keragaman suku dan budaya di kamboja

13
TUGAS IPS – KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA KAMBOJA Nama Anggota : MAURA AURELIA PRASETYA ANISA PUJIATI ALAMSYAH DIAN MEGA SAFITRI ZULFA NOVEMBRIANTI ROHMA KELAS 6B

Upload: nabila-citra-maharani

Post on 26-Oct-2015

2.874 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

ALL ABOUT KAMBOJA.

TRANSCRIPT

Page 1: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

TUGAS IPS – KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA KAMBOJA

Nama Anggota :

MAURA AURELIA PRASETYA

ANISA PUJIATI ALAMSYAH

DIAN MEGA SAFITRI

ZULFA NOVEMBRIANTI ROHMA

KELAS 6B

Page 2: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

1. KERAGAMAN SUKU

Kamboja (Cambodia), adalah sebuah negara yang berada di daratan Indochina. Kamboja juga memiliki beragam etnis yang tersebar di seluruh Kamboja.

Suku bangsa Khmer adalah yang terbesar populasinya, sedangkan suku-suku yang berada di pegunungan (Hill Tribes) sebagai minoritas, diikuti suku bangsa pendatang seperti dari Vietnam, Burma, Thailand, Eropa, China, Jepang dan beberapa keturunan Melayu dari Malaysia.

Selain suku bangsa Khmer yang menjadi mayoritas, terdapat kelompok minoritas yang sebagian besar dalam kelompok bahasa Mon-Khmer, dan kelompok bahasa Austronesia. Mereka menempati dataran tinggi Kamboja, mereka kerap disebut sebagai "Hill Tribes". Kelompok mereka dikenal sebagai Khmer Loeu, yang memiliki populasi sebesar sekitar 550.000 orang

Asal usul kelompok suku dalam kelompok Khmer Loeu, tidak diketahui dengan pasti, tapi mereka percaya bahwa kelompok Khmer Loeu adalah bagian dari migrasi panjang orang-orang dari barat laut. Kelompok yang berbahasa Austronesia, seperti suku Rade dan suku Jarai, datang dari pesisir Vietnam dan kemudian bergerak ke barat, membentuk irisan antara beberapa kelompok Mon-Khmer. Kelompok Khmer Loeu, tersebar terutama di provinsi timur laut dari Ratanakiri, Stung Treng dan Mondulkiri. Pemerintah Kamboja menciptakan istilah "Khmer Loeu" yang berarti "Highland Khmer" pada tahun 1960 untuk menciptakan rasa persatuan antara kelompok suku di dataran tinggi dengan dataran rendah yang didominasi dan dikuasai etnis Khmer. Sebelumnya mereka ditetapkan sebagai "Montagnard' atau "Pribumi" oleh pemerintah kolonial Perancis.

Kelompok dataran tinggi, pada kenyataannya terkait dalam bahasa Khmer, tapi memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang sangat berbeda.

Selengkapnya suku bangsa di Kamboja (Cambodia), adalah:

Penduduk Asli

1. Khmer• Khmer Kamboja

• Khmer Kandal (Central Khmer), terpusat di kamboja• Khmer non-Kamboja

Page 3: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

• Khmer Krom• Khmer Keh• Khmer Leur

• Surin• Buriram• Si Sa Keth• Roi Et

2. Khmer Loeu• Kelompok Bahasa Mon-Khmer

• Kuy (Kui, Kuay, Suei)• Tampuan (Tumpun)• Mnong• Stieng (Steang, Bulo)• Kelompok Dialek Pearic

• Pear• Sa'och• Chong (Shong)• Samre• Suoy (Suy)• Somray

• Kelompok Dialek Brao• Brao• Krung (Kreung)• Kravet (Kavet)• Lun (Loun)

• Laveh• Bunong (Phnong)• Kaco (Kachok)

• Kelompok Bahasa Austronesia; Malayo-Polynesian• Rade (Rhade)• Jarai (Charay)• Cham Timur (Urang Champa)• Cham Barat (Cambodian)

• Penduduk Asli Lain:• T'moan (Tmuon, Thamaun, Thmaun)• Mel• Deaf• Kraol• Lamam (Lmam)• Laven• Robel• Loemoun, (280)• Kaning, (150)• Poang• Roong

Penduduk Lain (Kategori Pendatang)1. Burmesse

Page 4: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

Bamar Myen

2. Thai Thai, Central; populasi: 2900 Lao (Laotian Tai); populasi: 2000 Shan Kola

3. Hmong-Mien Hmong Miao Yao

4. Chinesse Cantonese; populasi: 148000 Hainanese; populasi: 14000 Hakka; populasi: 29000 Mandarin; populasi: 148000 Min Nan; populasi: 72000 Hokkien Teochew; populasi: 179000

5. Lain-lain India Vietnamese; populasi: 78000 English-speaking, generic; populasi: 2000 Eurasian; populasi: 12000 French; populasi: 1500 Indo-Pakistani; populasi: 1500 Japanese; populasi: 400 Korean; populasi: 1500 Malay; populasi: 15000

Page 5: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

2. BAHASA DAERAH

Bahasa Khmer, atau Bahasa Kamboja, merupakan bahasa masyarakat

Khmer dan bahasa resmi di Negara Kamboja. Penutur bahasa ini

mencapai lebih dari 15 juta orang (2009) di negaranya maupun di seluruh

dunia. Seperti bahasa lainnya di Asia Tenggara, Bahasa Khmer banyak

dipengaruhi oleh Bahasa Sanskerta dan Bahasa Pali khususnya pada

kosakata yang berkaitan dengan kerajaan maupun agama, yang masuk

pada saat penyebaran agama Hindu dan Budha berlangsung. Bahasa

Khmer juga merupakan bahasa tertulis pertama yang pernah tercatat dari

rumpun bahasa Mon-Khmer.

Khmer mempunyai tulisan, yang disebut Aksara Khmer. Tulisan Khmer

merupakan sebuah aksara karena setiap huruf merupakan sebuah suku

kata. Tulisan tersebut mirip seperti bahasa-bahasa yang ada di Nusantara,

misalnya Bahasa Batak, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Bali, dan

Bahasa Bugis.

Bahasa Khmer tidak termasuk dalam Bahasa Nada seperti bahasa

tetangganya Thailand, Laos, dan Vietnam. Terdapat lima logat utama

yang umum dipakai di Kamboja, dan masing-masing logat dapat mudah

dipahami oleh logat lainnya, yaitu:

Battambang, logat di daerah Kamboja bagian utara.

Phnom Penh, logat di ibukota dan juga dipakai hampir di seluruh

wilayah Kamboja.

Khmer Surin (Logat Utara), logat yang dipakai dekat perbatasan

Thailand timur laut di utara Kamboja.

Khmer Krom (Logat Selatan), logat yang banyak dipakai di daerah

muara Sungai Mekong di Kamboja bagian selatan.

Khmer Kardamom, bentuk logat lama yang dipakai oleh masyarakat di

Pegunungan Kardamom di Kamboja bagian barat.

អក្ស�រខ្មែ��រ (baca: aksor Khmer, arti: aksara Khmer)

Bahasa Khmer menggunakan Akkharokrom Khemoro Pheasa (Tulisan

Bahasa Khmer) atau Aksara Khmer.

អក្ស�រក្រក្សមខេ�មរភាសា (baca: akkharokrom khemoro

pheasa, arti: aksara Khmer bahasa)

Page 6: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

Umumnya Aksara Khmer terbentuk dari Aksara Pallawa di India, yang juga

membentuk aksara di Nusantara. Prasasti dengan aksara Khmer tertua

ditemukan di Angkor Borei di Propinsi Takew, sebelah selatan Phnom

Penh, bertanggal 611 sebelum masehi. Dari prasasti itu perubahan tulisan

Khmer dari masa ke masa dapat ditelusuri menjadi sebagai berikut:

Han Chey, kira-kira pada abad ke-6

Weal Kan Teng, akhir abad ke-6 atau awal abad ke-7

Ang Chomney Kor, kira-kira tahun 667 masehi

Inn Kor Sey, kira-kira tahun 970 masehi

Preash Keo, kira-kira tahun 1002 masehi

Nor Korr, kira-kira tahun 1066 masehi

Banteay Chmar, awal abad ke-12 atau ke-13

Angkor Wat, kira-kira abad ke-13

Angkor, pada tahun 1702

Aksara Khmer terdiri dari dua kelompok, dan beberapa huruf hidup. dan

huruf hidup dari tiap kelompok aksara tersebut akan berbeda saat dibaca.

Pengertian “aksara” di sini mengacu kepada konsonan (huruf mati),

sementara huruf hidup tidak termasuk dalam pengertian “aksara”.

Umumnya huruf hidup mempunyai dua kemungkinan ejaan tergantung

pada kelompok aksara mana huruf hidup itu berdekatan. Jika suatu aksara

tidak diikuti huruf hidup, biasanya huruf hidup bawaan dari aksara akan

diucapkan, misalnya ka, kha, ko, kho, ca, cha, co, dan cho. Huruf hidup

sendiri masih terbagi dalam dua kelompok, yaitu huruf hidup yang berdiri

sendiri (huruf hidup) dan huruf hidup yang bergantung (huruf hidup

gantung). Huruf hidup gantung lebih sering dipakai daripada huruf hidup

dan ejaannya akan berubah jika huruf hidup dan huruf hidup gantung

dipadukan. Selain itu, bahasa Khmer juga memiliki sejumlah ‘tanda ucap’

yang dapat mengubah ejaan sebuah aksara atau huruf hidup. Tanda

Ucap, dalam bahasa Inggris diartikan menjadi diacritics, yaitu suatu

bentuk huruf yang biasanya diletakkan di atas atau bawah huruf, yang

mengubah ucapan atau nada dari huruf yang digandengnya. Contoh huruf

yang memiliki tanda ucap dalam abjad adalah â, ç, é, ï, dan ò.

Gaya Tulisan

Aksara Khmer memiliki beberapa gaya penulisan yang digunakan untuk

tujuan yang berbeda, yaitu:

Page 7: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

‘Aksor crieng’ merujuk kepada tulisan miring yang merupakan gaya

tulisan sangat umum digunakan. Tulisan miring di sini tidak sama

penggunaannya seperti yang biasa diterapkan dalam penulisan Bahasa

Indonesia. Jika memakai gaya tulisan miring, maka seluruh tulisan,

dalam sebuah buku atau bacaan lain, menggunakan ‘aksor chrieng’.

អក្ស�រខេក្រ��ង (baca: aksor crieng, arti: aksara miring)

‘Aksor chor’ merujuk kepada segala bentuk gaya tulisan tegak. Aksara

tegak tidak seperti ‘aksor chrieng’, bukanlah gaya tulisan umum di

Kamboja, namun untuk memudahkan pembacaan di komputer maupun

bentuk penerbitan cetak lainnya, maka tulisan tegak mulai banyak

digunakan.

អក្ស�រឈរ (baca: aksor chor, arti: aksara tegak)

‘Aksor mul’ adalah bentuk melingkar yang biasa digunakan sebagai

judul atau kepala surat dalam berkas-berkas, buku, mata uang,

spanduk maupun pengumuman berbahasa Kamboja. Naskah

keagamaan yang ditulis pada daun lontar menggunakan gaya tulisan

jenis ini. Sering juga digunakan untuk menuliskan nama kerajaan untuk

membedakan huruf di sekelilingnya yang menggunakan gaya tulisan

biasa. Beberapa aksara akan mengalami perubahan bentuk tulisan jika

menggunakan gaya tulisan ini.

អក្ស�រម�ល (baca: aksor mul, arti: aksara melingkar)

‘Aksor khom’ adalah bentuk lain dari ‘aksor mul’, dengan sedikit

perbedaan.

អក្ស�រ�ម (baca: aksor khom, arti: aksara bulat) 

អក្ស�រ�� (baca: aksor khom)

Page 8: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

3. ALAT MUSIK TRADISIONAL

Seperti tarian-tarian tradisional, beberapa alat musik tradisional Kamboja juga terlihat pada dinding-dinding kuil di era Angkorian, yang digambarkan pada relief timbul. Beberapa instrumen musik tradisional mereka sangat mirip dengan alat musik tradisional Jawa, seperti “gamelan” Jawa. Beberapa ahli berpendapat bahwa mantan Raja Khmer Jayavarman II membawa pengaruh dari budaya Jawa kuno ke Kamboja setelah dia kembali dari pulau Jawa pada akhir tahun 700-an. 

Musik tradisional Khmer juga menderita akibat rezim Khmer Merah dan saat ini terjadi kekurangan ahli atau pemain musik tradisional Khmer di Kamboja karena banyak di antara mereka yang dibunuh. Namun beberapa ahli musik negara asing, bersama dengan musisi Kamboja yang selamat selama rezim Khmer Merah, telah mengeksplorasi dan mencoba untuk membantu perkembangan musik ini kembali. Pada masa lampau, masyarakat Khmer memainkan musik untuk mengiringi pertunjukan penari atau pada perkumpulan sosial. Musik mereka biasanya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Melodinya cukup mudah dan tidak ada sistem notasi. 

Di antara musik tradisional Khmer, seperti Pinpeat, Mohori, Phleng Kar (musik perkawinan Khmer), dan Phleng Arak (lebih sering dimainkan untuk memberi penghormatan pada leluhur mereka), dua diantaranya dijelaskan di bawah: 

Pinpeat “Pi” mengacu pada alat musik dari buluh dan ‘peat’ mengacu pada alat musik perkusi. Pinpeat biasanya dimainkan untuk mengiringi penari tradisional Khmer, dan juga selama acara keagamaan. Saat mengiringi penari Khmer, Pinpeat merupakan cara berinteraksi antara musisi, penari, dan vokalis. Pada umumnya Pinpeat terdiri dari sekitar 9 instrumen, penyanyi dan paduan suara. Sekarang, karena keberadaan musisi tradisional Khmer terbatas, Pinpeat terkadang ditampilkan dengan instrumen yang lebih sedikit. Instrumen yang paling sering adalah Roneat (lihat gambar di sebelah kiri); sebuah silofon; Kong Thom, gong bulat besar (gambar kecil di belakang Roneat); Sampho (drum kecil berkepala ganda); Skor Thom (sebuah drum besar). 

Mohori

Pada dahulu kala Mohori dipentaskan hanya di Kerajaan Istana, sama

seperti Pinpeat walaupun terkadang dimainkan juga di beberapa

desa. Walaupun instrumen musik yang digunakan mirip dengan Pinpeat,

instrumen utama Mohori terdiri dari dua jenis Roneat dan dua jenis Tro

(biola Khmer).

Page 9: KERAGAMAN SUKU DAN BUDAYA DI KAMBOJA

4. TARIANRatusan tahun lalu, Robam (tari) Apsara ditampilkanhanya untuk

anggota Kerajaan Khmer, walaupun kemudian tarian ini juga ditampilkan

kepada publik untuk perayaan-perayaan khusus di Kerajaan, seperti

perayaan setelah menang dari perang. Akan tetapi sebuah serangan yang

dilakukan Kerajaan Siam (sekarang Thailand) pada abad ke-15 berimbas

ke Robam Apsara. Serangan tersebut memaksa Kerajaan Khmer untuk

memindahkan ibu kota mereka ke Phnom Penh dan sejak itu tarian ini pun

kembali hanya dipertunjukkan secara terbatas bagi kalangan istana. 

Tari Apsara, seperti tarian Khmer lainnya, biasanya ditemani oleh orkes

klasik Khmer, Pinpeat di Phnom Penh, Kamboja. Pada awal tahun 1900,

Ratu Khmer Sisowath Kossamak Nearireath “meluncurkan kembali” Tari

Apsara untuk rakyat Kamboja. Dia diketahui mempelajari sejarah Tari

Apsara dari banyak literasi, termasuk dari relief timbul pada kuil-kuil di

provinsi Siem Reap. 

Buong Suong 

Sejarawan mempercayai Buong Suong adalah tarian Khmer yang paling

kuno. Tarian dibawakan satu kali, di bawah perintah Kerajaan untuk

meminta hujan pada dewa-dewa selama musim kering dan berkah untuk

rakyat Kerajaan Khmer. 

Sayangnya, informasi yang tersedia mengenai Buong Suong tidak

selengkap Tari Apsara, yang bisa dipelajari dari banyak relief timbul pada

kuil Angkor. Para ahli yakin sejak Khmer Merah menghabisi para aktor,

penari, dan orang-orang yang berprofesi serupa, informasi lengkap

mengenai Buong Suong menjadi sangat sedikit.

Robam Trot (Tari “Troddi”) 

Tarian rakyat tradisional Khmer ini biasanya ditampilkan selama

perayaan-perayan Tahun Baru Kamboja. Tarian ini diyakini oleh beberapa

ahli kalau sebenarnya berasal dari bagian barat laut Kamboja, saat

dimana masyarakat Khmer belum terpengaruh oleh budaya India kuno. 

Robam Trot (Tari Troddi) memiliki arti membuang ketidakberuntungan di

tahun lalu dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Tahun Baru.

Kadang tarian ini juga dibawakan untuk meminta hujan selama musim

kemarau.  Penari biasanya terdiri dari 16 orang, baik pria dan wanita.