dari pemerintah. Pertimbangan
lainnya bahwa proses pulp mekanis memerlukan energi
lebih tinggi dan harga energi pada saat ini dirasakan
sangat mahal. Namun suatu saat sumber alam berupa
kayu akan mengalami krisis sehingga kebijakan industri
pulp lambat laun akan berubah dan mengarah kepada
proses lainnya. Dipastikan usaha dan investasi untuk
pembuatan bubur kertas akan beralih pada pembuatan
pulp mekanis atau semi kimia mekanis dengan
modifikasi teknologi terbaru hemat bahan dan energi.
Produk hilir yang bisa dibuat dari pulp mekanis
diantaranya untuk kertas koran, kertas industri, tisu dan
campuran peredam suara. Vipart (1993)
mengemukakan bahwa termo mechanical pulp (TMP)
serat panjang apabila dilakukan penggilingan
menggunakan refiner akan memperlihatkan sifat yang
hampir sama dengan sifat serat pendeknya. Namun penguraian serpih yang
memiliki serat panjang pada proses TMP harus dipisah
dengan serpih yang memiliki serat pendek, hal ini untuk
menghindari terjadinya pemotongan serat yang
berlebih.
Dalam proses menjadikan kayu-kayu hutan ini menjadi bubur kertas (pulp),
maka gelondongan kayu harus dipotong kecil-kecil (chips). Serat-serat kayu
iu kemudian dipisahkan dengan cara memasaknya dengan senyawa sulfur
seperti sulfat dan sulfit.
Proses sulfat (proses kraft) menggunakan bahan kimia natrium hidroksida
(NaOH) dan natrium sulfida (Na2S). Pulp yang dihasilkan dari proses ini akan
berwarna coklat gelap dan sangat kuat. Dalam proses ini akan diemisikan ke
udara gas-gas yang tergolong NCG (Non condensable gases) berupa TRS
(total reduced sulphur), contohnya gas SO2 (sulfur dioksida).
SO2 adalah salah satu gas yang bersifat racun. Emisi gas-gas ini dapat
ditandai keberadaannya di udara dengan adanya bau telur busuk yang
menyengat. Untuk setiap ton pulp yang dihasilkan akan dilepaskan ke udara
1 sampai 3 kg gas sulfur dioksida.
Proses sulfit menggunakan asam sulfat sebagai bahan kimia pemasak. Pulp
yang dihasilkan dari proses ini akan menghasilkan warna yang tidak terlalu
gelap, lebih lemah dan halus daripada pulp yang dihasilkan proses kraft.
Untuk menghasilkan pulp yang berwarna putih, maka pulp harus mengalami
proses bleaching (pemutihan) dengan menggunakan klorin dioksida. Sisa
bahan kimia kemudian dibuang bersama ratusan ribu air yang digunakan
untuk pemutihan tersebut. Bahan kimia klorin dapat kita temukan sehari-hari
dalam pemutih pakaian yang biasa digunakan dirumah kita masing-masing.
Untuk membuat kertas, berbagai jenis pulp basah diaduk dan dicampur
dengan fillers (bahan pengisi) seperti kalsium karbonat (CaCO3), kaolin,
titanium oksida, dll serta additif (bahan tambahan) seperti rosin, aluminium
sulfat, dan bahan pewarna. Kemudian campuran ini diratakan dan
dikeringkan. Untuk kertas cetak dan kertas tulis, bahan yang sudah
dikeringkan tersebut kemudian dilapisi dengan campuran tanah liat atau
kapur. Dari 34 jenis pulp yang berbeda dapat diproduksi sekitar 420 jenis
gradasi kertas. Pulp yang dihasilkan dari proses secara kimia akan lebih kuat
daripada yang dihasilkan secara mekanis.
Berikut detil tentang bahan kimia pembuatan pulp dan air yang dibutuhkan
dalam pembuatan kertas :
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan pulp
• Gas klorin (Cl2); bersifat korosif dan beracun (toksik)
• Klorin dioksida cair (ClO2); bersifat sebagai oksidator dan toksik
• Larutan natrium hidroksida (NaOH); bersifat korosif dan toksik
• Larutan natrium hipoklorit (NaClO); bersifat korosif dan toksik
• Gas oksigen
• Gas sulfur dioksida (SO2); bersifat korosif dan beracun Karena sifat-sifat
tersebut maka bahan-bahan kimia tersebut tergolong B3 (bahan berbahaya
dan beracun)
Untuk memenuhi kebutuhan pulp (bahan baku kertas) yang pada saat ini terus
meningkat sesuai dengan perkembangan industri kertas di Indonesia, maka
direncanakan untuk mendirikan pulp dari serat abaca dengan proses kraft didaerah
Banyuwangi, jawa Timur. Pabrik pulp tersebut bekerja secara semi kontinyu selama
300 hari/tahun. Pembuatan pulp dari serat abaca dengan proses kraft dapat dijelaskan
sebagai berikut : Bahan baku yang berupa batang pisang abaca setelah ditimbang
selanjutnya dibawa menuju ke “Debarking Drum”. Sesudah itu batang abaca yang
sudah bersih dari kulitnya dibawa menuju ke Rotary Knife Cutter untuk dilakukan
pemotongan dengan ukuran panjang 20 mm dan tebal 3 mm. Kemudian diangkut
menuju ke Chip Bin lalu masuk Batch Digester. Bahan baku dimasak dengan larutan
pemasak yang terdiri dari NaOH, Na2S, Na2CO3 dengan suhu pemasakan 170oC dan
waktu pemasakan 2 jam. Serta perbandingan jumlah bahan baku serat abaca dengan
larutan pemasak = 1 : 6. Setelah pemasakan selesai, hasil berupa bubur Abaca ini
dialirkan ke dalam Blow tank untuk menurunkan suhunya. Setelah dari blow tank
menuju ke knotter untuk dipisahkan serat pulp yang belum masak. Setelah itu menuju
ke washer I, cake dari Washer I dialirkan ke Washer II serta dicuci dengan air bersih
bersuhu 50oC. Selanjutnya cake bersih dialirkan kedalam Storage Chest untuk
diencerkan hingga konsistensinya 2%. Dari Storage Chest, larutan dipompa ke
screening untuk memisahkan serat pulp kasar. Serat yang lolos masuk ke wire part.
Cake yang keluar dari mesin ini dibawa ke Mesin Press Part untuk dibentuk lembaran
pulp basah. Lembaran pulp yang keluar dikirim menuju Drum Dryer. Keluar dari
drum dryer berupa lembaran pulp kering dengan kadar air 8%
Proses kimia menggunakan soda/pulping sulfat merupakan salah
satu proses pengolahan ampas tebu menjadi pulp yang saat ini
banyak digunakan. Keuntungan proses ini adalah biayanya murah
dan hampir semua bahan baku dapat menghasilkan pulp dengan
kekuatan yang sangat balk. Tetapi proses ini menimbulkan
pencemaran
lingkungan karena lindi hitam yang tinggi dan kemampuan daur
ulang rendah. Sehingga perlu diperoleh alternative proses pulping
yang ramah lingkungan.
Pengertian Dasar
Dasar: Kraft dan Mechanical Pulping
Membuat Kertas sebagai jika Bumi Matters
Pulp pencemaran Primer
Informasi lebih lanjut tentang Bleached Kraft pulp produksi dan daur
ulang
Mengapa pulp masalah pencemaran?
Pulp dan kertas terbesar ketiga adalah untuk industri pengotor udara, air, tanah
dan kedua di Kanada dan Amerika Serikat, dan rilis lebih dari seratus juta kg
racun polusi setiap tahun (Keluaran Inventarisasi polutan Nasional, 1996).
Membuat kertas juga dipakai luas dalam jumlah pohon. Tetapi kertas
merupakan produk penting, dan kita perlu melanjutkan untuk mencari perbaikan
dalam teknologi pulp, baru sumber fiber, dan teknologi baru untuk mendapatkan
lebih dari sumber daya yang kami gunakan, dan untuk menghindari penggunaan
layanan di tempat pertama.
Kraft pulping, juga dikenal sebagai sulfat, atau bahan kimia pulping,
menggunakan belerang untuk mendapatkan serat dari pohon. Belerang dalam
bahan kimia untuk account bau busuk telur banyak pabrik bubur kertas. Kraft
pulping menggunakan kurang dari 50% dari pohon. Sisanya berakhir sebagai
kotoran yang dibakar, tersebar di tanah atau landfilled. Sebuah bonus dari Kraft
pulping adalah bahan kimia yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali
dalam mill. Lain adalah bahwa Kraft fiber adalah sangat kuat ( "Kraft" berarti
"kuat" di Jerman). Majalah, dan pencetakan karya-karya grafis, bahan makanan
sehari-hari tas dan berkerut kemasan adalah contoh produk yang dibuat dengan
Kraft pulp. Kraft pulp biasanya gelap dan sering bleached dengan kaporit
memanjang.
Pulping mekanis pabrik secara fisik irisan pohon menjadi bubur dengan
melindas batu dan / atau panas. Mekanis proses menggunakan sekitar 90% dari
pohon. Sayangnya, pulp mekanis telah lemah serat, cenderung menghitamkan
sepanjang waktu, dan proses menggunakan banyak air dan energi. Pulp mekanis
umumnya digunakan untuk surat kabar dan sering bleached dengan hidrogen
peroksida atau lain-bebas kaporit alternatif.
Pencemaran air
Pabrik pulp yang rakus air pengguna. Mereka konsumsi air tawar dapat
merugikan habitat serius di dekat pabrik, mengurangi tingkat air diperlukan
untuk ikan, dan mengubah suhu air, faktor lingkungan yang penting bagi ikan.
Mill pemilik mengatakan mereka tidak dapat ke lembaga konservasi air dan daur
ulang karena terkonsentrasi sungai akan membunuh ikan (British Columbia
COFI Pencegahan Pencemaran Workshop, Juni 1997, Lingkungan Kanada
PPER Konsultasi, Juni 2000).
British Columbia, Kanada, 17 Kraft pabrik tentang pembongkaran 641 miliar
liter (141 gelen miliar) dari cair tembusan setiap tahun (Lingkungan Kanada,
Lingkungan Efek Laporan Monitoring). Sementara ini cair tembusan jauh lebih
sedikit dibandingkan beracun itu 10 tahun yang lalu, "kecelakaan" masih
membunuh tes ikan di satu atau dua British Columbia (SM) pabrik hampir setiap
bulan. Bahkan setelah polusi investasi dari pertengahan tahun 1990, Fraser
River, SM terbesar air dan salah satu yang terbaik salmon liar sungai di dunia,
masih 1% pulp mill sungai untuk 600 km selama musim dingin rendah air!
Mill limbah air terus melampiaskan kerusakan ekosistem di sekitarnya. Dalam
tes laboratorium, mill tembusan reproduksi menyebabkan pelemahan dalam
zooplankton, invertebrata (kedua ini adalah untuk makanan ikan), dan kerang
(Lingkungan Kanada, Laporan Monitoring Efek Lingkungan, Siklus Satu). Studi
Lain menunjukkan kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh dalam
ikan (Easton dkk. 1997, genetik Keracunan Pulp Mill tembusan pada Yuvenil
Chinook Salmon (Onchorhynchus shawytscha) Menggunakan Arus Cytometry,
Elsevier Science Ltd., Vol. 35, # 2-3).
Pencemaran Udara
Pencemaran udara dari pabrik bubur tidak belajar dengan baik. Pabrik harus,
tetapi biasanya tidak, dimonitor untuk berbagai emisi udara, seperti masalah
partikulat, karbon dioksida, belerang dioksida, hidrogen sulfida, stabil organik
memanjang, kaporit, obat bius, dan klorin dioksida. Data lengkap dari British
Columbia Lingkungan Departemen menunjukkan bahwa pada tahun 1997,
pabrik di provinsi ini Kanada emitted 17.000 ton ikut dan 2,7 juta ton karbon
dioksida, ditambah tidak lain emisi.
Membuang udara dari pabrik bubur kertas berisi hormon-bahan kimia yang
menggangu dan karsinogenik, seperti chlorinated phenols, polycyclic aromatik
hidrokarbon (PAHs), dan VOCs. British Columbia's pesisir pabrik bubur kertas
terbesar adalah provinsi sumber dioksin dan furans pesawat udara, yang antara
bahan beracun yang paling dikenal. Lihat "Big Pulp's Dirty Little Secret: Pesisir
membuat pabrik bubur kertas satu-kelima dari semua dioxin di Kanada," di
Daerah Aliran Sungai Sentinel.
Lumpur, yang Tripel Ancaman
Setiap Kanada mill menghasilkan rata-rata 40-oven kering ton lumpur per hari,
yang de-minum dan kemudian diisi tanah atau dibakar. Setiap tahun, pabrik di
Provinsi Kepulauan Riau membuat lebih dari setengah juta ton dari endapan
sekunder perawatan tanaman, daya penjerang abu, pengolahan kimia, limbah
fiber, sawmills, dan sumber lainnya. Karena dari berbagai metode pembuangan,
lumpur pollutes tanah, udara, dan air.
Banyak pabrik di Indonesia saat ini mereka membakar lumpur, tetapi sangat
bersemangat untuk menyebar di hutan, taman, dan lahan pertanian sebagai
"pupuk." Banyak pertanyaan tentang apa yang tetap dalam lumpur masih
TEPAT dan pengujian akan diminta sebelum perijinan praktek ini. Sementara
itu di masyarakat sendiri dipaksa untuk berurusan dengan isu-isu dan menjadi
Minyak Lumpur Busters bila ada bubur mill lumpur yang tersebar di dekat
mereka.
Membuat kertas sebagai bumi jika hal-hal
Ilustrasi buku kecil ini, Membuat Kertas Sebagai Jika menit Matters, mulai aktif
menampilkan satu set untuk masyarakat umum pada produksi bubur kertas,
serat, dan bersih produksi. Kemudian berkembang menjadi pil koran, dan
sekarang Anda dapat men-download-nya dalam bentuk pdf file di sini.
Untuk men-download versi untuk mencetak reproduksi, klik di sini (9 MB).
Pulp pencemaran Primer
Pencemaran yang Pulp Primer, diterbitkan pada bulan Oktober 1999,
menjelaskan dasar bubur pencemaran, visi kami untuk masa depan yang bersih
dan luar biasa, cara menuju ke sana. Primer yang tersedia dalam format pdf (384
kb).
Informasi lebih lanjut
Produksi Bleached Kraft pulp
oleh Lauren Blum, Dana Pertahanan Lingkungan, 1996. Sebuah penjelasan
rinci mengenai Kraft pulping dan proses pemutihan. Ilustrasi kutipan dari
sebuah pekerjaan besar, ulang di sini dengan izin.
Amerika Serikat Asosiasi Industri Kertas Council (PIAC) (35 sekutu kertas
produk utama asosiasi yang mewakili produsen dan penyedia layanan
komunikasi berbasis kertas dan kemasan produk) memiliki dasar video, Kertas
Daur ulang dari SuStEr untuk Konsumen, pada situs web mereka di http://www .
paperrecycles.org /
Virtual mill wisata, menjelaskan dasar dan thermomechanical Kraft pulping,
tersedia di Howe Sound Pulp dan Kertas Terbatas situs web.
Lihat apa yang berkata SM salmon stewards tentang ancaman mereka untuk
salmon dan struktur genetik, dan bagaimana kertas dibuat di
www.salmonopolis.ca
Kembali ke Atas
Yang Baru | Tentang Kami | Cari | Perpustakaan | SM Mill Tour | Ambil
Tindakan | Panduan Kertas
Air Bersih air bersih pulp info Center | bersih kertas Informasi Konsumen
Proses pembuatan pulp ada dua macam yaitu secara kimia
(chemical pulping) dan proses mekanikal (mechanical pulping).
Tapi di sini akan dibahas secara garis besar saja agar lebih mudah
dipahami.
Kertas yang sering kita gunakan itu terbuat umumnya terbuat dari
kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu dicampur dengan bahan-
bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas. Kayu yang
digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu jenis ini
berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Di mesin pembuat
kertas (paper machine), serat kayu ini dicampur dengan kayu yang
berserat panjang contohnya pohon pinus.
Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku,
dengan cara mengambil dari hutan tanam industri kemudian
disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan persediaan bahan
baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian log
di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum
barker.
Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder
berfungsi untuk membuang batu yang menempel pada log), setelah
itu log dicuci.
Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-
potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim
ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai
(ukuran standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang
standar disimpan ditempat penampungan.
Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana
pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap.
Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan
dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan
pemasak yang disebut dengan cooking liquor.
Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian
dicuci dengan tujuan untuk memisahkan cairan sisa hasil
pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari
bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp.
Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar dan
penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berada pada
sand removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan pasir
dari pulp.
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium
hidroksida (NaOH) di dalam delignification tower sebelum di cuci
didalam washer. Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk
mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap
pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta
memutihkan pulp.
Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan
kiia di dalam proses bleacing untuk mencapai derajat keputihan
sesuai standar ISO. Pulp kemudian disimpan atau dikirim ke paper
machine untuk diolah menjadi kertas.
Proses Pembuatan Kertas (pulp)
1. Kayu diambil dari hutan produksi kemudian dipotong -
potong atau lebih dikenal dengan log. log disimpan ditempat
penampungan beberapa bulan sebelum diolah dengan tujuan
untuk melunakan log dan menjaga kesinambungan bahan
baku
2. Kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dikenal dengan
istilah De - Barker
3. Kayu dipotong - potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan
mesin chipping. Chip yang sesuai ukuran diambil dan yang
tidak sesuai diproses ulang.
4. Chip dimasak didalam digester untuk memisahkan serat kayu
(bahan yang diunakan untuk membuat kertas) dengan lignin.
proses pemasakan ini ada dua macam yaitu Chemical Pulping
Process dan Mechanical pulping Process. Hasil dari digester
ini disebut pulp (bubur kertas). Pulp ini yang diolah menjadi
kertas pada mesin kertas (paper machine).
Proses Pembuatan Kertas (Paper machine)
Sebelum masuk keareal paper machine pulp diolah dulu pada
bagian stock preparation. bagian ini berfung si untuk meramu
bahan baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye),
menambahkan zat retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori
- pori diantara serat kayu), dlln. Bahan yang keluar dari bagian ini
di sebut stock 9campuran pulp, bahan kimia dan air)
Dari stock preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan
dulu dengan alat yang disebut cleaner. Dari cleaner stock masuk
ke headbox. headbox berfungsi untuk membentuk lembaran kertas
(membentuk formasi) diatas fourdinier table.
Fourdinier berfungsi untuk membuang air yang berada dalam
stock (dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan web (kertas
basah). Kadar padatnya sekitar 20 %.
Press part berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar
padatnya mencapai 50 %. Hasilnya masuk ke bagaian pengering
(dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara
dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan
sehingga air keluar dari web. Bagian ini dapat menghemat energi,
karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %).
Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya
mencapai 6 %. Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk
gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini yang
dipotong - potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non
kayu)melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia).
Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas.
Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia, dan
semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan
menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya
PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan
kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya
CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk
mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih
rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis.
proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft.
Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih
tinggi daripada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan
lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak
(lignin, ekstraktif, dan mineral)
Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat)
Jenis-jenis selulosa :
1. -selulosa → untuk pembuatan kertas
-selulosa disebut dengan hemi2. selulosa
-selulosa —→ menjadi pengotor3.
Sifat selulosa
Sifat penting pada selulosa yang penting untuk pembuatan kertas :
1. gugus aktif alkohol (dapat mengalami oksidasi)
2. derajat polimerisasi (serat menjadi panjang)
Makin panjang serat, kertas makin kuat dan tahan terhadap degradasi (panas, kimia
dn biologi)
Karakteristik beberapa serat
Jenis-jenis kertas
Kertas bungkus : untuk semen, kertas llilin
Kertas tisu : sigaret, karbon, tisu muka
Kertas cetak : untuk buku cetak
Kertas tulis : HVS
Kertas koran
Kertas karton
B. PROSES PEMBUATAN KERTAS
1. Pembuatan pulp (bubur kertas)
2. Pembuatan kertas basah
3. Pengeringan dalam mesin Fourdrinier
4. Pembuatan kertas kering
Pembuatan pulp (pulping)
Pulping adalah proses pemisahan serat selulosa dari bahan pencampur (lignin &
pentosan), pelepasan bentuk bulk menjadi serat atau kumpulan serat
Lignin harus dihilangkan karena dapat membuat kertas mengalami degradasi
Proses pembuatan pulp ada 3 jenis :
1. cara mekanis (groundwood)
2. cara kimia
3. cara semi kimia
Pulping dengan cara mekanis
- pemisahan serat secara mekanis
- kekuatan dan derajat putih kertas tidak diutamakan
- cocok untuk kertas koran, tisu
- konversi 95 %
2. Pulping dengan cara kimia
- pemisahan selulosa dengan bahan kimia
- bahan pemisah :
basa (proses soda & proses kraft)
= asam (proses sulfit, proses magnetik, proses netral sulfit)
- dasar pemilihan proses :
1. bahan baku yang digunakan
2. sifat pulp
- kekuatan dan derajat putih kertas diutamakan
- cocok untuk kertas tulis (HVS)
- konversi 65 – 85 %
3. Pulping dengan cara semi kimia
- proses campuran antara
kimia & mekanis
pelunakan untuk pemisahan serat
dengan larutan sulfit,
sulfat astau soda
- jenis proses : * proses soda dingin
proses chemi-groundwood
- konversi : 85 – 95 %
Pulping di Indonesia
Proses : soda,
dengan bahan NaOH : Na2CO3 = 4 : 1
Alasan :
1. cocok untuk bahan baku serat pendek
(merang, jerami)
2. tidak menggunakan senyawa sulfur, sehingga bahan polusi sedikit dan tidak perlu
recovery
3. kapasitas kecil (25 – 50 ton/hai), murah
Proses setelah pulping
Beating agar lebih kuat, uniform,
Refining rapat, pori berkurang
Cara : dengan menambah bahan-bahan penolong
a) bahan pengisi (filler)
Untuk meratakan permukaan
Untuk memperbaiki warna putih
(TiO2,BaCO4, ZnS, Calcium)
efek samping : mengurangi daya lipat
b) bahan sizing : resin size, kanji, resin sintetis
guna :
- untuk mencegah penetrasi zat cair pada pori-pori kertas
- memperbaiki dispersi kertas
- menaikkan retensi kertas
Cara :
- dicampur dengan pulping
- diberikan pada permukaan
c) alum (Al2SO4.18H2O= tawas)
Untuk koagulant (penggumpal)
d) bahan penambah lain
Pewarna
Resin sintetis (untuk meningkatkan kekuatan)
Pembuatan kertas basah - kering
Mesin Fourdrinier
Proses-proses dalam mesin Fourdrinier
Penyusunan secara random serat-serat di atas kawat menjadi lembaran kertas basah
Penghilangan kadar air dari lembaran basah secara gravity, dihisap dan dipres,
menjadi lembaran kertas basah yang lebih kompak, siap dikeringkan
(60 – 70 % menjadi 90 – 94 %)
Pengeringan kertas dengan silinder yang dipanasi, hingga kadar airnya 5 – 7 %
Buangan
Pabrik pulp
black liquor (natrium lignat)
Pabrik kertas
white water (serat-serat halus)
Aspek ekonomis
Pabrik pulp dan pabrik kertas biasanya digabung, karena :
Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, pada kapasitas pabrik tidak terlalu
besar
Untuk menjamin kontinuitas produksi
Untuk mendapatkan kualitas produk kertas yang lebih terjamin
Penggabungan tidak sulit
Proses pembuatan pulp ada dua macam yaitu secara kimia
(chemical pulping) dan proses mekanikal (mechanical pulping).
Tapi di sini akan dibahas secara garis besar saja agar lebih mudah
dipahami.
Kertas yang sering kita gunakan itu terbuat umumnya terbuat dari
kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu dicampur dengan bahan-
bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas. Kayu yang
digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu jenis ini
berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Di mesin pembuat
kertas (paper machine), serat kayu ini dicampur dengan kayu yang
berserat panjang contohnya pohon pinus.
Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku,
dengan cara mengambil dari hutan tanam industri kemudian
disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan persediaan bahan
baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian log
di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum
barker.
Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder
berfungsi untuk membuang batu yang menempel pada log), setelah
itu log dicuci.
Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-
potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim
ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai
(ukuran standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang
standar disimpan ditempat penampungan.
Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke
bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa
tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan
dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan
pemasak yang disebut dengan cooking liquor.
Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian
dicuci dengan tujuan untuk memisahkan cairan sisa hasil
pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari
bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp.
Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar dan
penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berada pada
sand removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan pasir
dari pulp.
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium
hidroksida (NaOH) di dalam delignification tower sebelum di cuci
didalam washer. Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk
mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap
pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta
memutihkan pulp.
Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan
kiia di dalam proses bleacing untuk mencapai derajat keputihan
sesuai standar ISO. Pulp kemudian disimpan atau dikirim ke paper
machine untuk diolah menjadi kertas.