kerjasama militer indo - as di kawasan asia pasifik bab i

22
HUBUNGAN KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT DAN AUSTRALIA DI KAWASAN ASIA PASIFIK TAHUN 2011-2014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Hubungan Internasional Oleh: Alfaraby Ceina Alghazaly 211000053 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2015

Upload: rabi-alghazaly

Post on 15-Apr-2016

46 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

BAB I

TRANSCRIPT

Page 1: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

HUBUNGAN KERJASAMA MILITER AMERIKA

SERIKAT DAN AUSTRALIA DI KAWASAN ASIA

PASIFIK TAHUN 2011-2014

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang

Hubungan Internasional

Oleh: Alfaraby Ceina Alghazaly

211000053

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA

2015

Page 2: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

i      

ABSTRAK

Universitas Paramadina Program Studi Hubungan Internasional 2015

Nama : Alfaraby Ceina Alghazaly NIM : 211000053 Judul : Hubungan Kerjasama Militer Amerika Serikat dan Australia

Tahun 2011-2014

Skripsi ini menjelaskan tentang kerjasama Amerika Serikat dengan negara sekutunya yaitu Australia di kawasan Asia Pasifik. Fokus permasalahannya yaitu mengenai hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia di Kawasan Asia Pasifik tahun 2011-2014. Secara garis besar kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan Australia sudah terjalin sejak lama. Bahkan saat perang dunia terjadi pun kedua negara ini sudah beraliansi. Dengan kekuatan militer, ekonomi, dan teknologi yang maju, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara yang diminati untuk diajak bekerjasama oleh negara-negara lain, khususnya negara berkembang. Bagi Australia sendiri, kemenangan Amerika Serikat atas Perang Dunia II dan Perang Dingin telah menunjukkan pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan dan keamanan Australia dan Kawasan Asia Pasifik. Kawasan Asia Pasifik ini merupakan fokus kawasan baru Amerika Serikat setelah sebelumnya Amerika Serikat terfokuskan pada Kawasan Timur Tengah. Adanya pergeseran focus kawasan ini dilatarbelakangi oleh kemajuan signifikan yang dialami negara-negara Asia Pasifik di tengah terjadinya krisis Eropa. Selain itu keberadaan China dengan kemajuan militernya di kawasan tersebut dianggap sebagai ancaman bagi Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat meningkatkan kerjasama militernya dengan Australia. Salah satu bentuknya adalah pembangunan pangkalan militer di Darwin, Australia.

Dalam pembahasan penelitian ini akan di bantu oleh metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun konsep Collective Defence, teori Balance of Power, dan konsep National Interest yang akan digunakan dalam membantu analisa mengenai bagaimana hubungan kerjasama Amerika Serikat dan Australia di Kawasan Asia Pasifik tahun 2011-2014. Kata Kunci : Kerjasama militer, Amerika Serikat, Australia, Kawasan Asia

Pasifik  

Page 3: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

ii    

ABSTRACT

Paramadina University Department of International Relation 2015

Name : Alfaraby Ceina Alghazaly NIM : 211000053 Title : Hubungan Kerjasama Militer Amerika Serikat dan Australia

Tahun 2011-2014

This thesis describes the US cooperation with allies including Australia in the Asia Pacific region. The focus of the problem is about military cooperation the United States and Australia in the Asia Pacific region in 2011-2014. Broadly speaking, the military cooperation between the United States and Australia has existed for a long time. Even when the case was the second world war the country is already aligned. With the power of the military, economic, and technological progress, making the United States as a country of interest to be invited to work by other countries, especially developing countries. For Australia itself, the US victory over World War II and the Cold War has demonstrated the importance of the US role as guardian of the defense and security of Australia and the Asia Pacific region. The Asia Pacific region is the focus of a new area of the United States after the United States focussed on the Middle East region. The shift in focus is motivated by the region experienced significant progress the countries of Asia Pacific region amid the European crisis. Besides the existence of China with its military advances in the region is regarded as a threat to the United States. Therefore, the United States increased its military cooperation with Australia. One form is the construction of a military base in Darwin, Australia.

In the discussion of this research will be helped by qualitative descriptive method. The concept of Collective Defence, the theory of Balance of Power, and the concept of National Interest which will be used in helping the analysis of how the cooperative relationship the United States and Australia in the Asia Pacific region in 2011-2014.

Keywords : Military Cooperation, United States of America, Australia, Asia Pasific Region.

Page 4: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

1    

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kajian militer-strategis dan diplomasi merupakan ilmu tradisi dalam disiplin HI.

Yang mana ilmunya mempelajari tentang praktek dan tatacara hubungan antar negara

yang dapat menjamin kemanan dan ketertiban dunia. Pada masa Perang Dingin, kajian

ini begitu populer karena para peneliti HI memfokuskan perhatiannya pada strategis dan

kebijakan pertahanan negara, terutama negara Adikuasa Amerika Serikat dan kelompok

negara “major power” seperti Uni Soviet, Eropa , Rusia, China, dan Jepang1.

Namun pasca Perang Dingin yang di tandai dengan runtuhnya Uni Soviet,

keadaan menunjukan kepada para peneliti HI bahwa strategi dan kebijakan pertahanan

negara Adikuasalah yang paling kuat. Dengan bantuan Eropa Barat dalam melawan Uni

Soviet dan Eropa Timur, Amerika Serikat dapat muncul sebagai satu – satunya negara

yang sangat berkuasa di dunia2. Namun selain kemunculannya sebagai pemenang

Perang Dingin, adapun isu – isu baru serta negara – negara baru merdeka yang turut

bermunculan. Saat ini negara baru merdeka tersebut dikenal dengan sebutan negara

berkembang.

Dengan keadaan yang demikian berubah, Amerika Serikat pun meningkatkan

hubungan kerjasama dengan negara lain guna mempertahankan gelarnya sebagai negara

Adidaya, dan memperluas pengaruhnya. Hubungan kerjasama tersebut tidak hanya

meliputi kerjasma politik, ekonomi, dan militer, Melainkan kerjasama yang disesuaikan

dengan perkembangan isu – isu baru yang muncul seperti kerjasama lingkungan,

kemanusiaan, social, dan lainnya. Disini Henry Kissing berpandangan bahwa hubungan

kerjasama Amerika Serikat tersebut merupakan hal yang benar. Karena sebagai negara

super power, Amerika Serikat memiliki tugas utama negara yaitu untuk memanipulasi

perimbangan kekuatan dalam ketertiban dunia.

                                                                                                               1 Hermawan P Yulius, 2007, Tranformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu. Hal 10 2 Ibid,. Hal 10

Page 5: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

2    

 

Dalam menjalin hubungan kerjasamanya, Amerika Serikat sendiri mendapatkan

kemudahan karena memiliki perekonomian yang maju dan teknologi yang canggih

dibandingkan dengan negara – negara lain. Sebenarnya kedua hal tersebut merupakan

daya tarik utama Amerika Serikat dalam menjalin hubungan antarnegara khususnya

dengan negara – negara berkembang. Dan Amerika Serikat menggunakan daya tarik

tersebut salah satunya untuk menjalin hubungan kerjasama militer dengan Australia.

Australia sebelumnya merupakan negara persemakmuran Inggris yang sejak

lama berada dalam perlindungan Inggris, hal ini dapat dilihat ketika pada masa perang

dunia pertama, dimana Australia ikut berperang atas dasar kesepahamannya dengan

Inggris. Namun, pada akhir perang dunia kedua, hubungan Australia lebih dekat dengan

sekutu Inggris, yaitu Amerika Serikat. Hal ini tidak lepas dari kemunculan Amerika

Serikat sebagai negara kuat pada saat itu, dimana Amerika Serikat mampu mengalahkan

Jepang dengan menjatuhkan bom di Hiroshima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang oleh

Amerika Serikat ini juga membuat Australia memandang bahwa Amerika Serikat

adalah negara yang cocok untuk digunakan sebagai pelindung kepentingan mereka.

Karena sebelumnya pada masa perang dunia kedua kekuatan Inggris dirasa belum

cukup untuk melindungi kepentingan Australia, dimana hal ini dapat dilihat dari

kekalahan pasukan militer Inggris di Darwin dari pasukan Jepang pada saat itu3.

Dengan kata lain awal mula kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan Australia

berlandaskan pada kepentingan Australia yang mempererat hubungannya dengan

Amerika Serikat untuk memastikan keamanan wilayahnya dari invasi Jepang.

Seperti yang sudah dijelaskan Australia kini merupakan negara sekutu Amerika

Serikat. Kedekatan hubungan Amerika Serikat dengan sekutunya ini sebenarnya sudah

terjalin begitu lama, kurang lebih sudah dari 100 tahun yang lalu. Buktinya yaitu

Amerika Serikat dan Australia bersama-sama mengirimkan pasukannya pada tahun

1900 untuk menghentikan pemberontakan Boxer di Cina4. Hubungan ini semakin

instens di masa-masa awal perang dunia pertama, dimana pada saat itu Australia dan

Amerika bersama sama berperang di dalam perang Hamel, dan perang Tsushima yang

                                                                                                               3 Percy Spender And The Origins Of ANZUS: Australian Inisiative, http://www.adelaide.edu.au/apsa/docs_papers/Aust%20Pol/Penrose.pdf, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:14 4 Congressional Research Service, ‘Australia: Background and U.S Relations’, http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33010.pdf, diakses pada 7 Desember 2014, pukul 21:24

Page 6: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

3    

 

lalu ditindak lanjuti oleh Presiden Roosevelt dengan mengirimkan Armada Great White

Fleet ke Australia pada tahun 1908 untuk menangkal ancaman dari expansi militer

Jepang yang semakin agresif.5

Hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan Australia selanjutnya semakin

menunjukan kedekatan yang sangat signifikan, hal tersebut terlihat jelas dalam

kesepakatan ANZUS (Australia, New Zealand, United States) yang dibentuk pada 1

September 1951 di San Fransisco6. Dalam hal ini ANZUS seakan menjadi salah satu

cara untuk lebih mengikat hubungan Australia dan Amerika Serikat khususnya, untuk

saling meningkatkan kerjasama dalam menghadapi ancaman bersama7.

Komitmen Amerika Serikat dan Australia dalam kesepakatan ANZUS

diwujudkan dalam menjalankan misinya untuk menjaga keseimbangan kekuatan dalam

menghadapi komunis. Yaitu dengan mendukung Korea Selatan dalam Perang Korea

dan juga menghalangi kebangkitan Jepang yang dapat mengancam stabilitas Asia

Pasifik 8. Penekanan terhadap Jepang ini didasari pada fakta yang menunjukan Jepang

sebagai negara yang berambisi dan memiliki sikap agresif militer untuk menguasai

dunia, terbukti Jepang merupakan negara pertama dan satu – satunya yang terlibat

dalam Perang Dunia ke dua.

Berbicara mengenai ANZUS, dalam menjalankan misinya ANZUS sendiri tidak

memiliki sistem pertahanan yang canggih atau pasukan khusus seperti NATO. Akan

tetapi Australia dan Amerika Serikat seringkali mengadakan latihan militer bersama.

Latihan militer ini meliputi latihan angkatan laut dan darat, pelatihan pasukan khusus

dan standardisasi peralatan persenjataan. Selain itu kedua negara juga mengoperasikan

beberapa fasilitas gabungan seperti satelit untuk peringatan dini, dan sinyal intelijen di

Asia Tenggara dan Asia Timur9 .

Melalui kerjasama militer Australia dan Amerika Serikat dalam ANZUS, dan

melihat kemenangan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II telah menunjukkan

                                                                                                               5 Ibid,. 6 William T. Tow, 2008, Contemporary Southeast Asia, Asia’s Competitive “Strategic Geometries” : Australian Perspective, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. Hal 31 7 Department od Foreign Affairs and Trade Australia. Australia- US alliance, http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:16 8 William T. Tow, 2008, Op,.Cit. Hal 31 9 Department of Foreign Affairs and Trade Australia, Australia- US alliance. http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:19

Page 7: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

4    

 

pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan dan keamanan

Australia dan Kawasan Asia Pasifik. Dengan kata lain pembentukan pertahanan

ANZUS di kawasan Asia Pasifik ini bisa pula dikatakan sebagai strategy of denial

toward United Kingdom, yang di latar belakangi oleh ketakutan dan kekhawatiran

Australia dan Selandia Baru atas ancaman dari utara10. Dimana rasa ketakutan dan

kekhawatiran tersebut mendorong kebutuhan kedua negara akan perlindungan dari

negara yang lebih besar dan lebih kuat untuk melindungi keamanan mereka.

Perhatian Amerika Serikat terhadap stabilitas kawasan Asia Pasifik bisa

dikatakan baru. Karena kebijakan luar negeri Amerika Serikat sebelumnya kita ketahui

lebih terfokuskan pada kawasan Timur Tengah terkait masalah terrorisme. Di tahun

2001, tepatnya pasca tragedi World Trade Centre (WTC), Amerika Serikat yang pada

saat itu dipimpin oleh Bush Jr berupaya untuk meningkatkan kekuatan militernya di

kawasan Timur Tengah11. Diawali dengan aksi penyerangan kelompok teroris ke

gedung WTC dan gedung Pentagon tepatnya pada 11 September 2001 yang menelan

banyak korban warga sipil yang tidak bersalah, Amerika Serikat segera merumuskan

kebijakan luar negerinya terkait pemberantasan terhadap jaringan teroris internasional12.

Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan dalam merespon tragedi tersebut dikenal

dengan Bush Doctrine13. Doktrin tersebut berisi ancaman kepada dunia internasional

dalam memerangi terorisme dan dikenal dengan kebijakan War on Terrorism 14 .

Kebijakan War on Terrorism tersebut mendapatkan dukungan penuh dari negara sekutu

Australia. Dukungan terhadap kebijakan War on Terrorism direalisasikan Australia

dengan pengiriman pasukannya ke Afghanistan pada tahun 2001 dan Irak pada tahun

200315.

                                                                                                               10 Yuli Trisnawati, Penempatan Pasukan Militer Amerika Serikat di Australia dalam eJurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014: 59-70. Hal 65. 11 Akankah.Era.George.W.Bush.Terulang, http://internasional.kompas.com/read/2012/01/08/06202956/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:12 12 Stephen M. Walt. America and The World, Debating the New Shape of International Politics. New York: Council and Foreign Relations. 2002. Hlm. 320 13 Bush Doctrine U.S. action 'should not spill over': Beijing, http://articles.cnn.com/keyword/bush-doctrine/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:16 14 Pre-emptive strikes, http://www.bbc.co.uk/ethics/war/just/preemptive.shtml, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:14 15 Australia invokes ANZUS Treaty to stand by the US–2008-01-10, http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568C22C9/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:33

Page 8: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

5    

 

Tidak hanya masalah terorisme yang menjadi fokus utama kebijakan luar negeri

Amerika Serikat pada saat itu. Bush menuduh Irak memiliki dan mengembangkan

senjata pemusnah massal atau Weapons of Mass Destruction (WMD). Kemudian

doktrin ini dikenal dengan Preemptive Military Strikes Doctrine16. Dan kebijakan

Amerika Serikat ini lagi – lagi mendapat dukungan penuh dari Australia.

Hingga akhir pemerintahan Bush Jr, kebijakan luar negeri Amerika Serikat

masih tetap difokuskan ke Timur Tengah tanpa menghiraukan perkembangan kawasan-

kawasan lain. Pada tahun 2008, Amerika Serikat mengadakan pemilihan umum

(pemilu) presiden17. Barack Hussein Obama yang merupakan presiden terpilih, pada

masa-masa kampanyenya saat masih sebagai salah satu kandidat presiden Amerika

Serikat menyinggung mengenai perang di Timur Tengah. Salah satu janjinya ialah

komitmennya untuk segera menyelesaikan perang di Timur Tengah. Karena perang

tersebut dianggap telah banyak menghabiskan anggaran pertahanan Amerika Serikat.

Perang di Timur Tengah adalah salah satu penyebab krisis ekonomi Amerika Serikat.

Oleh karena itu, ia bertekad untuk membawa Amerika Serikat keluar dari krisis

perekonomian global, salah satu caranya ialah dengan menghentikan perang di Timur

Tengah.

Namun seiring berjalannya kebijakan War on Terrorism dan berlangsungnya

demokratisasi di kawasan Timur Tengah. Sejak empat dekade terakhir, negara-negara

Asia Pasifik mengalami perkembangan signifikan khususnya dalam bidang ekonomi

dan militer yang kemudian memunculkan kawasan Asia Pasifik sebagai suatu pusat

kecenderungan aktivitas dunia internasional18.

Kemajuan signifikan yang dialami negara-negara Asia Pasifik berdampak

terhadap konstelasi politik dan keamanan di kawasan tersebut. Terjadi peningkatan

masalah keamanan yang dihadapi negara-negara Asia Pasifik, salah satunya ialah

meningkatnya klaim kedaulatan atas wilayah perairan di Laut China Timur dan Laut

China Selatan hingga menjadi potensi konflik yang cukup mengkhawatirkan bagi

                                                                                                               16 Ibid,. 17 Pemilu Presiden Amerika Serikat 2008, http://www.fnsindonesia.org/?id=3419&start1=1820&start2=0/, diakses pada 5 Oktober 2014 pukul 17:15 18 Part I: Overview of the Asia-Pacific Region, http://www.apfed.net/pub/apfed1/final_report/pdf/overview.pdf/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:23

Page 9: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

6    

 

negara kawasan. Konflik wilayah perairan ini terjadi selaras dengan persaingan

peningkatan kekuatan maritim antar negara Asia Pasifik, khususnya China, Jepang, dan

India. Diantara negara-negara yang tengah membangun kekuatan maritim mereka

tersebut, China cenderung dianggap sebagai negara yang memiliki potensi konflik

paling dominan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan 19 . Situasi tersebut

mengalihkan fokus kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang sebelumnya

terfokuskan pada kawasan Timur Tengah, menjadi ke Kawasan Asia Pasifik.

Pengalihan fokus kebijakan Amerika Serikat ini membuat Presiden Amerika Serikat

Barack Obama beserta Perdana Menteri Australia Julia untuk mengerahkan kekuatan

militernya ke kawasan Asia Pasifik sebagai misi militer utama.

Langkah awal pengalihan focus kebijakan Amerika Serikat ini dapat dilihat

penutupan basis militer Amerika Serikat dan menarik mundur pasukannya secara

bertahap dari wilayah negara Irak dan Afghanistan. Langkah ini di lakukan Amerika

Serikat karena telah berakhirnya perang Irak pada Agustus 2010 dan dimulainya proses

transisi dalam pemerintahan Afghanistan di awal tahun 201120. Pengurangan kekuatan

militer Amerika Serikat di Timur Tengah semakin menguatkan adanya indikasi

perubahan strategi dalam kebijakan militer Amerika Serikat untuk mengalihkan fokus

kebijakan militernya ke kawasan Asia Pasifik. Hal ini kemudian dipertegas oleh Obama

dalam pidato kunjungannya di Australia pada November 201, Bahwa Kawasan Asia

Pasifik akan menjadi prioritas dalam kebijakan militer Amerika Serikat21. Kebijakan

Obama tersebut kemudian di kenal sebagai Asia Pasific Pivot. Dalam

mengimplemantasikan kebijakan barunya tersebut, Amerika Serikat menggandeng

Australia denagn cara meningkatkan hubungan kerjasama militer untuk memastikan

tujuan – tujuan kebijakan Asia Pacific Pivot tersebut terlaksana dengan semestinya.

Tujuan kebijakan Asia Pacific Pivot yaitu22:

                                                                                                               19 Prabhakar, Lawrence W., Joshua H. Ho, and Sam Bateman. 2006. The Evolving Maritime Balance of Power in the Asia Pacific”. Singapore: Institute of Defense and Strategic Security dan World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. 20 Khairunnisa . Kebijakan Militer Amerika Serikat Di Kawasan Asia Pasifik 2009-2012 Ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 589-604 ISSN 0000-0000. Hal 590 21 Remarks By President Obama to the Australian Parliament, http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/17/remarks-president-obama-australian-parliament, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:30 22 The White House Office of the Press Secretary, “Remarks By President Obama to the Australian Parliament” 20 November 2012

Page 10: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

7    

 

1. Amerika Serikat akan memainkan peran yang lebih besar dan dalam jangka

waktu yang panjang akan ikut membentuk masa depan kawasan Asia Pasifik.

2. Untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan Amerika Serikat.

3. Untuk ikut terlibat dalam membentuk norma dan aturan kawasan Asia-Pasifik.

4. Untuk memastikan bahwa kawasan Asia Pasifik menghormati hukum

internasional dan norma-norma yang berlaku.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada November 2011 melalui pertemuan Australian – US Ministerial

Consultations (AUSMIN) di San Francisco, Presiden Amerika Serikat Barack Obama

dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengumumkan akan meningkatkan

kerjasama militer. Peningkatan kerjasama tersebut dilakukan dengan menempatkan

pangkalan militer Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2012 di pangkalan udara

Robertson Baracks, Darwin, Australia. Kesepakatan Amerika Serikat dan Australia

untuk penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Utara

ditunjukkan dengan dikirimnya 200 prajurit korps marinir Amerika Serikat (USMC)

yang tiba di Darwin pada Rabu 4 April 2012 yang direncanakan akan ditugaskan selama

enam bulan. Jenderal Joseph Dunford terlebih dulu tiba di Australia pada Jum’at 30

Maret 2012 untuk meninjau barak yang akan digunakan oleh Marinir Amerika Serikat.23

Ini adalah gelombang pertama dari rencana penempatan 2.500 prajurit Marinir Amerika

Serikat yang akan ditempatkan di Darwin tahun 2012. Penempatan 2.500 pasukan

tersebut akan tergabung dalam Marine Air Ground Task Force. Berdasarkan

kesepakatan, militer Amerika Serikat dapat mempertahankan kehadiran pasukannya di

Australia sampai 201724. Mulai tahun 2012 Australia akan menerima penguasaan kapal

– kapal Marinir Amerika Serikat di Darwin. Untuk mendukung kerjasama militer ini

                                                                                                               23 Marinir AS Tiba di Darwin, Australia. http://www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/2012/04/120404_foto_australia.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:24 24 Pangkalan Militer AS di Darwin Hanya 820 Km Dari Indonesia. http://www.mataharinews.com/internasional/asia/1321-pangkalan-militer-as-di-darwin-hanya-820-km.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:33

Page 11: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

8    

 

Australia telah memfasilitasi Amerika Serikat dengan menggunakan infrastruktur

muliter yang terlah dimiliki Australia25.

Dalam hal ini, dengan kedatangan para prajurit Marinir Amerika Serikat di

Darwin, Perdana Menteri Australia Julia Gillard, beserta Menteri Pertahanan Stephen

Smith, dan Menteri Teritori Utara Paul Henderson menyambut dengan pernyataan

bahwa kerjasama militer tersebut telah menunjukan evolusi dari berbagai latihan yang

telah dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Angkatan bersenjata Australia di

Darwin26.

Berkaitan dengan hal tersebut terdapat dua alasan utama yang dikemukakan oleh

Presiden Barack Obama terkait penempatan pangkalan militernya di Darwin, yang

pertama adalah untuk menjaga dan meningkatkan kerja sama militer antara kedua

negara yang telah berlangsung lebih dari 60 tahun. Alasan kedua adalah faktor ekonomi,

secara eksplisit Obama mengatakan kehadiran marinir di Darwin untuk melindungi jalur

komersial di Pasifik, dimana jalur ini sangat vital dan merupakan salah satu kepentingan

Amerika Serikat untuk pengembangan ekonomi.27 Secara resmi, perhatian Obama yang

berkaitan dengan ekonomi Amerika Serikat adalah jalur perdagangan di Pasifik, karena

Jalur perdagangan tersebut sangat penting bagi Amerika Serikat. Selain alasan kerja

sama militer dan ekonomi, Presiden Obama juga menyatakan bahwa penempatan

marinir tersebut bertujuan untuk tanggap bencana dan latihan bersama.28

Tidak hanya Amerika Serikat yang memiliki kepentingan nasionalnya,

Melainkan Australia juga memiliki kepentingan nasionalnya tersendiri dalam kerjasama

militer yang dibentuk dengan Amerika Serikat. Kepentingan yang dimiliki Australia

terlihat pada awal pembentukan ANZUS, dimana Australia mendapat banyak bantuan

dari Amerika Serikat seperti perkembangan teknologi dan senja milter, serta

penambahan personel dan pangkalan militer. Dengan hal tersebut, menjadikan Australia

sebagai negara dengan militer dan pertahanan terkuat di Kawasan Asia Pasifik. Karena                                                                                                                25 Yuli Trisnawati, 2014, Op,.Cit. Hal 59. 26 Prajurit Marinir AS Tiba di Darwin, http://internasional.kompas.com/read/2012/04/04/0902072/Prajurit.Marinir.AS.Tiba.di.Darwin, diakses pada 7 November 2014, pukul 17:26 27US military base in Darwin a threat?, http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-threat.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:27 28 DPR: Pangkalan Militer AS di Aussie Bisa Jadi Ancaman RI, http://news.okezone.com/read/2011/11/21/337/532097/dpr-pangkalan-militer-as-di-aussie-bisa-jadi-ancaman-ri, diakses pada 7 November 2014, pukul 17:22

Page 12: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

9    

 

dengan menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat yang merupakan negara

super power dan memiliki hegemoni akan mempermudah Australia dalam mencapai

kepentingan nasionalnya.

Adapun berdasarkan White Paper 2003 tertulis, bahwa adanya kepentingan yang

dimiliki oleh Australia dalam menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat.

Dimana dalam dokumen White Paper 2003 tersebut berisi bahwa ada kepentingan pada

keamanan domestik dan pemeliharaan Angkatan Pertahanan Australia yang kuat untuk

memenuhi tantangan keamanan nasional yang dihadapi oleh Australia.29 Dalam hal ini,

dapat dilihat dengan adanya kerjasama militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan

Australia, masing-masing kedua negara memiliki suatu kepentingannya tersendiri

terlebih dalam pengalihan fokus kerjasama tersebut ke Kawasan Asia Pasifik. Dimana

Kawasan Asia Pasifik tersebut merupakan jalur yang sangat vital dalam

mengembangkan kepentingan kedua negara tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mendalami pemahaman mengenai hubungan kerjasama militer Amerika

Serikat dan Australia. Permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut akan difokuskan

sebagai berikut:

1. Periode pada pembahasan penelitian akan dibatasi dari tahun 2011-2014.

Mengingat pada Tahun 2011 Amerika Serikat memfokuskan kebijakannya ke

dalam kawasan Asia Pasifik dan pada Tahun 2012 Amerika Serikat

menempatkan pangkalan militernya di Australia

2. Membahas bentuk-bentuk kerjasama militer yang di lakukan Amerika Serikat

dan Australia

3. Membahas proses penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin,

Australia

4. Membahas kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam menempatkan

pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia

                                                                                                               29 White Paper 2003, Fighting Terrorism and Global Threats to Our Security

Page 13: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

10    

 

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah di jelaskan,

maka muncul rumusan masalah yang akan digunakan sebagai dasar analisa yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia di

Kawasan Asia Pasifik dari tahun 2011-2014?

2. Apa hambatan Amerika Serikat dan Australia dalam meningkatkan kerjasama

militer di Asia Pasifik?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana hubungan

kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia yang terfokuskan pada

kawasan Asia Pasifik.

2. Mengetahui apa pengaruh dari penempatan pangkalan militer Amerika

Serikat di Darwin, Australia

3. Mendeteksi kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam

meningkatkan kerjasma militer dengan penempatan pangkalan militer

Amerika Serikat di Australia.

4. Menerapkan konsep dan teori hubungan internasional yang relevan

dengan topic penelitian agar pada akhirnya mampu menjawab rumusan

masalah

1.5.2 Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

memahami bagaimana hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia

yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik dari tahun 2011-2014. Mengetahui

Page 14: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

11    

 

bentuk – bentuk kerjasama militer yang dilakukan Amerika Serikat dan Australia.

Mendeteksi hambatan Amerika dan Australia dalam meningkatkan kerjasma militer

dengan penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Australia. Dan

menerapkan konsep dan teori hubungan internasional yang relevan dengan topic

penelitian agar pada akhirnya mampu menjawab rumusan masalah.

2. Manfaat ilmiah penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti lain yang

memiliki permasalahan yang sejenis.

1.6 Kerangka Pemikiran

Dalam membahas kerjasama militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan

Australia, dibutuhkan teori-teori yang relevan yang mendukung analisis. Oleh karena itu

disini peneliti akan menggunakan tiga teori yaitu Konsep Collective Defence, teori

Balance of Power,dan teori National Interest.

1.6.1 Konsep Collective Defence

Collective Defence adalah kerjasama militer yang terikat dalam suatu perjanjian

untuk menghadapi ancaman musuh yang muncul.30 Dalam pengertian tradisionalnya,

bentuk kerjasama keamanan ini merupakan “action by the allies to counter ‘an armed

attack’ against any ally”31. Kerjasama militer ini dibangun atas dasar persepsi ancaman

bersama dengan gambaran musuh yang jelas. Berikut adalah konsep dari collective

defence itu sendiri:

Collective Defence organizations are perceived as systemic structures

created by the states in order to deter a common perceived threat that they

cannot balance separately. The character of such an organization is

exclusive, the nature of the threat is narrowly defined and the dividing line

between allies and enemies clear.32

                                                                                                               30 Dr. Craig A. Snyder, 2012, Regional Approaches to Security in Europe and the Asia Pacific, diambil

dari www.ocis.org.au/papers/Snyder%20OCIS%20V%202012.doc, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 19:45

31 David S. Yos, NATO’s evolving purposes and the next strategic concept, diambil dari http://www.chathamhouse.org/sites/default/files/public/International%20Affairs/2010/86_2yost.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 20:00

32 ____, NATO: From collective defence to collective security, And the debate goes on, Diambil dari http://home.kku.ac.th/petmas/Nato.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 20:15

Page 15: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

12    

 

Definisi di atas telah memperlihatkan bahwa aliansi collective defence dibentuk

karena satu negara tidak bisa menyeimbangi kekuatan negara lain yang dinilai sebagai

suatu ancaman. Pemetaan antara kawan dan lawan jelas pada aliansi ini. Dari konsep

collective defence (aliansi) tersebut terdapat beberapa karakteristik dari bentuk

pertahanan keamanan bersama ini yakni :

1. Sebagai bentuk pengaturan keamanan untuk mengahalau ancaman eksternal

bersama yang tidak dapat dihadapi sendiri,

2. Konsepnya adalah hubungan timbal balik “one for all, all for one”, prinsip

utamanya adalah serangan militer terhadap satu anggota, maka anggota lain akan

membantu melawan serangan yang muncul meskipun dengan menggunakan

kekuatan bersenjata untuk menjaga stabilitas keamanan,

3. Keanggotaannya bersifat tertutup bagi negara lain,

4. Aliansi yang dibentuk bersifat “war machine” maksudnya adalah

pembentukannya memang untuk serangan-serangan bersenjata dan untuk

berperang. Jadi pembentukan aliansi ini kecenderungannya adalah untuk

berperang bukannya menjaga perdamaian.

5. Aliansi ini bersifat eksklusif, pemetaan sekutu dan musuh tergambar secara

jelas, dan semua peraturannya berlaku hanya bagi para anggotanya,

6. Terdapat perjanjian untuk tidak saling menyerang,

7. Serta ada penggabungan kekuatan militer untuk terus meningkatkan kapabilitas

mliter negara-negara anggotanya.

Dari karakteristik di atas, dapat digambarkan dengan aliansi pertahanan yang

dilakukan Amerika Serikat dan Australia yang bertujuan untuk menjaga stabilitas

keamanan dan kepentingan kedua negara tersebut di kawasan Asia Pasifik.

1.6.2 Teori Balance of Power

Dalam Teori Balance of Power dapat dijelaskan adanya suatu distribusi power

relative antar negara dan menciptakan suatu kondisi ekuilibrium untuk mencegah

adanya dominasi salah satu kekuatan. Di dalam teori balance of power menganggap

Page 16: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

13    

 

kestabilan disuatu negara dapat terpelihara jika suatu power dapat diimbangi dalam

sistem internasional. ketika suatu mendapat ancaman, sebagai respon negara yang

merasa terancam akan meningkatkan power serta memperkuat kerjasama militernya

dengan negara lain untuk menyeimbangi power lawannya. Adapun menurut Waltz,

mengenai balance of power aliansi yang terbentuk dapat berubah sebagai suatu respon

dari perubahan power yang dimiliki oleh suatu negara33.

Perubahan terjadi oleh adanya peningkatan power suatu negara akibat

perkembangan politik, ekonomi dan teknologi. Ketimpangan pertumbuhan power

tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan distribusi power yang akhirnya

mengganggu status quo. Bruce M. Russet dan Harvey Starr melihat perubahan sistem

yang terjadi dapat mengganggu balance of power karena menciptakan ketidakstabilan.

Seperti yang telah disebut di atas, perubahan sistem dapat terjadi karena adanya

perubahan kapabilitas suatu negara yang antara lain disebabkan oleh34:

1) Penguasaan teritori, terutama wilayah-wilayah yang menjadi sengketa dengan

negara lain.

2) Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan signifikan sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara.

3) Peningkatan inovasi teknologi, terutama yang berkaitan dengan pengembangan

kekuatan militer melalui akuisisi dan modernisasi baik secara kualitas maupun

kuantitas, perlengkapan, peralatan serta persenjataan militer yang tidak

seimbang antar suatu negara dengan lainnya.

Teori Balance Of Power diatas akan digunakan untuk menjelaskan tujuan dari

penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia. Penggunaan teori

ini didasari dengan melihat adanya potensi yang yang mengganggu stabilitas kawasan

tertentu sehingga mendorong Amerika Serikat dan Australia untuk turun tangan

menstabilkan kawasan tersebut.

1.6.3 Konsep National Interest

Adapun peneliti juga menggunakan Konsep National Interest (kepentingan

nasional) yang merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai yang berhubungan dengan                                                                                                                33 Waltz, Kenneth N, Theory Of Internasional Politics, Addison---Wesley Publishing 34 Yuli Trisnawati, 2014, Op,.Cit. Hal 63-64.

Page 17: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

14    

 

kebutuhan bangsa dan yang sudah direncanakan. Sehingga suatu negara memiliki suatu

kepentingan nasional yang relative sama antara semua negara yaitu memberikan

kesejahteraan dan keamanan terhadap masyarakatnya35. Dalam hal ini, keamanan dan

kesejahteraan dapat dijelaskan sebagai nilai-nilai dasar dari kepentingan nasional di

suatu negara. Selain itu, adapun menurut Jack C. Plano dan Roy Olton bahwa

kepentingan nasional terdapat beberapa unsur utama dalam proses nasionalisasi. Unsur

tersebut yaitu actor pembuat keputusan dan tujuan atau kepentingan nasional yang ingin

dicapai oleh suatu negara. Tujuan tersebut pada akhirnya merupakan tolak ukur dalam

keberhasilan politik luar negeri dan strategi yang disertai dengan suatu tindakan yang

rumit namun dapat ditempuh oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara

lain36.

Pandangan lain mengenai teori national interest juga muncul dari pemikiran

Hans J. Morgenthau. Menurut Morgenthau interest merupakan point dari politik

internasional, setiap negara pasti akan melakukan tindakan berdasarkan dorongan

national interest-nya, di mana national interest secara umum didefinisikan sebagai

power. Power ini sendiri pun bisa berupa power ekonomi, militer, politik, ideologi dan

kebudayaan. Hans J. Morgenthau pun mengemukakan bahwa dalam national interest

Amerika Serikat , setiap tindakan politik yang dilakukan adalah bertujuan untuk

menjaga, meningkatkan dan mendemonstrasikan power-nya. Tujuannya adalah:

pertama untuk menjaga kondisi balance of power yang ada, kedua untuk mencari power

yang lebih besar lagi dan, ketiga untuk menunjukkan power-nya guna menjaga ataupun

meningkatkan power-nya37.

Dalam hal ini, teori national interest akan digunakan untuk menganlisis

kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam menjalankan kerjasama militernya

yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik, khususnya terkait penempatan pangkalan

militer Amerika Serikat di Darwin, Australia. Dimana dalam penggunaan teori ini juga

akan mendeteksi penggunaan power oleh Amerika Serikat dan Australia dalam

memenuhi kepentingan nasionalnya.                                                                                                                35 Rudy, T.May. 2002. Studi Strategi, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung: Refika Aditama. Hal 116. 36 Jack C. Plano Dan Roy Olton. “The International Relations Dictionary”, Holt, Rineheart & Winston, USA, 1967, Hal. 127. 37 Rosenau, James N. 1969. Internasional Politics and Foreign Policy: Areader On Research and Theory, New York: Free Press.

Page 18: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

15    

 

1.7 Metodologi Penelitian

Untuk mencapai hasil yang mampu menjawab rumusan masalah dari penelitian,

di sini diperlukan metodologi penelitian yang tepat dengan memperhatikan kebutuhan

yang relevan dengan penelitian. Lebih lanjut, kebutuhan tersebut akan dipaparkan

berdasarkan bagian - bagian metodologi penelitian yang terbagi menjadi tiga

diantaranya adalah metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulaitatif

yang bersifat deskriptif. Penggunaan metode ini ditujukan untuk memberikan deskripsi,

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki melalui cara pengumpulan data setelah semua

peristiwa yang hendak dikumpulkan telah selesai berlangsung38. Metode kualitatif ini

digunakan untuk mengkaji sesuatu seperti apa adanya (variable tunggal) atau pola

hubungan (korelasional) antara dua atau lebih variabel39.

Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah hubungan kerjasama

militer Amerika Serikat dan Australia yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik dan

kepentingan – kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam meningkatkan

hubungan kerjasama militernya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kerjasama

militer Amerika Serikat dan Australia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

kepentingan Amerika Serikat dalam menempatkan pangkalan militernya di Australia.

Dalam hal ini, penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan adanya korelasi antara dua

variabel tersebut.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

                                                                                                               38 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan ke-3, 1988. Hal 63. 39 Dr. Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Departemen Ilmu Administrasi Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006. Hal 108.

Page 19: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

16    

 

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

kepustakaan atau studi dokumen. Pengumpulan data dengan teknik studi dokumen ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur yang relevan dengan penelitian berupa

buku, artikel dari buku, surat kabar, dan jurnal ilmiah. Menurut Bailey, studi dokumen

merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang bersifat teoritis yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti, yang dapat diperoleh dengan cara membaca dan

mempelajari dokumen-dokumen dan literatur-literatur yang berhubungan dengan

masalah yang akan diteliti40.

1.7.3 Analisis Data

Dan dengan data-data yang akan didapat, peneliti mengunakan metode

penulisan yang digunakan adalah induktif. Analisa secara induktif adalah bahwa

polapola, tema-tema, dan kategorisasi bertumpu pada data yang ada, kesemuanya itu

muncul dari data dan analisisnya dilakukan secara terus menerus41. Dapat diperjelas

analisa yangakan diteliti bergantung pada data yang didapat pada wawasan pikiran

peneliti. Maka dari itu, kebenarannya dalam metode ini sangat diprioritaskan. Dalam

hal ini, penelitian akan dilakukan secara terus-menerus guna mendapatkan data-data

terbaru

                                                                                                               40 Kenneth D. Bailey, Methodology of Social Research (2nd ed.). New York: The Free Press, A Division of MacMillan Publishing Co. Inc., 1982. Hal 38. 41 Budi Puspo, Pendekatan Kualitatif dalam Dialogue, dalam JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005: 854---867. Hal. 863.

Page 20: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

 

Daftar Pustaka

Buku:

Dr. Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Departemen Ilmu Administrasi Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia, 2006.

Jack C. Plano Dan Roy Olton. “The International Relations Dictionary”, Holt, Rineheart

& Winston, USA, 1967.

Kenneth D. Bailey, Methodology of Social Research (2nd ed.). New York: The Free

Press, A Division of MacMillan Publishing Co. Inc., 1982.

Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan ke-3, 1988.

Peter Harris dan Ben Reilly, Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan

untuk Negosiator, AMEEPRO, 2000.

Prabhakar, Lawrence W., Joshua H. Ho, and Sam Bateman. 2006. The Evolving

Maritime Balance of Power in the Asia Pacific”. Singapore: Institute of Defense

and Strategic Security dan World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Rosenau, James N. 1969. Internasional Politics and Foreign Policy: Areader On

Research and Theory, New York: Free Press.

Rudy, T.May. 2002. Studi Strategi, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca

Perang Dingin. Bandung: Refika Aditama.

Stephen M. Walt. America and The World, Debating the New Shape of International

Politics. New York: Council and Foreign Relations. 2002.

William T. Tow, 2008, Contemporary Southeast Asia, Asia’s Competitive “Strategic

Geometries” : Australian Perspective, Singapore: Institute of Southeast Asian

Studies.

Jurnal dan Majalah:

Budi Puspo, Pendekatan Kualitatif dalam Dialogue, dalam JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei

2005: 854-­‐867

Khairunnisa . Kebijakan Militer Amerika Serikat Di Kawasan Asia Pasifik 2009-2012

Ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 589-604 ISSN 0000-0000.

Page 21: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

 

Robert Jervis, “Cooperation under the Security Dilemma”, World Politics, Vol 30, No.

2 (January 1978), The Johns Hopkins University Press

The White House Office of the Press Secretary, “Remarks By President Obama to the

Australian Parliament” 20 November 2012

Waltz, Kenneth N, Theory Of Internasional Politics, Addison-­‐Wesley Publishing

Yuli Trisnawati, Penempatan Pasukan Militer Amerika Serikat di Australia dalam

eJurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014: 59-70.

Artikel Online dan Website:

Akankah.Era.George.W.Bush.Terulang,

http://internasional.kompas.com/read/2012/01/08/06202956/

Australia invokes ANZUS Treaty to stand by the US–2008-01-10,

http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568C22C9/

Bush Doctrine U.S. action 'should not spill over': Beijing,

http://articles.cnn.com/keyword/bush-doctrine/

David S. Yos, NATO’s evolving purposes and the next strategic concept, diambil dari http://www.chathamhouse.org/sites/default/files/public/International%20Affairs/2010/86_2yost.pdf,

Department od Foreign Affairs and Trade Australia. Australia- US alliance,

http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html

Department of Foreign Affairs and Trade Australia, Australia- US alliance.

http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html

DPR: Pangkalan Militer AS di Aussie Bisa Jadi Ancaman RI,

http://news.okezone.com/read/2011/11/21/337/532097/dpr-pangkalan-militer-as-

di-aussie-bisa-jadi-ancaman-ri

Dr. Craig A. Snyder, 2012, Regional Approaches to Security in Europe and the Asia Pacific, diambil dari www.ocis.org.au/papers/Snyder%20OCIS%20V%202012.doc,

Indonesia Perspective on the U.S. Rebalancing Effort toward Asia diakses melalui

http://nbr.org/downloads/pdfs/outreach/Anwar_commentary_02262013.pdf

Indonesia Today. (2012). Kunjungi Darwin, Bukti Kuat SBY Antek Amerika,

http://m.itoday.co.id/peristiwa/130/9305

Page 22: Kerjasama  Militer Indo - AS di Kawasan Asia Pasifik BAB I

   

 

Marinir AS Tiba di Darwin, Australia.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/2012/04/120404_foto_australia.htm

l

NATO: From collective defence to collective security, And the debate goes on, Diambil

dari http://home.kku.ac.th/petmas/Nato.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul

20:15

Pangkalan Militer AS di Darwin Hanya 820 Km Dari Indonesia.

http://www.mataharinews.com/internasional/asia/1321-pangkalan-militer-as-di-

darwin-hanya-820-km.html

Part I: Overview of the Asia-Pacific Region,

http://www.apfed.net/pub/apfed1/final_report/pdf/overview.pdf/

Pemilu Presiden Amerika Serikat 2008,

http://www.fnsindonesia.org/?id=3419&start1=1820&start2=0/

Percy Spender And The Origins Of ANZUS: Australian Inisiative,

http://www.adelaide.edu.au/apsa/docs_papers/Aust%20Pol/Penrose.pdf

Politisi Australia dan Pasifik Siapkan Gerakan Papua Merdeka

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/24/lzuio6-politisi-

australia-dan-pasifik-siapkangerakan-papua-merdeka

Prajurit Marinir AS Tiba di Darwin,

http://internasional.kompas.com/read/2012/04/04/0902072/Prajurit.Marinir.AS.

Tiba.di.Darwin

Pre-emptive strikes, http://www.bbc.co.uk/ethics/war/just/preemptive.shtml

Remarks By President Obama to the Australian Parliament,

http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/17/remarks-president-

obama-australian-parliament

US military base in Darwin a threat?,

http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-

threat.html